ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INTRA-INDUSTRY TRADE INDEX (IIT) PADA SEKTOR ELEKTRONIK
INTRA ASEAN-5
OLEH
WINDY DIAN APRILIANDA H14103077
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
WINDY DIAN APRILIANDA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5 (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).
Sejak tahun 1992 Indonesia tergabung ke dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA). AFTA merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas sehingga dapat meningkatkan perdagangan antarnegara anggota ASEAN, melalui skema Common Effective Preferential Tariffs (CEPT). Lebih lanjut, dalam rangka peningkatan integrasi ekonomi di dalam kawasan ASEAN, pada 29 November 2004, ditetapkan 11 sektor prioritas dalam kerangka Agreement for The Integration of Priority Sectors, diantaranya elektronik dan ICT.
Sektor elektronik merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam perekonomian ASEAN. Karakteristik perdagangan sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN adalah terkonsentrasi di beberapa komoditi. Tingginya konsentrasi tersebut berdampak pada spesialisasi dalam kegiatan produksi. Lebih lanjut, ASEAN-5 mengekspor dan mengimpor komoditi yang sama, ke dan dari negara yang sama. Karakteristik tersebut dikuatkan oleh relatif tingginya derajat integrasi sektor elektronik di masing-masing negara ASEAN-5, sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya Intra-Industry Trade index (IIT) pada sektor elektronik di masing-masing negara tersebut. Besarnya IIT menggambarkan besarnya ekspor-impor komoditi dari industri yang sama (intra-industri). Sehingga, semakin besar IIT pada sektor elektronik, semakin tinggi integrasinya. Kemudian, dengan memperhatikan aliran perdagangan ASEAN-5 pada sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN, nilai perdagangan di antara negara-negara ASEAN-5 (intra ASEAN-5) adalah yang paling besar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan mengidentifikasi perkembangan IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Selain itu, akan dianalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.
ii
Hasil pengukuran IIT menunjukkan bahwa telah terjadi integrasi yang cukup kuat pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Hal ini dapat dilihat pada nilai IIT yang sebagian besar lebih dari 50 atau termasuk ke dalam klasifikasi moderately strong integration. Akan tetapi, kenyataan tersebut tidak bersamaan dengan penguatan integrasi (penambahan nilai IIT) setiap tahunnya. Di samping itu, hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan IIT merupakan implikasi dari peningkatan rata-rata GDP per kapita, penurunan perbedaan fluktuasi GDP, peningkatan perbedaan fluktuasi kurs, penurunan perbedaan fluktuasi GDP per kapita, dan penurunan jarak.
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh ASEAN-5 pada umumnya dan pemerintah Indonesia pada khususnya untuk meningkatkan integrasi sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN-5 adalah mengadopsi kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam kerangka Agreement for The Integration of Priority Sectors, meningkatkan daya saing ekspor sektor elektronik, meningkatkan kegiatan research and development pada sektor elektronik, menggalakkan kegiatan promosi produk-produk elektronik yang unik dan berkualitas, dan meningkatkan kerja sama perdagangan pada sektor elektronik antarnegara ASEAN-5 yang jaraknya dekat.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INTRA-INDUSTRY TRADE INDEX (IIT)
PADA SEKTOR ELEKTRONIK INTRA ASEAN-5
Oleh
WINDY DIAN APRILIANDA H14103077
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
iv
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Windy Dian Aprilianda Nomor Registrasi Pokok : H14103077
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Intra-Industry Trade Index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Windy Dian Aprilianda lahir di Bogor pada tanggal 1 April 1985. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara, dari pasangan Suherman Wiharja dan Vivi Hasanah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5”. Perdagangan intra-industri sangat nyata dalam perekonomian modern dewasa ini. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya pada sektor elektronik di kawasan ASEAN-5. Di samping itu, skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis. Doa, kesabaran dan dorongan mereka berarti sangat besar bagi penulis.
2. Ibu Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
3. Bapak Dr. Bambang Juanda dan Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu yang telah menguji skripsi ini.
4. Para peserta Seminar Hasil Penelitian Skripsi ini yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat.
5. Erwin Ramdani. Doa, kehadiran dan dukungannya sangat berarti bagi penulis. 6. Yanti dan Ratih, teman seperjuangan penulis.
7. Sahabat-sahabat terbaik penulis (Maiva, Nadia, Kiki, Eka, Aci, Evi, Yanti, Pritta, dan Lea) yang senantiasa memberikan dukungan.
8. Kak Ade Holis yang telah memberikan bimbingan selama proses pengolahan data skripsi ini.
viii
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2007
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 6
1.3. Ruang Lingkup... 7
1.4. Tujuan ... 8
1.5. Manfaat ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
2.1. Tinjauan Teori... 10
2.1.1. Teori Perdagangan Internasional... 10
2.1.2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O) ... 11
2.1.3. Teori Kemiripan Negara ... 11
2.1.4. Teori Siklus Produk ... 12
2.1.5. Teori Economies of Scale... 13
2.1.6. Teori Perdagangan Intra-Industri ... 14
2.1.6.1. Fenomena Perdagangan Intra-Industri di Dunia .... 14
2.1.6.2. Alasan Terjadinya Perdagangan Intra-Industri ... 15
2.1.6.3. Intra-Industry Trade index (IIT) ... 16
2.1.7. Tarif …... 17
2.1.8. Gravity Model ... 18
2.1.9. Definisi Variabel ... 19
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INTRA-INDUSTRY TRADE INDEX (IIT) PADA SEKTOR ELEKTRONIK
INTRA ASEAN-5
OLEH
WINDY DIAN APRILIANDA H14103077
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
WINDY DIAN APRILIANDA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5 (dibimbing oleh RINA OKTAVIANI).
Sejak tahun 1992 Indonesia tergabung ke dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA). AFTA merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas sehingga dapat meningkatkan perdagangan antarnegara anggota ASEAN, melalui skema Common Effective Preferential Tariffs (CEPT). Lebih lanjut, dalam rangka peningkatan integrasi ekonomi di dalam kawasan ASEAN, pada 29 November 2004, ditetapkan 11 sektor prioritas dalam kerangka Agreement for The Integration of Priority Sectors, diantaranya elektronik dan ICT.
Sektor elektronik merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam perekonomian ASEAN. Karakteristik perdagangan sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN adalah terkonsentrasi di beberapa komoditi. Tingginya konsentrasi tersebut berdampak pada spesialisasi dalam kegiatan produksi. Lebih lanjut, ASEAN-5 mengekspor dan mengimpor komoditi yang sama, ke dan dari negara yang sama. Karakteristik tersebut dikuatkan oleh relatif tingginya derajat integrasi sektor elektronik di masing-masing negara ASEAN-5, sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya Intra-Industry Trade index (IIT) pada sektor elektronik di masing-masing negara tersebut. Besarnya IIT menggambarkan besarnya ekspor-impor komoditi dari industri yang sama (intra-industri). Sehingga, semakin besar IIT pada sektor elektronik, semakin tinggi integrasinya. Kemudian, dengan memperhatikan aliran perdagangan ASEAN-5 pada sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN, nilai perdagangan di antara negara-negara ASEAN-5 (intra ASEAN-5) adalah yang paling besar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan mengidentifikasi perkembangan IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Selain itu, akan dianalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.
ii
Hasil pengukuran IIT menunjukkan bahwa telah terjadi integrasi yang cukup kuat pada sektor elektronik intra ASEAN-5. Hal ini dapat dilihat pada nilai IIT yang sebagian besar lebih dari 50 atau termasuk ke dalam klasifikasi moderately strong integration. Akan tetapi, kenyataan tersebut tidak bersamaan dengan penguatan integrasi (penambahan nilai IIT) setiap tahunnya. Di samping itu, hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan IIT merupakan implikasi dari peningkatan rata-rata GDP per kapita, penurunan perbedaan fluktuasi GDP, peningkatan perbedaan fluktuasi kurs, penurunan perbedaan fluktuasi GDP per kapita, dan penurunan jarak.
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh ASEAN-5 pada umumnya dan pemerintah Indonesia pada khususnya untuk meningkatkan integrasi sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN-5 adalah mengadopsi kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam kerangka Agreement for The Integration of Priority Sectors, meningkatkan daya saing ekspor sektor elektronik, meningkatkan kegiatan research and development pada sektor elektronik, menggalakkan kegiatan promosi produk-produk elektronik yang unik dan berkualitas, dan meningkatkan kerja sama perdagangan pada sektor elektronik antarnegara ASEAN-5 yang jaraknya dekat.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INTRA-INDUSTRY TRADE INDEX (IIT)
PADA SEKTOR ELEKTRONIK INTRA ASEAN-5
Oleh
WINDY DIAN APRILIANDA H14103077
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
iv
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Windy Dian Aprilianda Nomor Registrasi Pokok : H14103077
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Intra-Industry Trade Index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Windy Dian Aprilianda lahir di Bogor pada tanggal 1 April 1985. Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara, dari pasangan Suherman Wiharja dan Vivi Hasanah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5”. Perdagangan intra-industri sangat nyata dalam perekonomian modern dewasa ini. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya pada sektor elektronik di kawasan ASEAN-5. Di samping itu, skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis. Doa, kesabaran dan dorongan mereka berarti sangat besar bagi penulis.
2. Ibu Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
3. Bapak Dr. Bambang Juanda dan Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu yang telah menguji skripsi ini.
4. Para peserta Seminar Hasil Penelitian Skripsi ini yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat.
5. Erwin Ramdani. Doa, kehadiran dan dukungannya sangat berarti bagi penulis. 6. Yanti dan Ratih, teman seperjuangan penulis.
7. Sahabat-sahabat terbaik penulis (Maiva, Nadia, Kiki, Eka, Aci, Evi, Yanti, Pritta, dan Lea) yang senantiasa memberikan dukungan.
8. Kak Ade Holis yang telah memberikan bimbingan selama proses pengolahan data skripsi ini.
viii
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2007
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 6
1.3. Ruang Lingkup... 7
1.4. Tujuan ... 8
1.5. Manfaat ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
2.1. Tinjauan Teori... 10
2.1.1. Teori Perdagangan Internasional... 10
2.1.2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O) ... 11
2.1.3. Teori Kemiripan Negara ... 11
2.1.4. Teori Siklus Produk ... 12
2.1.5. Teori Economies of Scale... 13
2.1.6. Teori Perdagangan Intra-Industri ... 14
2.1.6.1. Fenomena Perdagangan Intra-Industri di Dunia .... 14
2.1.6.2. Alasan Terjadinya Perdagangan Intra-Industri ... 15
2.1.6.3. Intra-Industry Trade index (IIT) ... 16
2.1.7. Tarif …... 17
2.1.8. Gravity Model ... 18
2.1.9. Definisi Variabel ... 19
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19
x
2.2.2. Menon (1996)... 20
2.2.3. Austria (2004) ... 20
2.2.4. Thorpe (2005) ... 21
2.2.5. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 21
2.3. Kerangka Pemikiran... 22
III. METODE PENELITIAN... 27
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 27
3.2. Pengukuran Intra-Industry Trade index (IIT) ... 27
3.3. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5 ... 28
3.3.1. Panel Data ... 28
3.3.2. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)... 30
3.3.3. Pendekatan Efek Acak (Random Effect) ... 31
3.3.4. Hausman Test... 33
3.3.5. Perumusan Model ... 33
3.3.6. Evaluasi Model... 35
3.3.6.1. F-Statistic Test... 35
3.3.6.2. t-Statistic Test... 36
3.3.6.3. R-Squared ... 36
3.3.6.4. Multikolinieritas... 37
3.3.6.5. Autokorelasi ... 37
3.3.6.6. Heteroskedastisitas... 38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 39
4.1. Pengukuran Intra-Industry Trade index (IIT) ... 39
4.2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5 ... 50
4.2.1. Evaluasi Model... 50
4.2.2. Interpretasi Model ... 53
4.3. Implikasi Kebijakan ... 55
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 57
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1.1. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
ASEAN (juta US$)*... 5 1.2. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Ringkasan Roadmap Integrasi Untuk Sektor Elektronik ... 61 2. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
ASEAN Tahun 2001 (US$) ... 62 3. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
ASEAN Tahun 2002 (US$) ... 62 4. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
ASEAN Tahun 2003 (US$) ... 62 5. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
ASEAN Tahun 2004 (US$) ... 63 6. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
ASEAN Tahun 2005 (US$) ... 63 7. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
ASEAN Tahun 2001 (US$) ... 63 8. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
ASEAN Tahun 2002 (US$) ... 63 9. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
ASEAN Tahun 2003 (US$) ... 64 10. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
ASEAN Tahun 2004 (US$) ... 64 11. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses di mana semakin
banyak negara yang terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi global (Tambunan,
2004). Dengan demikian, hubungan suatu negara dengan negara lainnya menjadi
semakin terbuka. Hal ini telah meningkatkan hubungan saling ketergantungan ekonomi sekaligus persaingan antarnegara, baik dalam perdagangan, investasi,
maupun keuangan.
Terdapat beberapa faktor pendorong globalisasi ekonomi, yakni kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, kenaikan pendapatan rata-rata masyarakat dunia,
dan peningkatan kepadatan penduduk dunia. Di samping itu, yang merupakan
faktor pendorong utama adalah liberalisasi perdagangan dan keuangan dunia
(Tambunan, 2004).
Liberalisasi perdagangan dunia ditandai dengan semakin cepatnya aliran
barang dan jasa antarnegara. Dalam kerangka tersebut, beberapa kawasan telah
mencanangkan perdagangan bebas dengan menghapuskan hambatan-hambatan
perdagangan, baik hambatan tarif maupun non tariff barriers (NTBs). Dengan
demikian, diharapkan setiap negara dapat mengandalkan komoditas yang
memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif untuk meningkatkan perdagangan
di dalam kawasan, yang pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
Oleh karena itu, sebagai suatu negara terbuka, Indonesia berkomitmen
untuk turut serta dalam perdagangan bebas di berbagai kawasan. Di dalam
kawasan ASEAN, sejak tahun 1992 Indonesia tergabung ke dalam ASEAN Free
Trade Area (AFTA). AFTA merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas dalam rangka
meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN, dengan
menciptakan pasar regional bagi penduduknya dan menjadikan ASEAN sebagai
basis produksi dunia, sehingga dapat menarik investasi dan meningkatkan
perdagangan antarnegara anggota ASEAN, melalui skema Common Effective
Preferential Tariffs (CEPT) (Deperindag, 2002).
CEPT adalah program penurunan tarif secara bertahap hingga menjadi 0-5
persen dan penghapusan NTBs. Namun, tidak semua komoditi yang beredar di
dalam kawasan ASEAN dapat memperoleh konsensi CEPT. Komoditi yang dapat
memperoleh konsensi CEPT harus mempunyai kandungan lokal ASEAN minimal
40 persen. Di samping itu, dalam skema CEPT, terdapat pembagian program
penurunan tarif ke dalam jalur cepat (fast track) dan jalur normal (normal track).
Jalur cepat diterapkan pada 15 grup komoditas, diantaranya tekstil, karet, pupuk,
elektronik, dan furniture. Untuk komoditi yang sebelumnya memiliki tarif sama dengan atau di bawah 20 persen, akan diturunkan tarifnya hingga menjadi 0-5
persen mulai 1 Januari 1998. Sedangkan, untuk komoditi yang sebelumnya
memiliki tarif di atas 20 persen, akan diturunkan tarifnya hingga menjadi 0-5
persen mulai 1 Januari 2000 (Anggraeni, 2004). Pada KTT ASEAN di Hanoi
3
dengan fleksibilitas. Fleksibilitas di sini berarti bahwa, untuk beberapa komoditi
yang dirasakan masih belum siap, dapat ditunda pelaksanaannya sampai 1 Januari
2003 bagi negara-negara ASEAN-6, sedangkan bagi Vietnam, Laos, Myanmar,
dan Kamboja berturut-turut pada tahun 2006, 2008, 2008, dan 2010 (Deperindag,
2002).
Lebih lanjut, dalam rangka peningkatan integrasi ekonomi di dalam
kawasan ASEAN, pada ASEAN Bali Concord II bulan November 2003, telah
disepakati ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2020, sebagai realisasi dari
sasaran akhir proses integrasi ekonomi di dalam kawasan ASEAN. Tujuannya
adalah untuk menciptakan kestabilan, kemakmuran, dan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN, di mana terdapat kebebasan dalam aliran barang, jasa,
investasi, dan kapital antarnegara. Selain itu, AEC juga ditujukan untuk
pembangunan ekonomi dan pengurangan angka kemiskinan (Sekretariat ASEAN,
2004).
Untuk itu, pada 29 November 2004, ditetapkan 11 sektor prioritas dalam
kerangka Agreement for The Integration of Priority Sectors, diantaranya
elektronik, ICT, otomotif, tekstil, dan pariwisata. Masing-masing sektor memiliki
peta jalan (roadmap) yang ditetapkan dalam ASEAN Sectoral Integration Protocol yang menunjukkan bagaimana proses integrasinya (Sekretariat ASEAN, 2004).
Sektor elektronik merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam
perekonomian ASEAN. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya rata-rata ekspor
1997-2001, yakni 8.1 persen per tahun.1 Di samping itu, pangsa pasar ekspor ASEAN
dari pasar ekspor dunia selama periode 1997-2001 didominasi oleh sektor
elektronik dan ICT, yakni 16-18 persen per tahun (Austria, 2004).2
Karakteristik perdagangan sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN
adalah terkonsentrasi di beberapa komoditi. Tingginya konsentrasi tersebut
berdampak pada spesialisasi dalam kegiatan produksi. Lebih lanjut, ASEAN-5
mengekspor dan mengimpor komoditi yang sama, ke dan dari negara yang sama
(Austria, 2004).
Karakteristik tersebut dikuatkan oleh relatif tingginya derajat integrasi
sektor elektronik di masing-masing negara ASEAN-5, sebagaimana ditunjukkan
oleh besarnya Intra-Industry Trade index (IIT) pada sektor elektronik di
masing-masing negara tersebut. Besarnya IIT menggambarkan besarnya ekspor impor
komoditi dari industri yang sama (intra-industri). Sehingga, semakin besar IIT
pada sektor elektronik, semakin tinggi integrasinya.3
Kemudian, dengan memperhatikan aliran perdagangan intra ASEAN-5
pada sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN, nilai perdagangan sektor ini
adalah yang paling besar. Hal ini sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1.1 dan
1.2.
1 Artikel “How Integrated Is The Electronics Sector in ASEAN?”. ASEANONE. November 2004.
2 Ringkasan Roadmap Integrasi Untuk Sektor Elektronik dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 1.1. Ekspor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan ASEAN (juta US$)*
Partner Indonesia Malaysia Singapura Filipina Thailand Brunei Laos Kamboja Myanmar Vietnam
Reporter 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005
Indonesia - - 39.8 50.5 281.7 370.7 29.6 29.7 62.9 81.2 0.0065 0.65 0.0067 N/A 0.058 0.026 0.085 0.031 9.4 10.2 Malaysia 97.4 108.1 - - 540.6 650.4 75.7 69.2 225.1 331.6 9.3 21 0.65 0.73 1.5 2.1 1.1 0.85 34.9 39.1 Singapura 639.5 697 774.3 823.2 - - 192.1 176.1 310.5 404.4 22.7 24.2 0.23 0.41 22.6 13.2 13.9 15.7 184.1 192.4
Filipina 3.5 1.4 80.3 348.7 172.1 74.7 - - 11.3 10.6 0.28 0.41 N/A 0.052 N/A 0.0016 0.0003 0.0001 487.2 94.8 Thailand 107.7 150.1 379.8 546.5 486 545.9 48.5 62.3 - - 0.97 1.5 29.5 32.4 9.3 11.7 8.8 11.3 60.2 80.1
Sumber: COMTRADE, 2007 * Klasifikasi HS 4 digit
Tabel 1.2. Impor ASEAN-5 Pada Sektor Elektronik di Dalam Kawasan ASEAN (juta US$)*
Partner Indonesia Malaysia Singapura Filipina Thailand Brunei Laos Kamboja Myanmar Vietnam
Reporter 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005
Indonesia - - 90 96.2 88.2 117.2 5.8 6.3 95 121.7 N/A 0.0064 N/A N/A N/A N/A N/A N/A 1.3 5.4 Malaysia 35.9 49.5 - - 329.7 335.6 88.1 82.5 481.6 559.7 0.063 0.054 0.0099 0.0038 0.059 0.013 0.002 0.0082 9.4 12.2 Singapura 741.5 766.2 1274 1254.6 - - 276.1 219.7 636.3 690.4 0.027 0.026 0.12 N/A N/A 0.021 0.037 0.00006 26.3 34.3 Filipina 18.6 9.3 40.2 37.4 61.1 80.7 - - 35.1 42.2 N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A 0.004 0.39 0.95 Thailand 80.4 83.9 269.5 438.6 180.9 199.5 30.3 28.7 - - 0.0014 0.0087 0.0025 0.0025 0.051 0.01 0.006 0.014 9.3 17.9
Sumber: COMTRADE, 2007 * Klasifikasi HS 4 digit
[image:31.792.25.777.330.431.2]Hubungan perdagangan intra ASEAN-5 berkaitan dengan kedekatan
hubungan, baik dalam ekonomi, sosial, maupun politik. Selain itu, jarak yang
dekat dan sistem komunikasi yang baik juga sangat berpengaruh.
Adalah menarik jika karakteristik dan nilai perdagangan sektor elektronik
intra ASEAN-5 tersebut dikaitkan dengan derajat integrasinya, yang didekati
dengan IIT, serta dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
ikut berpengaruh terhadap IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.
Berdasarkan hal itu, penelitian ini diberi judul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Intra-Industry Trade index (IIT) Pada Sektor Elektronik Intra
ASEAN-5”.
1.2. Permasalahan
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, derajat integrasi pada sektor
elektronik di masing-masing negara ASEAN-5 adalah relatif tinggi. Hal ini
ditunjukkan oleh besarnya IIT pada sektor elektronik di masing-masing negara
tersebut. Besarnya IIT menggambarkan besarnya perdagangan intra-industri.
Perdagangan intra-industri merefleksikan gangguan yang relatif kecil di
pasar tenaga kerja, di mana perpindahan tenaga kerja cenderung terjadi di dalam suatu industri yang sama, dibandingkan di dalam industri yang berbeda. Sehingga
biaya-biaya penyesuaian (adjustment costs) akan lebih sedikit (Thorpe, 2005).
Dalam teori perdagangan industri disebutkan bahwa perdagangan
7
yang relatif sama. Lebih lanjut, IIT pada sektor manufaktur lebih tinggi di antara
negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan yang setara (Tharakan, 1995).
Di samping itu, sebelumnya juga telah ditunjukkan bahwa, nilai
perdagangan intra ASEAN-5 relatif lebih besar dibandingkan dengan nilai
perdagangan ASEAN-5 dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya pada
sektor elektronik di dalam kawasan ASEAN. Oleh karena itu, yang akan menjadi
perhatian di dalam penelitian ini adalah kaitan antara nilai perdagangan intra
ASEAN-5 pada sektor elektronik tersebut dengan derajat integrasinya, yang
didekati dengan IIT.
Sehingga, permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah
mengenai pengukuran seberapa besar IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.
Kemudian, akan dilakukan analisis ekonometrika mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi IIT tersebut. Permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana perkembangan IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra
ASEAN-5?
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah sektor elektronik di masing-masing
negara ASEAN-5, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.
Sektor elektronik yang dimaksud adalah klasifikasi Harmonized System (HS) 4
digit. Pada klasifikasi HS terdapat pengelompokkan produk menjadi 2 digit, 4
over estimate (jika menggunakan klasifikasi 2 digit) dan penghitungan yang under
estimate (jika menggunakan klasifikasi 6 digit) (Austria, 2004). Adapun periode yang digunakan adalah tahun 2001-2005. Periode tersebut merupakan periode
terkini terkait dengan ketersediaan data. Awal periode, yakni tahun 2001, dipilih
karena CEPT jalur cepat dianggap efektif setelah tahun 2000. Sedangkan akhir
periode, yakni tahun 2005, dipilih karena merupakan awal penerapan kerangka
Agreement for The Integration of Priority Sectors. Dengan kedua kondisi tersebut diharapkan dapat menggambarkan perdagangan intra-industri pada sektor
elektronik yang semakin signifikan.
1.4. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Mengukur dan mengidentifikasi perkembangan IIT pada sektor elektronik intra
ASEAN-5.
2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi IIT pada sektor
elektronik intra ASEAN-5.
1.5. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai perdagangan
9
penelitian ini digunakan untuk memenuhi syarat demi memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi.
2. Bagi pemerintah Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dalam pengambilan kebijakan guna meningkatkan
partisipasi sektor elektronik Indonesia di dalam perdagangan intra-industri di
kawasan ASEAN-5.
3. Bagi ASEAN-5, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dalam pengambilan kebijakan guna meningkatkan integrasi di
sektor elektronik.
4. Bagi para peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan rujukan dalam mengadakan penelitian mengenai perdagangan
Sebagai dasar pembuatan hipotesis digunakan beberapa teori yang relevan,
yakni teori perdagangan internasional, teori Heckscher-Ohlin, teori kemiripan
negara, teori siklus produk, teori economies of scale, teori perdagangan
intra-industri, gravity model, dan teori ekonomi makro. Berikut ini adalah uraian
tentang teori-teori tersebut.
2.1.1. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional dalam arti luas merupakan salah satu penentu
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sedangkan perdagangan internasional dalam
arti sempit adalah pertukaran komoditi antarnegara. Pada dasarnya beberapa
faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional adalah perbedaan
permintaan dan penawaran antarnegara, perbedaan biaya relatif untuk
menghasilkan komoditi tertentu, serta keinginan untuk memperluas pangsa ekspor
dan meningkatkan penerimaan devisa.
Suatu negara akan turut serta dalam perdagangan internasional apabila
memperoleh keuntungan dari perdagangan tersebut (gains from trade).
Keuntungan tersebut dapat diperoleh melalui spesialisasi produksi dan ekspor
komoditi tertentu yang keunggulan komparatifnya dimiliki oleh negara tersebut.
Dengan demikian setiap negara yang terlibat dalam perdagangan internasional
11
2.1.2. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Teori H-O seringkali disebut teori ketersediaan faktor produksi.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam teori H-O antara lain faktor-faktor produksi tidak
dapat bergerak antarnegara, negara-negara mempunyai kualitas dari faktor-faktor
produksi serta cita rasa dan preferensi yang sama, menggunakan teknologi yang
sama, menghadapi skala tambahan hasil yang konstan (constant return to scale),
tetapi sangat berbeda dalam ketersediaan faktor produksi (perbedaan kondisi
penawaran).
Perbedaan ketersediaan faktor produksi antarnegara mengakibatkan
perbedaan dalam harga relatif dari faktor-faktor produksi antarnegara. Kemudian,
perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan dalam biaya relatif untuk
menghasilkan komoditi tertentu. Hal inilah yang menjadi alasan terjadinya
perdagangan internasional. Sehingga, menurut teori H-O, tiap negara akan
berspesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang faktor produksi utamanya
berlimpah di negara tersebut serta mengimpor komoditi yang faktor produksi
utamanya langka.
2.1.3. Teori Kemiripan Negara
Teori kemiripan negara dikemukakan oleh Staffan Linder (1961). Berbeda dengan teori H-O yang fokus pada sisi penawaran, teori kemiripan negara fokus
pada sisi permintaan. Selain itu, teori ini dikaitkan dengan perdagangan
produk-produk sektor manufaktur, di mana sebagian besar produk-produk yang diperdagangkan
Menurut teori kemiripan negara, suatu negara akan mengekspor
produk-produk sektor manufaktur yang didukung oleh pasar domestik yang besar. Dengan
kata lain, sebelum menjadi andalan ekspor, produk tersebut terlebih dahulu harus
diminati oleh sebagian besar penduduk domestik. Pasar domestik yang besar akan
memacu para produsen di negara tersebut untuk meningkatkan efisiensi sehingga
dapat meningkatkan produksi sampai dengan melampaui kebutuhan pasar
domestik. Kelebihan produksi tersebut yang selanjutnya diekspor ke
negara-negara lain. Di sisi lain, negara-negara itu akan mengimpor produk-produk sektor
manufaktur yang permintaan domestiknya sedikit. Lebih lanjut, menurut teori ini,
perdagangan pada sektor manufaktur cenderung terjadi antarnegara yang selera
dan tingkat pendapatannya setara.
2.1.4. Teori Siklus Produk
Teori siklus produk dikemukakan oleh Vernon (1966). Vernon
berpendapat bahwa banyak produk manufaktur yang melalui suatu siklus produk
yang terdiri dari empat tahap, yakni penciptaan (inovasi), pertumbuhan,
kedewasaan, dan penurunan. Lebih lanjut, menurut Vernon, keunggulan
komparatif dari suatu produk berubah mengikuti perubahan waktu dan berubah
dari suatu negara ke negara lain.
Pada tahap penciptaan (inovasi) diperlukan modal yang sangat besar dan
tenaga ahli. Oleh karena itu, biasanya yang dapat melakukannya adalah
industri-industri di negara maju. Di samping itu, pendapatan dan selera masyarakat di
negara maju (pencipta) merupakan salah satu pendorong untuk melakukan
13
Kemudian, pada tahap pertumbuhan, permintaan dari dalam maupun luar
negeri meningkat. Tahap ini juga merupakan awal dari standarisasi produk dan
proses pembuatannya (produksi dapat dilakukan secara massal dengan
menggunakan mesin-mesin otomatis sehingga tidak dibutuhkan tenaga ahli).
Apabila perusahaan pencipta adalah perusahaan multinasional, maka produksi pun
dilakukan di perusahaan-perusahaan cabang di luar negeri. Selain itu, jika tidak
ada cabang di luar negeri, maka dapat memberikan lisensi pada
perusahaan-perusahaan di luar negeri untuk memproduksinya. Dengan demikian negara
berkembang (pengikut) dapat mulai secara bersama membuat produk tersebut
untuk konsumsi domestik. Lama kelamaan, negara pengikut dapat menjual produk
tersebut dengan harga yang lebih murah dibandingkan perusahaan pencipta karena
upah tenaga kerjanya lebih murah dan mulai dapat menjual produk tersebut ke
pasar internasional dengan harga yang lebih murah. Kini, persaingan merk
digantikan oleh persaingan harga.
Tahap selanjutnya adalah kedewasaan. Pada tahap ini terjadi perpindahan
keunggulan komparatif dari negara pencipta ke negara pengikut.
Akhirnya, pada tahap penurunan, produksi di negara pencipta menurun,
karena persaingan yang semakin kuat dari negara pengikut. Pada tahap ini, negara-negara pencipta berubah menjadi pengimpor produk yang merupakan hasil
inovasi mereka dan negara pengikut berubah menjadi pengekspor produk tersebut.
2.1.5. Teori Economies of Scale
Salah satu asumsi yang digunakan pada teori H-O adalah skala tambahan
dan digunakan asumsi skala tambahan hasil yang meningkat (increasing return to
scale).
Adanya economies of scale berarti terjadi penambahan yang lebih besar
pada output sebagai akibat dari penambahan input. Sehingga semakin besar skala
produksinya, akan semakin besar produktivitasnya. Dengan economies of scale,
negara yang miskin sumber daya alam seperti Jepang tetap dapat menghasilkan
produk yang menggunakan bahan baku impor dengan harga yang lebih murah. 2.1.6. Teori Perdagangan Intra-Industri
Perdagangan intra-industri dapat diartikan sebagai perdagangan di dalam
industri yang sama. Teori perdagangan intra-industri termasuk ke dalam teori
perdagangan baru (new trade theory). Salah satu tokoh ekonomi yang menjadi
pionir dari teori ini adalah Paul Krugman (Koo, 2005).
Berbeda dengan teori perdagangan neoklasik yang menyatakan bahwa
penyebab timbulnya perdagangan adalah spesialisasi berdasarkan perbedaan
ketersediaan faktor produksi dan teknologi (keunggulan komparatif), teori
perdagangan intra-industri menyatakan bahwa perdagangan tetap terjadi
antarnegara yang memiliki keunggulan komparatif yang relatif sama. Perdagangan
intra-industri lebih didasarkan pada diferensiasi produk dan economies of scale serta mencakup perdagangan dua arah di dalam industri yang sama.
2.1.6.1. Fenomena Perdagangan Intra-Industri di Dunia
Perdagangan intra-industri berbeda dengan perdagangan inter-industri.
Pada perdagangan inter-industri diperdagangkan produk dari industri yang
15
tertentu yang memiliki keunggulan komparatif. Sehingga, akan ada kontraksi pada
kegiatan produksi lainnya.
Walaupun perdagangan inter-industri masih terjadi, negara-negara industri
maju melakukan perdagangan intra-industri. Perdagangan intra-industri semakin
signifikan ketika tarif dan hambatan non tarif dihapuskan pada arus perdagangan
antarnegara Uni Eropa. Pada perdagangan intra-industri tidak ada kontraksi yang
ditimbulkan pada kegiatan produksi industri-industri tertentu.
Perdagangan intra-industri memberikan keuntungan (gain) yang lebih
besar. Contohnya, konsumen mempunyai lebih banyak pilihan produk karena
adanya diferensiasi produk dan harga produk menjadi lebih murah berkat
meningkatnya economies of scale.
2.1.6.2. Alasan Terjadinya Perdagangan Intra-Industri
Dua alasan yang menyebabkan terjadinya perdagangan intra-industri
adalah sebagai berikut. 1. Diferensiasi produk
Sebagian besar produk yang dihasilkan oleh perekonomian modern adalah
produk yang terdiferensiasi. Produk yang terdiferensiasi adalah produk yang
jenisnya sama atau dihasilkan dalam industri yang sama tetapi berbeda secara kualitas dan atau preferensi. Dengan demikian terdapat perdagangan
produk-produk yang terdiferensiasi dalam perdagangan internasional. Atau dengan kata
lain sebagian besar perdagangan internasional merupakan perdagangan
2. Economies of scale
Pada dasarnya perdagangan intra-industri terjadi dengan motif untuk
memperoleh keuntungan dari economies of scale. Maksudnya, persaingan
internasional memaksa setiap perusahaan untuk membatasi model atau tipe
produknya agar dapat berkonsentrasi memanfaatkan sumber dayanya dalam
rangka menekan biaya produksi per unit, sehingga dapat menghasilkan beberapa
jenis produk saja namun dengan kualitas terbaik dan harga yang bersaing.
Sementara itu kebutuhan konsumen atas model atau tipe yang lain akan diimpor
dari negara lain.
2.1.6.3. Intra-Industry Trade index (IIT)
Untuk mengukur besarnya perdagangan intra-industri pada suatu komoditi,
digunakan Intra-Industry Trade index (IIT). Dasar pengukuran IIT ini adalah
Grubel-Lloyd index (GL).
GL mengukur proporsi perdagangan intra-industri sebagai persentase dari
total perdagangan. Rumus penghitungan GL adalah sebagai berikut.
100 1 x M X M X GL p p p p p ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + − −
= (2.1)
di mana:
GLp = GL index komoditi p,
Xp = nilai ekspor komoditi p,
Mp = nilai impor komoditi p.
Tanda mutlak pada rumus di atas berarti bahwa tanda dari ketidakseimbangan
17
Semakin dekat GL ke angka 100, semakin besar perdagangan intra-industri.
Sedangkan semakin dekat GL ke angka nol, semakin besar perdagangan
inter-industri. Tabel 2.1 berikut ini menunjukkan klasifikasi dari nilai IIT (Austria,
[image:43.612.130.511.235.332.2]2004).
Tabel 2.1. Klasifikasi IIT
IIT Klasifikasi * No intra-ASEAN trade reported
0.00 No integration (one-way trade) >0.00-24.99 Weak integration
25.00-49.99 Mild integration
50.00-74.99 Moderately strong integration 75.00-99.99 Strong integration
2.1.7. Tarif
Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan pada komoditi yang terlibat
dalam perdagangan internasional. Ditinjau dari asal komoditi, ada dua macam
tarif, yakni tarif impor dan tarif ekspor. Tarif impor dikenakan pada komoditi
yang diimpor dari negara lain. Sedangkan tarif ekspor dikenakan pada komoditi
yang diekspor ke negara lain.
Apabila ditinjau dari mekanisme perhitungannya, ada tiga macam tarif, yakni tarif spesifik, advalorem, dan gabungan. Tarif spesifik dihitung sebagai
beban tetap unit komoditi yang diimpor. Sedangkan tarif advalorem dihitung
berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang yang diimpor, dan tarif
gabungan adalah gabungan dari tarif spesifik dan tarif advalorem.
2.1.8. Gravity Model
dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jaraknya. Model ini pertama
kali dikembangkan oleh Tinberger (1962) untuk menjelaskan aliran perdagangan
bilateral. Aliran perdagangan bilateral pada gravity model ditentukan oleh tiga
kelompok variabel, yaitu:
1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensial negara
pengimpor.
2. Variabel-variabel yang mewakili total penawaran potensial negara
pengekspor.
3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara
negara pengekspor dan negara pengimpor.
Berikut ini adalah standar gravity model dalam bentuk logaritma yang
dikemukakan oleh Linnemann.
ij ij ij j i j i ij u P LogD LogN LogN LogY LogY LogX + + + + + + = + 6 5 4 3 2 1 0 β β β β β β β (2.2) di mana:
Xij = aliran perdagangan bilateral negara i ke negara j,
Yi = GDP negara i,
Yj = GDP negara j,
Ni = populasi negara i,
Nj = populasi negara j,
Dij = jarak antara negara i dan negara j,
Pij = dummy integrasi ekonomi,
19
2.1.9. Definisi Variabel
Berikut ini adalah variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini
beserta masing-masing definisinya.
1. Gross Domestic Product (GDP) adalah total output akhir yang dihasilkan
oleh suatu negara (Lipsey, et al., 1995).
2. GDP per kapita adalah nilai GDP dibagi dengan jumlah penduduk di suatu
negara.
3. Jarak adalah jarak antara ibukota dua negara.
4. Kurs adalah nilai suatu mata uang dibandingkan mata uang lainnya.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Di samping teori-teori yang telah dijelaskan di atas, dalam membuat
hipotesis juga perlu ditinjau beberapa penelitian terdahulu. Berikut ini adalah
beberapa penelitian terdahulu yang dinilai relevan dengan penelitian ini.
2.2.1. Tharakan (1995)
Dalam penelitiannya, Tharakan ingin membuktikan eksistensi dari
perdagangan intra-industri horisontal antara negara-negara yang berpendapatan tinggi dengan negara-negara yang berpendapatan rendah, khususnya pada industri
mainan pada tahun 1986 dan 1987. Adapun perdagangan intra-industri horisontal
didefinisikan sebagai perdagangan antarnegara yang memiliki ketersediaan faktor
produksi yang relatif sama (termasuk tingkat pendapatan yang setara) dan
Untuk itu, ia menggunakan regresi logit dalam analisis ekonometrikanya.
Hasil penelitiannya membuktikan bahwa perdagangan intra-industri bilateral
antara negara-negara yang berpendapatan tinggi dengan negara-negara yang
berpendapatan rendah adalah perdagangan intra-industri horisontal yang
dipengaruhi oleh diferensiasi produk horisontal dan economies of scale.
2.2.2. Menon (1996)
Penelitian Menon bertujuan untuk mengukur besarnya kontribusi
pertumbuhan perdagangan intra-industri dan pertumbuhan perdagangan neto (net
trade) terhadap pertumbuhan total perdagangan ASEAN selama periode 1981-1986 dan 1981-1986-1991, khususnya pada sektor manufaktur.
Data yang digunakan adalah nilai perdagangan intra-ASEAN dan
ekstra-ASEAN di masing-masing negara ekstra-ASEAN-5, selama periode yang diteliti.
Kemudian metode yang digunakan adalah Grubel-Lloyd index (GL) untuk
mengukur Intra-Industry Trade index (IIT). Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa kontribusi pertumbuhan perdagangan intra-industri terhadap pertumbuhan
total perdagangan ASEAN adalah lebih besar dibandingkan kontribusi yang
diberikan oleh perdagangan neto di sebagian besar negara ASEAN-5. 2.2.3. Austria (2004)
Penelitian Austria ditujukan untuk menganalisis karakteristik perdagangan
pada 11 sektor prioritas ASEAN selama periode 1997-2001. Di samping itu,
penelitiannya juga bertujuan untuk mengukur integrasi pada 11 sektor tersebut,
21
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa IIT relatif tinggi hanya pada
beberapa sektor. Di antara sektor-sektor tersebut, IIT relatif lebih besar pada
sektor ICT dan elektronik, di sebagian besar negara ASEAN-5.
2.2.4. Thorpe (2005)
Dalam penelitiannya, diukur dan dianalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi IIT pada sektor manufaktur di Asia Timur selama periode
1970-1996. Lebih lanjut, Thorpe memisahkan IIT menjadi Horizontal IIT (HIIT) dan
Vertical IIT (VIIT). Adapun HIIT timbul sebagai akibat dari adanya economies of
scale dan diferensiasi produk (dengan kualitas yang sama). Sedangkan VIIT ditemui pada perdagangan komoditi yang sama, dengan kualitas yang berbeda.
Untuk itu, ia pun membangun model gravitasi (gravity model) dan
menggunakan metode OLS dalam pendekatan ekonometrikanya. Hasilnya
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi IIT pada sektor
manufaktur di Asia Timur adalah GDP, perbedaan GDP, GDP per kapita,
perbedaan GDP per kapita, jarak, kurs, ketidakseimbangan perdagangan, dan
economies of scale.
2.2.5. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu,
yakni sektor yang diteliti pada penelitian ini adalah sektor elektronik dan periode
2.3. Kerangka Pemikiran
Derajat integrasi pada sektor elektronik intra ASEAN-5 diukur dengan
Intra-Industry Trade index (IIT). Pengukuran IIT tersebut mengacu pada besarnya perdagangan pada sektor elektronik intra ASEAN-5.
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan dan mengacu pada penelitian
terdahulu, faktor-faktor yang mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra
ASEAN-5 adalah sebagai berikut.
1. Rata-rata GDP kedua negara (GDP). IIT antara dua negara akan meningkat
apabila terdapat kenaikan GDP di kedua negara tersebut. Adanya kenaikan
GDP suatu negara (peningkatan ukuran pasar) akan mendorong peningkatan
economies of scale yang pada akhirnya akan menambah jumlah produk yang
terdiferensiasi di negara tersebut. Selain itu, kenaikan GDP akan
meningkatkan impor produk yang terdiferensiasi. Akibatnya, IIT antara dua
negara tersebut akan meningkat.
2. Rata-rata GDP per kapita kedua negara (PIN). Jika GDP per kapita (yang
merefleksikan standar hidup) di kedua negara meningkat, maka IIT antara dua
negara tersebut juga akan meningkat. GDP per kapita yang lebih tinggi akan mendorong peningkatan produksi dan karakteristik permintaan yang lebih
beragam, seperti produksi dan permintaan terhadap produk terdiferensiasi
yang berkualitas. Hal ini akan meningkatkan IIT.
3. Perbedaan fluktuasi GDP kedua negara (GDPD). Semakin menurun
23
perdagangan intra-industri antarkedua negara tersebut. Rumus penghitungan
perbedaan fluktuasi GDP (GDPD) adalah sebagai berikut.
jt it
ijt GDP GDP
GDPD = Δ −Δ (2.3)
di mana:
i = negara reporter,
j = negara partner,
t = tahun,
Δ = first-difference operator.
4. Perbedaan fluktuasi kurs kedua negara (EXCHD). Pengaruh langsung dari
adanya perbedaan fluktuasi kurs terhadap IIT tidak disebutkan dengan jelas
dalam teori. Sehingga, pengaruh yang ditimbulkan oleh perbedaan fluktuasi
kurs pada IIT adalah positif atau negatif. Rumus penghitungan perbedaan
fluktuasi kurs (EXCHD) adalah sebagai berikut.
jt it
ijt EXCH EXCH
EXCHD = Δ −Δ (2.4)
di mana:
i = negara reporter,
j = negara partner,
t = tahun,
Δ = first-difference operator.
5. Perbedaan fluktuasi GDP per kapita kedua negara (PIND). Semakin menurun
perbedaan fluktuasi GDP per kapita kedua negara, semakin bertambah besar
Rumus penghitungan perbedaan fluktuasi GDP per kapita (PIND) adalah
sebagai berikut.
jt it
ijt PIN PIN
PIND = Δ −Δ (2.5)
di mana:
i = negara reporter,
j = negara partner,
t = tahun,
Δ = first-difference operator.
6. Jarak kedua negara (DIST). Semakin dekat jarak kedua negara, semakin besar
IIT antara dua negara tersebut. Jarak kedua negara yang semakin dekat
merefleksikan biaya transportasi yang lebih sedikit, sehingga IIT pun
meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, diperoleh hipotesis sebagai berikut.
1. GDP berpengaruh positif terhadap IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.
2. PIN berpengaruh positif terhadap IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5.
3. GDPD berpengaruh negatif terhadap IIT pada sektor elektronik intra
ASEAN-5.
4. EXCHD berpengaruh positif atau negatif terhadap IIT pada sektor elektronik
intra ASEAN-5.
5. PIND berpengaruh negatif terhadap IIT pada sektor elektronik intra
ASEAN-5.
6. DIST berpengaruh negatif terhadap IIT pada sektor elektronik intra
25
Hipotesis tersebut diuji dengan analisis regresi yang menggunakan gravity model
dan metode GLS.
Lebih lanjut, hasil pengukuran dan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat integrasi (yang didekati dengan IIT) tersebut berimplikasi
pada beberapa kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh ASEAN-5 pada umumnya
dan pemerintah Indonesia pada khususnya. Kebijakan-kebijakan tersebut pada
dasarnya ditujukan untuk meningkatkan integrasi ekonomi di dalam kawasan
Kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan sebagai berikut.
[image:52.612.136.505.123.611.2]
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran IIT
Derajat Integrasi
Implikasi Kebijakan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya:
1. GDP 2. PIN 3. GDPD 4. EXCHD 5. PIND 6. DIST
Gravity Model Nilai Perdagangan
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari publikasi di internet, yakni dari Commodity and Trade Database
(COMTRADE) dan Sekretariat ASEAN. Data tersebut terdiri dari data nilai
perdagangan pada sektor elektronik intra ASEAN-5, GDP, GDP per kapita, dan
kurs masing-masing negara ASEAN-5 serta jarak antara ibu kota negara. Data
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data panel, yakni penggabungan
data di masing-masing negara ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Singapura,
Filipina, dan Thailand) selama periode 2001-2005.
3.2. Pengukuran Intra-Industry Trade index (IIT)
Untuk mengukur Intra-Industry Trade index (IIT) pada sektor elektronik
intra ASEAN-5, digunakan rumus penghitungan sebagai berikut.
100 1 1 1 1 1 x M X M X IIT n k n k ijkt ijkt n k n k ijkt ijkt ijt ⎟⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + − − =
∑
∑
∑
∑
= = = = (3.1) di mana:i = negara reporter,
j = negara partner,
k = klasifikasi HS 4 digit,
X = ekspor,
M = impor.
3.3. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intra-Industry Trade index
(IIT) Pada Sektor Elektronik Intra ASEAN-5
Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi IIT pada sektor elektronik intra ASEAN-5 adalah analisis regresi
dengan menggunakan gravity model. Pengujian model tersebut menggunakan
metode Generalized Least Squares (GLS). Metode GLS dipilih karena relatif
efisien dalam analisis model data panel. Di sisi lain, pendekatan ini dapat
menghasilkan nilai dugaan di luar kisaran IIT. Namun, hal tersebut dapat
dikesampingkan, karena fokus pada penelitian ini adalah uji hipotesis, bukan
peramalan (Thorpe, 2005). Dalam proses pengujian model persamaan pada
penelitian ini digunakan program Eviews 4.1.
3.3.1. Panel Data
Panel data adalah penggabungan dari observasi cross section yang sama
dalam beberapa periode (time series). Data panel dapat digunakan untuk mengatasi masalah ketersediaan data yang mewakili variabel yang digunakan
dalam penelitian. Misalnya, data yang tersedia dalam bentuk series yang terlalu
pendek atau data yang ada dalam bentuk unit cross section yang terbatas, sehingga
proses pengolahan data tidak dapat dilakukan. Dengan data panel, jumlah
observasi ditingkatkan dan berimplikasi pada peningkatan derajat bebas (degree of
29
samping itu, penggunaan data panel memungkinkan untuk melihat karakteristik
antarindividu dan antarwaktu yang berbeda-beda. Selain itu, manfaat penggunaan
data panel antara lain:
1. Data panel lebih baik untuk studi dynamics of adjustment.
Salah satu kekurangan apabila menggunakan data cross section adalah
tidak dapat menggambarkan adanya perubahan-perubahan yang terjadi. Penelitian
tentang kondisi perekonomian seperti pengangguran dan kemiskinan lebih baik
jika menggunakan data panel. Jika data-data yang berkaitan dengan pengangguran
dan kemiskinan tersedia dalam rentang waktu yang relatif panjang, maka dapat
diperoleh informasi kecepatan penyesuaian terhadap perubahan kebijakan
ekonomi. Dengan data panel, dapat diketahui apakah kondisi pengangguran dan
kemiskinan merupakan kondisi yang temporer atau permanen (InterCAFE, 2006).
2. Lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek.
Contohnya, kita memperoleh informasi bahwa tingkat konsumsi rata-rata
mengalami peningkatan sebesar 2 persen setiap tahunnya. Dengan data panel, kita
dapat mengidentifikasi apakah peningkatan tersebut terjadi pada semua individu
atau apakah peningkatan tersebut adalah akibat dari peningkatan sebesar 4 persen
pada sebagian individu dan 0 persen (tidak ada perubahan) pada sebagian individu lainnya (Verbeek, 2000).
Di sisi lain, pada panel data kerapkali ditemui data yang hilang (missing
observations).
Adapun persamaan umum untuk regresi data panel adalah sebagai berikut.
it it
it X u
di mana:
i = individu (cross section),
t = waktu (time series),
Xit = K variabel penjelas (explanatory variable).
Dalam analisis model data panel terdapat empat macam pendekatan, yakni
pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed
effect), pendekatan efek acak (random effect), dan Maximum Likelihood
Estimation. Penelitian ini lebih ditekankan pada pendekatan efek tetap (fixed
effect) dan pendekatan efek acak (random effect). Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut.
1. Asumsi bahwa intersep berbeda untuk setiap individu.
Pada pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square) digunakan asumsi
bahwa intersep dan slope dari persamaan regresi konstan baik antarindividu
maupun antarwaktu.
2. Pendekatan Maximum Likelihood Estimation tidak banyak dikembangkan
dalam program Eviews yang digunakan. 3.3.2. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)
Pendekatan efek tetap (fixed effect) dilakukan dengan memasukkan
variabel dummy (dummy variable) untuk menghasilkan intersep yang
berbeda-beda antar unit cross section. Pendekatan tersebut dapat dituliskan dalam
persamaan sebagai berikut.
it it i it X
Y =α + ' β +ε εit ~ IID(0,σ2ε) (3.3)
31
i
α = intersep yang berbeda-beda untuk masing-masing cross section,
Xit independen terhadap εit.
Persamaan di atas dapat dituliskan dalam kerangka regresi umum dengan
memasukkan variabel dummy untuk masing-masing unit i dalam model sebagai
berikut.
∑
= + + + = N j it it ij jit d X
Y
2
' β ε α
α (3.4)
di mana:
dij = 1 jika i = j dan 0 untuk selainnya.
Dengan demikian terdapat variabel dummy sebanyak N-1 dalam model.
Parameter α,α,...,αN−1 dan β dapat diestimasi dengan menggunakan pembobot
(cross section weights) atau GLS.
3.3.3. Pendekatan Efek Acak (Random Effect)
Penambahan variabel dummy pada pendekatan efek tetap (fixed effect)
akan mengurangi banyaknya derajat bebas (degree of freedom) yang pada
akhirnya dapat mengurangi efisisensi parameter yang diestimasi. Oleh karena itu,
dalam analisis model data panel juga dikenal pendekatan efek acak (random
effect). Pendekatan tersebut menggunakan asumsi bahwa αi adalah faktor acak
(random factors), yang independen dan menyebar identik antarindividu.
Sehingga, pendekatan efek acak (random effect) dapat dituliskan dalam
persamaan sebagai berikut.
it i it it X
Y = μ+ ' β +α +ε ~ (0, 2 ); ~ (0, 2 ) α
ε α σ
σ
εit IID i IID (3.5)
μ = rata-rata dari seluruh intersep,
it i ε
α + = error term,
i
α = komponen cross section error yang tidak berubah sepanjang waktu,
it
ε = komponen sisaan yang terdiri dari komponen time series error dan
komponen combination error yang diasumsikan tidak mengandung
autokorelasi.
Selanjutnya, pendekatan efek acak (random effect) dapat dituliskan dalam
persamaan sebagai berikut.
it it it X
Y = μ+ ' β +ω (3.6)
it i it α ε
ω = + (3.7)
it i i
it =α +v +w
ω (3.8)
di mana:
) , 0 ( ~ σ2α
αi N = komponen cross section error,
) , 0 ( ~ 2v i N
v σ = komponen time series error,
) , 0 ( ~ 2w i N
w σ = komponen combination error.
i
α dan εitdiasumsikan saling bebas dan independen terhadap Xit (untuk semua i
dan t). Hal ini berimplikasi pada penduga OLS yang dihasilkan adalah konsisten
dan tidak bias.
Adanya struktur komponen sisaan mengimplikasikan bahwa αi+εit(error
term) menunjukkan adanya autokorelasi (kecuali 2 =0 α
σ ). Sehingga, penduga
OLS menjadi tidak tepat dan akan lebih efisien jika menggunakan penduga GLS
33
3.3.4. Hausman Test
Keputusan untuk memilih apakah menggunakan pendekatan efek tetap
(fixed effect) atau pendekatan efek acak (random effect) ditentukan oleh hasil
pengujian statistik dengan menggunakan Hausman Test.
Hausman Testdilakukan dengan hipotesissebagai berikut. H0 : pendekatan efek acak (random effect)
H1 : pendekatan efek tetap (fixed effect)
Statistik Hausman dirumuskan sebagai berikut.
(
b) (
M M) (
b)
m= β − ' o− 1 −1β − ~λ2
( )
K (3.9)di mana:
β = vektor untuk statistik variabel fixed effect,
b = vektor untuk statistik variabel random effect,
M0 = matriks kovarians untuk dugaan fixed effect model,
M1 = matriks kovarians untuk dugaan random effect model.
Kemudian nilai m dibandingkan dengan λ2-tabel. Jika m lebih besar dari λ2
-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan efek tetap (fixed effect), demikian
pula sebaliknya.
3.3.5. Perumusan Model
Pada penelitian ini digunakan regresi dengan menggunakan gravity model,
di mana yang menjadi variabel dependennya adalah Intra-Industry Trade index
bilateral (IITijt) sektor elektronik intra ASEAN-5. Sedangkan enam variabel
kapita kedua negara (PINijt), perbedaan fluktuasi GDP kedua negara (GDPDijt),
perbedaan fluktuasi kurs kedua negara (EXCHDijt), perbedaan fluktuasi GDP per
kapita kedua negara (PINDijt), dan jarak kedua negara (DISTij). Adapun model
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
ijt ij ijt ijt ijt ijt ijt ijt DIST PIND EXCHD GDPD PIN GDP IIT
ε
β
β
β
β
β
β
β
+ + + + + + + = ) ln( ) ln( ) ln( ) ln( ) ln( ) ln( 6 5 4 3 2 1 0 (3.10) di mana:IITijt = Intra-Industry Trade index (IIT) sektor elektronik antara negara i
(reporter) dan negara j (partner) pada tahun t dalam persen (%),
GDPijt = rata-rata GDP negara i (reporter) dan negara j (partner) pada tahun
t dalam juta US$,
PINijt = rata-rata GDP per kapita negara i (reporter) dan negara j (partner)
pada tahun t dalam US$,
GDPDijt = perbedaan fluktuasi GDP negara i (reporter) dan negara j (partner)
pada tahun t dalam juta US$,
EXCHDijt = perbedaan fluktuasi kurs negara i (reporter) dan negara j (partner)
pada tahun t dalam US$,
PINDijt = perbedaan fluktuasi GDP per kapita negara i (reporter) dan negara
j (partner) pada tahun t dalam US$,
DISTij = jarak antara ibukota negara i (reporter) dengan ibukota negara j
35
3.3.6. Evaluasi Model
Terdapat beberapa kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk
mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau belum, yakni
F-statistic test, t-statistic test, R-squared, dan uji asumsi klasik (multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas).
3.3.6.1. F-Statistic Test
F-statistic test ditujukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependennya atau tidak.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam F-statistic test adalah
sebagai berikut.
1. Perumusan hipotesis
H0 : β1= β2=...= βk =0
H1 : minimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol
2. Penentuan taraf nyata (α).
3. Bandingkan F-statistic dengan F-tabel pada α atau bandingkan
probabilitas F- statistic (prob (F-statistic)) dengan α.
4. Jika F-statistic > F-tabel pada α atau prob (F-statistic) < α, makaterima
H1. Artinya, variabel-variabel independen secara serentak berpengaruh
3.3.6.2. t-Statistic Test
Tujuan t-statistic test adalah untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel-variabel independen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependennya atau tidak.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam t-statistic test adalah
sebagai berikut.
1. Perumusan hipotesis
H0 :βi=0
H1 :βi≠0
2. Penentuan taraf nyata (α).
3. Bandingkan t-statistic dengan t-tabel pada α atau bandingkan
probabilitas t-statistic (prob (t-statistic)) dengan α.
4. Jika t-statistic > t-tabel pada α atau prob (t-statistic) < α, maka terima
H1. Artinya, variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependennya.
3.3.6.3. R-Squared
R-squared adalah proporsi variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. R-squared memiliki range
1
0≤ R−squared≤ . Jika R-squared bernilai 1 maka 100 persen variasi dalam
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya.
Sedangkan jika R-squared bernilai 0 maka variasi dalam variabel dependen tidak
dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. R-squared dirumuskan
37
TSS RSS squared
R− = (3.11)
di mana:
RSS = jumlah kuadrat regresi,
TSS = jumlah kuadrat total. 3.3.6.4. Multikolinieritas
Multikolinieritas dapat diartikan sebagai hubungan linier yang kuat antara
variabel-variabel independen dalam model persamaan regresi linier berganda. Hal
ini dapat dideteksi dengan adanya nilai R-squared yang tinggi (antara 0.7 dan 1)
tetapi banyak variabel independen yang tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel