• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF ORANG TUA DALAM MEMILIH TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF ORANG TUA DALAM MEMILIH TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIF ORANG TUA DALAM MEMILIH TEMPAT PENITIPAN ANAK

(TPA)

SKRIPSI

Oleh :

Eko Bagoes Himawan 201010230311274

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

MOTIF ORANG TUA DALAM MEMILIH TEMPAT PENITIPAN ANAK

(TPA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

Eko Bagoes Himawan 201010230311274

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Motif Orang Tua Dalam Memilih Tempat Penitipan Anak (TPA) 2. Nama Peneliti : Eko Bagoes Himawan

3. NIM : 201010230311274

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : Februari 2014 – Desember 2015

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 22 April 2016

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Zakarija Achmat, S.Psi, Msi ( )

Anggota Penguji : 1. Trimuji Ingarianti, S.Psi, M.Psi ( )

2. Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi ( )

3.Susanti Prasetyaningrum, S.Psi, M.Psi ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Zakarija Achmat, S.Psi, Msi Trimuji Ingarianti, S.Psi, M.Psi

Malang, 23 Mei 2016 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Eko Bagoes Himawan

Nim :201010230311274

Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

Motif Orang Tua Dalam Memilih Tempat Penitipan Anak (TPA)

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, 23 Mei2016

Mengetahui

Ketua Program Studi Yang menyatakan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta shalawat dan salam yang hanya tercurah kepada Rasulullah Muhammad S.A.W, penulisan skripsi ini dengan judul

“Motif Orang Tua Dalam Memilih Tempat Penitipan Anak (TPA)” diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhamadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjukserta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah mengajarkan, memberikan arahan, memberikan motivasi dan pengetahuanuntuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Trimuji Ingarianti, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak memberikan masukan dan mengajarkantentang bagaimana menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.

4. Ayah dan Ibuku tercinta beserta keluarga yang tidak pernah berhenti mendoakan dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Calon pendampingku Emanita Soraya S.Farm yang selalu mendoakan dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabatku Yusub, Deni, Baskoro, Yoga, Syahrul, Pramudi, Alvan, Aldo, Nofal Galahad,teman-teman kos B.7, yang selalu membantu dan mengingatkan dalam penyelesaian tugas skripsi ini.

7. Teman-teman angkatan 2010, 2009 dan angkatan 2011 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 23 Mei2016 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PENYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

INTISARI ... 1

PENDAHULUAN ... 2

LANDASAN TEORI ... 5

Motif ... 5

Ciri-Ciri Motif ... 5

Fungsi Motif ... 6

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif ... 6

Jenis Motif ... 7

Karakteristik Individu Dalam Penggunaan Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik .... 7

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik ... 7

METODE PENELITIAN ... 8

Rancangan Penelitian ... 8

Subjek Penelitian ... 8

Tujuan Penelitian ... 8

Manfaat Penelitian...8

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 9

Prosedur dan Analisa Data Penelitian ... 9

HASIL PENELITIAN ... 9

DISKUSI ... 11

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(7)

DAFTAR TABEL

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Skala Penelitian ... 17

2. Data Kasar Hasil Penelitian ... 21

3. Surat Keterangan Penelitian 1 ... 23

4. Surat Keterangan Penelitian 2 ... 24

(9)

MOTIF ORANG TUA DALAM MEMILIH TEMPAT PENITIPAN ANAK

(TPA)

Eko Bagoes Himawan

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

Orang tua tentu akan sangat hati-hati dalam memilih tempat penitipan anak untuk anaknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif orang tua dalam memilih tempat penitipan anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Jumlah subjek sebanyak 100 orang dengan menggunakan teknik purpose sampling dalam pengambilan sampelnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam memilih tempat penitipan anak, orang tua cenderung menggunakan motif intrinsik dibandingkan dengan menggunakan motif ekstrinsik. Yaitu dari keseluruhan subjek yang berjumlah 100 orang, terdapat 58% subjek menggunakan motif intrinsik, dan terdapat 42% subjek yang menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Hal ini berarti dalam memilih tempat penitipan anak, orang tua lebih menggunakan dorongan yang berasal dari dalam diri yang menggerakkan untuk bertingkah laku atau mengambil keputusan karena adanya kebutuhan yang ingin dipenuhi.

Kata Kunci: Motif, orang tua, tempat penitipan anak

Parents would be very careful in choosing a daycare for their children. The purpose of this study was to determine the motives of parents in choosing daycare. This type of research is descriptive quantitative. Number of subjects as many as 100 people by using purposive sampling technique in sample collection. The results showed that in choosing a daycare, parents tend to use the intrinsic motif compared to using extrinsic motives . That is from the whole subject of the 100 people, There are 58 % of the subjects using the intrinsic motives, and there are 42 % of the subjects who use extrinsic motives in choosing a daycare. This means choosing a daycare, parents prefer using the boost comes from within that drives to behave or make decisions for their needs to be met.

(10)

Anak adalah pusaka orang tua. Hampir segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua, selalu mempertimbangkan anak. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa dalam mengambil keputusan terkait anak, apapunakandilakukan orang tua demi kebaikananaknya. Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial yang befungsi sebagai pengembangan keturunan melalui perkawinan serta sebagai tempat pemeliharaan anak. Adanya perkawinan bertujuan melestarikan keturunan supaya ada generasi penerus. Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama yang diperoleh anak. Selain itu peran orang tua diperlukan dalam proses tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam keluarga terkandung dalam pasal 1 ayat 11 Undang-Undang no. 23 thn. 2002 tentang perlindungan anak (UU perlindungan anak)

terdapat istilah “Kuasa Asuh” yaitu kekuasaan orang tua untuk mengasuh, mendidik, memelihara, membina, melindungi dan menumbuh kembangkan anak sesuai dengan agama yang di anutnya dan kemampuan bakat serta minatnya. Kewajiban sebagai orang tua adalah memberikan kasih sayang dan cinta terhadap anak, dan kasih sayang orang tua kepada anak diwujudkan dengan pemenuhan kebutuhan hak anak secara layak.

Permasalahan ekonomi keluarga biasanya menyebabkan perubahan pada peran perempuan atau istri. Akibatnya perempuan memiliki peran ganda selain menjadi ibu tetapi juga menjadi perempuan yang bekerja. Semula perempuan hanya disibukkan dengan urusan domestik seperti rumah tangga dan pengasuhan anak. Kini perempuan mulai masuk ranah publik dengan bekerja keluar rumah untuk mencari nafkah tambahan meskipun pencari nafkah utama adalah suami. Datasatuankerjanasional (Sakernas) terlihat bahwa presentase perempuan yang bekerja semakin meningkat dari tahun 2012-2014. Hal ini mengindikasikan bahwa kesempatan bekerja untuk perempuan semakin meningkat sehingga laki-laki dengan perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pekerjaan (Radarmalang.co.id pada 26 Juli 2014).

Rutinitas sehari-hari yang dilakukan orang tua diluar rumah membuat waktu bersama anak menjadi sedikit. Kewajiban orang tua akan pemberian kasih sayang kepada anak berkurang. Orang tua tidak bisa mendampingi anak selama 24 jam penuh. Waktu bermain anak dengan orang tua menjadi kurang intensif. Bekerja atau mengasuh anak,inilah akhirnya dua pilihan yang kerap membuat para wanita yang baru melahirkan mengalami dilema. Di satu sisi, wanita memiliki keinginan membantu suami memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan bekerja, namun di sisi lain seorang ibu tidak tega melepas si buah hati di rumah.

Fenomena banyaknya wanita yang tetap memilih bekerja setelah melahirkan dilirik sebagai peluang. Maka, kini muncullah jasa penitipan anak atau daycare. Tempat penitipan anak atau daycare adalah sarana pengasuhan anak dalam kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. Daycare merupakan upaya yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar rumah mereka selama beberapa jam dalam satu hari bilamana asuhan orang tua kurang dapat dilaksanakan secara lengkap. Dalam hal ini, pengertian tempat penitipan anak atau daycare hanya sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan orangtua (Perserikatan Bangsa-bangsa, 1990).

(11)

daycare yang memicu orang tua untuk menitipkan anaknya, diantaranya adalah adanya misi edukasi, dimana anak-anak hanya diberikan permainan yang interaktif dan edukatif, misalnya dengan aneka permainan tradisional jaman dulu, belajar bahasa Inggris sederhana, pengasuh daycare yang benar-benar mencintai dan konsentrasi dengan dunia bermain sambil belajar dengan sang anak.

Sehingga pada dewasa ini, menitipkan anak pada daycare mulai menjadi alternatif banyak orangtua yang bekerja. Hal ini karena tidak semua orangtua masih bisa meminta tolong kakek atau nenek serta anggota keluarga besar lainnya dan semakin tidak mudahnya mencari pengasuh anak pada masa sekarang. Selain itu, adanya pertimbangan bahwaakan ada beberapa keuntungan yang bisa didapat jika menitipkan anak di daycare. Misalnya saja adanya kesempatan anak untuk mengembangkan kemampuan sosial lewat bersosialisasi dengan anak-anak lain dan adanya program-program pembelajaran lain yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak misalnya dalam kemandirian, kemampuan motorik, dan kemampuan bahasanya.

Anak-anak yang dititipkan pada daycare yang berkualitas memiliki kemampuan kognitif dan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan seperti yang diberikan oleh daycare tersebut.Di daycare anak mendapat kesempatan yang lebih luas untuk bersosialisasi dengan anak-anak lain seusianya dibandingkan di rumah, sehingga lebih terekspos pada berbagai pengalaman dan pemikiran. (Gibson, 2004). Anak-anak yang dititipkan di daycare yang berkualitas, tidak hanya memiliki kemampuan sosialisasi yang baik, tapi juga memiliki kepercayaan diri yang kuat dan kemampuan memimpin (leadership).Umumnya pengasuh di daycare diberi pelatihan khusus tentang pendidikan anak usia dini, sehingga dapat mengasuh anak dengan lebih baik dibanding babysitter.Bila pengasuh anak sakit, akan ada pengasuh lain di daycare tersebut yang menggantikan, sehingga tidak merepotkan orang tua. Berbeda halnya bila babysitter atau pembantu di rumah sedang sakit, maka orang tua akan kerepotan mencari pengganti pengasuh untuk anak.

Hasil penelitian yang dilakukanMcCartney (2010), menunjukkan bahwa menitipkan anak di daycare tidak otomatis membuat ikatan anak dengan orang tua rusak. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa dampak negatif terhadap ikatan anak dengan orang tua biasanya terjadi bila anak tidak menerima pengasuhan yang baik di daycare (kualitas daycare buruk), anak terlalu lama dititipkan di daycare, dan anak tidak menerima perhatian yang cukup dari orang tua ketika orang tua sedang tidak bekerja. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Ahnert & E. Lamb (2010) menunjukkan bahwa anak yang dititipkan di tempat penitipan anak, memberikan peluang yang sangat baik untuk mereka belajar aturan interaksi sosial, bagaimana untuk mengevaluasi tawaran sosial, untuk melakukan dialog dengan teman, menyesuaikan diri dengan rutinitas, juga belajar untuk menyelesaikan konflik dengan teman. Dari dua penelitian tersebut, jelas terlihat bahwa menitipkan anak di daycare tidaklah berdampak negatif bagi anak, maupun bagi ikatan antara anak dengan orang tua, asalkan kualitas daycare dimana anak dititipkan baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Feinberg (2007)Juga menunjukkan bahwa anak-anak yang dititipkan pada daycare yang berkualitas memiliki kemampuan kognitif dan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan seperti yang diberikan oleh daycare tersebut.

(12)

kemampuan memimpin (leadership). Alternatif menitipkan anak di tempat penitipan anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya memang terbilang baru merebak di Indonesia, namun di negara-negara maju seperti di Eropa, alternatif tersebut merupakan suatu hal yang sangat umum. Oleh karena itu, sudah ada beberapa hasil penelitian tentang dampak menitipkan anak ditempat penitipan anak di negara-negara maju tersebut. Salah satunya adalah, menurut sebuah penelitian terbaru dari University of MontrealdanCHU Sainte-Justine Hospital Research Centre,yang dilansir dari the daily news. Daycare berisiko membuat balita mudah gemuk. Hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Amerika Serikat pada tahun 2006 mengungkap bahwa ada 35% anak dititipkan pada TPA atau daycare, anak dititipkan pada orang tua asuh atau babbysitter sebanyak 30%, anak dititipkan pada anggota keluarga sebanyak 20%, dan anak diasuh oleh orang tua kandung sebanyak 15%. Setelah 5 tahun, balita yang belum bersekolah (umumnya usia 1, 3-4 tahun) yang sering dititipkan di daycare ternyata cenderung mengalami kelebihan berat badan. (Merdeka.com 21 november 2012).

Jikaberbicaratentangperkembangantempatpenitipananak di Indonesia, khususnya di Kota Malang, halinimengalamipeningkatan yang cukupsignifikan. Dari data Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Malang menyebutkan bahwa tahun 2013 hanya ada 7 TPA, sementara sampai tahun 2014 berkembang sampai 15 TPA.Namun seiring dengan melonjaknya jumlah tempat penitipan anak (daycare) di Kota Malang, terdapat juga beberapa kecurangan yang dilakukan oleh beberapa tempat penitipan anak di Kota Malang, bahwa ada beberapa tempat penitipan anak yang belum bahkan enggan mendaftarkan tempat penitipan anak mereka ke Dinas Pendidikan Kota Malang. Salah satu alasan mereka belum mendaftar adalah karena fasilitas yang mereka miliki belum memenuhi standar yang ditetapkan pusat, terutama masalah gedung dan sarana untuk bermain dan istirahat anak asuh. (Radarmalang.co.id pada 21 agustus 2014).

Menitipkan anak di daycare bisa dibilang adalah sebuah pilihan bagi orang tua karir, namun disisi lain menitipkan anak di daycare ternyata juga memiliki resiko. Data dari Jawapos.com pada 20 september 2014 menyebutkan, pada bulan Mei 2014 di salah satu tempat penitipan anak di Jakarta telah terjadi tindak kekerasan, korban anak asuh berumur 14 bulan, pada bulan Agustus 2014 di salah satu tempat penitipan anak di Jakarta telah terjadi tindakan kekerasan seksual yang dilakukan oleh babbysitter kepada anak asuhnya yang berumur 3 tahun. Dan pada bulan September 2014 di salah satu tempat penitipan anak di Batam telah terjadi tindak kekerasan terhadap anak asuh yang berumur 2 tahun, hingga korban mengalami luka lebam di pipi bagian kanan.

Adapun kekurangan menggunakan jasa daycare antara lain :

(13)

pengasuh terbatas. Biasanya posisinya sebagai pos biaya tertinggi turun, baru setelah anak memasuki usia sekolah, karena digantikan oleh pos biaya sekolah.

2. Menitipkan anak di daycare memerlukan usaha lebih dari orang tua, karena perlu mengantar anak setiap pagi dan menjemputnya kembali di sore hari.

3. Anak yang dititipkan di daycare lebih terekspos pada penyakit, karena ia terekspos pada lebih banyak anak lain. Bila ada anak lain yang sakit, ia lebih mudah tertular.Bila anak menderita sakit yang cukup serius, orang tua tetap perlu memikirkan rencana lain untukanak, karena biasanya anak yang demikian tidak diperbolehkan untuk berada di daycare sampai ia pulih kembali(Jawapos.com pada 6 maret 2014).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif orang tua dalam memilih tempat penitipan anak atau daycare. Peneliti juga berharap bahwa penelitian ini akan senantiasa bermanfaat bagi semua pihak. Bagi peneliti, maupun bagi tempat penitipan anak atau daycare itu sendiri.Manfaat bagi peneliti yaitu sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan tentang tempat penitipan anak maupun tentang motif orang tua dalam memilih tempat penitipan anak, bagi tempat penitipan anak atau daycareyaitusebagai bahan evaluasi untuk menciptakan program pengasuhan yang lebih bagus dan lebih baik lagi bagi anak.

Motif

Dalam menentukan pilihan atau dalam proses pengambilan keputusan memilih tempat penitipan anak, orang tua membutuhkan dorongan atau daya penggerak untuk mencapai tujuan dan kepuasan. Dorongan atau daya penggerak ituadalah yang disebut sebagai motif.Menurut Berelson dan Steiner (2006) motif berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu, dengan demikian motif berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, yang berlangsung secara sadar. Sebagaimana (Gerungan, 2008) juga menjelaskan, bahwa motif adalah suatu kekuatan penggerak dalam diri seseorang yang memaksanya untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Apa yang dipikirkan seseorang, dirasakan, kebiasaan-kebiasaan baru, semuanya dipengaruhi oleh keinginan-keinginan untuk mencapai tujuan yang diperjuangkan (kebutuhan). Secara bahasa, motif adalah suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan atau bersikap tertentu. Secara etimologis motif adalah kondisi seseorang yang mendorong untuk mencari suatu kepuasan atau mencapai suatu tujuan. Dalam psikologi, istilah motif pun erat hubungannya dengan gerak, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau perilaku. Motif dalam psikologi berarti juga rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu perbuatan (action) atau perilaku (behavior).

Ciri-Ciri Motif

Lebih lanjut, menurut Brown (2009) menjelaskan ada beberapa ciri-ciri motif yaitu :

1. Motif itu kompleks, dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan, tetapi beberapa tujuan yang berlangsung bersama-sama yang dipengaruhi individu itu sendiri. 2. Beberapa motif tidak didasari individu itu sendiri, banyak tingkah laku manusia yang tidak

didasari oleh pelakunya.

3. Motif itu berubah-ubah, motif bagi seseorang seringkali mengalami perubahan, ini disebabkan oleh keinginan manusia yang sering berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. 4. Tiap individu motifnya berbeda-beda, dua orang yang mengikuti kegiatan tertentu ada

(14)

5. Motif dapat bervariasi, hal ini tergantung pada tujuan individu tersebut, apabila tujuannya bermacam-macam maka motifnya juga bervariasi.

Fungsi Motif

Dalam menentukan keputusan memilih tempat penitipan anak, tentu karena adanya motif pada orang tua sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, motif juga berfungsi sebagai pendorong timbulnya suatu keputusan ataupun tindakan, serta motif sebagai pengarah dan penggerak pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh orang tua. Sebagaimana Siagian (2004) menjelaskan tentang fungsi motif sebagai berikut :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motif dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motif dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses penyeleksian

Faktor-Faktor yang MempengaruhiMotif

Di dalam motif juga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi, sebagaimana dijelaskan oleh Sardiman (2002) bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motif seseorang, yaitu sebagai berikut :

1. Motif merupakan suatu tenaga yang dinamis bagi seseorang. Maksudnya walaupun motif sebenarnya sudah ada pada diri individu sendiri, akan tetapi untuk munculnya diperlukan adanya rangsangan baik dari dalam maupun yang berasal dari luar.

2. Motif akan dirancang karena adanya tujuan. Motif dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu stimulus dalam pencapaian tujuan. Motif muncul dalam diri seseorang secara otomatis, selain itu juga motif akan muncul karena adanya rangsangan dari luar. 3. Motif berhubungan dengan sejumlah kebutuhan dalam diri seseorang yang memunculkan

dorongan, sehingga dengan melakukan perbuatan tersebut kebutuhannya itu akan segera dapat terpenuhi dan memuaskan.

(15)

Jenis Motif

Motif merupakan dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu pengambilan keputusan maupun terjadinya suatu tindakan, suatu pengambilan keputusan dan tindakan juga dapat terjadi karena adanya pengaruh dari dalam diri individu juga pengaruh dari luar individu tersebut. Menurut Burton (2003) motif terbagi menjadi dua jenis, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.

1. Motif intrinsik

Suatu dorongan yang berasal dari dalam diri individu yang menggerakkan individu itu bertingkah laku dikarenakan adanya kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipenuhi.

2. Motif ekstrinsik

Dorongan atau rangsangan yang berasal dari luar diri individu yang menggerakan individu itu bertingkah laku dikarenakan adanya kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipenuhi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa orang tua tentu akan sangat hati-hati dalam memilih tempat penitipan anak (TPA) untuk anaknya. Tentu juga adanya dorongan-dorongan dari dalam diri individu (orang tua) maupun dari luar individu (orang tua) dalam memilih tempat penitipan anak, demi mencapai apa yang diinginkan oleh para orang tua tersebut, juga demi untuk memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Karakteristik Individu Dalam PenggunaanMotif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik

Burton (2003) menjelaskan kriteria individu dalam penggunaan motif intrinsik dan ekstrinsik sebagai berikut :

1. Motif instrinsik

Individu mengambil keputusan maupun melakukan tindakan murni karena keinginan atau kebutuhan yang ingin dicapai yang muncul dari dalam diri individu itu tanpa ada pengaruh dari luar diri individu tersebut.

Orang tua memilih tempat penitipan anak (TPA) karena adanya keinginan dan suatu dorongan dari dalam diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan yang ingin dipenuhi.

2. Motif ekstrinsik

Individu dalam mengambil keputusan maupun melakukan tindakan adalah karena adanya pengaruh dari luar individu tersebut, sehingga tindakan yang dilakukan tidak murni berasal dari keinginan individu itu sendiri melainkan adanya pengaruh dari luar.

Orang tua memilih tempat penitipan anak (TPA) karena adanya dorongan atau rangsangan yang berasal dari luar diri individu (orang tua) untuk memenuhi kebutuhan yang ingin dipenuhi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik

(16)

1. Motif intrinsik a. Keyakinan

Keyakinan individu pada keputusan yang akan diambil dan keyakinan akan tercapainya tujuan akan memicu timbulnya perilaku maupun tindakan yang murni berasal dari dalam diri individu tersebut.

Orang tua memilih tempat penitipan anak, dikarenakan keinginannya sendiri tanpa adanya pengaruh dari orang lain atau lingkungan.

2. Motif ekstrinsik

b. Dorongan dari keluarga dan lingkungan

Adanya dorongan dari keluarga maupun lingkungan, dapat menyebabkan timbulnya tindakan atau perilaku yang tidak murni berasal dari dalam diri individu melainkan timbul karena adanya pengaruh dari luar individu tersebut.

Orang tua memilih tempat penitipan anak, dikarenakan adanya pengaruh dari orang lain atau lingkungan.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptifkuantitatif, penelitiandeskriptifyaitupenelitian yang menggambarkan suatu fenomena dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti (IndriantodanSupomo, 2002). Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta ubungan-hubungannya (Sugiyono, 2007).

Subjek Penelitian

Subjek yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Adapun karakteristik subjek penelitian adalah orang tua yang menitipkan anak di tempat penitipan anak. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Yaitu dengan memberikan skala motif kepada subjek penelitian yaitu orang tua yang menitipkan anak di tempat penitipan anak (TPA). Sebagaimana Sugiyono (2007) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah motif. Motif adalah suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu. Skala motif terdiri dari 2 aspek berdasarkan teori Burton (2003), yaitu (1) motif instrinsik dan (2) motif ekstrinsik. Yang akan diungkap dengan menggunakan skala Guttman. Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah, postitif-negatif, tinggi-rendah, baik-buruk, dan seterusnya. Pada skala Guttman hanya ada dua interval, yaitu setuju dan tidak setuju. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun daftar cheklist. (Ridwan & Sunarto, 2009).

(17)

motif ekstrinsik, yaitu Orang tua memilih tempat penitipan anak (daycare) karena adanya dorongan atau rangsangan yang berasal dari luar diri individu (orang tua) untuk memenuhi kebutuhan yang ingin dipenuhi.

Berdasarkan hasil try outyang dilakukan, dari 17 item yang diujikan, didapatkan 15 item yang dinyatakan valid. Validitas dengan menggunakan korelasi skor item dan skor total, indeks validitas bergerak antara 0,387-0,692. Sedangkan reliabilitas dengan menggunakan alpha cronbach sebesar 0,841. Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrument skala motif yang dipakai dalam penelitian ini reliabel jika dibandingkan dengan syarat alpha cronbach yaitu 0,6 atau 60% (Priyatno, 2011).

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Prosedur awal penelitian diawali dengan menyusun instrumen skala penelitian berupa skala guttman, skala Guttman merupakan skala kumulatif. Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik untuk menyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti yang sering disebut dengan atribut universal. Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas yaitu : benar-salah, pernah-tidak pernah, ya-tidak. Skala ini dapat dibuat dengan bentuk centang maupun pilihan ganda.Skala ini dipakai bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2007). Skala disusun dalam bentuk checklist yang disusun juga berdasarkan dari teori Burnot (2003) yang disesuaikan dengan tujuan peneliti. Selanjutnya dilakukan penyebaran angket untuk try outkepada 30 orang tua yang menitipkan anak di tempat penitipan anak di Kota Mojokerto pada 6 Desember sampai 9 Desember 2015. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya, skala yang telah di try out kan kemudian disebarkan untuk penelitian yang sesungguhnya di Rumah Penitipan Sabilillah dan juga di Taman Sosialisasi Anak Samuphahita di Kota Malang pada 17 Desember sampai dengan 21 Desember 2015. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisis hitung deskriptif untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam pengukuran dan tidak menggunakan statistik inferensial karena tidak ada hipotesis dalam penelitian ini. Adapun teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase.

HASIL PENELITIAN

(18)

Tabel 1. Deskripsi Motif Subjek

Kategori Jumlah Subjek Motif Persentase

Intrinsik Ekstrinsik Intrinsik Ekstrinsik

Motif 100 58 42 58% 42%

Berdasarkan tabel diatasmaka diperoleh data bahwa dalam memilih tempat penitipan anak, subjek yang menggunakan motif intrinsik lebih banyak daripada subjek yang menggunakan motif ekstrinsik. Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh dari total 100 subjek, ada 58 subjek yang dikategorikan menggunakan motif intrinsik, yaitu berarti ada 58% subjek dari jumlah total subjek yang dikategorikan menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Sedangkan subjek yang dikategorikan menggunakan motif ekstrinsik sebanyak 42, yaitu berarti hanya ada 42% subjek dari jumlah total subjek yang menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dari keseluruhan jumlah subjek, subjek cenderung menggunakan motif instrinsik dalam memilih tempat penitipan anak.

Berdasarkan juga tabel diatas,maka diperoleh data bahwa subjek dengan kategori usia kurang dari 30 tahun sebanyak 66 subjek. Dari 66 subjek terdapat 43 subjek yang menggunakan motif intrinsik, dan terdapat 23 subjek yang menggunakan motif ekstrinsik. Itu berarti dari total 66 subjek dengan kategori usia kurang dari 30 tahun, ada 65 % subjek yang menggunakan motif intrinsik, dan ada 35 % subjek yang menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa subjek dengan kategori usia kurang dari 30 tahun, cenderung menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat penitipan anak.

Sementara pada subjek dengan kategori usia diatas 30 tahun ada sebanyak 34 subjek. Dari 34 subjek terdapat 15 subjek yang menggunakan motif intrinsik dan 19 subjek yang menggunakan motif ekstrinsik. Itu berarti ada 44 % subjek menggunakan motif intrinsik dan 56 % subjek menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa subjek dengan kategori usia lebih dari 30 tahun, cenderung menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak.

(19)

Pada kategori pekerjaan pegawai swasta, data hasil penelitian menunjukkan ada sebanyak 9 subjek dengan kategori pekerjaan pegawai swasta, dari 9 subjek, terdapat 6 subjek yang menggunakan motif intrinsik dan 3 subjek menggunakan motif ekstrinsik. Itu berarti ada 67 % subjek menggunakan motif intrinsik dan 33 % subjek menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek pada kategori pekerjaan pegawai swasta cenderung menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat penitipan anak.

Pada kategori pekerjaan wirausaha, data hasil penelitian menunjukkan ada sebanyak 35 subjek dengan kategori pekerjaan wirausaha, dari 35 subjek, terdapat 27 subjek yang menggunakan motif intrinsik dan 8 subjek menggunakan motif ekstrinsik. Itu berarti ada 77% subjek menggunakan motif intrinsik dan 23 % subjek menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek pada kategori pekerjaan wirausaha cenderung menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat penitipan anak.

Selanjutnya pada kategori pekerjaan profesional, data hasil penelitian menunjukkan ada sebanyak 7 subjek dengan kategori pekerjaan profesional, dari 7 subjek, terdapat 5 subjek yang menggunakan motif intrinsik dan 2 subjek menggunakan motif ekstrinsik. Itu berarti ada 71 % subjek menggunakan motif intrinsik dan 29 % subjek menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek pada kategori pekerjaan profesional cenderung menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat penitipan anak.

Berdasarkan juga pada hasil penelitian yang didapat, bahwa alasan orang tua menitipkan anak pada daycare adalah karena tuntutan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, juga karena program pengasuhan pada daycare yang lebih bagus bagi anak dibandingkan dengan dititipkan pada babbysitter maupun pada anggota keluarga.

DISKUSI

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa motif orang tua dalam memilih tempat penitipan anak adalah motif intrinsik. Hal itu berarti dalam memilih tempat penitipan anak, orang tua lebih menggunakan dorongan yang berasal dari dalam diri yang menggerakkan untuk bertingkah laku atau mengambil keputusan dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi, dan bukan karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar individu maupun lingkungan yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan orang tua dalam memilih tempat penitipan anak.

(20)

Dalam memilih tempat penitipan anak, tentunya orang tua telah memiliki pertimbangan maupun keyakinan terhadap apa yang ingin dicapai. Motif intrinsik yang berasal dari dalam diri seseorang menentukan arah keputusan dan perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin dicapai. Juga berfungsi sebagai pengarah, yakni mengarahkan keputusan, keyakinan maupun sikap terhadap pencapaian tujuan yang diinginkan (Rodwell, 2010 ).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hickman, et al. (2005) seseorang yang menggunakan motif intrinsik dalam pengambilan keputusan dipengaruhi oleh faktor keyakinan, melalui bertindak dan belajar orang mendapatkan keyakinan dan sikap, kemudian keduanya mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Keyakinan dapat diartikan sebagai gambaran pemikiran seseorang tentang gambaran sesuatu yang ingin dicapai. Keyakinan seseorang tentang tujuan atau keinginan yang ingin dicapai akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan individu tersebut.

Jika ditinjau dari segi usia, terdapat perbedaan dalam penggunaan motif memilih tempat penitipan anak pada subjek, sebagaimana dalam penelitian ini terdapat 2 kategori usia pada subjek, kategori pertama adalah usia kurang dari 30 tahun, dan kategori kedua adalah usia lebih dari 30 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek pada kategori usia kurang dari 30 tahun lebih menggunakan motif intrinsik dalam proses pengambilan keputusan atau dalam hal ini memilih tempat penitipan anak. Dibuktikan dari hasil penelitian terdapat 65 % subjek yang menggunakan motif intrinsik dan 35 % subjek yang menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak.

Namun hal ini berbeda dengan kategori subjek pada usia lebih dari 30 tahun, pada subjek dengan kategori usia lebih dari 30 tahun cenderung menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Dibuktikan dari hasil penelitian terdapat 44 % subjek yang menggunakan motif intrinsik dan 56 % yang menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Hal ini dapat disebabkan bahwa pada setiap kategori usia mempunyai perbedaan dalam hal berfikir, mengambil keputusan, maupun menentukan sikap. Sehingga pada setiap batasan-batasan usia berpotensi dapat terjadi perbedaan dalam cara pengambilan keputusan maupun cara berfikir.

(21)

subjek pada kategori pegawai swasta menggunakan motif intrinsik sebesar 67%, sementara yang menggunakan motif ekstrinsik hanya sebesar 33%. Subjek dengan kategori pekerjaan wirausaha menggunakan motif intrinsik sebesar 77%, sementara yang menggunakan motif ekstrinsik hanya sebesar 23%. Dan subjek dengan kategori pekerjaan profesional menggunakan motif intrinsik sebesar 71%, sementara yang menggunakan motif ekstrinsik hanya sebesar 29%. hal ini berbeda dengan subjek dengan kategori pekerjaan pegawai negri yang cenderung menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak, ini dapat disebabkan karena pada kategori pekerjaan pegawai swasta, wirausaha dan profesional, tidak terikat oleh aturan-aturan yang baku dari pemerintah, sehingga subjek pada kategori pekerjaan pegawai swasta, wirausaha, dan profesional tidak terpengaruh dari pihak luar dalam memilih tempat penitipan anak, dengan kata lain subjek pada kategori pekerjaan tersebut menentukan pilihan dalam memilih tempat penitipan anak adalah karena adanya tujuan yang ingin dicapai serta keinginan yang timbul dari diri sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar.

Terlepas dari semua penjelasan yang telah diuraikan, dalam penelitian ini juga masih terdapat beberapa kelemahan yang membuat hasil penelitian ini tidak terlalu maksimal, salah satunya adalah pada saat pengisian kuisioner sebagai sumber data penelitian, banyak diantara subjek yang terburu-buru ataupun kurang fokus, bahkan memberi jawaban yang sama dalam mengisi kuisioner.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa subjek lebih cenderung menggunakan motif intrinsik yaitu sebesar 58%. Ditinjau dari segi usia, subjek dengan usia kurang dari 30 tahun lebih cenderung menggunakan motif intrinsik yaitu sebesar 65% sedangkan subjek yang berusia lebih dari 30 tahun cenderung menggunakan motif ekstrinsik yaitu sebesar 56%. Ditinjau dari jenis pekerjaan, subjek dengan pekerjaan wirausaha paling banyak menggunakan motif intrinsik yaitu sebesar 77%. Sedangkan subjek dengan pekerjaan pegawai negeri paling banyak menggunakan motif ekstrinsik yaitu sebesar 59%.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Ahnert, Lieelotte. PhD, &. Lamb. E.M. PhD. (2004).Child Care and Its Impact on Young Children.Journal of internet psychology. 12, accessed on January 23, 2015 fromhttp://www.journalofinternetpsychology.com/volume12/3876/journal/pdf. Ahmadi, Abu. (2006). PsikologiSosial. Jakarta: PT RinekaCipta.

Azwar, M. (2010). Penelitian kuantitatif. Jakarta : PT JayaAbadi.

Anggara, D. (20 Agustus 2014). Meningkatnya tindak kekerasan di TPA. Diambil 11 Januari 2015. Dari http://www.jawapos.com

Adnamazida, Rizky. (21 November 2012). menitipkan balita di daycare membuat mereka gemuk. Diambil 10 Januari 2015. Dari http://www.merdeka.com

Burton, W. (2003). Intrinsic and extrinsic motif orientations in the classroom: Age differences and academic correlates. Journal of education psychology, 97(2), 184 – 196. American Psychological Association. Doi:10.1037/0022-0663.97.2.184.

Brown, G. (2009). A review of the literature on social behavior. (Online). Diakses tanggal 3 Februari 2016, diperoleh dari http://www.stepways.org/news/.

Berelson, F., Steiner, H. (2006). Motives on behavior and motives in decision-making. The Social Scince Journal, 36, 245-263.

Dariyat. B. (27 Mei 2014). Data sakernas jumlah penduduk yang bekerja tahun 2011-2014. Diambil 9 Januari 2015. Dari www.depnakertrans.go.id/uploads/doc/RPJP.pdf

Diana, W. (22 September 2014). Kejamnya kekerasan pada balita.diambil 11 januari 2015. Dari http://www.posmetrobatam.com

Dehya, A. (10 April 2013). Menitipkan anak di daycare positif atau negatif?. Diambil 9 april 2015, dari https://homydaycare.com/2013/04/10/menitipkan-anak-di-dyacare-positif-atau-negatif/

Diandra, N. (23 Maret 2014). “Pertimbangan sang bunda dalam memilih daycare”. Diambil 16 April 2015. Dari http://www.tribunnews.com

Enggar, B. (22 Juni 2013). “Daycare untuk si buah hati”. Diambil 16 April 2015. Dari

http://www.kompas.com

Feinberg, B.L. (2007). The ability of children in social. Journal of social psychology, 15.

Accessed on February 13 , 2015 from

http://www.journalofsocialpsychology.com/archiv/volume15/3536.html

Fakultas Psikologi UMM. (2014). Pedoman penyusunan skripsi. Malang: UMM Press.

(23)

Gibson, H.K. (2004). Socialization of children in daycare and cognitive development. The Social Journal, 35, 312-323.

Hikcman, T. G., Roblerr, S, N., Mike, H. (2005). Motif in decision making: behavior pattern. Journal of social psychology. 45, (21), 2045-2065

Ikhsan, S. (24 Mei 2014). “Daycare di era globalisasi”. Diambil 16 April 2015. Dari

http://www.jawapos.com

Indrianto, Supomo. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

McCartney, Kathleen. PhD, (2010).what do we know about the effects of early child care.Translation journal. 13. Accessed on January 23, 2015http://translationjournal.net/65.naive.html.

Mursadi, Burhan. (26 juli 2014). Meningkatnya pertumbuhan wanita karir di kota malang. Diambil 6 januari 2015. Dari http://www.radarmalang.co.id.

Moore, L.H. (1998). Feminisme Dan Antropologi. Jakarta : Obor.

Nielson, B. (2008). A review of the literature on behavior research. (online). Diakses tanggal 26 desember 2015 diperoleh dari http://www.likumag.org/news/.

Priyatno, D. (2011). Buku saku analisis statistika data SPSS. Jakarta: PT. BukuSeru.

Ronald, T. (6 Maret 2014). “Kekurangan menitipkan buah hati di daycare”. Diambil 10 April 2015 . Dari http://www.jawapos.com

Rodwell, S. (2010). Behaviour psychology. New York: Dann, and Simon.

Ridwan & Sunarto, H. (2009). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Psikologi,Sosial, Ekonomi Komunikasi dan Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Suhendi, Roni. (4 Agustus 2014). melonjaknya tempat penitipan anak di kota malang.Diambil 10 januari 2015. Dari http://www.radarmalang.co.id.

Sarwono, Sarlito. (2002). Psikologisosialindividu dan Teori-teoriPsikologiSosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiono, (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, dan kualitatif. Bandung: AlfaBeta.

Soeryani, H. G., (2007). Daycare : menjadikan tumbuh kembang anak membaik dengan segala kekuranganya. Zona psikologi, 34, 23-27.

Siagian, S. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

(24)

Taufik. (2011). Pendekatan psikologi sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

(25)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS PSIKOLOGI

Jl. Raya Tlogomas No. 246 Phone (0341) 464318 Psw. 170 Malang 65144

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang

sedang melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi yang berkaitan dengan orang

tua dan tempat penitipan anak (TPA) atau daycare. Untuk itu, saya mengharapkan bantuan

Bapak/Ibu agar dapat mengisi instrumen penelitian ini.

Tujuan dari pengisian instrumen penelitian ini adalah semata-mata untuk penelitian

dan sebagai bahan bagi saya menyusun skripsi, sehingga saya berharap Bapak/Ibu dapat

menjawab semua pernyataan dengan jujur sesuai dengan keadaan, perasaan, dan fikiran

Bapak/ Ibu yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh siapapun.

Saya juga meyakinkan Bapak/Ibu bahwa semua jawaban yang diberikan tidak bernilai

benar atau salah, oleh karena itu tidak perlu ragu untuk menjawab. Jawaban yang diberikan

tidak akan berpengaruh kepada Bapak/Ibu sekalian, dan saya akan menjamin kerahasiaan

identitas diri Bapak/Ibu.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk bekerjasama dalam penelitian ini, saya mengucapkan

terimakasih.

(26)

Data Diri Responden

1. Nama/inisial : ...

2. Usia : ...

3. Pekerjaan : ...

4. Anak ke : ...

5. Usia anak yang dititipkan : ...

6. Anak dititipkan sejak usia : ...

Petunjuk Pengisian Skala

1. Bacalah tiap-tiap pernyataan yang telah disediakan dengan cermat.

2. Di bawah ini ada 15 nomor pernyataan dan 1 pertanyaan, masing-masing nomor

pernyataan memiliki dua pernyataan yang bertolak belakang (PERNYATAAN A &

B), serta 1 pertanyaan yang harus anda jawab. Dari 15 nomor pernyataan pilihlah

salah satu pernyataan yang paling sesuai dengan diri anda dengan mengisi tanda

silang (X) pada kolom yang sudah disediakan (kolom isian).

3. Dalam setiap pernyataan hanya ada satu jawaban. Apabila anda terlanjur memberikan

jawaban yang salah dan ingin mengganti jawaban, berilah tanda bintang (*) pada

tanda silang (X) yang telah dibuat, dan berikan tanda silang (X) baru pada kolom lain

yang sesuai dengan pernyataan anda.

4. Pastikan tidak ada pernyataan yang terlewatkan.

(27)

Pernyataan A

1. Menitipkan anak pada daycare, karena

saya merasa biaya menitipkan anak

karena lebih terjamin keamananya daripada menitipkan anak pada babbysitter

4. Saya menitipkan anak di daycare

karena saya ingin bekerja untuk membantu suami dalam memperbaiki keadaan ekonomi keluarga

5. Saya menggunakan jasa daycare, agar

saya dapat mencapai target-target dalam setiap pekerjaan saya

6. Saya menitipkan anak di daycare

karena memang keinginan pribadi saya

7. Menitipkan anak di daycare berdasarkan keputusan saya sendiri agar saya lebih mudah dan maksimal dalam menjalani rutinitas dalam bekerja

8. Saya menitipkan anak pada daycare

karena sebagai wanita karier saya kurang mempunyai waktu untuk merawat dan mengasuh anak

Saya memutuskan untuk menitipkan anak pada daycare, setelah saya melihat anak dari kerabat saya yang berprestasi karena dampak dititipkan pada daycare

Banyaknya fenomena kekerasan yang saya lihat di media massa yang dilakukan oleh babbysitter terhadap anak pada zaman sekarang ini, membuat saya memutuskan untuk lebih memilih menitipkan anak pada daycare daripada menitipkan pada babbysitter

Menitipkan anak di daycare karena anjuran dari suami, agar bisa bekerja untuk membantu memperbaiki keadaan ekonomi keluarga

Karena kurang bisa mencapai puncak prestasi dalam pekerjaan, akhirnya saya memutuskan menggunakan jasa daycare untuk menitipkan anak

Saya menitipkan anak di daycare karena anjuran dari keluarga

Keluarga yang menganjurkan saya untuk menitipkan anak di daycare agar lebih mudah dan maksimal dalam menjalani rutinitas dalam bekerja

Banyaknya para pengasuh yang berkompeten pada daycare sekarang ini, membuat saya memutuskan untuk menitipkan anak pada daycare

(28)

Alasan menitipkan anak ke tempat penitipan anak (TPA) :

karena banyaknya pekerjaan yang terbengkalai karena saya mengurus anak

10. Saya menitipkan anak pada daycare, karena saya merasa tidak sanggup untuk mengasuh anak sedangkan saya harus bekerja

11. Saya menitipkan anak pada daycare, agar saya bisa maksimal bersaing dalam pencapaian kesuksesan saya dalam bekerja

12. Menitipkan anak di daycare karena kemauan saya sendiri agar saya dapat lebih berkonsentrasi pada setiap pekerjaan-pekerjaan saya

13. Saya menggunakan jasa daycare, karena dirumah tidak ada kerabat atau keluarga yang mempunyai waktu untuk merawat anak saya disaat saya sedang bekerja

14 Saya menitipkan anak pada daycare, agar saya dapat lebih berkonsentrasi untuk mencapai prestasi yang baik dalam pekerjaan saya

15. Saya menitipkan anak pada daycare, karena saya ingin tumbuh kembang anak saya menjadi lebih baik

Menitipkan anak pada daycare, karena banyak rekan kerja yang mengeluh pada hasil kerja saya disaat saya bekerja sekaligus dengan mengasuh anak

Saya menitipkan anak pada daycare, karena ada salah satu daycare yang bisa menjamin dapat memberikan pengasuhan yang baik untuk anak saya disaat saya tidak bisa mengasuh anak karena sedang bekerja

Adanya alat bermain yang beragam dan edukatif serta ruang bermain yang relatif luas dibanding dirumah, membuat saya tertarik dan memutuskan untuk menitipkan anak pada daycare disaat saya sedang bekerja

Menitipkan anak di daycare karena saran dari teman, agar lebih berkonsentrasi pada setiap pekerjaan-pekerjaan

Karena ada kerabat atau keluarga yang mengeluh disaat merawat anak saya, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan jasa daycare untuk menitipkan anak disaat saya sedang bekerja

Menitipkan anak pada daycare, karena atasan sering mengeluh karena prestasi kerja saya yang menurun

(29)
(30)

Keterangan :

Jumlah subjek = 100 subjek

Subjek motif intrinsik = 58 subjek Subjekmotif ekstrinsik = 42 subjek Kategori Usia

Usia <30 tahun = 66 subjek (43 intrinsik dan 23 ekstrinsik) Usia >30 tahun = 34 subjek (15 intrinsik dan 19 ekstrinsik) Kategori pekerjaan

PNS = 49 subjek (20 intrinsik dan 29 ekstrinsik)

Pegawai swasta = 9 subjek (6 intrinsik dan 3 ekstrinsik) Wirausaha = 35 subjek (27 intrinsik dan 8 ekstrinsik) Profesional = 7 subjek (5 intrinsik dan 2 ekstrinsik)

(31)
(32)
(33)

Reliability

[DataSet7]

RELIABILITY

(34)

Item-Total Statistics

(35)

Gambar

Tabel 1. DeskripsiMotif Subjek ...............................................................................
Tabel 1. Deskripsi Motif Subjek

Referensi

Dokumen terkait

Motif Identitas Personal apabila penelitian ini telah didominasi oleh responden yang ada pada kategori sedang yaitu sebanyak 50 responden atau 50%, hal tersebut menunjukkan

Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa Rasionalitas Orang Tua dalam memilih lembaga bimbingan belajar mencakup 4 tipe Tindakan Rasionalitas yaitu Rasionalitas Instrumental pada

Motif yang sama juga muncul pada informan lainnya yang mengungkapkan bahwa dirinya memilih lembaga tersebut sebagai tempat belajar bagi putra putrinya karena factor

Sedangkan untuk variabel pengawasan orang tua terhadap anak (X2) menyatakan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh orang tua dalam kategori tinggi, hal ini disebabkan

c) Jka dlhat dar seg usa, tngkat penddkan, jens pekerjaan suam, dan jumlah pendapatan responden, orang tua memlk motvas yang tngg dalam mentpkan

Pada faktor ini indikator yang paling dominan dalam menjelaskan keragaman keputusan orang tua dalam memilih TK adalah peubah jarak dari tempat kerja orang tua

Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa Rasionalitas Orang Tua dalam memilih lembaga bimbingan belajar mencakup 4 tipe Tindakan Rasionalitas yaitu Rasionalitas Instrumental pada

pada penelitian ini adalah masih adanya orang tua yang tidak memperhatikan klasifikasi usia pada saat memilih tontonan untuk anak, dan orang tua cenderung menyalahkan film