• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN KOPI ARABIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN KOPI ARABIKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

TUGAS AKHIR

ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN

KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) DI PT SULOTCO

JAYA ABADI KABUPATEN TANA TORAJA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH:

MARSELIN BENYAMIN

1422040038

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN

KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) DI PT SULOTCO

JAYA ABADI KABUPATEN TANA TORAJA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Oleh :

MARSELIN BENYAMIN 1422040038

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan

Pada

Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan Telah diperiksa dan disetujui oleh :

(3)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul Tugas Akhir : Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di PT Sulotco Jaya Abadi Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan.

Nama Mahasiswa : Marselin Benyamin

NIM : 1422040038

Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan

Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Hari/Tanggal Ujian PKL : Juni 2017

Disahkan Oleh Tim Penguji 1. Sri Muliani, S.P., M.P. 2. Abdul Mutalib, S.P., M.P. 3. Nildayanti, S.P., M.Si. 4. Dr. Zahraeni Kumalawati, M.P

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir yang berjudul Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di PT Sulotco Jaya Abadi Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan. Di bawah bimbingan Sri Muliani, S.P., M.P dan Abdul Mutalib, S.P., M.P.

Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Dengan selesainya penyususnan laporan tugas akhir ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih dalam berbagai pihak terutama kepada kedua orang tua serta keluarga yang senantiasa memberi dukungan, doa serta bantuan kepada penulis selama di bangku kuliah.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Bapak Dr.Ir.H. Darmawan, M.P selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Bapak Dr Junaedi, S.P., M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Ibu Sri Muliani, S.P., M.P selaku dosen pembimbing I dan Abdul Mutalib, S.P., M.P selaku pembimbing II, atas waktu yang diluangkan untuk membimbing, memberi motivasi, dan memberi bantuan literatur, serta diskusi-diskusi yang dilakukan dengan penulis, Para Staf, Dosen, Pegawai dan Teknisi Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan yang selama ini membimbing dan mendidik kami, rekan-rekan Persekutuan Mahasiswa Kristen Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang telah memberikan bantuannya.

(5)

iv

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan laporan ini. Terima Kasih, Tuhan memberkati Amin.

Pangkep, April 2017

(6)

v

ABSTRAK

MARSELIN BENYAMIN (1422040038). Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) Di PT Sulotco Jaya Abadi Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan. Di bimbing oleh Sri Muliani dan Abdul Mutalib.

Pengamatan bertujuan untuk mengetahui jenis gulma yang dominan pada pertanaman kopi arabika. Pengamatan dilaksanakan di area perkebunan PT Sulotco Jaya Abadi, Tana Toraja, berlansung pada bulan maret 2017. Metode pengamatan menggunakan metode kuadrat. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda pada area PT Sulotco Jaya Abadi. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan plot ukuran 1 m x 1 m sebanyak 5 plot untuk setiap lokasi. Hasil pengamatan menunjukan bahwa gulma yang paling dominan di area kebun kopi PT Sulotco Jaya Abadi yaitu Ageratum conyzoides yang tergolong gulma berdaun lebar dengan nilai SDR 32, 74%.

(7)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan dan Kegunaan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... . 4

III. METODOLOGI... 8

Waktu danTempat ... 8

Metode Pelaksanaan ... 8

IV. HASILDAN PEMBAHASAN... 9

Hasil ... 9 Pembahasan... ... 10 V. PENUTUP...13 5.1 Kesimpulan ... 13 5.2 Saran ... 13 DAFTAR PUSTAKA ... 14 LAMPIRAN ... 15

(8)

vii

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Analisis vegetasi gulma pertanaman kopi wilayah

Asri blok VII di PT Sulotco Jaya Abadi 2017...9 2. Analisis vegetasi gulma pertanaman kopi wilayah

Barakai blok III di PT Sulotco Jaya Abadi 2017...10 3. Analisis vegetasi gulma pertanaman kopi wilayah

(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Analisis vegetasi gulma pertanaman kopi wilayah

Asri blok VII di PT Sulotco Jaya Abadi 2017... 16

2. Analisis vegetasi gulma pertanaman kopi wilayah Barakai blok III di PT Sulotco Jaya Abadi 2017... 16

3. Analisis vegetasi gulma pertanaman kopi wilayah Citra blok VI di PT Sulotco Jaya Abadi 2017... 17

4. Axonopus compressus ... 18 5. Brachiaria mudica ... 18 6. Borreria alata ... 19 7. Ageratum conyzoides ... 19 8. Bindes pilosa ... 20 9. Commelina benghalensis ... 20 10. Cleichenia linearis ... 21 11. Arachniodes aristata... ... 21 12. Cyperus cyroides ... 22 13. Plot sampel ... 22

(10)

1

I. PENSDAHULUAN

A. Latar Belakang

kopi merupakan salah satu di antara tiga minuman non-alkohol (kopi, teh dan coklat) yang tersebar luas sejak awal abad ke-20, produksi kopi dunia telah meningkat menjadi lebih dari 8 kali lipat (Badan penelitian dan pengembangan pertanian, 2008) .

Tanaman kopi sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Bila penerapan teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki, produksinya bisa ditingkatkan. Teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan adalah teknologi budidaya kopi poliklonal. Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi yaitu teknik sarana produksi, proses pruduksi/budidaya, teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan sistem pemasarannya (Badan penelitian dan pengembangan pertanian, 2008).

Sementara itu sejak tahun 2000 produksi kopi Vietnam juga telah melampaui produksi Colombia, yang selama ini selalu berada pada peringkat kedua setelah Brasil. Dengan perkembangan tersebut maka pada dewasa ini urutan peringkat produksi kopi dunia telah berubah, yaitu berturut-turut Brasil, Vietnam, Colombia dan Indonesia. Secara komersia kita mengenal 2 jenis kopi yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Sedangkan kopi Liberika yang dulu pernah dibudidayakan, sekarang sudah praktis di tinggalkan. Hingga tahun 1990-an pangsa produksi kopi Robusta sekitar 23% dari produksi dunia. Namun sejak tahun 2000-an pangsa kopi Robusta telah melonjak hingga sekitar 32%. Hal ini terutama di sebabkan oleh melonjaknya produksi kopi Vietnam yang sebagian besar terdiri dari Robusta serta meningkatnya produksi kopi Robusta dari Brasil, yang dikenal dengan kopi Conilon. Kopi Arabika di tanam terutama di Amerika Selatan, dan Amerika Tengah. Sedangkan di Afrika juga ada yang di tanam, antara lain di Ethopia, Kenya, Tanzania, Cameroon dan Rwanda Burundi. Di Asia dan Oseania kopi Arabika terdapat pada tempat-tempat yang letaknya, antara lain di dataran tinggi Ijen (Jawa Timur), dataran tinggi Mandheling dan Linthong

(11)

2

(Sumatra Utara), dataran tinggi Gayo (Aceh), Toraja (Sulawesi Selatan), dan Kalimantan (Bali). Sementara itu kopi robusta di tanam terutama negara-negara produsen di Afrika, Asia, Brasil, terutama di Negara bagian Espirito Santo. Sekitar 95% tanaman kopi di Indonesia terdiri dari kopi Robusta, sedangkan sisanya berupa kopi Arabika. Kopi merupakan ekspor utama bagi banyak negara di Afrika dan Amerika Latin. Banyak diantaranya yang tidak kurang 20-50% dari pendapatan devisanya berasal dari ekspor kopi (Mudrig, 2007).

Gulma menjadi pesaing kuat bagi tanaman dalam pemanfaatan sarana tumbuhan seperti unsur hara, air, dan cahaya. Pengertian gulma adalah tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang juga menganggap bahwa gulma mempunya nilai negatif yang lebih besar dari pada nilai ekonomisnya. Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan agar tidak menimbulkan kerugian-kerugian yang lainnya, yang nantinya dapat menganggu kegiatan pertanian, baik secara teknis, produksi, maupun secara ekonomis. Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh si penanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut (Guntoro, 2010).

Gulama dibedakan menjadi tiga golongan yaitu rumput-rumputan (grasses), teki (sedges), dan golongan berdaun lebar (broad leaves). Analisis vegetasi biasa ditunjukan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil pengendalian gulma, perubahan flora sebagai akibat metode pengendalian dan evaluasi herbisida untuk menentukan aktifitas suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan. Selain itu, analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma-gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran penting, karena tanaman tidak akan terlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak (Bastari, 2009).

(12)

3

Berdasarkan uraian diatas maka pelaksanaan survey analisis vegetasi gulma perlu dilakukan guna mengetahui jenis-jenis gulma yang hidup di perkebunan kopi, sehingga nantinya dapat dilakukan tindak lanjut untuk dilakukan pengendalian gulma secara efektif.

B. Tujuan dan Kegunaan

Survey ini dilakukan untuk mengetahui komposisi jenis atau spesies gulma yang tumbuh mengganggu dan bersaing dengan tanaman budidaya dan menggutahui gulma dominan pada pertanaman kopi yang dilakukan di perusahaan PT. Sulotco Jaya Abadi Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan dan diharapkan dapat di jadikan acuan untuk di lakukan pengendalian untuuk dilakukan secara efektif.

(13)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gulma di Perkebunan

Gulma adalah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh petani sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau sekitar tanaman pokok tersebut (Guntoro, 2010).

Gulma atau tumbuhan pengganggu berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sehingga segala cara diupayakan untuk mengendalikannya. Pengaruh gulma sangat terlihat pada tanaman yang masih muda. Pada periode kritis ini, upaya pengendalian gulma harus dilakukan lebih intensif dengan memperhatikan faktor ambang ekonomis. Pengendalian gulma terutama bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma sampai batas toleransi merugikan secara ekonomis (Barus, 2003).

Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau seluruh cara-cara ini :

1) Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium.

2) Konsultasi langsung, dengan para ahli dibidang yang bersangkutan. 3) Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.

4) Membandingkan dengan determinasi yang ada.

5) Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia (Tjitrosoedirdjo, dkk, 1984).

B. Analisis Vegetasi Gulma

Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditunjuka untuk mempelajari tingkat suksesi, atau apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus sesuai struktur dari komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya,

(14)

5

digunakan metode garis (line intersep), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi “tumbuh menjalar” (ceeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu survey daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang suda berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh efisiensi (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).

Pengamata gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk menentukan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominansi) dengan perhitungan analisis vegetasi (Tjitrosoedirdjo et. at. 1984).

Tujuan analisi vegetasi adalah sebagai berikut (prawoto, dkk, 2008) :

1. Mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan. Biasanya hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih herbisida.

2. Untuk mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi. Hal ini penting misalnya untuk membandingkan apakah terjadi perubahan komposisi vegetasi gulma sebelum dan setelah dilakukan pengendalian dengan cara tertentu.

Analisis vegetasi gulama dengan menghitung nilai SDR pada setiap petak percobaan. Nilai SDR didapat-kan dengan menghitung setiap jumlah spesies gulma yang terdapat pada petak contoh. Nilai SDR diperoleh dengan menggunakan rumus yang ditemukan oleh Tjitrosoedirdjo dkk.\(1984) dan Kusmana (1997).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta perda. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komonitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilah dipengaruhi oleh suatu ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai

(15)

6

faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis kerena pengaruh anthropogenik (Sundarapandian, S. 2000).

Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberi dampak positif bagi keseimbangaan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan peraturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perubahan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberi dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantusng struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Rohman, 2001).

Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot, dan metode kwarter. Akan tetapi dalam survey kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat.

C. Gulma di Perkebunan Kopi dan Metode Pengendaliannya. 1. Masalah gulma di perkebunan kopi

Masalah gulma di perkebunan kopi sering dijumpai baik pada saat tanaman kopi masih muda (TBM) maupun pada tanaman yang sudah dewasa (TM). Pekerjaan pengendalian gulma di perkebunan kopi menempati presentase cukup besar dibandingkan dengan seluruh volume pekerjaan di kebun. Di perkebunan besar, biaya pengendalian gulma pada tanaman kopi dewasa berkisar antara 15-30% dari biaya pemeliharaan tanaman. Gulma yang dominan di perkebunan kopi antara lain alang-alang (Imperata sylindrica), grinting (Cynodon dactylon),

Ottochloa nodusa dari golongan rumput-rumputan, Cyperus rotundus, C. kyllingia

dari golongan teki, dan Mikania micrantha dari golongan berdaun lebar. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis, biologis, kimia maupun secara terpadu (Bina UKM, 2010). Gulma penting pada tanaman kopi menurut Tim Dosen IPB (2011) antara lain Mikania micrantha, Chromolaena odorata,

(16)

7

Pada umumnya, kerugian akibat gulma lebih dirasakan pada perkebunan

besar seperti perkebunan kopi. Hal ini erat kaitannya dengan faktor tenaga kerja dan mekanisasi yang terbatas menggunakan alat-alat pertanian. Kehadiran gulma pada suatu lahan pertanian menyebabkan berbagai kerugian antara lain :

a) Menurunkan angka hasil, akibat timbulnya persaingan.

b) Menurunkan hasil mutu, bercampurnya biji gulma dengan biji tanaman.

c) Menjadi inang alternatif hama atau patogen.

d) Mempersulit pengolahan dan mempertinggi biaya produksi.

e) Mengandung zat beracun fenol yang membahayakan bagi tanaman budidaya (Triharso, 1994).

1. Pengendalian gulma di perkebunan kopi

Pada areal pertanaman kopi yang tumbuh tanpa naungan, maka akan didapati gulma golongan rumput dan herba yang tumbuh dengan cepat dan tinggi sehingga sulit untuk dikendalikan. Banyak pengelola kebun kopi di Amerika mengkombinasikan aplikasi herbisida dengan pengendalian mekanis untuk menekan gulma pada areal pertanaman. Untuk mengendalikan gulma di perkebunan kopi dapat dilakukan penyiangan tiga kali (dua kali pada saat pemupukan dan sesuai keadaan). Pengendalian kimia dilakukan dengan frekuensi 1-5 kali/tahun. Herbisida yang digunakan adalah herbisida glifosat. Untuk mengendalikan alang-alang digunakan dosis 5 l/ha, sedangkan untuk gulma umum 2-3 l/ha. Herbisida yang umumnya direkomendasikan untuk pertanian kopi yaitu herbisida berbahan aktif glifosat, paraquat, sulfosat, dan amonium glufosinat (Komosi Herbisida, 2011).

(17)

8

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Survey ini dilaksanakan di perusahaan di PT Sulotco Jaya Abadi Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, yang berlangsung pada bulan maret 2017.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu meter, patok, tali rafiah, kamera, dan alat tulis menulis, sedangakan bahan yang digunakan yaitu gulma sebagai sampel.

C. Metode Pelaksanaan a. Pengambilan data

Pengamatan dilakukan dengan penentuan lokasi berdasarkan Wilayah Asri blok VII di ketinggian 1600 meter dari permukaan laut, wilayah Barakai blok III di ketinggian 1400 meter dari permukaan laut, dan Wilayah Citra blok VI di ketinggian 1700 meter dari permukaan laut, menggunakan metode kuadrat, dengan membuat plot berukuran 1 m x 1 m, pada tiga lokasi yang berbeda. Setiap lokasi dibuat sebanyak 5 plot sampel. Setiap plot diamati gulmanya, Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, Indeks Nilai Penting dan Summed Dominan Ration dengan rumus :

Kerapatan =

jumlah suatu jenis ...1

luas petak contoh

Kerapatan Relatif = kerapatan suatau jenis x 100%...2

kerapatan seluruh jenis

Frekuensi = jumlah plot ditemukan suatu x 100

%...3

jumlah seluruh plot

Frekuensi Relatif = frekuensi seluruh jenis x 100%... ...4 kerapatan seluruh jenis

Indeks Nilai Penting = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif...5 Summed Dominant Ration= kerapatan relatif + frekuensi relatif

%...6

Referensi

Dokumen terkait

Jika semua sektor ekonomi berperan dalam pergantian serupa, tetapi seperti peran yang sama mungkin tidak terjadi selain distribusi income awal yang dihasilkan dari pergantian

Tempat : Wisma PGRI Desa Binong KAKA SUMINTA... USEP

No NOMOR REGISTRASI POSISI YANG DILAMAR NAMA LENGKAP KABUPATEN /.. KOTA KECAMATAN NILAI

(2) Bagi kepala sekolah dapat meningkatkan motivasi guru dengan menjadikan diri kepala sekolah sebagai inspiratif guru dalam menjalankan tugasnya, membantu guru

Davis dan Hodgets yakin Kennison dapat menyelesaikan tugas tersebut meningat Kennison memiliki pengalaman bisnis yang kaya, dihormai di antara para subkontraktor

Hasil survei batimetri ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan alur pelayaran, daerah penangkapan ikan, serta pengembangan di wilayah survei tersebut.Tujuan

Yang dimaksud dengan konsep ini adalah adanya pengelolaan hutan atau meningkatkan akses antar generasi terhadap sumber daya dan berbagai manfaat ekonomi secara adil

Pada kalimat (22) saja muncul pada predikat yang mengalami inversi dan menunjukkan pertentangan 'kalau ia tidak bisa membohongi anaknya sendiri, bagaimana ia bisa membohongi