• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Hernia Inguinal Lateralis di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 Dr. Pingadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Hernia Inguinal Lateralis di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 Dr. Pingadi Medan"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Hernia Inguinal Lateralis di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan

Elyani sembiring, S.Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU ABSTRAK:

Pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan profesional pada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Tujuannya adalah perawat mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis sesuai dengan kebutuhan klien. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis mahasiswa juga mengutamakan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dalam setiap tindakan yang diberikan. Untuk KIE mahasiswa melakukan pembuatan media berupa leaflet. Pemberian KIE pada keluarga klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis bertujuan agar keluarga klien mengetahui masalah kesehatannya dan mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialami serta meningkatkan status kesehatan klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis. Diharapkan perawat di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan dapat memberikan KIE secara optimal.

(4)

Management of Service and Nursing Care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases in Kenanga 1 Room Dr. Pirngadi General Hospital Medan

Elyani sembiring, S.Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU ABSTRACT:

Management of service and professional nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis diseases having the character of the humanistic, using approach holistik, based on science and nursing care strategy, oriented on objective

requirement client, related to professional standard of nursing care and use the ethics of nursing care as especial guidance. The purpose of nursing care, the nurse is able to give the comprehensive nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases. Giving the nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases, student is also using the Communication, Information and Education. Student made the media such as leaflet for giving health education to client based on nursing diagnosis of client so that health education could given optimally. The purpose of the health education of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases is to know his health problem, to overcome the health problem and to improve the quality of health client with Hernia Inguinal Lateralis

Diseases. The student hope the nurse in Kenanga 1 Room RSUD dr. Pirngadi will give the health education of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases optimally.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif (PBLK) yang berjudul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Hernia Inguinal Lateralis di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 Dr. Pingadi Medan”. Penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar Ners di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing laporan praktek belajar lapangan komprehensif yang selalu sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini. Terima kasih banyak untuk bimbingan ibu selama ini.

2. dr.Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(6)

4. Kepada seluruh staf pegawai ruangan di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah banyak membantu pelaksanaan praktek lapangan ini.

5. Teristimewa kepada keluargaku tercinta, Bapakku CD. Sembiring, SKM dan Mamaku K.Sitinjak, S.Pd dengan kasih sayangnya yang tiada berkesudahan selalu mendoakan, membimbing, menghibur, memberi motivasi dan semangat kepada penulis. Terima kasih untuk seluruh keringat dan doa yang telah diberikan demi keberhasilan penulis. Begitu juga dengan Abangku dr. Jhony Pehulisa Sembiring, Kakakku Esra Lina Sembiring, S.Pd, Adikku Erina Sembiring dan Adik Sepupuku Friska Barus yang dengan sabar selalu membantu, memberikan doa dan semangat bagi penulis. Buat keluarga besar yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih buat doa dan dukungan selama ini.

6. Sahabat-sahabatku tercinta Wasli Waslifour Glorya Daeli, Ruth Damayanti Juliana Pakpahan, Elisabeth Stefani Siahaan, Wahyu Ningsih Lase, Tirolyn Panjaitan yang saling memberikan semangat dan penguatan satu sama lain selama di bangku perkuliahan.

7. Teman seperjuangan saya selama menjalani praktik belajar lapangan komprehensif ini Novriani Harahap, serta teman-teman mahasiswa/i S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Stambuk 2007 yang telah mendukung, memberi motivasi, dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini.

(7)

dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga laporan PBLK ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Juli 2012

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Skema ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 5

C. Manfaat ... 6

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 7

B. Analisis Ruang Rawat ... 41

1. Pengkajian ... 41

2. Analisa Situasi ... 58

3. Rumusan Masalah ... 65

4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 66

5. Implementasi ... 67

6. Evaluasi ... 68

7. Pembahasan ... 69

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 71

B. Tinjauan Kasus ... 91

1. Pengkajian ... 91

2. Diagnosa Keperawatan ... 101

3. Intervensi Keperawatan ... 101

4. Implementasi dan Evaluasi ... 103

(9)

BAB IV PENUTUP

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional ... 34

Skema 2. Sistem Pemberian Keperawatan “Primary Nursing” ... 36

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Tim ... 38

Skema 4. Sistem Pemberian Keperawatan Manajemen Kasus ... 39

Skema 5. Struktur Organisasi Ruang Kenanga 1 RSUD dr. Pirngadi Medan ... 43

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Planning Of Action (POA) di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2. Instrumen Pengkajian di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3. Pre Planning dan Evaluasi Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Hernia 4. Laporan Hasil Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Hernia

5. Leaflet Penyakit Hernia

6. Pre Planning Pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Perawatan Luka

7. Laporan Hasil Pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak Dan Perawatan Luka

(13)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Penyakit Hernia Inguinal Lateralis di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan

Elyani sembiring, S.Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU ABSTRAK:

Pengelolaan pelayanan dan asuhan keperawatan profesional pada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Tujuannya adalah perawat mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis sesuai dengan kebutuhan klien. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis mahasiswa juga mengutamakan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dalam setiap tindakan yang diberikan. Untuk KIE mahasiswa melakukan pembuatan media berupa leaflet. Pemberian KIE pada keluarga klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis bertujuan agar keluarga klien mengetahui masalah kesehatannya dan mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialami serta meningkatkan status kesehatan klien dengan penyakit Hernia Inguinal Lateralis. Diharapkan perawat di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan dapat memberikan KIE secara optimal.

(14)

Management of Service and Nursing Care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases in Kenanga 1 Room Dr. Pirngadi General Hospital Medan

Elyani sembiring, S.Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU ABSTRACT:

Management of service and professional nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis diseases having the character of the humanistic, using approach holistik, based on science and nursing care strategy, oriented on objective

requirement client, related to professional standard of nursing care and use the ethics of nursing care as especial guidance. The purpose of nursing care, the nurse is able to give the comprehensive nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases. Giving the nursing care of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases, student is also using the Communication, Information and Education. Student made the media such as leaflet for giving health education to client based on nursing diagnosis of client so that health education could given optimally. The purpose of the health education of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases is to know his health problem, to overcome the health problem and to improve the quality of health client with Hernia Inguinal Lateralis

Diseases. The student hope the nurse in Kenanga 1 Room RSUD dr. Pirngadi will give the health education of children with Hernia Inguinal Lateralis Diseases optimally.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting dalam menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan yang melibatkan individu dalam program pengendalian pelayanan rumah sakit. Keperawatan sebagai pelayanan asuhan profesional bersifat humanistik menggunakan pendekatan holistik yang dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang berorientasi kepada kebutuhan klien dengan mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2002).

Pelayanan komprehensif merupakan pelayanan klien secara total dan pelayanan kesehatan holistik. Kesehatan holistik melibatkan individu secara total baik keseluruhan status kehidupannya dan kualitas hidupnya dalam berespon terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya sehingga perawat dapat memberikan pelayanan secara tepat dan efektif untuk membantu klien dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya (Gillies, 1998).

(16)

keperawatan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik.

PBLK dilaksanakan selama empat minggu di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 mulai tanggal 11 Juni 2012 sampai 07 Juli 2012 dengan enam hari praktik dari hari Senin hingga Sabtu di tempat kegiatan PBLK berdasarkan bidang kepeminatan dengan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing. Berdasarkan hal ini praktikan memilih mata ajar Keperawatan Anak dan melakukan PBLK di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan kegiatan pertama yaitu penerapan asuhan keperawatan secara komprehensif dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi sesuai dengan penemuan fenomena kasus di ruangan. Kegiatan kedua yaitu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan sesuai dengan kasus kelolaan.

Sebagai pelaksana, perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan komprehensif yang dalam hal ini kasus yang diangkat penyakit Hernia Inguinal Lateralis.

(17)

ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila anak mereka diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya Hernia Inguinalis Lateralis. (Daninilege, 2008 dalam Hidayati, 2009).

Hernia Inguinalis Lateralis terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap suatu tuberkulum pubikum, tonjolan dapat timbul apabila pasien menangis, megejan, atau berdiri dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan istirahat dan terlentang. Hernia biasanya berisi usus atau mesenterum. Pada perempuan, ovarium dapat mengalami herniasi.

Hernia Inguinalis Lateralis dapat terjadi karena anomali congenital atau karena sebab di dapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong isi hernia. Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka. Umumnya disimpulkan prosesus vaginalis yang patent bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain (karnadihardja, 2005).

(18)

kasus hernia inguinalis biasanya biasanya ada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri dan 10% bilateral (shochat, 2000).

Bayi prematur mempunyai insiden Hernia Inguinalis Lateralis lebih tinggi. Sampai dengan 7% anak laki-laki yang dilahirkan kurang dari 30 minggu usia kehamilan menderita Hernia Inguinalis Lateralis dibanding 0,6% bayi laki-laki yang lahir lebih dari 36 minggu usia kehamilan. Lagi pula, sekitar 20 kali lebih besar insiden hernia pada bayi prematur dengan berat badan kurang dari 1.500 gr dibanding bayi-bayi yang lebih besar, karena inkarserata mendekati 30% pada populasi ini, perbaikan hernia secara elektif harus dipertimbangkan sebelum dipulangkan dari perwatan intensif neonatus (shochat, 2000).

Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102 ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara 150.214 penderita. Oleh karena itu dalam mengatasi masalah tersebut, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan untuk meningkatkan kesehatan anak, sebagai salah satu masalah yang ditemukan pada anak adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya adalah kasus hernia yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase penyakit bedah lainnya.

(19)

penderita yang berumur sampai 14 tahun, terdapat 75 laki-laki dan 20 perempuan. Dan jumlah ini didapatkan 78,9% kasus laki-laki, 42,1% kelompok umur 0-1 tahun; 52,6% Hernia Inguinalis Lateralis dekstra; 31,6% hernia inguinalis inkarserata, terbanyak pada kelompok umur 0-1 tahun (50%).

Hernia Inguinalis Lateralis merupakan masalah bedah di beberapa Rumah Sakit di kota Medan, tidak terkecuali di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Pada saat pengkajian PBLK praktikan menemukan kasus Hernia Inguinalis Lateralis. Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengangkat kasus Hernia Inguinalis Lateralis sebagai kasus kelolaan dalam 1 bulan selama menjalani praktek belajar lapangan komprehensif.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Selama mengikuti PBLK mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan.

2. Tujuan Khusus

Selama mengikuti PBLK di Ruang Bedah Anak Kenanga 1 RSUD Dr. Pirngadi Medan mahasiswa akan mampu:

(20)

b. Memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap anak sakit dengan komunikasi yang efektif, memperhatikan aspek legal, memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien, memperhatikan kebijakan rumah sakit terhadap pasien, menjalin hubungan interpersonal baik dengan pasien maupun tim medis lainnya serta pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan pasien sampai akhir hidupnya.

C. Manfaat

1. Mahasiswa Keperawatan

Sebagai latihan dan gambaran menjadi perawat profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen keperawatan secara efektif dan efisien.

2. Institusi Pendidikan

Untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah.

3. Lahan Praktik

(21)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

1. Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah proses penggunaan waktu yang efektif

melalui perencanaan dan pengaturan kinerja perawat klinis dengan sistem

manajerial untuk mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis bagi pelayanan

keperawatan, sesuai dengan teori, sistematik, prinsip dan metode yang saling

berkaitan dan berada pada tataran institusi yang besar dengan organisasi

keperawatan yang ada di dalamnya sampai ke level unit. Teori ini meliputi

pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi masih membutuhkan

pengembangan atau perbaikan keterampilan manajerial hingga ke tingkat divisi

keperawatan. Keterampilan manajemen ini diklasifikasikan menjadi tiga

tingkatan yaitu: 1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau

penguasaan teori dan keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi

penguasaan metode, prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal,

meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau

kelompok (Swanburg, 2000).

Longest (1978) menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang

melibatkan hubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan untuk

mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan organisasi dengan

menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain dan teknologi yang

(22)

Administration (1975) (dikutip dari Massie, 1987) menyatakan bahwa manajemen

adalah seni dan ilmu, atau suatu seni yang punya landasan ilmu pengetahuan.

Menurut Grant dan Massey (1999) manajemen merupakan suatu pendekatan yang

dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam

manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating,

Controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan

organisasi.

Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika

Widya Sukmana (1996), manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,

mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia

untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien

mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Manajemen keperawatan

mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan

menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang

sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan agar

dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka

diperlukan suatu Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan

sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan

sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional,

sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses

keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri atas pengumpulan data,

(23)

2. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen keperawatan meliputi beberapa elemen utama yaitu

Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian),

Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

2.1 Planning (Perencanaan)

Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan

merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan

personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada

perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana yang diperlukan

(Swanburg, 1999). Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam

manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen

lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan

dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan

tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.

Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua

pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan

dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan

secara efektif dan efesien.

Di dalam proses keperawatan, perencanaan dapat membantu menjamin

klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan.

Pelayanan ini diberikan oleh tenaga keperawatan agar mendapat hasil yang

(24)

a. Tujuan Perencanaan

Adapun tujuan dari perencanaan adalah :

 Meningkatkan keberhasilan untuk mencapai sasaran dan tujuan

 Mengefektifkan penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia

 Membantu koping dengan situasi kritis

 Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya

 Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan

berdasarkan masa lalu dan yang akan datang.

 Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah

 Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

b. Tahap dalam perencanaan :

 Menetapkan tujuan dalam mengumpulkan data dan fakta

 Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah

 Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.

 Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam

pelaksanaan program.

 Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

c. Prasyarat perencanaan

Prasyarat perencanaan yang dibutuhkan adalah sederhana, tujuan dan hasil

yang akan dicapai jelas, berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku,

sesuai prioritas, pelibatan aktif, praktis, fleksibel, berkesinambungan, dan

mempunyau kejelasan metode evaluasi.

d. Dasar pertimbangan

(25)

e. Langkah-langkah dalam perencanaan

 Pengumpulan data

 Analisa lingkungan (SWOT: strength, weakness, opportunities,

threatened)

 Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan yang

menghambat

 Pembuatan rencana: tentukan obyektivitas, uraian kegiatan, prosedur,

target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, metode yang

digunakan.

f. Jenis Perencanaan

Perencanaan Strategi

Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan,

proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan

masa kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari

efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan

upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil

yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat

dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk

memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan

waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.

Perencanaan Operasional

Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang

akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan,

(26)

aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang

untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.

Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana

tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang

sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang

terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan

sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.

g. Manfaat Perencanaan

 Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan lingkungan.

 Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan

 Memudahkan kordinasi

 Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran

operasional secara jelas

 Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat

 Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami

 Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti

 Menghemat waktu dan dana

h. Keuntungan Perencanaan

 Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.

 Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai

 Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama

fungsi keperawatan

(27)

 Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan

i. Kelemahan Perencanaan

 Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi

dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang

 Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak

 Perencanaan mempunyai hambatan psikologis

 Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif

 Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil

2.2 Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang,

alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga

tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan

yang telah ditetapkan (Siagian, 1983 dalam Nurhidayah, 2007). Menurut

Swanburg (2000), pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas

untuk tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan

autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari

pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainya, baik menurut vertikal

maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi.

Dari beberapa penjelasan pada pengertian tersebut diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa pengorganisasian disusun dengan tujuan agar pekerjaan yang

dikehendaki dapat tercapai dan dibagi-bagi diantara anggota organisasi degan

rentang tugas, wewenang dan tangggung jawab yang jelas sehingga pekerjaan

(28)

a. Prinsip Pengorganisasian

- Rantai komando (Chain of comand)

Kepuasaan anggota, efektif dan sukses mancapai tujuan, organisasi

ditetapkan sesuai dengan hubungan hierarki dan kewenangan dari atas

kebawah.

- Unity of comand

Karyawan mempunyai satu sipervisor dan satu pimpinan dengan satu

perencanaan untuk sekelompok kegiatan dengan tujuan yang sama.

- Span of control / rentang kendali

Prinsip pembimbing, dimana seorang supervisor dapat membimbing

secara efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi

- Specialization

Setiap orang masing-masing memiliki keahlian tertentu.

b. Langkah-langkah Pengorganisasian

 Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang

dalam fungsi perencanaan.

 Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk

mencapai tujuan.

 Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang

praktis.

 Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan

menyediakan fasilitas yang diperlukan.

 Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.

(29)

2.3 Ketenagaan

Ketenagaan merupakan anggota/badan usaha yang memperoleh imbalan,

meliputi kegiatan : perekrutan dan seleksi, pendayagunaan, pengembangan serta

pemeliharaan. Manajemen ketenagaan bukan hanya masalah

administrasi/pengaturan karyawan tetapi lebih banyak merupakan pendekatan

integral secara holistik yang meliputi: peningkatan harkat, menghargai, yakin

bahwa semua manusia ingin memperbaiki diri.

a. Tujuan Manajemen Ketenagaan

Tujuan manajemen ketenagaan adalah mendayagunakan tenaga

keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan

bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi

dalam mencapai tujuan dan sasarannya serta kemampuan menghadapi

tantangan internal maupun eksternal sangat ditentukan oleh kemampuan

mengelola sumber daya manusia setepat-tepatnya.

b. Fungsi Manajemen Ketenagaan

Fungsi manajemen ketenagaan ada 2 yaitu:

1) Fungsi manajerial meliputi:

 Perencanaan: penetapan tujuan, standar, penetapan aturan,

prosedur, penyusunan rencana, perkiraan, prediksi dan proyeksi di

masa mendatang untuk meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan.

 Pengorgnisasian: menyusun pengorganisasian, merancang

pelaksanaan tugas, pendelegasian wewenang, dan pengkordiansian

(30)

 Pengarahan: menggerakkan tenaga untuk menyelesaikan tugas,

memotivasi bawahan dan membina moral.

 Pengawasan: menyusun standar dan pemeriksaan untuk mengkaji

prestasi kerja dibandingkan dengan standar.

2) Fungsi operasional meliputi:

 Pengadaan tenaga: usaha untuk mendapatkan jumlah dan jenis

tenaga yang diperlukan, meliputi kegiatan perencanaan kebutuhan

tenaga, rekruitmen dan seleksi, penempatan karyawan dan orientasi

karyawan.

 Pengembangan tenaga: kegiatan peningkatan pengetahuan,

keterampilan melalui program training, penilaian prestasi kerja dan

program kompensasi.

c. Manfaat manajemen ketenagaan

1. Tercapainya tujuan

2. Dapat meningkatkan efektifitas dan efisien kerja

3. Dapat menambah gairah kerja

4. Dapat diciptakan suasana kerja yang menguntungkan

d. Perencanaan ketenagaan

Langkah-langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut

Dructer dan Gillies (1994) meliputi :

1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan

diberikan

2. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan

(31)

3. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawatan yang dibutuhkan

4. Menerima dan menyaring untuk posisi yang ada

5. Menentukan tenaga perawat sesuai unit dan shift

6. Memberi tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan

keperawatan

2.4 Directing (Pembinaan/pengarahan)

Pengarahan adalah perencanaan menjadi kegiatan melalui kegiatan

directing, controling dan aktiviting. Menguraikan tugas yang dapat di-manage dan

didelegasikan  meningkatkan konstribusi untuk mencapai tujuan organisasi.

Fokus pada tahap ini adalah pembimbing dan meningkatkan motivasi (Marquis,

2000).

1. Fungsi pengarahan

Pengarahan karu pada staf dapat membentuk perilaku staf perawat secara

bertahap, bukan sekaligus. Menurut Timpe (2000) menjelaskan bahwa jika

seseorang menguasai sebuah komponen, kemudian bergerak maju sampai

dengan mengubah tahap berikutnya, sehingga semua komponen dikuasai maka

akan terbentuk sebuah perilaku baru yang sangat kompleks.

2. Langkah-langkah pengarahan

1. Fasilitas proses perubahan perilaku.

2. Tentukan pola-pola perilaku baru dengan rinci.

3. Berikan segera umpan balik kepada setiap individu terkait prestasi.

4. Tanggapi perilaku secepatnya.

(32)

6. Gunakan pengutan secara berkesinambungan dan bervariasi.

7. Hargai kerja tim  bukan menjadi pesaing.

8. Kaitkan semua penghargaan dengan prestasi.

9. Jangan melalaikan prestasi kerja yang tinggi.

3. Kemampuan dalam memberikan pengarahan

a. Meningkatkan motivasi.

b. Manajemen waktu.yang efisien  prioritas.

c. Penampilan komunikasi yang efektif: jelas, asertif.

d. Penatalaksanaan konflik dengan cara konstruktif dan

mendukung/memfasilitasi kolaborasi.

e. Memiliki kemampuan negosiasi.

f. Mempunyai kemampuan mendelegasikan.

g. Memiliki kemampuan mensupervisi.

Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya

kepemimpinan yaitu :

Autokratik

Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung

memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.

Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau

sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.

Demokratis

Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.

(33)

manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan

produktivitas dan kepuasan kerja.

Laissez faire

Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang

memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan

kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat

mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.

Seorang manajer perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan harus

belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada

para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat

lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan

manajemen partisipasi oleh perawat professional.

2.5 Controlling (Pengendalian/Evaluasi)

Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi

sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta

prinsip-prinsip yang ditentukan yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan

dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk

menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem

informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah

ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur

penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling

(34)

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah

diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).

Sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik yaitu : harus

menunjukkan sifat dari aktivitas, harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan

segera, harus memandang ke depan, harus menunjukkan penerimaan pada titik

kritis, harus objektif, harus fleksibel, harus menunjukkan pola organisasi, harus

ekonomis, harus mudah dimengerti, serta harus menunjukkan tindakan perbaikan.

Untuk fungsi-fungsi kontrol dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer.

Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab

mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan

mingguan, dan penugasan, serta penggunaan sumber-sumber secara efektif.

Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.

Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian

tujuan-tujuan keperawatan adalah:

1. Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur

yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran.

Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat

digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

2. Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas

dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

a. Prinsip controlling

Prinsip controlling yaitu:

(35)

Principle of comparison: membandingkan yang direncanakan dengan

yang dicapai.

The principle of exception: tidak yang sempurna dari perencanaan,

yang penting ada umpan balik untuk perbaikan.

b. Pelaksanaan controlling

Pelaksanaan controlling meliputi:

 Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan.

Pre conference, overan, post conference.

 Ronde keperawatan.

 Mengetahui produktivitas berdasarkan gant cart yang telah dibuat.

 Program evaluasi dan peer review

c. Tipe controlling

Input control.

 Proses control.

Output control.

d. Langkah-langkah kegiatan controlling

 Menetapkan standar  dapat mengukur tujuan.

 Kumpulkan data dengan membandingkan standar yang telah

ditetapkan.

 Lakukan umpan balik.

 Pertahankan kelangsungan proses untuk semua bagian.

e. Manfaat Pengawasan

Manfaat yang diperoleh dari fungsi pengawasan dan pengendalian bila

(36)

 Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan

sesuai dengan standar atau rencana kerja.

 Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian

staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya

 Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi

kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

 Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk

promosi dan latihan lanjutan.

3. Standar Asuhan Keperawatan

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI (Nursalam,

2002), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi,

sebagai berikut :

Standar 1 : Pengkajian keperawatan

Merupakan tahap pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Data dapat

diperoleh melalui anamnese, observasi dan pemeriksaan penunjang dan kemudian

didokumentasikan.

Kriteria Pengkajian meliputi :

 Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,

pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang

 Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim

(37)

Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi :

 Status kesehatan pasien masa lalu

 Status kesehatan pasien saat ini

 Status biologis-psikologis-sosial-spritual

 Respon terhadap terapi

 Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

 Risiko tinggi masalah

Standar 2 : Diagnosa Keperawatan

Dalam tahap ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan

diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses yaitu:

 Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah,

perumusan diagnosa keperawatan.

 Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan

tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

 Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk

memvalidasi diagnosa keperawatan.

 Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data

terbaru.

Standar 3 : Perencanaan keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi :

 Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana

(38)

 Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan

 Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

pasien

 Mendokumentasikan rencana keperawatan

Standar 4 : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam

proses Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi :

 Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

 Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.

 Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai

konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi

lingkungan yang digunakan

 Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan

berdasarkan respon pasien.

Standar 5 :Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan

dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun

kriteria prosesnya:

 Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif,

tepat waktu dan terus-menerus

 Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah

(39)

 Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat

 Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi

perencanaan keperawatan

 Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

4. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

4.1. Defenisi

Menurut Kozier (2004), dokumentasi keperawatan adalah laporan baik

komunikasi secara lisan, tertulis maupun melalui komputer untuk menyampaikan

informasi kepada orang lain. Merupakan informasi tertulis tentang status dan

perkembangan kondisi klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh perawat (Fisbach,1991).

Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari

kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada

pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status

kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons

pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi

keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasen yang

menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan

dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan

koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk

mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu bukti otentik respon pasien dan

(40)

mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari rekam medis

lain.

4.2Tujuan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Tujuan dokumentasi keperawatan adalah:

1) Sebagai Sarana Komunikasi

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat

berguna untuk:

 Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan

oleh tim kesehatan.

 Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim

kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak

dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian

dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien.

 Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu

sebaik-baiknya.

2) Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat

Sebagai upaya untuk melindungi pasen terhadap kualitas pelayanan

keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat

dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat

segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen. Hal ini penting berkaitan

dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasen terhadap

(41)

dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk

menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum.

3) Sebagai Informasi statistik

Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat membantu

merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana,

prasarana dan teknis.

4) Sebagai Sarana Pendidikan

Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara

baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan/kebidanan

maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk

mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun

praktek lapangan.

4.3 Manfaat dan pentingnya dokumentasi

Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan dokumentasi

keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek :

1. Hukum

Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi

kepoerawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna

jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat

dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan.

2. Jaminan mutu (kualitas pelayanan)

Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan

(42)

untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh

masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal

ini akan membantu meningkatkan mutu yankep.

3. Komunikasi

Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah

yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat

catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam

memberikan asuhan keperawatan.

4. Keuangan

Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan

dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan atau pertimbangan

dalam biaya keperawatan.

5. Pendidikan

Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan

keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran

bagi siswa atau profesi keperawatan.

6. Penelitian

Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan mengandung

informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan

profesi keperawatan.

7. Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan

(43)

diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian askep yang diberikan, guna

pembinaan lebih lanjut.

4.4Standar Dokumentasi

Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat digunakan untuk

memberikan pengarahan dan panduan dalam melakukan dokumentasi proses

keperawatan.

Katagori informasi yang biasanya masuk dalam status (chart) pasien

adalah :

 Data demografik

 Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

 Formulir persetujuan

 Diagnosa

 Pengobatan

 Catatan perkembangan /kemajuan

 Catatan secara berkesinambungan (flow sheet)

 Catatan perawat

 Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan akan

sangat membantu dalam berkomunikasi baik antara sesama

perawat/bidan maupun lembaran tindakan (treatment)

 Catatan laboratorium

 Laporan rontgen ( X – ray )

(44)

4.5 Metode Pendokumentasian

Metode pendokumentasian meliputi : data dasar, masalah kesehatan,

rencana pelayanan/asuhan termasuk catatan perkembangan kesehatan pasien.

Kesalahan dalam pendokumentasian :

 Tulisan tangan yang berbeda dan tidak terbaca dengan jelas.

 Tanggal, bulan, dan jam tidak konsisten.

 Tidak ada tanda tangan perawat yang melakukan tindakan keperawatan.

 Merubah instruksi tanpa izin dan tidak melalui prosedur yang benar.

4.6 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan pengkajian. Format

sistematis, akurat dan valid sangat penting untuk membandingkan perubahan

kesehatan pasien (Carpenito, 1998).

Perencanaan

Sesuai dengan standar perencanaan: identifikasi masalah, merumuskan

diagnosa, menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan (Carpenito, 1998).

Implementasi

Implementasi adalah tindakan yang dilakukan terhadap pasien, baik

tindakan keperawatan mandiri maupun tindakan kolaborasi (Carpenito, 1998).

Evaluasi

Evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahapan proses keperawatan :

(45)

Catatan perkembangan

Formatnya bervariasi dan dapat disesuaikan dengan sistem yang ada.

Prinsipnya adalah untuk menilai perkembangan status kesehatan pasien,

apakah sesuai dengan tujuan dan hasil yang diharapkan (Carpenito, 1998).

Informasi kesehatan lain

Berbentuk dalam tabel dan grafik selama 24 jam antara lain : berat badan,

tinggi badan, kurva tanda-tanda vital, intake-output cairan dalam 24 jam,

daftar pemberian obat-obatan, kurva pemberian obat (kemoterapi, terapi

hormon) (Carpenito, 1998).

Ringkasan perpindahan pasien

Format ini harus spesifik sesuai dengan kebutuhan pasien dan memenuhi

ketentuan administrasi dan legalitas perpindahan antar unit dan perpindahan

antar institusi rumah sakit. Ringkasan format pelaporan meliputi lembaran :

data dasar demografi, orientasi ruangan, laporan klinis (Carpenito, 1998).

Perencanaan pulang

Format mencakup personal data pasien, data kesehatan secara umum dan

khusus, surat diizinkan pulang dari dokter yang merawat berikut ringkasan

laporan klinis sesuai kondisi pasien, penyuluhan kesehatan (Carpenito, 1998).

Perawatan di rumah

Format pendokumentasian pasien yang akan melanjutkan perawatan di

rumah bertujuan untuk memberikan ringkasan/informasi perkembangan

kesehatan pasien selama di rumah sakit, agar dokter/perawat/tim profesional

lainnya yang terlibat melanjutkan pengobatan/perawatan pasien di rumah yang

(46)

5. Model Asuhan Keperawatan.

Menurut Marquis & Huston (1998) perlu mempertimbangkan 6 unsur

utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yaitu:

 Sesuai dengan visi dan misi institusi

 Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

 Efisien dan efektif penggunaan biaya.

 Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.

 Kepuasan kinerja perawat.

Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 5

metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang dikembangkan dalam

pelayanan keperawatan, yaitu:

1)Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan

keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu

karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat

hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di

bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat

melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada

(Nursalam, 2002).

Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan

tugas keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasien dan penugasan

masing-masing anggota, staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi

bagi semua pasien dalam sebuah unit.

(47)

 Masing-masing anggota staf memiliki kesempatan untuk melakukan satu

atau dua tugas yang merupakan spesialisasinya. Oleh karena itu, dengan

penugasan fungsional dimungkinkan dengan jumlah pegawai perawat yang

kecil akan merawat sejumlah pasien di dalam periode waktu yang singkat dan

perawatan mudah memperoleh kepuasan kerja setelah menyelesaikan

tugasnya.

 Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas

yang jelas, dan pengawasan yang baik

 Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

Kelemahan metode fungsional adalah :

 Perawatan fokus pada unit tertentu (membagi-bagi asuhan keperawatan)

 menurunkan tanggunggugat dan tanggungjawab perawat

 membuat hubungan perawat-klien sulit terbentuk

 memberi status hukum keperawatan dalam bentuk tanggungjawab untuk

perawatan pasien

 persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

ketrampilan saja.

Misalnya seorang perawat khusus menangani vital pasien, perawat yang

lain khusus memandikan pasien, perawat lain mengurus obat-obatannnya,

sehingga tidak ada perawat yang menangani kebutuhan total pasien, setelah

selesai melaksanakan tugasnya perawat banyak yang melakukan tugas yang non

keperawatan. Perawat hanya melihat askep sebagai keterampilan saja. Selain itu

(48)

maka seringkali perawat menganggap enteng kesalahan/ kelalaian selama

perawatan.

Skema 1: Sistem pemberian asuhan keperawat Fungsional

2)Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat

dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak

ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari

berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,

dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan

khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik

dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan

observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).

3)Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer

Menurut Gillies (1986), perawat yang menggunakan metode keperawatan

primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary

KAnggota:

Pasien/

Perawat: Injeksi Perawat:

Merawat luka

Perawat: Merawat luka Perawat:

(49)

nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan

bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer

biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama

klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk

mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan

keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika

perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan

kepada perawat lain (associate nurse).

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh

selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk

sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada

kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini

ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan

perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi

keperawatan selama pasien dirawat.

Kelebihan keperawatan primer :

 Bersifat kontinu dan komprehensif

 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan pengembangan diri

 Pasien merasa dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara individu

 Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang

efektif terhadap pengobatan dukungan proteksi informasi dan advokasi

(50)

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, memiliki

kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan

klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Skema 2 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing”

4)Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan

dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif

dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa

setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan

memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung

jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan

meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus

berdasarkan konsep berikut:

Dokter Kepala Sarana /

Perawat

(51)

 Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik

kepemimpinan.

 Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan

terjamin.

 Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

 Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil

baik bila didukung oleh kepala ruang.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda

dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat

ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional,

tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam

penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):

Kelebihan:

 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

 Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.

 Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan

memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan :

 Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi

tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan

(52)

Skema 3 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim

5) Sistem manejemen kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti:

1) Dengan dokter dan pasien tertentu

2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit 3) Dengan mengadakan diagnosa

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.

Kepala Ruangan

Ketua Tim

Staf

Pasien/

Ketua Tim

Staf

Pasien/

Ketua Tim

Staf

(53)

Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus

6)Metode Modular

Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan

tim-primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim

melalui penugasan modular. Sistem nin dipimpin oleh perawat register (Ners).

Dan anggota memberikan asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan

pimpinan modulnya. Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan

terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan

yang holistik terhadap setiap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak pasien

masuk rumah sakit sampai pasien pulang. Keuntungan pada metode modular mutu

pelayanan keperawatan meningkat karena pasien mendapat pelayanan

keperawatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien.

Tidak banyak tenaga perawat register (Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya

menjadi lebih efektif.

Tugas dan tanggungjawab kepala perawat :

1. Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien.

2. Memberikan motivasi pada staf perawat.

3. Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan.

Kepala Ruangan

Staf Perawat

Pasien/Klie

Staf Perawat Staf Perawat

(54)

Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler :

1. Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non profesional untuk

melaksanakan tindakan perawatan.

2. Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi: mengkaji, merencanakan,

melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan.

3. Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner kerjanya.

Tugas dan tanggung jawab anggota tim :

Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan ketua tim.

Keuntungan :

1) Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.

2) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.

3) Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.

4) Meningkatnya kepuasan pasien.

5) Biaya efektif.

Kerugian :

1. Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang

tidak diharapkan.

2. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.

(55)

B. Analisis Ruang Rawat 1. Pengkajian

Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Medan mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan yang diadopsi dari visi dan misi RSUD dr. Pirngadi Medan.

Visi: “menjadi rumah sakit rujukan dan unggulan di Sumatera Utara tahun 2015’.Dan misi RSUD dr. Pirngadi Medan adalah “Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, professional dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, meningkatkan pendidikan penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga kesehatan lain, dan mengembangkan manajemen rumah sakit yang profesional”. Serta motto RSUD dr. Pirngadi Medan adalah” aegroti salus lex suprema” yang artinya “ kepentingan penderita adalah utama” yang melayani pasien dengan” 4S yaitu: senyum, salam, sapa, dan sentuh.

Pengkajian system manajemen di ruangan Kenanga 1 (Ruang 1X) Bedah Anak RSUD dr. Pirngadi Medan dilakukan dengan analisa situasi ruangan melalui metode:

1. Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, ketua tim dan beberapa perawat pelaksana.

2. Observasi dilakukan penulis pada sift pagi, sore, dan malam, meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, system kerja dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

(56)

Kepemimpinan, kuesioner untuk klien tentang kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan sebanyak 10 orang dengan kriteria minimal 3 hari rawat.

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data.

Gambaran hasil analisa situasi ruangan Kenanga 1 dideskripsikan sebagai berikut: 1. MAN

Diruangan Kenanga 1 terdapat 15 perawat dengan proses perekrutan melalui ujian penerimaan pegawai dari Pemerintahan Kota Medan dan penerimaaan tenaga honorer yang berlangsung melalui pihak rumah sakit. Pegawai yang diterima akan diorientasikan selama 1 bulan dimana setiap minggu akan berotasi pada ruangan yang berbeda dan kinerjanya dinilai langsung oleh kepala ruangan, bagian SDM dan terakhir diteruskan kepada bidang keperawatan. Setelah ditempatkan di ruangan tertentu pegawai baru tersebut diorientasikan selama 1 bulan dibagian tersebut. Sedangkan untuk perekrutan tenaga honorer dilakukan langsung oleh pihak rumah sakit melalui direktur rumah sakit dan kemudian ditempatkan di ruangan tertentu yang mana diorientasikan dahulu selama 1 bulan.

(57)

Adapun rumusan sruktur organisai adalah sebagai berikut:

Skema 5. Struktur Organisasi Ruang Kenanga 1 RSUD dr. Pirngadi Medan.

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian kegiatan yang dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas kepada perawat sesuai dengan pengetahuan

Kepala Ruangan Efri Suriati, S.Kep, Ns

Wakil Kepala Ruangan Rismauli Siburian, S.St

KaTim I Hotmaria, AmK

Anggota: 1. Berliana, AmK 2. Trisnawati, AmK 3. Astuti, AmK 4. Herawati, AmK 5. Afrida, S.Kep 6. Hayatun, AmK

KaTim II Malahayati, AmK

(58)

dan keterampilan yang dimiliki. Adapun uraian tugas yang dimilki struktur organisasi ruang Kenanga 1 Bedah Anak adalah sebagai berikut:

a) Kepala Ruangan Uraian Tugas :

1. Mangatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)

2. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik.

3. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA. 4. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan. 5. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.

6. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan penelitian.

7. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan keperawatan . 8. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi

tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP

9. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberikan masukan untuk perbaikan.

(59)

b) Ketua Tim Uraian Tugas :

1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar

2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim (group petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya. 5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.

7. Membantu pelaksanaan rujukan

8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.

9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan

10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan. 11.Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan

12.Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga keperawatan

(60)

c. Perawat Pelaksana Uraian tugas :

1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar

2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti) mengenai kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya.

4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.

5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter

7. Membantu pelaksanaaan rujukan

8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas

9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan

10.Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service dan peserta didik

11.Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan

(61)

13.Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan

14.Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga dan lingkungannya.

15.Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota keluarga.

Ruang Kenanga 1 hanya memiliki uraian tugas kepada ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Sedangkan untuk uraian tugas wakil kepala ruangan, administrasi, ahli gizi dan pembantu rumah tangga (PRT) tidak ada tertulis, hanya berupa lisan saja walaupun uraian tugas dari masing-masing sudah jelas. Bila wakil kepala ruangan, adminintrasi, ahli gizi dan pembantu rumah tangga (PRT) melakukan kesalahan, maka kepala ruangan memberikan teguran.

Analisa beban kerja berdasarkan tingkat ketergantungan pasien diruangan Kenanga 1 dinilai dengan menggunakan instrument penilaian menurut orem: Total, Parsial dan Minimal care. Menurut Douglas, tingkat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori yaitu: perawatan minimal membutuhkan waktu perawatan 1-2 jam, perawatan parsial membutuhkan waktu perawatan 3-4 jam/24 jam dan perawatan untuk pasien yang total care membutuhkan waktu 5-6 jam/24 jam.

1) Penempatan Tenaga Kerja

Pendistribusian tenaga keperwatan yang ada di Ruangan Kenanga1 Bedah Anak berdasarkan dinas pada tanggal 11-16 Juni 2012 sebagai berikut :

Gambar

Tabel 1. Jumlah Tenaga Perawat yang dibutuhkan di Ruang Kenanga 1
Tabel 2. Obat-obat Emergency di ruang Kenanga 1
Tabel 3. Alat Medis di ruang Kenanga 1
TABEL PERENCANAAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF (PBLK)

Referensi

Dokumen terkait

close fraktur humerus sinistra dan mampu menerapkan suatu konsep tentang asuhan keperawatan secara komprehensif melalui proses keperawatan pada klien dengan

Untuk diagnosa keperawatan pertama adalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan infeksi (TTV : RR: 62x/menit, S: 36.4 0 C, N: 136x/menit, leukosit

Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Tujuan umum: tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan masalah pemenuhan kebutuhan perawatan diri pada pasien

Tujuan umum : tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan masalah pemenuhan kebutuhan perawatan diri pada pasien

Fungsi manajerial kepala ruang seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengendalian belum baik, manajemen keperawatan sangat

Pada hari senin, 27 Mei 2019 di lakukan implementasi keperawatan dengan diagnosa keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan gangguan metabolik, kerusakan

Fungsi manajerial kepala ruang seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengendalian belum baik, manajemen keperawatan sangat