• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Intelectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Intelectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI

BEI

OLEH

Rivana Syalom Hutahaean 100523030

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan Return on Asset (ROA).

Populasi pada penelitian ini adalah 31 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Berdasarkan metode

purposive sampling, sampel yang diperoleh sebanyak 15 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda yang disertai dengan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji Multikolinearitas dan uji Autokorelasi, uji hipotesis yang digunakan adalah uji Parsial untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital, dan uji simultan yaitu untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital.

Analisis dilakukan dengan bantuan SPPS 17, dengan tingkat signifikasi 5% dan persamaan data Y = 1813604.671 + 0.01 X1 – 0.02 X2 + 0.26 X3.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut Structural capital efficiency tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Sedangkan Human capital efficiency dan Capital employed efficiency. Mempunyai pengaruh yang signifikan yang positif terhadap Roa.

(3)

ABSTRACT

The objectives of this study are to analyze the impact of intellectual capital on company’s financial performance-Return on Asset (ROA).

Population that use in this research is 31 listed banking company in Indonesian Stock Exchange year 2007-2011. Based on purposive sampling methode,there are 15 sample. This research used multiple regression that acccompany with classic assumption test which Multikolinearitas test and Autokorelasi test. And used the parsial test to know each independent variabel have signifikan effect to intellectual capital performance and the simultan test used to know each independent variabel together have signifikant effect to intellectual capital. Data analyze by SPSS 17 with signifikant level 5% and similarity of data Y =1813604.671 + 0.01 X1 – 0.02 X2 + 0.26 X3.

The result show Structural Capital Efficiency not an impact on return on asset and Human Capital Efficiency, Capital Employed Efficiency have signifikan positive influence to ROA.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Intelectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Selama proses studi dan pengerjaan penelitian ini penulis telah banyak menerima saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kepada kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materiil dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac.Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dan selalu memberikan arahan dan motivasi bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Walad Altsani, SE., M.Si selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan masukan, petunjuk serta nasehat dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi yang telah mendidik mahasiswa/i dengan penuh dedikasi, loyalitas, dan profesionalitas.

8. Seluruh Staff dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Sumatera Utara untuk semua jasa- jasanya dalam memberikan bantuan kepada penulis selama perkuliahan.

(6)

Medan, oktober 2013 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….. 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 6

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ……… 6

1.3.1 Tujuan Penelitian……… 6

1.3.2 Manfaat Penelitian……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori.……… 8

2.1.1 Stakeholder Theory…....……...…... 8

2.1.2 Legitimacy Theory……….. 11

2.1.3 Intangible Assets………. 13

2.1.4 Definisi Intellectual Capital……… 20

2.1.5 Komponen Intellectual Capital ..……… 29

2.1.6 Human Capital………..…. 30

2.1.7 Struktural Capital……….. 32

2.1.8 Customer Service….…..……….. 32

2.1.9 Value Added Intellectual CoefiCient ..………. 33

2.2 Kinerja Keuangan Perusahaan …………...………. 35

2.3 Penelitian Terdahulu………... 36

2.4 Kerangka Pemikiran …………..……….. 38

2.5 Hipotesis ..……….. 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian …………..……… 40

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian…...………. 40

3.3 Batasan Operasional………...………. 40

3.4 Definisi Operasional Variabel………...……….. 41

3.5 Skala Pengukuran Variabel..……...……… 42

3.6 Populasi Dan Sampel……….. 43

3.7 Jenis Data………...…….. 44

3.8 Metode Pengumpulan Data………..………..… 44

3.9 Teknik Analisis …...……… 45

4.1 Test Of Fit ..……… 46

4.1.1 Koefisien Determinasi …...……… 46

(8)

4.1.3 Uji F …...……… 47

4.2 Uji Penyimpangan Klasik ..………. 47

4.2.1 Uji Multikolinieritas …...……… 47

4.2.2 Uji Autokorelasi …...……… 47

4.2.3 Uji Hipotesis…...……… 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Data……….………… 49

5.2 Statistik Deskriptif………...……… 49

5.3 Hasil Analisis Regresinya……… 51

5.3.1 Analisis Regresi…….……… 52

5.4 Test Of Goodness Of fit………... 54

5.4.1 Koefisien Determinasi……… 54

5.4.2 Uji T……….……….. 54

5.4.3 Uji F………..………. 57

5.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik………. 57

5.5.1 Uji Multikolinearitis……….. 57

5.5.2 Uji Autokorelasi……… 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………...…. 60

5.2 Saran ………..……… 61

DAFTAR PUSTAKA ……… 62

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Perbandingan standart akuntansi tentang aktiva tidak

berwujud……… 15

2.2 Kronologi konstribusi signifikan terhadap pengidentifikasian, pengukuran dan pelaporan IC……… 21

2.3 Perbandingan konsep IC menurut beberapa peneliti……… 27

2.4 Hasil uji statistik deskriptif……… 49

2.5 Hasil analisa uji f………... 57

2.6 Hasil perbandingan VIF dan coeficient... 60

2.7 Uji autokoreasi………... 59

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data penelitian... 64

(11)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan Return on Asset (ROA).

Populasi pada penelitian ini adalah 31 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Berdasarkan metode

purposive sampling, sampel yang diperoleh sebanyak 15 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda yang disertai dengan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji Multikolinearitas dan uji Autokorelasi, uji hipotesis yang digunakan adalah uji Parsial untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital, dan uji simultan yaitu untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital.

Analisis dilakukan dengan bantuan SPPS 17, dengan tingkat signifikasi 5% dan persamaan data Y = 1813604.671 + 0.01 X1 – 0.02 X2 + 0.26 X3.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut Structural capital efficiency tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Sedangkan Human capital efficiency dan Capital employed efficiency. Mempunyai pengaruh yang signifikan yang positif terhadap Roa.

(12)

ABSTRACT

The objectives of this study are to analyze the impact of intellectual capital on company’s financial performance-Return on Asset (ROA).

Population that use in this research is 31 listed banking company in Indonesian Stock Exchange year 2007-2011. Based on purposive sampling methode,there are 15 sample. This research used multiple regression that acccompany with classic assumption test which Multikolinearitas test and Autokorelasi test. And used the parsial test to know each independent variabel have signifikan effect to intellectual capital performance and the simultan test used to know each independent variabel together have signifikant effect to intellectual capital. Data analyze by SPSS 17 with signifikant level 5% and similarity of data Y =1813604.671 + 0.01 X1 – 0.02 X2 + 0.26 X3.

The result show Structural Capital Efficiency not an impact on return on asset and Human Capital Efficiency, Capital Employed Efficiency have signifikan positive influence to ROA.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1990 an, perhatian terhadap praktik pengelolan asset tidak berwujud (intangible asset) telah meningkatkan secara dramatis. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran intangible asset

tersebut adalah intellectual capital (IC) yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi (Petty dan guthrine, 2000; Sullivan dan Sullivan, 2000).

Munculnya “new economy”, yang secara prinsip didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan, juga yang telah memicu tumbuhnya minat dalam intellectual capital (Petty dan Guthrie, 2000; Bontis, 2001). Salah satu area yang menarik perhatian baik akademisi maupun praktisi adalah yang terkait dengan kegunaan IC sebagai salah satu instrument untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997; Sveiby, 2001).

Selama ini, perbedaan antara intangible assets dan IC telah disamarkan ke dalam pengertian intangible yang keduanya dirujuk pada istilah goodwil (APB, 1970; IASB, 2004). Dalam penelusuran praktik pencatatan intangible tersebut, Guthrie et al.(1999) dan IFA (1998) menemukan bahwa akuntansi tradisional tidak dapat menyajikan informasi tentang identifikasi dan pengukuran intangibles

dalam organisasi, khususnya organisasi yang berbasis pengetahuan. Jenis

(14)

model-model simulasi, sistem administrasi dan komputer tidak diakui dalam model-model pelaporan manajemen dan keuangan tradisional.

Saat ini di Indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud.meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai IC, namun lebih kurang IC telah mendapat perhatian. Menurut PSAK No. 19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administrasi (IAI, 2002).

Meskipun PSAK 19 (revisi 2000) yang didalamnya secara implisit menyinggung tentang IC telah mulai diperkenalkan sejak tahun 2000, namun dalam dunia praktik IC masih belum dikenal secara luas diindonesia (Abidin, 2000). Menurut abidin (2000), perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Perusahaan berbasis pengetahuan memiliki perbedaan, asset utama perusahaan tersebut bukan hanya bersifat tak berwujud, tetapi juga tidak jelas siapa yang memiliki dan berkewajiban mengurus asset-aset tersebut.

(15)

aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan dapat diperoleh bagaimana cara menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis, yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing (Rupert 1998). Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan pasar terhadap mereka. Implementasi modal intellectual sesuatu yang masih baru, bukan saja diindonesia tetapi juga dilingkungan bisnis global, hanya beberapa Negara maju saja yang telah mulai untuk menerapkan konsep ini. Pada umumnya kalangan bisnis masih belum menemukan jawaban yang tepat mengenai nilai lebih apa yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai lebih ini sendiri dapat berasal dari kemampuan berproduksi suatu perusahaan sampai pada loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Nilai lebih ini dihasilkan oleh modal

intellectual yang dapat diperoleh dari budaya pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya sehingga produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan dapat meningkat.

Di Indonesia, menurut (Abidin 2000) intellectual capital masih belum dikenal secara luas. Dalam banyak kasus, sampai dengan saat ini perusahaan- perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan conventiona based dalam membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Disamping itu perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap Human capital, structural capital, dan

(16)

intellectual perusahaan. Selanjutnya (Abidin 2000) menyatakan bahwa jika perusahaan-perusahaan tersebut mengacu pada perkembangan yang ada, yaitu manajemen yang berbasis pengetahuan, maka perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing dengan menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif. Yang dihasilkan oleh modal intellectual yang dimiliki perusahaan.

Seiring dengan perkembangannya telah dilakukan penelitian lebih lanjut tentang modal intellectual. Berdasarkan perkembangan penelitian dibidang sosial, dinyatakan bahwa belum ada teori dan skema dan klasifikasi dari intellectual capital yang diterima secara umum (Holland, 1999). Akan tetapi berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa pengukuran metode –metode intellectual capital dapat digolongkan menjadi dua yakni pengukuran dengan penilaian moneter dan pengukuran dengan nilai non-moneter, yaitu (Tan, Plowman, Hancock, 2007, Isnawati, Anshori, 2007): Skandia IC (intellectual capital) Report method; Brooking’s Technology Broker; Balanced Scorecard, oleh Kaplan dan Norton; dan IC (intellectual capital)-index. Metode pengukuran

(17)

Pulic (1998, 2000) dalam Tan et al. (2007) mengembangkan “Value Added Intellectual Coefficient” (VAIC™) yang dapat digunakan untuk mengukur

intellectual capital (IC) perusahaan. Komponen utama dari VAIC™ dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA-value added capital employed), human capital (VAHU-value added human capital), dan structural capital (STVA-structural capital value added).

Menurut Pulic (1998), tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added. Sedangkan untuk menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital

(yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential (dipersentasikan oleh karyawan dengan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki seluruh karyawan).

Di Indonesia, Ulum (2007) telah menguji hubungan IC terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor perbankan. Hasilnya membuktikan bahwa

intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor perbankan. Intellectual capital juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan masa depan perusahaan sector perbankan. Tetapi rate of growth of intellectual capital

(ROGIC) tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan masa depan. Kinerja perusahaan diukur dengan market to book value (MB), return of asset (ROA),

return of equity (ROE), employee productivity(EP).

(18)

termasuk dalam katagori industri berbasis pengetahuan (knowledge based-industries).

1.2 Perumusan Masalah

Menurut latar belakang dari penelitian ini maka secara spesifik dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Human Capital Efficiency (HCE) mempengaruhi Return on Asset (ROA)?

2. Apakah Structural Capital Efficiency (SCE) mempengaruhi Return on Asset (ROA)?

3. Apakah Capital Employed Efficiency (CEE) mempengaruhi Return on Asset (ROA)?

4. Apakah Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE) dan Capital Employed Efficiency (CEE) mempengaruhi Return on Asset.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap Return on Asset (ROA).

2. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap Return on Asset (ROA).

(19)

4. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruhHuman Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE) dan Capital Employed Efficiency terhadap Return on Asset (ROA).

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang

intellectual capital dan faktor-faktor intellectual capital terhadap kinerja perusahaan

2. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan perbankan dalam pengambilan keputusan terutama dalam masalah pengalokasian anggaran yang berkaitan dengan intellectual capital

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Terdapat dua teori yang sangat erat terkait dengan intellectual capital, yaitu

stakeholder theory dan legitimacy theory. Kedua teori ini merupakan teori yang paling tepat untuk Mendasari kajian dibidang IC (Guthrie et al.,2006). Menurut Deegan (2004), teori stakeholder erat kaitannya dengan teori legitimacy. Keduanya menjelaskan alasan pengungkapan suatu informasi oleh perusahaan dalam laporan keuangan. Kedua teori tersebut juga dapat dijadikan dasar dalam menjelaskan hubungan antara kinerja IC dengan kinerja keuangan perusahaan.

2.1.1 Stakeholder Theory

Istilah stakeholder dalam definisi klasik adalah definisi Freeman dan Reed (1983, h.91) yang menyatakan bahwa stakeholder adalah

“any identifiable group or individual who can affect the achievement of an organization’s objective, or is affected by the achievement of an organization’s objective”.

(21)

memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung meemainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Deegan,2004).

Lebih lanjut Deegan (2004) menyatakan bahwa teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan

intellectual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau diakui oleh stakeholder.

Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif diantara keberadaan hubungan-hubungan dilingkungan perusahaan mereka. Namun tujuan lebih luas stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder.

Teori ini dapat diuji dengan berbagai cara dengan menggunakan content

analysis atas laporan keuangan perusahaan (Guthrieet al., 2006), laporan keuangan merupakan cara yang paling efisien bagi organisasi untuk berkomunikasi dengan kelompok stakeholder yang dianggap memiliki ketertarikan dalam pengendalian aspek-aspek strategis tertentu dari organisasi.

(22)

Dalam konteks untuk menjelaskan tentang konsep IC, teori stakeholder

harus dipandang dari kedua bidangnya, baik bidang etika (moral) maupun bidang manajerial. Bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder (Deegan, 2004). Penciptaan nilai (value creation) dalam konteks ini adalah dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital), maupun structural capital. Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan yang kemudian dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan untuk kepentingan stakeholder.

Bidang manajerial dari teori stakeholder berpendapat bahwa kekuatan

stakeholder berpendapat bahwa kekuatan stakeholder untuk mempengaruhi manajemen korporasi harus dipandang sebagai fungsi dari tingkat pengendalian

stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi (Watts dan Zimmerman, 1986). Ketika para stakeholder berupaya untuk mengendalikan sumber daya organisasi, maka orientasinya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesejahteraan tersebut terwujud dengan semakin tingginya

return yang dihasilkan organisasi.

(23)

kemudian mendorong kinerja keuangan perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen.

2.1.2 Legitimacy Theory

Teori legitimasi berhubungan erat dengan stakeholder. Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang berlaku di masyarakat (Deegan, 2004). Menurut Deegan (2004), dalam perspektif teori legimitasi, suatu perusahaan akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan komunitas. Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat “kontrak sosial” antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan tersebut beroperasi.

Lindblom (1994 dalam Guthrie et al., 2006) menyarankan jika suatu organisasi menganggap bahwa legitimasinya sedang dipertanyakan, organisasi tersebut dapat mengadopsi sejumlah strategi yang agresif. Pertama, organisasi dapat mencari jalan untuk membidik dan menginformasikan kepada

(24)

Berdasarkan teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan menunjukkan telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan nilai sosial (Guthrie dan Parker, 1989). Hal ini seringkali dapat dicapai melalui pengungkapan (disclosure) dalam laporan perusahaan. Organisasi dapat menggunakan disclosure untuk mendemonstrasikan perhatian manajemen akan nilai sosial, atau untuk mengarahkan kembali perhatian komunitas akan keberadaan pengaruh negatif aktifitas organisasi (Linblom, 1994 dalam Guthrie et al., 2006).

Teori legitimasi sangat erat berhubungan dengan pelaporan IC dan juga erat hubungannya dengan penggunaan metode content analysis sebagai ukuran dari pelaporan tersebut. Perusahaan sepertinya lebih cenderung untuk melaporkan IC mereka jika mereka memiih kebutuhan khusus untuk melakukannya. Hal ini mungkin terjadi ketika perusahaan menemukan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu melegistimasi statusnya berdasarkan tangibles assets yang umumnya dikenal sebagai simbol kesuksesan perusahaan.

Berdasarkan kajian tentang teori stakeholder dan teori legitimacy, dapat disimpulkan bahwa kedua teori tersebut memiliki penekanan yang berbeda tentang pihak-pihak yang dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi di dalam laporan keuangan perusahaan.Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap powerfull. Sedangkan teori legitimacy

(25)

Dalam konteks hubungan IC dengan kinerja keuangan, teori stakeholder

lebih tepat digunakan sebagai basis utama untuk menjelaskan hubungan IC dengan kinerja perusahaan. Dalam pandangan teori stakeholder, perusahaan memiliki stakeholders, bukan sekedar shareholder (Riahi-Belkaoui, 2003). Sedangkan teori legitimacy menjadi pijakan kedua dalam mendasari kajian ini. Menurut pandangan teori legitimacy, perusahaan akan terdorong untuk menunjukkan kapasitan IC-nya dalam laporan keuangan untuk memperoleh

legitimasi dari public atas kekayaan intelektual yang dimilikinya.

2.1.3 Intangible Assets

Selama ini, terdapat ketidakjelasan perbedaan antara aktiva tidak berwujud dan IC. Intangibles telah dirujuk sebagai goodwill, (ASB, 1997; IASB, 2004), dan IC adalah bagian dari goodwill. Dewasa ini sejumlah skema klasifikasi kontemporer telah berusaha mengidentifikasi perbedaan tersebut dengan secara spesifik memisahkan IC kedalam katagori external (customer-related) capital, internal (structural) capital, dan human capital (lihat misalnya: brennan dan Connell, 2000; Edvinsson dan Malone, 1997).

(26)
(27)

Tabel 2.1

(28)
(29)

(termasuk merek

(30)

Pengakuan

(recogni-

tion)

(31)

FRS 10

(32)

melebihi 20 tahun sejak tanggal aktiva siap

digunakan.am ortisasi harus mulai dihitung saat aktiva siap untuk digunakan

Sumber : Brennan dan Connell (2000); IAI (2002), diolah.

2.1.4 Definisi Intellectual Capital

(33)

Tabel 2.2

Kronologi konstribusi signifikan terhadap pengidentifikasian, pengukuran dan pelaporan IC

Period Program

Awal 1980-an Muncul pemahaman umum tentang

intangible (biasanya disebut “goodwill”)

Pertengahan 1980-an Era informasi (information age) memegang peranan, dan selisih (gap) antara nilai buku dan nilai pasar semakin tampak jelasdi beberapa perusahaan

Akhir 1990-an Awal usaha para konsultan (praktisi) untuk membangun laporan/akun yang mengukur intellectual capital (Sveiby, 1988).

Awal 1990-an Prakarsa secara sistematis untuk mengukur dan melaporkan persediaan perusahaan atas intellectual capital

kepada pihak eksternal

(34)

Pada tahun 1990, Skandia AFS menugaskan Leif Edvinsson sebagai “Direktur intellectual capital”. Hal ini adalah untuk kali pertama bahwa tugas pengelolaan intellectual capital

diangkat pada posisi formal dan mendapatkan legitimasi

Kaplan dan Norton memperkenalkan konsep tentang balanced scorecard (1992).

Pertengahan 1990-an Nonaka dan Takeuchi (1995)

mempresentasikan karya yang sangat berpengaruh terhadap “penciptaan pengetahuan perusahaan”. Meskipun buku ini berkosentrasi pada

knowledge’, pembedaan antara pengetahuan dan intellectual capital

dalam buku ini cukup menunjukkan bahwa mereka fokus pada intellectual capital.

(35)

persediaan perusahaan atas intellectual capital. Visualisasi IC menarik minat perusahaan lain untuk mengikuti petunjuk Skandia.

Sensasi lainnya terjadi pada tahun 1995 ketika Celemi menggunakan

knowledge audit untuk menawarkan suatu taksiran detail atas pernyataan

intellectual capitalnya.

Para pioner intellectual capital

mempublikasikan buku-buku laris dengan topic IC (Kaplan dan Norton, 1996; Edvinson and Malone, 1997; Sveiby, 1997). Karya Edvinsson and Malone lebih banyak ,mengupas tentang proses dan ‘bagaimana’ pengukuran IC.

(36)

project; Danish; Stockholm) yang diselenggarakan dengan tujuan, antara lain, untuk memperkenalkan beberapa penelitian tentang intellectual capital.

Pada tahun 1999, OECD menyelenggarakan simposium internasional tentang intellectual capital di Amsterdam.

Sumber: Petty and Guthrie (2000)

Beberapa peneliti/penulis memberikan definisi dan pengertian yang beragam tentang IC. Brooking (1996) misalnya mendefinisikan IC sebagai berikut:

“IC is the term given to the combined intangible assets of market,

intellectual property, human-centred and infrastructure – which enable

the company to function”

Roos et al. (1997) menyatakan bahwa:

“IC includes all the processes and the assets which are not normally shown on the balance-sheet and all the intangible assets (trademarks, patent and brands) which accounting methods consider”

(37)

“IC is elusive but once it is discovered and exploited, it may provide an organization with a new resource-base from which to compete and win”

Klein and Prusak (dalam Brooking, 1997) memberikan definisi awal atas

intellectual capital. Mereka menyatakan bahwa intellectual capital adalah “material yang telah disusun, ditangkap, dan digunakan untuk menghasilkan nilai assets yang lebih tinggi. “Stewart (1997), mendefinisikan intellectual capital

sebagai “packaget useful knowledge.” Brooking (1996) menawarkan definisi yang lebih komperhensif dengan menyatakan bahwa istilah intellectual capital

diberikan untuk kombinasi intangible assets yang dapat membuat perusahaan untuk berfungsi.”

Setelah satu definisi IC yang banyak digunakan adalah yang ditawarkan oleh Organitation for Economic Cooperation and Development (OECD, 1999) yang menjelaskan IC sebagai nilai ekonomi dari dua katagori asset tak berwujud: (1) organizational (structural); dan (2) human capital. Lebih tepatnya

Organisational (structural) capital mengacu pada hal seperti sistem software, jaringan distribusi, dan rantai pasokan. Human capital meliputi sumber daya manusia didalam organisasi (yaitu sumber daya tenaga kerja/karyawan) dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dan supplier.

(38)

intangible asset secara keseluruhan suatu perusahaan. Dengan demikian, terdapat item-item intangible asset yang secara logika tidak membentuk bagian dari IC suatu perusahaan.salah satunya adalah reputasi bank.

IC umumnya diidentifikasi sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan (bisnis perusahaan) dan nilai buku dari asset perusahaan tersebut atau dari

financial capitalnya. Hal ini berdasarkan suatu observasi bahwa sejak akhir 1980-an, nilai pasar dari bisnis kebanyakan dan secara khusus adalah bisnis yang berdasar pengetahuan telah menjadi lebih besar dari nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh akuntan. (Roslender dan Fincham, 2004)

(39)

Tabel 2.3

Perbandingan Konsep IC Menurut Beberapa Peneliti Brooking (UK) Roos (UK) Stewart (USA) Bontis

(Kanada)

Human-centered Assets

Skill, abilities and expertise, Employees are an organization’s most important asset

(40)

Intellectual

New patents and training efforts

Structural capital

All patents, plans and trademarks

Intellectual property Unlike, IC, IP is a protected asset and has a legal to capture and retain customers

Relational capital

Customer capital is only one feature of the knowledge embedded in organizational relationships Sumber: Bontis et al. (2000)

(41)

Namun, kebanyakan dibedakan dalam tiga katagori pengetahuan, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan karyawan (disebut sebagai human capital), pengetahuan yang berhubungan dengan pelanggan (disebut dengan

customer atau relational capital) dan pengetahuan yang berhubungan hanya dengan perusahaan (disebut dengan structural atau organizational capital). Seringkali IC didefinisikan sebagai sumber daya pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses atau teknologi yang mana perusahaan dapat menggunakannya dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan (Bukh et al., 2005). Dalam literatur yang lain, petty and Guthrie (2000), mengemukakan bahwa asset intelektual dapat dianggap sebagi IC.

2.1.5 Komponen Intellectual Capital

Brooking (USA) mengklasifikasikan intellectual capital menjadi human centered assets, infrastructure asssets, intellectual property,market assets.Stewart (USA) membagi intellectual capital menjadihuman capital, structure capital, dan

customer capital. Sedangkan Bontis (Kanada) membagi intellectual capital

menjadi human capital, structural capital, intellectual property, dan relational capital.

The Danish Confederation of Trade unions (1999) membagi intellectual capital menjadi manusia, sistem, dan pasar. Leliaert (2003) mengembangkan

(42)

2001 dalam hong, 2007) mengelompokkan intellectual capital menjadi modal manusia, modal struktural, dan modal hubungan.

Berdasarkan value platform model yang dikembangkan oleh Petrash (1996)dalam tan et.el., (2007) intellectual capital diklasifikasikan menjadi modal manusia, modal structural, dan modal pelanggan. Edvinsson dan Malone (1997) dalam tan et.al., (2007) mengembangkan Skandia value scheme yang mengklasifikasikan intellectual capital menjadi 3 bentuk dasar yaitu modal manusia, modal struktural, dan modal pelanggan.

Dari beberapa pengklasifikasian tersebut terdapat 3 skema yang sering digunakan dalam penelitian yaitu skema yang diusulkan oleh Stewart (1997), Sveiby (1997), dan Edvinsson dan Malone (1996). Dari ketiga skema tersebut terdapat kesamaan pada elemen-elemen yang terdapat pada intellectual capital.

Yaitu Intellectual capital yang melekat pada diri manusia, intellectual capital

yang terdapat pada internal perusahaan dan intellectual capital yang terdapat dari eksternal perusahaan.

2.1.6 Human Capital

(43)

2009). Human capital meliputi pengetahuan individu dari suatu organisasi yang terdapat pada pegawainya ( Bontis, Crossan & Hulland, 2001 dalam Rifqi 2009) dihasilkan melalui kompetensi, sikap, dan kecerdasan intelektual (Ross, Edvinsson & Draagonetti, 1997 dalam Rifqi 2009). Kompetensi tersebut dapat meliputi pendidikan dan keterampilan. Sikap dapat meliputi komponen perilaku dari pegawai. Kecerdasan intelektual dapat menjadi pegawai lebih sistematis dalam menyelesaikan masalah dan menciptakan solusi-solusi untuk kemajuan perusahaan. Meskipun pegawai dianggap sebagai aset oleh perusahaan, tetapi mereka bukanlah barang yang biasa dimiliki perusahaan.

Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual karena hal ini merupakan sumber inovasi dan pembaharuan strategi (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Human capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut (Suwardjono dan Kadir, 2003).

(44)

2.1.5 Structural Capital

Structural capital merupakan pengetahuan dalam organisasi yang

independent dari orang-orang atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tetap tinggal dalam organisasi meskipun pekerjanya meninggalkan organisasi tersebut (Saleh, et al,. 2008). Structural capital terdiri atas perjanjian, data base, informasi, sistem, budaya, prosedur, system administrative, kebiasaan, best practice (CIMA, 2000; Breman dan Cornnell, 2000; Bontis et.al,. 2000 Edvinsson dan Malone, 1997 dalam Saleh et al., 2008). Selain itu, termasuk dalam structural capital adalah semua hal selain manusia yang berasal dari pengetahuan yang berada dalam suatu organisasi termasuk struktur organisasi, strategi, rutinitas, software dan hardware dan semua hal yang nilainya terhadap perusahaan lebih tinggi daripada nilai materinya (Astuti, 2005 dalam Novitasari, 2009).

2.1.6 Customer Capital

(45)

Customer capital dapat muncul dari berbagai bagian di luar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Sumber eksternal ini menciptakan persepsi masa depan yang positif dari sebuah organisasi yang meliputi image, reputasi, loyalitas pelanggan, kekuatan komersial kemampuan negosiasi dengan entitas keuangan dan aktivitas lingkungan (CIMA, 2000 dalam Saleh et al., 2008).

2.1.7 Value Added Intellectual Coeficient (VAIC™)

Hal terpenting dalam manajemen di abad ke-20 adalah peningkatan hingga 50 kali lipat produktivitas pekerja manual dalam memproduksi. Konstribusi penting manajemen yang harus dibuat di abad ke-21 adalah dengan cara yang sama meningkatkan produktivitas pekerjaan pengetahuan (knowledge work) dan pekerja berpengetahuan di abad ke-20 adalah peralatan produksinya.

Metode value added intellectual coefficient (VAIC™) dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. (VAIC™) merupakan intellectual capital perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi).

(46)

keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.

Output (out) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual dipasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen IN.

VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HCE) dan

StructuralCapital (SC).Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employed

(CE), yang dalam hal ini dibeli dengan VACA.VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital.

Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilka return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CEnya. Dengan, demikian pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan.

Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. ‘value added human capital’

(47)

Hubungan ketiga adalah “structural capital coefficient” (STVA), yang menunjukkan konstribusi structural capital (SC) ddalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.SC bukanlah ukuran yang independent sebagaimana HC, ia dependen terhadap value creation (Pulic 1999). Artinya semakin besar konstribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil konstribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adlah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diversifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional (Pulic, 2000).

2.1.8 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1997 dalam Wahdikorin, 2010). Kinerja sebagai tindakan-tindakan atau kegiatan yang dapat diukur.

(48)

upah, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.

Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisai dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan.Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

2.1.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang kinerja intellectual capital telah dilakukan oleh (2005) di Malaysia. Penelitian ini mengukur kinerja intellectuall capital dari sepuluh bank komersial lokal dan enam bank komersial asing untuk periode 2001 dan 2002. Penelitian ini menemukan bahwa kira-kira 80 persen kemampuan penciptaan nilai (nilai VAIC) baik bank lokal maupun bank asing sebagian besar berhubungan dengan efisiensi modal manusia (HC) dibandingkan dengan efisiensi modal struktural (SC) dan efisiensi modal yang digunakan (CA).

(49)

menyatakan bahwa intellectual capital berpengaruh positif dengan kinerja perusahaan di Malaysia tanpa memperhatikan jenis industrinya.

Sugeng (2000) menyatakan bahwa intellectual capital digunakan untuk mengurangi tuntutan kerja karyawan dan meningkatkan kemampuan karyawan (studi pustaka). El Bannany mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja intellectual capital yaitu bank efficiency di bidang intellectual capital,

profitabilitas, risiko.

Astuti (2005) menunjukkan bahwa human capital akan memiliki hubungan yang lebih kuat dengan structural capital jika hubungan tersebut bersifat langsung daripada hubungan tersebut tidak berssifat langsung dengan customer capital

sebagai intervening. Disamping itu, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa

customer capital dan structural capital dapat berfungsi sebagai variabel

intervening hubungan human capital dan business performance, sedangkan

structural capital dapat digunakan untuk mediasi hubungan customer capital dengan business performance.

Ulum et. al., 2006 yang telah melakukan penelitian terhadap kinerja

intellectual capital pada perusahaan perbankan di Indonesia tahun 2004-2006 menyatakan bahwa terdapat pergeseran kinerja bank-bank di Indonesia jika dilihat dari kinerja intellectual capital. Hal ini karena di pengaruhi investasi pada sektor

intellectual capitalnya..

(50)

perusahaan public Taiwan. Dalam hal ini intellectual capital dihubungkan dengan nilai pasar (firm’s market value) dan kinerja keuangan perusahaann (financial performance). Hasilnya menunjukkan bahwa intellectual capital(VAIC) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini menambahkan R & D (research and development) dan advertising expenditure sebagai instrument untuk memperkuat daya prediksi VAIC.

Hong (2007) menyatakan bahwa ada pengaruh intellectual capital dengan kinerja perusahaan pada 150 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura. Purnomosidhi (2006) menyatakan bahwa praktik pengungkapan intellectual capital dalam laporan tahunan berdasarkan hasil content analisis terhadap laporan tahunan sebanyak 14 atribut (56 persen). Meskipun praktik pengungkapan

intellectual capital diantara perusahaan sangat bervariasi. Persentase ini menggambarkan bahwa perusahaan go public sudah memiliki kesadaran terhadap arti pentingnya intellectual capital bagi peningkatan keunggulan komperatif.

2.2 Kerangka Pemikiran

(51)

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1.7 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada pengaruh Human capital efficiency (HCE) terhadap Return on Asset

(ROA).

H2 : Ada pengaruh Structural Capital Efficiency (SCEI) terhadap Return on Asset (ROA).

H3 : Ada pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on Asset

(ROA).

H4 : Ada pengaruh Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return om

HCE

SCE

CEE

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris yang dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara intellectual capital (yang diukur dengan VAIC™) dengan kinerja keuangan (financial performance). Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis yang diajukan terkait dengan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor perbankan di indonesia yang terdaftar di BEI. Tempat penelitian berdasarkan studi kepustakaan. Waktu Pengamatan ini dilakukan selama dua bulan berturut-turut sejak bulan ke-6 dan ke-7 tahun 2013. Pemilihan metode penelitian ini berdasarkan pertimbangan dan periode data yang ada.

3.3 Batasan Operasional

Untuk mendapatkan data yang relevan yang akan dijadikan batasan operasional dalam penyusunan skripsi ini maka penulis melakukan penelitian terlebih dahulu. Yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah

(53)

itu penulis melakukan penelitian ini sebagai dasar untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

3.4 Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Independent

a. Modal manusia (Human Capital/HC) dapat didefinisikan sebagai nilai kolektif dari modal intelektual perusahaan yaitu kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan, diukur dengan Human Capital Efficiency (HCE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (value added/VA) modal manusia.

b. Modal struktural (Structural Capital/SC) dapat didefinisikan sebagai sistem informasi, kebijakan, proses, dan sebagainya, hasil dari produk atau sistem perusahaan yang telah diciptakan dari waktu ke waktu diukur dengan Structural Capital Efficiency (SCE) yang merupakan indikator efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal stuktural. c. Modal yang digunakan (Capital Employed/CE) didefinisikan sebagai

(54)

2. Variabel dependent

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan. Variabel kinerja keuangan, yang mencerminkan efisiensi perusahaan terhadap total aktiva didefinisikan sebagai berikut:

Return on asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA (Return on Asset) merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total asset.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda. Dimana untuk mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan yang meliputiHuman capital efficiency, Structural Capital Efficiency, Capital Employed Efficiency dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Rumus untuk menghitung Human Capital Efficiency yaitu : HCE = VA : HC

Dimana:

HC = Gaji Dan Tunjangan Karyawan

(55)

b. Rumus untuk menghitung Structural Capital Efficiency yaitu :

SCE = SC : VA

SC = VA – HC

c. Rumus untuk menghitung Capital Employed Efficiency yaitu : CEE = VA : CE

CE = Nilai Buku aktiva bersih

Dimana data tersebut akan diproses menggunakan pengolahan data program SPSS.

3.6 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Sektor perbankan pada umumnya menawarkan bidang penelitian intellectual capital yang ideal. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan selama 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 yang merupakan data terbaru perusahaan yang dapat memberikan gambaran terkini tentang kinerja keuangan perusahaan.

(56)

Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh jumlah sampel untuk 2007-2011 sebanyak 31 perusahaan perbankan.

Nilai HCE atau Human Capital Efficiency, SCE atau Structural Capital Efficiency, dan CEE atau Capital Employed Efficiency serta Return on asset (Roa dari perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai dengan 2012, data ini diperoleh dari pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) 2011.

3.7 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

3.8 Metode Pengumpulan Data

(57)

3.9 Teknik Analisis

Dengan menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebas digunakan model ekonometrika dengan meregres variabel yang ada melalui fungsi yang ditransformasikan kedalam model persamaan regresi linear berganda (multiple regresion) dengan spesipikasi model sebagai berikut :

ROA = a + b1 HCE + b2 SCE + b3 CEE + e

Dimana :

a = Konstanta

b1, b2, b3 = koefisien regresi dari X1, X2, X3

e = eror term

Bentuk hipotesis diatas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: ��

��1> 0, artinya jika X1 (Human Capital Efficiency) meningkat maka Y (Return

On Asset) akan mengalami peningkatan, cateris paribus. ��

��2>0, artinya jika X2 (Structural Capital Efficiency) meningkat maka Y (Return

On Asset) akan mengalami peningkatan, cateris paribus. ��

(58)

4.1 Test Goodnest Of Fit (Uji Kesesuaian)

4.1.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Dari sini akan diketahui seberapa besar variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk mempreddiksi variasi variabel dependen.

4.1.2 Uji Hipotesis SecaraParsial (Uji t)

(59)

4.1.3 Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel, bila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa semua variabel independen seecara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

4.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

4.2.1 Uji Multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Cara untuk mengetahui terjadi multikolonieritas atau tidak yaitu dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai custoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2006).

4.2.2 Uji Autokorelasi

(60)

digunakan untuk melihat data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Tidak terjadi autokorelasi yaitu apabila probabilitas signifikan lebih besar dari α = 0,05

4.2.3 Uji Hipotesis

(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Data

Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) telah menerbitkan laporan keuangan selama lima tahun berturut-turut dari tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal intellektual (intellectual capital) yang diukur dengan HCE, SCE, CEE terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA.

5.2 Statistik Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuraikan gambaran sebaran nilai dari masing-masing variabel. Selanjutnya deskripsi dari masing-masing akan ditampilkan sebagai berikut:

Tabel 2.4

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

ROA 596437.8125 14753034.0000 8277228.7200 3531420.22465 75

HCE -13084479.00000 16420897.00000 2.37359 7250954.27717 75

SCE -2.175 1.834 5.06388 1.000 75

CEE -1.768 2.218 2.97448 .980 75

(62)

Tabel 2.1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian. Salah satu ukuran intelektual yang diukur dengan VAIC yaitu Human Capital Efficiency (HCE). Nilai rata-rata HCE dari perusahaan sampel selama tahun 2007 sampai 2011 diperoleh sebesar 0.2373. Hal ini berarti bahwa selisih antara penjualan/pendapatan (OUT) dan beban usaha kecuali gaji dan tunjangan karyawan (IN) terhadap gaji dan tunjangan karyawan (HC) yang cukup besar yaitu mencapai 23.73% kali. Hal ini mencerminkan bahwa perusahaan memiliki nilai tambah (value added) yang cukup besar dibandingkan Human Capital (HC) nya. Nilai HCE terkecil adalah sebesar -13084 dan HCE tertinggi adalah 1642.

Ukuran modal intelektual lain yaitu Structural Capital Efficiency (SCE). Nilai rata-rata SCE dari perusahaan sampel selama tahun 2007 sampai 2011 diperoleh sebesar 0,5063. Hal ini berarti bahwa modal struktural yang dikeluarkan perusahaan sampel masih relatif kecil yaitu sekitar 50,63%. Nilai SCE terkecil adalah sebesar -2175 yang menunjukkan beban yang lebih besar yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dan nilai SCE tertinggi adalah 1834.

(63)

Berdasarkan hasil perhitungan tabel 2.4 tersebut nampak bahwa dari sampel penelitian selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 diperoleh nilai rata-rata ROA. Sebesar 0.8277. atau perusahaan sampel mampu memperoleh laba hingga 82,77% dari nilai total perusahaan. Nilai ROA terkecil adalah 0.596% dari total asset perusahaan. Dan nilai ROA terbesar adalah 14.75% dari total asetnya.

5.3 Hasil Analisis Regresinya

Metode analisis regresi linear berganda digunakan dengan rumus :

Y = α + + ++ e

Dimana :

Y = ROA

α = Konstanta (bilangan yang nilainya tetap)

X1 = Human Capital Efficiency (HCE) �2 = Structural Capital Efficiency (SCE)

�3 = Capital Employed Efficiency (CEE)

�123 = Koefisien regresi

(64)

5.3.1 Analisis Regresi , , ���� terhadap Y

Dari data pada tabel 2.7 dapat diperoleh hasil dengan menggunakan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y =1813604.671 + 0.01 X1 -0.02 X2 + 0.26 X3

thitung = (1821) (-529) (3.724)

Rsquare= 19.2

Fhitung = 5.614

Berdasarkan model hasil estimasi di atas dapat ditentukan bahwa :

(65)

b. Koefisien regresi Structural Capital Efficiency(X2) -0,02 mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan tingkat ROA, dan namun tidak signifikan. Hal ini dikarenakan Structural capital Efficiency hanya terdiri dari perjanjian, data base, informasi, sistem, budaya, prosedur, sistem administratif sehingga pengaruh Structural Capital Efficiency hanya berpengaruh negatif terhadap ROA.

c. Koefisien regresi Capital Employed Efficiency (X1) 0,26 mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan tingkat ROA, dan signifikan. Artinya jika Capital Employed Efficiency naik atau meningkat Rp.1000,- (cateris paribus) maka akan meningkatkan tingkat ROA sebesar Rp.260,- (Rp1000,- x 0.26). Dengan demikian dengan adanya pengaruh positif

(66)

5.4 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian)

5.4.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R2 menunjukkan 19.2 artinya secara bersamaan atau serentak variabel modal sendiri (X1), pinjaman kredit (X2), dan luas lahan (X3) mampu memberikan penjelasan variasi tingkat pendapatan sebesar 19.2% dan sisanya sebesar 80.8% dijelaskan oleh variabel yang tidak disertakan dalam model estimasi.

5.4.2 Uji Statistik t

 Uji t-statistik Human Capital Efficiency (X1) adalah sebagai berikut : a. Hipotesis :

H0 : b1 = 0, masing - masing variabel bebas tidak ada pengaruh Hα : b1≠ 0, masing - masing variabel bebas ada pengaruh b. df = n – k – 1

df = 75 – 3 – 1 df = 71

c. α = 5% d. t tabel = 1,666

e. Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima apabila t hitung< t tabel Hα diterima apabila t hitung> t tabel

(67)

g. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa variabel Human Capital Efficiency (X1) t hitung> t tabel (1.821 > 1,666) artinya �� diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Human Capital Efficiency

(X1) berpengaruh secara nyata (siginifikan) terhadap variabel tingkat ROA (Y) pada tingkat kepercayaan 95%.

 Uji t-statistik Structural Capital Efficiency (X2) adalah sebagai berikut: a. Hipotesis :

H0 : b1 = 0, masing - masing variabel bebas tidak ada pengaruh Hα : b1≠ 0, masing - masing variabel bebas ada pengaruh b. df = n – k – 1

df = 75 – 3 – 1 df = 71

c. α = 5% d. t tabel = 1,666

e. Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima apabila t hitung< t tabel Hα diterima apabila t hitung> t tabel

f. t hitung pinjaman Structural Capital Efficiency = -0.529

h. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa variabel Structural Capital Efficiency (X2) t hitung< t tabel (-0,529 < 1,666) artinya H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Structural Capital Efficiency

(68)

 Uji t-statistik Capital Employed Efficiency (X3) adalah sebagai berikut: a. Hipotesis :

H0 : b1 = 0, masing - masing variabel bebas tidak ada pengaruh Hα : b1≠ 0, masing - masing variabel bebas ada pengaruh b. df = n – k – 1

df = 75 – 3 – 1 df = 71

c. α = 5% d. t tabel = 1,666

e. Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima apabila t hitung< t tabel Hα diterima apabila t hitung> t tabel

f. t hitungCapital Employed Efficiency = 3.724

g. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa variabel Capital Employed Efficiency (X3) t hitung> t tabel (3.724 > 1,666) artinya Hα diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Capital Employed Efficiency

(69)

5.4.3 Uji Statistik F

Pengujian dengan menggunakan uji f diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2.5 Hasil Analisa Uji f

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.22814 3 3.07614 5.614 .002a

Residual 3.89115 71 5.48013

Total 4.81315 74

a. Predictors: (Constant), CEE, HCE, SCE

b. Dependent Variable: ROA

Tabel 2.7 menunjukkan hasil perhitungan statistik uji f sebesar 5.614 yang lebih besar dari f tabel sebesar 2.7777 dan nilai signifikan 0,000. Karena nilai signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05 yang berarti secara bersamaan (simultan) seluruh variabel independen HCE, SCE, CEE berpengaruh secara signifikan terhadap variabel ROA. Dengan demikian model regresi ini dapat menjelaskan variabel HCE, SCE, CEE secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROA.

5.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

5.5.1 Uji Multikolinearitas

(70)

pengujian regresi diperoleh nilai tolerance dan VIF untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

Tabel 2.6

Hasil Perhitungan VIF dan Coeficient Collinearity Statistic

Model Tolerance VIF

1 (Constant)

HCE 924 1.083

SCE 915 1.093

CEE 989 1.011

Berdasarkan tabel 2.5 diatas menunjukkan bahwa kedua variabel independent tidak terjadi multikolinearitas karena nilai tolerance > 0.10 dan VIF <10. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh antar variabel independent. Dengan variabel independent (HCE, SCE, CEE) dapat digunakan untuk memprediksi ROA selama periode pengamatan.

5.5.2 Uji Autokorelasi

(71)

sejumlah variabel independent 3 dan banyaknya data (n = 75). Adapun hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 2.6 sebagai berikut:

Tabel 2.7 Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Std.Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .438(a) .192 .158 7402558.56682 .802

a Predictors:(Constant),CEE,HCE,SCE b Dependent Variabel: ROA

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013

(72)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Sesuai dengan hasil pengujian yang dilakukan. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Human Capital Efficiency memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA. Hal ini dapat kita lihat atau ditunjukkan oleh koefisien Human Capital Efficiency yaitu sebesar 1.821. Artinya setiap kenaikan Human Capital Efficiency satu rupiah akan meningkatkan ROA sebesar 1.821 Rupiah cateris paribus .

2. Structural Capital Efficiency memiliki pengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini dapat kita lihat atau ditunjukkan oleh koefisien Structural Capital Efficiency yaitu sebesar -529. Artinya Structural Capital Efficiency satu rupiah akan menurunkan ROA sebesar -529 Rupiah cateris paribus.

3. Capital Employed Efficiency memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA. Hal ini dapat kita lihat atau ditunjukkan oleh koefisien Capital Employed Efficiency yaitu sebesar 3.724. Artinya kenaikan Capital Employed Efficiency satu rupiah akan meningkatkan ROA sebesar 3.724 Rupiah cateris paribus.

(73)

modal intelektual sedangkan sisanya 80.8% dipengaruhi oleh variabel lainnya.

6.2 Saran

1. Karena nilai r square yang diperoleh hanya 19,2 % maka disarankan kepada peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini untuk menggunakan variabel independen lainnya yang belum dimasukkan kedalam model seperti Human Capital Efficiency, Structural Capital Efficiency, dan

Capital Employed Efficiency.

(74)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2000. “Upaya Mengembangkan Ukuran-Ukuran Baru”. Media akuntansi. Edisi 7. Thn. VIII. Pp. 46-47.

Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company. Sydney.

Ikatan Akuntan Indonesia.2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19.Jakarta: Salemba Empat.

Accounting Principles Board. 1970. “Intangible Assets, APB Opinion 17”. American Institute of Certified Public Accountants, New York, NY.

Bontis, N. 2001. “Assesing knowledge assets: a review of the models used to measure intellectual capital”. International Journal of Technology Management.Vol.3 No. 1. pp. 41-60.

Bornemann, M. and K.H. Leitner. 2002. “Measuring and reporting intellectual from capital: the case of a research technology organisation”.Singapore Management Review.Vol. 24 No. 3. pp. 7-19.

Guthrie, J., R. Petty, F. Ferrier, and R. Well. 1999. “Thereis no accounting for intellectual capital in Australia: review of annual reporting practices and the internal measurement of intangibles within Australian organizations”. Paper presented at the international Symposium Measuring and Reporting Intellectual Capital: Experiences, Issues and Prospects, OECD, june. Amsterdam.

Harrison, S., and P.H. Sullivan. 2000. “Profitting from intellectual capital, learning from leading companies”. Journal of Intellectual Capital.Vol.1 No. 1. pp. 33-46.

(75)

International Federation of Accountants. 1998. “The Measurement and Management of Intellectual Capital”. available online at: www. Ifac. org.(accessed November 2006)

Meek, G.K., and S.J. Gray. 1988. “The value added statement an innovation for the US companies”. Accounting Horizons.Vol.12 No.2. pp. 73-81.

Freeman and Reed. 1983. “Stockholders and stakeholders: a new perspective on corporate governance”. Californian management review. Vol 25. Pp. 88-106.

Watts, R.L. and Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice-Hall. Englewood cliffs. NJ.

Stewart, T.A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organizations. Doubleday/Currency, New York, United States of America.

Edvinsson, L. And M. Malone. 1997. Intellectual Capital: Realizing Your Company’s True Value by Finding Its Hidden Brainpower.

HarperCollins, New York.

(76)

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

ROA 8277228.7200 8065188.57391 75

HCE 2.37359 1.098199 75

a. Predictors: (Constant), CEE, HCE, SCE

b. Dependent Variable: ROA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.22814 3 3.07614 5.614 .002a

Residual 3.89115 71 5.48013

Total 4.81315 74

a. Predictors: (Constant), CEE, HCE, SCE

(77)

Coefficientsa

Interval for B Correlations

Collinearity

a. Dependent Variable: ROA

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 596437.8125 14753034.0000 8277228.7200 3531420.22465 75

Residual

-13084479.00000

16420897.00000 2.37359 7250954.27717 75

Std. Predicted

Value

-2.175 1.834 5.06388 1.000 75

Std. Residual -1.768 2.218 2.97448 .980 75

(78)

Model Summaryb

.192 .158 7402558.5668

2

.192 5.614 3 71 .002 .802

a. Predictors: (Constant), CEE, HCE, SCE

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.1.7 Kerangka Pemikiran
Tabel 2.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh capital employed, human capital, structural capital terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar

Hubungan antara Value Added Intellectual Capital (VAIC™) dan tiga komponennya, yaitu Human Capital Efficiency (HCE), Capital Employed Efficiency (CEE), dan Structural

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 variabel yaitu capital employed efficiency (CEE), human capital efficiency (HCE), structural

Berdasarkan uji t dengan variabel dependen ROA, dapat diperoleh hasil bahwa variabel independen yang meliputi: HCE, SCE dan CEE berpengaruh signifikan terhadap ROA dengan

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji pengaruh Intellectual Capital (IC) yang terdiri atas: human capital efficiency (HCE), structural capital efficiency (SCE), dan

Mengetahui pengaruh Capital employed efficiency (CEE), Human capital efficiency (HCE), dan Structural capital efficiency (SCE) secara simultan terhadap Return on

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh capital employed, human capital, structural capital terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan

H 4 : Capital employed efficiency (CEE), Human capital efficiency (HCE), dan Structural capital efficiency (SCE) secara simultan berpengaruh positif terhadap Return