• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak belanja daerah di sektor pertanian terhadap perekonomian Wilayah Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak belanja daerah di sektor pertanian terhadap perekonomian Wilayah Kota Bogor"

Copied!
247
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia.

Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di

negara-negara tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sektor-sektor lainnya

(Sadoulet dan de Janvry, 1995). Sektor pertanian memiliki peran yang strategis

dan signifikan dalam perekonomian nasional. Beberapa peran yang dimaksud

adalah (1) Kontribusi terhadap PDB, (2) penyedia pangan dan pakan, (3) sumber

devisa, (4) penyedia bahan baku industri dan sumber bio-energi, (5) penyerapan

tenaga kerja, (6) pengentasan kemiskinan, dan (7) peningkatan pendapatan

masyarakat (Departemen Pertanian, 2009). Kontribusi sektor pertanian dalam

PDRB indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

(2)

2 Kondisi sektor pertanian saat ini mulai tergeser posisinya oleh sektor

industri yaitu dimana sektor industri memberikan kontribusi terbesar dalam PDB

Indonesia, peran sektor pertanian dalam PDB dapat dilihat pada Tabel 1. Sektor

pertanian merupakan sektor ketiga terbesar setelah industri pengolahan dalam

penyumbang PDRB di indonesia atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan

usaha. Pada sektor pertanian besaran jumlah PDRB selalu meningkat setiap

tahunnya. Dengan adanya peningkatan di setiap tahunnnya maka diharapkan

sektor pertanian dapat lebih berkontribusi dalam pembangunan.

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2012 No Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**

penurunan dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Pembangunan di sektor pertanian

bukan suatu hal yang mudah karena terdapat permasalahan yang kompleks di

(3)

3 maupun cara mengaksesnya. Masalah akses modal dapat berupa kurangnya

investasi maupun pendanaan. Hal ini tentunya sangat kontras karena pertanian

mendominasi hampir setiap segi perkonomian, misalnya dalam penyerapan tenaga

kerja dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat terlihat dari pembangunan yang

dilakukan. Pembangunan nasional merupakan sebuah upaya peningkatan

kesejahteraan masayarakat. Pelaksanaan pembangunan tidak dapat dilakukan oleh

satu pihak, melainkan perlu adanya dukungan dari berbagai pihak terkait.

Semuanya perlu adanya kerja sama antara pihak pemerintah dan pemerintah

daerah. Pemerintah harus mengetahui sejauh mana tingkat pembangunan yang ada

seperti pembangunan yang ada di tingkat daerah. Jika pelaksanaan pembangunan

daerah belum maksimal maka pemerintah pusat wajib melakukan koreksi

terhadap kinerja yang telah dilakukan selama ini.

Pembangunan di tingkat daerah dapat berjalan dengan baik apabila

mendapat dukungan dari pemerintahan pusat, misalnya dukungan dalam hal

pendanaan. Pendanaan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah berupa pemberian anggaran belanja daerah yang digunakan untuk

keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah. Pengelolaan APBD

memerlukan keterkaitan antara tingkat pemerintah pusat dan manajemen wilayah

daerah agar dana yang diberikan dapat tepat sasaran. Hal tersebut dapat dijelaskan

(4)

4 Sumber : Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat, 2009

Gambar 1. Kerangka Sasaran Alokasi Dana Pembangunan dan Manajemen Pembangunan Daerah

Peranan APBD sebagai pendorong dan salah satu penentu tercapainya

target dan sasaran makro ekonomi daerah diarahkan untuk mengatasi berbagai

kendala dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan

agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Kebijakan pengelolaan APBD

difokuskan pada optimalisasi fungsi dan manfaat pendapatan, belanja dan

pembiayaan bagi tercapainya sasaran atas agenda- agenda pembangunan tahunan.

Di bidang pengelolaan pendapatan daerah, akan terus diarahkan pada peningkatan

PAD. Untuk merealisasikan hal tersebut akan dilakukan upaya intensifikasi dan

ekstensifikasi dengan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang telah ada

maupun menggali sumber-sumber baru.

Setiap daerah melakukan perkiraan dan proyeksi kebutuhan alokasi

belanja daerah dalam jangka menengah untuk mencapai visi dan misinya.

Perkiraan ini penting untuk menentukan langkah strategis penyediaan anggaran

sekaligus kemungkinan alokasinya setiap tahun. Dalam penyusunan anggaran

(5)

prinsip-5 prinsip anggaran kinerja (budget performance), yaitu alokasi anggaran yang

dikaitkan dengan hasil yang ingin dicapai. Untuk itu dalam proses penganggaran,

pemerintah dituntut untuk menyertakan informasi tentang sasaran, tujuan,

prioritas pada tahun fiskal tertentu. Dengan demikian anggaran kinerja disusun

dengan menghubungkan pengeluaran dan hasil yang diinginkan.

APBD sektor pertanian berfungsi dalam pendanaan pelaksanaan

program-program yang telah dirancang sebuah dinas untuk pembangunan sektor pertanian.

Program pertanian yang dibuat diharapkan dapat membantu para petani dalam

mengembangkan sektor pertanian di daerahnya. Program dirancang dan

disesuaikan dengan kebutuhan akan suatu wilayah misalnya daerah perkotaan dan

pedesaan.

Seiring dengan berjalannya waktu sektor pertanian kini terpinggirkan oleh

sektor-sektor lain sehingga sektor pertanian perlu didukung oleh pihak-pihak

terkait agar tetap memberikan PDRB yang besar di Kota Bogor. Sebagai suatu

wilayah perkotaan, dalam pengembangan sektor pertanian Dinas Pertanian Kota Bogor memiliki konsep “Pengembangan Agribisnis Perkotaan yang Berwawasan

Lingkungan dan Berkelanjutan”. Artinya bahwa dengan memanfaatkan

sumberdaya yang tersedia secara efektif dan efisien, diharapkan dapat menjawab

berbagai tantangan yang dihadapi. (Dinas Pertanian Kota Bogor, 2011). Rincian

PDRB yang dihasilkan oleh berbagai sektor di Kota Bogor dapat dilihat pada

(6)

6 Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 (Juta Rupiah)

Sumber : Bappeda Kota Bogor, 2012

Berdasarkan Tabel.3 dapat dilihat bahwa kontribusi terhadap PDRB Kota

Bogor adalah kedua terkecil setelah sektor pertambangan. Nilai PDRB yang kecil

menggambarkan bahwa output dari sektor pertanian hanya sedikit sehingga belum

cukup mampu dijadikan sumber input sektor lainnya seperti sektor agroindustri.

Dengan lahan pertanian yang ada seperti saat ini diharapkan paling tidak sektor

pertanian tetap dapat bertahan. Melihat kondisi yang demikian tentunya akan

dibutuhkan suatu upaya pengoptimalan sumberdaya pertanian yang tersedia

dengan program-program yang telah dirancang Dinas Pertanian Kota Bogor

dengan sumber dana yang berasal dari APBD.

Pengelolaan APBD memerlukan keterkaitan antara pemerintah pusat dan

(7)

7 Anggaran belanja daerah terbagi menjadi dua bagian, yaitu anggaran belanja

langsung dan anggaran belanja tidak langsung. Anggaran belanja daerah diberikan

untuk mendukung pembangunan perekonomian dari beberapa sektor yang dapat

memberikian kontribusi terhadap PDRB yaitu pada sektor pertanian, sektor

perdagangan, sektor industri pengolahan, restoran dan hotel.

Melihat pentingnya anggaran belanja di sektor pertanian terhadap kegiatan

perekonomian, baik dari segi penyerapan tenaga kerja, tingkat pendapatan dan

pertumbuhan ekonomi maka penting dilakukan penelitian mengenai dampak

belanja daerah di sektor pertanian pada perekonomian wilayah di Kota Bogor agar

hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

Pemerintah Kota Bogor dalam penentuan besaran proporsi dana yang harus

dikeluarkan di sektor pertanian dan untuk merumuskan kebijakan lanjutan dalam

perencanaan pembangunan yang lebih baik. Dengan adanya penelitian ini maka

dapat dilihat besaran penambahan output yang dihasilkan dari pengeluaran

pemerintah yang diberikan pada sektor pertanian secara langsung dan melihat

dampak tidak langsungnya terhadap sektor-sektor lainnya.

1.2. Perumusan Masalah

Negara Indonesia merupakan negara agraris yaitu dimana sektor pertanian

merupakan sektor yang penting dan di dalamnya terdapat konsep ketahanan

pangan. Sektor pertanian dapat menjadi stabilitas politik dan sosial dari sebuah

bangsa sejak dahulu kala. Selain itu, sektor pertanian dapat menyediakan lapangan

pekerjaan dalam skala yang besar bagi suatu negara.

Perkembangan di sektor pertanian dapat dilihat dari ilmu dan teknologi

(8)

8 dikatakan negara tesebut maju di bidang pertanian sehingga produktivitas dapat

meningkat. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan adanya anggaran

belanja di sektor pertanian. Melihat pentingnya sektor pertanian bagi

pembangunan suatu negara maka diperlukan perhatian khusus dari berbagai pihak

seperti pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.

Di Indonesia sektor pertanian belum dianggap sebagai sektor yang dapat

memberikan profit yang tinggi dikarenakan hasil produksi sering mengalami

fluktuasi harga. Gagal panen sering dialami petani akibat bencana alam dan

musim kekeringan sehingga para petani berasumsi akan lebih menguntungkan jika

lahan pertanian dijadikan lahan industri. Jumlah anggaran belanja yang dirasa

masih kecil juga dapat menyebabkan tidak adanya insentif bagi para petani untuk

bertahan di sektor pertanian sehingga akan terjadilah industrialisasi yaitu

perubahan dari sektor primer ke sekunder.

Dilihat dari segi pendanaan, pemerintah belum tepat dalam mengalokasikan

anggaran dan salah dalam menentukan skala prioritas guna mengentaskan

kemiskinan. Indonesia sebagai negara agraris, anggaran pemerintah untuk sektor

pertanian sangat sedikit, termasuk dalam hal subsidi untuk sektor pertanian.

Mayoritas penduduk Indonesia adalah petani miskin, dari sekitar Rp 220 triliun

subsidi dalam APBN, hanya belasan triliun yang diperuntukkan bagi sektor

pertanian dan sisanya untuk subsidi BBM dan listrik. Pada kenyataannya yang

menikmati subsidi BBM tersebut 50 persen adalah pengguna kendaraan mobil

pribadi, 30 persen pengguna sepeda motor, dan hanya 15 persen untuk kendaraan

umum. Jika ingin mengentaskan kemiskinan maka yang harus didukung dan

(9)

9 pada kesejahteraan hampir separuh penduduk yang ada. Ancaman pada

produktivitas pertanian, selain karena penyusutan lahan pertanian juga disebabkan

oleh tidak adanya keberpihakan dari pemerintah sehingga ribuan hektar lahan

telantar tidak bisa dimanfaatkan para petani karena terbentur peraturan. 1

Konversi lahan pertanian akan menyebabkan menurunnya produktivitas

pertanian dan menurunnya ketahanan pangan karena jumlah lahan pertanian yang

pasti berkurang. Lahan pertanian seperti sawah saat ini sulit untuk ditemukan di

Kota Bogor. Dari tahun ke tahun luas lahan pertanian kota Bogor semakin

menyusut.

Menurut Dinas Pertanian Kota Bogor tahun 2011, lahan pertanian sawah

di Kota Bogor menghilang sekitar 300 hektar, hal itu disebabkan adanya

pembangunan perumahan dan para petani yang tidak lagi memanfaatkan

lahannya. Sekitar 300 hektar lahan sawah menyusut, khususnya di daerah Bogor

Selatan. Wilayah Bogor Selatan sebenarnya penghasil padi terbesar setelah Bogor

Barat. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota bogor menyatakan bahwa

konversi lahan terbesar terjadi di daerah Bogor Selatan, Bogor Barat dan Tanah

Sareal. Adanya penyusutan membuat jumlah hasil panen padi Kota Bogor

semakin berkurang setiap tahunnya.

Menyusutnya lahan pertanian sawah Kota Bogor diperkuat dengan data

dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor. BPS menyatakan pada tahun 2010

hingga tahun 2011 lahan pertanian sawah menurun drastis. Dari 100 persen luas

Kota Bogor, lahan pertanian sawah hanya terdapat 3,46 persen saja dan lahan

1

(10)

10 pertanian bukan sawah sekitar 10,74 persen. Sisanya adalah lahan non pertanian

dari luas lahan secara keseluruhan Kota Bogor adalah 118,50 km2. Lahan yang sudah tidak dimanfaatkan oleh petani akan terkena penggusuran untuk

pembangunan perumahan di Kota Bogor. Para petani yang mayoritas hanya

pengguna lahan, tidak bisa berbuat banyak karena lahan yang mereka garap

adalah lahan milik orang lain. Saat ini, mereka hanya bisa menggunakan lahannya

sebelum terkena penggusuran.2

Pembangunan pertanian tidak sederhana, permasalahan yang paling krusial

adalah bahwa pasar dan politik menganggap kurang pentingnya (undervalue)

sektor pertanian dan sektor-sektor lain dengan basis sumberdaya

(resources-based). Kebijakan ekonomi dan politik sering tidak bersahabat dengan sektor

pertanian yang amat strategis, merupakan basis ekonomi rakyat pedesaan,

menguasai hajat hidup sebagian besar penduduk, menyerap lebih separuh total

tenaga kerja dan bahkan menjadi katub pengaman pada krisis ekonomi indonesia

(Arifin, 2004).

Menurut Dinas Pertanian Kota Bogor (2011), isu-isu strategis yang

menjadi fokus pembiayaan APBD Kota Bogor mengacu pada Rencana Strategis

(Renstra) Tahun 2010-2014. Program dasar Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) Dinas Pertanian Kota Bogor terdiri dari tiga program, yaitu :

1. Program peningkatan produksi pertanian

2. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak

3. Program peningkatan pemasaran hasil produk pertanian.

2

Kota Hujan. Menilik Sisa Lahan Pertanian Kota Bogor.

(11)

11 Keberadaan sektor pertanian di Kota Bogor diharapkan dapat tetap

bertahan dengan lahan yang tersisa untuk mendukung sektor agroindustri yang

sedang berkembang di Kota Bogor. Apabila output dari sektor pertanian mampu

menjadi input dari sektor agroindustri, maka akan mampu mengurangi

ketergantungan bahan baku dari daerah lain dan dapat membangun perekonomian

daerah Kota Bogor.

Sektor pertanian merupakan sektor primer yang memiliki keterkaitan yang

erat dengan sektor lainnya. Dilihat dari segi pendanaan sektor pertanian, besaran

proporsi dana yang diberikan setiap tahunnya tergantung banyak dan jenis

program. Dibandingkan dengan sektor yang lainnya sektor pertanian masih belum

mendapatkan perhatian yang khusus dari pemerintah, padahal sektor pertanian

merupakan sektor dasar yang penting dalam mewujudkan pembangunan

perekonomian suatu wilayah.

Berdasarkan uraian di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai

berikut?

1. Bagaimana kontribusi sektor pertanian dalam mendukung sektor lainnya

pada perekonomian Kota Bogor 2008?

2. Bagaimana pembiayaan pembangunan sektor pertanian Kota Bogor dalam

struktur APBD?

3. Bagaimana keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor hulu dan sektor

hilirnya?

4. Bagaimana pengaruh APBD sektor pertanian terhadap perekonomian

(12)

12 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Menganalisis kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kota Bogor

Tahun 2008

2. Menganalisis pembiayaan sektor pertanian kota Bogor dalam struktur

APBD

3. Menganalisis keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor hulu dan sektor

hilirnya

4. Mengetahui dampak belanja di sektor pertanian terhadap tingkat

pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di

Kota Bogor.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi :

1. Petani, sebagai informasi bahwa belanja daerah di sektor pertanian dapat

menjadi insentif dan memberikan berkontribusi dalam pembangunan

daerah.

2. Pemerintah, sebagai salah satu bahan masukan bagi para pembuat

kebijakan dan para pengambil keputusan dalam merumuskan dan

merencanakan arah pembangunan Kota Bogor

3. Masyarakat, sebagai informasi bahwa proporsi belanja daerah di sektor

(13)

13 4. Akademisi, khususnya untuk penelitian mengenai analisis dampak belanja

daerah agar dapat dievaluasi guna perumusan kebijakan selanjutnya di

masa mendatang dan sebagai bahan pustaka yang berkaitan dengan

aplikasi penggunaan model Input-Output dalam menganalisis

perekonomian suatu wilayah dan keterkaitan antar sektor dalam

perekonomian tersebut.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini tidak menganalisis rincian struktur biaya per program

kegiatan pemerintah, melainkan hanya menganalisis struktur biaya

keseluruhan dari program pemerintah.

2. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan menggunakan analisis data

Tabel Input-Output Kota Bogor tahun 2008. Dampak belanja daerah

terhadap perekonomian wilayah akan dianalisis melalui tingkat

pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

3. Tabel Input Output Kota Bogor Tahun 2008 dalam penyusunannya

menggunakan matriks koefisien teknis dari Tabel Input Output Kota

Bandung Tahun 2003 sehingga pada saat perhitungan terdapat beberapa

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

Tinjauan Teoritis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari

buku studi pustaka, internet serta penelitian-penelitian terdahulu. Tinjauan teoritis

berisi mengenai teori-teori yang mendukung penelitian serta metode penelitian

yang digunakan.

2.1.1. Dampak Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran aktual (actual expenditure) adalah jumlah uang yang

dikeluarkan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah atas barang serta jasa ,

yang sama dengan produk domestik bruto (GDP). Pengeluaran yang direncanakan

(planned expenditure) adalah jumlah uang yang akan dikeluarkan rumah tangga,

perusahaan, dan pemerintah atas barang dan jasa (Mankiw, 2006). Pengeluaran

pemerintah dalam fungsi konsumsi akan dijelaskan pada Gambar.2.

Sumber : Gregory, N. Mankiw, 2006

Gambar 2. Pengeluaran Yang Direncanakan Sebagai Fungsi Pendapatan $1

MPC

Pendapatan, Output, Y Pengeluaran yang

(15)

15 Pengeluaran yang direncanakan tergantung pada pendapatan, karena

pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang lebih tinggi, yang

merupakan bagian dari pengeluaran yang direncanakan. Kemiringan fungsi

pengeluaran yang direncanakan ini adalah kecendungan mengkonsumsi marjinal

(MPC).

2.1.2. APBD sebagai Pengeluaran Pemerintah

Menurut Departemen Pertanian (2009), dalam rangka meningkatkan

akselerasi dan penajaman prioritas, pembangunan sektor pertanian masih

memerlukan dukungan keberpihakan dan komitmen dari para penentu kebijakan

pembangunan, baik ditingkat pusat maupun daerah. Penajaman prioritas ini pada

gilirannya harus tercermin dalam alokasi pendanaan yang besarnya sesuai dengan

kebutuhan yang direncanakan. Dapat dikatakan bahwa alokasi anggaran

merupakan vcerminan dari keberpihakan komitmen para pengambil kebijakan

dalam memajukan sektor pertanian di daerah setempat.

Pendanaan yang relatif terbatas merupakan salah satu masalah serius

pembangunan pertanian di daerah. Prioritas pembangunan sektoral dapat dilihat

dari pangsa alokasi anggaran daerah terutama APBD untuk masing-masing sektor.

Pangsa alokasi APBD juga merefleksikan keberpihakan politik dan komitmen dari

pimpinan daerah. Dana pembangunan daerah, termasuk dialokasikan untuk

pembangunan pertanian, berasal dari berbagai sumber, baik dalam negeri maupun

luar negeri. Besarnya dana pembangunan pertanian yang bersumber dari APBD

umumnya jauh lebih memadai, dan hal ini dapat menjadi bottle neck kemajuan

(16)

16

Kenaikan dalam belanja pemerintah menggeser pengeluaran yang

direncanakan ke atas, kenaikan belanja pemerintah sebesar ∆G meningkatkan

pengeluaran yang direncanakan sebesar jumlah itu untuk semua tingkat

pendapatan. Ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B, dan pendapatan

meningkat dari Y1 ke Y2. Kenaikan dalam pendapatan ∆Y melebihi kenaikan

belanja pemerintah ∆G, jadi kebijakan fiskal dapat memiliki dampak pengganda

terhadap pendapatan (Mankiw, 2006).

Sumber : Gregory, N. Mankiw 2006

Gambar 3. Dampak Kenaikan Belanja Pemerintah dalam Perpotongan Keynesian

2.1.4. Kebijakan Anggaran dan Peranan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi

Menurut Hidayat (2012) APBD adalah suatu anggaran daerah. Definisi ini

menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD, memiliki

unsur-unsur sebagai berikut :

(17)

17 2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk

menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang

merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan;

3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka;

4. Periode anggaran, biasanya satu tahun.

Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah

alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses

penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan

perencanaan strategik telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari

hasil perumusan strategi dan perencanaan strategik yang telah dibuat. Tahap

penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan

tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah

disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi

tercapainya tujuan organisasi.

Pembuatan anggaran dalam organisasi sektor publik, terutama

pemerintahan, merupakan sebuah proses yang rumit dan mengandung muatan

politis yang cukup signifikan. Berbeda dengan penyusunan anggaran di

perusahaan swasta yang muatan politisnya relatif lebih kecil. Bagi organisasi

sektor publik seperti pemerintah, anggaran tidak hanya sebuah rencana tahunan

tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang

dibebankan kepadanya. Suatu organisasi sektor publik dikatakan mempunyai

kinerja atau performa yang baik jika segala aktivitasnya berada dalam kerangka

anggaran dan tujuan yang ditetapkan. Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi

(18)

18 kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan

untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.

Melalui proses anggaran kinerja, pemerintah kota/kabupaten menetapkan

keluaran dan hasil dari masing-masing program dan pelayanan. Kemudian

pemerintah daerah membuat target pencapaiannya. Secara umum prinsip-prinsip

anggaran berbasis kinerja didasarkan pada konsep Value for Money (Ekonomis,

Efisiensi, dan Efektifitas) dan prinsip tata pemerintahan yang baik termasuk

adanya pertanggungjawaban para pengambil keputusan atas penggunaan uang

yang dianggarkan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan indikator yang telah

ditetapkan.

Pemerintah daerah diharuskan menetapkan anggaran kinerja karena

memudahkan pengambilan keputusan dalam menentukan prioritas tujuan, sasaran,

program, kegiatan dan belanja, memudahkan dalam mengkomunikasikan prioritas

Pemerintah Daerah kepada masyarakat, meningkatkan transparansi dan

akuntabilitas dalam proses pengambilan keputusan anggaran, dan mematuhi

peraturan perundangan yang disyaratkan pemerintah pusat.

Menurut Rimaru (2012) Berbagai fungsi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4)

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yaitu :

1. Fungsi Otorisasi

Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan

belanja pada tahun yang bersangkutan.

(19)

19 Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen dalam

merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi Pengawasan

Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan

penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi

Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan

pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas

perekonomian.

5. Fungsi Distribusi

Anggaran daerah harus mengandung arti/memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan.

6. Fungsi Stabilisasi

Anggaran daerah harus mengandung arti/ harus menjadi alat untuk

memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

perekonomian.

Kebijakan anggaran tentunya akan berdampak besar pada sektor pertanian.

Pertanian merupakan suatu kegiatan unit usaha uang meliputi budidaya tanaman

bahan makanan, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan peternakan (BPS,2003).

Pertanian dianggap sebagai usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang

bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pada mulanya pertanian di

tanah air dilakukan sebagai usaha untuk menghasilkan keperluan sehari-hari

petani dari tanah tempatnya berpijak, pertanian seperti itu disebut petani gurem

(20)

20 Menurut Mubyarto (1994), pertanian dalam arti luas mencakup :

1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit

2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan

besar)

3. Kehutanan

4. Peternakan

5. Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu

perikanan darat dan perikanan laut)

Ditinjau dari segi ekonomi, pertanian rakyat sebagai pertanian keluarga

(pertanian subsisten atau setengah subsisten), sedangkan perusahaann pertanian

adalah perusahaan pertanian yang diusahakan sepenuhnya secara komersial.

Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang

peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan

dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja di sektor

pertanian atau dari produk yang berasal dari pertanian. Lapangan pekerjaan sangat

terbatas di bidang pertanian atau secara relatif berarti jumlah tenaga kerja lebih

banyak daripada sumberdaya alam dan faktor produksi lainnya. Kebanyakan

tenaga kerja pertanian menjadi setengah menganggur (disguised unemployment).

Pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari besarnya nilai ekspor yang bersala

dari pertanian (Mubyarto, 1994).

Permasalahan yang dihadapi petani baik yang berhubungan langsung

dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun yang dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada aspek ekonomi, aspek sosial budaya

(21)

21 tindakan-tindakan petani. Perbedaan yang jelas antara

permasalahan-permasalahan ekonomi pertanian dan persoalan ekonomi diluar bidang pertanian

adalah jarak waktu antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha

pertanian dengan penerimaan hasil penjualan. Jarak waktu dalam bidang pertanian

lebih besar jika dibandingkan dengan bidang industri.

Ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan

dan pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen,

sedangkan pengeluaran harus dilakukan setiap hari, setiap minggu atau

kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak sebelum panen tiba. Hasil pertanian

sangat rendah pada saat panen maka sebenarnya petani dua kali terpukul, yaitu

pertama karena harga hasil produksinya yang rendah dan kedua karena ia harus

menjual lebih banyak untuk mencapai jumlah uang yang diperlukannya. Untuk

mengatasi permasalahan demikian maka salah satu tujuan utama kebijakan

pertanian adalah mengusahakan stabilisasi harga dan pendapatan petani antara

musim yang satu dengan musim yang lain dari tahun ke tahun (Mubyarto, 1994).

2.2. Pendekatan Input-Output

Menurut Daryanto (2010), salah satu model yang bisa memaparkan

dengan jelas bagaimana interaksi antar pelaku ekonomi itu terjadi adalah model

input-output(I-O) yang pertama kali dipetrkenalkan oleh Wassily Leontief pada

tahun 1930-an, yang kemudian menndapatkan hadiah Nobel pada tahun 1973

(Miller dan Blair, 1985). Melalui model I-O dapat ditunjukan seberapa besar

aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Input produksi dari

(22)

22 merupakan output dari sektor A, yang pada akhirnya keterkaitan antarsektor akan

menyebabkan kesinambungan penawaran dan permintaan dalam perekonomian.

2.2.1. Konsep Dasar Input-output

Konsep dasar model I-O Leontief didasarkan atas: (1) struktur

perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain saling

berinteraksi melalui transaksi jual beli, (2) output suatu sektor dijual kepada

sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah,

pembentukan modal dan ekspor, (3) input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor

lainnya, dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerintah dalam

bentuk pajak tidak langsung, penyusutan, surplus usaha dan impor, (4) hubungan

input-output bersifat linier, (5) dalam suatu kurun waktu analisis, biasanya satu

tahun, total input sama denfan total output dan (6) suatu sektor terdiri dari satu

atau beberapa perusahaan. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu output, dan

output tersebut dihasilkan oleh suatu teknologi (Daryanto dan Hafizrianda 2010).

Dalam model Input-Output pengaruh interkasi ekonomi dapat

diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu : (1) pengaruh langsung (2) pengaruh

tidak langsung, dan (3) pengaruh total. Pengaruh langsung atau direct effect

merupakan pengaruh langsung yang secara langsung oleh suatu sektor yang

outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan.

Sementara pengaruh tidak langsung atau indirect effect menunjukan pengaruh

tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan

(23)

23 2.2.2. Struktur Tabel Input-Output

Tabel Input-Output adalah suatu uraian statistik dalam bentuk matriks

yang menunjukan atau menggambarkan arus transaksi penggunaan barang dan

jasa antar berbagai kegiatan ekonomi. Kolom pada tabel Input-Output

menunjukan pemakaian input antara dan input primer yang disediakan oleh sektor

lain untuk pelaksanaan proses produksi, sedangkan baris pada tabel input-output

memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan untuk mememnuhi

permintaan antara dan permintaan akhir (Arnella dalam Biro Pusat Statistik,1998).

Sebagai suatu model yang bersifat kuantitatif, I-O bisa juga memberikan

gambaran menyeluruh mengenai (Arnella dalam BPS,1995):

1. Struktur perekonomian nasional atau regional yang mencakup struktur

output dan nilai tambah masing-masing sektor.

2. Struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh

sektor-sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri

maupun barang-barang yang berskala impor.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh

sektor-sektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi investasi dan

ekspor.

Tabel Input-Output terbagi menjadi empat kuadaran, yaitu (1) kuadran

antara; (2) kuadran permintaan akhir; (3) kuadran input primer; dan (4) kuadran

input primer-permintaan akhir. Kuadran antara adalah matriks yang menunjukan

(24)

24 keterkaitan antar sektor perekonomian sehingga penting untuk melihat pengaruh

perubahan output suatu sektor terhadap sektor lainnya.

Kuadran permintaan akhir menunjukan penjualan barang dan jasa yang

dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk permintaan akhir. Permintaan

akhir ini terdiri dari beberapa komponen seperti pengeluaran rumah tangga,

pengeluaran pemerintah, pembentukan modal tetap, perubaha stok dan ekspor

yang merupakan sisi pengeluaran dalam sistem perhitungan nasional. Komponen

permintaan akhir merupakan komponen eksogenus yang berdiri sendiri dalam

suatu sistem produksi. Namun beberapa komponen permintaan akhir dapat mejadi

komponen eksogenus sehingga dapat dimasukan kedalam kuadran pertama.

Kuadran input primer menunjukan pembelian input oleh sektor-sektor

dalam kuadran antara di luar sistem produksi. Komponen-komponen kuadran

input primer adalah pendapatan rumah tangga seperti upah dan gaji, pembayaran

kepada pemerintah seperti pajak tidak langsung dan subsidi, surplus usaha yang

menyangkut penyusutan dan keuntungan serta impor. Jumlah keseluruhan nilai

tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan daerah

tersebut.

Kuadran input primer- permintaan akhir menunjukan transakasi langsung

antara kuadran input primer dengan kuadran permintaan akhir. Transaksi yang

terjadi dilakukan tanpa melalui kuadran antara.

Dengan demikian keempat kuadran dalam tabel input-output dapat

dibedakan berdasarkan sifatnya. Kuadran I menunjukan keterkaitan antar sektor

dalam perekonomian. Kuadran II dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi dari luar

(25)

25 menunjukan transaksi yang tidak berhubungan dengan sisem produksi. Secara

bersama-sama keempat kuadran tersebut merupakan klasifikasi transaksi yang

logis dan konsisten dalam perhitungan nasional maupun regional serta merupakan

dasar analisis ekonomi dengan menggunakan analisis input-output.

2.2.3. Ilustrasi Tabel Input-Output

Alokasi Output

Gambar 4. Ilustrasi Tabel Input-Output

Hubungan sepanjang baris menunjukan alokasi output dari sektor i kepada

intermediate sektor, yaitu sektor 1, j hingga sektor-n, serta kepada final demand

(F). Keseluruhan output yang dihasilkan oleh sektor produksi ini ditunjukan oleh

X1 hingga Xn. Maka dengan persamaan matematis, hubungan baris ini dapat dinotasikan sebagai berikut :

(26)

26 Dimana :

Xij : banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j sebagai input produksi

Fi : permintaan akhir terhadap sektor i (terdiri dari konsumsi rumah tangga,

pengeluaran pemerintah, pembentukan nilai tambah bruto, perubahan

stok dan ekspor.

I : 1, 2, 3,..., n

Xi : jumlah output total sektor i

Hubungan sepanjang kolom menunjukan pemakaian / penggunaan

intermediate input dan primary input oleh masing-masing sektor ekonomi.

Persamaan yang menyatakan hubungan sepanjang kolom dinotasikan sebagai

berikut :

=1�� + = � (2)

Dimana :

Xij : banyaknya input yang digunakan sektor j yang berasal dari sektor i Vij : input primer terhadap sektor j (terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha,

penyusutan, indirect taxes dan impor)

J : 1, 2, 3,..., n

Berdasarkan kedua persamaan diatas , terlihat pada tabel angka-angka

yang terdapat pada sel-sel tabel input output memperlihatkan suatu jalinan yang

saling mengait dari berbagai kegiatan sektor ekonomi. Sebagai ilustrasi dapat

(27)

27 memenuhi permintaan akhir. Maka dalam bentuk persamaan, hubungan

masing-masing output diatas dapat dinotasikan dengan :

X11 + Xij + Xin + F1 = X1

: : : : :

X1n + Xnj + Xnn + Fn = Xn

Sedangkan inputnya, dapat dibuat dengan persamaan sebagai berikut :

X11 + Xi1 + Xn1 + V1 = X1

: : : : :

Xn1 + Xin + Xnn + Vn = Xn

Input yang digunakan dalam suatu sektor merupakan fungsi tingkat output dalam

sektor bersangkutan dan bersifat unik. Koefisien input dapat diperoleh dengan

membandingkan antara output sektor i yang dipergunakan sebagai input sektor j

(Xij) dengan jumlah total input sektor j, atau dapat dinotasikan dengan :

αij = �� (3)

Koefisen input menggambarkan hubungan antara output dan inputnya,

atau lebih jelas menunjukan jumlah input yang dibutuhkan oleh setiap sektor

untuk menghasilkan output senilai satu unit. Di dalam analisis input output,

hubungan ini bersifat tetap. Besaran hubungan ini tidak berubah walaupun

terdapat peningkatan-peningkatan output dalam perekonomian. Hal ini

dikarenakan proses produksi didalam analisis input output mengikuti fungsi

produksi Leontief yang bersifat return to scale. Fungsi produksi yang demikian

menyatakan bahwa proses produksi yang optimal di sepanjang expansion path

(28)

28 dari suatu proses produksi hanya terdapat satu titik optimal produksi (Bappeda

Kota Bogor, 2012).

Menurut Daryanto (2010) dengan menggunakan model Input-Output dapat

diketahui arah distribusi suatu output, dan input yang digunakan oleh sektor

tesebut. Pada Gambar 5. akan dijelaskan mengenai distribusi output pada suatuu

sektor jika dilihat dari sisi permintaan.

Sumber: Daryanto A, 2010

Gambar 5. Model Sederhana Input-Ouput

2.2.4. Asumsi dan Keterbatasan Model Input-Output

Model I-O didasarkan atas beberapa asumsi. Asumsi itu dintaranya adalah:

(1) homogenitas, yang berarti suatu komoditi hanya dihasilkan secara tunggal oleh

suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada substitusi output diantara

berbagai sektor, (2) liniearitas, ialah prinsip dimana fungsi produksi bersifat linier

dan homogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh

(29)

29 prinsip dimana efek total dan pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan

oleh masing-masing sektor secara terpisah. Hal ini berarti bahwa semua pengaruh

diluar sistem input-output diabaikan.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka tabel I-O sebagai model kuantitatif

memiliki keterbatasan, yakni bahwa koefisien teknis diasumsikan tetap (konstan),

maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses

produksi pun dianggap konstan. Akibat perubahan kuantitas dan harga input akan

selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output (Daryanto A,

Hafizrianda A, 2010).

2.2.5. Manfaat Analisis Input-Output

Kegunaan analisis input-output adalah sebagai berikut (Tarigan, 2005)

1. Menggambarkan keterkaitan antarsektor sehingga memperluas wawasan

terhadap perekonomian wilayah. Dapat dilihat bahwa perekonomian

wilayah bukan lagi sebagai kumpulan sektor-sektor, melainkan merupakan

satu sistem yang saling berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor

akan langsung memengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu

akan terjadi secara bertahap.

2. Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik (backward linkage) dan

daya mendorong (forward linkage) dari setiap sektor sehingga mudah

menetapkan sektor mana yang dijadikan sebagai sektor strategis dalam

perencanaan pembangunan perekonomian wilayah.

3. Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat

(30)

30 akan meningkat. Hal ini dianalisis melalui kenaikan input antara dan

kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran).

4. Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan

pembangunan ekonomi wilayah karena bisa melihat permasalahan secara

komprehensif.

5. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja

dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah,

seandainya input-nya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja atau modal.

2.2.6. Koefisien Input

Menurut Tambunan (2003) , semua barang, jasa dan faktor produksi yang

digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output dikategorikan

sebagai input yang dibedakan menjadi input antara dan input primer. Dalam

penyajian tabel input output, input antara berada di kuadran I dan input primer

berada di kuadran III. Jumlah input adalah input antara ditambah dengan input

primer.

Sesuai dengan prinsip penyusunan tabel input-output, jumlah input harus

sama dengan jumlah outputnya. Relasi antara input antara dengan output disebut

koefisien input antara (aij):

aij =Xij

Xj (4)

dan relasi antara input primer dengan output disebut koefisien input primer (Vij): Vij =Vij

Xj (5)

(31)

31 2.2.7. Matriks Kebalikan

Matriks kebalikan yang diturunkann dari suatu tabel input output

merupakan bilangan-bilangan pengganda (multiplier) yang dipakai untuk

menghitung dampak dari suatu perubahan dari suatu variabel makro terhadap

variabel makro lainnya. Matriks kebalikan dihitung dari koefisien input antara (A)

dan merupakan bilangan pengganda antarsektor yang saling mempengaruhi secara

beruntun dalam proses produksi.

Sesuai dengan jenis transaksi yang digunakan, matriks koefisien input

antara ada dua jenis, yaitu matriks input antara untuk transaksi domestik atau

matriks Ad.

Jika yang akan dihitung adalah matriks kebalikan untuk transaksi total maka

rumus yang digunakan adalah I-A, sedangkan untuk transaksi domestik dipakai

rumus I- Ad. I dalam kedua rumus tersebut adalah matriks identitas, yakni suatu matriks yang isinya 1 untuk sel-sel diagonal dan 0 untuk semua sel di luar

diagonal.

Berdasarkan rumus diatas, maka matriks kebalikan yang dihitung adalah

(I-A)-1 atau (I- Ad) -1. Secara matematis, matriks kebalikan (I- Ad) -1dalam model input output menunjukan koefisien arah yang menghubungkan output dan

permintaan akhir domestik. (Tambunan, 2003)

2.2.8. Analisis Keterkaitan

Keterkaitan yang antar sektor dalam aliran input dan output akan

mengakibatkan terjadinya dampak ekonomi. Dampak yang pertama adalah

dampak terhadap penggunaan input. Jika sebuah sektor j outputnya meningkat,

(32)

32 dibutuhkan penggunaan input yang lebih banyak dari sektor ekonomi yang lain

yang memproduksi output yang digunakan sebagai input antara oleh sektor

tersebut. Dampak ini karena adanya hubungan dari sisi permintaan (demand side).

Dampak yang kedua disebabkan karena adanya peningkatan output sektor j itu

juga mengakibatkan alokasi output dari sektor j semakin banyak digunakan oleh

sektor-sektor ekonomi lainnya yang menggunakan output sektor j sebagai input

antara dalam kegiatan produksi. Dampak ini terjadi karena adanya hubungan dari

sisi penawaran (supply side) (Bappeda Kota Bogor, 2012).

Ada suatu pemikiran bahwa sektor-sektor yang memiliki koefisien

keterkaitan ke belakang dan ke depan paling tinggi dikatakan sebagai

sektor-sektor yang memiliki basis domestik baik dari sisi input maupun output. Artinya

sektor-sektor tersebut lebih banyak menggunakan input antara yang berasal dari

produksi domestik, dan lebih banyak menjual outputnya untuk memenuhi

kebutuhan input antara dari sektor produksi domestik. Dengan kata lain lebih

sedikit menggunakan input yang berasal dari impor, dan lebih sedikit digunakan

untuk memenuhi permintaan ekspor. Sektor-sektor semacam ini sangat

dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi wilayah yang berkelanjutan. Untuk

menganalisis sektor yang dimaksudkan tersebut maka sebaiknya digunakan dua

indeks keterkaitan Ramussen yaitu daya penyebaran dan derajat kepekaan.

(Daryanto,A.2010).

2.2.9 Analisis Multiplier

Digunakan untuk mengetahui respon atau dampak dari stimulus ekonomi

(33)

33 ekonomi umumnya merupakan perubahan/ peningkatan satu unit permintaan akhir

suatu sektor, mencakup stimulus perubahan output, pendapatan dan tenaga kerja.

Di dalam model input-output, rumah tangga dapat diperlakukan sebagai

aktor endogen atau eksogen. Dalam kondisi biasa, rumah tangga diperlakukan

sebagai sektor yang eksogen dengan asumsi bahwa rumah tangga memiliki

perilaku sendiri yang dapat memutuskan pengeluaran mereka. Namun dalam

kondisi riil, perilaku pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan yang

diperolehnya sebagai hasil bekerja dari sektor produksi. Dalam kondisi ini rumah

tangga diperlakukan sebagai variabel endogen sehingga seakan-akan seperti posisi

sektor produksi yang lain di dalam sektor antara (Bappeda Kota Bogor, 2012).

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang dampak pengeluaran pemerintah maupun tentang

peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah telah banyak dilakukan,

baik dengan menggunakan analisis Input-Output maupun dengan analisis yang

lain. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat peranan sektor

pertanian masih memiliki peranan penting dalam upaya peningkatan

perekonomian suatu wilayah.

Menurut Puspitawati (2000) dalam Tesis yang berjudul Analisis Peranan

Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan terhadap Perekonomian Propinsi

Kalimantan Timur (Berdasarkan Analisis Input- Output), hasil analisis

menunjukan bahwa sektor pertanian yang menghasilkan output dan nilai tambah

terbesar adalah sektor : kelapa sawit, padi,perikanan, pengeringan dan lain-lain,

sayuran dan karet. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian mempunyai

(34)

34 Sektor pertanian dan sektor ekonomi lainnya memiliki niolain keterkaitan yang

relatif tinggi, hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian mendukung sektor

ekonominya dalam perekonomian Sumatera Utara. Dampak terbesar perubahan

pengeluaran konsumsi pemerintahdan rumah tangga terhadap output sektor

ekonomi, terdapat pada sayur-sayuran dan unggas dan peternakan lainnya.

Sehingga sektor tersebut menjadi andalan bagi kebijakan pemerintah untuk

meningkatkan PDRB Sumatera Utara.

Menurut Arnella (2001) dalam Disertasinya yang berjudul “Analisis

Dampak Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pertanian terhadap Kinerja Sektor

Pertanian di Provinsi Jawa Barat” dijelaskan bahwa metode analisis yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Input-Output dengan data

diambil dari tabel Input-Output Provinsi Jawa Barat tahun 1999. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa alokasi dana pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian

berdampak langsung pada pembentukan total output, pendapatan, tenaga kerja dan

nilai tambah secara absolut lebih besar dibandingkan sektor industri ,

pertambangan dan sektor perdagangan. Hal ini disebabkan alokasi dana

pengeluaran pemerintah yang diberikan pada sektor pertanian jauh lebih besar dari

ketiga sektor lainnya. Namun apabila dilihat secara proporsi terhadap nilai total,

sektor pertanian menempati peringkat ketiga dari empat sektor yang diteliti.

Pengeluaran pemerintah yang diberikan pada sektor pertanian ternyata kurang

mendukung kinerja sektor pertanian. Karena dari analisis menghasilkan efek

pengganda pendapatan yang relatif rendah jika dibandingkan dengan jumlah

tenaga kerjanya. Selain itu, pembentukan output yang dihasilkan juga lebih rendah

(35)

35 Menurut Putri (2008) dengan judul “Peran Sektor Pertanian terhadap

Perekonomian Provinsi Bangka Belitung (Analisis Input Output)” dijelaskan

bahwa metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

Input-Output dengan data diambil dari tabel Input-Output Provinsi Bangka

Belitung tahun 2005. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan analisis

keterkaitan, dampak penyebaran, dan multiplier, sektor pertanian tidak dapat

dijadikan sebagai Leading Sector meskipun sektor tersebut mempunyai kontribusi

terbesar terhadap PDRB dan penyerapan tenaga kerja. Dari hasil analisis dalam

studi ini, Leading Sector dimiliki oleh sektor industri pengolahan karena sektor

tersebut memiliki keterkaitan dan multiplier efek yang paling besar diantara

sektor-sektor lainnya.

Menurut Wibowo (2009), dalam skripsinya yang berjudul Analisis

Peranan Sektor Pertanian dan Dampak Investasinya terhadap Perekonomian

Provinsi Jawa Timur (Analisis Input-Output) menunjukan bahwa nilai keterkaitan

ke depan terbesar ada pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sedangkan

nilai keterkaitan ke depan sektor pertanian berada di urutan ketujuh dari sembilan

sektor. Nilai keterkaitan ke belakang terbesar ada pada sektor listrik, gas, dan air

minum, sedangkan nilai keterkaitan ke belakang sektor pertanian berada di urutan

terakhir. Analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa sektor perdagangan,

hotel, dan restoran mampu meningkatkan pertumbuhan sektor yang memakai

input dari sektor ini karena nilai kepekaan penyebarannya lebih dari satu,

sedangkan sektor pertanian tidak mampu meningkatkan pertumbuhan sektor yang

memakai input dari sektor ini karena nilai kepekaan penyebarannya kurang dari

(36)

36 hulunya karena nilai koefisien penyebarannya lebih dari satu, sedangkan sektor

pertanian tidak mampu mendorong pertumbuhan industri hulunya karena nilai

koefisien penyebarannya kurang dari satu. Sesuai dengan analisis multiplier

menunjukkan bahwa sektor listrik, gas, dan air minum memiliki nilai multiplier

output dan tenaga kerja terbesar. Sektor Lembaga Keuangan, Usaha Bangunan,

dan Jasa Perusahaan memiliki nilai multiplier pendapatan terbesar, sedangkan

sektor pertanian nilai multiplier output dan tenaga kerjanya berada di urutan

terakhir, dan multiplier pendapatannya berada di urutan ke delapan dari sembilan

sektor.

Perbedaan penelitian Dampak Belanja Daerah di Sektor Pertanian terhadap

Perekonomian Wilayah Kota Bogor dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah

dari segi lokasi yang mengambil sektor pertanian di perkotaan. Penelitian ini tidak

hanya menganalisis mengenai peranan sektor pertanian, tetapi juga menganalisis

(37)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Operasional

Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai konsep dan teori yang

berhubungan dengan penelitian “Dampak Belanja Daerah di Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Wilayah Kota Bogor” yang menggunakan analisis Input

Output.

Sektor pertanian merupakan sektor primer yaitu dimana output dari sektor

pertanian akan dijadikan input oleh sektor-sektor lain. Pertanian masih memiliki

peranan penting dalam kontribusi PDRB sehingga keberadaan sektor pertanian

perlu mendapat dukungan khusus dari setiap daerah yang memiliki lahan

pertanian. Permasalahan yang dihadapi oleh sektor pertanian adalah output dari

sektor pertanian memiliki harga yang berfluktuasi yang dapat menyebabkan

petani sering mengalami kerugian sehingga pada umumnya kondisi ekonomi

petani masih dibawah garis kemiskinan. Untuk mendukung sektor pertanian maka

diperlukan program kegiatan pertanian yang menunjang agar dapat meningkatkan

pendapatan petani.

Program kegiatan yang dapat dilakukan untuk sektor sektor pertanian

misalnya seperti program intensifikasi pertanian, peningkatan produksi ternak,

pembibitan kultur jaringan dan lain-lain. Dalam pelaksanaan program-program

tersebut tentunya memerlukan dana dalam pelaksanaan operasional. Besaran

proporsi dana yang dikeluarkan di sektor pertanian menggambarkan seberapa

besar dukungan pemerintah terhadap sektor pertanian. Anggaran belanja di sektor

(38)

38 petani agar tidak beralih ke sektor yang lainnya dan sektor pertanian masih tetap

berperan penting dalam kegiatan perekonomian.(Mubyarto,1994)

3.2. Tahap-tahap Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis

Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008. Data yang dianalisis dari Tabel

Input-Output adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Dalam

Tabel Input-Output Kota bogor Tahun 2008 nilai permintaan akhir yang

mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi

pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor tidak

memiliki rincian nilai per subyek melainkan hanya satu nilai yang berupa nilai

total dari keseluruhan berupa final demand. Sehingga dalam perhitungan akan

terjadi beberapa kesulitan.

Sektor yang akan dianalisis dalam penelitian ini lebih dititik beratkan

kepada sektor pertanian. Aadapun tahap-tahap analisis pada penelitian ini secara

garis besar adalah sebagai berikut :

1. Mengagregasikan sektor-sektor pada tabel transasksi domstik atas harga

produsen. Agregasi adalah proses pengaabungan beberapa sektor

Input-Output menjadi satu sektor yang lebih besar. Agregasi harus

memperhatikan sifat masing-masing sektor. Dalam tabel Input Output

Kota Bogor Tahun 2008 klasifikasi 28 sektor kemudian sektor-sektor

tersebut diuagregasi menjadi sembilan dan dua belas sektor. Agregasi

menjadi sembilan dan dua belas sektor dilakukan untuk melihat

(39)

39 2. Mengelompokan sektor-sektor yang telah diagregasi ke dalam tabel di

Microsoft Excel dan memberi kode sesuai dengan buku panduan yang

tersedia.

3. Melakukan proses input data dari tabel pada Microsoft Excel pada

software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practioners) untuk

kemudian data diolah menggunakan software tersebut.

4. Selesai data diolah kemudian dilihat dampak pengeluaran pemerintah di

sektor pertanian dengan melakukan injeksi terhadap sektor tersebut. Dari

analisis tersebut akan terlihat dampaknya terhadap seluruh sektor

perekonomian karena injeksi yang dilakukan terhadap suatu sektor tidak

hanya akan berpengaruh terhadap sektor tersebut karena seluruh sektor

(40)

40 Gambar 3.3. Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Perekonomian Kota Bogor

Ditunjang Sektor Pertanian

APBD di Sektor Pertanian Kota Bogor

Analisis Input-Output Kota Bogor Tahun 2010

Analisis Keterkaitan

Analisis Multiplier Analisisis Dampak

Anggaran

Tenaga Kerja

Pendapatan Pembentukan

Output

(41)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor Pemilihan lokasi penelitian

berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

Bogor memiliki jumlah penduduk yang padat sehingga kebutuhan akan pangan

meningkat sehingga perlu didukungnya sektor pertanian agar output dari sektor

pertanian dapat mencukupi kebutuhan pangan Kota Bogor. Kegiatan penelitian ini

dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder diperoleh dari berbagai literatur, instansi yang terkait. Tabel

Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 klasifikasi 28 sektor diperoleh dari Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Data APBD sektor

pertanian diperoleh dari Dinas Pertanian Kota Bogor, Kota Bogor dalam Angka

diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor, data tenaga kerja diperoleh dari

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor juga referensi lainnya dan

penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang

berhubungan dengan analisis dampak belanja daerah di sektor pertanian wilayah

(42)

42 Tabel 4. Jenis dan Sumber Data Penelitian Berdasarkan Tujuan

No Tujuan Jenis dan

Sumber Data Metode Analisis 1 Menganalisis pembiayaan sektor

pertanian kota Bogor dalam

2 Menganalisis peranan sektor pertanian terhadap perekonomian

3 Menganalisis keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor hulu dan sektor hilirnya

4 Mengetahui dampak belanja di sektor pertanian terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di Kota Bogor.

Data Sekunder

Data dan informasi yang telah didapat selanjutnya dilakukan pengolahan

dengan menggunakan software Input-Output Analysis for Practioners dan

microsoft excel 2007. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif

dan kuantitatif.

4.3.1. Analisis Statistik Deskriptif

Tujuan dari penggunaan analisis statistik deskriptif adalah untuk

mengetahui struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di sektor

pertanian Kota Bogor dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2012. Dengan

menggunakan grafik maka akan dapat dilihat secara jelas fluktuasi proporsi dana

(43)

43 4.3.2. Analisis Keterkaitan (linkage)

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke

belakang seperti yang diuraikan di muka belumlah memadai dipakai sebagai

landasan pemilihan sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat

diperbandingkan antarsektor karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak

sama. Oleh karena itu, kedua indeks tersebut haruslah dinormalkan dengan cara

membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan

dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien

penyebaran (Priyarsono,et al, 2007).

1. Koefisien Daya Penyebaran (Backward Linkage)

Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari

pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui

mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini juga sering diartikan sebagai

kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya.

Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila BLj mempunyai nilai lebih besar dari 1, sebaliknya jika nilai BLj lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah:

BLj = koefisien penyebaran sektor j

(44)

44 2. Kepekaan Penyebaran (Forward Linkage)

Konsep ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor

terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering

juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan

produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan

mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai FLi lebih besar dari satu. Sebaliknya, jika nilai FLi lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah :

FLi = kepekaan penyebaran sektor i αij = unsur matriks kebalikan Leontief 4.3.3 Analisis Multiplier

Analisis multiplier bertujuan untuk melihat adanya dampak perubahan

permintaan akhir dari suatu sektor ekonomi terhadap semua sektor yang ada tiap

satu satuan perubahan jenis multiplier.

1. Multiplier Output

Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek

awal (multiplier effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit

satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers) α menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari

(45)

45 unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matriks invers dirumuskan dengan

persamaan :

Α = ( I – A )-1= [ αij ] (8) Matriks α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian

yang dipelajari dengan menentukan tingkat kaitan antarsektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matriks invers ini [ αij ] menunjukan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan

mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain.

2. Multiplier Pendapatan

Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya

perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel I-O, yang dimaksud dengan

pendap atan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian

pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang

umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga dividen

dan bunga bank (Jensen,1979 dalam Priyarsono.et al. 2007). Angka pengganda

pendapatan dapat diperoleh dari rumus :

฀ 

MIji1

n

an1Dij an1,j

(9)

Dimana :

MIj = pengganda tipe II

Dij = unsur matrik kebalikan leontif tertutup

(46)

46 3. Multiplier Tenaga Kerja

Menunjukan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal

dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh oleh elemen-elemen dalam

tabel I-O, seperti pada multiplier output pendapatan karena dalam tabel I-O tidaik

mengandung elemen-elemen yang berhubungan tenaga kerja. Besaran multiplier

tenaga kerja dapat diperoleh dengan rumus :

฀ 

MLj = pengganda tenaga kerja tipe II

Dij = unsur matrik kebalikan leontif tertutup Wn+i,j = koefisen tenaga kerja sektor j

Wn+1,i = koefisien tenaga kerja sektor i

Berdasarkan matriks kebalikan Leontief terbuka (αij) maupun tertutup

(α*ij) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja berdasarkan rumus-rumus yang tercantum pada Tabel 4.1

berikut.

Tabel 5. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja

Nilai Multiplier

Output Pendapatan Tenaga Kerja

(47)

47 Keterangan :

aij = Koefisien Output

hi = Koefisien Pendapatan Rumah tangga ei = Koefisien Tenaga Kerja

αij = Matriks kebalikan Leontief model terbuka

α*ij = Matriks kebalikan Leontief model tertutup

Melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran

dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja maka dihitung dengan menggunakan

rumus multiplier tipe I sebagai berikut.

Tipe I

Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri Efek Awal

4.3.4. Analisis Dampak Pengeluaran Pemerintah

Melihat dampak pengeluaran pemerintah di sektor pertanian terhadap

perekonomian wilayah kota Bogor digunakan analisis input output dengan rumus

sebagai berikut (Miller dan Blair dalam Manaf, 2007) :

1) Dampak terhadap pembentukan output

ΔX = (I-A)-1ΔG (11)

2) Dampak terhadap pembentukan pendapatan

ΔI= �n+1(I-A)-1ΔG (12)

3) Dampak terhadap pembentukan tenaga kerja

ΔL = wn+1(I-A)-1ΔG (13)

dimana:

ΔX = dampak terhadap pembentukan output

(48)

48 ΔL = dampak terhadap penyerapan terhadap tenaga kerja

ΔG = pengeluaran pemerintah

(I-A)-1 = matriks kebalikan Leontief terbuka �n+1 = koefisien pendapatan

wn+1 = koefisien tenaga kerja

1. Koefisien Pendapatan (�n+1)

Menurut Daryanto dan Hafizrianda dalam Mulyani (2007), koefisien

pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah

pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu

unit output. Koefisien pendapatan diperlukan untuk mencari dampak perubahan

input primer terhadap pembentukan pendapatan. Rumusnya adalah:

�n+1

=

�� (14)

dimana:

�n+1

=

koefisien pendapatan sektor i Ui = jumlah upah dan gaji

Xi = jumlah input total sektor i 2. Koefisien Tenaga Kerja (wn+1)

Menurut Daryanto dan Hafizrianda dalam Mulyani (2007),koefisien

tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah

tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien

tenaga kerja diperlukan untuk mencari dampak perubahan i primer terhadap

(49)

49 wn+1

=

��

(15)

dimana:

(50)

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

5.1. Kondisi Geografis

Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas

Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan,

yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor

Utara, Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Tanah Sareal, yang meliputi 68 Kelurahan. Kota Bogor terletak diantara 106043’30”BB

– 106051’00”BT dan 6030’30”LS – 6041’00”LU serta mempunyai ketinggian

rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter dari permukaan laut dengan

jarak dari ibukota kurang lebih 60 km. Batas wilayah Kota Bogor adalah :

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan

Caringin Kabupaten Bogor.

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan

Ciawi Kabupaten Bogor.

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kecamatan

Bojong Gede, dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan

Dramaga Kabupaten Bogor.

Kota Bogor memiliki udara yang sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap

bulannya adalah 260 C dan suhu udara terendah 210 C, dengan kelembaban udara

kurang lebih 70% disebut sebagai Kota Hujan, Kota Bogor dialiri beberapa sungai

yang permukaan airnya jauh dibawah permukaan kota, yaitu sungai Ciliwung,

Gambar

Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Indonesia atas Dasar Harga Konstan
Tabel 2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar
Gambar 1.  Kerangka Sasaran Alokasi Dana Pembangunan dan Manajemen
Tabel 3.  Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor Atas Dasar Harga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis tersebut maka dampak investasi sub sektor pertanian terhadap pembentukan nilai output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar adalah pada sub

Dampak tidak langsung investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output sektor lainnya relatif cukup besar, terutama lebih banyak berpengaruh terhadap sektor- sektor

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sektor perekonomian dan sub sektor pertanian yang menjadi sektor/sub sektor basis di Kabupaten Trenggalek, untuk

Judul "res i s Analisis Dampak Kebijaksanaan Desentralisasi Fiskal Terhadap Perekonomian Daerah dan Pemerataan Pembangunan Wilayah di

Judul "res i s Analisis Dampak Kebijaksanaan Desentralisasi Fiskal Terhadap Perekonomian Daerah dan Pemerataan Pembangunan Wilayah di

Penelitian ini dilakukan berdasarkan latar belakang tentang pentingnya sektor prioritas sebagai sektor penggerak dalam perekonomian wilayah, maka judul yang akan diambil

Pengaruh sektor industri wilayah Medan Bagian Utara memberi dampak pada perekonomian Kota Medan, dimana kontribusi sektor industri Medan Deli, Medan Labuhan dan Medan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji posisi sektor pertanian dan sub sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Pacitan, untuk mengkaji kecepatan