RENI NURAENI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RENI NURAENI
G54104041
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
RENI NURAENI
G54104041
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RENI NURAENI. Metode Linearisasi Persamaan Integral Taklinear dalam Model Pemanenan. Dibimbing oleh HADI SUMARNO dan JAHARUDDIN
Mayoritas penduduk di negara maritim memperoleh pendapatan dari sektor perikanan. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat menyebabkan tereksploitasinya biologis perairan.
RENI NURAENI. Linearization Method of Nonlinear Integral Equation in Harvesting Model. Supervised by HADI SUMARNO and JAHARUDDIN
Most of citizens in maritime countries live from fishery sector. Indirectly, it exploits the biological population in ocean as well as in freshwater.
Menyetujui,
Pembimbing I
Dr.Ir. Hadi Sumarno, MS. NIP 131 430 804
Pembimbing II
Dr. Jaharuddin, M.Si. NIP 132 045 530
Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Dr. drh. Hasim, DEA NIP. 131 578 806
kepada kita semua dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Amin.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan tak henti-hentinya kepada umatnya hingga akhir jaman.
Karya ilmiah ini merupakan permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari yang pengelolaannya belum bisa di sebut optimal. Pengaplikasiannya di Indonesia maupun di Negara lain menjadi suatu rutinitas khususnya di daerah yang berpotensial dalam bidang perikanan. Penulis melakukan pencarian referensi dalam bidang ini. Pada akhirnya penulis berhasil menyusun karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains.
Berbagai permasalahan dan kendala muncul selama penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr.Ir. Hadi Sumarno selaku Pembimbing I dan Dr. Jaharudin, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing, memberikan dorongan dan pengarahan kepada penulis hingga penulisan karya ilmiah ini selesai. Terima kasih juga kepada Drs. Ali Kusnanto,M.Si. selaku dosen penguji atas saran dan masukan yang telah diberikan.
2. Mamah, Bapak, mimih, Kakak tercinta dan kakak ipar atas segala usaha, doa restu dan kasih sayang yang telah diberikan hingga sekarang, serta dukungan semangat dengan sepenuh hati. Seluruh keluarga besar di Yogyakarta dan Maniis Purwakarta yang telah memberikan semangat dan dukungan hingga penulisan ini selesai.
3. Heri Sanjaya Putra yang telah memberikan motivasi, pengertian, kesabaran dan limpahan kisah kasih manis.
4. Seluruh dosen dan staf di Departemen Matematika, atas ilmu yang telah diberikan.
5. Kawan-kawan seperjuangan di HMI Cabang Bogor, KOHATI Cabang Bogor serta komisariat MIPA. Yakin usaha sampai.
6. Romce, Kecrit, Fitrong, More, Kesha, Dinste, Boytse, Penoy, GuRite, uwie, dodol, Windha, Lulu dan Ichu, atas perhatian, masukan, kritikan, bantuan, dorongan serta kebersamaan. 7. Pak jarwoto, ibu Sri dan keluarga besar dan Koi atas doa dan kebersamaan yang selalu menjadi
orang tua dan keluarga besar keduaku, serta mengenang teh Nio.
8. T-SHIRT (The Six Smart Girls) Che2, Kempez, Lie, Beduz, Milly, Ziviet and me atas kebersamaan kita, dan Esa sobat tercintaku yang tak cukup dengan kata terima kasih yang diberikan.
9. Teman-teman Matematika 41, Selamat Berjuang kawan, karena hidup adalah perjuangan. 10.Kakak kelas kamith, Blobo, matematika 40, 39, juga adik-adik kelas matematika 42, 43, dan
44 keep for fighting.
11.Para ITB’ers, JuPenty arigato gozaimasu dan TIN’ers and to aLL crew ITB. Tak lupa pula untuk sekretariat IPMM yang telah menjadi tempat kost keduaku.
12.Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulisan karya ilmiah ini tidak mungkin luput dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak akan sangat membantu demi kesempurnaan penulisan ini. Harapan penulis semoga karya ilmiah ini akan memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Bogor, Agustus 2008
pasangan bapak Toyiban dan Ibu Neneng Mulyati.
Awal pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Citamiang 1 Kabupaten Purwakarta pada tahun 1992 – 1998. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri I Maniis Kabupaten Purwakarta pada tahun 1998 – 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 1 Cianjur Jawa Barat hingga tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dengan memilih Departemen Metematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan penulis aktif dalam keanggotaan himpunan mahasiswa Departemen Matematika (GUMATIKA). Periode 2005 - 2006 penulis aktif sebagai staf bidang kesekretariatan GUMATIKA. Selama masa kepengurusan di GUMATIKA, penulis menjadi panitia berbagai kegiatan seperti Matematika Ria 2006, Musyawarah Wilayah III IKAHIMATIKA 2006. Penulis juga pernah mengikuti seminar LEMM ( Lets Make Money ) yang diadakan oleh BEM FMIPA IPB.
vi
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 1
Sistematika Penulisan ... 1
LANDASAN TEORI ... 1
Pelinearan Persamaan Integral Tak Linear ... 2
MODEL PEMANENAN ... 4
Jumlah Kelahiran ( ) ... 4
Jumlah Kelahiran yang Dipanen pada Semua Umur ... 4
Jumlah Populasi ( ) ... 5
Jumlah Populasi yang Dipanen pada Semua Umur ... 5
PEMBAHASAN ... 6
Kasus 1 ... 6
Linearisasi Model ... 6
Kasus 2 ... 9
KESIMPULAN ... 12
vii
1 Jumlah Kelahiran sebelum pemanenan pada kasus 1 ... 6
2 Jumlah Populasi N(t) sebelum pemanenan pada kasus 1 ... 7
3 Nilai X(t) setelah pemanenan pada kasus 1 ... 7
4 Nilai N(t) setelah pemanenan pada kasus 1 ... 8
5 Kelahiran sebelum pemanenan pada kasus 2 ... 9
6 N(t) sebelum pemanenan pada kasus 2 ... 10
7 X(t) setelah pemanenan dengan nilai H=0.01 – 0.10 ... 10
viii
1 Grafik X(t) sebelum pemanenan pada kasus 1... 6
2 Grafik N(t) sebelum pemanenan pada kasus 1... 7
3 Grafik X(t) setelah pemanenan pada kasus 1 dengan nilai H=0.03,0.04 dan 0.05 ... 8
4 Grafik N(t) setelah pemanenan pada kasus 1 dengan nilai H=0.03,0.04 dan 0.05 ... 8
5 Grafik X(t) sebelum pemanenan pada kasus 2... 9
6 Grafik N(t) sebelum pemanenan pada kasus 2... 10
7 Grafik X(t) setelah pemanenan dengan nilai H=0.01 – 0.10 ... 11
ix
1 Uraian Tabel Jumlah Kelahiran sebelum pemanenan pada kasus 1 ... 15
2 Uraian Tabel Jumlah Individu N(t) sebelum pemanenan pada kasus 1 ... 15
3 Uraian Tabel X(t) setelah pemanenan dengan nilai H=0.03, 0.04, 0.05 ... 16
4 Uraian Tabel N(t) setelah pemanenan dengan nilai H=0.03,0.04 dan 0.05 ... 17
5 Uraian Tabel Jumlah Kelahiran sebelum pemanenan pada kasus 2 ... 18
6 Uraian Tabel N(t) sebelum pemanenan pada kasus 2 ... 18
7 Uraian Tabel X(t) setelah pemanenan dengan nilai H=0.01 – 0.10 ... 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Eksploitasi terhadap populasi biologis dan ekosistem di perairan sering terjadi saat ini. Salah satunya di dunia perikanan, baik di wilayah daratan maupun perairan. Hal ini disebabkan adanya sifat egosentris dan ketidakfahaman manusia itu sendiri. Banyak sektor perikanan mengalami kerugian yang disebabkan kurangnya manajemen dalam pengelolaannya. Sehingga berpengaruh pula pada sektor lain, diantaranya sektor ekonomi. Perekonomian akan semakin terpuruk apabila sektor-sektor penunjangnya mengalami degradasi dan berpengaruh pula pada kesejahteraan para peternak ikan yang akan semakin menurun. Untuk mencegah hal tersebut para pengusaha ikan harus dapat mempertimbangkan seberapa banyak komposisi yang harus dipelihara dan yang harus dipanen. Pada proses pemanenan ikan juga harus diperhatikan berapa tingkat kelahiran dan tingkat kematiannya. Hal tersebut dilakukan agar dapat memaksimalkan keuntungan pada saat pemanenan ikan. Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat suatu model yang dapat mengaplikasikan perkembangan atau pertumbuhan populasi ikan.
Dengan adanya model tersebut, maka dapat dilakukan simulasi untuk menentukan berapa bagian yang seharusnya dipanen, agar jumlah individu setelah pemanenan tidak terlalu menurun bahkan punah.
Namun demikian, seringkali tidak mudah untuk mendapatkan solusi dari model pertumbuhan tersebut, terutama jika melibatkan persamaan integral tak linear,
sehingga pada model pertumbuhan ini digunakan metode linearisasi dalam penyelesaiannya.
Tujuan
Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Merumuskan model pertumbuhan
populasi ikan dan mengkaji kasus tingkat pemanenan yang mungkin.
2. Menggunakan metode linearisasi
pada model yang berupa persamaan integral taklinear.
Sistematika Penulisan
Karya ilmiah ini terdiri atas lima bab. Bab pertama merupakan uraian mengenai latar belakang permasalahan dan tujuan penulisan. Bab kedua berupa landasan teori, berisi beberapa istilah dan metode linearisasi untuk menyelesaikan persamaan integral tak linear yang digunakan dalam pembahasan. Bab ketiga berupa model pemanenan, berisi persamaan jumlah kelahiran, jumlah keseluruhan individu sebelum pemanenan dan setelah pemanenan yang ditinjau pada semua umur. Bab keempat berupa pembahasan mengenai ilustrasi model pemanenan dan aplikasi dari persamaan yang didapat dengan asumsi tingkat kelahiran dan kematiannya konstan dan hanya tergantung pada waktu. Selain itu, diperlihatkan pula beberapa grafik persamaan tersebut. Bab terakhir pada tulisan ini berisi kesimpulan dari keseluruhan penulisan.
LANDASAN TEORI
Untuk memahami pembahasan yang akandiberikan pada bagian selanjutnya, maka berikut ini akan diberikan beberapa istilah, yaitu :
1. Perikanan ( Fishery ) adalah semua
yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan, sampai pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
(Soewardi, K. 2007)
2. Tingkat Kelahiran ( Fertility Rates ) adalah jumlah dari individu baru yang rata-rata akan dimiliki induk individu semasa hidupnya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tingkat kelahiran , 10 April 2008)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tingkat kematian, 10 April 2008)
4. Ekosistem adalah komunitas dan
lingkungan abiotik yang berfungsi bersama.
(Suyasa,1997)
5. Populasi adalah kumpulan
individu-individu yang sejenis. (Suyasa,1997)
Selanjutnya, untuk memahami konsep matematika yang muncul pada bagian berikutnya, maka berikut ini akan diberikan uraian metode yang digunakan. Metode tersebut adalah metode linearisasi untuk menyelesaikan persamaan integral tak linear.
Pelinearan Persamaan Integral Tak Linear Tinjau persamaan integral berikut :
, , ,
dimana adalah fungsi yang tidak
diketahui, adalah konstanta real, dan
, , berturut-turut merupakan fungsi
pada dan . Fungsi , , adalah
fungsi tak linear yang memiliki turunan
dengan pendekatan nilai K di ( , ,
dinyatakan dalam deret Taylor berikut :
, , , , , , , ,
, , . ..
Jika persamaan (2) disubstitusikan ke dalam persamaan (1), maka diperoleh
,
dengan , , dan
(4)
, ,
, ,
, ,
, , .
Persamaan (3) dapat ditulis
,
.
Jika kedua ruas persamaan (7) diturunkan terhadap , maka diperoleh
.
Persamaan (8) merupakan persamaan diferensial biasa yang linear, dengan solusi dalam bentuk
exp exp
exp 9
Persamaan (9) dapat dituliskan sebagai berikut
exp exp
exp
Persamaan (10) dan persamaan (4) digunakan untuk menyelesaikan persamaan
(1) dengan asumsi . Dengan asumsi
ini, solusi persamaan (1) di , untuk
exp exp
∆ ∆
exp ∆ ,
dengan ∆ dan .
Untuk ∆ dengan , , , …
dan , maka persamaan (11)
menjadi exp exp exp .
Penurunan lengkap dapat dilihat pada pustaka [Darania,2005].
MODEL PEMANENAN
Untuk memahami masalah pemanenan, akan dibahas terlebih dahulu masalah kelahiran. Setelah itu, menentukan berapa jumlah populasi yang ada dengan menggunakan persamaan jumlah kelahiran yang telah didapat terlebih dahulu, baik sebelum proses pemanenan maupun setelah pemanenan.
Jumlah Kelahiran (
Jumlah kelahiran individu pada waktu t, t
∈
[t0,∞) dengan asumsi kompetisi diabaikan dapat dirumuskan sebagai berikut :,
dengan T adalah umur maksimal individu
dalam populasi, dan berturut-turut
adalah tingkat kelahiran dan kematian pada
umur , . Fungsi dan
diasumsikan selalu positif dan merupakan
fungsi kontinu pada
∈
, .Berdasarkan persamaan (13), jumlah
kelahiran individu pada waktu sampai
adalah jumlah dari tingkat kematian individu dikalikan dengan tingkat kelahiran individu.
Untuk menuju ke proses pemanenan, perlu adanya identifikasi mengenai jumlah keseluruhan individu yang akan dipanen agar banyaknya bagian individu yang dipanen dapat ditentukan.
Jumlah Kelahiran yang Dipanen pada
Semua Umur
Bentuk pada persamaan akan
dimodifikasi untuk menentukan persamaan dengan asumsi pemanenan dilakukan pada semua umur. Misalkan rasio pemanenan dari individu pada semua umur dinyatakan
oleh konstanta dengan 0 . Rasio
pemanenan tersebut dipanen pada waktu . Kemudian diasumsikan pula bahwa
secara alami. Sehingga persamaan menjadi
.
Dengan demikian, persamaan untuk menentukan kelahiran setelah pemanenan pada semua umur adalah
.
Jumlah Populasi ( )
Proses pemanenan dilakukan pada jumlah populasi yang ada. Jumlah total individu tersebut didapat dari perkalian antara tingkat kematian individu dikalikan dengan kelahiran individu. Sehingga N(t) dapat diformulasikan sebagai berikut
.
Persamaan (16) menunjukkan bahwa tiap perubahan waktu individu yang ditanam akan ada proses kematian dan kelahiran. Bentuk
menunjukkan jumlah keseluruhan
individu pada waktu sampai setelah
mengalami kematian dan kelahiran.
Jumlah Populasi yang Dipanen pada
Semua Umur
Bentuk pada persamaan akan
dimodifikasi untuk menentukan persamaan
untuk dengan asumsi pemanenan
dilakukan pada semua umur. Misalkan rasio pemanenan dari individu pada semua umur
dinyatakan oleh konstanta dengan 0 . Rasio pemanenan tersebut dipanen pada waktu . Kemudian diasumsikan pula bahwa bagian dari populasi akan hidup
hingga mati secara alami. Sehingga yang
dipanen adalah
.
dan nilai yang tidak dipanen adalah :
.
Dengan demikian, persamaan untuk menentukan kelahiran setelah pemanenan pada semua umur adalah persamaan (18).
Untuk menentukan jumlah populasi yang memenuhi persamaan (18), maka
diperlukan nilai . Nilai dan
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini akan dikaji bentuk yaitu jumlah kelahiran individu dan
bentuk yaitu jumlah populasi. Dalam hal
ini akan di tinjau dua kasus, yaitu kasus dimana tingkat kelahiran dan kematian yang ditinjau konstan dan dimana tingkat kelahiran dan kematiannya hanya bergantung pada waktu . Selain itu, akan dibahas pula perilaku
fungsi dan terhadap perubahan
nilai , yaitu rasio pemanenan populasi ikan sesudah pemanenan.
Kasus 1
Pada kasus ini, diasumsikan tingkat kelahiran dan kematian pada populasi ikan adalah konstan, misalkan
. ,
. . 9 Berdasarkan persamaan (19), maka
diperoleh jumlah kelahiran dan jumlah
populasi baik sebelum maupun setelah
pemanenan. Berikut akan dibahas terlebih
dahulu bentuk dan sebelum
pemanenan.
Berdasarkan yang dinyatakan oleh
persamaan (13) dengan nilai-nilai pada persamaan (19) diperoleh
. .
. — .
. . .
Misalkan pada selang waktu , ,
dan pada selang waktu , ,
maka dari persamaan (24), diperoleh
. . .
Selanjutnya, persamaan yang
dinyatakan oleh persamaan (16) dengan nilai-nilai pada persamaan (19) diperoleh
.
. .
Misalkan pada selang waktu ,
dan pada selang waktu , ,
maka dari persamaan (27) diperoleh
, .
Linearisasi Model
Berdasarkan persamaan (12), dengan nilai linearisasi persamaan (13) dan (16) berturut-turut dinyatakan sebagai berikut
exp .
Dengan menggunakan bentuk linear yang diberikan oleh persamaan (24) dengan nilai
dan . (tanda negatif digunakan
agar nilai positif), maka dari persamaan
(21), (4) dan (5) diperoleh :
=
= . exp . =
=
= . exp . .
= (26)
Sehingga dari persamaan (24) dengan nilai-nilai pada persamaan (26) akan diperoleh
, yaitu kelahiran sebelum pemanenan disajikan dalam Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1,
dibuat Grafik sebelum pemanenan
seperti disajikan pada Gambar 1.
Tabel 1 Jumlah Kelahiran sebelum pemanenan pada kasus 1
tn X(tn+1) 0 51.72487411 1 53.44974822 2 55.17462233 3 56.89949643 4 58.62437054 5 60.34924465
Gambar1 Grafik sebelum pemanenan
pada kasus 1
Dengan asumsi bahwa tingkat kelahiran dan kematian populasi ikan adalah konstan, serta tingkat kelahiran lebih besar dari tingkat kematiannya, maka pada grafik yang diberikan dalam Gambar 1 diperoleh bahwa jumlah kelahiran populasi ikan tersebut adalah meningkat.
Dengan menggunakan bentuk linear yang diberikan oleh persamaan (25) dengan nilai
dan . (tanda negatif digunakan
agar nilai positif), maka dari persamaan
(23), (4) dan (5) diperoleh :
=
= exp . =
=
= exp . .
Sehingga dari persamaan (25) dengan nilai-nilai pada persamaan (27) diperoleh
bentuk , yaitu jumlah populasi sebelum
pemanenan seperti disajikan dalam Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, dibuat Grafik sebelum pemanenan, dan disajikan pada Gambar 2.
Tabel 2 Jumlah Populasi sebelum
pemanenan pada kasus 1
tn N(tn+1) 0 51.12819066 1 52.85306477 2 54.57793888 3 56.30281299 4 58.0276871 5 59.75256121
Gambar 2 Grafik sebelum pemanenan
pada kasus 1
Grafik pada Gambar 2 memperlihatkan meningkatnya jumlah individu yang ada, sehingga dapat dilakukan proses pemanenan. Setelah itu, akan dilakukan proses pemanenan dengan berbagai nilai rasio pemanenan
pada semua umur.
x
t
t N 50 52 54 56 58 60 620 5 10
50 52 54 56 58 60 62
Berdasarkan persamaan (12), dengan nilai , linearisasi persamaan (15) dan (18) berturut-turut dinyatakan sebagai berikut
exp
exp 9
Berdasarkan nilai yang dinyatakan
oleh persamaan (15) dan bentuk linearnya pada persamaan (28), dengan nilai-nilai pada persamaan (19) dan nilai
. , . , . , . dan . ,
maka diperoleh , yaitu kelahiran setelah
pemanenan yang disajikan oleh Tabel 3. Berdasarkan tabel 3 dibuat grafik setelah pemanenan yang disajikan pada Gambar 3.
Tabel 3 Nilai X(t) setelah pemanenan pada kasus 1
H
tn 0.04 0.03 0.05
0 49.655879 50.173127 49.138630
1 49.325523 50.341061 48.320329
2 49.008381 50.503957 47.542943
3 48.703925 50.661967 46.80442
4 48.411647 50.815235 46.10283
5 48.131060 50.963906 45.43632
Gambar 3 Grafik setelah pemanenan pada kasus 1 dengan nilai . , . dan .
Grafik pada Gambar 3 memperlihatkan empat kurva dengan rasio pemanenan yang berbeda. Semakin besar nilai , maka jumlah kelahiran akan semakin kecil, karena individu yang ada akan semakin sedikit.
Berdasarkan nilai yang dinyatakan
oleh persamaan (18) dan bentuk linearnya pada persamaan (29), dengan nilai-nilai pada persamaan (23) dan nilai
. , . , . , . dan . ,
t
X
0 10 20 30 40 50 60 70
0 1 2 3 4 5 6
(H=0.04)
(H=0.03)
maka diperoleh , yaitu jumlah populasi setelah pemanenan yang disajikan oleh Tabel 4. Berdasarkan tabel 4 dibuat grafik setelah pemanenan yang disajikan pada Gambar 4.
Tabel 4 Nilai N(t) setelah pemanenan pada kasus 1
H
tn 0.05 0.04 0.03
0 51.1281 51.1281 51.1281
1 50.2668 50.7840 51.3013
2 49.4485 50.4537 51.4692
3 48.6711 50.1365 51.6321
4 47.9326 49.8321 51.7901
5 47.2310 49.5398 51.9434
Gambar 4 Grafik setelah pemanenan pada kasus 1 dengan nilai . , . dan .
Dari grafik pada Gambar 4, dapat
ditentukan berapa bagian dari jumlah keseluruhan individu yang akan dipanen. Dari
Gambar 4 terlihat bahwa nilai . dapat
menghasilkan jumlah individu yang relatif konstan, sehingga pada kasus ini dipilih
. .
Kasus 2
Pada kasus ini, diasumsikan tingkat kelahiran dan kematian pada populasi ikan hanya tergantung pada waktu . Misalkan
(30)
Berdasarkan persamaan (30) diperoleh
jumlah kelahiran dan jumlah populasi
baik sebelum maupun setelah pemanenan. Berikut ini akan dibahas terlebih
dahulu dan sebelum pemanenan.
Berdasarkan yang dinyatakan oleh
persamaan (13) dengan nilai-nilai pada persamaan (30) diperoleh
.
Misalkan pada selang waktu ,
dan pada waktu , , maka dari
persamaan (31) diperoleh
.
Berdasarkan bentuk linear yang diberikan oleh persamaan (24) dan pemilihan nilai
. (tanda negatif digunakan agar nilai
positif), maka diperoleh , yaitu
jumlah kelahiran sebelum pemanenan yang
disajikan dalam Tabel 5. Nilai tersebut
N t 0 10 20 30 40 50 60 70
0 1 2 3 4 5 6
(H=0.05)
(H=0.04)
didapatkan dengan proses yang sama pada kasus 1. Berdasarkan Tabel 5, dibuat Grafik sebelum pemanenan, yang disajikan pada Gambar 5.
Tabel 5 Kelahiran sebelum pemanenan pada kasus 2
tn Xn+1 0 35 1 37.67225756 2 40.08121 3 41.62028569 4 42.46487893 5 42.88974963
Gambar 5 Grafik sebelum pemanenan
pada kasus 2
Pada kasus ini, diasumsikan bahwa tingkat kelahiran dan kematian hanya tergantung pada waktu . Pada Gambar 5, memperlihatkan perilaku kurva yang nilainya meningkat secara eksponen.
Berdasarkan N(t) yang dinyatakan oleh persamaan (16) dengan nilai-nilai pada persamaan (30), diperoleh
.
Misalkan nilai pada selang waktu
, dan pada selang waktu
, , maka dari persamaan (33)
diperoleh
.
Berdasarkan bentuk linear yang diberikan oleh persamaan (25), dan memilih nilai
. (tanda negatif digunakan agar nilai
positif), maka diperoleh , yaitu
jumlah populasi sebelum pemanenan yang
disajikan dalam Tabel 6. Nilai tersebut
didapatkan dengan proses yang sama pada kasus 1. Berdasarkan Tabel 6, dibuat Grafik sebelum pemanenan, yang disajikan pada Gambar 6.
Tabel 6 N(t) sebelum pemanenan pada kasus 2
tn Nn+1 0 31.00317156 1 33.48220634 2 37.01381798 3 39.80251416 4 41.5060427 5 42.41911385
Gambar 6 Grafik sebelum pemanenan
pada kasus 2
Pada Gambar 6, grafik sebelum
pemanenan didapat kurva yang nilainya meningkat. Ini berarti populasi tersebut dapat dipanen.
Dalam proses pemanenan akan dikaji untuk berbagai nilai rasio pemanenan pada semua umur.
Berdasarkan nilai yang dinyatakan
oleh persamaan (15) dan persamaan (28), serta nilai-nilai pada persamaan (30) dengan nilai
. . dan . , maka
diperoleh yaitu kelahiran setelah
pemanenan yang disajikan oleh Tabel 7. Nilai tersebut didapatkan dengan proses yang sama pada kasus 1. Berdasarkan Tabel 7-
X
t
t
N
32 34 36 38 40 42 440 2 4 6
30 32 34 36 38 40 42 44
dibuat Grafik setelah pemanenan, yang disajikan pada Gambar 7.
Tabel 7 X(t) setelah pemanenan dengan nilai H=0.01 – 0.10
Gambar 7 Grafik setelah pemanenan dengan nilai . – .
Grafik pada Gambar 7 memperlihatkan kurva dengan rasio pemanenan yang berbeda. Semakin besar nilai , maka jumlah kelahiran akan semakin kecil, karena individu yang ada semakin sedikit.
Berdasarkan nilai yang dinyatakan
oleh persamaan (18) dan persamaan (29), serta nilai-nilai pada persamaan (30), dengan
nilai . . dan . maka
diperoleh yaitu jumlah populasi setelah
pemanenan yang disajikan oleh Tabel 8. Nilai tersebut didapatkan dengan proses yang sama pada kasus 1. Berdasarkan Tabel 8
digunakan Grafik setelah pemanenan.
Tabel 8 N(t) setelah pemanenan pada kasus 2 dengan nilai H=0.01 – 0.10 H
tn 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
0 31.01 31.01 31.01 31.01 31.01 31.01 31.01 31.01 31.01 31.01
1 33.15 32.82 32.48 32.14 31.81 31.47 31.14 30.80 30.47 30.13
2 36.28 35.05 34.83 34.12 33.41 32.71 32.01 31.33 30.65 29.98
3 38.63 36.36 36.33 35.21 34.13 33.06 32.02 30.99 29.99 29.02
4 39.87 36.72 36.74 35.25 33.81 32.41 31.05 29.73 28.46 27.23
5 40.34 36.51 36.43 34.59 32.82 31.13 29.51 27.96 26.47 25.05 H
tn 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.10
0 34.65 34.3 33.95 33.6 33.25 32.9 32.55 32.2 31.85 31.5
1 36.92 35.67 35.44 34.72 33.99 33.29 32.58 31.88 31.19 30.51
2 38.89 36.61 36.58 35.46 34.37 33.29 32.24 31.21 30.20 29.21
3 39.98 36.82 36.84 35.35 33.89 32.49 31.13 29.82 28.54 27.30
4 40.38 36.55 36.46 34.62 32.86 31.16 29.54 27.99 26.49 25.07
5 40.38 36.03 35.73 33.57 31.53 29.59 27.75 26.01 24.35 22.79
X t 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
0 1 2 3 4 5 6
Gambar 8 Grafik N(t) setelah pemanenan pada kasus 2 dengan nilai H=0.01 – 0.10
Dari Grafik pada Gambar 8, dapat
ditentukan besarnya bagian dari jumlah keseluruhan individu yang akan dipanen. Dari
Gambar 8 terlihat bahwa nilai . dan
. dapat menghasilkan jumlah
individu yang relatif konstan, sehingga pada
kasus ini dipilih . atau . .
KESIMPULAN
Pola pertumbuhan populasi dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian individu. Model pertumbuhan dengan persamaan integral tak linear dapat digunakan untuk menentukan jumlah kelahiran dan jumlah populasi ikan dengan berbagai alternatif rasio pemanenan.
Dari model yang digunakan, jika tingkat kelahiran dan kematian individu konstan dan tingkat kelahiran lebih besar dari tingkat kematian individu, maka diperoleh grafik jumlah populasi berbentuk linear yang terus meningkat, baik sebelum maupun setelah
pemanenan. Jika tingkat kelahiran dan kematian individu hanya tergantung pada waktu, maka grafik jumlah populasi berbentuk tidak linear. Pada berbagai variasi pemanenan dengan berbagai nilai rasio pemanenan, diperoleh kurva yang nilainya meningkat pada waktu tertentu dan kemudian menurun.
Dengan metode linearisasi, diperoleh solusi yang dapat memperlihatkan berapa banyak bagian dari jumlah keseluruhan individu yang dapat dipanen. Sehingga, jumlah individu yang tidak dipanen tidak
mengalami penurunan atau kepunahan.
t
N
0 5 10 15 20 25 30 35 40 450 1 2 3 4 5 6
DAFTAR PUSTAKA
Darania, A.Ebadian and Oskoi. 2005.
Linearization Method For Solving Nonlinear Integral Equation. Mathematical Problems in Engineering. 2006 : 1-10.
Farlow, Stanley. 1994. An Introduction to Differential Equations and Their Applications.University of Maine. Maine.
Hritonenko, N dan Yatsenko, Y. 2006.
Optimization of Harvesting Return from Age-Structured Population. Journal of Bioeconomics.8:167-179.
Integral_equation._http://en.wikipedia.org/w iki/Integral_equation. 25April 2008.
Polyanin, AD dan Zhurov, A.I. 2007. A
solution method for some classes of nonlinear integral, integro-functional, and
integro-differential equations,. Website EqWorld — The World of Mathematical Equations,_http://eqworld.ipmnet.ru/en/m ethods/ie/ie-meth3.htm. 25 April 2008.
Rockafeller, Tyrell. 1970. Convex Analysis. Princeton University Press, Princeton.
Soewardi, K. 2007. Pengelolaan Keragaman
Genetik Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Intramedia, Bogor.
Suyasa, I N. 1997. Ekologi Perairan. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta. Jakarta.
Lampiran 1 Uraian Tabel Jumlah Kelahiran sebelum pemanenan pada kasus 1
. . .
. 9
n tn Xn 1/Zn Kn exp(Znh) 1/Zn*Kn exp(Znh)*(1/Zn*Kn) X(tn+1)
0 0 50 -2.9484797 -16.9579 1.034497482 50 51.72487411 51.72487411
1 1 51.72487411 -2.9484797 -17.5429 1.034497482 51.7249 53.50925203 53.44974822
2 2 53.44974822 -2.9484797 -18.1279 1.034497482 53.4497 55.29362995 55.17462233
3 3 55.17462233 -2.9484797 -18.7129 1.034497482 55.1746 57.07800788 56.89949643
4 4 56.89949643 -2.9484797 -19.2979 1.034497482 56.8995 58.8623858 58.62437054
5 5 58.62437054 -2.9484797 -19.8829 1.034497482 58.6244 60.64676372 60.34924465
Lampiran 2 Uraian Tabel Jumlah Individu N(t) sebelum pemanenan pada kasus 1
. . .
n tn Xn 1/Zn Kn exp(Znh) 1/Zn*Kn exp(Znh)*(1/Zn*Kn) N(tn+1)
0 0 50 -4.48168907 -11.15650801 1.022563813 50 51.12819066 51.12819066
1 1 51.72487411 -4.48168907 -11.54137944 1.022563813 51.72487411 52.89198451 52.85306477
2 2 53.44974822 -4.48168907 -11.92625088 1.022563813 53.44974822 54.65577835 54.57793888
3 3 55.17462233 -4.48168907 -12.31112232 1.022563813 55.17462233 56.4195722 56.30281299
4 4 56.89949643 -4.48168907 -12.69599375 1.022563813 56.89949643 58.18336605 58.0276871
5 5 58.62437054 -4.48168907 -13.08086519 1.022563813 58.62437054 59.94715989 59.75256121
Lampiran 3 Uraian Tabel X(t) setelah pemanenan dengan nilai H=0.03, 0.04, 0.05
n tn Xn 1/Zn Kn exp(Znh) 1/Zn*Kn exp(Znh)*(1/Zn*Kn) X(tn+1) (1-H) X(tn+1)*(1-H)
0 0 50 -2.948479652 -16.95789217 1.034497482 50 51.72487411 51.72487411 0.97 50.17312789
1 1 50.17312789 -2.948479652 -17.01660985 1.034497482 50.17312789 51.90397447 51.89800199 0.97 50.34106193
2 2 50.34106193 -2.948479652 -17.073566 1.034497482 50.34106193 52.07770182 52.06593604 0.97 50.50395796
3 3 50.50395796 -2.948479652 -17.12881347 1.034497482 50.50395796 52.24621735 52.22883207 0.97 50.66196711
4 4 50.66196711 -2.948479652 -17.18240351 1.034497482 50.66196711 52.40967742 52.38684122 0.97 50.81523598
5 5 50.81523598 -2.948479652 -17.23438585 1.034497482 50.81523598 52.56823368 52.54011009 0.97 50.96390679
n tn Xn 1/Zn Kn exp(Znh) 1/Zn*Kn exp(Znh)*(1/Zn*Kn) X(tn+1) (1-H) X(tn+1)*(1-H)
0 0 50 -2.948479652 -16.95789217 1.034497482 50 51.72487411 51.72487411 0.96 49.65587914
1 1 49.65587914 -2.948479652 -16.84118088 1.034497482 49.65587914 51.36888195 51.38075325 0.96 49.32552312
2 2 49.32552312 -2.948479652 -16.72913805 1.034497482 49.32552312 51.02712948 51.05039723 0.96 49.00838134
3 3 49.00838134 -2.948479652 -16.62157693 1.034497482 49.00838134 50.6990471 50.73325545 0.96 48.70392523
4 4 48.70392523 -2.948479652 -16.51831825 1.034497482 48.70392523 50.38408803 50.42879934 0.96 48.41164737
5 5 48.41164737 -2.948479652 -16.41918992 1.034497482 48.41164737 50.08172731 50.13652148 0.96 48.13106062
n tn Xn 1/Zn Kn exp(Znh) 1/Zn*Kn exp(Znh)*(1/Zn*Kn) X(tn+1) (1-H) X(tn+1)*(1-H)
0 0 50 -2.948479652 -16.95789217 1.034497482 50 51.72487411 51.72487411 0.95 49.1386304
1 1 49.1386304 -2.948479652 -16.66575192 1.034497482 49.1386304 50.83378943 50.86350451 0.95 48.32032929
2 2 48.32032929 -2.948479652 -16.38821867 1.034497482 48.32032929 49.98725898 50.0452034 0.95 47.54294323
3 3 47.54294323 -2.948479652 -16.12456209 1.034497482 47.54294323 49.18305506 49.26781733 0.95 46.80442647
4 4 46.80442647 -2.948479652 -15.87408834 1.034497482 46.80442647 48.41906134 48.52930058 0.95 46.10283555
Lampiran 4 Uraian Tabel N(t) setelah pemanenan dengan nilai H=0.03,0.04 dan 0.05
. . .
n tn Xn 1/Zn Kn exp(Znh) 1/Zn*Kn exp(Znh)*(1/Zn*Kn) N(tn+1)
0 0 50 -4.48168907 -11.15650801 1.022563813 50 51.12819066 51.12819066
1 1 50.17312789 -4.48168907 -11.19513806 1.022563813 50.17312789 51.30522497 51.30131855
2 2 50.34106193 -4.48168907 -11.23260921 1.022563813 50.34106193 51.47694825 51.4692526
3 3 50.50395796 -4.48168907 -11.26895623 1.022563813 50.50395796 51.64351984 51.63214862
4 4 50.66196711 -4.48168907 -11.30421283 1.022563813 50.66196711 51.80509427 51.79015777
5 5 50.81523598 -4.48168907 -11.33841174 1.022563813 50.81523598 51.96182147 51.94342664
n tn Xn 1/Zn Kn exp(Znh) 1/Zn*Kn exp(Znh)*(1/Zn*Kn) N(tn+1)
0 0 50 -4.48168907 -11.15650801 1.022563813 50 51.12819066 51.12819066
1 1 49.65587914 -4.48168907 -11.07972427 1.022563813 49.65587914 50.77630513 50.78406981
2 2 49.32552312 -4.48168907 -11.00601187 1.022563813 49.32552312 50.43849501 50.45371378
3 3 49.00838134 -4.48168907 -10.93524798 1.022563813 49.00838134 50.11419731 50.136572
4 4 48.70392523 -4.48168907 -10.86731464 1.022563813 48.70392523 49.80287151 49.83211589
5 5 48.41164737 -4.48168907 -10.80209863 1.022563813 48.41164737 49.50399874 49.53983803
n tn Xn 1/Zn Kn exp(Znh) 1/Zn*Kn exp(Znh)*(1/Zn*Kn) N(tn+1)
0 0 50 -4.48168907 -11.15650801 1.022563813 50 51.12819066 51.12819066
1 1 49.1386304 -4.48168907 -10.96431047 1.022563813 49.1386304 50.24738528 50.26682106
2 2 48.32032929 -4.48168907 -10.78172281 1.022563813 48.32032929 49.41062017 49.44851995
3 3 47.54294323 -4.48168907 -10.60826454 1.022563813 47.54294323 48.61569332 48.67113389
4 4 46.80442647 -4.48168907 -10.44347917 1.022563813 46.80442647 47.8605128 47.93261713
Lampiran 5 Uraian Tabel Jumlah Kelahiran sebelum pemanenan pada kasus 2
.
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Xn+1
0 0 35 0 0 -0.2 -70 1 0 35
1 1 35 -0.735758882 -25.75156088 -3.018281828 0 1.076350216 35 37.67225756
2 2 37.67225756 -0.541341133 -20.39354259 -4.094528049 10.19677129 1.055626166 111.0300894 40.08121
3 3 40.08121 -0.29872241 -11.97315566 -7.195178974 7.982103771 1.030322893 226.998035 41.62028569
4 4 41.62028569 -0.146525111 -6.098416986 -14.24953751 4.573812739 1.014760385 480.1796094 42.46487893
5 5 42.46487893 -0.06737947 -2.861261035 -30.38263182 2.289008828 1.006760698 1067.826324 42.88974963
Lampiran 6 Uraian Tabel N(t) sebelum pemanenan pada kasus 2
.
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Nn+1
0 0 35 1 35 -0.2 -35 0.904837418 42 31.00317156
1 1 35 0.367879441 12.87578044 5.136563657 -12.87578044 0.96388051 -151.779728 33.48220634
2 2 37.67225756 0.135335283 5.098385647 14.3781122 -5.098385647 0.986557638 -511.5181398 37.01381798
3 3 40.08121 0.049787068 1.995525943 39.67107385 -1.995525943 0.995033666 -1557.999674 39.80251416
4 4 41.62028569 0.018315639 0.762302123 108.5963001 -0.762302123 0.998170112 -4486.512805 41.5060427
Lampiran 7 Uraian Tabel X(t) setelah pemanenan dengan nilai H=0.01 – 0.10
.
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Xn+1 (1-H) X(n+1)*(1-H)
0 0 35 0 0 -0.2 -70 1 0 35 0.99 34.65
1 1 34.65 -0.735758 -25.494045 -3.0182818 0 1.076350216 34.65 37.29553498 0.99 36.92257963 2 2 36.92257963 -0.541341 -19.987711 -4.0945280 9.993855544 1.055626166 108.8205906 39.28359393 0.99 38.89075799
3 3 38.89075799 -0.298722 -11.61754 -7.1951789 7.745027307 1.030322893 220.2559664 40.38412159 0.99 39.98028037 4 4 39.98028037 -0.146525 -5.8581150 -14.249537 4.393586268 1.014760385 461.2586169 40.79159326 0.99 40.38367733 5 5 40.38367733 -0.067379 -2.7210307 -30.382631 2.17682462 1.006760698 1015.492209 40.78772514 0.99 40.37984789
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Xn+1 (1-H) X(n+1)*(1-H)
0 0 35 0 0 0 -70 1 0 35 0.98 34.3
1 1 34.3 -0.7357588 -25.2365296 -3.01828182 -25.2365296 1.076350216 -62.36706672 36.39826099 0.98 35.67029577
2 2 35.670295 -0.5413411 -19.3097983 -4.09452804 -9.65489916 1.055626166 -33.78918794 37.35776237 0.98 36.61060712
3 3 36.610607 -0.2987224 -10.936408 -7.19517897 -3.64546959 1.030322893 -48.75530927 37.57291226 0.98 36.82145401
4 4 36.821454 -0.1465251 -5.39526764 -14.2495375 -1.34881691 1.014760385 -92.5096458 37.29704869 0.98 36.55110771
5 5 36.551107 -0.0673794 -2.46279426 -30.3826318 -0.49255885 1.006760698 -184.0906176 36.76857095 0.98 36.03319953
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Xn+1 (1-H) X(n+1)*(1-H)
0 0 35 0 0 0 -70 1 0 35 0.97 33.95
1 1 33.95 -0.735758 -24.979014 -3.01828182 0 1.076350216 33.95 36.54208983 0.97 35.44582713
2 2 35.445827 -0.541341 -19.188284 -4.09452804 9.59414211 1.055626166 104.4682111 37.71241049 0.97 36.58103818
3 3 36.581038 -0.298722 -10.927575 -7.19517897 7.285050595 1.030322893 207.1749776 37.985711 0.97 36.84613967
4 4 36.846139 -0.146525 -5.398884 -14.2495375 4.049163532 1.014760385 425.0995557 37.59385199 0.97 36.46603643
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Xn+1 (1-H) X(n+1)*(1-H)
0 0 35 0 0 0 -70 1 0 35 0.96 33.6
1 1 33.6 -0.73575 -24.72149 -3.0182818 0 1.076350216 33.6 36.16536725 0.96 34.71875256
2 2 34.718752 -0.54134 -18.79468 -4.0945280 9.397344424 1.055626166 102.3253304 36.93884314 0.96 35.46128941
3 3 35.461289 -0.29872 -10.59308 -7.1951789 7.062054562 1.030322893 200.8333335 36.82296508 0.96 35.35004648
4 4 35.350046 -0.14652 -5.179669 -14.249537 3.884752116 1.014760385 407.8388994 36.06739884 0.96 34.62470288
5 5 34.624702 -0.06737 -2.332994 -30.382631 1.866395303 1.006760698 870.6764301 34.97113085 0.96 33.57228562
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Xn+1 (1-H) X(n+1)*(1-H)
0 0 35 0 0 0 -70 1 0 35 0.95 33.25
1 1 33.25 -0.73575 -24.463982 -3.0182818 0 1.076350216 33.25 35.78864468 0.95 33.99921244
2 2 33.99921244 -0.54134 -18.405172 -4.0945280 9.202586092 1.055626166 100.2046557 36.17329203 0.95 34.36462743
3 3 34.36462743 -0.29872 -10.265484 -7.1951789 6.843656221 1.030322893 194.6224403 35.68419245 0.95 33.89998282
4 4 33.89998282 -0.14652 -4.967198 -14.249537 3.725399062 1.014760385 391.109293 34.58790929 0.95 32.85851383
5 5 32.85851383 -0.06737 -2.2139892 -30.382631 1.771191397 1.006760698 826.2636538 33.18727067 0.95 31.52790714
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Xn+1 (1-H) X(n+1)*(1-H)
0 0 35 0 0 -0.2 -70 1 0 35 0.94 32.9
1 1 32.9 -0.73575 -24.2064 -3.018281828 0 1.076350216 32.9 35.4119221 0.94 33.287206
2 2 33.287206 -0.54134 -18.0197 -4.094528049 9.00986711 1.055626166 98.10618702 35.41575716 0.94 33.290811
3 3 33.290811 -0.29872 -9.94471 -7.195178974 6.62980767 1.030322893 188.5409359 34.56914337 0.94 32.494994
4 4 32.494994 -0.14652 -4.76133 -14.24953751 3.57099953 1.014760385 374.8997307 33.15441006 0.94 31.165145
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Xn+1 (1-H) X(n+1)*(1-H)
0 0 35 0 0 -0.2 -70 1 0 35 0.93 32.55
1 1 32.55 -0.73575 -23.9489 -3.018281828 0 1.076350216 32.55 35.03519953 0.93 32.582735
2 2 32.58273 -0.54134 -17.6383 -4.094528049 8.819187491 1.055626166 96.02992434 34.66623853 0.93 32.239601 3 3 32.23960 -0.29872 -9.63069 -7.195178974 6.420461043 1.030322893 182.5874584 33.47756814 0.93 31.134138 4 4 31.13413 -0.14652 -4.56193 -14.24953751 3.421449813 1.014760385 359.199322 31.76593804 0.93 29.542322 5 5 29.54232 -0.06737 -1.99054 -30.38263182 1.592436819 1.006760698 742.8743538 29.83789998 0.93 27.74924698
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Xn+1 (1-H) X(n+1)*(1-H)
0 0 35 0 0 -0.2 -70 1 0 35 0.92 32.2
1 1 32.2 -0.73575 -23.6914 -3.01828182 0 1.076350216 32.2 34.65847695 0.92 31.8857988
2 2 31.88579 -0.54134 -17.2610 -4.09452804 8.630547222 1.055626166 93.97586769 33.92473615 0.92 31.21075726
3 3 31.210757 -0.29872 -9.32335 -7.19517897 6.215568421 1.030322893 176.7606459 32.40921703 0.92 29.81647966
4 4 29.816479 -0.14652 -4.36886 -14.2495375 3.276647247 1.014760385 343.9972917 30.42154031 0.92 27.98781709
5 5 27.987817 -0.06737 -1.88580 -30.3826318 1.508643425 1.006760698 703.7845999 28.26784151 0.92 26.00641419
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Xn+1 (1-H) X(n+1)*(1-H)
0 0 35 0 0 -0.2 -70 1 0 35 0.91 31.85
1 1 31.85 -0.735758 -23.43392 -3.0182818 0 1.076350216 31.85 34.28175438 0.91 31.19639
2 2 31.1963 -0.541341 -16.88789 -4.0945280 8.443946308 1.055626166 91.94401705 33.19125 0.91 30.2040
3 3 30.2040 -0.298722 -9.022622 -7.1951789 6.015081921 1.030322893 171.0591362 31.36384031 0.91 28.5410
4 4 28.5410 -0.146525 -4.181987 -14.249537 3.136490302 1.014760385 329.2829799 29.12027416 0.91 26.4994
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Xn+1 (1-H) X(n+1)*(1-H)
0 0 35 0 0 -0.2 -70 1 0 35 0.9 31.5
1 1 31.5 -0.735758 -23.17640 -3.018281 0 1.07635021 31.5 33.9050318 0.9 30.51452862
2 2 30.51452 -0.541341 -16.51876 -4.094528 8.2593847 1.05562616 89.93437243 32.4657801 0.9 29.21920209
3 3 29.21920 -0.298722 -8.728430 -7.1951789 5.8189536 1.03032289 165.4815675 30.34118827 0.9 27.30706944
4 4 27.30706 -0.146525 -4.001171 -14.249537 3.0008785 1.01476038 315.0458417 27.86120706 0.9 25.07508636
5 5 25.07508 -0.067379 -1.689546 -30.382631 1.3516368 1.00676069 630.5407659 25.32596826 0.9 22.79337143
Lampiran 8 Uraian Tabel N(t) setelah pemanenan dengan nilai H=0.01 – 0.10
.
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Nn+1
0 0 35 1 35 -0.2 -35 0.904837418 42 31.00317156
1 1 34.65 0.367879441 12.74702264 5.136563657 -12.74702264 0.96388051 -150.2619307 33.14738427
2 2 36.92257963 0.135335283 4.996927772 14.3781122 -4.996927772 0.986557638 -501.3389289 36.277243 3 3 38.89075799 0.049787068 1.936256827 39.67107385 -1.936256827 0.995033666 -1511.725526 38.62033969
4 4 39.98028037 0.018315639 0.732264378 108.5963001 -0.732264378 0.998170112 -4309.7263 39.87053901
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Nn+1
0 0 35 1 35 -0.2 -35 0.904837418 42 31.00317156
1 1 34.3 0.367879441 12.61826483 5.136563657 -12.61826483 0.96388051 -148.7441334 32.81256221
2 2 35.67029577 0.135335283 4.827449581 14.3781122 -4.827449581 0.986557638 -484.3352781 35.04684669
3 3 36.61060712 0.049787068 1.8227348 39.67107385 -1.8227348 0.995033666 -1423.093613 36.35604335
4 4 36.82145401 0.018315639 0.674408455 108.5963001 -0.674408455 0.998170112 -3969.216505 36.72038327
5 5 36.55110771 0.006737947 0.246279427 296.1263182 -0.246279427 0.999326432 -10794.50407 36.511716
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Nn+1
0 0 35 1 35 -0.2 -35 0.904837418 42 31.00317156
1 1 33.95 0.367879441 12.48950703 5.136563657 -12.48950703 0.96388051 -147.2263362 32.47774015
2 2 35.44582713 0.135335283 4.797071055 14.3781122 -4.797071055 0.986557638 -481.2874178 34.82630134 3 3 36.58103818 0.049787068 1.821262649 39.67107385 -1.821262649 0.995033666 -1421.944236 36.32668001
4 4 36.84613967 0.018315639 0.674860589 108.5963001 -0.674860589 0.998170112 -3971.877529 36.74500117
5 5 36.46603643 0.006737947 0.245706221 296.1263182 -0.245706221 0.999326432 -10769.38028 36.4267364
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Nn+1
0 0 35 1 35 -0.2 -35 0.904837418 42 31.00317156
1 1 33.6 0.367879441 12.36074922 5.136563657 -12.36074922 0.96388051 -145.7085389 32.14291808
2 2 34.71875256 0.135335283 4.698672212 14.3781122 -4.698672212 0.986557638 -471.4151177 34.11193465 3 3 35.46128941 0.049787068 1.76551364 39.67107385 -1.76551364 0.995033666 -1378.4184 35.21471717
4 4 35.35004648 0.018315639 0.647458686 108.5963001 -0.647458686 0.998170112 -3810.604218 35.25301459
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Nn+1
0 0 35 1 35 -0.2 -35 0.904837418 42 31.00317156
1 1 33.25 0.367879441 12.23199142 5.136563657 -12.23199142 0.96388051 -144.1907416 31.80809602
2 2 33.99921244 0.135335283 4.601293046 14.3781122 -4.601293046 0.986557638 -461.6451212 33.40497073 3 3 34.36462743 0.049787068 1.710914055 39.67107385 -1.710914055 0.995033666 -1335.78997 34.12568058
4 4 33.89998282 0.018315639 0.620899844 108.5963001 -0.620899844 0.998170112 -3654.292721 33.80693119
5 5 32.85851383 0.006737947 0.221398925 296.1263182 -0.221398925 0.999326432 -9703.98391 32.82310168
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Nn+1
0 0 35 1 35 -0.2 -35 0.904837418 42 31.00317156
1 1 32.9 0.367879441 12.10323361 5.136563657 -12.10323361 0.96388051 -142.6729443 31.47327396
2 2 33.28720678 0.135335283 4.504933557 14.3781122 -4.504933557 0.986557638 -451.9774284 32.70540957 3 3 33.29081173 0.049787068 1.65745192 39.67107385 -1.65745192 0.995033666 -1294.049601 33.05933142
4 4 32.49499477 0.018315639 0.59516659 108.5963001 -0.59516659 0.998170112 -3502.840207 32.40579967
5 5 31.16514546 0.006737947 0.209989098 296.1263182 -0.209989098 0.999326432 -9203.887664 31.13155828
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Nn+1
0 0 35 1 35 -0.2 -35 0.904837418 42 31.00317156
1 1 32.55 0.367879441 11.97447581 5.136563657 -11.97447581 0.96388051 -141.155147 31.13845189
2 2 32.58273556 0.135335283 4.409593746 14.3781122 -4.409593746 0.986557638 -442.4120392 32.01325117
3 3 32.23960184 0.049787068 1.605115261 39.67107385 -1.605115261 0.995033666 -1253.187944 32.01543088
4 4 31.13413837 0.018315639 0.570241635 108.5963001 -0.570241635 0.998170112 -3356.144922 31.04867867
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Nn+1
0 0 35 1 35 -0.2 -35 0.904837418 42 31.00317156
1 1 32.2 0.367879441 11.84571801 5.136563657 -11.84571801 0.96388051 -139.6373498 30.80362983
2 2 31.8857988 0.135335283 4.315273611 14.3781122 -4.315273611 0.986557638 -432.9489536 31.32849554
3 3 31.21075726 0.049787068 1.553892105 39.67107385 -1.553892105 0.995033666 -1213.19565 30.99374015
4 4 29.81647966 0.018315639 0.546107874 108.5963001 -0.546107874 0.998170112 -3214.106189 29.73463679
5 5 27.98781709 0.006737947 0.188580428 296.1263182 -0.188580428 0.999326432 -8265.538975 27.95765417
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Nn+1
0 0 35 1 35 -0.2 -35 0.904837418 42 31.00317156
1 1 31.85 0.367879441 11.7169602 5.136563657 -11.7169602 0.96388051 -138.1195525 30.46880777
2 2 31.19639648 0.135335283 4.221973154 14.3781122 -4.221973154 0.986557638 -423.5881716 30.65114267
3 3 30.2040375 0.049787068 1.50377048 39.67107385 -1.50377048 0.995033666 -1174.063372 29.9940204
4 4 28.54109468 0.018315639 0.522748384 108.5963001 -0.522748384 0.998170112 -3076.624407 28.4627526
5 5 26.49944949 0.006737947 0.178551886 296.1263182 -0.178551886 0.999326432 -7825.984852 26.47089061
n tn Xn Zn Kn (n+2)h+2/Zn Jn exp(Znh) 1/Zn(Kn+(nh+2/Zn)Jn) Nn+1
0 0 35 1 35 -0.2 -35 0.904837418 42 31.00317156
1 1 31.5 0.367879441 11.5882024 5.136563657 -11.5882024 0.96388051 -136.6017552 30.1339857
2 2 30.51452862 0.135335283 4.129692374 14.3781122 -4.129692374 0.986557638 -414.3296933 29.98119256
3 3 29.21920209 0.049787068 1.454738412 39.67107385 -1.454738412 0.995033666 -1135.781762 29.01603282
4 4 27.30706944 0.018315639 0.500146423 108.5963001 -0.500146423 0.998170112 -2943.601052 27.23211462
RENI NURAENI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RENI NURAENI. Metode Linearisasi Persamaan Integral Taklinear dalam Model Pemanenan. Dibimbing oleh HADI SUMARNO danJAHARUDDIN
Mayoritas penduduk di negara maritim memperoleh pendapatan dari sektor perikanan. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat menyebabkan tereksploitasinya biologis perairan.
RENI NURAENI. Linearization Method of Nonlinear Integral Equation in Harvesting Model. Supervised by HADI SUMARNO and JAHARUDDIN
Most of citizens in maritime countries live from fishery sector. Indirectly, it exploits the biological population in ocean as well as in freshwater.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Eksploitasi terhadap populasi biologis dan ekosistem di perairan sering terjadi saat ini. Salah satunya di dunia perikanan, baik di wilayah daratan maupun perairan. Hal ini disebabkan adanya sifat egosentris dan ketidakfahaman manusia itu sendiri. Banyak sektor perikanan mengalami kerugian yang disebabkan kurangnya manajemen dalam pengelolaannya. Sehingga berpengaruh pula pada sektor lain, diantaranya sektor ekonomi. Perekonomian akan semakin terpuruk apabila sektor-sektor penunjangnya mengalami degradasi dan berpengaruh pula pada kesejahteraan para peternak ikan yang akan semakin menurun. Untuk mencegah hal tersebut para pengusaha ikan harus dapat mempertimbangkan seberapa banyak komposisi yang harus dipelihara dan yang harus dipanen. Pada proses pemanenan ikan juga harus diperhatikan berapa tingkat kelahiran dan tingkat kematiannya. Hal tersebut dilakukan agar dapat memaksimalkan keuntungan pada saat pemanenan ikan. Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat suatu model yang dapat mengaplikasikan perkembangan atau pertumbuhan populasi ikan.
Dengan adanya model tersebut, maka dapat dilakukan simulasi untuk menentukan berapa bagian yang seharusnya dipanen, agar jumlah individu setelah pemanenan tidak terlalu menurun bahkan punah.
Namun demikian, seringkali tidak mudah untuk mendapatkan solusi dari model pertumbuhan tersebut, terutama jika melibatkan persamaan integral tak linear,
sehingga pada model pertumbuhan ini digunakan metode linearisasi dalam penyelesaiannya.
Tujuan
Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Merumuskan model pertumbuhan
populasi ikan dan mengkaji kasus tingkat pemanenan yang mungkin.
2. Menggunakan metode linearisasi
pada model yang berupa persamaan integral taklinear.
Sistematika Penulisan
Karya ilmiah ini terdiri atas lima bab. Bab pertama merupakan uraian mengenai latar belakang permasalahan dan tujuan penulisan. Bab kedua berupa landasan teori, berisi beberapa istilah dan metode linearisasi untuk menyelesaikan persamaan integral tak linear yang digunakan dalam pembahasan. Bab ketiga berupa model pemanenan, berisi persamaan jumlah kelahiran, jumlah keseluruhan individu sebelum pemanenan dan setelah pemanenan yang ditinjau pada semua umur. Bab keempat berupa pembahasan mengenai ilustrasi model pemanenan dan aplikasi dari persamaan yang didapat dengan asumsi tingkat kelahiran dan kematiannya konstan dan hanya tergantung pada waktu. Selain itu, diperlihatkan pula beberapa grafik persamaan tersebut. Bab terakhir pada tulisan ini berisi kesimpulan dari keseluruhan penulisan.
LANDASAN TEORI
Untuk memahami pembahasan yang akandiberikan pada bagian selanjutnya, maka berikut ini akan diberikan beberapa istilah, yaitu :
1. Perikanan ( Fishery ) adalah semua
yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan, sampai pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
(Soewardi, K. 2007)
2. Tingkat Kelahiran ( Fertility Rates ) adalah jumlah dari individu baru yang rata-rata akan dimiliki induk individu semasa hidupnya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tingkat kelahiran , 10 April 2008)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Eksploitasi terhadap populasi biologis dan ekosistem di perairan sering terjadi saat ini. Salah satunya di dunia perikanan, baik di wilayah daratan maupun perairan. Hal ini disebabkan adanya sifat egosentris dan ketidakfahaman manusia itu sendiri. Banyak sektor perikanan mengalami kerugian yang disebabkan kurangnya manajemen dalam pengelolaannya. Sehingga berpengaruh pula pada sektor lain, diantaranya sektor ekonomi. Perekonomian akan semakin terpuruk apabila sektor-sektor penunjangnya mengalami degradasi dan berpengaruh pula pada kesejahteraan para peternak ikan yang akan semakin menurun. Untuk mencegah hal tersebut para pengusaha ikan harus dapat mempertimbangkan seberapa banyak komposisi yang harus dipelihara dan yang harus dipanen. Pada proses pemanenan ikan juga harus diperhatikan berapa tingkat kelahiran dan tingkat kematiannya. Hal tersebut dilakukan agar dapat memaksimalkan keuntungan pada saat pemanenan ikan. Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat suatu model yang dapat mengaplikasikan perkembangan atau pertumbuhan populasi ikan.
Dengan adanya model tersebut, maka dapat dilakukan simulasi untuk menentukan berapa bagian yang seharusnya dipanen, agar jumlah individu setelah pemanenan tidak terlalu menurun bahkan punah.
Namun demikian, seringkali tidak mudah untuk mendapatkan solusi dari model pertumbuhan tersebut, terutama jika melibatkan persamaan integral tak linear,
sehingga pada model pertumbuhan ini digunakan metode linearisasi dalam penyelesaiannya.
Tujuan
Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Merumuskan model pertumbuhan
populasi ikan dan mengkaji kasus tingkat pemanenan yang mungkin.
2. Menggunakan metode linearisasi
pada model yang berupa persamaan integral taklinear.
Sistematika Penulisan
Karya ilmiah ini terdiri atas lima bab. Bab pertama merupakan uraian mengenai latar belakang permasalahan dan tujuan penulisan. Bab kedua berupa landasan teori, berisi beberapa istilah dan metode linearisasi untuk menyelesaikan persamaan integral tak linear yang digunakan dalam pembahasan. Bab ketiga berupa model pemanenan, berisi persamaan jumlah kelahiran, jumlah keseluruhan individu sebelum pemanenan dan setelah pemanenan yang ditinjau pada semua umur. Bab keempat berupa pembahasan mengenai ilustrasi model pemanenan dan aplikasi dari persamaan yang didapat dengan asumsi tingkat kelahiran dan kematiannya konstan dan hanya tergantung pada waktu. Selain itu, diperlihatkan pula beberapa grafik persamaan tersebut. Bab terakhir pada tulisan ini berisi kesimpulan dari keseluruhan penulisan.
LANDASAN TEORI
Untuk memahami pembahasan yang akandiberikan pada bagian selanjutnya, maka berikut ini akan diberikan beberapa istilah, yaitu :
1. Perikanan ( Fishery ) adalah semua
yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan, sampai pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
(Soewardi, K. 2007)
2. Tingkat Kelahiran ( Fertility Rates ) adalah jumlah dari individu baru yang rata-rata akan dimiliki induk individu semasa hidupnya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tingkat kelahiran , 10 April 2008)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tingkat kematian, 10 April 2008)
4. Ekosistem adalah komunitas dan
lingkungan abiotik yang berfungsi bersama.
(Suyasa,1997)
5. Populasi adalah kumpulan
individu-individu yang sejenis. (Suyasa,1997)
Selanjutnya, untuk memahami konsep matematika yang muncul pada bagian berikutnya, maka berikut ini akan diberikan uraian metode yang digunakan. Metode tersebut adalah metode linearisasi untuk menyelesaikan persamaan integral tak linear.
Pelinearan Persamaan Integral Tak Linear Tinjau persamaan integral berikut :
, , ,
dimana adalah fungsi yang tidak
diketahui, adalah konstanta real, dan
, , berturut-turut merupakan fungsi
pada dan . Fungsi , , adalah
fungsi tak linear yang memiliki turunan
dengan pendekatan nilai K di ( , ,
dinyatakan dalam deret Taylor berikut :
, , , , , , , ,
, , . ..
Jika persamaan (2) disubstitusikan ke dalam persamaan (1), maka diperoleh
,
dengan , , dan
(4)
, ,
, ,
, ,
, , .
Persamaan (3) dapat ditulis
,
.
Jika kedua ruas persamaan (7) diturunkan terhadap , maka diperoleh
.
Persamaan (8) merupakan persamaan diferensial biasa yang linear, dengan solusi dalam bentuk
exp exp
exp 9
Persamaan (9) dapat dituliskan sebagai berikut
exp exp
exp
Persamaan (10) dan persamaan (4) digunakan untuk menyelesaikan persamaan
(1) dengan asumsi . Dengan asumsi
ini, solusi persamaan (1) di , untuk
exp exp
∆ ∆
exp ∆ ,
dengan ∆ dan .
Untuk ∆ dengan , , , …
dan , maka persamaan (11)
menjadi exp exp exp .
Penurunan lengkap dapat dilihat pada pustaka [Darania,2005].
MODEL PEMANENAN
Untuk memahami masalah pemanenan, akan dibahas terlebih dahulu masalah kelahiran. Setelah itu, menentukan berapa jumlah populasi yang ada dengan menggunakan persamaan jumlah kelahiran yang telah didapat terlebih dahulu, baik sebelum proses pemanenan maupun setelah pemanenan.
Jumlah Kelahiran (
Jumlah kelahiran individu pada waktu t, t
∈
[t0,∞) dengan asumsi kompetisi diabaikan dapat dirumuskan sebagai berikut :,
dengan T adalah umur maksimal individu
dalam populasi, dan berturut-turut
adalah tingkat kelahiran dan kematian pada
umur , . Fungsi dan
diasumsikan selalu positif dan merupakan
fungsi kontinu pada
∈
, .Berdasarkan persamaan (13), jumlah
kelahiran individu pada waktu sampai
adalah jumlah dari tingkat kematian individu dikalikan dengan tingkat kelahiran individu.
Untuk menuju ke proses pemanenan, perlu adanya identifikasi mengenai jumlah keseluruhan individu yang akan dipanen agar banyaknya bagian individu yang dipanen dapat ditentukan.
Jumlah Kelahiran yang Dipanen pada
Semua Umur
Bentuk pada persamaan akan
dimodifikasi untuk menentukan persamaan dengan asumsi pemanenan dilakukan pada semua umur. Misalkan rasio pemanenan dari individu pada semua umur dinyatakan
oleh konstanta dengan 0 . Rasio
pemanenan tersebut dipanen pada waktu . Kemudian diasumsikan pula bahwa
exp exp
∆ ∆
exp ∆ ,
dengan ∆ dan .
Untuk ∆ dengan , , , …
dan , maka persamaan (11)
menjadi exp exp exp .
Penurunan lengkap dapat dilihat pada pustaka [Darania,2005].
MODEL PEMANENAN
Untuk memahami masalah pemanenan, akan dibahas terlebih dahulu masalah kelahiran. Setelah itu, menentukan berapa jumlah populasi yang ada dengan menggunakan persamaan jumlah kelahiran yang telah didapat terlebih dahulu, baik sebelum proses pemanenan maupun setelah pemanenan.
Jumlah Kelahiran (
Jumlah kelahiran individu pada waktu t, t
∈
[t0,∞) dengan asumsi kompetisi diabaikan dapat dirumuskan sebagai berikut :,
dengan T adalah umur maksimal individu
dalam populasi, dan berturut-turut
adalah tingkat kelahiran dan kematian pada
umur , . Fungsi dan
diasumsikan selalu positif dan merupakan
fungsi kontinu pada
∈
, .Berdasarkan persamaan (13), jumlah
kelahiran individu pada waktu sampai
adalah jumlah dari tingkat kematian individu dikalikan dengan tingkat kelahiran individu.
Untuk menuju ke proses pemanenan, perlu adanya identifikasi mengenai jumlah keseluruhan individu yang akan dipanen agar banyaknya bagian individu yang dipanen dapat ditentukan.
Jumlah Kelahiran yang Dipanen pada
Semua Umur
Bentuk pada persamaan akan
dimodifikasi untuk menentukan persamaan dengan asumsi pemanenan dilakukan pada semua umur. Misalkan rasio pemanenan dari individu pada semua umur dinyatakan
oleh konstanta dengan 0 . Rasio
pemanenan tersebut dipanen pada waktu . Kemudian diasumsikan pula bahwa
secara alami. Sehingga persamaan menjadi
.
Dengan demikian, persamaan untuk menentukan kelahiran setelah pemanenan pada semua umur adalah
.
Jumlah Populasi ( )
Proses pemanenan dilakukan pada jumlah populasi yang ada. Jumlah total individu tersebut didapat dari perkalian antara tingkat kematian individu dikalikan dengan kelahiran individu. Sehingga N(t) dapat diformulasikan sebagai berikut
.
Persamaan (16) menunjukkan bahwa tiap perubahan waktu individu yang ditanam akan ada proses kematian dan kelahiran. Bentuk
menunjukkan jumlah keseluruhan
individu pada waktu sampai setelah
mengalami kematian dan kelahiran.
Jumlah Populasi yang Dipanen pada
Semua Umur
Bentuk pada persamaan akan
dimodifikasi untuk menentukan persamaan
untuk dengan asumsi pemanenan
dilakukan pada semua umur. Misalkan rasio pemanenan dari individu pada semua umur
dinyatakan oleh konstanta dengan 0 . Rasio pemanenan tersebut dipanen pada waktu . Kemudian diasumsikan pula bahwa bagian dari populasi akan hidup
hingga mati secara alami. Sehingga yang
dipanen adalah
.
dan nilai yang tidak dipanen adalah :
.
Dengan demikian, persamaan untuk menentukan kelahiran setelah pemanenan pada semua umur adalah persamaan (18).
Untuk menentukan jumlah populasi yang memenuhi persamaan (18), maka
diperlukan nilai . Nilai dan
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini akan dikaji bentuk yaitu jumlah kelahiran individu dan
bentuk yaitu jumlah populasi. Dalam hal
ini akan di tinjau dua kasus, yaitu kasus dimana tingkat kelahiran dan kematian yang ditinjau konstan dan dimana tingkat kelahiran dan kematiannya hanya bergantung pada waktu . Selain itu, akan dibahas pula perilaku
fungsi dan terhadap perubahan
nilai , yaitu rasio pemanenan populasi ikan sesudah pemanenan.
Kasus 1
Pada kasus ini, diasumsikan tingkat kelahiran dan kematian pada populasi ikan adalah konstan, misalkan
. ,
. . 9 Berdasarkan persamaan (19), maka
diperoleh jumlah kelahiran dan jumlah
populasi baik sebelum maupun setelah
pemanenan. Berikut akan dibahas terlebih
dahulu bentuk dan sebelum
pemanenan.
Berdasarkan yang dinyatakan oleh
persamaan (13) dengan nilai-nilai pada persamaan (19) diperoleh
. .
. — .
. . .
Misalkan pada selang waktu , ,
dan pada selang waktu , ,
maka dari persamaan (24), diperoleh
. . .
Selanjutnya, persamaan yang
dinyatakan oleh persamaan (16) dengan nilai-nilai pada persamaan (19) diperoleh
.
. .
Misalkan pada selang waktu ,
dan pada selang waktu , ,
maka dari persamaan (27) diperoleh
, .
Linearisasi Model
Berdasarkan persamaan (12), dengan nilai linearisasi persamaan (13) dan (16) berturut-turut dinyatakan sebagai berikut
exp .
Dengan menggunakan bentuk linear yang diberikan oleh persamaan (24) dengan nilai
dan . (tanda negatif digunakan
agar nilai positif), maka dari persamaan
(21), (4) dan (5) diperoleh :
=
= . exp . =
=
= . exp . .
= (26)
Sehingga dari persamaan (24) dengan nilai-nilai pada persamaan (26) akan diperoleh
, yaitu kelahiran sebelum pemanenan disajikan dalam Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1,
dibuat Grafik sebelum pemanenan
seperti disajikan pada Gambar 1.
Tabel 1 Jumlah Kelahiran sebelum pemanenan pada kasus 1
tn X(tn+1) 0 51.72487411 1 53.44974822 2 55.17462233 3 56.89949643 4 58.62437054 5 60.34924465
Gambar1 Grafik sebelum pemanenan
pada kasus 1
Dengan asumsi bahwa tingkat kelahiran dan kematian populasi ikan adalah konstan, serta tingkat kelahiran lebih besar dari tingkat kematiannya, maka pada grafik yang diberikan dalam Gambar 1 diperoleh bahwa jumlah kelahiran populasi ikan tersebut adalah meningkat.
Dengan menggunakan bentuk linear yang diberikan oleh persamaan (25) dengan nilai
dan . (tanda negatif digunakan
agar nilai positif), maka dari persamaan
(23), (4) dan (5) diperoleh :
=
= exp . =
=
= exp . .
Sehingga dari persamaan (25) dengan nilai-nilai pada persamaan (27) diperoleh
bentuk , yaitu jumlah populasi sebelum
pemanenan seperti disajikan dalam Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, dibuat Grafik sebelum pemanenan, dan disajikan pada Gambar 2.
Tabel 2 Jumlah Populasi sebelum
pemanenan pada kasus 1
[image:49.612.114.311.305.602.2]tn N(tn+1) 0 51.12819066 1 52.85306477 2 54.57793888 3 56.30281299 4 58.0276871 5 59.75256121
Gambar 2 Grafik sebelum pemanenan
pada kasus 1
Grafik pada Gambar 2 memperlihatkan meningkatnya jumlah individu yang ada, sehingga dapat dilakukan proses pemanenan. Setelah itu, akan dilakukan proses pemanenan dengan berbagai nilai rasio pemanenan
pada semua umur.
x
t
t N 50 52 54 56 58 60 620 5 10
50 52 54 56 58 60 62
[image:49.612.326.516.325.598.2]Berdasarkan persamaan (12), dengan nilai , linearisasi persamaan (15) dan (18) berturut-turut dinyatakan sebagai berikut
exp
exp 9
Berdasarkan nilai yang dinyatakan
oleh persamaan (15) dan bentuk linearnya pada persamaan (28), dengan nilai-nilai pada persamaan (19) dan nilai
. , . , . , . dan . ,
maka diperoleh , yaitu kelahiran setelah
[image:50.612.138.415.135.254.2]pemanenan yang disajikan oleh Tabel 3. Berdasarkan tabel 3 dibuat grafik setelah pemanenan yang disajikan pada Gambar 3.
Tabel 3 Nilai X(t) setelah pemanenan pada kasus 1
H
tn 0.04 0.03 0.05
0 49.655879 50.173127 49.138630
1 49.325523 50.341061 48.320329
2 49.008381 50.503957 47.542943
3 48.703925 50.661967 46.80442
4 48.411647 50.815235 46.10283
[image:50.612.134.501.304.624.2]5 48.131060 50.963906 45.43632
Gambar 3 Grafik setelah pemanenan pada kasus 1 dengan nilai . , . dan .
Grafik pada Gambar 3 memperlihatkan empat kurva dengan rasio pemanenan yang berbeda. Semakin besar nilai , maka jumlah kelahiran akan semakin kecil, karena individu yang ada akan semakin sedikit.
Berdasarkan nilai yang dinyatakan
oleh persamaan (18) dan bentuk linearnya pada persamaan (29), dengan nilai-nilai pada persamaan (23) dan nilai
. , . , . , . dan . ,
t
X
0 10 20 30 40 50 60 70
0 1 2 3 4 5 6
(H=0.04)
(H=0.03)
maka diperoleh , yaitu jumlah populasi setelah pemanenan yang disajikan oleh Tabel 4. Berdasarkan tabel 4 dibuat g