• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komitmen Penerapan Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komitmen Penerapan Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2010"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2010

TESIS

Oleh:

AZHAR 077031001/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KOMITMEN PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

LANGSA NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2010

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh :

AZHAR 077031001/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

Judul Proposal : KOMITMEN PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2010

Nama Mahasiswa : Azhar

Nomor Induk Mahasiswa : 077031001

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Kesehatan LingkunganIndustri

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S) (Ir. Evi Naria, M.Kes)

Ketua Program Studi

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Judul Tesis : KOMITMEN PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2010

Nama Mahasiswa : Azhar Nomor Induk Mahasiswa : 077031001

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S) (Ir. Evi Naria, M.Kes) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)

(5)

Telah diuji pada Tanggal : 4 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S Anggota : 1. Ir. Evi Naria, M.Kes

(6)

PERNYATAAN

KOMITMEN PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

LANGSA NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2010

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2010

(7)

ABSTRAK

Komitmen petugas kesehatan lingkungan merupakan salah satu faktor yang penting untuk menghasilkan pelayanan kesehatan lingkungan yang bermutu di rumah sakit. Komitmen petugas kesehatan lingkungan tidak dapat dipisahkan dari penerapan manajemen kesehatan lingkungan RSUD Langsa Nanggroe Aceh Darussalam meliputi input, proses dan output.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan penerapan manajemen dalam pengelolaan kesehatan lingkungan meliputi input, proses, dan output dengan komitmen petugas.

Metode penelitian adalah jenis survai dengan tipe eksplanatory pada 32 petugas kesehatan lingkungan di RSUD Kota Langsa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara berpedoman pada kuesioner yang diberikan pada petugas kesehatan lingkungan. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi square.

Hasil penelitian variabel penerapan manajemen kesehatan lingkungan yaitu input yang meliputi (petugas, dana, sarana/prasarana, pedoman teknik) dengan nilai (p=0,005), proses yang meliputi (perencanaan, organisasi, dan pemantauan & evaluasi) (p=0,030), output (p=0,002) mempunyai hubungan yang bermakna dengan komitmen petugas kesehatan lingkungan di RSUD Kota Langsa Tahun 2010. Penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan RSU Kota Langsa tidak memenuhi syarat dengan hasil observasi 6130 < skor minimum 75% x 8770=6652,5.

Disarankan perlunya ketersediaan penambahan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan limbah cair (waste water treatmentr) dan memfungsikan alat

incenerator untuk mengolahan limbah padat yang memenuhi baku mutu yang telah

ditetapkan yang berguna untuk pengendalian kesehatan lingkungan. Terlaksananya pelatihan-pelatihan/seminar dalam peningkatan SDM petugas kesehatan lingkungan di RSUD Kota Langsa Tahun 2010.

(8)

ABSTRACT

The commitment of the environmental health workers was one of the important factors in performing the environmental health services in hospitals. Their commitment, could not. He separated from the implementasi of the environmental health management in hospitals, concerning the input, the process, and the output.

The aim of the research was to know the relationship between the managerial implementation in performing the environmental health services, concerning the input, the process, and the output, and the health workers commitment. The statistical analysis was don’t by using the chi square test

The result of the research on the variable of implementation of the environmental healt management showed that in infut (workers, fund equipment anda infrastructure, technical guidelines (p=0.005), the process (Program organization, monitoring and evaluation (p=0.030), and the output (build,mgs, wards, food and water restoration, waste water treatment, linen cleansing, rat and insect control, and health counseling ( p=0.002) had close relationship to the cammitment, of the envirotment healt workers at the regional hospital Langsa in 2010.

It was suggested that the hospital management should increase the supplyy of the equipment and infrastructure in waste water treatment, put into use the incinerator for the environmental health control, and carry out the seminars and training in order to upgrade the environmental health workers at the Regional hospital Langsa in 2010.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta karuniaNya maka peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini sudah tentu banyak pihak yang telah ikut memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk semua itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada :

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang dijabat oleh dr. Ria Masniari Lubis, M.Si atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Utara Dr. Drs. Surya Utama, M.S yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

Kepada Ir. Evi Naria, M.Kes, sebagai anggota komisi pembimbing atas waktu dan menyumbangkan pemikirannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.

Kepada Ir. Indra Cahaya, M.Si, yang telah memberikan saran dan masukannya sebagai Dewan Komisi Pembanding I untuk kesempurnaan Tesisi ini.

Kepada dr. Taufik Azhar, M.K.M yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan masukannya sebagai Dewan Komisi Pembanding II demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

Kepala Rumah Sakit Umum Langsa dr. Nazib, Spa yang telah memberikan dorongan dan izin untuk melaksanakan penelitian ini.

Kepada istri dan ananda tercinta dr. Muna Hasnita Harahap dan M. Syauqi Mughayatsyah AR, yang telah memberikan semangat dan motivasi serta mengorbankan moril dan materil demi kelangsungan studi.

Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta Drs. H. Rusli Mahmud dan Hj. Fatmawati yang telah bersedia memberikan doa dan dukungannya sehingga peneliti dapat menyempurnakan studi.

Kepada Ayah dan Ibu mertua dr. Hasanul Harifin Harahap, M.S (alm) dan Hj. Risna Nasution yang telah memberikan berbagai fasilitas tempat penginapan dan sarana lainnya sehingga peneliti dapat menyempurnakan studi Pasca Sarjana.

(11)

memberikan pengajaran, bimbingan dan pengarahan serta bantuan selama pendidikan.

Kepada pegawai administrasi RSUD Kota Langsa yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas serta kemudahan dalam melaksanakan penelitian sehingga semua data yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian penulis.

Seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini.

(12)

RIWAYAT HIDUP

Azhar lahir pada tanggal 21 Nopember 1977 di Bireun propinsi Aceh, anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Drs. H. Rusli Mahmud dan Ibunda Hj. Fatmawati.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Langsa selesai tahun 1990, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 5 Langsa selesai tahun 1995, Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Langsa selesai tahun 1996, program Akademi Keperawatan Tgk. Fakinah Banda Aceh selesai tahun 1999, melanjutkan S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Banda Aceh selesai tahun 2002. Kemudian melanjutkan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Universitas Sumatera Utara sampai sekarang.

Riwayat pekerjaan tahun 1999-2004 bekerja di Puskemas Lhokga Aceh Besar. Pada tahun 2005 setelah Tsunami pindah ke Langsa bekerja di Puskesmas Langsa Kota sampai dengan sekarang. Pada tahun 2006 sampai dengan sekarang menjabat sebagai Ketua Tamiang Klinik yang merupakan Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pengobatan Gratis di Aceh Tamiang.

(13)

DAFTAR ISI

2.4. Komponen Program Manajemen Lingkungan ... 11

2.4.1 Input ... 12

2.4.2 Proses ... 12

2.4.3 Output... 14

2.5. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit... 14

2.6. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 19

2.7. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 19

2.7.1 Pengertian Kesling Rumah Sakit ... 19

2.7.2 Persyaratan Kesling Rumah Sakit... 20

2.8. Kerangka Konsep Penelitian ... 32

3.5. Variabel dan Definisi Oprasional... 34

3.6. Metode Pengukuran ... 37

(14)

BAB IV HASIL PENELITIAN... 46

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

4.2 Deskripsi Data Responden ... 48

4.3 Deskripsi Penerapan Manajemen Kesehatan Dimensi Input 49 4.4 Hubungan Penerapan Manajemen Kesling dengan Komitmen Petugas ... 54

4.4.1 Hubungan Penerapan Manajemen Kesling Dimensi Input dengan Komitmen Afektif ... 55

4.4.2 Hubungan Penerapan Manajemen Kesling Dimensi Proses dengan Komitmen Afektif ... 56

4.4.3 Hubungan Penerapan Manajemen Kesling Dimensi Output dengan Komitmen Afektif ... 57

BAB V PEMBAHASAN... 58

5.1 Hubungan Penerapan Manajemen Kesehatan Lingkungan Dmensi Input dengan Komitmen ... 59

5.2 Hubungan Penerapan Manajemen Kesehatan Lingkungan Dmensi Proses dengan Komitmen ... 62

5.3 Hubungan Penerapan Manajemen Kesehatan Lingkungan Dmensi Output dengan Komitmen... 63

5.4 Penilaian Kesehatan Lingkungan RSU Kota Langsa... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 68

6.1 Kesimpulan ... 68

6.2 Saran... 69

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1 Aspek Pengukuran Komitmen Petugas Kesehatan Lingkungan.... 44 4.1 Jumlah Tenaga Kerja di BPK-RSUD Kota Langsa Tahun 2010 ... 46 4.2 Distribusi Data Responden Menurut Kelompok Umur, Jenis

Kelamin, Pangkat/Golongan, Masa Kerja, Status Pegawai, dan Pendidikan Petugas Kesehatan BPK-RSUD Kota Langsa

Tahun 2010 ... 48 4.3 Distribusi Penerapan Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah

Rumah Sakit Dimensi Input di BPK-RSUD Kota Langsa

Tahun 2010 ... 49 4.4 Distribusi Penerapan Manajemen Kesehaan Lingkungan Rumah

Sakit Dimensi Proses di BPK-RSUD Kota Langsa Tahun 2010 ... 50 4.5 Distribusi Penerapan Manajemen Kesehaan Lingkungan Rumah

Sakit Dimensi Output di BPK-RSUD Kota Langsa Tahun 2010 .. 51 4.6 Hasil Penelitian Pemeriksaan Kesehaan Lingkungan RSU

di BPK-RSUD Kota Langsa Tahun 2010 Berdasarkan

Per. Menkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004... 52 4.7 Hubungan Penerapan Kesehatan Lingkungan Dimensi Input

dengan Komitmen Petugas di BPK-RSUD Kota Langsa

Tahun 2010 ... 55 4.8 Hubungan Penerapan Kesehatan Lingkungan Dimensi Proses

dengan Komitmen Petugas di BPK-RSUD Kota Langsa

Tahun 2010 ... 56 4.9 Hubungan Penerapan Kesehatan Lingkungan Dimensi Output

dengan Komitmen Petugas di BPK-RSUD Kota Langsa

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 78

2. Hasil Pengolahan Data ... 81

3. Master Data Penelitian ... 97

4. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 100

5. Surat Izin Penelitian dari RSUD Kota Langsa... 101

6. RSUD Kota Langsa tampak dari depan ... 102

7. Tempat Pembungan Sampah Medis dan Non Medis ... 102

8. Sampah Rumah Sakit terdapat di Selokan ... 103

9. Bak Penampungan Limbah Cair Medis dan Non Medis... 103

10. Pemukiman masyarakat di sekitar RSUD Kota Langsa... 104

11. Sampah di samping RSUD Kota Langsa ... 104

(18)

ABSTRAK

Komitmen petugas kesehatan lingkungan merupakan salah satu faktor yang penting untuk menghasilkan pelayanan kesehatan lingkungan yang bermutu di rumah sakit. Komitmen petugas kesehatan lingkungan tidak dapat dipisahkan dari penerapan manajemen kesehatan lingkungan RSUD Langsa Nanggroe Aceh Darussalam meliputi input, proses dan output.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan penerapan manajemen dalam pengelolaan kesehatan lingkungan meliputi input, proses, dan output dengan komitmen petugas.

Metode penelitian adalah jenis survai dengan tipe eksplanatory pada 32 petugas kesehatan lingkungan di RSUD Kota Langsa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara berpedoman pada kuesioner yang diberikan pada petugas kesehatan lingkungan. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi square.

Hasil penelitian variabel penerapan manajemen kesehatan lingkungan yaitu input yang meliputi (petugas, dana, sarana/prasarana, pedoman teknik) dengan nilai (p=0,005), proses yang meliputi (perencanaan, organisasi, dan pemantauan & evaluasi) (p=0,030), output (p=0,002) mempunyai hubungan yang bermakna dengan komitmen petugas kesehatan lingkungan di RSUD Kota Langsa Tahun 2010. Penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan RSU Kota Langsa tidak memenuhi syarat dengan hasil observasi 6130 < skor minimum 75% x 8770=6652,5.

Disarankan perlunya ketersediaan penambahan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan limbah cair (waste water treatmentr) dan memfungsikan alat

incenerator untuk mengolahan limbah padat yang memenuhi baku mutu yang telah

ditetapkan yang berguna untuk pengendalian kesehatan lingkungan. Terlaksananya pelatihan-pelatihan/seminar dalam peningkatan SDM petugas kesehatan lingkungan di RSUD Kota Langsa Tahun 2010.

(19)

ABSTRACT

The commitment of the environmental health workers was one of the important factors in performing the environmental health services in hospitals. Their commitment, could not. He separated from the implementasi of the environmental health management in hospitals, concerning the input, the process, and the output.

The aim of the research was to know the relationship between the managerial implementation in performing the environmental health services, concerning the input, the process, and the output, and the health workers commitment. The statistical analysis was don’t by using the chi square test

The result of the research on the variable of implementation of the environmental healt management showed that in infut (workers, fund equipment anda infrastructure, technical guidelines (p=0.005), the process (Program organization, monitoring and evaluation (p=0.030), and the output (build,mgs, wards, food and water restoration, waste water treatment, linen cleansing, rat and insect control, and health counseling ( p=0.002) had close relationship to the cammitment, of the envirotment healt workers at the regional hospital Langsa in 2010.

It was suggested that the hospital management should increase the supplyy of the equipment and infrastructure in waste water treatment, put into use the incinerator for the environmental health control, and carry out the seminars and training in order to upgrade the environmental health workers at the Regional hospital Langsa in 2010.

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas sosial yang keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat agar kesehatan masyarakat dapat tetap terjaga. Oleh karena itu rumah sakit mempunyai kaitan erat dengan kumpulan manusia baik itu orang sakit (pasien), tenaga kesehatan, karyawan maupun pengunjung. Menurut status kepemilikan, maka terdapat rumah sakit pemerintah dan rumah sakit milik swasta. Dimana bila dilihat dari lingkup kegiatannya, rumah sakit pemerintah dibagi dalam beberapa kelas yaitu kelas D, C, B dan kelas A. Sedangkan rumah sakit swasta dengan menggunakan istilah Pratama, Madya dan Utama (Depkes RI, 2004).

Peningkatan mutu pelayanan yang berkesinambungan di suatu rumah sakit akan tercapai apabila ada usaha bersama yang dilakukan oleh komponen yang terlibat dalam penyelenggaraan rumah sakit, baik jajaran direksi sebagai pihak manajerial maupun staf/pegawai yang menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan profesinya.

(21)

Komitmen adalah kata kunci dalam keberhasilan sebuah organisasi rumah sakit adalah organisasi pelayanan kesehatan yang merupakan bentuk usaha jasa dimana mutu produk sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pelaksana pelayanan. Pada sebuah rumah sakit, unsur SDM adalah unsur terpenting yang perlu dikelola dan dikembangkan untuk mencapai mutu pelayanan kesehatan lingkungan yang baik.

Menurut Luthans (2006) yang mengutip pendapat Trisnantoro, komitmen organisasi merupakan keadaan kinginan yang kuat para anggota organisasi untuk mengikat diri dalam sebuah organisasi secara sukarela dan berusaha secara keras untuk kepentingan organisasi.

Berdasarkan pendapat para ahli (Ditjen PUOD Depdagri, 2000; Trisnantoro, 2005, dan Subanegara, 2005) dapat disimpulkan bahwa komitmen dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu faktor personal meliputi usia, perasaan dan kecerdasan emosi, dan sifat serta faktor organisasi.

Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit menghasilkan dan menimbulkan berbagai buangan baik limbah padat maupun limbah cairnya. Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah yang berasal dari rumah sakit yang memungkinkan mengandung mikroorganisme, bahan berbahaya beracun dan radio aktif (Depkes, 1995).

Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal tersebut maka lingkungan maupun prasarana rumah sakit perlu dipelihara dengan baik sesuai dengan persyaratan kesehatan yang telah ditetapkan. Untuk melindungi segenap lapisan masyarakat, baik

(22)

selaku pasien, pengunjung maupun masyarakat sekitar rumah sakit serta untuk mencegah dan memperbaiki dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh aktifitas rumah sakit, maka pemerintah telah menerbitkan peraturan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Di dalam surat keputusan tersebut antara lain disebutkan bahwa setiap penanggung jawab rumah sakit bertanggung jawab terhadap pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).

Rumah sakit kelas C atau yang setara merupakan rumah sakit yang wajib melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang tertuang dalam suatu dokumen UKL dan UPL. lsi pokok dokumen tersebut antara lain mengenai upaya pengelolaan dan pemantauan dampak kegiatan di bidang kesehatan terhadap lingkungan yang tidak ada dampak pentingnya dan atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya (Depkes RI, 2001). Dengan adanya dokumen tersebut, sudah seharusnya kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit tercermin pada performa rumah sakit itu sendiri.

(23)

rumah sakit sebesar 376.089 ton/hari dan produksi limbah cair 48.985,70 ton/hari. Dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit.

Berdasarkan data dari Dinas Propinsi NAD jumlah seluruh rumah sakit pada tahun 2008 sebanyak 72 unit, yang terdiri dari Rumah Sakit daerah, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit bersalin, Rumah sakit rujukan, sedangkan di kota langsa terdiri atas tiga unit Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit Daerah Langsa, Rumah Sakit PTP I Cut Mutia, dan Rumah Sakit Swasta.

Berdasarkan laporan hasil pemantauan kegiatan Bapedalda Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, tentang prasyarat kesehatan lingkungan rumah sakit pemerintah, sebagian besar dari rumah sakit yang dipantau belum memiliki dokumen lingkungan hidup, sebagian sedang dalam proses penyusunan dan sebagian kecil sudah memiliki Studi Evaluasi Lingkungan Hidup atau UKL-UPL. Pada umumnya rumah sakit yang dipantau masih mengelola limbah medis dan non medis secara tercampur dan belum melakukan pengelolaan limbah B3 dan sebagian rumah sakit yang dipantau memiliki IPAL dan Insenerator tetapi tidak berfungsi (Laporan Bapedalda NAD 2008).

(24)

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 479/Men.Kes/SKV/1997. Kemudian berdasarkan Kepres No. 40 tahun 2001 berubah status menjadi Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.

Kondisi lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa sangat memprihatinkan dari aspek pengelolaan kesehatan lingkungan. Air selokan di sekeliling rumah sakit berasal dari aktifitas pelayanan klinik, laundry, dapur, pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat dan pelayanan medis. Outlet selokan lainnya langsung dibuang ke sungai tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu, dimana buangan tersebut berwarna hitam dan sangat berbau. Hal ini kemungkinan berdampak terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar rumah sakit terutama bagi pengguna dan pemakai air sungai untuk keperluan mandi, mencuci bahkan untuk keperluan air minum.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang Komitmen Penerapan manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2010.

1.2 Perumusan Masalah

(25)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui dimensi Input (Petugas, dana, sarana/prasarana, pedoman teknis) dalam pengelolaan kesehatan lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, dimensi Proses (perencanaan, organisasi, pemantauan dan evaluasi), dimensi Output (memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan) Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dalam pengelolaan kesehatan lingkungan dan komitmen petugas kesehatan lingkungan. Kemudian menganalisis hubungan penerapan manajemen dalam pengelolaan kesehatan lingkungan dengan komitmen petugas.

1.4 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan penerapan manajemen kesehatan lingkungan terhadap komitmen petugas di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2010

1.5 Manfaat Penelitian

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komitmen

Komitmen merupakan kesetiaan para anggota dan pemimpin terhadap organisasinya. Komitmen merupakan proses yang berkelanjutan dengan para anggota organisasi masing-masing untuk menyumbangkan konstribusi pelaksanaan manajemen terhadap kemajuan organisasi. Penyusunan rencana strategis membutuhkan keterlibatan berbagai pihak sebagai stakeholder kunci dalam perencanaan strategis (Zuckerman 1998).

Komponen komitmen organisasi menyebutkan tiga dimensi yang melibatkan perasaan memiliki dan terlibat dalam organisasi yaitu komitmen efektif, komitmen continuensi, dan komitmen normative. Dimensi ini melibatkan dedikasi seseorang untuk tinggal dalam sebuah organisasi (Meyer dan Allen 1997).

2.2 Komitmen dan Kepemimpinan di Rumah Sakit

Proses penyusunan rencana strategis merupakan usaha untuk memetakan jalan yang akan ditempuh oleh rumah sakit, kegiatan ini tidak mudah dan membutuhkan pemikiran serta kerja keras seluruh sumber daya manusia rumah sakit. Disamping itu terdapat catatan mengenai adanya perbedaan antara maksud misi yang diemban rumah sakit dengan keinginan sumber daya manusianya. Untuk menyusun rencana strategis dibutuhkan komitmen sumber daya manusia terhadap organisasi, hal ini

(27)

perlu ditekankan karena berbagai kasus menunjukkan bahwa penyusunan rencana strategis di rumah sakit lebih didorong oleh penyelesaian tugas dalam pelatihan atau syarat yang dibutuhkan dalam proses akreditasi rumah sakit. Kenyataan bahwa komitmen terhadap sumber daya manusia mungkin berbeda-beda, tanpa komitmen pengaruh rencana strategis terhadap efektifitas organisasi menjadi kurang bermakna. Oleh karena itu sebelum menyusun rencana strategis perlu diperhatikan pemahaman mengenai komitmen dan kepemimpinan.

Menurut Subanegara (2005) yang mengutip pendapat Meyer dan Allen, komitmen terdiri dari tiga dimensi yaitu :

1. Komitmen afektif (Affective Commitment)

Melibatkan rasa memiliki dan terlibat didalam organisasi. Seseorag yang telah berada lama dalam organisasi seharusnya memiliki komitmen yang tinggi, jika diberikan penghargaan oleh organisasinya. Komitmen ini lebih bersifat mengikuti karyawan. Seseorang tidak mau meninggalkan organisasi karena ia sangat meyakini bahwa rasa memiliki dan rasa tanggung jawabnya terhadap pekerjaan menahannya untuk tidak melakukan itu.

2. Komitmen Kontinuans (Continuance Commitment)

(28)

mau mengambil pusing dengan yang lainnya yang penting kebutuhannya untuk pembiayaan hidupnya bisa dipenuhi.

c. Komitmen Normatif (Normative Commitment)

Komitmen ini lebih menekankan kepada keterlibatan perasaan dan menggambarkan dedikasi seseorang untuk tetap tinggal dan bekerja pada organisasinya. Seseorang akan tetap setia karena perasaannya memang mengatakan demikian. Komitmen ini merupakan komitmen yang paling tinggi. Dalam komitmen ini perasaan sangat mendominasi dan akan menimbulkan motivasi yang besar terhadap pekerjaan.

Komitmen yang harus dibangun adalah komitmen affektif dan komitmen normatif, sebab kedua komitmen ini akan sangat kuat dan mengikat, hanya saja memerlukan kesabaran dan ketelitian untuk membangunnya dan membutuhkan waktu yang sangat lama, sebab kuncinya adalah membangun kepercayaan kepada organisasi.

2.3 Sistem

(29)

yang dinamis dengan lingkungannya, sistem menerima berbagai masukan (input) dan mengubah/memprosesnya menjadi keluaran (output) dan hasil akhir (output) dan hasil akhir (outcome) serta dampak (impact). Rangkaian input, proses, output, outcome, output dan impact dalam pemikiran sistem menunjukkan bahwa pendekatan ini sekaligus merupakan alat untuk melakukan perubahan dan peningkatan. Pendekatan sistem dapat digunakan dalam analisis keadaan untuk mengetahui apakah ada masalah atau tidak, dan dapat dipakai untuk menentukan jenis intervensi yang diperlukan untuk mengatasi masalah melalui perubahan pada input dan/atau prosesnya.

Azwar (1988), Muninjaya (2000), dan Notoatmodjo (1993) mengatakan bahwa sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mcpengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub bagian sistem tidak berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besar elemen-elemen sistem ini adalah sebagai berikut :

2. Masukan (input) : adalah sub elemen-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya suatu sistem. Sub sistem tersebut yang dikenal dengan 6 M yaitu manusia (man), uang (money), sarana (material), metode

(methode), pasar (market), serta mesin (machine) untuk organisasi yang mencari keuntungan, sedang untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan dikenal 4 M yaitu manusia (man), uang (money), sarana (material), metode (methode).

(30)

3. Keluaran (output): adalah hal yang dihasilkan oleh proses.

4. Efek (effect) : adalah perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat yang diukur dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.

5. Dampak (impact) : adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.

6. Umpan balik (feed back) : adalah merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.

7. Lingkungan (environment) : adalah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.

Selanjutnya pakar manajemen Goerge Terry dalam Azwar (1996) dan Sugiono (1996) mengatakan bahwa pencrapaian tujuan (output) dalam proses manajemen dari suatu sistem dipengaruhi oleh fungsi-fungsi manajemen meliputi:

planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian). actualing pelaksanaan dan controlling (pengawasan).

2.4 Komponen Program Manajemen Lingkungan

(31)

1. Masukan (input) yang diperlukan untuk pelaksanaan Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

2. Proses yaitu pelaksanaan standart prosedur manajemen lingkungan 3. Keluaran (output) memenuhi syarat kesehatan lingkungan Rumah Sakit

2.4.1 Input

a. Tenaga RSUD adalah: sanitarian atau tenaga kesehatan lain yang telah dilatih tentang Manajemen Lingkungan sanitasi dan ditunjuk/ditugaskan untuk mengelola kesehatan lingkungan rumah sakit

b. Biaya Operasional (dana) adalah: biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan untuk memanfaatkan pelayanan Manajemen Lingkungan yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit berbasis lingkungan (Depkes RI, 2000).

c. Sarana dan prasarana adalah sarana yang minimal dapat menunjang pelaksanaan Manajemen lingkungan sanitasi untuk kegiatan promotif dan preventif. Pelaksanaan pelayanan sanitasi juga harus ditunjang kelengkapan materi yang diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan dan pelaporan, dan pedoman buku petunjuk teknis k sanitasi (Depkes RI, 1991/1992).

2.4.2 Proses

(32)

terhadap pelayanan rumah sakit atau masyarakat sekeliling rumah sakit. Rumah sakit dalam kegiatan sehari-harinya akan menguraikan seluruh aktivitas, mulai dari pelayanan medik (poliklinik dan rawat inap), pelayanan penunjang medik, dan penunjang nonmedik. Selain itu, menempatkan pula aktivitas dan pelayanan dalam beberapa kategori utama, seperti rawat jalan dan rawat inap, produk lijflbah yang dihasilkan, kegiatan medik dan nonmedik, transportasi material (medik dan logistik), dan upaya pencegahan pencemaran. Dari masing-masing uraian aktivitas tersebut, akan teridentifikasi bahan-bahan apa yang digunakan baik dari obat-obatan, alat kesehatan, maupun bahan kimia lainnya.

Aspek lingkungan rumah sakit sebenarnya mencakup lingkup yang luas ataupun tidak terbatas sehingga untuk lebih memu-dahkan akan disajikan beberapa contoh dari aspek lingkungan berikut:

a. Pengelolaan limbah infeksius, patologis, dan nonmedik; b. Kejadian infeksi nosokomial;

c. Pembuangan air limbah;

d. Kegiatan yang menggunakan zat kimia e. Kegiatan yang menggunakan air; f. Kegiatan yang menggunakan energi;

g. Penggunaan sumber daya alam; produk yang sudah lama; h. Pembuangan produk.

(33)

4.2.3 Out put

Hasil yang diharapkan dari seluruh kegiatan oprasional rumah sakit yang berdampak terhadap perubahan kondisi lingkungan yang tidak baik akan menjadi baik sehingga memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan rumah sakit dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup/

b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap yang ramah lingkungan/

c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan. d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

2.5 Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit

(34)

peraturan perundang-undangandan pengetahuan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi.

Berbagai manfaat yang bias didapat apabila menerapkan system manajemen lingkungan rumah sakit yang terpenting perlindungan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat dengan mengikuti prosedur yang ada dalam system manajemen lingkungan rumah sakit, maka sekaligus akan membantu dalam mematuhi peraturan perundang-undangan dan system manajemen yang efektif. Dengan demikian sistem ini merupakan system manajemen praktis yang di desain untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang efektif. Beberapa manfaat yang diperoleh bila kita menerapkan system manajemen lingkungan rumah sakit adalah sebagai berikut : 1. Perlindungan terhadap lingkungan

Dampak positif yang paling bermanfaat untuk lingkungan dengan diterapkannya system manajemen rumah sakit adalah pengurangan limbah berbahaya dan beracun (B3) termasuk di dalamnya limbah Infeksius. Selain itu minimisasi limbah sebagai bagian kunci dari penerapan system manajemen lingkungan rumah sakit melalui pendekatan 3 R (Reuse, Recycle, dan Recovery) dapat mengurangi pemakaian bahan baku sehingga jumlah limbah yang dihasilkan relatif lebih sedikit yang berarti juga biaya pengolahannya relatif lebih murah.

2. Manajemen lingkungan

(35)

akan memberikan garis-garis besar pengelolaan lingkungan yang didesain untuk semua aspek yaitu, operasional, produk, dan jasa di rumah sakit secara terpadu dan saling terkait satu sama lain.

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Penerapan system manajemen lingkungan rumah sakit dapat membawa perubahan kondisi kerja di rumah sakit. Hal ini merupakan harapan yang cukup realistis karena system manajemen lingkungan rumah sakit menekankan peningkatan kepedulian, pendidikan, pelatihan, dan kesadaran dari semua karyawan sehingga mereka mengerti dan tanggap terhadap konsekwensi pekerjaannya. Keterlibatan karyawan dalam proses manajemen lingkungan juga akan meningkatkan budaya sadar dan kepedulian untuk bersama-sama memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya.

4. Kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit

(36)

5. Peraturan perundang-undangan

Dengan menerapkan system manajemen lingkungan maka ada peluang bagi rumah sakit untuk membuktikan kepatuhannya terhadap peraturan perundang-undangan atau menunjukan kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Sebagian rumah sakit yang telah berdiri selama beberapa tahun kemungkinan telah dapat menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang telah di tetapkan. Apabila tidak saat ini rumah sakit tersebut pasti terkena tuntutan hokum dan publisitas negatif. Pemberian denda juga dapat menyebabkan bangkrutnya rumah sakit. Dengan memiliki sertifikasi ISO untuk pengelolaan lingkungan maka kesempatan semakin besar untuk memperoleh dokumen tertulis yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut telah bertindak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada saat ini banyak instansi lingkungan yang memerhatikan gerakan ISO 14001 namun tidak ikut langsung terlibat sehingga bila suatu rumah sakit menunjukkan bahwa mereka telah memiliki sertifikasi ISO dalam pengelolaan lingkungan, instansi-instansi lingkungan tersebut tidak akan menyelidiki secara mendalam karena hasil audit yang dilakukan ISO sudah sangat lengkap dan menghabiskan yang cukup lama sehingga instansi-instansi tersebut tidak perlu menghabiskan waktunya untuk memastikan bahwa rumah sakit tersebut telah memenuhi peraturan yang berlaku.

6. Bagian dari manajemen mutu terpadu

Manajemen mutu terpadu atau yang lebih dikenal sebagai total quality

(37)

tujuannya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pendokumentasian. Sistem manajemen rumah sakit dalam hal ini juga mengandung berbagai tehnik manajemen yang menggunakan pendekatan TQM sehingga implementasi system manajemen lingkungan rumah sakit secara langsung mendukung pelaksanaan manajemen mutu terpadu.

7. Pengurangan dan penghematan biaya

Sistem manajemen lingkungan rumah sakit menawarkan keuntungan finansial baik jangka pendek maupun jangka panjang. Efisiensi pemakaian berbagai sumber daya dan minimisasi limbah yang dihasilkan berarti mengurangi biaya untuk pengadaaan sumber daya dan biaya untuk pengolahan limbah. Penggunaan kembali dan pendaurulangan limbah dapat menjadi tambahan pemasukan financial rumah sakit. Setelah sejumlah biaya dikeluarkan untuk membuat dan menerapkan program-program lingkungan yang belum ada dalam rangka memperoleh sertifikasi secara tidak langsung akan menjadi suatu penghematan biaya dalam jangka panjang terutama dalam hal pembersihan dan pengawasan lingkungan.

8. Meningkatkan citra rumah sakit.

(38)

2.6 Pengaruh Pengelolaan Limbah Rumah Sakit terhadap Masyarakat dan

Lingkungan.

Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko yang mendapatkan gangguan karena buangan limbah rumah sakit : 1. Pasien yang datang ke rumah sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan rumah sakit, kelompok ini yang paling rentan terjadinya penyakit. 2. Karyawan rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan agen penyakit, 3. Pengunjung dan pengantar orang sakit yang berkunjun ke rumah sakit, resiko terkena ganguan kesehatan akan semakin besar, 4. Masyarakat yang bermukim di rumah sakit, lebih-lebih lagi jika rumah sakit membuang hasil buangan tidak sebagai mana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Dampak buangan air limbah tidak rumah sakit tidak memenuhi aturan mengakibatkan mutu lingkungan menjai turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah menurunkan derajat kesehatan masyarakat di lingkngan tersebut.

2.7 Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

2.7.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

(39)

ada dalam lingkungan fisik yang memberi pengaruh buruk terhadap perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.

Kesehatan lingkungan rumah sakit adalah segala upaya untuk menyehatkan dan memelihara lingkungan rumah sakit dan pengaruhnya terhadap manusia. Kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk menciptakan atau mewujudkan kondisi lingkungan rumah sakit yang harus ada diantara manusia dan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia sehingga memenuhi persyaratan penyehatan lingkungan dan dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial serta membantu proses pengobatan dan penyembuhan penyakit (Dep.Kes RI, 1995).

2.7.2 Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Adapun persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Permenkes R1. No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi

1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit

a. Lingkungan bangunan rumah sakit

Lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi yang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya.

(40)

1) Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.

2) Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas, lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.

3) Lingkungan bangunan rumah sakit hares bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas /teknologi untuk mengatasinya.

4) Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.

5) Lingkungan bangunan rumah sakit hares dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup

6) Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.

7) Saluran air limbah domestik dan limbah medis hares tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan air limbah 8) Ditempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang

menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.

(41)

berkembang biaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya.

b. Konstruksi bangunan rumah sakit

Konstruksi bangunan rumah sakit harus kuat, utuh, terpelihara, mudah dibersihkan dan dapat mencegah penularan penyakit serta kecelakaan. Konstruksi bangunan rumah sakit meliputi antara lain adalah :

1). Lantai

a) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang dan mudah dibersihkan.

b) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.

c) Pertemuan antara lantai dan dinding harus membentuk konus/lengkung agar mudah dibersihkan

2). Dinding

Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur

3). Ventilasi

a) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara didalam kamar/ruangan dengan baik.

b) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai.

(42)

d) Penggunaan ventilasi buatan /mekanis harus disesuaikan dengan peruntukan ruangan.

5). Atap

a) Atap harus kuat tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.

b) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter hares dilengkapi penangkal petir 6). Langit-langit

a) Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan b) Langit-langit tingginya minimal 2,70 m dari lantai

c) Kerangka langit-langit hares kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap. 7). Konstruksi

Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.

8) Pintu

Pintu hares kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat mencegah masuknya serangga, tikes dan binatang pengganggu lainnya.

9). Jaringan Instalasi.

(43)

b) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum. 10). Lalu lintas Antar Ruangan

a) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.

b) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahan dan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya.

c) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya.

11).Fasilitas pemadam kebakaran

Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Ruang Bangunan

Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan berdasarkan tingat resiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut;

(44)

1). Zona dengan resiko rendah.

Zona resiko rendah meliputi : Ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang informasi dan ruang pendidikan/ pelatihan.

2). Zona dengan resiko sedang.

Zona resiko sedang meliputi : Ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.

c. Zona dengan resiko tinggi.

Zona resiko tinggi meliputi ruang isolasi ruang perawatan intensif, laburatorium. ruang bedah mayat dan ruang jenazah.

3). Zona dengan resiko sangat tinggi.

Zona resiko sangat tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan ruang patologi.

2. Higiene dan sanitasi makanan minuman

Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yaiig dijual didalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit. Persyaratan higiene dan sanitasi makanan minuman di rumah sakit dengan indikator angka kuman E.Coli harus 0/gram sample makanan dan minuman. Demikian juga dengan kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman

(45)

dalam suhu dingin kurang dari 4° C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu -5° C sampai -1 ° C

Untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya kontaminasi pada makanan dan minuman yang disajikan di rumah sakit sehingga tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan kesehatan maka dalam kegiatan penyehatan makanan perlu diperhatikan pengamatan yang cermat mulai dari pengadaan bahan mentah, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penyajian makanan.

Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan prihadi dan terbiasa berperilaku sehat dalam bekerja.

3. Penyehatan air bersih

Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa.rumah sakit merupakan tempat tindakan dan perawatan orang sakit maka kualitas dan kuantitasnya perlu dipertahankan setiap saat agar tidak mengakibatkan sumber infeksi baru bagi penderita.

Tujuan pengawasan kualitas air di rumah sakit adalah terpantau dan terlindungi secara terus menerus terhadap penyediaan air bersih agar tetap aman dan mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu/membahayakan kesehatan serta meningkatkan kualitas air.

(46)

sendiri harus sesuai dengan standart kualitas air bersih yang telah ditetapkan berdasarkan Yermenkes no. 416 tahun 1990.

Kegiatan pokok pengawasan kualitas air adalah sebagai berikut : a. lnspeksi sanitasi

Kegiatan ini dilakukan menilai keadaan suat sarana penyediaan air bersih guna mengetahui berapa besar kemungkinan sarana tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya yang mengakibatkan kesehatan masyarakat menurun. Inspeksi sanitasi ini dapat memberikan informasi sedini mungkin pencemaran sumber air yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau mahkluk lainnya yang dekat dengan sumber. b. Pengambilan sampel

Sampel diambil dari sistem penyediaan air bersih guna mengetahui apakah air aman bagi konsumen di rumah sakit dan sampel ini harus dapat mewakili air dari sistem secara keseluruhan.

c. Pemeriksaan sampel

Sampel air setelah diambil segera dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan bakteriologi dan kimia.

d. Pencatatan & analisis

Setiap kegiatan yang telah dilaksanakaan dilakukan pencatatan kemudian dianalisis. Jika ada penyimpangan dari kualitas air maka segera dilakukan pengecekan kembali sehingga tindakan perbaikan dapat dilaksanakan.

(47)

tempat tidur. Perkiraan tersebut antara 500-900 liter per tempat tidur per hari (Depkes R1.1995)

4. Pengelolaan limbah

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas (Depkes RI 1995).

a. Limbah padat

Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.

1). Limbah medis padat

Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan nimah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada.

2). Limbah non medis padat

Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis harus dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.

b. Limbah cair

(48)

Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan harus memenuhi pesyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan llidup nomor Kep-58/MENLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.

c. Limbah gas

Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat citotoksik.

Standart limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnahan limbah medis padat dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MENLH/3/1995 teutang baku mutu emisi sumber tidak bergerak.

5. Pengelolaan tempat pencucian Linen (Laundry)

Laundry, rumah sakit adalah : tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan mesin strika.

Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang pengering untuk alat-alat termasuk linen.

(49)

sepanjang koridor dan ruang-ruang di rumah sakit dapat menebarkan mikroba ke seluruh bagian rumah sakit. (Depkes KI, 1995).

6. Pengendalian serangga,tikus dan binatang pengganggu lainnya

Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit.

Serangga dan tikus merupakan masalah rutin di rumah sakit karena itu pengendaliannya juga harus dilakukan secara rutin, karena dapat menjadi pembawa penyakit dan sekaligus dapat menimbulkan kerugian ekonomi.

Karena kebiasaan hidupnya serangga dan tikus dapat menimbulkan gangguan kesehatan dengan cara memindahkan kuman secara mekanis baik langsung kedalam makanan/bahan pangan atau secara tidak langsung dengan mengkontaminasi peralatan pengolahan makanan dan secara biologis dengan menjadikan vector atau reservoir beberapa penyakit tertentu.

Serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya dapat pula menimbulkan kerugian ekonomi karena merusak bahan pangan dan alat-alat rumah sakit lainnya. Pengendalian serangga dan tikus adalah kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan populasi serangga dan tikus di rumah sakit. Dalam melakukan pengendalian terhadap serangga perlu diindentifikasi terlebih dahulu jenis serangga yang akan dikendalikan terutama untuk mengenal kebiasaan hidup dari serangga tersebut.

(50)

1. Konstruksi rumah sakit dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kemungkinan berkembang biak serangga dan tikus.

2. Menjaga kebersihan lingkungan sehingga tidak terjadi penumpukan sampah maupun sisa-sisa makanan yang dapat menjadi sarang berkembang biaknya serangga dan tikus.

3. Setiap sarana penampungan air harus dibersihkan atau dikuras sekurang-kurangnya l x seminggu untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk aedes agypty.

7. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi

Pengertian dari dekontaminasi adalah upaya mengurangi atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan ruang melalui desinfeksi dan Sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.

Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi jumlah mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisikk dan kimiawi.

Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi.

8. Pengamanan radiasi

(51)

menggunakan zat radioaktif harus memperoleh izin dari badan pengawas tenaga Nuklir.

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Kesling Rumah Sakit : - Gedung

Kep.Menkes No.1204, Tahun 2004. tentang Prasyarat

- Pemantauan & Evaluasi

(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survai esplanatory yang menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1989) dan bertujuan untuk menganalisis hubungan penerapan manajemen kesehatan lingkungan dengan komitmen petugas..

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Nangroe Aceh Darussalam atas pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian tentang komitmen penerapan kesehatan lingkungan yang dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan Februari 2010.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah keseluruhan petugas kesehatan lingkungan yang bekerja di Rumah Sakit Umum kota Langsa selama penelitian berlangsung. Besarnya sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan populasi (total sampling) sebanyak 32 orang.

(53)

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh melalui wawancara yang mendalam serta observasi untuk mencari informasi tentang fakta-fakta yang nyata mengenai komitmen penerapan manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit, yang berpedoman dengan lembaran observasi dan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebih ahulu.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari dokumen rekam medik penelusuran kegiatan program manajemen kesehatan lingkungan serta data-data pendukung pada instansi terkait.

3.5 Variabel dan Definisi Oprasional

Variabel penelitian dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok sebagai berikut :

3.5.1 Variabel bebas (variable independent)

Manajemen penerapan kesehatan lingkungan adalah sistem yang diterapkan olah sebuah rumah sakit berdasarkan peraturan Kep MenKes No. 1204 Tahun 2004. 1. Input adalah pelaksanaan manajemen lingkungan yang dilaksanakan rumah sakit,

dengan indikator penelitian yaitu :

a. Petugas adalah semua tenaga yang berperan dan bertangung jawab terhadap pengelolaan kesling.

(54)

c. Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang tersedia untuk pengelolaan limbah. d. Pedoman teknis adalah Standar Oprasional Prosedur (SOP).

2. Proses adalah pelaksanaan standart prosedur manajemen lingkungan yang dilaksanakan oleh rumah sakit, dengan indikator penelitian yaitu :

a. Perencanaan adalah rencana strategis dalam menentukan kebijakan program manajemen kesling.

b. Organisasi adalah struktur ketenagaan yang ditunjuk dalam pelaksanaan program kesling.

c. Pemantauan dan evaluasi adalah pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan kesehatan lingkungan.

3. Output adalah adalah hasil persepsi petugas yang diharapkan dari penerapan manajemen kesehatan lingkungan yang tidak baik akan menjadi baik sehingga memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan.

Dimensi output untuk kesehatan lingkungan dengan melakukan pengamatan (observasi) pada dimensi :

a. Gedung adalah tampilan secara nyata performa yang terdiri dari lantai, dinding, atap, langit-langit, pintu pagar, halaman, taman, tempat parker, jaringan instalasi serta saluran air limbah.

(55)

c. Penyehatan makanan adalah suatu upaya yang dilakukan dalam menyiapkan makanan mulai dari bahan mentah hingga makanan jadi termasuk penyajian makanan, dapur penyamah makanan dan peralatan

d. Penyehatan air adalah upaya yang dilakukan agar air tetap terjaga dari segi kuantitas dan sarana.

e. Pengelolaan limbah adalah upaya yang dilakukan dalam mengolah limbah, baik pengolahan limbah padat dan pengelohan limbah cair.

f. Pencucian linen adalah suatu tempat dimana dilakukan pencucian terhadap peralatan Rumah Sakit yang diperuntukkan buat keperluan pasien

g. Pengendalian serangga atau tikus adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya, sehingga keberadaannya tidak menjadi vector penular penyakit

h. Penyuluhan kesling adalah kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung kepada karyawan, pasien dan pengunjung maupun pedagang makanan dalam lingkungan RS.

3.5.2 Variabel terikat (variable dependent)

(56)

1. Komitmen afektif adalah kesedian petugas kesehatan lingkungan di rumah sakit karena keinginan sendiri dan bersifat emosional.

2. Komitmen kontinuans adalah kesediaan petugas kesehatan untuk mempertahankan keanggotaannya terhadap rumah sakit karena perhitungan untung rugi. Petugas kesehatan mau berkorban bagi rumah sakit dengan pehitungan sesuai kebutuhan, dengan indikator :

a. Tercukupi kebutuhan yaitu pertimbangan petugas apakah kebutuhan tercukupi bila tetap di rumah sakit.

b. Jaminan kehidupan yaitu keyakinan petugas menetap di rumah sakit karena terpenuhi kebutuhan hidup.

3. Komitmen normatif adalah kesediaan petugas untuk tetap menjadi bagian rumah sakit, dengan indikator :

a. Absensi yaitu kehadiran serta displin waktu kerja, dan keefektifan dalam menggunakan waktu kerja.

b. Pelayanan terhadap kesehatan lingkungan yaitu pelaksanaan tugas/ kegiatan yang diberikan petugas terhadap kesehatan lingkungan.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Penerapan Manajemen Kesehatan Lingkungan

(57)

Input

1. Petugas

a. Baik jika petugas yang tersedia mencukupi dalam pelaksanaan kesehatan lingkungan, memiliki skor 6-10.

b. Tidak Baik jika petugas yang tersedia tidak mencukupi dalam pelaksanaan kesehatan lingkungan, memiliki skor 0-5.

2. Dana

a. Baik jika dana yang tersedia mencukupi dalam pelaksanaan oprasional kesehatan lingkungan, memiliki skor 6-10.

b. Tidak Baik jika dana yang tersedia tidak mencukupi dalam pelaksanaan oprasional kesehatan lingkungan, memiliki skor 0-5.

3. Sarana/prasarana

a. Mendukung jika sarana/prasarana tersedia dalam pengelolaan lingkungan, memiliki skor 5-9.

b. Tidak mendukung jika sarana/prasarana tidak tersedia dalam pengelolaan lingkungan, memiliki skor 0-4.

4. Pedoman teknis

a. Baik jika tersedia pedoman acuan pelaksanaan program kesehatan lingkungan, memiliki skor 6-10.

(58)

Keseluruhan dimensi input dikategorikan : a. Baik, apabila responden mendapat skor 20-39.

b. Tidak baik, apabila responden mendapat skor di bawah 0-19,

Proses

1. Perencanaan

a. Baik jika perencanaan strategis dilakukan melibatkan semua komponen program, memiliki skor memiliki skor 6-10.

b. Tidak Baik jika perencanaan strategis dilakukan tidak melibatkan semua komponen program, memiliki skor 0-5.

2. Organisasi

a. Baik jika struktur ketenagaan yang ditempatkan sesuai dengan keahlian dan kualifikasi pendidikan, memiliki skor 1-2.

b. Tidak Baik jika struktur ketenagaan yang ditempatkan tidak sesuai dengan keahlian dan kualifikasi pendidikan, tidak memiliki skor.

3. Pemantauan dan evaluasi

a. Baik jika pengawasan dan evaluasi yang dilakukan pada semua unit pengelolaan limbah sesuai dengan parameter yang diperkenankan, memiliki skor 3-5.

(59)

Keseluruhan dimensi proses dikategorikan : b. Baik, apabila responden mendapat skor 9-17.

b. Tidak baik, apabila responden mendapat skor di bawah 0-8,

Out Put

1. Hasil persepsi petugas tentang pelaksanaan penerapan manajemen kesehatan lingkungan yang diharapkan tidak baik menjadi baik sehingga sehingga memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan..

a. Baik jika pengawasan dan evaluasi yang dilakukan pada semua unit pengelolaan limbah sesuai dengan parameter yang diperkenankan, memiliki skor 2-3.

b. Tidak Baik jika pengawasan dan evaluasi yang dilakukan pada semua unit pengelolaan limbah tidak sesuai dengan parameter yang diperkenankan, memiliki skor 0-1.

2. Dimensi kesehatan lingkungan diukur dengan penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan Rumah Sakit Umum Kota Langsa berdasarkan Kep. Menkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/ 2004, dengan indiktor :

a. Gedung

(60)

2) Tidak memenuhi syarat bila tampilan secara nyata (performa) yang terdiri dari lantai, dinding, atap, langit-langit, pintu, pagar, halaman taman dan tempat parker, jaringan instalasi serta saluran air limbah, memiliki skor ≤ 787,5.

b. Ruangan

1) Memenuhi syarat bila semua ruang/unit yang ada di dalam gedung bangunan rumah sakit yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit yang meliputi ruang perawatan, ruang operasi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang radiologi, ruang pendingin, ruang mayat, toilet dan kamar mandi, memiliki skor ≥ 825.

2) Tidak memenuhi syarat bila semua ruang/unit yang ada di dalam gedung bangunan rumah sakit yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit yang meliputi ruang perawatan, ruang operasi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang radiologi, ruang pendingin, ruang mayat, toilet dan kamar mandi, memiliki skor

≤ 825.

c. Penyehatan makanan.

(61)

2) Tidak memenuhi syarat bila upaya yang dilakukan dalam menyiapkan makanan mulai dari bahan mentah hingga makanan jadi, termasuk penyajian makanan, dapur, penjamah makanan dan peralatan, memiliki skor ≤ 1350.

d. Penyehatan air

1) Memenuhi syarat bila upaya yang dilakukan agar air tetap terjaga dari segi kuantitas, kualitas dan sarana, memiliki ≥ 1680.

2) Tidak memenuhi syarat bila upaya yang dilakukan agar air tetap terjaga dari segi kuantitas, kualitas dan sarana, memiliki skor ≤ 1680. e. Pengelolaan limbah

1) Memenuhi syarat bila upaya yang dilakukan dalam mengolah limbah baik pengolahan limbah padat dan pengolahan limbah cair, memiliki skor ≥ 1280.

2) Tidak memenuhi syarat bila upaya yang dilakukan dalam mengolah limbah baik pengolahan limbah padat dan pengolahan limbah cair, memiliki skor ≤1280.

f. Tempat pencucian linen

1) Memenuhi syarat bila pencucian terhadap peralatan rumah sakit yang diperuntukkan buat keperluan pasien, memiliki skor ≥ 275.

(62)

g. Penyuluhan kesehatan lingkungan

1) Memenuhi syarat bila penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung kepada karyawan,pasien dan pengunjung maupun pedagang makanan dalam lingkungan rumah sakit, memiliki skor ≥ 360.

2) Tidak memenuhi syarat bila penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung kepada karyawan,pasien dan pengunjung maupun pedagang makanan dalam lingkungan rumah sakit, memiliki skor ≤ 360.

h. Pengendalian serangga dan tikus

1) Memenuhi syarat bila upaya yang dilakukan untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vector penularan penyakit, memiliki skor ≥ 70,4.

2) Tidak memenuhi syarat bila upaya yang dilakukan untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vector penularan penyakit, memiliki skor ≤ 70,4.

Hasil penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan RSU Kota Langsa:

a. Memenuhi syarat, jika penilaian memperoleh skor hasil penilaian kesehatan lingkungan ≥ 75% dari skor maksimal yang diperiksa.

(63)

3.6.2 Komitmen Petugas Kesehatan

Variabel komitmen petugas kesehatan diukur dengan 22 item pertanyaan dan jawaban disusun dengan pembobotan (skoring). Jumlah pertanyaan untuk dimensi komitmen afektif dengan 7 item (1-7 soal), komitmen kontinuans dengan 8 item (8-15 soal) dan komitmen normatif dengan 7 item (16-22 soal). Bobot penilaian untuk setiap pertanyaan nilai terendah dengan skor 1 dan nilai tertinggi dengan skor 5 (Sudjana, 2005). Selanjutnya nilai skoring komitmen dikategorikan sebagai berikut : a. Baik, apabila responden mendapat skor 66-110.

b. Tidak baik, apabila responden mendapat skor di bawah 22-65.

Tabel aspek pengukuran komitmen petugas kesehatan lingkungan terlihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Komitmen Petugas Kesehatan Lingkungan

(64)

3.7 Metode Analisis Data

(65)

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum BPK-RSU Daerah Kota Langsa

Rumah Sakit Umum (RSU) Daerah Kota Langsa didirikan pada tahun 1915 oleh Pemerintah Kolonial Belanda di ata areal tanah seluas ± 35.800 M2 yang merupakan rumah sakit rujukan atas mata rantai sistem kesehatan di pemerintahan Kota Langsa. Berdasarkan SK Menkes Republik Indonesia NO. 51/Men.Kes/SK/II/1979 tanggal 22 Februari 1979 diberikan status menjadi rumah sakit dalam klasifikasi type C. Kemudian pada tanggal 1997 ditingkatkan klasifikasinya menjadi rumah sakit type G Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 479/Men.Kes/SKV/1997 tanggal 20 Mei 1997.

Motto BPK-RSUD Kota LangsaadalahPelayanan PRIMA (P: Profesional, R: Ramah, I: Islami, M: Menyenangkan, A: Akurat).

(66)

a. Sebelah Utara dengan Selat Malaka. b. Sebelah Barat dengan Aceh Timur .

c. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Tenggara. d. Sebelah Timur dengan Kabupaten Aceh Tamiang.

4.1.2 Tujuan BPK-RSUD Kota Langsa

Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, terjangkau, sesuai standar, bermutu dan mampu mengadakan pelayanan rujukan se-provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

4.1.3 Ketenagaan

Pelayanan kesehatan di BPK-RSU Daerah Kota Langsa didukung oleh berbagai jenis ketenagaan yang secara umum terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis non perawatan, tenaga para medis dan tenaga non medis, baik yang berstatus Pegawai Negeri Sipil, pegawai tidak tetap maupun honorer yang berjumlah 689 orang tenaga kerja. Sedangkan data ketenagaan petugas kesehatan lingkungan per-Desember 2009 disajikan pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Jumlah Petugas Kesehatan Lingkungan di BPK-RSUD Kota Langsa Tahun 2010

No. Jabatan Jumlah (orang)

Direktur 1

Wakil direktur 1

Kabid Penunjang Medik 1

Kepala IPRS 1

Bagian Limbah Medis dan Non Medis 4 Bagian Instalasi Pemeliharaan Gedung dan

Perlengkapan

8

Petugas Clearning Service 16

Jumlah 32

(67)

Deskripsi data responden yang menjadi sampel penelitian berjumlah 32 orang. Proporsi data responden meliputi umur, jenis kelamin, pangkat/golongan, masa kerja, status pegawai, dan pendidikan diuraikan dibawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Data Responden Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Pangkat/Golongan, Masa Kerja, Status Pegawai, dan Pendidikan Petugas Kesehatan BPK-RSUD Kota Langsa Tahun 2010

(68)

berumur 30-39 tahun sebanyak 18 orang (56,3%), sebanyak 21 orang (65,6%) jenis kelamin laki-laki, sebanyak 14 orang (46,9%) memiliki pangkat/golongan adalah non golongan, sebanyak 15 orang (46,9%) telah bekerja dengan selama 11-20 tahun, sebanyak 18 orang (56,2%) dengan status pegawai sebagai PNS dan memiliki latar belakang pendidikan SMA sebanyak 14 orang (43,8%).

4.3 Deskripsi Penerapan Manajemen Kesehatan Dimensi Input

Distribusi pelaksanaan penerapan manajemen kesehatan meliputi dimensi input, proses dan output di RSU Kota Langsa tahun 2010, diuraikan dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Penerapan Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Dimensi Input di BPK-RSUD Kota Langsa Tahun 2010

No. Dimensi Input Jumlah Persen (%)

(69)

pengelolaan kesehatan lingkungan dengan baik sebanyak 23 orang (71,9%), sebanyak 21 orang (65,6%) menyatakan pembiayaan oprasional kesehatan lingkungan tidak mencukupi, sebanyak 18 orang (56,2%) menyatakan fasilitas yang tersedia untuk pengelolaan limbah tidak mendukung, dan penilaian tentang ketersediaan pedoman teknis sesuai dengan Standar Oprasional Prosedur (SOP) terbanyak menjawab tersedia sebanyak 22 orang (68,7%).

Tabel 4.4 Distribusi Penerapan Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Dimensi Proses di BPK-RSUD Kota Langsa Tahun 2010

No. Dimensi Proses Jumlah Persen (%)

3. Pemantauan & Evaluasi

Baik 14 43,8

Tidak Baik 18 56,2

Jumlah 32 100,0

(70)

tugas kesling terbanyak menyatakan tidak baik sebanyak 18 orang (56,2%).

Tabel 4.5 Distribusi Penerapan Manajemen Kesehaan Lingkungan Rumah Sakit Dimensi Output di BPK-RSUD Kota Langsa Tahun 2010

No. Dimensi Output Jumlah (%)

Memenuhi syarat 18 56,3

Tidak memenuhi syarat 14 43,7

32 100,0

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Komitmen Petugas Kesehatan Lingkungan
Tabel 4.2  Distribusi Data Responden Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Pangkat/Golongan, Masa Kerja, Status Pegawai, dan Pendidikan Petugas Kesehatan BPK-RSUD Kota Langsa Tahun 2010
Tabel 4.3 Distribusi Penerapan Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Dimensi Input di BPK-RSUD Kota Langsa Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada pihak pimpinan Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan agar selalu memerhatikan keadaan perawat di rumah sakit

Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan upaya untuk melakukan perbaikan, peningkatan dan pengembangan bukti langsung meliputi ruang tunggu pasien, keadaan rawat inap dan

Tingkat Kepuasan Pasien Dibuhungkan Dengan Asuhan Keperawatan dan Penyediaan Fasilitas Pelayanan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Immanuel Bandung, Tesis Program Pascasarjana

Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, kelembaban di ruang Perawatan I saat dilakukan penelitian rata-rata hasil pengukuran 30,8%

Memberikan informasi pada Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan mengenai keadaan ruang perawatan khususnya konstruksi bangunan, lingkungan fisik dan indeks

1204/ Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, kelembaban di ruang Perawatan I saat dilakukan penelitian rata-rata hasil pengukuran 30,8%

Dari hasil observasi untuk keadaan fasilitas sanitasi (sarana pembuangan tinja) di ruang rawat inap dari sal A, sal B, sla D, sal E dan sal F, pada kelas satu, dan

Sarana Prasarana Sarana prasarana atau fasilitas RS terkait K3 yang diberikan belum lengkap, fasilitas yang sudah disediakan oleh rumah sakit berupa Alat Pelindung Diri, pegelolaan