• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MISKONSEPSI IKATAN KIMIA DENGAN METODE THREE-TIER TEST PADA SISWA SMA KELAS X DI KOTA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS MISKONSEPSI IKATAN KIMIA DENGAN METODE THREE-TIER TEST PADA SISWA SMA KELAS X DI KOTA MEDAN."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MISKONSEPSI IKATAN KIMIA DENGAN METODE THREE-TIER TESTPADA SISWA SMA KELAS X DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Kimia pada Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh

ARDIANSYAH

8146141003

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ARDIANSYAH, Analisis Miskonsepsi Ikatan Kimia dengan Metode

Three-Tier Test pada Siswa SMA Kelas X Di Kota Medan. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Medan, 2016.

Analisis miskonsepsi ikatan kimia dengan metode Three-Tier Test pada siswa SMA Kelas X di Kota Medan dijelaskan dalam penelitian ini. Analisis miskonsepsi siswa sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam pembelajarannya. Siswa tidak mungkin mempelajari konsep selanjutnya jika konsep awal sudah salah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi siswa SMA di Kota Medan pada materi ikatan kimia. Populasi adalah siswa SMA kelas X Kota Medan. Sampel dipilih secara purposive sampling. Sampel berjumlah 109 siswa yang berasal dari SMA berakreditasi A di Kota Medan terdiri dari SMA A, SMA B, dan SMA C. Instrumen penelitian ini adalah tes diagnostik Three-Tier Test Ikatan Kimia yang telah diuji validitasnya oleh validator ahli. Sampel diberikan tes diagnostik dan wawancara mendalam. Berdasarkan hasil tes dan wawancara, sampel dikelompokkan berdasarkan pemahaman menjadi 4 kelompok, yaitu Tahu Konsep (TK), Tidak Tahu Konsep (TTK), Menebak (MB), dan Miskonsepsi (MK). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: (1) Sebanyak 48,98% siswa SMA Kota Medan mengalami miskonsepsi pada konsep ikatan kimia berturut-turut untuk SMA A, SMA B, dan SMA C adalah 53,33%, 41,74%, dan 54,58%. (2) Miskonsepsi terjadi pada konsep-konsep kestabilan unsur, menggambarkan lambang dan struktur lewis, ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan kovalen koordinasi. (3) Terdapat perbedaan tingkat miskonsepsi siswa SMA Kota Medan pada materi ikatan kimia dimana tingkat miskonsepsi terendah terdapat pada SMA B dan tertinggi pada SMA C. (4) Penyebab miskonsepsi pada siswa SMA Kota Medan adalah siswa sendiri, buku paket kimia yang digunakan, serta guru kimia.

(6)

ABSTRACT

ARDIANSYAH, Analyzing Misconception on Chemical Bonding Using Three-Tier Test Method at Students X Class Senior High School in Medan City. Theses. Postgraduate Program. State University of Medan, 2016

Analyzing misconception on chemical bonding using Three-Tier Test Method at students X class Senior High School in Medan City have been conducted. Analyzing students’ misconception is very important to help students in learning. Students may not learn next concept if the first concept is not correct. This research aims to determine misconception of Senior High School Medan students on chemical bonding. Sample is selected by purposive sampling techniques. The total number of samples are 109 student originated from A accreditation Senior High School in Medan City consist of SMA A, SMA B, and SMA C. Instrument in this research is a Three-Tier Diagnostic Test in chemical bonding that has been tested by expert validator. According to test and interview result, samples are grouped to 4 category, there are scientific conception, lack of knowledge, guess, and misconception. The result of this researh is obtained that : (1) There are 48,98% Senior High School Student in Medan City have misconception on chemical bonding concepts, for SMA A, SMA B, and SMA C are 53,33%, 41,74%, and 54,58% respectively.(2) Misconception occurs at stability elements, drawing of Lewis symbol and structures, ionic bonding, covalent bonding, and coordination covalent bonding concepts. (3) There are difference on misconception level at Senior High School Student in Medan City, the lowest level is SMA B and the highest level is SMA C. (4) Misconception at Senior High School Student in Medan City caused by student, chemistry textbooks, and chemistry teacher.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: “Analisis Miskonsepsi Ikatan Kimia Dengan Metode Three-Tier Test Pada Siswa SMA Kelas X Di KotaMedan”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam yakni Rasulullah Muhammad SAW, semoga mendapat syafaat dari beliau di Yaumil Masyar kelak, Amin.

Pada kesempatan ini penulis berkenan mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Iis Siti Jahro, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Ayi Darmana, M.Si sebagai Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. Kepada Ayahanda Drs. H. Nurzaini dan Ibunda H. Dasnimar terima kasih atas kasih sayang yang engkau berikan, dukungan, serta pengorbanan baik moril maupun materil yang tak terhitung nilainya dan tak dapat dibalas dengan apapun juga.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana

UNIMED

2. Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

3. Bapak Dr. Mahmud, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Kimia

4. Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si, Bapak Dr. Mahmud, M.Sc, dan BapakDr. Marham Sitorus, M.Siselaku Dosen Narasumber

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana UNIMED yang telah mengajar dan mendidik penulis

6. IbuProf. Dr. Retno Dwi Suyatni, M.Pdselaku validator ahli

(8)

8. Bapak dan Ibu guru SMAN 2 Medan, SMAN 3 Medan, dan Ibu guru SMAN 7 Medan.

9. Adik-adikku tersayang, Ani Yuliriani, Ondri Nurdiansyah, dan Zulfebri Nurdiansyah. Terimakasih atas doa dan motivasinya

10. Keluarga Besar di Pulau Birandang, Amak Udo, Tuok Uwuo, Uwuo Ijut, Bg Andus, Udo Deyi, Nga Rosi, Uwuo Iman, Nga Roman, dan Bg Eman yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis.

11. Keluarga Besar di Kampar, Air Tiris, dan Pekanbaru. Pak Ibut, Pak Pomi, Mak Inis, Etek Izur, Kak Ipit, Kak Desy, Bg Iwan dan Maknga Nima atas dukungan dan motivasinya.

12. Keluarga di Medan, Etek Inun, Apak, Vandy, dan Thomas yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis.

13. Teman-teman seperjuangan pendidikan kimia pascasarjana UNIMED, Hendra, Mbot, Heppy, Fath, Aca, Jumi, Iin, Dedel, Heru, Kak Lisa, Putri, Silvia, Lia, Risa, Fitri, Kak Resti, dan Riska.

14. Teman-teman kos di Medan, Hendra, Heru, Awi, Yogi, dan Ilham terimakasih karena telah banyak membantu dan canda tawanya.

15. Pak Sahat dan Ibuk yang telah banyak membantu selama kos di Medan. 16. Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tesis ini yang tak bisa

disebut satu persatu, terima kasih semuanya.

Semoga Allah SWT memberi balasan yang setimpal atas bantuan dan dukungan yang diberikan. Harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 1 Maret 2016

(9)

DAFTAR ISI 1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Identifikasi Masalah ...6 2.1. Konsep dan Miskonsepsi ...8

2.2. Miskonsepsi Pada Materi Ikatan Kimia ... 15

2.3.Two-Tier Diagnostic Test ...16

2.4.Certainty of Response Index ... 21

2.5.Three-Tier Diagnostic Test... 23

2.6. Identifikasi Miskonsepsi... 24

2.7. Kerangka Konseptual ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian... 26

3.2. Populasi dan Sampel... 26

3.3. Rancangan Penelitian ... 26

3.4. Instrumen Penelitian...27

3.5. Teknik Analisa Data...27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Penelitian ...30

4.2. Analisis miskonsepsi siswa berdasarkan kemampuannya... 30

4.3. Analisis miskonsepsi siswa pada setiap pertanyaan... 33

4.4. Faktor-faktor yang menyebabkan miskonsepsi siswa... 60

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Hal-hal yang menyebabkan miskonsepsi siswa ... 12

Tabel 2.2. Miskonsepsi pada materi ikatan kimia... 16

Tabel 2.3. Skala CRI dan keterangannya... 22

Tabel 2.4. Penggolongan konsep siswa berdasarkan jawaban dan CRI... 23

Tabel 2.5. Kriteria pengelompokkan konsepsi siswa... 24

Tabel 3.1. Kriteria pengelompokkan konsepsi siswa... 28

Tabel 4.1. Persentase miskonsepsi siswa SMA Kota Medan... 31

Tabel 4.2. Rata-rata kemampuan siswa SMA Kota Medan... 31

Tabel 4.3. Pengelompokan data berdasarkan kemampuan siswa... 32

Tabel 4.4. Persentase miskonsepsi setiap kelompok siswa... 33

Tabel 4.5. Soal nomor 1 dan jawabannya... 34

Tabel 4.6. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 1... 35

Tabel 4.7. Soal nomor 2 dan jawabannya... 36

Tabel 4.8. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 2... 36

Tabel 4.9. Soal nomor 3 dan jawabannya... 37

Tabel 4.10. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 3... 37

Tabel 4.11. Soal nomor 4 dan jawabannya... 38

Tabel 4.12. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 4... 39

Tabel 4.13. Soal nomor 5 dan jawabannya... 40

Tabel 4.14. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 5... 40

Tabel 4.15. Soal nomor 6 dan jawabannya... 41

Tabel 4.16. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 6... 42

Tabel 4.17. Soal nomor 7 dan jawabannya... 43

Tabel 4.18. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 7... 43

Tabel 4.19. Soal nomor 8 dan jawabannya... 44

Tabel 4.20. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 8... 44

Tabel 4.21. Soal nomor 9 dan jawabannya... 45

(11)

Tabel 4.23. Soal nomor 10 dan jawabannya... 47

Tabel 4.24. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 10... 47

Tabel 4.25. Soal nomor 11 dan jawabannya... 48

Tabel 4.26. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 11... 49

Tabel 4.27. Soal nomor 12 dan jawabannya... 50

Tabel 4.28. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 12... 50

Tabel 4.29. Soal nomor 13 dan jawabannya... 52

Tabel 4.30. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 13... 52

Tabel 4.31. Soal nomor 14 dan jawabannya... 53

Tabel 4.32. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 14... 53

Tabel 4.33. Soal nomor 15 dan jawabannya... 54

Tabel 4.34. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 15... 55

Tabel 4.35. Soal nomor 16 dan jawabannya... 56

Tabel 4.36. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 16... 56

Tabel 4.37. Soal nomor 17 dan jawabannya... 57

Tabel 4.38. Persentase pemahaman siswa pada soal nomor 17... 58

Tabel 4.39. Soal nomor 18 dan jawabannya... 59

(12)
(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus ... 67

Lampiran 2. Kisi-kisi soal tes diagnostik miskonsepsi... 71

Lampiran 3. SoalThree-Tier TestIkatan Kimia... 80

Lampiran 4. Kunci jawabanThree-Tier Test Ikatan Kimia... 86

Lampiran 5. Miskonsepsi dan sumber miskonsepsi dari wawancara... 87

Lampiran 6. Persentase distribusi respon siswa SMAN Kota Medan... 93

Lampiran 7. Skor dan kategori siswa SMAN Kota Medan... 97

Lampiran 8. Persentase pemahaman konsep siswa SMAN Kota Medan... 100

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia dan berperanan penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas dan sistem pendidikan yang mereka jalankan. Sistem pendidikan yang baik akan menjadikan suatu bangsa lebih mampu bersaing dengan bangsa lain dalam segala lini kehidupan. Pada saat ini, pendidikan Indonesia berada dalam kondisi gawat darurat dan jauh tertinggal dari negara lain (Republika, 2014).

Permasalahan dalam pendidikan kita adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang yang ada. Pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan berbagai cara, diantaranya dengan meningkatkan anggaran belanja dalam bidang pendidikan, peningkatan kompetensi guru, perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, dan pengembangan kurikulum nasional. Akan tetapi, mutu pendidikan Indonesia masih belum menunjukkan peningkatan yang berarti hingga saat ini.

Hal ini dibuktikan dari data yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga survei. Menurut survei yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development(OECD), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan 69 dari 76 negara di dunia, sedangkan Singapura menempati urutan pertama (BBC, 2015). Berdasarkan data dari The Learning Curve Pearson2014, Indonesia menempati urutan terakhir dari 40 negara dalam hal mutu pendidikan. Indonesia menjadi negara dengan mutu pendidikan terburuk dibawah Brazil, Argentina, Kolombia dan Thailand (Imaniar, 2014).

(16)

2

media massa. Hasil survei Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) pada tahun 2014 menyatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat 108 dari 187 negara di dunia (UNDP, 2014).

Kimia merupakan ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya (Chang, 2003). Dalam mempelajari kimia, siswa dituntut memahami konsep, karena belajar kimia menitikberatkan pada pemahaman konsep (Dahar, 1991). Menurut Jahro (2009), mempelajari ilmu kimia selain untuk menguasai kumpulan pengetahuan berupa konsep, fakta, dan prinsip, juga merupakan suatu proses penemuan dan penguasaan prosedur dan metode ilmiah. Hal ini berarti bahwa pembelajaran kimia menekankan bagaimana caranya siswa agar dapat menguasai konsep, bukan hanya sekedar meghafal konsep-konsep tersebut.

Menurut Pinker (2003), siswa yang hadir di kelas umumnya tidak dengan kepala kosong, melainkan mereka telah membawa sejumlah pengalaman atau ide-ide yang dibentuk sebelumnya ketika mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Gagasan atau ide yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya ini disebut dengan prakonsepsi atau konsep alternatif. Siswa mengembangkan konsep-konsep tertentu tentang konsep-konsep ilmiah yang didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari, media, dan interaksi siswa terhadap orang lain (Aydin, 2009).

(17)

3

Ikatan kimia merupakan pokok bahasan yang diajarkan di kelas X SMA semester I berdasarkan kurikulum 2013. Ikatan kimia merupakan satu pokok bahasan tentang konsep-konsep dasar yang penting dalam ilmu kimia (Hanson, 2015). Banyak konsep-konsep yang diajarkan dalam pelajaran kimia SMA sangat bergantung pada pemahaman yang berhubungan dengan ikatan kimia.

Berdasarkan informasi dari beberapa guru kimia yang mengajar di SMA Negeri Kota Medan, ditemukan bahwa nilai tes yang didapatkan sebagian siswa pada pokok bahasan ikatan kimia tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya konsep dalam pokok bahasan ikatan kimia yang bersifat abstrak (Taber dan Coll, 2002). Siswa tidak bisa melihat atom, strukturnya, dan interaksi antara atom yang satu dengan atom yang lainnya. Akibatnya sangat sulit bagi siswa untuk memahami konsep tersebut dan mendorong terjadinya miskonsepsi (Tan dan Treagust, 1999).

Siswa yang mengalami miskonsepsi akan kesulitan dalam kegiatan pembelajaran karena tidak mungkin mempelajari konsep selanjutnya jika konsep awal yang dimilikinya sudah tidak tepat. Oleh karena itu, identifikasi konsepsi siswa sangat diperlukan untuk membantu siswa memahami konsep dengan tepat dan mencegah terjadinya miskonsepsi pada waktu yang akan datang. Selain itu, dengan menyadari adanya miskonsepsi pada siswa dapat membantu perancang kurikulum dan guru dalam mempersiapkan dan menyajikan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa (Horton, 2004).

(18)

4

ion. Dia menemukan bahwa sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi tentang struktur kisi natrium klorida dan ikatan ion yang terbentuk.

Unal dan kawan-kawan (2010) telah melakukan penelitian miskonsepsi ikatan kovalen pada siswa di Turki. Siswa mengalami miskonsepsi tentang jenis atom yang membentuk ikatan kovalen, ikatan kovalen yang terbentuk, jenis ikatan kovalen, sifat-sifat ikatan kovalen raksasa. Penelitian terbaru tentang miskonsepsi yang dilakukan oleh Sari dan Nasrudin (2015) mengungkapkan bahwa siswa kelas X SMA Negeri 4 Sidoarjo mengalami miskonsepsi tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan kepolaran senyawa.

Gudyanga dan Madambi (2014) mengemukakan bahwa miskonsepsi siswa tentang ikatan kimia disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: (1) istilah dan penjelasan yang digunakan oleh guru, (2) penyajian konsep-konsep dalam buku teks, (3) komunikasi yang tidak efektif antara siswa dan guru, (4) pendekatan pembelajaran sederhana dan (5) guru yang tidak berkompetensi.

Metode yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi adalah tes pilihan ganda, peta konsep, wawancara, tes dua tingkat (two-tier test). Metode two-tier test lebih unggul dibandingkan metode lainnya karena lebih efektif dari segi waktu, mudah diujicobakan, penskorannya lebih objektif, serta hasilnya lebih akurat untuk mendeteksi miskonsepsi siswa (Akkus, dkk., 2011). Selain itu, two-tier test dapat dijadikan alternatif untuk menguji kemampuan siswa karena menuntut kemampuan kognitif lebih tinggi (Tuysuz, 2009). Namun, Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak dapat membedakan antara siswa yang miskonsepsi dengan siswa kurang ilmu. Untuk mengatasi kelemahan ini, metode two-tier test dapat dikombinasikan dengan metode Certainty of Response Index (CRI) yang dikembangkan oleh Hasan dan kawan-kawan (1999) menjadi metodethree tier-test.

(19)

5

sampai lima alasan untuk jawaban bagian pertama. Jika pada setiap tingkat terdiri dari lima jawaban, maka dari kelima jawaban tersebut terdapat satu jawaban benar dan empat distraktor. Distraktor berisi konsep alternatif siswa yang bisa didapat dari literatur dan wawancara (Mutlu dan Sesen, 2015).

Hasan dan kawan-kawan (1999) telah mengembangkan metode Certainty of Response Index (CRI) untuk membantu mengidentifikasi miskonsepsi siswa. Metode CRI menghubungkan jawaban yang dipilih siswa dengan indeks tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban tersebut. Semakin tinggi indeks CRI maka semakin yakin pula siswa atas jawabannya. Jika indeks CRI tinggi dan jawaban benar, maka siswa dikatakan paham konsep. Namun, jika indeks CRI tinggi dan jawaban siswa salah, maka dikatakan siswa mengalami miskonsepsi. Sedangkan jika CRI rendah dan jawaban salah, maka dikatakan siswa tidak tahu konsep. Kelemahan dalam metode ini adalah masih besarnya persentase siswa menebak jawaban dan memberikan indeks CRI.

Metodethree tier-test merupakan gabungan dari metode two-tier test dan CRI dimana metode ini terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama biasanya berbentuk pilihan ganda, tingkat kedua merupakan alasan dari jawaban pada tingkat pertama, dan tingkat ketiga merupakan indeks kepercayaan diri siswa untuk dua tingkat sebelumnya (Pesman, 2005). Metode ini dapat membedakan siswa yang mengalami miskonsepsi dengan siswa yang kurang ilmu serta memperkecil persentase siswa dalam menebak jawaban.

(20)

6

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Konsep awal yang dimiliki siswa sering berbeda dengan konsep yang sebenarnya

2. Siswa menafsirkan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan mereka sendiri

3. Siswa kesulitan memahami materi ikatan kimia karena sebagian besar konsepnya bersifat abstrak.

4. Di dalam proses belajar mengajar, konsep yang diciptakan siswa dapat berbeda dari konsep yang sebenarnya yang disebut dengan miskonsepsi 5. Siswa mengalami miskonsepsi pada materi ikatan kimia

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup masalah dan agar penelitian ini lebih terfokus serta keterbatasan peneliti, maka dalam penelitian ini masalah dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1) Penguasaan konsep yang diteliti adalah konsep Ikatan Kimia yang meliputi : kestabilan unsur, lambang dan struktur lewis, ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan koordinasi.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Berapa persen besarnya tingkat miskonsepsi siswa SMA di Kota Medan?

2) Apa saja konsep-konsep yang mengalami miskonsepsi pada siswa SMA di Kota Medan?

3) Adakah perbedaan tingkat miskonsepsi diantara siswa di SMA Kota Medan pada materi Ikatan Kimia?

(21)

7

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam peneltian ini adalah :

1) Untuk mengetahui seberapa besar tingkat miskonsepsi siswa SMA di Kota Medan.

2) Untuk mengetahui pada konsep-konsep apa saja siswa SMA di Kota Medan mengalami miskonsepsi dalam materi ikatan kimia

3) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat miskonsepsi diantara siswa SMA di Kota Medan pada materi Ikatan Kimia.

4) Untuk mengetahui penyebab miskonsepsi siswa di Kota Medan pada materi Ikatan Kimia.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1) Memberi informasi kepada guru agar menemukan strategi mengajar yang dapat menghindari terjadinya miskonsepsi khususnya pada pokok bahasan ikatan kimia.

2) Bagi seluruh siswa kelas X SMA di kota Medan memiliki kesempatan agar lebih memahami konsep-konsep kimia dengan benar

3) Untuk pihak penyusunan kurikulum, sebagai masukan dalam menyusun kurikulum agar lebih memperhatikan pola pikir anak didiknya

Gambar

Gambar 3.1. Alur penelitian miskonsepsi ...........................................................

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan guru dengan melakukan tes guling depan setelah proses pembelajaran selesai, menunjukan adanya peningkatan

ROSLINA HULU: Analisis Keragaman Genetik Bawang Merah (Allium ascalonicum L .) pada Beberapa Aksesi di Samosir Menggunakan Marka RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA),

Untuk mendukung pengembangan bawang merah di Sumatera Utara diperlukan kegiatan pemuliaan yang dapat menghasilkan klon bawang merah yang berdaya hasil tinggi, salah satunya

PERKEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH / KHUSUSNYA DI YOGYAKARTA CUKUP MENGGEMBIRAKAN // SELAIN DARI JUMLAH ASSET YANG DIMILIKI / PERTAMBAHAN JUGA TERJADI DI SISI JUMLAH LEMBAGA

Dalam penyusunan EDS, pengembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan menggunakan panduan yang disusun oleh BSNP dengan melibatkan beberapa komponen yaitu Kepala Sekolah,

Apabila Saudara tidak hadir sesuai jadwal tersebut di atas dengan alasan yang tidak dapat diterima, maka perusahaan Saudara beserta Pengurusnya dimasukkan ke dalam Daftar Hitam

Khusus m engenai Kota Palu, yang merupakan ibu­ kota Kabupaten Donggala dan juga merupakan ibukota Propinsi Sulawesi Tengah, pada pmulisan ini dite - ta pkan

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara status ekonomi dengan pengetahuan terhadap penyebab, tanda – tanda dan pengelolaan kanker mulut (p=0,000).