• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENAMBAHAN BIJI KETUMBAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENAMBAHAN BIJI KETUMBAR"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMBAHAN BIJI KETUMBAR (Coriandrum sativum L.) DALAM

....RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS, PERSENTASE

...POTONGAN KOMERSIAL, LEMAK ABDOMINAL,

DAN KOLESTEROL KARKAS BROILER

SKRIPSI FENNI ULDA SARI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(2)

RINGKASAN

FENNI ULDA SARI. D24080127. 2012. Penambahan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.) dalam Ransum terhadap Bobot Karkas, Persentase Potongan Komersial, Lemak Abdominal, dan Kolesterol Karkas Broiler. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, M.S Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr.

Kekhawatiran yang ditimbulkan dari residu antibiotik menjadi alasan perlunya sumber feed additive lain untuk menggantikan antibiotik dalam pakan. Tanaman herbal sebagai bahan alami yang memiliki khasiat sebagai obat dan aman digunakan, tidak meninggalkan residu pada ternak maupun produk ternak yang dihasilkan. Biji ketumbar merupakan jenis herbal yang digunakan dalam penelitian ini. Tanaman ketumbar memiliki manfaat sebagai bumbu dan rempah-rempah selain untuk meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis, kandungan flavonoidnya berperan menurunkan kolesterol, bermanfaat sebagai efek stimulasi dalam proses pencernaan. Aktivitas biologis di dalamnya dapat merangsang enzim pencernaan dan peningkatan fungsi hati, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Biji ketumbar banyak mengandung berbagai macam mineral dan vitamin sebagai nutrien yang dibutuhkan ternak, sehingga berpotensi sebagai bahan pakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh dari penambahan biji ketumbar dalam ransum terhadap bobot karkas, persentase potongan komersial, lemak abdominal, dan kolesterol karkas broiler. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Bagian Unggas, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan. Pemeliharaan dilakukan selama lima minggu, sebanyak 120 ekor DOC (day old chiken) broiler komersial (strain Cobb CP 707) dibagi dalam 4 perlakuan dan 3 ulangan yang setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam. Perlakuan yang diberikan adalah: R0 = Ransum tanpa (0%) biji ketumbar, R1 = Ransum mengandung biji ketumbar 1%, R2 = Ransum mengandung biji ketumbar 2%, dan R3 = Ransum mengandung biji ketumbar 3%. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) dan dilakukan uji lanjut polinomial ortogonal bila antar perlakuan terdapat perbedaan.

Hasil sidik ragam memperlihatkan perlakuan penambahan biji ketumbar tidak menunjukkan perbedaan pada bobot karkas, persentase potongan komersial, dan lemak abdominal. Walaupun secara statistik tidak terdapat perubahan yang signifikan, namun secara numerik memperlihatkan bahwa perlakuan dengan penambahan biji ketumbar mampu meningkatkan bobot hidup akhir (1.183,33-1.310,33 g), bobot karkas (791,67-840,33 g), persentase potongan komersial, yaitu: dada (30,55%-33,81%), paha atas (16,08%-17,44%), paha bawah (14,95%-16,22%), sayap (11,98%-13,31%), dan punggung (22,70%-26,57%). Biji ketumbar pada level 3% mampu menurunkan kolesterol (8,71-29,43 mg/ 100 g) pada broiler.

Kata-kata kunci: biji ketumbar, bobot karkas, potongan komersial, lemak abdominal,

(3)

ABSTRACT

Addition of Coriander Seeds (Coriandrum sativum L. ) to the Ratio on Carcass Weight, Percentage of Commercial Cuts, Abdominal Fat,

and Carcass Cholesterol of Broiler Sari, F. U., I. K. Amrullah, and R. Mutia

The consumer recently start to choose selectively broiler carcass, especially for carcass with low fat and cholesterol. Fat and cholesterol from broiler chiken has been known for the negative effect for human health. Coriander seed is known as herbal medicine have containing active material which is able to reduce fat and cholesterol. The research was conducted to determine the effect of the addition of coriander seeds on carcass weight, percentage of commercial cuts, abdominal fat, and carcass cholesterol of broiler. One hundred and twenty (1-day old) commercial

broiler chiken (Cobb CP 707) were randomly assigned to four treatments with three

replication (ten birds/ pen). The birds were fed experimental diets containing 0% (R0), 1% (R1), 2% (R2), and 3% (R3) coriander seeds respectively. Water and feed were provided ad libitum during five weeks experimental period. There were no significant different on carcass weight (791,67-840,33 g), percentage of commercial cuts: chicken breast (30,55%-33,81%), whole leg (16,08%-17,44%), drumstick (14,95%-16,22%), wing (11,98%-13,31%), back (22,70%-26,57%), and abdominal fat (18,70%-24,64)% in birds fed coriander seed as compared to control diet. Carcass cholesterol (8,71-29,43 mg/ 100 g) of broiler was lower in 3% (R3) coriander seed than other groups.

Keywords: coriander seed, carcass weight, percentage of commercial cut, abdominal

fat, cholesterol

(4)

PENAMBAHAN BIJI KETUMBAR (Coriandrum sativum L.) DALAM

....RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS, PERSENTASE

...POTONGAN KOMERSIAL, LEMAK ABDOMINAL,

DAN KOLESTEROL KARKAS BROILER

FENNI ULDA SARI D24080127

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

(5)

Judul : Penambahan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.) dalam Ransum terhadap Bobot Karkas,.Persentase Potongan Komersial, Lemak Abdominal, dan Kolesterol Karkas Broiler

Nama : Fenni Ulda Sari NIM : D24080127

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, M.S) (Dr..Ir..Rita.Mutia,,M.Agr.) ....NIP. 19521110 198003 1 004 NIP. 19630917 198803 2 001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.) NIP. 19670506 199103 1 001

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Februari 1990 di Muaradua OKU Selatan, Sumatera Selatan. Penulis adalah anak kedelapan dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak H. Johan Effendi dan Ibu Siti Hasanah. Penulis mengawali pendidikan dasar di SDN 1 (1996-2002), pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMPN 1 (2002-2005), dan pendidikan lanjutan tingkat atas di SMAN 1 (2005-2008). Pendidikan penulis diselesaikan di kota yang sama Muaradua. Penulis diterima di Institut Pertanian

Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2008 dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan tahun 2009. Penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) badminton (2008-2009), sebagai anggota dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) (2009-2010), sebagai anggota Kelompok Pecinta Alam Fapet (KEPAL-D) (2009-2010), sebagai anggota paduan suara Fapet (Gradziono Symphonia) (2009-2010), dan sebagai anggota Building Entrepreneur Student (BEST) (2010). Penulis tercatat sebagai alumni ESQ Leadership Training (2009). Penulis sebagai peserta Seminar Nasional Ketahanan Pakan Berbasis Pakan Lokal (2009), Seminar Nasional Analisa Mengenai Pemenuhan Target Swasembada Daging 2014 (2009), dan Seminar Internasional Mitigation of Rumen Methane

Emission Some Propylastic Options for the Mitigation (2012). Selama perkuliahan,

penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Usaha Design and Printing Gemilang, Bogor (2010). Penulis ikut serta dalam kepanitiaan Dekan Cup (2011) dan Olimpiade Mahasiswa IPB (2011). Penulis ikut berpartisipasi dalam kegiatan IPB Goes to Field Pendamping POSDAYA Kabupaten Bogor (2011) dan IPB Goes to Field Pembentukan dan Pengembangan POSDAYA Kabupaten Sukabumi (2012).

Bogor, Juni 2012

Fenni Ulda Sari

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini berjudul “Penambahan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.) dalam Ransum terhadap Bobot Karkas, Persentase Potongan Komersial, Lemak Abdominal, dan Kolesterol Karkas Broiler”. Skripsi ini disusun dengan harapan memperoleh sumber feed additive alternatif dengan kemampuan yang sama dengan antibiotik tetapi aman digunakan karena tidak meninggalkan residu pada ternak maupun produk ternak yang dihasilkan.

Tanaman herbal berupa biji ketumbar sangat berpotensi sebagai bahan pakan, karena mengandung beraneka macam mineral dan vitamin. Ketumbar memiliki manfaat sebagai bumbu dan rempah-rempah selain untuk meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis. Kandungan flavonoidnya berperan menurunkan kolesterol, dan sebagai antioksidan. Biji ketumbar juga bermanfaat sebagai efek stimulasi dalam proses pencernaan. Aktivitas biologis di dalamnya dapat merangsang enzim pencernaan dan peningkatan fungsi hati, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi pembaca dan pemerhati masalah herbal. Apabila terdapat kesalahan penulisan, kekhilafan selama penelitian, dan perjalanan penyusunan skripsi ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Billahittaufik wal hidayah, Wassalam.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Ketumbar (Coriandrum sativum L.) ... 3

Sifat Kimia, Fisika, Zak Aktif, dan Khasiat Ketumbar ... 4

Penelitian Tentang Biji Ketumbar ... 6

Feed additive ... 6

Ayam Broiler ... 6

Respon Suhu Lingkungan Panas ... 8

Bobot dan Persentase Karkas ... 8

Lemak Abdominal ... 9

Kolesterol ... 9

Potongan Komersial ... 11

MATERI DAN METODE ... 12

Lokasi dan Waktu ... 12

Materi ... 12

Ternak ... 12

(9)

Peralatan Penunjang ... 12

Ransum ... 13

Prosedur ... 13

Pemilihan Biji Ketumbar ... 13

Uji Kandungan Minyak Biji Ketumbar dengan Pemanasan ... 13

Tahap Pembuatan Ransum Penelitian ... 13

Sampel Bobot Karkas, Lemak Abdominal, Potongan Komersial, dan Kolesterol ... 15

Teknik Pemotongan Karkas Komersial ... 15

Analisa Kolesterol Karkas ... 16

Rancangan dan Analisis Data ... 16

Perlakuan ... 16

Peubah ... 16

Rancangan ... 17

Transformasi ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

Performa ... 19 Bobot Karkas ... 21 Persentase Karkas ... 22 Lemak Abdominal ... 23 Kolesterol Karkas ... 23 Potongan Komersial ... 24

Potongan Komersial Dada ... 25

Potongan Komersial Paha ... 25

Potongan Komersial Sayap ... 26

Potongan Komersial Punggung ... 26

Keuntungan Penggunaan Biji Ketumbar dalam Ransum ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

UCAPAN TERIMAKASIH ... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Nutrien per 100 g Biji Ketumbar (as fed) ... 5

2. Standar Pertumbuhan Ayam Broiler CP 707 ... 7

3. Kebutuhan Nutrien Broiler (High Nutrient Density Diet) ... 8

4. Komposisi Bahan dan.Nutrien Ransum Penelitian ... 14

5. Pengujian Tranformasi Data ... 18

6. Komposisi Nutrien Biji Ketumbar (as fed) ... 19

7. Performa Broiler Umur 5 Minggu ... 20

8. Rataan Bobot Hidup Akhir, Bobot Karkas, Lemak Abdominal, ...dan Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur 5 Minggu ... 21

9. Persentase Potongan Komersial Ayam Broiler Umur 5 Minggu .... 25

10....Biaya.Penggunaan.Biji.Ketumbar.dalam.Ransum.terhadap Pertambahan Bobot Badan Broiler Umur 5 Minggu ... 27

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Biji Ketumbar ... 4 2. Kerangka Ayam ... 10

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Bobot Hidup, Bobot Karkas, dan Berat Lemak Abdominal

Ayam Broiler Umur 5 Minggu ... 33

2. Data Potongan Komersial Ayam Broiler Umur 5 Minggu ... 33

3. Data Hasil Analisa Kolesterol Paha Kanan Atas Ayam Broiler Umur 5 Minggu ... 34

4. Hasil Transformasi Data Analisa Kolesterol Paha Kanan Atas ... 34

5. Hasil Sidik Ragam Bobot Hidup ... 35

6. Hasil Sidik Ragam Bobot Karkas ... 35

7. Hasil Sidik Ragam Lemak Abdominal ... 35

8. Hasil Sidik Ragam Potongan Komersial Paha Atas (Transformasi Data) ... 35

9. Hasil Sidik Ragam Potongan Komersial Paha Bawah (Transformasi Data) ... 35

10. Hasil Sidik Ragam Potongan Komersial Sayap ... 36

11. Hasil Sidik Ragam Potongan Komersial Punggung (Transformasi Data) ... 36

12. Hasil Sidik Ragam Potongan Komersial Dada ... 36

13. Hasil Sidik Ragam Kolesterol Paha Kanan Atas ...(Transformasi Data) ... 36

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk dan perbaikan di bidang ekonomi menyebabkan permintaan daging semakin meningkat. Usaha peternakan yang dapat memenuhi permintaan pasar untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani dengan cepat adalah ternak ayam broiler. Broiler merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhannya cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi makanan rendah, dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pakan menjadi faktor penting dalam mengembangkan usaha peternakan, pada umumnya peternak memberikan ransum komersil dalam menjalankan usahanya karena telah memenuhi standar kebutuhan zat-zat makanan yang telah ditetapkan.

Ransum komersil di dalamnya sudah terkandung bahan pakan tambahan (feed/additive) yang sengaja ditambahkan pada ransum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Feed addtive yang umum digunakan adalah jenis antibiotik. Antibiotik untuk memacu pertumbuhan dan mencegah penyakit. Antibiotik dapat memberikan keseimbangan bakteri di dalam saluran pencernaan, dengan membunuh pertumbuhan bakteri patogen dan meningkatkan populasi bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan. Namun penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi ternak, karena resistensi ternak terhadap jenis-jenis mikroorganisme patogen tertentu. Selain itu residu dari antibiotik akan terbawa dalam produk unggas yang berbahaya bagi konsumen.

Perkembangan ilmu dan teknologi meningkatkan kesadaran masyarakat yang menyebabkan konsumen lebih selektif dalam memilih produk agar sesuai dengan selera, tidak terakumulasi residu antibiotik yang dapat membahayakan bagi kesehatan, dan daging dengan kadar lemak dan kolesterol yang rendah. Kekhawatiran yang ditimbulkan dari residu antibiotik menjadi alasan perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh sumber feed additive yang lain untuk menggantikan antibiotik. Sumber feed additive lain yang dapat digunakan adalah tanaman herbal, sebagai bahan alami yang memiliki khasiat sebagai obat dan aman untuk menggantikan fungsi antibiotik.

(14)

2

 

Ketumbar merupakan jenis herbal yang digunakan dalam penelitian ini. Biji ketumbar sangat berpotensi sebagai bahan pakan, karena mengandung beraneka macam mineral dan vitamin. Tanaman ketumbar memiliki manfaat sebagai bumbu dan rempah-rempah selain untuk meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis. Kandungan flavonoidnya berperan menurunkan kolesterol dan sebagai antioksidan. Biji ketumbar juga bermanfaat sebagai efek stimulasi dalam proses pencernaan. Aktivitas biologis di dalamnya dapat merangsang enzim pencernaan dan peningkatan fungsi hati, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Fungsi yang terkandung pada tanaman herbal sebagai sumber feed additive alternatif adalah kemampuannya yang sama dengan antibiotik tetapi aman digunakan karena tidak meninggalkan residu pada ternak maupun produk ternak yang dihasilkan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh dari penambahan biji ketumbar dalam ransum terhadap bobot karkas, persentase potongan komersial, lemak abdominal, dan kolesterol karkas broiler.

(15)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Ketumbar (Coriandrum sativum L.)

Tanaman ketumbar berupa semak semusim, dengan tinggi sekitar satu meter. Buahnya berbentuk bulat, waktu masih muda berwarna hijau, dan setelah tua berwarna kuning kecokelatan. Berdasarkan ukuran buahnya, ketumbar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Coriandrum sativum var sativum (ukuran buahnya besar),

Coriandrum sativum var microcarpum (ukuran buahnya kecil), dan Coriandrum sativum var indicum (buahnya berbentuk lonjong). Berdasarkan diameter bijinya,

ketumbar dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Coriandrum sativum var vulgare (diameter bijinya 3-6 mm) dan Coriandrum sativum var microcarpum (diameter bijinya 1,5-3 mm) (Astawan, 2009).

   Tanaman ketumbar di Indonesia dikenal dengan sebutan, yaitu: katuncar (Sunda), ketumbar (Jawa, Gayo, dan Melayu), penyijang (Kerinci), katumbare (Makasar dan Bugis), katumba (Padang, Nusa Tenggara, dan Bima), katombar (Madura), keutumba (Aceh), katumbah (Bali), katumbaii (Gorontalo), dan hatumbar (Medan) (Astawan, 2009). Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2004), secara taksonomi ketumbar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Trachebionta

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Sub kelas : Rosidae Ordo : Apiles Famili : Apiaceae Genus : Coriandrum

Spesies : Coriandrum sativum

Menurut Astawan (2009), tanaman ketumbar berasal dari sekitar Laut Tengah dan Kaukasus. Ketumbar berakar tunggang bulat, bercabang, dan berwarna putih. Batangnya berkayu lunak, beralur, dan berlubang dengan percabangan dichotom berwarna hijau. Tangkainya berukuran sekitar 5-10 cm. Daunnya majemuk,

(16)

menyirip, berselundang dengan tepi hijau keputihan. Tanaman dapat dipanen setelah berumur tiga bulan. Tanaman ketumbar di Indonesia belum dibudidayakan secara intensif dalam skala luas, penanaman hanya terbatas pada lahan pekarangan dengan sistem tumpang sari dan jarang secara monokultur. Daerah penanaman yang dianggap cocok dan sudah ada tanamannya adalah daerah Cipanas, Cibodas, Jember, Boyolali, Salatiga, Temanggung, dan Sumatera Barat. Berbagai jenis biji ketumbar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Biji Ketumbar

Sumber: www.cybehealt.cbn.net.id 2011

Sifat Kimia, Fisika, Zak Aktif, dan Khasiat Ketumbar

Tanaman ketumbar memiliki manfaat sebagai bumbu dan rempah-rempah selain untuk meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis (De.Souza et al., 2005). Komponen aktif pada ketumbar adalah sabinene, myrcene, alfa-terpinene, ocimene, linalool, geraniol, dekanal, desilaldehida, trantridecen, asam petroselinat, asam oktadasenat, d-mannite, skopoletin, p-simena, kamfena, dan felandren. Komponen-komponen tersebutlah yang menyebabkan ketumbar memiliki reputasi yang bagus sebagai komponen obat (Astawan, 2009).

Ketumbar mempunyai aroma yang khas, aromanya disebabkan oleh komponen kimia yang terdapat dalam minyak atsiri. Ketumbar mempunyai kandungan minyak atsiri berkisar antara 0,4%-1,1%. Komponen aktif pada ketumbar adalah linalool yang berjumlah sekitar 60%-70% total minyak esensial dengan komponen pendukung yang lainnya, yaitu geraniol 1,6%-2,6%, geranil asetat 2%-3%, kamfor 2%-4%, dan mengandung senyawa golongan hidrokarbon berjumlah sekitar 20% (α-pinen, β-pinen, dipenten, p-simen, α-terpinen, γ-terpinen, terpinolen,

4

(17)

5 dan fellandren) (Lawrence dan Reynolds, 1988; Guenther, 1990). Komposisi nutrien per 100 g biji ketumbar.disajikan pada.Tabel.1.

Tabel 1. Komposisi Nutrien per 100 g Biji Ketumbar (as fed)

Komposisi Sumber 1 Sumber 2 Energi Metabolis Kkal 298 404

Kadar Air % 11,2 11,2 Protein % 12,37 14,1 Lemak % 17,77 16,1 Serat % 41,9 - Kalsium % 0,709 0,630 Fosfor % 0,409 0,370 Magnesium % 0,330 - Sodium % 0,035 - Potasium % 1,267 - Besi % 0,016 0,017 Minyak Atsiri % 1 - Niasin (B3) mg 2,13 - Riboflavin (B2) mg 0,29 - Asam Folat (B9) mg 0,1 - Vitamin C mg 21 -

Sumber: 1USDA National Nutrient Data (2009)

...2Artikel Astawan (2009)

Biji ketumbar juga bermanfaat sebagai efek stimulasi dalam proses pencernaan (Cabuk et al., 2003). Kandungan flavonoidnya berperan menurunkan kolesterol (Chithra dan Leelamma, 1997), dan sebagai antioksidan (Wangensteen et

al., 2004). Biji ketumbar banyak mengandung vitamin. Vitamin yang banyak

terkandung dalam biji ketumbar adalah vitamin C dan B. Vitamin C berperan sebagai antioksidan. Antioksidan berperan dalam mencegah dan mengurangi bahaya yang ditimbulkan radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu senyawa yang dapat mengganggu metabolisme tubuh yang berbahaya bagi kesehatan (Wangensteen et al., 2004). Minyak atsiri yang dikandungnya berkhasiat sebagai stimulan, penguat organ pencernaan, merangsang enzim pencernaan, dan peningkatan fungsi hati, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan (Hernandez et al., 2004).

(18)

6

 

Penelitian Tentang Biji Ketumbar

Menurut Guler et al. (2005), penggunaan tepung biji ketumbar pada ransum

dengan level 0,5%, 1%, 2%, dan 4% terhadap performa puyuh, dimana pengunaan biji ketumbar 2% dapat meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan lebih tinggi dibanding kontrol. Penggunaan 1% tepung biji ketumbar mampu menurunkan nilai konversi pakan puyuh umur 1-6 minggu. Penggunaan 1%-4% tepung biji ketumbar mampu meningkatkan persentase karkas pada puyuh. Menurut Chithra dan Leelamma (1997), penambahan biji ketumbar pada makanan dapat menurunkan produk peroksida lipid dan kolesterol darah, namun belum diketahui taraf yang optimal untuk ternak. Selain itu, ransum ayam broiler dengan suplementasi 0,3% biji ketumbar mampu meningkatkan bobot badan, konsumsi ransum, dan menurunkan konversi pakan. Penggunaan 2% biji ketumbar dalam ransum mampu meningkatkan bobot badan broiler strain Ross saat pemeliharaan musim dingin, namun tidak efisien dalam konsumsi dan konversi pakan (Sunbul et

al., 2010).

Feed Additive

Menurut Suprijatna et al. (2005), beberapa bahan seperti antibiotik, xantofil, antioksidan, koksidiostat, dan elektrolit perlu ditambahkan dalam pakan meskipun jumlahnya relatif sedikit. Beberapa diantaranya berhubungan langsung dengan metabolisme. Antibiotik berfungsi untuk memacu pertumbuhan mikroorganisme patogen di saluran pencernaan. Efeknya meningkatkan proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Biasanya bahan kimia ini diberikan dalam pakan ayam

broiler pada periode starter dan grower.

Ayam Broiler

Broiler merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki ciri khas pertumbuhannya cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi makanan rendah, dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Menurut Amrullah (2004), ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galiformes, famili Phasianidae, genus Gallus, dan spesies Gallus domesticus yang dihasilkan dari bangsa ayam tipe berat Cornish.

(19)

7 Ayam broiler merupakan ayam tipe berat pedaging yang lebih muda dan

berukuran lebih kecil, dapat tumbuh sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur empat minggu yang ditujukan untuk menghasilkan daging dan menguntungkan secara ekonomis jika dibesarkan. Bangsa ayam ini dipilih yang berbulu putih dan seleksi diteruskan hingga dihasilkan ayam broiler seperti sekarang (Amrullah,.2004). Bibit broiler dirancang untuk memuaskan konsumen yang menginginkan performa yang konsisten dan produk daging yang beraneka ragam. Ayam ini dijumpai dalam beberapa strain di Indonesia, beragamnya jenis strain ayam broiler yang beredar sekarang ini pada dasarnya tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lain dilihat dari segi produktifitasnya. Broiler strain Cobb memiliki keunggulan dan karakteristik tersendiri, yaitu pada perbaikan FCR, dan pengembangan genetik diarahkan pada pembentukan daging dada (Charoen Pokphand, 2004). Standar pertumbuhan ayam broiler strain cobb CP 707 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Standar Pertumbuhan Ayam Broiler CP 707 Umur

.(minggu)

Konsumsi pakan Bobot Badan

(g/ ekor) Konversi Pakan (g/ ekor) Kumulatif 1 150 150 159 0,94 2 370 520 418 1,24 3 610 1130 800 1,24 4 800 1930 1265 1,53 5 990 2920 1765 1,65 6 1130 4050 2255 1,80

Sumber: Charoen Pokphand (2005)

Rekayasa genetik, perkembangan teknologi pakan, dan manajemen perkandangan menyebabkan strain broiler yang ada sekarang lebih peka terhadap formula pakan yang diberikan (Unandar, 2001). Menurut Wahju (2004), pakan

broiler harus mengandung energi yang cukup. Membutuhkan protein yang seimbang,

fosfor, kalsium, dan vitamin. Semua nutrien ini memiliki peran penting dalam tahap-tahap hidupnya. Kebutuhan nutrien ransum broiler disajikan pada Tabel 3.

(20)

8

 

Tabel 3. Kebutuhan Nutrien Broiler (High Nutrient Density Diet)

Komponen Starter (0-3 minggu) Grower (4-5 minggu) Finisher (6-7 minggu) Protein Kasar (%) 22 20 18

Energi Metabolis (kkal/ kg) 3050 3100 3150

Kalsium (%) 0,95 0,92 0,89

Fosfor Tersedia (%) 0,45 0,41 0,38

Methionin (%) 0,50 0,44 0,38

Methionin + Sistin (%) 0,95 0,88 0,75

Lysin (%) 1,30 1,15 1,00

Sumber: Lesson dan Summers (2005)

Respon Suhu Lingkungan Panas

Cekaman panas merupakan kondisi tubuh yang kepanasan, karena suhu atau kelembaban lingkungan yang melebihi kisaran zona nyaman pertumbuhan (Austic, 2000). Indonesia merupakan daerah tropis secara umum suhu harian berfluktuasi antara 27,7-34,6 °C dengan kelembaban 55,8%-86,6% (Badan Pusat Statistik, 2003). Suhu dan kelembaban lingkungan yang direkomendasikan untuk pertumbuhan optimum broiler yang memasuki umur tiga minggu adalah 25 °C dan kelembaban 60% (Charoen Pokphand, 2005). Besar kecilnya kerugian akibat suhu lingkungan panas dipengaruhi oleh umur, bobot badan, suhu maksimum, lamanya cekaman yang diterima, kecepatan perubahan suhu udara, kepadatan kandang, serta kandungan nutrisi yang tidak sesuai kebutuhan (Austic, 2000).

Bobot dan Persentase Karkas

Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan bahwa komponen karkas terdiri dari otot, lemak, tulang, dan kulit. Karkas ayam adalah bobot badan ayam setelah dipotong dikurangi dengan kepala, leher, kaki, darah, bulu, serta organ dalam. Persentase karkas sering digunakan untuk menilai produksi ternak daging. Persentase karkas diperoleh dari perbandingan bobot karkas dengan bobot hidup ayam akhir dikali 100%. Pesti dan Bakalli (1997) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat

(21)

9 antara rasio energi dan protein dengan persentase karkas yaitu semakin tinggi rasio energi dan protein maka semakin tinggi pula persentase karkas yang dapat diperoleh. Menurut Pesti dan Bakali (1997), persentase karkas ayam broiler umur lima minggu yaitu antara 60,52%-69,51%.

Menurut Soeparno (1994) bahwa produksi karkas erat hubungannya dengan bobot hidup. Pendapat lain, Siregar (1980) menyatakan bahwa bobot karkas dipengaruhi oleh strain, jenis kelamin, umur, bobot hidup, dan makanan. Konsumen produk ayam kini semakin selektif dalam memilih karkas khususnya karkas dengan kadar lemak dan kolesterol yang rendah. Kadar lemak dan kolesterol dalam daging ayam broiler dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Konsumen cenderung untuk mengkonsumsi suatu produk pangan yang aman dengan kata lain suatu produk hewani yang memiliki kadar lemak dan kolesterol yang rendah.

Lemak Abdominal

Menurut Amrullah (2004), lemak abdominal merupakan lemak yang dihasilkan karena kelebihan energi asam lemak yang disimpan dalam tubuh terutama di bawah kulit dan rongga perut. Turunnya tingkat pertumbuhan akan mengurangi kebutuhan akan protein sehingga kelebihan protein akan disimpan dalam bentuk lemak. Kadar lemak meningkat sejalan dengan meningkatnya umur. Pertambahan bobot badan diikuti dengan terbentuknya akumulasi sejumlah lemak di rongga abdominal yang tidak diinginkan. Menurut Lesson dan Summers (2000), dalam keadaan normal persentase lemak abdominal berkisar antara 1%-2,5 % dari bobot badan.

Kolesterol

Kolesterol berasal dari kata cholesterine yang berasal dari bahasa Yunani,

chole berarti empedu dan stereos berarti padat. Pada saat kolesterol pertama kali

ditemukan didapat dengan cara mengisolasi dari batu empedu. Penemuan ini terjadi pada tahun 1932 oleh Wieland dan Wirdaus. Menurut Frandson (1992), kolesterol merupakan zat alami yang terdapat dalam tubuh diperlukan dalam proses-proses penting dalam tubuh. Kebutuhan kolesterol dalam tubuh sebagian besar dipenuhi melalui sintesa kolesterol dalam tubuh dan dibentuk di dalam hati. Fungsi kolesterol bagi tubuh adalah untuk mensintesis hormon seks, hormon korteks adernal yang

(22)

berperan dalam metabolisme dan keseimbangan garam dalam tubuh. Mayes (2003) menyatakan bahwa sedikit lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700 mg/ hari), dan sisanya berasal dari makan sehari-hari. Pada konsumsi makanan yang beraneka ragam, kurang lebih setengah dari kolesterol berasal dari biosintesis tubuh sendiri yang berlangsung di dalam usus, kulit, terutama dalam hati (kira-kira 50%), selebihnya kolesterol diambil dari bahan makanan.

Potongan Komersial

Menurut Priyatno (2003), potongan komersial atau parting (chicken part) istilah yang digunakan untuk menyebut karkas yang dipotong-potong menjadi beberapa bagian menurut aturan atau pesanan tertentu atau bisa juga untuk persiapan proses pengambilan tulang (boneless). Hasil pemotongan terdiri atas beberapa bagian yaitu: dada ayam utuh (chicken breast), paha utuh (whole leg), sayap (wing), dan punggung (back). Gambar 2. menyajikan gambar kerangka ayam. untuk memudahkan dalam menentukan bagian-bagian potongan komersial ayam broiler.

10

 

Gambar 2. Kerangka Ayam

(23)

11 Keterangan gambar

1. Paruh 12. Lengan atas 23. Ruas tulang ekor 2. Pangkal paruh 13. Tulang belakang 24. Tulang paha 3. Paruh bawah 14. Scapula 25. Tulang dada

4. Tulang-tulang leher 15. Tulang selangka 26. Lutut (tempurung lutut) 5. Ruas tulang leher 16. Tulang garpu 27. Fibula

6. Jari kedua 17. Tulang rusuk 28. Tibia

7. Jari pertama 18. Tulang panggul 29. Tulang jalan 8. Jari ketiga 19. Illium 30. Jari kaki pertama 9. Meta carpus 20. Pubis 31. Jari kaki keempat 10. Carpus 21. Ischium 32. Jari kaki kedua 11. Radius 22. Tulang ekor 33. Jari kaki ketiga

Menurut Amrullah (2004), potongan komersial dapat lebih meningkatkan daya tarik tersendiri dalam penjualan produk peternakan yang akan dipasarkan. Proses ini dilakukan untuk memudahkan pembeli dalam memilih bagian produk yang lebih disukai secara leluasa. Menurut Priyatno (2003), pemotongan kepala sebaiknya dilakukan sebelum proses pengeluaran isi perut dengan maksud untuk memudahkan pengeluaran isi perut. Tempat pemotongan kaki sendi berada di bawah lutut, sehingga hasil pemotongannya membentuk seperti angka delapan. Sayap dipisahkan dari punggung dengan cara memotong persendian sayap.

(24)

12

 

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Agustus hingga Oktober tahun 2011. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lapang Bagian Unggas (Kandang B), Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan (FAPET), Institut Pertanian Bogor (IPB). Analisa proksimat kandungan biji ketumbar dilakukan di Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), (FAPET, IPB). Analisa kolesterol karkas ayam broiler di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH, IPB).            

       Materi  Ternak

Penelitian menggunakan 120 ekor ayam broiler umur satu hari (day old chicken/ DOC) strain Cobb CP 707 dari PT Charoen Pokphand Indonesia di Parung,

terbagi dalam 4 perlakuan dengan 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam.

Kandang

Kandang yang digunakan sebanyak 3 buah kandang besar ukuran 5 m2, dengan sistem litter dari sekam padi yang telah difumigasi. Setiap kandang dibagi menjadi 4 petak dengan ukuran masing-masing petak 1 m2.

Peralatan Penunjang

Peralatan lain yang digunakan yaitu: tempat pakan (feeder tray dan feeder tube), tempat minum, lampu pijar 60 watt, lingkar pembatas, pemanas buatan (brooder), termometer, gelas ukur, tirai penutup, timbangan digital (DJ series electronic balance), timbangan biasa, tali rafia, kertas koran, kompor gas, dan pisau. Untuk sanitasi peralatan dan kandang digunakan: sapu, sikat lantai, kain pel, sabun, kapur sirih, serta bahan kimia berupa larutan desinfektan.

(25)

13 Ransum

Bahan baku ransum yang digunakan adalah jagung kuning, dedak padi, tepung ikan, bungkil kedelai, CPO (crude palm oil), CaCO3 (calcium carbonate), DCP (dicalcium phosphate), premiks, L-lysin, DL-methionin, dan biji ketumbar. Pemberian ransum dengan penambahan biji ketumbar dilakukan mulai awal DOC datang hingga umur lima minggu. Peralihan ransum starter ke finisher dilakukan dengan rasio perbandingan pemberian pakan starter : finisher, yaitu 75% : 25%, 50% : 50%, 25% : 75%, dan 100% pakan fase .finisher. Pengenalan pakan dengan

pemberian secara bertahap dilakukan selama empat hari berturut-turut.

Prosedur

Pemilihan Biji Ketumbar

Biji ketumbar diperoleh dari pasar tradisional di Pasar Kota Bogor, Pasar Parung, dan Pasar Cibereum-Ciampea. Biji ketumbar dari pasar-pasar tersebut dipasok dari tanggerang (impor), Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Uji Kandungan Minyak Biji Ketumbar dengan Pemanasan

Biji ketumbar diuji dengan metode pemanasan (sangrai), disiapkan kompor dan penggorengan tanpa minyak goreng. Biji ketumbar dimasukkan ke dalam penggorengan, disangrai selama ±5 menit, lalu diamati aroma yang terbentuk setelah,penyangraian. Tingkat aroma antar sampel yang terbentuk dibandingkan. Aroma yang paling menyengat dari sampel, digunakan sebagai bahan baku ransum penelitian. Biji ketumbar yang digunakan berbentuk bulat dan berwarna kuning kecokelatan. Setelah itu, biji ketumbar digiling dengan mesin giling hingga bertekstur tepung (mash).

Tahap Pembuatan Ransum Penelitian

Pembuatan ransum penelitian dan bahan baku ransum diperoleh dari PT Indofeed Bogor. Komposisi bahan dan nutrien ransum penelitian disajikan pada Tabel 4.

(26)

14

 

Tabel.4..Komposisi Bahan dan Nutrien Ransum Penelitian

Bahan Pakan Starter Finisher

R0 R1 R2 R3 R0 R1 R2 R3

Jagung Kuning 54,14 54,26 53,68 53,82 60,41 60,01 59,61 59,22

Dedak Padi 6,00 5,17 4,85 4,01 5,17 4,73 4,30 3,86

Bungkil Kedelai 28,00 28,00 28,00 28,00 19,46 19,33 19,19 19,06

Tepung Ikan 6,05 5,99 5,93 5,88 9,39 9,45 9,52 9,58

Crude Palm Oil (CPO) 3,61 3,38 3,34 3,09 3,37 3,27 3,18 3,08

Biji Ketumbar1 0,00 1,00 2,00 3,00 0,00 1,00 2,00 3,00 CaCO3 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Dicalcium Phosphate 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 Premiks2 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 L-Lysin 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 DL-Methionin 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 Komposisi Nutrien EM (Kkal/kg) 3050 3050 3050 3050 3100 3100 3100 3100 Bahan Kering (%) 84,23 84,42 84,47 84,68 84,13 84,42 84,32 84,42 Protein Kasar (%) 22 22 22 22 20 20 20 20 Lemak Kasar (%) 6,19 6,10 6,20 6,10 6,17 6,22 6,27 6,32 Serat Kasar (%) 2,97 3,30 3,66 3,98 2,81 3,16 3,51 3,87 Kalsium (%) 0,96 0,97 0,97 0,97 1,16 1,17 1,18 1,20 Fosfor Tersedia (%) 0,53 0,53 0,53 0,52 0,62 0,62 0,62 0,63 Lysin (%) 1,44 1,43 1,43 1,42 1,35 1,34 1,34 1,34 Methionin (%) 0,54 0,53 0,53 0,53 0,55 0,54 0,54 0,54

Keterangan:..1Komposisi nutrien biji ketumbar (Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Pakan,.2011), 2Komposisi premiks (disajikan di lampiran), komposisi nutrien bahan

pakan.(Lesson.dan/Summers,.2005),.EM.(Energi.Metabolis)..Perlakuan.:.RO.(Ransum tanpa.(0%).bijibketumbar);R1.(Ransum..mengandung.1%.biji./ketumbar),.R2.(Ransum mengandung,2%.biji..ketumbar);.dan.R3.(Ransum.mengandung 3%.biji.ketumbar).

Pembuatan ransum penelitian yang pertama dilakukan yaitu penimbangan bahan baku ransum sesuai formulasi. Bahan pertama yang dicampur adalah jagung kuning dan CPO (Crude Palm Oil). Bahan kedua yang dicampur adalah bungkil kedelai dan tepung ikan. Bahan ketiga yang dicampur adalah tepung biji ketumbar, dedak padi, CaCO3 (calcium carbonate), DCP (dicalcium phosphate), premiks, L-lysin, dan DL-methionin. Seluruh bahan selanjutnya diaduk hingga homogen

(27)

15 dalam mesin pencampur (mixer). Bahan yang telah homogen kemudian dibentuk menjadi pellet di mesin pellet. Proses selanjutnya adalah ransum dibentuk menjadi

crumble di mesin crumble. Ransum yang telah jadi kemudian ditimbang dan

dikemas sesuai perlakuan.

Sampel Bobot Karkas, Lemak Abdominal, Potongan Komersial, dan Kolesterol Sampel diambil saat umur ayam lima minggu. Sebanyak 12 ekor ayam (1ekor/ ulangan) dipotong (disembelih), dipegang kedua sayap dan kedua kaki, kemudian diamkan beberapa saat sampai darahnya berhenti mengalir agar darah dapat keluar dengan cepat dan sempurna. Setelah dipotong, ayam dibiarkan dalam kondisi kepala berada di bawah selama beberapa menit. Selanjutnya, dicelupkan ayam yang telah dipotong ke dalam air panas yang sudah disiapkan pada suhu sekitar 40-70 °C selama ±1 menit (sampai bulu sayap mudah dicabut), lalu dilakukan pencabutan bulu secara manual. Bulu-bulu halus yang masih ada dibersihkan. Setelah itu diambil lemak yang ada di sekeliling gizzard dan di sekitar kloaka, lalu ditimbang sebagai data lemak abdominal. Setelah itu, dipotong pada leher dan kaki ayam pada bagian sendi lutut. Untuk potongan komersial dipotong dan ditimbang karkas pada bagian: dada, paha atas, paha bawah, punggung, dan sayap. Kolesterol karkas pada daging ayam broiler bagian paha kanan atas sebanyak ±2 g, dicincang sampai daging hancur dan homogen, lalu dilakukan analisa dengan menggunakan metode Liberman Burchard.

Teknik Pemotongan Karkas Komersial

1..Potongan komersial dada: diperoleh dengan cara memotong bagian karkas pada

....daerah scapula sampai bagian tulang dada dan selanjutnya ditimbang (g). 2..Potongan komersial paha: diperoleh dengan cara memotong sepanjang persendian

....tulang paha selanjutnya ditimbang (g).

3..Potongan komersial punggung: diperoleh dari pemisahan tulang belakang sampai

....tulang panggul dan selanjutnya dilakukan penimbangan (g).

4.,Potongan komersial sayap: diperoleh dengan cara memotong bagian persendian

(28)

Analisa Kolesterol Karkas

Kolesterol karkas diukur dengan metode Lieberman Burchard. Sebanyak ±2 g sampel daging paha kanan atas yang sudah dicincang halus hingga homogen dimasukkan ke dalam tabung. Setelah itu, ditambahkan 10 ml diethyl ether pro analisis. Lalu diaduk dan dikocok hingga bercampur dengan baik, dibiarkan dietyl ether pada suhu kamar selama 48 jam, sampai diethyl ether menguap seluruhnya. Jaringan yang sudah diekstrak dikeluarkan dari tabung dengan pinset dan ekstrak yang menempel pada tabung yang diencerkan dengan 1 ml Phospat Buffer Salin (PBS) pada pH 7,2. Kemudian, disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Supernatan dituangkan atau dipindahkam ke dalam tabung eppendorf dan siap untuk dianalisa kolesterol. Lalu, dilakukan pembacaan absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang (λ) 500 nm dengan konsentrasi standar yang digunakan 200 mg/ dl. Nilai kolesterol diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

100

BBerat.Sampel Kolesterol.(mg/.100/g).= x Absorbans Sampel .200.mg/.dl x

Absorbans Standar

Rancangan dan Analisis Data Perlakuan

Penelitian menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan sebagai berikut:

R0 = Ransum tanpa (0%) biji ketumbar (kontrol) R1 = Ransum mengandung biji ketumbar 1% R2 = Ransum mengandung biji ketumbar 2% R3 = Ransum mengandung biji ketumbar 3%

Peubah

1. Bobot.Hidup.Akhir.(g/.ekor). .... ...Penimbangan..bobot/.ayam..hidup..pada/umur/lima./minggu//sebelum..dipotong.

16

(29)

17 2...Bobot.Karkas.(g).

Penimbangan bobot ayam setelah dipotong dan yang telah dikurangi darah, bulu, kepala, leher, kaki, dan organ dalam selain paru-paru. 3.. Persentase.Karkas.(%).

Diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot hidup broiler akhir penelitian dikalikan 100%.

4.. Bobot Potongan Komersial Karkas (g).

Diperoleh dari pemotongan karkas yang telah dipotong menjadi bagian-bagian sebagai berikut: dada, paha atas, paha bawah, punggung, dan sayap.

5., Persentase Potongan Komersial Karkas (%). Diperoleh dengan membagi masing-masing potongan komersial karkas dengan bobotkarkas dikalikan 100%.

6.. Lemak Abdominal.(g). Berat lemak abdominal pada bagian sekeliling gizzard dan sekitar kloaka pada ayam broiler umur.lima.minggu. 7...Persentase.Lemak.Abdominal.(%).

Diperoleh dengan membagi berat lemak abdominal.dengan bobot hidup dikalikan 100%.

8. Kolesterol Karkas (mg/ 100 g). Data ini diperoleh dengan melakukan analisa karkas pada paha kanan atas dengan metode Lieberman Burchard.

Rancangan

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas empat perlakuan dan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari sepuluh ekor ayam. Model matematika dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut:

Yij = µ + τi + εij Keterangan :

Y : nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : nilai rataan umum

(30)

τ1 : efek perlakuan ke-i

εij : galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dilakukan analisis ragam (ANOVA). Perlakuan yang berpengaruh nyata (p<0,05 atau p<0,01) dilakukan uji lanjut polinomial ortogonal (Steel dan Torrie, 1993).

Transformasi Data

Bagi data yang tidak melanggar asumsi bahwa error bebas dari pengaruh perlakuan, eksponen β = 0 atau mendekati 0. Jika β tidak sama dengan 0, data harus ditransformasi dulu sebelum dilakukan Anova (Steel dan Torrie, 1993). Pengujian transformasi data disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengujian Tranformasi Data β Tranformasi 0 Tidak Perlu 1 Akar X 2 Log X 3 1/(Akar X) > 4 1/X 18  

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbedaan nutrien biji ketumbar dengan varietas yang sama setiap daerah produksi, dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan iklim (temperatur dan curah hujan). Faktor inilah yang menjadikan nutrien biji ketumbar yang di produksi Indonesia lebih baik dari yang dihasilkan negara lain. Daerah penanaman ketumbar di Indonesia yang cocok dan sudah berproduksi adalah di dataran tinggi Cipanas, Cibodas, Jember, Boyolali, Salatiga, Temanggung, dan sebagian daerah di Sumatera Barat (Astawan, 2009). Komposisi nutrien biji ketumbar yang digunakan sebagai bahan baku ransum penelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Nutrien Biji Ketumbar (as fed)

Komposisi Nutrien Jumlah Bahan Kering (%) 89,19 Protein Kasar (%) 17,30 Lemak Kasar (%) 11,59 Serat Kasar (%) 31,26 Beta-N 22,89 Kalsium (%) 1,01 Fosfor 0,82

Energi Bruto (Kkal/ Kg) 5.052,00

Keterangan:..Komposisi nutrien biji ketumbar hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fapet, Institut Pertanian Bogor (2011).

Performa

Ayam broiler penelitian yang dipelihara dipuasakan selama tiga jam sebelum dipotong untuk mempermudah proses evaluasi akhir. Minggu ke lima ayam broiler dipotong dan dievaluasi meliputi bobot hidup akhir, bobot karkas, potongan komersial, lemak abdominal, dan kolesterol karkas. Bobot hidup dipengaruhi oleh pakan yang diberikan semakin baik kualitas ransum pada ayam akan menghasilkan bobot hidup yang tinggi, dan juga akan mempengaruhi bobot karkas, potongan komersial, lemak abdominal, serta kolesterol karkas.

Data mengenai seluruh peubah penelitian yang berhubungan dengan

(32)

20   

Tabel 7. Performa Broiler Umur 5 Minggu

Peubah Perlakuan R0 R1 R2 R3 Bobot Badan (g/ e) 1.217 ± 34 1.215 ± 16 1.256 ± 84 1.308 ± 108 PBB (g/ e) 1.175 ± 34 1.173 ± 16 1.214 ± 83 1.266 ± 108 Konsumsi starter (g/ e) 816 ± 14ab 692 ± 41a 836 ± 79b 773 ± 30ab Konsumsi finisher (g/ e) 1.383 ± 88 1.338 ± 92 1.388 ± 127 1.299 ± 84 Konversi Pakan 1,87 ± 0,13 1,73 ± 0,06 1,84 ± 0,09 1,65 ± 0,18 Keseragaman (%) 21,7 ± 2,8 51,8 ± 22,6 54,4 ± 21,2 42,7 ± 12,7 Mortalitas starter (ekor) 0,00 0,00 0,00 0,00 Mortalitas finisher (ekor) 2,00 3,00 2,00 6,00

Panting (kali/ menit) 124 ± 5,13 124 ± 1,35 132 ± 5,20 136 ± 8,66

Keterangan: .R0 (ransum tanpa (0%) biji ketumbar/ kontrol); R1 (ransum + 1% biji ketumbar); R2 (ransum + 2% biji ketumbar); R3 (ransum + 3% biji ketumbar). PBB (Pertambahan Bobot Badan), keseragaman = bobot badan ± 10% bobot badan, panting diukur saat suhu maksimum pemeliharaan. Superskrip non-kapital pada baris (konsumsi

starter).menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

Indonesia merupakan daerah tropis secara umum suhu harian berfluktuasi antara 27,7-34,6 °C dengan kelembaban 55,8%-86,6% (Badan Pusat Statistik, 2003). Suhu dan kelembaban lingkungan yang direkomendasikan untuk pertumbuhan optimum broiler yang memasuki umur tiga minggu adalah 25 °C dan kelembaban 60% (Charoen Pokphand, 2005). Perkembangan broiler di daerah tropis dihadapkan pada tingginya angka mortalitas dan rendahnya produktifitas, karena pengaruh tingginya tingkat stres akibat suhu lingkungan panas pada siang hari. Rangkaian respon fisiologis tubuh ayam ke keadaan negatif secara terus-menerus (stres) akibat suhu lingkungan yang fluktuatif, berdampak pada penurunan performa. Stres secara kasat mata dalam jangka waktu lama dapat dicerminkan dengan produktivitas yang tidak optimal, seperti bobot badan rendah (di bawah standar), keseragaman rendah, mortalitas cenderung tinggi (infeksi penyakit), dan feed conversion ratio (FCR) mengalami peningkatan, dan pertambahan bobot badan yang rendah (Austic, 2000).

Data di atas menunjukkan broiler seluruh perlakuan mengalami kondisi stres akibat suhu lingkungan. Hal ini bisa dilihat dari peubah keseragaman yang rendah, konversi pakan yang tinggi dan mortalitas terjadi pada priode finisher (Austic, 2000; Charoen Pokphand, 2005). Taraf penggunaan biji ketumbar 2%-3% dalam ransum,

(33)

mampu memberikan efek positif terhadap peningkatan konsumsi ransum starter. Hal ini sangat diperlukan dalam mengurangi penurunan konsumsi yang merupakan dampak dari faktor penyebab stres.

Menurut Kusnadi (2009), cekaman panas pada ayam broiler dapat meningkatkan konsumsi air, menurunkan produksi, dan konsumsi pakan. Mortalitas terjadi pada priode finisher, artinya terjadi setelah broiler memasuki umur tiga minggu. Austic (2000) menjelaskan suhu lingkungan panas mengakibatkan stres. Rangkaian fisiologis saat stres dapat menurunkan kepekaan terhadap penyakit (kualitas sel imun menurun), sehingga mortalitas cenderung tinggi. Hasil penelitian untuk rataan bobot hidup akhir, bobot karkas, lemak abdominal, dan kolesterol karkas ayam broiler umur lima minggu disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Hidup Akhir, Bobot Karkas, Lemak Abdominal, dan

...Kolesterol Karkas Ayam Broiler Umur 5 Minggu

Peubah Perlakuan

R0 R1 R2 R3 Bobot Hidup Akhir (g) 1.183,33 1.216,00 1.285,00 1.310,33

± 35,16 ± 39,28 ± 116,89 ± 63,53 Bobot Karkas (g) 791,67 818,67 840,33 830,67 ± 51,07 ± 32,53 ± 81,93 ± 102,45 (%) 66,86 67,32 65,37 63,25 ± 2,52 ± 0,76 ± 0,47 ± 5,16 Lemak Abdominal (g) 18,70 23,35 24,64 24,56 ± 3,01 ± 3,03 ± 3,47 ± 2,07 (%) 1,58 1,92 1,78 1,88 ± 0,28 ± 0,24 ± 0,19 ± 0,20 Kolesterol (mg/ 100 g) 19,37b 29,43a 27,52ab 8,71c ± 3,10 ± 3,92 ± 2,29 ± 5,27

Keterangan : RO (Ransum tanpa (0%) biji ketumbar/ kontrol); R1 (Ransum + 1% biji ketumbar); R2

.(Ransum+ 2% biji ketumbar); dan R3 (Ransum + 3% biji ketumbar). Superskrip non-kapital

.pada .baris (kolesterol) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Bobot Karkas

Bobot karkas dalam penelitian ini adalah bobot yang diperoleh dari hasil pemotongan dan penimbangan ayam umur lima minggu tanpa darah, bulu, kepala, leher, kaki, dan organ dalam selain paru-paru. Bobot karkas ayam kontrol 791,67 g/ ekor, sedangkan pada perlakuan meningkat tetapi tidak mempengaruhi bobot karkas.

(34)

22   

Dilihat dari data bobot hidup akhir pada perlakuan (R3)>(R2)>(R1)>(R0), jadi peningkatan bobot karkas seiring dengan peningkatan bobot hidup akhir, dan sesuai dengan pendapat Soeparno (1994) mengatakan bahwa produksi karkas erat hubungannya dengan bobot hidup.

Pendapat lain, Siregar (1980) menyatakan bahwa bobot karkas dipengaruhi oleh strain, jenis kelamin, umur, bobot hidup, dan makanan. Dilihat dari data yang ada bahwa bobot hidup akhir perlakuan (R3)>(R2)>(R1)>(R0) tetapi bobot karkas perlakuan (R2)>(R3)>(R1)>(R0).

Menurut Hernandez et al. (2004), biji ketumbar mengandung minyak atsiri yang berkhasiat sebagai stimulan, penguat organ pencernaan, merangsang enzim pencernaan, dan peningkatan fungsi hati sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Jadi, dapat dikatakan makanan/.pakan dengan penambahan biji ketumbar mempengaruhi bobot karkas tetapi tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.

Persentase Karkas

Persentase karkas merupakan perbandingan bobot karkas dengan bobot hidup ayam akhir penelitian dikali 100%, sehingga bobot hidup yang besar akan diikuti pula oleh bobot karkas yang besar begitupun sebaliknya. Untuk melihat pengaruh dari perlakuan terhadap persentase karkas, maka dilakukan analisa ragam..Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan (R1), (R2,) dan (R3). tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap persentase karkas ayam broiler, dibandingkan dengan ransum kontrol. Penelitian ini menggunakan ransum yang memiliki kandungan energi metabolis dan protein yang sama. Menurut Pesti dan Bakalli (1997), ada hubungan yang erat antara rasio energi dan protein dengan persentase karkas, yaitu semakin tinggi rasio energi dan protein maka semakin tinggi pula persentase karkas yang dapat diperoleh. Penambahan biji ketumbar diduga tidak terlalu mempengaruhi efisiensi penggunaan energi dan protein ransum tersebut, sehingga persentase karkas yang dihasilkan tidak berbeda nyata secara statistik.

Pesti dan Bakali (1997) menyatakan bahwa persentase karkas ayam broiler umur panen lima minggu yaitu antara 60,52%-69,51%, hal ini menunjukkan bahwa semua perlakuan dalam penelitian ini menghasilkan persentase karkas yang masih dalam kisaran yang dinyatakan Pesti dan Bakali (1997) tersebut yaitu antara 63,25% - 67,32%.

(35)

Lemak Abdominal

Menurut Amrullah (2004), lemak abdominal merupakan lemak yang dihasilkan karena kelebihan energi asam lemak yang disimpan dalam tubuh terutama di bawah kulit dan rongga perut. Produksi ayam broiler ditujukan untuk tumbuh lebih cepat dengan bobot tubuh yang cukup dan konversi pakan yang baik, tetapi konsekuensinya lemak tubuh meningkat. Lemak.abdominal pada penelitian ini adalah lemak yang terdapat di sekeliling gizzard dan di sekitar kloaka. Persentase lemak abdominal yaitu perbandingan berat lemak abdominal dengan bobot hidup dikali 100%. Perbedaan kuantitas lemak abdominal adalah hasil perbedaan kecepatan pertumbuhan, ada pembawaan lemak abdominal meningkat dengan meningkatnya

bobot tubuh.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap kandungan lemak abdominal tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Minyak atsiri dalam biji ketumbar 0,5%-1% berkhasiat meningkatkan palatabilitas makanan dan antimikroba (Isao et al., 2004). Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang dikonsumsi akan lebih banyak. Selanjutnya akan meningkatkan jumlah kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Kelebihan energi tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya kelebihan lemak tubuh. Tinggi rendahnya lemak abdominal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi selera konsumen terhadap ayam broiler. Penimbunan lemak yang tidak berlebihan untuk dipasarkan merupakan hal penting, karena akan memberikan penampilan karkas yang baik dan memperbaiki kualitas daging, karena lemak yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan.

Kolesterol Karkas

Kolesterol merupakan zat alami yang terdapat dalam tubuh diperlukan dalam proses-proses penting dalam tubuh. Kebutuhan kolesterol dalam tubuh sebagian besar dipenuhi melalui sintesa kolesterol dalam tubuh dan dibentuk di dalam hati (Frandson, 1992). Hendrawati (1999) menyatakan bahwa kolesterol dalam daging ayam broiler yang baik berkisar antara 80 sampai 91 mg/ 100 g. Manusia membutuhkan rata-rata 1,1 g kolesterol setiap hari untuk memelihara dinding sel dan fungsi fisiologis lain. Sekitar 25%-40% dari jumlah tersebut berasal dari makanan dan selebihnya disintesis dalam tubuh. Tabel 8. memperlihatkan bahwa penambahan

(36)

24   

biji ketumbar dalam ransum mampu menurunkan kolesterol karkas paha kanan atas ayam broiler. Perlakuan (R3) dengan penambahan biji ketumbar 3% nilai kolesterol karkas berada dibawah kadar kolesterol kontrol (R0). Menurut Chithra dan Leelamma (1997), ketumbar ada kandungan flavonoid berperan menurunkan kolesterol. Penambahan biji ketumbar 3% efektif untuk menurunkan kolesterol.

Menurut Robinson (1995), zat aktif flavonoid mempunyai sifat tidak larut pada enzim-enzim pencernaan dan lipid. Hal ini dapat membantu kinerja garam empedu, fungsi utama garam empedu dan lesitin dalam empedu adalah untuk membuat gelembung siap untuk dipecah oleh pengadukan di dalam usus halus. Empedu mengandung air, garam-garam pigmen empedu, kolesterol, dan lipid. Akibat dari peningkatan sekresi empedu dan pankreas ke duodenum, ekskresi asam empedu dan kolesterol akan dikeluarkan bersama feses.

Potongan Komersial

Potongan komersial istilah yang digunakan untuk menyebut karkas yang di potong-potong menurut pesanan. Merkley et al. (1980), membagi karkas menjadi lima bagian besar potongan komersial yaitu dada, pangkal paha, paha bawah, sayap, dan punggung. Persentase potongan komersial dalam penelitian ini adalah rasio bobot potong komersial dengan bobot karkas dikali 100%. Menurut Amrullah (2004), ayam broiler dapat menghasilkan daging dalam jumlah banyak, bagian-bagian tubuh ayam broiler tidak sama rasanya satu dengan yang lain, pada bagian-bagian betis lebih keras karena lebih berotot, bagian dada lebih empuk dan sedikit

mengandung lemak.

Menurut Priyatno (2003), potongan komersial atau parting (chicken part) istilah yang digunakan untuk menyebut karkas yang dipotong-potong menjadi beberapa bagian menurut aturan atau pesanan tertentu atau bisa juga untuk persiapan proses pengambilan tulang (boneless). Potongan komersial ini merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memudahkan pembeli dalam memilih bagian produk yang lebih disukai secara leluasa. Potongan komersial dapat lebih meningkatkan daya tarik tersendiri dalam penjualan produk peternakan yang akan dipasarkan. Hasil penelitian penambahan biji ketumbar terhadap persentase potongan komersial dengan pemeliharaan selama lima minggu disajikan pada Tabel 9.

(37)

Tabel 9. Persentase Potongan Komersial Ayam Broiler Umur 5 Minggu Peubah Perlakuan R0 R1 R2 R3 Dada (%) 30,55 33,81 31,59 32,47 ± 1,51 ± 1,32 ± 1,52 ± 1,54 Paha atas (%) 16,92 16,08 17,44 17,41 ± 0,82 ± 0,91 ± 1,90 ± 1,38 Paha.bawah (%) 15,83 14,95 16,22 15,98 ± 0,18 ± 0,37 ± 2,06 ± 2,07 Sayap (%) 12,17 12,54 13,31 11,98 ± 1,49 ± 0,09 ± 0,87 ± 0,60 Punggung (%) 24,51 22,70 26,57 24,84 ± 1,56 ± 0,91 ± 3,98 ± 2,07

Keterangan : RO (Ransum tanpa (0%) biji ketumbar/ kontrol); R1 (Ransum + 1% biji ketumbar); R2 (Ransum.+ 2% biji.ketumbar);.dan R3 (Ransum + 3% biji ketumbar).

Potongan Komersial Dada

Dada merupakan potongan yang paling banyak disukai oleh konsumen karena memiliki daging yang tebal serta rendah kandungan lemaknya. Hasil statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan biji ketumbar dalam ransum pada taraf yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap potongan komersial dada. Menurut Amrullah (2004) persentase potongan komersial dada umur lima minggu adalah 30,1% pada jantan dan 29,7% betina. Penelitian yang dilakukan kisaran persentase potongan komersial dada yaitu 31,59%-33,81%, dapat dikatakan pakan dengan penambahan biji ketumbar mempengaruhi persentase potongan komersial tetapi tidak menunjukan pengaruh yang nyata.

Komersial Paha

Potongan komersial paha merupakan bagian karkas yang banyak mengandung jaringan otot sehingga perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh zat makanan khususnya protein (Bahij, 1991). Betis lebih keras karena lebih berotot (Amrullah, 2004). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan biji ketumbar dengan taraf yang berbeda dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap potongan komersial paha atas dan paha bawah pada penelitian ini.

(38)

26   

 

Potongan Komersial Sayap

Sayap merupakan bagian karkas yang lebih banyak mengandung jaringan tulang daripada jaringan otot, maka yang lebih berpengaruh adalah mineral ransum untuk masa pertumbuhannya (Basoeki, 1983). Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan biji ketumbar dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase potongan komersial sayap pada penelitian ini.

Potongan.Komersial.Punggung

Punggung merupakan bagian karkas yang banyak mengandung jaringan tulang sehingga yang lebih berpengaruh dalam masa pertumbuhannya adalah mineral ransum (Basoeki, 1983). Perlakuan pemberian pakan dengan penambahan biji ketumbar dalam ransum ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap potongan.komersial.punggung.

Keuntungan Penggunaan Biji Ketumbar dalam Ransum

Data-data mengenai evaluasi biaya penggunaan biji ketumbar dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan broiler umur lima minggu disajikan Tabel 10. Tabel.10..Biaya Penggunaan Biji Ketumbar dalam Ransum Terhadap Pertambahan

.... Bobot Badan Broiler Umur 5 Minggu

Penilaian Perlakuan

R0 R1 R2 R3 Konsumsi Ransum Starter (g/ekor) 815,74 691,87 835,81 773,36 Harga Ransum Starter (Rp/Kg) 6.350 6.500 6.700 6.850 Biaya Ransum Starter (Rp/ekor) 5.180 4.497 5.600 5.298 Konsumsi Ransum Finisher (g/ekor) 1.383 1.339 1.388 1.299 Harga Ransum Finisher (Rp/Kg) 6.200 6.400 6.550 6.700 Biaya Ransum Finisher (Rp/ekor) 8.576 8.568 9.089 8.703 Total Biaya Ransum (Rp/ekor) 13.756 13.065 14.689 14.000 Pertambahan Bobot Badan (g/ekor) 1.175 1.173 1.214 1.266 Biaya Ransum Perbobot Badan (Rp/g) 11,70 11,14 12,10 11,06

Keterangan : RO (Ransum tanpa (0%) biji ketumbar/ kontrol); R1 (Ransum + 1% biji ketumbar); R2 (Ransum.+ 2% biji.ketumbar);.dan R3 (Ransum + 3% biji ketumbar).

(39)

27 

Penggunaan biji ketumbar sebagai bahan baku sangat aplikatif, pengolahan biji ketumbar setelah dipisahkan dari buahnya, dijemur lalu digiling, dan bisa langsung dicampur dengan bahan pakan lain dalam mesin. Proses pengolahan sampai diberikan pada ternak tidak rumit dan relatif pendek. Namun, Penggunaan biji ketumbar meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan karena ransum dengan penambahan biji ketumbar mengeluarkan biaya sebesar Rp 20.000/ kg. Pada tabel diatas perlakuan (R3) menghasilkan pertambahan bobot badan rata-rata tertinggi, dan biaya ransum yang harus dikeluarkan (R3) paling besar. Keuntungan yang dihasilkan jika melihat biaya ransum yang harus dikeluarkan untuk kenaikan satu g bobot badan (R3) lebih rendah dari ransum lainnya. Jika dilihat dari tingkat kesehatan yang diperoleh dari keterkaitan seluruh peubah, dengan asumsi manajemen pemeliharaan dan kondisi lingkungan sama, menghasilkan broiler (R2) dalam tingkat kesehatan tertinggi diantara yang lain. Tingkat kesehatan broiler mulai dari yang tertinggi adalah (R2), (R1), (R0), dan (R3), serta untuk performa adalah (R3), (R2), (R1), dan (R0). Selain itu manfaat yang dihasilkan dengan penambahan biji ketumbar dalam penelitian ini, yaitu: memiliki nilai konversi pakan yang lebih baik dari kontrol, memberi efek positif dalam menjaga atau mengurangi penurunan kesehatan yang menjadi masalah bagi peternak tropis, dan mampu menurunkan kadar kolesterol daging broiler. Hal ini tentu menguntungkan bagi produsen karena memiliki ternak lebih sehat dengan performa baik.

(40)

28   

 

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Biji ketumbar bisa digunakan sebagai bahan pakan, serta ransum dengan komposisi biji ketumbar 2%-3% dapat diaplikasikan untuk menghasilkan performa yang baik, mendapatkan tingkat kesehatan yang tinggi, dan mampu menurunkan kolesterol karkas pada broiler.

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut penggunaan biji ketumbar dengan kisaran penambahan biji ketumbar 0,1%-0,3% untuk menekan biaya yang dikeluarkan dari penggunaan biji ketumbar dan mengetahui level terbaik terhadap bobot karkas, persentase potongan komersial, lemak abdominal, dan kolesterol karkas broiler.

(41)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Selama menjalani proses panjang menyelesaikan tugas akhir sarjana penulis berhubungan dengan banyak pihak, pada kesempatan kali ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda H. Johan Effendi dan Ibunda tercinta Siti Hasanah yang memberi dukungan moril serta materil kepada penulis selama berkuliah. Untuk mereka yang telah memberikan kasih sayangnya, penulis hanya dapat berdo’a semoga mereka mendapat limpahan rahmat ArRahmaan dan ArRahiim.

2. Saudara, keluarga, dan khusus buat my sister drh. Rosdia Satriani dan Nisma Ulda Sari, S.Pt yang telah memberi kasih sayang, keikhlasan, motivasi, dan do’a yang tiada henti selalu menguatkan selama menuntun ilmu.

3. Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, M.S selaku pembimbing akademik dan pembimbing utama skripsi, Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr selaku pembimbing skripsi. Pada fase-fase sulit sering kali beliau berdua menjadi sasaran kebuntuan penulis.

4. Ir. Widya Hermana, M.Si selaku pembahas seminar dan penguji ujian akhir sarjana, Dr. Ir. Sri Darwati, M.Si sebagai penguji ujian akhir sarjana, Dr. Sri Suharti, S.Pt. M.Si dan Iwan Prihantoro, S.Pt. M.Si sebagai panitia ujian sidang yang telah memberikan bimbingan untuk penulisan skripsi.

5. Kak Umam, Agista, Sherly sebagai grup penelitian yang memberikan dukungan materil dan kerja sama selama penelitian.

6. Yani, Rafika, Elsa, Nia, Prima, Neri, Pika, Dian, Pipit sebagai teman dan karib saya yang berperan serta sehingga skripsi ini terselesaikan. Ibu Lanjarsih, Ibu Ida, Pak Idris Indofeed, Altami, Lilis, Ebi, Ferri, Arif, Fredi, Riadhi, Adit, Rifki, Handi, dan Wesley sebagai teman diskusi yang selalu memberi dukungan.

7. Teman-teman Genetik 45 (INTP 2008), UKM Badminton (2008), HIMASITER (2009), fairus kosan, lorong 4 asrama TPB, kelas A10 TPB, OMDA IKAMUSI, anak-anak smansa muda osela yang berkuliah di IPB yang menjadi bagian kenangan yang berarti bagi perjalanan penulis selama berkuliah di IPB.

(42)

30

 

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Ketiga. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.

Astawan, M. 2009. Ketumbar. http://cybehealt.cbn.net.id. [21 Juli 2011].

Austic, R. E. 2000. Feeding Poultry in Hot and Cold Climates: Stress Physiology in Livestock. 3rd Ed. Poultry CRC Press, Florida.

Badan Pusat Statistik. 2003. Suhu dan Kelembaban Harian. Badan Pusat Statistik RI, Jakarta.

Bahij, A. 1991. Tumbuh kembang potongan karkas komersial ayam broiler akibat penurunan tingkat protein ransum pada minggu ketiga keempat. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 2004. Tanaman Obat: Ketumbar (Coriandrum sativum L.). Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Basoeki, B. D. A. 1983. Pengaruh tingkat pemberian ampas tahu dalam ransum terhadap potongan karkas komersial ayam broiler betina strain hybro umur 6 minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Cabuk, M., A. Alcicek, M. Bozkurt, & N. Imre. 2003. Antimicrobial properties of the essential oils isolated from aromatic plants and using possibility as alternative feed additives. II. National Animal Nutrition Congress. 18-20 September, Konya, Turkey. pp: 184-487.

Charoen Pokphand Indonesia. 2004. Feed and Nutrition In Broiler Management. Stadium General Charoen Pokphand. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Charoen Pokphand Indonesia. 2005. Manual manajemen broiler CP 707. http://www. charoenpokphand/org.com/. [1 Desember 2011].

Chithra, V. & S. Leelamma. 1997. Hypolipidermic effect of coriander seeds (Coriandrum sativum). Antioxidant enzyme in experimental animals. Ind. J.Biochem. Biophys. 36:59-61.

De Souza, E. L., T. I. M. Stamford, E. O. Lima, T. N. Tarajano, & J. B. M. Fillo. 2005. Antimicrobial effectiveness of spices: An approach for use in food convertion system. Braz. Arch. Boil. Technol. 48:1516-8913.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed ke-4. Terjemahan: B. Srigandono dan Koen Praseno. Gadjah Mada Universty Press, Yogyakarta. Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri. Jilid IV B. Terjemahan: S. Ketaren dan R.

(43)

31 Guler, T., O. N. Ertas, M. Ciftci, & B. Dalkhe. 2005. The effect of coriander seed (Coriandrum sativum L.) as diet ingredient on the performance of Japanese quail. J. Anim. Sci. 35: 260-266.

Hendrawati, A. 1999. Penurunan kadar kolesterol daging broiler dengan penambahan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dalam ransum. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hernandez, F., J. Madrid, V. Garcia, J. Orengo, & M. D. Megias. 2004. Influence of two plant extract on broiler performance, digestibility and digestive organ size. Poult. Sci. 83: 169-174.

Isao, K., F. Ken-Ichi, K. Aya, N. Ken-Ichi, & A. Tetsuya. 2004. Antimicrobial activity of coriander volatile compound against Salmonella choleraesuits. J. Agric. Food Chem. 52: 3329-3332.

Kusnadi, E. 2009. Perubahan malondialdehida hati, bobot relative bursa fabricius dan rasio heterofil/limfosit ayam broiler yang diberi cekaman panas Med. Pet 32(2):81-87.

Lawrence, B. M. & R. J. Reynolds. 1988. Progress in essential oils. Perfumer

..Flavorist. An Allured Publication. 13(3): 49-50.

Leeson, S. & J. D. Summers. 2000. Nutrition and Quality of Broiler Carcass. Departemen of Animal and Poultry Science. University of Guelph, Canada. Lesson, S. & J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Ed.

Departemen of Animal and Poultry Science. University of Guelph, Canada. Mayes, P. A. 2003. Sintesis, pengangkutan, dan ekskresi kolesterol. Di dalam: Bani

AP, Sikumbang TMN, editor. Biokimia Harper. Ed ke-25. Jakarta: EGC. Hlm. 270-281.

Merkley, S. W., B. T. Weinland., G. W. Malone, & G. W. Chaloupka. 1980. Evaluation of five commercial broiler crosses 2. Eviscerated yield and component parts. Poult. Sci. 59 : 1755-1760.

Muchtadi, T. R. & Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pesti, G. M. & R. L. Bakalli. 1997. Estimation of the composition of broiler

.../.carcasses from their specific gravity. Poultry Science. 76 (7) : 948-951.

Priyatno. M. A. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-4 Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press, Bandung.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Nutrien per 100 g Biji Ketumbar (as fed)
Tabel 2.  Standar Pertumbuhan Ayam Broiler CP 707  Umur
Tabel 3. Kebutuhan Nutrien Broiler (High Nutrient Density Diet)
Gambar 2. Kerangka Ayam
+5

Referensi

Dokumen terkait

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, terdapat beberapa saran untuk oerbaikan kedepannya sebagai berikut : (1) Guru hendaknya mampu mengelola kelas

[r]

Kepada Pegawai Perusahaan Daerah yang diangkat dalam suatu pangkat yang lebih tinggi dari pangkat lama, diberikan gaji pokok baru berdasarkan pangkat baru yang

Saran dalam penelitian ini adalah PPP Kecamatan Kembang, melaksanakan pendidikan politik dengan menarik melalui bentuk pendidikan politik yang kreatif, sehingga

Judul Skripsi : Uji Betakaroten Terhadap Pembuatan Minyak Makan Dari Limbah Biji Pepaya ( Carica Papaya Linn ) Dengan Metode Spektrofotometer UV-VIS.. Nama Mahasiswa

Pada Diklat Substantif Peningkatan Kompetensi Guru Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Subang 2017...

Petunjuk : Untuk masing-masing soal, tulis dengan penjabaran (cara) di lembar jawab yang disediakan.. Tentukan bilangan asli terkecil yang jika dikalikan dengan 420