• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Populasi Cacing Tanah Eisenia foetida, Pupuk NPK dan Kapur terhadap Produktivitas dan Kualitas Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) Varietas Numbu pada Latosol Dramaga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Populasi Cacing Tanah Eisenia foetida, Pupuk NPK dan Kapur terhadap Produktivitas dan Kualitas Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) Varietas Numbu pada Latosol Dramaga"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POPULASI CACING TANAH Eisenia foetida, PUPUK NPK DAN KAPUR TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) VARIETAS NUMBU PADA

LATOSOL DRAMAGA

HELIN EKATNI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Populasi Cacing Tanah Eisenia foetida, Pupuk NPK dan Kapur terhadap Produktivitas dan Kualitas Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) Varietas Numbu pada Latosol Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Helin Ekatni

(4)

ABSTRAK

HELIN EKATNI. Pengaruh Populasi Cacing Tanah Eisenia foetida, Pupuk NPK dan Kapur terhadap Produktivitas dan Kualitas Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) Varietas Numbu pada Latosol Dramaga. Dibimbing oleh ASEP TATA PERMANA dan MUHAMAD AGUS SETIANA.

Eisenia foetida merupakan cacing tanah yang dikenal cukup potensial dalam merombak bahan organik menjadi bahan anorganik yang bermanfaat bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh populasi cacing tanah E. foetida, pupuk NPK dan kapur terhadap produktivitas dan kualitas nutrisi sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) pada Latosol Dramaga. Peubah yang diamati yaitu tinggi vertikal tanaman, jumlah daun, berat segar, berat kering, protein kasar, serat kasar dan kalsium (Ca). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x2x3 dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pupuk NPK dan cacing tanah secara nyata (P<0.05) meningkatkan produktivitas tanaman. Kualitas nutrisi, protein kasar dan kalsium (Ca), secara nyata meningkat (P<0.05) masing-masing dipengaruhi oleh pupuk NPK dan kapur sedangkan serat kasar, sangat nyata menurun (P<0.01) dipengaruhi oleh interaksi antara pupuk NPK dan cacing tanah.

Kata kunci: Cacing tanah Eisenia foetida, kapur, latosol, pupuk NPK, Sorghum bicolor L. Moench.

ABSTRACT

HELIN EKATNI. The Effect of Population Earthworms Eisenia Foetida, NPK Fertilizer and Lime on Productivity and Quality Sorghum (Sorghum Bicolor L. Moench) Numbu Variety of Latosol Dramaga. Supervised by ASEP TATA PERMANA and MUHAMAD AGUS SETIANA.

Eisenia foetida is known as potential earthworm to reorganize the organic matter into inorganic matter that are beneficial to plants. This research aimed to determine the influence of population of earthworm E. foetida, NPK fertilizer and lime to productivity and nutritional quality of sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) in Latosol Dramaga. The observed variables were the vertical height of plants, number of leaves, fresh weight, dry matter, crude protein, crude fiber and content of calcium. This research used factorial completely randomized design 2x2x3 with 3 replications. The results showed that the combination NPK fertilizer and earthworm significantly (P<0.05) increased the productivity of the plant. The Quality of nutrition, crude protein and calcium (Ca), significantly increased (P<0.05) and respectively influenced by NPK fertilizer and lime. Whereas the crude fiber, very markedly decreased (P<0.01) in influenced by the interaction between NPK fertilizers and earthworm.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PENGARUH POPULASI CACING TANAH Eisenia foetida, PUPUK NPK

DAN KAPUR TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) VARIETAS NUMBU PADA

LATOSOL DRAMAGA

HELIN EKATNI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Populasi Cacing Tanah Eisenia foetida, Pupuk NPK dan Kapur terhadap Produktivitas dan Kualitas Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) Varietas Numbu pada Latosol Dramaga.

Nama : Helin Ekatni NIM : D24090154

Disetujui oleh

Ir Asep Tata Permana,MSc Pembimbing I

Ir M. Agus Setiana, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Populasi Cacing Tanah Eisenia foetida, Pupuk NPK dan Kapur terhadap Produktivitas dan Kualitas Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) Varietas Numbu pada Latosol Dramaga”.

Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk kalangan mahasiswa, peneliti, maupun masyarakat pada umumnya.

Bogor, Agustus 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Prosedur Penelitian 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Tinggi Vertikal Tanaman 6

Jumlah Daun 7

Berat Segar Tanaman 9

Berat Kering Tanaman 10

Kadar Protein Kasar 12

Kadar Serat Kasar 13

Mineral Kalsium (Ca) 14

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

RIWAYAT HIDUP 23

(10)

DAFTAR TABEL

1. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian 3 2. Pengaruh pupuk NPK, kapur dan cacing tanah E. foetida

terhadap protein kasar S. bicolor L. Moench

12 3. Pengaruh pupuk NPK, kapur dan cacing tanah E. foetida

terhadap serat kasar S. bicolor L. Moench

13 4. Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida terhadap serat

kasar S. bicolor L. Moench

14 5. Pengaruh pupuk NPK, kapur dan cacing tanah E. foetida

terhadap mineral kalsium S. bicolor L. Moench

15

DAFTAR GAMBAR

1. Pengaruh pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida terhadap tinggi vertikal tanaman S. bicolor L. Moench

6 2. Pengaruh pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida terhadap

jumlah daun tanaman S. bicolor L. Moench

7 3. Pengaruh pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida terhadap berat

segar tanaman S.bicolor L. Moench

9 4. Pengaruh pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida terhadap berat

kering tanaman S.bicolor L. Moench

10

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil anova dari pengaruh faktor cacing tanah E. foetida, pupuk NPK, kapur dan interaksi terhadap tinggi vertikal tanaman dan jumlah daun sorgum yang signifikan pada 0.01-0.05

18

2. Hasil anova dari pengaruh faktor cacing tanah E. foetida, pupuk NPK, kapur dan interaksi terhadap berat segar dan berat

kering sorgum yang signifikan pada 0.01-0.05

19

3. Hasil anova dari pengaruh faktor cacing tanah E. foetida, pupuk NPK, kapur dan interaksi terhadap protein kasar, serat kasar dan mineral kalsium (Ca) sorgum yang signifikan pada 0.01-0.05

19

4. Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah terhadap tinggi vertikal tanaman

20 5. Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah terhadap jumlah daun 21 6. Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah terhadap berat segar dan

berat kering sorgum

21

(11)

1

PENDAHULUAN

Hijauan makanan ternak merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan ketersediaannya dalam usaha peternakan untuk memenuhi kebutuhan ternak guna mendukung produksi yang dihasilkan lebih optimal. Indonesia memiliki banyak sumber hijauan pakan potensial yang dapat mendukung keberhasilan usaha peternakan yaitu, salah satu diantaranya adalah sorgum. Sorgum merupakan salah satu pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bagi ternak.

Sorgum merupakan tanaman serelia yang mulai dikembangkan dengan banyak kegunaan salah satunya sebagai pakan ternak. Sorgum merupakan biji-bijian sumber energi yang mempunyai kesamaan kandungan nutrisinya dengan jagung (Sirappa 2003). Biji sorgum dapat dimanfaatkan untuk bahan baku ransum pakan ternak unggas, babi dan ruminansia. Sedangkan limbah batang dan daun untuk hijauan ruminansia. Sirappa (2003) mengemukakan bahwa potensi daun sorgum sekitar 14−16% dari bobot segar batang atau sekitar 3 ton daun segar/ha dari total produksi 20 ton/ha.

Permasalahan umum yang dihadapi saat ini dalam pengembangan hijauan makanan ternak adalah lahan yang kurang subur. Sebagian besar lahan-lahan di Indonesia merupakan lahan-lahan marjinal dengan kondisi tanah masam yaitu salah satu contohnya adalah tanah latosol. Soepardi (1983) menyebutkan bahwa Latosol terbentuk di bawah kondisi iklim dengan curah hujan dan suhu yang tinggi di daerah tropik dimana gaya-gaya hancuran bekerja lebih cepat dan pengaruhnya lebih ekstrim daripada di daerah dengan curah hujan dan suhu sedang. Tanah latosol dengan pH rendah tersebar cukup luas di Indonesia diantaranya ditemukan di daerah Dramaga, Kabupaten Bogor.

Tanaman sorgum memiliki daya adaptasi yang relatif luas yaitu sorgum dapat hidup pada lahan marjinal, sehingga sorgum mempunyai potensi untuk meningkatkan produktivitas lahan. Upaya yang dapat dilakukan dalam mendukung produktivitas dan kualitas sorgum di tanah latosol Dramaga dengan memanfaatkan peranan biologi tanah seperti makrofauna yaitu cacing tanah. Cacing tanah berperan penting dalam proses perombakan bahan-bahan organik dan dapat membantu memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah sehingga tanah akan menjadi lebih subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman untuk pertumbuhan lebih optimal. Kosman et al. (2010) menyatakan bahwa mekanisme cacing tanah dalam meningkatkan kesuburan tanah yaitu dengan menyebarkan bahan organik dan mikroorganisme ke lapisan tanah yang lebih dalam serta meningkatkan aerasi tanah. Cacing tanah E. foetida diketahui sangat potensial untuk merombak bahan organik (Loh et al. 2005) menjadi bahan anorganik yang bermanfaat sebagai sumber kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Anwar (2009) mengemukakan bahwa, cacing tanah efektif menjaga keseimbangan proses biogeokimia di dalam tanah dan mengurangi hara-hara yang apabila berlebihan akan merugikan tanaman seperti Fe, Al, Mn, Cu dan Zn.

(12)

2

mendukung percepatan proses pembusukan bahan-bahan organik. Dengan demikian penggunaan kapur pada tanah yang masam mampu meningkatkan pH tanah guna mendukung kelangsungan hidup cacing tanah yang berperan dalam mendukung produktivitas tanaman.

Selain itu, beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mendukung produktivitas dan kualitas tanaman sorgum, salah satunya adalah unsur hara yang tersedia di dalam tanah untuk kebutuhan tanaman. Unsur hara terpenting yang harus ditambahkan ke dalam tanah yaitu unsur hara N, P dan K. Kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut dapat dipenuhi dengan pemupukan. Pupuk merupakan suatu bahan yang digunakan untuk kebutuhan tanaman dalam mencukupi kebutuhan nutrisi dan menjaga keseimbangan hara yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman (Rachman 2008). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan sebagai studi dasar untuk mengetahui tentang produktivitas dan kualitas hijauan sorgum yang diberikan perlakuan populasi cacing tanah E. foetida, kapur dan pupuk NPK.

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih sorgum (S. bicolor L. Moench), cacing tanah E. foetida, kapur (Ca 34.44% Mg 0.22%), pupuk NPK (15-15-15), pupuk kandang sapi sebanyak 0.75 kg dan tanah latosol Dramaga sebanyak 180 kg.

Alat

Peralatan yang digunakan selama penelitian adalah pot dengan diameter 30 cm sebanyak 36 buah, timbangan manual, timbangan digital, sekop, kain mori, label, koran bekas, selotip anti air, gunting, meteran, pisau, dan oven 60⁰C untuk pengeringan sampel tanaman.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(13)

Prosedur Penelitian

Persiapan Cacing Tanah

Persiapan cacing tanah meliputi pemeliharaan cacing tanah E. foetida

(umur 2 bulan) selama 13 hari untuk masa adaptasi pada media. Media yang digunakan terdiri atas kompos sebagai bedding dan feses segar sapi perah sebagai pakan yang dimasukkan ke dalam bak berukuran 35 x 25 x 15 cm. Kemudian cacing tanah diletakkan ke dalam media yang sudah disiapkan secara merata. Selama persiapan, dilakukan penyemprotan air dengan handspayer satu kali sehari untuk menjaga kestabilan temperatur dan kelembaban media dan pemberian pakan dilakukan satu minggu sekali. Setelah masa adaptasi dilakukan pemilahan cacing tanah sesuai ukuran panjang dan sedang serta yang memiliki klitelium untuk menentukan keseragaman cacing tanah yang akan digunakan dalam penelitian. Pemilahan tersebut dilakukan dengan metode handsorting.

Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam dalam penelitian meliputi penyediaan pot dan pemasukan tanah ke dalam pot. Pot yang disediakan dalam penelitian sebanyak 36 buah untuk perlakuan. masing pot perlakuan dipasang kain mori. Masing-masing pot diisi dengan tanah latosol Dramaga yang sudah dikeringkan dan diayak sebanyak 5 kg dan dicampur dengan pupuk kandang sebagai sumber makanan bagi cacing tanah sebanyak 0.5 kg kemudian pupuk kandang ditambahkan kembali sebanyak 0.25 kg pada permukaan tanah secara merata setiap pot perlakuan. Perlakuan yang digunakan sebanyak 12 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut ini:

Tabel 1 Perlakuan yang digunakan dalam penelitian1

N(g) K(g) C(ekor)

Pot perlakuan ditanami benih sorgum sebanyak 2 biji tiap pot perlakuan. Pemeliharaan dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2013 dan dilakukan pengukuran jumlah daun dan tinggi vertikal tanaman dua minggu setelah penanaman selanjutnya satu minggu sekali.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada bulai Mei. Panen tanaman sorgum dilakukan dengan memotong batang dari permukaan tanah.

(14)

4

Penyiangan

Pembersihan dilakukan terhadap gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Pembersihan gulma dilakukan setiap minggu dengan cara mencabut gulma.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati adalah sebagai berikut :

1. Tinggi Vertikal Tanaman

Tinggi vertikal tanaman sorgum tiap minggu mulai 2 minggu setelah tanam (MST), diukur dari pangkal batang dipermukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.

2. Jumlah Daun

Jumlah daun tiap minggu mulai 2 MST dihitung yang helai daunnya telah membuka sempurna.

3. Berat Segar

Berat segar hijauan tanaman sorgum diukur dengan menimbang bagian daun dan batang yang dihasilkan setelah dilakukan pemanenan dari setiap rumpun dalam satuan percobaan.

4. Berat Kering

Berat kering hijauan tanaman sorgum diukur dengan mengambil daun dan batang segar tanaman sorgum dari setiap rumpun dalam satuan percobaan setelah dilakukan pemanenan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven 60⁰C selama 2 x 24 jam. Setelah 48 jam, sampel didinginkan hingga suhunya turun, lalu mulai ditimbang.

5. Analisa Kualitas Nutrisi Sorgum

(15)

Analisis Data

Rancangan Percobaan dan Perlakuan

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 2 x 3 dengan setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

Faktor pertama: dosis pupuk NPK 1. pupuk NPK dosis 0 gram (N0)

2. pupuk NPK dosis 2.5 gram (N1)

Faktor kedua: pemberian kapur 1. kapur dosis 0 gram (K0)

2. kapur dosis 15 gram (K1)

Faktor ketiga: populasi cacing tanah E. foetida

1. Tanpa populasi cacing tanah yaitu 0 ekor (C0)

2. Populasi cacing tanah dalam jumlah sedang yaitu 16 ekor (C1)

3. Populasi cacing tanah dalam jumlah banyak yaitu 32 ekor (C2)

Model matematik dari rancangan yang digunakan adalah:

Yijkl = µ+ αi + βj +

γ

k+ αβij + α

γ

ik + β

γ

jk+ αβγijk + εijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor 1 taraf ke-i,faktor ke-2 taraf ke-j,

faktor 3 taraf ke-k dan ulangan ke-l µ = Pengaruh rata-rata

αi = Pengaruh faktor 1 ke-i

βj = Pengaruh faktor 2 ke-j �� = Pengaruh faktor 3 ke-k

αβij = Pengaruh interaksi faktor 1 ke-i dan faktor 2 ke-j

β�j� = Pengaruh interaksi faktor 2 ke-j dan faktor 3 ke-k α��� = Pengaruh interaksi faktor 1 ke-i dan faktor 3 ke-k

αβ�Rijk = Pengaruh interaksi faktor 1 ke-i, faktor 2 ke-j, dan faktor 3 ke-k

εijk = Pengaruh galat dari faktor 1 ke-i, faktor 2 ke-j, faktor 3 ke-k dan

ulanganke-l

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan program SPSS versi 16.0 dan apabila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Populasi Cacing Tanah, Kapur dan Pupuk NPK terhadap Produktivitas Sorgum Bicolor L. Moench

Tinggi Vertikal Tanaman

Pertambahan ukuran tanaman pada fase vegetatif ditentukan salah satunya dengan cara mengukur tinggi vertikal tanaman. Hasil pengamatan setiap minggu menunjukkan peningkatan pertambahan tinggi vertikal tanaman sorgum mulai 2-8 MST (Minggu Setelah Tanam) untuk semua perlakuan.

Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kapur berpengaruh nyata (P<0.05) pada 3-5 MST. Namun hasil pengamatan 6-8 MST hanya menunjukkan interaksi antara pupuk NPK dan cacing tanah yang berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap tinggi vertikal tanaman (Lampiran 1).

Gambar 1 Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida

terhadap tinggi vertikal tanaman S. bicolor L. Moench

Hasil uji lanjut terhadap interaksi antara pupuk NPK dan cacing tanah menunjukkan bahwa pada 6 MST yaitu perlakuan tanpa NPK dengan cacing tanah 16 ekor atau 32 ekor dan perlakuan NPK dengan cacing tanah 0 ekor, 16 ekor atau 32 ekor tidak berbeda nyata (P>0.05) namun berbeda nyata (P<0.05) dengan tanpa NPK dan cacing tanah 0 ekor, kecuali tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor. Sedangkan pada 7-8 MST yaitu perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor atau 32 ekor dan pemberian pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor, 16 ekor, atau 32 ekor tidak berbeda nyata (P>0.05) namun berbeda nyata dengan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor (P<0.05) (Gambar 1).

(17)

ketersedian nitrogen meningkat melalui mineralisasi sehingga kebutuhan unsur hara bagi tanaman terpenuhi.

Menurut Parmelee et al. (1990), menyatakan bahwa cacing tanah berperan dalam menurunkan rasio C/N bahan organik dan mengubah nitrogen tidak tersedia menjadi nitrogen tersedia setelah dikeluarkan berupa kotoran cacing (kascing) sehingga dapat dimanfaatkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman. N diperlukan dalam jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam tanaman dan merupakan bagian dari klorofil yang bertanggung jawab terhadap fotosistesis (Munawar 2011).

Pertumbuhan vegetatif suatu tanaman pada dasarnya dipengaruhi oleh ketersedian unsur hara, dimana unsur-unsur itu ada dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman, hal inilah yang kurang dari perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor yaitu tidak adanya unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Sementara itu, pada perlakuan pemberian pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor, 16 ekor atau 32 ekor memberikan respon yang sama terhadap tinggi vertikal tanaman.

Namun demikian, berdasarkan rataan tertinggi, pada perlakuan pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor menunjukkan tinggi vertikal tanaman yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor atau 32 ekor dan perlakuan pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor atau 32 ekor tetapi perbedaan tersebut tidak nyata secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk NPK lebih berpengaruh dibandingkan cacing tanah dalam menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman untuk menyokong pertumbuhan tanamaan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Guei et al. (2011), dampak positif dari pupuk anorganik dengan inokulasi cacing tanah

Millsonia omodeoi dan Hyperiodrilus africanus mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung.

Jumlah Daun

Produksi tanaman biasanya dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif baik dalam hal ini pada daun, unsur hara yang paling banyak berperan adalah nitrogen karena dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Djunaedy 2009).

Analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah daun pada 2 MST berpengaruh nyata pada kapur dan 5, 6 dan 8 MST berpengaruh sangat nyata (P<0.01) pada pupuk NPK sedangkan kombinasi antara cacing tanah, pupuk NPK dan kapur tidak berbeda nyata (P>0.05) namun terdapat interaksi antara pupuk NPK dan cacing tanah nyata (P<0.05) pada 7-8 MST terhadap jumlah daun (Lampiran 1).

(18)

8

Gambar 2 Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida

terhadap jumlah daun S. bicolor L. Moench

Hasil uji lanjut terhadap interaksi antara pupuk NPK dan cacing tanah menunjukkan pada 7 MST yaitu perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor atau 32 ekor dan perlakuan pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor atau 32 ekor tidak berbeda nyata (P>0.05). Namun perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor atau 32 ekor tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor tetapi berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor. Sedangkan pada 8 MST yaitu perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor atau 32 ekor dan perlakuan pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor, 16 ekor atau 32 ekor tidak berbeda nyata (P>0.05) namun berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor (P<0.05) (Gambar 2).

Tingginya jumlah daun yang dihasilkan pada perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor dan 32 ekor disebabkan oleh aktivitas cacing tanah dalam dekomposisi bahan-bahan organik sehingga mampu menyediakan unsur-unsur hara terutama hara N yang dibutuhkan tanaman dalam meningkatkan jumlah daun. Eisenhauer et al. (2008) menemukan bahwa penyerapan mineral N dan pertumbuhan tanaman pada rumput tertentu meningkat dengan adanya cacing tanah. Rendahnya jumlah daun pada perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor disebabkan tidak adanya pasokan hara yang tersedia bagi tanaman sehingga hara yang dibutuhkan tanaman tidak tercukupi akibatnya jumlah daun yang dihasilkan tidak banyak. Sementara itu, pada perlakuan dengan pemberian pupuk NPK dan cacing tanah 0 ekor, 16 ekor atau 32 ekor memberikan respon yang sama terhadap jumlah daun.

(19)

yang lebih banyak. Menurut Adianto et al.(2004) menyatakan bahwa aktivitas cacing tanah dapat meningkatkan kondisi aerasi yang baik bagi aktivitas respirasi akar tanaman, sehingga memungkinkan penyerapan zat-zat hara yang lebih baik.

Berat Segar Tanaman (batang dan daun)

Berdasarkan analisis statistik, kombinasi antara cacing tanah, pupuk NPK dan kapur tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap berat segar hijauan sorgum namun terdapat interaksi nyata (P<0.05) antara pupuk NPK dan cacing tanah (Lampiran 2).

Gambar 3 Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida terhadap berat segar S. bicolor L. Moench

Hasil uji lanjut interaksi antara pupuk NPK dan cacing tanah menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor atau 32 ekor dan pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor atau 32 ekor tidak berbeda nyata (P>0.05) tetapi berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor, kecuali tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor (Gambar 3).

Perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor atau 32 ekor menghasilkan berat segar hijauan lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor. Hal ini disebabkan kebutuhan tanaman akan unsur hara terpenuhi dari hasil aktivitas cacing tanah dalam mempercepat proses perombakan bahan-bahan organik. Menurut Subowo (2010) menyatakan bahwa, aktivitas cacing tanah dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara yaitu N, P, K dan Ca yang dilepaskan dalam bentuk tersedia bagi tanaman.

Hasil dari penelitian Roubickova (2009) menunjukkan bahwa biomassa rumput Festucarubra, secara signifikan lebih besar dengan pemberian cacing tanah Lumbricus rubellus dan Aporrectoda caliginosa dibandingkan tanpa pemberian cacing tanah tersebut. Demikian juga hasil penelitian dari Spain et al.

(1992) melaporkan bahwa produksi Panicum maximum meningkat hingga 280% dalam percobaan pot saat diinokulasi cacing tanah Millsonia anomala.

Sementara itu, pada perlakuan pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor, 16 ekor atau 32 ekor memberikan pengaruh yang sama dalam menghasilkan berat segar hijauan. Penggemburan tanah oleh cacing tanah dapat meningkatkan stabilitas agregrat lapisan atas, pembentukan makroagregrat yang stabil dan

(20)

10

perbaikan aerasi tanah sehingga banyaknya unsur hara terutama hara N yang berasal dari pupuk NPK dapat diserap akar sehingga kebutuhan hara bagi tanaman tersedia dengan cukup. Menurut Adianto et al. (2004) menyatakan bahwa aktivitas cacing tanah dapat meningkatkan kondisi aerasi yang baik bagi aktivitas respirasi akar tanaman, sehingga memungkinkan penyerapan zat-zat hara yang lebih baik. Menurut Subowo (2002) menyatakan bahwa lubang-lubang yang dibuat oleh cacing tanah akan menyebabkan akar tanaman memperoleh hara lebih baik sehingga efisiensi pemupukan atau pengapuran lebih terjamin dengan tersebar di rhizosfir.

Namun demikian, berdasarkan rataan tertinggi menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK saja tanpa cacing tanah lebih tinggi terhadap berat segar hijauan yang dihasilkan walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk NPK memberikan respon yang baik terhadap berat segar tanaman tetapi pengaruh cacing tanah belum jelas. Diduga aktivitas cacing tanah terganggu ketika adanya pupuk NPK sehingga menyebabkan aktivitas cacing tanah rendah yaitu kemampuan cacing tanah dalam merombak bahan organik menjadi terhambat. Namun sebaliknya ketika tidak adanya pupuk NPK, pengaruh cacing tanah sendiri lebih jelas.

Hasil dari penelitian Hamel et al. (2008) menunjukkan bahwa populasi cacing tanah terganggu pada plot rumput (Pleum pratense, Lolium prenne dan

Bromus inermis) yang memiliki N tanah yang lebih tinggi, dimana peningkatan mineral N dari aktivitas cacing tanah kecil tetapi relatif terhadap kebutuhan N dari padang rumput tersebut.

Berat Kering Tanaman (batang dan daun)

Berdasarkan analisis statistik, kombinasi antara cacing tanah, pupuk NPK dan kapur tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap berat kering hijauan sorgum tetapi terdapat interaksi yang nyata antara pupuk NPK dan cacing tanah (P<0.05) (Lampiran 2).

(21)

Hasil uji lanjut dari interaksi pupuk NPK dan cacing tanah menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor atau 32 ekor dan perlakuan pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor, 16 ekor atau 32 ekor tidak berbeda nyata (P>0.05) namun berbeda nyata dengan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor (P<0.05) (Gambar 4).

Perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor ataupun 32 ekor memberikan pengaruh yang lebih baik dalam menghasilkan berat kering tanaman. Adanya peranan cacing tanah memberikan efek baik bagi tanaman yaitu ketersedian nitrogen meningkat melalui proeses mineralisasi sehingga kebutuhan unsur hara bagi tanaman terpenuhi. Menurut Scheu (2003) menyatakan bahwa aktivitas cacing tanah dapat merangsang serapan N dan produksi primer.

Penelitian Bisht et al. (2006) melaporkan bahwa pemberian cacing tanah

Octolasion tyrtaeum menghasilkan berat kering hijauan lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian cacing tanah O. tyrtaeum yaitu tanpa pemberian cacing tanah O. tyrtaeum menghasilkan berat kering pada jagung 3.2 g, gandum 0.5 g dan barley 0.3 g sedangkan dengan pemberian cacing tanah O. tyrtaeum 6.02 g pada jagung, gandum 0.5 g dan barley 0.82 g. Demikian juga hasil penelitian Derouard et al.

(1997) melaporkan bahwa produksi biomassa kering jagung (Hyperodrilus africanus) dengan diinokulasi cacing tanah Millsonia anomala dan Chuniodrilus zielae meningkatkan berat daun 40%, biomassa tongkol 152% dan jumlah tongkol 130%.

Sementara itu, pada perlakuan pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor, 16 ekor atau 32 ekor (Gambar 4) memberikan pengaruh yang sama terhadap berat kering tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk NPK saja atau kombinasi pupuk NPK dan cacing tanah cukup dalam memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman sehingga menghasilkan berat kering tanaman yang jauh lebih baik.

Penggemburan tanah oleh cacing tanah dapat meningkatkan stabilitas agregrat lapisan atas, pembentukan makroagregrat yang stabil dan perbaikan aerasi tanah sehingga banyaknya unsur hara terutama hara N yang berasal dari pupuk NPK dapat diserap akar sehingga kebutuhan hara bagi tanaman tersedia dengan cukup. Liang-liang yang dibuat oleh cacing tanah dapat memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan porositas, serta kapasitas infiltrasi, mengurangi aliran permukaan, menahan hara dari pencucian hara. Selain itu, kotoran cacing tanah merupakan makroagregrat yang stabil (Subowo 2002).

Namun demikian berdasarkan rataan tertingi bahwa berat kering hijauan yang diberi pupuk NPK dengan tanpa cacing tanah lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan pupuk NPK memberikan respon yang baik terhadap berat kering tanaman tetapi pengaruh cacing tanah belum terlihat. Diduga efek dari cacing tanah kurang terlihat disebabkan oleh aktivitas cacing tanah terganggu ketika adanya pupuk NPK, Namun sebaliknya ketika tidak adanya pupuk NPK, efek dari cacing tanah lebih terlihat. Hasil dari penelitian Laossi et al. (2010) menunjukkan bahwa tanpa pemupukan mineral, cacing tanah Lumbricus terrestris

meningkatkan total biomassa Poa annua (+18%) sementara tidak ada pengaruh yang nyata dari cacing tanah tersebut ketika pupuk ditambahkan.

(22)

12

Pengaruh Populasi Cacing Tanah, Kapur dan Pupuk NPK terhadap Kualitas Nutrisi Sorgum Bicolor L. Moench

Protein Kasar

Kualitas hijauan rumput ditandai dengan komposisi kimia, yang dipengaruhi oleh karakteristik biologi tanaman, waktu panen dan faktor pertumbuhan tanaman (Bumane 2010). Kandungan protein kasar sorgum pada penelitian ini berkisar antara 4.3 % sampai dengan 7.9% (Tabel 1). Berdasarkan analisis statistik, diketahui bahwa kombinasi antara cacing tanah, pupuk NPK dan kapur tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap kadar protein kasar pada hijauan sorgum tetapi dipengaruhi sangat nyata (P<0.01) oleh perlakuan pupuk NPK saja (Lampiran 3).

Tabel 1 Pengaruh pupuk NPK, kapur dan cacing tanah E. foetida terhadap protein kasar S. bicolor L. Moench1

Hasil Analisis Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor (2013).

(23)

ke batang dan daun melalui aliran transpirasi sebagai akibatnya terjadi peningkatan pertumbuhan batang dan daun maupun kadar protein kasar.

Menurut Ditjen Perkebunan (1996) melaporkan bahwa kandungan protein kasar pada daun sorgum sebesar 7.82% dan jerami sorgum sebesar 4.40%. Kandungan protein menunjukkan hasil yang berbeda tergantung dari varietas tanaman dan faktor lingkungan seperti pengelolaan, jenis tanah dan penerapan teknologi. Secara umum, kadar protein dalam pakan yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia yang mencerna serat adalah sekitar 7% (Hau et al. 2007). Hasil kadar protein kasar dari penelitian ini cukup potensial sebagai pakan ruminansia karena kandungan protein kasarnya cukup tinggi.

Serat Kasar

Kadar serat kasar sorgum tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa pupuk NPK, kapur dan cacing tanah 16 ekor yaitu 34.85% dan terendah pada perlakuan pupuk NPK, tanpa kapur dan cacing tanah 16 ekor yaitu 27.24% (Tabel 2).

Berdasarkan analisis statistik, diketahui bahwa pengaruh kombinasi pupuk NPK, kapur dan cacing tanah tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap serat kasar namun terdapat interaksi antara pupuk NPK dan cacing tanah sangat nyata (P<0.01) (Lampiran 4).

Tabel 2 Pengaruh pupuk NPK, kapur dan cacing tanah E. foetida terhadap serat kasar S. bicolor L. Moench1

Pupuk

NPK Kapur

Populasi Cacing Tanah (individu/pot)

Rataan

0 16 32

---%---

- kapur 33.25±2.21 34.85±0.34 28.26±1.18 32.11±3.23

-NPK

+ kapur 34.02±1.04 32.84±1.25 29.42±0.86 32.09±2.26

- kapur 28.03±1.58 27.24±0.95 29.71±4.48 28.32±2.66

+NPK

+ kapur 27.63±0.55 30.78±1.04 31.61±2.98 30.01±2.42 Rataan 30.73±3.30 31.42±3.05 29.75±2.68

1

Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor (2013)

(24)

14

Tabel 3 Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida terhadap serat kasar S. bicolor L. Moench1

1

Huruf superskrip yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 1%.

Hasil uji lanjut antara interaksi pupuk NPK dan cacing tanah menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor atau 16 ekor dan perlakuan pupuk NPK dengan cacing tanah 32 ekor tidak berbeda nyata namun berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 32 ekor dan kombinasi pupuk NPK dengan cacing tanah 0 ekor atau 16 ekor kecuali kombinasi pupuk NPK dengan cacing tanah 32 ekor (Tabel 3).

Berdasarkan rataan terendah menunjukkan bahwa serat kasar yang diberi perlakuan pupuk NPK dengan tanpa cacing tanah 0 ekor menghasilkan serat kasar terendah yaitu sebesar 27.83%. Pada perlakuan tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 32 ekor juga cukup memberikan hasil serat kasar yang rendah yaitu 28.84% (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian cacing tanah cukup mampu menurunkan serat kasar tanaman. Hindratiningrum (2010) menyatakan bahwa serat kasar akan berbanding terbalik dengan protein kasar. Jika serat kasar meningkat, maka protein kasar tanaman menurun dan begitu pula sebaliknya protein kasar tinggi maka serat kasar akan menurun. Hau et al. (2007) melaporkan bahwa makin tinggi kandungan serat kasar dapat menurunkan tingkat konsumsi dan kecernaan pakan ternak dibandingkan serat kasar yang rendah.

Hasil penelitian ini mendekati pernyataan menurut Ditjen Perkebunan (1996) melaporkan bahwa kadar serat kasar pada limbah sorgum yaitu daun 28.94% dan jerami 32.30%.

Mineral Kalsium (Ca)

Kandungan mineral Ca dalam hijauan atau rumput pakan ternak ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jenis tanah, kondisi tanah, jenis tanaman dan adanya mineral lain yang memiliki efek antagonis terhadap mineral tertentu yang dibutuhkan oleh ternak (Darmono 2007).

Berdasarkan analisis statistik, diketahui bahwa pupuk NPK, kapur dan cacing tanah tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kadar kalsium (Ca) namun kadar kalsium (Ca) pada hijauan sorgum dipengaruhi sangat nyata (P<0.01) oleh kapur (Lampiran 3). Hasil uji lanjut terhadap faktor kapur, ternyata perlakuan tanpa kapur 0 g pot-1 dan kapur 15 g pot-1 memberikan perbedaan nyata terhadap rataan kadar Ca pada hijauan sorgum.

- NPK 33.63±1.60A 33.84±1.37A 28.84±1.12B 32.10±2.70A

(25)

Tabel 3 Pengaruh pupuk NPK, kapur dan cacing tanah Eisenia foetida terhadap mineral kalsium (Ca) Sorghum bicolor L. Moench1

Pupuk Rataan 0.34±0.06 0.34±0.07 0.34±0.05

1

Hasil Analisis Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor (2013).

Berdasarkan rataan pada faktor kapur diperoleh kandungan Ca sebesar 0.37% yaitu pada perlakuan tanpa kapur sedangkan perlakuan kapur sebesar 0.32%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar kalsium hijauan sorgum pada perlakuan tanpa kapur penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan pemberian kapur. Diduga rendahnya kadar kalsium (Ca) hijauan sorgum yang diberikan pemberian kapur disebabkan tanaman menyerap Ca yang sudah cukup tersedia dalam tanah sehingga ketika kapur yang diberikan bagi tanaman tidak respon. Kisaran konsentrasi Ca di dalam tanaman sekitar 0.2%-1.0% (Munawar 2011).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kombinasi pupuk NPK dan cacing tanah memberi pengaruh terhadap produktivitas tanaman. Pemberian tanpa pupuk NPK dengan cacing tanah 16 ekor atau 32 ekor dan pemberian pupuk NPK 2.5 g pot-1 dengan cacing tanah 0 ekor, 16 ekor atau 32 ekor mampu meningkatkan tinggi vertikal tanaman, jumlah daun, berat segar tanaman dan berat kering tanaman. Pada kualitas nutrisi tanaman sorgum yaitu kandungan protein kasar dipengaruhi oleh pupuk NPK, serat kasar dipengaruhi kombinasi pupuk NPK dan cacing tanah, dan kandungan mineral Ca hijauan sorgum dipengaruhi oleh kapur.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam jangka panjang dengan menggunakan cacing tanah E. foetida saja tanpa menggunakan pupuk anorganik (pupuk NPK), sehingga efek dari cacing tanah lebih terlihat terhadap produktivitas dan kualitas nutrisi tanaman.

(26)

16

DAFTAR PUSTAKA

Adianto, Diah US, Nuryati Y. 2004. Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah (Pontoscolex corethurus Fr Mull) Terhadap Sifat Fisika Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.Wilezek) Varietas Walet. J Matematika dan Sains. 36 (1):175-182.

Anwar EK. 2009. Efektivitas cacing tanah Pheretima hupiensis, Edrellus sp. dan Lumbricus sp. dalam proses dekomposisi bahan organik. J Tanah Tropika.14 : 149-158.

[AOAC] Association Official Agriculture Chemists. 2000. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. Washington. Bisth R, Pandey H, Bisht SPS, Kandpal B, Kaushal BR. 2006. Feeding and

Casting Activities of The Earthworm (Octolasion Tyrtaeum) and Their Effects on Crop Growth Under Laboratory Conditions. Tropical Ecology. 47 (2) : 291-294.

Bumane S. 2010. The Influence of NPK Fertilization on Lolium Perenne L. Forage Quality. Agronomi Research. 531-536.

Darmono. 2007. Penyakit Defisiensi Mineral Pada Ternak Ruminansia dan Upaya Pencegahannya. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogor. J Litbang Pertanian. 26 (3).

Derouard L, Tondoh J, Vilcosoui L, Lavelle P. 1997. Effects of Earthworm Introduction on Soil Processes and Plant Growth. Soil Biol. Biochem. 29 (3-4) : 541-545.

[Ditjen Perkebunan] Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorgum Manis Komoditi Harapan Di Propinsi Kawasan Timur Indonesia. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri, 17−18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.4 : 6−12.

Djunaedy A. 2009. Pengaruh Jenis Dan Dosis Pupuk Bokashi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). Agrovigor. 2 (1).

Escalada RG, Pluchnett DL. 1977. Ratoon Cropping of Sorghum, Origin, Time of Appearance and Fate of Tillers. Agron Journal. 69: 341−346.

Eisenhauer N, Scheu S. 2008. Earthworms as Drivers of The Competition Between Grasses and Legumes. Soil Biol. Biochem. 40 :2650–2659.

Gaddie RE, Douglas DE. 1975. Earthworms For Ecology and Profit. Volume ke-1. Bookworm Publishing Company. California (US): Ontario.

Guei AM, Okoth P, Tondoh JE. 2011. Maize growth and production as influenced by earthworm based integrated soil fertility management in tropical agroecosystems. J Applied Biosci. 41 : 2808-2819.

Hamel NSE, Whalen JK. 2008. Earthworms, soil mineral nitrogen and forage production in grass-based hayfields. J Soil Biology Biochemi. 40 : 1004-1010.

(27)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Universitas Nusa Cendana. Kupang.

Hindratiningrum N. 2010. Produksi dan kualitas hijauan rumput Meksiko. J Ilmiah Inkoma. 21 (3) : 111-122.

Kosman E, Subowo G. 2010. Peranan Cacing Tanah dalam Meningkatkan Kesuburan dan Aktivitas Hayati Tanah. J Sumberdaya Lahan. 4 : 2.

Laossi KR, Ginot A, Noguera DC, Blouin M, Barot S. 2010. Earthworm Effects on Plant Growth Do Not Necessarily Decrease with Soil Fertility. Plant Soil.

328 : 109-118.

Loh TC, Lee YC, Liang JB, Tan D. 2005. Vermicomposting of Cattle and Goat Manures by Eisenia Foetida and Their Growth and Reproduction Performance. Bioresource Technology. 96: 111-114

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Cetakan-1. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Pr.

Parmelee RW, Beare MH, Cheng W, Hendrix PF, Rider SJ, Crossley Jr DA, Coleman DC. 1990. Earthworm and Enchytraeids in Conventional and No-Tillage Agroecosystems: A Biocide Approach to Asses Their Role in Organic Matter Breakdown. Biol Fertil Soils. 10: 1–10.

Rachman IA, Sri D, Komarudin I. 2008. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk NPK Terhadap Serapan Hara dan Produksi Jagung DiInceptisol Ternate. J Tanah Lingk. 10 (1):7-13.

Roubickova A. 2009. Effect of Earthworm on Growth of Late Succession Plant Species in Postmining Sites Under Laboratory and Field Conditions. Biol Fertil. 45 : 769-774.

Scheu S. 2003. Effects of Earthworms on Plant Growth: Patterns and Perspectives.

Pedobiologia 47: 846-856. The 7th International Symposium on Earthworm Ecology. Cardiff . Wales. 2002.

Sirappa MP. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, dan Industri. J Litbang Pertanian. 22 (4)

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Subowo, Anas I, Djajakirana G, Abdurachman A, Hardjowigeno S. 2002. Pemanfaatan Cacing Tanah untuk Meningkatkan Produktivitas Ultisol Lahan Kering. J Tanah dan Iklim. 20.

Subowo G. 2010. Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik Untuk Kesuburan dan Produktivitas Tanah Melalui Pemberdayaan Sumberdaya Hayati Tanah.

J Sumberdaya Lahan. 4 (1).

Spain A, Lavelle P, Mariotti A. (1992) Stimulation of Plant Growth by Tropical Earthworms. Soil Biol. Biochem. 24 :1629-1633.

(28)

1

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil anova dari pengaruh faktor cacing tanah E. foetida, pupuk, NPK, kapur dan interaksi terhadap tinggi vertikal tanaman dan jumlah daun sorgum yang signifikan pada 0.01-0.05

Minggu ke

Peubah Faktor

NPK Kapur Cacing NPK*kapur NPK*cacing Kapur*cacing NPK*kapur*cacing

DF P1 DF P1 DF P1 DF P1 DF P1 DF P1 DF P1

2 Tinggi Vertikal

Tanaman 1 0.85 1 0.052 2 0.25 1 0.55 2 0.47 2 0.54 2 0.69 Jumlah Daun 1 0.31 1 0.00** 2 0.63 1 0.61 2 0.10 2 0.14 2 0.10 3 Tinggi Vertikal

Tanaman 1 0.37 1 0.04* 2 0.59 1 0.35 2 0.72 2 0.42 2 0.28 Jumlah Daun 1 0.84 1 0.55 2 0.70 1 0.17 2 0.96 2 0.88 2 0.30 4 Tinggi Vertikal

Tanaman 1 0.90 1 0.006** 2 0.66 1 0.142 2 0.147 2 0.58 2 0.28 Jumlah Daun 1 0.72 1 0.47 2 0.15 1 0.04** 2 0.22 2 0.09 2 0.18

5 Tinggi Vertikal

Tanaman 1 0.72 1 0.02* 2 0.40 1 0.15 2 0.053 2 0.56 2 0.18 Jumlah Daun 1 0.008** 1 0.81 2 0.31 1 0.24 2 0.23 2 0.94 2 0.94

6 Tinggi Vertikal

Tanaman 1 0.40 1 0.10 2 0.66 1 0.06 2 0.03* 2 0.23 2 0.10 Jumlah Daun 1 0.003** 1 1.00 2 0.24 1 0.20 2 0.06 2 0.38 2 0.29

7 Tinggi Vertikal

Tanaman 1 0.09 1 0.72 2 0.58 1 0.48 2 0.005** 2 0.21 2 0.13 Jumlah Daun 1 0.06 1 0.55 2 0.11 1 0.72 2 0.008** 2 0.23 2 0.74

8 Tinggi Vertikal

(29)

1

Lampiran 2 Hasil anova dari pengaruh faktor cacing tanah E. foetida pupuk NPK, kapur dan interaksi terhadap berat segar dan berat kering sorgum

NPK*kapur*cacing 2 0.25

Berat Kering

NPK*kapur*cacing 2 0.11

Lampiran 3 Hasil anova dari pengaruh faktor cacing tanah E. foetida, kapur, pupuk NPK dan interaksi terhadap protein kasar, serat kasar dan mineral kalsium (Ca) sorgum yang signifikan pada 0.01-0.05

Peubah yang

diamati Faktor Hasil anova

DF P1

NPK*kapur*cacing 2 1.12

NPK 1 0.00**

NPK*kapur*cacing 2 0.10

(30)

2

NPK 1 0.13

Kapur 1 0.02*

Cacing 2 0.96

Kalsium (Ca) NPK*kapur 1 0.18

NPK*cacing 2 0.32

Kapur*cacing 2 0.06

NPK*kapur*cacing 2 0.35

1

angka signifikan

*berbeda nyata

**sangat berbeda nyata

Lampiran 4 Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah terhadap tinggi vertikal tanaman sorgum

Umur Tanam (MST)1

6 7 8

Pupuk NPK

Populasi Cacing tanah (individu/pot)

---cm--- 0 195.19±14.91 b 218.87±13.41 b 227.48±16.11 b -NPK 16 211.50±6.18 ab 241.21±6.13 a 254.09±6.21 a

32 211.16±8.26 ab 244.58±4.87 a 261.72±9.74 a 0 215.33±7.69 a 252.54±7.69 a 267.04±8.47 a

+NPK 16 204.49±20.45 ab 238.00±20.30 a 252.83±20.53 a 32 208.50±19.61 ab 239.25±25.95 a 260.66±15.19 a 1

(31)

Lampiran 5 Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah terhadap jumlah daun sorgum Umur Tanam (MST)1

Pupuk NPK

Populasi Cacing Tanah (individu/pot)

7 8

--- helai/tanaman---0 9.33±0.51 c 9.08±0.37 b

- NPK 16 10.08±0.49 bc 9.58±0.37 ab 32 10.50±0.31 ab 9.91±0.37 a

0 10.50±0.31 ab 9.91±0.20 a

+NPK 16 11.00±0.32 a 10.00±0.54 a

32 9.83±1.40 bc 9.75±0.52 a 1

Huruf superskrip yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%.

Lampiran 6 Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah terhadap berat segar dan berat kering sorgum

Pupuk NPK

Populasi Cacing Tanah (individu/pot)1 0 16 32 ---gram---

Berat Segar Tanaman

- NPK 352.50±74.09 b 451.66±55.20 ab 517.66±63.60 a +NPK 539.00±50.98 a 479.83±84.41 a 498.00±154.50 a Berat

Kering Tanaman

- NPK 41.66±5.95b 59.00±6.69a 61.33±6.59 a +NPK 67.33±7.22a 57.66±15.13a 63.16±20.23 a 1

Huruf superskrip yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%.

(32)

4

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

Sorgum bicolor L.Moench

Cacing tanah Eisenia foetida

(33)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sampit, Kalimantan Tengah pada tanggal 26 Maret 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak Krispinus, SE, MSi dan Ibu Ariaty Dienni. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 4 Mentawa Baru Hilir Sampit pada tahun 1996-2003. Pendidikan dilanjutkan di SMP Katolik St. Albertus Sampit pada tahun 2003-2006 kemudian sekolah menengah atas di SMA Negeri 5 Plus Palangka Raya pada tahun 2006-2009 dan diterima di Institut

Pertanian Bogor pada bulan Juni 2009 departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis pernah aktif di organisasi Persekutuan Mahasiswa Kristen sebagai anggota tim pemerhati Komisi Pelayanan Anak periode 2010-2011 dan organisasi POPK FAPET (Persekutuan Oikumene Protestan Katolik Fakultas Peternakan) sebagai koordinator tim pemerhati periode 2011-2012. Penulis merupakan penerima beasiswa utusan daerah Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Gambar

Gambar 1 Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah E. foetidaterhadap tinggi vertikal tanaman S
Gambar 2 Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida
Gambar 3 Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida terhadap
Gambar 4 Interaksi pupuk NPK dan cacing tanah E. foetida terhadap

Referensi

Dokumen terkait

5.1 Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan Proses pelatihan di ambil dari 54 data yang sudah direpresentasikan berdasarkan klasifikasi umur, jenis kelamin, tekanan

Ketentuan yang sama juga diatur dalam UU Nomor 10 Tahun 2016 sebagai undang- undang Pilkada saat ini dimana dalam Pasal 7 ayat (2) huruf t menyebutkan bahwa calon kepala daerah

penjelasan materi dari guru sebagai penstimulus peserta didik untuk berfikir, setelah peserta didik memahami materi apa yang akan mereka pelajari kemudian guru membagi kelas menjadi

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi belajar siswa di SMK Unggulan NU Mojoagung Jombang. Jenis penelitian ini

Setelah dilakukan percobaan untuk menyelipkan perlombaan olah raga pada Muktamar ke II, dengan bertujuan untuk lebih memeriahkan pegelaran Muktamar, maka dalam rangkaian

pengaruh budaya organisasi secara parsial terhadap keinginan berpindah kerja ( turnover intention ) pada PT. Alas Watu Emas. 4) Untuk.. mengetahui dan

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan berkah dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikanTesis yang berjudul PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI MELALUI PERILAKU

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konflik kerja dan stres kerja terhadap kepuasan kerja pegawai pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana