• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salmonella, leukosit, dan hematokrit dari penderita diare di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Salmonella, leukosit, dan hematokrit dari penderita diare di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DRAMAGA, BOGOR

EGA AFRINA NUGRAHAYU

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Diare di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor. Dibimbing oleh SRI BUDIARTI dan ACHMAD FARAJALLAH.

Salmonella merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan diare dengan mekanisme invasif. Infeksi Salmonella dapat mempengaruhi sistem pertahanan tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi Salmonella dari feses penderita diare dan mengetahui jumlah leukosit, diferensiasi leukosit, dan nilai hematokritnya. Sampel feses diisolasi pada media SSA (Salmonella Shigella Agar). Isolat yang diperoleh dilakukan pewarnaan gram dan uji biokimia melalui uji MR (Methyl Red), VP (Voges Proskauer), urease, H2S, KCN, indol, dan sitrat.

Perhitungan nilai hematokrit, jumlah leukosit, dan diferensiasi leukosit dilakukan pada setiap probandus. Hasil dari isolasi 100 sampel feses pada media SSA didapatkan 5 isolat koloni hitam. Setelah dilakukan uji biokimia, diperoleh 3 isolat yang teridentifikasi Salmonella. Keberadaan Salmonella ditunjukkan dengan hasil positif uji MR dan sitrat, serta hasil negatif untuk uji VP, urease, H2S, KCN, dan indol. Tiga pasien diare yang fesesnya teridentifikasi Salmonella memiliki

nilai hematokrit normal, jumlah leukosit normal dan rendah, serta persentase diferensiasi yang bervariasi untuk setiap jenis leukosit.

ABSTARCT

EGA AFRINA NUGRAHAYU. Salmonella, Leucocyte, and Hematocryt from Diarrhea’s Patient in Cangkurawok Public Health, Dramaga, Bogor. Supervised by SRI BUDIARTI and ACHMAD FARAJALLAH.

Salmonella is one of bacteria that can cause diarrhea with the infasive mechanism, which can influence the system immune. The objective of this research is isolating Salmonella from diarrhea’s faeces and knowing the number and differentiation of leucocyte, and hematocryte value of diarrhea patient. The faecal samples were isolated in SSA media. The identification of isolates based on gram staining and biochemical assay through MR (Methyl Red), VP (Voges Proskauer), urease, H2S, KCN, indole, and citrat. Hematogram analysis include hematocryt value, number of

leukocytes, and calculated the percentage of leukocyte differentiation type. Five of 100 faecal samples showed that they had black colonies in SSA media. Then based on the biochemical assay, three of those samples had characteristic of Salmonella bacteria, positive result in MR and citrate, and negative in VP, urease, H2S, KCN, and indole. The patients who identified as Salmonella

(3)

DRAMAGA, BOGOR

EGA AFRINA NUGRAHAYU

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

NIM :

G34062852

Disetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. dr. Sri Budiarti

Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si

19580813 199303 2 001

19650427 199002 1 002

Diketahui,

Ketua Departemen Biologi

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si

NIP. 19641002 198903 1 002

(5)

penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul ‘Salmonella, Leukosit, dan Hematokrit dari Penderita Diare di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor’.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. dr. Sri Budiarti sebagai pembimbing pertama dan Dr. Ir. Achmad Farajallah, M. Si sebagai pembimbing kedua yang telah bersedia membimbing, memberikan saran, dan dorongan kepada penulis, serta membiayai penelitian ini.. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada dr. Deasy sebagai kepala Puskesmas Cangkurawok, Darmaga, Bogor yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan sampel di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Utut Widiastuti sebagai dosen penguji yang memberikan saran dan masukan saat sidang.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada orang tua dan keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, semangat, dukungan, dorongan, dan do’a kepada penulis selama ini. Tidak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Tini, Ibu Heni, dan Bapak Jaka sebagai laboran yang membantu penulis selama melakukan penelitian di laboratorium, teman-teman Biologi 43 yang telah memberikan dukungan, semangat, dan kebersamaannya, serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan penelitian ini, oleh karena itu penulis mohon maaf apabila masih ada kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan laporan penelitian ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca dan membutuhkannya.

Bogor, Januari 2011

(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR... ii

DAFTAR LAMPIRAN... ii

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan... 1

Waktu dan Tempat... 1

BAHAN DAN METODE Probandus... 2

Pengambilan Sampel... 2

Isolasi Bakteri Salmonella... 2

Pewarnaan Gram... 2

Identifikasi Uji MR... 2

Uji VP... 2

Uji Urease... 2

Uji H2S... 2

Uji KCN... 2

Uji Indol... 2

Uji Sitrat... 3

Penghitungan Nilai Hematokrit... 3

Penghitungan Jumlah Leukosit... 3

Diferensiasi Leukosit... 3

HASIL... 3

PEMBAHASAN... 5

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan... 7

Saran... 7

DAFTAR PUSTAKA... 7

(8)

DAFTAR

TABEL

Halaman

1 Uji Biokimia kepastian Salmonella dari koloni hitam yang diduga sebagai Salmonella pada media SSA... 5

2 Nilai hematokrit, jumlah leukosit, dan diagnosis pasien yang fesesnya teridentifikasi terdapat Salmonella... 5

3 Diferensiasi leukosit pada pasien diare yang fesesnya teridentifikasi terdapat Salmonella...

5

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Koloni hitam yang diduga Salmonella pada media SSA... 3

2 Warna merah muda bakteri gram negatif setelah pewarnaan gram pada koloni hitam yang diduga Salmonella... 3

3

4

5

6

7

8

9

Uji MR pada koloni hitam yang diduga Salmonella...

Uji VP pada koloni hitam yang diduga Salmonella...

Uji urease pada koloni hitam yang diduga Salmonella...

Uji H2S pada koloni hitam yang diduga Salmonella...

Uji KCN pada koloni hitam yang diduga Salmonella...

Uji Indol pada koloni hitam yang diduga Salmonella...

Uji sitrat pada koloni hitam yang diduga Salmonella... 4

4

4

4

4

4

4

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Surat izin pengambilan sampel... 10

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diare adalah suatu gejala yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari disertai dengan perubahan bentuknya menjadi lebih cair (Harianto 2004). Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia dan menjadi penyebab kematian khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Di dunia, kematian yang disebabkan oleh diare mencapai empat juta kasus dan di India kematian karena diare sebesar 17% setiap tahunnya (Das et al. 2007). Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima pada semua usia (PIOGAMA 2007). Kematian yang disebabkan oleh diare dari 15 propinsi di Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar 2,48% (DEPKES 2009).

Diare dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme patogen (bakteri, virus, dan parasit). Selain itu, diare juga dapat disebabkan karena malabsorpsi makanan, alergi, dan tekanan osmotik (Mouzan 1995; Harianto 2004). Diare infeksi terjadi melalui mekanisme produksi toksin dan invasi oleh mikroorganisme patogen. Beberapa mikroorganisme patogen dapat menghasilkan enterotoksin yang dapat menstimulasi sekresi cairan dan menurunkan proses absorpsi garam dan air di dalam usus. Selain itu, beberapa mikroorganisme mampu menyebabkan diare melalui mekanisme invasi pada sel epitel usus. Mekanisme invasi menyebabkan kerusakan pada sel mukosa usus (Carlos & Saniel 1990).

Salmonella merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan diare infeksi (Ohl & Miller 2001). Salmonella merupakan bakteri patogen dari famili Enterobacteriaceae yang memiliki sifat gram negatif berbentuk batang, fakultatif anaerob, tidak melakukan fermentasi laktosa, menghasilkan asam campuran, tidak membentuk acetoin, tidak dapat memanfaatkan urea, KCN, dan triptofan sebagai sumber karbonnya, serta memproduksi hidrogen sulfida (Jawetz et al. 1974; Madigan et al. 2009).

Salmonella dapat menyebabkan diare melalui produksi enterotoksin dan invasif. Mekanisme invasif Salmonella dapat merangsang sistem kekebalan tubuh yang dapat terlihat dari peningkatan jumlah leukosit (Carlos & Saniel 1990). Salmonella menginfeksi dengan

jalur fecal-oral, yaitu melalui konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh Salmonella. Salmonella dapat bertahan pada pH rendah asam lambung karena dapat mengekspresikan berbagai produk gen untuk bertahan pada kondisi ekstrim dari saluran pencernaan. Salmonella masuk ke dalam sel epitel dengan cara endositosis kemudian merangsang respon sekretori cairan dan migrasi neutrofil ke lumen usus (Slaunch et al. 1997; Ohl & Miller 2001).

Leukosit adalah sel darah yang membantu pertahanan tubuh dari mekanisme invansi bakteri, racun, dan sel-sel yang telah rusak. Diferensiasi leukosit dibutuhkan untuk melihat persentase jenis leukosit dalam darah. Diferensiasi leukosit juga dapat digunakan untuk mendiagnosis penyebab infeksi yang terjadi. Neutrofil merupakan leukosit yang berperan sebagai sel fagositosis dan menjadi garis depan dalam pertahanan selular terhadap invansi jasad renik atau infeksi dari bakteri. Basofil adalah leukosit yang berperan pada proses inflamasi yang dapat memproduksi histamin dan heparin sebagai respon alergi, sedangkan eosinofil adalah leukosit yang berperan dalam melawan material asing yang masuk ke dalam tubuh dan melawan parasit yang dapat menyebabkan infeksi. Limfosit merupakan jenis leukosit yang fungsi di dalam sel belum diketahui namun limfosit memproduksi antibodi dan merusak produksi racun dari metabolisme protein. Monosit adalah jenis leukosit yang bersifat fagosit di dalam jaringan (Frederic 1992; Fox 2004).

Diare dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan kematian karena tubuh kehilangan banyak cairan. Dehidrasi memiliki beberapa tingkatan yang dapat diukur dengan nilai hematokrit. Nilai hematokrit menyatakan jumlah konsentrasi sel darah merah (eritrosit) dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persen. Penderita diare yang mengalami dehidrasi akan mengalami peningkatan nilai hematokrit (Retno 2009).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri Salmonella dari feses penderita diare di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor dan mengetahui nilai hematokrit, jumlah leukosit, serta diferensiasi leukosit pada penderita diare.

Waktu dan Tempat

(10)

hingga Oktober 2010. Pengambilan sampel dilakukan di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor. Analisis sampel feses dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan sampel darah di Laboratorium Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, Institut Pertanian Bogor.

BAHAN DAN METODE

Probandus

Probandus penderita diare yang diperoleh selama proses sampling di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor mulai tanggal 24 Februari 2010 hingga 10 Juni 2010 adalah 100 pasien penderita diare. Seluruh sampel yang diperoleh telah melalui proses perizinan (lampiran 1). Probandus penderita diare yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan tingkatan usia, yaitu usia bayi (0-1 tahun) sebanyak 13 pasien, batita (1-3 tahun) 42 pasien, balita (3-5 tahun) 13 pasien, anak-anak (5-18 tahun) 13 pasien, dan dewasa (>18 tahun) sebanyak 19 pasien (Lampiran 2).

Metode

Pengambilan sampel Feses

Feses diambil dengan cara usap rektum (rectal swab) menggunakan cuttonbud steril secara langsung pada lubang anal lalu diinokulasikan ke dalam tabung berisi larutan PBS (Phosphate Buffered Saline) steril dan ditempatkan pada kondisi dingin (Adkins & Santiago 1987).

Darah

Jari dibersihkan dengan alkohol kemudian darah diambil pada bagian jari tengah atau manis dengan menggunakan lancet. Darah dimasukkan pada tabung hematokrit berheparin (Marienfeld) dan disumbat dengan lilin pada salah satu bagian.

Isolasi bakteri Salmonella

Sampel feses dalam larutan PBS dipipet sebanyak 0.1 ml, kemudian disebar pada media SSA (Salmonella Shigella Agar/Criterion) lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Koloni berwarna hitam diambil sebanyak satu lup kemudian digores kuadran pada media SSA dan diinkubasi kembali pada suhu yang sama. Koloni tunggal digoreskan pada media SSA miring untuk disimpan.

Pewarnaan Gram

Sebanyak satu lup koloni hitam dioleskan pada kaca objek yang telah ditetesi dengan akuades. Olesan bakteri dikeringkan dengan cara dilewatkan di atas bunsen. Olesan bakteri diwarnai dengan pewarna crystal violet selama 1 menit lalu dibilas dengan akuades. Kemudian dilanjutkan dengan tahap pewarnaan dengan iodium gram selama 2 menit lalu dibilas kembali dengan akuades. Olesan bakteri digenangi dengan alkohol 95% kemudian diwarnai kembali dengan safranin selama 30 detik lalu dibilas (Tortora et al. 2007). Setelah kering, olesan bakteri diamati di bawah mikroskop.

Identifikasi

Identifikasi dilakukan untuk mengetahui keberadaan Salmonella menggunakan uji biokimia mengacu pada Madigan et al. (2009), yaitu uji MR (Methyl Red), VP (Voges Proskauer), urease, H2S (Hidrogen Sulfida),

KCN (Kalium Sianida), indol, dan sitrat.

Uji MR dan VP

Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian diinkubasi dalam media MR/VP (DifcoTM) pada suhu 370C selama 24 jam untuk MR dan 4 hari untuk VP. Setelah diinkubasi, media diberi reagen methyl red

untuk MR dan α-napthol serta KOH untuk VP.

Uji Urease

Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian diinkubasi pada media urease (DifcoTM) selama kurang lebih 4 hari.

Uji H2S

Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian digoreskan ke media miring TSIA (Triple Sugar Iron Agar/DifcoTM) lalu ditusuk menggunakan lup di bagian bawah media. Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC selama 24 jam.

Uji KCN

Bakteri yang tumbuh pada media TSIA dari uji H2S ditumbuhkan pada media TB (Terrifict Broth), lalu diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, sebanyak satu lup bakteri dipindahkan ke media KCN lalu diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC.

Uji Indol

(11)

pada media tripton (BactoTM) pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah diikubasi, media ditetesi dengan reagen Kovac.

Uji Sitrat

Sebanyak satu lup koloni hitam pada media SSA digores pada media simmon citrate (Acumedia), lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.

Penghitungan nilai hematokrit

Darah dalam tabung hematokrit berheparin disentrifugasi dengan sentrifuse (P Selecta Iso 9001) pada kecepatan 12000 rpm selama 5 menit. Nilai hematokrit dihitung dengan membandingkan tinggi porsi sel darah merah terhadap tinggi keseluruhan darah dalam bentuk persen.

Penghitungan Jumlah Leukosit

Darah dikeluarkan dari tabung hematokrit berheparin lalu dipipet dengan pipet leukosit hingga batas 0.5. Darah diencerkan dengan larutan Turk sampai batas skala 11 lalu dikocok (Simmons 1976). Larutan diteteskan pada hemasitometer kemudian dihitung butiran-butiran leukositnya.

Diferensiasi Leukosit

Perhitungan diferensiasi leukosit dilakukan dengan metode apus/smear (Simmons 1976). Apusan darah diwarnai dengan pewarna Giemsa 30% selama 30 menit, kemudian dihitung masing-masing jenis leukosit/100 jenis leukosit yang diamati.

HASIL

Hasil dari isolasi 100 sampel feses diperoleh 5 isolat membentuk koloni hitam pada media SSA yang diduga sebagai koloni Salmonella

(Gambar 1). Pewarnaan gram dari kelima isolat menunjukkan warna merah muda yang menandakan bahwa kelima isolat tersebut adalah bakteri gram negatif (Gambar 2).

         

 

Gambar 1 Koloni hitam yang diduga Salmonella

pada media SSA. Tanda panah: koloni hitam.

Gambar 2 Warna merah muda bakteri gram negatif setelah pewarnaan gram pada koloni hitam yang diduga

Salmonella. Tanda panah: bakteri gram negatif.

Hasil uji biokimia pada kelima isolat koloni hitam diperoleh 3 isolat yang teridentifikasi

Salmonella. Berdasarkan uji biokimia, sampel feses yang teridentifikasi terdapat Salmonella

berasal pasien nomor 12, 21 dan 85 (Tabel 1). Keberadaan Salmonella ditunjukkan dengan hasil positif untuk uji MR, yaitu terbentuk warna merah pada media setelah diinkubasi selama 24 jam dan diberi indikator methyl red

(Gambar 3). Salmonella dapat menghasilkan asam campuran (metilen glikon) yang akan menurunkan pH media hingga 4.4, sehingga warna media akan berubah menjadi merah setelah diberi indikator methyl red (WHO 2003).

Uji VP menunjukkan hasil negatif untuk keberadaan Salmonella pada media. Hasil negatif ditunjukkan jika tidak terbentuk warna merah pada media setelah inkubasi dan diberi reagen α-naphtol dan KOH (Gambar 4).

Salmonella tidak dapat memproduksi

acetilmethyl carbinol (acetoin) dari proses fermentasi glukosa (Garibaldi & Bayne 1970).

Keberadaan Salmonella ditunjukkan dengan hasil negatif untuk uji urease. Hasil yang terlihat adalah tidak terjadi perubahan warna menjadi merah keunguan pada semua media yang diujikan (Gambar 5). Salmonella tidak dapat mengubah urea menjadi amonia dan karbondioksida di dalam media sehingga menyebabkan kondisi media tidak berubah menjadi basa dan indikator phenol red tidak bekerja. Oleh karena itu media tidak berubah menjadi merah keunguan (WHO 2003).

Berdasarkan uji H2S, diperoleh 2 isolat yang

membentuk warna hitam pada bagian dasar media dan warna merah pada bagian lereng media miring (isolat nomor 3 dan 4), sedangkan 3 lainnya membentuk warna kuning (isolat nomor 1, 2, dan 5) (Gambar 6). Keberadaan

(12)

membentuk warna hitam, karena Salmonella

yang diperoleh tidak menghasilkan H2S pada

media TSIA. Produksi H2S berasal dari

pemecahan asam amino yang mengandung unsur belerang (sulfur) seperti lisin dan metionin lalu membentuk H2S yang bereaksi

dengan ion Fe2+ sehingga menghasilkan warna hitam (WHO 2003). Salmonella tidak dapat hidup pada media KCN, hal ini ditunjukkan dengan tidak terjadi perubahan media KCN menjadi keruh (Gambar 7).

Keberadaan Salmonella menunjukkan hasil negatif untuk uji indol pada semua media yang diujikan. Hasil negatif ditunjukkan jika tidak membentuk cincin berwarna merah di permukaan media setelah diinkubasi dan diberikan reagen Kovac (Gambar 8). Salmonella

tidak dapat mengekstraksikan indol menjadi

amyle-alcohol. Ekstraksi indol ke dalam bentuk

amyle-alcohol setelah diberi reagen Kovac menyebabkan terbentuknya cincin berwarna merah pada bagian permukaan media (WHO 2003). Uji sitrat menunjukkan hasil yang positif untuk keberadaan Salmonella, yaitu terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi biru, hal ini menandakan bahwa Salmonella mampu memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon (Gambar 9).

Gambar 3 Uji MR pada koloni hitam yang diduga Salmonella.

Gambar 4 Uji VP pada koloni hitam yang diduga Salmonella.

Gambar 5 Uji urease pada koloni hitam yang diduga Salmonella.

Gambar 6 Uji H2S pada koloni hitam yang

diduga Salmonella (a) isolat 1 (b) isolat 2 (c) isolat 3 (d) isolat 4 (e) isolat 5.

Gambar 7 Uji H2S pada koloni hitam yang

diduga Salmonella (a) isolat 1 (b) isolat 2 (c) isolat 3 (d) isolat 4 (e) isolat 5. Tanda panah: keruh.

Gambar 8 Uji indol pada koloni hitam yang diduga Salmonella.

Gambar 9 Uji sitrat pada koloni hitam yang diduga Salmonella

c d

e

b

a

(13)

Tabel 1 Uji biokimia koloni hitam yang diduga sebagai Salmonella pada media SSA No.

Pasien

No.

Isolat MR VP Urease H2S KCN Indol Sitrat

12 1 + - - - - - +

21 2 + - - - - - +

38 3 + - - + + - +

72 4 + - - + + - +

85 5 + - - - - - + MR (methyl red), VP(Voges Proskauer), H2S (Hidrogen Sulfida), KCN (Kalium Sianida).

+ (hasil positif), - (hasil negatif), : Salmonella

Berdasarkan analisis sampel darah, diperoleh nilai hematokrit normal pada ketiga pasien diare yang fesesnya teridentifikasi terdapat

Salmonella. Jumlah leukosit normal dimiliki oleh pasien nomor 12 dan 85, sedangkan pasien nomor 21 memiliki jumlah leukosit yang rendah (Tabel 2). Ketiga pasien tersebut secara umum mengalami diare cair, tanpa lendir dan darah serta memiliki berat badan yang cukup.

Hasil diferensiasi dari ketiga pasien yang fesesnya teridentifikasi terdapat Salmonella

diperoleh variasi persentase jenis leukosit (Tabel 3). Persentase limfosit tinggi dimiliki oleh

ketiga pasien yang fesesnya teridentifikasi terdapat Salmonella, sedangkan persentase monosit yang tinggi dimiliki oleh pasien nomor 12 dan 85. Persentase basofil tinggi dimiliki oleh pasien nomor 21, hal ini kemungkinan adanya respon alergi pada pasien. Pasien nomor 12 memiliki persentase eosinofil yang tinggi yang memperlihatkan bahwa telah terjadi infeksi oleh parasit. Persentase neutrofil yang rendah terjadi pada pasien nomor 12 dan 21, hal ini kemungkinan karena terjadinya infeksi yang berkepanjangan.

Tabel 2 Nilai hematokrit, jumlah leukosit, dan diagnosis pasien yang fesesnya teridentifikasi terdapat

Salmonella

No. Pasien

No. Isolat JK

BB (kg)

Usia

(thn) Diagnosis Hematokrit(%) Jumlah Leukosit

12 1 P 46 29 Sehari 2x, cair tanpa

darah dan lendir 46,15 4250

21 2 L 73 35 Sehari 2x, cair tanpa

darah dan lendir 47,5 2350

85 5 P 8,7 2

Sudah 2 hari, 3x sehari, cair dengan

darah dan lendir

33,33 4375

Tabel 3 Diferensiasi leukosit pada pasien diare yang fesesnya teridentifikasi terdapat Salmonella

No.

Pasien Status

No. Isolat Limfosit (%) Monosit (%) Eosinofil (%) Basofil (%) Neutrofil (%) 12

Dewasa 1 68 11 5 - 16

21 2 82 4 3 4 7

85 Balita 5 23 15 3 1 58

L : Limfosit, M : Monosit, E : Eosinofil, B : Basofil, N : Neutrofil

PEMBAHASAN

Kumpulan koloni bakteri di dalam feses akan terseleksi oleh media yang digunakan. Koloni bakteri yang dapat hidup di dalam media SSA antara lain Salmonella, Shigella, E.coli,

Citrobacter, Proteus, dan Pseudomonas (Bailey & Scott 1974).

(14)

merupakan salah satu bakteri yang tidak dapat memfermentasikan laktosa. Kedua bakteri ini dapat dibedakan melalui kemampuannya memproduksi H2S (Jawetz et al. 1974; Madigan et al. 2009).

Pewarnaan gram terhadap kelima isolat koloni hitam yang diduga sebagai salmonella

menunjukkan bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif akan menunjukkan warna merah muda pada pewarnaan gram karena bakteri gram negatif memiliki komponen lipid yang lebih tebal pada dinding selnya. Bakteri gram negatif tidak dapat menjerap pewarna crystal violet

karena lipid akan terekstraksi ketika dicuci dengan alkohol 95%, pori-pori membesar, dan pewarna crystal violet akan tercuci (White 1995; Tortora 2007).

Kelima isolat koloni hitam yang diduga sebagai Salmonella diidentifikasi dengan uji biokimia. Menurut Madigan et al. (2009) uji biokimia yang dilakukan untuk mengidentifikasikan keberadaan Salmonella adalah uji MR, VP, urease, H2S, KCN, indol,

dan sitrat. Suatu uji akan dihentikan jika bakteri yang diujikan menunjukkan hasil yang tidak sesuai. Keberadaan Salmonella ditunjukkan dengan hasil positif untuk uji MR, H2S, dan

sitrat, serta hasil negatif untuk uji VP, urease, KCN, dan indol.

Berdasarkan uji identifikasi yang dilakukan pada penelitian ini, diperoleh hasil identifikasi yang kurang sesuai dengan yang diungkapkan oleh Madigan et al. (2009) untuk uji H2S dan

KCN. Salmonella yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan hasil negatif untuk uji H2S, karena tidak memproduksi H2S pada

media TSIA. Sebagian besar Salmonella dapat menghasilkan H2S, namun ada beberapa

serotipe dari Salmonella yang tidak atau hanya sedikit sekali membentuk H2S pada media

TSIA, yaitu Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi (Olitzky et al. 1956). Salmonella parathyphi diketahui dapat memproduksi asam yang berlebih pada media TSIA sehingga dapat mengubah warna media menjadi kuning. Hal ini yang memungkinkan Salmonella yang diperoleh tidak membentuk H2S. Identifikasi seperti ini

dapat menjadi masalah dalam proses identifikasi bakteri non-Salmonella (Procop et al. 2008).

Oleh karena itu, uji H2S dengan menggunakan

media TSIA kurang menunjukkan hasil yang maksimal, karena tidak semua serotipe

Salmonella dapat menghasilkan H2S pada media

tersebut.

Uji KCN dilakukan untuk meyakinkan pengujian keberadaan Salmonella dari koloni hitam lainnya setelah pengujian H2S. Menurut

Munson (1974), uji KCN digunakan untuk membedakan beberapa grup bakteri dari famili Enterobacteriaceae khususnya Salmonella

(sensitif KCN) dan Citrobacter (tahan KCN).

Selain uji biokimia, terdapat alternatif lain untuk proses identifikasi yaitu menggunakan kit. Identifikasi dengan menggunakan kit (Microbac 2000) pernah dilakukan pada salah satu isolat yang menunjukkan hasil positif uji H2S (isolat

nomor 3). Identifikasi menggunakan kit yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk memastikan hasil yang diperoleh dari uji biokimia. Hasil yang diperoleh ternyata tidak menunjukkan genus Salmonella melainkan

Citrobacter. Oleh karena itu, tahapan metode yang diungkapkan oleh Madigan et al. (2009) tidak cocok untuk identifikasi ragam Salmonella

yang menginveksi penderita diare di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor.

Persentase pasien diare yang fesesnya teridentifikasi terdapat Salmonella hanya 3% dari 100 pasien. Kondisi tersebut memperlihat-kan bahwa tidak hanya Salmonella yang dapat menyebabkan diare, tetapi ada faktor lain yang menyebabkan diare seperti adanya infeksi bakteri lain, virus, atau parasit.

Diare erat kaitannya dengan dehidrasi. Tingkatan dehidrasi dapat dilihat dari nilai hematokrit. Nilai hematokrit normal pada pria berkisar antara 45-52%, wanita 37-48%, dan pada balita berkisar antara 29-41% (Fox 2004). Nilai hematokrit akan meningkat ketika komponen darah meningkat atau kadar plasma darah menurun (Retno 2009). Berdasarkan nilai hematokrit yang diperoleh, ketiga pasien diare yang fesesnya teridentifikasi terdapat

Salmonella, memiliki nilai hematokrit yang normal. Hal ini menandakan bahwa belum terjadi dehidrasi pada penderita diare. Dehidrasi tidak terjadi karena waktu terjadinya diare belum terlalu lama dan frekuensi buang air besar penderita diare tidak terlalu sering, sehingga belum terjadi penurunan cairan di dalam tubuh. Hilangnya cairan tubuh dapat ditanggulangi dengan pemberian oralit pada penderita diare (Harianto 2004).

(15)

karena adanya infeksi virus, terjadi irradiasi ionisasi pada sumsung tulang, dan malnutrisi (Gidali et al. 1964; Nassar et al. 2009). Umumnya infeksi dapat mempengaruhi sel pertahanan tubuh yang dapat terlihat dari meningkatnya jumlah leukosit.

Jumlah leukosit normal tidak menandakan penderita terbebas infeksi, hal ini dapat terlihat dari hasil diferensisasi leukosit. Normalnya jumlah leukosit yang normal kemungkinan dipengaruhi oleh waktu terjadi infeksi yang belum terlalu lama, sehingga ketika dilakukan pemeriksaan jumlah leukosit masih dalam keadaan normal. Hasil diferensiasi leukosit memperlihatkan adanya persentase jenis leukosit yang bervariasi. Diferensiasi leukosit menunjukkan keadaan normal apabila persentase limfosit 25-33%, monosit 3-9%, neutrofil 54-62%, eosinofil 1-3%, dan basofil kurang dari 1% (Fox 2004). Persentase limfosit yang tinggi menunjukkan telah terjadi infeksi oleh bakteri. Limfosit berperan sebagai sistem imun yang berfungsi membunuh bakteri dan membantu tipe sel lain dalam sistem imun (Fatmah 2006)

.

Monosit berperan untuk proses fagositosis. Monosit dapat berdiferensiasi menjadi makrofag pada sel atau jaringan yang terluka dan memakan benda asing yang menyebabkan infeksi (Santos et al. 2003).

Neutrofil adalah pertahanan pertama dalam melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Ketika ada serangan mikroorganisme patogen, mekanisme pertahanan ditandai oleh peningkatan jumlah neutrofil dalam pembuluh darah periferal dan bermigrasi ke bagian yang terinfeksi untuk memfagositasi mikrorganisme penyebab infeksi (Karan et al. 2005). Persentase basofil dan eosinofil menandakan terjadinya respon alergi dalam tubuh dan adanya infeksi oleh parasit (Fox 2004).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Isolasi 100 sampel feses diperoleh 5 isolat koloni hitam. Setelah dilakukan uji biokimia didapatkan 3 isolat Salmonella. Keberadaan

Salmonella ditunjukkan dengan hasil positif uji MR dan sitrat, serta negatif uji VP, urease, H2S,

KCN, dan indol. Infeksi Salmonella tidak meningkatkan jumlah leukosit dan nilai hematokrit. Persentase jenis leukosit memperlihatkan hasil yang bervariasi.

Saran

Isolat Salmonella yang diperoleh Perlu dilakukan identifikasi sampai ke tingkat spesies dan uji patogenitas untuk mengetahui bahwa

Salmonella yang diperoleh dari penderita diare di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor benar-benar menyebabkan diare.

DAFTAR PUSTAKA

Adkins JH, Santiago ST. 1987. Increased recovery of enteric pathogens by use of both stool and rectal swab speciment. J Clin Microbiol 25(1):158-159.

Bailey WR, Scott EG. 1974. Diagnostic microbiology ed-4. Saint Luis: C.V Mosby Company.

Carlos CC, Saniel MC. 1990. Etiology and epidemiology of diarrhea. Phil J Microbiol Infect Dis 19(2):51-53.

Das S, Saha R, Singal S. 2007. Enteric pathogens in North Indian patients with diarrhoea. Indian J Com Med 1(1):27-31. [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2009. Profil

Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Depkes RI.

Fatmah. 2006. Respon imunitas yang rendah pada tubuh manusia usia lanjut. Makara Kesehatan 10(1):47-53.

Frederic M. 1992. Fundamentals of Anatomy and Physiology. 2nd ed. Englewood cliffs: Prentice-hall.

Fox SI. 2004. Human Physiology. 8thed. Boston: McGrawHill.

Garibaldi JA, Bayne HG. 1970. Production of acetoinand diacetyle by the genus

Salmonella. Appl Environ Microbiol

20(6):855-856.

Gidali J, Imre F, Julia O. 1964. Some data on mechanism of leukopenia and leukocytosis following irradiation. Blood 23(1):27-37. Harianto. 2004. Penyuluhan penggunaan oralit

untuk penanggulangan diare di masyarakat. Majalah Ilmu Kefarmasian 1(1):27-33. Jawetz, joseph, dan Edward. 1974. Review of

Medical Microbiology. California: Lange Medical Publication.

Karan MA et al. 2005. Increased leukocyte rigidity in the erdely. Middle East J Age and Ageing 3:1-5.

(16)

Mouzan ME. 1995. Chronic diarrhea in children: part I, physiology, pathophysiology, etiology. Saudi J Gastroenterol 1(1):37-42.

Munson TE. 1974. Improved KCN medium.

Microbiol 27(1):262-263.

Nassar MF, El-Batrawy SR, Nagy NM. 2009. CD95 expression in white blood cells of malnourshed infant during hospitalization and catch-up growth. Eastern Mediterranean Heal J 15(3):574-583.

Ohl ME, Miller SI. 2001. A model of bacterial pathogenesis.Annu Rev Med 52:259–74. Olitzky I, Rosenthal MH, Copeland JR. 1956.

Family infection with multiple Salmonella

types including two H2S negative variants. Public Heal Lab Section (72):569-570. [PIOGAMA] Pusat Informasi Obat Universitas

Gadjah Mada. 2008. Kasus Diare Di Indonesia. Jogjakarta: PIOGAMA.

Procop et al. 2008. A Single-tube screen for

Salmonella and Shigella. Am J clin Pathol:1-2.

Retno TDN. 2009. Perbandingan metode SNI dengan metode Salmonella Latex Test untuk memantau pencemaran Salmonella spp. pada kotak pengangkutan Day Old Chick (DOC) [tesis]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Santos RL, Tsolis RM, Baumler AJ, Adams LG. 2003. Pathogenesis of Salmonella-induced enteritis. Braz J Med Biol Res 36(1):3-12. Simmons A.1976. Technical Hematology. 2nd

ed. Toronto: J.B. Lippincott Co.

Slaunch J, Taylor R, Maloy S. 1997. Survival in a cruel world: how Vibrio cholerae and

Salmonella respond to an unwilling host.

Genes Dev 11:1761-1744.

Tortora JG, Funke RB, Case LC. 2007.

Microbiology an Introduction. 9th ed. San Fransisco: Pearson BenjaminCummings. White D. 1995. The Physiology and

Biochemistry of Prokaryotes. New York: Oxford University Press.

(17)
(18)

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan sampel

Kepada Yth.

Bapak/Ibu Orang Tua/Wali Pasien ...

Dengan hormat,

Dalam rangka pengumpulan data untuk penelitian skripsi Program S1 (Sarjana) di Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), maka Kami:

N a m a : Ega Afrina Nugrahayu (G34062852)

M a y o r : Biologi

Judul Penelitian : Salmonella, Leukosit, dan Hematokrit dari Penderita Diare di Puskesmas

Cangkurawok, Dramaga, Bogor.

Dengan ini mohon kesediaan bapak/ibu/orang tua penderita diare untuk memberikan

persetujuan/ijin kepada Saya untuk melakukan pengambilan contoh berupa pengambilan contoh feses

dan darah terhadap bapak/ibu/putra/putri bapak/ibu. Hasil penelitian ini nantinya akan sangat

bermanfaat untuk mengetahui jenis bakteri yang dapat menyebabkan diare infeksi dan mengaitkan

dengan jumlah sel darah putih sehingga dapat dijadikan dasar dalam penanganan masalah diare di

Indonesia. Keikutsertaan Bapak/Ibu/putra/putri dari bapak/ibu dalam penelitian ini adalah sukarela,

jika dalam proses penelitian ini kemudian akan menarik diri atau sejak awal tidak bersedia mengikuti

penelitian ini, maka hal tersebut tidak akan

mempengaruhi apapun juga dalam kehidupan sehari-hari.

Saya menjamin bahwa semua keterangan yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga

kerahasiannya dan tidak akan dipergunakan atau disebarluaskan ke pihak manapun kecuali untuk

kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Demikian, atas bantuan dan kerjasamanya, Saya

ucapkan banyak terima kasih.

Bogor, 24 Februari 2010

Hormat Kami,

(19)

Lanjutan Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Sampel

PERSETUJUAN ORANG TUA/WALI

Setelah membaca keterangan tentang penelitian ini, maka Saya dengan sukarela BERSEDIA DAN

MENGIJINKAN putra/putri kami:

Nama : ………

Alamat rumah dan no telepon/HP : ………

………

Untuk ikut dalam penelitian ini.

Bogor, ... 20...

Yang memberikan persetujuan,

Tanda tangan dan nama terang Bapak/ibu

(20)

No. Pasien

JK Usia BB (kg)

Alamat Diagnosis

1 L 1 Th 9 Carangpulang Rt 004/04 batuk dan pilek , fases cair

2 P 1 Th 9 Cilubang Rt 002/02 BAB sehari 3X, tidak terlalu cair

3 L 1 Th 9 Carangpulang BAB sehari 7X, bau.

4 L 11 Th 30 Babakan Lio BAB sehari 4X, cair tanpa darah dan lendir.

5 L 1.5 Th 10.5 Babakan Lio BAB sehari 6X, cair tanpa darah dan lendir.

6 P 7 Th 16 Carangpulang RT 04/07 BAB sehari 6X, cair tanpa darah dan lendir.

7 L 3.5 Th 11 Carangpulang RT 003/06 BAB sehari 3X, cair agak kental, baru semalam belum sering.

8 L 8 Th 20 Babakan Lebak BAB sehari 2-4X, berlendir tanpa darah.

9 L 17 Bln 8.6 Cangkurawok RT 3/4 BAB belum serin, tidak cair (lembek).

10 P 4 Th 11 Carangpulang BAB sehari lebih dari 6X, cair tanpa darah dan lendir.

11 L 10 Bln 8.1 Carangpulang Rt 01/06 BAB sehari 4X, cair tanpa darah dan lendir.

12 P 29 Th 46 Cilubang Rt 06/04 BAB sehari 2X, cair tanpa darah dan lendir.

13 L 6 Th 20 Cangkurawok Rt 02 BAB sehari 3X, cair dengan darah.

14 P 11 Bln 9.3 cangkurawok RT 03/03 BAB sehari 3X, cair dengan lendir.

15 L 6.10

Th

20 Cangkurawok RT 02/03 BAB tidak sering, berlendir.

16 L 4.6 Th 13.3 Carangpulang RT 01/06 BAB sehari 7X, berlendir dan berdarah.

17 P 35 Th 66 Carangpulang RT 02/06 BAB sehari 4X, cair tanpa darah dan lendir.

18 P 2.9 Th 11 Babakan raya RT 03/01 BAB sehari 4X, cair tanpa darah dan lendir.

19 P 3.5 Th 12.3 Carangpulang Rt 01/07 BAB sehari 3-4X, cair tanpa darah dan lendir, bau.

20 L 1.7 Th 9.5 Carangpulang RT 03/07 BAB sehari 4X cair tanpa darah, panas

21 L 35 Th 73 cangkurawok BAB Sehari 2X, tanpa darah.

22 L 35 Th 55 Kp. Situ gede RT 02/08 BAB sehari 4X, tanpa darah dan lendir.

23 P 45 Th 54 cibereum setu leutik BAB 10X, mules, berdarah dan berlendir.

24 L 73 Th 38 Carangpulang Rt 03 Mules, BAB lebih dari 3X, tanpa darah dan lendir

25 L 2.6 Th 9 Cangkurawok RT 04/04 BAB sehari 3X, cair tanpa darah.

26 L 19 Th 55 Kp. Cilubang RT 04/03 BAB sehari 1-4X, tanpa darah dan lendir.

27 L 2.6 Th 12 Kp. Batubulung RT 02/03 BAB sehari 2X, muntah, cair tanpa darah dan lendir.

28 P 11 Th 24 Carangpulang Rt 02/07 BAB sehari 4X, cair, tanpa lender dan darah

29 L 25 Th 55 Dramaga kampung manis

RT 01/01

BAB sehari 5X, cair tanpa darah dan lendir.

30 P 48 Th 62 Bara 3 Rt 01/07 BAB sehari 5X, cair tanpa darah dan lendir pernah tifus.

31 P 56 Th 50 Kampung sengket Rt 03/03 BAB sehari 3X, cair tanpa darah dan lendir, belum pernah tifus.

32 L 10 Th 31 Carangpulang Rt 03/06 BAB sehari 2X,sudah 2 hari, tanpa darah dan lendir.

33 P 42 Th 54 Carangpulang Rt 03/06 BAB sehari 4X cair tanpa darah dan lendir

belum pernah tifus

34 L 10 Th 24 Carangpulang Rt 04/07 BAB sehari 6X sudah 2 hari ,cair, tanpa darah dan lender,

belum pernah tifus, muntah.

35 P 1.9 Th 10 Carangpulang Rt 03/06 BAB sehari 3X sudah 2 hari cair, dengan busa tanpa darah dan,

lendir, panas

36 L 4.6 Th 16 Cibuntu Rt 05/05 Desa

cisadas

(21)

No. Pasien

JK Usia BB (kg)

Alamat Diagnosis

39 P 4 Th 12 Balebak BAB lebih dari 6X sudah 2 hari, cair, tanpa darah

dan lendir, belum pernah tifus. 40 L 1.4

Th

16 Cilubang mekar Rt 02/04 Baru semalam BAB sudah 4X, cair tanpa darah,

berlendir. 41 L 3.7

Th

18 Balubang Jaya. Cilubang Rt

02/04

BAB sudah 2 hari, 1X, tanpa darah dan lendir, pernah DBD dan Tifus.

42 L 2.6 Th

10.5 Carangpulang Rt 03/07 Baru satu hari BAB sudah 3X, cair tanpa darah

dan lender, belum pernah tifus.

43 L 1 Th 8 Cangkurawok Rt 03/04 sudah 2 hari, lebih dari 5X, tanpa darah dan lendir,

belum pernah tifus, panas.

44 L 7 bln 5.1 Carangpulang Rt 03/05 baru semalam, lebih dari 6X, cair dan berlendir,

belum pernah tifus, panas. 45 L 3.5

Th

14 Nanggrak, setu gede Rt 03/04 Sudah 3 hari, setengah cair tanpa darah, berlendir, belum pernah tifus.

46 P 20 Th 40 Babakan tengah Rt 03 BAB 5X, cair tanpa darah dan lendir, belum

pernah tifus. 47 L 3,6

Th

18 Babakan lebak Rt 04/06 sudah 2 hari, 6X, cair tanpa darah dan lendir,

belum tifus.

48 P 30 Th 55 Kampus Darmaga Rt 01/03 2 hari, 6X, cair tanpa darah dan lendir, tidak panas.

49 P 1,6 Th

11 Cibeurem Rt 02/06 muntah, 2X, cair tanpa darah dan lendir.

50 L 1.8 Th

9 Cangkurawok Rt 04/04 Sudah 2 hari, 3X, cair tanpa darah dan lendir,

panas. 51 L 1.2

Th

9 Babakan lebak Rt 04/06 baru 1 hari, 7X, cair tanpa darah, berlendir panas.

52 P 17 Th 65 Carangpulang Rt 01/07 Baru 1 hari, 8X, muntah cair tanpa darh dan lendir.

53 P 1 Th 8 Sengket 03/03 2 hari, 2-3X, cair tanpa darah dan lendir, panas.

54 L 3.6 Th

14 Kp. Cangkurawok Rt 02/02 sudah 3 hari, 2-3X, cair dengan lendir tanpa darah, badan hangat, pernah tifus.

55 L 24 Th 50 Cangkurawok Rt 01/03 sudah 2 hari, 3X, cair tanpa lendir dan darah,

panas, belum pernah tifus 56 L 2.6

Th

13 Kampus Darmaga Rt 02/07 sudah 2 hari, lebih dari 3X cair tanpa darah,

berlendir, badan hangat.

57 L 6 Th 35 Cangkrang Rt 01/01 sudah 2 hari, lebih dari 3X cair tanpa darah,

berlendir, muntah, panas.

58 L 4 Th 10 Cibeurem, setu letik Sudah seminggu, cair dan berlendir.

59 L 2 Th 11 Cangkurawok Rt 01/04 2 hari, 4X, c.air tanpa darah dan lendir

60 L 2.3 Th

12.5 Cibeurem situ letik Rt 03/06 2 hari, 3X cair tanpa darah dan lendir, panas.

61 L 7 Bln 8.5 Carangpulang Rt 01/06 3 hari, lebih dari 3X cair tanpa darah, berlendir,

panas (hanya malam).

62 P 25 Th 38 Cibereum darmaga Rt 03/05 Kp.

Cikiruh

2 hari, 2X, cair tanpa darah dan lendir.

63 L 2.5 Th

11 Carangpulang Rt 02/05 sudah 4 hari, 4X, cair tanpa darah dan lendir,

panas.

64 L 6 Bln 7.5 Babakan lebak Rt 02/06 sudah 3 hari, 2X, cair tanpa darah dan lendir, tidak

panas, muntah.

65 L 4 Th 16 Babakan Lebak Rt 02/06 sudah 2 hari, 7X, cair tanpa darah dan lendir,

panas (kemarin).

66 L 36 Th 46 Babakan Lebak Rt 01/03 Sudah 3 hari, lebih dari 3X, cair tanpa darah dan

(22)

No. Pasien

JK Usia BB (kg)

Alamat Diagnosis

67 P 6.5 Th 20 Babakan lebak Rt 03/06 sudah 2 hari, 2X Cair tanpa darah dan

lendir, panas, muntah.

68 L 1.10 Th 10 Babakan lebak Rt 01/05 2 hari cair tanpa darah dan lendir, panas,

belum tifus

69 L 2.2 Th 10.5 Cangkurawok Rt 01/03 2 hari Cair tanpa darah, berlendir, hangat,

belum tifus

70 P 1.6 Th 9 Carangpulang Rt 02/04 3 hari, 3X cair tanpa dara dan lendir,

badan hangat, belum pernah tifus.

71 P 3 Th 20 Babakan lio Rt 01/10 Baru satu hari, 1X, cair tanpa darah dan

lendir, tidak panas.

72 P 38 Th 61 Cangkurawok Rt 01/03 Sehari, 4X, Cair, berlendir tanpa darah,

tidak panas,belum pernah tifus

73 L 3 Th 12.3 Carangpulang Rt 02/05 2 hari, 2X, cair tanpa darah dan lendir,

panas belum pernah tifus.

74 P 8 bln 9.5 Carangpulang Rt 03/03 Semalam, 2X, cair tanpa darah dan lendir,

tidak panas.

75 P 45 Th 50 Cangkurawok Rt 02/03 sehari. 3X cair. berlendir. tanpa darah,

tubuh hangat, tidak pernah tifus

76 L 20 Th 64 Balio 3 hari, 5X, cair tanpa darah dan lendir,

tidak panas.

77 L 3 Th 15 Cibanteng Rt 02/01 sudah 2 hari, 3X cair, berlendir tanpa

darah panas, belum pernah tifus.

78 P 2.3 Th 8 Dramaga setuletik Rt 01/06 Semalam, 2-3X, cair tanpa darah dan

lendir, badan hangat.

79 L 2.6 Th 12 Babakan raya Rt 01/07 Baru hari pertama cair tanpa darah dan

lendir.

80 P 2.8 Th 9 Carangpulang Rt 02/04 Sudah 2 hari, 4X, cair tanpa darah dan

lendir, panas.

81 L 3 bln 5.5 Carangpulang Rt 02/05 sudah 2 hari, 4-5X, cair tanpa darah dan

lendir, muntah.

82 P 2.6 Th 14 Babakan lio Rt 02/07 Sudah 2 hari, lembek tanpa darah dan

lendir, tidak panas.

83 L 2 Th 9 Carangpulang Rt 01/04 Semalam, lebih dari 3x, cair tanpa darah

dan lendir, badan hangat.

84 L 11 bln 9.5 Cibeurem Rt 06/01 Sudah 2 hari, 4X, cair dengan darah dan

lendir, panas.

85 P 2 Th 8.7 Sinar sari Rt 01/02 Sudah 2 hari, 3X, cair dengan darah dan

lendir, hari pertama panas.

86 L 21 Th 49 Babakan lio Rt 01/08 2 Hari, lebih dari 3X, cair tanpa darah dan

lendir, panas.

87 P 2.4 Th 11 Cangkurawok Rt 01/04 Pagi hari pertama, 3X, cair dengan lendir

tanpa darah, panas.

88 P 3 Th 11.5 Carangpulang Rt 02/05 Kemarin, 5X, cair tanpa darah dan lendir

,panas (malam)

89 P 40 Th 62 Bateng Rt 02/08 sudah 4 hari, 3X, cair tanpa darah dan

lendir, meriang.

90 P 17 Th 49 Bababkan Rt 02/03 1 hari, 4X, cair tanpa sarah dan lendir.

91 P 11 Bln 7.3 Cilubang mekar Rt 01/08 sudah 2 hari, 2X, cair tanpa darah dan

lendir, panas (malam hari).

92 L 5.6 Th 16.5 Darmaga Rt 03/06 Sehari, 1X, cair tanpa darah dan lendir.

93 P 39 Th 63 Komplek IPB Rt 04/06 Kemarin, lebih dari 3X, cair tanpa darah

dan lendir.

94 P 5 Bln 7.2 Carangpulang Rt 04/07 sudah 3 hari, cair tanpa darah dan lendir.

(23)

No. Pasien

JK Usia BB (kg)

Alamat Diagnosis

96 P 10 Bln

6 Balumbang Jaya Rt 02/04 3 hari, 3X, cair tanpa darah dan lendir.

97 P 7 Bln 6 Carangpulang Rt 03/05 2 hari, 6X, cair dengan lendir. tanpa darah,

Panas

98 P 3 Th 14 Cibeurem Rt 03/06 sudah 3 hari, 8X, cair dengan, darah dan

lendir, panas.

99 L 4 Bln 6.7 Babakan raya 3 sudah 7 hari, 4X, cair tanpa darah dan lendir,

kadang panas.

100 L 2 Th 11 Kampung Jawa Rt 03/09 Kemarin, 3X, cair tanpa darah dan lendir,

panas.

Keterangan

(24)

DRAMAGA, BOGOR

EGA AFRINA NUGRAHAYU

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(25)

Diare di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor. Dibimbing oleh SRI BUDIARTI dan ACHMAD FARAJALLAH.

Salmonella merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan diare dengan mekanisme invasif. Infeksi Salmonella dapat mempengaruhi sistem pertahanan tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi Salmonella dari feses penderita diare dan mengetahui jumlah leukosit, diferensiasi leukosit, dan nilai hematokritnya. Sampel feses diisolasi pada media SSA (Salmonella Shigella Agar). Isolat yang diperoleh dilakukan pewarnaan gram dan uji biokimia melalui uji MR (Methyl Red), VP (Voges Proskauer), urease, H2S, KCN, indol, dan sitrat.

Perhitungan nilai hematokrit, jumlah leukosit, dan diferensiasi leukosit dilakukan pada setiap probandus. Hasil dari isolasi 100 sampel feses pada media SSA didapatkan 5 isolat koloni hitam. Setelah dilakukan uji biokimia, diperoleh 3 isolat yang teridentifikasi Salmonella. Keberadaan Salmonella ditunjukkan dengan hasil positif uji MR dan sitrat, serta hasil negatif untuk uji VP, urease, H2S, KCN, dan indol. Tiga pasien diare yang fesesnya teridentifikasi Salmonella memiliki

nilai hematokrit normal, jumlah leukosit normal dan rendah, serta persentase diferensiasi yang bervariasi untuk setiap jenis leukosit.

ABSTARCT

EGA AFRINA NUGRAHAYU. Salmonella, Leucocyte, and Hematocryt from Diarrhea’s Patient in Cangkurawok Public Health, Dramaga, Bogor. Supervised by SRI BUDIARTI and ACHMAD FARAJALLAH.

Salmonella is one of bacteria that can cause diarrhea with the infasive mechanism, which can influence the system immune. The objective of this research is isolating Salmonella from diarrhea’s faeces and knowing the number and differentiation of leucocyte, and hematocryte value of diarrhea patient. The faecal samples were isolated in SSA media. The identification of isolates based on gram staining and biochemical assay through MR (Methyl Red), VP (Voges Proskauer), urease, H2S, KCN, indole, and citrat. Hematogram analysis include hematocryt value, number of

leukocytes, and calculated the percentage of leukocyte differentiation type. Five of 100 faecal samples showed that they had black colonies in SSA media. Then based on the biochemical assay, three of those samples had characteristic of Salmonella bacteria, positive result in MR and citrate, and negative in VP, urease, H2S, KCN, and indole. The patients who identified as Salmonella

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diare adalah suatu gejala yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari disertai dengan perubahan bentuknya menjadi lebih cair (Harianto 2004). Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia dan menjadi penyebab kematian khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Di dunia, kematian yang disebabkan oleh diare mencapai empat juta kasus dan di India kematian karena diare sebesar 17% setiap tahunnya (Das et al. 2007). Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor lima pada semua usia (PIOGAMA 2007). Kematian yang disebabkan oleh diare dari 15 propinsi di Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar 2,48% (DEPKES 2009).

Diare dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme patogen (bakteri, virus, dan parasit). Selain itu, diare juga dapat disebabkan karena malabsorpsi makanan, alergi, dan tekanan osmotik (Mouzan 1995; Harianto 2004). Diare infeksi terjadi melalui mekanisme produksi toksin dan invasi oleh mikroorganisme patogen. Beberapa mikroorganisme patogen dapat menghasilkan enterotoksin yang dapat menstimulasi sekresi cairan dan menurunkan proses absorpsi garam dan air di dalam usus. Selain itu, beberapa mikroorganisme mampu menyebabkan diare melalui mekanisme invasi pada sel epitel usus. Mekanisme invasi menyebabkan kerusakan pada sel mukosa usus (Carlos & Saniel 1990).

Salmonella merupakan salah satu bakteri yang menyebabkan diare infeksi (Ohl & Miller 2001). Salmonella merupakan bakteri patogen dari famili Enterobacteriaceae yang memiliki sifat gram negatif berbentuk batang, fakultatif anaerob, tidak melakukan fermentasi laktosa, menghasilkan asam campuran, tidak membentuk acetoin, tidak dapat memanfaatkan urea, KCN, dan triptofan sebagai sumber karbonnya, serta memproduksi hidrogen sulfida (Jawetz et al. 1974; Madigan et al. 2009).

Salmonella dapat menyebabkan diare melalui produksi enterotoksin dan invasif. Mekanisme invasif Salmonella dapat merangsang sistem kekebalan tubuh yang dapat terlihat dari peningkatan jumlah leukosit (Carlos & Saniel 1990). Salmonella menginfeksi dengan

jalur fecal-oral, yaitu melalui konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh Salmonella. Salmonella dapat bertahan pada pH rendah asam lambung karena dapat mengekspresikan berbagai produk gen untuk bertahan pada kondisi ekstrim dari saluran pencernaan. Salmonella masuk ke dalam sel epitel dengan cara endositosis kemudian merangsang respon sekretori cairan dan migrasi neutrofil ke lumen usus (Slaunch et al. 1997; Ohl & Miller 2001).

Leukosit adalah sel darah yang membantu pertahanan tubuh dari mekanisme invansi bakteri, racun, dan sel-sel yang telah rusak. Diferensiasi leukosit dibutuhkan untuk melihat persentase jenis leukosit dalam darah. Diferensiasi leukosit juga dapat digunakan untuk mendiagnosis penyebab infeksi yang terjadi. Neutrofil merupakan leukosit yang berperan sebagai sel fagositosis dan menjadi garis depan dalam pertahanan selular terhadap invansi jasad renik atau infeksi dari bakteri. Basofil adalah leukosit yang berperan pada proses inflamasi yang dapat memproduksi histamin dan heparin sebagai respon alergi, sedangkan eosinofil adalah leukosit yang berperan dalam melawan material asing yang masuk ke dalam tubuh dan melawan parasit yang dapat menyebabkan infeksi. Limfosit merupakan jenis leukosit yang fungsi di dalam sel belum diketahui namun limfosit memproduksi antibodi dan merusak produksi racun dari metabolisme protein. Monosit adalah jenis leukosit yang bersifat fagosit di dalam jaringan (Frederic 1992; Fox 2004).

Diare dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan kematian karena tubuh kehilangan banyak cairan. Dehidrasi memiliki beberapa tingkatan yang dapat diukur dengan nilai hematokrit. Nilai hematokrit menyatakan jumlah konsentrasi sel darah merah (eritrosit) dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persen. Penderita diare yang mengalami dehidrasi akan mengalami peningkatan nilai hematokrit (Retno 2009).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri Salmonella dari feses penderita diare di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor dan mengetahui nilai hematokrit, jumlah leukosit, serta diferensiasi leukosit pada penderita diare.

Waktu dan Tempat

(27)

hingga Oktober 2010. Pengambilan sampel dilakukan di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor. Analisis sampel feses dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan sampel darah di Laboratorium Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, Institut Pertanian Bogor.

BAHAN DAN METODE

Probandus

Probandus penderita diare yang diperoleh selama proses sampling di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor mulai tanggal 24 Februari 2010 hingga 10 Juni 2010 adalah 100 pasien penderita diare. Seluruh sampel yang diperoleh telah melalui proses perizinan (lampiran 1). Probandus penderita diare yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan tingkatan usia, yaitu usia bayi (0-1 tahun) sebanyak 13 pasien, batita (1-3 tahun) 42 pasien, balita (3-5 tahun) 13 pasien, anak-anak (5-18 tahun) 13 pasien, dan dewasa (>18 tahun) sebanyak 19 pasien (Lampiran 2).

Metode

Pengambilan sampel Feses

Feses diambil dengan cara usap rektum (rectal swab) menggunakan cuttonbud steril secara langsung pada lubang anal lalu diinokulasikan ke dalam tabung berisi larutan PBS (Phosphate Buffered Saline) steril dan ditempatkan pada kondisi dingin (Adkins & Santiago 1987).

Darah

Jari dibersihkan dengan alkohol kemudian darah diambil pada bagian jari tengah atau manis dengan menggunakan lancet. Darah dimasukkan pada tabung hematokrit berheparin (Marienfeld) dan disumbat dengan lilin pada salah satu bagian.

Isolasi bakteri Salmonella

Sampel feses dalam larutan PBS dipipet sebanyak 0.1 ml, kemudian disebar pada media SSA (Salmonella Shigella Agar/Criterion) lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Koloni berwarna hitam diambil sebanyak satu lup kemudian digores kuadran pada media SSA dan diinkubasi kembali pada suhu yang sama. Koloni tunggal digoreskan pada media SSA miring untuk disimpan.

Pewarnaan Gram

Sebanyak satu lup koloni hitam dioleskan pada kaca objek yang telah ditetesi dengan akuades. Olesan bakteri dikeringkan dengan cara dilewatkan di atas bunsen. Olesan bakteri diwarnai dengan pewarna crystal violet selama 1 menit lalu dibilas dengan akuades. Kemudian dilanjutkan dengan tahap pewarnaan dengan iodium gram selama 2 menit lalu dibilas kembali dengan akuades. Olesan bakteri digenangi dengan alkohol 95% kemudian diwarnai kembali dengan safranin selama 30 detik lalu dibilas (Tortora et al. 2007). Setelah kering, olesan bakteri diamati di bawah mikroskop.

Identifikasi

Identifikasi dilakukan untuk mengetahui keberadaan Salmonella menggunakan uji biokimia mengacu pada Madigan et al. (2009), yaitu uji MR (Methyl Red), VP (Voges Proskauer), urease, H2S (Hidrogen Sulfida),

KCN (Kalium Sianida), indol, dan sitrat.

Uji MR dan VP

Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian diinkubasi dalam media MR/VP (DifcoTM) pada suhu 370C selama 24 jam untuk MR dan 4 hari untuk VP. Setelah diinkubasi, media diberi reagen methyl red

untuk MR dan α-napthol serta KOH untuk VP.

Uji Urease

Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian diinkubasi pada media urease (DifcoTM) selama kurang lebih 4 hari.

Uji H2S

Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian digoreskan ke media miring TSIA (Triple Sugar Iron Agar/DifcoTM) lalu ditusuk menggunakan lup di bagian bawah media. Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC selama 24 jam.

Uji KCN

Bakteri yang tumbuh pada media TSIA dari uji H2S ditumbuhkan pada media TB (Terrifict Broth), lalu diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, sebanyak satu lup bakteri dipindahkan ke media KCN lalu diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC.

Uji Indol

(28)

hingga Oktober 2010. Pengambilan sampel dilakukan di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor. Analisis sampel feses dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan sampel darah di Laboratorium Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, Institut Pertanian Bogor.

BAHAN DAN METODE

Probandus

Probandus penderita diare yang diperoleh selama proses sampling di Puskesmas Cangkurawok, Dramaga, Bogor mulai tanggal 24 Februari 2010 hingga 10 Juni 2010 adalah 100 pasien penderita diare. Seluruh sampel yang diperoleh telah melalui proses perizinan (lampiran 1). Probandus penderita diare yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan tingkatan usia, yaitu usia bayi (0-1 tahun) sebanyak 13 pasien, batita (1-3 tahun) 42 pasien, balita (3-5 tahun) 13 pasien, anak-anak (5-18 tahun) 13 pasien, dan dewasa (>18 tahun) sebanyak 19 pasien (Lampiran 2).

Metode

Pengambilan sampel Feses

Feses diambil dengan cara usap rektum (rectal swab) menggunakan cuttonbud steril secara langsung pada lubang anal lalu diinokulasikan ke dalam tabung berisi larutan PBS (Phosphate Buffered Saline) steril dan ditempatkan pada kondisi dingin (Adkins & Santiago 1987).

Darah

Jari dibersihkan dengan alkohol kemudian darah diambil pada bagian jari tengah atau manis dengan menggunakan lancet. Darah dimasukkan pada tabung hematokrit berheparin (Marienfeld) dan disumbat dengan lilin pada salah satu bagian.

Isolasi bakteri Salmonella

Sampel feses dalam larutan PBS dipipet sebanyak 0.1 ml, kemudian disebar pada media SSA (Salmonella Shigella Agar/Criterion) lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Koloni berwarna hitam diambil sebanyak satu lup kemudian digores kuadran pada media SSA dan diinkubasi kembali pada suhu yang sama. Koloni tunggal digoreskan pada media SSA miring untuk disimpan.

Pewarnaan Gram

Sebanyak satu lup koloni hitam dioleskan pada kaca objek yang telah ditetesi dengan akuades. Olesan bakteri dikeringkan dengan cara dilewatkan di atas bunsen. Olesan bakteri diwarnai dengan pewarna crystal violet selama 1 menit lalu dibilas dengan akuades. Kemudian dilanjutkan dengan tahap pewarnaan dengan iodium gram selama 2 menit lalu dibilas kembali dengan akuades. Olesan bakteri digenangi dengan alkohol 95% kemudian diwarnai kembali dengan safranin selama 30 detik lalu dibilas (Tortora et al. 2007). Setelah kering, olesan bakteri diamati di bawah mikroskop.

Identifikasi

Identifikasi dilakukan untuk mengetahui keberadaan Salmonella menggunakan uji biokimia mengacu pada Madigan et al. (2009), yaitu uji MR (Methyl Red), VP (Voges Proskauer), urease, H2S (Hidrogen Sulfida),

KCN (Kalium Sianida), indol, dan sitrat.

Uji MR dan VP

Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian diinkubasi dalam media MR/VP (DifcoTM) pada suhu 370C selama 24 jam untuk MR dan 4 hari untuk VP. Setelah diinkubasi, media diberi reagen methyl red

untuk MR dan α-napthol serta KOH untuk VP.

Uji Urease

Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian diinkubasi pada media urease (DifcoTM) selama kurang lebih 4 hari.

Uji H2S

Koloni hitam dari media SSA diambil sebanyak satu lup, kemudian digoreskan ke media miring TSIA (Triple Sugar Iron Agar/DifcoTM) lalu ditusuk menggunakan lup di bagian bawah media. Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC selama 24 jam.

Uji KCN

Bakteri yang tumbuh pada media TSIA dari uji H2S ditumbuhkan pada media TB (Terrifict Broth), lalu diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, sebanyak satu lup bakteri dipindahkan ke media KCN lalu diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC.

Uji Indol

(29)

pada media tripton (BactoTM) pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah diikubasi, media ditetesi dengan reagen Kovac.

Uji Sitrat

Sebanyak satu lup koloni hitam pada media SSA digores pada media simmon citrate (Acumedia), lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.

Penghitungan nilai hematokrit

Darah dalam tabung hematokrit berheparin disentrifugasi dengan sentrifuse (P Selecta Iso 9001) pada kecepatan 12000 rpm selama 5 menit. Nilai hematokrit dihitung dengan membandingkan tinggi porsi sel darah merah terhadap tinggi keseluruhan darah dalam bentuk persen.

Penghitungan Jumlah Leukosit

Darah dikeluarkan dari tabung hematokrit berheparin lalu dipipet dengan pipet leukosit hingga batas 0.5. Darah diencerkan dengan larutan Turk sampai batas skala 11 lalu dikocok (Simmons 1976). Larutan diteteskan pada hemasitometer kemudian dihitung butiran-butiran leukositnya.

Diferensiasi Leukosit

Perhitungan diferensiasi leukosit dilakukan dengan metode apus/smear (Simmons 1976). Apusan darah diwarnai dengan pewarna Giemsa 30% selama 30 menit, kemudian dihitung masing-masing jenis leukosit/100 jenis leukosit yang diamati.

HASIL

Hasil dari isolasi 100 sampel feses diperoleh 5 isolat membentuk koloni hitam pada media SSA yang diduga sebagai koloni Salmonella

(Gambar 1). Pewarnaan gram dari kelima isolat menunjukkan warna merah muda yang menandakan bahwa kelima isolat tersebut adalah bakteri gram negatif (Gambar 2).

         

 

Gambar 1 Koloni hitam yang diduga Salmonella

pada media SSA. Tanda panah: koloni hitam.

Gambar 2 Warna merah muda bakteri gram negatif setelah pewarnaan gram pada koloni hitam yang diduga

Salmonella. Tanda panah: bakteri gram negatif.

Hasil uji biokimia pada kelima isolat koloni hitam diperoleh 3 isolat yang teridentifikasi

Salmonella. Berdasarkan uji biokimia, sampel feses yang teridentifikasi terdapat Salmonella

berasal pasien nomor 12, 21 dan 85 (Tabel 1). Keberadaan Salmonella ditunjukkan dengan hasil positif untuk uji MR, yaitu terbentuk warna merah pada media setelah diinkubasi selama 24 jam dan diberi indikator methyl red

(Gambar 3). Salmonella dapat menghasilkan asam campuran (metilen glikon) yang akan menurunkan pH media hingga 4.4, sehingga warna media akan berubah menjadi merah setelah diberi indikator methyl red (WHO 2003).

Uji VP menunjukkan hasil negatif untuk keberadaan Salmonella pada media. Hasil negatif ditunjukkan jika tidak terbentuk warna merah pada media setelah inkubasi dan diberi reagen α-naphtol dan KOH (Gambar 4).

Salmonella tidak dapat memproduksi

acetilmethyl carbinol (acetoin) dari proses fermentasi glukosa (Garibaldi & Bayne 1970).

Keberadaan Salmonella ditunjukkan dengan hasil negatif untuk uji urease. Hasil yang terlihat adalah tidak terjadi perubahan warna menjadi merah keunguan pada semua media yang diujikan (Gambar 5). Salmonella tidak dapat mengubah urea menjadi amonia dan karbondioksida di dalam media sehingga menyebabkan kondisi media tidak berubah menjadi basa dan indikator phenol red tidak bekerja. Oleh karena itu media tidak berubah menjadi merah keunguan (WHO 2003).

Berdasarkan uji H2S, diperoleh 2 isolat yang

membentuk warna hitam pada bagian dasar media dan warna merah pada bagian lereng media miring (isolat nomor 3 dan 4), sedangkan 3 lainnya membentuk warna kuning (isolat nomor 1, 2, dan 5) (Gambar 6). Keberadaan

(30)

pada media tripton (BactoTM) pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah diikubasi, media ditetesi dengan reagen Kovac.

Uji Sitrat

Sebanyak satu lup koloni hitam pada media SSA digores pada media simmon citrate (Acumedia), lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.

Penghitungan nilai hematokrit

Darah dalam tabung hematokrit berheparin disentrifugasi dengan sentrifuse (P Selecta Iso 9001) pada kecepatan 12000 rpm selama 5 menit. Nilai hematokrit dihitung dengan membandingkan tinggi porsi sel darah merah terhadap tinggi keseluruhan darah dalam bentuk persen.

Penghitungan Jumlah Leukosit

Darah dikeluarkan dari tabung hematokrit berheparin lalu dipipet dengan pipet leukosit hingga batas 0.5. Darah diencerkan dengan larutan Turk sampai batas skala 11 lalu dikocok (Simmons 1976). Larutan diteteskan pada hemasitometer kemudian dihitung butiran-butiran leukositnya.

Diferensiasi Leukosit

Perhitungan diferensiasi leukosit dilakukan dengan metode apus/smear (Simmons 1976). Apusan darah diwarnai dengan pewarna Giemsa 30% selama 30 menit, kemudian dihitung masing-masing jenis leukosit/100 jenis leukosit yang diamati.

HASIL

Hasil dari isolasi 100 sampel feses diperoleh 5 isolat membentuk koloni hitam pada media SSA yang diduga sebagai koloni Salmonella

(Gambar 1). Pewarnaan gram dari kelima isolat menunjukkan warna merah muda yang menandakan bahwa kelima isolat tersebut adalah bakteri gram negatif (Gambar 2).

         

 

Gambar 1 Koloni hitam yang diduga Salmonella

pada media SSA. Tanda panah: koloni hitam.

Gambar 2 Warna merah muda bakteri gram negatif setelah pewarnaan gram pada koloni hitam yang diduga

Salmonella. Tanda panah: bakteri gram negatif.

Hasil uji biokimia pada kelima isolat koloni hitam diperoleh 3 isolat yang teridentifikasi

Salmonella. Berdasarkan uji biokimia, sampel feses yang teridentifikasi terdapat Salmonella

berasal pasien nomor 12, 21 dan 85 (Tabel 1). Keberadaan Salmonella ditunjukkan dengan hasil positif untuk uji MR, yaitu terbentuk warna merah pada media setelah diinkubasi selama 24 jam dan diberi indikator methyl red

(Gambar 3). Salmonella dapat menghasilkan asam campuran (metilen glikon) yang akan menurunkan pH media hingga 4.4, sehingga warna media akan berubah menjadi merah setelah diberi indikator methyl red (WHO 2003).

Uji VP menunjukkan hasil negatif untuk keberadaan Salmonella pada media. Hasil negatif ditunjukkan jika tidak terbentuk warna merah pada media setelah inkubasi dan diberi reagen α-naphtol dan KOH (Gambar 4).

Salmonella tidak dapat memproduksi

acetilmethyl carbinol (acetoin) dari proses fermentasi glukosa (Garibaldi & Bayne 1970).

Keberadaan Salmonella ditunjukkan dengan hasil negatif untuk uji urease. Hasil yang terlihat adalah tidak terjadi perubahan warna menjadi merah keunguan pada semua media yang diujikan (Gambar 5). Salmonella tidak dapat mengubah urea menjadi amonia dan karbondioksida di dalam media sehingga menyebabkan kondisi media tidak berubah menjadi basa dan indikator phenol red tidak bekerja. Oleh karena itu media tidak berubah menjadi merah keunguan (WHO 2003).

Berdasarkan uji H2S, diperoleh 2 isolat yang

membentuk warna hitam pada bagian dasar media dan warna merah pada bagian lereng media miring (isolat nomor 3 dan 4), sedangkan 3 lainnya membentuk warna kuning (isolat nomor 1, 2, dan 5) (Gambar 6). Keberadaan

(31)

membentuk warna hitam, karena Salmonella

yang diperoleh tidak menghasilkan H2S pada

media TSIA. Produksi H2S berasal dari

pemecahan asam amino yang mengandung unsur belerang (sulfur) seperti lisin dan metionin lalu membentuk H2S yang bereaksi

dengan ion Fe2+ sehingga menghasilkan warna hitam (WHO 2003). Salmonella tidak dapat hidup pada media KCN, hal ini ditunjukkan dengan tidak terjadi perubahan media KCN menjadi keruh (Gambar 7).

Keberadaan Salmonella menunjukkan hasil negatif untuk uji indol pada semua media yang diujikan. Hasil negatif ditunjukkan jika tidak membentuk cincin berwarna merah di permukaan media setelah diinkubasi dan diberikan reagen Kovac (Gambar 8). Salmonella

tidak dapat mengekstraksikan indol menjadi

amyle-alcohol. Ekstraksi indol ke dalam bentuk

amyle-alcohol setelah diberi reagen Kovac menyebabkan terbentuknya cincin berwarna merah pada bagian permukaan media (WHO 2003). Uji sitrat menunjukkan hasil yang positif untuk keberadaan Salmonella, yaitu terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi biru, hal ini menandakan bahwa Salmonella mampu memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon (Gambar 9).

Gambar 3 Uji MR pada koloni hitam yang diduga Salmonella.

Gambar 4 Uji VP pada koloni hitam yang diduga Salmonella.

[image:31.595.320.514.98.648.2]

Gambar 5 Uji urease pada koloni hitam yang diduga Salmonella.

Gambar 6 Uji H2S pada koloni hitam yang

diduga Salmonella (a) isolat 1 (b) isolat 2 (c) isolat 3 (d) isolat 4 (e) isolat 5.

Gambar 7 Uji H2S pada koloni hitam yang

diduga Salmonella (a) isolat 1 (b) isolat 2 (c) isolat 3 (d) isolat 4 (e) isolat 5. Tanda panah: keruh.

Gambar 8 Uji indol pada koloni hitam yang diduga Salmonella.

Gambar 9 Uji sitrat pada koloni hitam yang diduga Salmonella

c d

e

b

a

(32)

Tabel 1 Uji biokimia koloni hitam yang diduga sebagai Salmonella pada media SSA No.

Pasien

No.

Isolat MR VP Urease H2S KCN Indol Sitrat

12 1 + - - - - - +

21 2 + - - - - - +

38 3 + - - + + - +

72 4 + - - + + - +

85 5 + - - - - - + MR (methyl red), VP(Voges Proskauer), H2S (Hidrogen Sulfida), KCN (Kalium Sianida).

+ (hasil positif), - (hasil negatif), : Salmonella

Berdasarkan analisis sampel darah, diperoleh nilai hematokrit normal pada ketiga pasien diare yang fesesnya teridentifikasi terdapat

Salmonella. Jumlah leukosit normal dimiliki oleh pasien nomor 12 dan 85, sedangkan pasien nomor 21 memiliki jumlah leukosit yang rendah (Tabel 2). Ketiga pasien tersebut secara umum mengalami diare cair, tanpa lendir dan darah serta memiliki berat badan yang cukup.

Hasil diferensiasi dari ketiga pasien yang fesesnya teridentifikasi terdapat Salmonella

diperoleh variasi persentase jenis leukosit (Tabel 3). Persentase limfosit tinggi dimiliki oleh

[image:32.595.115.495.429.532.2]

ketiga pasien yang fesesnya teridentifikasi terdapat Salmonella, sedangkan persentase monosit yang tinggi dimiliki oleh pasien nomor 12 dan 85. Persentase basofil tinggi dimiliki oleh pasien nomor 21, hal ini kemungkinan adanya respon alergi pada pasien. Pasien nomor 12 memiliki persentase eosinofil yang tinggi yang memperlihatkan bahwa telah terjadi infeksi oleh parasit. Persentase neutrofil yang rendah terjadi pada pasien nomor 12 dan 21, hal ini kemungkinan karena terjadinya infeksi yang berkepanjangan.

Tabel 2 Nilai hematokrit, jumlah leukosit, dan diagnosis pasien yang fesesnya teridentifikasi terdapat

Salmonella

No. Pasien

No. Isolat JK

BB (kg)

Usia

(thn) Diagnosis Hematokrit(%) Jumlah Leukosit

12 1 P 46 29 Sehari 2x, cair tanpa

darah dan lendir 46,15 4250

21 2 L 73 35 Sehari 2x, cair tanpa

darah dan lendir 47,5 2350

85 5 P 8,7 2

Sudah 2 hari

Gambar

Gambar 6 Uji H 2S pada koloni hitam yang diduga (a) isolat 1 (b)
Tabel 2 Nilai hematokrit, jumlah leukosit, dan diagnosis pasien yang fesesnya teridentifikasi terdapat Salmonella
Gambar 6 Uji H 2S pada koloni hitam yang diduga (a) isolat 1 (b)
Tabel 2 Nilai hematokrit, jumlah leukosit, dan diagnosis pasien yang fesesnya teridentifikasi terdapat Salmonella

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR), likuiditas berpengaruh

“Walisongo” berarti sembilan orang wali” Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus,

Bahwa Pasal 38 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 yang menyatakan, “Uji kompetensi dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh fakultas

Sehingga diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan sediaan farmasi topikal krim M/A yang efektif sebagai anti-inflamasi, tidak mengiritasi kulit, dan memiliki

Pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan, yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, terutama pengetahuan yang berkaitan dengan

Pengaruh campuran minyak Melaleuca bracteata dengan Cinnamomum Zeylanicum atau Myristica fragans Terhadap Tangkapan Lalat Buah (Bactocera spp) Pada Pertanaman Jambu biji..

Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah (1) menganalisis kebiasaan mahasiswa dalam membaca dan membeli buku, (2) menganalisis pengetahuan mahasiswa terhadap buku bajakan,

Aplikasi perhitungan link budget pada  jaringan FTTH berbasis Android dibuat untuk mempermudah pengguna menghitung total link  budget dan loss pada suatu jaringan FTTH ,