SKRIPSI
Oleh: Ahmad Ali Kondi
20120210002
Program Studi Agroteknologi
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
ii SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh
Derajat Sarjana Pertanian
Oleh : Ahmad Ali Kondi
20120210002
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
iii
1. Karya tulis saya, skripsi ini merupakan gagasan dari Ir. Agus Nugroho
Setiawan, M.P., adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penilaian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing.
3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penilaian saya setelah
mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu,
saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah,
maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain dan oleh Tim
Pembimbing.
4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai
dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Yogyakarta, 4 Januari 2017
Yang membuat pernyataan,
Ahmad Ali Kondi
iv
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam
mengatasinya adalah sesuatu yang utama
Harapan kosong itu lebih menyakitkan daripada kenyataan yang pahit
sekalipun
Orang sudah terlalu terbiasa berpikir secara linier. Kalau mau usaha, pasti
mencari untung; mencari berhasil. Padahal dalam usaha itu ya pasti ada rugi
dan gagal toh? Bagi kamu yang mau berhasil, justru cari kegagalan
sebanyak-banyaknya. Sebab keberhasilan itu hanyalah sebuah titik di puncak gunung
kegagalan.
Banggalah kita ketika kegagalan selalu hadir dalam sebuah usaha karena
semakin banyk kegagalan yang kita dapat maka semakin dekatlah keberhasilan
yang kita mau
Ingat,. libatkanlah Allah di dalam hati kita dalam keadaan apapun,.
Karena tidak akan ada kesuksesan tanpa ridho dari_Nya
v
Hanya kepada-Mu ya Allah dan hanya untuk-Mu ya Allah, janji Mu sunggu luar biasa bagi sebuah Semangat dan Kesabaran
Ayah dan Ibu, terimakasih untuk setiap tetesan keringatmu yang mengalir Terimakasih untuk do’a mu selama anakmu ini menuntut ilmu disini, setiap langkah kakiku ini selalu tergambar wajahmu agar anakmu ini tahu bahwa tidak akan dikatakan sukses seorang anak jika belum mampu mengangkat
derajatmu Ayah dan Ibu
Karya ini kupersembahkan untuk kalian
Adik-adikku dirumah, semangatmu dan do’a mu selalu ku ingat dalam perjalananku menyelsaikan karya ini.
Semoga adik-adikku bisa mengikuti jejakku ini dalam menuntut ilmu bahkan lebih dari apa yang telah kudapatkan
Dosen pembimbing, terimakasih atas bimbingan dan arahan kalian yang telah ikhlas dalam membantu menyelesaikan karya ini
Para sahabat dan teman-teman yang tidak dapat ku tuliskan satu persatu serta orang yang selalu setia menemani baik dalam kesusahan maupun
senang yang selalu kusebut dalam do’aku
vi
dengan judul “Sebaran Propagul Gulma Pada Berbagai Kedalaman Tanah Dan Kondisi Lahan”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S-1 di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.Dengan
demikian, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut
membantu sehingga penilitian dapat terwujudkan. Ucapan terimakasih ditujukan
kepada:
1. Kepada Allah SWT yang maha pemberi pertolongan dan petunjuk
bahwa dibalik kesusahan dalam perjuangan akan ada kemenangan
2. Kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak tuntunan
3. Dosen pembimbing Ir. Agus Nugroho Setiawan, S,M.P dan Ir. Titiek
Widyastuti, M.S yang telah memberikan ilmu dan arahannya
4. Ketua Program Studi Agroteknologi Dr. Innaka Ageng Rineksane S.P.,
M.P yang telah banyak membantu
Yogyakarta, 4 Januari2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
viii
ix
x
2 Jenis gulma yang memiliki waktu tumbuh lebih cepat...
Error! Bookmark not defined. 3 Jenis gulma pada kondisi lahan bekas tanaman jagung dan tebu...
...Error! Bookmark not defined. 4 Jenis gulma dominansi kedalaman 5 cm
...Error! Bookmark not defined. 5 Jenis gulma dominansi kedalaman 10 cm
...Error! Bookmark not defined. 6 Jenis gulma dominansi kedalaman 15 cm
...Error! Bookmark not defined. 7 Jenis gulma dominansi kedalaman 20 cm
...Error! Bookmark not defined. 8 Jenis gulma dominansi kedalaman 25 cm
xi
xvi
agriculture faculty University of Muhammadiyah Yogyakarta concealment of July until August 2016.
Reseach conducted using the method of single factor experiments were arranged in a completely randomized design. The treatment being tested is the condition of area which comprises 4 types of land formerly used for rice, corn, soybean, and sugar cane respectively located at a depth of 5, 10, 15, 20, and 25 cm in order to obtain 20 treatment. Each treatment was repeated 3 times and each unit so that composite sample was obtained 60 unit treatment. Weed observation data were analyzed using analysis of variance to determine the effect of treatment.
If there is a real effect among treatments, then it will continue using Duncan’s Multiple Range Test at α 5% error rate.
Propagules are at different depths in the soil, at a depth of 1-5 cm higher weed populations can be seen from the number of individuals weeds. The condition of the former land rice plant has a number of weeds higher than the condition of the former land of maize, soybean and sugar cane. Vegetation composition of various soil depth and soil conditions are not same, except on the soil depth of 20 cm in the former land of corn and soybean crops.
1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang potensial untuk dijadikan
sebagai lahan pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia memiliki karakteristik
basah, curah hujan tinggi serta temperatur yang tinggi sehingga sangat potensial
untuk dilakukan budidaya tanaman sepanjang tahun. Budidaya tanaman sepanjang
tahun dapat menjadi lingkungan yang kondusif untuk ditumbuhi oleh gulma.
Gulma dapat didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh/hadir pada suatu
tempat/keadaan yang tidak kita inginkan.Gulma mengganggu tanamanbudidaya
karena berkompetisi dalammendapatkan hara, air, cahaya dan ruang.Karakter
gulma yang dapat hidup disetiap macam lingkungan membuat produksi gulma
akan selalu ada diberbagai lapisan tanah. Propagul merupakan calon/bakal gulma
yang akan tumbuh menjadi gulma ketika lingkungan sekitar memungkinkan untuk
tumbuh. Semakin banyaknya propagul yang ada pada lapisan tanah maka akan
semakin banyak gulma yang akan tumbuh.
Tumbuhnya gulma dari berbagai lapisan tanah terjadi karena adanya
adaptasi dari gulma tersebut dengan budidaya yang terjadi sepanjang tahun
sehingga propagul gulma yang ada dalam tanah dapat bertahan. Banyaknya
jumlah spesies gulma yang ada didalam tanah dapat menjadi tempat gulma untuk
berkembang biak. Sifat-sifat vegetatif gulma bisa berubah sesuai dengan
lingkungan, dan sifat-sifat generatif gulma akan cenderung tetap.
Keberadaan gulma yang ada saat iniditentukan oleh simpanan biji gulma
dibudidayakan karena sifat gulma yang menginginkan unsur hara, cahaya, dan
ruang lingkungannya.Dalam keadaan yang tidak baik, gulma akan mengalami
dormansi.Tanah yang diolah dalam budidaya akan memberikan lingkungan yang
sesuai untuk tumbuh gulma, baik dari kedalaman, cara pengolahan dan rotasi
tanam.
Pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani menggunakan cara
tradisionaldan cara modern dapat memberikan lingkungan yang baru untuk
tumbuh pada sebaran propagul. Keberadaan propagul dibeberapa kedalaman akan
terangkat dengan pengolahan tanah yang dilakukan sehingga lingkungan gulma
untuk tumbuh dapat terpenuhi. Oleh sebab ituuntuk dapat megetahui sebaran
propagul pada berbagai kedalaman tanah dan kondisi lahan bekas tanaman padi,
jagung, kedelai, dan tebu perlu dilakukan penelitian pada kedalaman tanah 5, 10,
15, 20, dan 25 cm.
Pengendalian gulma yang tepatuntuk memperoleh hasil yang
memuaskanperlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuantentang biologis dari
gulma (daur hidup), faktoryang mempengaruhi pertumbuhan gulma,pengetahuan
mengenai cara gulma berkembangbiak, menyebar, dan bereaksi dengan
perubahanlingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaanyang berbeda-beda
sangat penting untuk diketahui dalam menentukan cara
pengendalian.Keberhasilan dalam pengendalian gulma harusdidasari dengan
pengetahuan yang cukup danbenar dari sifat biologi gulma tersebut,
misalnyadengan melakukan identifikasi gulma pada jenis lahan bekas tanaman
masing-masing bekas lahan tanaman maka dapat diketahui cara pengendalian gulma pada
lahan bekas tanaman tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sebaran propagul gulma pada berbagai kedalaman dan kondisi lahan?
C. Tujuan Penelitian
1
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki
yakni tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak
langsung merugikan tanaman budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman
budidaya karena bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan
air. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan,
misalnya pada perkebuanan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai
kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang telah lama
ditanami gulma yang banyak terdapat adalah jenis tahunan. Gulma yang terdapat
pada dataran tinggi relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah,
Pada daerah yang tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya
keaneka-ragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya tidak begitu besar. Hal yang
sebaliknya terjadi pada daerah rendah yakni jumlah individu sangat melimpah,
tetapi jenis yang ada tidak begitu banyak (Soekisman, T. dkk. 1984).
Gulma dikenal sebagai tumbuhan yang mampu beradaptasi pada ritme
pertumbuhan tanaman budidaya. Pertumbuhan gulma cepat, daya regenerasinya
tinggi apabila terluka, dan mampu berbunga walaupun kondisinya dirugikan oleh
tanaman budidaya.Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya untuk
ruang, cahaya, dan secara kimiawi untuk air, nutrisi, gas-gas penting, dan dalam
peristiwa allelopati.Beberapa jenis gulma dapat memperbanyak diri dengan tuber
1. Perkembangbiakan Gulma
Gulma mampu berkembang biak secara vegetatif maupun generatif
dengan biji yang dihasilkan. Kemampuan yang dimiliki oleh jenis-jenis gulma
menahun untuk memperbanyak diri dari bagian-bagian vegetatif menyebabkan
jenis-jenis ini menjadi sangat kompetitif dan sukar untuk dikendalikan.
Produksi organ perbanyakan vegetatifjuga erat kaitannya dengan kandungan
karbohidrat yang tersimpan. Perbanyakan vegetatif ialah prinsip
perkembangbiakan bagi sebagian besar gulma tahunan.Gulma yang
memperbanyak diri secara vegetatif sulit untuk dikendalikan karena banyak
memiliki organ vegetatif dorman di dalam tanah.Beberapa bentuk organ
vegetatif yang banyak ditemukan dalam perbanyakan jenis-jenis gulma
menahun yaitu
a. Rhizoma (Rimpang) merupakan batang yang menjalar di dalam tanah yang
dapat membentuk akar dan tunas daun
b. Stolon merupakan batang yang silindris dan menjalar di permukaan tanah
yang dapat membentuk akar dan tunas
c. Umbi batang merupakan pangkal batang yang membengkak yang terletak di
dalam tanah. Di bedakan dari umbi daun dengan adanya beberapa mata
tunas yang nyata terlihat dan bagian yang bengkak sangat pendek
d. Umbi akar merupakan bagian terminal dari rhizoma yang membengkak dan
2. Penyebaran Gulma
Mekanisme perbanyakan gulma termasuk salah satu yang paling efisien
di alam. Efisiensi seperti ini diperoleh melalui seleksi alam dan adaptasi
ekologi. Perkembangbiakan dapat dilakukan dengan biji atau dengan organ
vegetatif. Pada gulma semusim, perkembangbiakan dilakukan melalui produksi
biji. Biji dihasilkan dalam jumlah banyak dan sebagian besar memiliki
dormansi. Biji didefinisikan sebagai sel telur yang masak yang telah dibuahi
dan mempunyai lembaga, persediaan makanan, dan lapisan perlindungan. Biji
mengandung semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memindahkan
sifat-sifat keturunan yang diperoleh dari tumbuhan induknya, mampu
mempertahankan hidup kecambahnya meskipun hanya sementara sehingga
dapat menyerap makanannya sendiri (Soetikno, 1990).
Menurut Soetikno (1990) biji gulma khususnya dari jenis-jenis yang
semusim memegang peranan penting dalam kaitannya dengan keberhasilan
usaha-usaha pencegahan atau pengendalian gulma. Jumlah biji yang mampu
berkecambah dan tahan akan usaha-usaha pengendalian akan menentukan
kerugian yang timbul pada tanaman pangan setiap musimnya. Banyaknya biji
yang ada di dalam tanah atau lebih dikenal sebagai simpanan bijidan yang
jatuh ke permukaan tanah dari gulma yang tumbuh pada musim berikutnya
akan menentukan apakah jenis gulma ini dapat hidup dan mempunyai potensi
untuk merugikan tanaman pangan yang akan tumbuh di tempat itu. Jumlah biji
dengan tanaman pangannya akan tetapi masih menghasilkan biji-biji yang akan
mampu untuk bersaing untuk musim berikutnya.
Populasi biji gulma di dalam tanah sangat bervariasi jumlahnya
tergantung dari komposisi jenis gulma yang tumbuh di atasnya dan juga sejarah
dari tanah itu sendiri. Jika tanah semula digunakan untuk peternakan, maka
sebagian besar dari biji-biji yang ada merupakan biji gulma yang biasa
dijumpai di daerah peternakan, sedangkan lahan pertanian akan mempunyai
populasi biji yang berkaitan dengan gulma-gulma pertanian. Populasi biji
gulma di lahan pertanian pada umumnya terdiri dari beberapa jenis yang
dominan dengan jumlah biji yang cukup tinggi, beberapa jenis dengan jumlah
yang cukupan, dan banyak jenis yang mempunyai biji hanya sedikit saja.
Pola-pola produksi biji, penyebaran, dan penyimpanan pada setiap tahapan dalam
suatu suksesi kita akan jumpai bahwa jenis-jenis pemula mempunyai simpanan
biji yang cukup besar jika dibandingkan dengan jenis-jenis pertengahan atau
jenis-jenis akhir. Ini menunjukkan bahwa jenis-jenis pemula mampu
menghasilkan biji dalam jumlah yang cukup besar. Strategi semacam ini
mempunyai potensi reproduksi yang tinggi dikombinasikan dengan adanya
dormansi menyebabkan adanya simpanan biji di dalam tanah yang cukup besar
dan tetap jumlahnya setiap waktu.
3. Propagul
Propagul merupakan biji, stolon,atau rimpang yang akan berkembang
menjadi individu gulma jika kondisi lingkungan mendukung (Fenner, 1995).
permukaan tanah, tetapi adanya retakan tanah dapat menyebabkan perubahan
ukuran menurut kedalaman tanah. Pada tanah tanpa gangguan, menurut Fenner
(1995) propagul berada pada kedalaman 2-5 cm dari permukaan tanah, tetapi
pada tanah pertanian, berada 12-16 cm dari permukaan tanah.
Kemelimpahan atau distribusi jenis-jenis gulma di lahan budidaya
dipengaruhi oleh jenis tanaman budidaya, kultur teknis dan pola tanam yang
diterapkan, jenis dan kelembaban tanah, lokasi, serta musim. Keberadaan
gulma yang ada saat ini ditentukan oleh simpanan biji gulma tanah. Sebagian
gulma memulai siklus hidupnya dari biji tunggal dalam tanah kemudian
biji-biji tersebut tumbuh hingga menghasilkan biji-biji dalam jumlah banyak. Biji-biji-biji
tersebut kembali ke tanah dan menjadi sebagai sumber populasi gulma untuk
masa yang akan datang. Sebagian besar (95%) biji yang tersimpan dalam tanah
berasal dari gulma annual (semusim atau setahun), sedangkan 4% dari gulma
perennial atau tahunan.
4. Dormansi Gulma
Biji gulma berada pada permukaan tanah dan tersebar dalam profil tanah
yangterdiri dari biji gulma baru dan lama yang telah bertahan dalam tanah
selama bertahun-tahun.Pada tanah pertanian dapat berisi ribuan biji gulma/m2.
Bijigulma terkubur di dalam tanah dan di atas permukaan tanah. Sebesar
64-99,6% bijigulma ditemukan 10 cm di atas lapisan tanah (Anderson, 1977).Biji
gulma dan bagian vegetatif, biasanya mempunyai periode istirahat yangdisebut
yangdipergunakan untuk biji atau organ vegetatif yang tidak mau berkecambah
meskipunkeadaan lingkungannya menguntungkan.
Dormansi merupakan strategi reproduksigulma untuk tetap bertahan
hidup dalam keadaan yang tidak menguntungkan.Intensitas dormansi
dipengaruhi oleh lingkungan selama perkembangan biji.Dormansi pada jenis
tertentu mengakibatkan biji tidak berkecambah di dalamtanah bertahun-tahun.
Hal ini menjelaskan keberadaan gulma di lahan pertanian yangditanami secara
kontinyu (Ilyas, 2012).Biji gulma berada di dalam tanah mempunyaitingkat
dormansi yang berbeda-beda, sehingga perkecambahan dari suatu populasi
bijigulma tidak terjadi secara serentak. Keadaan ini mengakibatkan biji gulma
di dalamtanah akan tetap menjadi masalah selama biji masih ada.
Terdapat tiga macam dormansi secara luas yaitu: (1) bawaan (innate), (2)
rangsangan (induced), dan (3) paksaan (enforced). Dormansi bawaan atau
kadangkala juga disebut sebagai dormansi primer, biasanya dijumpai pada
biji-biji atau organ vegetatif sesaat setelah terlepas dari induknya. Dormansi
rangsangan yang kadangkala juga disebut sebagai dormansi sekunder
merupakan hasil pengaruh lingkungan di sekitar biji atau organ perbanyakan
vegetatif setelah dilepaskan induknya. Dormansi paksaan disebabkan oleh
adanya faktor lingkungan yang tidak menguntungkan untuk dimulainya
pertumbuhan, biasanya akibat kekurangan air, suhu yang tidak
menguntungkan, dan lain-lain ( Soetikno, S.S. 1990).
Dormansi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu Dormansi primer,
gulma tetap tidak tumbuh/berkecambah untuk waktu tertentu. Dormansi
sekunder, dormansi yang terjadi karena faktor lingkungan (seperti cahaya, gas,
dan lain-lain) biji tidak akan berkecambah walaupun sesungguhnya biji
tersebut tidak dalam keadaan dormansi. Dormansi paksaan(enforced), apabila
beberapa faktor untuk perkecambahan dihalangi, biji gulma tidak akan
berkecambah tetapi tetap hidup dan akan berkecambah apabila faktor-faktor
tersebut tersedia.
5. Perkecambahan Gulma
Menurut (Soetikno, S.S. 1990) Perkecambahan didefinisikan sebagai
awal dari pertumbuhan suatu biji atau organ perbanyakan vegetatif.
Perkecambahan biji ditandai oleh adanya beberapa tahapan proses yang berupa
yaitu: (1) penyerapan air, (2) peningkatan respirasi, (3) mobilisasi simpanan
makanan, dan (4) penggunaan simpanan makanan. Bagi kebanyakan biji
tanaman pangan tahapan proses ini bermula segera setelah tanam dan berlanjut
hingga kecambah muda muncul dipermukaan tanah. Waktu yang dibutuhkan
untuk semua proses ini sangat bergantung pada kondisi tanah dan suhunya.
Keadaan ini sangat berbeda pada biji-biji dan organ perbanyakan vegetatif
gulma karena pada gulma perkecambahan biasanya tidak terjadi begitu sampai
dipermukaan tanah atau organ perbanyakan vegetatif terputus dengan
induknya.
Perkecambahan biji adalah proses pertumbuhan embrio dan
komponen-komponen biji untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Dalam
bibit (seedling) dan menjadi tumbuh dewasa berasal dari sel telur yang dibuahi.
Tetapi tidak seluruh bagian biji berasal dari sel telur yang dibuahi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji ada dua macam yaitu Faktor-faktor
luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan adalah
tingkat kemasakan biji, ukuran biji, dormansi, dan adanya penghambatan
perkecambahan. Sedangkan faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan
adalah air, temperatur, oksigen, dan cahaya.
Perkecambahan terjadi hanya pada waktu-waktu tertentu meskipun ada
juga waktu-waktu lain di akhir musim panas dan awal musim gugur yang
mempunyai kondisi kelembaban, suhu, dan cahaya yang sama seperti pada
waktu musim semi atau awal musim panas. Keadaan ini memberikan peluang
yang sangat menguntungkan bagi gulma karena jika biji-bijinya berkecambah
pada akhir musim semi atau awal musim gugur maka semua kecambah akan
mati sebelum dapat menghasilkan biji dan jenis-jenis ini akan punah. Biji-biji
sesama jenis maupun yang berlainan jenis mempunyai respon yang
berbeda-beda terhadap perubahan lingkungan mikro yang terjadi di sekelilingnya. Ini
mengakibatkan biji-biji itu tidak berkecambah secara serentak.
Dari semua faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan,
kedalaman biji berada di tanah memberikan pengaruh yang tetap. Yang
pertama, tumbuhnya biji-biji sebagian besar mempunyai hubungan yang
negatif dengan kedalaman lebih dari 1 cm. Semakin dalam biji tertanam
kemungkinannya untuk berkecambah dan tumbuh menjadi semakin kecil.
hanya beberapa milimeter terbenamnya. Suhu sudah tentu memegang peranan
penting dalam perkecambahan tetapi kedalaman biji juga lebih penting lagi
peranannya. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh dua faktor ini
memberikan kesimpulan mengenai pengaruh kedalaman terhadap
perkecambahan yaitu:
a. Biji-biji semakin banyak yang tumbuh jika terbenam hanya beberapa
milimeter dari permukaan tanah
b. Setiap jenis mempunyai respon tumbuh yang berbeda-beda terhadap
kedalaman di mana biji berada
c. Beberapa biji dapat tumbuh meskipun terbenam pada kedalaman yang
melebihi kedalaman yang ideal ( 1 cm ).
6. Kerugian Akibat Gulma
Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi menjadi
dua kategori yang langsung dan yang tidak langsung. Kerugian langsung
terjadi akibat kompetisi yang dapat mengurangi jumlah atau hasil panen.
Termasuk di dalamnya adalah penurunan hasil panen, baik secara kesulurhan
atau yang dipanennya saja dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat
pencemaran oleh biji-biji gulma. Kerugian yang tidak langsung terjadi akibat
kompetisi yang dapat menimbulkan kerugian kepada petani tetapi tidak secara
langsung dalam hasil panenannya. Contohnya, gulma dapat menjadi inang
seperti pada beberapa jenis gulma yang serbuk sari, getah, atau duri pada
gulma tersebut sehingga dapat menimbulkan alergi.
Kerugian langsung yang ditimbulkan akibat adanya gulma yang paling
menjadikan masalah khusus dalam bidang pertanian adalah dengan penurunan
hasil panen. Gulma dapat menurunkan hasil panenan dalam dua cara yaitu: 1)
dengan mengurangi jumlah hasil yang dapat di panen (biji-bijian, rumput, atau
buah-buahan dan sebagainya) dan 2) dengan mengurangi jumlah individu
tanaman yang dipanen. Besarnya penurunan hasil panen yang diakibatkan oleh
gulma sangatlah bervariasi bergantung dari jenis tanaman pokoknya, jenis
gulma, dan faktor-faktor pertumbuhan yang mempengaruhinya. Adanya gulma
dalam jumlah yang banyak pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan
kehilangan hasil secara total.
7. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan
tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter
dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.Vegetasi tidak hanya
kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu
kesatuan dimana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang
akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor
lingkungannya.Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat
bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya apakah
ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, dan apakah untuk evaluasi hasil
suatu pengendalian gulma (Soetikno S. 1990).
8. Kerapatan
Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada
tiap-petak-contoh. Untuk menghitung kerapatan dilakukan dengan mencabut setiap
populasi gulma yang ada pada media.
9. Frekuensi
Frekuensi merupakan jenis tumbuhan yang muncul pada area tertentu
yang dinyatakan dalam satuan persen (%) dari sejumlah petak-contoh yang
dibuat. Misalnya jika tumbuhan A ditemukan dalam 86 petak-contoh dari 200
petak contoh yang dibuat, maka frekuensi A = 86/200 x 100% = 43%.
Frekuensi dipengaruhi beberapa faktor yaitu luas petak-contoh, distribusi
Dengan menggunakan petak contoh A, nilai frekuensi akan jauh lebih
besar daripada dengan menggunakan petak-contoh B yang lebih kecil (gambar
1). Sebab kemungkinan memuat sesuatu jenis tumbuhan dengan petak-contoh
A adalah lebih besar. Sedangkan distribusi tumbuhan jika terdapat tiga
petak-contoh yang dibuat
10.Dominansi
Dominansi digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang
ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan, atau kemampuan sesuatu jenis tumbuhan
dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya. Dominansi dapat dinyatakan dengan
menghitung biomassa yaitu dengan memotong tumbuhan di atas tanah dan
dikeringkan dalam pengeringan 100-1100C, kemudian ditimbang berat
keringnya. Semakin tinggi berat kering suatu gulma maka akan semakin besar
luas area yang ditumbuhi suatu gulma.
11.Summed Dominance Ratio (SDR)
SDR menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran. SDR
biasa dipakai karena jumlahnya tidak pernah lebih dari 100%, sehingga mudah
untuk diinterpretasi. Semakin tinggi nilai SDR jenis gulma maka akan semakin
tinggi pengaruh gulma tersebut dalam mendominasi suatu area dari jenis gulma
lainnya.
B. Kedalaman Tanah
Tanah merupakan lapisan yang menyelimuti bumi dengan ketebalan yang
dengan massa bumi, lapisan ini sebenarnya tidak berarti, namun dari tanah inilah
segala makhluk hidup yang berada di muka bumi, baik tumbuhan maupun hewan
memperoleh segala kebutuhan mineralnya.Selain itu, antara tanah dan makhluk
hidup ini membentuk suatu hubungan yang dinamis. Dari tanah diperoleh
kebutuhan mineral makhluk hidup dan kedalam tanah akan dikembalikan residu
dari makhluk tersebut (Subagyo,. dkk. 2004).
Tanah berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batuan induknya
dan bahan organik yang berasal dari makhluk hidup yang terdapat di sekitarnya.
Bahan-bahan ini membentuk bagian padat tanah yang dinamakan dengan
kerangka tanah. Di antara partikel padat ini terdapat rongga yang dapat berisi
udara atau berisi air. Ruang pori ini meliputi sekitar setengah volume tanah pada
horizon A, sedangkan pada horizon B dan C ruang pori ini lebih sedikit
jumlahnya. Bagian pori yang lebih kecil biasanya diisi oleh air sedangkan udara
mengisi bagian pori yang lebih besar.Kedalaman efektif suatu tanah adalah
kedalaman lapisan tanah yang dapat ditembus oleh perakaran tanaman. Tanah
memiliki kedalaman efektif yang tinggi apabila perkembangan perakaran tanaman
tidak terhambat oleh faktor fisik tanah, seperti lapisan keras yang tidak tembus
oleh akar atau oleh adanya lapisan air yang tidak sesuai bagi perkembangan akar
tanaman. Kedalaman efektif suatu tanah sangat ditentukan oleh tekstur tanah serta
homogenei-tas antar lapisan tanah Isa Darmawijaya, (1990).
Kedalaman tanah seringkali menjadi kendala utama dalam keberhasilan
produksi tanaman tahunan. Terhambatnya perkembangan perakaran sebagai
air serta hara yang cukup bagi pertumbuhannya.Kedalaman tanah juga dapat
mengakibatkan dormansinya propagul gulma yang ada pada tiap-tiap kedalaman
tanah. Sehingga semakin dalam kedalaman tanah tersebut maka tingkat dormansi
propagul gulma akan semakin tinggi karena sebagian besar gulma yang tumbuh
pada lingkungan budidaya diakibatkan oleh faktor keberadaan propagul gulma
yang masih berada dikedalaman tanah Hardjowigeno, S. (1992).
C. Kondisi Lahan
Kondisi lahan merupakan keadaan bagaimana keadaan lahan tersebut berada
dalam kondisi basah, kering, atau setelah tanam. Lahan padi, jagung, kedelai, dan
tebu dalam kondisi setelah tanam akan memasuki masa tanam berikutnya
sehingga akan berpengaruh terhadap vegetasi yang ada pada kondisi tersebut.
Kondisi lahan yang selalu mengalami pengolahan dalam budidaya mempengaruhi
jumlah vegetasi yang tumbuh karena setiap vegetasi membutuhkan kondisi
lingkungan yang sesuai agar dapat hidup. Ada beberapa jenis gulma yang tumbuh
pada setiap lahan yaitu pada lahan sawah, terdapat 10 jenis dari golongan
rerumputan, 7 teki-tekian, dan 16 jenis dari golongan gulma berdaun lebar.
Sepuluh jenis gulma yang dominannya adalah sebagai berikut: Monochoria
vaginalis,paspalum distichum, Fimbristylis milliacea, Cyperus difformis, Scirpus
juncoides, Marsilea creata, Echinochola crus-galli, Jussiea repens, Spenocblea
zeylanica, dan Cyperus Iria.
Sedangkan pada lahan bekas tanaman jagung terdapat 12 jenis rerumputan,
dominan adalah D. ciliaris, A. conyzoides, P. distichum, E. indica, B. alata, C.
rotundus, P. niruri, C. dactylon, Althernanthera philoxeroides, dan Synedrella
nodiflora. Pada lahan bekas tanaman kedelai 20 jenis gulma rerumputan, 6
teki-tekian, dan 30 jenis dari golongan gulma berdaun lebar. Gulma jenis E. indica, A.
conyzoides, C. iria, Mimosa pudica, C. dactylon, dan Commelina nodiflora
merupakan yang lebih dominan. Kuntohartono (1984), melaporkan tentang
komposisi jenis gulma yang biasa tumbuh di kebu tebu di jawa. Jenis-jenis gulma
yang tumbuh di pertanaman tebu sangat ditentukan oleh cara pengolahan tanah
dan macam tanaman budidayanya. Pengolahan tanah sempurna dengan membajak
akan mengurangi kepadatan gulma jenis rerumputan, tetapi akan lebih
meningkatkan pertumbuhan jenis-jenis gulma dari golongan teki dan berdaun
lebar.
D. Hipotesis
Sebaran propagul sebesar 64-99,6% terdapat pada kedalaman 10 cm di atas
19
III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat
Pengambilan sampel dilakukan di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kasihan,
Sewon, dan Godean pada lahan bekas tanaman jagung, kedelai, padi, dan tebu
dengan jenis tanah regosol. Penelitian sampel tanah dilaksanakan di Greenhouse
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium
Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan
Juli sampai dengan Agustus 2016.
B. Bahan Dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini tanah bekas penanaman padi,
tanah bekas penanaman jagung, tanah bekas penanaman kedelai, dan tanah bekas
penanaman tebu. Alat yang digunakan besek berukuran 25x30 cm, plastik hitam,
gembor, penggaris, timbangan, oven, kertas label, cangkul, dan sekop kecil.
C. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
percobaan faktor tunggaldisusun dalam Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan
yang diujikanadalah kondisi lahan yang terdiri 4 jenis yaitu kondisi lahan bekas
tanaman padi, jagung, kedelai, dan tebu yang masing-masing dengan kedalaman
5, 10, 15, 20, dan 25 cm sehingga diperoleh 20 perlakuan. Masing-masing
perlakuan diulang 3 kali dan setiap ulangan didapat 3 unit sampel kemudian
D. Cara Penelitian 1. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi dilakukan untuk menentukan empat lahan bekas tanaman
yang diambil tanahnya yaitu jagung, kedelai, padi, dan tebu. Lahan yang
dipilih sebagai lokasi pengambilan sampel adalah lahan dengan luasan
±1000 m2 untuk setiap jenis lahan. Survei dilakukan di 3 Kecamatan yaitu
sewon, pajangan, dan godean dengan luas lahan pertanian besar dari 40%
dari wilayah tersebut.
2. Pengambilan Tanah
Pengambilan tanah dilakukan dengan menggali tanah yang sudah ditentukan
menggunakan cangkuldi lahan padi, tebu, jagung, dan kedelai pada saat
setelah panen dengan kedalaman 5, 10, 15, 20, dan 25 cm.Setiap kondisi
lahan, jumlah tanah yang diambil sebanyak 5 kg. Tanah yang telah diambil
dari lahan kemudian dikeringanginkan didalam Greenhouse Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Pengisian Media
Sampel tanah yang diambil kemudian dikeringanginkan dan dimasukkan
kedalam besek berukuran 25 x 30 cm dengan berat 2 kg tanah untuk setiap
besek. Tanah kemudian diinkubasi untuk diamati pertumbuhan gulma pada
4. Inkubasi
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan untuk menjaga kadar lengas tanah dilakukan
jika diperlukan
b. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama 30 hari dengan cara analisis vegetasi
gulma.
E. Parameter yang Diamati 1. Waktu Tumbuh Gulma (hari)
Waktu tumbuh dihitung untuk mengetahui jenis perlakuan yang memiliki
tingkat pertumbuhan gulma yang paling tinggi dengan melihat luas
permukaan media tanah yang ternaungi oleh gulma.
2. Analisis Vegetasi
Analisis Vegetasi dilakukan setelah 30 hari inkubasi. Pengamatan gulma
dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat.
Pengamatan gulma mulai dilakuan saat kemunculan tunas pertama pada
setiap petak perlakuan.Gulma yang ada pada petak perlakuan kemudian
dicabut dan dipisahkan berdasarkan jenisnya dan diidentifikasi sebagai data
untuk menghitung kerapatan, frekuensi, dominansi, dan SDR.
a. Kerapatan gulma
Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap
petakan tersebut. Rumus Kerapatan gulma (Tjitrosoedirdjo dkk,. 1983),
yaitu:
kerapatan nisbi = � � � �
�ℎ � � � � � %
b. Frekuensi
Frekuensi merupakan jenis tumbuhan yang muncul pada area tertentu
yang dinyatakan dalam satuan persen (%). Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara mencabut gulma yang paling banyak muncul dan
diidentifikasi jenisnya. Rumus Frekuensi gulma (Tjitrosoedirdjo dkk,.
1983), yaitu:
Frekuensi Mutlak = �ℎ � ℎ �� � �ℎ � ℎ
Frekuensi nisbi = � �
�ℎ � � %
c. Dominansi gulma
Dominansi digunakan untuk menyatakan berapa luas area yang
ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau kemampuan sejenis tumbuhan
dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya. Dominansi dapat dinyatakan
dengan menghitung biomassa. Gulma dikeringkan dalam oven pada suhu
100-1100C. Gulma yang sudah kering kemudian ditimbang untuk
mengukur berat keringnya. Rumus dominansi gulma (Tjitrosoedirdjo
dkk,. 1983), yaitu:
Dominansi mutlak suatu jenis = Berat kering tertentu
Dominansi nisbi = � � � � �
d. SDR (Summed Dominance Ratio)
�� + � + ��
SDR menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran. Semakin
tinggi nilai SDR gulma maka semakin tinggi dominasi suatu spesies
gulma dan sebaliknya semakin rendah nilai SDRmaka semakin rendah
pula spesies gulma dalam menguasai suatu wilayah.
e. Koefisien komunitas
Koefisien komunitas digunakan untuk membandingkan dua komunitas
vegetasi atau dua macam vegetasi dari dua daerah. Rumus koefisien
komunitas (Tjitrosoedirdjo dkk,. 1983), yaitu
= +
C = koefisien komunitas
w = jumlah dari dua kuantitas terendah untuk jenis dari masing-masing
komunitas
a = jumlah dari semua kuantitas pada komunitas pertama
b = jumlah dari semua kuantitas pada komunitas kedua
Apabila nilai C ≥ 75% maka artinya tidak banyak perbedaan keadaan
F. Analisis Data
Data hasil pengamatan gulma dianalisis menggunakan sidik ragam untuk
mengetahui adanya pengaruh perlakuan. Apabila terdapat pengaruh nyata antar
perlakuan, maka dilanjutkan menggunakan uji Duncan’s Multiple Range Test
25
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Waktu tumbuh gulma
Berdasarkan hasil sidik ragam kondisi lahan dan kedalaman tanah tidak
memberikanpengaruh nyata terhadap waktu tumbuh gulma.Hal ini diduga kondisi
lingkungan dan ketersediaan air, suhu, dan cahaya pada setiap kedalaman tanah
dan kondisi lahan terpenuhi. Waktu tumbuh gulma dipengaruhi oleh faktor curah
hujan, suhu rata-rata harian, kelembaban harian dan intensitas cahaya matahari.
Adanya air yang cukup akan mempercepat proses tumbuhnya seed bank, tetapi
tidak mutlak mempercepat waktu tumbuhnya gulma, karena kecepatan tumbuh
seed bank juga dipengaruhi oleh viabilitas biji dan cadangan makanan yang
terdapat dalam biji gulma.Simpanan makanan ini menentukan daya hidupnya dan
kemampuan untuk muncul ke permukaan tanah.
Pertumbuhan gulma dikontrol secara hormonal dan lingkungan, Moenandir
(1993) menambahkan bahwa yang termasuk faktor non hormonal adalah kulit biji,
suhu, cahaya, ketinggian tempat, dan posisi biji dalam tanah.Kecepatan gulma
tumbuh juga dipengaruhi oleh dormansi biji. Dormansi adalah suatu istilah
fisiologis tumbuhan yang dipergunakan untuk biji atau organ vegetatif yang tidak
mau berkecambah meskipun keadaan lingkungannya menguntungkan. Dormansi
merupakan strategi reproduksi gulma untuk tetap bertahan hidup dalam keadaan
yang tidak menguntungkan. Dengan cara demikian, perkecambahan dapat terjadi
beberapa waktu kemudian dan atau terjadi di tempat lain yang berjauhan dengan
Tabel 1Waktu tumbuh gulma
Selain itu dormansi dapat menjadikan biji-biji gulma tahan bertahun-tahun
dalam tanah dan hanya akan berkecambah dan tumbuh bila keadaan
lingkungannya menguntungkan. Biji-biji gulma yang berada dalam tanah tersebut
mempunyai tingkat dormansi yang berbeda beda, sehingga perkecambahan dari
suatu populasi biji gulma tidak terjadi secara serentak. Keadaan ini
mengakibatkan biji-biji gulma dalam tanah akan tetap menjadi masalah selama
biji-biji tersebut masih ada.Kecepatan pertumbuhan tanaman dan gulmaakibat
lingkungan yang sesuai dapat menyebabkan jenis tertentu mampu tumbuhbaik dan
hal kebutuhan pertumbuhan (ruang, cahaya, nutrisi, dan air ataukelembaban) atau
karena persamaan morfologi (misal bentuk daun).
Beberapa jenis gulma yang memiliki kecepatan berkembangbiak cukup
besar yaitu Portulaca oleracea, Cleome sp, dan Ageratum conyzoides. Dengan
berkembangbiak yang dilakukan dengan cara vegetatif dan generatif membuat
jenis gulma tersebut mampu tumbuh lebih cepat pada tanaman budidaya.
Lindernia dubia Portulaca oleracea
Cleome sp Ageratum conyzoides
Gulma berdaun lebar dapat berkembangbiak dengan pembentukan daun dan
pemanjangan batang yang cepat sehingga dalam pertumbuhannya gulma tersebut
lebih cepat. Selain itu, gulma yang memiliki waktu tumbuh lebih cept mempunyai
daya kompetisi yang tinggi (Yunasfi,2007). Persaingan antara gulma dengan
tanaman yang diusahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam
tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan
kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Kerugian
berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman adalah padi 10,8%, jagung
13%, kedelai 13,5%, dan tebu 15,7%.
Lahan jagung, kedelai, padi, dan tebu merupakan jenis lahan yang
memiliki lingkungan dan ketersediaan air, suhu, dan cahaya yang cukup terhadap
perkecambahan gulma. Adanya faktor-faktor tumbuh gulma pada setiap jenis
lahan dan kedalaman tanah mempengaruhi waktu tumbuh gulma. Biji gulma yang
mendapatkan cahaya, air, serta suhu pada setiap kedalaman tanah suatu saat dapat
tumbuh. Semakin cepat waktu tumbuh gulma pada suatu lahan maka semakin
besar pengaruh gulma tersebut dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman
budidaya. Hal ini dikarenakan setiap tanaman budidaya memiliki periode kritis
pada saat awal tanam, dimana waktu tersebut membutuhkan air dan cahaya yang
cukup sebagai kelangsungan proses vegetatif. Dengan demikian jenis lahan
jagung, kedelai, padi, dan tebu memiliki waktu tumbuh gulma yang tidak beda
B. Jumlah individu gulma
Hasil penelitian menunjukkan bahwakedalaman tanahdan kondisi lahan
memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah individu gulma. Kerapatan yang
tinggi dipengaruhi oleh banyaknya jumlah individu gulma. Semakin tinggi
kerapatan gulma pada kedalaman tanah tertentu dapat terlihat dari banyaknya
jumlah individu gulma yang tumbuh. Pada kondisi lahan bekas tanaman padi
dengan kedalaman 5 cm menunjukkan jumlah individu yang lebih tinggi
dibandingkan jumlah individu pada kondisi lahan bekas tanaman kedelai, jagung,
dan tebu pada semua kedalaman (Tabel 2).
Tingginya jumlah individu pada lahan padi kedalaman tanah 5 cm
dibandingkan dengan kondisi lahan bekas tanaman lainnya diduga karena gulma
merupakan tumbuhan yang mampu hidup dan tumbuh dalam kondisi apapun
meskipun dalam kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan sekalipun.
Espinar, et. al., (2005) mengatakan bahwa sebaranpropagul umumnya paling
banyak berada dipermukaan tanah pada kedalaman 2-5cm, tetapi adanya retakan
tanah dapat menyebabkan perubahan ukuran menurut kedalaman tanah.
Keberadaan propagul yang ada pada permukaan tanah diakibatkan oleh biji yang
ada pada gulma jatuh dipermukaan tanah.
Ketika biji tersebut jatuh dengan adanya cahaya, suhu, dan air biji akan
tumbuh sehingga pada kedalaman tanah yang dangkal sehingga menghasilkan
jumlah individu yang banyak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Boguzas,
propagulpada permukaan sampai kedalaman 5 cm, sedangkan tanpa pengolahan
tanah ditemukan sekitar 74%.
Tabel 2 Jumlah individu gulma dan jumlah jenis gulma pada berbagai kedalaman tanah dankondisi lahan
Perlakuan ∑ Individu ∑ Jenis Lahan Jagung Kedalaman 5 cm
Lahan Jagung Kedalaman 10 cm Lahan Jagung Kedalaman 15 cm Lahan Jagung Kedalaman 20 cm Lahan jagung kedalaman 25 cm tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 0,05
Pada kedalaman tanah 10 cm dan 15 cm lahan bekas tanaman padi memiliki
jumlah individu gulma lebih banyak dibandingkan dengan kedalaman tanah 20 cm
dan 25 cm. Hal ini dikarenakan kondisi lahan padi merupakan lahan yang selalu
mengalami perubahan kondisi lahan, baik secara pengolahan maupun kondisi
lingkungan sekitar. Tanah yang selalu diolah dengan sistem pengolahan tanah
sempurna, akan memunculkan jumlah individu-individu pada setiap kedalaman
sehingga menghasilkan jumlah yang berbeda pula. Sastroutomo (1990)
lingkungan. Termasuk faktor nonhormonal adalah kulit biji, suhu, cahaya,
ketinggiantempat, dan posisi biji dalam tanah.
Banyaknya jumlah individu gulma juga disebabkan karena gulma yang
menghasilkan biji suatu saat akan menjatuhkan bijinya pada permukaan tanah
sehingga pada kedalaman tanah yang dangkal lebih banyak ditumbuhi gulma
dibandingkan pada kedalaman yang jauh dari permukaan. Biji gulma pada
umumnya memiliki kemampuan berbeda-beda untuk berkecambah. Kemampuan
tersebut diakibatkan masa dormansi biji yang panjang sehingga meskipun kondisi
lingkungan disekitar memungkin untuk tumbuh tetapi masa dormansi biji gulma
tersebut masih panjang mengalami dormansi.
Sejarah penggunaan lahan memberikan pengaruh terhadap jumlah individu
gulma pada kondisi lahan bekas tanaman tertentu. Semakin intensif pengolahan
tanah pada suatu lahan maka semakin banyak jumlah individu gulma yang
tumbuh pada lahan tersebut, sedangkan semakin minim pengolahan tanah pada
suatu lahan maka akan semakin sedikit pula jumlah individu gulma tumbuh. Hal
ini karena biji gulma yang berada terlalu lama didalam tanah akan terkikis dan
rusak oleh organsime yang ada didalam tanah. Setiap jenis lahan memiliki
ketersediaan air yang berbeda terhadap kebutuhan tumbuhan yang ada disekitar.
Lahan padi yang memiliki ketersediaan air yang cukup bagi tumbuhan disekitar
menjadikan kondisi lahan bekas tanaman padi memberikan pengaruh nyata
terhadap jumlah individu gulma pada beberapa lahan lain yaitu lahan jagung,
kedelai, dan tebu. Sehingga pada jenis lahan yang memiliki keterbatasan air akan
Kedalaman tanah mempunyai peran terhadap keadaan biji gulma dalam
tanah. Sedangkan kondisi lahan bekas tanaman memberikan kemampuan gulma
tertentu dalam keberlanjutan pertumbuhannya terhadap pengolahan lahan. Gulma
yang tumbuh lebih banyak pada kondisi lahan bekas tanaman akan mempengaruhi
potensi gulma yang tumbuh pada saat musim tanam. Semakin dalam dari
permukaan tanah keberadaan biji gulma akan semakin sedikit jumlah individu
gulma yang tumbuh pada suatu area. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji gulma. Biji gulma yang berada
jauh dari permukaan tanah tentu memiliki kekurangan dalam hal ketersediaannya
faktor pendukung untuk berkecambah. Beberapa faktor tersebut yakni air yang
dibutuhkan biji gulma agar dapat menyerap cukup air (imbibisi) untuk
menjalankan aktivitas metabolisme dan perkembangan sel tumbuh. Sedangkan
gas dibutuhkan biji gulma untuk pertukaran CO2dan O2 dalam meningkatkan
metabolisme di dalam perkecambahan.
Pada tabel 2 di atas dapat disimpulkan pada setiap kondisi lahan bekas
tanaman yang berbeda menghasilkan jumlah indvidu gulma yang berbeda.
Banyaknya gulma yang tumbuh dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada suatu
lahan yang memiliki faktor penting terhadap pertumbuhan gulma. Semakin
terpenuhinya faktor penting, akan semakin banyak jumlah individu gulma tumbuh
dalam suatu area. Hasil analisis sidik ragam kedalaman tanah dan kondisi lahan
memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah individu gulma. Gulma tumbuh
pada daerah yang memiliki faktor penting dalam pertumbuhannya seperti cahaya,
yang cukup dan kelembaban tanah yang selalu terjaga sepanjang musim tanam
menjadikan kondisi lahan bekas tanaman tertentu akan banyak ditumbuhi oleh
gulma. Kepadatan biji gulma pada sistem penanaman yang kontinyu lebih tinggi
daripada sistem rotasi tanaman
C. Jumlah jenis gulma
Hasil analisis sidik ragam jumlah jenis gulma menunjukkan bahwa
kedalaman tanah dan kondisi lahan memberikan pengaruh beda nyata (lampiran
4). Pada kondisi lahan bekas tanaman jagung dan tebu dengan kedalaman tanah 5
cm menunjukkan jumlah jenis gulma yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kedalaman 25 cm (tabel 2). Tingginya jumlah jenis gulma pada kondisi lahan
bekas tanaman jagung dan tebu pada kedalaman tanah 5 cm karena saat biji gulma
mendapatkan cahaya, air, dan suhu biji tersebut akan tumbuh sedangkan biji
gulma yang berada pada kedalaman yang jauh dari permukaan cenderung tidak
mendapatkan cahaya, air, dan suhu sehingga jumlah jenis gulma pada kedalaman
tanah 5 cm lebih banyak. Selain itu, sejarah pada penggunaan lahan juga
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jenis gulma pada setiap kondisi
lahan.
Lahan yang selalu mengalami perubahan jenis tanaman cenderung memiliki
jenis gulma yang lebih sedikit karena gulma akan beradaptasi terhadap kondisi
lingkungan yang baru. Gulma yang tidak mampu beradaptasi pada kondisi
lingkungan yang baru tidak akan mampu bertahan sehingga mati, sedangkan
hidup. Lahan yang tidak mengalami perubahan pada jenis tanaman akan membuat
gulma mudah tumbuh karena tidak banyak proses pengolahan tanah yang terjadi
sehingga gulma yang tumbuh telah mampu beradaptasi dengan kondisi
lingkungan tersebut.
Lindernia dubia Phyllanthus nururi
Digitaria ropalothrica Alternanthera brassiliana
Gambar 2 Jenis gulma pada kondisi lahan bekas tanaman jagung dan tebu
Namun, pada kondisi lahan bekas tanaman kedelai dan padi kedalaman
tanah 5 cm tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah jenis gulma pada
kedalaman 25 cm. Hal tersebut diduga sejarah pada penggunaan lahan yang
terjadi pada jenis lahan kedelai dan padi tidak dilakukan rotasi tanam, sehingga
jenis gulma yang tumbuh mampu beradaptasi terhadap lahan tersebut karena
adanya kondisi lingkungan yang sesuai bagi gulma yang tumbuh. Beberapa faktor
penting dalam pertumbuhan gulma yaitu cahaya, air, dan suhu. Menurut Marshal,
P., dkk (2014), bahwabanyaknya biji-biji gulma dalam tanah merupakan
gabungan dari biji-biji yang dihasilkan oleh gulma sebelumnya dan biji-biji yang
masuk dari luar dikurangi dengan biji yang mati dan berkecambah serta biji yang
Setiap kedalaman tanah dan kondisi lahan memiliki jumlah jenis gulma
yang berbeda karena biji gulma yang ada di dalam tanah dihasilkan oleh jenis
gulma yang tumbuh pada area tersebut. Namun, keberadaan biji gulma pada setiap
kedalaman tanah memberikan pengaruh terhadap jumlah jenis gulma yang
tumbuh. Hal ini dikarenakan pada setiap kedalaman memiliki keterseediaan faktor
tumbuh gulma yang berbeda. Biji gulma yang berada pada kedalaman yang
dangkal memiliki potensi lebih besar untuk berkecambah karena tersedianya
faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan seperti air, cahaya, suhu serta
kelembaban tanah. Biji-biji yang berasal dari luar daerah sumbangannya tidak
berarti dalam menentukan sebaran propagul dibandingkan dengan biji-biji yang
dihasilkan oleh gulma sebelumnya.
Penggunaan traktor dan pencangkulan tanah pada jenis lahan
mengakibatkan beberapa biji gulma di kedalaman tanah akan terangkat yang
menyebabkan setiap biji gulma dan jenis gulma tertentu mengalami
perkecambahan. Meskipun jenis gulma pada daerah lain memiliki kemungkinan
untuk tersebar pada daerah lain tetapi sumbangannya tidak menentukan terhadap
jumlah jenis gulma yang tersedia. Hal ini disebabkan jumlah jenis gulma pada
suatu area hanya dihasilkan oleh simpanan biji yang ada dalam tanah. Umur
biji-biji tumbuhan di dalam tanah sangat bervariasi dari jenis yang satu dengan jenis
lainnya dan pada umumnya biji-biji gulma mempunyai umur yang cukup panjang.
Sifat biji gulma dalam keadaan dormansi pada kedalaman tertentu dapat
lingkungan memungkinkan. Hasil penelitian didapatkan 18 spesies gulma yang
tumbuh pada kedalaman 5cm dan 13 spesies untuk kedalaman 10cm, 11 spesies
pada kedalaman 15cm, 14 spesies dikedalaman 20 cm, dan 13 spesies pada
kedalaman 25cm. Keragaman gulma yang tumbuh pada jenis lahan dan
kedalaman tanah akan membuat persaingan baik pada lahan budidaya juga
terhadap gulma lainnya.Hal ini dikarenakan setiap jenis gulma memiliki
bagian-bagian vegetatif yang dapat menjadi bagian-bagian yang mampu berkembangbiak seperti
stolon dan rhizoma.
Menurut Menurut Hamid (2010), pertumbuhan gulma dan luas
penyebarannya di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
tempat tumbuh, praktek-praktek bercocok tanam dan juga jenis lahan perkebunan
yang ada.Dormansi pada jenis tertentu mengakibatkan biji gulma tidak
berkecambah di dalam tanah. Tetapi tetap hidup ketika kondisi lingkungan
memenuhi faktor penting dalam perkecambahannya. Biji gulma yang berada di
dalam tanah mempunyaitingkat dormansi yang berbeda-beda, sehingga
perkecambahan dari suatu populasi bijigulma tidak terjadi secara serentak.
Keadaan ini mengakibatkan biji gulma di dalamtanah akan tetap menjadi masalah
selama biji masih ada.
Hasanuddin Erida dan Safmaneli (2012), mengatakan bahwa spesies yang
berbeda mempunyai kemampuan bersaing berbeda karena memiliki karakteristik
morfologi dan fisiologi yang berbeda. Suatu komunitas dikatakan memiliki
keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak
rendah apabila komunitas tersebut disusun oleh jenis yang sedikit. Gulma mampu
berkembangbiak secara vegetatif maupungeneratif dengan biji yang
dihasilkan.Secara vegetatif antara lain denganrhizoma, stolon, tuber,bulbus,corn
danrunner. Sekali satu jenis habitat dikuasai oleh gulma, maka jenis-jenis yang
ada di dalamnya mempunyai potensi untuk menguasai kembali habitat ini setiap
saat akibat banyaknya biji-biji yang tersimpan di dalam tanah.
Menurut Soetikno, S.S (1982) dengan kemampuan reproduksi yang tinggi
dari kebanyakan gulma, maka pertumbuhan beberapa individu yang berasal dari
simpanan biji dapat menyebabkan penguasaan habitat oleh jenis-jenis ini selama
beberapa generasi. Jenis-jenis gulma yang tampaknya cocok dengan habitatnya,
mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan
sehingga angka kematiannya rendah, dan diikuti munculnya individu-individu
baru selama perkembangannya, namun ada beberapa jenis (populasi) gulma yang
individu-individunya akan mengalami kematian setelah melewati dari masa
reproduksinya Purnomo (2011) dalam Latansa, M.P (2015).
D. Bobot kering gulma
Berdasarkan hasil sidik ragam (lampiran 4), kedalaman tanah dan kondisi
lahan tidak memberikan pengaruh terhadap bobot kering gulma. Hal ini diduga
kondisi iklim dan fakor lingkungan yang ada pada setiap jenis lahan dan
kedalaman tanah memiliki faktor tumbuh gulma yang sama dan dapat
dimanfaatkan oleh setiap gulma. Gulma yang tumbuh dan memiliki faktor
membantu aktivitas fotosintesis dan mempengaruhi produksi karbohidrat.
Semakin tinggi aktivitas fotosintesis gulma akan semakin tinggi hasil fotosintesis
yang dihasilkan. Menurut Sastroutomo (1990), bahwa produksi karbohidrat sangat
bergantung pada aktivitas fotosintesis, maka kuantitas cahaya sangat berperan
dalam produksi organ perbanyakan vegetatif gulma guna keberlangsungan
hidupnya. Banyaknya produksi organ vegetatif suatu gulma maka akan
mempengaruhi terhadap bobot kering gulma pada setiap kedalaman tanah dan
kondisi lahan.
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan uji taraf 5 %.
Semakin tinggi bobot kering suatu gulma semakin tinggi pengaruh gulma
mengatakantumbuhan yang mempunyai alat perkembangbiakan stolon dan biji
akan mempunyai pertumbuhan yang sangat pesat sehingga akan mendominasi
suatu daerah. Pada setiap kondisi lahan bekas tanaman jagung, kedelai, padi, dan
tebu dengan kedalaman yang sama gulma tumbuh berdasarkan kemampuan dan
dengan mematahkan dormansi pada kondisi lingkungan yang ada. Tersedianya
faktor tumbuh gulma yang dimiliki pada setiap kedalaman tanah dan kondisi
lahan yang sama menyebabkan gulma tersebut selalu mendapatkan air dan cahaya
untuk proses fotosintesis. Ketersediaan faktor tumbuh gulma pada setiap jenis
lahan dengan semua kedalaman tanah memberikan pengaruh terhadap
keberlangsungan fotosintesis gulma sehingga mempengaruhi bobot kering gulma.
E. Summed Dominance Ratio (SDR)
Hasil komposisi vegetasi gulma berdasarkan Summed Dominance Ratio
(tabel 4) menunjukkan adanya perbedaan nilai SDR pada setiap kondisi lahan dan
kedalaman tanah. Pada kedalaman tanah 5 cm gulma Portulaca oleracea dan
Ageratum conyzoides memiliki pertumbuhan yang dominan dengan tumbuh pada
setiap kondisi lahan bekas tanaman yaitu jagung, kedelai, padi dan tebu. Gulma
Portulaca oleracea dan Ageratum conyzoides merupakan jenis gulma berdaun
lebar yang memiliki pola penyebaran dengan tumbuh tegak dan merambat. Gulma
berdaun lebar juga memiliki sistem perkembangbiakan vegetatif maupun biji
Portulaca oleracea Ageratum conyzoides
Phyllanthus nururi
Gambar 3Jenis gulma dominansi kedalaman 5 cm
Gulma Portulaca oleracea dan Lindernia dubialebih memiliki nilai SDR
yang tinggi pada kondisi lahan bekas tanaman jagung dan padi. Tingginya nilai
SDR gulma tersebut disebabkan oleh canopy daun pada gulma Portulaca oleracea
dan Lindernia dubia yang lebar sehingga mampu menguasai suatu area dari jenis
gulma lainnya. Gulma berdaun lebar merupakan jenis gulma yang hidup di area
yang disukai oleh beberapa jenis gulma berdaun lebar yaitu Portulaca oleracea
dan Lindernia dubia. Sedangkan gulma Phyllanthus nururi yang tumbuh pada
semua kondisi lahan bekas tanaman jagung, kedelai, padi, dan tebu dapat tumbuh
karena memiliki sifat yang sama terhadap kondisi lahan pada tanaman tersebut
segingga pada kedalaman tanah 5 cm dapat tumbuh meskipun memiliki nilai SDR
yang kecil.
Tabel 4 Nilai SDR kedalaman 5 cm
No Jenis Gulma
15 Malvastrum coromandelianum 4,49 0,00 0,00 0,00
16 Alternanthera brassiliana 0,00 0,00 0,00 7,64
17 Ludwigia adscendens L 0,00 0,00 0,00 10,13
18 Oldenlandia burmanniana 0,00 0,00 0,00 2,64
Jumlah 100 100 100 100
Pada kondisi lahan bekas tanaman kedelai dengan kedalaman 5 cm terdapat
jenis gulmaEuphorbia prunifdefolia dan Portulaca oleracea yang mendominasi.
Kemampuan gulma tersebut dalam mendominasi pada kondisi lahan bekas
yang terpenuhi terhadap faktor penting dalam pertumbuhan jenis gulma
Euphorbia prunifdefolia dan Portulaca oleracea. Gulma Portulaca oleracea
merupakan jenis gulma yang menyukai kelembaban tanah, pH tanah, serta
intensitas cahaya yang mendukung. Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan
pada kondisi lahan bekas tanaman kedelai terhadap ketersediaan faktor penting
bagi pertumbuhan gulma Euphorbia prunifdefolia maupun Portulaca oleracea
sehingga nilai SDR yang di miliki oleh kedua jenis gulma tersebut lebih tinggi
dibandingkan jenis gulma lainnya.
Dominanansi suatu gulma dapat terlihat dari seberapa tinggi nilai SDR yang
dimiliki oleh gulma tesebut. Pada jenis lahan jagung dengan kedalaman tanah 10
cm didapatkan jenis gulma yang lebih dominan yaitu Lindernia dubia dan
Portulaca oleracea. Tingginya dominansi jenis gulma tersebut pada jenis lahan
jagung dengan kedalaman 10 cm dapat disebabkan adanya kesesuaian kondisi
lingungan bagi gulma tersebut. Gulma yang memiliki tempat hidup yang sama
namun memiliki perbedaan jenis suatu gulma akan memberikan persaingan yang
tinggi sehingga mampu mendominasi suatu area tertentu. Gulma Lindernia dubia
dan Portulaca oleraceamerupakan jenis gulma yang termasuk golongan berdaun
lebar.
Gulma berdaun lebar cenderung tumbuh pada kondisi tanah yang lembab
dan ternaungi. Adanya naungan yang tinggi pada suatu area mengakibatkan
pertumbuhan suatu jenis gulma akan dominan. Berdasarkan hasil SDR,pada jenis
lahan jagung dengan kedalaman tanah 10 cm gulma Lindernia dubia dan
Lindernia dubiamemiliki nilai SDR sebesar 33,95% sedangkan Portulaca
oleraceasebesar 23,58%. Hal ini dikarenakan sifat genetis yang sama pada suatu
jenis gulma mempengaruhi tingkat persaingan karena gulma dengan sifat genetis
yang sama membutuhkan lingkungan hidup yang sama.
Tabel 5 Nilai SDR kedalaman 10 cm
No Jenis Gulma
15 Malvastrum coromandelianum 9,88 0,00 0,00 0,00
16 Alternanthera brassiliana 0,00 0,00 0,00 0,00
17 Ludwigia adscendens L 0,00 0,00 0,00 0,00
18 Oldenlandia burmanniana 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 100 100 100 100
Hasil perhitungan SDR pada jenis lahan kedelai dengan kedalaman tanah 10
cm menunjukkan gulma Lindernia dubiamemiliki nilai SDR yang paling tinggi
pada kondisi lahan bekas tanaman jagung, kedelai, dan padi. Tingginya nilai SDR
pada gulma tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan pada kondisi lahan dan
kedalaman tanah dari setiap lahan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh gulma
Lindernia dubia. Sedangkan jenis gulma Portulaca oleraceamemiliki
tanaman jagung, kedelai, padi dan tebu. Adanya kesesuaian lingkunga terhadap
jenis gulma Portulaca oleraceadapat dipengaruhi oleh sifat tumbuh gulma
tersebut yang sama dengan jenis tanaman dan juga disebabkan oleh sebaran
propagul yang terdapat pada kedalaman tanah 10 cm didominasi oleh jenis gulma
Portulaca oleracea.
Jenis gulma Portulaca oleracea memiliki sebaran yang paling dominan
yaitu selalu tumbuh pada setiap kedalaman tanah 10 cm di setiap kondisi lahan
bekas tanaman jagung, kedelai, padi, dan tebu. Berdasarkan nilai SDR yang
dimiliki dari gulma Lindernia dubia dan Cleome sp terdapat persaingan antar
kedua jenis gulma tersebut. Hal itu terjadi karena gulma yang memiliki nilai SDR
tinggi akan selalu mendapat persaingan oleh gulma yang menyukai kondisi
lingkungan yang sama dan itu terlihat pada gulma Lindernia dubia dan Cleome
sp.
Lindernia dubia Cyperus ciliaris
Tabel 6 Nilai SDR kedalaman 15 cm
15 Malvastrum coromandelianum 0,00 0,00 0,00 0,00
16 Alternanthera brassiliana 0,00 0,00 0,00 9,17
17 Ludwigia adscendens L 0,00 0,00 0,00 0,00
18 Oldenlandia burmanniana 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 100 100 100 100
Berdasarkan tabel 6 kondisi lahan bekas tanaman jagung dengan kedalaman
tanah 15 cm jenis gulma Portulaca oleracea dan Ageratum conyzoides memiliki
nilai SDR lebih tinggi dibandingkan jenis gulma lainnya. Gulma tersebut
merupakan jenis gulma golongan berdaun lebar yang cenderung menyukai kondisi
lingkungan ternaungi. Tanaman jagung dan tebu termasuk jenis tanaman yang
memiliki tajuk yang lebat sehingga dapat memberikan naungan terhadap
permukaan tanah sekitar. Salah satu gulma yang menyukai kondisi tersebut yaitu
gulma Portulaca oleracea dan Ageratum conyzoides, pada kondisi tanah yang
lembab dan ternaungi menjadikan suatu kondisi yang menguntungkan bagi gulma
tersebut. Berdasarkan nilai SDR gulma Portulaca oleracea memiliki nilai sebesar