PENGARUH PROFITABILITAS, FREE CASH FLOW, DAN INVESMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP CASH DIVIDEND DENGAN
LIKUIDITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN
2008 - 2011
TESIS
OLEH : ELLY SUSANTI
107017080/AKT
SEKOLAH PASCASARJANA EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013 S
EK O L
A H
P A
S C
A S A R JA N
PENGARUH PROFITABILITAS, FREE CASH FLOW DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP CASH DIVIDEND DENGAN
LIKUIDITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008 - 2011
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ELLY SUSANTI 107017080/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH PROFITABILITAS, FREE CASH FLOW DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET
TERHADAP CASH DIVIDEND DENGAN
LIKUIDITAS SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008 - 2011
Nama Mahasiswa : Elly Susanti Nomor Pokok : 107017080 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof.Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac., CA) (Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak)
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Erman Munir, MSc)
Telah diuji pada Tanggal : 2 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, CA Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:
“Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011”, adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh
siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, 2 Juli 2013 Yang membuat pernyataan,
PENGARUH PROFITABILITAS, FREE CASH FLOW, DAN INVESMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP CASH DIVIDEND DENGAN
LIKUIDITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN
2008 - 2011
ABSTRAK
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh Profitabilitas (ROI), Free Cash Flow dan Investment Opportunity set
(MVEBVE) baik secara parsial maupun simultan terhadap Cash Dividend pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta ingin membuktikan dan menganalisis Likuiditas (Current Ratio) mampu memoderasi antara hubungan antara Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity set dengan Cash Dividend. Populasi dari penelitian ini sebanyak 147 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 – 2011. Sampel diseleksi dengan menggunakan metode purposive sampling sebanyak 32 perusahaan. Untuk hipotesis pertama peneliti menggunakan regresi berganda dan analisis residual untuk hipotesis kedua. Hasil dari penelitian ini untuk hipotesis pertama menunjukkan bahwa Profitabilitas, Free Cash Flow, dan
Investment Opportunity Set secara simultan berpengaruh terhadap CashDividend, tetapi secara parsial hanya Profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap
Cash Dividend. Selanjutnya hasil dari hipotesis kedua menunjukkan bahwa Likuiditas digunakan sebagai variabel moderating mampu memoderasi hubungan antara Profitabilitas Free Cash Flow dan Investment Opportunity set dengan
Cash Dividend pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia.
THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, FREE CASH FLOW, AND INVESTMENT OPPRTUNITY SET ON CASH DIVIDEND WITH
LIQUIDITY AS THE MODERATING VARIABLE AT MANUFACTURE COMPANIES IN THE INDONESIA
STOCK EXCHANGE, IN 2008-2011
ABSTRACT
The objective of the research was to prove and to analyze the influence of Profitability (ROI), Free Cash Flow, and Investment Opportunity set (MVEBVE), partially and simultaneously on Cash Dividend at the manufacture companies listed in the Indonesia Stock Exchange and to prove and to analyze whether Liquidity (Current Ratio) was able to moderate the correlation of Profitability, Free Cash Flow, and Investment Opportunity set with Cash Dividend. The population was 147 manufacture companies listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2008-2011, and 32 of them were used as the samples which were selected by using purposive sampling technique. Multiple regression analysis was used for the first hypothesis, and residual analysis for the second hypothesis. The result of the first hypothesis showed that Profitability, Free Cash Flow, and Investment Opportunity set, simultaneously, had significant influence on Cash Dividend; but, partially, only Profitability which had significant influence on Cash Dividend. The result of the second hypothesis showed that Liquidity, used as the moderating variable, was able to moderate the correlation of Profitability, Free Cash Flow, and Investment Opportunity set with Cash Dividend at the manufacture companies listed in the Indonesia Stock Exchange.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis menyampaikan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, karena dorongan rahmat, karunia dan ridhoNya yang berlimpah
penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Free
Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas
sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 –2011”
Sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi pada Sekolah Pascasarjana
Program Studi Akuntansi pada Universitas Sumatera Utara, penyelesaian penulisan tesis
ini tidak terlepas dari bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak, oleh karenanya
dengan setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc. CTM, SpA(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Magister
Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen
Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan
sehingga selesainya tesis ini.
4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak., selaku Sekretaris Program Magister
Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan
sehingga selesainya tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac.,CA selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan
penulisan untuk menyusun tesis ini.
6. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan
untuk menyusun tesis ini
7. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA., Ak., selaku Dosen Pembanding yang telah banyak
memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.
8. Bapak dan Ibu para dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.
9. Rekan-rekan pengelola Sekretariat Program Magister Akuntansi, Bang Ari, Mbak
Yusna, Mbak Dori dkk yang telah banyak membantu administrasi penelitian ini.
10. Bapak Ketua STIE Sultan Agung Pematangsiantar Bapak Dr. Darwin Lie, SE, MM
yang telah banyak membantu baik moril maupun materi kepada penulis, serta rekan-
rekan kerja di SMA Swasta Sultan Agung Pematangsiantar
11. Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang
telah memberikan saran yang berguna bagi penulis khususnya adik angkatku yang
tersayang Winda Florentina, Pak Dekka Siagian, Supitriyani, Bayu, Annisa,
Mesrawati, Marintan, Choms Gery, Kak Widi dan Pak Subhan.
12. Kepada kedua orang tuaku, Ayahanda Leo Suwinto dan Ibunda Siti Fatimah (Almh)
serta kedua mertuaku Bapak H. Wahyono dan Ibu Hj. Sariani Simatupang yang telah
memberikan dorongan dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan
Akhirnya penulis mengucapkan ribuan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada suami tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan
Mohd. Andi Syahputra dan para malaikat kecilku Mohd. Rafli Attazain (Tata) dan
Syahfira Tasya Az’zahra (Tasya) atas segala pengorbanan yang tidak ternilai harganya
guna memberikan dukungan moril, materil serta spiritual dalam suka maupun duka dalam
penyelesaian tesis ini.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Amin.
Pematangsiantar, 2 Juli 2013
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : ELLY SUSANTI
2. Tempat/Tanggal Lahir : Binjai, 1 Oktober 1982
3. Alamat : Jalan Kadhi No. 7 Pematangsiantar
4. No. Telepon : 085362136712
5. Agama : Islam
6. Jenis Kelamin : Perempuan
7. Pekerjaan : Guru
8. Status : Menikah
Nama Suami : Mohd. Andi Syahputra
Nama Anak : 1. Mohd. Rafli Attazain (5 tahun)
2. Syahfira Tasya Az’zahra (4 tahun)
9. Nama Ayah : Leo Suwinto
Nama Ibu : Alm. Siti Fatimah
10.Pendidikan :
a. SD Negeri No. 122371 Kota P.Siantar lulus tahun 1994
b. SMP Negeri 8 Kota P.Siantar lulus tahun 1997
c. SMEA Swasta Harapan P.Siantar lulus tahun 2000.
d. Diploma 3 (D3) STIE SULTAN AGUNG P.Siantar lulus tahun 2006.
e. Sarjana (S1) STT Poliprofesi lulus tahun 2010
11.Riwayat Pekerjaan :
a. 2004 – sekarang : Guru Bidang Study TIKKOM di Unit Kerja
SMP dan SMA di SULTAN AGUNG
P.Siantar
DAFTAR ISI
2.1.8. Pengaruh Profitabilitas dan Cash Devidend ... 22
2.1.9. Pengaruh Free Cash Flow dan Cash Devidend ... 23
2.1.10.Pengaruh Investment Opportunity Set dan Cash Devidend ... 24
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoritical Mapping) ... 26
4.2. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 35
4.3. Populasi dan Sampel ... 35
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 36
4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 37
4.5.1 Variabel Penelitian ... 37
4.5.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
4.6. Model Analisis Data ... 41
4.6.1. Uji Asumsi Klasik ... 41
4.6.1.1. Uji Normalitas Data ... 41
4.6.1.2. Uji Multikoliniearitas... 42
4.6.1.3. Uji Autokorelasi ... 43
4.6.1.4. Uji Heteroskedastisitas ... 43
4.6.2. Model Analisis ... 44
4.6.3. Model Uji Hipotesis ... 45
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
5.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 48
5.2. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama Sebelum Transformasi ... 51
5.2.1. Uji Normalitas Hipotesis Pertama Sebelum Transformasi ... 51
5.2.2. Uji Multikolinearitas Hipotesis Pertama Sebelum Transformasi ... 53
5.2.3. Uji Autokolerasi Hipotesis Pertama Sebelum Transformasi ... 54
Sebelum Transformasi ... 55
5.3. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama Setelah Transformasi ... 57
5.3.1. Uji Normalitas Hipotesis Pertama Setelah Transformasi... 57
a. Analisis Grafik ... 57
b. Uji Statistik ... 58
5.3.2. Uji Multikolinearitas Hipotesis Pertama Setelah Transformasi ... 59
5.3.3. Uji Autokolerasi Hipotesis Pertama Setelah Transformasi ... 60
5.3.4. Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama Setelah Transformasi ... 60
5.4. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Kedua ... 62
5.4.1. Uji Normalitas Hipotesis Kedua ... 62
5.4.2. Uji Multikolinearitas Hipotesis Kedua ... 64
5.4.3. Uji Autokolerasi Hipotesis Kedua ... 64
5.4.4. Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua ... 65
5.5. Hasil Analisis Data Hipotesis Pertama ... 66
5.5.1. Persamaan Regresi Berganda ... 66
5.5.2. Pengujian Hipotesis ... 68
5.5.2.1. Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 68
5.5.2.2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 69
5.5.2.3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 70
5.6. Hasil Analisis Data Hipotesis Kedua ... 72
5.7. Pembahasan Hasil Penelitian... 75
a. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Cash Devidend ... 75
b. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Cash Devidend ... 76
Terhadap Cash Devidend ... 76
d. Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating (Likuiditas) ... 76
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
6.1. Kesimpulan ... 78
6.2. Keterbatasan Penelitian... 79
6.3. Saran ... 80
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1.1 Perbedaan antara Penelitian Terdahulu dan Penelitian ini ... 11
2.1 Investment Opportunity Set ... 20
2.2 Review PenelitianTerdahulu ... 29
4.1 Pengambilan Sampel berdasarkan Purposive Sample ... 36
4.2 Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran variabel ... 39
5.1 Statisik Deskriptif ... 48
5.2 Hasil Uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 53
5.3 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Tranformasi ... 54
5.4 Hasil Uji Autokolerasi Sebelum Tranformasi ... 54
5.5 Uji Koefisien Korelasi Spearman Sebelum Transformasi ... 56
5.6 Hasil Uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test Setelah Tranformasi ... 58
5.7 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Tranformasi ... 59
5.8 Hasil Uji Autokolerasi Setelah Tranformasi ... 60
5.9 Uji Koefisien Korelasi Spearman Setelah Transformasi ... 61
5.10 Hasil Uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test Hipotesis Kedua ... 63
5.11 Hasil Uji Multikolinearitas Hipotesis Kedua ... 64
5.12 Hasil Uji Autokolerasi Hipotesis Kedua ... 64
5.13 Uji Koefisien Korelasi Spearman Hipotesis Kedua ... 66
5.14 Hasil Analisis Regresi Hipotesis Pertama... 67
5.15 Koefisein Determinasi Hipotesis Pertama ... 69
5.16 Hasil Regresi Uji F ... 70
5.17 Hasil Regresi Uji t ... 71
5.18 Hasil Pengujian Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow Investment Opportunity Set terhadap Cash Devidend ... 73
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
3.1 Kerangka Konsep ... 31
5.1 Normal P-Plot Sebelum Transformasi ... 51
5.2 Grafik Histogram Sebelum Transformasi ... 52
5.3 Scatterplot Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi ... 55
5.4 Normal P-Plot Setelah Transformasi ... 57
5.5 Grafik Histogram Setelah Transformasi ... 58
5.6 Scatterplot Heteroskedastisitas Setelah Transformasi ... 61
5.7 Normal P-Plot Hipotesis Kedua ... 62
5.8 Grafik Histogram Hipotesis Kedua ... 63
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Pengambilan Data Sample Berdasarkan Purposive Sample ... 85
2 Data Penelitian Perusahaan ... 90
3 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif... 94
4 Hasil Pengujian Normalitas Data Hipotesis Pertama Sebelum Transformasi ... 95
5 Hasil Pengujian Data Multikolinearitas Hipotesis Pertama Sebelum Transformasi ... 97
6 Hasil Pengujian Data Autokolerasi Hipotesis Pertama Sebelum Tranformasi ... 98
7 Hasil Pengujian Data Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama Sebelum Tranformasi ... 99
8 Hasil Pengujian Normalitas Data Hipotesis Pertama Setelah Transformasi ... 100
9 Hasil Pengujian Data Multikolinearitas Hipotesis Pertama Setelah Transformasi ... 102
10 Hasil Pengujian Data Autokolerasi Hipotesis Pertama Setelah Tranformasi ... 103
11 Hasil Pengujian Data Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama Setelah Tranformasi ... 104
12 Hasil Analisis Regresi Hipotesis Pertama... 105
13 Hasil Regresi Uji F Hipotesis Pertama ... 106
14 Hasil Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama ... 107
15 Hasil Pengujian Normalitas Data Hipotesis Kedua... 108
16 Hasil Pengujian Data Multikolinearitas Hipotesis Kedua ... 110
17 Hasil Pengujian Data Autokolerasi Hipotesis Kedua ... 111
18 Hasil Pengujian Data Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua ... 112
20 Hasil Pengujian Regresi Hipotesis Kedua ... 114
21 Tabel F ... 115
PENGARUH PROFITABILITAS, FREE CASH FLOW, DAN INVESMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP CASH DIVIDEND DENGAN
LIKUIDITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN
2008 - 2011
ABSTRAK
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh Profitabilitas (ROI), Free Cash Flow dan Investment Opportunity set
(MVEBVE) baik secara parsial maupun simultan terhadap Cash Dividend pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta ingin membuktikan dan menganalisis Likuiditas (Current Ratio) mampu memoderasi antara hubungan antara Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity set dengan Cash Dividend. Populasi dari penelitian ini sebanyak 147 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 – 2011. Sampel diseleksi dengan menggunakan metode purposive sampling sebanyak 32 perusahaan. Untuk hipotesis pertama peneliti menggunakan regresi berganda dan analisis residual untuk hipotesis kedua. Hasil dari penelitian ini untuk hipotesis pertama menunjukkan bahwa Profitabilitas, Free Cash Flow, dan
Investment Opportunity Set secara simultan berpengaruh terhadap CashDividend, tetapi secara parsial hanya Profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap
Cash Dividend. Selanjutnya hasil dari hipotesis kedua menunjukkan bahwa Likuiditas digunakan sebagai variabel moderating mampu memoderasi hubungan antara Profitabilitas Free Cash Flow dan Investment Opportunity set dengan
Cash Dividend pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia.
THE INFLUENCE OF PROFITABILITY, FREE CASH FLOW, AND INVESTMENT OPPRTUNITY SET ON CASH DIVIDEND WITH
LIQUIDITY AS THE MODERATING VARIABLE AT MANUFACTURE COMPANIES IN THE INDONESIA
STOCK EXCHANGE, IN 2008-2011
ABSTRACT
The objective of the research was to prove and to analyze the influence of Profitability (ROI), Free Cash Flow, and Investment Opportunity set (MVEBVE), partially and simultaneously on Cash Dividend at the manufacture companies listed in the Indonesia Stock Exchange and to prove and to analyze whether Liquidity (Current Ratio) was able to moderate the correlation of Profitability, Free Cash Flow, and Investment Opportunity set with Cash Dividend. The population was 147 manufacture companies listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2008-2011, and 32 of them were used as the samples which were selected by using purposive sampling technique. Multiple regression analysis was used for the first hypothesis, and residual analysis for the second hypothesis. The result of the first hypothesis showed that Profitability, Free Cash Flow, and Investment Opportunity set, simultaneously, had significant influence on Cash Dividend; but, partially, only Profitability which had significant influence on Cash Dividend. The result of the second hypothesis showed that Liquidity, used as the moderating variable, was able to moderate the correlation of Profitability, Free Cash Flow, and Investment Opportunity set with Cash Dividend at the manufacture companies listed in the Indonesia Stock Exchange.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam
perusahaan yaitu mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return)
baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih
harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam hubungannya
dengan cash dividend, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen
yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga mengurangi ketidakpastian
investor dalam menanamkan modal kedalam perusahaan. Di sisi lain, perusahaan
yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan
antara lain perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin
lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat
pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran
dividen dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen
(Sunarto dan Kartika 2003).
Menurut bentuk pembayarannya dividen dapat dibedakan menjadi dua
bentuk yaitu cash dividend (dividen tunai) dan stock dividend (dividen saham).
Cash dividend merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas sedangkan
stock dividend merupakan dividen yang dibayarkan sebagai tambahan jumlah
bentuk pembayaran dividen yang paling banyak digunakan oleh emiten untuk
membagikan sebagian labanya kepada pemegang saham. Pembayaran dalam
bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor daripada bentuk lain karena
pembayaran cash dividend membantu mengurangi ketidakpastian dalam
melaksanakan aktivitas investasinya pada suatu perusahaan.
Cash dividend merupakan masalah yang sering kali menjadi topik
pembicaraan yang hangat diantara para pemegang saham dan juga pihak
manajemen perusahaan emiten, bahkan cenderung terjadi kontroversi antara
pemegang saham dan perusahaan emiten. Kontroversi yang ada adalah antara
pendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan (Miller
dan Modigliani 1961) yang sering kali disebut teori irrelevansi dividend,
sementara argumen lain menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan
meningkatkan nilai perusahaan yang sering disebut relevansi dividend, dan
argumen terakhir yang menyatakan bahwa dividen yang rendah akan
meningkatkan nilai perusahaan. (Brigham & Houstan 2001 : 67).
Kebijakan dividen merupakan keputusan atau kebijakan untuk menentukan
berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham. Kebijakan
ini bermula dari bagaimana perlakuan manajemen terhadap keuntungan yang
diperoleh perusahaan yang pada umumnya sebagian dari penghasilan bersih
setelah pajak (Earnings After Tax - EAT) dibagikan kepada para investor dalam
bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali ke perusahaan dalam
Di dalam perusahaan yang terjadi setiap tahunnya selalu berfluktuasi serta
ada pula perusahaan yang membagikan dividen secara konstan setiap tahunnya
meskipun likuiditas dan nilai pada perusahaan tiap tahun selalu berubah. Bagi
emiten, pertimbangan yang digunakan untuk memutuskan pembagian cash
dividend tidak mudah. Emiten akan mempunyai banyak pertimbangan yang
terkadang kala menentang dengan harapan dari pemegang saham. Ketika terjadi
pertentangan seperti ini segala teori yang berkaitan dengan pembagian cash
dividend seakan-akan menjadi tidak berguna, karena keputusan terakhir untuk
membagi cash dividend berada sepenuhnya di tangan manajemen perusahaan
tertentu. Adanya perbedaan pembagian cash dividend oleh masing masing
perusahaan menunjukkan bahwa setiap perusahaan memiliki pertimbangan yang
berbeda beda dalam menentukan kebijakan dividen.
Sebagai pihak luar emiten para pemegang saham akan membutuhkan
informasi keuangan yang menentukan besarnya dividen yang akan diterima dalam
periode tertentu. Informasi tersebut disajikan dalam laporan keuangan perusahaan
yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan mencerminkan
kriteria keuangan emiten yang ditunjukkan oleh rasio-rasio keuangan. Ketika
memutuskan untuk melakukan pembagian cash dividend, emiten harus
mempertimbangkan banyak faktor antara lain Profitabilitas, Likuiditas, Free Cash
Flow dan Investment Opportunity Set.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dalam
merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROI
menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, karena tingkat kembalian investasi
(return) semakin besar, sehingga wajar jika pemegang saham mengharapkan
pembagian cash dividend jika ROI meningkat.
Free cash flow yang berarti arus kas yang benar-benar tersedia untuk
didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang)
setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap,
produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi
yang sedang berjalan (Brigham & Houston 2006). Free cash flow menunjukkan
gambaran bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak
hanya sekedar strategi menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai
perusahaan. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara
manager dan pemegang saham (pemilik). Manager lebih menginginkan dana
tersebut diinvestasikan lagi pada proyek-proyek yang dapat menghasilkan
keuntungan, tetapi pemegang saham mengharapkan sisa dana tersebut dibayarkan
kepada pemegang saham dalam bentuk peningkatan dividen sehingga dapat
menambah kesejahteraan mereka. Free cash flow dapat menjadi gambaran kinerja
suatu perusahaan, perusahaan dengan free cash flow berlebih akan memiliki
kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena perusahaan
tersebut dapat memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin
tidak dapat diperoleh perusahaan lain. Perusahaan dengan free cash flow berlebih
negatif berarti sumber dana internal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
investasi perusahaan sehingga memerlukan tambahan dana eksternal baik dalam
bentuk hutang maupun penerbitan saham baru.
Investment Opportunity Set dipengaruhi oleh seberapa besar hutang yang
digunakan dalam struktur modal, karena penggunaan modal saham atau hutang
memiliki konsekuensi masing-masing. Penggunaan saham yang terlalu banyak
dengan mengabaikan pemanfaatan hutang berdampak pada tingginya kewajiban
bagi perusahaan untuk membayarkan cash dividend. Hal ini menyebabkan
hilangnya kesempatan bagi perusahaan untuk memanfaatkan laba untuk
kepentingan pertumbuhan apabila pemegang saham tidak menghendaki. (Brigham
& Houston 2001). Demikian juga sebaliknya, apabila perusahaan 100%
menggunakan hutang, maka perusahaan akan menanggung beban kewajiban
kepada kreditur yang tinggi.
Ragam pengukuran Investment Opportunity Set diantaranya dapat
menggunakan faktor tunggal atau dengan menggunakan kombinasi beberapa
faktor. Apabila ukuran data-data pasar modal dijadikan sebagai masukan
pengukuran Investment Opportunity Set, maka pengukuran Investment
Opportunity Set dapat menggunakan ukuran harga saham dan market value of
equity sebagai proksi dari Investment Opportunity Set. Selain itu, Investment
Opportunity Set dapat diamati dari pertumbuhan nilai buku perusahaan di masa
mendatang, sehingga nilai perusahaan di masa mendatang akan tercermin dari
harga saham, karena harga saham mencerminkan present value dari arus kas di
Pada saat perusahaan memilih untuk melakukan pinjaman baik kepada
investor maupun kepada pihak bank, perusahaan tentu sudah memikirkan
seberapa besar tingkat bunga yang harus dibayar setiap periode kepada pihak
pemberi pinjaman. Untuk itu kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek (likuiditas perusahaan) menjadi suatu pertimbangan bagi
perusahaan sebelum mengajukan pinjaman karena bunga dari hutang tersebut
biasanya dibebankan setiap periode sampai hutang tersebut jatuh tempo.
Perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan dana untuk
investasi pada perusahaan, sehingga akan kurang likuid karena dana cenderung
diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan Current ratio yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (current
assets) dengan hutang atau kewajiban lancar (current liability). Semakin besar
current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban
membayar cash dividend yang terutang), dan juga menunjukkan keyakinan
investor terhadap kemampuan perusahaan membayar dividen yang dijanjikan.
Beberapa penelitian sebelumnya yang menguji tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi cash dividend yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu, masih
terdapat hasil penelitian yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Hal
inilah yang menarik perhatian penulis untuk menganalisis lebih lanjut mengenai
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi cash dividend. Misalnya seperti
menyatakan bahwa Current Ratio (CR), Debt To Total Assets (DTA), Return On
Investment (ROI) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2006) menemukan bahwa
Current Ratio (CR), dan Earnings per Share (EPS) signifikan berpengaruh positif
terhadap dividen kas dan Return On Investment (ROI), Current Ratio (CR), Debt
to Total Assets (DTA)¸ dan Size tidak signifikan berpengaruh. Penelitian yang
dilakukan oleh Lubis (2009) menemukan bahwa secara parsial Current Ratio
(CR), dan Debt To Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap dividen kas
sedangkan Return On Investment (ROI), Debt to Total Assets (DTA), Earnings per
Share (EPS) dan Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh signifikan.
Penelitian Suharli (2007) menemukan bahwa kebijakan pembagian dividen
perusahaan dipengaruhi oleh profitabilitas dan diperkuat oleh likuiditas
perusahaan sedangkan investment opportunity set tidak mempengaruhi.
Penelitian yang dilakukan oleh Mariah (2012) menemukan bahwa Return
On Equity (ROE) dan kesempatan investasi tidak berpengaruh terhadap kebijakan
dividen tunai, profitabilitas dan kesempatan investasi tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai variabel moderat, hal ini
disebabkan karena bentuk efesiensi pasar modal Indonesia masih lemah sehingga
menyebabkan nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi
harga. Untuk memperkuat konsistensi hasil yang diperoleh Suharli (2007) yang
tidak menerima hipotesisnya maupun konsitensi hasil penelitian Mariah (2012)
yang tidak dapat menerima atau menolak hipotesisnya sehingga dapat
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Apakah ada pengaruhProfitabilitas, Free Cash Flow, Investment Opportunity
Set terhadap Cash Dividend baik secara parsial maupun simultan pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 sampai dengan
tahun 2011?
2. Apakah Likuiditas mampu memoderasi hubungan antara Profitabilitas, Free
Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah
1. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh Profitabilitas, Free Cash
Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend baik secara
parsial maupun simultan pada Perusahaan Manufaktur Pada Bursa Efek
Indonesia tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.
2. Untuk membuktikan dan menganalisis Likuiditas (variabel moderating)
mampu memoderasi hubungan antara variabel Profitabilitas, Free Cash Flow
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti tetapi
juga bagi praktisi dan akademisi.
1. Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi cash dividend pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
2. Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu emiten manajemen
perusahaan untuk pengambilan keputusan dalam melakukan pembagian cash
dividend. Investor dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi keputusan emiten dalam pembagian cash dividend.
3. Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi untuk penelitian
lebih lanjut oleh para peneliti berikutnya.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini terinspirasi dari penelitian yang dilakukan oleh Suharli
(2007) dan Lubis (2009). Penelitian Suharli (2007) membuktikan bahwa
kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan dipengaruhi oleh Profitabilitas
dan diperkuat oleh Likuiditas perusahaan sedangkan Investment Opportunity set
2002 – 2003 populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan di Indonesia
yang listing di BEJ dan membagikan dividen di tahun 2002 – 2003.
Penelitian Lubis ini membuktikan bahwa secara parsial Current Ratio, dan
Debt To Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap dividen kas sedangkan
Return On Investment (ROI), Debt To Total Assets (DTA), Earnings Per Share
(EPS) tidak berpengaruh. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur
jenis consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 – 2007
teknik pengambilan sampel purposive sampling.
Penelitian ini berbeda dengan Penelitian Suharli (2007) dan Lubis (2009)
dimana pada penelitian Suharli (2007) untuk variabel Investment Opportunity Set
diproksikan pada fixed assets sedangkan untuk penelitian Lubis (2009) untuk
variabel X lebih memproksikan pada rasio keuangan perusahaan. Jadi dalam
penelitian ini peneliti menggunakan variabel Y yakni Cash Dividend berdasarkan
penelitian Lubis (2009) sedangkan untuk variabel X peneliti menggunakan
penelitian Suharli (2007) yakni Profitabilitas yang diproksikan pada Return On
Investment (ROI) tetapi untuk Investment Opportunity Set peneliti menggunakan
proksi Market Value Equity to Book Value of Equity (MVEBVE) dan
menambahkan satu variabel bebas yakni Free Cash Flow karena dengan free cash
flow akan mencerminkan kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan
kepada investor. Karenanya, salah satu cara bagi para manager untuk membuat
perusahaan menjadi lebih bernilai adalah dengan meningkatkan arus kas bebas
seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dengan periode 2008 – 2011. Kedua hal ini tidak diteliti oleh peneliti terdahulu.
Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suharli (2007), Lubis (2009) dapat ditunjukkan pada tabel 1.1 :
Tabel 1.1
Perbedaan Penelitian Terdahulu Dan Penelitian Ini
No Keterangan
2 Periode Menggunakan data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency Theory adalah teori yang menjelaskan hubungan agen (agency
relationship) dan masalah masalah yang ditimbulkannya (Jensen dan Meckling,
1976). Hubungan agen (agency relationship) merupakan hubungan antara dua
pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai prinsipal/pemberi amanat dan
pihak kedua disebut agen yang bertindak sebagai perantara yang mewakili
prinsipal dalam melakukan transaksi dengan pihak ketiga. Pada agency theory
yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang dimaksud dengan agen
adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Pihak prinsipal memberi
kewenangan kepada agen untuk melakukan transaksi atas nama prinsipal dan
diharapkan dapat membuat keputusan terbaik bagi prinsipalnya (Manurung 2012).
Dalam perusahaan yang telah go public, agency relationship dicerminkan oleh
hubungan antara investor dan manajemen perusahaan, baik board of directors
maupun board of commissioners. Persoalannya adalah diantara kedua pihak
tersebut seringkali terjadi perbedaan kepentingan. Perbedaan tersebut
mengakibatkan keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan kurang
mengakomodasi kepentingan pihak pemegang saham. Hal inilah biasanya dikenal
Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan teori keagenan yang
menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan pemegang saham seringkali
bertentangan, sehingga bisa terjadi konflik diantara keduanya. Hal tersebut
disebabkan manager mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang
saham tidak menyukai kepentingan pribadi manager tersebut, karena pengeluaran
tersebut menambah cost perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan
perusahaan dan penurunan dividen yang akan diterima. Pemegang saham
menginginkan agar cost tersebut dibiayai oleh utang, tetapi manager tidak
menyukai dengan alasan bahwa utang mengandung resiko yang tinggi. Konflik
kepentingan antara manager dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan
suatu mekanisme pengawasan (monitoring) yang dapat mensejajarkan
kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme
pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu cost yang disebut agency cost.
2.1.2 Kebijakan Dividen
Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih
perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang
ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada
para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Cadangan yang
diambil dari Earnings After Tax (EAT) dilakukan sampai cadangan mencapai
minimum dua puluh persen dari modal yang ditempatkan. Modal yang
ditempatkan adalah modal yang disetor penuh ditambah dengan modal yang
jumlah laba yang ditahan dan dividen yang dibagikan diputuskan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
Sehubungan dengan kebijakan dividen, Brigham & Houston (2006) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi investor yaitu:
1. Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan
maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Miller dan Modigliani
(M-M) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh
besar kecilnya Dividend Payout Ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba bersih
sebelum pajak (Earnings Before Income Tax - EBIT) dan risiko bisnis.
Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan untuk
dipersoalkan.
2. Bird-in the-hand theory, sependapat dengan Gordon dan Lintner yang
menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika Dividend Payout Ratio
(DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen dari
pada capital gains.
3. Tax preference theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena
adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para
investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran
pajak.
Kebijakan dividen merupakan keputusan pembayaran dividen yang
mempertimbangkan maksimalisasi harga saham saat ini dengan periode
perusahaan yang sudah merencanakan dengan menetapkan target Dividend
Payout Ratio didasarkan atas perhitungan keuntungan yang diperoleh setelah
dikurangi pajak. Untuk dapat membayar dividen dapat dibuat suatu rencana
pembayaran dividen sebagai berikut :
1. Perusahaan mempunyai target Dividend Payout Ratio jangka panjang
2. Manager memfokuskan pada tingkat perubahan dividen dari pada tingkat
absolut
3. Perubahan dividen yang meningkat dalam jangka panjang, untuk menjaga
penghasilan. Perubahan penghasilan yang sementara tidak untuk
mempengaruhi Dividend Payout Ratio.
4. Manager bebas membuat perubahan dividen untuk keperluan cadangan.
Penentuan besarnya Dividend Payout Ratio akan menentukan besar
kecilnya laba yang ditahan. Setiap ada penambahan laba yang ditahan berarti ada
penambahan modal sendiri dalam perusahaan dengan biaya murah.
2.1.3. Cash Dividend
Widoadmodjo (1996) menyatakan bahwa dividen adalah bagian laba yang
diberikan emiten kepada para pemegang saham, baik dalam bentuk dividen tunai
(cash dividend) dan dividen saham (stock dividend). Dividen tunai (cash dividend)
merupakan dividen yang dibayar oleh emiten kepada para pemegang saham secara
tunai untuk setiap lembarnya (dividend per share), sedangkan dividen saham
(stock dividend) merupakan dividen yang dibayar atau dibagi dalam bentuk
bahwa dividen tunai (cash dividend) merupakan dividen yang dibayarkan dalam
bentuk uang tunai, sedangkan dividen saham (stock dividend) merupakan dividen
yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu.
Nilai dari suatu cash dividend sesuai dengan nilai tunai yang diberikan,
sedangkan nilai suatu dividen saham dapat dihitung dengan rumusan sebagai
berikut: Vd = (Ps / Rd); dimana Vd adalah nilai suatu dividen saham per lembar
saham (value of stock dividend per share), Ps merupakan harga wajar dividen
saham (declaration price), dan Rd adalah rasio dividen saham (stock dividend
ratio). Harga wajar dividen saham merupakan harga yang diputuskan di dalam
rapat umum pemegang saham (RUPS), dan merupakan harga penutupan yang
tersedia sebelum RUPS yang akan memutuskan dividen saham (umumnya pada
sesi terakhir hari bursa sebelumnya atau sesi terakhir sebelum RUPS dimulai).
2.1.4. Profitabilitas
Pada umumnya profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Menurut Gumanti (2011 : 114 ) Analisis keuntungan
(profitabilitas) menunjukkan seberapa mampu perusahan dalam menghasilkan
laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari aset total yang dimiliki.
Menurut Brigham & Houston (2006 : 107) Profitabilitas adalah hasil akhir
dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio
rasio yang telah dibahas sejauh ini dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang
berguna dalam menilai keefektifan sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas
aktiva dan utang pada hasil-hasil operasi. Para investor tetap tertarik terhadap
profitabilitas perusahaan karena profitabilitas mungkin merupakan satu-satunya
indikator yang paling baik mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
Pengukuran profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat
Return On Investment (ROI) yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta
para investor dalam pasar modal. Rasio yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Return On Investment (ROI) diukur dengan membagikan Earnings After
Tax dengan Investment.
Suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat pengembalian atas aset yang
baik jika nilai yang diperoleh lebih besar atau lebih tinggi daripadanya biaya
modalnya, atau lebih spesifik tingkat pengembalian yang diperoleh harus lebih
besar daripada biaya atas aset aset yang dimiliki (Gumanti 2011 : 115).
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Return On
Investment (ROI) merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi.
Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, karena tingkat
kembalian investasi (return) semakin besar, sehingga wajar jika pemegang saham
mengharapkan pembagian cash dividend jika ROI meningkat.
2.1.5. Free Cash Flow
Free cash flow merupakan arus kas yang benar-benar tersedia untuk
didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang)
produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi
yang sedang berjalan (Brigham & Houston 2006 : 65).
Menurut Keown dkk (2002) “Free Cash Flow sebagai jumlah tunai yang
tersedia dari operasi setelah investasi pada modal kerja operasional bersih dan
aktiva tetap. Uang tunai ini tersedia untuk didistribusikan pada pemilik
perusahaan dan kreditor.” Sedangkan menurut Brigham & Houston (2006) “Arus
Kas bersih (netto) yang tidak diinvestasikan kembali karena tidak tersedia
kesempatan investasi yang menguntungkan atau jumlah kas yang tersedia untuk
dibagikan kepada investor bukan hanya setelah pembiayaan biaya operasi akan
tetapi setelah investasi yang akan menghasilkan aliran kas dimasa yang akan
datang dilakukan.”
Perhitungan untuk menghitung free cash flow menurut Keown dkk
(2002) adalah
Free Cash Flow = cash flow from operation – capital expenditures
Dimana cash flow from operation merupakan bagian dari laporan arus kas.
Menurut Brigham & Houston (2006) arus kas dari kegiatan operasi adalah
“Aktivitas penghasilan utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang
bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan, seluruh transaksi
dan peristiwa peristiwa lainnya yang tidak dianggap sebagai kegiatan investasi
atau pembiayaan. Kegiatan ini biasanya mencakup kegiatan produksi, pengiriman
barang, pemberian servis. Pengeluaran modal kerja (capital expenditures)
dihitung dari nilai perolehan aktiva tetap akhir dikurang nilai perolehan aktiva
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa free cash flow adalah
aliran kas bersih yang meliputi pengeluaran modal yang berorientasi pada
pertumbuhan, pengurangan hutang, pembayaran dividen, maupun pembelian
saham yang beredar untuk dibagikan kepada investor bukan hanya setelah
pembiayaan operasi akan tetapi setelah investasi yang akan menghasilkan aliran
kas di masa yang akan datang dilakukan.
2.1.6. Investment Opportunity Set
Istilah Investment Opportunity Set (IOS) atau Set Kesempatan Investasi
pertama kali diperkenalkan oleh Myer 1977 dalam Norpratiwi (2004) yang
menguraikan perusahaan sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil (assets in
place) dan opsi investasi masa depan. Opsi investasi masa depan ini kemudian
dikenal dengan istilah Investment Opportunity Set (IOS). Investment Opportunity
Set (IOS) sebagai opsi masa depan yang tidak hanya ditunjukkan dengan adanya
proyek-proyek perusahaan saja tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang
lebih tinggi dalam mengekspolitasi kesempatan mengambil keuntungan.
Investment Opportunity Set (IOS) bersifat tidak dapat diobservasi untuk itu perlu
mengukurnya.
Beberapa proksi yang digunakan untuk menghitung Investment
Opportunity Set (IOS): proksi berdasarkan harga, proksi berdasarkan investasi,
1. Proksi berdasarkan harga
Proksi berdasarkan harga ini percaya pada gagasan jika prospek yang tumbuh
dan suatu bagian dinyatakan dalam harga saham (Norpratiwi 2004).
Perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang relatif lebih tinggi
dari bandingkan dengan aktiva riilnya (assets in place).
2. Proksi berdasarkan investasi
Proksi berdasarkan investasi ini percaya pada gagasan bahwa suatu level
kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif pada nilai IOS suatu
perusahaan (Norpratiwi 2004). Kegiatan investasi ini diharapkan dapat
memberikan peluang investasi yang semakin besar pada perusahaan yang
bersangkutan di masa berikutnya.
3. Proksi berdasarkan varian
Proksi berdasarkan varian ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan
menjadi lebih menggunakan variabilitas ukuran yang memperkirakan besarnya
opsi yang tumbuh seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan
aktiva (Norpratiwi 2004). Berikut ini adalah beberapa proksi set kesempatan
investasi Menurut Kallapur & Trombley (1999).
Tabel 2.1
Investment Opportunity Set
No Investment Opportunity Set
Proksi Berdasarkan Harga
01 Market Value Of Equity plus book of debt
02 Market to book value of assets
No Investment Opportunity Set
04 Book to market value equity
05 Book to market value assets
06 Market value of the firm to book value of assets
07 Book value of property, plant, and Equitment to firm value
08 Tobin’s – q
09 Deprection to firm value
10 Earningsto price ratio
11 Gross property, plant and equitment to market value the firm
Proksi Berdasarkan Investasi
01 R & D Expense to firm value
02 R & D Expense to firm assets
03 R & D Expense to sales
04 Capital expenditure to market value of assets
05 Capital expenditure commited to total assets
06 Capital expenditure to book value of assets
07 Capital addition to assets book value
08 Capital addition to market value of assets
Proksi Berdasarkan Varians
01 Varians to total return
02 Market value beta
03 Assets beta
04 Varians of assets – deflacted sales
2.1.7. Likuiditas
Rasio Likuiditas menunjukkan tingkat kelancaran suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini memberikan gambaran tentang
seberapa mampu perusahaan membayar semua kewajibannya yang jatuh tempo
dalam waktu kurang dari satu tahun. Biasanya rasio-rasio dalam kelompok ini
berkaitan dengan unsur aktiva lancar dan kewajiban lancar (Gumanti 2011 : 112).
Menurut Brigham & Houston (2006) Rasio Likuiditas adalah rasio yang
menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah
perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Salah satu rasio likuiditas adalah
Current Ratio dimana aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam
membayar dividen memerlukan aliran kas keluar, sehingga harus tersedia
likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki, perusahaan
semakin mampu membayar dividen.
2.1.8. Pengaruh Profitabilitas terhadap Cash Dividend
Pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal
mengenai keberhasilan perusahaan membukukan profit (Wirjolukito 2003). Sinyal
tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
merupakan fungsi utama dari keuntungan. Dengan demikian profitabilitas mutlak
diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayarkan dividen. Rasio
Profitabilitas dapat dilakukan melalui beberapa rasio antara lain : laba operasi,
ekuitas pemilik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ROI, karena ROI
merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROI
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian
investasi (return) semakin besar. Return yang akan diterima oleh investor dapat
berupa pendapatan dividend dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya
ROI juga akan meningkatkan pendapatan dividen (terutama cash dividend).
Sebagaimana lazimnya pengukuran ROI didapat dari Earnings after Tax
(EAT) dan total investasi aktiva operasi. Besarnya Earnings After Tax (EAT)
diperoleh dari laporan laba rugi, sedangkan total investasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah total aktiva tetap (bersih) yang digunakan untuk aktivitas
operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan neraca (sisi aktiva/asset)
2.1.9. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Cash Dividend
Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar, semakin kuat posisi kas
perusahaan berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen kepada pemegang saham. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik
kepentingan antara manager dan pemegang saham. Manager lebih menginginkan
kas tersebut diinvestasikan kembali pada aktiva perusahaan untuk meningkatkan
insentif yang diterima dan meningkatkan omset penjualan, sedangkan pemegang
saham lebih menginginkan kas tersebut dibagikan sebagai dividen.
Menurut Brigham & Houston (2001 : 93) jika ada ketidakpastian yang
perusahaan dikurangi investasi ekuitas yang diwajibkan, maka yang terbaik adalah
bersikap konservatif dan menetapkan cash dividend masa berjalan yang rendah.
Menurut Jensen (1986) free cash flow hypothesis ketika perusahaan
memiliki kelebihan kas, maka yang dibutuhkan adalah mendanai proyek yang
memiliki Net Present Value (NPV) positif. Tetapi lebih baik bagi manager untuk
mengembalikan kelebihan kas kepada pemegang saham dalam bentuk dividen
guna memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Hal tersebut menunjukkan
bahwa dividen dapat mengurangi agency cost karena mengurangi Free Cash
Flow yang tersedia bagi manager.
2.1.10.Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend
Apabila kondisi perusahaan sangat baik maka pihak manajemen akan
cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi.
Dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai cash dividend kepada pemegang
saham akan digunakan untuk pembelian investasi yang menguntungkan, bahkan
untuk mengatasi masalah underinvestment. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan
akan mengalami pertumbuhan lambat akan cenderung membagikan dividen yang
lebih tinggi untuk mengatasi masalah overinvestment. Menurut Jensen (1986),
manager cenderung untuk menginvestasikan free cash flow ke dalam investment
opportunity set dan memperbesar ukuran perusahaan meskipun tidak
menguntungkan.
Penelitian Wirjolukito (2003) mengukur pemanfaatan kesempatan
Wirjolukito (2003) menemukan hubungan parameter estimasi dan arah variabel
peluang investasi kepada kebijakan dividen bernilai positif. Dengan demikian, hal
itu dapat memberikan sinyal bagi perusahaan untuk melaksanakan kebijakan
dividen.
Fasial dan Muhammad (2004) meneliti pengaruh Free Cash Flow, set
kesempatan investasi, kepemilikian managerial dan ukuran perusahaan terhadap
kebijakan. Hasil penelitian ini adalah bahwa variabel variabel besar yang diteliti
dalam penelitian ini seperti Free Cash Flow, PBV sebagai proksi set kesempatan
investasi (Investment Opportunity Set), kepemilikan managerial dan ukuran
perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang yang
diwakili oleh Debt to Equity Ratio sementara PBV sebagai proksi set kesempatan
investasi (Investment Opportunity Set) dan kepemilikan managerial memiliki
pengaruh negatif yang signifikan terhadap kebijakan hutang yang diwakili oleh
Debt to Equity Ratio.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
memiliki investment opportunity set yang dapat ditangguhkan cenderung dapat
menetapkan dividen yang lebih tinggi, karena dalam masa sulit investasi dapat
ditunda selama satu atau dua tahun, sehingga meningkatkan uang kas yang
tersedia untuk cash dividend.
2.1.11.Pengaruh Likuiditas terhadap Cash Dividend
Rasio Likuiditas dapat diukur dengan cash ratio dan current ratio.
harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki,
perusahaan semakin mampu membayar dividen. Dalam penelitian ini diproksikan
dalam bentuk Current Ratio. Current ratio juga merupakan salah satu ukuran
rasio likuiditas yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (current assets)
dengan hutang atau kewajiban lancar (current liability). Semakin besar current
ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (termasuk di dalamnya kewajiban membayar cash
dividend yang terutang), dan juga dapat menunjukkan keyakinan investor terhadap
kemampuan perusahaan membayar dividen yang dijanjikan.
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian dari beberapa penelitian
terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Sunarto & Kartika (2003) yang berjudul
“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividen di Bursa Efek Jakarta”
Variabel dependen Dividen Kas Variabel Independen : Cash Ratio, Current Ratio,
DTA, ROI, EPS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan
Cash Ratio, Current Ratio, DTA, ROI, EPS berpengaruh signifikan terhadap
deviden kas sedangkan secara secara parsial Cash Ratio, Current Ratio, DTA, ROI
tidak berpengaruh terhadap dividen kas.
Penelitian yang dilakukan Nurhidayati (2006) yang berjudul “Analisis
Faktor-faktor yang mempengaruhi dividen kas di Bursa Efek Jakarta” dengan
Variabel dependen adalah Dividen Kas serta untuk Variabel Independen adalah
menunjukkan bahwa Current Ratio, EPS signifikan berpengaruh positif terhadap
dividen kas, ROI, Cash ratio, DTA, Size tidak berpengaruh signifikan terhadap
dividen kas. Secara simultan positif terhadap dividen kas.
Penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2007) yang berjudul “Pengaruh
Profitabilitas dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Dividen Tunai
dengan Likuiditas sebagai Variabel Penguat” dengan Variabel dependen
Kebijakan Dividen Tunai Variabel Independen Profitabilitas, Investment
Opportunity Set Variabel penguat : Likuiditas menunjukkan bahwa Kebijakan
jumlah pembagian dividen perusahaan dipengaruhi oleh Profitabilitas dan
diperkuat oleh Likuiditas perusahaan sedangkan Investment Opportunity Set tidak
berpengaruh.
Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2009) yang berjudul “Analisis
Faktor-faktor yang mempengaruhi dividen kas pada perusahaan manufaktur jenis
Consumer Goods yang Go Public di Bursa Efek Jakarta, dengan variabel
dependen : Dividen kas dan Variabel Independen : ROI, Current Ratio, DTA,
EPS, Debt to Equity ratio, dividend payout ratio menunjukkan bahwa Secara
parsial Current Ratio, dan Debt to Equity ratio berpengaruh signifikan terhadap
dividen kas, sedangkan ROI, DTA, EPS,dan dividend payout ratio tidak
berpengaruh signifikan.
Penelitian yang dilakukan Satmoko (2009) yang berjudul “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Dividen Kas Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia” dengan Variabel Dependen : Cash Dividend Variabel Independen :
secara simultan ROI, Cash Ratio, Current Ratio, Debt To Total Assets, EPS
berpengaruh secara signifikan terhadap Cash Dividend, secara parsial ROI dan
EPS berpengaruh signifikan
Penelitian yang dilakukan Mariah (2012) yang berjudul “Pengaruh
Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen Tunai
dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Emiten Pembentuk Indeks
LQ-45 (periode 2008-2010)” dengan Variabel dependen : Kebijakan dividen kas
Variabel Independen : Profitabilitas (ROE), Kesempatan Investasi, Variabel
Moderating Likuiditas menunjukkan bahwa ROE dan Kesempatan Investasi tidak
berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Tunai. Profitabilitas dan Kesempatan
Investasi tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dengan Likuiditas sebagai
variabel moderating. Hal ini disebabkan karena bentuk efesiensi pasar modal
Indonesia masih lemah sehingga menyebabkan nilai-nilai masa lalu tidak dapat
digunakan untuk memprediksi harga.
Beberapa penelitian diatas yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
cash dividend masih terdapat hasil penelitian yang bertentangan antara satu
dengan yang lainnya. Hal inilah yang menjadi motivasi penulis untuk melakukan
penelitian dengan melakukan menambahkan satu variabel baru Free Cash Flow
dan dilakukan di Perusahaan Manufaktur yang telah di go public di Bursa Efek
Indonesia.
Tinjauan terhadap beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai
Tabel 2.2 Theoritical Mapping
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan dengan didukung
tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka secara skematis kerangka
konseptual dalam penelitian digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep diatas menggambarkan bagaimana pengaruh variabel
independen yang terdiri dari lima indikator yaitu Profitabilitas (X1), Free Cash
Flow (X2), Investment Opportunity Set (X3), Likuiditas (M), terhadap Cash
Dividend (Y)
Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan oleh Return on Investment
(ROI). Return On Investment (ROI) merupakan tingkatan pengembalian investasi
atas investasi perusahaan pada aktiva. Hermi (2004) menjelaskan laba diperoleh
Profitabilitas (X1)
Free Cash Flow
(X2)
Investment Opportunity Set
(X3)
Cash Dividend
(Y)