• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis gejala dan faktor pemicu depresi korban perdagangan perempuan (women trafficking) : studi kasus klien counter trafficking unit Internasional organization for migration (CTU IOM RS. Polri Sukanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis gejala dan faktor pemicu depresi korban perdagangan perempuan (women trafficking) : studi kasus klien counter trafficking unit Internasional organization for migration (CTU IOM RS. Polri Sukanto"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GEJALA DAN FAKTOR PEMICU DEPRESI

KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN

(

WOMAN TRAFFICKING

)

STUDI KASUS KLIEN COUNTER TRAFFICKING UNIT

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION

(CTU IOM) RS. POLRI SUKANTO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Disusun oleh:

Agustino Riyawati

103054128819

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ANALISIS GEJALA DAN FAKTOR PEMICU DEPRESI

KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN

(

WOMEN TRAFFICKING

)

STUDI KASUS KLIEN COUNTER TRAFFICKING UNIT

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION

(CTU IOM) RS. POLRI SUKANTO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Disusun oleh:

Agustino Riyawati

103054128819

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 10 Maret 2008

(4)

ANALISIS GEJALA DAN FAKTOR PEMICU DEPRESI

KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN (WOMEN TRAFFICKING) STUDI KASUS KLIEN COUNTER TRAFFICKING UNIT

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION (CTU IOM) RS. POLRI SUKANTO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah & Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam

Oleh :

Agustino Riyawati NIM : 103054128819

Di Bawah Bimbingan

Ismet Firdaus, M. Si NIP :

KONSENTRASI KESEJAHTERAAN SOSIAL JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(5)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "Analisis Gejala dan Faktor Pemicu Depresi Korban Perdagangan Perempuan (Women Trafficking); Studi Kasus Klien Counter Trafficking Unit International Organization for Migration (CTU IOM) RS. POLRI Sukanto" telah diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat meraih Strata Satu (S-1) Sarjana Ilmu Sosial Islam pada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 24 Maret 2008

Panitia Ujian Munaqosyah

Ketua Sekretaris

Dr..Murodi, M A Rubiyanah, MA NIP. 150254102 NIP. 150286373

Penguji I Penguji II

Dra. Hj. Elidar Husein, MA Nurul Hidayati, S. Ag, M. Pd NIP. 150102402 NIP. 150277649

Pembimbing,

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala karunia besar-Nya kepada kita semua, penggenggam setiap kejadian, pengangkat setiap kemuliaan, dan penyempurna kebahagiaan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, sebagai hamba pilihan yang membimbing umatnya untuk menemui jalan Tuhan-nya, dan seluruh keluarga, sahabat serta umat-Nya sepanjang zaman.

Dengan rasa puji syukur penulis panjatkan ke hadirat-Nya dengan sifat Rahman, Rahim-Nya serta meyakini bahwa Allah SWT memiliki kuasa di atas keinginan hamba-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, memberikan dorongan serta motivasinya, diantaranya :

1. Alhamdulillah, syukur kupanjatkan karena dilahirkan dari rahim yang terkasih Ibunda Suti Rahayu dan Ayahanda Kuncoro, Terima kasih atas darah, keringat serta untaian doa-doa kebaikan kala siang maupun malam untuk anakmu ini. Hanya Allah yang dapat membalas dengan sebaik-baiknya balasan (Syurga). 2. Adik-adikku tersayang Yudha Andilla dan Yusuf Wicaksono yang telah

banyak memberikan dukungan moril maupun materil juga semangatnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak DR. H. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Helmi Rustandi, MA, selaku Ketua Konsentrasi Kesejahteraan Sosial atas arahan dan petunjuk dalam skripsi ini.

5. Bpk Ismet Firdaus, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuknya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Penguji yaitu Dra. Hj. Elidar Husein, MA, Dra. Nurul

(7)

7. Para Dosen dan juga staf akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan kepada penulis selama di kampus tercinta ini. Tak lupa kepada Kak Ari yang telah memberikan bantuan arahan demi kelancaran sidang skripsi ini. 8. dr. Teresa Zakaria, selaku pimpinan Counter Trafficking Unit International Organization for Migration (CTU IOM) RS. POLRI Sukanto. Terima kasih atas dukungan, kesempatan juga pengalaman yang telah diberikan kepada penulis selama berada di CTU IOM RS. POLRI Sukanto.

9. Ibu Suryantini selaku psikolog CTU IOM yang telah membantu memberikan dukungan, arahan, informasi dan data yang dibutuhkan oleh penulis.

10.Mba Eka Lenggang Dianasari, S. Sos, M.Si, Mba Ana Sakreti, M.Si, Mbak Ribka Pittaria, Mas Yeremias Wutun selaku pekerja sosial di Counter Trafficking Unit IOM juga Mba Nura yang telah banyak membantu juga memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih atas dukungan, kesempatan juga pengalaman yang telah diberikan kepada penulis selama berada di CTU IOM RS. POLRI Sukanto.

11.Seluruh rekan Volunteer CTU IOM RS. POLRI Sukanto khususnya Mba Mia, Uq, Sarah, Mba Diandini, Mba Lulu, Mba Umi, Mba Nia juga Mba Rina. Terima kasih atas persaudaraannya. Semoga tali silaturahmi ini akan tetap terjaga.

12.Seluruh staf, perawat juga security CTU IOM RS. POLRI Sukanto khususnya Mba Nur, Mba Ani, Mba Ida juga Mba Hani. Terima kasih karena sudah menerima penulis dengan sangat baik.

13.FRIENDSHIP is Forgive, Respect, Invest, Encourage, Nurture, Depend on, Share with, Help for, Inspire and Pray for Each Other. Sahabat dan

(8)

14.Mas Akhsin Muamar yang dengan kesabaran juga perhatiannya senantiasa mendukung penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

15.Asti Nuryandani atas diskusi, buku-buku juga semangat yang ditularkan kepada penulis dan kepada Azra yang telah membantu kelancaran sidang skripsi ini. Terima kasih atas silaturahmi yang baik ini semoga tetap terjaga. Amin....

16.Kepada seluruh sahabat, kerabat dan pihak yang namanya belum tercantum dengan tidak mengurangi rasa hormat dan terimakasih penulis memohon maaf atas segala salah dan khilaf diri selama ini baik lahir maupun batin.

Hanya harapan dan doa semoga pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT. Dan harapan penulis, semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan ilmiah bagi siapa saja yang membutuhkan dan bermanfaat bagi semua pembacanya. Semoga rahmat, kasih sayang dan hidayah Allah SWT senantiasa kita dapatkan. Amin…..

Ciputat, 24 Maret 2008

(9)

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Pembimbing... ii

Lembar Pengesahan Ujian... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... viii

Abstrak ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 11

D. Sistematika Penulisan... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Depresi... 15

1. Definisi Depresi ... 17

2. Gejala Depresi... 18

3. Teori Pemicu Depresi... 20

4. Derajat Depresi ... 22

B. Perdagangan Manusia 1. Definisi Perdagangan Manusia ... 23

2. Tahapan Utama Pengalaman Trafiking ... 25

3. Faktor Dibelakang Perdagangan Perempuan & Anak 30 4. Daerah Sumber, Transit dan Penerima... 31

5. Faktor-faktor Perdagangan Manusia ... 31

6. Pelaku Perdagangan Manusia (Trafficker) ... 32

7. Pengguna ... 35

8. Teknik Pelaku Perdagangan Manusia ... 36

9. Eksploitasi Perdagangan Manusia & Tenaga Kerja.... 36

C. Penelitian Sebelumnya ... 38

D. Diagram Alur Kerangka Penelitian... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 40

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 40

C. Teknik Pencatatan Data... 42

D. Subyek Penelitian ... 45

E. Teknik Pemilihan Informan... 47

F. Alat Bantu Pengumpulan Data ... 48

G. Teknik Analisis Data... 48

(10)

BAB IV PROFIL LEMBAGA

A. Profil IOM, CTU IOM RS POLRI Sukanto

1. Latar Belakang ... 50

2. Falsafah Lembaga ... 52

3. Wilayah (Letak Geografis) ... 52

4. Sponsor (Funding / Donor ... 52

5. Struktur dan Pembagian Tugas ... 53

6. Pola dan Pendanaan ... 55

7. Peranan Lembaga... 56

8. Hubungan Lembaga dengan Masyarakat ... 61

9. Kedudukan Lembaga dalam Jaringan Lembaga... 61

10.Perangkat Pendukung... 63

11.Program IOM di Indonesia ... 63

12.Sorotan Historis Tentang Operasi IOM di Indonesia. 65 BAB V TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Klien dan Sampling Kasus ... 69

B. Analisis Data 1. Analisis Data dan Pemicu Depresi Intra Kasus... 71

a. Gambaran Kasus Ani………. 72

b. Gambaran Kasus Ijah………. 79

c. Gambaran Kasus Ica………... 87

2. Analisis Data dan Pemicu Depresi Antar Kasus…….. 92

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan………. 104

B. Saran……….. ……. 109

DAFTAR PUSTAKA…... 111

DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Diagram Alur Kerangka Penelitian ... 39

Gambar 2: Grafik Persentase HRS-D ... 71

DAFTAR TABEL Tabel 1: Lokasi Kerawanan Pekerja Migran... 37

Tabel 2: Kerawanan Pada Saat Proses Bekerja ... 38

Tabel 3: Tabel Kerangka dan Jumlah Informan ... 47

Tabel 4: Sorotan Histori Tentang Operasi IOM di Indonesia ... 65

Tabel 5: Data Hamilton Rating Scale for Depression (HRS-D) ... 70

Tabel 6: Gambaran Umum Klien ... 72

(11)

ABSTRAK

Agustino Riyawati

Analisis Faktor Pemicu Depresi Pada Korban Perdagangan Perempuan di CTU IOM RS. POLRI Sukanto

Trafiking manusia tengah muncul dalam agenda global, banyak organisasi internasional, lembaga pemerintah dan LSM yang mengambil peran dalam memerangi ini. Banyak upaya diberikan bagi masalah kesehatan mental dan kesehatan masyarakat terkait dengan trafiking. Begitu banyak aspek kesehatan mental yang dialami oleh korban yang diakibatkan trauma psikologis selama mengalami trafiking. Penghayatan seseorang terhadap pengalaman pahit juga eksploitasi yang diterima, tidak hanya akan menganggu psikologis seseorang, namun juga keberfungsian sosial orang tersebut di kehidupan selanjutnya dalam masyarakat.

Penelitian ini membahas tentang gejala dan faktor pemicu timbulnya gangguan depresi pada korban perdagangan perempuan dan menjelaskan pola langkah penanganannya di Counter Trafficking Unit International Organization for Migration (CTU IOM) RS. POLRI Sukanto.Prosedur pemilihan informan kali ini menggunakan purposive sampling. Adapun karakteristik informan dalam penelitian ini adalah perempuan korban perdagangan manusia (Women Trafficking) yang pernah bekerja di wilayah Malaysia serta mengalami eksploitasi fisik maupun seksual dan teridentifikasi mengalami depresi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yang merupakan klien CTU IOM RS. POLRI Sukanto.) Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah informan yang mengalami depresi bergantung pada berbagai faktor, terutama riwayat personal individual, sejumlah kejadian di masa lampau dan tekanan yang berhubungan dengan proses trafiking. Yang perlu dipertimbangkan yaitu bahwa tidak sedikit orang yang mengalami trafiking telah mengalami pengalaman traumatis dan kejam sebelum mereka mengalami trafiking, yang seringkali terjadi di dalam keluarga atau dalam hubungannya dengan teman lelaki.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perdagangan manusia sudah lama terjadi dalam kehidupan. Dalam al Qur`an surah Yusuf/12: 20, Allah SWT menyitir tentang hal ini: 1

ی !"#

.

Artinya: "Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu

beberapa

dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.".2

Selama ribuan tahun, anak-anak, remaja, perempuan dan lelaki telah menjadi korban trafiking untuk kepentingan seks dan sejumlah tujuan lain. Sekarang ini, trafiking internasional terhadap manusia menjadi sebuah fenomena yang berkembang. Yang mengejutkan, banyak praktek trafiking sekarang ini yang mengikuti jalur trafiking abad pertengahan atau masa Renaissance ketika kaum perempuan dan anak-anak Eropa Timur dimanfaatkan di pasar-pasar budak Eropa Barat. 3

1 M. Quraish Shihab,

Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 6, h. 416-417.

2 Ketika mereka sampai di Mesir, mereka membawanya ke pasar dan pembeli pun mereka

temukan. Setelah tawar menawar dan akhirnya mereka menjualnya dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham yang dapat dihitung dengan jari, yakni sangat murah dan mereka bukanlah orang-orang yang tertarik hatinya kepada Yusuf. Mereka menjualnya dengan harga murah, khawatir orangtuanya/ tuannya menemukannya atau para pembelinya menampakkan ketidaktertarikan agar harga jualnya dapat lebih murah dari yang ditawarkan. Kata (bakhs/murah) pada mulanya berarti kekurangan akibat kecurangan atau penipuan.

3 IOM - International Organization for Migration Budapest

(13)

Tahap trafiking yang diketahui pertama terjadi pada abad pertengahan. Setiap tahun, ribuan perempuan maupun anak-anak dari Prussia (Jerman) Timur, kawasan Ceko, Polandia, Lithuania, Estonia dan Latvia di jual di pasar-pasar budak di Italia dan Prancis Selatan. Begitu pula perempuan dan anak-anak Eropa Timur mengalami trafiking, terutama dari Rusia dan Ukraina, yang dijual di Italia dan Timur Tengah. Selain itu, ada pula yang berasal dari Bosnia, Albania dan Pegunungan Kaukasus. Mereka mengakhiri hari-hari mereka sebagai budak di Italia dan Prancis. Jalur trafiking ke Eropa Barat berhenti saat Kesultanan Ustmaniyah (Ottoman) menaklukkan Konstantinopel (Ibukota Romawi Timur). Negara-negara Eropa Barat kemudian mengalihkan perhatian mereka ke Afrika Barat sebagai sumber budak.

Pada awal abad dua puluh, perhatian tertuju pada perempuan Inggris, yang dipaksa melacur di benua Eropa yang terkenal dengan sebutan "perbudakan kaum kulit putih". Fenomena ini menjadi suatu isu politik pada awal tahun 1900-an. Pada tahun 1902, dibuat rancangan International Agreement for the Suppression of the White Slam Traffic. Tujuannya adalah mencegah penyediaan kaum perempuan dan anak-anak perempuan untuk keperluan tindak asusila di luar negeri.

(14)

mampu mengekspor dan mengeksploitasi barang-barang yang hidup.4. Perempuan dan anak-anak adalah golongan yang paling rentan. Mereka dibeli, dijual, dan diangkut untuk dijual kembali, sebagai pemuas seks dan juga buruh. Sebagian kecil dari mereka, masuk kedalam kegiatan seperti pengemisan, kenakalan, jeratan hutang, kawin palsu, adopsi paksa, atau sebagai korban dari perdagangan organ manusia.5

Allah SWT berfirman dalam al-Qur`an pada surah an-Nuur/24: 33 mengenai hal ini :6

$% &' #

ی(!#

#

) *ی

+,

-.!&,

/ 01ی

!2#

23

ی(!#

) 1&4ی

5 &-#

! ﻡ

6-2ﻡ

- ی7

4ﺕ

-)9

& 2:

/

+ ﺥ

ﺕ <

= ﻡ

!2#

>(!#

ﺕ <

#

-ﺕ

-ﺕ &

.2:

< 14#

)9

) 7

+0?@Aﺕ

1&4&#

B :

A#

? #

! ? -ی

!)C

!2#

! /

9

D %E

,

Artinya: "Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan budak-budsak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, Karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. dan barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu." 7

4 Bezpalcha, R, "Helping Survivors of Human Trafficking", (Ukraina: Winrock International,

2003), dalam IOM - International Organization for Migration Budapest, Pedoman Pelatihan Aspek-Aspek Kesehatan Mental Dalam Trafiking Manusia, (Budapest: IOM Publishing, 2004). h. 24.

5 IOM Council Document MC/INF 270, 11 November 2003, (TT: IOM, 2003), h. 270. 6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an, (Jakarta:

Lentera Hati), 2002, Vol. 9, h. 338-342.

7 Upaya untuk bekerja memerdekakan diri dapat ditempuh dengan berbagai cara, tapi bukan

(15)

Trafiking telah menjadi suatu usaha kriminal yang paling menguntungkan, kerena memiliki hubungan erat dengan sejumlah kegiatan ilegal, seperti pencucian uang, perdagangan obat terlarang, pemalsuan dokumen, dan penyelundupan.8 Departemen Kehakiman AS memperkirakan bahwa setiap tahun, sekitar 700.000 perempuan dan anak-anak dibeli, dijual, diangkut dan dan terperangkap dalam perbudakan guna eksploitasi seks dan eksploitasi tenaga kerja.9

Perdagangan manusia (Trafficking) berarti pengerahan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan orang dengan menggunakan berbagai ancaman atau paksaan, atau bentuk-bentuk lain dari kekerasan, penculikan, penipuan, muslihat, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, juga berupa pemberian atau penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk mendapatkan izin dari orang yang memiliki kendali atas orang lain untuk tujuan eksploitasi.10

Trafiking, menurut ICMC/ACIL tidak hanya merampas hak asasi tapi juga membuat mereka rentan terhadap pemukulan, penyakit, trauma dan bahkan kematian. Pelaku trafiking menipu, mengancam, mengintimidasi dan melakukan tindak kekerasan untuk menjerumuskan korban ke dalam prostitusi. Pelaku trafiking menggunakan berbagai teknik untuk menanamkan rasa takut pada korban supaya bisa terus diperbudak oleh mereka.11

8 UNICEF, Trafficking in Human Beings in Southeastern Europe, (Geneva: Juni 2002), h. 8. 9

Release of 2002 Trafficking in Persons Report Washington, Juni 2002.

10

Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Person, Especially Women and Children (Trafficking Protocol), supplementing the United Nations Convention Against Transnational Organized Crime, 2000 (juga di kenal sebagai Konvensi Palermo).

11 Misra & Rosenberg, "Bentuk-Bentuk Perdagangan Manusia di Indonesia", 2003. dalam

(16)

Indonesia merupakan negara penghasil dan juga negara transit dalam jaringan perdagangan manusia internasional. Korban perdagangan manusia asal Indonesia biasanya diperdagangkan ke Malaysia, Saudi Arabia, Kuwait, Uni Emirat Arab, Hongkong, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Australia. Dalam sejumlah kecil kasus, Indonesia adalah negara tujuan perempuan-perempuan dari RRC, Thailand, Taiwan, Uzbekistan, Belanda, Polandia, Rusia, Venezuela, Spanyol dan Ukraina yang diperdagangkan sebagai pelacur. Di Indonesia sendiri terdapat arus perdagangan manusia yang sangat besar dari desa ke kota dalam rangka seks komersial atau sebagai pekerja kasar yang lain seperti pembantu rumah tangga.

Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia mengajukan tekanan-tekanan hukum untuk melawan perdagangan manusia dan membantu korban-korban di luar negeri, termasuk Tenaga Kerja Indonesia/ Tenaga Kerja Wanita (TKI/TKW) yang diperdagangkan. Di sejumlah propinsi di Indonesia, Pemerintah Daerah setempat membuat rancangan peraturan baru berikut anggarannya dalam program anti perdagangan manusia. Pada tahun 2004, pemerintah melaporkan 141 investigasi kasus terkait trafiking, 51 penuntutanhukum dan 45 dakwaan.12

Banyak kasus trafficking diderita para TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Hal itu terlihat nyata seperti sejumlah korban yang terdapat di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Dalam statusnya sebagai imigran, para korban perdagangan manusia (trafficking) mempunyai resiko mengalami gangguan psikologi lebih besar dibandingkan dengan penduduk asli sebuah negara.

(17)

Dengan meningkatnya feminisasi migrasi sepanjang dasawarsa lalu, kaum perempuan menjadi sangat rentan terhadap trafiking. Bukan saja karena tereksploitasi, namun karena mereka dipertahankan dan diperlakukan dengan kejam dalam kondisi-kondisi yang mendatangkan risiko-risiko besar terhadap kesehatan reproduksi, fisik dan mental. Mereka juga kekurangan informasi tentang bagaimana melindungi diri mereka sendiri terhadap faktor-faktor risiko berikutnya dan memiliki akses yang sangat kecil bahkan tidak memiliki akses sama sekali terhadap pelayanan perawatan kesehatan.

Akibat pengalaman trafiking bersifat sangat merugikan kaum muda. Penyimpangan kronis dapat mempengaruhi perkembangan psikologis seorang anak serta dapat menyebabkan perkembangan kepribadian yang patologis. Pengalaman trafficking tersebut memiliki dampak yang mendatangkan malapetaka potensial atas kapasitas masa depan mereka untuk membangun hubungan-hubungan yang sehat atas dasar rasa saling percaya dan keintiman.13

Westermeyer, Vang dan Neider (1983) menyatakan bahwa sebagian symptom psikiatrik seperti depression (depresi), anxiety (kecemasan), permusuhan, paranoid dan gangguan somatik yang dialami imigran dipengaruhi faktor kebudayaan asal mereka. Menurut mereka variabel pasca imigrasi (post immigration) seperti pengangguran dan jarak yang jauh dengan negara asal mereka berkorelasi yang signifikan dengan masalah-masalah emosional.14

13 Zimmerman,C,Watts,C, 2003, dalam

IOM Counter-Trafficking Handbook, Bab 4: Kesehatan (Health), (New York: IOM, 2003), h. 214-216.

14 Westermeyer,J, dkk, " Migration and Mental Health Among Hmong Refugees: Association of

(18)

Para imigran mengalami kesulitan dalam percobaan untuk mengatasi masalah bahasa dan kebudayaan semasa proses acculturation. Faktor-faktor ini saling terkait dan menghasilkan berbagai gangguan dan masalah sosial. Apabila budaya imigran dengan budaya negara baru memiliki perbedaan yang amat nyata, imigran yang bersangkutan akan mengalami stres yang serius dan beban mental yang berat.15 Korban perdagangan perempuan (woman trafficking) seringkali mengalami trauma yang sangat mendalam dari penderitaan yang dialaminya. Untuk itu perlu kesabaran yang sangat tinggi dalam memberikan penyembuhan terhadap mereka. Bukan hal mudah memberikan terapi dan penyembuhan terhadap si pasien yang menjadi korban trafficking, karena pada umumnya mereka merasa takut untuk didekati, khususnya ketika ditanyakan perihal penyebab kondisi mereka saat ini.

Menurut data statistik yang dikeluarkan oleh CTU IOM RS. POLRI Sukanto, jumlah korban perdagangan manusia yang mengalami gangguan kesehatan mental khususnya depresi adalah 87 % dari total korban yang ditangani oleh lembaga ini.16 Organisasi sosial dapat menjadi one stop services center (layanan terpusat) yang memberikan berbagai jenis pelayanan, informasi, rujukan, manajemen kasus, konseling, kesehatan fisik dan mental, perlindungan dan pelayanan vokasional.. CTU IOM RS. POLRI Sukanto, sebagai salah satu lembaga sosial internasional, memberikan perhatian khusus terhadap permasalahan perdagangan manusia dan berperan aktif memberikan pelayanan kepada korban.

15Ibid, Rogler, Dharma & Malgady, 1991, h. 304. 16 Statistik CTU IOM Jakarta,

(19)

CTU IOM menyediakan one stop crisis center dengan memberikan pelayanan secara integratif, baik berupa pelayanan medis, sosial maupun psikososial hingga tahap pemulangan dan reintegrasi klien. Para pekerja sosial yang bekerja di badan sosial seperti ini, selain harus mempunyai kompetensi multikultural yang akan mempermudah dalam bekerja dengan berbagai klien yang berasal dari latar belakang etnik yang berbeda, mereka pun harus memiliki kemampuan intervensi pada level makro, mezzo maupun mikro yang sejalan dengan program dan pelayanan organisasi di samping itu, dalam menangani klien, organisasi sosial biasanya menerapkan pola kerja tim (team work) bersama orang-orang dari multi-disiplin keilmuan sesuai dengan wewenang dan kapasitasnya.17

Orang-orang yang mengalami trafiking, baik trafiking untuk eksploitasi tenaga kerja, seksual atau bentuk-bentuk eksploitasi lainnya berhadapan dengan sejumlah masalah kesehatan. Selama disekap, mereka mengalami kekerasan fisik, eksploitasi seksual, pelecehan psikologis, kondisi hidup yang buruk dan menderita sejumlah penyakit, yang menimbulkan sejumlah akibat yang berlangsung lama terhadap kesehatan fisik mereka, terutama kesehatan reproduktif, dan kesehatan mental.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul ”Analisis Gejala dan Faktor Pemicu Depresi Pada Korban Perdagangan Perempuan (Women Trafficking) Studi Kasus Counter

Trafficking Unit International Organization for Migration (CTU IOM)

RS.POLRI Sukanto”

17 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis

(20)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Para korban perdagangan perempuan (women trafficking) di antaranya menderita trauma fisik, tekanan jiwa, trauma psikis yang dialami seperti depresi dan anxietas/kecemasan, gangguan tidur, disempowerment/rasa ketidakberdayaan, gangguan makan, ide-ide bunuh diri, gangguan stres paska trauma, schizophrenia, gangguan penggunaan obat/bahan atau mungkin kehilangan pegangan hidup.

Depresi adalah penyakit atau gangguan mental yang sering dijumpai di masyarakat. Penyakit ini menyerang siapa saja tanpa memandang usia, ras atau golongan, maupun jenis kelamin. Namun dalam kenyataannya depresi lebih banyak mengenai perempuan daripada laki-laki dengan rasio 1 : 2.18

Perempuan yang bekerja di sektor domestik, paling rawan untuk mendapatkan perlakuan semena mena. Penyiksaan, pelecehan seksual, dan perkosaan terhadap pembantu rumah tangga. Perempuan dan anak korban trafiking adalah kelompok yang paling rawan mengalami berbagai bentuk penganiayaan, baik secara fisik, emosional maupun seksual. Seringkali mereka tidak mampu keluar dari siklus kekerasan yang menjebaknya.

Penelitian terhadap TKW yang pulang dari bekerja di luar negeri dan di rawat di RS Polri Sukanto, memperlihatkan angka kejadian gangguan jiwa yang cukup tinggi, yaitu; Psikotik 31,7%, Depresi 26,7%, PTSD (Post Traumatic Syndrom Disorder) 11,7%, Anxietas Panik 5% dan Agorafobia 1,7%.19.

18Kaplan HI, Sadock BJ,

Mood Disorder. In Synopsis of Psychiatry. (Baltimore USA: William and Wilkins, 1988), h. 288-303.

19

(21)

Penelitian tersebut juga memperlihatkan kurangnya pengetahuan pekerja migran (korban trafiking) tentang tatacara bermasyarakat dan adat istiadat negeri tujuan kerja, hal ini juga berkorelasi dengan kejadian gangguan jiwa. Hal inilah yang menjadikan mereka sebagai obyek bisnis bagi para pedagang manusia. 20

Sedangkan menurut data statistik CTU IOM pada bulan Maret 2005 hingga Januari 2007, disebutkan bahwa kebanyakan dari korban trafficking mengalami gangguan depresi yakni mencapai 75,5 % lalu disusul dengan gangguan kecemasan (Anxiety) 45 %, perubahan perilaku 21 %, PSTD 18,2 % dan gangguan psikiatrik 14 % (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran).

Data statistik CTU IOM Maret 2005 sampai dengan Januari 2007 menunjukkan bahwa mayoritas bentuk eksploitasi yang diterima korban perdagangan manusia adalah eksploitasi tenaga kerja yakni dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga/ PRT (domestic worker) atau biasa dikenal sebagai buruh migran yang jumlahnya mencapai 51 % dari korban perdagangan manusia yang ditangani lembaga ini.

Dalam statistik ini juga disebutkan bahwa korban trafficking ini mayoritas berjenis kelamin perempuan (woman trafficking) yang mencapai persentase sebesar 89 %. Selain itu karakteristik lain dari subyek penelitian ini adalah perempuan buruh migran/ PRT (domestic worker) yang dipekerjakan di Malaysia yang disebutkan jumlahnya mencapai 1405 orang dalam periode ini. Dalam skripsi ini, penulis hanya akan mengamati faktor pemicu depresi dan akibat perdagangan perempuan.

20

(22)

Penulis akan melakukan pengamatan dari mulai ciri-ciri / gejala depresi, faktor pemicu depresi, dan sekilas tentang langkah penanganan pada korban. Lebih lanjut, penulis hanya akan melakukan pengamatan pada korban perdagangan perempuan (woman trafficking) di Counter Trafficking Unit International Organization for Migration (CTU IOM) RS. POLRI dalam rentang waktu antara Juni 2006 sampai dengan Oktober 2007.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana gambaran CTU IOM RS. POLRI Sukanto dan kliennya ? 2. Bagaimana gambaran kasus depresi ringan, sedang dan berat pada klien

CTU IOM RS. POLRI Sukanto yang bekerja sebagai buruh migran di Malaysia?

3. Bagaimana analisis faktor pemicu dan ciri-ciri (gejala) depresi pada klien korban perdagangan perempuan (Woman Trafficking) yang dieksploitasi dan dipekerjakan sebagai (domestic worker) di Malaysia yang di tangani CTU IOM RS. POLRI Sukanto?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut :

(23)

b. Menjelaskan bagaimana ciri-ciri (gejala) gambaran kasus depresi ringan, sedang dan berat pada klien CTU IOM RS. POLRI Sukanto yang bekerja sebagai buruh migran di Malaysia.

c. Mendeskripsikan faktor pemicu dan juga gejala timbulnya gangguan depresi pada korban perdagangan perempuan (Woman Trafficking) yang bekerja sebagai buruh migran di Malaysia.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

Memberikan tambahan pengetahuan mengenai depresi dan juga faktor pemicunya pada korban pedagangan perempuan (Woman Trafficking), ciri-ciri (gejala) gangguan depresinya dan juga pola pelayanan bagi korban perdagangan perempuan di Counter Trafficking Unit International Organization for Migration (CTU IOM) RS. POLRI Sukanto.

b. Manfaat Akademis

Secara akademis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, khususnya mengenai topik yang berkenaan dengan perdagangan perempuan (woman trafficking) dan juga mata kuliah perlindungan anak dan perempuan.

c. Manfaat Sosial

(24)

Selain itu dari penelitian ini diharapkan semakin mengembangkan semangat kepekaan dan kepedulian sosial terlebih khusus bagi kita sebagai umat Islam (rahmatan lil â`lamin).

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu tentang pendahuluan, kerangka pemikiran, profil lembaga, analisa kasus dan penutup. Secara garis besar isi dari tiap bab adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian. Pada bab ini juga berisi sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, berisi tentang pengertian depresi, teori pemicu depresi, penyebab depresi, gejala depresi, derajat depresi dan juga penanganan depresi. Pengertian perdagangan manusia (Trafficking) Unsur-unsur dalam perdagangan manusia, faktor-faktor perdagangan manusia (sisi permintaan dan penawaran), kelompok rentan, daerah sumber, transit dan penerima, faktor pendorong dan penarik dalam perdagangan manusia, pelaku (trafficker), pengguna.

(25)

BAB IV Gambaran IOM dan CTU IOM RS. POLRI Sukanto, berisi latar belakang berdirinya lembaga, letak dan kedudukan, klasifikasi, peran dan fungsi lembaga, falsafah lembaga, struktur organisasi dan pembagian tugas, jaringan kerjasama, program-program pelayanan.

BAB V Analisis Kasus, berisi beberapa gambaran kasus klien yang mengalami depresi, beserta gejala dan juga faktor pemicunya yang dijadikan dasar pada penelitian ini. Pada bab ini dijelaskan analisis intra kasus (intra analysis) / perkasus dan juga analisis antar kasus (cross cases analysis).

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEPRESI

Kasus TKW yang nekat bunuh diri, atau sebaliknya membunuh majikannya, merupakan fenomena puncak gunung es dari kebutuhan kesehatan jiwa yang terabaikan. Salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang cukup tinggi pada korban trafiking adalah Depresi. Depresi sering berkomorbid dengan gangguan stres pasca trauma.21

Depresi yang berakibat pada rasa bahwa “hidup gelap dan sempit” adalah akibat ketidakmampuan orang-orang yang lemah imannya untuk menaati nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh agama. Ilmu kedokteran menyatakan bahwa jiwa yang tenang dan damai melindungi dari pengaruh penyakit ini. Al Qur’an menyatakan bahwa Allah akan memberikan “ketenangan” dalam diri orang-orang beriman. Allah SWT berfirman dalam al-Qur`an, surah Thâhâ/20: 124; sebagai berikut22

B :7

:

> F

!)C

#

+GH ﻡ

+-0ﺽ

HA

J ی

Gﻡ K#

. :7

Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit 23 dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."

21 Suryo Dharmono, Presentasi Aspek Psikiatrik Pada Korban Trafiking. (Pusat Kajian Bencana

& Tindak Kekerasan: Departemen Psikiatri FKUI / RSCM, 2005), h. 7.

22 M. Quraish Shihab,

Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 8, h. 392-393.

23 Kata L+-0Mﺽdhankan adalah kata jadian dari kata Dhanka yang berarti sempit. Kehidupan yang

(27)

Dalam firmannya yang lain Allah mengatakan bahwa kehidupan yang baik bukan berarti bahwa kehidupan itu selalu luput dari ujian dan cobaan. Seperti yang tertulis dalam al-Qur`an surah an Nahl/16: 97 yang berbunyi:24

N :

+A# ﺹ

F

7

. 7

D ﻡPﻡ

!0 A02

+ ,

+G4QR

/!0ی"*0#

ﺝ7

',T

) 2 ی

" Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

Kata Hayâtan thoyyibatan / kehidupan yang baik itu bukan berarti bahwa kehidupan yang diliputi kemewahan dan luput dari ujian, melainkan kehidupan yang diliputi oleh rasa lega, kerelaan serta kesabaran dalam menerima cobaan dan rasa syukur atas nikmat Allah. Dengan demikian yang bersangkutan tidak merasakan takut yang mencekam ataupun kesedihan yang melampaui batas.

Hal ini dikarenakan adanya kesadaran bahwa Allah telah menyediakan ganjaran dari semua perbuatan. Setelah berbagai ujian dan cobaan, Allah akan mengaruniakan perasaan tenang pada orang yang beriman. Dalam hal ini Allah berfirman dalam al-Qur`an surah al Fath/48: 4 yang berbunyi:25

>(!#

=" 7

G0 -!'#

U

5 2V

0ﻡP #

" #

+ ی9

Wﻡ

/ ی9

!2#

0ﺝ

X !'#

B T#

)

!2#

+ 2:

+ -,

Artinya: " Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada) dan kepunyaan Allah-lah tentara

24 M. Quraish Shihab,

Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 13, h. 178-180.

25Sakinah itu adalah ketenangan di hati yang dirasakan setelah terjadi situasi yang mencekam /

(28)

langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."

1. Definisi Depresi

Depresi telah lama dikenal sejak zaman Yunani, yang oleh Hippocrates disebut melancholi. Hal yang menonjol adalah gejala somatiknya, misalnya sakit kepala, sakit pada saluran pencernaan, mulut kering, perut terasa kembung, nyeri ulu hati, dan perut kejang. 6 Depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, berupa kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi

yang berakibat mudah lelah setelah bekerja walaupun sedikit, dan berkurangnya aktivitas.7 Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma), dan dapat pula suatu kesatuan penyakit nosologik. 8

Ciri lain adalah perubahan kemampuan kognitif, bicara, dan fungsi vegetatif (tidur, selera makan, aktifitas seksual dan ritme biologis lainnya). Ini menyebabkan masalah dalam hubungan interpersonal, sosial, serta pekerjaan.9 Hal ini juga berkaitan dengan gangguan psikologis lainnya seperti serangan panik, penyalahgunaan obat, gangguan seksual, serta gangguan kepribadian.10

Menurut Philip L. Rice (1999), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,

6 Citra Julita Tarigan, Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia Fungsional dan Dispepsia

Organik, (Bagian Psikiatri: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Digitized by USU digital library, 2003), h. 3.

7 Departemen Kesehatan RI. Direktorat Pelayanan Medik,

Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, Cet. Pertama, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1993), h. 140– 153.

8 Kusumanto R. Iskandar Y.

Depresi, Suatu problema Diagnosa dan Terapi pada praktek umum, (Jakarta: Yayasan Dharma Graha, 1981), h. 9–16.

9 Kaplan, dkk, "

Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences Clinical Psychiatry, 7 th ed " (Baltimore: William & Wilkins, 1994) dalam Fausiah, Julianti Widury ; editor, Augustine Sukarlan Basri. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa, (Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press, 2005), h. 104.

10 Davidson & Neale,

(29)

berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan11.

2. Gejala Depresi

Gejala yang sering ditemui pada perempuan korban perdagangan manusia (trafficking) biasa dikenal sebagai "Trias Depresi", yaitu :

a.Suasana perasaan murung

b.Kehilangan minat terhadap aktifitas sehari hari c.Kehilangan energi / kelelahan kronis

Dapat juga disertai dengan gejala tambahan lain yaitu: 12 a.Pesimis terhadap masa depan

b.Perasaan tidak mampu c.Putus asa, pikiran bunuh diri d.Perasaan bersalah/berdosa e.Gangguan selera makan f. Gangguan tidur.

Adapun gejala tersebut jika diuraikan lebih lanjut akan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) gejala umum yang dapat diamati seperti gejala fisik, psikis maupun sosial korban. Gejala tersebut adalah sebagai berikut:

a. Gejala Fisik

1.Gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit)

11 Phillip. L. Rice, "Stress and Health". (Pacific Grove, CA: Brooks/ Cole Publishing Company,

1999) dalam http://www.e-psikologi.com/masalah/depresi-1.htm. Diakses pada 19 September 2007.

12 Suryo Dharmono

(30)

2.Menurunnya tingkat aktivitas. 3.Menurunnya efisiensi kerja. 4.Menurunnya produktivitas kerja. 5.Mudah merasa letih dan sakit.

b. Gejala Psikis

1.Kehilangan rasa percaya diri. 2.Sensitif.

3.Merasa diri tidak berguna. 4.Perasaan bersalah

5.Perasaan terbebani.

c. Gejala Sosial

Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Karena perlu juga diketahui bahwa lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan orang lain. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, tapi juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan. 13

3. Teori Pemicu Depresi

(31)

Pada orang dewasa, mayoritas pengalaman/ peristiwa hidup yang tidak menyenangkan, menyakitkan ataupun menyedihkan yang mereka alami dapat memicu seseorang mengalami depresi. Adapun beberapa faktor pemicunya dapat diuraikan antara lain sebagai berikut:

a.Kematian seseorang yang dicintai b.Mengidap penyakit kronis14

c.Terpisah dari lingkungan sosial dan merasa kesepian.

d.Perceraian/ berpisah berpisah dan juga hubungan yang disertai kekerasan. e.Ekonomi dan tekanan hidup lainnya (stres).

f. Komorbiditas (gabungan ) dengan penyakit lain. g.Hubungan keluarga yang renggang.

h.Penurunan (retardasi) dalam hal kemampuan telah dimiliki. i. Perpindahan atau adanya perubahan gaya hidup, budaya, dll.

Ketika seseorang menganggap bahwa tidak ada yang dapat menolong keadaan tersebut (tidak ada yang dapat dilakukan) dan menganggap bahwa dirinya tidak sanggup/mampu untuk melakukan aktivitas seperti bekerja, menyupir, berolahraga, dll, dengan kata lain mereka merasa tidak berdaya. Mereka akan kehilangan waktu-waktu terbaiknya dan tidak memiliki semangat untuk hidup. Kondisi ini dalam bahasan klinis disebut dengan apatis dan hal ini akan semakin parah jika tidak ditangani secara serius.15

Faktor pemicu depresi lainnya adalah lamanya waktu rawat di Rumah Sakit. Penelitian ini mengacu pada Stephen MS dkk (1991) menyatakan bahwa

14 Parker G, Kalucy, Megan. Depression comorbid with physical illness. (Australia: Lippincott

Williams & Wilkins,Inc.,1999;12,1), h. 87-92.

15 Rita L. Calderon, LCSW-R, Depression - How Social Workers Help: Caregiving:

(32)

lama rawat di rumah sakit berpengaruh terhadap terjadinya depresi.16 Pendapat ini diperkuat dengan penelitian Aldwin (2000) yang menyatakan bahwa sikap tenaga profesional rumah sakit, kurangnya dukungan keluarga dan teman dekat mempengaruhi kesehatan usia lanjut yang mengakibatkan perpanjangan lama perawatan di rumah sakit.17

1) Sudut Pandang Kognitif

Teori Beck memiliki tesis utama bahwa individu merasa depresi karena pemikiran mereka dibiaskan pada interpretasi negatif. Menurut Beck, skema negatif yakni kecenderungan memandang dunia secara negatif muncul karena adanya peristiwa tidak menyenangkan pada masa kanak-kanak atau remaja.

Skemata ini akan diaktifkan apabila mereka menghadapi situasi yang mirip. Hal ini kemudian mempengaruhi bias kognitif dan kemudian memperkuat apa yang disebut Beck sebagai triad negative, yaitu pandangan negatif tentang diri, dunia, dan masa depan yang seolah jauh dan tidak terjangkau. Beck pun mengemukakan revisi dari teori Triad negativenya yang dinamakan Teori Hopelessness.

Menurut teori ini munculnya depresi dipicu karena adanya peristiwa menyakitkan dan adanya kecenderungan menggeneralisir efek kegagalan/ hasil yang buruk pada kesalahan pribadi yang bersifat global dan menetap atau dapat

16 Stephen MS, Maurice DS, Barbara W, et al. Psychological comor-bidity and length of stay

in the general hospital,. (Am J Psychiatry, 1991; 148: 324-9). dalam Suzy yusna dewi, Dkk,

Faktor Risiko Yang Berperan Terhadap Terjadinya Depresi Pada Pasien Geriatri Yang Dirawat Di RS dr. Cipto Mangunkusumo, Cermin Dunia Kedokteran No. 156, vol.34 no.3/156 Mei-Juni 2007, http://www.kalbe.co.id/cdk Diakses 10 Oktober 2007.

17 Aldwin. Social support and Health . http://hcd.ucdavis.edu/faculty/ adlwin/support.pdf.

(33)

pula dipicu oleh faktor kognitif lain seperti perasaan tidak ada harapan, tidak ada respon yang memungkinkan untuk mengatasi situasi dan perkiraan bahwa hasil yang diharapkan tidak akan terjadi.

2) Sudut pandang Interpersonal

Teori ini mengatakan bahwa individu yang depresi cenderung memiliki hubungan sosial yang kurang baik dan menganggap mereka kurang memberikan dukungan. Sedikitnya dukungan sosial dapat mengurangi kemampuan individu untuk mengatasi peristiwa hidup yang negatif sehingga membuat mereka rentan terhadap depresi.

3) Sudut pandang Biologis

Hasil penelitian genetik menunjukkan sekitar 10-25 % keluarga pasien yang bipolar pernah mengalami satu episode gangguan mood. 18

4. Derajat Depresi

Depresi dibedakan dalam beberapa tingkatan, yaitu: 19

a.Depresi ringan (mild), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala utama ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala tambahan dan berlangsung sekurang-kurangnya selama dua minggu, dan tidak ada gejala berat di antaranya. Ragu mengenai ada / tidaknya depresi. Skala pengukuran depresi Hamilton (17-24).

b.Depresi sedang (moderate), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala utama ditambah sekurang-kurangnya tiga (sebaiknya empat) gejala tambahan. Satu ataupun dua gejala utama muncul, namun pasien pada

18 Gherson, 1990. dalam Fausiah, Julianti Widury; editor, Augustine Sukarlan Basri. Psikologi

Abnormal Klinis Dewasa, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia / UI-Press, 2005), h. 114.

19 Maslim R,

(34)

tahap ini masih dapat mengontrol diri mereka (tidak mengganggu keseharian). Skala pengukuran depresi Hamilton (25-34).

c.Depresi berat (severe), jika terdapat tiga gejala utama ditambah sekurang- kurangnya empat gejala tambahan, beberapa di antaranya harus berintensitas berat. Pasien pada tahapan ini mengalami kesulitan mengontrol diri mereka sehingga menggangu keseharian mereka, gejala-gejala jelas. Skala pengukuran depresi Hamilton (35-51).

d.Sangat Berat (More Severe), Gejala-gejala depresi dominan muncul, pasien telah benar-benar mengalami kesulitan mengontrol diri mereka dan mengganggu aktivitas bekerja dan juga keseharian mereka (pasien pada tahap ini memerlukan rujukan ke Psikiater). Skala pengukuran depresi Hamilton (52-68).

B. Perdagangan Manusia

1. Definisi perdagangan manusia

Definisi yang paling mutakhir dan paling diterima secara luas adalah definisi yang dicantumkan dalam Protokol Palermo tentang Perdagangan manusia (2000) yang berbunyi : Dalam protokol tersebut yang dimaksudkan dengan perdagangan orang adalah: 20

(a) ... the recruitment, transportation, transfer, harboring or receipt of persons, by means of the threat or use of force or other forms of coercion, of abduction, of fraud, of deception, of the abuse of power or of a position of vulnerability or of the giving or receiving of payments or benefits to achieve the consent of a person having control over another person, for the purposes of exploitation. Exploitation shall include, at a minimum, the

20 Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Person, Especially Women and

(35)

exploitation of the prostitution of others or other forms of sexual exploitation, forced labor or services, slavery or practices similar to slavery, servitude or the removal of organs.

(“... rekrutmen, transportasi, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk tekanan lain, penculikan, pemalsuan, penipuan atau pencurangan, atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, ataupun penerimaan/pemberian bayaran, atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang tersebut untuk dieksploitasi, yang secara minimal termasuk ekspolitasi lewat prostitusi atau bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek yang menyerupainya, adopsi ilegal atau pengambilan organ-organ tubuh”). Definisi ini diperluas dengan ketentuan yang berkaitan dengan anak di bawah umur (di bawah 18 tahun), bahwa: The recruitment, transportation, transfer, harbouring or receipt of a child for the purpose of exploitation shall be considered “trafficking in persons” even if this does not involve any of the means set forth in subparagraph (a).

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dari perdagangan orang adalah: 21

a.Proses (Perbuatan): merekrut, mengangkut, memindahkan, menyembunyikan atau menerima.

b.Cara (Sarana): untuk mengendalikan korban: ancaman, penggunaan paksaan, berbagai bentuk kekerasan, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau pemberian/penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas korban.

c.Tujuan: eksploitasi, setidaknya untuk prostitusi atau bentuk ekspoitasi seksual lainnya, kerja paksa, perbudakan, penghambaan, pengambilan organ tubuh.

21 Ruth Rosernberg editor,

(36)

Saat ini kemajuan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang meng-akselerasi terjadinya globalisasi, juga dimanfaatkan oleh hamba kejahatan untuk menyelubungi perbudakan dan penghambaan itu ke dalam bentuknya yang baru yaitu: perdagangan orang (trafficking in persons) atau yang juga dikenal dengan istilah perdagangan manusia (human trafficking). Praktek ini beroperasi secara tertutup dan bergerak di luar hukum.22 Pelaku perdagangan orang atau manusia (trafficker) cepat berkembang menjadi sindikat lintas negara. Mereka menggunakan teknik khusus untuk menjerat mangsanya, setelah itu tanpa disadari korbannya, pelaku kemudian mengeksploitasinya dengan berbagai cara sehingga korban menjadi tidak berdaya, merasa tidak sanggup untuk membebaskan diri dari praktek ini.

2. Tahapan Utama Pengalaman Trafiking

Tahap-tahap signifikansi psikologis dalam proses trafiking meliputi: a. Tahap sebelum berangkat,

b. Melakukan perjalanan dan transit, c. Tahap tempat tujuan,

d. Diselamatkan atau melarikan diri, penahanan dan deportasi, bukti kriminal,

e. Pemulangan dan reintegrasi.23

a. Tahap Sebelum Berangkat

Tahap sebelum berangkat mencakup periode sebelum individu bersangkutan masuk ke dalam situasi trafiking.

22 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, Penghapusan

Perdagangan Orang (Trafficking in Persons) di Indonesia, (Jakarta, 2005), h. 3.

23 Gushulak, B & McPherson, D, 2000,

(37)

Secara ringkas, beragam metode perekrutan dipergunakan:

1.Membidik orang-orang yang secara potensial (misalnya, para lelaki /perempuan di bar-bar, kafe-kafe, klub-klub);

2.Jaringan-jaringan informal melalui anggota keluarga dan teman-teman; 3.Iklan-iklan yang menawarkan kesempatan kerja dan kesempatan belajar ke

luar negeri;

4.Agen-agen yang menawarkan pekerjaan, belajar, pernikahan atau perjalanan ke luar negeri;

5.Pernikahan palsu yang telah diatur sebelumnya.

b. Tahap Perjalanan dan Transit

Tahap perjalanan dan transit dimulai pada saat perekrutan dan berakhir pada saat tiba di tempat tujuan pekerjaan. Perekrutan diikuti dengan suatu tahap perpindahan yang tidak didasarkan pada kebebasan dan kemauan sadar dari orang-orang yang diangkut. Kebanyakan orang yang mengalami trafiking belum pernah meninggalkan negeri asal sebelumnya. Sehingga, orang tersebut sepenuhnya bergantung pada para pelaku trafiking. Beberapa orang meninggalkan negeri mereka tanpa paspor internasional, tetapi kebanyakan, meski memiliki paspor, seringkali paspor mereka diambil dan ditahan oleh pelaku trafiking sebagai cara untuk pengamanan. Para pelaku trafiking sering mempergunakan cara-cara transportasi umum, karena lebih murah dan dapat meyakinkan orang-orang yang ditrafiking bahwa perjalanannya mempunyai tujuan legal.

(38)

kekerasan, termasuk pemerkosaan dan bentuk penyimpangan seksual lainnya disepanjang perjalanan. Orang yang mengalami trafiking rentan terhadap pelecehan yang dilakukan oleh banyak orang selama dalam tahap perpindahan, termasuk dari agen trafiking, pengantar, pengemudi, petugas perbatasan, dan sebagainya. Selain itu, tidak lazim didapati orang yang mengalami trafiking yang sudah mengalami beberapa siklus perjalanan dan transit dan sudah dijual kembali atau sudah ditrafiking lagi beberapa kali sepanjang perjalanan.

Bagi kebanyakan orang yang mengalami trafiking, tahap perpindahan juga merupakan tahap trauma awal sejak aktivitas-aktivitas gelap/haram ini dimulai. Keluar dari rumah dengan cepat akan memicu tingginya stress dan kecemasan bagi hampir semua orang yang sudah direkrut. Bagi sebagian besar orang, hal ini merupakan saat pertama mereka meninggalkan rumah dan memisahkan diri dari keluarga dan terlepas dari mekanisme dukungan sosial.

Ketika mereka mulai sadar, ternyata mereka sudah diperdaya, tersesat. Mereka merasa tak berdaya, tak kuasa dan menghadapi suatu masa depan yang suram dan tidak pasti. Dalam situasi-situasi yang berbahaya tanpa sarana untuk melarikan diri, orang yang mengalami trafiking mungkin tidak lagi mampu untuk berkonsentrasi dan berpikir secara rasional. Dalam kebanyakan kasus, orang-orang yang mengalami trafiking memiliki ingatan yang kurang bagus untuk mengungkap peristiwa yang telah dialami; bahkan lupa akan sejumlah rincian yang signifikan.

(39)

kondisi-kondisi yang tidak dapat diduga dan dikontrol (sehingga, para korban tetap bingung dan tidak mampu membuat rencana dan mengantisipasi kejadian-kejadian), mengurangi semua keputusan yang menumbuhkan kekuatan, dan manipulasi emosi (seperti ancaman untuk membiarkan keluarga tahu kegiatan yang mereka lakukan).24

c. Tahap Tempat Tujuan

Tahap tempat tujuan terjadi ketika orang yang mengalami trafiking ditempatkan untuk bekerja dan tunduk pada suatu kombinasi antara paksaan, kekerasan, tenaga kerja paksa, jeratan hutang atau bentuk-bentuk penyalahgunaan lainnya.. Banyak mekanisme yang berbeda-beda dipergunakan untuk memperoleh kekuasaan guna mengontrol orang yang mengalami trafiking selama dalam tahap eksploitasi.

1. Biasanya paspor dan dokumen-dokumen identitas mereka disita, dan mereka terperangkap dalam suatu lingkungan migrasi ilegal (sehingga mereka menjadi rentan terhadap tuntutan dan deportasi karena melanggar hukum dan peraturan-peraturan, atau pelacuran).

2. Para pelaku trafiking juga mempergunakan kekerasan dan pelecahan seksual: bagi kebanyakan perempuan, pemerkosaan sering menjadi langkah pertama untuk menuju tahap eksploitasi seksual.

3. Pola-pola psikologis normal secara teratur dimanipulasi dalam kadar-kadar tertentu untuk menyiksa dan pencucian otak: pencabutan hak tidur, menderita kelaparan, ruang pribadi dan privasi yang terbatas, ancaman-ancaman atas kehidupan, kekerasan dan penyiksaan berulang-ulang.

24 Zimmerman, C., Watts, C,

(40)

4. Penyiksaan fisik dan mental disertai ancaman-ancaman terhadap keselamatan keluarga mereka, larangan untuk menghubungi seorang anggota keluarga atau teman, sering ada denda uang dan perampasan uang, aset-aset bernilai dan terbatas yang dapat mereka miliki, penggunaan secara paksa atas alkohol dan bahan-bahan lainnya, dan teknik-teknik pemaksaan lainnya untuk menjamin adanya ‘kerjasama’ dan mencegah mereka agar tidak melarikan diri. Tidak mengherankan, orang yang mengalami trafiking pada akhirnya tidak lagi mampu melakukan kehendak bebasnya, dapat menyerah, dan dapat tunduk di bawah kontrol para pelaku trafiking.

5. Jeratan hutang: perbudakan terjadi dengan berpura-pura membayar kembali suatu akumulasi hutang yang meliputi harga yang telah dibayar ‘pemilik’ untuk perjalanan, dokumen palsu dan pembelian orang tersebut. Dalam beberapa contoh, para pelaku trafiking menambah terus hutang para korban dengan membebani ongkos untuk akomodasi, penjualan kembali ke ‘para pemilik’ lain, hukuman-hukuman, biaya makan, biaya penginapan, dan lain sebagainya.

3. Faktor di Belakang Perdagangan Perempuan & Anak

a. Sisi Permintaan

(41)

2) Permintaan pelayanan dari pengguna sering dipenuhi oleh orang yang diperdagangkan (korban).

3) Diskriminasi gender

4) Informalisasi yang semakin meningkat dalam pasar tenaga kerja 5) Pertumbuhan industri seks dan tempat hiburan

6) Sifat perdagangan manusia yang beresiko rendah dan menguntungkan. 7) Tidak adanya kerangka peraturan yang efektif dan rendahnya

penegakan hukum

8) Lemahnya organisasi dan posisi tawar pekerja

9) Praktek-praktek sosio-kultural yang diskriminatif, misalnya dalam perkawinan

10)Pelanggaran hak asasi manusia

b. Sisi Suplai

1) Feminisasi kemiskinan

2) Pengangguran kronis dan kurangnya peluang ekonomi

3) Bertumbuhnya materialisme dan keinginan untuk hidup lebih baik 4) Situasi disfungsi keluarga

5) Ketidaksetaraan gender dalam akses terhadap pendidikan dan pelatihan 6) Kurangnya akses informasi

7) Diskriminasi berbasis gender ataupun etnis

(42)

9) Pengungsian dan kekacauan yang diakibatkan oleh bencana alam dan juga bencana buatan manusia.25

4. Daerah Sumber, Transit dan Penerima

Di dunia internasional, Indonesia dikenal sebagai daerah sumber dalam perdagangan orang. Berdasarkan berbagai studi, ditengarai bahwa ada beberapa propinsi di Indonesia yang utamanya merupakan daerah sumber namun ada beberapa kabupaten/kota di propinsi itu yang juga diketahui sebagai daerah penerima atau yang berfungsi sebagai daerah transit. 26

5. Faktor-Faktor Perdagangan Manusia

Ada sejumlah faktor yang mendorong orang untuk meninggalkan rumah dan menyebabkan mereka menjadi korban perdagangan manusia.

a. Faktor pendorong

Faktor-faktor pendorongyang paling umum adalah: 1) Kemiskinan keluarga

2) Mencari pekerjaan

3) Meningkatnya materialisme

4) Konflik keluarga atau keluarga berantakan 5) Bencana alam atau perang

6) Buta huruf/ketidakpedulian/kurangnya kesadaran masyarakat 7) Kurangnya jaringan dukungan komuniti

8) Diskriminasi atas dasar gender dan/atau kesukubangsaan

25 GENPROM, Preventing Discrimination, Exploitation and Abuse of Women Migrant

Workers: An Information Guide, Booklet 6, Trafficking of Women and Girls, (ILO: Geneva, 2002), h. 24.

(43)

9) Ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan, anak laki dan anak perempuan dalam pendidikan dan pelatihan

10)Kebijakan migrasi yang memilih jenis kelamin tertentu

b. Faktor penarik

Faktor-faktor penarikyang paling umum adalah:

1) Permintaan akan tenaga kerja murah dan dapat dieksploitasi 2) Transportasi dan komunikasi yang lebih mudah dan mudah diakses 3) Ekonomi informal dan pasar tenaga kerja yang diperluas

4) Meningkatnya permintaan akan gadis remaja dan pemuda remaja di rumah-rumah bordil

5) Sifat perdagangan yang beresiko rendah dan banyak untung

6) Lemahnya penegakan hukum dan korupsi di antara pihak yang berwenang.

6. Pelaku Perdagangan Manusia (Trafficker)

Perdagangan orang melibatkan laki-laki, perempuan dan anak-anak bahkan bayi sebagai “korban”, sementara agen, calo, atau sindikat bertindak sebagai yang “memperdagangkan (trafficker)”. Para germo, majikan atau pengelola tempat hiburan adalah “pengguna”. Termasuk dalam kategori pengguna adalah lelaki hidung belang atau pedofil yang mengencani perempuan dan anak yang dipaksa menjadi pelacur, atau penerima donor organ yang berasal dari korban perdagangan orang.

(44)

perdagangan orang.27 Perusahaan perekrut tenaga kerja dengan jaringan agen/calo-calonya di daerah adalah trafficker karena memfasilitasi pemalsuan KTP/Paspor serta secara ilegal menyekap calon pekerja migran di penampungan, dan menempatkan mereka dalam pekerjaan yang berbeda atau secara paksa memasukkannya ke industri seks.

a. Agen atau calo-calo bisa orang luar tetapi bisa juga seorang tetangga, teman, atau bahkan kepala desa, yang dianggap trafficker manakala dalam perekrutan mereka menggunakan kebohongan, penipuan, atau pemalsuan dokumen.

b. Aparat pemerintah adalah trafficker manakala terlibat dalam pemalsuan dokumen, membiarkan terjadinya pelanggaran dan memfasilitasi penyeberangan melintasi perbatasan secara ilegal. c. Majikan adalah trafficker manakala menempatkan pekerjanya dalam

kondisi eksploitatif seperti: tidak membayar gaji, menyekap pekerja, melakukan kekerasan fisik atau seksual, memaksa untuk terus bekerja, atau menjerat pekerja dalam lilitan utang.

d. Pemilik atau pengelola rumah bordil, berdasar Pasal 289, 296, dan 506 KUHP, dapat dianggap melanggar hukum terlebih jika mereka memaksa perempuan bekerja di luar kemauannya, menjeratnya dalam libatan utang, menyekap dan membatasi kebebasannya bergerak, tidak membayar gajinya, atau merekrut dan mempekerjakan anak (di bawah 18 tahun).

27 Rosernberg, 2003 dalam Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik

(45)

e. Calo pernikahan adalah trafficker manakala pernikahan yang diaturnya telah mengakibatkan pihak isteri terjerumus dalam kondisi serupa perbudakan dan eksploitatif walaupun mungkin calo yang bersangkutan tidak menyadari sifat eksploitatif pernikahan yang akan dilangsungkan.

f. Orang tua dan sanak saudara adalah trafficker manakala mereka secara sadar menjual anak atau saudaranya baik langsung atau melalui calo kepada majikan di sektor industri seks atau lainnya atau jika mereka menerima pembayaran di muka untuk penghasilan yang akan diterima oleh anak mereka nantinya.

g. Orang tua menawarkan layanan dari anak mereka guna melunasi utangnya dan menjerat anaknya dalam libatan utang.

h. Suami adalah trafficker manakala ia menikahi perempuan tetapi kemudian mengirim isterinya ke tempat lain untuk mengeksploitirnya demi keuntungan ekonomi, menempatkannya dalam status budak, atau memaksanya melakukan prostitusi.

7. Pengguna 28

(46)

a. Germo dan pengelola rumah bordil yang membutuhkan perempuan dan anak-anak untuk dipekerjakan sebagai pelacur.

b. Laki-laki hidung belang, pengidap pedofilia dan kelainan seks lainnya serta para pekerja asing (ekspatriat) dan pebisnis internasional yang tinggal sementara di suatu negara.

c. Para pengusaha yang membutuhkan pekerja anak yang murah, penurut, mudah diatur dan mudah ditakut-takuti.

d. Para pebisnis di bidang pariwisata yang juga menawarkan jasa layanan wisata seks.

e. Agen penyalur tenaga kerja yang tidak bertanggung jawab.

f. Sindikat narkoba yang memerlukan pengedar baru untuk memperluas jaringannya.

g. Keluarga menengah dan atas yang membutuhkan perempuan dan anak untuk dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga.

h. Keluarga yang ingin mengadopsi anak.

i. Laki-laki China dari luar negeri yang menginginkan perempuan “tradisionil” sebagai pengantinnya.

8. Teknik Pelaku Perdagangan Manusia 29

29 Nelien Haspels dan Busakorn Suriyasarn.

(47)

a. Berjanji memberikan pekerjaan yang baik b. Perkawinan semu

c. Mengunjungi kerabat

d. Menjanjikan pendidikan yang lebih baik/tinggi e. Menjanjikan makanan enak/perhiasan dll. f. ancaman

g. penculikan h. pembiusan.

9. Eksploitasi Perdagangan Manusia dan Tenaga Kerja

Perempuan dan anak-anak diperdagangkan bukan hanya untuk pelacuran, tetapi juga untuk tujuan eksploitasi lainnya seperti :

a. Kerja pabrikan b. Kerja domestik c. Kerja pertanian

d. Kerja di industri hiburan, termasuk pornografi e. Pekerja hotel/ klub malam.

f. Kerja di panti pijat dan bar-bar karaoke g. Kawin paksa

[image:47.612.122.513.82.612.2]

Tabel 1: Lokasi Kerawanan Pekerja Migran

Lokasi Bentuk kerawanan

(48)

Desa Tidak adanya kejelasan informasi mengenai standar perekrutan

Para pekerja domestik (buruh migran) biasanya mudah ditipu.

Pelecahan seksual

PJTKI Terisolasi: dan mengalami pemaksaan

Lamanya waktu menunggu tanpa adanya informasi yang jelas tentang pemberangkatan.

Makan tidak bergizi, dan kurangnya air bersih untuk minum.

Minimnya fasilitas sanitasi (MCK). Pelecahan seksual.

Bekerja tanpa bayaran. Sakit

Meninggal dunia

Dalam Bekerja Pemaksaan kontrak kerja, bekerja kepada lebih dari satu majikan

Gaji ditahan

Gaji tidak dibayarkan

Membayar makan sendiri (gaji yang dipotong untuk biaya makan).

Pelecehan seksual

Tidak mendapatkan layanan kesehatan Meninggal dunia

Tempat bekerja tidak jelas, diculik, dipaksa kembali oleh majikan, deportasi

Dituduh mencuri

Tidak adanya akses komunikasi keluar, dikurung, dipenjara

Kontrak kerjanya tidak manusiawi

Hak milik tidak dikembalikan (barang-barang pribadi)

Saat kembali Pulang dengan ongkos sendiri Diperas pada saat di bandara

Dipaksa untuk menukarkan mata uang asing dengan kurs rendah

Gaji tidak ditransfer

(49)
[image:49.612.123.512.125.576.2]

Tabel 2: Kerawanan Saat Proses Bekerja

Waktu Kemungkinan Kerawanan

Pagi hari Kecelakaan kerja

Banyaknya perintah dengan waktu singkat Tidak diperkenankan untuk menjalankan ibadah Siang hari Kecelakaan kerja

Dirampok ketika majikan tidak di rumah Pelecehan seksual dengan kekerasan

Tidak diperkenankan untuk menjalankan ibadah Malam hari Eksploitasi kerja

Tidak dibayar atas jam kerja yang berlebihan Tidak adanya waktu untuk beristirahat Hari Libur Ekploitasi dalam bekerja. 30

C. Penelitian Sebelumnya

Berikut ini adalah beberapa penelitian mengenai depresi dan juga trafficking yang pernah dilakukan:

1. Maryanti (19

Gambar

Gambar 1: Diagram Alur Kerangka Penelitian .........................................  39
Tabel 1: Lokasi Kerawanan Pekerja Migran
Tabel 2: Kerawanan Saat Proses Bekerja
Gambaran IOM dan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia merupakan pasar yang sangat besar bagi produsen China dan seluruh dunia, apalagi dengan rata rata tingkat konsumsi yang tinggi dan didukung dengan kemampuan beli

Pada akhir dari proses pengisian KRS, pengguna akan ditampilkan data yang diambil dari tabel Rencana Studi Detail yang berisikan mata kuliah yang sudah dipilih oleh

Sampai tahun 1980 masyarakat Desa Sabungan Nihuta 1 masih melakukan sistem pertanian yang sebelumnya yaitu sistem tanaman muda, hingga akhirnya pada tahun 1980 salah

Untuk santri dalam, mereka menyebut pesantren ini dengan ‘pondok hati’ dalam arti lebih menekankan pada pembinaan pribadi (santri) menjadi orang yang berakhlak, bahkan ada

Perbincangan berikutnya adalah berkaitan dengan ringkasan analisis HLM Dua Aras terhadap pengaruh variabel Konteks Pengajaran iaitu sokongan Persekitaran Sekolah, kualiti

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab lima (V), maka dapat disimpulkan bahwa Aplikasi Theory of Planned Behavior berpengaruh dalam membangkitkan niat

Oleh karena itu dikalangan khawarij dan Daud al-Dhahiri tidak berpegang dengan hadist, mereka lebih memilih berpegang kepada keumuman ayat, yaitu tidak menilai

1. Account Representative terbukti memberikan pengaruh yang cukup dengan arah positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Soreang Bandung, artinya dengan