• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan keaktifan siswa kelas IV MI Darul Muttaqin pada pelajaran IPS materi koperasi melalui metode diskusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan keaktifan siswa kelas IV MI Darul Muttaqin pada pelajaran IPS materi koperasi melalui metode diskusi"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA

KELAS IV MI DARUL MUTTAQIN PADA

PELAJARAN IPS MATERI KOPERASI MELALUI

METODE DISKUSI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Hafizoh

NIM.

03000038000081

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PELAJARAN

IPS

MATERI

KOPERASI

MELALUI

METODE DISKUSI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

HAFIZOH

NrM.

18090183000037

Di

bawah bimbingan :

$Q.-Q-!.I.L

-DR. FAUZAI\I,

MA

NIP.

197 61107200701 1013

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN

GT]RU

MADRASAH

IBTIDAIYAII

(PGMT)

FAKULTAS

ILMU TARBIYAH

DAh[

KEGURUAN

UIN

SYARIF

HIDAYATULLAII

JAKARTA

(3)

(FITK) universitas. Islam Negeri syarir Hidayatulrah-Jakarta

pada tangg ar 23 Maret 2015 dinyatakan rulus aatam

ria*g

munaqasah dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis bghak memperoreh q"ru,

sarj;;

sfi;

l

(s.pd) pada jurusan Kependidikan Islam Program Studi Pendidkan

Guru vraaiasari Ibtidaiyah (PGMI)

Panitia Ujian Munaqasah,

Ketua Panitia (Ketua

Jurusav?rodi)

Tanggal

Jakarta, 30 Maret 2015

Tanda tangan

Qg..u.l-Li_

_

DR. FAUZAN, ]VfA

NrP. 1 9761 t072007

0tt0t3

Sekretaris (Ketua prodi PGMI)

ASEF EDIANA LATIP, M.Pd

NIP. i 98 10 6232009t21003

Penguji

I

DR. IWAN PURWANTO, M.Pd

NIP. 1 9730 424200801t012

Penguji

II

ASEP EDIANA LATIP, M.Pd

NrP. 1 98 10623200912 I 003

:11l

3

ts

Tanggal Tanda tangan

tlu/eeE

Tanggal

?/t

/s

tz

Tanggal Tanda

?/t

/aor

a

ib Raya, M.A

(4)

Tempat/Tanggal lahir

NIM

Jurusan / hodi Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

NIP.

Jakarta,3l Mei 1966

18090183000037

PGMI / DMS

Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas

IV MI Darul Muttaqin Pada Pelajaran IPS

Materi Koperasi Melalui Metode Diskusi

DR. FAUZAN, MA

r9761107200701 1013

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah benar-benar

hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab socara akademis atas apa yang

saya tulis didalamnya.

(5)

ABSTRAK

Hafizoh, NIM : 18090183000037, Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas IV MI Darul Muttaqin Pada Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui Metode Diskusi. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata Kunci: Keaktifan belajar, Materi koperasi, Metode diskusi

Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran IPS prasiklus pada siswa kelas IV MI Darul Muttaqin, Jakarta Selatan, ditemukan beberapa permasalahan, yaitu [1] Guru merupakan figur sentral dan pengendali seluruh kegiatan belajar, [2] Cara mengajar guru sangat monoton dengan metode ceramah, [3] Materi yang disampaikan kepada siswa bersifat informatif dan hapalan, [4] Proses pembelajaran mengharuskan siswa duduk, dengar dan catat, dan [5] Pembelajaran meminimalkan peran dan keterlibatan siswa secara aktif. Untuk itu, perlu diadakannya tindakan perbaikan pembelajaran untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang ada. Perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini melalui penerapan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dalam pelaksanaannya dilakukan selama 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan subjek yang diteliti yaitu siswa kelas IV MI Darul Muttaqin yang berjumlah 40 orang. Sedangkan, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunkan teknik non tes berupa lembar observasi yang kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif berupa angka yang diperoleh dari hasil observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebesar 45,75% siswa yang menunjukan keaktifan belajar pada kegiatan pembelajaan pra siklus. Kemudian pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, keaktifan belajar siswa meningkat sebesar 25,25%, sehingga persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 71,00%. Selanjutnya pada kegiatan penyempurnaan pembelajaran siklus II, keaktifan siswa kembali meningkat sebesar 12,85%, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II sebesar 83,85%.

(6)

ABSTRACT

Hafizoh, NIM: 18090183000037, Efforts to Improve Students activeness Class IV MI Darul Muttaqin At IPS Lesson Materials Cooperative Through discussion method. Thesis Teacher Education Program Government Elementary School (primary education) Department of Islamic Education Faculty Tarbiyah and teacher, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Keywords: Activeness learning, cooperative Materials, Methods discussion

Based on the results of learning activities IPS prasiklus in grade IV MI Darul Muttaqin, South Jakarta, found several problems, namely [1] The teacher is the central figure and controlling all activities of learning, [2] The way teachers teach very monotonous with the lecture method, [3] The material is delivered to students is informative and memorizing, [4] The learning process requires students to sit, listen and record, and [5] Learning minimize the role and involvement of students actively. To that end, it should be holding learning corrective action to improve learning conditions that exist. Improvement of learning undertaken in this study through the application of methods of discussion.

This research is a classroom action research which in practice is done for 2 cycles, each cycle consisting of planning, implementation, analysis and reflection. This study aims to increase students' activity in learning activities with the subjects studied were fourth grade students of Darul Muttaqin MI totaling 40 people. Meanwhile, data collection techniques in this research using the non-test techniques such as observation sheet which is then analyzed by descriptive quantitative numerical results obtained from observation.

The results showed that only amounted to 45.75% of students who show learning activeness in pembelajaan pre-cycle activity. Then on the first cycle of learning improvement activities, students' learning activeness increased by 25.25%, so that the average percentage of the activity of students in the first cycle of learning activities reached 71.00%. Later in the second cycle of learning improvement activities, student activity again increased by 12.85%, so that the average percentage of active students in learning activities by 83.85% second cycle.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas IV MI Darul Muttaqin Pada Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui Metode Diskusi” dengan baik.

Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Program Studi Dual Mode System Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terwujud selain dari usaha serta kemampuan yang ada pada diri penulis sendiri, namun tak lepas dari dukungan dan bimbingan pihak-pihak terkait. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis ingin berterima kasih kepada :

1. Prof. DR. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. DR. Fauzan, MA. selaku ketua jurusan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya dengan penuh ketelitian dan kesabaran..

3. Seluruh dosen dan staff Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Staff dan karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta yang telah membantu peneliti dalam pencarian referensi skripsi.

5. H. Ahmad Dahlan, selaku Kepala MI. Darul Muttaqin Pasar Minggu yang telah mengizinkan melakukan penelitian di lembaga yang dipimpinnya. 6. Dewan Guru MI. Darul Muttaqin yang telah membantu dan memotivasi

(8)

7. Teman-teman mahasiswa Dual Mode System Program studi Pendidikan Guru Madrasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Suamiku tercinta Nain Evendi Alamsyah yang selalu memberikan motivasi dan doa serta kasih sayangnya.

9. Buah hatiku Qatrunnada Agneza Mahardika dan Qarin Rayhana Mareta atas pengertiannya ketika peneliti memfokuskan waktu penyusunan skripsi. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah

membantu penulis dalam penyusunan skripsi hingga akhir.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi lembaga pendidkan dan para pembaca serta dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 3 Maret 2015 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR DIAGRAM xiii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang masalah 1

B.Identifikasi area dan fokus penelitian 5

C.Pembatasan fokus peneliltian 6

D.Perumusan masalah penelitian 6

E. Tujuan dan kegunaan hasil penelitian 6

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan teori area dan fokus yang diteliti

1. Keaktifan siswa 8

a. Kadar keaktifan siswa dari proses perencanaan 10 b. Kadar keaktifan siswa dari proses pembelajaran 10 c. Kadar keaktifan siswa dari kegiatan evaluasi pembelajaran 10

2. Metode diskusi 11

a. Pengertian diskusi 11

b. Jenis-jenis diskusi 12

(10)

d. Manfaat metode diskusi 15

e. Prosedur metode diskusi 15

f. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi 17

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 19

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 19

b. Tujuan ilmu pengetahuan sosial 20

c. Kompetensi pendidikan IPS sekolah dasar 21

4. Materi koperasi 21

a. Pengertian koperasi 21

b. Landasan dan asas koperasi 22

c. Prinsip koperasi 24

d. Tujuan koperasi 24

e. Fungsi dan peran koperasi 25

f. Aliran-aliran koperasi 25

g. Jenis-jenis koperasi 26

B. Hasil penelitian yang relevan 27

C. Kerangka berpikir 28

D. Hipotesis tindakan 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian 30

B. Metode penelitian dan rancangan siklus penelitian 30

C. Subjek dan objek penelitian 31

D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian 32 E. Tahapan intervensi tindakan

1. Pelaksanaan pembelajaran prasiklus 32 2. Pelaksanaan pembelajaran siklus I 34 3. Pelaksanaan pembelajaran siklus II 36 F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan 38

G. Data dan sumber data 38

(11)

I. Teknik pengumpulan data 40

J. Indikator kinerja 41

K. Analisis data dan interpretasi data 41

BAB IV DESKRIPSI, ANALISA DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi 43

1. Deskripsi kegiatan pra siklus 43

2. Deskripsi kegiatan siklus I 45

3. Deskripsi kegiatan siklus II 48

B. Analisa data 51

C. Pembahasan 55

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan 60

B. Implikasi 60

C. Saran-saran 61

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan metde diskusi 16

Tabel 2.2 Kelebihan dan kelemahan metde diskusi 18 Tabel 2.3 Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas IV 21 Tabel 3.1 Instrumen observasi kinerja guru 39 Tabel 3.2 Instrumen observasi kinerja siswa 39 Tabel 3.3 Indikator Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran 40 Tabel 3.4 Indikator Keaktifan siswa Dalam Proses Pembelajaran 40

Tabel 3.5 Kriteria Kinerja Guru 41

Tabel 3.6 Kriteria Keaktifan Siswa 42

(13)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran 55 pra siklus

Diagram 4.2 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran 56 siklus I

Diagram 4.3 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran 57 siklus II

(14)

1

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa serta negara.1 Dengan demikian, pendidikan bukanlah kegiatan yang dilaksanakan secara asal-asalan tetapi kegiatan yang bertujuan karena dilakukan secara terencana sehingga segala sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan tersebut diarahkan pada tujuan pencapaian siswa untuk dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan harus dilakukan secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.

Namun, pendidikan merupakan suatu sistem. Sistem adalah satu kesatuan yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai tujuan yang telah ditetapkan.2 Suatu sistem selalu melibatkan berbagai komponen untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh sebab itu, suatu sistem tidak mungkin hanya memiliki satu komponen saja melainkan memerlukan berbagai komponen yang saling berkaitan. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, namun tidak mungkin upaya tersebut dilakukan secara serempak. Komponen yang selama ini sering di tuding sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan adalah guru, karena guru merupakan komponen yang paling strategis dalam proses pendidikan. Sehingga, tidak mengherankan apabila banyak pihak yang menaruh harapan besar terhadap guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan mengingat bahwa kualitas pendidikan sangat menentukan mutu kehidupan bangsa.

1

Yahya Ismail, Ilmu Pendidikan Teoritis, (Ganeca Exact, 2008) h. 1

2

(15)

Bagaimanapun idealnya kurikulum pendidikan, serta lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan tanpa diimbangi kemampuan guru dalam mengimplemantasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna. Untuk itu, dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga siswa mampu memaham materi pembelajaran dengan baik. Hal tersebut mengingat bahwa, pada hahekatnya pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai yang diharapkan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik.

Dengan demikian, dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk melakukan usaha yang kreatif. Salah satu upaya kreatif guru dalam proses pembelajaran adalah mencari gagasan-gagasan baru dengan mencoba bermacam-macam metode pembelajaran dan mengupayakan pembuatan serta penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran. Modal kreatif merupakan sebuah keharusan bagi guru agar dapat membuat siswa aktif dalam kegiatan belajarnya. Siswa aktif dapat terlihat dari cara siswa mengikuti proses pmbelajaran, seperti siswa aktif bertanya dan aktif menjawab pertanyaan, serta dapat mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan baik. Dengan kreatifitas guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diharapkan terciptanya kondisi belajar yang efektif dan efisien. Belajar yang efektif dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan intruksional yang ingin dicapai.3 Sedangkan belajar yang efisien tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat.4

Meskipun telah disadari bahwa dalam proses pembelajaran memerlukan kreatifitas guru serta keterlibatan siswa secara aktif, namun kenyataan tidaklah demikian. Seperti hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada siswa kelas IV MI Darul Muttaqin yang menggambarkan bahwa selama ini peran guru dalam proses pembelajaran merupakan figur sentral dan pengendali seluruh kegiatan

3

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2003), h.74

4Ibid

(16)

belajar, sehingga kedudukan dan fungsi guru dalam proses pembelajaran masih sangat dominan. Dengan demikian, proses pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru cenderung meminimalkan peran dan keterlibatan siswa secara aktif, siswa lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan sehingga siswa kurang mendapatkan pengalaman belajarnya.

Terlebih lagi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), materi pembahasan yang ada dalam pelajaran tersebut sangat menarik untuk dibahas karena berhubungan erat dengan masyarakat. Tetapi cara mengajar yang diterapkan guru sangat monoton dengan metode andalannya yaitu ceramah.

Jamal Ma’mur Asmani menjelaskan bahwa “metode ceramah adalah sebuah

metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara

lisan kepada sejumlah siswa yang umumnya diikuti secara pasif”.5

Dengan demikian, materi yang disampaikan kepada siswa hanya bersifat informatif serta hapalan. Keadaan tersebut membuat siswa beranggapan bahwa pelajaran IPS sangat membosankan dikarenakan materi yang dipelajari adalah sesuatu yang sudah lama dan permasalahan yang selalu berkembang, ditambah lagi proses pembelajaran yang dilakukan mengharapkan mereka untuk duduk, dengar dan catat. Hal tersebut mengakibatkan proses pembelajaran IPS yang seharusnya terdapat proses, sikap dan aplikasi menjadi terabaikan.

Dengan demikian, proses pembelajaran yang selama ini dilakukan menjadikan kondisi pembelajaran tidak proporsional yaitu guru aktif mengajar sedangkan siswa pasif belajar. Hal tersebut terlihat bahwa, siswa akan menjawab pertanyaan guru jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab, sedangkan sebagian siswa lainnya berbicara dengan temannya. Sebagian siswa mengajukan pertanyaan apabila diberi kesempatan untuk bertanya, sedangkan sebagian siswa lainnya hanya diam. Sebagian siswa mencatat materi yang disampaikan guru apabila guru mengintruksikan untuk mencatat, sedangkan sebagian siswa lainnya sibuk sendiri.

5Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif

(17)

Dengan memperhatikan kenyataan tersebut, maka dibutuhkan kreatifitas guru agar dapat menarik simpati siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran IPS sehingga tidak lagi beranggapan bahwa pembelajaran IPS sangat membosankan. Untuk itu, upaya memperbaiki proses pembelajaran tersebut diperlukan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Maksud kondisi pembelajaran tersebut adalah tujuan bidang studi, kendala bidang studi dan karakteristik siswa. Pemilihan metode pembelajaran harus dibangun berdasarkan asumsi bahwa tidak ada satupun metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk semua bahan kajian, karena semua metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Metote tertentu hanya baik digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan metode lain baik digunakan untuk tujuan lain.

Metode pembelajaran yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah diskusi. Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Namun, metode diskusi bukanlah debat yang bersifat argumentasi tetapi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertuntu secara bersama-sama.6 Sedangkan Muhibbin

Syah (2000) dalam Jamal Ma’mur Asmani mendefinisikan metode diskusi

sebagai metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving).7 Pendapat tersebut senada dengan Suryosubroto (1997:179) yang menyatakan bahwa diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.8 Dengan demikian, metode diskusi adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyumbangkan pikiran serta berbagi informasi guna pemecahan masalah atau pengambilan keputusan.

6

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet. 7, h. 154-155

7Jamal Ma’mur Asmani,

Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, (Jogyakarta:DIVA Press, 2011), Cet. IX, h.140

8

(18)

Dengan metode diskusi, diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk semakin lebih memahami materi pelajaran. Keaktifan siswa yang diharapkan adalah siswa aktif mencatat materi pelajaran tanpa instruksi guru, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimilikinya, aktif mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain. Untuk itu, peneliti mencarikan solusi untuk mengatasi permasalahan yang telah dipaparkan diatas dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Upaya Meningkatkan Keaktifan Beajar Siswa Kelas IV MI Darul Muttaqin Pada Pembelajaran IPS Semester II Tahun Ajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian a. Fokus siswa

1. Siswa lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. 2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga mereka tidak

mendapatkan pengalaman belajar.

3. Siswa akan menjawab pertanyaan guru jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab, sedangkan siswa lainnya berbicara dengan temannya. 4. Sebagian siswa mengajukan pertanyaan apabila diberi kesempatan

untuk bertanya, sedangkan siswa lainnya hanya diam.

5. Sebagian siswa mencatat materi yang disampaikan guru apabila guru mengintruksikannya, sedangkan siswa lainnya sibuk sendiri.

b. Fokus guru

1. Guru merupakan figur sentral dan pengendali seluruh kegiatan belajar. 2. Peran dan fungsi guru dalam kegiatan belajar masih sangat dominan. 3. Cara mengajar guru sangat monoton dengan metode ceramah.

c. Fokus pembelajaran

(19)

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian berupa keaktifan siswa dalam mengikuti jalannya proses pembelajaran berupa keaktifan mencatat materi pelajaran tanpa instruksi guru, keaktifan bertanya dan menjawab pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimilikinya, dan aktif mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain.

D. Perumusan Masalah Peelitian

1. “Bagaimana mengggunakan metode diskusi agar dapat meningkatkan

keaktifan siswa kelas IV MI Darul Muttaqin dalam pembelajaran IPS?” 2. “Apakah melalui metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa siswa

kelas IV MI Darul Muttaqin pada pelajaran IPS?”

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan pelitian

a. Untuk menghidupkan suasana pembelajaran IPS yang selama ini dianggap membosankan dengan diterapkannya metode diskusi,

b. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada pelajaran IPS dengan diterapkannya metode diskusi.

2. Kegunaan penelitian

a. Bagi guru

1.1 Menjadikan pertimbangan untuk meningkatkan keaktifan siswa melalui pemilihan dan penggunaan model pembelajaran untuk digunakan pada saat proses belajar mengajar.

1.2 Memberikan masukan dalam menentukan strategi belajar yang tepat, yang bisa menjadi alternatif lain dalam mata pelajaran IPS. b. Bagi siswa

1.1 Meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran melalui metode diskusi.

(20)

c. Bagi sekolah

1.1 Sebagai masukan dalam rangka mewujudkan pembelajaran aktif yang bermuara pada peningkataan hasil belajar siswa.

(21)

8

A. AcuanTeori Area danFokus yang Diteliti 1. Keaktifan siswa

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan keaktifan siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah.1 Sehingga,keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktifitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa lainnya. Sehingga, dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan mengakibatkan suasana kelas menjadi kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Keaktifan siswa dalam belajar merupakan unsur dasar yang sangat penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Sebab, keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman belajarnya serta keaktifan siswa tersebut sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif yaitu mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.Sehingga dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, siswa akan terlibat secara langsung dan mereka akan terus berusaha untuk mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

1

(22)

Dasim Budimansyah menegaskan bahwa, “jika pembelajaran tidak

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka

pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar”.2

Karena, dalam pandangan psikologi modern, “belajar bukan hanya sekedar menghapal sejumlah fakta atau informasi akan tetapi peristiwa mental dan proses berpengalaman”.3 Namun, “keaktifan siswa dalam pembelajaran bukan berarti siswa dibuat aktif menggantikan peran guru sehingga guru tidak perlu memainkan perannya dalam pembelajaran. Tetapi, aktifitas belajar siswa diciptakandandikondisikanoleh guru sebagai mediator danfasilitatorbelajar siswa”.4 Hal ini berarti pengajaran yang didesain guru harus berorient asi pada keaktifan siswa.Sehingga, baik guru maupun siswa sama-sama berperan secara penuh karena peran mereka sama-sama sebagai subjek belajar.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran diharapkan bertujuan untuk memperoleh hasil belajarberupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam pembelajaran tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi sikap dan keterampilan, akan tetapi membentuk siswa yang cerdas serta memiliki sikap positif dan keterampilan. Dalam hal ini, senada dengan ungkapan Wina Sanjaya bahwa “keaktifan siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional”.5 Oleh sebab itu, aktif tidaknya siswa dalam belajar hanya siswa sendiri yang mengetahuinya secara pasti. Namun, untuk mengetahui proses pembelajaran memiliki kadar keaktifan yang tinggi, sedang atau lemah dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi pembelajaran. Semakin siswa terlibat ketiga aspek tersebut, maka kadar keaktifan siswa semakin tinggi.

2Ibid. 3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1 (Jakarta: Kencana,2010), Cet.7, h.136

4

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet. 5, h. 394

5Op.cit

(23)

. a.Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses perencanaan

1.1Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran.

1.2Adanya keterlibatan siswa dalam meyusun rancangan pembelajaran. 1.3Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber

belajar yang diperlukan.

1.4Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akandigunakan.

b. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran

1.1Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai denganwaktu yang telah ditentukan.

1.2Siswa belajar secara langsung(experiental learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri dan lain sebagainya. Demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalam kelompok. 1.3Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang

kondusif.

1.4Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.

1.5Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung. 1.6Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa

atau antara guru dan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya, pembelajaran atau proses tanya jawab tidak di dominasi oleh siswa-siswa tertentu.

c. Kadar keaktifan siswa dilihat dari kegiatan evaluasi pembelajaran

1.1Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.

1.2Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.

1.3Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.6

Selanjutnya, Yuhdi Munadi (2011) mengemukakan ciri-ciri pokok pembelajaran aktif, antara lain adalah:

6

(24)

a. Interaktif yang ditandai dengan adanya dialog antara siswa dengan siswa dan dialog antara siswa dengan guru dan bisanya memanfaatkan sumber-sumber belajar yang bervariasi (media pembelajaran).

b.Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dengan sikap berikut: 1.1Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif memberi pendapat

1.2Mendorong setiap siswa untuk ikut berbuat

1.3Mendorong setiap siswa utuk ikut aktif mencari sumber c. Menantang, yakni ditandai dengan sikapsebagai berikut:

1.1Mendorong kompetensi antar siswa 1.2Mengundang siswa untuk terlibat penuh 1.3Membangkitkan gairah belajar siswa.7

Selanjutnya, secara khusus Wina Sanjaya mengemukakan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bertujuan sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna, artinya siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya.

b. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, artinya melalui keaktifan siswa diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental.8

2. Metode Diskusi a. Pengertian diskusi

Menurut Suryosubroto yang dikutip dalam Trianto, menjelaskan bahwa diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.9 Senada dengan pendapat tersebut, Nana Sudjana yang dikutip dalam Abdul Madjid menjelaskan bahwa diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu.10 Sedangkan, Abdul Madjid sediri mengemukakan

7

Yudhi Munadi, Pembelajarn Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet.2, h.33

8

Op.cit.,h.138

9

Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.122

10

(25)

bahwa “metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya”.11 Namun, seperti yang diungkapkan oleh Wina Sanjaya bahwa “metode diskusi bukanlah debat yang bersifat mengsdu argumentasi tetapi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama”.12 Selanjutnya, Muhibbin Syah dalam Jamal

Ma’mur Asmani mendefinisikan “metode diskusi sebagai metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah

(problem solving)”.13Lebih lanjut, Trianto yang menjelaskan bahwa

“diskusi merupakan situasi dimana guru dan para siswa, atau antara siswa dengan siswa yang lain berbincang satu sama lain dan berbagi gagasan dan pendapat mereka”.14 Dalam hal ini, James Popham menegaskan bahwa

“diskusi berbeda dengan ceramah, diskusi tidak diarahkan oleh guru; siswa-siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan ide-ide mereka sendiri”.15 Dengan demikian, berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metodediskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka.

b. Jenis-jenis diskusi

Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu:

1.1 Diskusi kelas

Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.

1.2 Diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.

11Ibid

., h. 141

12

WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:Kencana,2010), Cet.7, h.154-155

13Jamal Ma’murAsmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, KreatifdanInovatif

, (Jogyakarta:DIVA Press, 2011), Cet. IX, h.140

14Ibid.

15

(26)

1.3 Simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa.

1.4 Diskusi panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel, audiens tidak terlibat secara langsung tetapi berperan sebagai peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi.16

Jenis apapun diskusi yang digunakan menurut Bridges (1979), dalam proses pelaksanaannya guru harus mengatur kondisi agar:

1.1 Setiap siswa dapat bicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya. 1.2 Setiap siswa harus saling mendengarkan pendapat orang lain. 1.3 Setiap siswa harus saling memberikan respons.

1.4 Setiap siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting.

1.5 Melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi.17

Dengan demikian, metode diskusi dapat diterapkan dalam proses pembelajaran apabila guru hendak:

1.1 Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh siswa. 1.2 Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan

kemampuannya masing-masing.

1.3 Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai.

1.4 Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.

1.5 Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).

1.6 Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai

masalah yang di “lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun dari

pelajaran sekolah.

1.7 Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.18

16

Ibid.,h.157-158

17

WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, Ed.1, (Jakarta:Kencana,2010), Cet.7, h.155-156

18

(27)

c. Tujuan metode diskusi

Pembelajaran diskusi mempunyai arti yakni suatu kondisi dimana guru dengan siswa atau siswa dengan siswa lain saling bertukar pendapat secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat. Sehingga, “tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan (Killen,1998)”.19

Namun, secara khusus Tjokrodihardjo dalam Trianto menjelaskan bahwametode diskusi digunakan oleh para guru untuk setidaknya3 (tiga) tujuan pembelajaran, yaitu: pertama, meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran.

Kedua, menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa. Ketiga,

membantu siswa mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berpikir.20Lebih lanjut, Mulyani Sumantri dalam Abdul Madjid menjelaskan bahwa metode diskusi bertujuan untuk:

(1) Melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan;(2) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional; (3) Mengembangkan kemampuanberpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif; (4) Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat; (5) Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial; dan (6) Melatih peserta didik untuk berani berpendapat tentang suatu masalah.21

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan diskusi oleh guru bertujuan untuk memahami apa yang ada dalam pikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan yang dimiliki melalui komunikasi yang multi arah. Dengan demikian, metode diskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka.

19Op.cit

., 154

20

Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.124

21

(28)

d. Manfaat metode diskusi

Pada metode diskusi, materi pembelajaran tidak diorganisir serta tidak disajikan langsung kepada siswa, tetapi ditemukan dan diorganisir oleh siswa sendiri sehingga metode diskusi dapat menciptakan lingkungan belajar yang aktif karena membantu partisipasi siswa dalam kegiatan belajarnya sehingga kelas menjadi hidup. Dengan demikian, terdapat beberapa manfaat yang diperoleh jika metode diskusi ini dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu:

1.1 Mendorong siswa berpikir kritis

1.2 Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas

1.3 Mendorong siswa menyumbahkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.

1.4 Mengambil satu beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang saksama.22

e. Prosedur metode diskusi

1.1 Langkah persiapan

1.1.1 Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan.

1.1.2 Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

1.1.3 Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi dilingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.

1.1.4 Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.

1.2 Langkah pelaksanaan

1.2.1 Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.

1.2.2 Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

22 Jamal Ma’murAsmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, KreatifdanInovatif

(29)

1.2.3 Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.

1.2.4 Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

1.2.5 Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.

1.3 Langkah penutup

1.3.1 Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

1.3.2 Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.23

Lebih lanjut, Tjokrodihardjo merumuskan tahapan-tahapan kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:

Tabel 2.1

Tahapan metode diskusi

Tahapan Kegiatan guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan mengatur setting

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan menyiapkan siswa untuk berpartisipasi.

Tahap 2 Mengarahkan diskusi

Guru mengarahkan fokus diskusi dengan menguraikan aturan-aturan dasar, mengajukan pertanyaan awal, menyajikan situasi yang tidak dapat segera dijelaskan, atau

menyampaikan isu diskus. Tahap 3

Menyelenggarakan

Guru memonitor antar aksi , mengajukan pertanyaan, mendengarkan gagasan siswa, menanggapi gagasan,

melaksanakan aturan dasar, membuat catatan diskusi, menyampaikan gagasan sendiri. Tahap 4

Mengakhiri diskusi

Guru menutup diskusi dengan merangkum atau mengungkapkan

23

(30)

makna diskusi yang telah diselengarakan kepada siswa. Tahap 5

Melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi itu

Guru menyuruh para siwa untuk memeriksa proses diskusi dan berpikir siswa.

Tjokrodihardjo, (2003)24

f. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi

Semua metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. yang membedakannya dengan yang lain. Untuk itu, Jamal

Ma’mur Asmani mengemukakan beberapa kelebihan dari metode diskusi manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:

1.1 Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.

1.2 Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi, mereka bisa saling mengemukakan pendapat secara konstrukif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

1.3 Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Jamarah, 2000).25

Wina Sanjaya juga merumuskan beberapa kelebihan dari metode diskusi manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: 1.1 Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif

khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.

1.2 Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.

1.3 Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.26

Selain kelebihan, Jamal Ma’mur Asmani juga mengemukakan bahwa terdapat beberapa kelemahan apabila metode diskusi diterapkan dalam proses pembejaran, yaitu tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar,

24

Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.131-132

25Jamal Ma’murAsmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, KreatifdanInovatif

, (Jogyakarta:DIVA Press, 2011), Cet. IX, h.141

26

(31)

peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas dan apat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.27

Wina Sanjaya juga merumuskan beberapa kelemahan dari metode diskusi manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: 1.1 Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang

siswa yang memiliki keterampilan berbicara.

1.2 Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas sehingga kesimpulan menjadi kabur.

1.3 Memerlukan waktu yang cukup panjang yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang dibicarakan.

1.4 Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.28

[image:31.595.113.523.206.733.2]

Dengan demikian, secara umum dapat digambarkan kelebihan dan kelemahan metode diskusi seperti yang terangkum dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.2

Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi

Kelebihan Kelemahan

a. Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBM.

b. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan bahan pelajarannya masing-masing. c. Diskusi dapat menumbuhkan

dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah. d. Dengan mengajukan dan

mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.

a. Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai

bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada

kepemimpinan dan partisipasi anggota-anggotanya.

b.Suatu diskusi memerlukan keterampilan tertentu yang belum dipelajari sebelumnya. c. Jalannya diskusi dapat dikuasai

(didominasi) oleh beberapa orang siswa yang menonjol. d.Tidak semua topik dapat

dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat

27Loc.cit

28

(32)

e. Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis siswa.

problematis saja yang dapat di diskusikan.

e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak.

f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani

mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk dibatasi pokok masalah. g. Jumlah siswa yang terlalu besar

di dalam kelas akan

memengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

Trianto, (2009)29

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

MenurutAbu Ahmadi, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial.30 Sedangkan, menurut A. Kosasih Djahiri, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.31 Dalam hal ini, Sapriya menegaskan bahwa:

“Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS untuk sekolah dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS dipersekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, dan ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata

pelajaran atau disiplin ilmu”.32

29

Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4, h.134

30

Abu Ahmadi, IlmuSosialDasar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003), Cet. 4, h. 3

31

Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Ed.1 (Bandung:UPI PRESS, 2006), Cet.1, h.7

32

(33)

Lebih lanjut, Kurikulum 2006yang dikutip oleh Sapriya dalam buku yang berbeda dari sebelumnya menjelaskanbahwa:

“IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji sperangkat isu sosial.Pada jenjang SD/MI/SDLB, mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.33

Namun, pada jenjang SD/MI/SDLB,materi pembelajaran IPS disajikan secara terpadu sehingga tidak menunjukan label dari disiplin ilmu sosial, serta disusun secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di lingkungan siswa. Demikian juga tema-tema sosial yang dikaji berangkat dari fenomena serta aktifitas sosial yang terjadi disekitar siswa.Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu sosial merupakan dasar dari IPS tetapi tidak semua ilmu-ilmu sosial dapat menjadi pokok bahasan dalam IPS. tingkat usia, jenjang pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak didik sangat menentukan materi-materi ilmusosial yang tepat menjadi pokok bahasan dalam IPS.Melalui substansi materi dalam pembelajaran IPS, siswa diharapkan tidak hanya mampu menguasai teori-teori kehidupan di dalam masyarakat tetapi mampu menjalani kehidupan nyata secara dewasa dan bijak di dalam masyarakat sebagai makhluk sosial.

b. Tujuan IlmuPengetahuanSosial (IPS)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 yang dikutip oleh Sapriya, pembelajaran IPS dalam sistem pendidikan Indonesia diarahkan dengan tujuan:

1.1 Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

1.2 Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

(34)

1.3 Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

1.4 Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.34

c. Kompetensi Pendidikan IPS SekolahDasar

[image:34.595.116.519.219.604.2]

Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS sebagaimana diatas, maka standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajran IPS untuk tingkat SD/MI kelas IV dikembangkan sebagai berikut:

Tabel 2.3

Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarIPS Kelas IV Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di

lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

2.1Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 2.2Mengenal pentingnya

koperasi dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2.3Mengenal perkembangan teknologi produksi,

komunikasi, dan transportasi serta pengalaman

menggunakannya

2.4Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Sapriya, (2008)35

4. Materi Koperasi a. Pengertian koperasi

Pada Bab I, Pasal I dalam UUPerkoperasian nomor 25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992, yang dikutip oleh Pandji Anoraga dijelaskan bahwa “koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang

34

Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung:UPI Press,2008), h.161

35Ibid

(35)

atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”.36 Menurut Pandji Anoraga sendiri, “koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya”.37

Sedangkan, Kartasapoetra mendefinisikan “koperasi sebagai suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memebuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya”.38 Lebih lanjut, Hendroyogi mendefinisikan “koperasi sebagai perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis”.39 Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan untuk mencapai kebutuhan ekonomi seluruh anggotanya yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas untuk mempertahankan diri dan membebaskan diri dari kesulitan.

b. Landasan dan Asas Koperasi

Untuk mendirikan koperasi, diperlukan adanya dasar atau landasan tempat koperasi tersebut berpijak yang memungkinkan koperasi untuk tumbuh dan berdiri serta berkembang dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Landasan-landasan koperasi tersebut dapat dibagi atas 2 (dua) macam yaitu landasan idiil dan landasan struktural. Mengenai landasan idiil koperasi, Pandji Anoraga menjelaskan bahwa:

36

Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.252

37Ibid.

h.1

38

Kartasapoetra, Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), Cet.7, h.1

39

(36)

Landasan idiilkoperasi adalah dasar atau landasan yang digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita koperasi. Koperasi sebagai kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Gerakan koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh UUD 1945 akan bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Jadi, tujuannya sama dengan apa yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia, karena itu landasan idiil Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila.40

Lebil lanjut, Mochtar Effendy menambahkan bahwa:

Kelima sila yang terjalin menjadi satu kesatuan dalam pancasila merupakan jiwa dan karakter koperasi Indonesia. Jadi, setiap langkah dan geraknya mendasarkan dari pada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.41

Selanjutnya, Pandji Anoraga juga menjelaskan bahwa:

Landasan strukturil koperasi adalah tempat berpijak koperasi dalam susunan hidup bermasyarakat. Tata kehidupan di dalam suatu negara diatur dalam Undang-Undang Dasar. Di Indonesia berlaku Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa dan karena koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945.42

Lebil lanjut, Mochtar Effendy menambahkan bahwa:

Landasan struktural koperasi dalam pengoperasiannya didasarkan atas Undang-Undang Dasar 1945, sebab cita-cita ekonominya dirumuskan di dalam pasal 33 UUD 1945. Penjelasan pasal 33 UUD 1945 menyatakan bahwa koperasilah yang dimaksud dengan cita-cita ekonomi bangsa Indonesia yang bunyinya sebagai berikut, Susunan ekonomi atas asas kekeluargaan dan kegotongroyongan.43

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui pula bahwa koperasi Indonesia berasaskan kekeluargaan dan gotong royong.Asas kekeluargaan yang mencerminkan adanya kesadaran dari budi hati nurani manusia untuk bekerjasama dalam koperasi oleh semua untuk semua, dibawah pimpinan pengurus serta pemilikan dari para anggota atas dasar keadilan dan

40

Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.8

41

Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi Di Madrasah dan Pondok Pesantren (Jakarta:PT. Bhratara Karya Aksara, 1986), Cet.1 h.10

42

Op.cit.,h.9

(37)

kebenaran serta keberanian berkorban bagi kepentingan bersama.44Sedangkan asas gotong royong yang berarti bahwa pada koperasi terdapat keinsyafan dan semangat bekerjasama, rasa bertanggung jawab bersama tanpa memikirkan diri sendiri melainkan selalu untuk kesejahteraan bersama.45Landasan-landasan serta asas-asas koperasi tersebut sesuai dengan yang tercantum padapasal 2 Bab II, dalam undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 yang menjelaskan bahwa “koperasi berlandaskan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan”.46

c. Prinsip koperasi

Pandji Anoraga menjelaskan bahwa prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman-pedoman utama yang menjiwai dan mendasari setiap gerak langkah usaha dan bekerjanya koperasi sebagai organisasi ekonomi dari orang-orang yang terbatas kemampuan ekonominya.47 Selanjutnya, padapasal 5 Bab III undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 yang dikutip oleh Pandji Anoraga sendiri, menjelaskan bahwa koperasi melaksanakan prinsip sebagai berikut: [1] Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka;[2] Pengelolaan dilakukan secara demokrasi;[3] Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;[4] Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; [5] Kemandirian.48

d. Tujuan Koperasi

Padapasal 3 Bab II undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 yang dikutip Pandji Anoraga,menjelaskan bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan

44

Op.cit., h.18

45Ibid. 46

Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h. 252

47

Ibid.,h. 10

48Ibid

(38)

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar.49

e. Fungsi dan Peran Koperasi

Pada pasal 4 Bab III, dalam undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 yang dikutip oleh Pandji Anoraga menjelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi adalah sebagai berikut: 1.1 Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

1.2 Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

` 1.3 Memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

1.4 Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.50

f. Aliran-aliran koperasi

1.1 Aliran sosialis

Aliran ini yang menjadikan koperasi sebagai batu loncatan untuk mencapai sosialisme.

1.2 Aliran persemakmuran koperasi

Aliran ini mengingatkan agar koperasi menguasai kehidupan ekonomi. Walaupun usaha swasta masih dapat diterima namun swasta hanya menduduki tempat ke dua.

1.3 Koperasi sebagai koreksi

Aliran ini dimaksudkan untuk menghilangkan kejahatan-kejahatan yang ditimbulkan oleh sistem kapitalis apabila dirasakan sistem kapitalis ini merugikan konsumen dan merupakan bagian dari apa yang disebut“institusional economic balance theory”.

1.4 Aliran antigonish

Aliran ini menyatakan bahwa koperasi pertama-tama dimaksudkan untuk tujuan pendidikan, baru kemudian tujuan ekonomi.

1.5 Aliran nimes

Aliran ini didasarkan pada religi dan filsafat. Dalam aliran ini tidak terlalu menekankan pembagian sisa hasil menurut jasa dan mencakup semua golongan.

49Ibid.,

h.252

50

(39)

Bila dilihat dari tujuan dan tempat Koperasi Indonesia dalam struktur perekonomian negara, maka Koperasi Indonesia dapat digolongkan dalam aliran Persemakmuran Koperasi.51

g. Jenis-jenis Koperasi

Secara umum, penjenisan koperasi di Indonesia telah diatur oleh undang-undang. Namun demikian, karena berbagai keperluan dan bermacam-macam cara untuk memperoleh kebutuhan hidup itu pulalah yang mendorong lahirnya koperasi yang beraneka ragam. Tetapi, secara garis besar, koperasi dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:

1.1 Koperasi konsumsi

Koperasi konsumsi adalah barang yang diperlukan setiap hari, misalnya barang-barang pangan (seperti beras, gula, garam, dan minyak kelapa), barang-barang sandang (seperti kain batik, tekstil) dan barang pembantu keperluan sehari-hari (seperti sabun, minyak tanah dan lain sebagainya). Oleh seban itu, maka koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-hari disebut koperasi konsumsi. Tujuan koperasi konsumsi ialah agar anggota-anggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga yang layak.52

Koperasi konsumsi mempunyai fungsi [1] sebagai penyalur tunggal barang-barang kebutuhan rakyat sehari-hari sehingga memperpendek jarak antara produsen dengan konsumen; [2] Harga barang sampai di tangan pemakai menjadi murah; dan [3] Ongkos-ongkos penjualan maupun Ongkos-ongkos pembelian dapat dihemat.53

1.2 Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam

Koperasi kredit didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan ongkos (bunga) yang ringan. Itulah sebabnya koperasi ini disebut dengan koperasi kredit. Akan tetapi untuk dapat memberikan pinjaman atau kredit itu, koperasi memerlukan modal. Modal koperasi yang utama adalah simpanan anggota sendiri. Dari uang simpanan yang dikumpulkan bersama-sama itu, maka koperasi kredit lebih tepat disebut korasi simpan pinjam. Fungsi pinjaman di dalam koperasi adalah sesuai dengan tujuan-tujuan koperasi pada umumnya, yaitu untuk memperbaiki kehidupan para anggotanya.54

51

Ibid., h.57-58

52

Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.20

53Ibid

., h.21

54Ibid.,

(40)

Tujuan koperasi kreditadalah [1] membantu keperluan kredit para anggota yang sangat membutuhkan dengan syarat-syarat yang ringan; [2] mendidik kepada para anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri; [3] mendidik anggota hidup berhemat dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka; dan [4] menambah pengetahuan tentang perkoperasian.55

1.3 Koperasi produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang aggota koperasi. Anggota koperasi produksi terdiri dari orang-orang yang mampu menghasilkan suatu barang atau jasa. Orang-orang tersebut adalah kaum buruh atau kaum pengusaha kecil. Oleh karena itu, kita mengenal dua macam koperasi produksi, yaitu: [1] koperasi produksi kaum buruh yang anggotanya orang-orang tidak mempunyai perusahaan sendiri; dan [2] koperasi produk kaum produsen yang anggotanya adalah orang-orang yang masing-masing mempunyai perusahaan sendiri.56

1.4 Koperasi jasa

Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha dibidang penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum. Contohnya koperasi angkutan, koperasi perencanaan dan konstruksi bangunan, koperasi jasa audit, koperasi asuransi Indonesia, koperasi perumahan nasional (Kopernas), koperasi jasa untuk mengurus dokumen-dokumen seperti SIM, STNK, paspor, sertifikat tanah dan lain-lain.57

B. Hasil Penelitian yang Relevan

No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Luluk Penerapan metode

diskusi untuk

meningkatkan aktivitas belajar geografi siswa kelas VIIIA SMPN 8 Pamekasan

Dari hasil analisis data diperoleh bahwa ada peningkatan aktivitas siswa dalam penerapan metode diskusi pada siklus I sebesar 71,43%, siklus II sebesar 79,17%, siklus III sebesar 82,74% dan jumlah rata-rata aktivitas aktif siswa sebesar 77,78%, sedangkan

55Ibid.

, h.23

56

Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.24

57Ibid.,

(41)

jumlah rata-rata siswa yang pasif adalah sebesar 22,22%.58

2. Rajif Hasan Ali Penerapan metode diskusi untuk

meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas XI IPS semester II pada kompetensi menganilis pelestarian lingkungan hidup kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan di SMA terpadu Abdul Faidl Wonodadi Kabupaten Blitar

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa dalam diskusi dari 41,67% pada siklus I pertemuan ke-2 menjadi 66,67% pada siklus II pertemuan ke-1 dan menjadi 75% pada siklus II pertemuan ke-2.59

3. Evy Agustina Rokhmawati

Penerapan metode diskusi syndicate group untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas VII A SMPN 24 Malang pada materi kaitan antara kondisi geografis dengan keadaan penduduk

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada peningkatan keaktifan belajar siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan peningkatan keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar 58,04% (cukup) meningkat menjadi

81,71% (sangat baik) pada siklus II. 60

C. KerangkaBerpikir

Berdasarkan kajian teoritis serta mengkaji laporan dari hasil penelitian sebelumnya sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:

1) Penggunaan metode diskusi akan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif.

2) Adanya keterkaitan antara penggunaan metode diskusidengan peningkatkan keaktifan belajar siswa.

(42)

D. Hipotesis Tindakan

(43)

30

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MI Darul Muttaqin yang terletak di Gg. H. Abdul Wahid Rt. 08 Rw. 03 No. 30, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Alasan peneliti memilih MI Darul Muttaqin sebagai tempat penelitian adalah bahwa peneliti menjalani profesi sebagai salah satu guru MI Darul Muttaqin sehingga peneliti memiliki peluang waktu yang cukup luas dalam mencari dan mengolah data. Sedangkan, waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pada semester II tahun ajaran 2013/2014, dengan kata lain penelitian dilakukan selama 6 bulan, yaitu sejak bulan Januari 2014 sampai dengan Juli 2014. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di MI Darul Muttaqin dimulai sejak pukul 07.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode agar hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana yang ditentukan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau lebih dikenal dengan Classroom Actio

Gambar

Tabel  2.1 Tahapan metde diskusi
Tabel 2.1 Tahapan metode diskusi
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarIPS
+7

Referensi

Dokumen terkait

6) Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2014 tentang Kualifikasi Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik;.. 7) Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2015 tentang Pendelegasian

Dengan adanya komputerisasi, maka kemudahan dalam pencarian dan penambahan data dapat dirasakan sehingga setiap orang akan menggunakan waktu dengan efektif dan efisien.

Besides, it could provide in-depth information about participants' feeling, ways of thinking, or experience (Nunan and Bailey 2008). The interview was conducted with all

Judul Skripsi : Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Ketepeng (Senna alata (L.) Roxb.) dengan Metode DPPH.. Dengan ini

Mathematics teachers’ perception of Lesson Study as a continuous professional development programme.. The Japanese model of professional development: Teaching

hubungan antar dua variabel penelitian, yaitu beban kerja sebagai variabel X. dan kepuasan kerja sebagai variabel Y, konstelasi hubungan antar

4 Tidak Sayuran, telur dan makanan setengah jadi seperti sosis, bakso, dll disimpan dalam satu lemari pendingin, namun diletakkan dalam wadah yang terpisah. Area Preparasi

user dengan level pakar ( nurse senior) untuk melakukan proses penambahan pengetahuan data gejala, gangguan dan basis aturan terhadap sistem pakar asuhan keperawatan