• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, Subang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, Subang"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PRODUKSI DAN OPTIMALISASI

INPUT

PADA

USAHA PENDEDERAN IKAN PATIN

Pangasius hypophthalmus

UKURAN 1 INCI DI DESA SUKAMANDIJAYA, SUBANG

FEBRINA ROLIN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin Pangasius hypophthalmus

ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, Subang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Febrina Rolin

(4)

ABSTRAK

FEBRINA ROLIN. Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, Subang. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan YANI HADIROSEYANI.

Usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya masih belum optimal dan dilakukan berdasarkan pengalaman. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja produksi dan optimalisasi input produksi untuk menghasilkan keuntungan yang optimal. Metode yang digunakan berupa survei dengan metode purposive sampling dan parameter kinerja produksi didapat melalui pengamatan langsung. Data ekonomi dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis usaha. Volume wadah pendederan berkisar 3188-9860 liter dengan kepadatan berkisar 15-47 ekor/liter. Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata ikan patin sebesar 2,77+0,19 cm, tingkat kelangsungan hidup sebesar 56,04+1,07 %, dan laju pertumbuhan bobot harian sebesar 27,96+1,09 %. Pendugaan efisiensi penggunaan input didapatkan input yang optimal adalah 80 ekor/liter untuk larva dan 0,0919 kg/liter untuk cacing. Analisis usaha pendederan ikan patin 1 inci pada kondisi optimal adalah R/C 2,31, break even point sebesar Rp 18.060.496 dan 229.861 ekor, harga pokok penjualan Rp 34,00/ekor dan pay back period 0,47 tahun.

Kata kunci: ikan patin Pangasius hypophthalmus, kinerja produksi pendederan, optimalisasi input

ABSTRACT

FEBRINA ROLIN. Performance production and optimalization inputs on nursery business patin Pangasius hypophthalmus 1 inch in Sukamandijaya Village, Subang. Supervised by TATAG BUDIARDI and YANI HADIROSEYANI.

Nursery business patin 1 inch in the area Sukamandijaya Village is still not optimal and based on experience. The purpose of this study to analyze the performance production and optimalization inputs production to produce optimal profits. The methods used in this study is survay with the method of purposive sampling and performance production parameters by direct observations. Economic data is analyzed using production function of Cobb-Douglas and business analysis. The volume nursery place is about 3188-9860 litre with density is about 15-47 fish/litre. Absolute length growth average of 2.77+0.19 cm, survival rate of 56.04+1.07 %, and the rate of growth the daily weights of 27.96+1.09 %. Estimation of efficiency input was got the optimal input is 80 larvae/litre and 0.0919 kg/litre worms. Business analysis of patin at optimal condition is R/C 2.31, break even point Rp 18.060.496 and 229.861 fish seed, cost of goods sold Rp 34/fish, and pay back period 0.47 year.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

KINERJA PRODUKSI DAN OPTIMALISASI

INPUT

PADA

USAHA PENDEDERAN IKAN PATIN

Pangasius hypophthalmus

UKURAN 1 INCI DI DESA SUKAMANDIJAYA, SUBANG

FEBRINA ROLIN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 1 inci di Desa

Sukamandijaya, Subang Nama : Febrina Rolin

NIM : C14090058

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. Pembimbing I

Ir. Yani Hadiroseyani, M.M. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, Subang” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai Agustus 2012 bertempat di Desa Sukamandijaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda Ropiadi dan Ibunda Ilen, serta Adik-adik Mayolla Adha Rolin dan Nadia Rolin atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.

2. Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. selaku Pembimbing I dan Ir. Yani Hadiroseyani, M.M. selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Sri Nuryati, S.Pi., M.Sc. selaku dosen penguji.

4. Bapak Prof. Dr. Enang Harris selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penyusun.

5. Bapak Edi Suhendi, A.Md., Ibu Sokai, dan kang Rohim, yang telah membantu penulis di Desa Sukamandijaya.

6. Anak-anak CiBi (Tia, Nyumi, Peni, Atul, dan Ita) yang telah menemani hari-hari selama masa perkuliahan dan penelitian.

7. Keluarga besar BDP 46 terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Teman-teman Siak seperjuangan (Atin, Rina, Siska, Tika, Mayang) yang telah menemani hari-hari selama menuntut ilmu S1 di IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca untuk melakukan usaha budidaya pendederan ikan patin.

.

Bogor, Maret 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Metode Penelitian 2

Sumber Data 2

Metode Pengambilan Sampel 2

Penghitungan dan Analisis Data 3

Batasan Pengukuran 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Daerah Penelitian 6

Karakteristik Pembudidaya 6

Aktivitas Pendederan Ikan Patin Ukuran 1 Inci 7

Analisis Pendugaan Produksi 12

Analisis Optimalisasi Penggunaan Input 15

Analisis Usaha 17

KESIMPULAN DAN SARAN 19

Kesimpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan padat tebar larva ikan patin 8

2 Kinerja produksi pembudidaya ikan patin ukuran 1 inci di Desa

Sukamandijaya 11

3 Rata-rata input produksi usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di

Desa Sukamandijaya 12

4 Hasil pendugaan koefisien regresi dengan metode kuadrat terkecil pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya 13 5 Nilai toleransi dan VIF untuk setiap variabel input 14 6 Nilai NPM, input dan ouput yang optimal, serta nilai rasio NPM dan

Pxi pada usaha pendederan ikan patin di Desa Sukamandijaya 16 7 Kenaikan biaya variabel, penerimaan dan keuntungan usaha pendederan

ikan patin ukuran 1 inci per liter kondisi aktual dan optimal 17

8 Analisis Pendapatan Usaha (Laba Rugi) 18

DAFTAR GAMBAR

1 Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang 6 2 Grafik pertumbuhan panjang total dan panjang baku benih ikan patin 9

3 Grafik pertumbuhan bobot benih ikan patin 10

4 Grafik keragaman benih patin di Desa Sukamandijaya 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil pendugaan fungsi produksi dengan metode kuadrat terkecil 21

2 Grafik Normal P-Plot Regression Of Ouput 21

3 Grafik Scaterploot 21

4 Contoh perhitungan input produksi optimal 22

5 Analisis usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci pada kondisi aktual

dan optimal tahun 2012 23

6 Perhitungan analisis usaha pada kondisi aktual dan optimal pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya 24

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan patin merupakan jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam kelompok ikan bersungut (catfish) dan bersifat nokturnal (aktif pada malam hari). Spesies ikan patin yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) yang merupakan ikan hasil introduksi dari Thailand (Saparinto 2009).

Ikan patin semakin diminati oleh masyarat dunia umumnya dan Indonesia khususnya saat ini. Hal ini terbukti dengan permintaan ikan patin yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, pasar Uni Eropa membutuhkan 230 ribu ton ikan patin dan Rusia 125 ribu ton ikan patin (Trobos 2011). Untuk dalam negeri, ikan patin menjadi salah satu andalan dalam peningkatan produksi komoditas budidaya saat ini. Produksi ikan patin diproyeksikan mencapai 1.883.000 ton pada tahun 2014 dengan peningkatan 1.420% dari 132.600 ton pada tahun 2009 (KKP 2011).

Peningkatan produksi ini berdampak langsung pada peningkatan permintaan benih. Sebagai contoh, permintaan benih ikan patin di Provinsi Jawa Barat diproyeksikan mencapai lebih dari 1 milyar ekor benih ikan patin pada tahun 2014 (Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat 2009). Dengan demkian usaha di bidang pendederan yang menghasilkan benih siap tebar ikan patin ini memiliki prospek yang sangat besar kedepannya.

Kabupaten Subang sebagai kabupaten yang berpotensi untuk mengembangkan budidaya ikan patin di Provinsi Jawa Barat menargetkan produksi ikan patin sebanyak 90 ton pada tahun 2014 (BPBAT Subang 2012). Sebagai salah satu wilayah pemasok benih ikan patin adalah Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem yang masyarakatnya melakukan usaha budidaya ikan patin di segmen pendederan ukuran 1 inci dan 2 inci. Namun demikian usaha pendederan tersebut masih belum optimal dan proses produksinya masih berdasarkan pengalaman pembudidaya. Oleh karena itu diperlukan suatu evaluasi terhadap kegiatan pendederan ikan patin ukuran 1 inci yang telah dilakukan selama ini. Evaluasi dilakukan dari dua sisi, yaitu dari sisi teknis dengan menganalisis kinerja produksi pendederan dan sisi ekonomis dengan menganalisis optimalisasi input

pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci. Pencapaian keuntungan maksimum dengan biaya minimum dapat dicapai jika input digunakan secara optimal. Optimalisasi input produksi dilakukan agar diperoleh suatu sistem budidaya yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan Penelitian

(12)

2

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2012 di Desa Sukamandijaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei untuk menganalisis kinerja produksi dan optimalisasi input pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci. Satuan survei yang digunakan pada penelitian ini adalah kelompok pembudidaya pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, Kabupaten Subang.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran secara langsung di lapangan, wawancara dan pengisian kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi teknis produksi, karakteristik petani (umur, pendidikan, pengalaman budidaya dan lain-lain) dan aspek usaha. Data sekunder diperoleh dari instansi dan lembaga terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, BPBAT Subang, dan literatur-literatur yang diperoleh dari internet, buku, dan sumber lainnya yang relevan dengan bidang penelitian.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling,

yaitu pengambilan sampel dilakukan secara tidak acak dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Singarimbun dan Effendi 1989). Responden diambil sebanyak 21 dari 36 pembudidaya pendederan ikan patin ukuran 1 inci. Responden merupakan pembudidaya yang masih aktif melakukan usaha pendederan ikan patin hingga ukuran 1 inci dan telah melakukan usaha lebih dari 1 tahun.

Pengukuran secara langsung dilakukan terhadap parameter kinerja produksi yaitu panjang total dan panjang baku ikan, bobot ikan, volume wadah, kualitas air jumlah pakan dan jumlah garam yang digunakan. Untuk parameter panjang total, panjang baku (panjang standar), bobot, dan kualitas air diperoleh dari sampel 3 orang pembudidaya dengan jumlah ikan 30 ekor setiap samplingnya. Sampling dilakukan setiap 7 hari sekali, yaitu pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21.

(13)

3 tubuh ikan dilakukan dengan menggunakan penggaris. Panjang total diukur dari ujung mulut ikan hingga ujung ekor ikan, sementara panjang baku diukur dari ujung mulut ikan hingga pangkal ekor ikan. Bobot ikan diukur menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram.

Penghitungan dan Analisis Data

Penghitungan parameter teknis produksi meliputi :

1) Derajat kelangsungan hidup (survival rate, SR) dengan menggunakan rumus dari Goddard (1996) yaitu sebagai berikut: Nt = jumlah ikan pada akhir pengamatan No = jumlah ikan pada awal pengamatan

2) Pertumbuhan panjang mutlak dihitung menggunakan rumus dari Effendie (1979) sebagai berikut:

P = Pt – Po...(2) Keterangan:

P = Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Pt = Panjang rata-rata ikan pada waktu ke-t Po = Panjang rata-rata ikan pada waktu ke-0

3) Laju pertumbuhan bobot harian (specific growth rate, SGR) dihitung dengan menggunakan rumus dari Huisman (1987) yaitu sebagai berikut: SGR = - 1 x 100 %...(3) Keterangan:

SGR = Laju pertumbuhan bobot harian individu (%)

t

 = Bobot rata-rata pada waktu ke-t (gram/ekor)

o

(14)

4

antara produksi pendederan ikan patin siam hingga ukuran 1 inci dengan penggunaan faktor-faktor produksinya dengan persamaan sebagai berikut:

Y= α ...(5)

Ketepatan model diuji dengan menggunakan uji F untuk menyimpulkan pengaruh faktor produksi (X) secara bersama terhadap ouput (Y) yang dihasilkan. Pada analisis fungsi produksi selain dilakukan analisis kriteria statistik juga dilakukan analisis kriteria ekonometrik untuk menguji ketepatan model yang digunakan. Analisis kriteria ekonometrik dilakukan untuk menganalisis pemenuhan asumsi model regresi normalitas, multikolinearitas, skedastisitas, dan autokorelasi.

Analisis Return To Scale (RTS)

Return To Scale (RTS) atau keadaan skala usaha diperlukan untuk menentukan kombinasi penggunaan faktor produksi. Terdapat 3 kemungkinan

return to scale, yaitu (Hendriyanto 2010):

1) Decreasing Return To Scale (DRS), bila (b1+b2+…..+bn) < 1, dapat diartikan bahwa apabila faktor produksi yang digunakan ditambahkan maka besarnya penambahan ouput akan lebih kecil dari proporsi penambahan input.

2) Constant Return To Scale (CRS), bila (b1+b2+…..+bn) = 1, dapat diartikan bahwa penambahan proporsi input yang digunakan akan sama dengan penambahan proporsi ouput yang dihasilkan.

3) Increasing Return To scale (IRS), bila (b1+b2+…..+bn) > 1, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan ouput akan lebih besar dibandingkan penambahan proporsi input.

Analisis Usaha

Analisis usaha ini terdiri dari analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis payback period (PP), dan analisis break even point (BEP) (Hendriyanto 2010).

1) Analisis Pendapatan Usaha

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan

(15)

5 2) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaku usaha memperoleh manfaat dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Menurut Soekartawi (1994) secara matematis analisis imbangan penerimaan dan biaya dirumuskan sebagai berikut: menentukan berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi agar bisnis tidak rugi dan menetapkan harga terendah agar bisnis tidak rugi.

BEP (Nilai Produksi) =

Harga pokok penjualan yaitu jumlah dari harga hasil penjualan produksi berada pada titik yang minimum. Harga pokok penjualan ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

HPP =

...(10) 5) Payback Period (PP)

Analisis ini digunakan untuk menentukan jangka waktu pengembalian investasi (Nurmalina et al., 2010). Metode payback period secara sistematis dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

Paybackperiod =

x 1 tahun...(11) Batasan Pengukuran

a) variabel yang dijelaskan (ouput) adalah benih patin ukuran 1 inci.

b) variabel yang menjelaskan (input) terdiri atas jumlah larva (ekor), garam (bungkus), artemia (kaleng), dan cacing (kg). Variabel input ini dihitung per volume efektif bak.

c) Umur usaha dalam penelitian ini ditetapkan selama 1 tahun.

d) Optimalisasi input produksi dengan menggunakan metode Cobb-Douglas

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Ciasem merupakan bagian dari Kabupaten Subang yang berjarak sekitar 40 Km dari Kota Subang. Luas wilayah Kecamatan Ciasem 7.914 Ha yang dibagi dalam 9 desa yaitu Desa Pinangsari, Desa Sukahaji, Desa Ciasem Girang, Desa Ciasem Baru, Desa Ciasem Tengah, Desa Ciasem Hilir, Desa Jatibaru, Desa Dukuh, dan Desa Sukamandijaya. Desa Sukamandijaya (Gambar 1) merupakan desa yang paling dominan dalam budidaya pendederan ikan patin.

Gambar 1 Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang Berdasarkan data potensi dan kelurahan tahun 2011 wilayah Desa Sukamandijaya memiliki 45 unit rukun tetangga dan 21 unit rukun warga dengan jumlah tempat tinggal sebanyak 4141 unit. Jumlah penduduk di Desa Sukamandijaya adalah 33.710 orang yang terdiri dari 17.126 orang laki-laki dan 16.584 orang perempuan.

Jenis pekerjaan paling dominan di Desa Sukamandijaya adalah karyawan perusahaan swasta yakni mencapai 45,88%, diikuti dengan buruh tani 12,24% dan pensiunan PNS/TNI/POLRI 9,09%. Penduduk yang bekerja di bidang perikanan hanya 0,42%. Kondisi transportasi, baik prasarana jalan maupun alat transportasi di Desa Sukamandijaya secara umum sudah cukup baik.

Karakteristik Pembudidaya

Umumnya warga di Desa Sukamandijaya yang bekerja sebagai pembudidaya ikan patin tidak memiliki lahan sendiri, melainkan hanya sebagai pengelola yang menjalankan seluruh kegiatan budidaya. Jumlah responden sebanyak 21 orang dengan usia berkisar 19-41 tahun. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pembudidaya adalah 3 orang tidak tamat sekolah, 4 orang lulusan SD, 5 orang lulusan SMP, dan 9 orang lulusan SMA/STM.

(17)

7 sebanyak 57% para responden memiliki pekerjaan sampingan sebagai petani ikan patin 2 inci, kuli bangunan, bersawah, dan pedagang. Pelatihan atau penyuluhan diadakan oleh Lembaga Swadaya Masyrakat (LSM), Dinas Perikanan, dan pihak Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar Subang sering mereka ikuti untuk menambah wawasan dan jaringan kerjasama antar pembudidaya. Hal ini terbukti dengan 90,47% atau sebanyak 19 orang pernah mengikuti pelatihan dan 14,28% atau sebanyak 2 orang belum pernah mengikuti pelatihan.

Aktivitas Pendederan Ikan Patin Ukuran 1 Inci

Pendederan merupakan kegiatan lanjutan setelah kegiatan pembenihan. Kegiatan pendederan yang dilakukan di Desa Sukamandijaya dimulai dari larva hingga ukuran 1 inci dan pendederan dari ukuran 1 inci ke ukuran 2 inci. Adapun tahapan kegiatan pendederan ikan patin di Desa Sukamandijaya terdiri atas kegiatan persiapan wadah, penebaran benih, pemeliharaan larva, pemberian pakan, pencegahan hama dan penyakit, pemanenan dan pemasaran.

Persiapan wadah dilakukan untuk menyiapkan wadah pemeliharaan selama proses budidaya. Wadah yang digunakan oleh para pembudidaya terdiri dari bak beton, bak bambu, dan bak fiber (Lampiran 1). Jumlah wadah yang digunakan oleh para pembudidaya yaitu antara 10-17 bak per pembudidaya. Volume keseluruhan bak para pembudidaya yaitu 3188 liter-9860 liter. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2000) suhu air media yang optimal untuk pemeliharaan larva adalah 27oC-30oC, dan pH berkisar 6,5-8,5. Secara aktual suhu media pendederan di Desa Sukamandijaya berkisar 27oC-30oC, dan pH 6,0-7,0.

Kegiatan persiapan wadah dimulai dengan pengeringan wadah, lalu pengisian air hingga ketinggian 25 cm, penebaran garam, pemasangan instalasi aerasi, kemudian pengecekan bohlam yang digunakan di ruangan pemeliharaan. Secara aktual penggunaan garam di Desa Sukamandijaya ini didasarkan pada jumlah bak yang dimiliki dan tidak memperhitungkan volume bak. Jumlah garam yang diberikan oleh para pembudidaya di Desa Sukamandijaya sangat beragam, berkisar 1-4 bungkus/bak. Garam yang digunakan adalah garam dapur dengan bobot 150 gram/bungkus. Dengan demikian korelasi antara penggunaan garam dan volume bak tidak teratur, karena para pembudidaya menggunakan garam berdasarkan pengalaman. Salinitas media pemeliharaan larva di Desa Sukamandijaya berkisar antara 0,47-1,03 ppt. Menurut hasil penelitian Indahati (2001) salinitas yang sesuai untuk larva ikan patin adalah 3 ppt.

(18)

8

dimiliki dan berdasarkan pengalaman. Dengan demikian terdapat korelasi yang tidak teratur antara jumlah larva yang ditebar dengan volume bak pembudidaya.

Secara aktual padat tebar minimal di Desa Sukamandijaya ini 15 ekor/liter dan maksimal 47 ekor/liter. Adapun banyaknya larva yang ditebar rata-rata secara keseluruhan adalah 24+7,5 ekor/liter. Pembudidaya di Desa Sukamandijaya ini jika digolongkan berdasarkan padat tebar memelihara larva tergolong kepada semi intensif. Perbandingan padat tebar disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan padat tebar larva ikan patin

Uraian Padat Tebar Keterangan

Aktual 24 ekor/liter Tanpa resirkulasi

Badan Standardisasi Nasional (2000) 40 ekor/liter Tanpa resirkulasi

Nurhamidah (2007) 60 ekor/liter Resirkulasi

Lama pemeliharaan pendederan I dari larva hingga ukuran 1 inci ini berkisar 21-28 hari bergantung dari tingkat pertumbuhan benih. Selama proses pemeliharaan berlangsung tentunya juga diperlukan pengelolaan kualitas air agar larva terhindar dari penyakit. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan melakukan pergantian air yang dilakukan ketika larva telah berumur 3 hari. Pergantian air dilakukan secara bertahap, mulai dari pergantian air 10% hingga pergantian air 80% seiring dengan bertambahnya umur benih sebanyak satu kali setiap harinya. Hal ini dilakukan untuk menghindari stres pada larva/benih akibat pergantian air dengan volume yang terlalu besar sehingga harus dilakukan secara bertahap.

Pakan yang diberikan pada larva ikan patin hingga berukuran 1 inci adalah artemia, cacing, dan pelet sebagai pakan tambahan. Larva diberi pakan artemia selama 3 hari. Para pembudidaya di Desa Sukamandijaya ini menghabiskan 1-2 kaleng artemia setiap siklusnya. Jumlah artemia yang diberikan tidak diperhitungkan sesuai dengan jumlah larva yang ditebar namun hanya berdasarkan pengalaman sehingga terjadi korelasi yang tidak teratur antara jumlah larva yang ditebar dengan penggunaan artemia. Idealnya 1 kaleng artemia (425 gram) adalah diberikan untuk 100.000 ekor larva sampai larva diberi pakan cacing. Setelah pemberian pakan artemia selanjutnya larva diberi pakan cacing sutra yang telah dicincang halus. Sama halnya dengan pemberian artemia, pemberian pakan cacing ini juga tidak diperhitungkan sesuai dengan jumlah benih namun hanya berdasarkan pengalaman sehingga terjadi korelasi yang tidak teratur antara jumlah benih dengan jumlah cacing yang diberikan. Pelet diberikan sekitar 2-3 hari sebelum benih dipanen agar benih sudah bisa beradaptasi terhadap kondisi lingkungan.

(19)

9 Benih yang terserang penyakit dubur merah memiliki gejala-gejala seperti gerakan yang tidak normal, berenang lambat, sirip rusak, tukak atau borok yang ditandai dengan luka pada kulit dan otot, exophtalmus (mata menonjol), serta pembengkakan rongga perut oleh cairan (Sa’diyah 2006), sedangkan benih yang terserang penyakit angsang memiliki gejala-gejala seperti benih berenang dengan posisi terbalik (punggung di bawah dan perut di bagian permukaan air), perut menggembung berisi udara, dan gerakan berenang berputar-putar tidak menentu. Penyakit ansang ini diduga disebabkan karena pada saat pemberian pakan cacing yang dicacah, cacing akan mati dan cepat membusuk. Cacing cacah yang membusuk ini akan meningkatkan jumlah bakteri yang tumbuh. Pembusukan oleh bakteri ini akan menghasilkan gas yang menyebabkan perut benih menjadi menggembung akibat berisi udara.

Setelah benih mencapai panjang baku 1 inci (2,54 cm) maka selanjutnya dilakukan proses pemanenan. Pemanenan ini dapat dilakukan kapan saja bergantung pada permintaan pembeli. Benih dipasarkan oleh pembudidaya dengan dua cara, yaitu melalui pengumpul dengan harga Rp 75,00/ekor dan memasarkan sendiri dengan harga jual Rp 80,00/ekor.

Kinerja Produksi

Selama penelitian dilakukan pengukuran parameter kinerja produksi yang meliputi: panjang total dan panjang baku benih, serta bobot benih. Grafik pertumbuhan panjang total dan panjang baku ikan patin dari ukuran larva hingga berumur 21 hari disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Grafik pertumbuhan panjang total dan panjang baku benih ikan patin Berdasarkan Gambar 2 diatas maka terlihat bahwa waktu pemeliharaan dan pertumbuhan panjang benih sangat berkorelasi. Semakin lama pemeliharaan maka panjang total dan panjang baku benih semakin bertambah. Nilai korelasi antara waktu pemeliharaan dengan panjang total adalah 0,960 yang berarti 96% waktu pemeliharaan mempengaruhi panjang total. Begitu juga nilai korelasi antara waktu pemeliharaan dengan panjang baku adalah 0,951 yang berarti 95,1% waktu pemeliharaan mempengaruhi panjang baku. Selain itu, juga diketahui bahwa pada hari ke-21 (minggu ketiga) beberapa benih ikan patin telah mencapai ukuran panjang total 1 inci (2,54 cm), sementara untuk panjang baku 1 inci baru dicapai

(20)

10

pada saat benih berumur lebih dari 21 hari. Benih yang dipanen di Desa Sukamandijaya ini adalah benih yang telah mencapai ukuran panjang baku 1 inci (2,54 cm). Apabila pada minggu kedua atau ketiga telah terdapat benih yang berukuran panjang baku 1 inci maka dilakukan pemanenan namun pemanenan ini bersifat parsial atau sebagian saja. Grafik pertumbuhan bobot dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik pertumbuhan bobot benih ikan patin

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa waktu pemeliharaan dan pertumbuhan bobot benih berkorelasi kuat (90,9%). Benih ikan patin mengalami peningkatan bobot yang signifikan dimulai pada hari ke-8 hingga hari ke-21 membentuk garis eksponensial. Benih ikan patin pada hari ke-14 dan hari ke-21 memiliki rentang bobot yang sangat jauh antara satu ikan dengan ikan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena tingginya keragaman benih ikan patin pada minggu kedua sehingga para pembudidaya di Desa Sukamandijaya melakukan

grading pertama kali setelah lama pemeliharaan 2 minggu. Hal ini juga didukung dengan grafik keragaman yang tercantum dalam Gambar 4.

Terlihat bahwa pada hari ke-14 panjang total benih memiliki keragaman yang tinggi dibandingkan pemeliharaan sebelumnya yaitu berkisar antara 7-9% (Gambar 4). Begitu pula dengan bobot benih, pada hari ke-14 memiliki keragaman yang tinggi dibandingkan pemeliharaan sebelumnya yaitu berkisar 32-33% (Gambar 4). Oleh karena itu, para pembudidaya di Desa Sukamandijaya melakukan grading pertama kali pada hari ke-14. Terlihat bahwa setelah dilakukan grading, keragaman panjang dan bobot pada hari ke-21 mengalami penurunan. Para pembudidaya melakukan grading sebelum dilakukan pemanenan sebanyak 3 kali. Grading pertama dilakukan pada saat benih berumur 14 hari atau pada saat benih memiliki keragaman yang tinggi. Grading ini dilakukan untuk memisahkan benih yang berukuran kecil, sedang, dan besar sehingga benih-benih ini dapat tumbuh dengan maksimal karena dapat memanfaatkan pakan dengan baik.

Kegiatan grading pertama dilakukan dengan menggunakan waring yang memiliki lubang-lubang berukuran kecil. Para pembudidaya di daerah lain melakukan grading pertama ini dengan menggunakan bak grading 0/1 yaitu memisahkan ikan yang berukuran kurang dari 1 cm dan berukuran 1 cm atau lebih. Hal ini berbeda dengan para pembudidaya di Desa Sukamandijaya yang menggunakan waring kecil. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

(21)

11 luka pada bagian tubuh ikan yang dapat menyebabkan ikan terserang penyakit. Selanjutnya pada hari ke-21 dilakukan grading kedua dengan menggunakan bak

grading 1/2 untuk memisahkan ikan yang berukuran kurang dari 2 cm dan berukuran 2 cm atau lebih. Kemudian grading terakhir dilakukan pada saat akan dilakukan pemanenan dengan menggunakan bak grading 2/3 memisahkan ikan yang berukuran kurang dari 3 cm dan berukuran 3 cm atau lebih.

Gambar 4 Grafik keragaman benih patin di Desa Sukamandijaya

Kinerja produksi dari 3 responden di Desa Sukamandijaya dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa lama pemeliharaan ikan patin ukuran 1 inci berkisar 21-28 hari bergantung pada tingkat pertumbuhan benih. Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata sebesar 2,77+0,19 cm, tingkat kelangsungan hidup sebesar 56,04+1,07 %, dan laju pertumbuhan bobot harian sebesar 27,96+1,09 %.

Tabel 2 Kinerja produksi pembudidaya ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya

Kinerja Produksi Pembudidaya

1 2 3

Volume (Liter) 5.940 8.470 6.435

Jumlah benih tebar awal (ekor) 150.000 140.000 200.000

Padat tebar (ekor/liter) 25 17 31

Lama pemeliharaan (hari) 21 28 28

Jumlah panen (ekor) 84.000 80.000 110.000

(22)

12

Analisis Pendugaan Produksi

Penggunaan Faktor Produksi

Produksi merupakan serangkaian kegiatan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Keberhasilan suatu proses produksi dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan hasil pengamatan pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya, faktor internal yang diduga mempengaruhi

ouput yang dihasilkan diantaranya adalah: larva (X1), garam (X2), artemia (X3),

dan cacing (X4). Faktor eksternal terdiri atas cuaca, pH air, dan lain-lain. Pada

penelitian ini yang akan dibahas hanya faktor produksi internal. Faktor eksternal merupakan faktor produksi yang tidak dapat dikendalikan.

Bak pemeliharaan yang digunakan oleh para pembudidaya di Desa Sukamandijaya ini rata-rata memiliki volume 7182 liter dengan kisaran volume bak antara 3188 liter sampai dengan 9860 liter. Volume bak tersebut merupakan hasil penjumlahan keseluruhan bak yang dimiliki para pembudidaya yang digunakan untuk pemeliharaan larva ikan patin hingga ukuran 1 inci. Jumlah larva yang ditebar rata sebanyak 175.000 ekor larva per musim tanam, dengan rata-rata input sebanyak 24 ekor/liter. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2000), padat penebaran yang dapat dilakukan pada budidaya intensif adalah 40 ekor/liter. Hal ini berarti padat penebaran yang dilakukan para pembudidaya masih dapat ditingkatkan lagi. Penggunaan input produksi tertera pada Tabel 3.

Tabel 3 Rata-rata input produksi usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya

No Keterangan Penggunaan input produksi

Rata-Rata input bungkus atau menghabiskan 0,0029 bungkus/liter. Artemia yang digunakan oleh para pembudidaya untuk jumlah larva rata-rata 175.000 adalah 1,4524 kaleng artemia. Kisaran artemia dari masing-masing pembudidaya yakni 1-2 kaleng artemia per siklus tanam dengan rata-rata 0,0002 kaleng/liter. Cacing yang diberikan oleh para pembudidaya berkisar 56,25-125 kg. Cacing yang diberikan rata-rata sebanyak 0,0121 kg/liter.

Analisis Fungsi Produksi

Fungsi produksi menjelaskan adanya hubungan antara variabel dependent

(23)

13 fungsi produksi pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci ini adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least square) diperoleh hasil koefisien regresi yang menggambarkan elastisitas produksi. Data hasil pendugaan tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil pendugaan koefisien regresi dengan metode kuadrat terkecil pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya

Peubah Koefisien Regresi t hitung

Intercept 4,9507 1,9322 Nilai multiple R2 sebesar 0,7573 menunjukkan bahwa nilai tersebut mendekati satu, dapat dikatakan bahwa nilai tersebut berkorelasi positif. Artinya bahwa apabila nilai input dinaikkan maka akan mempengaruhi kenaikan nilai

ouput. Nilai R2 sebesar 0,5735 menunjukkan bahwa dari variabel input (larva, garam, artemia, cacing) menjelaskan variabel ouput (produksi) sebesar 57,35%, sedangkan sisanya (42,65%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model fungsi produksi.

Nilai standar error yang diperoleh dari hasil analisis model kuadrat terkecil sebesar 0,2731 merupakan nilai galat baku dari regresi secara keseluruhan. Nilai Fhitung (5,3786) > Ftabel (3,01), yang menunjukkan bahwa variabel input secara

serentak berpengaruh nyata terhadap variabel ouput. Dengan demikian bahwa persamaan tersebut dapat digunakan sebagai model fungsi produksi dalam analisis selanjutnya.

Analisis Ekonometrik

Hasil analisis ekonometrik (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pada model regresi terpenuhi asumsi normalitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai Y (variabel

(24)

14

multikolinearitas apabila memiliki nilai toleransi lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai toleransi untuk semua variabel lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, hal ini berarti bahwa variabel larva, garam, artemia, dan cacing tidak mengalami multikolinearitas. Menurut Gujarati (2006) apabila suatu data mengalami multikolinearitas maka untuk mengatasinya adalah dengan mengeluarkan variabel dari model, menambah data pengamatan dan contoh baru, ataupun melakukan transformasi variabel yang mempunyai kolinearitas lalu menggabungkan menjadi variabel yang lebih berarti. Nilai toleransi dan VIF dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 5.

Hasil analisis ekonometrik selanjutnya adalah asumsi model regresi homoskedastisitas yang merupakan variasi dari garis regresi yang konstan untuk nilai variabel X. Apabila tidak terjadi variasi diduga mengalami heteroskedastisitas yang merupakan adanya ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mengetahui heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatter plot, terdapat pola tertentu pada hasil scatterplot

atau tidak ada pola (Lampiran 3).

Pada Lampiran 3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak mengikuti pola tertentu. Hal ini membuktikan bahwa model regresi pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya tidak mengalami heteroskedastisitas dan layak digunakan untuk analisis pendugaan fungsi produksi. Selain itu, pada analisis ekonometrik ini juga diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,829. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Suatu model regresi bebas dari autokorelasi apabila nila Durbin-Watson berada diantara -2 sampai +2. Autokorelasi positif terjadi apabila pada suatu model regresi nilai Durbin-Watson berada dibawah -2 sedangkan autokorelasi negatif terjadi apabila nilai Durbin-Watson berada diatas +2. Autokorelasi terjadi akibat tidak dimasukkannya variabel penting dalam model atau karena data tidak linear. Apabila suatu model mengalami autokorelasi maka model regresi yang seharusnya signifikan menjadi tidak layak untuk digunakan.

Tabel 5 Nilai Toleransi dan VIF untuk setiap variabel input

No Keterangan Collinearity Statistics

Suatu fungsi produksi dikatakan layak atau tidak diketahui dengan melakukan analisis kriteria ekonomi. Tanda positif pada penggunaan input

menunjukkan bahwa ouput dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah input. Berdasarkan analisis kuadrat terkecil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa koefisien yang bertanda positif adalah variabel X1 (larva) sebesar 0,3395, X3 (artemia)

(25)

15 dilakukan peningkatan pada variabel tersebut maka akan mempengaruhi ouput

sesuai dengan besarnya koefisien yang dimiliki. Koefisien yang bertanda negatif adalah X2 (garam) sebesar -0,0018 menunjukkan bahwa jika dilakukan

penambahan pada variabel tersebut maka akan mengurangi ouput yang dihasilkan sesuai dengan besarnya koefisien yang dimiliki.

Nilai elastisitas produksi menunjukkan persentase perubahan, yang berarti bahwa perubahan input akan mengakibatkan perubahan ouput. Nilai elastisitas pada variabel X1 (larva) sebesar 0,3395 dapat diartikan bahwa apabila terdapat

penambahan larva sebanyak 1 satuan dengan asumsi input yang lain tetap (ceteris paribus) maka ouput akan meningkat sebanyak 0,3395 satuan. Nilai elastisitas X3

(artemia) dan X4 (cacing), masing-masing sebesar 0,0723 dan 0,6241 berarti

bahwa apabila ada panambahan pada masing-masing input produksi tersebut sebanyak 1 satuan dengan asumsi input yang lain tetap (ceteris paribus) maka

ouput masing-masing akan meningkat sebanyak 0,0723 dan 0,6241.

Analisis return to scale (RTS) merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui usaha pendederan ikan patin ini berada pada kondisi increasing,

constant, atau decreasing return to scale. Kondisi skala usaha ini dapat diketahui dengan cara menjumlahkan besaran elastisitas pada fungsi produksi. Hasil penghitungan penjumlahan elastisitas pada variabel X1 (larva), X2 (garam), X3

(artemia), dan X4 (cacing) adalah sebesar 1,0341. Hal ini menunjukkan bahwa

usaha pendederan ikan patin ini dalam kondisi increasing return to scale yang berarti penambahan proporsi input produksi akan meningkatkan penambahan proporsi ouput. Dengan demikian, usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci ini masih berpeluang ditingkatkan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Analisis Optimalisasi Penggunaan Input

Penggunaan input produksi yang optimal pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan ouput yang optimal. Data secara lengkap mengenai hasil penghitungan untuk nilai produksi marginal (NPM), rasio NPM dengan harga

input serta input dan ouput yang optimal pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya dapat dilihat pada Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6, harga rata-rata untuk ouput adalah Rp 79,00, harga rata-rata untuk larva Rp 5,00, artemia Rp 529.762,00, dan cacing Rp 8.000,00. Soekartawi (1994) menyatakan bahwa penggunaan faktor produksi akan efisien apabila rasio antara NPM dan Pxi sama dengan satu (NPM/Pxi = 1). Jika rasio ini

lebih besar dari satu, maka penggunaan faktor produksi (input) belum efisien dan masih dapat ditingkatkan. Sementara apabila rasio ini kurang dari satu, maka penggunaan faktor produksi (input) sudah tidak efisien dan harus dikurangi.

Berdasarkan Tabel 6, diperoleh nilai rasio antara NPM dan Pxi untuk larva

adalah sebesar 3,2809, untuk artemia adalah 1, dan untuk cacing adalah 7,5960. Agar penggunaan input efisien dan dapat menghasilkan ouput yang optimal, maka penggunaan larva perlu ditingkatkan hingga jumlahnya mencapai 80 ekor/liter dari kondisi aktualnya 24 ekor/liter. Penggunaan cacing juga perlu ditambah dari 0,0121 kg/liter menjadi 0,0919 kg/liter. Namun pada penggunaan artemia nilai rasio antara NPM dan Pxi sama dengan satu sehingga penggunaan input ini tetap

(26)

16

input produksi yang optimal ini diterapkan, dimulai dari padat tebar secara aktual 24 ekor/liter menjadi optimal sebanyak 80 ekor/liter maka ouput yang dihasilkan juga akan mengalami peningkatan. Dengan asumsi tingkat kelangsungan hidup 62,45% maka ouput yang dihasilkan akan mengalami peningkatan dari 15 ekor/liter menjadi 50 ekor/liter setiap musim tanam per tahun.

Tabel 6 Nilai NPM, input dan ouput yang optimal, serta nilai rasio NPM dan

Berdasarkan analisis Cobb-Douglas padat tebar yang optimal adalah 80 ekor/liter sementara Badan Standardisasi Nasional (2000) menyatakan bahwa padat tebar yang optimal untuk larva adalah 40 ekor/liter. Nurhamidah (2007) menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian padat tebar yang optimal untuk larva adalah 60 ekor/liter. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Irliyandi (2008) menyebutkan bahwa padat tebar yang optimal untuk produksi patin ukuran 1 inci up adalah 90 ekor/liter. Peningkatan padat penebaran akan menganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis sehinggga pemanfaatan makanan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup mengalami penurunan (Wedemeyer 1996). Penelitian Irliyandi (2008) dengan padat tebar 90 ekor/liter menghasilkan kelangsungan hidup 94,91%, pertumbuhan panjang mutlak 2,09 cm, laju pertumbuhan bobot harian 9,48%, serta efisiensi pakan 38,01%. Hal ini berarti pada kepadatan 90 ekor/liter fisiologis ikan belum terganggu. Namun demikian sistem produksi tersebut harus menggunakan sistem resirkulasi sehingga kualitas air lebih dapat dikontrol dengan kandungan oksigen terlarut yang cukup tinggi (3,68-5,72 mg/L) serta kerja filtrasi yang dapat mengurangi bahan organik pada media pemeliharaan seperti yang diterapkan oleh Irliyandi (2008).

(27)

17 menyebabkan kematian pada larva. Kelarutan oksigen merupakan faktor pembatas dalam budidaya ikan secara intensif. Keberhasilan budidaya bergantung pada cara mengatasi kelarutan oksigen yang rendah. Pada kepadatan yang tinggi konsentrasi oksigen akan berkurang karena meningkatnya proses respirasi dan oksidasi bahan organik. Kandungan oksigen terlarut dapat dijaga dengan melakukan pergantian air secara rutin setiap hari. Proses pencucian cacing harus benar-benar diperhatikan sebelum cacing diberikan ke larva, karena proses pencucian yang tidak sempurna akan menyebabkan kualitas air pemeliharaan cepat menurun.

Analisis Usaha

Hasil analisis usaha pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 tidak terdapat adanya peningkatan dari biaya investasi dan biaya tetap yakni sebesar Rp 8.289/liter dan Rp 1.551/liter, namun terjadi peningkatan pada biaya variabel yaitu sebesar Rp 3.605/liter menjadi Rp 12.027/liter pada kondisi optimal. Dengan musim tanam sebanyak 8 kali per tahun pada 12 bak maka keuntungan yang diperoleh pada kondisi aktual Rp 4.409/liter meningkat pada kondisi optimal menjadi Rp 17.804/liter.

Tabel 7 Kenaikan biaya variabel, penerimaan dan keuntungan usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci per liter kondisi aktual dan optimal

Uraian Kondisi

Aktual (liter) Optimal (liter) Kenaikan (%)

Investasi (Rp) 8.289 8.289 100

Hasil analisis pendapatan usaha pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya tercantum dalam Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 untuk usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya memiliki perbedaan biaya baik pengeluaran maupun keuntungan yang diperoleh oleh pembudidaya. Penambahan modal untuk kondisi optimal adalah sebesar Rp 60.482.999/tahun dari kondisi aktual sebesar Rp 37.030.861/tahun menjadi Rp 97.513.860/tahun. Keuntungan yang diperoleh juga meningkat dari kondisi aktual sebesar Rp 31.664.139/tahun menjadi Rp 127.867.521/tahun.

(28)

18

R/C lebih dari satu menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Menurut Hepher dan Pruginin (1981) peningkatan kepadatan ikan akan meningkatkan total produksi dan menurut Islam et al., (2006) peningkatan tersebut menurunkan biaya produksi per unit, sehingga nilai R/C meningkat seiring peningkatan padat tebar.

Tabel 8 Analisis pendapatan usaha (laba rugi)

No Uraian Kondisi Perubahan (%) Aktual Optimal

A Total Penerimaan (Rp) 68.695.000 225.381.381 +328 B Pengeluaran (Per Tahun)

Biaya Tetap (Rp) 11.139.017 11.139.017 +100 Biaya Variabel (Rp) 25.891.845 86.374.844 +334 Total Pengeluaran (Rp) 37.030.861 97.513.860 +263 C Keuntungan (Rp) 31.664.139 127.867.521 +404 D Analisis Usaha

R/C 1,86 2,31 +125

Break Even Point (Rp) 17.877.064 18.060.496 +101

Break Even Point (ekor) 227.526 229.861 +101

HPP (Rp) 42 34 -80

Pay Back Period (Tahun) 1,88 0,47 -25

Sumber: Data Primer 2012

Pada kondisi aktual nilai break even point (BEP) usaha pendederan ikan patin 1 inci di Desa Sukamandijaya ini sebesar Rp 17.877.064 (Tabel 8), artinya pada kondisi tersebut pembudidaya tidak akan mengalami keuntungan ataupun kerugian. Nilai BEP untuk kondisi optimal adalah sebesar Rp 18.060.496. Untuk nilai BEP berdasarkan volume penjualan dalam bentuk ekor secara aktual diperoleh nilai 227.526 ekor sedangkan pada kondisi optimal adalah sebesar 229.861 ekor dan nilai ini menunjukkan batas impas penjualan (Tabel 8).

(29)

19

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Lama pemeliharaan ikan patin ukuran 1 inci berkisar 21-28 hari, pertumbuhan panjang mutlak rata-rata ikan patin sebesar 2,77+0,19 cm, tingkat kelangsungan hidup sebesar 56,04+1,07%, dan laju pertumbuhan bobot harian sebesar 27,96+1,09 %. Grading pertama kali dilakukan pada saat benih patin berumur 14 hari karena tingginya koefisien keragaman panjang (7-9%) dan bobot (32-33%). Pendugaan efisiensi penggunaan input didapatkan input yang optimal adalah 80 ekor/liter untuk larva dan 0,0919 kg/liter untuk cacing. Analisis usaha pendederan ikan patin 1 inci pada kondisi optimal adalah R/C 2,31, break even point sebesar Rp 18.060.496 dan 229.861 ekor, harga pokok penjualan Rp 34,00/ekor dan pay back period 0,47 tahun. Peningkatan input produksi ini meningkatkan biaya variabel sebesar 334% namun keuntungan pembudidaya meningkat menjadi Rp 17.804/liter atau meningkat sebesar 404%.

Saran

Penggunaan input produksi sebaiknya digunakan seoptimal mungkin untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Sebaiknya perlu ada peningkatan padat tebar benih secara bertahap dari 24 ekor/liter menjadi 80 ekor/liter yang disesuaikan dengan teknologi budidaya yang dikuasai oleh pembudidaya, terutama pengelolaan air dan pakan yang efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2000. Produksi Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) Kelas Benih Sebar (SNI: 01-6483,4-2000). Jakarta (ID). BPBAT [Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar] Subang. 2012. Profil Balai

Pengembangan Budidaya Air Tawar [BPBAT] Subang. Subang (ID).

Data Potensi Desa. 2011. Pendataan Profil Desa/Kelurahan Sukamandijaya Kabupaten Subang. Subang (ID).

Diskanlut [Dinas Perikanan dan Kelautan]. 2009. Statistik perikanan budidaya [internet]. [diacu 2012 Desember 20]. Tersedia dari: http://diskanlut.jabarprov.go.id/index.php?mod=manageMenu&idMenuKiri =435&idMenu=448.

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Gujarati DN. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Ke-3, Jilid 2. Jakarta (ID):

Erlangga.

(30)

20

Hendriyanto. 2010. Optimalisasi penggunaan input dan analisis finansial pada usaha pembesaran udang windu Penaeus monodon di Desa Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commersial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel. New York: John Willey and Sons.

Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Netherland (NL): Wageningen Agricultural University Press.

Indahati BIA. 2001. Pengaruh glukosa konsentrasi 6 g/L dalam media pada berbagai salinitas terhadap kinerja pertumbuhan larva ikan patin (Pangasius hypophthalmus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Irliyandi F. 2008. Pengaruh padat penebaran 60, 75, dan 90 ekor/liter terhadap produksi ikan patin Pangasius hypophthalmus ukuran 1 inci up (3 cm) dalam sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Islam MS, Rahman M, Tanaka M. 2006. Stocking density positively influences

the yield and farm profitability in cage aquaculture of sutchi catfish,

Pangasius sutchi. Journal of applied Ichtyology. 22(5): 441-445.

KKP [Kementerian Kelautan Perikanan]. 2011. Produksi rumput laut lampaui target [internet]. [diacu 2012 Mei 18]. Tersedia dari: http://www.kkp.go.id/index.php/ archives/ c/34/3934/ produksi-rumputlaut-lampaui-target/.

Nurhamidah D. 2007. Pengaruh padat tebar pada kinerja pertumbuhan benih ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dengan sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Butt Design & Printing.

Sa’diyah. 2006. Pemanfaatan buah mahkota dewa Phaleria macrocarpa untuk pencegahan infeksi penyakit MAS Motile Aeromonad Septicaemia ditinjau dari gambaran darah ikan patin Pangasionodon hypophthalmus [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Saparinto, C. 2009. Budidaya Ikan di Kolam Terpal. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta (ID): LP3ES. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Cobb-Douglas. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo. 258 hlm.

Steel GD, Torrie JH. 1981. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Trobos. 2011. Produksi patin masih terganjal pasar [internet]. [diacu 2012 Desember 20]. Tersedia dari: http://www.trobos.com/ show_article.php? rid=12&aid=2955.

(31)

21 Lampiran 1 Wadah pemeliharaan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya

(a) Bak beton (b) Bak bambu (c) Bak fiber

Lampiran 2 Grafik Normal P-Plot Regression Of Ouput

(32)

22 Lampiran 4 Hasil pendugaan fungsi produksi dengan metode kuadrat terkecil

SUMMARY OUPUT Regression Statistics

Multiple R 0.7573

R Square 0.5735

Adjusted R Square 0.4669

Standard Error 0.2731

Observations 21

ANOVA

Df SS MS F Significance F

Regression 4 1.6041 0.4010 5.3786 0.0061

Residual 16 1.1929 0.0746

Total 20 2.7971

Coefficients

Standard

Error t Stat Lower 95% Upper 95%

Intercept 4.9507 2.5622 1.9322 -0.4808 10.3823 X Variable 1 0.3395 0.3376 1.0055 -0.3763 1.0553 X Variable 2 -0.0018 0.1522 -0.0119 -0.3244 0.3208 X Variable 3 0.0723 0.1935 0.3738 -0.3378 0.4825 X Variable 4 0.6241 0.3566 1.7502 -0.1318 1.3800

Lampiran 5 Contoh perhitungan input produksi optimal LnY= a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4

= 4,9507 + 0,3395 Ln X1– 0,0018 Ln X2 + 0,0723 Ln X3 + 0,6241 Ln X4

= 4,9507 + 0,3395 Ln X1– (0,0018.-5,9083) + 0,0723 Ln X3 + 0,6241 Ln X4

= 4,9614 +0,3395 Ln X1 + 0,0723 Ln X3 + 0,6241 Ln X4

Transformasi dengan ketentuan given, maka bentuk persamaannya menjadi Y = 142,7990. X10,3395 . X30,0723 . X40,6241

Optimalisasi ; Xi = bi . Py. Y Pxi

X1(larva) = 0,3395 . 79 . 14,9848 = 79,9450

5

X3(artmemia) = 0,0723 . 79 . 14,9848 = 0,0002

529.762

X4(cacing) = 0,6241 . 79 . 14,9848 = 0,0919

8.000

(33)

23 NPM X1(larva) =0,3395 . 79 . 14,9848 = 16,4045

24,3668

NPM X3(artemia) =0,0723 . 79 . 14,9848 = 421.081,5299

0,0002

NPM X4(cacing) = 0,6241 . 79 . 14,9848 = 60.767,7187

0,0121 Tingkat Ouput optimal

Y = 142,7990. X10,3395 . X30,0723 . X40,6241

Y = 142,7990. X10,3395 . X30,0723 . X40,6241.

= 142,7990. 79,94950,3395 . 0,00020,0723. 0,09190,6241 = 142,7990. 4,4260. 0,5314. 0,2253

= 75,6905

Skala usaha = b1 + b2+ b4+ b5 +b6

= b1(larva) +b2(garam) + b3(artemia) + b4(cacing)

(34)

24

Lampiran 6 Analisis usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci pada kondisi aktual dan optimal tahun 2012

Benih patin ukuran 1 inci 874.300 68.695.000 2.868.490 225.381.381

(35)

25 Lampiran 7 Perhitungan analisis usaha pada kondisi aktual dan optimal pada usaha pendederan ikan patin ukuran 1 inci di Desa Sukamandijaya

Analisis Usaha pada Kondisi Aktual dalam Setahun Keuntungan = TR – TC

= Rp 68.695.000 – Rp 37.030.861 = Rp 31.664.139

R/C = TR/TC

= Rp. 68.695.000/ Rp. 37.030.861 = 1,86

BEP Produksi (Rp) =

-

= Rp 11.139.017

1- Rp. 25.891.845/Rp. 68.695.000 = Rp 17.877.064

BEP Volume (ekor) =

-

= Rp. 11.139.017 Rp.79-Rp.29,61

= 227.526 ekor

HPP =

=

= Rp 42,00

PP = Total Investasi/Keuntungan x 1 tahun = Rp. 59.534.000/Rp. 31.664.139 x 1 tahun = 1,88 tahun

Analisis Usaha pada Kondisi Optimal dalam Setahun Keuntungan = TR - TC

= Rp 225.381.381 – Rp 97.513.860 = Rp 127.867.521

R/C = TR/TC

(36)

26

BEP Produksi (Rp) =

-

= Rp. 11.139.017

1-Rp. 86.374.844/Rp. 225.381.381

= Rp. 18.060.494

BEP Volume (ekor) =

= Rp. 11.139.017 Rp. 79-Rp. 30,11

= 229.861 ekor

HPP =

=

= Rp 34,00

(37)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Perawang, Riau pada tanggal 10 Februari 1991 dari Bapak Ropiadi dan Ibu Ilen. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara (Mayolla Adha Rolin, Nadia Rolin). Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SDS YPPI 071, SMPN 1 Tualang, SMAN 1 Tualang, dan diterima di IPB melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) Dinas Pendidikan Kabupaten Siak Sri Indrapura tahun 2009 pada program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan diberbagai organisasi intra maupun ekstra kampus. Kegiatan tersebut diantaranya adalah Bendahara Umum di Forum Keluarga Muslim FPIK (FKMC), Bendahara Divisi PSDM Himpunan Mahasiswa Akuakultur, dan Anggota Pelopor Training Dasar Organisasi (TDO) Alumni SMAN 1 Tualang. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Akuakultur (2011) dan Dasar-dasar Mikrobiologi (2011 & 2012). Penulis juga pernah magang di Balai Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara (2011), dan Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar Subang (2012). Penulis juga mengikuti kegiatan praktik lapangan di Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar Subang pada bulan Juli-Agustus 2012.

Gambar

Gambar 1  Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang
Gambar 4  Grafik keragaman benih patin di Desa Sukamandijaya

Referensi

Dokumen terkait

Hukum Perdata, Hukum Perusahaan, Hukum Perbankan dan Investasi, Hukum Perlindungan Konsumen, Hukum Perdagangan, Hukum Property, Hukum Pertanahan, Hukum

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pelatihan burpee interval training lebih baik dalam meningkatkan kebugaran kardiorespirasi daripada latihan aerobik

Relasi ini digunakan apabila terdapat dua atau lebih aktor melakukan hal yang sama (use case yang sama). Use case tersebut kemudian dipisahkan dan dihubungkan dengan

Pemberitaan yang disajikan Kompas juga lebih bersifat langsung (Straight news) dan memperlihatkan pengelolaan pemerintah terkait pariwisata, dibandingkan dengan media

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Oman Sukmana, M.Si selaku Kepala Jurusan Program Studi Kesejahteraan sosial sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dukungan serta motivasinya

yang terjadi akibat gesekan antara drillstring dan formasi. Sumur X-01 merupakan sumur vertikal pada lapangan X yang akan dilakukan pemboran horizontal re-entries dengan membuat

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) data pretes sebelum pembelajaran yang bertujuan untuk mengelompokkan siswa sesuai kelompok kognitif, (2) data kinerja