• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KINERJA PETUGAS SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGANDI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAHdr. H. YULIDDIN AWAYTAPAKTUAN TAHUN 2014

TESIS

Oleh

ASRI JUMADEWI 127032200/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

THE INFLUENCE OF COMMITMENT ON THE PERFORMANCE OF THE STAFF OF ENVIRONMENTAL SANITATIONMANAGEMENT SYSTEM

AT dr.H.YULIDDIN AWAY GENERAL HOSPITAL TAPAK TUAN IN 2014

THESIS

By

ASRI JUMADEWI 127032200/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KINERJA PETUGAS SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ASRI JUMADEWI 127032200 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(4)

Judul Tesis : PENGARUH KOMITMEN

TERHADAPKINERJA PETUGASSISTEM MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH

dr.H.YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN TAHUN 2014.

Nama Mahasiswa : Asri Jumadewi Nomor Induk Mahasiswa : 127032200

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si Ketua

) (dr. Surya Dharma, M.P.H

Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah Diuji

Pada Tanggal :18 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KINERJA PETUGAS SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH dr.H.YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2014

(7)

ABSTRAK

Komitmen petugas merupakan dasar dari pelaksanaan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Komitmen petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan meliputi komitmen afektif, komitmen kontinuans dan komitmen normatif.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

Metode penelitian adalah eksplanatory survey pada 32 petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan wawancara dan observasi yang berpedoman pada kuesioner yang diberikan pada petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Analisis statistik dilakukan dengan uji

chi square dan logisticregresion.

Hasil penelitian pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu, komitmen afektif dengan nilai (p=0,021), komitmen kontinuans dengan nilai (p=0,030), komitmen normatif dengan nilai (p=0,005). Komitmen mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit.Penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan rumah sakit dari 8 item, yang terlaksana dan memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah penyehatan kesehatan lingkungan rumah sakit, penyehatan air, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit dan pengendalian serangga/tikus dengan hasil observasi di atas skor minimum rumah sakit.

Disarankan untuk mempertahankan komitmen petugas agar tetap meningkatkan kinerja kearah yang lebih baik lagi. Perlunya peningkatan kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit yang belum terlaksana dengan baik dan belum memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit agar memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

(8)

ABSTRACT

Commitment of staff is the basic of the implementation of environmental sanitationmanagement system of hospital. The commitment of the staff of environmental sanitationmanagement system at dr.H.Yuliddin Away General Hospital Tapaktuan includes affective commitment, continuous commitmentand normative commitment.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of commitment on the performance of the staff of environmental sanitationmanagement system at dr.H.Yuliddin Away General Hospital Tapaktuan.

The data for this study were obtained from the 32 staff of environmental sanitationmanagement system at the hospital through observation and questionnaire-based interviews. The data obtained were statistically analyzed through Chi-square test and logistic regression

The result of this study showed that affective commitment was with p = 0.021, continuous commitment with p = 0.030, and normative commitment with p = 0.005. Commitment had significant relationship with the performance of the staff of hospital environmental sanitationmanagement system. The result of the evaluation on the 8 items of hospital environmental sanitationshowed that the items implemented and met the requirements for hospital environmental sanitationwere hospital environmental sanitation, water sanitation, hospital environmental sanitationextension and insects/rodents control with the result of observation more than the minimum score of hospital.

The management of this hospital is suggested to maintain the commitment of the staff to improve their performance in a better form. The quality of hospital environmental sanitationwhich has not well implemented and met the requirements for hospital environmental sanitationshould be improved that it can meet the requirements set.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulisan tesis ini mendapat berbagai bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesemapatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

4. Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan dr. Surya Dharma, M.P.H selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan perhatian membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai. 5. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D dan Ir. Indra Cahaya, M.Si selaku penguji tesis

yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dari mulai proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. T. Cut Lizam, S.Pd, M.P.H selaku Direktur AKPER Pemkab. Aceh Selatan yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Direktur beserta staf RSUD dr.H.Yuliddin Away Taapaktuan yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian, khususnya staf manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit.

8. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, minat studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(11)

10.Teristimewa kepada suamiyang saya cintai, yaitu Yusran, ST dan anak-anakku Muhammad Nabil Alghazy dan Nabila Ulya Muthmainnah atas segala dukungannya untuk menyelesaikan pendidikan ini.

11.Seluruh keluarga dan teman-teman yang tidak dapt disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala motivasi dan dukungannya.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempyrnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesisi ini bermanfaat bagi pengambilan kebijakan kesling rumah sakit dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

(12)

RIWAYAT HIDUP

Asri Jumadewi dilahirkan pada tanggal 21 April 1977 di Sawang kabupaten Aceh Selatan, anak kedua dari pasangan almarhum Ayahanda Abdullah dan almarhumah Ibunda Sitti Ansari.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Batu Itam Tapaktuan selesai pada tahun 1989, sekolah menengah pertama di MTsn Tapaktuan selesai tahun 1992, sekolah menengah atas di SMA Negeri Sawang selesai tahun 1995. Fakultas FMIPA Biologi di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh selesai tahun 2001.

Mulai bekerja sebagai staf pengajar Biologi dan Mikrobiologi Lingkungan di AKPER Pemkab.Aceh Selatan yang diangkat menjadi PNS dari tahun 2005 sampai dengan sekarang.

(13)

DAFTAR ISI

2.1.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit ... 10

2.2 Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 14

2.2.1 Manajemen Sanitasi Rumah Sakit ... 18

2.2.2 Instalasi Sanitasi Rumah Sakit ... 21

2.3.3 Program Sanitasi Rumah Sakit ... 23

2.3 Komitmen dan Kepemimpinan Rumah Sakit ... 24

2.3.1. Pengertian Komitmen ... 24

2.3.2 Dimensi Komitmen ... 26

2.3.3. Komitmen dan Kepemimpinan Rumah Sakit ... 28

2.4Kinerja Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 30

2.4.1 Pengertian Kinerja ... 30

2.4.2. Upaya Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit... 32

(14)

3.3.2 Sampel ... 59

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 60

3.4.1 Data Primer ... . 60

3.4.2 Data Sekunder ... 60

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 61

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 62

3.5.1 Variabel Bebas ... 62

3.5.2 Variabel Terikat ... 64

3.6 Metode Pengukuran. ... 65

3.6.1 Aspek Pengukuran Komitmen ... 65

3.6.2 Aspek Pengukuran Kinerja ... 66

3.7 Metode Analisis Data ... 73

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 75

4.1Deskripsi Lokasi Penelitian ... 75

4.1.1 Sejarah RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan ... 75

4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi RSUD dr.H.Yuliddin AwayTapaktuan….. ... 76

4.1.3 Ketenagaan RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan ... 76

4.2Analisis Univariat ... 77

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 77

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 78

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 79

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 79

4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Afektif ... 80

4.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Kontinuans ... 83

4.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Normatif ... 85

4.2.8Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja ... 89

4.3Observasi Upaya Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 98

4.4Analisis Bivariat ... 98

4.4.1 Hubungan Komitmen Afektif dengan Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesling RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan ... 99

4.4.2 Hubungan Komitmen Kontinuans dengan Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesling RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan ... 100

4.4.3 Hubungan Komitmen Normatif dengan Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesling RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan ... 101

4.5Analisis Multivariat ... 102

BAB 5. PEMBAHASAN ... 104

5.1 Hubungan Komitmen Afektif dengan Kinerja Petugas ... 104

5.2 Hubungan Komitmen Kontinuans dengan Kinerja Petugas ... 107

(15)

5.4 Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 112

5.5 Pengaruh Komitmen yang Dominan terhadap Kinerja Petugas ... 117

5.6 Keterbatasan Penelitian ... 119

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

6.1Kesimpulan ... 120

6.2Saran ... 121

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1 Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan yang Menjadi Sampel ... 60 3.2 Variabel Independentdan Variabel Dependent ... 64 3.3 Aspek Pengukuran Komitmen Petugas Sistem Manajemen Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit ... 65 3.4 Aspek Pengukuran Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit ... 66 4.1 Jumlah Petugas yang Terhimpun dalam Sistem Manajemen Kesehatan

Lingkungan RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan yang Menjadi Sampel ... 77 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah Kerja

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 78 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 78 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 79 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di Wilayah Kerja RSUD

dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 79 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang

Komitmen Afektif di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 80 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Afektif di Wilayah Kerja

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 82 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang

(17)

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Kontinuans di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 85 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang

Komitmen Normatif di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 86 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Komitmen Normatif di Wilayah Kerja

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 88 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Kinerja

Direktur RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 89 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Kinerja

Bidang Pelayanan dan Penunjang Medis di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 91 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Kinerja

Instalasi IPS-RS di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 92 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Kinerja

Instalasi Sanitasi di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 94 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan tentang Kinerja

Petugas Cleaning service di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 95 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Petugas Sistem Manajemen

Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 97 4.18 Hasil Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan RSUD dr. H.

Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 98 4.19 Hasil Hubungan Antara Komitmen Afektif dengan Kinerja Petugas

Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 99 4.20 Hasil Hubungan Antara Komitmen Kontinuans dengan Kinerja Petugas

(18)
(19)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara Pengaruh Komitmen terhadap Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah

dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 126

2. Pedoman Wawancara Kinerja Petugas Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2014 ... 130

3. Peraturan Kemenkes 1204 ... 133

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 147

4. Hasil Analisis Univariat ... 151

5. Hasil Analisis Bivariat ... 162

6. Hasil Analisis Multivariat ... 165

(21)

ABSTRAK

Komitmen petugas merupakan dasar dari pelaksanaan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Komitmen petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan meliputi komitmen afektif, komitmen kontinuans dan komitmen normatif.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

Metode penelitian adalah eksplanatory survey pada 32 petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan wawancara dan observasi yang berpedoman pada kuesioner yang diberikan pada petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Analisis statistik dilakukan dengan uji

chi square dan logisticregresion.

Hasil penelitian pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit yaitu, komitmen afektif dengan nilai (p=0,021), komitmen kontinuans dengan nilai (p=0,030), komitmen normatif dengan nilai (p=0,005). Komitmen mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit.Penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan rumah sakit dari 8 item, yang terlaksana dan memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah penyehatan kesehatan lingkungan rumah sakit, penyehatan air, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit dan pengendalian serangga/tikus dengan hasil observasi di atas skor minimum rumah sakit.

Disarankan untuk mempertahankan komitmen petugas agar tetap meningkatkan kinerja kearah yang lebih baik lagi. Perlunya peningkatan kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit yang belum terlaksana dengan baik dan belum memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit agar memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

(22)

ABSTRACT

Commitment of staff is the basic of the implementation of environmental sanitationmanagement system of hospital. The commitment of the staff of environmental sanitationmanagement system at dr.H.Yuliddin Away General Hospital Tapaktuan includes affective commitment, continuous commitmentand normative commitment.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of commitment on the performance of the staff of environmental sanitationmanagement system at dr.H.Yuliddin Away General Hospital Tapaktuan.

The data for this study were obtained from the 32 staff of environmental sanitationmanagement system at the hospital through observation and questionnaire-based interviews. The data obtained were statistically analyzed through Chi-square test and logistic regression

The result of this study showed that affective commitment was with p = 0.021, continuous commitment with p = 0.030, and normative commitment with p = 0.005. Commitment had significant relationship with the performance of the staff of hospital environmental sanitationmanagement system. The result of the evaluation on the 8 items of hospital environmental sanitationshowed that the items implemented and met the requirements for hospital environmental sanitationwere hospital environmental sanitation, water sanitation, hospital environmental sanitationextension and insects/rodents control with the result of observation more than the minimum score of hospital.

The management of this hospital is suggested to maintain the commitment of the staff to improve their performance in a better form. The quality of hospital environmental sanitationwhich has not well implemented and met the requirements for hospital environmental sanitationshould be improved that it can meet the requirements set.

(23)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit pada dasarnya merupakan organisasi layanan (Service

Organization) bidang kesehatan, yang memerlukan manajemen untuk

keberlangsungan rumah sakit. Penerapan manajemen rumah sakit diperlukan sebagai upaya untuk memanfaatkan dan mengatur Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efektif, efisien dan rasional (Safrudin, 2009).

Fungsi rumah sakit sebagai industri jasa layanan, dalam memberikan pelayanan tentu sangat berhubungan erat dengan tuntutan untuk tetap memperhatikan mutu pelayanannya. Peningkatan mutu pelayanan yang berkesinambungan di suatu rumah sakit sangat ditentukan oleh usaha bersama yang dilakukan oleh komponen yang terlibat dalam penyelenggara rumah sakit layaknya organisasi. Baik jajaran direksi sebagai pihak manajerial maupun pegawai yang menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab (Muninjaya, 2004).

(24)

ketentuan yang mengharuskan rumah sakit memenuhi pedoman pengelolaan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan dengan unsur manajemen di dalamnya disebut sebagai Sistem Manajemen Lingkungan. Konsep ini lahir atas dasar meningkatnya tuntutan masyarakat akan kesadaran lingkungan global. Sistem Manajemen Lingkungan diadopsi oleh oleh International Organization for Standardization (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasional di bidang pengelolaan lingkungan (Adisasmito, 2008).

Pengelolaan lingkungan di rumah sakit dikenal dengan Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan manajemen lingkungan di rumah sakit. Konsep ini telah dikenal sejak lama sebagai bagian dari rutinitas internal kegiatan rumah sakit. Konsep tersebut pada banyak rumah sakit dilaksanakan melalui praktek-praktek sanitasi lingkungan yang berada dalam jajaran Instalasi Sanitasi Rumah Sakit. Instalasi Sanitasi rumah sakit mempunyai tugas, pokok dan fungsi sebagai penyelenggara dan pengelolaan lingkungan rumah sakit. Upaya tersebut untuk menciptakan kesehatan lingkungan yang baik di rumah sakit melalui pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan semua aktivitas yang ada di rumah sakit.

(25)

sakit dan peraturan perundang-undangan yang disebabkan oleh teknologi. Dengan demikian sistem manajemen lingkungan rumah sakit merupakan sistem manajemen praktis yang didesain untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang efektif (Adisasmito, 2008).

Manfaat pengelolaan kesehatan lingkungan di rumah sakit adalah, perlindungan terhadap lingkungan, manajemen lingkungan rumah sakit yang lebih baik, pengembangan sumber daya manusia, kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit, kepatuhan terhadap perundang-undangan, bagian dari manajemen mutu terpadu, pengurangan/penghematan biaya dan dapat meningkatkan citra rumah sakit (Adisasmito, 2007).

(26)

Manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit menurut penelitian yang dilakukan oleh Azhar (2010), bahwa komitmen petugas sangat menentukan keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan di suatu rumah sakit. Dimana upaya kesehatan lingkungan rumah sakit hanya lima kriteria yang memenuhi persyaratan menurut kepmenkes 1204 tahun 2004 dari delapan kriteria yang diobservasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fathia, (2008) bahwa komitmen yang berpengaruh secara dominan adalah komitmen normatif. Bahkan menurut penelitian Hapsari (2010) di sebuah Rumah Sakit Surakarta, bahwa akibat aktivitas rumah sakit semakin meningkatkan jumlah timbulan limbah mencapai 240,6443 kg/hari, dan yang tertangani hanya 219,5014 kg/hari (91,214 %). Hal ini terjadi akibat manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit tersebut masih sangat lemah.

Penelitian yang dilakukan oleh Djaja (2006), bahwa sebanyak 648 rumah sakit di Indonesia dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49%. Masalah ini tentu menjadi sumber pencemaran dan berkemungkinan menjadi penyebab gangguan kesehatan masyarakat di sekitar rumah sakit.

(27)

belum ada informasi akurat penimbulan limbah medis karena 98% rumah sakit belum melakukan pencatatan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heru (2008), bahwa 1), angka kuman di rumah sakit pemerintah jauh lebih tinggi dibanding rumah sakit swasta, 2), fakta memperlihatkan bahwa rumah sakit yang ada D.I.Yogya yang diteliti sebanyak 11 RS tidak memenuhi syarat (TMS) bila dilihat dari angka kumannya, 3), tindakan sanitasi mampu menurunkan angka kuman dalam jumlah yang besar sekali (70 % - 100 %).

Keberhasilan program sanitasi rumah sakit sangat ditentukan oleh peranan petugas kesehatan lingkungan untuk menciptakan keberhasilan sistem manajemen kesehatan lingkungan yang ada di rumah sakit. Dasar semua tindakan yang dilakukan petugas kesehatan lingkungan adalah komitmen organisasi terhadap kepedulian lingkungan, sehingga komitmen merupakan faktor utama dalam mempengaruhi kinerja petugas terhadap upaya pengelolaan lingkungan rumah sakit. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Azhar, (2010) bahwa komitmen berpengaruh terhadap implementasi upaya kesehatan lingkungan rumah sakit. Ditambahkan oleh Utami, (2011) bahwa komitmen mempengaruhi prestasi kerja pegawai.

Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away, adalah rumah sakit umum pemerintah daerah kabupaten Aceh Selatan. Pada tanggal 20 Mei 1997 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 470/MENKES/SK/V/1997 rumah sakit tersebut ditingkatkan kelasnya menjadi kelas/tipe C.

(28)

rumah sakit masih dirasakan belum optimal. Informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa ada masalah dalam pelaksanaan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Kurangnya komitmen petugas kesehatan lingkungan rumah sakit dalam melaksanakan dan meningkatkan sistem manajemen lingkungan di rumah sakit menjadi kemungkinan penyebab kurangnya pelayanan kesehatan lingkungan yang diberikan. Padahal petugas kesehatan sebagai penyelenggara dan pengelola kesehatan lingkungan rumah sakit merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit tersebut.

Indikator-indikator dalam penyehatan lingkungan di rumah sakit sebagai kinerja petugas manajemen kesehatan lingkungan dirasa masih belum memadai, diantaranya pembangunan ruang rawat inap baru yang dibangun, sebagai jalur keluar masuknya pengunjung menjadi berdekatan dengan letak salah satu pengolahan limbah (Incenerator) yang terlebih dulu telah ada. Masalah lain adalah kurang lancarnya air selokan disekitar rumah sakit, dimana dikuatirkan akan menjadi tempat sarang nyamuk (vektor) pembawa penyakit. Pengelolaan limbah rumah sakit juga belum dirasa optimal, hal ini dibuktikan adanya sampah yang menumpuk di salah satu tempat tertentu. Indikator ini merupakan indikator dalam Kepmenkes 1204 Tahun 2004 sebagai indikator yang harus dibebaskan di lingkungan rumah sakit.

(29)

sehingga belum menjadi penting untuk ditingkatkan dari segi outputnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana komitmen petugas kesehatan lingkungan yang ada di rumah sakit sebagai faktor kunci dalam menentukan keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.2. Permasalahan

Apakah komitmen berpengaruh terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dilakukan untuk menganalisis pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.4. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan.

1.5. Manfaat Penelitian

(30)

1. Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah dalam pengambilan keputusan dalam pemberian izin operasional rumah sakit serta sebagai bahan pertimbangan analisis kebijakan dalam hal penilaian kualitas dan upaya pengelolaan dan pemantauan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit.

2. Pihak rumah sakit, agar menjadi pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan yang ada.

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Depkes RI, 2009). Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar, 2003).

Menurut Azwar (2002), rumah sakit merupakan institusi yang integral dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial, berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap. Rumah sakit juga merupakan pusat latihan bagi tenaga profesi kesehatan dan sebagai pusat penelitian untuk riset kesehatan.

(32)

Di Indonesia dikenal tiga jenis rumah sakit yaitu rumah sakit berdasarkan kepemiliknnya, rumah sakit berdasarkan jenis pelayanannya dan rumah sakit berdasarkan kelasnya. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan tiga macam rumah sakit, yaitu (1) rumah sakit pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten), RS BUMN/ABRI dan RS Swasta, (2) RS Umum, RS Jiwa, RS Khusus, (3) RS kelas A, B, C dan RS kelas D. Namun, semua RS Kabupaten telah ditingkatkan statusnya menjadi RS Kelas C (Muninjaya, 2004).

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar dan spesialistik dan subspesialistik. Rumah Sakit Umum Pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah baik Pusat, ataupun Daerah. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar (Siregar, 2003). Sedangkan Muninjaya, (2005) menyatakan bahwa RS Kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan anak).

2.1.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit

(33)

visualisasi kegiatan dan pelaksana kegiatan (personal) dalam suatu institusi. Berdasarkan kegiatan dan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang maka organisasi dibagi atas organisasi lini, organisasi staf dan organisasi lini beserta staf.

Organisasi rumah sakit mempunyai bentuk yang unik dan berbeda dengan organisasi lain, (Soedarmo, 2002). Pola organisasi rumah sakit di Indonesia, pada umumnya terdiri atas Badan Pengurus Yayasan, Dewan Pembina, Dewan Penyantun, Badan Penasehat, dan Badan Penyelenggara. Badan Penyelenggara terdiri atas direktur, wakil direktur, komite medik, satuan pengawas, dan berbagai bagian dari instalasi. Tergantung pada besarnya rumah sakit, dapat terdiri atas satu sampai empat wakil direktur. Wakil direktur pada umumnya terdiri atas wakil direktur pelayanan medik, wakil direktur penunjang medik dan keperawatan, wakil direktur keuangan dan administrasi (Siregar, 2003).

Susunan organisasi Rumah Sakit Kelas C lebih sederhana jika dibandingkan dengan kelas A atau Kelas B. Di sini tidak ada wakil direktur, tetapi dilengkapi dengan staf khusus yang mengurusi administrasi. Kondisi ini berpengaruh pada jenis pelayanan medis dan jumlah staf profesional (medis dan paramedis) yang dipekerjakan pada tiap-tiap rumah sakit ini. Secara umum, jenis kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan juga akan ikut menentukan peningkatan kelas sebuah RS di suatu wilayah, terutama yang berlokasi di ibu kota provinsi (Muninjaya, 2004).

(34)

dalam rencana dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai dengan baik. Penguraian tugas (jobdescription) masing-masing staf pelaksana penting karena masing-masing orang yang terlibat dalam program tersebut harus mengetahui dan melaksanakan program sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam organisasi (Notoatmodjo, 2011).

Struktur organisasi rumah sakit harus efektif, mudah beroperasi dan tidak banyak birokrasi. Penetapan struktur organisasi ini dimaksudkan untuk bisa membagi tugas pekerjaan, memberikan wewenang, melakukan pengawasan dan meminta pertanggungjawaban. Mengingat sifat rumah sakit yang berbeda dengan sifat umumnya suatu institusi.

Suatu organisasi rumah sakit yang sukses mempunyai ciri antara lain struktur organisasinya tidak berbentuk piramid tapi datar. Jenjang hirarkinya pendek dan pengorganisasiannya berorientasi kepada tim yang mudah dibentuk dan mudah pula untuk dibubarkan kembali.

(35)

Azas-azas yang perlu diperhatikan dalam membentuk organisasi rumah sakit adalah azas kesatuan komando dan pendelegasian wewenang kekuasaan (Djojodibroto, 1997). Permasalahan dalam organisasi yang nantinya akan menyebabkan kegagalan rumah sakit, adalah (1) lemahnya rancangan struktur organisasi, (2) tidak tepat sasaran, tidak tepat waktu, tidak tepat nilai dalam sistem informasi manajemen, (3) tidak efektifnya dalam pengendalian pendapatan dan piutang, (4) sedikit atau tidak ada sama sekali perencanaan jangka panjang, (5) tidak realistikya standar produktivitas pegawai.

Menurut Muninjaya (2005) dan Notoatmodjo (2011) sistem dalam organisasi adalah gabungan dari elemen-elemen atau subsistem di dalam suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi. Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau subsistem tidak berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besarnya komponen suatu sistem terdiri dari:

1. Indikator masukan (input), yaitu sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh sistem. Sumber daya suatu sistem adalah manusia (man), uang (money), sarana (material), metode (method), waktu yang disediakan (minute), dan pasar (market).

(36)

3. Indikator keluaran (output) adalah hal yang dihasilkan oleh proses.

4. Indikator efek (Effect) adalah perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang diukur dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.

5. Indikator dampak (Impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.

6. Indikator umpan balik (feed back) yaitu merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.

7. Indikator lingkungan (Environment) yaitu lingkungan yang berada di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.

2.2 Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Menurut Adisasmito, (2008) bahwa pengelolaan lingkungan sebagai suatu sistem dengan unsur manajemen di dalamnya disebut sebagai Sistem Manajemen Lingkungan. Konsep ini lahir atas meningkatnya tuntutan masyarakat akan kesadaran lingkungan global, Sistem Manajemen Lingkungan diadopsi oleh International Organization for Standardization (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasional di bidang pengelolaan lingkungan.

(37)

mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji, mengevaluasi dan mensinergikan kebijakan lingkungan dengan tujuan rumah sakit.

Sistem manajemen lingkungan rumah sakit adalah sistem pengelolaan lingkungan yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan manajemen di rumah sakit. Pengelolaan lingkungan rumah sakit sekarang ini bukan lagi satu bagian parsial yang konsumtif, tetapi merupakan satu rangkaian siklus dan strategi manajemen rumah sakit untuk mengembangkan kapasitas pengelolaan lingkungan rumah sakit sehingga memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit secara menyeluruh.

Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit oleh Adisasmito (2007) mempunyai manfaat antara lain:

1. Perlindungan terhadap Lingkungan

Sistem manajemen lingkungan di rumah sakit diterapkan untuk mengurangi resiko kerusakan lingkungan. Aktivitas rumah sakit yang berlangsung menyebabkan berbagai limbah yang dihasilkan, baik limbah yang berbentuk padat, cair dan gas. Untuk minimisasi limbah merupakan prioritas utama dalam pengelolaan limbah berbahaya. Pencegahan pencemaran juga dapat dilakukan dengan cara pendekatan pengurangan, penggunaan ulang, pendaur-ulangan dan pembelian kembali atau dikenal dengan prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Repurchase).

2. Manajemen Lingkungan Rumah Sakit yang Lebih Baik

(38)

pembagian tanggung jawab dan wewenang, praktik menurut standar operasional, prosedur khusus, proses berkelanjutan dan pengembangan sumber daya manusia untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji, mengevaluasi dan mensinergikan kebijakan lingkungan dengan tujuan rumah sakit. Panduan sistem manajemen lingkungan rumah sakit sebagian besar mengikuti pedoman ISO.

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Implementasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit dapat membawa suatu perubahan kondisi kerja di rumah sakit. Oleh karena sistem manajemen lingkungan rumah sakit menekankan pada peningkatan kepedulian, pendidikan, pelatihan dan kesadaran dari semua SDM untuk terlibat dalam lingkungan kerja dalam memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya.

4. Kontinuitas Peningkatan Performa Lingkungan Rumah Sakit

Sistem manajemen lingkungan di rumah sakit dilaksanakan untuk menjamin rumah sakit dapat mengembangkan kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan di rumah sakit diharapkan berjalan baik dan semakin baik.

5. Peraturan Perundang-undangan

(39)

tersebut tentu akan mendapatkan tuntutan hukum dan publisitas negatif. Peraturan lingkungan merupakan penggerak pelaksanaan dan perbaikan sistem manajemen lingkungan sehingga lingkungan dapat terpelihara dan secara potensial memperbaiki kinerja lingkungan. Sedangkan kebijakan harus mencerminkan komitmen manajemen puncak untuk taat pada peraturan dan perundang-undangan.

Dengan memiliki sertifikat ISO untuk pengelolaan lingkungan maka kesempatan semakin besar untuk memperoleh dokumen tertulis yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut telah bertindak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6. Bagian dari TQM (Total Quality Management)

Total Quality Management adalah manajemen mutu terpadu yang merupakan strategi utama rumah sakit dalam mencapai tujuannya. Hal ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pendokumentasian. Sistem manajemen rumah sakit menggunakan pendekatan TQM, sehingga implementasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit secara langsung mendukung pelaksanaan manajemen mutu terpadu.

7. Pengurangan dan Penghematan Biaya

(40)

digunakan dan berkurangnya tenaga yang dibutuhkan, mungkin juga akan didapat keuntungan dari pajak serta menurunnya biaya asuransi.

8. Meningkatkan Citra Rumah Sakit

Pemenuhan standar yang saat ini berlaku global, khususnya di bidang lingkungan, secara internasional dikenal dengan pengelolaan lingkungan dengan nomor seri ISO 14001. Rumah sakit yang memiliki sertifikat ISO 14001 ini, menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut benar-benar peduli terhadap lingkungan. Dengan kata lain, rumah sakit yang peduli dengan lingkungan, akan meningkatkan hubungan baik rumah sakit dengan masyarakat dan membantu citra rumah sakit terutama dalam hal isu limbah berbahaya.

Berdasarkan pasal 22 Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah, radiasi dan kebisingan.

2.2.1 Manajemen Sanitasi Rumah Sakit

Konsep sistem manajemen lingkungan rumah sakit di Indonesia telah dikenal sejak lama sebagai bagian dari rutinitas internal kegiatan rumah sakit. Konsep tersebut pada banyak rumah sakit dilaksanakan melalui praktek-praktek sanitasi lingkungan.

(41)

lingkungan rumah sakit meliputi pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi dan sosial psikologi di rumah sakit.

Komponen manajemen sanitasi rumah sakit antara lain: 1. Aspek Input

Aspek input di lingkungan rumah sakit yang terdiri dari petugas sanitarian atau petugas kesehatan lain yang telah dilatih, adanya biaya operasional (dana) yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan sanitasi rumah sakit dan adanya sarana dan prasarana yang seminimal mungkin dapat menunjang pelaksanaan Manajemen sanitasi untuk kegiatan promotif dan preventif. Pelaksanaan pelayanan sanitasi juga harus ditunjang oleh kelengkapan materi yang diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan dan pelaporan, serta pedoman buku yang digunakan sebagai petunjuk teknis sanitasi (Depkes RI, 1991/1992).

2. Proses

(42)

masing-masing uraian aktivitas tersebut,akan teridentifikasi bahan-bahan apa yang saja yang digunakan, baik dari obat-obatan, alat kesehatan, maupun bahan kimia lainnya.

Aspek lingkungan rumah sakit sebenarnya mencakup lingkup yang luas ataupun tidak terbatas sehingga untuk lebih memudahkan akan disajikan beberapa contoh dari aspek lingkungan berikut:

a. Pengelolaan limbah infeksius, patologis, dan nonmedik; b. Kejadian infeksi nosokomial;

c. Pembuangan air limbah;

d. Kegiatan yang menggunakan zat kimia e. Kegiatan yang menggunakan air; f. Kegiatan yang menggunakan energi;

g. Penggunaan sumber daya alam; produk yang sudah lama; h. Pembuangan produk.

Identifikasi aspek lingkungan merupakan proses yang berjalan untuk menentukan dampak positif atau negatif dari kegiatan rumah sakit.

3. Output

Hasil yang diharapkan dari seluruh kegiatan oprasional rumah sakit yang berdampak terhadap perubahan kondisi lingkungan yang tidak baik akan menjadi baik sehingga memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan rumah sakit dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut :

(43)

b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap yang ramah lingkungan.

c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan. d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

2.2.2 Instalasi Sanitasi Rumah Sakit

Menurut Permenkes 1045 tahun 2006 dalam pasal 20, bahwa:

a. Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan.

b. Pendidikan dan pelatihan rumah sakit. Pembentukan Instalasi ditentukan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit.

c. Instalasi dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan rumah sakit.

d. Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga fungsional dan atau nonmedis (cleaning service).

e. Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.

(44)

rumah sakit. Berdasarkan tugas, pokok dan fungsinya dapat dilihat pada tupoksi petugas sanitasi rumah sakit.

Pelayanan sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam kaitan untuk menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan mengutamakan faktor keselamatan sebagai pendukung usaha penyembuhan penderita, mencegah pemaparan terhadap bahaya-bahaya lingkungan rumah sakit termasuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, dan menghindarkan pencemaran ke lingkungan luar rumah sakit.

Dalam rangka pengembangan rujukan upaya kesehatan khususnya rujukan medik, pemanfaatan berbagai disiplin ilmu merupakan suatu keharusan. Pemecahan masalah medik untuk penyembuhan dan pemulihan penderita tidak cukup hanya dengan pengobatan peralatan yang cermat saja, tetapi juga memerlukan ilmu-ilmu lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sanitasi rumah sakit sebagai disiplin ilmu yang berinduk kepada ilmu teknik penyehatan diantara berbagai disiplin ilmu merupakan bagian integraldari upaya pelayanan rumah sakit.

(45)

Masyarakat pengguna

Keuangan, TU, Pemasaran, dll

Gambar 2.1. Hubungan Lintas Instalasi dan Unit Di Rumah Sakit

Sumber : Trisnantoro, 2005

2.2.3 Program Sanitasi Rumah Sakit

Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari pemenuhan kesehatan lingkungan rumah sakit yang mengacu pada Kepmenkes 1204, (Depkes RI, 2004). Program ini adalah penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi, perlindungan radiasi,

(46)

penyuluhan kesehatanlingkungan, pengendalian infeksi nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah (Adisasmito, 2008).

Penyelenggaraan program sanitasi rumah sakit merupakan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan rumah sakit. Penanggung jawab rumah sakit bertanggung jawab terhadap pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit dan pembinaan serta pengawasan dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan.

Kualifikasi tenaga kesehatan lingkungan rumah sakit adalah tenaga sanitarian, serendah-rendahnya adalah berkualifikasi diploma (D3) di bidang kesehatan lingkungan, atau tenaga lain yang telah mengikuti pelatihan khusus bidang kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak lain terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Depkes RI, 2004).

2.3 Komitmen dan Kepemimpinan di Rumah Sakit 2.3.1 Pengertian Komitmen

(47)

tujuan organisasi dan nilai-nilainya, 2) Kesediaan untuk memberikan tenaganya atas nama organisasi, 3) Keinginan mantap untuk tetap menjadi anggota lembaga.

Menurut Subanegara (2005), komitmen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor personal (personal factor), seperti: a. Usia

Umumnya orang dengan usia lebih muda memiliki katagori yang berbeda. Pada usia 35 tahunan orang akan mulai mencari kebutuhan akan keamanan, kemapanan sedangkan diatas usia 50 tahun mulai mencari kebutuhan aktualisasi diri. Cepat lambatnya akselerasi perpindahan kebutuhan ini sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan dari karyawan yang bersangkutan. Perbedaan kebutuhan menyebabkan tingkat komitmen yang berbeda-beda antar satu karyawan dengan karyawan yang lain.

b. Perasaan dan Kecerdasan Emosi

(48)

lingkungan yang ia tempati sekarang. Sehingga akan berakibat keluar dari organisasi ataupun tidak produktif dalam menjalankan tugas-tugasnya.

c. Sifat

Sifat atau kepribadian sebenarnya telah terbentuk dari usia nol tahun sampai tujuh tahun, setelah itu akan menetap sampai dewasa. Akibatnya seringkali terjadi benturan-benturan dalam organisasi yang berkaitan erat dengan nilai dasar seseorang sehingga dapat menimbulkan konflik berkepanjangan.

2. Faktor Organisasi a. Kepemimpinan

Model kepemimpinan dari pemimpin puncak dan supervisior yang berbasis prinsip tentu akan lebih membangkitkan komitmen dibandingkan kepemimpinan yang bersifat bossy.

b. Iklim Bekerja

Keadaan tempat bekerja, hubungan antar karyawan, kepercayaan kepada sistem, keterbukaan dan sebagainya merupakan bagian dari iklim bekerja yang dapat meningkatkan komitmen.

c. Kompensasi

Kompensasi yang diberikan oleh lembaga untuk karyawannya dapat berupa kompensasi uang atau non uang.

2.3.2 Dimensi Komitmen

(49)

a. Komitmen afektif (Affective Commitment)

Komitmen yang melibatkan perasaan memiliki dan terlibat dalam organisasi. Penyusunan rencana strategis sangat membutuhkan keterlibatan berbagai pihak, antara lain stakeholders kunci dalam perencanaan strategis. Dalam hal ini diperlukan kepercayaan kuat dari SDM terhadap tujuan organisasi dan nilai-nilainya dan memiliki kesediaan untuk memberikan tenaga atas nama organisasi. b. Komitmen Kontinuans (Continuance Commitment)

Merupakan dimensi komitmen atas dasar biaya yang akan ditanggung oleh karyawan jika meninggalkan organisasi. Pada dimensi ini yang menentukan komitmen adalah faktor rasional bagi pertimbangan untung-rugi yang didapat anggota organisasi.

c. Komitmen Normatif (Normative Commitment)

Komitmen yang melibatkan perasaan karyawan untuk tinggal di sebuah organisasi. Dimensi ini melibatkan dedikasi seseorang untuk tinggal dalam sebuah organisasi.

Berdasarkan berbagai definisi komitmen di atas, pada intinya komitmen merupakan kesetiaan para anggota dan pemimpin terhadap organisasinya. Komitmen merupakan proses yang berkelanjutan dengan para anggota organisasi masing-masing menyumbangkan kontribusi terhadap kemajuan organisasi mereka (Muninjaya, 2005).

(50)

dalam bentuk keterlibatan berbagai pihak, dimana problem yang menunjukkan pengembangan rumah sakit sangat tergantung pada komitmen.

Munculnya komitmen ke berbagai lembaga akan mempengaruhi suasana bekerja. Keadaan yang paling sulit adalah mengatur waktu bagi para staf rumah sakit untuk bekerja bersama. Pada prinsipnya komitmen mempengaruhi kenyamanan kerja, meningkatkan produktivitas kerja dan mempertebal rasa memiliki lembaga. Hal-hal ini memberi hasil berupa kinerja rumah sakit yang prima (Trisnantoro, 2005).

2.3.3 Komitmen dan Kepemimpinan di Rumah Sakit

(51)

Rumah sakit mempunyai SDM yang sangat bervariasi, dari variasi pendidikan rendah hingga variasi pendidikan tertinggi dengan pengalaman internasional. Budaya organisasi rumah sakit harus mampu dibentuk untuk menggalang nilai-nilai kerja dan komitmen berbagai SDM di rumah sakit ((Trisnantoro, 2005).

Secara khusus peran pemimpin dalam proses perencanaan strategis di rumah sakit adalah:

1. Menggerakkan komitmen seluruh kelompok SDM untuk memahami pentingnya perencanaan.

2. Merencanakan proses perencanaan strategis

3. Menjadi penanggung jawab utama proses perencanaan strategis termasuk perumusan strategisnya.

4. Memimpin pelaksanaan rencana strategis termasuk mengkoordinasi pelaksanaan berbagai subsistem di rumah sakit

5. Melakukan penilaian dan pengendalian kinerja.

(52)

strategis, proses penyusunan dihentikan untuk menghindari pemborosan waktu dan sumber daya. Oleh konsultan disarankan agar direktur melakukan perbaikan kepemimpinan terlebih dahulu (Trisnantoro, 2005).

Mengingat peranan yang berat seorang pemimpin dalam menyusun rencana strategis dan mengaplikasikan sistem manajemen strategis, diperlukan beberapa persyaratan untuk menjadi pemimpin, yaitu (1) menetapkan arah, (2) memobilisasi komitmen individu, (3) memicu kemampuan organisasi, (4) menunjukkan karakter pribadi.

2.4 Kinerja Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit 2.4.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu (Payaman, 2005). Sedangkan menurut Sedarmayanti, (2004) kinerja merupakan hasil kerja seseorang yang dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur, tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya pelaku yang terdapat pada organisasi tersebut.

(53)

personel maka perlu dilakukan pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Secara teoritis ada 3 (tiga) kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi perilaku kinerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas‐tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas.

Menurut Payaman (2005) kompensasi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja yang dipengaruhi oleh pendidikan, akumulasi pelatihan dan pengalaman kerja.

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian dari investasi sumber daya manusia (Human Investment). Semakin lama waktu yang digunakan seseorang untuk pendidikan semakin tinggi kemampuan atau kompetensinya melakukan pekerjaan dan dengan demikian semakin tinggi kinerjanya (Payaman, 2005). Sedangkan menurut Sedarmayanti (2004) pendidikan merupakan upaya untuk menambah pengetahuan dan keterampilan bekerja sehingga dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas kerja.

b. Masa Kerja

(54)

bimbingan tetapi bila sifat kepribadiannya buruk atau intelegensinya rendah maka semakin lama akan semakin kurang berhasil guna dan berdaya guna dalam bekerja.

Menurut Payaman (2005) pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat menyelesaikan pekerjaan tersebut sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja.

Robbins (2002), menyatakan bahwa tingkat kinerja pegawai akan sangat tergantung pada faktor kemampuan pegawai itu sendiri seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman dimana dengan tingkat kemampuan yang semakin tinggi akan mempunyai kinerja semakin tinggi pula. Dengan demikian tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman yang rendah akan berdampak negatif pada kinerja pegawai. Sehingga pegawai pemerintah dituntut untuk memiliki kualifikasi tertentu, karena tidak semua orang memiliki keahlian yang dipersyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan.

2.4.2 Upaya Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

(55)

kesehatan. Untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan tersebut maka diperlukan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit.

Penyelenggaraan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan untuk menghindari kemungkinan pencemaran lingkungan, resiko dan gangguan kesehatan sesuai dengan persyaratan kesehatan. Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004.

Penyelenggara upaya kesehatan lingkungan rumah sakit adalah para petugas yang terlibat dalam alur atau mekanisme sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Para petugas tersebut adalah petugas yang telah disebutkan di atas yang telah diatur tugas, pokok dan fungsinya. Sedangkan penanggung-jawab kesehatan lingkungan rumah sakit kelas C adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian, serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) di bidang kesehatan lingkungan (Depkes RI, 2004).

Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit tersebut meliputi: 1. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit

(56)

penghuni ruangan, pengawasan kebisingan yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau kondisi ruang bangunan dan halaman yang bebas dari bahaya dan resiko minimal untuk terjadinya infeksi silang dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

a. Penyehatan Lingkungan Bangunan Rumah Sakit

Untuk persyaratan kesehatan lingkungan bangunan rumah sakit dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.

2) Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.

3) Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir, jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.

4) Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.

5) Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup.

(57)

7) Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan limbah. 8) Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang

menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.

9) Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara berkualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.

b. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit 1) Lantai

a) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan

b) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan limbah.

c) Pertemua lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudah dibersihkan.

2) Dinding

(58)

3) Ventilasi

a) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik.

b) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai.

c) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara yang baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.

d) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukan ruangan.

4) Atap

a) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.

b) Atap lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir. 5) Langit-langit

a) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. b) Langit-langit tingginnya minimal 2,70 meter dari lantai.

c) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap. 6) Konstruksi

Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk aedes.

7) Pintu

(59)

8) Jaringan Instalasi

a) Pemasangan Jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.

b) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum. 9) Lalu Lintas Antar Ruangan

a) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.

b) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.

(60)

10) Fasilitas Pemadam Kebakaran

Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Ruang Bangunan

Pemetaan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan pengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :

1) Zona dengan Risiko Rendah

Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/ pelatihan.

a) Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang.

b) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.

c) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

(61)

e) Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan pengawasan mekanis (exhouster).

f) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.

2) Zona dengan Risiko Sedang

Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah. 3) Zona dengan Risiko Tinggi

Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang

1) Dinding ruang laboratorium di buat dari porselin atau keramik setinggi 1, 50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.

2) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.

(62)

c) Langit-langit terbuat dari bahan multiplek atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

d) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter , dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.

e) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.

4) Zona dengan Risiko Sangat Tinggi

Zona risiko sangat tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Dinding terbuat dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit-langit, atau di cat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.

b) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.

c) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.

d) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang.

(63)

f) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.

g) Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System.

h) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.

i) Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka dan ditutup.

j) Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di atas langit-langit.

k) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis. d. Kualitas Udara Ruang

(64)

e. Pencahayaan

Pencahayaan, penerangan dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus sesuai dengan peruntukkannya dan memenuhi indeks pencahayaan

f. Pengawasan

Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut::

1) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.

2) Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain dirumah sakit.

3) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban yang sesuai dengan standar menurut fungsi ruang dan unit.

4) Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam ruangan harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku)

g. Kebisingan

Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit sesuai dengan indeks kebisingan menurut ruangan atau unit.

h. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit

(65)

i. Jumlah Tempat Tidur

Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut:

1) Ruang bayi :

a) Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur b) Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur 2) Ruang dewasa :

a) Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur b) Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur j. Lantai dan Dinding

Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut: - Ruang Operasi : 0 - 5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas gangren - Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2

- Ruang isolasi : 0 – 5 CFU/cm2 - Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2

Pemeliharaan Ruang Bangunan adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.

b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan/ merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.

(66)

d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat.

e. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri.

f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.

2. Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman

Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang dijual didalam lingkungan rumah sakit atau makanan yang dibawa dari luar rumah sakit. Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci piring, membuang bagian makanan yang rusak. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah dan lain-lain.

a. Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan

1) Angka kuman Escherichia coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada minuman angka kuman Escherichia coli harus 0/100 ml sampel minuman. 2) Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman

sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman Escherichia coli

(67)

4) Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10° C.

5) Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu yang sesuai menurut bahan bakunya.

6) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.

7) Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm b) Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm c) Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

Pengawasan hygiene dan sanitasi makanan minumaman dilakukan secara : a. Internal

1) Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas penanggung jawab kesehatan lingkungan rumah sakit.

2) Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan sampel makanan dan minuman meliputi bahan makanan dan minuman yang mengandung protein tinggi, makanan siap santap, air bersih, alat makanan dan masak serta usap dubur penjamah.

3) Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan pengambilan sampel minuman berwarna, makanan yang diawetkan, sayuran, daging, ikan laut.

(68)

5) Bila terjadi keracunan makanan dan minuman d irumah sakit maka petugas sanitasi harus mengambil sampel makanan dan minuman untuk diperiksakan ke laboratorium.

b. Eksternal

Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil atau mendadak untuk menilai kualitas.

3. Penyehatan Air Minum

Air minum adalah yang dipergunakan untuk dikonsumsi melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sumber air dari penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal dari Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui tangki air, air kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air minum. Persyaratan air adalah sebagai berikut:

a. Kualitas Air Minum

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

b. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus 1) Ruang Operasi

Gambar

Gambar  2.1.  Hubungan Lintas Instalasi dan Unit Di Rumah Sakit
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.2 Variabel Independent dan Variabel Dependent
Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Komitmen Petugas Sistem Manajemen Kesehatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor kewajaran pembagian jasa medik merupakan yang dominan mempengaruhi kepuasan kerja (koefisien regresi = 0,307). Disarankan kepada : Manajemen RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu : "Gambaran Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Penggunaan alat pelindung

Lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi yang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak memungkinkan

Jimmy Nadersyah : Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jasa Kesehatan pada Rumah Sakit Swasta..., 2000... Jimmy Nadersyah : Analisis Faktor – Faktor yang

a) Langkah yang dapat diambil untuk komitmen dalam indikator kepedulian yaitu adanya hubungan baik dan rasa hormat antara pegawai dan pimpinannya, sehingga tidak ada jarak yang

Alhuda --- Pada dimensi proses (pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan) sebagian belum terlaksana dengan optimal, proses penerapan

8 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja petugas promosi kesehatan puskesmas dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja petugas promosi kesehatan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa determinan IKP oleh petugas kesehatan yaitu faktor komunikasi yang terjalin antar petugas kesehatan termasuk dalam kategori komunikasi