PERANAN LEMBAGA PERLINDUNGAN ANAK DALAM
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN LERHADAP ANAK
YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN
SEKSUAL (SLUDI KASUS DI KPAID
PROVINSI SUMALERA ULARA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Rahmi Sarah Paramita NIM. 3113111050
FAKULLAS ILMU SOSIAL
UNIVERSILAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan nikmat, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Di samping persyaratan akademis, skripsi ini juga merupakan bentuk ungkapan kepedulian penulis terhadap pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap pembaca. Adapun judul skripsi ini yaitu “Peranan Lembaga Perlindungan Anak dalam Memberikan Perlindungan terhadap Anak yang Menjadi Korban Kekerasan Seksual (Studi Kasus di KPAID Provinsi Sumatera Utara”.
iii
terbaik kepada kedua orangtua penulis sebagai bentuk rasa terimakasih yang tulus karena kedua orangtua penulis tidak pernah lelah merangkul penulis saat penulis patah semangat, tidak ada yang peduli serta putus asa. Penulis merasa apa yang dicapai selama ini tidak lepas dari doa yang selalu dipanjatkan kedua orangtua penulis selama ini, sehingga penulis akan selalu mencoba untuk menjadi apa yang diinginkan kedua orangtua penulis.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
3. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial.
4. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial. 5. Bapak Drs. Waston Malau, M.SP., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial.
6. Ibu Dr. Reh Bungana Beru PA, SH, M.Hum., selaku Ketua Jurusan PPKn dan
Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis sekaligus juga yang telah dianggap sebagai orang tua bagi penulis.
iv
8. Ibu Dra. Rosnah Siregar, SH, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Penguji sekaligus yang telah dianggap sebagai orang tua bagi penulis.
9. Bapak Parlaungan G. Siahaan, SH, M.Hum., selaku Dosen Penguji yang telah
banyak memberi bimbingan dan masukan kepada penulis.
10. Bapak M. Fahmi Siregar, SH, MH., selaku Dosen Penguji yang juga telah banyak memberi motivasi, arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis.
11. Bapak/Ibu Dosen serta Staf Jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan.
12. Seluruh Komisioner dan Staf di KPAID Provinsi Sumatera Utara yang telah
mendukung, memberikan izin serta membantu penulis selama melakukan penelitian.
13. Risda Handayani Tanjung selaku kakak penulis yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dan Royhan Farizqi Tanjung selaku adik penulis yang selalu mendesak penulis untuk menyelesaikan skripsi ini agar bisa foto bersama pada saat memakai toga ketika wisuda.
14. Keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan dukungan, baik secara moril maupun materil atas kelancaran penyelesaian skripsi.
15. Keluarga besar mahasiswa PPKn Regular B stambuk 2011 yang selama ini
telah bersama-sama menempuh pendidikan pada saat belajar di jurusan PPKn.
16. Keluarga besar mahasiswa Jurusan PPKn yang senantiasa mendukung penulis
v
17. Afnida Sari Napitupulu selaku adik, saudara dan sahabat yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis, yang selalu menemani penulis ketika penelitian dan selalu ada saat penulis merasa putus asa. Hastika Novia Putri selaku kakak dan sahabat penulis yang selalu menyempatkan diri untuk memberikan kata-kata penyemangat kepada penulis sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
18. Rahmita Pertiwi dan Fadhillah Arisandy selaku teman kost, saudara, dan sahabat penulis yang selalu setia menemani penulis selama menempuh pendidikan hingga menyelesaikan pendidikan ini, yang selalu menemani penulis dalam suka duka serta tangis dan tawa serta selalu memberikan energi positif kepada penulis agar menyelesaikan skripsi yang tidak selesai-selesai ini.
19. Seluruh teman PPLT SMK Al-Washliyah 2 Perdagangan yang telah
bersama-sama melalui pengalaman praktik mengajar serta senantiasa mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi.
20. Seluruh siswa-siswi SMK Al-Washliyah 2 Perdagangan yang telah membantu
dan mau bekerjasama pada saat penulis melakukan praktik mengajar di sekolah tersebut.
vi
dukungan yang telah diberikan dapat menjadi amalan dan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.
Medan, April 2016 Penulis,
vii
2. Anak Menjadi Korban Kekerasan Seksual ... 14
3. Perlindungan Anak ... 16
3.1. Pengertian Perlindungan Anak ... 16
3.2. Hukum Perlindungan Anak ... 21
4. Lembaga Perlindungan Anak ... 22
B. Kerangka Ber4ikir ... 24
viii
E. Variabel Penelitian dan Defenisi O4erasional ... 30
1. Variabel Penelitian ... 30
2. Defenisi O4erasional ... 30
F. Teknik Pengum4ulan Data ... 30
G. Teknik Analisis Data ... 31
TAT IV PERANAN DAN KENDALA KPAID PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM MEMTERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORTAN KEKERASAN SEKSUAL ... 3P A. Deskri4si Lokasi Penelitian ... 33
B. Peranan KPAID Provinsi Sumatera Utara dalam Memberikan Perlindungan terhada4 Anak yang Menjadi Korban Kekerasan Seksual ... 33
x
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. ... 20
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pertafyaaf Wawafcara
2. Data Pefgaduaf Kasus ke Kpaid Provifsi Sumatera Utara
3. Nota Tugas
4. Surat Izif Pefelitiaf dari Jurusaf
5. Surat Izif Pefelitiaf dari FIS
6. Surat Keterafgaf telah Mefgadakaf Pefelitiaf
7. Surat Keterafgaf Bebas Perpustakaaf dari Jurusaf
8. Surat Keterafgaf Bebas Perpustakaaf dari Perpustakaaf UNIMED
9. Daftar Peserta Semifar Proposal Pefelitiaf Mahasiswa Jurusaf PPKf
10. Kartu Bimbifgaf Skripsi
11. Perfyataaf Keasliaf Tulisaf
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang
sedang banyak dibicarakan, baik di lingkungan masyarakat maupun di berbagai
media massa. Pembahasan mengenai anak seolah-olah tidak ada habisnya.
Permasalahan mengenai anak selalu mendapat perhatian khusus oleh semua
kalangan. Melakukan kajian tentang anak sangat menarik, mengingat anak
merupakan generasi penerus bangsa. Anak merupakan aset bangsa yang akan
menjadi penerus cita-cita bangsa, sehingga anak layak untuk mendapatkan
bimbingan dan perlindungan dari segala macam ancaman baik yang bersifat fisik
maupun mental.
Bimbingan dan perlindungan perlu dilakukan karena anak rentan terhadap
segala ancaman yang terjadi pada dirinya. Ancaman yang terjadi pada anak dapat
membuat anak merasa tertekan sehingga berpotensi menghambat pertumbuhan
dan perkembangannya. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka akan
berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik
maupun mental. Anak dapat mengalami trauma yang akan selalu membekas
terhadap kejiwaan dan perkembangan anak.
Dengan melihat hal ini, maka anak perlu mendapatkan perhatian bahkan
perlindungan khusus, sehingga anak dapat merasa nyaman dalam setiap aktivitas
yang dilakukannya. Dikatakan demikian karena perlakuan terhadap anak dan
2
orang dewasa sangat berbeda. Anak haruslah diperlakukan selayaknya terhadap
seorang anak, tidak dapat disamakan perlakuannya terhadap orang dewasa atau
menjadikan orang dewasa sebagai tolok ukur dalam memperlakukan anak.
Seperti yang tercantum dalam Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Pasal ini menunjukkan bahwa anak harus dilindungi
dari kekerasan maupun diskriminasi.
Kekerasan maupun diskriminasi yang dimaksudkan dapat diambil contoh
saat anak menjadi korban kekerasan seksual di dalam kehidupannya. Tidak dapat
dipungkiri seorang anak dapat menjadi korban kekerasan seksual yang dapat
menyebabkan tertekannya psikis anak. Hal ini berdasarkan fakta yang ada bahwa
tingginya tingkat kekerasan seksual yang dialami anak.
Seperti yang diungkapkan oleh Anshor (2014 : 1) bahwa Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, dari bulan Januari sampai
Agustus tahun 2014, telah terjadi sebanyak 621 (enam ratus dua puluh satu) kasus
kejahatan seksual terhadap anak, sedangkan pada tahun 2013 tercatat sebanyak
590 (lima ratus sembilan puluh) kasus. Data lain juga dikemukakan oleh
Dwiatmodjo (2011 : 202), bahwa dari 1998 kasus kekerasan anak pada tahun
2009, sekitar 62,7% adalah kasus kekerasan seksual (sodomi, perkosaan,
pencabulan, dan incest) yang diadukan ke Komisi Nasional Perlindungan Anak.
Data yang tercantum di dalam koran Sumut Pos pada tanggal 06 Mei 2014
3
kasus tertinggi kedua setelah kasus hak kuasa asuh yang ditangani oleh KPAID
Provinsi Sumatera Utara dan setiap tahunnya kasus kekerasan seksual ini
mengalami peningkatan. Adapun pada koran Jurnal Asia pada tanggal 06 Mei
2014 bahwa merujuk pada tahun 2011, 2012, dan 2013 kekerasan seksual
mengalami peningkatan di Sumatera Utara namun tidak signifikan. Data inilah
yang merupakan pengaduan masyarakat ke KPAID Provinsi Sumatera Utara.
Seperti yang dikatakan Piliang dalam Koran Jurnal Asia pada tanggal 06 Mei
2014 bahwa pada tahun 2012 kasus kekerasan seksual sebanyak 52 kasus, pada
tahun 2013 sebanyak 54 kasus, dan sepanjang Januari hingga April 2014 sebanyak
16 kasus.
Data yang dicatat oleh KPAI dan KPAID Provinsi Sumatera Utara
merupakan sebuah tamparan keras bagi bangsa Indonesia karena setiap tahunnya
kekerasan seksual yang dilaporkan ke KPAI khususnya KPAID Provinsi
Sumatera Utara justru meningkat bukannya mengalami penurunan. Jika hal ini
dibiarkan berkelanjutan maka anak-anaklah yang akan menjadi korbannya.
Padahal diketahui bahwa anak adalah mutiara bangsa yang harus dijaga untuk
masa depan bangsa Indonesia nantinya. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan
Linda (dalam Dwiatmodjo, 2011 : 202) yang mengatakan bahwa perempuan dan
anak Indonesia mendapat perlindungan dari tindak kekerasan, diskriminasi,
eksploitasi, dan perlakuan salah.
Melihat hal ini, maka anak yang menjadi korban kekerasan seksual perlu
mendapatkan perlindungan agar dirinya tidak merasa sendiri dalam menghadapi
4
negara, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Komisi Perlindungan Anak
Indonesia dapat mendampingi seorang anak yang menjadi korban kekerasan
seksual.
Lembaga ini adalah salah satu lembaga yang dibentuk pemerintah untuk
menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan anak, tidak terkecuali kasus
anak yang menjadi korban kekerasan seksual. Akan tetapi, lembaga perlindungan
anak di Indonesia belum mampu sepenuhnya mengatasi serta mengurangi
berbagai persoalan anak, terutama anak yang korban kekerasan seksual. Kondisi
ini semakin memprihatinkan, karena melihat semakin banyak anak yang menjadi
korban kekerasan seksual, namun perlindungan terhadap anak belum maksimal
dilakukan oleh lembaga perlindungan anak.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka perlu
dilakukan penelitian dengan judul MPeranan Lembaga Perlindungan Anak
dalam Memberikan Perlindungan terhadap Anak yang Menjadi Korban
Kekerasan Seksual (Studi Kasus di KPAID Provinsi Sumatera Utara)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasikan
masalah dalam penelitian, sebagai berikut :
1. Tingkat urgensi perlindungan anak yang menjadi korban kekerasan
seksual.
2. Upaya perlindungan terhadap anak yang menjadi korban kekerasan
5
3. Peranan lembaga perlindungan anak dalam memberikan
perlindungan terhadap anak yang menjadi korban kekerasan
seksual.
4. Kendala yang dihadapi lembaga perlindungan anak dalam
memberikan perlindungan terhadap anak yang menjadi korban
kekerasan seksual.
C. Pembatasan Masalah
Suatu masalah perlu dibatasi agar tampak fokus yang akan diteliti serta
mengarahkan pandangan pada pembahasan. Untuk memberikan batasan agar
penelitian terfokus dan terarah, maka penelitian dibatasi:
1. Peranan lembaga perlindungan anak dalam memberikan
perlindungan terhadap anak yang menjadi korban kekerasan seksual.
2. Kendala yang dihadapi lembaga perlindungan anak dalam
memberikan perlindungan terhadap anak yang menjadi korban
kekerasan seksual.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan lembaga perlindungan anak dalam memberikan
perlindungan terhadap anak yang menjadi korban kekerasan seksual?
2. Apa sajakah kendala yang dihadapi lembaga perlindungan anak
dalam memberikan perlindungan terhadap anak yang menjadi korban
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui peranan lembaga perlindungan anak dalam
memberikan perlindungan terhadap anak yang menjadi korban
kekerasan seksual.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi lembaga perlindungan
anak dalam memberikan perlindungan terhadap anak yang menjadi
korban kekerasan seksual.
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian tentu ada manfaatnya, sehingga hasil penelitian ini
diharapkan berguna bagi :
Bagi pemerintah dan masyarakat:
1. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan acuan agar aparat pemerintah
dan masyarakat dapat lebih mengetahui peranan lembaga perlindungan
anak dalam memberikan perlindungan terhadap anak yang menjadi korban
kekerasan seksual.
2. Menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi jurusan PPKn di Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Bagi peneliti :
1. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan acuan dalam mengembangkan
7
2. Hasil penelitian dijadikan sebagai bahan referensi, terutama bagi peneliti
berikutnya yang berminat untuk meneliti permasalahan yang terkait
656 6
BABBVB
KESIMPULANBDANBSARANB
A. KesimpulanB
1. Peranan KPAID Provinsi Sumatera Utara antara lain adalah merumuskan
empat kebijakan yang berhubungan dengan perlindungan anak.
Kebijakan-kebijakan yang dirumuskan berguna sebagai landasan hukum bagi KPAID
Provinsi Sumatera Utara dalam menangani kasus-kasus yang terjadi pada
anak. Di Sumatera Utara kasus kekerasan seksual setiap tahunnya
meningkat sehingga KPAID Provinsi Sumatera Utara mendesak
kabupaten/kota untuk membentuk KPAID Kabupaten/Kota. Pembentukan
KPAID Kabupaten/Kota bertujuan untuk membantu KPAID Provinsi
Sumatera Utara apabila ada kasus kejahatan pada anak terutama kasus
kekerasan seksual sehingga penanganannya cepat dilakukan.
2. Dalam menangani kasus kekerasan seksual, KPAID Provinsi Sumatera
Utara banyak menghadapi kendala. Kendala yang dihadapi KPAID
Provinsi Sumatera Utara dalam menangani kasus kekerasan seksual adalah
kurangnya bukti dalam kasus kekerasan seksual. Apabila buktinya hanya
berupa surat visum, maka aparat penegak hulum masih berpikir apakah
kasus ini akan dilanjutkan atau tidak, karena aparat penegak hukum
berlandaskan kepada “unus testis nullus testis (satu saksi bukanlah saksi)”.
Kendala lain yang dihadapi adalah sarana dan prasarana yang tidak
mendukung, padahal seperti yang diketahui bahwa korban kekerasan
seksual pasti mengalami trauma sehingga dibutuhkan dokter pendamping
666 6
dan pendampingan psikososial, namun dokter pendamping dan
pendampingan psikososial ini tidak akan ditemukan di daerah-daerah.
B. SaranB
Berdasarkan hasil penelitian, KPAID Provinsi Sumatera Utara
menunjukkan adanya peranan yang dilakukan dalam memberikan perlindungan
terhadap anak yang menjadi korban kekerasan seksual. Akan tetapi di dalam
menjalankan peranannya, KPAID Provinsi Sumatera Utara banyak menemui
kendala, sehingga penanganan kasus kekerasan seksual pada anak masih kurang
maksimal. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk memberikan saran yang dapat
berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama tentang peran KPAID
Provinsi Sumatera Utara dalam memberikan perlindungan terhadap anak yang
menjadi korban kekerasan seksual. Maka beberapa saran yang dimaksud adalah :
1. KPAID Provinsi Sumatera Utara harus lebih memaksimalkan kinerjanya
dalam melakukan perlindungan terhadap anak yang menjadi korban
kekerasan seksual. KPAID Provinsi Sumatera Utara harus lebih
meningkatkan perhatian serta melakukan pencegahan dengan berbagai
cara agar kasus kekerasan seksual terhadap anak dapat menurun karena
melihat kasus kekerasan seksual pada anak di Sumatera Utara meningkat
setiap tahunnya.
2. KPAID Provinsi Sumatera Utara harus lebih serius untuk mendesak
pemerintah kabupaten/kota untuk membentuk KPAID Kabupaten/Kota
sehingga penanganan kasus kekerasan seksual di daerah dapat lebih intens
676 6
penegak hukum dan masyarakat agar lebih memberikan perhatian serta
peduli terhadap perlindungan anak sehingga hak-hak anak tidak
terabaikan.
3. Korban juga harus lebih berani untuk mengungkapkan kekerasan seksual
yang dialaminya agar pelaku mendapatkan hukuman sesuai dengan
perbuatannya, serta mau bekerjasama dengan KPAID Provinsi Sumatera
Utara untuk kasus yang dialaminya agar KPAID Provinsi Sumatera Utara
daoat membantu dengan maksimal sehingga korban mendapatkan keadilan
68
DAFTAR PUSTAKA
Anshors Maria Ulfa. 2014. Menghentikan Kekerasan dan Diskriminasi terhadap
Anak dan Kelompok Minoritas dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Makalah disampaikan pada Konferensi INFID “Re-demokratisasi Ekonomis Sosials dan Politik untuk Pembangunan Nasional. 14-15 Oktober 2014. Jakarta.
Arikuntos Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Arikuntos Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Edisi 14 Jakarta : Rineka Cipta
Djamils M. Nasir. 2013. Anak Bukan untuk Dihukum : Catatan Pembahasan UU Sistem Peradilan Pidana Anak (UU-SSPA). Jakarta : Sinar Grafika.
Dwiatmodjos Haryanto. 2011. Pelaksanaan Perlindungan Hukum terhadap Anak
yang Menjadi Korban Tindak Pidana di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banyumas. Jurnal Dinamika Hukum Volume 11 No. 2 Mei 2011. Gultoms Maidin. 2013. Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan.
Bandung : PT Refika Aditama.
Gultoms Maidin. 2013. Perlindungan Hukum Terhadap Anak : Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Bandung : PT Refika Aditama.
Hidayatis Nur. 2014. Perlindungan Anak terhadap Kejahatan Kekerasan Seksua
(Pedofilia). Jurnal Pengembangan Humaniora Volume 14 No. 1 April 2014.
Jurnal Asia. 06 Mei 2014. Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat di Sumut.
Kartikasaris Vina. 2013. Tinjauan Yuridis tentang Urgensi Perlindungan Hukum terhadap Anak sebagai Korban Tindak Pidana Perkosaan. Skripsi. Malang. Universitas Brawijaya.
Kartonos Kartini. 2007. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : Mandar Maju.
Marlina. 2012. Peradilan Pidana Anak di Indonesia : Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice. Bandung : PT Refika Aditama.
69
Nashriana. 2014. Perlindungan Hukum Pidana bagi Anak di Indonesia. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Paramastris Iras dkk. 2010. Early Prevention Toward Sexual Abuse on Children. Jurnal Psikologi Volume 37 No. 1 Juni 2010 : 1-12.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Purwatiningsihs Ary. 2008. Implementasi Kebijakan Perlindungan Anak atas Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) berdasarkan Pasal 66 UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Studi di Kota Surakarta). Tesis. Surakarta : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Rahardjos Budis dkk. 2015. Konsep dan Pengertian PUHA : Pengarusutamaan Hak Anak. _______ : Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan. Republika. 30 Oktober 2015. Perlindungan Anak di Era Jokowi.
Salams Moch. Faisal. 2005. Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia. Bandung : Mandar Maju.
Saraswati dan Merlin. 2013. Kekerasan Seksual pada Anak. Jakarta : Angsa Merah.
Soetedjos Wagiati dan Melani. 2013. Hukum Pidana Anak. Bandung : PT Refika
Aditama.
Sumut Pos. 06 Mei 2014. Kekerasan Seksual Anak Tertinggi Kedua di Sumut. Suyantos Bagongs dkk. 2011. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta : Kencana
Tim Pulih Newsletter. 2009. Kekerasan Seksual pada Anak. Newsletter Volum 14 Desember 2009.
UUD Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
70
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak.