KEKONSISTENAN PENDUGA FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI
KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON
PERIODIK DENGAN TREN LINEAR
TITA ROBIAH AL ADAWIYAH
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
TITA ROBIAH AL ADAWIYAH. Kekonsistenan Penduga Fungsi Sebaran dan Fungsi Kepekatan Peluang Waktu Tunggu Proses Poisson Periodik dengan Tren Linear. Dibimbing oleh I WAYAN MANGKU dan RETNO BUDIARTI.
ABSTRACT
TITA ROBIAH AL ADAWIYAH. Consistent Estimation of the Distribution and the Density Function of Waiting Time of a Cyclic Poisson Process with Linear Trend. Supervised by I WAYAN MANGKU and RETNO BUDIARTI.
KEKONSISTENAN PENDUGA FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI
KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON
PERIODIK DENGAN TREN LINEAR
TITA ROBIAH AL ADAWIYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Matematika
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Kekonsistenan Penduga Fungsi Sebaran dan Fungsi Kepekatan
Peluang Waktu Tunggu Proses Poisson Periodik dengan Tren
Linear.
Nama
: Tita Robiah Al Adawiyah
NRP
: G54070030
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. I Wayan Mangku, M.Sc.
Ir. Retno Budiarti, M.S.
NIP. 19620305 198703 1 001
NIP. 19610729 198903 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr. Dra. Berlian Setiawaty, MS.
NIP. 19650505 198903 2 004
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul karya ilmiah ini adalah Kekonsistenan Penduga Fungsi Sebaran dan Fungsi Kepekatan Peluang Waktu Tunggu Proses Poisson Periodik dengan Tren Linear.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. I Wayan Mangku, M.Sc. selaku dosen pembimbing I dan Ir. Retno Budiarti, MS. selaku dosen pembimbing II atas semua ilmu, kesabaran, motivasi, dan bantuannya selama penulisan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Hadi Sumarno, MS. selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua dan keluarga atas segala doa, dukungan, kesabaran, kepercayaan dan kasih sayangnya. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen, staf pegawai, dan teman-teman di Institut Pertanian Bogor, khususnya di Departemen Matematika.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya matematika dan menjadi inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Bogor, Mei 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 21 Maret 1990 dari ayah Tarsid Sadikin dan ibu Eli Haryati. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara
Tahun 2001 penulis lulus dari SDN 1 Pabuaran. Tahun 2004 penulis lulus dari SMPN 1 Pabuaran. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ciasem dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih mayor Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 1
LANDASAN TEORI ... 1
Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang ... 1
Peubah Acak dan Fungsi Sebaran ... 2
Kekonvergenan ... 2
Momen, Nilai Harapan dan Ragam ... 2
Penduga dan Sifat-sifatnya ... 3
Proses Stokastik dan Proses Poisson ... 4
Beberapa Definisi dan Lema Teknis ... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7
Perumusan Penduga ... 7
Kekonsistenan dari ... 9
Kekonsistenan dari , ... 9
Kekonsistenan Penduga Fungsi Sebaran dan Fungsi Kepekatan Peluang . ... 16
SIMPULAN ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 19
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 (Pembuktian Lema 2)... 21
Lampiran 2 (Pembuktian Lema 3)... 22
Lampiran 3 (Pembuktian Lema 4)... 23
Lampiran 4 (Pembuktian Lema 5)... 24
Lampiran 5 (Pembuktian Lema 6)... 25
Lampiran 6 (Pembuktian Lema 7)... 26
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak permasalahan yang dapat dimodelkan dengan proses stokastik. Proses stokastik dapat dibedakan menjadi dua yaitu proses stokastik dengan waktu diskret dan proses stokastik dengan waktu kontinu. Salah satu bentuk khusus dari proses stokastik dengan waktu kontinu adalah proses Poisson periodik. Contoh proses yang dapat dijelaskan dengan proses Poisson periodik adalah proses kedatangan pelanggan ke suatu pusat servis. Namun, jika banyaknya pelanggan yang datang mempunyai kecenderungan meningkat secara linear terhadap waktu, maka model yang cocok adalah proses Poisson periodik dengan tren linear.
Pada proses kedatangan pelanggan tersebut, waktu tunggu dari seorang pelanggan adalah jarak waktu sejak pusat servis tersebut dibuka sampai pelanggan tersebut datang. Karena waktu tunggu ini merupakan suatu peubah acak kontinu, maka ia memiliki fungsi sebaran dan fungsi kepekatan peluang. Umumnya kedua fungsi ini tidak diketahui sehingga diperlukan suatu penduga bagi kedua fungsi tersebut.
Pada tulisan ini dikaji kekonsistenan penduga fungsi sebaran dan fungsi kepekatan peluang waktu tunggu proses Poisson periodik dengan tren linear. Ini merupakan rekonstruksi dari paper Mangku (2010).
Untuk menyusun suatu penduga yang konsisten, diperlukan data yang banyaknya menuju tak hingga jika panjang interval pengamatan menuju tak hingga. Agar data pengamatan di berbagai bagian interval pengamatan yang berbeda bisa digunakan untuk menduga fungsi sebaran dan fungsi kepekatan peluang, maka diperlukan asumsi keperiodikan dari fungsi intensitas proses yang dikaji. Pada kajian ini dianggap periode dari fungsi intensitas diketahui yaitu .
Tujuan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah 1. Mengonstruksi kembali penyusunan
penduga fungsi sebaran dan fungsi kepekatan peluang waktu tunggu proses Poisson periodik dengan tren linear. 2. Mengonstruksi kembali pembuktian
kekonsistenan penduga fungsi sebaran waktu tunggu dan penduga fungsi kepekatan peluang waktu tunggu.
LANDASAN TEORI
Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang
Suatu percobaan yang dapat diulang dalam kondisi yang sama yang hasilnya tidak bisa diprediksi secara tepat tetapi dapat diketahui semua kemungkinan hasil yang muncul disebut percobaan acak.
Definisi 1 (Ruang contoh)
Ruang contoh adalah himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan acak, dinotasikan dengan .
[Grimmett dan Stirzaker, 1992]
Definisi 2 (Kejadian)
Kejadian adalah suatu himpunan bagian dari ruang contoh .
[Grimmett dan Stirzaker, 1992]
Definisi 3 (Kejadian lepas)
Kejadian dan disebut saling lepas jika irisan dari keduanya adalah himpunan kosong
.
[Grimmett dan Stirzaker, 1992]
Definisi 4 (Medan- )
Suatu himpunan yang anggotanya adalah himpunan bagian dari disebut medan- jika memenuhi kondisi berikut
1. ;
2. Jika , , … maka ∞ ;
3. Jika maka .
[Grimmett dan Stirzaker, 1992]
Definisi 5 (Ukuran peluang)
Ukuran peluang Ρ pada , adalah fungsi Ρ: 0,1" yang memenuhi
2. Jika , , … adalah himpunan lepas yang merupakan anggota dari , yaitu
$ %# ,
untuk setiap i, j dengan & ' (, maka Ρ ∞ # ∑ *∞ Ρ +.
[Grimmett dan Stirzaker, 1992] Pasangan , ,Ρ disebut ruang peluang.
Definisi 6 (Kejadian saling bebas)
Kejadian dan dikatakan saling bebas jika
Ρ $ #P P .
Secara umum, himpunan kejadian { ; & Ι} dikatakan saling bebas jika
P*. / +=∏ /P ,
untuk setiap himpunan bagian berhingga 1 dari Ι.
[Grimmett dan Stirzaker, 1992]
Peubah Acak dan Fungsi Sebaran
Definisi 7 (Peubah acak)
Peubah acak 2 adalah fungsi 2: 4 5 dengan 67 : 2 7 8 9: untuk setiap
9 5.
[Grimmett dan Stirzaker, 1992]
Peubah acak dinotasikan dengan huruf kapital, seperti 2, ; dan <. Sedangkan nilai peubah acak dinotasikan dengan huruf kecil, seperti 9, = dan >.
Definisi 8 (Fungsi sebaran)
Fungsi sebaran peubah acak 2 adalah
?@: 5 4 0,1", yang didefinisikan oleh
?@ 9 #P 2 8 9 .
Fungsi ?@ disebut fungsi sebaran dari peubah acak 2.
[Grimmett dan Stirzaker, 1992]
Definisi 9 (Peubah acak diskret)
Peubah acak 2 dikatakan diskret jika semua himpunan nilai 69 , 9 , … : dari 2 merupakan himpunan tercacah.
[Grimmett dan Stirzaker, 1992]
Definisi 10 (Fungsi massa peluang)
Fungsi massa peluang dari peubah acak diskret 2 adalah fungsi A@: 5 4 0, 1", yaitu
A@ 9 #Ρ 2 # 9 .
[Grimmett dan Stirzaker, 1992]
Definisi 11 ( Peubah acak kontinu)
Peubah acak 2 dikatakan kontinu jika ada kepekatan peluang bagi peubah acak 2.
[Grimmett dan Stirzaker, 1992]
Kekonvergenan
Definisi 12 (Konvergen dalam peluang)
Misalkan 2 , 2 , … , 2 adalah peubah acak
[Casella dan Berger, 1990]
Lema 1 (Sifat kekonvergenan dalam
Momen, Nilai Harapan dan Ragam
Definisi 13 (Momen)
1. Jika 2 adalah peubah acak diskret dengan fungsi massa peluang A@, momen ke-T dari 2 didefinisikan sebagai
Ε 2U" # ∑ 9UA@ 9 ,
jika jumlah di atas konvergen. Jika jumlah di atas divergen, maka momen ke-T dari peubah acak 2 adalah tidak ada.
2. Jika 2 adalah peubah acak kontinu dengan fungsi kepekatan peluang B@, momen ke-T dari 2 didefinisikan sebagai
Ε2U" # V 9GW∞∞ UB@ 9 E9,
jika integral di atas konvergen. Jika integral di atas divergen, maka momen
ke-T dari peubah acak 2 adalah tidak ada. [Taylor dan Karlin, 1984]
Definisi 14 (Nilai harapan)
1. Jika 2 adalah peubah acak diskret dengan fungsi massa peluang A@ , maka nilai harapan dari 2 didefinisikan sebagai
jika jumlah di atas konvergen. Jika jumlah di atas divergen, maka nilai harapan dari 2 adalah tidak ada.
2. Jika 2 adalah peubah acak kontinu dengan fungsi kepekatan peluang B@, maka nilai harapan dari 2 didefinisikan sebagai
Ε 2" # C 9B@ 9 E9
[Taylor dan Karlin, 1984]
Definisi 15 (Ragam)
Jika 2 adalah peubah acak, maka ragam dari
2 didefinisikan sebagai
Z[\ 2 #Ε X RΕX" ".
[Taylor dan Karlin, 1984]
Definisi 16 (Covarian)
[Casella dan Berger, 1990]
Lema 2
[Casella dan Berger, 1990]
Bukti: Lihat Lampiran 1
Lema 3
Jika 2 adalah peubah acak dengan ragam yang berhingga, maka untuk sebarang konstanta d dan E, berlaku
Z[\ d2 e E # d Z[\ 9 .
[Casella dan Berger, 1990]
Bukti: Lihat Lampiran 2.
Definisi 17 (Fungsi indikator)
Misalkan A adalah suatu kejadian. Fungsi indikator dari A adalah suatu fungsi ghH 4
60,1:, yang diberikan oleh
gh 7 # i1, (&j[ 70, (&j[ 7 k .l
[Grimmett dan Stirzaker, 1992]
Nilai harapan dari fungsi indikator di atas dapat dinyatakan sebagai berikut
c gh #Ρ . digunakan untuk menduga suatu parameter, katakanlah m n , disebut sebagai penduga
Definisi 20 (Penduga tak-bias)
1. Suatu penduga yang nilai harapannya sama dengan parameter m n yang diduga, yaitu c 2 , 2 , … , 2I " # m n , disebut penduga tak bias bagi parameter tersebut. Jika tidak, penduga tersebut disebut berbias.
Definisi 21 (Penduga konsisten)
Suatu penduga 2 , 2 , … , 2I yang dikatakan terbatas dalam peluang, ditulis
2I# so 1 , untuk K 4 ∞, jika untuk setiap L M 0, uvw dan xw sehingga
?I vw R ?I Rvw M 1 R L, yK M xw.
Mudah terlihat bahwa
2. Secara umum, untuk dua barisan dari
Definisi 23 (MSE suatu penduga)
Mean squared error (MSE) dari penduga •
[Casella dan Berger, 1990]
Proses Stokastik dan Proses Poisson
Definisi 24 (Proses stokastik)
Proses stokastik … # 62 † , † ‡: adalah suatu himpunan dari peubah acak yang memetakan suatu ruang contoh ke suatu ruang state (state space) ˆ.
[Ross, 1996]
Jadi, untuk setiap † pada himpunan indeks
‡, 2 † adalah suatu peubah acak. Indeks † sering diinterpretasikan sebagai waktu dan
2 † disebut sebagai state (keadaan) dari proses pada waktu †. Ruang state ˆ mungkin berupa
1. ˆ # ‰ (himpunan bilangan bulat (integer)), atau himpunan bagiannya. 2. ˆ # 5 (himpunan bilangan nyata (real)),
atau himpunan bagiannya.
Suatu proses stokastik 2 disebut proses stokastik dengan waktu diskret (discrete time stochastic process) jika himpunan indeks ‡ adalah himpunan tercacah (countable set), sedangkan 2 disebut proses stokastik dengan waktu kontinu (continuous time stochastic process) jika ‡ adalah suatu interval.
Definisi 25 (Proses pencacahan)
Suatu proses stokastik 62 † , † S 0: disebut proses pencacahan (counting process) jika
2 † menyatakan banyaknya kejadian yang telah terjadi sampai waktu †.
[Ross, 1996]
Kadangkala proses pencacahan 62 † ,
† S 0: ditulis 2 0, †" , yang menyatakan banyaknya kejadian yang terjadi pada selang waktu 0, †".
Suatu proses pencacahan disebut memiliki inkremen bebas jika banyaknya kejadian yang terjadi pada sembarang dua selang waktu yang tidak tumpang tindih (tidak
overlap) adalah bebas. Sedangkan suatu proses pencacahan disebut memiliki inkremen stasioner jika sebaran dari banyaknya kejadian yang terjadi pada sembarang selang waktu hanya bergantung dari panjang selang tersebut.
Salah satu proses pencacahan yang penting adalah proses Poisson, yang juga merupakan salah satu contoh penting dari proses stokastik dengan waktu kontinu.
Definisi 26 (Proses Poisson)
Suatu proses pencacahan 62 † , † S 0: disebut proses Poisson dengan laju , M 0, jika dipenuhi tiga syarat berikut
1. 2 0 # 0.
2. Proses tersebut memiliki inkremen bebas. 3. Banyaknya kejadian pada sembarang
interval waktu dengan panjang †, memiliki sebaran Poisson dengan nilai harapan †. merupakan konstanta untuk semua waktu † disebut proses Poisson homogen
(homogeneous Poisson process). Jika laju bukan konstanta, tetapi merupakan fungsi dari waktu †, † , maka disebut proses Poisson tak-homogen (inhomogeneous Poisson process). Untuk kasus ini, † disebut fungsi intensitas dari proses Poisson tersebut. Fungsi intensitas † harus memenuhi syarat
† S 0, untuk semua †.
Misalkan 2 adalah proses Poisson dan adalah suatu selang bilangan nyata. Jika 2 adalah proses Poisson homogen, maka
dengan | | adalah panjang , serta 2 menyatakan banyaknya kejadian dari proses Poisson pada selang .
Jika 2 adalah proses Poisson non homogen dengan fungsi intensitas † , maka
^ # ” 2 " # C † E† •
.
Dengan kata lain, jika 2 adalah proses Poisson tak-homogen maka 2 memiliki sifat 1. Ρ 2 # j #– •‘!•—G– •,
merupakan peubah acak yang saling bebas.
Peubah acak yang merupakan jumlah dari dua atau lebih peubah acak Poisson yang saling bebas mempunyai sebaran Poisson juga. Hal ini dapat ditunjukkan oleh lema berikut.
Lema 4 (Sebaran jumlah peubah acak Poisson)
Misalkan 2 dan ; adalah peubah acak saling bebas dan memiliki sebaran Poisson dengan parameter berturut-turut D dan b. Maka 2 e ; memiliki sebaran Poisson dengan parameterD e b.
[Taylor dan Karlin, 1984]
Bukti: lihat Lampiran 3.
Definisi 27 (Terintegralkan lokal)
Fungsi intensitas disebut terintegralkan lokal jika untuk sembarang himpunan Borel terbatas ™ kita memiliki
^ ™ # V™ „ E„˜∞.
[Dudley, 1989]
Definisi 28 (Titik Lebesgue)
Titik „ disebut titik Lebesgue dari suatu fungsi jika berlaku
[Wheeden dan Zygmund, 1977]
Definisi 29 (Intensitas lokal)
Intensitas lokal dari suatu proses Poisson tak-homogen 2 dengan fungsi intensitas pada titik „ 5 adalah „ , yaitu nilai fungsi di
„.
[Cressie, 1993]
Definisi 30 (Fungsi periodik)
Suatu fungsi disebut periodik jika
„ e j # „ ,
untuk setiap „ 5 dan j ‰ . Konstanta terkecil yang memenuhi persamaan diatas disebut periode dari fungsi tersebut.
[Browder, 1996]
Definisi 31 (Proses Poisson periodik)
Proses Poisson periodik adalah proses Poisson tak homogen yang fungsi intensitasnya adalah fungsi periodik.
[Mangku, 2001]
Beberapa Definisi dan Lema Teknis
Definisi 32 (p • dan r • )
[Purcell dan Verberg, 1998]
Definisi 33 (Momen kedua terbatas)
Peubah acak 2 dikatakan mempunyai momen kedua terbatas jika dipenuhi c 2 terbatas.
[Helms, 1996]
Lema 5 (Ketaksamaan Markov)
Jika 2 adalah peubah acak dengan c 2 terbatas, maka untuk setiap † M 0 berlaku
Ρ |2| S † 8Ÿ |@|• .
[Helms, 1996]
Bukti: Lihat Lampiran 4.
Lema 6 (Ketaksamaan Chebyshev)
Jika 2 adalah peubah acak dengan nilai harapan ^ dan ragam terbatas , maka
Ρ |2 R ^| S 8 , untuk setiap M 0.
[Helms, 1996]
Bukti: Lihat Lampiran 5.
Lema 7 (Ketaksamaan Cauchy-Schwarz)
Jika 2 dan ; adalah peubah acak dengan momen kedua terbatas, maka
c62;: 8 c 2" c ;" ,
dan akan “bernilai sama dengan” jika dan hanya jika ¡ 2 # 0 # 1 atau ¡ ; # [2 #
1 untuk suatu konstanta [.
[Helms, 1996]
Lema 8 (Ketaksamaan segitiga)
Jika 2 dan ; adalah peubah acak dengan momen kedua terbatas, maka
|2 e ;| 8 |2| e |;|.
[Helms, 1996]
Bukti: Lihat Lampiran 7.
Lema 9 (Teorema Fubini)
Jika B S 0 atau V |B| E^ ˜∞ maka
V V B 9, =@ _ ^ E= ^ E9 # V B@¢_ E^ # V V B 9, =_ @ ^ E9 ^ E= .
[Durret, 1996]
Bukti: Lihat Durret, 1996.
Lema 10 (Formula Young dari Teorema Taylor)
Misalkan m memiliki turunan ke- K yang berhingga pada suatu titik 9, maka
m = # m 9 e Xm‘j!9 = R 9 ‘ I
‘ e a |= R 9|I ,
untuk = 4 9.
[Serfling, 1980]
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perumusan Penduga
Misalkan x adalah proses Poisson non homogen pada interval 0, ∞ dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi ini diasumsikan terintegralkan lokal dan terdiri atas 2 komponen, yaitu komponen periodikatau komponen siklik £ dengan periode M 0 dan sebuah tren linear yang tidak diketahui pula. Dengan demikian, untuk sebarang titik „ 0, ∞ , fungsi intensitas dapat ditulis sebagai berikut
„ # £ „ e [„, (1) dan tidak boleh negatif. Karena alasan serupa, kajian hanya dibatasi untuk [ M 0.
Misalkan untuk suatu 7 Ω, terdapat sebuah realisasi tunggal x 7 dari proses Poisson x yang terdefinisi dalam ruang peluang Ω, , Ρ dengan fungsi intensitas pada persamaan (1) dan diamati pada interval
0, K".
Pada karya ilmiah ini dipelajari penyusunan penduga konsisten bagi fungsi sebaran dan fungsi kepekatan peluang waktu tunggu ‡U untuk kejadian ke-T dari proses Poisson x sejak awal pengamatan (waktu 0 , dengan menggunakan realisasi tunggal x 7 dari proses Poisson x yang diamati pada interval 0, K" .
Untuk mendapatkan fungsi sebaran dari
‡U, dapat diperhatikan bahwa untuk setiap
Fungsi kepekatan peluang dari ‡U yaitu B¦§ > # £ > e [> —G© ª *© ª +
§‹-UG ! . (5)
Pada pembahasan ini, diformulasikan penduga fungsi sebaran ?¦§ > dan penduga fungsi kepekatan peluang B¦§ > . Untuk penyusunan penduga di atas diperlukan juga penduga bagi [, penduga bagi n, penduga
Penduga bagi [ diberikan oleh
Penduga bagi Λ´ >¯ diberikan oleh dimana œI adalah barisan bilangan real positif yang konvergen menuju 0,
œIÈ 0, (13) untuk K ∞.
Sekarang diuraikan ide tentang pembentukan penduga bagi [. Untuk menjelaskan hal ini
Bukti: Lihat Damiri (2003).
Perhatikan bahwa persamaan diatas. Berdasarkan Lema 11, maka
C „
I
›
E É nK.
Suku kedua dari persamaan diatas, yaitu
C [„ dibagi dengan K , sehingga
x 0, K"
K ÉnK e[2 Ë2x 0, K"K R2K n É [
Jika K 4 ∞,maka In 4 0.Akhirnya diperoleh bahwa
[ºI#2x 0, K"K .
Sekarang, diuraikan ide tentang pembentukan penduga ½£,I „ dari £ „ . Karena hanya ada satu realisasi dari proses Poisson x yang tersedia, kita harus menggabungkan informasi tentang nilai „ yang belum diketahui dari tempat yang berbeda pada interval0, K". Misalkan
ÌI# X1j I „ e j 0, K" Y
‘
.
Untuk sebarang titik „ dan j ‰, maka menurut persamaan (2), kita dapatkan
£ „ # £ „ e j persamaan (14) dapat ditulis sebagai berikut
# 1
stokastiknya, sehingga persamaan (15) menjadi
Misalkan fungsi intensitas diberikan pada (1) dan terintegralkan lokal. Maka
E [ºI # [ e Iƒe s «I¼®, (17)
Berdasarkan (8), E [ºI dapat dihitung sebagai berikut
Berdasarkan persamaan (18) dan (20), maka
vˆc [ºI #4n e 2[K e s ÆK1ÙÇ,
untuk n 4 ∞.
Kekonsistenan dari ,
Lema 13 (Kekonsistenan , )
Misalkan fungsi intensitas diberikan pada (1) dan terintegralkan lokal. Jika asumsi (13)
Untuk membuktikan kekonsistenan dari
Lema 14
Misalkan fungsi intensitas diberikan pada (1) dan terintegralkan lokal. Jika asumsi (13)
Untuk membuktikan persamaan (22), akan dibuktikan bahwa
limI4YE ½£,I „ # £ „ . (24)
Berdasarkan Teorema Fubini, nilai harapan di ruas kiri (24) dapat dinyatakan sebagai berikut
E ½£,I „
Suku pertama dari (25)
# 1
Dari (27) dan (28), kita peroleh suku pertama dari (26) yaitu
# «1 e s · I/± ® λ´ s e a 1
# λ´ s e a 1 (29)
untuk n 4 ∞.
e Ð2œ[„
Perhatikan suku ketiga ruas kanan persamaan (30). Nilai ∑YÞ I 9 e „ e j 0, K" dapat
Dengan menggabungkan hasil ketiga suku dari (30), maka suku kedua persamaan (26)
Sehingga ruas kanan persamaan (26) menjadi
# *λ´ s e a 1 + e á[„ e·«ÊIÃ
Ä®e s Á·«ÃÄ®Åâ
(31) untuk K 4 ∞.
Dengan mensubstitusikan persamaan (17) dan (31) ke persamaan (25) maka diperoleh
E ½£,I „ # *λ´ s e a 1 + e
Bukti persamaan (23). Kita tahu bahwa
½£,I „
e [
Sehingga suku pertama persamaan (37) menjadi
Dengan menggabungkan persamaan (38) dan (39), kita peroleh suku pertama persamaan (36) adalah
Dengan menggabungkan persamaan (40) dan (41), kita peroleh suku pertama dari persamaan (34) adalah
# š ʱ
÷«ÃÄ®e s ÁšÃ«Â·«ÃÄ®®¼Å,
(42)
untuk K 4 ∞.
Selanjutnya, kita hitung suku kedua persamaan (34)
Dengan mensubstitusikan persamaan (18), persamaan di atas menjadi
# Á„ e·«Ià Cauchy-Schwarz, diperoleh bahwa suku ketiga persamaan (34) tidak lebih dari
# s á
Dengan menggabungkan persamaan (42), (43) dan (44), kita peroleh
Z[\ « ½£,I „ ® # šÊ±
Untuk membuktikan persamaan (21), berdasarkan Definisi 12 akan diperlihatkan bahwa untuk yL M 0,
lim
I4YP*è ½£,I „ R £ „ è M L+ # 0.
(46) Berdasarkan ketaksamaan segitiga, kita peroleh
Dengan ketaksamaan Chebyshev, diperoleh
P «è ½£,I „ R E ½£,I „ è Mw® 8Ó éʯ«Žµw¼ê,ÃÏ ®.
Jadi, tinggal membuktikan bahwa
Ó éʯ«Žµê,ÃÏ ®
Misalkan fungsi intensitas λ diberikan pada (1) dan terintegralkan lokal. Maka
nI4 nJ , (51) perlu membuktikan persamaan (52) karena persamaan (51) merupakan bentuk khusus dari persamaan (52) jika z¹# . Untuk membuktikan persamaan (52), kita perlu membuktikan
EΛµ£,I >¯ 4 Λ´ z¹ (53) dan
Z[\ «EΛµ£,I >¯ ® 4 0 (54)
untuk K 4 ∞.
Untuk membuktikan persamaan (53) akan dibuktikan bahwa
limI4YEΛµ£,I >¯ # Λ´ z¹ . (55)
Berdasarkan Teorema Fubini, nilai harapan di ruas kiri (55) dapat dinyatakan sebagai berikut
EΛµ£,I >¯ # 1
Suku pertama dari (56)
e [
Dari (58) dan (59), kita peroleh suku pertama ruas kanan (57) yaitu
# *Λ£ >¯ + Á1 e s «Â· I/±®Å pada ruas kanan persamaan (57) yaitu
# ʱª³
Dengan mensubstitusikan (17), maka suku kedua dari (56) menjadi
Áª³¼e Iª³
Sehingga
Z[\ «Λµ£,I >¯ ® # Z[\ e Z[\ R 2`ab , .
(68)
Suku pertama dari ruas kanan (68) adalah
Z[\ ã 1 pada ruas kanan (69) yaitu
#
Berdasarkan (72), (73) dan (74), suku pertama pada ruas kanan (68) yaitu
Z[\ # s Á
«Â·«ÃÄ®®¼Å (75)
untuk K 4 ∞.
Dengan mensubstitusikan (18), maka suku kedua pada ruas kanan (68) yaitu
Dengan ketaksamaan Cauchy-Schwarz, diperoleh bahwa suku ketiga pada ruas kanan (68) tidak lebih dari
# s Á·«Ã
Dengan menggabungkan persamaan (75), (76) dan (77), kita peroleh
Z[\ «Λµd,K >\ ® #K ln2[>«K®\ e s ÁI ·«Ã
Kekonsistenan Penduga Fungsi Sebaran dan Fungsi Kepekatan Peluang .
Teorema 1 (Kekonsistenan Penduga Fungsi Sebaran )
Misalkan fungsi intensitas λ diberikan pada (1) dan terintegralkan lokal. Untuk setiap z M 0
Dengan menggunakan deret Taylor dan Akibat 1, maka pada ruas kanan persamaan (81) yaitu
8 èΛµ· > R Λ > è ∑ «©µ¶ª ® sehingga persamaan (86) menjadi
8 aJ 1 —©µ¶ª e aJ 1 —© ª
# aJ 1 (87) untuk K 4 ∞.
Dari (85) dan (87), diperoleh suku kedua pada ruas kanan persamaan (81) yaitu
8 1 «aJ 1 ®
# aJ 1 (88)
untuk K 4 ∞.
Berdasarkan persamaan (84) dan (88), maka ruas kanan persamaan (81) adalah aJ 1 , sehingga Teorema 1 terbukti.
Teorema 2 (Kekonsistenan Penduga Fungsi Kepekatan Peluang )
Misalkan fungsi intensitas λ diberikan pada (1) dan terintegralkan lokal. Jika œIÈ 0 ,
Berdasarkan persamaan (5) dan (9) didapatkan
B½¦§,I > R B¦§ > pada ruas kanan persamaan (90) yaitu
# aJ 1 (93)
Dari (93) dan (96), diperoleh suku kedua pada ruas kanan persamaan (90) yaitu
# sJ 1 «aJ 1 ®
# aJ 1 (97)
untuk K 4 ∞.
SIMPULAN
Pada tulisan ini dikaji masalah kekonsistenan penduga fungsi sebaran dan fungsi kepekatan peluang waktu tunggu proses Poisson periodik dengan tren linear.
Fungsi sebaran dan fungsi kepekatan peluang waktu tunggu ‡U adalah sebagai berikut
?¦§ > # 1 R —G© ª «1 e Λ > e ¨ e
© ª §‹-UG ! ®
dan
B¦§ > # £ > e [> —GΛª *© ª +
¾‹-UG !
dengan > M 0 dan T M 0.
Sedangkan penduga fungsi sebaran dan fungsi kepekatan peluang waktu tunggu dengan menggunakan realisasi yang diamati
pada interval 0, K" dirumuskan sebagai berikut
?¦§,I > # 1 R —G©µ¶ª «1 e Λµ· > e ¨ e
©µ¶ª
§‹-UG ! ®
dan
B½¦§,I > # * ½£,I > e [ºI>+—GΛµ¶ª «©
µ¶ª ® ¾‹-UG !
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
1. ?¦§,I > adalah penduga konsisten bagi
?¦§ > ,untuk n 4∞.
2. B½¦§,I > adalah penduga konsisten bagi
DAFTAR PUSTAKA
Browder A. 1996. Mathematical Analysis: An Introduction. Springer. New York.
Casella, G. dan RL. Berger. 1990. Statistical Inference. Ed. ke-1. Wadsworth & Brooks/Cole, Pasific Grove. California.
Cressie NAC. 1993. Statistics for Spatial Data. Revised Edition. John Wiley & Sons. New York.
Damiri, S.D. 2003. Metode Untuk Menduga Fungsi Intensitas Global pada Proses Poisson Periodik. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Dudley RM. 1989. Real Analysis and Probability. Wadsworth & Brooks. California.
Durret R. 1996. Probability: Theory and Examples. Ed. ke-2. Duxbury Press. New York.
Grimmett GR. dan DR. Stirzaker. 1992.
Probability and Random Process. Ed. Ke-2. Clarendon Press. Oxford.
Helms LL. 1996. Introduction to Probability Theory: With Contemporary Application. W. H. Freeman & Company. New York.
Hogg RV, AT. Craig, dan JW. McKean. 2005. Introduction to Mathematical Statistics. Ed. Ke-6. Prentice Hall. Englewood Cliffs, New Jersey.
Mangku IW. 2001. Estimating the Intensity of a Cyclic Poisson Process (Ph. D. Thesis). University of Amsterdam. Amsterdam.
Mangku IW. 2010. Consistent Estimation of the Distribution Function and The Density of Waiting Time of a Cyclic Poisson Process with Linear Trend. Far East Journal of Theoretical Statistics.
Purcell EJ dan D. Verberg. 1998. Kalkulus dan Geometri Analisis. Jilid 2. Ed. Ke-5. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Ross SM. 1996. Stochastic Process. Ed. Ke-2. John Wiley & Sons. New York.
Serfling RJ. 1980. Approximation Theorems of Mathematical Statistic. John Wiley & Sons. New York.
Taylor HM. dan S. Karlin. 1984. An Introduction to Stochastic Modelling. Academic Press Inc. Orlando, Florida.
Wheeden RL. dan A. Zygmund. 1977.
Lampiran 1 (Pembuktian Lema 2)
Lema 2
Misalkan 2 dan ; adalah peubah acak dan misalkan pula d dan E adalah dua buah konstanta sebarang, maka
Z[\ d2 e E; # d Z[\ 2 e E Z[\ ; e 2dE`ab 2, ; .
Jika 2 dan ; adalah peubah acak saling bebas, maka
Z[\ d2 e E; # d Z[\ 2 e E Z[\ ; .
[Casella dan Berger, 1990]
Bukti:
Nilai harapan dari d2 e E; yaitu
c d2 e E; # dc 2 e Ec ; # d^@e E^_.
Sehingga
Z[\ d2 e E; # c d2 e E; R d^@e E^_ " # c d 2 R ^@ e E ; R ^_ "
# c d 2 R ^@ e E ; R ^_ e 2dE 2 R ^@ ; R ^_ " # Z[\ 2 e E Z[\ ; e 2dE `ab 2, ; .
Lampiran 2 (Pembuktian Lema 3)
Lema 3
Jika 2 adalah peubah acak dengan ragam yang berhingga, maka untuk sebarang konstanta d dan E, berlaku
Z[\ d2 e E # d Z[\ 9 .
[Casella dan Berger, 1990]
Bukti:
Dari definisi ragam, diketahui bahwa
Z[\ d2 e E # c d2 e E R c d2 e E " # c d2 e E R dc2 e E " # c d2 R dc2"
# d c 2 R c2" # d Z[\ 2 .
Lampiran 3 (Pembuktian Lema 4)
Lema 4 (Sebaran jumlah peubah acak Poisson)
Misalkan 2 dan ; adalah peubah acak saling bebas dan memiliki sebaran Poisson dengan parameter berturut-turut D dan b, maka 2 e ; memiliki sebaran Poisson dengan parameter D e b.
[Taylor dan Karlin, 1984]
Bukti:
Dengan menggunakan aturan peluang total (law of total probability), dapat ninyatakan
P 2 e ; # K # X P 2 # j, ; # K R j Y
‘ ›
.
Karena peubah acak 2 dan ; saling bebas, maka
# X P 2 # j P ; # K R j Y
‘ ›
# X ÁD‘j! Å—Gð Y
‘ ›
ÁbK R j !ÅIG‘—Gñ
#—G ðWñK! Xj! K R j ! DK! ‘ I
‘ ›
bIG‘.
Perhatikan, dengan perluasan binomial kita dapat menyatakan, untuk setiap integer positif n,
D e b I
# X «Kj®D‘bIG‘ IY
‘ ›
# Xj! K R j ! DK! ‘bIG‘ I
‘ ›
.
Sehingga diperoleh
P 2 e ; # K #—G ðWñK! D e b I, K # 0,1,2, …
Lampiran 4 (Pembuktian Lema 5)
Lema 5 (Ketaksamaan Markov)
Jika 2 adalah peubah acak dengan c 2 terbatas maka untuk setiap † M 0, berlaku Ρ |2| S † 8c |2|
† .
[Helms, 1996]
Bukti:
Misalkan # 6|2| S †: maka |2| S †Iò. Dengan IA adalah fungsi indikator dari , yaitu
Iò # i1, jika |2| S †0, jika |2| ˜ †l.
Jika ditentukan nilai harapannya, maka akan diperoleh
E|2| S E †Iò # †EIh # †P |2| S † .
Ë P |2| S † 8E|2|† .
Lampiran 5 (Pembuktian Lema 6)
Lema 6 (Ketaksamaan Chebyshev)
Jika 2 adalah peubah acak dengan nilai harapan ^ dan ragam terbatas , maka Ρ |2 R ^| S 8 ,
untuk setiap M 0.
[Helms, 1996]
Bukti:
Perhatikan bahwa |2 R ^| adalah peubah acak positif, maka
P |2 R ^| S # P 2 R ^ S .
Berdasarkan ketaksamaan Markov
P 2 R ^ S 8E 2 R ^ .
Atau bisa ditulis
Ρ |2 R ^| S 8
untuk setiap M 0.
Lampiran 6 (Pembuktian Lema 7)
Lema 7 (Ketaksamaan Cauchy-Schwarz)
Jika 2 dan ; adalah peubah acak dengan momen kedua terbatas, maka
E62;: 8 E 2" E ;" ,
dan akan “bernilai sama dengan” jika dan hanya jika Ρ 2 # 0 # 1 atau Ρ ; # [2 # 1 untuk suatu konstanta [.
[Helms, 1996]
Bukti:
Pilihlah salah satu dari Ρ 2 # 0 # 1 atau Ρ 2 # 0 ˜ 1.
Pada kasus pertama, persamaan akan terpenuhi karena kedua ruas mempunyai nilai nol, sehingga kita bisa mengasumsikan Ρ 2 # 0 ˜ 1, yang berarti bahwa 2 mempunyai satu nilai 9›' 0 dengan peluang positif, sehingga
E 2" # X 9%B@*9%+ %
M 0.
Definisikan fungsi kuadrat
m # E ; R 2 " # c ; " R 2 E 2;" e E 2 ".
Fungsi kuadrat di atas akan bernilai minimum pada saat
›#E 2;"E 2 ".
Sehingga
0 ˜ E ; R ›2 " 8 E ; R 2 ".
untuk y yang real. Ganti › dengan ô @_"ô @¼",
E ; R ›2 " # c ; " R 2 ›E 2;" e › E 2 " # c ; " R 2 E 2;"E 2 " e E 2;"E 2 "
# c ; " R E 2;"E 2 " .
Sehingga
0 ˜ E ; R ›2 " # c ; " R E 2;"E 2 " 8 E ; R 2 ".
Di satu sisi, hal ini berimplikasi bahwa
E 2;" 8 c 2" c ;" .
Dan di sisi lain jika sama akan
E ; R ›2 " # 0.
Jika ; R ›2 menempati nilai yang tidak nol dengan peluang yang positif, akan didapatkan
E ; R ›2 " M 0.
Hal ini mengakibatkan kontradiksi, maka haruslah P ; R ›2 # 0 # 1.
Lampiran 7 (Pembuktian Lema 8)
Lema 8 (Ketaksamaan segitiga)
Jika 2 dan ; adalah peubah acak dengan momen kedua terbatas, maka
|2 e ;| 8 |2| e |;|.
[Helms, 1996]
Bukti:
|2 e ;| # 2 e ; # 2 e ; e 22;.(98)
Kita tahu bahwa
2; 8 |2;| # |2||;|.
Maka, ruas kanan dari (98) tidak lebih dari
2 e ; e 22; 8 2 e ; e 2|2||;| # |2| e |;| e 2|2||;| # |2| e |;| .
Sehingga (95) dapat dituliskan seperti berikut
|2 e ;| 8 |2| e |;| .
Karena |2 e ;| dan |2| e |;| adalah non-negatif, maka diperoleh
|2 e ;| 8 |2| e |;|.