• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Di Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Manan Simatupang Kisaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Determinan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Di Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Manan Simatupang Kisaran"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN KEPUASAN

PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

DI RSUD ABDUL MANAN SIMATUPANG KISARAN

SKRIPSI

Oleh :

111000018

BERKAH MEIDRA ADIKA NASUTION

Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Medan

(2)

i

DETERMINAN KEPUASAN

PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

DI RSUD ABDUL MANAN SIMATUPANG KISARAN

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

111000018

BERKAH MEIDRA ADIKA NASUTION

Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Medan

(3)

i

PERNYATAAN

DETERMINAN KEPUASAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RSUD H. ABDUL MANAN SIMATUPANG

KISARAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, April 2015

Berkah Meidra Adika Nasution 111000018

(4)
(5)

i

HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL SKRIPSI : DETERMINAN KEPUASAN PASIEN

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL MANAN SIMATUPANG KISARAN

Nama Mahasiswa : BERKAH MEIDRA ADIKA NASUTION

No. Induk Mahasiswa : 111000018

Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Peminatan : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Tanggal Lulus : 21 April 2015

Disahkan oleh: Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes dr.Fauzi, SKM

NIP. 197308031999032001 NIP. 140052649

Medan, April 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 196108311989031001 Dr. Drs. Surya Utama, MS

(6)

i ABSTRACT

NHA (National Health Assurance) is the health protection assurance for making participants get the benefit of health care and the protection in fulfilling the basic health needs which are given to every people who has paid the dues/dues were paid by the government. The total of NHA patients' visits in the Abdul Manan Simatupang Regional Public Hospital in Kisaran on January 2014 until January 2015 were 37.373 people.

The kind of research is survey research by using the explanatory approach for explaining the influence of tangibles, reliability, responsiveness, assurance, empathy to the patients’ satisfaction by NHA patients in Abdul Manan Simatupang Regional Hospital. The population in this research was the whole of NHA patients as the DAR (Dues Assistance Receiver) and Non-DAR hospitalized who were taken care in Abdul Manan Simatupang Hospital, were 7.849 people. The sample which was taken 99,98 has been accomplished to be 100 respondents, by using Slovin method. The primary data was got through an interview using the questionnaires. The data was analyzed using multiple linear regression test.

The result of research showed that the variable which has significant influence to the hospitalized patients satisfaction variable was tangibles, responsiveness, assurance, and empathy there was an influence to NHA patients' satisfaction whereas reliability there was not an influence to NHA patients' satisfaction. Based on direct evidence multivariate the test has the most influence to NHA patients' satisfaction in Abdul Manan Simatupang Regional Hospital, with regression coefficient value (B)0,581.

Based on research result, the effort is needed to do improvement, upgrading, and development of direct evidence includes the patients’ waiting room, hospitalized condition and equipment facilities for the hospitalized patients in hospital, upgrading empathy in doing their works, medical workers should work with special attention to their patients, giving hospitality when examining patients, the doctor can take time to listen to patients' complaints (not in a hurry), and it's better for the doctor or other medical workers before examining patients, they should introduce themselves first for making the relationship well (greeting with smile and touch) like every hospita’s motto.

Keyword : NHA Patients, Tangibles

(7)

i ABSTRAK

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah jaminan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran/iurannya dibayar oleh pemerintah. Total kunjungan pasien JKN di RSUD Abdul Manan Simatupang Kisaran pada Januari 2014 sampai Januari 2015 yaitu berjumlah 37.373 jiwa.

Jenis penelitian adalah penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh bukti langsung, kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati terhadap kepuasan pasien oleh pasien JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di RSUD Abdul Manan Simatupang Kisaran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien JKN PBI dan Non PBI rawat inap yang dirawat di RSUD Abdul Manan Simatupang Kisaran, yaitu sebanyak 7.849 jiwa. Sampel diambil 99,98 digenapkan menjadi 100 responden diambil dengan menggunakan metode Slovin. Data primer diproleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisi dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien rawat inap adalah bukti langsung, daya tanggap, jaminan, dan empati ada pengaruh terhadap kepuasan pasien JKN sedangkan kehandalan pengaruh terhadap kepuasan pasien JKN. Berdasarkan uji multivariat bukti langsung memiliki pengaruh paling besar terhadap kepuasan pasien JKN di RSUD Abdul Manan Simatupang Kisaran, dengan nilai koefisien regresi (B) 0,581.

Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan upaya untuk melakukan perbaikan, peningkatan dan pengembangan bukti langsung meliputi ruang tunggu pasien, keadaan rawat inap dan fasilitas perlengkapan rawat inap yang ada di rumah sakit, peningkatan empati dalam melaksanakan tugasnya, petugas kesehatan sebaiknya bekerja dengan perhatian secara khusus kepada pasien, memberikan keramahan pada saat memeriksa pasien, dokter dapat meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan pasien (tidak terburu-buru), serta alangkah baiknya dokter maupun pegawai kesehata lainnya sebelumnya memeriksa pasien memperkenalkan diri terlebih dahulu untuk membina hubungan dengan baik (senyum sapa dan sentuh) seperti yang ada pada motto rumah sakit.

Kata Kunci : Pasien JKN, Bukti Langsung

(8)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Berkah Meidra Adika Nasution

Tempat : Kisaran

Tanggal Lahir : 27 Mei 1993

Suku Bangsa : Mandailing

Agama : Islam

Nama Ayah : Badarun Lukman Nasution

Suku Bangsa Ayah : Mandailing

Nama Ibu : Rosmawati Panggabean

Suku Bangsa Ibu : Batak

Riwayat Pendidikan

1. Tamat Tahun 2006 : SDN 010086 Kisaran Timur, Kabupaten Asahan

2. Tamat Tahun 2009 : SMPN 1 Kisaran, Kabupaten Asahan

3. Tamat Tahun 2011 : SMAN 1 Kisaran, Kabupaten Asahan

4. Tamat Tahun 2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

5. Lama studi di FKM USU : 3 Tahun 7 Bulan

Riwayat Oranisasi

Tahun 2011-2013 : Pengurus HMI FKM USU

Tahun 2013-2014 : Pengurus UKM FKM USU

Tahun 2013-2014 : Pengurus PAMI FKM USU

Tahun 2014-2015 : Ketua Komisi Pemilihan Umum FKM USU

(9)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Determinan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran” yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM).

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh

karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. dr. Heldy BZ, MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan dan dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran,

bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang

telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Dr. Juanita SE, M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan

saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(10)

i

6. Seluruh Dosen khususnya dosen-dosen peminatan AKK dan seluruh staf di

FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjalan

pendidikan.

7. Direktur RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran beserta seluruh staf

yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Orang tua tercinta, Pak Badarun Lukman Nasution,S.P. dan Ibunda

Rosmawati Panggabean,S.Pd, yang selalu mendukung dan mendoakan penulis

dari jauh hingga mampu menyelesaikan skripsi sesuai dengan rencana.

Kepada Warisna Asyiah selaku kakak dari penulis yang mampu jadi

penghibur dan penyemangat bagi penulis.

9. Terkhusus kepada seseorang yang spesial Hastri Rizka Rahmi Laia yang

senantiasa mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

10.Teman-teman penulis Mutiara Nauli, Erizka Yulinda, Sarah Safira,Widia

Gustiasari, Muhammad Ali Angkat, Rifhandita Asokawati, Amita Rahma,

Debi Daryani, Muhammad Bayu Akbar, Rury Saswita,Wilda Try Wahyuni,

Asih Monica, Sarah Marpaung dan Sri Ita yang selalu ada di saat penulis

membutuhkan semangat dan dorongan di saat penulis membutuhkan saran.

Terimakasih atas disetiap kesempatan yang hadir di kehidupan penulis selama

di perantauan Kota Medan.

11.Adik-adik tersayang M. Rido Syafwan, Ikrom, Ariful, Rezy, Sofyan, Arif

Adudu, Arif, Fadly dan Juna yang telah memberikan banyak bantuan, saran

dan semangat kepada penulis.

(11)

i

12.Teman-teman seperjuangan di FKM USU khususnya stambuk 2011 yang

memberikan semangat kepada penulis.

13.Teman-teman seperjuangan di AKK (Muhammad Mansur, Ivan Mirza, Widia

Tanjung, Riza Annisa, dll) yang memberikan semangat kepada penulis.

14.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan

serta masih diperlukan dalam penyempurnaannya. Hal ini tidak terlepas dari

keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, April 2015 Penulis,

Berkah Meidra Adika Nasution

(12)

i DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

2.1.1 Pengertian Kepuasan ... 11

2.1.2 Kepuasan Pasien... 13

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan ... 14

2.1.4 Pengukuran Kepuasan Pelanggan ... 20

2.2. Rumah Sakit ... 23

2.2.1 Pengertian Rumah Sakit ... 23

2.2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit... 24

2.2.3 Klasifikasi Rumah Sakit ... 24

2.2.4 Rumah Sakit Umum Kelas C ... 25

2.3. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... 27

2.3.1 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional ... 27

2.3.2 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional ... 28

2.3.3 Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional ... 29

2.3.4 Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional ... 31

2.3.5 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional ... 32

2.3.6 Pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional ... 35

2.3.6.1 Tarif ... 35

2.3.6.2 Iuran ... 36

2.3.6.3 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan ... 37

2.3.7 Pertanggung Jawaban BPJS Kesehatan ... 38

2.4. Kerangka Konsep ... 40

2.5. Hipotesis Penelitian ... 40

(13)

i

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian... 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.3. Populasi dan Sampel ... 42

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 43

3.5.1 Definisi Operasional Variabel Bebas ... 43

3.5.2 Definisi Operasional Variabel Terikat ... 44

3.6. Metode Pengukuran ... 45

3.6.1. Variabel Bebas ... 45

3.6.2. Variabel Terikat ... 46

3.7.Teknik Analisa Data ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 48

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 48

4.1.1 Sejarah Singkat RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran ... 48

4.1.2 Visi, Misi, dan Motto RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran ... 48

4.1.3 Sarana dan Prasarana... 49

4.2 Analisis Univariat... 52

4.2.1 Karakteristik Responden ... 52

4.2.2 Uji Normalitas ... 54

4.2.3 Gambaran Karakteristik Responden ... 54

4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Bukti Langsung... 55

4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kehandalan ... 57

4.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Daya Tanggap ... 58

4.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jaminan ... 59

4.2.8 Distribusi Responden Berdasarkan Empati ... 60

4.2.9 Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional ... 61

4.3 Analisis Bivariat ... 63

4.3.1 Hubungan Bukti Langsung dengan Kepuasan ... 64

4.3.2 Hubungan Kehandalan dengan Kepuasan ... 64

4.3.3 Hubungan Daya Tanggap dengan Kepuasan ... 64

4.3.4 Hubungan Jaminan dengan Kepuasan ... 65

4.3.5 Hubungan Empati dengan Kepuasan ... 65

4.4 Analisis Multivariat ... 65

4.4.1 Uji Kelayakan Model ... 66

4.4.2 Pengujian Secara Serentak (Simultan) ... 66

4.4.3 Pengujian Secara Parsial ... 66

(14)

i

BAB 5. PEMBAHASAN ... 70

5.1 Pengaruh Bukti Langsung Responden Terhadap Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran ... 70

5.2 Pengaruh Kehandalan Responden Terhadap Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran ... 73

5.3 Pengaruh DayaTanggap Responden Terhadap Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran ... 76

5.4 Pengaruh Jaminan Responden Terhadap Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran ... 80

5.5 Pengaruh Empati Responden Terhadap Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran ... 83

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

6.1 Kesimpulan ... 87

6.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN

(15)

i

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Karakteristik Responden di RSUD H. Abdul Manan Simatupang

Kisaran ... 53

Tabel 4.2 Uji Normalitas Bukti Langsung, Kehandalan, Daya Tanggap, Jaminan, Empati dan Kepuasan Pasien JKN pada RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran ... 54

Tabel 4.3 Gambaran Bukti Langsung, Kehandalan, Daya Tanggap, Jaminan, Empati dan Kepuasan Pasien JKN pada RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran ... 55

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Berdasarkan Bukti Langsung ... 55

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Berdasarkan Kehandalan ... 57

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Berdasarkan Daya Tanggap ... 58

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Berdasarkan Jaminan ... 59

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tanggapan Berdasarkan Empati ... 60

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional ... 61

Tabel 4.10 Hubungan Bukti Langsung, Kehandalan, Daya Tanggap, Jaminan, Empati dengan Kepuasan Pasien JKN pada RSUD H. Abdul Manan Simatupang Kisaran ... 63

Tabel 4.11 Uji Kelayakan Model ... 66

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Secara Serentak ... 66

Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Berganda ... 67

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena

tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan

aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik mental, spiritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Dalam memelihara kesehatan tidak mudah dan membutuhkan biaya

yang mahal, biaya dan tenaga yang dibutuhkan ketika sakit jauh lebih mahal lagi

dari pada saat tidak sakit. Semakin maju zaman maka semakin tinggi ragam

penyakit baru dan penyakit ituakan disebabkan oleh prilaku manusia.

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau

oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

(Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009).

Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas

rumah sakit adalah kemampuan rumah sakit dalam memberikan layanan kepada

pasien. Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan layanan yang bermutu

kepada para pasien sangat ditentukan oleh pendekatan layanan yang diberikan

oleh pihak rumah sakit. Rumah sakit harus mengetahui dan memperhatikan

(17)

bagaimana menciptakan dan meningkatkan kualitas jasa atau layanan yang akan

diberikan kepada pasien.

Kepuasan pasien ditentukan oleh kualitas jasa yang diterima para pasien,

sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama bagi setiap rumah

sakit.Kepuasan pasien telah menjadi bagian dari tujuan sebagian besar rumah

sakit. Sejalan dengan itu, kualitas layanan, terutama bagi rumah sakit, menjadi hal

yang penting agar dapat memberi kepuasan pada pasien dan pada akhirnya

menjadi nilai tambah bagi rumah sakit itu sendiri.

Produk dan layanan yang berkualitas berperan penting dalam membentuk

kepuasan pasien, selain itu juga erat kaitannya dalam menciptakan keuntungan

bagi rumah sakit. Semakin berkualitas produk dan layanan yang diberikan oleh

rumah sakit maka kepuasan yang dirasakan oleh pasien akan semakin tinggi.

Menurut Tjiptono (2002), adanya kepuasan pasien akan dapat menjalin hubungan

harmonis antara rumah sakit dan pasien. Kepuasan ini menciptakan dasar yang

baik bagi pembelian ulang serta terciptanya loyalitas pasien dan membentuk

rekomendasi dari mulut ke mulut yang akan dapat menguntungkan rumah sakit.

Menurut Kotler dan Amstrong (2003), kepuasan adalah sejauh mana suatu

tingkatan produk dipersepsikan sesuai dengan harapan pembeli.

Kepuasan pasien menurut Zeithaml (2003), sebagai “costumer’s

evaluation of a product or service in terms of whether that product or service has

met their needs and expectation”. Dengan demikian kepuasan pasien merupakan

perilaku yang terbentuk terhadap barang atau jasa sebagai pembeli produk

(18)

bisnis rumah sakit. Pasien yang merasa puas pada produk/jasa yang digunakannya

akan kembali menggunakan jasa/produk yang ditawarkan sehingga membangun

kesetiaan pasien.

Kepuasan pasien sendiri diartikan sebagai suatu keadaan dimana harapan

pasien terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang diterimanya. Jika

produk tersebut jauh dibawah harapan pasien maka ia akan kecewa. Sebaliknya

jika produk tersebut memenuhi harapan pasien, maka ia akan senang. Harapan

pasien dapat diketahui dari pengalaman mereka sendiri saat menggunakan produk

tersebut, omongan orang lain dan informasi iklan (Zeithaml, 2003).

Dalam memahami kebutuhan dan keinginan pasien merupakan hal penting

yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang

sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan

pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka

akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman

buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien, suatu perusahaan atau rumah

sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien

yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya (Junaidi,

2002).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 28 tahun 2014, Program

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijkan pemerintah

bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

yang dimaksudkan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem

(19)

masyarakat yang layak. Jaminan kesehatan yang dimaksud berupa perlindungan

kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada

setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Undang-undang RI nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang

dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun

2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional, pasal 5 ayat 1 dan pasal 52 mengamanatkan pembentukan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasi kelembagaan PT Askes (Persero),

PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN (Persero), dan PT ASABRI (Persero)

menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Transformasi tersebut diikuti

adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban.

Ketentuan Undang-Undang ini dibentuk 2 BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan

kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.

Dengan terbentuknya kedua BPJS tersebut jangkauan kepesertaan program

jaminan sosial akan di perluas secara bertahap.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang

di bentuk untuk menyelenggarakan program Sistem Jaminan Sosial Nasional

(20)

bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia. BPJS merencanakan

bahwa pada tahun 2014 masyarakat Indonesia yang ikut dalam program SJSN

mencapai 70%. Dan target yang lebih tinggi lagi dicanangkan oleh BPJS pada

tahun 2017 akan terdapat 90% lebih rakyat Indonesia sudah mengikuti SJSN. Dan

pada Tahun 2019 ditargetkan seluruh warga Indonesia masuk SJSN. Target yang

telah dibuat agar seluruh warga di Indonesia masuk SJSN harus didukung oleh

seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pemerintah hingga masyarakat sendiri.

JKN sebagai program baru di Indonesia masih baru berjalan di masyarakat dan di

perlukan partisipasi masyarakat dan keluarga. Ada beberapa hal yang

mempengaruhi kepuasan masyarakat setelah menjadi peserta JKN, baik dari segi

pelayanan kesehatan yang diterima dari JKN .

Berdasarkan Laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jumlah

peserta JKN hingga Desember 2014 mencapai 131 juta jiwa dengan peserta

terbanyak adalah peserta penerima bantuan iuran (PBI) sebanyak 86.400.000 jiwa

(67%), diikuti oleh peserta non PBI pekerja penerima upah (PPU) termasuk di

dalamnya pegawai negri sipil (PNS), TNI, POLRI, yaitu sebanyak 24.100.933

jiwa (18%). Selanjutnya, Peserta PBI APBD saat ini berjumlah 8.492.117 jiwa

(6%) dan peserta non PBI yang bukan pekera berjumlah 4.869.009 jiwa

(4%).(Depkes,2014).

Berdasarkan data BPJS November 2014 jumlah peserta BPJS Kesehatan di

Divisi Regional Sumatera Bagian Utara (Aceh dan Sumatera Utara) sebanyak

10.855.885 jiwa. Peserta BPJS di Sumatera Utara berjumlah sekitar 6 juta jiwa

(21)

POLRI sekitar 150 ribu jiwa, PNS sekitar 500 ribu jiwa dan sekitar 400 ribu jiwa

peserta mandiri. (bpjs-kesehatan.2015).

Hasil penelitian Sarmeilia (2010) menggambarkan bahwa tingkat kepuasan

pasien Jamkesmas terhadap pelayanan keperawatan di RSUD Kota Langsa

mayoritas berada pada kategori sedang (50%). Tingkat kepuasan pasien

Jamkesmas berdasarkan dimensi bukti langsung (Tangibles) mayoritas berada

pada katagori sedang (68,57%), berdasarkan dimensi kehandalan (Reliability)

mayoritas berada pada katagori sedang (57,14%), berdasarkan dimensi daya

tanggap (Responsivenes) mayoritas berada pada katagori tinggi (50%),

berdasarkan dimensi jaminan (Assurance) mayoritas berada pada katagori sedang

(48,57%) dan berdasarkan dimensi kepedulian (Empaty) mayoritas berada pada

katagori tinggi (50%).

Hasil Penelitian Simanjuntak (2001) menyatakan bahwa ada perbedaan

yang bermakna antara tingkat kepuasan pasien Askes dan Jamsostek terhadap

pelayanan kesehatan di RSU Sari Mutiara yang disebabkan oleh tidak puasnya

pasien Askes (46,15%) dan Jamsostek (26,67%) terhadap waktu tunggu untuk

memperoleh darah, tidak puasnya pasien Askes (30,76%) dan Jamsostek (13,33%)

terhadap pemberian informasi yang tidak jelas oleh petugas, tidak puasnya pasien

Askes (15,38%) dan Jamsostek (6,67%) terhadap ketersediaan darah di PMI serta

tidak puasnya pasien Askes (53,85%) terhadap prosedur yang berbelit-belit.

Hasil Laporan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan Tahun 2013,

cakupan jaminan kesehatan menurut jenis jaminan kesehatan yaitu Jamkesmas

(22)

JPKJAMSOSTEK sebanyak 11.863 jiwa (4,65%), TNI/POLRI/PNS sebanyak

2.941 jiwa (1,15%) dan asuransi swasta sebanyak 10.696 jiwa (4,19%). Jumlah

cakupan jaminan kesehatan di Kabupaten Asahan pada tahun 2013 sebanyak

254.820 (37,37%) jiwa dari jumlah penduduk Kabupaten Asahan sebesar 681.794

jiwa (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan 2013).

Berdasarkan data BPJS cabang Tanjung Balai yang membawahi (Kota

Tanjung Balai, Kabupaten. Asahan, Kabupaten. Labuhan Batu, Kabupaten.

Labuhan Batu Utara, Kabupaten. Labuhan Batu Selatan dan Kabupaten. Batubara)

Desember 2014 peserta JKN di Kabupaten Asahan sebanyak 309.079 jiwa

dengan peserta terbanyak adalah peserta bantuan iuran (PBI) sebanyak 245.703

jiwa (79,5%), pegawai negri sipil (PNS) sebanyak 22.605 jiwa (7,3%), TNI dan

POLRI sebanyak 5.998 jiwa (1,93%), pegawai swasta sebanyak 14.159 jiwa

(4,57%) dan peserta non PBI yang bukan pekera berjumlah 20.614 jiwa (6,7%).

RSUD H.Abdul Manan Simatupang terletak di Jalan Sisingamangaraja

Nomor 310 Kisaran merupakan rumah sakit negeri kelas C yang dapat

memberikan pelayanan kedokteran terbatas. Sehari-harinya rumah sakit ini juga

melayani pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, rumah sakit memiliki 173

tempat tidur dan memiliki 34 dokter yang terdiri dari 12 orang dokter umum, 19

orang dokter spesialis dan 3 orang dokter gigi. Berdasarkan survei pendahuluan

pada bulan Januari 2015 di RSUD H. Abdul Manan Simatupang penulis

memperoleh data dari rekam medis RSUD H. Abdul Manan Simatupang

mengenai kunjungan pasien JKN pada Januari 2014 sampai Januari 2015 yaitu

(23)

rawat jalan tingkat lanjut (RJTL) sebanyak 29.534 jiwa (79,03%) total kunjungan

pasien JKN pada Bulan Januari 2014 sampai Januari 2015 berjumlah 37.373 jiwa

(70,15%). Sedangkan kunjungan pasien yang tidak menggunakan JKN atau pasien

umum pada bulan Januari 2014 sampai Januari 2015 yaitu pasien rawat inap

tingkat lanjut (RITL) sebanyak 1.791 jiwa (11,25%) dan pasien rawat jalan tingkat

lanjut (RJTL) sebanyak 14.121 jiwa (88,75%) total tidak menggunakan JKN atau

pasien umum pada bulan Januari 2014 sampai Januari 2015 berjumlah 15.912

jiwa (29,85%).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan diketahui adanya permasalahan

pasien yang menyangkut determinan kepuasan pasien JKN di RSUD H.Abdul

Manan Simatupang Kisaran yaitu jam pelayanan yang kurang jelas (dokter

spesialis yang tidak selalu ada di tempat adanya pada jam 8 pagi sampai 12 siang),

tidak sesuainya kelas yang dibayar dengan yang di dapat pasien JKN misalnya

pasien membayar untuk pelayanan kelas II pada saat di rawat mendapat pelayanan

kelas III. Ketika dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien, dokter terkesan

terburu-buru dan pada saat membertikan penjelasan hasil pemeriksaan dokter

tidak memberikan penjelasan hasil pemeriksaan dokter tidak memberikan

penjelasan secara jelas dan terinci kepada pasien dan jika pasien tidak

menanyakan penyakit yang diderita kadang-kadang dokter tidak memberikan

penjelasan, dokter lebih cepat menangani pasien non JKN dari pada melayani

pasien JKN dan petugas kesehatan kurang merespon pasien JKN (petugas

kesehatan tidak merespon keluhan dan cenderung tidak peduli). Mengenai kamar

(24)

untuk digunakan lagi. Ruang tunggu pasien yang kurang menyengkan baik dari

segi luas maupun kondisinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian tentang

determinan kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUD

H.Abdul Manan Simatupang Kisaran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakangdi atas maka dapat dirumuskan bahwa masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana determinan kepuasan pasien Jaminan

Kesehatan Nasional yang ada di RSUD H.Abdul Manan Simatupang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

determinan kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di H.RSUD

Abdul Manan Simatupang Kisaran.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian bagaimana determinan kepuasan pasien Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) di RSUD Abdul Manan Simatupang Kisarana dalah:

1. Sebagai masukan bagi pimpinan RSUD H.Abdul Manan Simatupang

Kisaranuntuk mengetahui tentang kepuasan pasien JKN.

2. Sebagai salah satu sumber informasi bagi RSUD H.Abdul Manan

Simatupang Kisaran dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan

(25)

3. Bagi peneliti dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta

keterampilan dalam melakukan penelitian khususnya tentang kepuasan

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasaan

2.1.1 Pengertian Kepuasaan

Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis”, yang artinya

cukup baik dan memadai, sementara “facio” berarti melakukan atau membuat

Kepuasan dapat diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’ atau ‘membuat

sesuatu memadai’ (Tjiptono,2005). Kepuasan juga dapat diartikan sebagai tingkat

perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan

dibandingkan dengan harapannya (Kotler dan Susanto,2003). Rambat Lupiyoadi

(2001), mengutip Kotler (1997), yang mengungkapkan bahwa kepuasan

dideskripsikan sebagai: “tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil

perbandingan atas kinerja produk atau jasa yang diterima dan yang diharapkan”.

Sementara menurut Webster’s Dictionary,(1928) seperti yang dikutip oleh

Lupiyoadi (2001), pelanggan adalah: “seseorang yang beberapa kali datang ke

tempat yang sama untuk membeli suatu barang atau peralatan”. Jadi dengan kata

lain, pelanggan adalah seseorang yang secara kontinu datang ke suatu tempat yang

sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk (barang)

atau mendapatkan jasa dan membayar produk (barang) atau jasa tersebut.

Kepuasan pelanggan atau bisa disebut pelanggan pada indusri rumah sakit

merupakan konsep yang sangat terkenal dan senantiasa digunakan pada berbagai

disiplin ilmu (Andreassen,1994). Terdapat banyak definisi mengenai kepuasan

pelanggan, diantaranya adalah menurut Oliver yang dikutip Supranto 2011 yang

mengemukan bahwa kepuasan pelanggan merupakan karakteristik pelanggan yang

(27)

merasa surprise atas harapannya. Kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan

terhadap evaluasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual

yang dirasakan (Tse,2001).

Parasuraman et al. (1998) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan

sebagai perbandingan antara layanan yang diharapkan (expectation) dan kinerja

(perform). Sementara itu Engel et.al. yang dikutip Tjiptono (2005)

mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli yang

mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome)

sama atau melampaui harapan pelanggan. Defenisi-defenisi mengenai kepuasan

pelanggan tersebut secara umum menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan

merupakan evaluasi atas post consumption suatu barang atau jasa.

Kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang dialami

setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk dengan

harapan-harapannya. Berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli bisa

disimpulkan definisi kepuasan pelanggan adalah respon dari perilaku yang di

tunjukkan oleh pelanggan dengan membandingkan antara kinerja atau hasil yang

dirasakan dengan harapan. Apabila hasil yang dirasakan dibawah harapan, maka

pelanggan akan kecewa, kurang puas bahkan tidak puas, namun sebaliknya bila

sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas dan bila kinerja melebihi harapan,

(28)

2.1.2 Kepuasan Pasien

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien

adalah bagaimana untuk memenuhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan

aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus

melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak

puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang

pengalaman buruknya.

Pasien adalah seseorang yang menerima pelayanan medis. Sering kali,

pasien menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk

memulihkannya. Kepuasan pasien dapat juga diartiakan sebagai suatu sikap

konsumen, yakni beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaannya terhadap

pelayanan yang pernah dirasakannya. Minat seseorang untuk menggunakan

kembali jasa pelayanan rumah sakit akan sangat dipengaruhi oleh pengalamannya

yang lampau waktu memakai jasa yang sama dalam menerima pelayanan

(Supranto, 2001).

Kepuasaan pasien dapat dilihat dari hak-hak yang dimiliki pasien yang

terpenuhi. Adapun berbagai hak pasien di rumah sakit menurut UU No.29 Tahun

2009, yaitu:

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3), yaitu:

(i) Diagnosis dan tata cara tindakan medis;

(ii) Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

(29)

(iv) Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

(v) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d. Menolak tindakan medis; dan

e. Mendapat isi rekam medis.

Sedangkan kewajiban pasien menurut UU No.29 Tahun 2004, yaitu:

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannya;

b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;

d. Memberikan imbalan atas pelayanan yang diterima.

2.1.3 Faktor-Faktor Kepuasan Pasien

Menurut Tjiptono (1999), kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa hal

yaitu:

a. Kinerja (performance), pendapat pasien terhadap karakteristik operasi dari

pelayanan inti yang telah diterima sangat berpengaruh pada kepuasan yang

dirasakan. Wujud dari kinerja ini misalnya : kecepatan, kemudahan, dan

kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa pengobatan

terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat,

kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang

diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan

(30)

b. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), merupakan karakteristik

sekunder atau karakteristik pelengkap yang dimiliki oleh jasa pelayanan,

misalnya: kelengkapan interior dan eksterior seperti televisi, AC, sound

system, dan sebagainya.

c. Keandalan (reliability), sejauhmana kemungkinan kecil akan mengalami

ketidakpuasan atau ketidaksesuaian dengan harapan atas pelayanan yang

diberikan. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh

perawat didalam memberikan jasa keperawatannya yaitu dengan

kemampuan dan pengalaman yang baik terhadap memberikan pelayanan

keperawatan dirumah sakit.

d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification), yaitu sejauh

mana karakteristik pelayanan memenuhi standart-standart yang telah

ditetapkan sebelumnya. Misalnya : standar keamanan dan emisi terpenuhi

seperti peralatan pengobatan.

e. Daya tahan (durability), berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut

digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis

dalam penggunaan peralatan rumah sakit, misalnya : peralatan bedah, alat

transportasi, dan sebagainya.

f. Service ability, meliputi kecepatan, kompetensi, serta penanganan keluhan

yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan

memberikan penanganan yang cepat dan kompetensi yang tinggi terhadap

(31)

g. Estetika, merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh

panca indera. Misalnya : keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang

lengkap dan modern, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar,

kenyamanan ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk, dan sebagainya.

h. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), citra dan reputasi rumah

sakit serta tanggung jawab rumah sakit. Bagaimana kesan yang diterima

pasien terhadap rumah sakit tersebut terhadap prestasi dan keunggulan

rumah sakit dari pada rumah sakit lainnya dan tangggung jawab rumah

sakit selama proses penyembuhan baik dari pasien masuk sampai pasien

keluar rumah sakit dalam keadaan sehat.

Lupyoadi (2001), menyatakan dalam menentukan

5 (lima) faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan antara lain:

1. Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka

menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.

2. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas bila mereka

mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

3. Emosi, yaitu pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan

bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan

merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih

tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi

sosial atau self esteem yang membuat pelanggan merasa puas terhadap merek

(32)

4. Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan

harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada

pelanggan.

5. Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau

tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa

cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut.

Selanjutnya menurut Muninjaya (2012), kepuasan pengguna jasa

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan

diterimanya.Dalam hal ini, aspek komunikasi memegang peranan penting.

2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.Sikap ini akan

menyentuh emosi pasien dan faktor ini akan berpengaruh pada tingkat

kepatuhan pasien.

3. Biaya (cost)

Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral hazard bagi

pasien dan keluarganya. Sikap kurang peduli pasien dan keluarganya “yang

penting sembuh” menyebabkan mereka menerima saja jenis pelayanan yang

diberikan dari teknologi kedokteran yang ditawarkan oleh petugas kesehatan

yang pada akhirnya biaya perawatan akan menjadi sumber keluhan pasien.

4. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan

ruangan.

5. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Ketepatan

(33)

6. Keandalan dan keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan perawatan.

7. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap pasien.

Sepuluh faktor utama yang menentukan kualitas kepuasan pasien (jasa)

yang dikembangkan pertama kali pada tahun 1985 oleh Parasuraman dalam

Tjiptono (1999), meliputi 10 dimensi, yaitu :

1. Tangibles: keberadaan fisik pemberi pelayanan, meliputi tempat parkir,

fasilitas gedung, tata letak dan tampilan barang, kenyamanan fasilitas fisik,

peralatan dan perlengkapan modern.

2. Reliability: mencakup 2 hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance)

dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti rumah sakit

memberikan pelayanannya (jasa) secara tepat sejak saat pertama (right in

the firts time). Selain itu juga berarti bahwa rumah sakit yang bersangkutan

memenuhi janjinya.

3. Responsiveness: pelayanan yang baik harus disertai dengan tingkat

keikutsertaan/keterlibatan dan daya adaptasi yang tinggi, yaitu membantu

dengan segera memecahkan masalah.

4. Competence: pelayanan yang baik harus didasarkan kepada

kecakapan/keterampilan yang tinggi.

5. Access: meliputi memberikan/menyediakan keinginan pasien dan pelayanan

yang mudah dihubungi.

6. Courtesy: pelayanan yang baik harus disertai dengan sikap keramahan,

(34)

7. Communication: pelayanan yang baik harus didasarkan kepada kemampuan

berkomunikasi yang baik dengan pihak yang dilayani.

8. Credibility: pelayanan yang baik harus dapat memberikan rasa kepercayaan

yang tinggi kepada pihak yang dilayani.

9. Security: pelayanan yang baik harus memberikan rasa aman kepada pihak

yang dilayani dan membebaskan dari segala resiko atau keragu-raguan

pasien.

10. Understanding The Customer: pelayanan yang baik harus didasarkan

kepada kemampuan menanggapi atau rasa pengertian kepada keinginan

pihak yang dilayani.

Dalam pengembangan selanjutnya pada tahun 1990, kualitas pelayanan

(jasa) dikelompokkan ke dalam 5 (lima) dimensi oleh Parasuraman dalam

Tjiptono (1999), yaitu :

1. Bukti Langsung (Tangible), yaitu sebagai fasilitas yang dapat dilihat dan

digunakan rumah sakit dalam upaya memenuhi kepuasan pasien, seperti

gedung kantor, peralatan kantor, penampilan karyawan dan lain lain.

2. Kehandalan (Reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan kepada

pasien sesuai dengan yang diharapkan, seperti kemampuan dalam menempati

janji, kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk

meminimumkan kesalahan.

3. Daya Tanggap (Responsiveness), yaitu sebagai sikap tanggap, mau

mendengarkan dan merespon pasien dalam upaya memuaskan pasien,

(35)

menunjukan sikap sok sibuk dan mampu memberikan pertolongan dengan

segera.

4. Jaminan (Assurance), yaitu kemampuan karyawan dalam menimbulkan

kepercayaan dan keyakinan pasien melalui pengetahuan, kesopanan serta

menghargai perasaan pasien.

5. Kepedulian/Empati (Emphaty), yaitu kemampuan atau kesediaan karyawan

memberikan perhatian yang bersifat pribadi, seperti bersikap ramah,

memahami kebutuhan dan peduli kepada pasiennya.

2.1.4 Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Pengukuran terhadap kepuasan pelanggan merupakan hal yang penting

bagi perusahaan, karena dengan mengetahui tingkat kepuasan pelanggan,

perusahaan memperoleh umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan

dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan selanjutnya.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan setiap perusahaan untuk

mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya (juga pelanggan perusahaan

pesaing). Menurut Kotler dalam Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2001),

mengemukakan empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:

1. Sistem Keluhan dan Saran

Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented)

perlu menyediakan kesempatan seluas-luasnya serta akses yang mudah dan

nyaman bagi pelanggannya guna menyampaikan saran, pendapat, kritik dan

keluhan mereka. Contohnya melalui penyediaan sarana seperti kotak saran,

(36)

2. Ghost Shopping (Mystery Shopping)

Perusahaan dapat mempekerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk

berperan atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan

dan pesaing. Mereka diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan

menggunakan produk perusahaan. Mereka kemudian diminta melaporkan

temuan-temuannya berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan produk

perusahaan dan pesaing. Biasanya para ghost shoppers diminta mengamati

secara seksama dan menilai cara perusahaan dan pesaingnya melayani

permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan, dan menangani setiap

keluhan.

3. Lost Customer Analysis

Perusahaan berusaha menghubungi pelanggan yang telah berhenti membeli

atau beralih, untuk memperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut

karena dapat dikatakan bahwa perusahaan telah gagal dalam memuaskan

pelanggannya. Ini juga dilakukan agar perusahaan dapat menganalisanya

sebagai pelajaran dan pengalaman agar tidak mengulangi kesalahan yang

telah dilakukan.

4. Survei Kepuasan Pelanggan

Metode survei baik melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi

merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur kepuasan

pelanggan. Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan

umpan balik secara langsung dari pelanggan dan sekaligus memberikan tanda

(37)

Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan

berbagai cara, seperti:

a. Directly reported satisfaction

Pengukuran secara langsung menggunakan item-item spesifik yang

menanyakan langsung tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan.

b. Derived satisfaction

Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni mengenai

tingkat harapan atau ekspektasi pelanggan terhadap kinerja produk pada

atribut-atribut tertentu yang relevan, serta persepsi pelanggan terhadap

kinerja aktual.

c. Problem analysis

Responden diminta untuk mengungkapkan dua hal pokok. Pertama,

masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan produk yang ditawarkan

oleh perusahaan. Kedua saran-saran agar perusahaan dapat melakukan

perbaikan.

d. Importance-performance analysis

Responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan berbagai atribut

relevan dan tingkat kinerja perusahaan pada masing-masing atribut

tersebut. Kemudian nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut dan kinerja

perusahaan akan dianalisis dengan Importance-Performance Matrix.

Matrix ini sangat bermanfaat sebagai pedoman dalam mengalokasikan

(38)

dimana perbaikan kinerja bisa berdampak besar pada kepuasan pelanggan

total.

2.2 Rumah Sakit

2.2.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang-undang No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit

menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Menurut American Hospital Association dalam Azwar (1996), bahwa

rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga profesional yang

terorgansir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan

kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta

pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

Penyelenggaraan rumah sakit bertujuan (a) mempermudah askes

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; (b) memberikan

perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit

dan sumber daya manusia di rumah sakit; (c) meningkatkan mutu dan

mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan (d) memberikan kepastian

hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan

institusi rumah sakit.

(39)

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Adapun fungsi rumah sakit adalah:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis;

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapsiran teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;

2.2.3. Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-undang No 44 Tahun 2009, menjelaskan bahwa

sesuai jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam rumah

sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit, dan rumah sakit khusus

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan

lainnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 340/Menkes/Per/III/2010

(40)

diklasifikasi berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan meliputi rumah sakit

umum kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D.

2.2.4 Rumah Sakit Umum Kelas C

a. Aspek Pelayanan Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan

(empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. Kriteria, fasilitas dan kemampuan

rumah sakit umum kelas C antara lain:

a) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan

Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak/Keluarga

Berencana.

b) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat

darurat 24 jam dan 7 hari seminggu dengan kemampuan melakukan

pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan

stabilisasi sesuai standar.

c) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam,

Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.

d) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 pelayanan.

e) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan

Anestesiologi, Radiologi.

f) Rehabilitsi Medik dan Patologi Klinik

g) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan

(41)

h) Pelayanan penunjang klinik terdiri dari perawatan intensif, Pelayanan

Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.

i) Pelayanan Penunjang Non klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen,

jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah,

gudang, ambulance, komunikasi, kamar jenazah, pemadaman kebakaran,

pengelolaan gas medik dan penampungan air bersih.

b. Aspek Ketenagaan Rumah Sakit Umum Kelas C

Ketersediaan tenaga kesehatan di rumah sakit umum kelas C disesuaikan

dengan jenis dan tingkat pelayanan, dengan ketentuan:

a) Pada pelayanan medik dasar minimal harus ada 9 orang dokter umum dan

2 orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.

b) Pada pelayanan medik spesialis dasar harus ada masing-masing minimal 2

orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 orang dokter spesialis

sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.

c) Pada setiap pelayanan spesialis penunjang medik masing-masing minimal

1 orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 orang dokter spesialis

sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.

d) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan

kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di rumah sakit.

e) Tenaga penunjang beradasarkan kebutuhan rumah sakit.

(42)

Sarana dan prasarana dan peralatan rumah sakit harus memenuhi standar

yang ditetapkan oleh menteri, dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Jumlah tempat tidur minimal 100 buah. Struktur organisasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur

rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis,

komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan

keuangan. Tata laksana meliputi tatalaksana organisasi, standar pelayanan, standar

operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMS)

dan hospital by laws and medical staff by laws.

2.3 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

2.3.1 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional

Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN) adalah sebuah sistem jaminan

sosial yang diberlakukan di indonesia. Jaminan sosial ini adalah salah satu bentuk

perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara Republik Indonesia guna

menjamin warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak,

sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan konvensi ILO

No.102 tahun 1952(Kemenkes RI,2012).

JKN adalah jaminan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh

manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan

dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar

iuran/iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemensek RI, 2013).

Program JKN adalah suatu program Pemerintah dan masyarakat/rakyat

(43)

setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan

sejahtera (Naskah Akademik SJSN).

Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) merupakan lembaga yang

dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di indonesia menurut

Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 tahun

2011. Sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba.

2.3.2 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu

manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi

akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari

Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif,

priventif, kuratif, dan rehabilitasi termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis

pakai sesuai dengan kebutuhan medis.

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:

a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan

mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan

sehat.

b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis

Tetanus dan Hepatitis B (DPT HB), Polio, dan Campak.

c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan

(44)

berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar

disediakan oleh Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah.

d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk

mendeteksi resiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari resiko

penyakit tertentu.

Meskipun manfaat dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada

manfaat yang tidak dijamin meliputi:

a. Tidak sesuai Prosedur

b. Pelayanan diluar fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS

c. Pelayanan bertujuan kosmetik

d. General check up, pengobatan alternative

e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi

f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana

g. Pasien bunuh diri/penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa

diri sendiri/bunuh diri/narkoba.

2.3.2 Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional

UU No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),

dibentuk dalam rangka memberikan jaminan kepada seluruh rakyat, dan

merupakan perangkat hukum untuk mengimplementasikan amanat UUD negara

Republik Indonesia tahun 1945, menurut Zaelani (2012) dalam menyelenggarakan

jaminan sosial berdasarkan prinsip-prinsip, yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip Kegotongroyongan. Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme

(45)

mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat. Peserta yang

beresiko rendah membantu peserta yang beresiko tinggi dan peserta yang

sehat membantu peserta yang sakit. Melalui prinsip kegotong-royongan ini

jaminan sosial dapat membutuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

2. Prinsip nirlaba. Pengelolaan dan amanat tidak dimaksud mencari laba

(nirlaba) bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial akan tetapi tujuan

utama penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi

sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana amanat, hasil penyelenggaranya, dan

surplus anggaran akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan

peserta.

3. Prinsip keterbukaan. Kehati-hatian, akuantibilitas, efisiensi dan efektivitas.

Prinsip-prinsip menejemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan

pengelolaan dan yang berasal dari iuran peserta dan hasil

pengembangannya.

4. Prinsip protabilitas. Jaminan sosial dimaksud untuk memberikan jaminan

yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat

tinggal dalam wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Prinsip Kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar

seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun

kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap

disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan Pemerintah serta

(46)

di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informasi dapat menjadi

peserta secara mandiri sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial

Nasional dapat mencakup seluruh rakyat.

6. Prinsip dana amanat. Dana yang terkumpul dari iuran merupakan titipan

kepada badan-badan untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka

mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

2.3.4 Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional

a. Jenis Pelayanan: ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh

peserta JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta

akomodasi dan ambulans (manfaat non medis).

b. Prosedur Pelayanan Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan

pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas

Kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta melakukan pelayanan kesehatan

tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas

Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

c. Kompensasi Pelayanan bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas

Kesehatnan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis

sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang

dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau

penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya

digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.

d. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan

(47)

milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi

persyaratan melalui proses kredensialing dan rekredensialing.

2.3.5 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional

Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling

singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang membayar Iuran. Peserta tersebut

meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rician

sebagai berikut:

1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputiorang yang tergolong fakir miskin dan

orang tidak mampu.

2. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang

tidak mampu terdiri atas:

a. Pekerjaan menerima Upah dan anggota keluarga, yaitu:

a) Pegawai Negri Sipil;

b) Anggota TNI;

c) Anggota Polri;

d) Pejabat Negara;

e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negri;

f) Pegawai Swasta; dan

g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang

menerima upah.

b. Pekerjaan Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri dan

(48)

c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga

negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)bulan.

c. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:

a) Investor;

b) Pemberi Kerja;

c) Penerima Pensiun;

d) Veteran;

e) Perintis Kemerdekaan; dan

f) Bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang

mampu membayar Iuran.

d. Penerima pensiun terdiri atas:

a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;

c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

d) Penerima pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan

e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana

dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak

pensiun.

Anggota keluarga bagi pekerja menerima upah meliputi:

a. Istri atau suami yang sah dari peserta; dan

b. Anak kandung, anak tiri dan atau anak angkat yang sah dari peserta,

dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau tidak

(49)

tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang msih

melanjutkan pendidikan formal. Sedangkan peserta bukan PBI JKN

dapat juga mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.

Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak

mendapatkan identitas peserta dan manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas

kesehatan yang berkerja sama dengan BPJS kesehatan.

Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban

untuk membayar iuran dan melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS

Kesehatan dengan menunjukkan identitas Peserta pada saat pindah domisili dan

atau pindah kerja.

Masa berlaku Kepesertaan JKN yaitu:

a. Kepesertaan JKN berlaku selama yang bersangkutan membayar iuran

sesuai dengan kelompok peserta

b. Status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar iuran atau

meninggal dunia.

Kepesertaan JKN dilakukan secara bertahap, yaitu tahap pertama mulai 1

Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit meliputi: PBI Jaminan Kesehatan;

Anggota TNI/PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota

keluarganya; Anggota Polri/PNS di lingkungan Polri dan anggota keluarganaya;

peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota keluarganya, serta

peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota keluarganya.

Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk peserta

(50)

2.3.6 Pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional

2.3.6.1 Tarif

Tarif pelayanan program JKN didasarkan pada tarif Indonesian-Case

Based Groupsyang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG’s adalah besaran

pembayaran klaim oleh BPJS kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat

lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis

penyakit. (Kemenkes RI,2013).

Tarif pelayanan kesehatan pada fasilits kesehatan tingkat pertama meliputi

(a) tarif kapitasi yaitu rentang nilai yang besarnya untuk setiap fasilitas kesehatan

tingkat pertama ditetapkan berdasarkan seleksi dan kredensial yang dilakuakan

oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tarif kapitasi

diberlakuakan bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan

pelayanan kesehatan komperhensif kepada peserta program jaminan kesehatan

berupa rawat jalan tingkat pertama. (b) Tarif non kapasitasi yaitu nilai besaran

yang sama bagi seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melaksanakan

pelayanan keseahatan kepada peserta program jaminan kesehatan berupa rawat

inap tingkat pertama dan pelayanan kebidanan dan neonatal ( Kementerian

Kesehatan RI, 2013) .

2.3.6.2 Iuran

Iuran Jaminan Kesehatan adalah jumlah uang yang dibayarkan secara

(51)

Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).

Pembayaran iuran dalam program ini adalah bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh

Pemertintah. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan

Pekerja iuran dibayar oleh peserta yang bersangkutan.

Besarnya Iuran JKN ditetapkan melalui Peraturan Presiden dan ditinjau

ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan

dasar hidup layak. Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan

berdasarkan presentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu

jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI).

Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya,

menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan

iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS kesehatan secara berkala (paling lambat

tanggal 10 setiap bulan. Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka

Iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran

JKN dikenakan denda administratif sebesar 2% perbulan dari total iuran yang

tertunggak dan dibayar oleh pemberi kerja.

Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerjawajib

membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10

setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN sesuai dengan gaji

atau upah peserta. Dalam hal ini terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran

iuran, BPJS kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja dan

atau peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran.

(52)

iuran bulan berikutnya. Ketentuan lebih lanjut menegani tata cara pembayaran

iuran diatur dalam peraturan BPJS.

2.3.6.3 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan

Perpres No. 12 Tahun 2013 pasal 39 menjelaskan bahwa BPJS Kesehatan

melakukan pembayaran kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama secara pra

upaya berdasarkan kapitasi atas jumlah peserta yang terdaftar di fasilitas

kesehatan tingkat pertama. Dalam hal fasilitas kesehatan tingkat pertama di suatu

daerah tidak memungkinkan mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua

fasilitas kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika disuatu daerah

tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, BPJS Kesehatan diberi

wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih

berhasil guna.

Sedangkan untuk fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit) sistem

pembayaran berdasarkan Indonesian Case Based Groups (INA CBG’s). Besaran

kapitasi dan INA CBG’s ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun sekali

oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang keuangan. Selain itu berdasarkan pasal 40

menjelaskan bahwa (Perpres No. 12 Tahun 2013):

1) Pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang

tidak menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan dibayar dengan

penggantian biaya yang ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sebaiknya Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar melakukan perbaikan-perbaikan atas bangunan fisik dan fasilitas yang ada di ruang rawat rawat inap, meningkatkan atau

Pelayanan awal berupa pemberian informasi medis, jenis dan prosedur pelayanan yang ditujukan kepada pasien pada saat ia ingin melakukan tindakan medis dalam hal ini,

upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di

Doris Sylvanus Palangka Raya, serta sarana dan prasarana penunjang pelayanan medis yang meliputi, kurangnya persediaan ruangan rawat inap, ruang tunggu pelayanan

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi dan Penghambat Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah H.Abdul Manan

Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian rawat inap di RSUD H.Abdul Manan Simatupang, permasalahan yang ditemukan adalah : Bagaimana implementasi dari perjanjian

Simatupang Kabupaten Asahan. Abdul Manan Simatupang Kabupaten Asahan. 3) Kepala Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Manan Simatupang Kabupaten Asahan dan.

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang melakukan asuhan keperawatan di ruang rawat inap dan pasien ruang rawat inap di Rumah Sakit Panti Waluya