• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PEMBANGUNAN PASAR MODERN TERHADAP KINERJA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK PEMBANGUNAN PASAR MODERN TERHADAP KINERJA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Oleh :

Fina M. Noor Alfiany NPM : 20120730176

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

Fina M. Noor Alfiany NPM : 20120730176

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

(3)
(4)
(5)
(6)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

“Tebar Kebaikan untuk orang disekelilingmu dengan

TULUS dan IKHLAS”

“Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia

menyelesaikannya dengan baik”

(H.R Thabrani)

(7)

memberikan seluruh kenikmatan….

Saya persembahkan karya tulis ini kepada yang tersayang dan paling disayang kedua orang tua Bapak Drs. E Mastur Alfian M. Si dan Ibu Nur Dwiningsih S.Pd. Dua kakak perempuanku yang cantik Meilia M.Noor Agustin S.E dan Fanny M.Noor Fauzany, A.Md serta kakak iparku Agus Wahyudi S.T. Adik laki-laki satu-satunya Dzikri M.Noor Kholis Wafaq. Karya tulis ini saya persembahkan untuk keluarga tercinta yang selalu memberikan semua dukungan dan do’a tanpa henti, serta

curahan kasih sayang yang tidak ada batasnya. Pak, Bu mudah-mudahan karya tulisku menjadi salah satu bukti baktiku untuk kalian yang rela berkorban untuk saya demi ilmu yang saya dapatkan walau belum seberapa dengan semua apa yang telah kalian korbankan tapi semoga menjadi kebanggaan untuk bapak dan ibu.

(8)

Wa Ta’ala yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: DAMPAK PEMBANGUNAN PASAR MODERN TERHADAP KINERJA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN yang disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Shalawat serta salam selalu tertuju kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah sebagai contoh terladan bagi umatnya.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini diikuti dengan kerja keras dan tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, do’a,

serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. Mahli Zainudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(9)

5. Seluruh Dosen Fakultas Agama Islam yang sudah mentransformasi ilmu, kesabaran dan keteladanan dengan penuh keikhlasan kepada penulis.

6. Seluruh civitas akademisi khususnya Tata Usaha Fakultas Agama Islam.

7. Kepada kedua orang tua tercinta, tersayang, Bapak Drs. E. Mastur Alfian M.Si dan Ibu Nur Dwiningsih S.Pd atas segala do’a dan dukungannya

dalam bentuk moril dan materil serta cinta dan kasih sayang yang tulus tidak pernah sedikitpun mengeluh selalu kuat, selalu berusaha yang terbaik untuk anaknya.

8. Kakak perempuanku tercinta Meilia M. Noor Agustin, S.E dan Fanny M. Noor Fauzany, A.Md serta kakak iparku Agus Wahyudi S.T yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi, selalu menjadi pendengar keluh kesah penulis yang baik dan sahabat yang baik. Semoga kalian selalu diberi kemudahan dan kelancaran dalam pekerjaan maupun aktivitas lain.

9. Adik laki-laki ku satu-satunya Dzikri M.Noor Kholis Wafaq yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis tanpa henti, semangat sekolahnya

dek, jadilah laki-laki yang bertanggung jawab serta selalu menjaga keluarga.

(10)

Icoy, Mega, Edah, sahabat Kosan Nanda, Faiz Resha Majid terimakasih selalu memberikan semangat, dukungan, perhatian, cerita dan do’a untuk

saya. Semua sahabatku yang telah menjadi teman curhat, teman gokil, teman baper, aaahhh Kalian terlalu istimewa dan semua cerita diantara kita yang tidak akan pernah terlupakan. Teman riweuh dan teman segalanya…. Sukses yaaa kalian!

11. Keluarga besar KKN 43 UMY Karangrejek Imogiri Bantul, Aditya Rizki Trinanda, M Febry Ramadhan, M Rifky Oktaviano, M Satriyo Wibisono, M Alief Maulana, Ayu Septy Handayani dan Yunita Muryasari yang sudah memberikan banyak pengalaman, kebersamaan dan yang pasti cerita indah.

12. Teman-Teman EPI 2012 khususnya EPI D 2012, Angga, Dio, Fadli, Pahmy, Anggit, Julio, Ari, Suti, Ukhty Hilda dan semuanya terimakasih semangat, dukungan dan kebersamaan selama ini. Saya akan sangat merindukan kalian guys !

(11)

15. Almamaterku Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terimakasih atas dukungan, kerjasama dan kebersamaannya.

16. Daerah Istimewa Yogyakarta, terimakasih semua pengalaman, mencari ilmu dikota istimewa ini segala cerita indah yang terukir. Penulis akan selalu ingin kembali 

17. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini semoga Allah SWT selalu memberikan kebaikan kepada kalian semua.

Ibarat pepatah “tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari dalam

penelitian tugas akhir tak luput dari kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakannya guna perbaikan di masa yang akan datang dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu‟alaikum. Wr. Wb. Yogyakarta, 24 Agustus 2016

Penulis

(12)

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

NOTA DINAS ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

ABSTRAK ... xix

ABSTRACK ... xx

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ... xxi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

(13)

A. Tinjauan Pustaka ... . 12

B. Kerangka Teori ... 17

1. Pasar Tradisional dan Pasar Modern ... 17

2. Tinjauan Regulasi Perdagangan Pemerintah... 18

3. Kinerja UMKM ... 21

D. Definisi Operasional Variabel ... 36

E. Teknik Analisis Data ... 38

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43

B. Gambaran Kondisi Kabupaten Sleman ... 47

C. Hasil Pengumpulan Data ... 54

(14)

PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(15)

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perangkat Daerah

Kabupaten Sleman ... 50 Gambar 4.2 Perkembangan Ekonomi Berbagai Bidang

di Kabupaten Sleman (2005-2009) ... 52 Gambar 4.3 Responden Dampak

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55 Gambar 4.4 Responden Dampak Berdasarkan Usia ... 56

Gambar 4.5 Responden Dampak

Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 57

Gambar 4.6 Responden Persepsi

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

Gambar 4.7 Responden Persepsi Berdasarkan Usia ... 60

Gambar 4.8 Responden Persepsi

Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 61

Gambar 4.9 Responden Persepsi Berdasarkan Pekerjaan ... 62

Gambar 4.10 Komoditas yang di jual dan

Proposi Pedagang ... 63

Gambar 4.11 Pelanggan Usaha Mikro Kecil Menengah... 65

Gambar 4.12 Pemasok Usaha Mikro Kecil Menengah ... 66

(16)

Membeli Produk UMKM ... 76

Gambar 4.16 Faktor Pendorong Pembeli

Membeli Produk UMKM ... 77

Gambar 4.17 Ketersediaan Fasilitas tempat parkir,

kebersihan danToilet UMKM vs Mall

(Persepsi Pembeli) ... 78

Gambar 4.18 Kondisi Kebersihan, Keamanan dan

Lingkungan UMKM vs Mall

(Persepsi Pembeli) ... 80

Gambar 4.19 Pelayanan Terhadap Pembeli

(17)

(2013-2015) ... 6 Tabel 4.1 Sektor Ekspor dan Impor Kabupaten Sleman

(2005-2009) ... 53 Tabel 4.2 Perubahan Keuntungan, Omzet, Jumlah Pegawai

dan Jumlah Pembeli UMKM di Kecamatan Depok

yang berada sekitar Pasar modern

atau Mall (Perlakuan) ... 71

Tabel 4.3 Perubahan Keuntungan, Omzet, Jumlah Pegawai

dan Jumlah Pembeli UMKM di

Kecamatan Gamping yang jauh atau

belum dimasuki Pasar modern

atau Mall (Kontrol) ... 71

Tabel 4.4 Analisis Dampak Pembangunan

Pasar Modern Terhadap Kinerja UMKM dengan Menggunakan metode

(18)
(19)
(20)

By: FINA M. NOOR ALFIANY STUDENT: 20120730176

The background of this research was the increase of modern market development in Kabupaten Sleman that changed the human lifestyle in providing their needs that increased day by day. This research was to analyze the effect of modern market development toward the performance of small and medium micro entreprises or (UMKM) in Kabupaten Sleman. This research combined the quantitative and qualitative method.

The evaluation of quantitative effect used difference-in-difference method that was common to be used to evaluate effect.

The qualitative analysis was conducted in the form of indepth interview with the key informants, and then the researcher analyzed it according to Islamic economy perspective. The result of this research indicated that distance and price factors between UMKM and shopping center was very determining, UMKMs located near shopping center had the biggest negative influence especially in the decrease of profit, turnover, and the total number of consumers but not in the total number of employees.

(21)

NAMA: FINA M. NOOR ALFIANY NIM: 20120730176

Penelitian yang di latar belakangi oleh berkembangnya pembangunan pasar modern di Kabupaten Sleman sehingga merubah gaya hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang semakin hari semakin tinggi dengan alasan mengikuti perkembangan jaman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak pembangunan pasar modern terhadap kinerja UMKM di Kabupaten Sleman dalam perspektif ekonomi Islam. Penelitian ini menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi dampak kuantitatif menggunakan metode difference-in-difference yang lazim digunakan dalam mengevaluasi dampak. Analisis kualitatif sendiri dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam dengan informan kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jarak dan harga antara umkm dan mall sangat menentukan, dimana UMKM yang berada dekat dengan mall paling banyak terkena dampak negatif terutama penurunan pada keuntungan, omzet dan jumlah pembeli tetapi tidak dengan jumlah tenaga kerja.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar merupakan salah satu kegiatan perdagangan yang tidak bisa terlepas dari kegiatan sehari-hari manusia. Semakin pesatnya perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan akan pasar baik secara kuantitas maupun kualitas. Keberadaan pasar tradisional dan pasar modern sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa semakin berkembangnya pasar modern mengakibatkan pasar tradisional atau Usaha Mikro Kecil Menengah atau biasa disebut UMKM sulit berkembang. Upaya untuk menjadikan pasar tradisional sebagai salah satu motor penggerak dinamika perkembangan perekonomian suatu Kota, maka diperlukan adanya pasar yang dapat beroperasi secara optimal dan efisien serta dapat melayani kebutuhan masyarakat.

(23)

label harga yang tercantum dalam barang (barcode), akses lebih kecil, berada dalam bangunan dan pelayananya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh pramuniaga.

Seperti yang kita ketahui bahwa pasar modern saat ini banyak dijumpai dikota-kota besar termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa pasar modern yang sudah selesai pembangunan maupun yang masih dalam proses pembangunan. Banyaknya pembangunan mall mengubah DIY khususnya daerah Sleman dan Kota Yogyakarta menjadi kawasan Kota belanja dan pariwisata dengan meninggalkan konsep Kota pendidikan dan budaya. Proses pembangunan tersebut pun dianggap oleh beberapa pengamat telah merampas hak-hak publik untuk mendapatkan ruang publik yang memadai.

(24)

Walk belum lagi di ringroad utara menjadi mall terbesar se DIY Jawa Tengah yaitu Hartono Mall.

Sedangkan kita lihat di sebagian wilayah bagian dari kabupaten Sleman yang belum sama sekali dimasuki atau dibangun pasar modern seperti mall megah yaitu Kecamatan Gamping, sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Gamping merupakan sebagai kawasan penyangga pengembangan Kota Yogyakarta ke arah barat. Pusat Kecamatan Gamping berada di Dusun Patukan, Kelurahan Ambarketawang. Keberadaan Desa Ambarketawang di jalur utama Yogyakarta-Purwokerto atau Jakarta, mengakibatkan wilayah desa Ambarketawang berkembang dengan pesat terutama dalam bidang perekonomian, perindustrian, perdagangan dan kependudukan. Dengan perkembangan yang begitu pesat dengan dukungan keberadaan Kantor Kecamatan Gamping serta kantor-kantor, mengakibatkan wilayah ini menjadi pusat pengembangan Ibukota Kecamatan, dan merupakan wilayah pengembangan Kota Yogyakarta kearah barat.

(25)

Disatu sisi terdapat perbedaan yang mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern, perbedaan itu adalah di pasar tradisional masih terdapat proses tawar menawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Meningkatnya jumlah pasar modern memicu banyak masyarakat berbelanja di pasar modern karena alasan praktis, bersih dan efisien, maupun karena alasan gengsi dan gaya hidup.

Tergesernya usaha mikro dan pasar tradisional disebabkan pula oleh meningkatnya taraf hidup dan berubahnya gaya hidup masyarakat, ketika tingkat taraf hidup masyarakat meningkat, disamping membutuhkan ketersediaan berbagai macam barang yang lengkap dari kebutuhan primer hingga kebutuhan tersier, fasilitas pendukung seperti kenyamanan, kebebasan, ataupun jaminan harga murah dan kualitas baik menjadi bahan pertimbangan masyarakat.

(26)

Salah satu alasan yang hendak dicapai dalam pembangunan adalah suatu pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Di Indonesia industri kecil yang menjadi wadah usaha bagi masyarakat yang menduduki peran strategis dalam pembangunan ekonomi salah satunya adalah pasar. Pasar mampu menciptakan lapangan pekerjaan karena mampu menyerap banyak tenaga kerja.

(27)

Minimnya daya dukung karakteristik pedagang UMKM, yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh pedagang di pasar tradisional dan UMKM.

Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Sleman Tahun 2013-2015

Sumber: BPS, DIY Dalam Angka Tahun 2013-2015

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan UMKM di Kabupaten Sleman dari tahun ketahun mengalami naik dan turun. Pada tahun 2013 tercatat 332 unit usaha, tahun 2014 naik menjadi 558 secara signifikan lalu pada tahun 2015 mengalami penurunan kembali di angka 398. Hal tersebut menunjukkan perlunya penguatan faktor untuk meningkatkan pertumbuhan UMKM. Menurunnya perkembangan

No Tahun Satuan Jumlah

1 2013 Unit Usaha 332

2 2014 Unit Usaha 558

(28)

UMKM karena ada faktor yang mempengaruhi. Hal ini dapat dipastikan bahwa tingkat pendapatan UMKM menurun.

Usaha perdagangan diadakan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk pendapatan, dimana pendapatan itu sendiri dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pedagangnya. Income yang diterima adalah dalam bentuk uang yang merupakan alat

pertukaran atau alat pembayaran.

Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui kesenjangan distribusi pendapatan adalah Indeks Gini dan kriteria Bank Dunia (BPS, 1994). Kriteria Bank Dunia mendasarkan penilaian distribusi pendapatan atas pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk berpenghasilan terendah. Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan: (a) tinggi, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang dari 12 persen bagian pendapatan; (b) sedang, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima 12

hingga 17 persen bagian pendapatan; (c) rendah, bila 40 persen penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17 persen bagian pendapatan. (Kuncoro, 2010: 85)

(29)

ekonomi yang berpihak pada rakyat. Selaras dengan Pasal 33 UUD 1945, GBHN Tahun 1999, butir II tentang arah kebijakan ekonomi yang menyebutkan bahwa pemerintah harus melindungi para pengusaha kecil, menengah dan koperasi dari persaingan yang tidak sehat.

Sebenarnya banyak sekali jenis pasar modern seperti halnya minimarket atau supermarket yang saat ini banyak dijumpai di beberapa Kota besar maupun kecil namun yang dimaksud pasar modern dalam penelitian ini yaitu mall atau pusat perbelanjaan yang semakin hari semakin berkembang di Kabupaten Sleman khususnya Kecamatan Depok. Untuk itu perlu merumuskan suatu perancangan analisis kebijakan pengembangan UMKM untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh UMKM di Kabupaten Sleman agar dapat bertahan dan berkembang ditengah persaingan dengan pasar modern yang semakin ketat.

(30)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini berupaya menjawab, antara lain:

1. Bagaimana dampak pembangunan pasar modern terhadap jumlah tenaga kerja UMKM di Kabupaten Sleman?

2. Bagaimana dampak pembangunan pasar modern terhadap keuntungan UMKM di Kabupaten Sleman?

3. Bagaimana dampak pembangunan pasar modern terhadap omzet UMKM di Kabupaten Sleman?

4. Bagaimana dampak pembangunan pasar modern terhadap jumlah pembeli UMKM di Kabupaten Sleman?

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan Dari Penelitian Ini Antara Lain:

1. Untuk mengetahui dampak pembangunan pasar modern terhadap jumlah tenaga kerja UMKM di Kabupaten Sleman. 2. Untuk mengetahui dampak pembangunan pasar modern

terhadap keuntungan UMKM di Kabupaten Sleman.

(31)

4. Untuk mengetahui dampak pembangunan pasar modern terhadap jumlah pembeli UMKM di Kabupaten Sleman.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain: 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan teori yang berkaitan dengan ilmu ekonomi pembangunan dan diharapkan juga dapat menambah dan memperkaya hasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang perdagangan, ekonomi dan isu-isu di dalam problematika masyarakat.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Instansi

(32)

b. Bagi Peneliti

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan judul penelitian ini, diantaranya:

1. Sitti Aisyah dan Juliastuti (2015), Journal tentang Pengaruh Pembangunan Grand Mall Terhadap Pendapatan UMKM di

Kota Palu (Analisis Ekonomi Islam). Jenis penelitian ini adalah

kuantitatif yang menggunakan bantuan statistik untuk menganalisis data yang diperoleh dilapangan yang mana datanya berupa angka. Objek atau sasaran lokasi penelitian adalah Palu Barat. Populasi penelitian ini adalah seluruh UMKM yang berada di Palu Barat yang memiliki kuantitas dan karakteristik yang sama. Alat Anlalisis menggunakan regresi linear berganda dengan bantuan software alat analisis. Hasil penelitian ini bahwa Pembangunan Grand Mall berpengaruh positif terhadap pendapatan UMKM di Kota Palu.

(34)

Selatan Kabupaten Badung Bali. Peneliti menggunakan sampel dengan jumlah 106 responden dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling. Penelitian ini menggunakan

analisis regresi linier berganda. Hasil Dari penelitian ini memperlihatkan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan adalah jam kerja, modal kerja, lokasi usaha dan jenis produk. Jam kerja merupakan faktor dominan yang mempengaruhi pedagang di pasar Jimbaran.

3. Damasus Ottis Widiandra dan Hadi Sasana (2013), Journal tentang Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus

(35)

4. Eka Yuliasih (2013), Skripsi tentang Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Waserda Dan

Pedagang Pasar Tradisional Di Kecamatan Klirong Kabupaten

(36)

5. Ani Nur Fadhilah (2011), Skripsi tentang Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional (Studi Kasus Di Ngaliyan).

Penelitian ini menggunakan analisis data Kualitatif Deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa keberadaan pasar modern (minimarket) disekitar Pasar Ngaliyan memberikan dampak negatif, terutama kepada para pedagang kelontong yang mayoritas daganganya tersedia juga di pasar modern (minimarket).

6. Danial El Amin (2011), Thesis tentang Dampak Pasar Modern Terhadap Pedagang Di Pasar Tradisional Di Kecamatan

Ciledug Kabupaten Cirebon. Penelitian ini termasuk jenis

(37)

1) Kelompok I adalah pedagang dipasar tradisional perlakuan.

2) Kelompok II adalah pedagang di pasar tradisional kontrol.

Alat analisisnya menggunakan Metode Difference-in-Difference (DiD). Metode DiD mensyaratkan pencatatan keadaan dalam

dua periode waktu yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (treatment). Dari hasil penelitian ini maka di tarik kesimpulan

bahwa dari judul Dampak Pasar Modern Terhadap Pedagang Di Pasar Tradisional Di Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon. Menghasilkan dampak negative terhadap omzet, keuntungan dan jumlah pembeli dipasar tradisional, namun tidak mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang membantu pedagang di pasar tradisional.

(38)

mewakili Kabupaten Sleman yang dijadikan sebagai obyek penelitian. Sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan dengan menggunakan penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif.

Penelitian ini menggunakan acuan tesis yang dilakukan Danial El Amin (2011) namun berbeda pada objek penelitian, jika pada penelitian Danial (2011) meneliti satu pasar modern saja yaitu Surya Toserba sedangkan penelitian yang dilakukan ini fokus terhadap beberapa pusat perbelanjaan yang terletak di Kabupaten Sleman khususnya Kecamatan Depok untuk kelompok perlakuan dan Kecamatan Gamping untuk kelompok kontrol.

B.Kerangka Teoritik

1. Pengertian Pasar Tradisional dan Pasar Modern

(39)

1) Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, swasta, koperasi, atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar.

2) Pasar Modern

(40)

2. Tinjauan Regulasi Perdagangan Pemerintah 1. Pemerintah Pusat

Upaya mengimplementasikan kebijakan dapat dilihat dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern bahwa dengan semakin berkembangnya usaha perdagangan eceran dalam skala kecil dan menengah, usaha perdagangan eceran modern dalam skala besar, maka pasar tradisional perlu diberdayakan agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling memerlukan, saling memperkuat serta saling menguntungkan.

Lokasi pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern wajib mengacu pada rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, dan rencana detail tata ruang kabupaten/kota, termasuk peraturan zonasinya.

Pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern wajib:

(41)

2) Memperhatikan jarak antara Hypermarket dengan Pasar Tradisional yang telah ada sebelumnya; 3) Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas

kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter per segi) luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern; dan

4) Menyediakan fasilitas yang menjamin Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.

2. Pemerintah Daerah

Beberapa hal penting dari Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 tahun 2012 tentang perizinan pusat perbelanjaan dan toko modern.

Dalam hal ini pengaturan pusat perbelanjaan dan toko modern didasarkan pada asas:

1) Keadilan.

2) Kesamaan kedudukan. 3) Kemitraan.

(42)

5) Kelestarian lingkungan. 6) Persaingan sehat. 7) Kemanfaatan.

Sedangkan tujuan pengaturan pusat perbelanjaan dan toko modern sebagai berikut:

1) Mengatur dan menata keberadaan pusat perbelanjaan dan toko modern.

2) Mengoptimalkan pelaksanaan kemitraan antara pusat perbelanjaan dan toko modern dengan UMKM.

(43)

3. Kinerja UMKM

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah yang dimaksud dengan:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

(44)

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kinerja atau penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. (Gary Siegel, 1989:199 dalam Mulyadi, 2001:416)

Menurut Andharini (2012) kinerja UMKM dapat ditingkatkan dan dikembangkan dengan harus melakukan beberapa hal, yaitu mengembangkan sasaran pemasarannya, mengembangkan wilayah pemasarannya, menetapkan harga jual sesuai kemasan, mengembangkan saluran pemasarannya, mempertahankan ciri khas produk, mengembangkan berbagai pilihan produk & kemasan, memperhatikan keinginan dan kebutuhan konsumen.

(45)

harus memperhatikan seluruh keadaan sekitarnya agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, harga yang dijual juga harus sesuai artinya komoditas yang akan dijual tidak berlebihan, keramahan penjual menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam usaha demi menarik dan mempertahankan pembeli.

Ditegaskan kembali menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM:

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Kriteria UMKM menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008:

1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

(46)

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2)Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp

(47)

10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah. (www.bi.go.id)

Mengenai jenis-jenis modal kerja, Bambang Riyanto dalam

bukunya dasar-dasar pembelanjaan perusahaan di kutip dari W.B.

Taylor dalam bukunya financial Politices of Business Enterprise

(2001:60), menggolongkan:

1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja yang dimaksud dalam jenis ini adalah modal kerja

yang selalu harus ada dalam perusahaan untuk dapat

menjalankan kegiatan operasionalnya, sehingga dapat

memenuhi akan kebutuhan konsumen. Dengan kata lain modal

kerja yang secara terus- menerus diperlukan untuk kelancaran

usaha.

(48)

a) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada

pada perusahaan untuk dapat menjamin agar

perusahaan tetap bisa beroperasi terus.

b) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)

yaitu modal kerja yang harus ada agar perusahaan

dapat beroperasi dengan tingkat produksi normal.

Produksi normal merupakan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan produk sebesar

kapasitas normal dari perusahaan itu sendiri.

Dengan kata lain pengertian “normal” di sini adalah

dalam artian yang dinamis.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal

kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan

keadaan yang mempengaruhi perusahaan, dan modal kerja ini

dibedakan dalam:

a) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu

modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan

(49)

b) Modal Kerja Siklis (Cylical Working Capital) yaitu modal

kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan

karena fluktuasi konjungtur.

c) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu

modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya

keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya

adanya bencana alam, pemogokan para buruh, dan lain

sebagainya).

4. Ekonomi Islam

Berkaitan dengan pembangunan ekonomi Islam memiliki satu pandangan yang khas mengenai kehidupan ini secara keseluruhan. Pandangan Islam tentang kehidupan menyangkut 3 aspek yaitu Tauhid (Keesaan Tuhan), Khilafah (Kekhalifahan manusia) dan ‘Adalah

(50)

merupakan bentuk dari fungsi dan peranan manusia sebagai khalifah dimuka bumi untuk memakmurkan kehidupan baik secara material maupun spiritual. Fungsi dan peranan manusia sebagai khalifah Allah dibumi ini untuk mengembangkan aspek keadilan sebagai wujud ibadah sebagai Allah SWT.

Unsur-unsur penting dalam menyusun strategi pembangunan dalam Islam meliputi:

1) Perlunya pengendalian terhadap permintaan secara berlebihan. 2) Perlunya mengembangkan aspek motivasi manusia

3) Mengembangkan kerangka sosial ekonomi sebagai unsusr penunjang dalam pembangunan.

4) Pentingnya peranan negara dalam mengembangkan potensi ekonomi masyarakat. (Yuliadi, 2001:201-202)

Sebagai khalifah Allah, manusia bertanggung jawab kepada-NYA dan mereka akan diberi pahala atau disiksa di hari akhirat kelak berdasarkan apakah kehidupan mereka di dunia ini, sesuai atau bertentangan dengan petunjuk yang telah diberikan oleh Allah.

(51)

menjadi konsep yang kosong dari substansi apabila tidak dibarengi dengan konsep ‘adalah keadilan. Oleh karena itu pula, menegakkan

keadilan dinyatakan oleh Al-Qur’an sebagai salah satu tujuan utama yang akan dicapai oleh para rasul Allah.

Pada hakikatnya Al Qur’an meletakkan keadilan paling dekat

dengan takwa, sehubungan dengan urgensinya dalam keimanan Islam. Ketakwaan atau pembangunan moral mengandung arti kedekatan kepada Tuhan yang dicapai melalui implementasi keimanan terhadap semua nilai dalam upaya penegakkan institusi yang diwajibkan oleh Allah lewat Al Qur’an dan As sunnah, dan karena itu sangat penting

sebab dengan demikian ia berfungsi sebagai batu loncatan bagi segenap aksi kebijakan termasuk penegakkan keadilan. (Chapra, 2000: 6-7)

Firman Allah yang menerangkan salah satu sikap adil:

ى ْني ىبْرقْلا ءاتيإ اس ْح ْْا ْ عْلاب رمْأي َّ ّ إ

ّلعل ْم ظعي يْغبْلا ر ْن ْلا ءاش ْحفْلا نع رّكذت ْم

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penggabungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Selanjutnya, peneliti dalam menganalisisnya juga melalui pendekatan ekonomi Islam, suatu pendekatan yang berdasarkan ketentuan-ketentuan ekonomi Islam yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi dalam rangka mencapai tujuan ekonomi yakni kesejahteraan umat (falah). Evaluasi dampak kuantitatif menggunakan metode difference-in-difference. Sementara itu, evaluasi dampak kualitatif sendiri

(53)

2. Obyek Dan Subyek Penelitian

Adapun obyek atau sasaran lokasi penelitian adalah UMKM yang berada di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Kecamatan Depok dipilih sebagai lokasi penelitian karena adanya pasar modern atau mall yang sudah beroperasi. Sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM itu sendiri.

B. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer, yaitu pengumpulan data secara langsung di lapangan oleh peneliti sendiri dan pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan data tidak secara langsung dilapangan, data diperoleh dari pihak lain yang sudah mengumpulkannya terlebih dahulu.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:

1. Pengamatan langsung (observasi), digunakan dengan jalan melakukan pengamatan operasional pada sampel yang dipilih untuk memonitor kerja yang sebenarnya.

(54)

dilakukan secara mendalam berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah.

3. Angket (kuesioner), digunakan dalam pengumpulan data dengan penyampaian berbagai pertanyaan kepada responden untuk mengetahui pendapat dan sikapnya.

Sedangkan untuk data sekunder cara pengumpulan datanya adalah dengan cara meneliti dokumen-dokumen yang sudah tersedia di berbagai instansi pemerintah. Hasil penelitian sebelumnya dan hasil browsing di internet juga merupakan data sekunder yang digunakan sebagai perbandingan dan masukan untuk mengadakan analisis.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang UMKM, yang dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu:

(55)

responden terletak di sekitar Mall Kecamatan Depok seperti pusat perbelanjaan Ambarukmo Plaza, Sahid Jogja Walk.

2) Kelompok II adalah pedagang UMKM kontrol. Untuk kelompok kontrol dalam hal ini peneliti memilih kecamatan Gamping, karena Kecamatan gamping merupakan kawasan penyangga pengembangan Kota Yogyakarta ke arah barat dan kecamatan ini salah satu kecamatan yang belum dimasuki atau dibangun mall. Potensi Pasar atau pedagang UMKM di kecamatan ini masih bertahan salah satunya pasar tradisional yang terletak di Jl. Wates KM 5 Gamping Tengah Ambarketawang, Sleman.

Karakteristik kedua kelompok UMKM yang akan dijadikan responden tentunya harus sama yaitu: 1. UMKM telah membuka usahanya sebelum dan

sesudah pasar modern beroperasi atau sekitar kurang lebih 2 tahun.

(56)

Sedangkan untuk karakteristik pembeli, penelitian ini menentukan:

1. Pembeli yang pernah membeli produk pada pasar modern atau mall dan pada UMKM. 2. Pembeli dengan jenis kelamin laki-laki dan

perempuan.

2. Sampel

Merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 118). Tehnik pengambilan sampel akan menggunakan Purvosive Sampling dan Random Sampling.

Adapun jumlah sampel yang diambil sebagai berikut:

1. Jumlah sampel dampak UMKM perlakuan= 35 pedagang.

2. Jumlah sampel dampak UMKM kontrol= 35 pedagang.

3. Sampel persepsi pedagang UMKM perlakuan= 50 pedagang.

(57)

5. Jumlah sampel persepsi pembeli pasar modern = 10 pembeli.

2. Definisi Operasional Variabel

Variabel dampak dalam penelitian ini terdapat empat indikator yaitu Jumlah tenaga kerja, Keuntungan, Omzet dan Jumlah Pembeli. Adapun masing-masing definisinya:

1) Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja mempunyai peranan yang penting dalam suatu perusahaan. Mereka menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas perusahaan. Berbeda dengan mesin, uang, dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta dapat diukur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan. Pengertian Tenaga Kerja menurut (Mulyadi, 2005:319) tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk.

2) Keuntugan/ Laba

(58)

pendapatan tersebut selama periode tertenu. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan penjualan sebagai selisih dari keseluruhan usaha yang didalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses penjualan selama periode tertentu.

3) Omzet

Nurfitria (2011) mengartikan omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. Seorang pengelola usaha dituntut untuk selalu meningkatkan omzet penjualan dari hari kehari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Hal ini diperlukan kemampuan dalam mengelola modal terutama modal kerja agar kegiatan operasional perusahaan dapat terjamin kelangsungannya. 4) Jumlah Pembeli

(59)

berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, memnbeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. (Tjiptono, 2008:219) 3. Teknis Analisis Data

1. Analisis Kuantitatif

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Metode Difference-in-Difference. Metode ini mensyaratkan pencatatan keadaan dalam dua periode waktu yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (treatment). Dalam hal ini, perlakuan adalah beroperasinya pasar modern. Selanjutnya, juga harus terdapat kelompok kontrol (Contoh: pedagang UMKM tanpa pasar modern disekitarnya), dan karakteristik kelompok perlakuan dan kelompok kontrol harus serupa. Kerangka metode DiD ditunjukkan oleh persamaan 1.

(60)

sedangkan C1 dan C2 merupakan keadaan para pedagang UMKM di mana tidak terdapat pasar modern di dekatnya selama periode yang sama. Jika dampak berbeda dari nol, maka pembangunan pasar modern berdampak pada pedagang UMKM.

Selisih perbedaan biasanya disingkat DiD atau

DD adalah teknik statistik yang digunakan dalam

ekonometri dan penelitian kuantitatif dalam ilmu-ilmu

sosial yang mencoba untuk meniru desain penelitian

eksperimental menggunakan data studi observasional,

dengan mempelajari efek diferensial dari pengobatan

pada 'kelompok perlakuan' versus 'kelompok kontrol' dalam percobaan alami. Ini menghitung efek pengobatan

(yaitu, variabel penjelas atau variabel independen) dari

hasil (yaitu, variabel respon atau tergantung variabel)

dengan membandingkan rata-rata perubahan dari waktu

ke waktu dalam variabel hasil untuk kelompok

perlakuan, dibandingkan dengan rata-rata perubahan dari

waktu ke waktu untuk kelompok kontrol. Meskipun

dimaksudkan untuk mengurangi dampak dari

(61)

kelompok perlakuan yang dipilih, metode ini mungkin

masih dikenakan bias tertentu (mis berarti regresi,

kausalitas terbalik dan dihilangkan variabel bias).

(Imbens: 2007)

2. Analisis Kualitatif

Evaluasi dampak kualitatif mencakupi wawancara mendalam dengan para pejabat pemerintah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sleman terkait dengan kebijakan pembangunan pasar modern dan pengembangan UMKM.

4. KERANGKA BERFIKIR

(62)

dikemukakan kerangka berfikir (Sugiyono, 2010: 88). Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Berfikir Penelitian

Analisa Kuantitatif (DiD) Jumlah tenaga kerja

Keuntungan Omzet

Jumlah pembeli

Analisis dalam Perspektif Ekonomi Islam

Rekomendasi Kebijakan Penataan Pasar Modern dan UMKM Analisa Kulitatif (Persepsi)

Pedagang UMKM Pembeli UMKM Pembeli pasar modern

(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Keadaan Umum Kondisi Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kabupaten Sleman

Semakin berkembangnya pasar modern atau yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mall atau pusat perbelanjaan yang saat ini sudah beroperasi menyebabkan menurunnya jumlah usaha pasar tradisional dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau UMKM karena adanya pergeseran preferensi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Jika dulu masyarakat berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional, maka masyarakat sekarang cenderung berbelanja di supermarket dan jenis pasar modern lainnya.

(64)

Selain penataan pasar atau toko modern yang ada di Kabupaten Sleman, Pemkab Sleman pada tahun 2016 juga melakukan revitalisasi dan relokasi di beberapa pasar tradisional. Beberapa pasar tersebut antara lain keberadaan pasar tradisional yang berada di Kabupaten Sleman sampai saat ini masih cukup banyak, namun kondisinya perlu dibenahi agar lebih baik dan bersih serta memberi kenyamanan bagi pedagang dan konsumen. Untuk mewujudkan hal tersebut Dinas Pasar Kabupaten sleman terus berupaya agar keberadaan pasar tradisional memberi manfaat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.

(65)

Termasuk beberapa pasar tradisional yang ada di Kabupaten Sleman, terutama pasar tumpah secara bertahap akan dibenahi agar tidak menimbulkan kemacetan dan kumuh. Biasanya saat hari hari tententu di beberapa tempat atau pasar tradisional terjadi pasar tumpah yang berpotensi menimbulkan kemacetan. Setelah revitalisasi/relokasi dan penataan kembali tidak terjadi kemacetan.

2. Gambaran Lokasi Pusat Perbelanjaan Di Kabupaten Sleman Menurut Peraturan Bupati Sleman Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Sleman Nomor 44 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang dimaksud pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang, yang berbentuk pertokoan, mall, plaza, dan pusat perdagangan.

(66)

saat ini banyak dimasuki dan menarik investor untuk membangun dan mengembangkan pusat perbelanjaan yang megah. Salah satunya di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, Kecamatan ini tercatat paling padat penduduknya dan potensi diberbagai bidang seperti wisata, ekonomi, pendidikan sangat melaju pesat. Beberapa pusat perbelanjaan terletak dikecamatan ini diantaranya yang pertama ada pusat perbelanjaan Plaza Ambarukmo adalah pusat perbelanjaan yang lokasinya terletak di Jl. Laksada Adisucipto, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Dengan luas 120.000m2, mall ini menjadi pusat perbelanjaan pertama yang dibangun dan beroperasi di Kota Yogyakarta. Pusat perbelanjaan ini mulai beroperasi pada tahun 2006, pemilik, pengembang sekaligus pengurus dari mall ini adalah PT Putera Mataram Mitra Sejahtera. Terdapat 230 toko dan jasa di dalamnya dengan 7 lantai serta tersedia tempat parkir dengan kapasitas 1000 mobil dan 1400 motor.

Selain itu ada juga pusat perbelanjaan yang baru beroperasi pada akhir tahun 2015 yaitu Sahid Jogja Walk atau yang biasa disebut Sahid J-Walk yang terletak di Jalan Babarsari No. 2, Depok,

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sudah siap beroperasi. Mall

yang merupakan satu bagian dari Sahid Lifestyle City di Yogyakarta

(67)

anak muda. PT Sahid Truntum Pangestu menghadirkan satu

kawasan yang menunjang berbagai kebutuhan gaya hidup masa kini

melalui Sahid Lifestyle City di Yogyakarta. Sahid J-Walk hadir

dengan area seluas 2,2 ha dan bangunan 82 ribu meter persegi.

B. Gambaran Kondisi Kabupaten Sleman 1. Visi dan Misi

Visi pembangunan Kabupaten Sleman tahun 2011-2015 yaitu

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT SLEMAN YANG LEBIH

SEJAHTERA LAHIR DAN BATHIN, BERDAYA SAING,

DAN BERKEADILAN GENDER PADA TAHUN 2015’

(68)

2. Letak Wilayah

Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110°15’13” sampai dengan 110°33’00” Bujur Timur dan 7°34’51” sampai dengan 7°47’03” Lintang Selatan. Di sebelah utara, wilayah Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (BPS, Kabupaten Sleman dalam Angka 2014)

3. Luas Wilayah

(69)
(70)

Sumber: BPS Kab.Sleman

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kab. Sleman BUPATI

2.Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga

3.Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

4.Dinas Tenaga Kerja dan Sosial 5.Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil

6.Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

7.Dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika 8.Dinas Sumber Daya Air, Energi

dan Mineral 14.Dinas Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2. Badan Kepegawaian Daerah 3. Badan Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Masyarakat, dan Pemberdayaan

Perempuan

4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah

5. Satuan Polisi Pamong Praja 6. Inspektorat Kabupaten 15. Sekretarian Dewan Pengurus

Korps Pegawai Republik Indonesia

(71)

4. Pertumbuhan Ekonomi

(72)

Sumber: Badan Pusat Statistik, Kabupaten Sleman Dalam Angka, 2010

Gambar 4.2 Perkembangan Ekonomi Berbagai Bidang di Kabupaten Sleman (2005-2009)

5. Perdagangan

Perkembangan jumlah eksportir, volume dan nilai eksport sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan disebabkan adanya krisis keuangan global pada pertengahan tahun 2008, semakin ketatnya persaingan pada pasar global dan semakin maraknya atribut ekspor yang dipersyaratkan negara mulai tahun 2007 seperti Amerika dan Eropa dengan berbagai pertimbangan untuk keselamatan konsumen. Penurunan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

pengangkutan dan komunikasi keuangan,persewaan dan jasa keuangan

(73)

Tabel 4.1 Sektor Ekspor dan Impor Kabupaten Sleman Tahun 2005-2009 Sumber: BPS, Kab.Sleman Dalam Angka 2010

Meskipun jumlah eksportir, volume, dan nilai ekspor mengalami penurunan namun usaha perdagangan di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan, hal ini dapat terlihat dari meningkatnya usaha perdagangan dari 7.548 unit pada tahun 2005 menjadi 10.300 unit pada tahun 2009, yang meliputi PT, CV, Firma, Perorangan, Koperasi, dan Badan Usaha Lainnya. Adapun jumlah sarana perdagangan di Kabupaten Sleman pada tahun 2009, terdiri dari pasar tradisional/desa 41 buah, pasar lokal/kabupaten 37 buah, pasar hewan 5 buah, pasar swalayan 96 buah, grosir 2 buah, dan mall atau plaza 1 buah.

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah

e ksportir

53 60 55 51 49

Volume

(Kg)

13.603.837,45 11.392.759,48 7.874.448,01 6.258.375,79 3.711.868,31

(74)

C. Hasil Pengumpulan Data

1. Karakteristik Responden Dampak

(75)

a. Responden UMKM Dampak Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Data Diolah 2016

Gambar 4.3 Diagram Responden UMKM Dampak Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada diagram di atas menunjukkan pada responden dampak kelompok perlakuan tercatat 43 persen responden berjenis kelamin laki-laki dan 57 persen berjenis kelamin perempuan sedangkan pada responden dampak kelompok kontrol terdapat 40 persen berjenis kelamin laki-laki dan 60 persen berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian perbedaan nampak antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, sehingga ditarik kesimpulan bahwa responden berjenis kelamin perempuan yang paling banyak dijumpai peneliti pada pedagang Usaha

43%

57%

40%

60%

L P

(76)

Mikro Kecil dan Menengah terutama di kelompok kontrol. Sedangkan pada responden dampak kelompok perlakuan jenis kelamin yang paling banyak ditemukan adalah laki-laki.

b. Responden UMKM Dampak Berdasarkan Usia

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.4 Diagram Responden UMKM Dampak Berdasarkan Usia

Diagram di atas menunjukkan responden dampak kelompok perlakuan usia 20-30 tahun ada pada angka 5 persen, usia 30-40 diangka 46 persen, usia 40-50 diangka 26 persen dan usia 50 tahun keatas diangka 31 persen sedangkan responden dampak kelompok kontrol usia 20-30 tahun diangka 9 persen, usia 30-40 diangka 29 persen, usia 40-50

5%

46%

26%

23%

9%

29% 31% 31%

20-30 TAHUN 30-40 TAHUN 40-50 TAHUN 50 TAHUN KEATAS

(77)

diangka 31 persen dan usia 50 tahun keatas diangka 31 persen. Hal ini menunjukkan usia kisaran 30-40 adalah usia yang paling banyak dijumpai pada pedagang usaha mikro, kecil dan menengah khususnya pada kelompok responden perlakuan, sedangkan usia 40-50 dan 50 tahun keatas banyak dijumpai pada responden kelompok kontrol.

c. Responden UMKM Dampak Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.5 Diagram Responden UMKM Dampak Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Bila dilihat dari diagram di atas berdasarkan pendidikan terakhir responden dampak kelompok perlakuan yang tidak sekolah berjumlah

0 0 8%

63%

29%

0 0

11%

63%

26%

TIDAK SEKOLAH SD SLTP SLTA AKADEM IK/UNIV

(78)

0 atau tidak dijumpai peneliti, lulus SD berjumlah 0, lulus SLTP berjumlah 8 persen, lulus SLTA berjumlah 63 persen dan lulus akademik atau universitas berjumlah 29 persen sedangkan responden dampak kelompok kontrol jumlah yang tidak sekolah juga 0, lulus SD juga 0, lulus SLTP berjumlah 11 persen, lulus pada SLTA sama jumlahnya yaitu 63 persen dan lulus akademik atau universitas berjumlah 26 persen. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan para pedagang UMKM ini lulus pada jenjang SLTA bahkan jika dilihat jumlahnya pada kedua responden perlakuan ataupun kontrol tercatat sama, namun jika dilihat dari tingkat lulus Akademik atau Universitas pada kelompok perlakuan lebih unggul di bandingkan dengan kelompok kontrol.

(79)

a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.6 Diagram Responden Persepsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa responden persepsi pedagang pada UMKM berjenis kelamin laki-laki ada diangka 58 persen sedangkan jenis kelamin perempuan ada diangka 42 persen, pada responden persepsi pembeli di UMKM jumlah jenis kelamin laki-laki 40 persen dan jenis kelamin perempuan 60 persen, pada responden persepsi pembeli di mall jenis kelamin laki-laki berjumlah 20 persen dan perempuan 80 persen. Jadi jika

40% 20%

58%

60%

80%

42%

PERSEPSI PEM BELI DI UM KM

PERSEPSI PEM BELI DI M ALL

PERSEPSI PEDAGANG UM KM PERLAKUAN

(80)

melihat responden persepsi pedagang UMKM jenis kelamin yang paling banyak dijumpai adalah laki-laki sedangkan dari segi sisi pembeli di diominasi responden perempuan.

b. Responden Persepsi Berdasarkan Usia

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.7 Diagram Responden Persepsi Berdasarkan Usia

Dilihat dari diagram di atas bahwa usia 30-40 tahun banyak dijumpai pedagang UMKM sebanyak 40 persen, sedangkan pada responden pembeli pada UMKM atau pembeli di mall usia 20-30 dan 20-30-40 juga paling banyak dijumpai justru yang lebih muda banyak mengunjungi pasar modern atau mall. Hal ini para

50%50% 40%50% 10% 0 0 0

10%

40%

30%

20%

20-30 TAHUN 30-40 TAHUN 40-50 TAHUN 50 TAHUN KEATAS

Persepsi Pembeli di UMKM

Persepsi Pembeli di Mall

(81)

pembeli usia sekitar 20-30 mengakui bahwa mengunjungi mall atau pusat perbelanjaan tidak hanya untuk berbelanja namun iseng jalan-jalan atau rekreasi.

c. Responden Persepsi Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.8 Diagram Responden Persepsi Berdasarkan Pendidikan Terakhir

T IDAK SEKOLAH SD SLT P SLT A D1-3 S1 PASCASARJANA

Persepsi Pembeli di UMKM Persepsi Pembeli di Mall

(82)

segmentasi pasar terbentuk. Pembeli UMKM dan Mall masih didomisili pendidikan S1 karena sudah kita ketahui Kota Yogyakarta dikenal sebagai Kota pendidikan, jadi setiap sudut daerah yogyakarta ada beberapa mahasiswa yang bergantung hidupnya dan memenuhi kebutuhannya pada UMKM terutama pasar modern.

d. Responden Persepsi Berdasarkan Pekerjaan

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.9 Diagram Responden Persepsi Berdasarkan Pekerjaan

Menurut tingkat pekerjaan, sebagian besar pembeli pada UMKM dan pembeli di pasar modern unggul dengan mahasiswa

(83)

karena kota Yogyakarta adalah kota pelajar dimana banyak orang dari manapun berdatangan untuk menuntut ilmu dibangku kuliah. Hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup pada mahasiswa yang semakin berkembang dengan beberapa pertimbangan antara lain waktu kuliah dengan pergi belanja atau hanya sekedar jalan-jalan, kenyamanan dan tidak perlu menghabiskan waktu untuk melakukan penawaran harga karena harga sudah tertera.

e. Persaingan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kabupaten Sleman

Sumber: Data diolah

Gambar 4.10 Diagram Komoditas yang di jual dan Proposi Pedagang UMKM Kabupaten Sleman

(84)

Dari gambar di atas komoditas yang dijual pada UMKM dan proposi pedagang di Kabupaten Sleman yaitu sembako berada urutan paling atas 25,17 persen karena sembako sangat dibutuhkan pada segmen rumah tangga dan kebutuhan sehari-hari, berikutnya makanan atau minuman 21,14 persen, plastik 20,13 persen, kelontong 15,10 persen, kue 15,10 persen, buah 9,6 persen, peralatan rumah tangga 9,6 persen,beras 7,5 persen, obat-obatan 7,5 persen, tahu atau tempe 6,4 persen, kosmetik 4,3 persen, fashion 4,3 persen, sepatu atau sandal 3,2 persen, sayur mayur 3,2 persen dan terakhir penjual mainan 2,1 persen. Hal diatas menunjukkan bahwa kebanyakan pedagang UMKM lebih memilih sembako sebagai komoditasnya dibandingkan dengan komoditas lainnya. Karena tingginya tingkat persaingan diantara pedagang belum lagi persaingan dengan pasar modern yang lebih banyak menjual berbagai komoditas.

(85)

di pedagang UMKM. Hal inilah salah satu yang membuat pedagang UMKM sepi pembeli.

Sumber: Data Diolah 2016

Gambar 4.11 Diagram Segmen Pelanggan Pada Usaha Mikro Kecil Menengah di Kabupaten Sleman

Gambar di atas menunjukkan bahwa Rumah Tangga merupakan pangsa pembeli terbesar dalam hal jumlah konsumen. Berkenaan dengan jumlah pelanggan, 55 persen pedagang mengatakan bahwa pelanggan utama mereka adalah rumah tangga, 25 persen pemilik warung dan 20 persen pedagang keliling. Karena para ibu rumah tangga yang memenuhi kebutuhan hidupnya sangat pilih-pilih

55%

25%

20%

0

(86)

dalam menentukan dimana mereka harus berbelanja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mempertimbangkan segala hal.

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.12 Diagram Pemasok Usaha Mikro Kecil Menengah di Kabupaten Sleman

Gambar di atas menunjukkan pemasok UMKM, dalam hal mata rantai pasokan 36 persen berasal dari grosir, 30 persen penyalur, 15 persen pasar induk, 11 persen tengkulak dan 8 persen produksi orang atau rumah tangga lain. Hal ini dikatakan pedagang bahwa barang dagangan yang dibeli dari grosir sangat mudah dan

0 8%

30%

11%

15%

(87)

praktis harganya pun terjangkau, jadi untuk dijual eceran kembali tidak jauh berbeda harganya.

Sumber: Data Diolah 2016

Gambar 4.13 Diagram Metode Pembayaran Kepada Pemasok UMKM di Kabupaten Sleman

Gambar di atas memberikan gambaran mengenai metode pembayaran yang paling banyak dilakukan oleh para pedagang UMKM kepada pemasok. Hampir semua pedagang melakukan pembayaran kontan 62 persen, konsinyasi 22 persen dan paling sedikit menggunakan pembayaran kredit 16 persen. Pembayaran kontan (tunai) merupakan metode yang paling utama digunakan. Hal ini tidaklah heran, karena kebanyakan mereka adalah

62%

16%

22%

(88)

pedagang berskala kecil. Metode pembayaran konsinyasi atau menjual suatu barang dengan cara pemilik menitipkan barang tersebut kepada pihak lain atau sebaliknya dengan harga dan syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak dalam suatu perjanjian tidaklah banyak hanya sebagian pedagang saja karena pemasok pun tidak yakin akan kemampuan membayar mereka sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Hampir 70 persen pedagang UMKM membayar tunai kepada pemasok, keadaan ini berarti bahwa pedagang UMKM sepenuhnya menanggung risiko kerugian dari usaha dagangnya.

Sumber: Data diolah 2016

Gambar 4.14 Diagram Sumber Modal usaha UMKM di Kabupaten Sleman

68%

21%

11%

(89)

Terkait dengan modal usaha gambar di atas menunjukkan bahwa 68 persen pedagang menggunakan modal sendiri, 21 persen Bank Pemerintah dan 11 persen Bank Swasta. Penggunaan modal usaha sendiri jauh melampaui dari modal yang berasal dari Bank Pemerintah maupun Bank Swasta.

(90)

f. Dampak Pembangunan Pasar Modern Terhadap Kinerja UMKM

Dalam penelitian sebelumnya Damasus Ottis Widiandra dan Hadi Sasana (2013) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa ada sebagian pedagang yang terkena dampak pasar modern sementara sebagian lainnya tidak. Hasil dari penelitian ini pertama adalah faktor jarak antara Usaha mikro dan pusat perbelanjaan yang berada relatif dekat, dan paling banyak terkena dampak, kedua faktor disverfikasi produk, komoditas yang dijual di UMKM jelas tersedia pada pusat perbelanjaan sedangkan sebaliknya yang dijual pada pusat perbelanjaan belum tentu dijual pada UMKM, dan terakhir adalah faktor harga karena harga antara UMKM dengan pusat perbelanjaan tidak jauh berbeda, maka dari itu konsumen yang akan berbelanja lebih memilih berbelanja di pusat perbelanjaan selain harga tidak jauh berbeda tetapi bisa merasakan juga kenyamanannya.

(91)

Tabel 4.2 Perubahan Keuntungan, Omzet, Jumlah Pegawai dan Jumlah Pembeli UMKM di Kecamatan Depok yang berada sekitar Pasar modern atau Mall (Perlakuan)

Sumber: Data diolah 2016

Tabel 4.3 Perubahan Keuntungan, Omzet, Jumlah Pegawai dan Jumlah Pembeli UMKM di Kecamatan Gamping yang jauh atau belum dimasuki Pasar modern atau Mall (Kontrol)

(92)

D. Analisis Dampak Pembangunan Pasar Modern Terhadap Kinerja UMKM dengan Menggunakan metode Difference in Difference (DiD)

Tabel 4.4 Hasil Analisis Menggunakan Metode Difference in Difference (DID)

Sumber: Data diolah 2016

Analisis evaluasi dampak dengan metode DiD ini menemukan bahwa perbedaan dalam perubahan keuntungan, omzet dan jumlah pembeli antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sangat nyata. Ini berarti bahwa kehadiran beberapa pusat perbelanjaan di Kabupaten Sleman Khususnya Kecamatan Depok yang disekitarnya berada dekat dengan beberapa Usaha Mikro Kecil Menengah yang sebelumnya telah menjalankan usahanya dapat dianggap sebagai penyebab penurunan

Variabel Perlakuan Kontrol Dampak

Keuntungan Rp. 275.000 Rp. 600.000 -Rp. 325.000

Omzet Rp. 350.000 Rp. 600.000 -Rp. 250.000

Jumlah Pegawai 0 0 0

(93)

keuntungan, omzet dan jumlah pembeli karena pada UMKM kelompok kontrol atau Kecamatan Gamping yang jauh dari kehadiran pusat perbelanjaan dan belum dimasuki pasar modern tidak terjadi penurunan keuntungan, omzet dan jumlah pembeli yang sama bahkan pada kelompok ini jumlah pembeli terus meningkat karena pada Kecamatan Gamping banyak pembeli UMKM dari segmen rumah tangga dan hampir sebagian dari mereka memenuhi kebutuhan hidupnya hanya berbelanja pada UMKM yang dekat dengan tempat tinggal karena jarak yang jauh ke pusat perbelanjaan.

Dari hasil pengamatan dan penelitian, faktor jarak antara UMKM dengan pasar modern merupakan faktor yang dapat menjelaskan mengapa ada UMKM terkena dampak kehadiran pusat perbelanjaan dan ada UMKM yang tidak terkena dampak. UMKM Kecamatan Depok yang berada dekat dengan pusat perbelanjaan merasakan dampak sedangkan UMKM Kecamatan Gamping yang berada jauh dari pusat perbelanjaan tidak merasakan dampak.

Gambar

Tabel 1.1 Perkembangan UMKM
Gambar 3.1 Kerangka Berfikir Penelitian
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kab. Sleman
Tabel 4.1 Sektor Ekspor dan Impor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap organisasi memerlukan suatu struktur organisasi yang dapat diartikan sebagai kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan untuk mencapai suatu tujuan

Sistem ini menjadi keunggulan Relax Café dibandingkan dengan usaha sejenis disekitar UNS mengingat pada masa sekarang kesadaran mahasiswa akan lingkungan hidup

Bentuk penerapan kontrol pada area pengelolaan risiko keamanan informasi ini sejalandengan strategi penerapan manajemen risiko yang terdapat pada Peraturan

bersifat verbal. Aspek intelegensi yang bersumber pada penglihatan dan motorik tidak banyak mengalami hambatan tetapi justru berkembang lebih cepat. Ada beberapa ahli ilmu

Intrvensi pemberian kinesiotaping bertujuan untuk memfasilitasi otot hamstring pada saat latiha, serta beberapa macam latihan yang diberikan bertujuan

Tempat : Ruang ULP Lantai 3 Kantor Bupati Maluku Tengah Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima

Selanjutnya Husain al-Dhahabi menunjuk contoh bagi tafsir nazari (falsafi) dengan tafsir Ibnu ‘Arabi (560-638 H.) yang berjudul at- Tafsīr al - Kabīr yang terdiri

[r]