TINJAUAN ATAS PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS
KINERJA PADA BALAI PELATIHAN PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEJURUAN
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
Review Of Performance Based Budgeting At The Center Of Training
Teachers And Volcational Education Office West Java Province
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh :
Agan Sofian Hakim 21309037
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
ii
Tinjauan Atas Penyusunan Anggaran Bebasis Kinerja Pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Oleh : Agan Sofian Hakim Abstrak
Anggaran berbasis kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam sistem anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebakan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyusunan anggaran berbasis kinerja pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan solusi dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Proses penyusunan anggaran berbasis kinerja pada Balai Pelatihan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat telah sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.
i
Review Top bebasis Budgetary Performance In Training and Education Center Personnel Vocational Education Department of West Java Province
By: Agan Sofian Hakim
abstract
Performance-based budget structured to overcome the weaknesses found in traditional budgeting system, particularly the weakness which be caused by the absence of benchmarks that can be used to measure performance in achieving the goals and objectives of public service. The purpose of this study is to determine performance-based budgeting on Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. To find out the barriers and solutions in performance-based budgeting on Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. The method used in this research is descriptive method. Performance-based budgeting process at the Training Center of Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang Maha Kuasa,
pemberi rahmat dan karunia karena atas segala ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Tinjauan Atas Penyusunan Anggaran
Berbasis Kinerja Pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Shalawat serta
salam terlimpah curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para
sahabat, keluarganya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya
sampai akhir zaman.
Penelitian ini disusun sebagai bukti penulis telah menyelesaikan tugas
akhir di instansi tertentu dalam periode yang telah ditentukan. Laporan ini berisi
rincian kegiatan apa yang telah dilakukan serta tinjauan khusus mengenai
penyusunan anggaran berbasis kinerja di perushaan.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan berbagai bantuan,
bimbingan, dukungan serta do’a dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia (UNIKOM) Bandung.
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si selaku Dekan Fakultas Eonomi
iv
3. Dr. Ely Suhayati SE.M.Si,.Ak selaku Dosen Wali Kelas Ak-6 Universitas
Komputer Indonesia.
4. Sri Dewi Anggadini,SE.,M.Si. selaku ketua Program Studi Akuntansi
sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,
masukan serta saran dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Ir. H. Yesa Sarwedi Seno, M.Pd kepala Balai yang telah memperkenankan
dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian
Tugas Akhir di Berbasis Kinerja Pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
6. Ade selaku pembimbing perusahaan yang telah memperkenankan dan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
Berbasis Kinerja Pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
7. Seluruh staff di Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini..
8. Seluruh dosen dan staff Universitas Komputer Indonesia Program Studi
Akuntansi.
9. Mamah, Apa, a diki, teh Sita, a Chepi, Lutfi, Rifky, Neng Anggi yang
senantiasa mencurahkan doa, kasih sayang, serta bantuan dalam bentuk moril
maupun materil kepada penulis.
10.Sahabat saya Adrian Agung, Bany Akbar, Lingga Layasresa, Mulki Maolah,
v
Ratih Neviany, Nurul Putri Kusmahadi, Aditia Pratama, Rizal Maulana, Imam
Santoso, Heru Nerle, Ardiyanto Sugondho, Nurlaila Laksana dan yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu yang secara langsung maupun tidak
langsung telah memberi bantuan dan dorongan dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
11.Seluruh teman di 3AK6, 3AK1, 3AK2, 3AK5 dan masih banyak lagi yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu secara langsung, karena ini hanyalah
sebuah kertas yang tidak akan habis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, terutama Berbasis Kinerja Pada Balai Pelatihan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat serta bagi penulis yang menjadi pengalaman berharga di kemudian hari.
Bandung, Juli 2011
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN MOTTO
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 5
1.2.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1 Maksud Penelitian... 6
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 7
1.4.1 KegunaanPraktis ... 7
vii
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8
1.5.1 Lokasi Penelitian... 8
1.5.2 Waktu Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
2.1 Kajian Pustaka ... 10
2.1.1 Anggaran Berbasis Kinerja ... 10
2.1.1.1 PengertianAnggaran ... 10
2.1.1.2 Pengertian Anggaran Sektor Publik ... 11
2.1.1.3 PengertianKinerja ... 17
2.1.1.4 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja ... 18
2.1.1.5 Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja ... 19
2.1.1.6 Tahap Penyususnan Anggaran Berbasis Kinerja ... 20
2.1.1.7 Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Berbasis Kinerja... 23
2.2 Kerangka Pemikiran ... 24
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 30
3.1 Objek Penelitian ... 30
3.2 Metode Penelitian ... 31
3.2.1 Desain Penelitian ... 32
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 34
3.2.3 Penarikan dan Sampel ... 35
viii
3.2.3.2 Sampel... 36
3.2.4 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 36
3.2.4.1 Sumber Data ... 36
3.2.4.2 Teknik Penentuan Data ... 37
3.2.5 Metode Analisis ... 38
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ...39
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 39
4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 39
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 40
4.1.3 Job Description ... 42
4.1.4 Aktivitas Perusahaan... 43
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 45
4.2.1 Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. ... 45
ix
4.3 Implementasi Model ... 56
4.3.1 Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat ... 56
4.3.2 Hambatan-hambatan dan Solusi dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja di Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat... 57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60
5.1 Simpulan ... 60
5.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
LAMPIRAN ... 63
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi
Daerah dan bertanggung jawab kepada daerah secara proposional. Pemberian
kewenangan ini diwujudkan dengan pengaturan pembagian dan pemanfaatan
sumber daya nasional serta perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah, sesuai dengan prinsip demokrasi dan partisipasi
masyarakat.
Menyadari akan kebutuhan pelaksanaan di pemerintahan yang mengarah
pada upaya mensejahterakan masyarakat maka, oleh pemerintah kemudian
direvisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
membawa perubahan fundamental dalam hubungan tata pemerintahan dan
hubungan keuangan, sekaligus membawa perubahan penting dalam pengelolaan
Anggaran Daerah, khususnya masalah penganggaran.
Pembenahan menejemen keuangan negara mulai dilakukan Pemerintah
undang-2
undang di bidang Keuangan Negara, yaitu Undang-undang No. 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 1 tahun 2004 tentang
Pembendaharaan Negara dan Undang-undang No. 15 tahun 2004 tentang
Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara. Paket Undang-undang
tersebut membawa perubahan mendasar dalam pengangguran, perbendaharaan
dan pelaporan keuangan.
Paradigma (pandangan) baru pada masyarakat modern telah membentuk
suatu perubahan di berbagai bidang, salah satunya adalah di bidang keuangan
yang mengedepankan keterbukaan (transfaransi), peningkatan efisiensi dan
tanggung jawab yang lebih jelas. Paradigma tersebut merupakan akibat
perkembangan proses demokrasi dan profesionalisasi di dunia, paradigm ini
memasuki berbagai aspek kehidupan manusia. Proses krisis dan multidimensial
(ekonomi, moneter, hokum, politik) di Indonesia mendorong paradigm tersebut,
paradigm tersebut di Indonesia sering disebut Good Govermance. Good
Govermance dapat diartikan sebagai pelayanan publik yang efisien, sistem
pengendalian yang dapat diandalkan, pemerintah yang bertanggungjawab pada
publiknya. Prinsip-prinsip dari Good Govermance antara lain adalah transparansi,
partisipasi, dan akuntabilitas. (Taufiequrachman Ruki, Buletin Komisi Yudisial,
Vol. 2 No. 3, Hal 17).
Perubahan penting dalam bidang penganggaran meliputi pengintegritasian
sistem akuntabilitas dalam sistem penganggaran, penyempurnaan verifikasi
anggaran, penyatuan anggaran dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka
3
Anggaran merupakan rencana yang diungkapkan secara kuantitatif dalam
unit moneter untuk periode satu tahun dan implementasi dari rencana strategi
yang telah ditetapkan. Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan
rencana kerja dalam rangka waktu satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan
moneter dan satuan kuantitatif orang lain. Penyusunan anggaran sering diartikan
sebagai perencanaan laba (proft planing).
Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis
menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya.
Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk
melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana
manajemen, prioritas dari penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada
publik. Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk
digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.
Secara teori, prinsip anggaran berbasis kinerja adalah anggaran yang
menghubungkan anggaran negara (pengeluaran negara) dengan hasil yang
diinginkan yang mengacu pada hasil kinerja burupa (output dan outcome)
sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan
kemanfaatannya. Performance based budgeting dirancang untuk menciptakan
efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas dalam pemanfaatan anggaran belanja
publik dengan output dan outcome yang jelas sesuai dengan prioritas nasional
sehingga semua anggaran yang dikeluarkan dapat dipertangungjawabkan secara
transparan kepada masyarakat luas. Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja
4
dari peningkatan pelayanan kepada publik. Untuk mencapai semua tujuan
tersebut, kementerian negara/lembaga diberikan keleluasaan yang lebih besar
untuk mengelola program dan kegiatan didukung dengan adanya tingkat
kepastian yang lebih tinggi atas pembiayaan untuk program dan kegiatan yang
akan dilaksanakan. (Subbag Ren : 2011)
Penerapan sistem penganggaran di Balai Pelatihan Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang
menggunakan pendekatan performance budget, dilaksanakan secara bertahap
(gradual) dan hati-hati. Hal ini disebabkan penyusunan penerapan anggaran
berdasarkan line item yang sudah menjadi pola yang sangat mengakar di
kalangan birokrasi Balai Pelatihan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Balai Pelatihan Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat bergerak
dalam hal yang berkaitan segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan
sebagai dinas kepemerintahan.
Kenyataannya dalam melaksanakan penyusunan anggaran Balai Pelatihan
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat tidak selalu berjalan dengan baik, kadangkala dalam proses penyusunan
anggaran berbasis kinerja setiap unit kerja yang ada dalam Balai Pelatihan
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat belum sepenuhnya dilibatkan seratus persen mulai dari proses perencanaan
sampai dengan anggaran berbasis kinerja tersebut disahkan. Unit-unit kerja
5
serta dalam proses penyusunan anggaran saja. Hal tersebut membuat anggaran
berbasis kinerja yang dihasilkan sasarannya kadang tidak tepat menurut Ir. H.
Yesa Sarwedi Seno, M.Pd sebagai Kepala Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka penulis
merasa tertarik untuk melakukan penelitian di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat dan mengambil judul tentang “Tinjauan Atas Penyusunan Anggaran
Bebasis Kinerja Pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat identifikasikan bahwa dari fenomena permasalahan yang diteliti
adalah :
1. Anggaran berbasis kinerja tidak selalu berjalan dengan baik, tetapi
kadangkala penyusunan anggaran berbasis kinerja setiap unit yang ada
belum sepenuhnya dilibatkan seratus persen mulai dari proses
perencanaan sampai dengan anggaran berbasis kinerja tersebut disahkan.
2. Unit-unit kerja tersebut kadang hanya dilibatkan dalam proses peramalan
bahkan hanya ikut serta dalam proses penyusunan anggaran saja. Hal
tersebut membuat anggaran berbasis kinerja yang dihasilkan sasarannya
6
1.2.2 Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang penelitian dan identifikasi masalah maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana cara penyusunan anggaran berbasis kinerja pada Balai
Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
2. Bagaimana hambatan-hambatan dan solusi dalam penyusunan anggaran
berbasis kinerja di Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan
informasi yang diperlukan guna ditinjau dan dianalisis tentang Penyusunan
Anggaran Berbasis Kinerja pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui penyusunan anggaran berbasis kinerja pada Balai
Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas
7
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan solusi dalam penyusunan
anggaran berbasis kinerja pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat.
1.4Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak atau hal
sebagai berikut:
1.4.1 KegunaanPraktis
Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pihak-pihak yang terkait:
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan
bagi perusahaan dalam mengambil keputusan yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi persusahaan kedepannya.
2. Bagi Pihak Terkait
Diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan
dan bahan pertimbangan atau lainnya yang mungkin digunakan untuk
penelitian lebih lanjut.
3. Pihak lainnya
Penulis berharap penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat sebagai
8
informasi yang memadai khususnya bagi pihak terkait lainnya yang
membutuhkan serta dapat menarik pengalaman secara tidak langsung. 1.4.2 Kegunaan Akademis
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Dapat memberikan suatu karya penelitian di bidang ilmu ekonomi
khususnya bidang akuntansi yaitu penelitian yang terkait dengan anggaran
berbasis kinerja.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat berguna bagi penulis sebagai sarana untuk memenuhi
tugas akhir guna mendapatkan gelar Ahlimadya untuk jenjang Diploma III.
3. Bagi peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan dan
sebagai media informasi berkaitan dengan penyusunan anggaran berbasis
kinerja.
1.5Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Dalam proses penyusunan tugas akhir ini penulis melakukan penelitian pada
Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jalan Pahlawan No. 70
9
1.5.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan April sampai dengan Juli 2012.
Selama melaksanakan penelitian pada Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
memperoleh data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas akhir.
Tabel 1.1
Waktu pelaksanaan Penelitian
No Kegitan Maret Bulan
2012
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1Kajian Pustaka
2.1.1 Anggaran Berbasis Kinerja 2.1.1.1 Pengertian Anggaran
Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan
cukup penting karena dengan anggaran manajemen dapat merencanakan,
mengatur dan mengevaluasi jalannya suatu kegiatan. Menurut M. Nafarin
(2007;11)mengemukakan bahwa anggaran adalah :
”Suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program
-program yang telah ditetapkan.”
Anggaran merupakan rencana kerja suatu perusahaan yang disusun dengan
jangka waktu satu tahun berdasarkan program-program yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. Sedangkan pengertian anggaran
menurut National Committee on Governmental Accounting (NCGA), saat ini
Governmental Accounting Standart Boards (GASB), definisi anggaran sebagai
berikut :
”Rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran yang
diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya
dalam periode waktu tertentu.”
Anggaran merupakan rincian kegiatan perolehan dan penggunaan
11
satuan uang. Penyusunan anggaran merupakan tahapan awal dari sebuah
organisasi atau perusahaan dalam membuat rencana-rencana kerja. Penyusunan
anggaran adalah kegiatan jangka panjang yang ditetapkan dalam penyusunan
program. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran
adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan perusahaan.
2. Data-data waktu yang lalu.
3. Kemungkinan perkembangan kondisi.
4. Pengetahuan tentang taktik, strategis pesaing dan gerak-gerik pesaing.
5. Kemungkinan adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah.
6. Penelitian untuk pengembangan perusahaan.
2.1.1.2 Pengertian Anggaran Sektor Publik
Sektor publik merupakan sutau wadah pemerintah untuk menghasilkan
barang dan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan publik dengan
mengutamakan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan segala aktivitasnya
sektor publik menyusun seluruh kegiatan dan program kerjanya dalam sebuah
anggaran.
Menurut Mardiasmo (2005;69)dalammenyatakan bahwa:
”Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program dan dibiayai
dengan uang publik.”
12
”Anggaran publik akan berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan
dalam bentuk rencana dan perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan
moneter.”
Dapat disimpulkan bahwa anggaran sektor publik berarti proses
pelaksanaan program-program dalam bentuk pendapatan dan belanja yang
dinyatakan dalam satuan moneter dan didanai dengan dengan uang masyarakat.
Anggaran sektor publik dibuat untuk menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan dan
sebagainya agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat
dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang
mereka buat. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk
memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi. Untuk itu anggaran sektor publik
harus mencakup aspek perencanaan, aspek pengendalian dan aspek akuntabilitas
publik (Mulyadi 2008:5).
Pemerintah menggunakan anggaran sebagai alat untuk merancang program
kerja atau langkah-langkah yang akan dilakukan setiapa aktivitas dapat terarah
dan terkontrol dengan baik. Anggaran sektor publik menjadi kendali dan tolok
ukur untuk setiap aktivitas yang dilkukan. Menurut National Committee on
Governmental Accounting (NCGA), dikemukakan bahwa anggaran sektor publik
memiliki beberapa fungsi utama yaitu sebagai berikut:
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa
13
3. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai
unit kerja dan mekanisme kerja antara antasan dan bawahan.
4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.
5. Anggaran merupakan alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan
efisien dalam mencapai visi organisasi.
6. Anggaran merupakan instrumen politik.
7. Anngaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik menurut National Committee on
Governmental Accounting (NCGA) sebagai berikut:
1. Otorisasi oleh legislatif adalah:
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih
dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif adalah:
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non budgetair pada dasarnya
menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.
3. Keutuhan anggaran adalah:
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum.
4. Nondiscretionary Appropriation adalah:
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara
14
5. Periodik adalah:
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan
maupun multi tahunan.
6. Akurat adalah:
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang
tersembunyi, yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan
dan in efisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya
understimate pendapatan dan over estimate pengeluaran.
7. Jelas adalah:
Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan tidak
membingungkan.
8. Diketahui publik adalah:
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
Melalui proses penyusunan anggarannya dapat membantu pemerintah
dalam merealisasikan rencana keuangannya baik itu rencana penerimaan maupun
rencana pengeluarannya, sehingga dapat terkontrol dan terkoordinasi dan tidak
terjadi pemborosan disetiap unit.
Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi
instrumen kebijakan multi-fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan organisasi. Hal tersebut terutama tercermin pada komposisi dan besarnya
anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan
masyarakat yang diharapkan. Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik
15
pengendalian. Agar fungsi perencanaan dan pengawasan dapat berjalan dengan
baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran
harus dilakukan dengan cermat. Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran
sektor publik telah mengalami banyak perkembangan. Sistem perencanaan
anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika perkembangan
manajemen sektor publik dan perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat.
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan
penyusunan anggaran sektor publik. Secara garis besar terdapat dua pendekatan
utama yang memiliki perbedaan mendasar. Menurut Donsantoso (Artikel
Ekonomi 2009) kedua pendekatan tersebut adalah:
1. Anggaran tradisional.
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak
digunakan di negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama
dalam pendekatan ini, yaitu: (a) cara penyusunan anggaran yang
didasarkan atas pendekatan incrementalism dan (b) struktur dan susunan
anggaran yang besifat line-item.
a. Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan
(incrementalism)
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada
pengawasan dan pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran
tradisional bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau
mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada
16
dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan
tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
b. Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada
pengawasan dan pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran
tradisional bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau
mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada
sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai
dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan
tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
2. Pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan New Public
Management.
Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen
sektor publik yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang
terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor
publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut
bukan sekedar perubahan kecil dan sederhana. Perubahan tersebut telah
mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara
pemerintah dengan masyarakat. Paradigma baru yang muncul dalam
manajemen sektor publik tersebut adalah pendekatan New Public
Management.
New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang
17
paradigma New Public Management tersebut menimbulkan beberapa
konsekuensi bagi pemerintah di antaranya adalah tuntutan untuk
melakukan efisiensi, pemangkasan biaya dan kompetisi tender.
2.1.1.3 Pengertian Kinerja
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia
dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi
atau perusahaan. Menurut Srimindarti (2006:34) menjelaskan pengertian kinerja
adalah sebagai berikut:
“Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional
organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.”
Pengertian kinerja menurut Mangkunegara (2007:65) adalah sebagai
berikut:
“Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun
kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu
maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada
personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga
kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi.
Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting, yaitu: tujuan,
18
strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberi arah dan
memengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi
terhadap setiap personel. Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah
cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran, apakah seseorang telah mencapai kinerja
yang diharapkan. Untuk kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap
tugas dan jabatan memegang peranan penting.
2.1.1.4 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja
Dengan adanya reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai
dengan munculnya era New Public Management telah membantu pemerintah
dalam memperbaiki kinerjanya program yang akan dijalankan. Salah satunya
yaitu dengan penyusunan anggaran dengan pendekatan kinerja. Menurut Sony
Yuwono, dkk (2005;34) menjelaskan mengenai pengertian mengenai anggaran
berbasis kinerja adalah sebagai berikut :
“Sistem anggaran yang lebih menekankan pada pendayagunaan dana yang
tersedia untuk mencapai hasil yang optimal.”
Pengertian menurut pandangan Goverment Performance Result Act
(GPRA) Tahun 1994 seperti yang dikutip oleh Sony Yuwono, dkk (2005;35)
adalah sebagai berikut :
“Perfomance Budgeting is a systematic approach to help goverment
become more responsive to the taxpaying public by linking program
funding to performance and production.”
Anggaran berbasis kinerja disusun berdasarkan pada hasil yang ingin
19
optimal. Sedangkan menurut Mahmudi (2007;158) dijelaskan mengenai
pengertian anggaran berbasis kinerja yaitu :
“Sistem yang mencakup kegiatan penyusunan dan tolak ukur kinerja
sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program.”
Anggaran berbasis kinerja merupakan sebuah sistem perencanaan program
yang akan dilakukan pemerintah dengan menetapkan tolok ukur kinerja sebagai
pembanding dalam mencapai tujuan. Anggaran berbasis kinerja ini disusun untuk
membantu pemerintah dalam melakukan koordinasi setiap kegiatan. Anggaran
berbasis kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat
dalam sistem anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebakan oleh
tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam
pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.
2.1.1.5 Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja
Karakteristik anggaran berbasis kinerja menurut Deddi Nordiawan
(2007;58)adalah sebagai berikut :
1. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan rincian belanja.
2. Menyelidiki dan mengkur aktifitas guna mendapatkan efisiensi maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.
3. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya perunit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang
diperkirakan harus dilakukan pada periode tertentu.”
Anggaran berbasis kinerja melakukan pengklasifikasian akun-akun dalam
setiap anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitasnya, mengukur seluruh
aktivitasnya dengan menggunakan standar biaya untuk memperoleh efisiensi yang
20
standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang akan dilakukan dalam periode
tersebut.
2.1.1.6 Tahap Penyususnan Anggaran Berbasis Kinerja
Penganggaran berbasis kinerja merupakan penyusunan yang dilakukan
dengan memperhatikan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
Berdasarkan Pasal 7 PP Nomor 21 Tahun 2004 kementrian negara/lembaga
diharuskan menysun anggaran dengan mengacu kepada indikator kinerja, standar
biaya dan evaluasi kinerja.
Anggaran berbasis kinerja sebagai suatu organisasi dalam memperoleh
hasil yang maksimal, dimana seluruh aktivitas yang akan dilakukan harus selalu
dalam kerangka tujuan yang ditetapkan serta dalam jangka panjang dapat
mewujudkan strategi yang dimiliki. Oleh karena itu, suatu anggaran yang akan
didisain dan disusun harus harus mampu menjadi panduan yang baik bagi
pelaksanaan aktivitas yang akan dilakukan oleh organisasi sesuai dengan tujuan
dan strategi yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam
penyusunan anggaran berbasis kinerja harus melalui beberapa tahap penyusunan
seperti yang dikemukakan oleh Deddi Nordiawan (2007; 79-83) berikut ini:
“1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
2. Pembuatan Tujuan 3. Penetapan Aktivitas
21
Adapun penjelasan dari kutipan diatas adalah sebagai berikut :
1. Penetapan strategi organisasi (visi dan misi)
Visi dan misi adalah sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang
memberi gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh suatu
organisasi. Dari sudut pandang lain visi dan misi organisasi dapat :
a. Mencerminkan apa yang ingin dicapai
b. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas
c. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis
d. Memiliki orientasi masa depan
e. Memerlukan seluruh unsur organisasi
f. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.
2. Pembuatan tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kurun waktu satu tahun
atau disebut juga dengan tujuan operasional. Tujuan operasional merupakan
turunan dari visi dan misi organisasi, oleh karena itu tujuan operasional harus
menjadi dasar untuk alokasi sumber daya yang dimiliki, mengelola aktivitas
harian, serta pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment).
Sebuah tujuan operasional yang baik harus mempunyai karakteristik berikut ini :
a. Mempersetansikan hasil bukan keluaran.
b. Dapat diukur, untuk mengetahui hasil akhir yang diharapkan telah dicapai.
c. Dapat diukur dalam jagka pendek agar dapat dilakukan tindakan koreksi.
d. Tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk
22
3. Penetapan aktivitas
Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional yang
telah ditetapkan. Organisasi kemudian membuat sebuah unit atau peket keputusan
yang berisi beberapa alternatif keputusan atas setiap aktivitas. Alternatif
keputusan tersebut menjadi identitas dan penjelasan bagi aktivitas yang
bersangkutan. Secara umum alternatif keputusan berisi komponen sebagai berikut:
a) Tujuan aktivitas, dinyatakan dalam suatu cara yang membuat tujuan yang
diharapkan menjadi jelas.
b) Alternatif aktivitas atau alat untuk mencapai tujuan yang sama dan alasan
mengapa alternatif-alternatif tersebut ditolak.
c) Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktivitas tersebut.
d) Input, kuantitas atau unit pelayanan yang disediakan (output) dan hasil
(outcome) pada beberapa tingkat pendanaan.
4. Evaluasi dan pengambilan keputusan
Setelah pengajuan anggaran disiapkan langkah selanjutnya (penelaahan
dan dan penentuan peringkat). Proses ini dapat dilakukan dengan standar baku
yang ditetapkan oleh organisasi ataupun dengan memberikan kriteria dalam
menentukan peringkat. Tekhnisnya, alternatif keputusan dari setiap aktivitas
program yang direncanakan digabungkan dalam satu tabel dan diurutkan
berdasarkan priorotasnya.
Penganggaran merupakan proses penerjemahan rencana aktivitas kedalam
rencana keuangan. Perencanaan aspek kegiatan selalu diawali dengan bagaimana
23
ke dimensi aktivitas. Pada tahap pelaksanaan dan pengendalian aspek strategis
akan mengndalikan arah organisasi melalui analisis laporan kinerja, baik strategis
maupun opersional dari berbagai lapisan manajemen.
Anggaran yang sudah disahkan merupakan kesanggupan atau komitmen
manajemen untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam anggaran
tersebut.
2.1.1.7 Keunggulan dan Kelemahan Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran berbasis kinerja merupakan bagian dari New Public
Management yang merupakan penyempurnaan dari anggaran tradisional, dimana
anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai
kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran publik.
Meskipun demikian, anggaran kinerja di susun sebagai dasar
penyempurnaan anggaran tradisional tidak akan terlepas dari adanya kelebihan
dan kekurangan. Menurut Dedi Nordiawan (2007) dijelaskan bahwa kelebihan
dan kekurangan dari kinerja ini adalah sebagai berikut:
a. Keunggulan dari penggunaan anggaran berbasis kinerja adalah:
Penenkanan pada dimasukannya deskripsi secara negatif dari setiap
aktivitas di setiap anggaran yang diajukan.
1. Anggaran disusun berdasarkan aktivitas yang di dukung oleh estimasi
biaya dan pencapaian yang di ukur secara kuantitatif.
24
3. Anggaran kinerja memasyarakatkan adanya data-data kinerja
memungkinkan legislatif untuk menambah atau mengurangi dari
jumlah yang diminta dalam fungsi dan aktivitas tertentu.
4. Menyediakan pada eksekutip pengendalian yang lebih terhadap
bawahannya.
5. Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran
daripada berapa jumlah anggaran yang terpakai.
b. Kelemahan dari anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
1. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf
anggaran atau akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk
mengidentifikasi unit pengukuran dan melaksanakan analisis biaya.
2. Banyak jasa dan aktifitas pemerintah telah secara khusus dibuat
dengan dasar anggaran yang dikeluarkan (cashbasis)
3. Kadang kala, aktivitas diukur biaya secara detail dan dilakukan
pengukuran secara detail lainnya tanpa adanya pertimbangan memadai
yang diperlukan pada perlu atau tidaknya aktivitas itu sendiri.
2.2Kerangka Pemikiran
Pemerintah sebagai lembaga eksekutif yang diberi mandat oleh rakyat
untuk mengatur dan mengurus rumah tangga Negara berkewajiban untuk
menjalankannya dengan baik. Dalam menjalankan mandatnya, Pemerintah
manyusun program-program dan rencana kerja yang akan dilaksanakan dalam
25
kegiatan dan aktivitas pemerintah terstruktur dan terkoordinasi sehingga hasil
akhir dapat dikontrol, dievaluasi dan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Program dan rencana kerja yang
disusun oleh pemerintah lebih dikenal dengan istilah anggaran.
Menurut Mardiasmo (2005:61) mendefinisikan anggaran sebagai berikut
“Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk
mempersiapkan auatu anggaran.”
Sedangkan menurut Deddi Nordiawan, dkk (2007;20) mendefinisikan
anggaran sebagai berikut :
“Sebuah rencana finansial yang menyatakan :
1. Rencana-rencana organisasi untuk melayani masyarakat atau aktivitas lain yang dapat mengembangkan kapasitas organisasi dalam pelayanan. 2. Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam merealisasikan
rencana tersebut.
3. Perkiraan sumber-sumber yang akan menghasilkan pemasukan serta
seberapa besar pemasukan tersebut.”
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan
perencanaan yang dikembangkan untuk dapat mencapai suatu tujuan yang ingin
dicapai dan sesuai dengan tanggungjawabnya kepada publik, sehingga anggaran
berbasis kinerja akan menjadi jawaban untuk digunakan sebagai alat ukur dan
tanggung jawab kinerja pemerintah.
Menurut Sony Yuwono, dkk (2005;30-32) bahwa fungsi anggaran adalah
sebagai berikut:
“ 1. Fungsi Perencanaan
2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi 3. Fungsi Motivasi
26
5. Fungsi Pembelajaran.”
Berbagai variasi dari penganggaran pemerintah dikembangkan untuk
melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan dan kinerja,
rencana manajemen, prioritas dari penggunaan dana dan pertanggungjawaban
kepada publik, sehingga penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi
jawaban untuk digunakan sebagai alat ukur dan tanggungjawab kinerja
Pemerintah.
Penyusunan anggaran yang ditetapkan pada intansi pemerintah di
Indonesia berdasarkan Undang-undang No. 17 Tahun 2003 adalah anggaran
berdasarkan pendekatan kinerja yang mulai diterapkan secara bertahap mulai
tahun anggaran 2005.
Menurut Mardiasmo (2005;84) mendefinisikan anggaran berbasis kinerja
sebagai berikut:
“Suatu sistem yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolok
ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran
program.”
Anggaran sektor publik dalam proses penyusunannya tidak jauh berbeda
dengan anggaran sektor swasta, hanya saja pada sektor publik pada proses
penyusunannya dipenuhi oleh nuansa politik yang tinggi dan harus diinformasikan
27
Menurut Mardiasmo (2005;61) dijelaskan bahwa :
“Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang
dibiayai.”
Penyusunan anggaran menjamin tingkat keberhasilan program, baik disisii
eksekutif maupun legislatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sebuah anggaran
kinerja yang baik dan menyeluruh maka dalam proses awal penyusunan anggaran
kinerja harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap penyusunan anggaran kinerja
sehingga arah dan tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.
Anggaran berbasis kinerja berkaitan erat dengan visi dan misi serta rencana
strategis menjadi acuan utama, dengan demikian misi dan rencana strategis harus
dirinci untuk menghasilkan program, sub program, serta proyek yang relevan
dengan tujuan jangka panjang. Melalui proses anggaran kinerja ini, Pemerintah
dapat :
1. Mengidentifikasi output dan outcome yang dihasilkan oleh program dan
pelayanan mereka.
2. Menetapkan target pencapaian output dan outcome.
3. Mengaitkan biaya dengan hasil yang diinginkan dan proses perencanaan
strategis.
Anggaran kinerja akan dibuat berdasarkan Renstra (Rencana Strategi)
yang telah disepakati bersama antara Kepala Daerah dengan DPRD. Renstra akan
menguraikan strategi dan prioritas program serta mencerminkan visi dan misi
28
berdasarkan tugas pokok dan fungsi, tingkat prioritas tiap pekerjaan, tujuan dan
sasaran tertentu yang disertai dengan indikator penilaian yang jelas dan dapat
diukur sehingga dapat diukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari tiap pelayanan.
Dengan anggaran kinerja akan terlihat hubungan yang jelas antara input, output,
dan outcome yang akan mendukung terciptanya sistem pemerintahan yang baik.
Kinerja Pemerintah Daerah dapat diukur melaui evaluasi terhadap
pelaksanaan APBD. APBD digunakan sebagi alat untuk menentukan besarnya
pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan
pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa yang akan datang, sumber
pengemangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk
memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai
unit kerja. Jika kita dapat mengukur, dapat mengawasi, mengatur dan
memperbaikinya maka sistem pengukuran kinerja yang efektif dapat memberikan
umpan balik bagi para pengelola dan para pembuat keputusan untuk
meningkatkan pelayanan pemerintah yang berkelanjutan.
Pengukuran kinerja adalah suatu sasaran dan proses yang sistematis untuk
mengumpulkan, menganalisa, dan menggunakan informasi serta menentukan
efisiensi dan efektivitas tugas-tugas Pemerintah Daerah serta pencapaian sasaran.
Pengukuran dan kinerja merupakan ukuran tentang apa yang dianggap penting
oleh suatu organisasi dan seberapa baik kinerjanya.
Sistem pengukuran kinerja yang baik dapat menggerakan organisasi
kearah yang positif, dan menghindari organisasi menyimpang jauh. Selanjutnya
29
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat perlu menyusun laporan
pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah Pemerintah
Daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak.
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional
1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
2. Pembuatan Tujuan 3. Penetapan Aktivitas 4. Evaluasi dan Pengambilan
Keputusan Dikeluarkannya Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.
Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sebagai
Instansi Pemerintah
Penyusunan anggaran
60
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah melakukan penelitian dan analisa mengenai penyusunan anggaran
berbasis kinerja di Balai Pelatihan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, maka pada bab ini penulis
berkesimpulan bahwa:
1. Proses penyusunan anggaran berbasis kinerja pada Balai Pelatihan Pendidikan
dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat telah sesuai dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah daerah, Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional.
2. Hambatan – hambatan yang terjadi dalam penyusunan anggran berbasis kinerja
dibalai pelatihan pendidikan dan tenaga kependidikan pendidikan kejuruan dinas
pendidikan provinsi jawa barat dapat diatasi hal ini dikarenakan proses
perencanaan sampai dengan anggaran berbasis kinerja telah disahkan. Untuk itu
alangkah lebih baik jika Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat perlu memperketat
tujuan – tujuan dan kegiatan - kegiatan yang akan dilaksanakan dan setiap
61
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan diatas, maka penulis ingin
memberikan saran yang diharapkan dapat dijadikan suatu masukan untuk Balai
Pelatihan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja itu semua unit yang
ada di Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Kejuruan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat harus dilibatkan mulai dari
perencanaan sampai dengan anggaran berbasis kinerja tersebut disahkan.
2. Seharusnya unit-unit kerja tersebut tidak hanya dilibatkan dalam proses
peramalan atau hanya di ikut sertakan dalam peroses penyusunan anggaran
saja, supaya anggaran berbasis kinerja yang dihasilkan akan memenuhi
62
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra, 2006a, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan
Daerah
Dedi Nordiawan dkk, 2007. Akuntansi Pemerintahan , Jakarta : Salemba Empat.
Husein umar 2008 metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis jakarta pt
rajagrafindo persada
Jonathan, Sarwono, Eli. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta :Graha Ilmu
Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Publisher
Mulyadi 2008 sistem akuntansi cetakan keempat jakarta selemba empat
M. Nafarin. 2007. Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat
Sony Yuwono., Tengku Agus Indrajaya., Hariyandi., 2005, Penganggaran Sektor
Publik, Malang: Bayumedia Publishing
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabeta:
Bandung
Srimindarti,Ceacilia.2006. Balance Scorecard Sebagai Alternatif Untuk Mengukur Kinerja. Fokus Ekonomi, Vol. 3 No. 1
73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Agan Sofian Hakim
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 12 September 1991
Alamat : Kampung Pangkalan No 41 rt 03/10 Desa
Sariwangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Telepon/HP : (022) 2019234 / 085721104997
Email : agansofian@yahoo.com
Data Pendidikan
Pendidikan Formal
NO. JENJANG PENDIDIKAN PERIODE
1. SDN Jeungjingrigil I 1997 – 2003 2. SMPN 26 Bandung 2003 – 2006 3. SMAN 1 Parongpong 2006 – 2009 4. Universitas Komputer Indonesia 2009 - 2012
Data Organisasi
No. ORGANISASI KETERANGAN PERIODE