• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Pre dan Post Chordextomi a/i di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr.Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Pre dan Post Chordextomi a/i di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr.Pirngadi Medan"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

L A P O R A N P B L K

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Pre dan Post Chordextomi a/i Hipospadia di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD. Dr.

Pirngadi Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Praktik Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

Novriani Harahap,S.Kep 071101051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

Judul : Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Pre dan Post Chordextomi a/i di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr.Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Novriani Harahap

NIM : 071101051

Program : Pendidikan Profesi Ners Tahun Akademik : 2011/2012

Abstrak

Kegiatan PBLK ini bertujuan untuk melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien. Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini dilakukan di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr.Pirngadi Medan selama 4 minggu. Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti dengan kepala ruangan belum semua perawat mendapatkan pelatihan perawatan luka sedangkan ruangan tersebut merupakan ruangan bedah. Selain itu, ditemukan bahwa Hipospadia merupakan penyakit kedua terbesar di Ruangan Kenanga 1 Bedah Anak. Untuk itu peneliti mengambil kasus Hipospadia dan memberikan asuhan keperawatan anak Pre dan Post Chordextomi a/i Hipospadia. Oleh karena itu, peneliti mengadakan pelatihan tentang” Perawatan Luka” dimana pada saat pelatihan dilakukan perawat sangan antusias dan banyak bertanya tentang perawatan luka. Disamping itu juga peneliti memberikan pendidikan kesehatan tentang Perawatan Kateter di rumah pada Pasien hipospadia. Untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk memperhatikan perawatan kateter pada post chordextomi.

(4)

Title : Management of Nursing Services and Clients with Pre and Post Chordextomi a / i on Space Kenanga 1 Surgery Children's Dr.Pirngadi Hospital Medan

Name : Novriani Harahap NIM : 071101051

Program : Professional Education Ners Academic Year : 2011/2012

Abstract

PBLK activity is to make the management services and nursing care through the process of organizing nursing activities effectively and efficiently. Field Practice Comprehensive Study was conducted at Kenanga Room 1 Child Surgery Dr.Pirngadi Hospital Medan for 4 weeks. Based on observations and interviews with head room investigators have not been all wound care nurse trained in the room while the surgery room. In addition, it was found that Hypospadias is the second largest illness in the Kenanga Room 1 Child Surgery. For that researchers take the case of Hypospadias and provide nursing care of children Pre and Post Chordextomi a / i Hypospadias. Therefore, the researchers conducted training on "Wound Care" where do nurse training at unbelievably enthusiastic and asked many questions about wound care. Besides, researchers also provide health education on catheter care at home in patients with hypospadias. For further research relating to the title of this study are advised to pay attention to the post chordextomi catheter care.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian Laporan ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Reni Asmara Ariga, SKp, MARS selaku dosen permbimbing Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikam masukan yang sangat berharga dalam penulisan laporan ini.

3. Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku Koordinator Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) yang memberikan kesempatan pada saya melakukan kegiatan PBLK.

4. Efri Supriati Pakpahan, S.Kep, Ns selaku kepala ruangan Kenanga 1 Bedah Anak yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis selama Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) dan seluruh staff pegawai ruang Kenanga 1 Bedah Anak yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi.

(6)

6. Terima kasih kepada Ayahanda alm. Tunggul Muarip Hrp dan Ibunda Zarniah Pasaribu tercinta yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan baik moril maupun materil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk saudara-saudaraku tercinta : Lumalo Portibi Hrp dan Nursalina Hrp yang senantiasa memberikan doa dan dukungan untuk penulis.

7. Dan tidak lupa untuk teman seperjuanganku Eliyani Sembiring yang telah memberikan motivasi kepada panulis.

8. Kepada sahabat-sahabat terbaikku, Marli, Istik, dan Dita yang selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran, dan segala canda tawa kalian semua.

9. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan Laporan ini

Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Mahan Penyayang yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayahnya kepada semua pihak yang telah membantu saya. Demikianlah laporan ini saya perbuat semoga dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya pelayanan keperawatan pada anak Pre dan Post Chordextomi atas indikasi Hipospadia dan dapat memberikan informasi yang berharga bagi dunia keperawatan.

Medan, Juli 2012

(7)

Daftar Isi

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran... ix

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1

B. Tujuan ... ... 4

C. Manfaat Penulisan ... ... 5

BAB 2 PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar... 6

B. Analisa Ruang Rawat Inap ... 19

1. Pengkajian ... 19

2. Analisa Situasi ... 37

3. Rumusan Masalah ... 43

4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 44

5. Implementasi ... 46

6. Evaluasi ... 46

C. Pembahasan ... 48

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 51

1. Pengertian ... 51

2. Etiologi ... 53

3. Patofisiologi... 55

4. Manifestasi Klinis ... 56

5 Klasifikasi... 57

6 Pemeriksaan Diagnostik ... 58

7 Tindakan Pembedahan ... 58

8 Komplikasi ... 59

Asuhan Keperawatan ... 60

1. Pengkajian Dasar Keperawatan ... 60

2. Diagnosa Keperawatan ... 69

3. Intervensi dan Rasional ... 63

B. Tinjauan Kasus ... 68

1. Pengkajian ... 68

(8)

3. Intervensi Keperawatan ... 83 4. Implementasi dan Evaluasi ... 84 5. Ringkasan Pasien Pulang ... 89

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

1. Pengelolaan Manajemen Askep ...90 a. Manajemen yang dilakukan oleh mahasiswa secara berkelompok pada

seluruh pasien...90 b. Manajemen yang dilakukan oleh mahasiswa secara individu pada

pasien kelolaan ...90 2. Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan yang telah dilakukan

mahasiswa secara berkelompok bersama-sama dengan perawat/petugas kesehatan di Ruangan.

(9)

Daftar Skema

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Fungsional” ... 16

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ” Team Nursing” ... 17

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Primary Nursing” ... 18

Skema 4. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Manajemen Kasus” ... 19

Skema 5. Bagan Organisasi Ruang Kenanga 1 RSUD Pirngadi Medan ... 22

(10)

Daftar Tabel

Tabel 1. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan (menurut rumus Douglas) di Ruang Kenanga 1 RSUD Dr.Pirngadi Medan... 28 Tabel 2. Obat-Obat Emergency di Ruang Kenanga 1 RSUD Dr.Pirngadi

(11)

Daftar Lampiran 1. POA (Planning Of Action)

2. Instrumen dan Hasil Penilaian Kepemimpinan Kepala Ruangan 3. Instrumen dan Hasil Tingkat Kepuasan Perawat

4. Instrumen dan Hasil Tingkat Kepuasan Pasien

5. Pre Planning Penyuluhan Perawatan Kateter di Rumah pada Pasien Post chordextomi.

6. Leaflet Perawatan Kateter di Rumah pada Pasien Post chordextomi

7. Laporan Hasil Penyuluhan Perawatan Kateter di Rumah pada Pasien Post chordextomi.

8. Proposal Pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak dan Perawatan Luka

9. Booklet Pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak dan Perawatan Luka 10. Laporan Hasil Pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak dan

Perawatan Luka

11. Sertifikat Pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak dan Perawatan Luka

(12)

Judul : Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Pre dan Post Chordextomi a/i di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr.Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Novriani Harahap

NIM : 071101051

Program : Pendidikan Profesi Ners Tahun Akademik : 2011/2012

Abstrak

Kegiatan PBLK ini bertujuan untuk melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien. Praktik Belajar Lapangan Komprehensif ini dilakukan di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak RSUD Dr.Pirngadi Medan selama 4 minggu. Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti dengan kepala ruangan belum semua perawat mendapatkan pelatihan perawatan luka sedangkan ruangan tersebut merupakan ruangan bedah. Selain itu, ditemukan bahwa Hipospadia merupakan penyakit kedua terbesar di Ruangan Kenanga 1 Bedah Anak. Untuk itu peneliti mengambil kasus Hipospadia dan memberikan asuhan keperawatan anak Pre dan Post Chordextomi a/i Hipospadia. Oleh karena itu, peneliti mengadakan pelatihan tentang” Perawatan Luka” dimana pada saat pelatihan dilakukan perawat sangan antusias dan banyak bertanya tentang perawatan luka. Disamping itu juga peneliti memberikan pendidikan kesehatan tentang Perawatan Kateter di rumah pada Pasien hipospadia. Untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk memperhatikan perawatan kateter pada post chordextomi.

(13)

Title : Management of Nursing Services and Clients with Pre and Post Chordextomi a / i on Space Kenanga 1 Surgery Children's Dr.Pirngadi Hospital Medan

Name : Novriani Harahap NIM : 071101051

Program : Professional Education Ners Academic Year : 2011/2012

Abstract

PBLK activity is to make the management services and nursing care through the process of organizing nursing activities effectively and efficiently. Field Practice Comprehensive Study was conducted at Kenanga Room 1 Child Surgery Dr.Pirngadi Hospital Medan for 4 weeks. Based on observations and interviews with head room investigators have not been all wound care nurse trained in the room while the surgery room. In addition, it was found that Hypospadias is the second largest illness in the Kenanga Room 1 Child Surgery. For that researchers take the case of Hypospadias and provide nursing care of children Pre and Post Chordextomi a / i Hypospadias. Therefore, the researchers conducted training on "Wound Care" where do nurse training at unbelievably enthusiastic and asked many questions about wound care. Besides, researchers also provide health education on catheter care at home in patients with hypospadias. For further research relating to the title of this study are advised to pay attention to the post chordextomi catheter care.

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem pelayanan kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks jumlah biaya yang dikeluarkan, dimana sebagian besar dana kesehatan terserap dalam sektor pengelolaan rumah sakit baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Pelayanan medik dan perawatan merupakan sub sistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat individual (Depkes, 2002).

(15)

karena alasan-alasan di atas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara professional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan (Priharjo, 1995).

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia nyata seperti pada saat bekerja dengan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik.

Pada akhir kegiatan PBLK ini diharapkan mahasiswa mampu mensitesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu, keluarga, maupun masyarakat. Selain pada pengelolaan manajemen asuhan keperawatan, juga mampu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan.

(16)

mahasiswa, pembimbing akademik, pembimbing klinik serta pihak RSUPM meliputi pengelolaan dan asuhan keperawatan langsung pada pasien dan keluarga pasien.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan penulis, didapatkan data bahwa 10 penyakit terbesar diruangan Kenanga 1 Bedah anak RSUPM yaitu : Head Injury, Hipospadia, Atresiani, Hishprung, Fraktur, Hidrosefalus, Tumor Abdomen, Osteomiolitis, Pneumotora, dan Corpus alineum.

(17)

Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengangkat kasus Hipospadia sebagai kasus kelolaan dalam 1 bulan selama menjalani Praktek Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK).

B. Tujuan 1. Tujuan Umum

Melakukan perawatan anak dengan gangguan urologi di Ruangan Kenanga 1 Bedah Anak Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan asuhan keperawatan secara Komprehensif dan professional pada anak dengan pre dan post chordextomi a/i hipospadia yang dirawat Kenanga 1 Bedah Anak RSUD dr. Pirngadi Medan.

b. Mengaplikasikan komunikasi efektif selama melakukan asuhan keperawatan pada orang tua dengan anak pre dan post chordextomi a/i hipospadia yang dirawat Kenanga 1 Bedah Anak RSUD dr. Pirngadi Medan.

c. Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya selama melakukan asuhan keperawatan pada orang tua dengan anak pre dan post chordextomi a/i hipospadia dirawat Kenanga 1 Bedah Anak RSUD dr. Pirngadi Medan.

(18)

e. Menuliakan asuhan keperawatan anak dengan pre dan post chordextomi a/i hipospadia dirawat Kenanga 1 Bedah Anak RSUD dr. Pirngadi Medan dalam bentuk dokumentasi keperawatan sebagai bentuk aspek legal selama melakukan asuhan keperawatan pada pasien.

C. Manfaat

1. Praktek Keperawatan

Meningkatkan pengetahuan perawat mengenai gizi yang baik untuk penyembuhan luka post operasi chordextomi yang dirawat Kenanga 1Bedah Anak RSUD dr. Pirngadi Medan.

2. Pendidikan Keperawatan

Membuka wawasan perawat tentang gizi yang baik untuk penyembuhan luka post operasi chordextomi yang dirawat Kenanga 1 Bedah Anak RSUD dr. Pirngadi Medan.

3. Penelitian Keperawatan

(19)

BAB II

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

A.Konsep Dasar

1.Defenisi Manajemen

Manajemen berasal dari kata Manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1998). Menurut Huber (1996) manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan pengawasan dalam mencapai tujuan. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial (Muninjaya,2004).

(20)

digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan keperawatan. Seluruh aktifitas manajemen baik kognitif, efektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2.Fungsi Manajemen

Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang harus diperhatikan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Sedangkan dalam manajemen keperawatan ada beberapa elemen utama berdasarkan fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing

(kepegawaian), directing (pengarahan) dan controlling (pengendalian/ evaluasi). a. Planning (Perencanaan)

(21)

dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya (Swanburg, 2000).

Dalam proses keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan serta pelayanan ini diberikan oleh pekerja keperawatan agar mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan. Keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1999). Adapun tujuan perencanaan adalah: (1) sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua anggota paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan baik secara mandiri maupun tim, (2) mengurangi dampak perubahan, (3) memininimalkan hasil yang sia-sia, yang tidak efektif dan tidak efisien serta menghindari pengulangan kegagalan, (4) menetapkan standar pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan, (5) menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan, (6) efektif dalam hal biaya.

b. Organizing (Pengorganisasian)

(22)

seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (man, money, material, method,

machine) akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004). Melalui pengorganisasian dapat diketahui: (1) pembagian tugas untuk perorangan atau kelompok, (2) hubungan organisatoris antar manusia yang menjadi anggota atau staf sebuah organisasi, (3) pendelegasian wewenang, dan (4) pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.

c. Actuating (Pengarahan)

Douglas dalam Swanburg (2000) mendefinisikan pengarahan sebagai pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja mamahami apa yang diharapkan darinya, dan pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan efisien untuk mencapai obyektif organisasi. Pengarahan merupakan hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian kerja yang efektif untuk tujuan yang nyata. Ada beberapa tujuan dari fungsi pengarahan antara lain menciptakan kerjasama yang efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf, menimbulkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan, mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja serta membuat organisasi berkembang dan dinamis.

(23)

pasien dan personal perawatan, (2) memberikan prioritas utama untuk kebutuhan pasien atau klien sehubungan dengan tugas-tugas staf perawatan, (3) melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan yang diberikan oleh bagian penunjang, (4) mengidentifiaksi tanggung jawab untuk seluruh kegiatan yang dilakukan oleh staf perawatan, (5) memberikan perawatan yang aman dan berkesinambungan, (6) mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas yang bervariasi dan pengembangan staf perawatan, (7) memberikan kepemimpinan terhadap anggota staf untuk bantuan dalam hal pengajaran, konsultasi dan evaluasi, (8) mempercayai anggota untuk mengikuti perjanjian yang telah mereka sepakati, (9) menginterpretasikan protocol untuk berespon terhadap hal-hal insidental, (10) menjelaskan prosedur yang harus diikuti dalam keadaan darurat, (11) memberikan laporan ringkas dan jelas, (12) menggunakan proses kontrol manajemen untuk mengkaji kualitas pelayanan yang diberikan dan mengevaluasi penampilan kerja individu dan kelompok kerja staf perawatan.

d. Controlling (Pengawasan)

Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat disepakati (Fayol, 1998).

(24)

balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002). Manfaat fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan dapat diketahui : (1) apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja, (2) adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya, (3) apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar, (4) staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.

3.Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

a. Standar I : Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan peripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi :

(25)

2) Pengelompokan data, kriteria : (1) data biologis, (2) data psikologis, (3) data sosial, (4) data spiritual

3) Perumusan Masalah, kriteria : (1) kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan, (2) perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan

b. Standar II: Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien. Kriteria : (1) diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, (2) dibuat sesuai dengan wewenang perawat, (3) komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE), (4) bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, (5) bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, (6) dapat ditanggulangi oleh perawat.

c. Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi:

(26)

2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: (1) spesifik, (2) bisa diukur, (3) bisa dicapai, (4) realistik, (5) ada batas waktu.

3) Rencana tindakan, kriteria: (1) disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan, (2) melibatkan pasien/keluarga, (3) mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/keluarga, (4) menentukan alternative tindakan yang tepat, (5) mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, (6) menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien, (7) kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah dimengerti.

d. Standar IV: Intervensi Keperawatan

(27)

melakukan tindakan, (12) melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.

e. Standar V: Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: (1) setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi, (2) evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, (3) hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, (4) evaluasi melibatkan pasien,keluarga dan tim kesehatan, (5) evaluasi dilakukan sesuai dengan standar. f. Standar VI: catatan asuhan keperawatan

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria : (1) dilakukan selama pasien dirawat nginap dan rawat jalan, (2) dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, (3) dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, (4) menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku, (5) sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, (6) setiap pencatatan harus mencantumkan initial/paraf/nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya, (7) menggunakan formulir yang baku, (8) disimpan sesuai dengan pengaturan yang berlaku.

4. Model Asuhan Keperawatan

(28)

1. Metode kasus

Disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab umtuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.

2. Metode fungsional

Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.

Skema 1: Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional Kepala Ruangan

Perawat: Merawat luka Perawat:

Injeksi Perawat:

Merawat luka Perawat:

Pengobatan

(29)

3. Metode tim

Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar.

Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim

Ketua Tim

Staf Staf

(30)

Skema 2 : Sistem pemberian Asuhan Keperawatan Tim 4. Keperawatan Primer

Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektivan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.

Skema 3 : Sistem Pemberian Keperawatan ”Primary Nursing”

Dokter Kepala Sarana /

Perawat

PP PP

(31)

5. Sistem manejemen kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti :

1) Dengan dokter dan pasien tertentu.

2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit 3) Dengan mengadakan diagnosa.

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.

Skema 4 : Sistem Pemberian Keperawatan Manajemen Kasus Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat

Staf Perawat

(32)

6. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

Yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan (Hoffart dan Woods, 1996). Lima Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional menurut Hoffart dan Woods (1996): (a) nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model praktek keperawatan profesional (MPKP), (b) hubungan antar profesional, (c) metode pemberian asuhan keperawatan, (d) pendekatan manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan, (e) sistem kompetensi dan penghargaan.

B. ANALISIS RUANG RAWAT

1. Pengkajian Ruang Rawat Kenanga 1 RSUD dr. Pirngadi Medan

Ruang Kenanga 1 Bedah anak RSUD Dr.Pirngadi Medan mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan yang diadopsi dari visi dan misi RSUD dr. Pirngadi Medan.

(33)

kepentingan penderita adalah utama” yang melayani pasien dengan” 4S yaitu: senyum, salam, sapa, dan sentuh.

Pengkajian system manajemen di ruangan kenanga 1 (ruang 1X) Bedah Anak RSUD dr. Pirngadi Medan dilakukan dengan analisa situasi rungan melalui metode:

1. Wawasan yang dilakukan dengan kepala ruangan, ketua tim dan beberapa perawat pelaksana.

2. Observasi dilakukan penulis pada sift pagi, sore, dan malam, meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, system kerja dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

3. Penyebaran kuisioner tingkat kepuasan dilakukan tanggal 13 Juni 2012 oleh penulis kepada 10orang pasien/keluarga pasien dengan criteria minimal 3 hari rawat.

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan aanalisa data. Gambaran hasil analisa situasi ruangan Kenanga 1 dideskripsikan sebagai berikut: 1. Man

(34)

ditempatkan di ruangan tertentu pegawai baru tersebut diorientasikan selama 1 bulan dibagian tersebut. Sedangkan untuk perekrutan tenaga honorer dilakukan langsung ioleh pihak rumah sakit melalui direktur rumah sakit dan kemudian ditempatkan di ruangan tertentu yang mana diorientasikan dahulu selama 1 bulan.

(35)

Skema 5. Struktur Organisasi Ruang Kenanga 1 RSUD dr. Pirngadi Medan.

Kepala Ruangan Efri Suriati, S.Kep, Ns

Wakil Kepala Ruangan Rismauli Siburian, S.St

KaTim I Hotmaria, AmK

Anggota: 1. Berliana, AmK 2. Trisnawati, AmK 3. Astuti, AmK 4. Herawati, AmK 5. Afrida, S.Kep 6. Hayatun, AmK

KaTim II Malahayati, AmK

Pembantu Rumah Tangga (PRT)

1. Emizar 2. Arnelly

Anggota: 1. Kumiah 2. Cermin 3. Nurul, AmK 4. Novi, AmK 5. Resdi, AmK

Ahli Gizi Hotni Adm/Keuangan

(36)

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian kegiatan yang dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas kepada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Adapun uraian tugas yang dimilki struktur organisasi ruang Kenanga 1 Bedah Anak adalah sebagai berikut:

a) Kepala Ruangan Uraian Tugas :

1. Mangatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas)

2. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik.

3. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA. 4. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan. 5. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.

6. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan penelitian.

7. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan keperawatan .

8. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP

(37)

10. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan.

b. Ketua Tim Uraian Tugas :

1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar

2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim (group petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnnya. 4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.

5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.

7. Membantu pelaksanaan rujukan

8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.

9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan

10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan.

11. Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan

(38)

13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan lingkungan. c. Perawat Pelaksana

Uraian tugas :

1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar

2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti) mengenai kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya. 4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.

5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter

7. Membantu pelaksanaaan rujukan

8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas

9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan

10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service dan peserta didik

11. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan

(39)

13. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan

14. Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga dan lingkungannya.

15. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota keluarga/keluarga. Ruang Kenanga 1 hanya memiliki uraian tugas kepada ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Sedangkan untuk uraian tugs wakil kepala ruangan, administrasi, ahli gizi dan pembantu rumah tangga (PRT) tidak ada tertulis, hanya berupa lisan saja walaupun uraian tugas dari masing-masing sudajh kelas. Bila wakil kepala ruangan, adminintrasi, ahli gizi dan pembantu rumah tangga (PRT) melakukan kesalahan, maka kepala ruangan memberikan teguran.

Analisa beban kerja berdasarkan tinglkat ketergantungan pasien diruangan Kenanga 1 dinilai dengan menggunakan instrument penilaian menurut oerm: total, parsial dan minimal care. Menurut Douglas, tingkat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori yaitu: perawatan minimal membutuhkan waktu perawatan 3-4 jam, perawatan total membutuhkan waktu perawatan 3-4 jam/24 jm dan perawatan untuk pasien yang total care membtuhkan waktu 5-6 jam/24 jam.

1. Penempatan Tenaga Kerja

Pendistribusian tenaga keperwatan yang ada di Ruangan Kenanga1 Bedah Anak berdasarkan dinas pada tanggal 11-16 Juni 2012 sebagai berikut :

(40)

d. Libur : 2 orang

Pembagian jam kerja:

1. Dinas Pagi : 08.00-15.00 WIB 2. Dinas Sore : 15.00-21.00 WIB 3. Dinas Malam : 21.00-08.00 WIB

Adapun kriteria pembagian sift kerja suai dengan kinerja dan porsi setiap pegawai diaman setiap sift memiliki coordinator. Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan pembagian tenaga perawat di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak berdasarkan jumlah ketergantungan pasien. Erdasarkan Di Ruang Kenanga 1 terdapat 2 ruangan yaitu ruangan bedah dewasa dan rungan bedah anak. Berdasarkan pengkajian pada tanggal 11-16 Juni 2012 terdapat 8 orang pasien anak, diamana pasien yamg minimal care 3 orang (37,5 %), pasien parsial care 1 orang (12,5%), dan pasien yang total care 4 orang (50%). Berdasarkan data tersebut maka jumlah tenga perawat yang diperlukan adalah sebagai berikut :

[image:40.612.140.536.611.688.2]

2. Perhitungan tenaga perawat a. Rumus douglas

Table 2.1 Jumlah Tenaga Perawat Yang Dibutuhkan berdasarkan Tingkat ketergantungan pasien (Menurut Rumus Douglas) .

Tingkat

KetergantunganPasien

Pagi Sore Malam

Minimal Care 3x0,17 3x0,14 3x0,10

(41)

Total Care 4x 0,36 4x 0,30 4x 0,20

[image:41.612.141.533.84.133.2]

Jumlah 1,5=2 1,8=2 1

Tabel 1. Jumlah Tenaga Perawat yang dibutuhkan di Ruang Kenanga 1 Berdasarkan kategori Asuhan Keperawatan Menurut Douglas (1984) Berdasarkan perhitungan tersebut, maka pembagian perawat:

Pagi :2 orang Siang : 2 orang Malam:

5 orang

1 orang

Faktor libur dan cuti= 25% x 5 = 1,25= 1 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah 5+1+1katim= 7 orang

Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan menurut rumus Douglas perawat yang dibutuhkan adalah 7 orang, sehingga jika dibandingkan dengan perawat yang di Ruang Kenanga 1 Bedah Anak kurang 1 orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruangan, jumlah perawat di ruang Kenanga 1 sebanyak 15 orang,karena beban kerja perawat tinggi jadi pada setiap sift perawat mengolah dua ruangan yaitu ruang bedah dewasa dan ruang bedah anak.

(42)

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan 10 kategori penyakit yang sering muncul di ruang Kenanga 1 Bedah Anak yaitu :

1. Head Injury 2. Hipospadia 3. Atresiani 4. Hishprung 5. Fraktur 6. Hidrosefalus 7. Tumor Abdomen 8. Osteomiolitis 9. Pneumotorax 10. Corpus alineum. 1) Lingkungan kerja

(43)

sudah pernah mengikuti seminar keperawatan, pelatihan perawatan kanker, dan pelatihan perawatan luka.

Kepala ruangan juga melakukan penilaian terhadap kinerja perawat dengan menggunakan DP3 setiap sekali dalam setahun, selain itu kepala ruangan juga memberikan teguran/punishment langsung kepada staf yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam bekerja dan apabila staf yang kinerjanya bagus kepala ruangan juga memberikan pujian/reward secara langsung dan menjadikan staf tersebut sebagai role model terhadap staf yang lain.

(44)

keluarga sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan pasien dan/ atau keluarga.

2) Kepemimpinan Kepala Ruangan

Dari hasil kuesioner yang diberikan oleh kelompok kepada 10 orang perawat di ruang Kenanga 1 didapatkan gaya kepemimpinan kepala ruang adalah demokratis sebesar 70 % (9 orang).

3) Pelayanan Asuhan Keperawatan

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan yang di ruang Kenanga 1 bedah anak, jam bertemu telah ditetapkan yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB dan pada pukul 17.00-21.00 WIB, namn masih ada ditemukan adanya pelanggaran jam bertamu. Hal dikarenakan kurangnya kesadaran dari keluarga pasien dalam mematuhi jam berkunjung. Bed nama pengunjung tidak ada, tetapi hanya bed nama penjaga pasien untuk malam hari yang didapat dari rumah sakit, sedangkan untuk pengunjung hanya diperbolehkan berkunjung pada saat jam bertamu saja. Perawat di ruang Kenanga 1 selalu mengorientasikan jam bertamu, kamar mandi, peraturan ruangan, tempat meletakkan pakaian.

(45)

2. METHODE

Metode asuhan keperawatan yang diterapkan ruang Kenanga 1 bedah anak adalah metode tim. Prosedur timbang terima (overan) dilakukan pada setiap pergantian shift. Tetapi pada saat bekerja metode tim belum dilaksanakan secara optimal karena tenaga perawat pelaksana harus membagi kerja pada ruang Kenanga 1 bedah dewasa, masih terdapat tugas secara fungsional yaitu pembagian tugas diagnostik dan tugas dari luar kondisi tersebut sehingga menggunakan metode modular yaitu gabungan metode tim dan metode fungsional.

Dari hasil observasi yang dilakukan, ruang Kenanga 1 bedah anak sudah memiliki SAK (Standar Asuhan Keperawatan) tetapi hanya 2 jenis penyakit sedangkan penyakit yang lainnya belum ada di ruangan dan pelaksanaannya cukup optimal yang diberikan kepada pasien sesuai dengan standar yang ada/tertulis. Dokumentasi keperawatan juga sudah dijalankan dengan cukup optimal, tetapi pengisian asuhan keperawatan terhadap pasien di ruangan belum optimal karena sering dilimpahkan kepada mahasiswa yang sedang dinas di ruangan tersebut kemudian diperiksa kembali oleh penanggung jawab asuhan keperawatan.

(46)

bahwa sistem pendelegasian tugas keperawatan di ruang Kenanga 1 dilaksanakan sesuai dengan metode penugasan modular, dimana pendelegasian dilakukan dari kepala ruangan, kepada ketua tim dan selanjutnya ketua tim mendelegasikan kepada perawat pelaksana.

Untuk mencapai kedesiplinan kerja ruang Kenanga 1 memiliki sutau kebijakan yang telah disepakati bersama yaitu teguran lisan dan sanksi berupa denda bagi staf yang terlambat dan membuat surat pernyataan. Selain itu adanya supervisi yang dilakukan oleh kapokja setiap hari keruangan dalam hal pemberian pelayanan perawatan seperti keadaan ruangan, keadaan pasien, ketenagaan dan logistik.

3. MATERIAL

Perawatan untuk alat-alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya disimpan di gudang. Alat pencatatan dan pelaporan seperti buku rawatan, buku visite, buku ekspedisi, buku pemeriksaan penunjang, buku injeksi, buku operan alat dan oksigen, jadwal dinas, buku denah ruangan telah dikelola dengan baik.

1. Pengelolaan Obat

(47)

Pengelolaan obat sudah dilakukan dari depo farmasi langsung keperawat ruangan dan perawat ruangan membagian obat kepada pasien setiap hari.

[image:47.612.124.536.222.342.2]

Obat-obat Emergency

Tabel 2. Obat-obat Emergency

Nama Obat Jumlah

RL 8

Dextrose 2

Glukosa 5 % + NaCl 1

Cefotaxim 5

Cimetidine 5

Transamin 5

Gentamycin 5

Ketorolac 5

2. Pengelolaan Logistik

Pengadaan logistik di ruang Kenanga 1 bedah anak dikelola secara sentralisasi, dimana ruangan melakukan permohonan diajuakan oleh penganggung jawab alat kepada Kapokja (Kepala Kelompok Kerja) berdasarkan amprahan. Ruangan telah menunjuk perawat pelaksana untuk menjadi penanggung jawab khusus alat-alat, obat, askep dan status, tugas luar, kartu obat dan kebersihan. Penyimapanan alat-alat tenun dilakukan dengan baik yaitu di simpan dilemari alat tenun. Perawatan dan pensterilan untuk alat/instrumen seperti pinset, gunting, klem, dal lain-lain dilakukan setiap kali alat selesai digunakan.

(48)

Penggunaan alat seperti laken, selimut, sarung dan bantal disediakan oleh rumah sakit. Penggantian alat-alat tenun bervariasi tergantung pada kebutuhan pasien yang biasanya dilakukan 2x/ minggu dan tergantung kondisi kebersihan klien. Pencucian alat tenun dilakukan secara sentralisasi di laundry rumah sakit, ruangan hanya akan mengantarkan alat tenun yang kotor dengan membuat bon.

3. Pengelolaan Alat

Pengelolaan alat diruang IX bedah anak RSPM sebagai berikut:

1. Penggunaan alat tenun seperti laken, selimut, sarung bantal, dan bantal disediakan oleh rumah sakit.

2. Penggunaan alat-alat tenun bervariasi tergantung pada kebutuhan pasien yang biasanya setiap hari dan tergantung kondisi kebersihan klien.

3. Pencucian alat tenun dilakukan secara sentralisasi diruang laundry, ruangan hanya mengantarkan alat tenun yang kotor dengan membuat bon.

4. Perawatan untuk alat/instrumen seperti pinset, gunting, klem, dan lain-lain dicuci dan disterilkan.

5. Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan perbaikan bila terjadi kerusakan.

(49)
[image:49.612.138.534.219.514.2]

7. Alat pencatatan dan pelaporan seperti buku rawatan, buku visite, buku ekspedisi, buku pemeriksaan penunjang, buku injeksi, buku operan alat dan operan oksigen, jadwal dinas, buku denah ruangan dan pasien telah dikelolah dengan baik.

Tabel 3. Alat Medis di ruang Kenanga 1

Nama Alat Jumlah

Gunting Verband 1

Korentang 1

Kom kecil 4

Kom besar 1

Nierbeken 2

Timbangan besar 1

Thermometer 1

Stetoskop 1

Tensi meter lama 1

Brankar 1

Rostur 3

Meteran Oksigen 3

Tang Spatel 1

Vinsen Anatomis 3

Vinset Cirugis 1

Gunting Runcing 1

Klen Arteri 2

Kursi Lipat 5

Torniquet 2

Standar Infus 16

Baskom Mandi pasien 3

4. Money

(50)

2. ANALISA SITUASI

ANALISA SWOT RUANG 1X ANAK MAN

Strenght Weakness Opportunity Threatened

• Rumah sakit tipe B sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan

• Ruangan kenanga 1 memiliki sruktur organisasi dan uraian tugas yang jelas untuk kepala ruangan, ketua Tim, CI dan perawat pelaksana. • Ruangan kenanga 1 memiliki tenaga perawat

yang terdiri dari S1 Keperawatan 1 orang, D3 keperawatan 10 orang, D4 keperawatan dan SPK 2 orang.

• Pegawai baru baik honorer dan pegawai negeri menjalani orientasi selama 1 bulan.

• Kepala ruangan berasal dari jenjang pendidikan S1 keperawatan (Ns).

• Kepala ruangan memiliki catatan pribadi untuk menilai kinerja perawat di ruangan.

• Adanya reward berupa pujian, kepada perawat yang melakukan tugas dengan baik

• Bila terjadi suatu konflik baik, pada pasien atau perawat, kepala ruangan langsung mengatasi konflik tersebut. Apabila tidak dapat diatasi lagi, maka kepala ruangan melaporkan konflik tersebut kepada kepala instalasi.

• Perawat mendampingi dokter visite.

• Masih adanya perawat sebanyak 2 orang yang memiliki tingkat pendidikan SPK dimana mereka sudah mendekati masa pension tiga bulan lagi.

• Penempatan perawat pelaksana di ruangan Kenanga 1 Bedah Anak belum berdasarkan kriteria tertentu.

• Kurangnya jumlah tenaga perawat di ruangan Kenanga 1 Bedah Anak, dimana jumlah tenaga perawat, termasuk kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana adalah 15 orang perawat sedangkan dari hasil perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas kurang 1 orang perawat.

• Adanya mahasiswa

kedokteran, akper

dan S1 Keperawatan

ditempatkan rata-rata 2-3 orang mahasiswa

keperawatan

yang sedang praktek belajar.

• Rekruitmen

perawat melalui uji pegawai negeri sesuai dengan aturan rumah sakit dan perekrutan tenaga honorer melalui direktorat rumah sakit yang disesuaikan dengan tingkat

• Adanya tuntutan

masyarakat yang tinggi untuk mendapatkan pelayanan yang lebih professional.

• Rumah sakit lain yang mempunyai SDM yang lebih baik dan berkualitas. • Era globalisasi yang

menuntut adanya pelayanan keperawatan yang berkualitas dan bermutu.

• Anggapan masyarakat bahwa rumah sakit merupakan rumah sakit

pendidikan, yang menjadikan pasien sebagai lahan praktek.

(51)

• Berdasarkan hasil kuesioner tingkat kepuasan kerja perawat sebanyaj 51,7% perawatan yang menyatakan puas dan 48,3% menyatakan tidak puas.

• Berdasarkan hasil kuisioner sikap kepemimpinan, diperoleh sebanyak 70% perawat menyatakan bahwa kepala ruangan bersikap demokratis.

• Kepala ruangan selalu memotivasi perawat untuk membuat pendokomuntasian asuhan keperawatan.

• Bila kepala ruangan cuti/libur maka pendelegasian tugas diserahakan kepada wakil kepala ruangan dan penanggung jawab operasional pelaksanaannya adalah ketua tim.

kebutuhan masing-masing ruangan.

• Pihak rumah sakit memberikan kesempatan pada perawat untuk melanjutkan jenjang pendidikan hingga selesai. • Perawat

diberikan

kesempatan oleh pihak RS untuk memdapatkan melnjutkan pendidikan hingga selesai. • Perawat

diberikan

(52)

METHODE

Strenght Weakness Opportunity Threatened

• Kepala ruangan melakukan supervisi terhadap pegawai, logistic dan mahasiswa yang sedang praktek di ruang Kenanga 1 Bedah anak.

• Ruangan Kenanga 1 bedah Anak memberikan pelayanan umum, ASKES madani,, ASKES, Jamkesmas, dan Medan Sehat.

• Kepala ruangan melakukan supervisi pendokumentasian asuhan keperawatan melalui ketua tim setiap hari dan juga melakukan supervisi terhadap pasien.

• Kepala Instalasi melakukan supervisi setiap hari dan bagian perawatan setiap 2 minggu sekali. • Adanya kolaborasi dan koordinasi dengan tim

kesehatan lain.

• Ruangan tidak melakukan pemantauan terhadap kepuasan dan harapan-harapan pasien tentang pelayanan keperawatan di ruangan.

• Pembuatan jadwal dinas dibuat oleh karu tidak berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.

• Berdasarkan wawancara discharge planning telah dilaksanakan secara lisan, tetapi

belum ada pendokumnetasiannya.

• Visi rumah sakit umum Pirngadi Medan, yaitu menjadi rumah sakit rujukan dan unggulan di sumatera Utara Tahun 2015.

• Misi RumahSakit Umum Pirngadi yaitu memberika

n pelayanan kesehatan yang bermutu

profesional dan terujangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, meningkatakan pendidikan penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga

• Adanya persaingan mutu pelayanan antar rumah sakit.

(53)

MATERIAL

kesehatan lain, dan

mengembangaka n manajemen rumah sakit yang profesional. • Adanya

kebijaksanaan pemerintah dalam profesionalisme perawat.

(54)

• Kepala ruangan mengadakan supervisi terhadap keadaan logistic di ruangan Kenanga 1 Bedah anak.

• Ruangan Kenanga 1 Bedah anak memiliki tempat pembuangan sampah yang terpisah sampah non medis dan medis..

• Peralatan kesehatan setelah dipakai akan dikembalikan pada tempatnya.

• Ruangan Kenanga 1 bedah anak memiliki tempat penyimpana alat tenun.

• Persediaaan obat-obat emergency selalu tersedia.

• Anggota ke;luarga yang menjaga pasien belum mendapatkan/menggunakan tanda pengenal.

• Belum tersedianya ruangan diagnostic sebagai tempat penyimpanan peralatan medis yanga dapat mempermudah perawat untuk melihat barang-barang.Sekarang ini ruang diagnostic disatukan dengan ruang perawat.

• Ruangan Kenanga 1 tidak memiliki sterilisator sehingga sulit untuk mensterilkan alat-alat yang sudah dipakai.

• Berdasarkan hasil observasi serah terima dengan operan peralatan masih sering didelegasikan kepada

mahasiswa, tetapi ditanggungjawabi juga sama

perawat.

• Pendokumentsian asuhan kpeerawatan di ruangan Kenanga 1 Bedah Anak sering

didelegasikan kepada mahasiswa namun tetap dikontrol oleh penanggung jawab.

• Rumah sakit umum Pirngadi Medan memiliki fasilitas

pemeriksaaan yang lengkap dan canggih.

• Adanya alat-alat pemeriksaaan fisik (tensimeter, stetoskop dan thermometer)

yang dibawa oleh mahasiswa pada saat dinas.

.

(55)

MONEY

Strenght Weakness Opportunity Threatened

• Pembayaran jasa pelayanan Umum, Askes dan Jamkesmas melalui transaksi di SIRS RSUPM sesuai dengan rincian tindakan yang dikirim dari ruang Kenanga 1 Bedah Anak.

• Sistem keuangan ruang Kenanga 1 Bedah Anak memiliki sistem budgeting yang diatur langsung rumah sakit untuk pelayanan maupun pendanaan kesehatan bagi petugas kesehatan.

• Sistem budgeting dikelola langsung oleh rumah sakit sehingga kepala ruangan Kenaga 1 Bedah Anak tidak mengetahui berapa tarif yang diberlakukan setiap pelayanan yang dilakukan setiap pasien. • Ruangan Kenanga 1 Bedah

Anak tidak terlibat dalam pengelolaan keuangan.

• Kepala ruangan tidak mengetahui betapa jumlah jasa yang dibayar setiap pasien karena sistem budgeting dikelola oleh rumah sakit.

• Bantuan/jaminan pembayaran oleh PT.ASKES dan Jamkesmas untuk

klien yang dirawat.

.

(56)

3. Rumusan Masalah

a. Perawat pelaksana baru 1 orang yang S1, selain itu terdapat 10 orang perawat dengan pendidikan D3 Keperawatan dan bahkan masih ada 2 orang perawat yang pendidikannya SPK.

b. Belum semua perawat mendapat pelatihan khusus di bidang keperawatan khusus anak dan seminar tentang anak sehingga perlu direkomendasikan. c. Beban kerja perawat di Kenanga 1 sangat tinggi.

d. Pelaksanaan terhadap askep dan status pasien belum berjalan optimal dan sering didelegasikan kepada mahasiswa yang sedang dinas.

e. Ruangan Kenanga 1 memiliki 10 penyakit yang sering muncul tetapi dibedakan antara SAK Bedah Anak dan Bedah Dewasa.

f. Ruangan belum mamiliki asuhan keperawatan dalam bentuk chek list untuk memudahkan beban kerja.

g. Tidak adanya CI di ruangan, sehingga tugas CI diambil alih oleh kepala ruangan.

(57)

4. Rencana Penyelesaian Masalah

No Masalah Rencana Tindakan Tanggal Pelaksanaan

Penanggung Jawab 1 Man

a. Kurangnya tenaga perawat karena beban kerja yang tinggi.

b. Perawat diruangan belum semuanya mendapatkan

pelatihan khusus dibidang anak dan seminar keperawatan anak sehingga perlu direkomendasikan Merekomendasikan kepada kepala ruangan agar mengajukan penambahan tenaga perawat di ruangan kepada bagian sub SDM.

Mengadakan Pelatihan Komunikasi

Terapeutik Pada Anak dan Perawatan Luka kepada kepala ruangan dan seleruh perawat di Ruang Kenanga 1.

22 Juni 2012

02 Juli 2012

Elyani Sembiring, S.Kep Novriani Harahap, S.Kep

2 Methode

a. Perumusan dan pelaksanaan visi, misi, motto, dan uraian tugas karu, katim, dan PP belum terlaksana secara optimal.

b. Pemberian penkes belum optimal oleh perawat karena beban kerja yang tinggi.

Merekomendasikan

kepada kepala ruangan untuk merumuskan visi, misi dan motto ruangan serta memnosialisasikan

kembaliuraian tugas katim dan PP secara lisan dan tulisan.

Melakukan penkes pada keluarga anak untuk perawatan luka operasi, ROM, dizi yang baik melalui media leaflet

23 Juni 2012

25 Juni 2012

(58)

dan pemenuhan gizi yang baik memalui leaflet dan poster.

3 Material

a. Pemanfaatan

papan identitas pasien maksimal karena beban kerja yang tinggi dan media yang tidak mendukung dan pembuatan ulang struktur organisasi ruang kenanga 1.

b. Pemakaian barang habis pakai yang digunakan secara berulang seperti pinset anatomis, pinset chirugis, kom kecil, bak instrumen, dan kasa steril.

c. Penomoran bada setiap tempat tidur pada ruangan bedah anak belum maksimal.

Pembuatan papan identitas pasien dan struktur organisasi ruang Kenanga 1 atas kreasi tim PBLK yang telah disetujui olek kepala ruangan.

Mensosialisasikan

kembali untuk mensterilkan terlebih dahulu barang habis pakai sebelum digunakan.

Membuat

penomoran pada setiap tempat tidur yang telah didetujui oleh kepala ruangan.

25 Juni 2012

25Juni 2012

26 Juni 2012

(59)

5. Implementasi dan Evaluasi

N

o Masalah Data Awal Implementasi Evaluasi

Tindak Lanjut 1. 2. 3 Kurangnya tenaga terawat karena beben kerja ynag tinggi. Perawat diruangan Kenanga 1 belum semuanya mendapatkan pelatihan khusus dibidang anak dan seminar keperawatan anak sehingga perlu direkomendasi ka. Perumusan Dari hasil observasi, ruang Kenanga 1 masih membutuhk an tenaga perawat karena beban kerja yang tinggi. Hanya beberapa orang yang mengikuti seminar keperawatan , pelatihan kanker, khusus untuk anak belum ada. Visi, misi dan motto diruangan masih Mendiskusikan dengan kepala ruangan untuk mengajukan penambahan tenaga perawat. Mengadakan Pelatihan Komunikasi Terapeutik Pada Anak dan Perawatan Luka kepada kepala ruangan dan seleruh perawat di Ruang Kenanga 1.

(60)

4

5

struktur organisasi

secara tertulis, serta visi dan misi belum terlaksana. Pemberian pendidikan kesehatan belum terstruktur dan tidak menggunakan media. Pemanfaatan papan identitas menggunaka n visi, misi dan motto RSUP Dr. Pirngadi Medan. Pemberian pendididkan kesehatan masih secara lisan karena beban kerja yang tinggi. Papan mana pasien merumuskan visi, misi dan motto ruangan serta

mensosialisasika n kembali uraian tugas katin dan PP secara lisan dan tulisan. Melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga anak untuk perawatan luka operasi dan pemenuhan gizi dan ROM yang baik melalui leaflet. Melakukan diskusi dengan ruangan adalah mewujudka n visi, misi dan motto RSUP Dr. Pirngadi Medan dan selalu mengingatk an perawat pelaksana untuk melaksanak an uraian tugas dengan baik. Keluarga binaan mendapat pendidikan kesehatan tentang mobilisasi, dan perawatan luka dirumah dan nutrisi untuk anak. Kepala ruangan

an visi, misi dan motto serta

(61)

6 pasien tidak maksimal karena beban kerja yang tinggi dan kurangnya kesadaran perawat pelaksana. Pemakaian barang habis pakai yang digunakan secara berulang seperti pinset anatomis, pinset chirugis, kom kecil, bak instrumen, dan kassa steril.

(62)

C. Pembahasan

Praktik keperawatan berarti membentuk individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status, menentukan diagnosa, merencanakan dan mengimplementasikan strategi keperawatan untuk mencapai tujuan serta mengevaluasi respon terhadap perawatan dan pengobatan.

Kualitas pelayanan keperawatan adalah sikap professional perawat yang memberikan perasaan nyaman, terlindungi pada diri setiap pasien yang sedang menjalani proses penyembuhan dimana setiap sikap ini merupakan kompensasi sebagai pemberi layanan dan diharapkan menimbulkan perasaan puas pada diri pasien.

(63)
(64)

BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A.Landasan Teori 1. Pengertian

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana uretra terbuka di permukaan bawah penis, skrotum atau peritonium. Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.

(65)

1. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374).

2. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257).

3. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).

4. Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum (daerah antara kemaluan dan anus). (Davis Hull, 1994 ).

(66)

2. Etiologi

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :

1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon

Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.

2. Genetika

Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.

3. Lingkungan

(67)

3. Patofisiologi

(68)
(69)

4. Manifestasi Klinis

1. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.

2. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.

3. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar. 4. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.

5. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.

6. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis. 7. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok. 8. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum). 9. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

5. Klasifikasi

Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus : 1. Tipe sederhana/ Tipe anterior

Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.

(70)

2. Tipe penil/ Tipe Middle

Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.

3. Tipe Posterior

(71)

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.

7. Tindakan Pembedahan Tujuan pembedahan :

1. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial 2. Perbaikan untuk kosmetik pada penis.

Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan Devine.

1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:

(72)

abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penis

b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama telah matang.

2. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke bawah.Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi hipospadi.

8. Komplikasi

Komplikasi dari hypospadia yaitu : 1. Infertility

(73)

ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN

1. Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, alamat,pendidikan, tanggal / jam MRS, diagnosa medis. 2. KeluhanUtama

Pada umumnya pasien dengan hipospadia mengeluh ada penis melengkung kebawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi dan adanya lubang kencing tidak pada tempatnya.

3. Riwayat Kesehatan.

a. Riwayat Penyakit Sekarang.

Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.

b. Riwayat Penyakit Dahulu.

Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak lahir. c. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Didalam keluarga tidak ditemukan penyakit yang sama karena penyakit ini bukan merupakan penyakit turunan.

4. Pola-pola fungsi kesehatan

(74)

Perlu ditanyakan kebiasan klien, apakah klien jarang / suka mandi. b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pada umumnya pasien hipospadia nutrisi, cairan dan elektrolit dalam tubuhnya tidak meng lami gangguan.

c. Pola aktivitas

Aktifitas pasien hipospadia tidak ada masalah. d. Pola eliminasi

Karena pasien hipospdia ditemukan adanya penis yang melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sehingga pada saat kencing pencernaan tidaknormal.

e. Pola tidur dan istirahat

Pada umumnya pasien dengan hipospadia tidak mengalami gangguan atau tidak ada masalah dalam istirahat dan tidurnya.

f. Pola sensori dan kognitif

Secara fisik daya penciuman, rasa-raba dan daya penglihatan pada pasien hipospadia adalan normal, secara mental kemungkinan tidak ditemukan adanya gangguan.

g. Pola persepsi diri

Karena pasien hipospadia ditemukan adanya kelainan pada bentuk penisnya sehingga\ timbul rasa malu..

h. Pola hubungan dan peran

(75)

dan peraen serta megnalami tmbahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

i. Pola produksi dan seksual

Karena pasien hipospadia ditemukan adanya kelainan pada alat kelamin sehingga jika tidak dilakukan operasi sejak dini maka pada saat dewasa kebutuhan reproduksi seksual akan mengalami gangguan. j. stress Pola penanggulangan

Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi penyakitnya.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan.

Keputusan penyebab distress ketidak percayaan akan kes

Gambar

Table 2.1 Jumlah Tenaga Perawat Yang Dibutuhkan berdasarkan Tingkat
Tabel 1. Jumlah Tenaga Perawat yang dibutuhkan di Ruang Kenanga 1
Tabel 2. Obat-obat Emergency
Tabel 3. Alat Medis di ruang Kenanga 1
+2

Referensi

Dokumen terkait

penyebaran komoditas pangan yang dikelola oleh Perum BULOG. Diperlukan persediaan yang cukup dan tersebar maka sejak

Getaran tanah hasil peledakan dilakukan untuk mendapatkan jumlah isian maksimal setiap lubang ledak yang berhubungan dengan jarak pengukuran dekat kawasan

Kelainan ini jarang ditemukan dan biasanya terjadi jika dilakukan traksi kuat untuk melahirkan kepala janin pada presentasi sungsang atau untuk.. melahirkan bahu pada

Select object to offset or <exit>:Pilih garis atas dari kotak sebelah bawah Specify point on side to offset: Klik bagian atas dari garis kotak sebelah atas Maka akan

Kebijakan pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Kabupaten/Kota adalah acuan,

On the summer solstice, higher values of normalized daily leaf irradiance in most leaves (Figs. 6 and 7) and normalized plant irra- diance at most time points of the day (Fig. 5)

sensorimotor, main peran, dan main pembangunan, untuk memberikan pengalaman bermain yang beragam serta harus mendukung perkembangan bahasa, kognitif, sosial- emosional anak. 

• Conformity is not based on power but rather on subjective validity of social norms. (Festiger, 1950; Hogg