• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBARAN PROPAGUL GULMA PADA BERBAGAI KEDALAMAN TANAH DAN KONDISI LAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEBARAN PROPAGUL GULMA PADA BERBAGAI KEDALAMAN TANAH DAN KONDISI LAHAN"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh: Ahmad Ali Kondi

20120210002

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

(2)

ii SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Pertanian

Oleh : Ahmad Ali Kondi

20120210002

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

(3)

iii

1. Karya tulis saya, skripsi ini merupakan gagasan dari Ir. Agus Nugroho

Setiawan, M.P., adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penilaian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing.

3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penilaian saya setelah

mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu,

saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah,

maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain dan oleh Tim

Pembimbing.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai

dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Yogyakarta, 4 Januari 2017

Yang membuat pernyataan,

Ahmad Ali Kondi

(4)

iv

Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam

mengatasinya adalah sesuatu yang utama

Harapan kosong itu lebih menyakitkan daripada kenyataan yang pahit

sekalipun

Orang sudah terlalu terbiasa berpikir secara linier. Kalau mau usaha, pasti

mencari untung; mencari berhasil. Padahal dalam usaha itu ya pasti ada rugi

dan gagal toh? Bagi kamu yang mau berhasil, justru cari kegagalan

sebanyak-banyaknya. Sebab keberhasilan itu hanyalah sebuah titik di puncak gunung

kegagalan.

Banggalah kita ketika kegagalan selalu hadir dalam sebuah usaha karena

semakin banyk kegagalan yang kita dapat maka semakin dekatlah keberhasilan

yang kita mau

Ingat,. libatkanlah Allah di dalam hati kita dalam keadaan apapun,.

Karena tidak akan ada kesuksesan tanpa ridho dari_Nya

(5)

v

Hanya kepada-Mu ya Allah dan hanya untuk-Mu ya Allah, janji Mu sunggu luar biasa bagi sebuah Semangat dan Kesabaran

Ayah dan Ibu, terimakasih untuk setiap tetesan keringatmu yang mengalir Terimakasih untuk do’a mu selama anakmu ini menuntut ilmu disini, setiap langkah kakiku ini selalu tergambar wajahmu agar anakmu ini tahu bahwa tidak akan dikatakan sukses seorang anak jika belum mampu mengangkat

derajatmu Ayah dan Ibu

Karya ini kupersembahkan untuk kalian

Adik-adikku dirumah, semangatmu dan do’a mu selalu ku ingat dalam perjalananku menyelsaikan karya ini.

Semoga adik-adikku bisa mengikuti jejakku ini dalam menuntut ilmu bahkan lebih dari apa yang telah kudapatkan

Dosen pembimbing, terimakasih atas bimbingan dan arahan kalian yang telah ikhlas dalam membantu menyelesaikan karya ini

Para sahabat dan teman-teman yang tidak dapat ku tuliskan satu persatu serta orang yang selalu setia menemani baik dalam kesusahan maupun

senang yang selalu kusebut dalam do’aku

(6)

vi

dengan judul “Sebaran Propagul Gulma Pada Berbagai Kedalaman Tanah Dan Kondisi Lahan”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S-1 di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.Dengan

demikian, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut

membantu sehingga penilitian dapat terwujudkan. Ucapan terimakasih ditujukan

kepada:

1. Kepada Allah SWT yang maha pemberi pertolongan dan petunjuk

bahwa dibalik kesusahan dalam perjuangan akan ada kemenangan

2. Kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak tuntunan

3. Dosen pembimbing Ir. Agus Nugroho Setiawan, S,M.P dan Ir. Titiek

Widyastuti, M.S yang telah memberikan ilmu dan arahannya

4. Ketua Program Studi Agroteknologi Dr. Innaka Ageng Rineksane S.P.,

M.P yang telah banyak membantu

Yogyakarta, 4 Januari2017

Penulis

(7)

vii

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

(8)

viii

(9)

ix

(10)

x

2 Jenis gulma yang memiliki waktu tumbuh lebih cepat...

Error! Bookmark not defined. 3 Jenis gulma pada kondisi lahan bekas tanaman jagung dan tebu...

...Error! Bookmark not defined. 4 Jenis gulma dominansi kedalaman 5 cm

...Error! Bookmark not defined. 5 Jenis gulma dominansi kedalaman 10 cm

...Error! Bookmark not defined. 6 Jenis gulma dominansi kedalaman 15 cm

...Error! Bookmark not defined. 7 Jenis gulma dominansi kedalaman 20 cm

...Error! Bookmark not defined. 8 Jenis gulma dominansi kedalaman 25 cm

(11)

xi

(12)
(13)

xvi

agriculture faculty University of Muhammadiyah Yogyakarta concealment of July until August 2016.

Reseach conducted using the method of single factor experiments were arranged in a completely randomized design. The treatment being tested is the condition of area which comprises 4 types of land formerly used for rice, corn, soybean, and sugar cane respectively located at a depth of 5, 10, 15, 20, and 25 cm in order to obtain 20 treatment. Each treatment was repeated 3 times and each unit so that composite sample was obtained 60 unit treatment. Weed observation data were analyzed using analysis of variance to determine the effect of treatment.

If there is a real effect among treatments, then it will continue using Duncan’s Multiple Range Test at α 5% error rate.

Propagules are at different depths in the soil, at a depth of 1-5 cm higher weed populations can be seen from the number of individuals weeds. The condition of the former land rice plant has a number of weeds higher than the condition of the former land of maize, soybean and sugar cane. Vegetation composition of various soil depth and soil conditions are not same, except on the soil depth of 20 cm in the former land of corn and soybean crops.

(14)

1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang potensial untuk dijadikan

sebagai lahan pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia memiliki karakteristik

basah, curah hujan tinggi serta temperatur yang tinggi sehingga sangat potensial

untuk dilakukan budidaya tanaman sepanjang tahun. Budidaya tanaman sepanjang

tahun dapat menjadi lingkungan yang kondusif untuk ditumbuhi oleh gulma.

Gulma dapat didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh/hadir pada suatu

tempat/keadaan yang tidak kita inginkan.Gulma mengganggu tanamanbudidaya

karena berkompetisi dalammendapatkan hara, air, cahaya dan ruang.Karakter

gulma yang dapat hidup disetiap macam lingkungan membuat produksi gulma

akan selalu ada diberbagai lapisan tanah. Propagul merupakan calon/bakal gulma

yang akan tumbuh menjadi gulma ketika lingkungan sekitar memungkinkan untuk

tumbuh. Semakin banyaknya propagul yang ada pada lapisan tanah maka akan

semakin banyak gulma yang akan tumbuh.

Tumbuhnya gulma dari berbagai lapisan tanah terjadi karena adanya

adaptasi dari gulma tersebut dengan budidaya yang terjadi sepanjang tahun

sehingga propagul gulma yang ada dalam tanah dapat bertahan. Banyaknya

jumlah spesies gulma yang ada didalam tanah dapat menjadi tempat gulma untuk

berkembang biak. Sifat-sifat vegetatif gulma bisa berubah sesuai dengan

lingkungan, dan sifat-sifat generatif gulma akan cenderung tetap.

Keberadaan gulma yang ada saat iniditentukan oleh simpanan biji gulma

(15)

dibudidayakan karena sifat gulma yang menginginkan unsur hara, cahaya, dan

ruang lingkungannya.Dalam keadaan yang tidak baik, gulma akan mengalami

dormansi.Tanah yang diolah dalam budidaya akan memberikan lingkungan yang

sesuai untuk tumbuh gulma, baik dari kedalaman, cara pengolahan dan rotasi

tanam.

Pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani menggunakan cara

tradisionaldan cara modern dapat memberikan lingkungan yang baru untuk

tumbuh pada sebaran propagul. Keberadaan propagul dibeberapa kedalaman akan

terangkat dengan pengolahan tanah yang dilakukan sehingga lingkungan gulma

untuk tumbuh dapat terpenuhi. Oleh sebab ituuntuk dapat megetahui sebaran

propagul pada berbagai kedalaman tanah dan kondisi lahan bekas tanaman padi,

jagung, kedelai, dan tebu perlu dilakukan penelitian pada kedalaman tanah 5, 10,

15, 20, dan 25 cm.

Pengendalian gulma yang tepatuntuk memperoleh hasil yang

memuaskanperlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuantentang biologis dari

gulma (daur hidup), faktoryang mempengaruhi pertumbuhan gulma,pengetahuan

mengenai cara gulma berkembangbiak, menyebar, dan bereaksi dengan

perubahanlingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaanyang berbeda-beda

sangat penting untuk diketahui dalam menentukan cara

pengendalian.Keberhasilan dalam pengendalian gulma harusdidasari dengan

pengetahuan yang cukup danbenar dari sifat biologi gulma tersebut,

misalnyadengan melakukan identifikasi gulma pada jenis lahan bekas tanaman

(16)

masing-masing bekas lahan tanaman maka dapat diketahui cara pengendalian gulma pada

lahan bekas tanaman tersebut.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana sebaran propagul gulma pada berbagai kedalaman dan kondisi lahan?

C. Tujuan Penelitian

(17)

1

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki

yakni tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak

langsung merugikan tanaman budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman

budidaya karena bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan

air. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan,

misalnya pada perkebuanan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai

kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang telah lama

ditanami gulma yang banyak terdapat adalah jenis tahunan. Gulma yang terdapat

pada dataran tinggi relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah,

Pada daerah yang tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya

keaneka-ragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya tidak begitu besar. Hal yang

sebaliknya terjadi pada daerah rendah yakni jumlah individu sangat melimpah,

tetapi jenis yang ada tidak begitu banyak (Soekisman, T. dkk. 1984).

Gulma dikenal sebagai tumbuhan yang mampu beradaptasi pada ritme

pertumbuhan tanaman budidaya. Pertumbuhan gulma cepat, daya regenerasinya

tinggi apabila terluka, dan mampu berbunga walaupun kondisinya dirugikan oleh

tanaman budidaya.Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya untuk

ruang, cahaya, dan secara kimiawi untuk air, nutrisi, gas-gas penting, dan dalam

peristiwa allelopati.Beberapa jenis gulma dapat memperbanyak diri dengan tuber

(18)

1. Perkembangbiakan Gulma

Gulma mampu berkembang biak secara vegetatif maupun generatif

dengan biji yang dihasilkan. Kemampuan yang dimiliki oleh jenis-jenis gulma

menahun untuk memperbanyak diri dari bagian-bagian vegetatif menyebabkan

jenis-jenis ini menjadi sangat kompetitif dan sukar untuk dikendalikan.

Produksi organ perbanyakan vegetatifjuga erat kaitannya dengan kandungan

karbohidrat yang tersimpan. Perbanyakan vegetatif ialah prinsip

perkembangbiakan bagi sebagian besar gulma tahunan.Gulma yang

memperbanyak diri secara vegetatif sulit untuk dikendalikan karena banyak

memiliki organ vegetatif dorman di dalam tanah.Beberapa bentuk organ

vegetatif yang banyak ditemukan dalam perbanyakan jenis-jenis gulma

menahun yaitu

a. Rhizoma (Rimpang) merupakan batang yang menjalar di dalam tanah yang

dapat membentuk akar dan tunas daun

b. Stolon merupakan batang yang silindris dan menjalar di permukaan tanah

yang dapat membentuk akar dan tunas

c. Umbi batang merupakan pangkal batang yang membengkak yang terletak di

dalam tanah. Di bedakan dari umbi daun dengan adanya beberapa mata

tunas yang nyata terlihat dan bagian yang bengkak sangat pendek

d. Umbi akar merupakan bagian terminal dari rhizoma yang membengkak dan

(19)

2. Penyebaran Gulma

Mekanisme perbanyakan gulma termasuk salah satu yang paling efisien

di alam. Efisiensi seperti ini diperoleh melalui seleksi alam dan adaptasi

ekologi. Perkembangbiakan dapat dilakukan dengan biji atau dengan organ

vegetatif. Pada gulma semusim, perkembangbiakan dilakukan melalui produksi

biji. Biji dihasilkan dalam jumlah banyak dan sebagian besar memiliki

dormansi. Biji didefinisikan sebagai sel telur yang masak yang telah dibuahi

dan mempunyai lembaga, persediaan makanan, dan lapisan perlindungan. Biji

mengandung semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memindahkan

sifat-sifat keturunan yang diperoleh dari tumbuhan induknya, mampu

mempertahankan hidup kecambahnya meskipun hanya sementara sehingga

dapat menyerap makanannya sendiri (Soetikno, 1990).

Menurut Soetikno (1990) biji gulma khususnya dari jenis-jenis yang

semusim memegang peranan penting dalam kaitannya dengan keberhasilan

usaha-usaha pencegahan atau pengendalian gulma. Jumlah biji yang mampu

berkecambah dan tahan akan usaha-usaha pengendalian akan menentukan

kerugian yang timbul pada tanaman pangan setiap musimnya. Banyaknya biji

yang ada di dalam tanah atau lebih dikenal sebagai simpanan bijidan yang

jatuh ke permukaan tanah dari gulma yang tumbuh pada musim berikutnya

akan menentukan apakah jenis gulma ini dapat hidup dan mempunyai potensi

untuk merugikan tanaman pangan yang akan tumbuh di tempat itu. Jumlah biji

(20)

dengan tanaman pangannya akan tetapi masih menghasilkan biji-biji yang akan

mampu untuk bersaing untuk musim berikutnya.

Populasi biji gulma di dalam tanah sangat bervariasi jumlahnya

tergantung dari komposisi jenis gulma yang tumbuh di atasnya dan juga sejarah

dari tanah itu sendiri. Jika tanah semula digunakan untuk peternakan, maka

sebagian besar dari biji-biji yang ada merupakan biji gulma yang biasa

dijumpai di daerah peternakan, sedangkan lahan pertanian akan mempunyai

populasi biji yang berkaitan dengan gulma-gulma pertanian. Populasi biji

gulma di lahan pertanian pada umumnya terdiri dari beberapa jenis yang

dominan dengan jumlah biji yang cukup tinggi, beberapa jenis dengan jumlah

yang cukupan, dan banyak jenis yang mempunyai biji hanya sedikit saja.

Pola-pola produksi biji, penyebaran, dan penyimpanan pada setiap tahapan dalam

suatu suksesi kita akan jumpai bahwa jenis-jenis pemula mempunyai simpanan

biji yang cukup besar jika dibandingkan dengan jenis-jenis pertengahan atau

jenis-jenis akhir. Ini menunjukkan bahwa jenis-jenis pemula mampu

menghasilkan biji dalam jumlah yang cukup besar. Strategi semacam ini

mempunyai potensi reproduksi yang tinggi dikombinasikan dengan adanya

dormansi menyebabkan adanya simpanan biji di dalam tanah yang cukup besar

dan tetap jumlahnya setiap waktu.

3. Propagul

Propagul merupakan biji, stolon,atau rimpang yang akan berkembang

menjadi individu gulma jika kondisi lingkungan mendukung (Fenner, 1995).

(21)

permukaan tanah, tetapi adanya retakan tanah dapat menyebabkan perubahan

ukuran menurut kedalaman tanah. Pada tanah tanpa gangguan, menurut Fenner

(1995) propagul berada pada kedalaman 2-5 cm dari permukaan tanah, tetapi

pada tanah pertanian, berada 12-16 cm dari permukaan tanah.

Kemelimpahan atau distribusi jenis-jenis gulma di lahan budidaya

dipengaruhi oleh jenis tanaman budidaya, kultur teknis dan pola tanam yang

diterapkan, jenis dan kelembaban tanah, lokasi, serta musim. Keberadaan

gulma yang ada saat ini ditentukan oleh simpanan biji gulma tanah. Sebagian

gulma memulai siklus hidupnya dari biji tunggal dalam tanah kemudian

biji-biji tersebut tumbuh hingga menghasilkan biji-biji dalam jumlah banyak. Biji-biji-biji

tersebut kembali ke tanah dan menjadi sebagai sumber populasi gulma untuk

masa yang akan datang. Sebagian besar (95%) biji yang tersimpan dalam tanah

berasal dari gulma annual (semusim atau setahun), sedangkan 4% dari gulma

perennial atau tahunan.

4. Dormansi Gulma

Biji gulma berada pada permukaan tanah dan tersebar dalam profil tanah

yangterdiri dari biji gulma baru dan lama yang telah bertahan dalam tanah

selama bertahun-tahun.Pada tanah pertanian dapat berisi ribuan biji gulma/m2.

Bijigulma terkubur di dalam tanah dan di atas permukaan tanah. Sebesar

64-99,6% bijigulma ditemukan 10 cm di atas lapisan tanah (Anderson, 1977).Biji

gulma dan bagian vegetatif, biasanya mempunyai periode istirahat yangdisebut

(22)

yangdipergunakan untuk biji atau organ vegetatif yang tidak mau berkecambah

meskipunkeadaan lingkungannya menguntungkan.

Dormansi merupakan strategi reproduksigulma untuk tetap bertahan

hidup dalam keadaan yang tidak menguntungkan.Intensitas dormansi

dipengaruhi oleh lingkungan selama perkembangan biji.Dormansi pada jenis

tertentu mengakibatkan biji tidak berkecambah di dalamtanah bertahun-tahun.

Hal ini menjelaskan keberadaan gulma di lahan pertanian yangditanami secara

kontinyu (Ilyas, 2012).Biji gulma berada di dalam tanah mempunyaitingkat

dormansi yang berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari suatu populasi

bijigulma tidak terjadi secara serentak. Keadaan ini mengakibatkan biji gulma

di dalamtanah akan tetap menjadi masalah selama biji masih ada.

Terdapat tiga macam dormansi secara luas yaitu: (1) bawaan (innate), (2)

rangsangan (induced), dan (3) paksaan (enforced). Dormansi bawaan atau

kadangkala juga disebut sebagai dormansi primer, biasanya dijumpai pada

biji-biji atau organ vegetatif sesaat setelah terlepas dari induknya. Dormansi

rangsangan yang kadangkala juga disebut sebagai dormansi sekunder

merupakan hasil pengaruh lingkungan di sekitar biji atau organ perbanyakan

vegetatif setelah dilepaskan induknya. Dormansi paksaan disebabkan oleh

adanya faktor lingkungan yang tidak menguntungkan untuk dimulainya

pertumbuhan, biasanya akibat kekurangan air, suhu yang tidak

menguntungkan, dan lain-lain ( Soetikno, S.S. 1990).

Dormansi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu Dormansi primer,

(23)

gulma tetap tidak tumbuh/berkecambah untuk waktu tertentu. Dormansi

sekunder, dormansi yang terjadi karena faktor lingkungan (seperti cahaya, gas,

dan lain-lain) biji tidak akan berkecambah walaupun sesungguhnya biji

tersebut tidak dalam keadaan dormansi. Dormansi paksaan(enforced), apabila

beberapa faktor untuk perkecambahan dihalangi, biji gulma tidak akan

berkecambah tetapi tetap hidup dan akan berkecambah apabila faktor-faktor

tersebut tersedia.

5. Perkecambahan Gulma

Menurut (Soetikno, S.S. 1990) Perkecambahan didefinisikan sebagai

awal dari pertumbuhan suatu biji atau organ perbanyakan vegetatif.

Perkecambahan biji ditandai oleh adanya beberapa tahapan proses yang berupa

yaitu: (1) penyerapan air, (2) peningkatan respirasi, (3) mobilisasi simpanan

makanan, dan (4) penggunaan simpanan makanan. Bagi kebanyakan biji

tanaman pangan tahapan proses ini bermula segera setelah tanam dan berlanjut

hingga kecambah muda muncul dipermukaan tanah. Waktu yang dibutuhkan

untuk semua proses ini sangat bergantung pada kondisi tanah dan suhunya.

Keadaan ini sangat berbeda pada biji-biji dan organ perbanyakan vegetatif

gulma karena pada gulma perkecambahan biasanya tidak terjadi begitu sampai

dipermukaan tanah atau organ perbanyakan vegetatif terputus dengan

induknya.

Perkecambahan biji adalah proses pertumbuhan embrio dan

komponen-komponen biji untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Dalam

(24)

bibit (seedling) dan menjadi tumbuh dewasa berasal dari sel telur yang dibuahi.

Tetapi tidak seluruh bagian biji berasal dari sel telur yang dibuahi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji ada dua macam yaitu Faktor-faktor

luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan adalah

tingkat kemasakan biji, ukuran biji, dormansi, dan adanya penghambatan

perkecambahan. Sedangkan faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan

adalah air, temperatur, oksigen, dan cahaya.

Perkecambahan terjadi hanya pada waktu-waktu tertentu meskipun ada

juga waktu-waktu lain di akhir musim panas dan awal musim gugur yang

mempunyai kondisi kelembaban, suhu, dan cahaya yang sama seperti pada

waktu musim semi atau awal musim panas. Keadaan ini memberikan peluang

yang sangat menguntungkan bagi gulma karena jika biji-bijinya berkecambah

pada akhir musim semi atau awal musim gugur maka semua kecambah akan

mati sebelum dapat menghasilkan biji dan jenis-jenis ini akan punah. Biji-biji

sesama jenis maupun yang berlainan jenis mempunyai respon yang

berbeda-beda terhadap perubahan lingkungan mikro yang terjadi di sekelilingnya. Ini

mengakibatkan biji-biji itu tidak berkecambah secara serentak.

Dari semua faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan,

kedalaman biji berada di tanah memberikan pengaruh yang tetap. Yang

pertama, tumbuhnya biji-biji sebagian besar mempunyai hubungan yang

negatif dengan kedalaman lebih dari 1 cm. Semakin dalam biji tertanam

kemungkinannya untuk berkecambah dan tumbuh menjadi semakin kecil.

(25)

hanya beberapa milimeter terbenamnya. Suhu sudah tentu memegang peranan

penting dalam perkecambahan tetapi kedalaman biji juga lebih penting lagi

peranannya. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh dua faktor ini

memberikan kesimpulan mengenai pengaruh kedalaman terhadap

perkecambahan yaitu:

a. Biji-biji semakin banyak yang tumbuh jika terbenam hanya beberapa

milimeter dari permukaan tanah

b. Setiap jenis mempunyai respon tumbuh yang berbeda-beda terhadap

kedalaman di mana biji berada

c. Beberapa biji dapat tumbuh meskipun terbenam pada kedalaman yang

melebihi kedalaman yang ideal ( 1 cm ).

6. Kerugian Akibat Gulma

Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi menjadi

dua kategori yang langsung dan yang tidak langsung. Kerugian langsung

terjadi akibat kompetisi yang dapat mengurangi jumlah atau hasil panen.

Termasuk di dalamnya adalah penurunan hasil panen, baik secara kesulurhan

atau yang dipanennya saja dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat

pencemaran oleh biji-biji gulma. Kerugian yang tidak langsung terjadi akibat

kompetisi yang dapat menimbulkan kerugian kepada petani tetapi tidak secara

langsung dalam hasil panenannya. Contohnya, gulma dapat menjadi inang

(26)

seperti pada beberapa jenis gulma yang serbuk sari, getah, atau duri pada

gulma tersebut sehingga dapat menimbulkan alergi.

Kerugian langsung yang ditimbulkan akibat adanya gulma yang paling

menjadikan masalah khusus dalam bidang pertanian adalah dengan penurunan

hasil panen. Gulma dapat menurunkan hasil panenan dalam dua cara yaitu: 1)

dengan mengurangi jumlah hasil yang dapat di panen (biji-bijian, rumput, atau

buah-buahan dan sebagainya) dan 2) dengan mengurangi jumlah individu

tanaman yang dipanen. Besarnya penurunan hasil panen yang diakibatkan oleh

gulma sangatlah bervariasi bergantung dari jenis tanaman pokoknya, jenis

gulma, dan faktor-faktor pertumbuhan yang mempengaruhinya. Adanya gulma

dalam jumlah yang banyak pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan

kehilangan hasil secara total.

7. Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau

komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.

Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan

tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter

dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas

tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang

struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.Vegetasi tidak hanya

kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu

kesatuan dimana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang

(27)

akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor

lingkungannya.Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat

bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya apakah

ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, dan apakah untuk evaluasi hasil

suatu pengendalian gulma (Soetikno S. 1990).

8. Kerapatan

Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada

tiap-petak-contoh. Untuk menghitung kerapatan dilakukan dengan mencabut setiap

populasi gulma yang ada pada media.

9. Frekuensi

Frekuensi merupakan jenis tumbuhan yang muncul pada area tertentu

yang dinyatakan dalam satuan persen (%) dari sejumlah petak-contoh yang

dibuat. Misalnya jika tumbuhan A ditemukan dalam 86 petak-contoh dari 200

petak contoh yang dibuat, maka frekuensi A = 86/200 x 100% = 43%.

Frekuensi dipengaruhi beberapa faktor yaitu luas petak-contoh, distribusi

(28)

Dengan menggunakan petak contoh A, nilai frekuensi akan jauh lebih

besar daripada dengan menggunakan petak-contoh B yang lebih kecil (gambar

1). Sebab kemungkinan memuat sesuatu jenis tumbuhan dengan petak-contoh

A adalah lebih besar. Sedangkan distribusi tumbuhan jika terdapat tiga

petak-contoh yang dibuat

10.Dominansi

Dominansi digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang

ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan, atau kemampuan sesuatu jenis tumbuhan

dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya. Dominansi dapat dinyatakan dengan

menghitung biomassa yaitu dengan memotong tumbuhan di atas tanah dan

dikeringkan dalam pengeringan 100-1100C, kemudian ditimbang berat

keringnya. Semakin tinggi berat kering suatu gulma maka akan semakin besar

luas area yang ditumbuhi suatu gulma.

11.Summed Dominance Ratio (SDR)

SDR menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran. SDR

biasa dipakai karena jumlahnya tidak pernah lebih dari 100%, sehingga mudah

untuk diinterpretasi. Semakin tinggi nilai SDR jenis gulma maka akan semakin

tinggi pengaruh gulma tersebut dalam mendominasi suatu area dari jenis gulma

lainnya.

B. Kedalaman Tanah

Tanah merupakan lapisan yang menyelimuti bumi dengan ketebalan yang

(29)

dengan massa bumi, lapisan ini sebenarnya tidak berarti, namun dari tanah inilah

segala makhluk hidup yang berada di muka bumi, baik tumbuhan maupun hewan

memperoleh segala kebutuhan mineralnya.Selain itu, antara tanah dan makhluk

hidup ini membentuk suatu hubungan yang dinamis. Dari tanah diperoleh

kebutuhan mineral makhluk hidup dan kedalam tanah akan dikembalikan residu

dari makhluk tersebut (Subagyo,. dkk. 2004).

Tanah berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batuan induknya

dan bahan organik yang berasal dari makhluk hidup yang terdapat di sekitarnya.

Bahan-bahan ini membentuk bagian padat tanah yang dinamakan dengan

kerangka tanah. Di antara partikel padat ini terdapat rongga yang dapat berisi

udara atau berisi air. Ruang pori ini meliputi sekitar setengah volume tanah pada

horizon A, sedangkan pada horizon B dan C ruang pori ini lebih sedikit

jumlahnya. Bagian pori yang lebih kecil biasanya diisi oleh air sedangkan udara

mengisi bagian pori yang lebih besar.Kedalaman efektif suatu tanah adalah

kedalaman lapisan tanah yang dapat ditembus oleh perakaran tanaman. Tanah

memiliki kedalaman efektif yang tinggi apabila perkembangan perakaran tanaman

tidak terhambat oleh faktor fisik tanah, seperti lapisan keras yang tidak tembus

oleh akar atau oleh adanya lapisan air yang tidak sesuai bagi perkembangan akar

tanaman. Kedalaman efektif suatu tanah sangat ditentukan oleh tekstur tanah serta

homogenei-tas antar lapisan tanah Isa Darmawijaya, (1990).

Kedalaman tanah seringkali menjadi kendala utama dalam keberhasilan

produksi tanaman tahunan. Terhambatnya perkembangan perakaran sebagai

(30)

air serta hara yang cukup bagi pertumbuhannya.Kedalaman tanah juga dapat

mengakibatkan dormansinya propagul gulma yang ada pada tiap-tiap kedalaman

tanah. Sehingga semakin dalam kedalaman tanah tersebut maka tingkat dormansi

propagul gulma akan semakin tinggi karena sebagian besar gulma yang tumbuh

pada lingkungan budidaya diakibatkan oleh faktor keberadaan propagul gulma

yang masih berada dikedalaman tanah Hardjowigeno, S. (1992).

C. Kondisi Lahan

Kondisi lahan merupakan keadaan bagaimana keadaan lahan tersebut berada

dalam kondisi basah, kering, atau setelah tanam. Lahan padi, jagung, kedelai, dan

tebu dalam kondisi setelah tanam akan memasuki masa tanam berikutnya

sehingga akan berpengaruh terhadap vegetasi yang ada pada kondisi tersebut.

Kondisi lahan yang selalu mengalami pengolahan dalam budidaya mempengaruhi

jumlah vegetasi yang tumbuh karena setiap vegetasi membutuhkan kondisi

lingkungan yang sesuai agar dapat hidup. Ada beberapa jenis gulma yang tumbuh

pada setiap lahan yaitu pada lahan sawah, terdapat 10 jenis dari golongan

rerumputan, 7 teki-tekian, dan 16 jenis dari golongan gulma berdaun lebar.

Sepuluh jenis gulma yang dominannya adalah sebagai berikut: Monochoria

vaginalis,paspalum distichum, Fimbristylis milliacea, Cyperus difformis, Scirpus

juncoides, Marsilea creata, Echinochola crus-galli, Jussiea repens, Spenocblea

zeylanica, dan Cyperus Iria.

Sedangkan pada lahan bekas tanaman jagung terdapat 12 jenis rerumputan,

(31)

dominan adalah D. ciliaris, A. conyzoides, P. distichum, E. indica, B. alata, C.

rotundus, P. niruri, C. dactylon, Althernanthera philoxeroides, dan Synedrella

nodiflora. Pada lahan bekas tanaman kedelai 20 jenis gulma rerumputan, 6

teki-tekian, dan 30 jenis dari golongan gulma berdaun lebar. Gulma jenis E. indica, A.

conyzoides, C. iria, Mimosa pudica, C. dactylon, dan Commelina nodiflora

merupakan yang lebih dominan. Kuntohartono (1984), melaporkan tentang

komposisi jenis gulma yang biasa tumbuh di kebu tebu di jawa. Jenis-jenis gulma

yang tumbuh di pertanaman tebu sangat ditentukan oleh cara pengolahan tanah

dan macam tanaman budidayanya. Pengolahan tanah sempurna dengan membajak

akan mengurangi kepadatan gulma jenis rerumputan, tetapi akan lebih

meningkatkan pertumbuhan jenis-jenis gulma dari golongan teki dan berdaun

lebar.

D. Hipotesis

Sebaran propagul sebesar 64-99,6% terdapat pada kedalaman 10 cm di atas

(32)

19

III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel dilakukan di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kasihan,

Sewon, dan Godean pada lahan bekas tanaman jagung, kedelai, padi, dan tebu

dengan jenis tanah regosol. Penelitian sampel tanah dilaksanakan di Greenhouse

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium

Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan

Juli sampai dengan Agustus 2016.

B. Bahan Dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini tanah bekas penanaman padi,

tanah bekas penanaman jagung, tanah bekas penanaman kedelai, dan tanah bekas

penanaman tebu. Alat yang digunakan besek berukuran 25x30 cm, plastik hitam,

gembor, penggaris, timbangan, oven, kertas label, cangkul, dan sekop kecil.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan

percobaan faktor tunggaldisusun dalam Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan

yang diujikanadalah kondisi lahan yang terdiri 4 jenis yaitu kondisi lahan bekas

tanaman padi, jagung, kedelai, dan tebu yang masing-masing dengan kedalaman

5, 10, 15, 20, dan 25 cm sehingga diperoleh 20 perlakuan. Masing-masing

perlakuan diulang 3 kali dan setiap ulangan didapat 3 unit sampel kemudian

(33)

D. Cara Penelitian 1. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi dilakukan untuk menentukan empat lahan bekas tanaman

yang diambil tanahnya yaitu jagung, kedelai, padi, dan tebu. Lahan yang

dipilih sebagai lokasi pengambilan sampel adalah lahan dengan luasan

±1000 m2 untuk setiap jenis lahan. Survei dilakukan di 3 Kecamatan yaitu

sewon, pajangan, dan godean dengan luas lahan pertanian besar dari 40%

dari wilayah tersebut.

2. Pengambilan Tanah

Pengambilan tanah dilakukan dengan menggali tanah yang sudah ditentukan

menggunakan cangkuldi lahan padi, tebu, jagung, dan kedelai pada saat

setelah panen dengan kedalaman 5, 10, 15, 20, dan 25 cm.Setiap kondisi

lahan, jumlah tanah yang diambil sebanyak 5 kg. Tanah yang telah diambil

dari lahan kemudian dikeringanginkan didalam Greenhouse Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Pengisian Media

Sampel tanah yang diambil kemudian dikeringanginkan dan dimasukkan

kedalam besek berukuran 25 x 30 cm dengan berat 2 kg tanah untuk setiap

besek. Tanah kemudian diinkubasi untuk diamati pertumbuhan gulma pada

(34)

4. Inkubasi

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan untuk menjaga kadar lengas tanah dilakukan

jika diperlukan

b. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama 30 hari dengan cara analisis vegetasi

gulma.

E. Parameter yang Diamati 1. Waktu Tumbuh Gulma (hari)

Waktu tumbuh dihitung untuk mengetahui jenis perlakuan yang memiliki

tingkat pertumbuhan gulma yang paling tinggi dengan melihat luas

permukaan media tanah yang ternaungi oleh gulma.

2. Analisis Vegetasi

Analisis Vegetasi dilakukan setelah 30 hari inkubasi. Pengamatan gulma

dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat.

Pengamatan gulma mulai dilakuan saat kemunculan tunas pertama pada

setiap petak perlakuan.Gulma yang ada pada petak perlakuan kemudian

dicabut dan dipisahkan berdasarkan jenisnya dan diidentifikasi sebagai data

untuk menghitung kerapatan, frekuensi, dominansi, dan SDR.

a. Kerapatan gulma

Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap

(35)

petakan tersebut. Rumus Kerapatan gulma (Tjitrosoedirdjo dkk,. 1983),

yaitu:

kerapatan nisbi = � � � �

�ℎ � � � � � %

b. Frekuensi

Frekuensi merupakan jenis tumbuhan yang muncul pada area tertentu

yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Pengambilan sampel

dilakukan dengan cara mencabut gulma yang paling banyak muncul dan

diidentifikasi jenisnya. Rumus Frekuensi gulma (Tjitrosoedirdjo dkk,.

1983), yaitu:

Frekuensi Mutlak = �ℎ � ℎ �� � �ℎ � ℎ

Frekuensi nisbi = � �

�ℎ � � %

c. Dominansi gulma

Dominansi digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang

ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau kemampuan sejenis tumbuhan

dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya. Dominansi dapat dinyatakan

dengan menghitung biomassa. Gulma dikeringkan dalam oven pada suhu

100-1100C. Gulma yang sudah kering kemudian ditimbang untuk

mengukur berat keringnya. Rumus dominansi gulma (Tjitrosoedirdjo

dkk,. 1983), yaitu:

Dominansi mutlak suatu jenis = Berat kering tertentu

Dominansi nisbi = � � � � �

(36)

d. SDR (Summed Dominance Ratio)

�� + � + ��

SDR menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran. Semakin

tinggi nilai SDR gulma maka semakin tinggi dominasi suatu spesies

gulma dan sebaliknya semakin rendah nilai SDRmaka semakin rendah

pula spesies gulma dalam menguasai suatu wilayah.

e. Koefisien komunitas

Koefisien komunitas digunakan untuk membandingkan dua komunitas

vegetasi atau dua macam vegetasi dari dua daerah. Rumus koefisien

komunitas (Tjitrosoedirdjo dkk,. 1983), yaitu

= +

C = koefisien komunitas

w = jumlah dari dua kuantitas terendah untuk jenis dari masing-masing

komunitas

a = jumlah dari semua kuantitas pada komunitas pertama

b = jumlah dari semua kuantitas pada komunitas kedua

Apabila nilai C ≥ 75% maka artinya tidak banyak perbedaan keadaan

(37)

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan gulma dianalisis menggunakan sidik ragam untuk

mengetahui adanya pengaruh perlakuan. Apabila terdapat pengaruh nyata antar

perlakuan, maka dilanjutkan menggunakan uji Duncan’s Multiple Range Test

(38)

25

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Waktu tumbuh gulma

Berdasarkan hasil sidik ragam kondisi lahan dan kedalaman tanah tidak

memberikanpengaruh nyata terhadap waktu tumbuh gulma.Hal ini diduga kondisi

lingkungan dan ketersediaan air, suhu, dan cahaya pada setiap kedalaman tanah

dan kondisi lahan terpenuhi. Waktu tumbuh gulma dipengaruhi oleh faktor curah

hujan, suhu rata-rata harian, kelembaban harian dan intensitas cahaya matahari.

Adanya air yang cukup akan mempercepat proses tumbuhnya seed bank, tetapi

tidak mutlak mempercepat waktu tumbuhnya gulma, karena kecepatan tumbuh

seed bank juga dipengaruhi oleh viabilitas biji dan cadangan makanan yang

terdapat dalam biji gulma.Simpanan makanan ini menentukan daya hidupnya dan

kemampuan untuk muncul ke permukaan tanah.

Pertumbuhan gulma dikontrol secara hormonal dan lingkungan, Moenandir

(1993) menambahkan bahwa yang termasuk faktor non hormonal adalah kulit biji,

suhu, cahaya, ketinggian tempat, dan posisi biji dalam tanah.Kecepatan gulma

tumbuh juga dipengaruhi oleh dormansi biji. Dormansi adalah suatu istilah

fisiologis tumbuhan yang dipergunakan untuk biji atau organ vegetatif yang tidak

mau berkecambah meskipun keadaan lingkungannya menguntungkan. Dormansi

merupakan strategi reproduksi gulma untuk tetap bertahan hidup dalam keadaan

yang tidak menguntungkan. Dengan cara demikian, perkecambahan dapat terjadi

beberapa waktu kemudian dan atau terjadi di tempat lain yang berjauhan dengan

(39)

Tabel 1Waktu tumbuh gulma

Selain itu dormansi dapat menjadikan biji-biji gulma tahan bertahun-tahun

dalam tanah dan hanya akan berkecambah dan tumbuh bila keadaan

lingkungannya menguntungkan. Biji-biji gulma yang berada dalam tanah tersebut

mempunyai tingkat dormansi yang berbeda beda, sehingga perkecambahan dari

suatu populasi biji gulma tidak terjadi secara serentak. Keadaan ini

mengakibatkan biji-biji gulma dalam tanah akan tetap menjadi masalah selama

biji-biji tersebut masih ada.Kecepatan pertumbuhan tanaman dan gulmaakibat

lingkungan yang sesuai dapat menyebabkan jenis tertentu mampu tumbuhbaik dan

(40)

hal kebutuhan pertumbuhan (ruang, cahaya, nutrisi, dan air ataukelembaban) atau

karena persamaan morfologi (misal bentuk daun).

Beberapa jenis gulma yang memiliki kecepatan berkembangbiak cukup

besar yaitu Portulaca oleracea, Cleome sp, dan Ageratum conyzoides. Dengan

berkembangbiak yang dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif membuat

jenis gulma tersebut mampu tumbuh lebih cepat pada tanaman budidaya.

Lindernia dubia Portulaca oleracea

Cleome sp Ageratum conyzoides

(41)

Gulma berdaun lebar dapat berkembangbiak dengan pembentukan daun dan

pemanjangan batang yang cepat sehingga dalam pertumbuhannya gulma tersebut

lebih cepat. Selain itu, gulma yang memiliki waktu tumbuh lebih cept mempunyai

daya kompetisi yang tinggi (Yunasfi,2007). Persaingan antara gulma dengan

tanaman yang diusahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam

tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan

kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Kerugian

berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman adalah padi 10,8%, jagung

13%, kedelai 13,5%, dan tebu 15,7%.

Lahan jagung, kedelai, padi, dan tebu merupakan jenis lahan yang

memiliki lingkungan dan ketersediaan air, suhu, dan cahaya yang cukup terhadap

perkecambahan gulma. Adanya faktor-faktor tumbuh gulma pada setiap jenis

lahan dan kedalaman tanah mempengaruhi waktu tumbuh gulma. Biji gulma yang

mendapatkan cahaya, air, serta suhu pada setiap kedalaman tanah suatu saat dapat

tumbuh. Semakin cepat waktu tumbuh gulma pada suatu lahan maka semakin

besar pengaruh gulma tersebut dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman

budidaya. Hal ini dikarenakan setiap tanaman budidaya memiliki periode kritis

pada saat awal tanam, dimana waktu tersebut membutuhkan air dan cahaya yang

cukup sebagai kelangsungan proses vegetatif. Dengan demikian jenis lahan

jagung, kedelai, padi, dan tebu memiliki waktu tumbuh gulma yang tidak beda

(42)

B. Jumlah individu gulma

Hasil penelitian menunjukkan bahwakedalaman tanahdan kondisi lahan

memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah individu gulma. Kerapatan yang

tinggi dipengaruhi oleh banyaknya jumlah individu gulma. Semakin tinggi

kerapatan gulma pada kedalaman tanah tertentu dapat terlihat dari banyaknya

jumlah individu gulma yang tumbuh. Pada kondisi lahan bekas tanaman padi

dengan kedalaman 5 cm menunjukkan jumlah individu yang lebih tinggi

dibandingkan jumlah individu pada kondisi lahan bekas tanaman kedelai, jagung,

dan tebu pada semua kedalaman (Tabel 2).

Tingginya jumlah individu pada lahan padi kedalaman tanah 5 cm

dibandingkan dengan kondisi lahan bekas tanaman lainnya diduga karena gulma

merupakan tumbuhan yang mampu hidup dan tumbuh dalam kondisi apapun

meskipun dalam kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan sekalipun.

Espinar, et. al., (2005) mengatakan bahwa sebaranpropagul umumnya paling

banyak berada dipermukaan tanah pada kedalaman 2-5cm, tetapi adanya retakan

tanah dapat menyebabkan perubahan ukuran menurut kedalaman tanah.

Keberadaan propagul yang ada pada permukaan tanah diakibatkan oleh biji yang

ada pada gulma jatuh dipermukaan tanah.

Ketika biji tersebut jatuh dengan adanya cahaya, suhu, dan air biji akan

tumbuh sehingga pada kedalaman tanah yang dangkal sehingga menghasilkan

jumlah individu yang banyak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Boguzas,

(43)

propagulpada permukaan sampai kedalaman 5 cm, sedangkan tanpa pengolahan

tanah ditemukan sekitar 74%.

Tabel 2 Jumlah individu gulma dan jumlah jenis gulma pada berbagai kedalaman tanah dankondisi lahan

Perlakuan ∑ Individu ∑ Jenis Lahan Jagung Kedalaman 5 cm

Lahan Jagung Kedalaman 10 cm Lahan Jagung Kedalaman 15 cm Lahan Jagung Kedalaman 20 cm Lahan jagung kedalaman 25 cm tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 0,05

Pada kedalaman tanah 10 cm dan 15 cm lahan bekas tanaman padi memiliki

jumlah individu gulma lebih banyak dibandingkan dengan kedalaman tanah 20 cm

dan 25 cm. Hal ini dikarenakan kondisi lahan padi merupakan lahan yang selalu

mengalami perubahan kondisi lahan, baik secara pengolahan maupun kondisi

lingkungan sekitar. Tanah yang selalu diolah dengan sistem pengolahan tanah

sempurna, akan memunculkan jumlah individu-individu pada setiap kedalaman

sehingga menghasilkan jumlah yang berbeda pula. Sastroutomo (1990)

(44)

lingkungan. Termasuk faktor nonhormonal adalah kulit biji, suhu, cahaya,

ketinggiantempat, dan posisi biji dalam tanah.

Banyaknya jumlah individu gulma juga disebabkan karena gulma yang

menghasilkan biji suatu saat akan menjatuhkan bijinya pada permukaan tanah

sehingga pada kedalaman tanah yang dangkal lebih banyak ditumbuhi gulma

dibandingkan pada kedalaman yang jauh dari permukaan. Biji gulma pada

umumnya memiliki kemampuan berbeda-beda untuk berkecambah. Kemampuan

tersebut diakibatkan masa dormansi biji yang panjang sehingga meskipun kondisi

lingkungan disekitar memungkin untuk tumbuh tetapi masa dormansi biji gulma

tersebut masih panjang mengalami dormansi.

Sejarah penggunaan lahan memberikan pengaruh terhadap jumlah individu

gulma pada kondisi lahan bekas tanaman tertentu. Semakin intensif pengolahan

tanah pada suatu lahan maka semakin banyak jumlah individu gulma yang

tumbuh pada lahan tersebut, sedangkan semakin minim pengolahan tanah pada

suatu lahan maka akan semakin sedikit pula jumlah individu gulma tumbuh. Hal

ini karena biji gulma yang berada terlalu lama didalam tanah akan terkikis dan

rusak oleh organsime yang ada didalam tanah. Setiap jenis lahan memiliki

ketersediaan air yang berbeda terhadap kebutuhan tumbuhan yang ada disekitar.

Lahan padi yang memiliki ketersediaan air yang cukup bagi tumbuhan disekitar

menjadikan kondisi lahan bekas tanaman padi memberikan pengaruh nyata

terhadap jumlah individu gulma pada beberapa lahan lain yaitu lahan jagung,

kedelai, dan tebu. Sehingga pada jenis lahan yang memiliki keterbatasan air akan

(45)

Kedalaman tanah mempunyai peran terhadap keadaan biji gulma dalam

tanah. Sedangkan kondisi lahan bekas tanaman memberikan kemampuan gulma

tertentu dalam keberlanjutan pertumbuhannya terhadap pengolahan lahan. Gulma

yang tumbuh lebih banyak pada kondisi lahan bekas tanaman akan mempengaruhi

potensi gulma yang tumbuh pada saat musim tanam. Semakin dalam dari

permukaan tanah keberadaan biji gulma akan semakin sedikit jumlah individu

gulma yang tumbuh pada suatu area. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan

faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji gulma. Biji gulma yang berada

jauh dari permukaan tanah tentu memiliki kekurangan dalam hal ketersediaannya

faktor pendukung untuk berkecambah. Beberapa faktor tersebut yakni air yang

dibutuhkan biji gulma agar dapat menyerap cukup air (imbibisi) untuk

menjalankan aktivitas metabolisme dan perkembangan sel tumbuh. Sedangkan

gas dibutuhkan biji gulma untuk pertukaran CO2dan O2 dalam meningkatkan

metabolisme di dalam perkecambahan.

Pada tabel 2 di atas dapat disimpulkan pada setiap kondisi lahan bekas

tanaman yang berbeda menghasilkan jumlah indvidu gulma yang berbeda.

Banyaknya gulma yang tumbuh dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada suatu

lahan yang memiliki faktor penting terhadap pertumbuhan gulma. Semakin

terpenuhinya faktor penting, akan semakin banyak jumlah individu gulma tumbuh

dalam suatu area. Hasil analisis sidik ragam kedalaman tanah dan kondisi lahan

memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah individu gulma. Gulma tumbuh

pada daerah yang memiliki faktor penting dalam pertumbuhannya seperti cahaya,

(46)

yang cukup dan kelembaban tanah yang selalu terjaga sepanjang musim tanam

menjadikan kondisi lahan bekas tanaman tertentu akan banyak ditumbuhi oleh

gulma. Kepadatan biji gulma pada sistem penanaman yang kontinyu lebih tinggi

daripada sistem rotasi tanaman

C. Jumlah jenis gulma

Hasil analisis sidik ragam jumlah jenis gulma menunjukkan bahwa

kedalaman tanah dan kondisi lahan memberikan pengaruh beda nyata (lampiran

4). Pada kondisi lahan bekas tanaman jagung dan tebu dengan kedalaman tanah 5

cm menunjukkan jumlah jenis gulma yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kedalaman 25 cm (tabel 2). Tingginya jumlah jenis gulma pada kondisi lahan

bekas tanaman jagung dan tebu pada kedalaman tanah 5 cm karena saat biji gulma

mendapatkan cahaya, air, dan suhu biji tersebut akan tumbuh sedangkan biji

gulma yang berada pada kedalaman yang jauh dari permukaan cenderung tidak

mendapatkan cahaya, air, dan suhu sehingga jumlah jenis gulma pada kedalaman

tanah 5 cm lebih banyak. Selain itu, sejarah pada penggunaan lahan juga

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jenis gulma pada setiap kondisi

lahan.

Lahan yang selalu mengalami perubahan jenis tanaman cenderung memiliki

jenis gulma yang lebih sedikit karena gulma akan beradaptasi terhadap kondisi

lingkungan yang baru. Gulma yang tidak mampu beradaptasi pada kondisi

lingkungan yang baru tidak akan mampu bertahan sehingga mati, sedangkan

(47)

hidup. Lahan yang tidak mengalami perubahan pada jenis tanaman akan membuat

gulma mudah tumbuh karena tidak banyak proses pengolahan tanah yang terjadi

sehingga gulma yang tumbuh telah mampu beradaptasi dengan kondisi

lingkungan tersebut.

Lindernia dubia Phyllanthus nururi

(48)

Digitaria ropalothrica Alternanthera brassiliana

Gambar 2 Jenis gulma pada kondisi lahan bekas tanaman jagung dan tebu

Namun, pada kondisi lahan bekas tanaman kedelai dan padi kedalaman

tanah 5 cm tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah jenis gulma pada

kedalaman 25 cm. Hal tersebut diduga sejarah pada penggunaan lahan yang

terjadi pada jenis lahan kedelai dan padi tidak dilakukan rotasi tanam, sehingga

jenis gulma yang tumbuh mampu beradaptasi terhadap lahan tersebut karena

adanya kondisi lingkungan yang sesuai bagi gulma yang tumbuh. Beberapa faktor

penting dalam pertumbuhan gulma yaitu cahaya, air, dan suhu. Menurut Marshal,

P., dkk (2014), bahwabanyaknya biji-biji gulma dalam tanah merupakan

gabungan dari biji-biji yang dihasilkan oleh gulma sebelumnya dan biji-biji yang

masuk dari luar dikurangi dengan biji yang mati dan berkecambah serta biji yang

(49)

Setiap kedalaman tanah dan kondisi lahan memiliki jumlah jenis gulma

yang berbeda karena biji gulma yang ada di dalam tanah dihasilkan oleh jenis

gulma yang tumbuh pada area tersebut. Namun, keberadaan biji gulma pada setiap

kedalaman tanah memberikan pengaruh terhadap jumlah jenis gulma yang

tumbuh. Hal ini dikarenakan pada setiap kedalaman memiliki keterseediaan faktor

tumbuh gulma yang berbeda. Biji gulma yang berada pada kedalaman yang

dangkal memiliki potensi lebih besar untuk berkecambah karena tersedianya

faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan seperti air, cahaya, suhu serta

kelembaban tanah. Biji-biji yang berasal dari luar daerah sumbangannya tidak

berarti dalam menentukan sebaran propagul dibandingkan dengan biji-biji yang

dihasilkan oleh gulma sebelumnya.

Penggunaan traktor dan pencangkulan tanah pada jenis lahan

mengakibatkan beberapa biji gulma di kedalaman tanah akan terangkat yang

menyebabkan setiap biji gulma dan jenis gulma tertentu mengalami

perkecambahan. Meskipun jenis gulma pada daerah lain memiliki kemungkinan

untuk tersebar pada daerah lain tetapi sumbangannya tidak menentukan terhadap

jumlah jenis gulma yang tersedia. Hal ini disebabkan jumlah jenis gulma pada

suatu area hanya dihasilkan oleh simpanan biji yang ada dalam tanah. Umur

biji-biji tumbuhan di dalam tanah sangat bervariasi dari jenis yang satu dengan jenis

lainnya dan pada umumnya biji-biji gulma mempunyai umur yang cukup panjang.

Sifat biji gulma dalam keadaan dormansi pada kedalaman tertentu dapat

(50)

lingkungan memungkinkan. Hasil penelitian didapatkan 18 spesies gulma yang

tumbuh pada kedalaman 5cm dan 13 spesies untuk kedalaman 10cm, 11 spesies

pada kedalaman 15cm, 14 spesies dikedalaman 20 cm, dan 13 spesies pada

kedalaman 25cm. Keragaman gulma yang tumbuh pada jenis lahan dan

kedalaman tanah akan membuat persaingan baik pada lahan budidaya juga

terhadap gulma lainnya.Hal ini dikarenakan setiap jenis gulma memiliki

bagian-bagian vegetatif yang dapat menjadi bagian-bagian yang mampu berkembangbiak seperti

stolon dan rhizoma.

Menurut Menurut Hamid (2010), pertumbuhan gulma dan luas

penyebarannya di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

tempat tumbuh, praktek-praktek bercocok tanam dan juga jenis lahan perkebunan

yang ada.Dormansi pada jenis tertentu mengakibatkan biji gulma tidak

berkecambah di dalam tanah. Tetapi tetap hidup ketika kondisi lingkungan

memenuhi faktor penting dalam perkecambahannya. Biji gulma yang berada di

dalam tanah mempunyaitingkat dormansi yang berbeda-beda, sehingga

perkecambahan dari suatu populasi bijigulma tidak terjadi secara serentak.

Keadaan ini mengakibatkan biji gulma di dalamtanah akan tetap menjadi masalah

selama biji masih ada.

Hasanuddin Erida dan Safmaneli (2012), mengatakan bahwa spesies yang

berbeda mempunyai kemampuan bersaing berbeda karena memiliki karakteristik

morfologi dan fisiologi yang berbeda. Suatu komunitas dikatakan memiliki

keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak

(51)

rendah apabila komunitas tersebut disusun oleh jenis yang sedikit. Gulma mampu

berkembangbiak secara vegetatif maupungeneratif dengan biji yang

dihasilkan.Secara vegetatif antara lain denganrhizoma, stolon, tuber,bulbus,corn

danrunner. Sekali satu jenis habitat dikuasai oleh gulma, maka jenis-jenis yang

ada di dalamnya mempunyai potensi untuk menguasai kembali habitat ini setiap

saat akibat banyaknya biji-biji yang tersimpan di dalam tanah.

Menurut Soetikno, S.S (1982) dengan kemampuan reproduksi yang tinggi

dari kebanyakan gulma, maka pertumbuhan beberapa individu yang berasal dari

simpanan biji dapat menyebabkan penguasaan habitat oleh jenis-jenis ini selama

beberapa generasi. Jenis-jenis gulma yang tampaknya cocok dengan habitatnya,

mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan

sehingga angka kematiannya rendah, dan diikuti munculnya individu-individu

baru selama perkembangannya, namun ada beberapa jenis (populasi) gulma yang

individu-individunya akan mengalami kematian setelah melewati dari masa

reproduksinya Purnomo (2011) dalam Latansa, M.P (2015).

D. Bobot kering gulma

Berdasarkan hasil sidik ragam (lampiran 4), kedalaman tanah dan kondisi

lahan tidak memberikan pengaruh terhadap bobot kering gulma. Hal ini diduga

kondisi iklim dan fakor lingkungan yang ada pada setiap jenis lahan dan

kedalaman tanah memiliki faktor tumbuh gulma yang sama dan dapat

dimanfaatkan oleh setiap gulma. Gulma yang tumbuh dan memiliki faktor

(52)

membantu aktivitas fotosintesis dan mempengaruhi produksi karbohidrat.

Semakin tinggi aktivitas fotosintesis gulma akan semakin tinggi hasil fotosintesis

yang dihasilkan. Menurut Sastroutomo (1990), bahwa produksi karbohidrat sangat

bergantung pada aktivitas fotosintesis, maka kuantitas cahaya sangat berperan

dalam produksi organ perbanyakan vegetatif gulma guna keberlangsungan

hidupnya. Banyaknya produksi organ vegetatif suatu gulma maka akan

mempengaruhi terhadap bobot kering gulma pada setiap kedalaman tanah dan

kondisi lahan.

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji taraf 5 %.

Semakin tinggi bobot kering suatu gulma semakin tinggi pengaruh gulma

(53)

mengatakantumbuhan yang mempunyai alat perkembangbiakan stolon dan biji

akan mempunyai pertumbuhan yang sangat pesat sehingga akan mendominasi

suatu daerah. Pada setiap kondisi lahan bekas tanaman jagung, kedelai, padi, dan

tebu dengan kedalaman yang sama gulma tumbuh berdasarkan kemampuan dan

dengan mematahkan dormansi pada kondisi lingkungan yang ada. Tersedianya

faktor tumbuh gulma yang dimiliki pada setiap kedalaman tanah dan kondisi

lahan yang sama menyebabkan gulma tersebut selalu mendapatkan air dan cahaya

untuk proses fotosintesis. Ketersediaan faktor tumbuh gulma pada setiap jenis

lahan dengan semua kedalaman tanah memberikan pengaruh terhadap

keberlangsungan fotosintesis gulma sehingga mempengaruhi bobot kering gulma.

E. Summed Dominance Ratio (SDR)

Hasil komposisi vegetasi gulma berdasarkan Summed Dominance Ratio

(tabel 4) menunjukkan adanya perbedaan nilai SDR pada setiap kondisi lahan dan

kedalaman tanah. Pada kedalaman tanah 5 cm gulma Portulaca oleracea dan

Ageratum conyzoides memiliki pertumbuhan yang dominan dengan tumbuh pada

setiap kondisi lahan bekas tanaman yaitu jagung, kedelai, padi dan tebu. Gulma

Portulaca oleracea dan Ageratum conyzoides merupakan jenis gulma berdaun

lebar yang memiliki pola penyebaran dengan tumbuh tegak dan merambat. Gulma

berdaun lebar juga memiliki sistem perkembangbiakan vegetatif maupun biji

(54)

Portulaca oleracea Ageratum conyzoides

Phyllanthus nururi

Gambar 3Jenis gulma dominansi kedalaman 5 cm

Gulma Portulaca oleracea dan Lindernia dubialebih memiliki nilai SDR

yang tinggi pada kondisi lahan bekas tanaman jagung dan padi. Tingginya nilai

SDR gulma tersebut disebabkan oleh canopy daun pada gulma Portulaca oleracea

dan Lindernia dubia yang lebar sehingga mampu menguasai suatu area dari jenis

gulma lainnya. Gulma berdaun lebar merupakan jenis gulma yang hidup di area

(55)

yang disukai oleh beberapa jenis gulma berdaun lebar yaitu Portulaca oleracea

dan Lindernia dubia. Sedangkan gulma Phyllanthus nururi yang tumbuh pada

semua kondisi lahan bekas tanaman jagung, kedelai, padi, dan tebu dapat tumbuh

karena memiliki sifat yang sama terhadap kondisi lahan pada tanaman tersebut

segingga pada kedalaman tanah 5 cm dapat tumbuh meskipun memiliki nilai SDR

yang kecil.

Tabel 4 Nilai SDR kedalaman 5 cm

No Jenis Gulma

15 Malvastrum coromandelianum 4,49 0,00 0,00 0,00

16 Alternanthera brassiliana 0,00 0,00 0,00 7,64

17 Ludwigia adscendens L 0,00 0,00 0,00 10,13

18 Oldenlandia burmanniana 0,00 0,00 0,00 2,64

Jumlah 100 100 100 100

Pada kondisi lahan bekas tanaman kedelai dengan kedalaman 5 cm terdapat

jenis gulmaEuphorbia prunifdefolia dan Portulaca oleracea yang mendominasi.

Kemampuan gulma tersebut dalam mendominasi pada kondisi lahan bekas

(56)

yang terpenuhi terhadap faktor penting dalam pertumbuhan jenis gulma

Euphorbia prunifdefolia dan Portulaca oleracea. Gulma Portulaca oleracea

merupakan jenis gulma yang menyukai kelembaban tanah, pH tanah, serta

intensitas cahaya yang mendukung. Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan

pada kondisi lahan bekas tanaman kedelai terhadap ketersediaan faktor penting

bagi pertumbuhan gulma Euphorbia prunifdefolia maupun Portulaca oleracea

sehingga nilai SDR yang di miliki oleh kedua jenis gulma tersebut lebih tinggi

dibandingkan jenis gulma lainnya.

Dominanansi suatu gulma dapat terlihat dari seberapa tinggi nilai SDR yang

dimiliki oleh gulma tesebut. Pada jenis lahan jagung dengan kedalaman tanah 10

cm didapatkan jenis gulma yang lebih dominan yaitu Lindernia dubia dan

Portulaca oleracea. Tingginya dominansi jenis gulma tersebut pada jenis lahan

jagung dengan kedalaman 10 cm dapat disebabkan adanya kesesuaian kondisi

lingungan bagi gulma tersebut. Gulma yang memiliki tempat hidup yang sama

namun memiliki perbedaan jenis suatu gulma akan memberikan persaingan yang

tinggi sehingga mampu mendominasi suatu area tertentu. Gulma Lindernia dubia

dan Portulaca oleraceamerupakan jenis gulma yang termasuk golongan berdaun

lebar.

Gulma berdaun lebar cenderung tumbuh pada kondisi tanah yang lembab

dan ternaungi. Adanya naungan yang tinggi pada suatu area mengakibatkan

pertumbuhan suatu jenis gulma akan dominan. Berdasarkan hasil SDR,pada jenis

lahan jagung dengan kedalaman tanah 10 cm gulma Lindernia dubia dan

(57)

Lindernia dubiamemiliki nilai SDR sebesar 33,95% sedangkan Portulaca

oleraceasebesar 23,58%. Hal ini dikarenakan sifat genetis yang sama pada suatu

jenis gulma mempengaruhi tingkat persaingan karena gulma dengan sifat genetis

yang sama membutuhkan lingkungan hidup yang sama.

Tabel 5 Nilai SDR kedalaman 10 cm

No Jenis Gulma

15 Malvastrum coromandelianum 9,88 0,00 0,00 0,00

16 Alternanthera brassiliana 0,00 0,00 0,00 0,00

17 Ludwigia adscendens L 0,00 0,00 0,00 0,00

18 Oldenlandia burmanniana 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100 100 100 100

Hasil perhitungan SDR pada jenis lahan kedelai dengan kedalaman tanah 10

cm menunjukkan gulma Lindernia dubiamemiliki nilai SDR yang paling tinggi

pada kondisi lahan bekas tanaman jagung, kedelai, dan padi. Tingginya nilai SDR

pada gulma tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan pada kondisi lahan dan

kedalaman tanah dari setiap lahan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh gulma

Lindernia dubia. Sedangkan jenis gulma Portulaca oleraceamemiliki

(58)

tanaman jagung, kedelai, padi dan tebu. Adanya kesesuaian lingkunga terhadap

jenis gulma Portulaca oleraceadapat dipengaruhi oleh sifat tumbuh gulma

tersebut yang sama dengan jenis tanaman dan juga disebabkan oleh sebaran

propagul yang terdapat pada kedalaman tanah 10 cm didominasi oleh jenis gulma

Portulaca oleracea.

Jenis gulma Portulaca oleracea memiliki sebaran yang paling dominan

yaitu selalu tumbuh pada setiap kedalaman tanah 10 cm di setiap kondisi lahan

bekas tanaman jagung, kedelai, padi, dan tebu. Berdasarkan nilai SDR yang

dimiliki dari gulma Lindernia dubia dan Cleome sp terdapat persaingan antar

kedua jenis gulma tersebut. Hal itu terjadi karena gulma yang memiliki nilai SDR

tinggi akan selalu mendapat persaingan oleh gulma yang menyukai kondisi

lingkungan yang sama dan itu terlihat pada gulma Lindernia dubia dan Cleome

sp.

Lindernia dubia Cyperus ciliaris

(59)

Tabel 6 Nilai SDR kedalaman 15 cm

15 Malvastrum coromandelianum 0,00 0,00 0,00 0,00

16 Alternanthera brassiliana 0,00 0,00 0,00 9,17

17 Ludwigia adscendens L 0,00 0,00 0,00 0,00

18 Oldenlandia burmanniana 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 100 100 100 100

Berdasarkan tabel 6 kondisi lahan bekas tanaman jagung dengan kedalaman

tanah 15 cm jenis gulma Portulaca oleracea dan Ageratum conyzoides memiliki

nilai SDR lebih tinggi dibandingkan jenis gulma lainnya. Gulma tersebut

merupakan jenis gulma golongan berdaun lebar yang cenderung menyukai kondisi

lingkungan ternaungi. Tanaman jagung dan tebu termasuk jenis tanaman yang

memiliki tajuk yang lebat sehingga dapat memberikan naungan terhadap

permukaan tanah sekitar. Salah satu gulma yang menyukai kondisi tersebut yaitu

gulma Portulaca oleracea dan Ageratum conyzoides, pada kondisi tanah yang

lembab dan ternaungi menjadikan suatu kondisi yang menguntungkan bagi gulma

tersebut. Berdasarkan nilai SDR gulma Portulaca oleracea memiliki nilai sebesar

Gambar

Gambar 1. Pengaruh luas petak-contoh
Tabel 1Waktu tumbuh gulma
Gambar 1 Jenis gulma yang memiliki waktu tumbuh lebih cepat
Tabel 2 Jumlah individu gulma dan jumlah jenis gulma pada berbagai kedalaman tanah dankondisi lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemelimpahan total arthropoda permukaan tanah pada lahan pertanaman ubikayu dengan perlakuan pengolahan tanah dan pengelolaan gulma ialah

Komposisi Gulma, Untuk mengetahui keseragaman gulma dapat dilihat dengan perbedaan gulma yang tumbuh berbeda pada berbagai tingkat kedalaman dan jarak

Di samping itu, pengolahan tanah bertujuan untuk: membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan; menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai

Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua

Biji-biji gulma yang berada didalam tanah merupakan faktor penting untuk mengetahui populasi, kepadatan, dan keragaman seed bank gulma pada suatu lahan tertentu

Gulma adalah suatu tumbuhan yang dapat mengurangi produktivitas tanaman pokok pada suatu kebun, gulma yang tumbuh pada lahan tanaman yang dibudidayakan,yang tumbuh

Gulma yang tumbuh pada tanaman jagung berasal dari biji gulma yang biasanya terdapat di dalam tanah pada areal pertanaman jagung.. Beberapa jenis gulma tumbuh lebih cepat dan

yaitu jenis herbisida yang diaplikasikan pada lahan pertanian setelah tanaman ditanam tetapi sebelum tanaman dan gulma tumbuh atau muncul di lahan tersebut, dengan tujuan untuk