• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.) Mentah dan Sangrai dalam Ransum terhadap Konsumsi Pakan dan Kadar Kolesterol Daging Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.) Mentah dan Sangrai dalam Ransum terhadap Konsumsi Pakan dan Kadar Kolesterol Daging Broiler"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN BIJI KETUMBAR (

Coriandrum sativum

L.) MENTAH

DAN SANGRAI DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI

PAKAN DAN KADAR KOLESTEROL DAGING BROILER

RIADHI GUMILAR PAMINDA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberian Biji Ketumbar (Coriandrum Sativum L.) Mentah dan Sangrai dalam Ransum terhadap Konsumsi Pakan dan Kadar Kolesterol Daging Broiler adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

RIADHI GUMILAR PAMINDA. Pemberian Biji Ketumbar (Coriandrum Sativum L.) Mentah dan Sangrai dalam Ransum terhadap Konsumsi Pakan dan Kadar Kolesterol Daging Broiler. Dibimbing oleh RITA MUTIA dan NAHROWI.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan palatabilitas ransum dengan penambahan biji ketumbar serta membandingkan pengaruh pemberian biji ketumbar mentah dan ketumbar sangrai pada taraf 2% terhadap persentase karkas, lemak abdominal, dan kadar kolesterol daging broiler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan biji ketumbar sangrai 2% (R2S) berpengaruh sangat nyata (p<0.01) menurunkan konsumsi ransum, bobot akhir dan bobot karkas dibandingkan dengan penambahan biji ketumbar mentah 2% (R2), namun perlakuan R2S mampu menurunkan persentase lemak abdominal dan kadar kolesterol daging broiler dibandingkan dengan perlakuan R2. Dapat disimpulkan bahwa penambahan biji ketumbar mentah memberikan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan palatabilitas pakan dibandingkan dengan biji ketumbar sangrai. Penyangraian biji ketumbar berpengaruh negatif terhadap tingkat konsumsi, bobot akhir, dan persentase karkas broiler.

Kata kunci : biji ketumbar, broiler, karkas, kolesterol, konsumsi ransum

ABSTRACT

RIADHI GUMILAR PAMINDA. Feeding of Raw and Roasted Coriander Seeds (Coriandrum sativum L.) on Feed Consumption and Cholesterol Level of Broiler Meat. Supervised by RITA MUTIA and NAHROWI.

The aim of this research was to study the potential of raw and roasted coriander seed on feed consumption, carcass percentage, abdominal fat, and cholesterol level of broiler meat. The results show that the addition of roasted coriander seeds 2% (R2S) decreased (P<0.01) feed intake, final body weight and carcass weight compared to the addition of raw coriander seeds 2% (R2), but R2S treatment was capable to reducing abdominal fat percentage and cholesterol level of broiler meat compared to R2. It can be concluded that the addition of raw coriander seed give better result in improving the palatability of feed compared with roasted coriander seed. Roasted coriander seeds negatively affect the level of consumption, final weight, and percentage of broiler meat.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PEMBERIAN BIJI KETUMBAR (

Coriandrum sativum

L.) MENTAH

DAN SANGRAI DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI

PAKAN DAN KADAR KOLESTEROL DAGING BROILER

RIADHI GUMILAR PAMINDA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pemberian Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.) Mentah dan Sangrai dalam Ransum terhadap Konsumsi Pakan dan Kadar Kolesterol Daging Broiler

Nama : Riadhi Gumilar Paminda

NIM : D24080384

Disetujui oleh

Dr Ir Rita Mutia, MAgr Pembimbing I

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Alhamdulillahirobil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi dengan judul “Pemberian Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.) Mentah dan Sangrai dalam Ransum terhadap Konsumsi Pakan dan Kadar Kolesterol Daging Broiler” dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari Agustus hingga Oktober tahun 2011. di Kandang Unggas Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Unggas, pengukuran parameter dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas (Fapet, IPB). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan palatabilitas ransum dengan penambahan biji ketumbar serta membandingkan pengaruh pemberian biji ketumbar mentah dan ketumbar sangrai pada taraf 2% terhadap persentase karkas, lemak abdominal, dan kadar kolesterol daging broiler.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan penulis dari program Sarjana Peternakan, Mayor Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan serta, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Bogor, Juni 2013

(12)

DAFTAR ISI

PRAKATA ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1 

METODE 2 

Bahan Penelitian 2 

Peralatan Penelitian 2 

Lokasi dan Waktu Penelitian 3 

Prosedur 3 

Total Kolesterol Karkas (%) 3 

Rancangan dan Analisis Data 3 

Peubah yang diamati 4 

Analisis Data 4 

HASIL DAN PEMBAHASAN 5 

Biji Ketumbar Sebagai Bahan Pakan 5 

Konsumsi Total Ransum 6 

Bobot Hidup Akhir 6 

Kolesterol Daging Broiler 7 

Bobot Karkas dan Persentase Karkas 7 

Persentase Potongan Komersil 8 

Lemak Abdominal 9 

SIMPULAN DAN SARAN 9 

Simpulan 9 

Saran 10 

DAFTAR PUSTAKA 10 

LAMPIRAN 12 

RIWAYAT HIDUP 15 

DAFTARTABEL

1 Komposisi bahan dan nutrien ransum penelitian ... 2

2 Komposisi nutrien biji ketumbar (as fed) 5 3 Pengaruh pemberian ketumbar terhadap konsumsi ransum, bobot badan, bobot karkas, dan kolesterol daging 6 4 Pengaruh pemberian ketumbar terhadap potongan komersial dan lemak abdominal ... 8

... DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis ragam total konsumsi ransum ... 12

2 Analisis ragam bobot hidup akhir ... 12

3 Analisis ragam bobot karkas... 12

4 Analisis ragam persentase karkas ... 13

(13)

6 Analisis ragam persentase potongan komersial paha bawah ... 13

7 Analisis ragam persentase potongan komersial punggung ... 13

8 Analisis ragam persentase potongan komersial sayap ... 13

9 Analisis ragam persentase potongan komersial dada ... 13

10 Analisis ragam persentase lemak abdominal ... 13

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Ketumbar (Coriandrum sativum L.) merupakan salah satu tanaman herbal yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan biasanya sering digunakan sebagai bumbu masakan (kuliner) dan obat-obatan. Selain itu biji ketumbar memiliki potensi untuk dapat dijadikan pakan tambahan karena mengandung berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan ternak. Minyak atsiri yang terkandung dalam biji ketumbar memiliki khasiat dapat menstimulasi organ pencernaan, meningkatkan palatabilitas ransum, penurun kolesterol, antioksidan, dan antimikroba. Terkait dengan khasiat ketumbar tersebut serta masih terbatasnya informasi tentang penggunaan herbal ketumbar dalam pakan ternak, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ketumbar pada ternak unggas.

Pemberian ketumbar dalam pakan dapat memperbaiki konsumsi pakan atau meningkatkan palatabilitas pakan karena adanya minyak esensial pada biji ketumbar yang komponen utamanya linalool. Telah dilaporkan bahwa linalool meningkatkan selera makan serta menstimulasi proses pencernaan pada hewan (Cabuk et al. 2003). Burung puyuh yang mengkonsumsi pakan yang mengandung ketumbar 2 % menunjukkan kenaikan berat badan harian yang lebih tinggi. Setelah enam minggu karkas puyuh yang diberi pakan mengandung ketumbar 2 % memiliki bobot karkas yang paling tinggi dibandingkan dengan karkas puyuh yang diberi ketumbar 0.5%, 1 % dan 4%. (Gűler et al. 2005), kemudian pemberian biji ketumbar pada broiler dalam kondisi suhu tinggi di Iraq (32-36°C) dapat membantu meningkatkan konsumsi dan pertumbuhan (Sunbul et al. 2010). Selain itu minyak atsiri pada biji ketumbar memiliki sifat antimikroba terhadap spesies patogen seperti Salmonella (Isao et al. 2004), anti oksidan (Wangensteen et al. 2004), anti-diabetes (Gallagher et al. 2003). Kandungan flavonoidnya berperan menurunkan kolesterol (Chithra dan Leelamma 1997). Sehingga pemberian biji ketumbar dalam ransum diharapkan dapat meningkatkan konsumsi pakan ternak dan bertindak sebagai growth promotor alami serta khasiat yang terkandung di dalam biji ketumbar dapat menggantikan fungsi vitastress, dan obat-obatan lainnya.

Dalam dunia kuliner proses penyangraian biji ketumbar sebelum dicampur ke dalam bahan pangan lainnya bertujuan untuk mengeluarkan aroma dan rasa yang dimiliki ketumbar untuk meningkatkan kelezatan makanan sehingga selera makan konsumen juga meningkat. Pada penelitian ini proses penyangraian biji ketumbar sebelum dicampur ke dalam pakan ternak diharapkan juga dapat memberikan pengaruh yang positif, sehingga dapat meningkatkan selera makan ternak terhadap ransum yang diberikan, serta ternak mendapatkan semua khasiat yang dimiliki ketumbar sehingga ternak menjadi lebih sehat.

(16)

2

METODE

Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 90 ekor DOC strain CP 707 dari PT Charoen Pokphand Indonesia. DOC dibagi ke dalam 3 perlakuan dan 3 ulangan dan dalam setiap ulangan terdiri dari 10 ekor. Pakan yang digunakan merupakan hasil formulasi berdasarkan Lesson and Summer (2005) dengan penambahan 2% biji ketumbar pada perlakuan R2 dan R2S. Pemberian ransum dibagi menjadi 2 periode sesuai dengan masa pemeliharaanya, yaitu starter (0-3 minggu) dan finisher (4-5 minggu). Komposisi dan kandungan nutrien ransum dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Bahan dan Nutrien Ransum Penelitian Bahan Pakan

(%)

Starter Finisher R0 R2 R2S R0 R2 R2S

Jagung 54.14 53.68 53.68 60.41 59.61 59.61

Dedak Padi 6 4.85 4.85 5.17 4.3 4.3

Keterangan: Komposisi nutrien bahan pakan.(Lesson.dan/Summers,.2005),.Perlakuan.:.RO.= Ransum tanpa biji ketumbar (kontrol), R2 = Ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar, R2S = Ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar sangai.

Peralatan Penelitian

(17)

3

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Agustus hingga Oktober tahun 2011. Lokasi penelitian bertempat di Kandang Unggas Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Unggas unit kandang B, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prosedur

Pengambilan sampel dilakukan pada minggu ke lima pemeliharaan. Waktu pengambilan sampel pukul 08.30 WIB setelah dipuasakan selama 3 jam. Ayam yang digunakan berjumlah 9 ekor ayam (10% populasi ulangan) yang berbobot mendekati rata-rata populasi ulangan. Sebelum disembelih ayam ditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan bobot hidup akhir, kemudian ayam disembelih hingga darahnya berhenti keluar. Setelah darah berhenti ayam dicelupkan ke air panas sekitar 60-70°C selama ± 2 menit agar mudah dalam melakukan pencabutan bulu. Setelah ayam bersih dilakukan pembersihan organ dalam, lemak dalam perut ayam yang menempel di sekitar gizzard dan kloaka ditimbang untuk mendapatkan bobot lemak abdominal. Kemudian dilakukan pemotongan pada bagian pangkal leher dan sendi pada bagian shank untuk mendapat bobot potongan karkas. Untuk potongan komersial dipotong dan ditimbang pada bagian dada, paha atas, paha bawah, sayap dan punggung. Data kolesterol didapatkan dari pengambilan sampel sebanyak ± 2g dari bagian paha atas bagian kanan kemudian dicincang halus lalu dianalisa dengan menggunakan metode Liberman Buchard.

Total Kolesterol Karkas (%)

Total kolesterol karkas dianalisa dari sampel daging paha kanan dengan metoda Liebermann Burchard Colour Reaction (Kleiner dan Dotti 1962) yaitu sampel sebanyak 1 gram dicincang halus, sampel dimasukkan ke dalam tabung dan ditambahkan 10 ml dietyl ether pro analisis kemudian diaduk hingga homogen. Sampel disimpan pada suhu kamar selama 48 jam, hingga diethyl ether menguap seluruhnya. Ekstrak dari sampel daging yang menempel pada tabung kemudian diencerkan dengan 1 ml Phospat Buffer Salin (PBS) pada pH 7.2, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Supernatan dipindahkam ke tabung spektrofotometer. Lalu, dilakukan pembacaan absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang (λ) 500 nm dengan konsentrasi standar yang digunakan 200 mg/ dl. Kadar kolesterol dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

              

Rancangan dan Analisis Data

Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 3 jenis ransum perlakuan yang dibedakan berdasarkan kondisi ketumbar disangrai atau tidak disangrai. Ransum pelakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :

R0 = Pakan tanpa campuran biji ketumbar (kontrol) R2 = Pakan dengan campuran biji ketumbar 2%

(18)

4

Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 3 ulangan. Model matematika dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut:

Yij = µ + +

Keterangan :

Y : nilai pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j µ : nilai rataan umum

: efek perlakuan ke-i

: galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Peubah yang diamati

1. Konsumsi Ransum

Data konsumsi air minum dan ransum masing-masing diukur dengan mengurangi jumlah pemberian dengan jumlah sisa setiap hari (g/ekor/hari). Konsumsi = Jumlah pemberian – jumlah sisa

2. Bobot Hidup (gram/ekor)

Berat hidup diperoleh dari penimbangan bobot badan ayam hidup pada umur 5 minggu sebelum dipotong.

3. Bobot Karkas (gram)

Berat karkas diperoleh dari penimbangan tubuh tanpa bulu, kepala, leher, kaki, dan jeroan.

4. Persentase Karkas (%)

Persentase karkas diperoleh dari penimbangan karkas dibagi dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%

5. Bobot Potongan Komersil (gram)

Bobot potongan komersil diperoleh dari bobot bagian karkas yang telah dipotong menjadi bagian-bagian berikut: dada, punggung, paha atas, paha bawah, sayap.

6. Persentase Potongan Komersil (%)

Persentase potongan komersil diperoleh dari bobot masing-masing potongan komersil dibagi dengan bobot karkas kemudian dikalikan 100% 7. Persentase Lemak abdominal (%)

Persentase lemak abdominal diperoleh dari membagi bobot lemak abdominal dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%

8. Kolesterol Daging Karkas (mg/100g)

Diperoleh dari sampel paha kanan yang diukur dengan metode enzimatik menggunakan spektrofotometer

Analisis Data

(19)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biji Ketumbar Sebagai Bahan Pakan

Biji ketumbar merupakan salah satu tanaman herbal yang memiliki banyak khasiat serta memiliki nilai nutrien yang baik dan pengolahannya relatif sangat mudah sebelum bisa langsung diberikan kepada ternak. Pengolahan biji ketumbar dimulai dari pemisahan biji dari buahnya kemudian dijemur, setelah kering lalu digiling dan bisa langsung dicampur dengan bahan pakan lainnya. Nutrien yang terkandung dalam biji ketumbar dapat berbeda-beda tiap daerah karena kandungan nutrien biji ketumbar dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan iklim. Berikut ini adalah komposisi nutrien biji ketumbar mentah dan biji ketumbar sangrai hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB.

Tabel 2. Komposisi Nutrien Biji Ketumbar (as fed)

Nutrien Biji Ketumbar Mentah Sangrai

Bahan Kering (%) 89.19 91.61

Energi Bruto (Kkal/kg) 5052 5052

Keterangan: Komposisi nutrien biji ketumbar hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fapet, Institut Pertanian Bogor (2011)

Biji ketumbar memiliki kandungan serat yang cukup tinggi, hasil analisis menunjukan bahwa kandungan serat kasar mencapai 31.26% dan bisa mencapai 41.9% (USDA 2009), sehingga penggunaan ketumbar sebagai feed additive dalam bahan pakan perlu dibatasi karena pemberian serat kasar pada broiler maksimal 5% dalam ransum (Direktorat Jendral Peternakan 2009). Pemberian serat kasar tinggi pada broiler dapat menurunkan efisiensi ransum, kecernaan, dan performan. Telah dilaporkan bahwa linalool dapat meningkatkan selera makan serta menstimulasi proses pencernaan pada hewan ( Cabuk et al. 2003)

(20)

6

Tabel 3. Pengaruh pemberian ketumbar terhadap konsumsi ransum, bobot badan, bobot karkas, dan kolesterol daging.

Parameter R0 R2 R2S

Konsumsi ransum (g) 2199.04±99.16a 2223.51±163.01a 1872.55±129.70b

FCR 1.85±0.14a 1.73±0.12a 2.06±0.18b

Bobot Badan (g) 1183.33±35.16a 1285.00±116.88a 908.66±50.20b

Bobot Karkas (g) 791.66±51.07a 840.33±81.93a 596.33±15.18b

Kolesterol Daging (mg/100g) 112.89±21.41a 163.50±6.98a 56.92±28.92b

Keterangan : Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata

P0 = Pakan tanpa campuran biji ketumbar (kontrol), P2 = Pakan dengan campuran biji ketumbar mentah 2%, P2 = Pakan dengan campuran biji ketumbar sangrai 2%

Konsumsi Total Ransum

Berdasarkan hasil analisis statistik penambahan 2% biji ketumbar sangrai dalam ransum R2S berpengaruh nyata (P<0.05) menurunkan tingkat konsumsi pakan sebesar 14.84% dari kontrol (R0). Penurunan konsumsi pakan yang terjadi pada perlakuan R2S lebih disebabkan karena menurunnya tingkat kesukaan (palatabilitas) akibat dari adanya sensasi rasa pahit dari biji ketumbar sangrai serta aroma khas biji ketumbar sangrai yang ternyata tidak disukai broiler. Aroma khas ini timbul akibat dari menguapnya komponen linalool yang terkandung dalam biji ketumbar pada saat proses penyangraian karena menurut Ketaren (1995) salah satu sifat minyak atsiri adalah mudah menguap apabila terkena panas. Komponen utama minyak ketumbar adalah linalool yang jumlah sekitar 60%-70% (Lawrence dan Reynolds 1988, Guenther 1990). Senyawa linalool merupakan komponen yang menentukan intensitas aroma harum, sehingga aroma yang dihasilkan cukup kuat untuk mempengaruhi palatabilitas pakan, karena palatabilitas pakan dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur, dan suhu makanan. Purwanti et al. (2008) melaporkan bahwa terjadi penurunan palatabilitas ransum yang disebabkan rasa pahit dari serbuk kunyit dan bau yang menyengat dari serbuk bawang putih. Penerimaan unggas terhadap makanan dipengaruhi oleh rasa, tekstur, dan bau pakan. Lidah unggas memiliki sistem perasa berupa gustative atau taste buds untuk mengenali rasa makanannya. Meskipun jumlah titik perasa ayam lebih sedikit dibandingkan dengan hewan lainnya akan tetapi sensitivitasnya lebih tinggi. (Amrullah 2004) dan meskipun indra penciuman ayam tidak berkembang dengan baik, namun ayam masih mampu membedakan dan mengenal rasa dan aroma pakan karena ayam mempunyai susunan saraf yang berhubungan dengan penciuman, namun sensitifitasnya masih belum diketahui secara jelas (Akoso 1993)

Bobot Hidup Akhir

(21)

7 sehingga rendahnya tingkat konsumsi ransum mengakibatkan rendahnya nutrien yang terserap oleh tubuh ternak, hal ini mengakibatkan ternak tidak dapat tumbuh secara optimal dan produktivitas ternak menjadi rendah. Menurut Tillman et al. (1991) Pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan konsumsi ransum dan asupan nutrien bagi ternak, sehingga konsumsi tinggi akan menghasilkan pertumbuhan yang tinggi begitu juga sebaliknya konsumsi yang rendah akan menghasilkan pertumbuhan yang rendah pula.

Penambahan biji ketumbar mentah pada taraf 2% dalam ransum R2 secara statistik tidak menunjukan perbedaan (P>0.05) terhadap bobot badan kontrol (R0), namun terlihat dari nilai FCR pada R2 (1.73) lebih rendah dibandingkan dengan R0 (1.83). Berdasarkan nilai tersebut dapat dilihat bahwa pada perlakuan R2 ternak lebih mampu memanfaatkan nutrien yang terkandung dalam pakan untuk berkembang dibandingkan dengan R0, hal ini karena biji ketumbar yang digunakan pada perlakuan R2 adalah biji ketumbar yang masih mentah sehingga kandungan minyak atsirinya belum menguap dan masih sangat tinggi, sehingga ternak mendapatkan semua khasiat minyak atsiri. Telah dilaporkan bahwa linalool meningkatkan selera makan serta menstimulasi organ pencernaan pada hewan (Cabuk et al. 2003). Minyak atsiri menstimulasi organ pencernaan pada ternak melalui peningkatan produksi dari enzim pencernaan dan peningkatan efisiensi penggunaan produk pencernaan melalui peningkatan fungsi hati (Hernandez et al. 2004), sehingga penambahan biji ketumbar mentah dalam ransum berpotensi dapat digunakan sebagai natural growth promotor.

Kolesterol Daging Broiler

Berdasarkan hasil analisis statistik penambahan biji ketumbar dan biji ketumbar sangrai menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap kadar kolesterol daging ayam broiler. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa kandungan kolesterol paling tinggi dicapai oleh broiler perlakuan R2 yaitu mencapai 163 mg/100 g, kemudian diikuti oleh perlakuan R0 mencapai 112.89 mg/100 g, dan yang paling rendah adalah perlakuan R2S mencapai 56.92 mg/100 g. Hasil masih setara dengan hasil penelitian lain yang menggunakan herbal lain berupa bawang putih yang dilaporkan oleh Konjunfca et al. (1997) bahwa kadar kolesterol paha broiler yang diberi diet herbal berkisar antara 98–145 mg/100g. Meningkatnya kandungan kolesterol pada perlakuan R2 lebih disebabkan karena meningkatnya konsumsi pakan, dimana akumulasi jumlah energi dan lemak yang diserap tubuh lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya sehingga dapat meningkatkan kolesterol daging broiler, sedangkan pada perlakuan R2S penurunan kadar kolesterol daging broiler lebih disebabkan oleh menurunnya tingkat konsumsi pakan sehingga total energi dan lemak yang dikonsumsi broiler pun menjadi lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pariwiastuti (2001) melaporkan bahwa lemak dalam ransum mempunyai hubungan dengan kolesterol daging, dimana penurunan lemak dalam ransum akan menyebabkan penurunan kolesterol daging broiler.

Bobot Karkas dan Persentase Karkas

(22)

8

berpengaruh sangat nyata (P<0.01) menurunkan bobot karkas sebesar 24.67% dari kontrol (RO). Hal ini terjadi karena adanya korelasi positif antara bobot karkas yang dihasilkan, bobot akhir ternak yang dicapai, dan tingkat konsumsi ransum oleh ternak. Sehingga perlakuan R2S yang memiliki tingkat konsumsi paling rendah, menghasilkan bobot akhir yang paling rendah juga. Korelasi antara konsumsi, bobot akhir, dan bobot karkas dapat dilihat pada Tabel 3. Amaefule et al. (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi bobot badan yang dihasilkan maka semakin besar bobot karkas yang akan diperoleh. Menurut hasil analis statistik pemberian biji ketumbar pada taraf 2% tidak menunjukkan perbedaan (P>0.05) terhadap persentase karkas yang dihasilkan. Nilai persentase karkas R0 66.68%, R2 65.36%, R2S 65.70% masih termasuk dalam kisaran normal sesuai dengan pendapat Amrullah (2004) bahwa persentase karkas broiler berkisar antara 65%-75%, sehingga pemberian ketumbar mentah dan ketumbar sangrai pada taraf 2% tidak mempengaruhi persentase karkas yang dihasilkan karena menurut Konjunfca et al. (1997) yang mempengaruhi persentase karkas adalah rasio antara energi dan protein, sehingga semakin besar rasio energi dan protein maka semakin besar pula karkas yang dihasilkan. Ransum yang digunakan pada penelitian ini memiliki rasio energi dan protein yang sama tiap perlakuannya sehingga ransum dengan penambahan biji ketumbar tidak dapat mempengaruhi persentase karkas. Nilai persentase karkas penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Persentase Potongan Komersial

Tabel 4. Pengaruh Pemberian Ketumbar terhadap Potongan Komersial dan Lemak Abdominal.

Parameter (%) R0 R2 R2S Rata-rata

Karkas 66.86±2.52 65.36±0.46 65.70±2.05 65.97±0.78

Paha atas 16.92±0.81 17.44±1.89 17.95±0.47 17.44±0.52

Sayap 12.09±1.62 12.45±1.14 13.56±0.29 12.70±0.77

Paha bawah 15.71±0.28 15.07±0.26 15.25±0.43 15.34±0.32

Dada 30.54±1.50 31.59±1.51 31.94±2.21 31.36±0.72

Punggung 24.51±1.56 26.57±3.98 21.20±2.32 24.10±2.70

Lemak abdominal 1.58±0.28b 1.78±0.19b 0.99±0.34a 1.45±0.41

Keterangan : Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata

R0 = Pakan tanpa campuran biji ketumbar (kontrol), R2 = Pakan dengan campuran biji ketumbar mentah 2%, R2S = Pakan dengan campuran biji ketumbar sangrai 2%

Data potongan komersil dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian biji ketumbar tidak menunjukan perbedaan (P>0.05) terhadap potongan komersil bagian paha atas, sayap, paha bawah, dada dan punggung. Hal ini karena rasio energi dan protein dalam ransum R0, R2, dan R2S sama. Konjunfca et al. (1997) menyatakan bahwa rasio energi dan protein dalam ransum memiliki hubungan yang erat dengan persentase karkas dimana semakin tinggi rasio energi dan protein maka semakin tinggi persentase karkas yang dihasilkan.

Data persentase rata-rata potongan komersil bagian paha atas 17.44%, paha bawah 15.34%, dan bagian dada berkisar antara 30.54%-31.94% dengan rata-rata di 31.35%. Potongan komersial bagian paha dan dada merupakan bagian karkas yang memiliki jaringan otot yang banyak, sehingga perkembangannya lebih dipengaruhi oleh kandungan protein dalam pakan (Bahij 1991).

(23)

9 bagian sayap dan punggung adalah bagian karkas yang paling banyak mengandung jaringan tulang daripada jaringan ototnya sehingga yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhannya adalah mineral ransum (Basoeki 1983).

Hasil potongan komersil bagian paha, sayap, dada, dan punggung tersebut masih termasuk kisaran normal. Menurut Amrullah (2004) bahwa proporsi bagian paha 17.5%, sayap 10%, betis 15%, dan dada 30% dari bobot karkas. Soeparno (1998) berpendapat proporsi sayap sebesar 13%, menurut Bintang dan Natamijaya (2003) rataan persentase potongan punggung berkisar antara 22.46%-23.43%. Persentase potongan komersil paha atas, sayap, paha bawah, dan dada merupakan salah satu poin penting yang harus diperhatikan karena berkaitan dengan selera konsumen dalam memilih produk dari broiler sehingga dapat menentukan nilai ekonomi dari karkas broiler. Menurut Amrullah (2004) bagian-bagian tubuh ayam broiler memiliki rasa dan persentase daging yang berbeda. Perbedaan rasa tersebutlah yang menentukan perbedaan nilai ekonomis dari tiap bagian karkas.

Lemak Abdominal

Lemak abdominal adalah lemak yang terdapat di dalam rongga perut yang didapatkan dari lemak yang terdapat pada sekeliling gizzard dan lapisan yang menempel antara otot abdominal dan usus, lemak abdominal dihasilkan karena kelebihan energi asam lemak (Amrullah 2004). Banyaknya jumlah lemak abdominal menjadi suatu problem yang cukup besar dan merugikan karena lemak abdominal akan dibuang pada saat processing (Holsheimer and Veerkamp 1992).

Berdasarkan hasil analisis statistik penambahan biji ketumbar pada taraf 2% dalam ransum berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase lemak abdominal broiler. Persentase lemak abdominal paling tinggi didapatkan oleh broiler perlakuan R0 dan R2 yaitu sebesar 1.58% dan 1.95%, sedangkan persentase terendah diperoleh pada perlakuan R2S yaitu sebesar 0.99%. Tingkat persentase lemak abdominal ini sesuai dengan bobot hidup akhir yang dicapai oleh broiler karena adanya korelasi positif antara bobot hidup dengan persentase lemak abdominal yang dihasilkan. Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa persentase lemak abdominal akan meningkat dengan bobot hidup yang semakin meningkat. Menurut Amrullah (2004) pertambahan bobot badan akan diikuti dengan terbentuknya lemak abdominal. Persentase lemak abdominal pada penelitian berada pada kisaran 0.99%-1.78%. Hasil ini masih termasuk normal, karena menurut pendapat Summer et al. (1992) persentase lemak broiler berkisar antara 1%-2.5% dari bobot badan dan tergolong rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Bilgili et al. (1992) yang menyatakan bahwa persentase lemak abdominal pada ayam pedaging berkisar antara 2.6%-3.6%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(24)

10

Saran

Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian ketumbar dalam bentuk ekstrak minyak biji ketumbar untuk mengetahui khasiat langsung dari minyak atsiri pada biji ketumbar terhadap ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Akoso BT, 1993. Manual Kesehatan Unggas. Yogyakarta (ID) : Kanisius

Amaefule KU, Iheukwumere FC, Lawal AS, Ezekwonna AA. 2006. The effect of treated rice milling waste on performance, nutrient restriction, carcass and organ characteristic of finisher broiler. Poult Sci. 5(1):51-55.

Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-2. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunung Budi.

Bahij A. 1991. Tumbuh kembang potongan karkas komersial ayam broiler akibat penurunan tingkat protein ransum pada minggu ketiga keempat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Basoeki BDA. 1983. Pengaruh tingkat pemberian ampas tahu dalam ransum terhadap potongan karkas komersial ayam broiler betina strain hybro umur 6 minggu. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bell DD, Weaver WD Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th edition. New York (US): Pringer Science and Business Media Inc.

Bilgili SF, Moran ET Jr, Acar N. 1992. Strain cross response of heavy male broilers to dietary lysine in finisher feed: Live Performance and Further Processing Yields. Poult Sci. 71:850-858

Bintang IAKC, Natamijaya. 2003. Pengaruh pemberian pakan hijauan terhadap persentase karkas, bagian karkas, penyusutan, dan lemak abdomen ayam broiler. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor (ID).

Cabuk M, Alcicek A, Bozkurt M, Imre N. 2003. Antimicrobial properties of the essential oil isolated from aromatic plants and using possibility as alternative feed additive. II. National Animal Nutrition Congress. 18-20 September, Konya, Turkey pp: 184-487.

Chithra V, Leelamma S. 1997. Hypolipidemic effect of coriander seeds (Coriandrum sativum). Antioxsidant enzyme in experimental animal. J Biol chem. 36:59-61.

Emamghoreishi M, Hamedani GH. 2006. Sedative-Hypnotic Activity of Extracts and Essential Oil of Coriander Seeds. J Med Sci. 31(1):22-27.

Gallagher AM, Flatt PR, Duffy G, Wahab YHA. 2003. The effect of traditional antidiabetic plants on in vitro glucose diffusion. Nutr Res. 23:413-424. Guenther E. 1990. Minyak Atsiri. 4th Ed. Terjemahan S. Ketaren dan R. Mulyono.

Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.

Gűler T, Ertas ON, Ciftci M, Dalkilic B. 2005. The effect of coriander seed (Coriandrum sativum L.) as diet ingredient on the performance of Japanese quail. Animal Sci. 4:260-266.

(25)

11 Holsheimer JP, Veerkamp CH. 1992. Effect of dietary energy, protein, and lysine

content on performance and yields of two strains of male broiler chicks. Poult Sci. 71:872–879.

Isao K, Ken-Ichi F, Aya K, Tetsuya A. 2004. Antimicrobial activity of coriander volatile compound against Salmonella choleraesuits. J Agric Food Chem. 52:3329-3332.

Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Balai Pustaka. Konjunfca VH, Pesti GM, Bakali RI. 1997. Modulation of cholesterol levels in

broiler meat by dietary garlic and copper. Poult Sci. 76:1264-1271.

Langhout P. 2000. New additives for broiler chickens. World Poultry-Elsevier 16:22-27.

Lawrence, B. M. & R. J. Reynolds. 1988. Progress in essential oils. Perfumer Flavorist. An Allured Publication. 13(3):49-50.

Legowo AM. 1996. Masalah Lemak dan kolesterol pada pangan hewani. Med Pet 21(2):8-15.

Lesson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Ed. Canada (GB): Nottingham University Press.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Edisi ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.

Pariwiastuti D. 2001. Evaluasi penggunaan kulit kedelai terhadap performansi, kolesterol, dan lemak daging ayam broiler [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purwanti S, Mutia R, Widhyari SD, Winarsih W. 2008. Kajian efektifitas pemberian kunyit, bawang putih, dan mineral zink terhadap performa, kolesterol karkas dan status kesehatan broiler. Porsiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; Bogor (ID) 11-12 Nov. 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

Summers JD, Spratt D, Atkinson JL. 1992. Broiler weight gain and carcass composition when fed diets varying in amino acid balance, dietary energy, and protein level. Poult Sci. 71(2):263-273

Sunbul JH, Al-Mashhadani EH, Al-Jaff FK, Al-Mashhadani H. 2010. Effect of coriander seed (Coriandrum sativum L.) as diet ingredient on broilers performance under high ambient temperature. Poult Sci. 9(10):968-971. Supadmo dan Sutardi (1997). Pengawetan Pangan: Pendinginan dan Pengeringan.

PAU Pangan dan Gizi. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekodjo S.

1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kelima. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

USDA. 2009. Coriander seeds nutrition facts (USDA National Nutrient data). www.nutrition-and-you.com [3 Februari 2011]

(26)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Ragam Total Konsumsi Ransum

SK db JK KT FHIT F0.05 F0.01

PERLAKUAN 2 230356 115178 6.49104* 5.14325 10.9248

GALAT 6 106465 17744.1

TOTAL 8 336820

Uji Lanjut LSD

Peubah Perbedaan Sig.

Konsumsi Kontrol Ketumbar 2% -24.47000 .829

Ketumbar sangrai 2% 326.47667* .024

Ketumbar 2% Kontrol 24.47000 .829

Ketumbar sangrai 2% 350.94667* .018

Ketumbar sangrai 2% Kontrol -326.47667* .024

Ketumbar 2% -350.94667* .018

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 2. Analisis Ragam Bobot Hidup Akhir

SK db JK KT FHIT F0.05 F0.01

PERLAKUAN 2 227404.7 113702.3 19.58172** 5.143253 10.92477 GALAT 6 34839.33 5806.556

TOTAL 8 262244

Uji Lanjut LSD

Peubah Perbedaan Sig.

Bobot Hidup Akhir

Kontrol Ketumbar 2% -101.66667 .153

Ketumbar sangrai 2% 274.66667* .004

Ketumbar 2% Kontrol 101.66667 .153

Ketumbar sangrai 2% 376.33333* .001

Ketumbar sangrai 2% Kontrol -274.66667* .004

Ketumbar 2% -376.33333* .001

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 3. Analisis Ragam Bobot Karkas

SK db JK KT FHIT F0.05 F0.01

PERLAKUAN 2 100059.6 50029.78 15.71452 5.143253 10.92477 GALAT 6 19102 3183.667

TOTAL 8 119161.6

Uji Lanjut

Peubah Perbedaan Sig.

Bobot Karkas

Kontrol Ketumbar 2% -48.66667 .331

Ketumbar sangrai 2% 195.33333* .005

Ketumbar 2% Kontrol 48.66667 .331

Ketumbar sangrai 2% 244.00000* .002

Ketumbar sangrai 2% Kontrol -195.33333* .005

Ketumbar 2% -244.00000* .002

(27)

13 Lampiran 4. Analisis Ragam Persentase Karkas

SK db JK KT FHIT F0.05 F0.01

PERLAKUAN 2 3.68621 1.843105 0.511379 5.143253 10.92477 GALAT 6 21.62509 3.604182

TOTAL 8 25.3113

Lampiran 5. Analisis Ragam Persentase Potongan Komersial Paha Atas

SK db JK KT FHIT F0.05 F0.01

PERLAKUAN 2 1.599052 0.799526 0.535884 5.143253 10.92477 GALAT 6 8.951856 1.491976

TOTAL 8 10.55091

Lampiran 6. Analisis Ragam Persentase Potongan Komersial Paha Bawah

SK DB JK KT FHIT F0.05

PERLAKUAN 2 0.41 0.205322 2.899765 5.143253

GALAT 6 0.42 0.070806

TOTAL 8 0.84

Lampiran 7. Analisis Ragam Persentase Potongan Komersial Punggung

SK db JK KT FHIT F0.05 F0.01

PERLAKUAN 2 44.00931 22.00465 2.791856 5.143253 10.92477 GALAT 6 47.29038 7.881729

TOTAL 8 91.29968

Lampiran 8. Analisis Ragam Persentase Potongan Komersial Sayap

SK DB JK KT FHIT F0.05

PERLAKUAN 2 2.702 1.351 1.324 5.143

GALAT 6 6.121 1.020

TOTAL 8 8.823

Lampiran 9. Analisis Ragam Persentase Potongan Komersial Dada

SK db JK KT FHIT F0.05 F0.01

PERLAKUAN 2 3.157067 1.578533 0.499538 5.143253 10.92477 GALAT 6 18.95993 3.159989

TOTAL 8 22.117

Lampiran 10. Analisis Ragam Persentase Lemak Abdominal

SK DB JK KT FHIT F0.05

PERLAKUAN 2 8.487 4.244 5.458 5.143

GALAT 6 4.665 0.778

(28)

14

Uji Lanjut

Peubah Perbedaan Sig.

% Lemak Abdominal

Kontrol Ketumbar 2% -.77122 .325

Ketumbar sangrai 2% 1.56445482 .073

Ketumbar 2% Kontrol .77122 .325

Ketumbar sangrai 2% 2.33567* .018

Ketumbar sangrai 2% Kontrol -1.56445482 .073

Ketumbar 2% -2.33567* .018

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 11. Analisis Ragam Kandungan Kolesterol Paha Kanan Atas

SK db JK KT FHIT F0.05 F0.01

PERLAKUAN 2 17056.40 8528.20 19.04 5.14 10.92

GALAT 6 2688.00 448.00

TOTAL 8 19744.41

Uji Lanjut

Peubah Perbedaan Sig.

Kolesterol Total

Kontrol Ketumbar 2% -50.61315* .026

Ketumbar sangrai 2% 55.97647* .018

Ketumbar 2% Kontrol 50.61315* .026

Ketumbar sangrai 2% 106.58962* .001

Ketumbar sangrai 2% Kontrol -55.97647* .018

Ketumbar 2% -106.58962* .001

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

(29)
(30)

16

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirrabil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr Ir Rita Mutia, MAgr selaku dosen pembimbing utama tugas akhir dan kepada Prof Dr Ir Nahrowi, MSc selaku pembimbing anggota sekaligus pembimbing akademik yang telah banyak memberikan ilmu, arahan, bimbingan, nasehat dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Serta kepada Dr Ir Ibnu Katsir Amrullah, MS sebagai dosen penguji seminar yang telah memberikan banyak masukan dan juga kepada Ibu Ir Dwi Margi Suci, MS, Ibu Maria Ulfah, SPt MScAgr, selaku dosen penguji sidang dan juga kepada Ibu Ir Lilis Khotijah, MS dan ibu Dr Sri Suharti, SPt MSi. Selaku dosen panitia sidang pada tanggal 25 April 2013 yang telah banyak memberikan saran dan masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

Ucapan terima kasih penulis persembahkan kepada kedua orangtua, Ayahanda Uus Suratno, Ibunda tersayang Sinta Farmawati yang dan kepada kakak Rifki Panji Munggara dan adik Riswan Nur Subana yang selalu mendoakan, memberikan dorongan dan semangat lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada staf Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas yang telah membantu pada penelitian ini. Penulis tidak lupa turut mengucapkan terima kasih kepada rekan satu penelitian Handi, Rifky, dan Adit serta Ka Umam, Fenni, Sherly, dan Agista yang telah memberikan bantuan dan kerjasama selama penelitian. Terima kasih juga kepada teman-teman Genetic 45 khususnya Santy Nur Sholihat dan Ari Akbar atas motivasi dukungannya dan selalu memberikan semangat. serta semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan. Kepada Sahabat Seperjuangan dari SMA Negeri 11, Riki Relaksana dan Gema Alfarisi Deri, penulis sampaikan banyak terima kasih atas motivasi, bantuan, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis dan juga yang terakhir penulis juga ucapkan terima kasih banyak kepada Preti Yuniawati atas motivasi dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Bahan dan Nutrien Ransum Penelitian
Tabel 2. Komposisi Nutrien Biji Ketumbar (as fed)

Referensi

Dokumen terkait

Rataan konsumsi ransum selama perlakuan adalah 1.897 sampai 2.168 glekor, Konsumsi perlakuan R1 sangat nyata (PQ),Ol) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan

Taraf penggunaan bungkil biji jarak pagar (BBJP) dalam ransum sangat nyata (P&lt;0,01) menurunkan tingkat konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan serta menaikkan nilai

Penambahan Aclinop dalam ransum dan penaburan zeolit pada litter serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot potong, bobot dan persentase

Penambahan asam fulvat sampai taraf 1,00% pada ransum secara keseluruhan tidak memberikan efek negatif terhadap bobot hidup, karkas, dan organ dalam ayam. Penambahan 0,50% asam

pertambahan bobot badan dengan konsumsi harian, efisiensi penggunaan ransum yang. mengandung protein tinggi, nyata lebih tinggi dibandingkan dengan yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berbagai tingkat penggunaan minyak kelapa dalam ransum memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertambahan bobot badan dan bobot karkas

Disimpulkan bahwa penambahan tepung daun salam dalam ransum dapat digunakan sampai taraf 12% tidak mempengaruhi konsumsi ransum, bobot potong, bobot karkas dan organ dalam

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan bangle sampai 4,5% dalam ransum menunjukkan hasil yang sama terhadap konsumsi ransum, pertambahan