• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis sanad dan matan hadis salat di atas kendaraan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis sanad dan matan hadis salat di atas kendaraan"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

M. Ghozali

NIM: 1110034000127

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

Skripsi ini telah diuji pada sidang terbuka pada: Hari, tanggal : Kamis, 21 Mei 2015

Pukul : 10.00-11.30 WIB

Pembimbing : Dr. Bustamin, M.Si

Ketua Sidang : Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA

Sekretaris : Dra. Banun Binaningrum, M.Pd.

(5)
(6)

Analisis Sanad Dan Matan Hadis Salat Di Kendaraan

Dalam ajaran Islam Hadis merupakan sumber utama setelah

al-Qur’an yang selalu dijadikan landasan bahkan pedoman dalam kehidupan sehari-hari baik perkataan, perbuatan ataupun tindakan terutama yang berkaitan dengan ibadah. Umat Islam dalam melakukan ibadah tentu saja harus memiliki pengetahuan tentang aturan dan tata cara untuk melaksanakan ibadah tersebut agar tidak sia-sia dan dapat diterima di sisi Allah SWT. Salah satu ibadah yang pokok diantaranya ialah salat, seorang muslim wajib melaksanakan ibadah ini walaupun bagaimana keadaannya dan dimanapun posisinya. Namun, dalam keadaan dan posisi tertentu seseorang sering merasa ragu dan kebingungan untuk melaksanakan kewajibannya yaitu seperti melakukan salat di atas kendaraan.

Pada penelitian ini penulis akan melakukan analisa terhadap Hadis

an r a an n an a a a a n araan un u n a u

bagaimana kualitas Hadis tersebut. Namun, dalam penelitian ini penulis membatasi Hadis yang akan diteliti yaitu dua Hadis yang masing-masing terdapat dalam kitab Sunan al-Tirmidzî dan ahîh al-Bukhârî.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam Hadis yang berkaitan dengan salat di atas kendaraan, ditemukanlah kriteria-kriteria yang menunjukan kualitas masing-masing Hadis tersebut. Salah satu perawi pada sanad hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Tirmidzî memiliki tingkat intelektual yang kurang dalam

abitannya sehingga Hadis tersebut berstatus Hasan. Sementara untuk

Hadis yang terdapat dalam kitab ahîh al-Bukhârî berkualitas Sahih

(7)

Segala puji milik Allah yang maha pengasih dan juga penyayang,

sehingga atas taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir kuliah (Skripsi)

Nabi Muhammad yang telah banyak memberikan inspirasi kepada umat

manusia khususnya kepada penulis yang telah menjadikan beliau sebagai

inspirasi untuk mengkaji Hadis yang saya beri judul “ANALI I

SANAD DAN MATAN HADIS SALAT DI ATA KENDARAAN”

Penelitian ini dilakukan guna memperoleh gelar sarjana Theologi

Islam dari Fakultas Ushuluddin. Saya menyadari selama proses

penggarapan Skripsi ini banyak pihak yang memberikan bantuan,

, iv i, , ’ Maka pada kesempatan ini Saya

ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosada, MA. Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta beserta seluruh sivitas Akademika.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag. Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

pelayanan berbagai fasilitas kepada penulis.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. Ketua Jurusan Tafsir Hadis

Fakultas Ushuluddin, dan Ibu Banun Binaningrum, M.Pd. Sekertaris

Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuludin, yang selalu menyempatkan

waktunya untuk memberikan berbagai keperluan yang berkaitan

(8)

dalam menyelesaikan tugas ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuludin khususnya Jurusan Tafsir Hadis

yang tanpa henti memberikan pengajaran serta pemahaman.

6. Bapak dan Ibu petugas Perpustakan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan perpustakaan Fakultas Ushuludin yang telah memberikan

pelayanan kepada penulis dalam mencari referensi.

7. Ayah Ib , y ’ b

harta dan raganya untuk kelancaran saya. Adik dan kakak tercinta

yang selalu mendukung dan membantu penulis.

8. Keluarga besar Yayasan Nurul Huda yang telah memberikan

dukungan dan perhatian.

9. Keluarga besar Yayasan al-Atiqiyah, terutama kepada abi Wawan

yang telah memberikan saran-saran kepada penulis.

10.Kyai Bahrudin selaku pimpinan pondok pesantren Darul Hikam yang

senantiasa memberikan nasihat dan pepatah.

11.Teman-teman seperjuangan Tafsir Hadis. Saudara Dani Kamaludin,

ahmad al-Faruqi, Afwan, Aceng, Lail, Angga, Mabrur. Teman KKN

LANGIT 13, teman-teman di pondok Darul Hikam serta seluruh

kerabat yang selalu memberikan motivasi dan bantuan untuk

(9)

untuk penulis pribadi maupun para pembaca.

Jakarta, 26-03-2015.

(10)

Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalih huruf dari abjad yang satu ke

abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin disini ialah huruf-huruf Arab dengan

huruf-huruf latin beserta perangkatnya. Pedoman transliterasi dalam skripsi ini

meliputi:

a. Konsonan

NO Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

1 ا Tidak dilambangkan

2 ب B Be

3 ت T Te

4 ث Ts Te dan Es

5 ج J Je

6 ح H H dengan garis di bawah

7 خ Kh Ka dan Ha

8 د D De

9 ذ Dz De dan Ze

10 ر R Er

11 ز Z Zet

12 س S Es

13 ش Sy Es dan ye

14 ص S Es dengan garis di bawah

15 ض De dengan garis di bawah

(11)

19 غ Gh Ge dan Ha

20 ف F Ef

21 ق Q Ki

22 ك K Ka

23 ل L El

24 م M Em

25 ن N En

26 و W We

27 ه H Ha

28 ء ` Apostrof

29 ي Y Ye

b. Vokal

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َ A F t

َ I Kasrah

َ U

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

(12)

و َ Au a dan u

Sedangkan untuk vokal panjang ketentuan alih aksaranya ialah apabila A

panjang ditulis dengan â ( a dengan topi di atas), I panjang ditulis dengan î

(13)

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

E. Metode Penelitian... 10

F. Sistematika Penelitian ... 11

BAB II SEKILAS TENTANG SALAT A. Pengertian Salat dan Kedudukannya Dalam Islam ... 13

B. Cara Melaksanakan Salat Di Atas Kendaraan ... 17

C. Pendapat Ulama Terhadap Salat Di Atas Kendaraan ... 22

BAB III ANALISIS HADIS MENGENAI SALAT DI ATAS KENDARAAN A. Kritik Sanad Hadis ... 26

1. Teks dan Terjemahan Hadis ... 26

2. Takhrij Hadis ... 27

(14)

B. Kritik Matan Hadis ... 56

1. Perbandingan Hadis dengan al-Q ’ ... 57

2. Perbandingan dengan Riwayat Lain ... 58

3. Komentar Ulama ... 60

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN

(15)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadis atau yang disebut juga dengan sunah, sebagai sumber ajaran

Islam yang berisi pernyataan, pengamalan, pengakuan, dan hal ihwal Nabi

Saw yang beredar pada masa Nabi Muhammad saw. hingga wafatnya,

disepakati sebagai sumber ajaran Islam setelah al-Q ’ s y

menjadi hujjah (sumber otoritas) keagamaan. Oleh karena itu, umat Islam

pada masa Nabi Muhammad saw. dan pengikut jejaknya, menggunakan

Hadis sebagai hujah keagamaan yang diikuti dengan mengamalkan isinya

dengan penuh semangat, kepatuhan dan ketulusan. Dalam praktek,

disamping menjadikan al-Q ’ se g j ke g , mereka juga

menjadikan Hadis sebagai hujah yang serupa secara seimbang, karena

keduanya sama diyakini berasal dari wahyu Allah.1

Seorang muslim yang mengakui Allah sebagai tuhan-Nya dan Nabi

Muhammad sebagai utusan-Nya sepatutnya dan selayaknya ia selalu

mengikuti ataupun menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah dan

juga Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Serta menjadikan al-Q ’

dan Hadis sebagai pedoman ataupun rujukan umat manusia yang

mendapati perselisihan paham, pendapat, dan permasalahan hidup

(16)

نِإَف

ْمُتْعَزََٰ ت

ِف

ءْىَش

ُوُدُرَ ف

َلِإ

َِّٱ

ِلوُسَرلٱَو

نِإ

ْمُت ُك

َنوُِمْؤُ ت

َِّٱِب

ِمْوَ يْلٱَو

ٱ

ا

ِرِخاَء

َكِلَٰذ

رْ يَخ

ُنَسْحَأَو

يِوْأَت

ال

“kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Berdasarkan ayat di atas, jelaslah bahwa Allah memerintahkan

umat manusia agar mengambalikan segala urusan dalam kehidupannya

kepada al-Q ’ j g Hadis yang menjadi sumber pokok dalam

ajaran Islam.

Namun, sejalan dengan perjalanan waktu umat manusia

menghadapi berbagai permasalahan yang harus disikapi dan dijalankan

dengan baik. Bagi umat Islam, permasalahan yang timbul kapan dan

dimanapun harus dikembalikan kepada pegangan hidup mereka yang telah

ditetapkan yaitu al-Q ’ Hadis. Pada satu sisi, al-Q ’ upun

Hadis dianggap pedoman yang siap kapan saja untuk dijadikan rujukan

terhadap semua permasalahan yang dihadapi. Namun, dalam tataran

prakteknya, tidak semudah mengemukakannya dalam teori semata.

Banyak ayat maupun Hadis yang mempunyai makna ganda, yang

disebabkan tingginya nilai sastra yang dimiliki oleh kedua teks tersebut.

Sehingga tidak boleh tidak, perlu usaha yang mendalam dan serius untuk

menggali dalil-dalil tersebut agar menjadi pedoman praktis untuk

dilaksanakan dengan mudah dan meyakinkan kebenarannya.2

2Abdul Wahid,

Hadis Nabi dan Problematika Masa Kini. (Banda Aceh: al-Raniry Press,

(17)

Aspek lain yang juga harus diperhatikan adalah menyangkut

eksistensi Rasulullah dalam berbagai posisi dan fungsinya. Adakalanya

sebagai manusia biasa, sebagai pribadi, suami, utusan Allah, kepala

Negara, pemimpin masyarakat, panglima perang, dan sebagai hakim

pemutus perkara. Sebab keberadaan ini menjadi acuan pemahaman Hadis

berkaitan dengan posisi dan peran apa yang sedang Rasulullah jalankan.

Oleh karenanya penting sekali mendudukan pemahaman Hadis pada

tempat yang proporsional, kapan dipahami secara tekstual, konstektual,

universial, temporal, situasional maupun lokal. Bagaimanapun,

pemahaman yang kaku dan statis akan menutup eksistensi Islam yang

âlih li kulli zamân wa makân.3

Salah satu dari pembahasan yang dijelaskan Hadis adalah berkaitan

dengan ibadah-ibadah yang wajib ataupun sunah. Salat adalah merupakan

ibadah wajib yang akan pertama kali dipertimbangkan oleh Allah terhadap

seorang muslim. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah Hadis

berikut.

ُناَمْيَلُس اَنَرَ بْخَأ

َفْوَأ ِنْب َةَراَرُز ْنَع دِْ َِِأ ِنْب َدُواَد ْنَع َةَمَلَس ُنْب ُداَََ اََ ثَدَح بْرَح ُنْب

َُي اَم َلَوَأ َنِإ َمَلَسَو ِْيَلَع َُّا ىَلَص َِّا ُلوُسَر َلاَق َلاَق ِّيِراَدلا ميََِ ْنَع

ُدْبَبْلا ِِب ُ َسا

َصلا

َل

َجَو ْنِإَف ُة

َص َد

َل

ناَصْقُ ن اَهيِف َناَك ْنِإَو اةَلِماَك َُل ْتَبِتُك اةَلِماَك َُت

َلاَبَ ت َُّا َلاَق

َمِل

َل

ِتَضيِرَف ْنِم َصَقَ ن اَم َُل اوُلِمْكَأَف عُوَطَت ْنِم يِدْبَبِل ْلَ اوُرُظْنا ِِتَكِئ

َُُ ُةاَكَزلا َُُ ِ

ْلا

ل

ِلَذ ِ َسَح ىَلَع ُلاَمْع

َك

4

“Sungguhnya pertama kali yang akan dihisab dari seorang hamba

adalah salat, jika salatnya sempurna maka akan ditulis sempurna untuknya.

3 Muhammad Solikhin

(18)

Apabila padanya terdapat kekurangan, maka Allah Ta'ala berfirman kepada para malaikat-Nya: Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki amalan sunah? Lalu sempurnakan apa yang kurang sempurna dari ibadah wajibnya. Kemudian zakat, kemudian amalan-amalan lain juga seperti itu

perhitungannya.”

Selain itu salat juga merupakan syarat mencapai keselamatan dan

penyangga iman seseorang. Ia juga sebagai penghubung antara hamba dan

Tuhannya. Salat adalah penyejuk mata pelipur hati. Begitu mulia dan luhur

nilainya, sehingga salat itu pertama kali diwajibkan pada malam isra’

’r , seolah-olah hal ini menunjuk pada hakikat salat dan seakan-akan

roh kita naik ketika salat menghadap Sang Maha pencipta untuk

memperoleh tambahan iman dan takwa.5

Perintah untuk menegakan salat banyak disebutkan di dalam

al-Q ’ , antara lain:

اَذِإَف

ُمُتْيَضَق

َصلا

َل

َة

اوُرُكْذاَف

ََّا

ااماَيِق

اادوُبُ قَو

ىَلَعَو

ْمُكِبوُُج

اَذِإَف

ْمُتَْ نْأَمْطا

اوُميِقَأَف

َلَصلا

َة

َنِإ

َلَصلا

َة

ْتَناَك

ىَلَع

َيِِمْؤُمْلا

ااباَتِك

ااتوُقْوَم

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah fardu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.

Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim wajib untuk melaksanakan

ibadah salat baik dilaksanakan dalam keadaan apapun, bagaimanapun,

dan dimanapun. Namun dalam prakteknya sering sekali banyak

ditemukan persoalan tentang salat bahkan bingung ketika waktu salat

telah datang sedangkan posisi seseorang masih di dalam kendaraan umum

5 Syekh Musthafa Masyur,

Berjumpa Allah Lewat Salat (Jakarta: Gema Insani Press,

(19)

dan diperkirakan akan sampai setelah waktu salat tersebut berakhir.

Apalagi ditambah persoalan perjalanan saat ini yaitu macet yang akan

menghambat seluruh pengguna jalan dalam melakukan aktivitasnya.

Persoalan semacam ini sebenarnya pernah dialami saya ketika hendak

berangkat dari Ciputat menuju Sukabumi. Ketika itu berangkat setelah

salat ashar pukul 16.00 WIB. Dengan menggunakan kendaraan umum,

dikarenakan kondisi jalanan macet sampailah saya pada saat waktu salat

magrib telah berakhir yaitu pukul 19.30 WIB.

Permasalahan yang terjadi dikalangan masyarakat adalah mengenai

perbedaaan pandangan dalam memahami keterangan-keterangan makna

yang terkandung Hadis. Hadis salat di kendaraan inilah salah satu contoh

dari banyaknya Hadis yang sering banyak diperbincangkan terkait makna

Hadis yang akan diamalkan dalam kehidupan sosial. Sebagian orang atau

bahkan setingkat ulama meyakini dan memahami Hadis salat di kendaraan

boleh dilakukan asalkan bukan salat fardu kemana pun arah kendaraan

tersebut melaju, semantara yang lainnya memahami Hadis salat di

kendaraan tersebut boleh dilakukan walaupun pada keadaan salat wajib.

Berdasarkan persoalan ataupun permasalahan di atas penulis

tertarik untuk menelusuri persoalan tentang salat di kendaraan dengan

melalui pendekatan Hadis sebagai sumber pokok umat Islam setelah

al-Q ’ . N lam penelitian ini penulis tidak terlalu fokus untuk

mencari boleh atau tidaknya salat wajib atau sunah dilakukan di

(20)

dikendaraan yaitu sebagaimana yang diriwayatkan sunan al-Darimi yang

berbunyi sebagai berikut.

اََ ثَدَح

ُناَيْفُس

ُنْب

عيِكَو

،

َلاَق

:

اََ ثَدَح

وُبَأ

دِلاَخ

ُرَََْأا

،

ْنَع

ِدْيَ بُع

ِل

ِنْب

َرَمُع

،

ْنَع

عِفاَن

،

ِنَع

ِنْبا

َرَمُع

،

َنَأ

َ ِبَلا

ىَلَص

َُّا

ِْيَلَع

َمَلَسَو

ىَلَص

َلِإ

ِِرِبَب

،

ْوَأ

ِِتَلِحاَر

،

َناَكَو

يِّلَصُي

ىَلَع

ِِتَلِحاَر

ُثْيَح

اَم

ْتَهَجَوَ ت

ِِب

.

6

Hadis-Hadis di atas masing-masing memiliki unsur-unsur yang

terdapat pada Hadis yaitu sanad dan matan. Sanad Hadis yang berarti

merupakan sebuah rangkaian periwayatan dari sedangkan matan adalah

cerita dari sanad ataupun isi dari Hadis tersebut, matan menurut ilmu

Hadis adalah penghujung sanad yakni sabda Nabi Muhammad Saw yang

disebutkan setelah akhir sanad Hadis.7 Sanad merupakan persoalan

pertama yang berkaitan langsung dengan Hadis, dalam arti persoalannya

lebih tertuju pada penelusuran sanad-sanad Hadis, siapa perawinya,

bagaimana jati dirinya, bagaimana moralitasnya dan lain sebagainya. Di

samping itu, persoalan lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam proses

isnâd adalah penelusuran kemampuan rawi dalam proses menerima dan

meriwayatkan Hadis apakah ia seorang yang sungguh-sungguh dalam

bermajelis sama’ t e y k se gg te j y k

kekeliruan dalam menyampaikan Hadis dari gurunya.8 Inilah yang akan

6

‘Îs ‘Îs -Tirmidzî, Sunan al- Tirmidzî, ( Beirut: Dâr al-Gharib

al- Islamî, 1998), h. 456

7 Bustamin, dan Isa Salam,

Metode Kritik Hadis. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),

h. 59.

8 M. Abdurrahman, dan Elan Sumarna,

Metode Kritik Hadis. (Bandung: Remaja Rosda

(21)

menjadi kajian penulis dalam membahas Hadis tentang salat di kendaraan

berdasarkan analisis sanad dan juga matan.

B. Identifikasi Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berawal dari penjelasan latar belakang di atas, maka diperlukanlah

suatu pembatasan masalah. Dengan tujuan agar pembahasan terfokus pada

penelitian yang akan dikaji dan lebih terarah. Oleh sebab itu penulis akan

memberikan batasan terhadap penelitian yang akan dikaji dengan

membatasi Hadis sebagai berikut :

Pembatasan yang pertama, penulis hanya akan menganalis atau

melakukan kritik terhadap Hadis salat di kendaraan sedangkan untuk

hukum yang berkaitan dengan salat di kendaraan penulis tidak akan terlalu

membahasnya. Kedua, penulis akan meneliti Hadis-Hadis yang berkaitan

dengan salat di kendaraan.

Pembatasan yang ketiga, dari sekian banyak Hadis yang berkaitan

dengan salat di kendaraan maka saya batasi jumlah Hadis tentang salat di

kendaraan yang akan dianalisa dari segi sanad dan matan hanya dua Hadis

saja karena keterbatasan waktu dan akan menghasilkan halaman yang

sangat banyak. Hadis-hadis tersebut terdapat dalam kitab Sahih al-Bukhari

(22)

dimuat dan setinggi apa pun ia diapresiasi harus diteliti sebelum diberikan

penelitian ilmiah apa pun terhadap keterpercayaannya.9

2. Rumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin melakukan penelitian

bagaimana kualitas Hadis tentang salat di atas kendaraan?

C. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dan kegunaan dilakukannya penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk memberikan pengertian secara ilmiah terhadap Hadis salat

dikendaraan.

b. Untuk mengetahui kualitas sanad dan matan Hadis salat di

kendaraan.

c. Untuk menggambarkan Hadis-Hadis tentang salat di kendaraan.

d. Untuk menguraikan unsur-unsur Hadis yang menjadi hal terpenting

dalam menentukan kualitas Hadis.

2. Kegunaan Penelitian ini adalah

a. untuk memberikan wawasan pengetahuan dan referensi tambahan

terhadap kajian Hadis khususnya tentang Hadis salat di kendaraan.

9 Kamarudin Amin,

Menguji kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis. ( Jakarta:

(23)

b. Memberikan gambaran pemahaman Hadis salat kendaraan yang

dilihat berdasarkan unsur-unsur yang terdapat pada Hadis yaitu

sanad dan matan.

c. Secara Akademik, Penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangsih pemikiran dalam khazanah pemikiran Islam khususnya

dalam bidang Hadis.

d. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Strata-1 bidang Theologi

Islam pada program study Tafsir Hadis di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah yang membahas tentang

Salat telah banyak dilakukan oleh para peneliti dari berbagai kajian

disiplin ilmu. Diantara karya ilmiah yang penulis temukan adalah sebagai

berikut :

a. Skripsi pada Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Sunan

Kali Jaga Yogyakarta tahun 2001 karya M. Rizal Efendi Hasibuan

dengan judul PENGALAMAN SALAT FARDHU SOPIR DAN

KERNET BIS PT.ALS ( ANTAR LINTAS SUMATRA) CABANG

YOGYAKARTA. Dalam skripsi ini M. Rizal Efendi Hasibuan

menjelaskan permasalahan ibadah salat yang dilakukan sopir dan

kernet yang setiap harinya berada di perjalanan. Peneliti ini

(24)

penghambat terhadap kewajiban salat 5 waktu seorang sopir dan

kernet bis tersebut.

b. Skripsi pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Jakarta

tahun 2009 karya Mahbubah dengan judul KUALITAS HADIS-HADIS

QADA SALAT (KAJIAN SANAD MATAN). Dalam skripsinya

Mahbubah melakukan penelitian terhadap salat qada dengan

pendekatan ilmu Hadis yang menjelaskan kualitas Hadis. Melalui

penelitiannya Mahbubah menyatakan bahwa Hadis qada salat adalah

merupakan Hadis yang memiliki kualitas ahad masyhur yang h

dengan alasan bahwa Hadis tersebut memiliki sanad yang bersambung

serta rawinya yang abit.

Berdasarkan karya-karya ilmiah yang telah dilakukan para peneliti

mengenai salat dari berbagai macam-macam pendekatannya, maka saya

tertarik untuk meneliti pembahasan salat dilakukan di kendaraan melalui

disiplin ilmu Hadis.

E. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode

pencarian data-data yang biasa disebut library research berupa buku,

artikel, majalah, baik yang bersifat primer ataupun sekunder diantaranya

yaitu tahdzîb al-tahdzîb karya Ibn Hajar al-Asqalânî, Karya Jamâludin

Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizzî, Tahdzîbal-Kamâl fî asmâ al-Rijâl,

(25)

Adapun langkah-langkah ataupun cara pengumpulan data yang ditempuh

penulis dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut :

Pertama, Metode takhrij Hadis, dengan menggunakan kitab

’ -Mufahras li alfâd al-Hadîts al-Nabawi karya Arnold John

Wensinck dan kitab al-Mausû’ al-Atraf karya Abu Hajar Muhammad

al-S ʻîd ibn Basyûnî Zaghlûl.

Kedua, Melakukan penelitian sanad Hadis dari data yang diambil

dari kitab dan Hadis kemudian menentukan kedudukan Hadis melalui

penelitian kepribadian para perawi Hadis.

Ketiga, Melakukan kritik matan Hadis dengan cara

membandingkan Hadis dengan al-Q ’ Hadis dengan Hadis.

Dalam metode penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku

pedoman akademik tahun 2010-2011.

F. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini penulis menyusun

berdasarkan bab perbab, agar mendapatkan gambaran yang jelas dalam

skripsi ini.yaitu dengan susunan sebagai berikut:

Bab satu, sebagai pendahuluan yang merupakan gambaran umum

tentang keseluruhan isi skripsi yang dimulai dengan latar belakang

masalah yang dilanjutkan rumusan masalah, lalu tujuan dan kegunaan

(26)

Bab dua, membahas sekilas tentang salat yang meliputi

pembahasan pengertian salat dan kedudukannya dalam Islam serta penulis

juga akan menjelaskan bagaimana salat di kendaraan dilakukan (tata cara

salat di kendaraan), selain dari pada itu dalam bab ini pun dijelaskan

pendapat-pendapat para ulama memandang seputar Hadis salat di

kendaraan.

Bab tiga, membahas seputar proses analisis penulis terhadap

Hadis-Hadis salat di kendaraan dengan melalui takhrij Hadis. Langkah

pertama penulis menyajikan teks dan terjemah Hadis kemudian

dilanjutkan dengan kegiatan penelitian Hadis yang dilakukan dengan

menelusuri sanad Hadis, i’t b r Hadis, serta melakukan kritik sanad.

Selain dari itu, pada bab ini juga dilakukan penelusuran terhadap matan

Hadis dengan cara mencari awal matan Hadis, melalui kata-kata yang

terdapat pada matan Hadis, pencarian melalui tema Hadis, meneliti

kandungan matan Hadis, pendapat ulama terhadap makna Hadis, serta

memberikan verifikasi terhadap Hadis.

Bab empat, merupakan bab terakhir dari penelitian ini yang akan

diakhiri dengan penutup meliputi kesimpulan, saran. Dan untuk

melengkapi skripsi serta bukti penelitian, penulis cantumkan

(27)

SEKILAS TENTANG SALAT

A. Pengertian Salat Dan Kedudukannya Dalam Islam

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, salat adalah merupakan perbuatan

menghadap kepada Allah sepenuh jiwa raga untuk berdoa, memuji,

memuliakan, dan memohon rahmat-Nya sebagai ibadah dengan melakukan

beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri

dengan salam sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum

Islam1. Sedangkan pengertian salat menurut bahasa Arab adalah merupakan

kata yang diambil dari kata

ي

لصي

ىلص

yang memiliki arti do’ 2.

Berkaitan dengan pengertian Salat y g e t o’ , al-Q ’ e je sk

dalam surat al-Taubah ayat 103 sebagai berikut :

ِّلَصَو

ْمِهْيَلَع

نِإ

َكَتَاَص

نَكَس

ْمََُ

ُ َاَو

عيََِ

ميِلَع

“ e o t k e ek . Ses gg y o k t e j ) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha e get .”

Berdasarkan ayat di atas, kata

ْمِهْيَلَع

ِّلَصَو

“ e o’ t k

e ek ” t y t k p t k mereka dari dosa-dosa yang telah

mereka lakukan. Begitu juga dengan kata

ْمََُ

نَكَس

َكَتَاَص

نِإ

Ses gg y o’ k t e j kete t j w g e ek ,”

1 Peter salim,

Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, ( Jakarta: Modern English Press,

(28)

artinya, itu menjadi penenang hati mereka karena Allah telah mengampuni

dosa mereka dan menerima taubat mereka.3

Sedangkan pengertian salat secara istilah ialah perkataan maupun

perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam

berdasarkan syarat-syarat dan waktu yang telah ditetapkan. Allah telah

menetapkan waktu-waktu salat fardu yang lima waktu. Sebagaimana dalam

firman-Nya :

نِإ

َةَا صلا

ْتَناَك

ىَلَع

َيِِمْؤُمْلا

اًباَتِك

اًتوُقْوَم

“Sesungguhnya salat itu adalah fardu yang ditentukan waktunya atas orang-o g y g e ”. Qs. -Nisâ ayat 103).

Jelaslah bahwa salat menjadi salah satu ibadah yang waktunya telah

ditentukan. Bahkan memiliki keutamaan yang luar biasa bagi siapa saja

yang melaksanakan salat tepat pada waktunya. Sebagaimana yang

dijelaskan dalam Hadis berikut ini :

اََ ث دَح

وُبَأ

ِديِلَولا

ُماَشِ

ُنْب

ِدْبَع

، ِكِلَما

َلاَق

:

اََ ث دَح

،ُةَبْعُش

َلاَق

ُديِلَولا

ُنْب

ِراَزْ يَعلا

:

ِنَرَ بْخَأ

َلاَق

:

ُتْعََِ

اَبَأ

وٍرْمَع

، ِناَبْي شلا

ُلوُقَ ي

:

اََ ث دَح

ُبِحاَص

ِِذَ

ِرا دلا

َراَشَأَو

َلِإ

ِراَد

ِدْبَع

،ِ َا

َلاَق

:

ُتْلَأَس

ِب لا

ى لَص

ُل

ِْيَلَع

َم لَسَو

:

يَأ

ِلَمَعلا

بَحَأ

َلِإ

؟ِ َا

َلاَق

:

ُةَا صلا

ىَلَع

،اَهِتْقَو

َلاَق

:

ُث

؟يَأ

َلاَق

:

ُث

رِب

ِنْيَدِلاَولا

َلاَق

:

ُث

؟يَأ

َلاَق

:

ُداَهِجا

ِي

ِليِبَس

ِ َا

َلاَق

:

ِنَث دَح

، نِِِ

ِوَلَو

ُُتْدَزَ تْسا

ِنَداَزَل

ٗ

Salat juga merupakan perwujudan dari rasa kelemahan seorang

manusia dan rasa membutuhkan seorang hamba terhadap Tuhan dalam

membentuk perkataan dan perbuatan sekaligus, sebagai perwujudan

ketaatan seorang hamba terhadap perintah dan kewajiban dari Tuhan, dan

3 Ibn jarî - abarî,

Tafsir - abarî, Penerjemah Anshari Taslim, dkk (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009), h. 202.

4Ibn Hajar al-Asqalani,

(29)

sebagai sarana yang di dalamnya seorang hamba meminta ketabahan untuk

menghadapi berbagai kesulitan dan ujian yang dialami di dunia ini, dan

sebagai perwujudan pernyataan memuji kebesaran dan kemulian Allah.5

Salat adalah kewajiban yang konstan dan absolut, untuk hamba

sahaya dan kaum merdeka, untuk si kaya dan si miskin, untuk orang yang

sehat dan sakit, dan untuk yang bepergian ataupun yang tidak bepergian.

Kewajiban ini tidak gugur bagi siapa saja yang sudah sampai pada usia

baligh, dalam keadaan bagaimanapun juga, tidak seperti puasa, zakat, dan

haji, yang diwajibkan dengan beberapa syarat dan sifat, dalam waktu

tertentu dan dengan batas yang tertentu pula. 6

Begitu pentingnya salat untuk dilakukan dalam kondisi apapun

seperti pada kondisi perang, pada saat dalam perjalanan, atau pada saat

dalam kondisi yang aman. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Nisâ

berikut ini:

اَذِإَو

ْمُتْ بَرَض

ِف

ِضْرَْأٱ

َسْيَلَ ف

ْمُكْيَلَع

حاَُج

نَأ

اوُرُصْقَ ت

َنِم

ِةٰوَل صلٱ

ْنِإ

ْمُتْفِخ

نَأ

ُمُكَِتْفَ ي

َنيِذ لٱ

وُرَفَك

نِإ

َنيِرِفَٰكْلٱ

اوُناَك

ْمُكَل

اوُدَع

اًيِب م

ٔٓٔ

اَذِإَو

َت ُك

ْمِهيِف

َتْمَقَأَف

ُمََُ

َةٰوَل صلٱ

ْمُقَ تْلَ ف

ةَفِئاَط

مُهْ ِّم

َكَع م

اوُذُخْأَيْلَو

ْمُهَ تَحِلْسَأ

اَذِإَف

اوُدَجَس

اوُنوُكَيْلَ ف

نِم

ْمُكِئاَرَو

ِتْأَتْلَو

ةَفِئاَط

ٰىَرْخُأ

َْل

او لَصُي

او لَصُيْلَ ف

َكَعَم

اوُذُخْأَيْلَو

ْمَُرْذِح

ْمُهَ تَحِلْسَأَو

دَو

َنيِذ لٱ

اوُرَفَك

ْوَل

َنوُلُفْغَ ت

ْنَع

ْمُكِتَحِلْسَأ

ِتْمَأَو

ْمُكِتَع

َنوُليِمَيَ ف

مُكْيَلَع

ًةَلْ ي م

ًةَدِحَٰو

َلَو

َحاَُج

ْمُكْيَلَع

نِإ

َناَك

ْمُكِب

ىًذَأ

نِّم

ٍرَط م

ْوَأ

مُت ُك

ٰىَضْر م

نَأ

اوُعَضَت

ْمُكَتَحِلْسَأ

اوُذُخَو

ْمُكَرْذِح

نِإ

َ َٱ

دَعَأ

َنيِرِفَٰكْلِل

اًباَذَع

اًيِه م

ٕٔٓ

اَذِإَف

ُمُتْيَضَق

َةٰوَل صلٱ

اوُرُكْذٱَف

َ َٱ

اًمَٰيِق

اًدوُعُ قَو

ٰىَلَعَو

ْمُكِبوُُج

اَذِإَف

ْمُتَنْأَمْطٱ

اوُميِقَأَف

َةٰوَل صلٱ

نِإ

َةٰوَل صلٱ

ْتَناَك

ىَلَع

َيِِمْؤُمْلٱ

اًبَٰتِك

اًتوُقْو م

ٖٔٓ

5 Ahmad Thib Raya dan Musdah Mulia,

Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam,

(30)

“ an apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu mengqasar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Al-Nisâ ayat 101)

“ an apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan salat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang Salat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-o g k f t ”. (Al-Nisâ ayat 102).

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah fardu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (Al-Nisâ ayat 103).

Jika menelusuri kitab suci yang diturunkan Allah dan sunnah Nabi

maka kita akan menemukan adanya perhatian yang begitu besar terhadap

masalah salat . Bapak para Nabi, I . s. e o’ kep t y g

Allah menjadikan dirinya dan keturunannya termasuk orang yang

mendirikan salat, dan menjadikan salat sebagai ungkapan pujian terhadap

Ismail. Ditemukan pula di dalamnya bahwa perintah yang pertama kali

ditujukan Allah kepada Nabi Musa adalah perintah mendirikan salat dan

berwasiat kepada Musa dan saudaranya Harun untuk melaksanakannya.

Wasiat serupa disampaikan Luqman kepada anaknya.7

7 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahab Sayyid Hawass

, Fiqh Ibadah,

(31)

Diantara ayat-ayat al-Q ’ y g e k t e g ke k salat

dalam Islam yang telah dijelaskan di atas ialah sebagai berikut :

ِّبَر

ِنْلَعْجا

َميِقُم

َا صلا

ِة

ْنِمَو

ِت يِّرُذ

اَ بَر

ْل بَقَ تَو

ِءاَعُد

“ T k , J k k k k o g-orang yang tetap mendirikan salat , T , pe ke k o k .” (Q.S. Ibrahim ayat 40)

َناَكَو

ُرُمْأَي

َُلَْأ

ِةَا صلاِب

ِةاَك زلاَو

َناَكَو

َدِْع

ِِّبَر

ايِضْرَم

“ e y ya untuk bersembahyang dan menunaikan k t, seo g y g s s T y .” (Q.S. Maryam ayat 55)

ِن نِإ

اَنَأ

ُ َا

َل

ََلِإ

لِإ

اَنَأ

ِنْدُبْعاَف

ِمِقَأَو

َةَا صلا

يِرْكِذِل

“Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah salat untuk mengingat aku.” (Q.S. Thaha ayat 14).

Demikianlah hakikat salat menurut pandangan agama. Salat

mempunyai pengaruh yang sangat besar di dalam mendidik jiwa dan

membina akhlak. Sungguh, pada setiap bagian salat terkandung

keutamaan-keutamaan akhlak yang bermanfaat untuk melahirkan sifat-sifat terpuji.8

B. Cara Melaksanakan Salat Di Kendaraan

Tata cara salat yang sempurna dari segala aspeknya ialah mendirikan

salat sejalan dengan salat yang diparaktekkan oleh Rasulullah Saw.9

Melaksanakan salat pada saat berada di kendaraan adalah

dibolehkan. Seperti mengerjakan salat dalam kapal laut, kereta, dan pesawat

terbang hukumnya sah dan tidak dihukumi makruh. Dalam kondisi seperti

ini, salat boleh dilakukan semampunya (tidak harus dilakukan secara

sempurna seperti dalam kondisi normal).10

8 Syeikh Abdurrahman al-Jaziri,

Kitab Salat Fikih Empat Madhab Mudah Memahami Fikih dengan Metode Skema, diterjemahkan Syarif Hademasyah dan Luqman Junaidi, (Jakarta:

(32)

Ibn Umar meriwayatkan bahwa Nabi saw. ditanya perihal salat di

atas kapal laut, beliau bersabda:

اََ ث دَح

وُبَأ

ٍرْكَب

ُد مَُُ

ُنْب

ىَسوُم

ِنْب

ٍلْهَس

يِراَهَ بْرَ بْلا

ْنِم

ِِلْصَأ

،

اََ ث دَح

ُرْشِب

ُنْب

اَفاَف

،

اََ ث دَح

وُبَأ

ٍمْيَعُ ن

،

اََ ث دَح

ُرَفْعَج

ُنْب

َناَقْرُ ب

ْنَع

ِنوُمْيَم

ِنْب

َناَرْهِم

ِنَع

ِنْبا

َرَمُع

َلِئُس

ِب لا

ىلص

ل

يلع

ملسو

ِنَع

ِةَا صلا

ِي

ِةَيِف سلا

َلاَق

ِّلَص

اًمِئاَق

لِإ

ْنَأ

َفاَََ

قَرَغْلا

Berdasarkan Hadis di atas, bahwa pada suatu hari Rasulullah pernah

ditanya tentang salat di atas kapal laut maka Nabi menjawab atas pertanyaan

tersebut. Nabi berkata salat lah di dalamnya (kapal laut) dengan cara berdiri

kecuali apabila kamu takut tenggelam.

Adapun mengenai cara melakukan salat di atas kendaraan,

Rasulullah memberikan petunjuk tentang tata caranya, sebagai berikut:

Sebisa mungkin menghadap kiblat. Jika tidak memungkinkan, maka

menghadapnya mengikuti arah laju kendaraan. Sebagaimana Hadis yang

diriwayatkan salim berikut ini:

اََ ث دَح

ُدََْْأ

ُنْب

ٍحِلاَص

اََ ث دَح

ُنْبا

ٍبْ َو

ِنَرَ بْخَأ

ُسُنوُي

ِنَع

ِنْبا

ٍباَهِش

ْنَع

ٍِلاَس

ْنَع

ِيِبَأ

َلاَق

َناَك

ُلوُسَر

ِ َا

-ىلص

ل

يلع

ملسو

ُحِّبَسُي

ىَلَع

ِةَلِحا رلا

ىَأ

ٍْجَو

َ جَوَ ت

ُرِتوُيَو

اَهْ يَلَع

َرْ يَغ

ُ نَأ

َل

ىِّلَصُي

َةَبوُتْكَمْلا

اَهْ يَلَع

.

ٔٔ

Yang dimaksud dengan kata

ُحِّبَسُي

pada Hadis di atas adalah orang

yang melaksanakan salat sunah12, maka apabila seseorang mengerjakan

salat sunnah dikerjakan di atas kendaraan diperbolehkan untuk tidak

menghadap kiblat apabila memang tidak memungkinkan. Berdasarkan

11 Abû Dâud Sulae s’ s al-Sajsastani,

Sunan Abû Dâud, (Beirut: Dâr al-Kitab al

Arabi), juz 1, h. 473.

12 Abû al- yy b Muhammad Syamsu al-Haq al-‘ î , ’

Aun al- ’b d, juz 4 (Madinah:

(33)

Hadis yang diriwayatkan Ibn Umar mengatakan bahwa ketika itu pernah

melihat Nabi Muhammad salat di atas keledai dan beliau menghadapkan

wajahnya ke khaibar. Berikut Hadis yang diriwayatkan ibn Umar:

اََ ث دَح

َيََْ

ُنْب

َيََْ

َلاَق

ُتْأَرَ ق

ىَلَع

ٍكِلاَم

ْنَع

وِرْمَع

ِنْب

َيََْ

ِِّنِزاَمْلا

ْنَع

ِديِعَس

ِنْب

ٍراَسَي

ِنَع

ِنْبا

َرَمُع

َلاَق

ُتْيَأَر

َلوُسَر

ِ َا

ىلص

ل

يلع

ملسو

ىِّلَصُي

ىَلَع

ٍراَِْ

َوُ َو

ِّجَوُم

َلِإ

َرَ بْيَخ

.

ٖٔ

Diusahakan berdiri. Jika tidak bisa, disesuaikan dengan kondisi yang

ada. Salah satu dasar Hadis yang membolehkannya adalah Hadis yang

berikut ini :

اََ ث دَح

ُميِاَرْ بِإ

ُنْب

ٍدا َْ

،

اََ ث دَح

ُسا بَع

ُنْب

َديِزَي

،

اََ ث دَح

وُبَأ

ٍرِماَع

،

اََ ث دَح

ُميِاَرْ بِإ

ُنْب

َناَمْهَط

ْنَع

ٍْيَسُح

اَذَِِ

َلاَقَو

ُروُساَبْلا

صلا

َا

ُة

َع َل

ى

رلا

ِحا

َل ِة

ِي

سلا

َف ِر

ََج

َعا

ًة

ِب ُع ْذ

ِر

َما

َط

ِر

َو

َلبلا

ِة

ٔٗ

Berdiri dalam salat adalah merupakan salah satu dari rukun salat

yang harus dipenuhi, tetapi pada kondisi tertentu seseorang yang hendak

salat diperbolehkan untuk tidak berdiri apabila memang benar-benar tidak

dapat memungkinkan untuk melaksanakannya seperti pada saat seseorang

yang berada di atas kendaraan yang ditungganginya sementara dia tidak

mungkin mampu salat sambil berdiri atau turun dari kendaraannya sehingga

tidak dapat salat secara sempurna dikarenakan takut akan bahaya yang akan

menimpanya, seperti adanya hujan atau banjir di sekitar kendaraannya

ataupun bahaya lainnya.15

13 Abû al-Husain Muslim al-Qusyairî al-Naisâbûrî,

Sahîh Muslim, juz 2 (Beirut: Dâr Afâq

al-Jadîdah, t.t.), h. 149.

14 Abî al-H s ‘ Umar al-Dâ q nî,

(34)

Demikian juga Hadis yang diriwayatkan oleh ibn Umar dalam kitab

al-Bukhârî, sebagai berikut.

اََ ث دَح

ُد مَُُ

ُنْب

ِبَأ

ٍرْكَب

يِم دَقُمْلا

،

اََ ث دَح

رِمَتْعُم

ْنَع

ِدْيَ بُع

ِل

ْنَع

ٍعِفاَن

،

ِنَع

ِنْبا

َرَمُع

،

ِنَع

ِِّب لا

ىلص

ل

يلع

ملسو

ُ نَأ

َناَك

ُضِّرَعُ ي

َُتَلِحاَر

يِّلَصُيَ ف

اَهْ يَلِإ

ُتْلُ ق

َتْيَأَرَ فَأ

اَذِإ

ِت بَ

ُباَكِّرلا

َلاَق

َناَك

ُذُخْأَي

َذَ

ا

َلْح رلا

ُُلِّدَعُ يَ ف

يِّلَصُيَ ف

َلِإ

ِِتَرِخآ

،

ْوَأ

َلاَق

خَؤُم

ِِر

،

َناَكَو

ُنْبا

َرَمُع

،

َيِضَر

ُ َا

َُْع

،

ُُلَعْفَ ي

.

ٔٙ

Dibolehkan kita mengerjakan salat fardu di atas kendaraan, apabila

kendaraan itu menghadap kiblat. Walaupun kendaraan itu sedang berjalan,

seperti kapal dan lain-lainnya. Dan apabila salat tidak dapat dilakukan

sambil berdiri, karena keadaan kendaraan tidak mengizinkan, maka

dibolehkan kita mengerjakan sambil duduk.

Kendaraan yang dapat disamakan dengan kapal adalah kereta api,

motor, trem dan yang semisalnya. Karena itu, Apabila seorang mengerjakan

salat dalam kendaraaan, hendaklah menghadap qiblat dan berdiri, selama

masih ada kemungkinan untuk berdiri itu. Apabila kapal menghadap ke

timur, hendaklah orang yang salat itu memutarkan badannya kearah barat.

Tetapi jika tidak mungkin memutarkan badan, dibolehkan ia menghadap

kemana saja kendaraan itu menghadap. Ruku’ dan sujud dilakukan menurut

kemungkinan.17

ِنَثَدَحَو

نَع

ِكِلاَم

نَع

ِدْبَع

ِل

ِنْب

ٍراَيِد

ْنَع

ِدْبَع

ِل

ِنب

رَمُع

:

نَأ

َلْوُسَر

ِل

ى لَص

ُل

ِيَلَع

َو

َمَلَس

َناَك

يِلَصُي

ىَلَع

ِِتَلِحاَر

ِي

رٍفَسلا

َثيَح

تَه جَوَ ت

ِِب

َلاَق

ُدبَع

ِل

ِنب

ٍراَيِد

َناَكَو

ُدبَع

ِل

ُنب

رَمُع

ُلَعفَي

َكِلَذ

ِنَثَدَحَو

نَع

ٍكِلاَم

نَع

َي ََ

َنب

ديِعَس

َلاَق

ُتيَأَر

سَنَأ

16 Is ’ `I î -Mugîrah al Bukhârî,

al-Jâmi’ - h, juz

1 (Kairo: Dâr al-Sya’ b, 1987), h. 135.

17 Hasbi as Shidiqi,

(35)

نب

كِلاَم

ِي

ٍرَفَسلا

َوُ َو

يِلَصُي

ىَلَع

ٍراَِْ

َوُ َو

ُ جَوَ تُم

َلِإ

ِرَغ

ِةَلبِقلا

ُعُكرَي

ُدُجسَيَو

ءاَمِإ

نِم

ِرَغ

نَأ

َعَضَي

َُهجَو

ىَلَع

ٍءيَش

ٔٛ

َح

د َ ث

َا

ََْ

َي

ُنب

ُم

َسو

ى

َح

د َ ث

َا

َش َب

َبا ُة

ُنب

ُس َو

ٍرا

َح

د َ ث

َا

ُع َم

ُر ْب

ُن

رلا

َم

ِحا

َ بلا

ْل

ِخ

ي

َع

ْن

َك ِث

ٍْر

ِنب

ِز َي

دا

َع

ْن

َع ْم

ٍرو

ْب

ِن

ُع

ْث َم

َنا

ْب

ِن

َ ي ْع

َلى

ْب

ِن

ُم

ر َة

َع

ْن

َأ ِب ْي

ِ

َع

ْن

َج

ِِِّد

ِه

:

َأ ن

ُهم

َك

ُنا

او

َم

َع

لا

ِب

َص

لى

ُل

َع

َل ْي ِ

َو

َس ل

َم

ِي

َم

ِس

ٍْر

َف ْ نا

َ ت ُه

او

ِإ

َل

َم

ِض

ْي ٍق

َو

َح

َض

َر

ِت

صلا

ُةا

َف

َم

َط

ُراو

سلا

َم

َءا

ِم

ْن

َ ف ْو

ِق ِه

م

َو

َ بلا

َلة

ِم

ْن

َأ

ْس َف

ٍل

ِم

ْ ُه

ْم

َف َأ

ذ

َن

َر ُس

ْو ُل

ِل

َص

لى

ُل

َع

َل ْي ِ

َو

َس ل

َم

ُ َو

ُ َو

َ

َع َل

ى

َر

ِحا

َل ِت

ِ

َو َأ َق

َما

ُ

َأ ْو

َأ

َق

َما

َ

َ ف َ ت

َق د

َم

َع َل

ى

َر

ِحا

َل ِت

ِ

َف

َص

ل

ى

ِِِ

ْم

ُ ي ْو

ِم

ُئ

ِإ َْم

ًءا

َْي َع

ُل

سلا

ُج

َدو

َأ

ْخ َف

َض

ِم

َن

رلا

ُك ْو

ِع

ٜٔ

Apabila kesempatan bersuci dengan cara berwudhu tidak dapat

memungkinkan untuk mengerjakannya, karena di atas kendaraan yang

sedang berjalan atau tidak ada air untuk berwudhu, maka dapat diganti

dengan tayamum.20

Bila juga tidak memungkinkan berwudhu di atas kendaraan maka

dapat dilakukan dengan cara bertayamum. Cara tayamum yakni dengan

menepuk-nepuk tangan kepada dinding, kaca, atau kursi kendaraan. Lalu

usapkan kewajah kemudian yang satu mengusap sampai pergelangan.

C. Pendapat Ulama Tentang Salat di Kendaraan

Dengan semakin banyaknya masyarakat, semakin banyak juga

permasalahan yang mereka alami dalam upaya untuk memenuhi kewajiban

salat . Salah satu dari sekian banyak permasalahan tentang salat tersebut

adalah salat di atas kendaraan. Oleh sebab itu penulis ingin mengutip

pendapat para ulama terhadap salat yang dilakukan di atas kendaraan.

18Mâlik bin `Anas Abû Abdullah al-Asbahî,

Mu a` al-Imâm Mâlik, juz 1 (Mesir: Dâr

Ihyâ, 1951), h. 151.

19 Muhammad ‘Îs ‘Îs -Tirmidzî,

(36)

1. Seorang yang melakukan salat di atas kendaraan, karena sulitnya kondisi

untuk dapat melakukan secara sempurna, maka kondisi tersebutlah yang

menyebabkan terjadinya izin untuk melakukan beberapa kekurangan,

dan syariat telah mengetahui hal tersebut, dengan kata lain syariat

merestui terjadinya kekurangan itu, oleh sebab itu syariat tidak

memerintahkan pelakunya untuk mengulangi salat nya kembali, baik

dengan cara mengqadha atau lainnya21

2. Menurut imam al-Nawawi, salat yang dilakukan di atas kendaraan

diperbolehkan dengan syarat ketika dalam perjalanannya tidak bertujuan

untuk maksiat. Seperti perjalanan yang bertujuan untuk mencuri,

membunuh seseorang, berzina, dan maksiat-maksiat lainnya maka

ibadah salat yang dilakukannya itu tidak sah. Imam Nawawi

mengatakan bahwa salat yang boleh dilakukan di atas kendaraan adalah

salat sunah serta diberikannya kemudahan jika tidak ditemukannya air

untuk bersuci maka dibolehkan utuk bertayamum.

3. I Sy f ’ e pe p t, salat di atas kendaraan hukumnya tidak boleh

akan tetapi pada kondisi kendaraan yang kita tumpangi berhenti

sehingga kita memungkinkan untuk ruku, dan sujud maka salat nya sah

untuk dilaksanakan. Adapun salat sunah yang dilakukan di atas

kendaraan maka diperbolehkan salat sekira ia menghadap kendaraannya

melaju, karena seorang tersebut tidak mampu untuk menghadap kiblat.

Begitu pula ketika seorang musafir yang dalam perjalanannya ia tidak

dapat melakukan ruku dan juga sujud secara sempurna maka

21 Syarif Hidayatullah Husain,

Salat Dalam Madzhab Ahlul Bait (Jakarta: Lentera, 2007),

(37)

diperbolehkan untuk melakukannya dengan isyarat seperti melakukan

sujud lebih rendah dari pada ruku. Pada hakikatnya tidak diperbolehkan

salat selain menghadap kiblat baik muqim atau musafir kecuali pada

posisi khauf.22 Bila melakukan sebagian salat dalam kondisi sangat takut

dengan melewatkan sebagian kewajibannya, seperti menghadap kiblat,

lalu merasa aman di tengah salat , maka ia menyempurnakanya dengan

melengkapi kewajiban-kewajibannya. Bila sedang mengendarai

kendaraan dengan tidak menghadap kiblat, maka ia turun lalu

menghadap ke arah kiblat dan melanjutkan salat nya, karena salat yang

telah dilakukan sebelum merasa aman tetap sah, sehingga boleh

melanjutkannya (dengan cara salat orang yang merasa aman).

Sebagaimana halnya bila tidak ada kewajiban salat yang dilewatkan.

Bila tidak menghadap kiblat ketika turun dari tunggangan atau

meninggalkan sebagian kewajiban setelah merasa aman, maka salat nya

rusak. Bila memulai salat dengan rasa aman dan menyempurnakan

syarat dan wajibnya, lalu muncul rasa sangat takut, maka ia

menyempurnakannya dengan cara yang di perlukan. Misalnya ia sedang

salat sambil berdiri di atas tanah dan menghadap kiblat, lalu ia merasa

perlu menunggangi kendaraan dan membelakangi kiblat, maka ia

menyempurnakan salat nya dengan cara yang diperlukannya itu.23

Sedangkan imam Maliki berpendapat bahwa salat di atas kendaraan

dapat dilakukan dalam kondisi takut akan bahaya apabila seseorang

22 Muhammad bin `Idrîs al-Sy f ’ ,

(38)

turun dari kendaraan, takut dari ancaman hewan buas, takut akan

bahaya musuh.

4. Barang siapa yang berada di atas kapal sementara ia mampu untuk

menepi sehingga dapat memungkinkan melakukan salat dengan cara

berdiri ruku dan juga sujud maka salat di atas kapal diperbolehkan

karena telah terpenuhinya syarat-syarat tersebut. Dan apabila syaratnya

tidak terpenuhi seperti diharuskannya berdiri ketika salat karena berdiri

dalam salat merupakan salah satu dari rukun salat maka hal demikian

tidak lah sah melakukannya.24

5. Berkaitan dengan salat di kendaraan, Penafsiran imam Qurtubi terhadap

ayat 239 dari surat al-Baqarah25 menjelaskan bahwa salat yang berada

dalam posisi takut akan adanya ancaman bahaya terhadap nyawanya

maka terdapat keringanan bagi seseorang yang hendak melakukan

ibadah salat pada saat posisi takut tersebut. Diantara keringanan yang

diperoleh ialah orang yang dalam perjalanan, serta orang yang berada di

atas kendaraan yang keselamatannya terancam. Sehingga dalam praktek

salat nya ia diperbolehkan dengan melakukan isyarat seperti ketika tidak

mampu melakukan ruku ataupun sujud maka dapat dilakukan dengan

cara menggerakan kepalanya serta diperbolehkan menghadapkan

kepalanya kemana saja dia menghadap apabila memang tidak

memungkinkan untuk menghadap kiblat.26

24 Al-Hanâfi,

Al-Ikhtâr ’ îl Mukhtâr, juz 1 (Beirut: Dâr al-Kitab Alamiyah, 2005), h.

83.

25

َنوُمَلْعَ ت اوُنوُكَت َْل ام ْمُكَم لَع امَك َ َا اوُرُكْذاَف ْمُتِْمَأ اذِإَف ًانابْكُر ْوَأ ًلاجِرَف ْمُتْفِخ ْنِإَف

26 -Q ubî

(39)

6. Apabila seseorang yang bepergian atau berada diatas kendaraan dan

tidak mampu turun dari kendaraannya untuk menunaikan salat

disebabkan takut akan adanya kekacauan, atau ada bencana disekitarnya

maka diperbolehkan untuk ruku dan sujud kemana saja dia

menghadap.27

(40)

BAB III

ANALISIS HADIS MENGENAI SALAT DI ATAS KENDARAAN

A. Kritik Sanad Hadis

1. Teks Dan Terjemah Hadis

Diantara sekian banyak Hadis yang menjelaskan salat di atas

kendaraan ialah salah satu diantaranya terdapat dalam kitab

al-Bukhârî pada bab menghadap kiblat bagaimanapun keadaannya dan

dalam kitab Sunan al-Tirmidzî pada bab melakukan Salat di atas

kendaraannya (unta).

اََ ث دَح

ُمِلْسُم

ُنْب

،َميِاَرْ بِإ

َلاَق

:

اََ ث دَح

ُماَشِ

ُنْب

ِبَأ

ِدْبَع

،ِ َا

َلاَق

:

اََ ث دَح

َيََْ

ُنْب

ِبَأ

،ٍرِثَك

ْنَع

ِد مَُُ

ِنْب

ِدْبَع

،ِنَْْ رلا

ْنَع

ِرِباَج

ِنْب

ِدْبَع

،ِ َا

َلاَق

:

«

َناَك

ُلوُسَر

ِ َا

ى لَص

ُل

ِْيَلَع

َم لَسَو

يِّلَصُي

ىَلَع

،ِِتَلِحاَر

ُثْيَح

ْتَه جَوَ ت

اَذِإَف

َداَرَأ

َةَضيِرَفلا

َلَزَ ن

َلَبْقَ تْساَف

َةَلْ بِقلا

»

ٔ

“Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrâhî , e k t : Te e e t k kep k H sy î , e k t : Te e e t k kep k y î tsî ‘ J ‘ e k t : Rasulullah Saw. Salat di atas kendaraan dalam perjalanannya kemana pun kendaraan itu menghadap namun apabila beliau hendak salat wajib maka beliau turun dari kendaraan dan menghadap kiblat.”

اََ ث دَح

ُناَيْفُس

ُنْب

ٍعيِكَو

،

َلاَق

:

اََ ث دَح

وُبَأ

ٍدِلاَخ

ُرََْْأا

،

ْنَع

ِدْيَ بُع

ِل

ِنْب

َرَمُع

،

ْنَع

ٍعِفاَن

،

ِنَع

ِنْبا

َرَمُع

،

نَأ

ِب لا

ى لَص

ُ َا

ِْيَلَع

َم لَسَو

ى لَص

َلِإ

ِِرِعَب

،

ْوَأ

ِِتَلِحاَر

،

َناَكَو

يِّلَصُي

ىَلَع

ِِتَلِحاَر

ُثْيَح

اَم

ْتَه جَوَ ت

ِِب

.

ٕ

“Telah menceritakan ep k S fy W k ’ e k t : Telah menceritakan kepada kami Abu Khalid al-Ahmar dari Ubaidillah bin U N f ’ ‘Umar. Nabi Muhammad Saw. Salat di atas unta

1

Is ’ `I î al-Mugîrah al Bukhârî, -Bukhârî, Juz

1, (Kairo: Dâr al-Sy ’ , 1987), . 110.

2 ‘Îs ‘Îs -Tirmidzî,

Sunan al- Tirmidzî, juz 1 ( Beirut: Dâr

(41)

atau kendaraannya, dan beliau salat di atas kendaraannya menghadap ke s j ke y e g p.”

2. Takhrij Hadis 3

Dalam melakukan penelitian terhadap sebuah Hadis , kegiatan takhrij

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan karena sangat penting untuk

dapat mengetahui teks sebuah Hadis terhimpun.

Untuk mengetahui kejelasan Hadis beserta sumber-sumbernya, ada

beberapa metode takhrij yang dapat dipergunakan oleh mereka yang akan

menelusurinya. Metode-metode takhrij ini diupayakan oleh para Ulama

dengan maksud untuk mempermudah mencari Hadis-Hadis. Para ulama

telah banyak mengkodifikasikan Hadis-Hadis dengan mengaturnya dalam

susunan yang berbeda satu dengan yang lainnya, sekalipun semuanya

menyebutkan perawi Hadis yang meriwayatkannya. Perbedaan cara-cara

mengumpulkan inilah yang akhirnya menimbulkan ilmu Takhrij. Diantara

mereka ada yang menyusunnya sesuai dengan urutan abjad hijâiyah (alif,

ba, ta, tsa, dan seterusnya). Disamping itu ada pula yang menyusunnya

sesuai dengan tema Hadis , seperti salat , zakat, tafsir dan lain-lain. Juga

ada yang disusun menurut nama-nama perawi terakhir. A k y pe w

te k t s ahabat bila Hadis nya tt il adakalanya tabi’in bila Hadis

itu mursal. Hadis tersebut ada yang ditulis lengkap ada pula yang hanya

potongannya saja. Ada pula yang menyusunnya menurut kriteria-kriteria

Hadis, seperti Hadis qudsi, Hadis mutawattir, Hadis u’, dan

(42)

lain. Serta ada pula Hadis yang tersusun menurut lafal-lafal yang terdapat

dalam matan.

Sesuai dengan cara Ulama mengumpulkan Hadis-Hadis, dapat lah

disimpulkan bahwa metode-metode takhrij Hadis dalam lima macam

metode:

1. Takhrij menurut lafal pertama Hadis.

2. Takhrij menurut lafal-lafal yang terdapat dalam matan.

3. Takhrij menurut perawi terakhir.

4. Takhrij menurut tema Hadis.

5. Takhrij menurut klasifikasi jenis Hadis.4

Adapun pendapat lain menyatakan ada empat cara atau metode

takhrij Hadis. Pertama, takhrij Hadis melalui lafal atau kata yang terdapat

dalam matan Hadis. Kedua, takhrij Hadis melalui tema. Ketiga, takhrij

Hadis melalui awal matan Hadis, dan keempat takhrij Hadis melalui

periwayat Hadis pada tingkat sahabat.5

Berikut takhrij Hadis yang penulis lakukan dalam penelitian ini

dengan cara melacak melalui kata-kata yang terdapat dalam matan Hadis .

Kata yang menjadi penelusuran pertama penulis adalah

لحر

. Sehingga

ditemukan kata tersebut yang relevan dengan kajian penulis yaitu sebagai

berikut:

تلحر وا ة رعب يا يلص ملس و يلع ه ا يلص ب لا نا

4Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin abdul Hadi,

Metode takhrij Hadis

( Semarang: Dina Utama, t.t.), h. 14.

5 Bustamin,

(43)

ت

ةاص

ٔٗٗ

خ

ةاص

۸۹

م

ةاص

ٕٗ۷

د

ةاص

ٔ۰ٕ

يد

ةاص

ٕٔٙ

ط

رفس

ٗٔ

مح

ٕ٤ٔٗٔ

٤

ٔٗٙ

Selain matan

تلحر وا ة رعب يا يلص ملس و يلع ه ا يلص ب لا نا

Ditemukan juga matan lain yang juga sesuai dari penelusuran kata

لحر

pada kitab yaitu sebagai berikut:

تلحر يلع يلصي ب لا ناك

ٙ

خ

ةاص

ٕٔ

رتو ٤

ٙ

ةاصلا رصقت ٤

۷

٤

ٕ

ٔ

٤

ٔ٘

ةاصلا ي لمعلا ٤

ٔ٘

٤

جح

۹ٕ

٤

يزاغم

ٕٕ

م

ةاص

ٕٗ۹

نيرفاسم ٤

ٕٕ٤ٗ

-ٕ۷

دجاسم ٤

ٕٕ

د

رفس

۹

٤

۸

ت

ةاص

ٕٔٗ

٤

ٔٗٗ

رتو

ٔٗ

ةروس رسفت

ٕ

ن

ةاص

ٕٕ

٤ لبق

ٕ

ليلا مايق

ٕٕ

ج

ماقا

ٕٔ۷

ىد

ةاص

ٔ۹ٔ

٤

ٕٕٔ

ط

رفس

ٕٕ

٤

ٕ٘

مح

ٕ

Metode takhrij kedua adalah dengan cara mencari awal matan Hadis sebagai berikut:

6

(44)

ب تهج وت امثيح تلحر يلع يلصي ناك

خ

ٔٔ۰

ب نيرفاسما ةاص م

ٗ

مقر

ٖٕ

٤

ٖ۷

ت

ٖٕ٘

ش

ٕ

٤

ٗ۸ٗ

٤

ٗ۸ٕ

ب تهج وت امثيح رفسلا تلحر يلع يلصي ناك

ن

ٕٗٗ

٤

ٕ

٤

ٙٔ

مح

ٕ

:

ٙٙ

٤

۷ٕ

ش

ٕ

:

ٗ۸ٗ

مج

ٕ

:

ٕٔٙ

عفس

ٔ۹ٕ

رع

ٕ

:

ٕٙ۰

لح

۹

:

ٖ۸ٔ

طخ

٘

:

ٖ٘۸

Adapun diantara Hadis-Hadis di atas yang penulis temukan pada kitab Hadis yang enam yaitu sebagai berikut:

ِنَث دَحَو

ْنَع

ٍكِلاَم

،

ْنَع

ِدْبَع

ِ َا

ِنْب

ٍراَيِد

،

ْنَع

ِدْبَع

ِ َا

ِنْب

َرَمُع

نَأ

َلوُسَر

ِ َا

ىلص

ل

يلع

ملسو

َناَك

يِّلَصُي

ىَلَع

ِِتَلِحاَر

ِي

ِرَف سلا

ُثْيَح

ْتَه جَوَ ت

ِِب

.

ٚ

“Telah menceritakan kepadaku dari Mâlik dari Abdullah bin Dînar ‘U . R s S w. Te e k k salat di atas

7

Mâlik bin `Anas Abû Abdullah al-Asbahî, -Imâm Mâlik, juz 1 ( Mesir: Dâr

(45)

kendaraan dalam perjalanannya kemana pun kendaraan tersebut e g p”.

ُاََ ث دَح

وُبَأ

ِرْكَب

ُنْب

ِبَأ

َةَبْيَش

اََ ث دَح

وُبَأ

ٍدِلاَخ

ُرََْْأا

ْنَع

ِدْيَ بُع

ِ َا

ْنَع

ٍعِفاَن

ِنَع

ِنْبا

َرَمُع

نَأ

ِب لا

-ىلص

ل

يلع

ملسو

َناَك

ىِّلَصُي

ىَلَع

ِِتَلِحاَر

ُثْيَح

ْتَه جَوَ ت

ِِب

.

ٛ

“Te e e t k kep k B k î Sy te e e t k kep k - ‘U N f ’ ‘U w R s S w. Te e k k salat di atas kendaraannya kemana pun ke te se t e g p”.

اََ ث دَح

ُناَيْفُس

ُنْب

ٍعيِكَو

،

َلاَق

:

اََ ث دَح

وُبَأ

ٍدِلاَخ

ُرََْْأا

،

ْنَع

ِدْيَ بُع

ِل

ِنْب

َرَمُع

،

ْنَع

ٍعِفاَن

،

ِنَع

ِنْبا

َرَمُع

،

نَأ

ِب لا

ى لَص

ُ َا

ِْيَلَع

َم لَسَو

ى لَص

َلِإ

ِِرِعَب

،

ْوَأ

ِِتَلِحاَر

،

َناَكَو

يِّلَصُي

ىَلَع

ِِتَلِحاَر

ُثْيَح

اَم

ْتَه جَوَ ت

ِِب

.

ٜ

“Telah menceritakan ep k S fy W k ’ e k t : Telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-ahmar dari Ubaidillah bin U N f ’ U . N Muhammad Saw. Salat di atas unta atau kendar

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi terhadap stresor yang diperoleh dari RLCQ juga dapat memudahkan petugas kesehatan ataupun profesional kesehatan mental untuk mengkomunikasikan pentingnya deteksi dini

Ada sebagian wilayah Indonesia yang belum terlistriki karena tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN, sehingga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistemnya

kecerdasan sosial pada siswa kelas VI SD Jatimulyo 0I. b) Ha, terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dengan kecerdasan.. sosial pada siswa kelas VI SD

Dari hasil penelitian yang dilakukan mulai dari tahap awal hingga pengujian, penerapan sistem prediksi pemenang lelang dengan algorithma k-NN dan manhattan

Alvarezii di sekitar Pulau Panjang sudah mendekati daya dukungnya (50 Ha) karena penanaman yang ada sudah mencapai luasan lebih dari 40 hektar dengan sistem penanaman

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan fortifikan NaFeEDTA dan FeSO 4 pada kecap manis, ter- hadap angka peroksida dan angka TBARS komponen minyak, serta kadar

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur, dan perilaku pasar oleh lembaga-lembaga pemasaran pada komoditi garam rakyat

Dugaan sebagai daerah prisma akresi ini dikarenakan banyaknya sesar naik yang dapat ditafsirkan sehingga menjadi kumpulan sesar naik, terdapatnya singkapan batuan bancuh, sedimen