KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB DI KELURAHAN
SETIA NEGARA PEMATANGSIANTAR
TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 061000119
AYU JULY ARNITA SARAGIH
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB DI KELURAHAN
SETIA NEGARA PEMATANGSIANTAR
TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM. 061000119
AYU JULY ARNITA SARAGIH
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB DI KELURAHAN SETIA NEGARA PEMATANGSIANTAR
TAHUN 2009
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
NIM. 061000119
AYU JULY ARNITA SARAGIH
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 07 Juni 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji
drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 195908181985032002
Penguji I
drh. Hiswani, M. Kes NIP. 196501121994022001
Penguji II
Prof. dr. Nerseri Barus, MPH NIP. 194508171973022001
Penguji III
Drs. Jemadi, M.Kes NIP. 196404041992031005
Medan, Juli 2010
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Program KB Nasional merupakan salah satu program untuk meningkatkan kualitas penduduk dan mutu SDM. Akseptor di Kelurahan Setia Negara sebesar 66,24%. Alat kontrasepsi yang digunakan adalah pil (20,99%), suntik (13,50%), implant (10,58%), MOW (9,03%), IUD (8,03%), dan kondom (4,11%).
Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series dan dilanjutkan analisa statistik Chi-Square. Populasi adalah 726 data akseptor. Sampel adalah 258 data yang diambil dengan cara Simple Random Sampling.
Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan sosiodemografi yaitu kelompok umur 47 – 49 tahun (15,1%), perempuan (93,8%), suku Jawa (66,7%), Islam (80,2%) , SLTA (42,6%), dan tidak bekerja (43,0%). Proporsi Jumlah anak > 2 (61,6%), jenis kelamin anak laki-laki dan perempuan (67,8%), pil KB (31,4%), ke klinik KB swasta (63,6%), dan KS II (59,3%).
Proporsi akseptor yang berumur ≥ 20 - < 35 tahun (81,4% vs 18,6% ; p = 0,000), akseptor perempuan (57,4% vs 42,6%; p = 0,001), akseptor yang mempunyai ≤ 2 anak (77,8% vs 22,2%; p = 0,000), akseptor yang mempunyai anak laki-laki saja, dan memiliki anak perempuan saja (64,9% vs 35,1%; 87,0% vs 13,0%; p = 0,000), dan akseptor ke klinik KB swasta (68,9% vs 31,1%; p = 0,000) secara bermakna lebih tinggi menggunakan kontrasepsi kurang efektif dibandingkan dengan kontrasepsi efektif. Sedangkan proporsi akseptor yang merupakan keluarga miskin secara bermakna lebih tinggi menggunakan kontrasepsi efektif dibandingkan dengan kontrasepsi kurang efektif (33,3% vs 66,7%; p = 0,000). Pendidikan (p = 0,184 ) dan pekerjaan (p = 0,231) akseptor menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi.
Proporsi akseptor perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Diharapkan agar kesertaan pria dalam ber-KB lebih ditingkatkan lagi.
ABSTRACT
National Family Planning Program is one of program to improve the quality of the population and quality of human resources. Acceptors in the Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar is 66.24%. Contraceptive were used pills (20,99%), injection (13,50%), implant (10,58%), MOW (9,03%), IUD (8,03%) and condoms (4,11%).
To investigate the characteristics of family planning acceptors in the Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar in 2009, conducted research with a descriptive case series design and statistical analysis followed by Chi-Square. The population was 726 acceptors data. 258 data samples are taken by Simple Random Sampling.
The highest proportion of acceptors based on sociodemographic age group 47-49 years old (15,1%), women (93,8%), Javanese (66,7%), Islam (80,2%), Senior High Schools (42,6% ), and unemployed (43,0%). Proportion of children> 2 (61,6%), sex complete children (67,8%), oral contraceptives (31,4%), to private family planning clinics (6,.6%), and KS II (59,3%).
The proportion of acceptors aged ≥ 20 - <35 years old (81,4% vs 18,6%; p = 0,000), acceptors are women (57,4% vs 42,6% ; p = 0,001), acceptor having ≤ 2 children (77,8% vs 22,2%; p = 0.000), acceptors who have only boys, and has only daughter (64,9% vs 35,1%; 87,0% vs 13,0%; p = 0,000), and acceptors to the private family planning clinic (68,9% vs 31,1%; p = 0,000) were significantly higher using less effective contraceptive compared with an effective contraceptive. While the proportion of acceptors who are poor families were significantly higher using effective contraception as compared with less effective contraception (33,3% vs 66,7%; p = 0,000). Education (p = 0,184) and occupation (p = 0,231) acceptors showed that there was no difference in the proportion.
The proportion of acceptors women were higher compared with men. The need for guidance to increase male contraception to use contraception.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ayu July Arnita Saragih
Tempat/ Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 16 Juli 1988
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Anak ke : 1 dari 3 Bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Setia Negara No. 3C Pematangsiantar
HP : 085270080071
Riwayat Pendidikan :
2006-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2003-2006 : Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Pematangsiantar
2000-2003 : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Pematangsiantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan
judul : Karakteristik Akseptor KB Di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar
Tahun 2009 ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan
Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU).
Tulisan ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Arfan Saragih dan Ibunda
Mulyani Aziz, sebuah hasil dari Ananda menjalani pendidikan 4 tahun di FKM USU.
Terima kasih atas kesabaran serta dukungan yang terus Ananda terima selama ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
mendalam kepada Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu
drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar membimbing dan
mengarahkan penulis dalam proses penyusunan proposal hingga skripsi. Ibu Prof. dr.
Nerseri Barus, MPH selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku
Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis
dalam penulisan skripsi.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen
Epidemiologi FKM USU.
3. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku dosen pembimbing akademik.
4. Bapak Zainal Siahaan, S.E. selaku Kepala BKKBN Pematangsiantar beserta
staf yang telah memberikan izin penelitian. Serta Bapak Endang Prawira
selaku Lurah Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar beserta staf yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian.
5. Para Dosen dan Pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh keluarga besarku atas dukungan dan doanya. Adik-adikku tersayang,
Indah dan Ikhsan harus tetap semangat untuk membahagiakan orang tua dan
meraih cita-cita.
7. Teman-teman FKM Stambuk 2006, PBL, LKP, serta Peminatan Epidemiologi
2006. Khairul Umri yang banyak membantu dan memberikan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua warna-warni
kehidupan dan menghabiskan waktu bersama dalam menggapai cita-cita serta
memberikan motivasi dalam menjalankan pendidikan di FKM USU.
Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun agar kedepannya bisa menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, 03 Juni 20010
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepsi ... 9
2.2. Pengertian Pasangan Usia Subur (PUS) ... 10
2.3. Pengertian Keluarga Berencana ... 11
2.4. Sejarah dan Perkembangan Keluarga Berencana ... 12
2.5. Tujuan Keluarga Berencana ... 15
2.6. Sasaran Keluarga Berencana... 16
2.6.1. Sasaran Langsung ... 16
2.6.2. Sasaran Tidak Langsung ... 16
2.7. Manfaat Keluarga Berencana ... 17
2.7.1. Manfaat Umum ... 17
2.7.2. Manfaat Khusus ... 18
2.8. Indikator Keluarga Berencana ... 19
2.9. Metode Kontrasepsi ... 19
2.9.1. Masa Menunda Kesuburan/Kehamilan ... 20
2.9.2. Masa Mengatur Kesuburan/Menjarangkan Kehamilan ... 21
2.9.3. Masa Mengakhiri Kesuburan/Tidak Hamil Lagi ... 22
2.10. Pembagian Metode Kontrasepsi ... 23
2.10.1. Metode Kontrasepsi Sederhana ... 23
2.10.2. Metode Kontrasepsi Efektif... 26
2.10.3. Metode Kontrasepsi Mantap (KONTAP) ... 40
2.11. Tempat Pelayanan Kontrasepsi ... 46
2.12. Keluarga Sejahtera ... 47
2.13.1. Distribusi Alat Kontrasepsi ... 49
2.13.2. Determinan Alat Kontrasepsi ... 51
BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 56
3.2. Definisi Operasional ... 56
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 61
4.4. Teknik Pengambilan Sampel ... 62
4.5. Metode Pengumpulan Data ... 63
4.6. Teknik Analisa Data ... 63
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 64
5.2. Proporsi Akseptor Berdasarkan Sosiodemografi ... 65
5.3. Proporsi Akseptor Berdasarkan Jumlah Anak ... 69
5.4. Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ... 69
5.5. Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kontrasepsi... 70
5.6. Proporsi Akseptor Berdasarkan Tempat Pelayanan Kontrasepsi/KB ... 70
5.7. Proporsi Akseptor Berdasarkan Tingkatan Keluarga Sejahtera ... 71
5.8. Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Sosiodemografi ... 71
5.9. Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak ... 75
5.10. Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ... 76
5.11. Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tempat Pelayanan KB ... 76
5.12. Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tingkatan Keluarga Sejahtera ... 77
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Akseptor Berdasarkan Sosiodemografi ... 78
6.1.9. Pendidikan Istri Akseptor ... 89
6.1.10. Pekerjaan Akseptor... 90
6.1.11. Pekerjaan Suami Akseptor ... 91
6.1.12. Pekerjaan Istri Akseptor ... 93
6.2. Jumlah Anak ... 94
6.3. Jenis Kelamin Anak ... 95
6.4. Jenis Kontrasepsi ... 97
6.5. Tempat Pelayanan Kontrasepsi/KB... 98
6.6. Tingkatan Keluarga Sejahtera ... 100
6.7. Analisa Statistik ... 102
6.7.1. Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Sosiodemografi ... 102
6.7.2. Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak ... 112
6.7.3. Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ... 113
6.7.4. Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tempat Pelayanan KB ... 115
6.7.5. Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tingkatan Keluarga Sejahtera ... 117
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 119
7.2. Saran ... 121
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Lampiran 1 Table Random Number Lampiran 2 Master Data
Lampiran 3 Print Out SPSS
Lampiran 4 Surat Survei Pendahuluan Lampiran 5 Surat Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Pasangan Usia Subur Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Siantar
Sitalasari Pematangsiantar Tahun 2009 ... 65
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Sosiodemografi di Kelurahan Setia Negara
Pematangsiantar Tahun 2009 ... 66
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jumlah Anak
di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 69
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun
2009 ... 69
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kontrasepsi di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar
Tahun 2009 ... 70
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Tempat Pelayanan Kontrasepsi/KB di Kelurahan Setia Negara
Pematangsiantar Tahun 2009 ... 70
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Akseptor Tingkatan Keluarga Sejahtera di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar
Tahun 2009 ... 71
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Umur Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar
Tahun 2009 ... 71
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Umur Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara
Pematangsiantar Tahun 2009 ... 72
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Kelamin Akseptor di Kelurahan Setia Negara
Pematangsiantar Tahun 2009 ... 72
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara
Pematangsiantar Tahun 2009 ... 73
Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Pekerjaan Akseptor di Kelurahan Setia Negara
Pematangsiantar Tahun 2009 ... 74
Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Pekerjaan Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara
Pematangsiantar Tahun 2009 ... 75
Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak Akseptor di Kelurahan Setia Negara
Pematangsiantar Tahun 2009 ... 75
Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Akseptor di Kelurahan Setia Negara
Pematangsiantar Tahun 2009 ... 76
Tabel 5.17. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tempat Pelayanan KB Akseptor di Kelurahan Setia
Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 76
Tabel 5.18. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tingkatan Keluarga Sejahtera Akseptor di Kelurahan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Umur Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 78
Gambar 6.2. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Umur Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 80
Gambar 6.3. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Umur Istri Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 81
Gambar 6.4. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kelamin Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 82
Gambar 6.5. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Suku di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 84
Gambar 6.6. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Agama di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 85
Gambar 6.7. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 87
Gambar 6.8. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pendidikan Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 88
Gambar 6.9. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pendidikan Istri Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 89
Gambar 6.10. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 90
Gambar 6.11. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pekerjaan Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 92
Gambar 6.12. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pekerjaan Istri Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 93
Gambar 6.13. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jumlah Anak di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 94
Gambar 6.15. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kontrasepsi di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 97
Gambar 6.16. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Tempat Pelayanan KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 99
Gambar 6.17. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Tingkatan Keluarga Sejahtera di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009... 100
Gambar 6.18. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Umur Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 102
Gambar 6.19. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Umur Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 104
Gambar 6.20. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Kelamin Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 105
Gambar 6.21. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 107
Gambar 6.22. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 108
Gambar 6.23. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 110
Gambar 6.24. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009... 111
Gambar 6.25. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 112
Gambar 6.26. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009... 114
Gambar 6.27. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tempat Pelayanan KB Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 .. 116
ABSTRAK
Program KB Nasional merupakan salah satu program untuk meningkatkan kualitas penduduk dan mutu SDM. Akseptor di Kelurahan Setia Negara sebesar 66,24%. Alat kontrasepsi yang digunakan adalah pil (20,99%), suntik (13,50%), implant (10,58%), MOW (9,03%), IUD (8,03%), dan kondom (4,11%).
Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series dan dilanjutkan analisa statistik Chi-Square. Populasi adalah 726 data akseptor. Sampel adalah 258 data yang diambil dengan cara Simple Random Sampling.
Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan sosiodemografi yaitu kelompok umur 47 – 49 tahun (15,1%), perempuan (93,8%), suku Jawa (66,7%), Islam (80,2%) , SLTA (42,6%), dan tidak bekerja (43,0%). Proporsi Jumlah anak > 2 (61,6%), jenis kelamin anak laki-laki dan perempuan (67,8%), pil KB (31,4%), ke klinik KB swasta (63,6%), dan KS II (59,3%).
Proporsi akseptor yang berumur ≥ 20 - < 35 tahun (81,4% vs 18,6% ; p = 0,000), akseptor perempuan (57,4% vs 42,6%; p = 0,001), akseptor yang mempunyai ≤ 2 anak (77,8% vs 22,2%; p = 0,000), akseptor yang mempunyai anak laki-laki saja, dan memiliki anak perempuan saja (64,9% vs 35,1%; 87,0% vs 13,0%; p = 0,000), dan akseptor ke klinik KB swasta (68,9% vs 31,1%; p = 0,000) secara bermakna lebih tinggi menggunakan kontrasepsi kurang efektif dibandingkan dengan kontrasepsi efektif. Sedangkan proporsi akseptor yang merupakan keluarga miskin secara bermakna lebih tinggi menggunakan kontrasepsi efektif dibandingkan dengan kontrasepsi kurang efektif (33,3% vs 66,7%; p = 0,000). Pendidikan (p = 0,184 ) dan pekerjaan (p = 0,231) akseptor menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi.
Proporsi akseptor perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Diharapkan agar kesertaan pria dalam ber-KB lebih ditingkatkan lagi.
ABSTRACT
National Family Planning Program is one of program to improve the quality of the population and quality of human resources. Acceptors in the Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar is 66.24%. Contraceptive were used pills (20,99%), injection (13,50%), implant (10,58%), MOW (9,03%), IUD (8,03%) and condoms (4,11%).
To investigate the characteristics of family planning acceptors in the Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar in 2009, conducted research with a descriptive case series design and statistical analysis followed by Chi-Square. The population was 726 acceptors data. 258 data samples are taken by Simple Random Sampling.
The highest proportion of acceptors based on sociodemographic age group 47-49 years old (15,1%), women (93,8%), Javanese (66,7%), Islam (80,2%), Senior High Schools (42,6% ), and unemployed (43,0%). Proportion of children> 2 (61,6%), sex complete children (67,8%), oral contraceptives (31,4%), to private family planning clinics (6,.6%), and KS II (59,3%).
The proportion of acceptors aged ≥ 20 - <35 years old (81,4% vs 18,6%; p = 0,000), acceptors are women (57,4% vs 42,6% ; p = 0,001), acceptor having ≤ 2 children (77,8% vs 22,2%; p = 0.000), acceptors who have only boys, and has only daughter (64,9% vs 35,1%; 87,0% vs 13,0%; p = 0,000), and acceptors to the private family planning clinic (68,9% vs 31,1%; p = 0,000) were significantly higher using less effective contraceptive compared with an effective contraceptive. While the proportion of acceptors who are poor families were significantly higher using effective contraception as compared with less effective contraception (33,3% vs 66,7%; p = 0,000). Education (p = 0,184) and occupation (p = 0,231) acceptors showed that there was no difference in the proportion.
The proportion of acceptors women were higher compared with men. The need for guidance to increase male contraception to use contraception.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun
1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun
1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
maka seluruh rakyat Indonesia mempunyai komitmen resmi untuk bersama-sama
membangun Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera. Dalam era reformasi
dewasa ini, Program KB Nasional masih tetap menjadi perhatian dan komitmen
pemerintah, sehingga program ini masih tercantum dan diamanatkan pula dalam
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005, tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009.1
Berbagai perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional, maupun
internasional, telah memberi pengaruh dalam pelaksanaan Program KB Nasional di
Indonesia. Dalam menghadapi perubahan dan tantangan tersebut, telah dilakukan
perubahan visi dan misi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional).
Visi baru BKKBN adalah ”Seluruh Keluarga Ikut KB”, dengan misi “Mewujudkan
Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera”.2
Berdasarkan visi dan misi tersebut, Program KB Nasional mempunyai
kontribusi penting. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making
Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 bahwa setiap kehamilan harus
Program KB di Indonesia diakui secara Nasional dan Internasional sebagai salah satu
program yang telah berhasil menurunkan tingkat kelahiran yang nyata.3
Proyeksi penduduk telah dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Laju
pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1971-1980 adalah 2,30%, tahun 1980-1990
adalah 1,97%, tahun 1990-2000 sebesar 1,49% dan tahun 2000-2005 adalah 1,3%.
Hal ini menujukkan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk Indonesia.4
Berdasarkan hasil survei, AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (angka
kematian bayi) terus menunjukkan penurunan, dari 307 per 100.000 kelahiran hidup
(Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002-2003) menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007) untuk AKI, sedangkan untuk AKB dari 35 per
1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI
2007).5
Risiko perempuan untuk mengalami kehamilan pada suatu negara dapat
diukur melalui angka fertilitas total ( Total Fertility Rate /TFR). TFR mencapai 5,8 di
Afrika, 2,9 di Asia, 3,1 di Amerika Latin dan Karibia, dan hanya 1,6 di negara-negara
maju. Terdapat hubungan tidak langsung antara TFR dan AKI, karena bila seorang
ibu tidak mengalami kehamilan, maka ia bebas dari risiko untuk mengalami kesakitan
dan kematian akibat kehamilan/persalinan. Melalui penggunaan alat kontrasepsi,
kematian ibu sebanyak 22% di Jordania, 22% di Filipina, 39% di Kolombia, 44% di
Jamaika, 28% di mesir, 15% di Kenya, dan 6% di Nigeria dapat dicegah.6
Keluarga berencana merupakan salah satu intervensi kesehatan ibu dan anak
kegiatan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi. Data yang dikumpulkan di daerah
tersebut antara akhir tahun 1970-an dan akhir tahun 1980-an menunjukkan bahwa
keluarga berencana dapat menyumbang penurunan jumlah kematian ibu sebesar 2%
per tahun, terutama kematian karena aborsi. Pemakaian kontrasepsi meningkat dari
8% menjadi 48% selama kurun waktu tersebut. 7
Di Mexico City peningkatan penggunaan kontrasepsi sebesar 24% antara
tahun 1987 - 1992 berkaitan dengan penurunan angka aborsi sebanyak 39%. Di
Kazakstan, peningkatan pemakaian pil dan IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 32%
pada awal tahun 1990-an menghasilkan turunnya angka aborsi 15%.7
Pada tahun 2006 TFR di Amerika Serikat sebesar 2,1 per PUS. Data tahun
2000-2005 menunjukkan bahwa alat kontrasepsi yang digunakan adalah MOW/Medis
Operatif Wanita (30,0%), MOP/Medis Operatif Pria (14,0%), pil/oral kontrasepsi
(26,0%), kondom (18,0%), IUD (6,0%), serta suntik dan implant (6,0%).8
Angka kelahiran total Indonesia turun dari 5,61 per wanita pasangan usia
subur (PUS) pada tahun 1971 menjadi 2,6 tahun 2002, dan tetap 2,6 tahun 2007.9
Penurunan TFR ini pada umumnya sebagai akibat dari meningkatnya pemakaian alat
kontrasepsi (prevalensi) pada PUS. Penurunan TFR berakibat pada menurunnya laju
pertumbuhan penduduk. Tingkat prevalensi kesertaan ber-KB dari seluruh PUS pada
tahun 1971 kurang dari 5%, meningkat menjadi 26% tahun 1980, 48% tahun 1987,
57% tahun 1997, 60% tahun 2002 dan 60,3% pada tahun 2003. Sekitar 8,6% PUS
yang sebenarnya tidak ingin anak atau menunda kehamilannya, tidak memakai
meningkatnya angka prevalensi merupakan hasil dari peningkatan akses dan
kualitas pelayanan KB, serta ketersediaan alat kontrasepsi.10,11
Namun demikian, partisipasi pria dalam ber-KB masih sangat rendah yaitu
sekitar 1,3 persen (SDKI 2002-2003). Selain disebabkan oleh keterbatasan macam
dan jenis alat kontrasepsi laki-laki, juga oleh keterbatasan pengetahuan mereka
akan hak-hak dan kesehatan reproduksi serta kesetaraan dan keadilan gender. 10,11
Pada tahun 2003, jumlah PUS sebanyak 5.918.271 pasang. Dari jumlah ini
sebanyak 11,72% (693.469 peserta) merupakan peserta KB baru dan sebanyak
77,80% (4.604.160 peserta) merupakan akseptor KB aktif. Menurut SDKI 2002 –
2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1%), pil
(23,3%), IUD/spiral (10,9%), implant (7,6%), MOW (6,5%), kondom (1,6%), dan
MOP (0,7%).12
Hasil Mini Survei Peserta KB Aktif (MS-PA) tahun 2005 menunjukkan
bahwa prevalensi peserta KB di Indonesia 66,2%. Alat/cara KB yang dominan
dipakai adalah suntikan (34,0%) dan pil (17,0%) sedangkan yang lainnya, IUD
(7,0%) , implant/susuk KB (4,0%), MOW (2,6%), MOP (0,3 %) dan kondom (0,6%).
Angka prevalensi tinggi dicapai oleh propinsi Bali (77,0%), Bengkulu (76,0%), DIY
(75,0%), Jambi (74,0%), dan Sulut (72,0%). Sedangkan angka prevalensi rendah
ditempati oleh propinsi Papua (44,0%), NTT (47,0%) dan Maluku Utara (48,0%).
Secara umum sumber pelayanan KB yang dominan adalah sumber pelayanan swasta
(55,0%), sedangkan sumber pelayanan pemerintah (40,0%) dan sumber lainnya
Pada tahun 2008, di Indonesia terdapat sekitar 38,9 juta PUS dimana sekitar
69,1% merupakan akseptor KB (26,9 juta PUS). PUS di pulau Jawa sebagai akseptor
KB tertinggi dibanding pulau lainnya (72,9%). Propinsi yang persen PUS sebagai
akseptor KB yang tertinggi adalah Bali (80%), sedangkan yang terendah adalah
Papua (18%).15
Pada tahun 2008, di Pulau Sumatera terdapat 7,57 juta PUS dengan 64,5%
(4,88 juta peserta KB aktif).15 Pada tahun 2008, di Provinsi Sumatera Utara terdapat
65,2% PUS yang menggunakan alat kontrasepsi, dengan proporsi 64,4% yang
menggunakan cara modern. Alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntik
(29,7%), pil (21,5%), MOW (4,3%), IUD/Spiral (3,7%), implant/susuk (2,8%),
kondom (1,8%) dan MOP (0,2%).16 Berdasarkan prevalensi KB menurut Kabupaten
Kota Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, prevalensi KB Provinsi SUMUT sebesar
59,4% .17
Pada Desember 2009 di Kota Pematangsiantar, ada 34.183 PUS. Dari jumlah
ini sebanyak 68,08% (23.272 akseptor) merupakan peserta KB aktif dengan
kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntik KB (20,36%), pil (17,20%), MOW
(9,36%), IUD (7,90%), Implant (7,53%), kondom (5,79%), dan MOP (0,02%).
Sedangkan jumlah peserta KB baru sampai dengan bulan Desember sebanyak 7.322
akseptor (21,42%).18
Di Kecamatan Siantar Sitalasari, tahun 2009 tercatat sebanyak 3.940 PUS
dengan peserta KB aktif 64,75% (2.551 peserta) dengan kontrasepsi yang banyak
(1.047 peserta). Berdasarkan laporan hasil pencapaian peserta KB aktif Desember
2009 di Kota Pematangsiantar, dari delapan kecamatan yang ada, Kecamatan Siantar
Sitalasari (64,75%) merupakan salah satu kecamatan yang pencapaian peserta KB
aktifnya terendah setelah Kecamatan Siantar Timur (60,35%).18
Dari data Petugas Lapangan KB/Penyuluh KB/Pengelola KB Kelurahan
Setia Negara tahun 2009, tercatat sebanyak 1.096 PUS dengan peserta KB aktif
66,24% (726 peserta) dan 112 peserta KB baru (10,22%). Berdasarkan peserta KB
aktif, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil (20,99%), suntik KB (13,50%),
implant (10,58%), MOW (9,03%), IUD (8,03%), dan kondom (4,11%).18
Berdasarkan laporan hasil pencapaian peserta KB aktif Desember 2009 di Kecamatan
Siantar Sitalasari, dari lima kelurahan yang ada, Kelurahan Setia Negara (66,24%)
merupakan salah satu kelurahan yang pencapaian peserta KB aktifnya tertinggi
setelah Kelurahan Bah Kapul (67,98%). Dimana peserta KB lebih menyenangi MOW
dibandingkan dengan IUD.18
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara
Pematangsiantar tahun 2009.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara
Pematangsiantar tahun 2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan sosiodemografi
meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan jumlah anak.
c. Untuk mengetahui distribusi akseptor KB berdasarkan jenis kelamin anak.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan jenis kontrasepsi.
e. Untuk mengetahui distribusi akseptor KB berdasarkan tempat pelayanan
kontrasepsi/KB.
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan tingkatan
keluarga sejahtera.
g. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) akseptor KB.
h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan jumlah anak
i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan jenis
kelamin anak akseptor KB.
j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan tempat
pelayanan kontrasepsi akseptor KB.
k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan tingkatan
keluarga sejahtera akseptor KB.
1.4. Manfaat
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar
khususnya yang menangani Program KB.
1.4.2. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian
ilmiah dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.19
Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat antara lain dapat dipercaya,
tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur
menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak
memerlukan motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dan dapat diterima
penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.4
Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi
yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa
efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk mempunyai
anak lagi. Kontrasepsi permanen adalah kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan
kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi.19
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu :19
1) Cara kontrasepsi sederhana, terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan
alat/obat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup,
cream, jelly, atau tablet berbusa (vaginal tablet).
2) Cara kontrasepsi modern/metode efektif. Cara kontrasepsi ini dibedakan atas
kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi permanen. Kontrasepsi tidak
permanen dapat dilakukan dengan pil, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR),
suntikan, dan norplant. Sedangkan cara kontrasepsi permanen dapat dilakukan
dengan matoda mantap, yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita),
dan vasektomi (sterilisasi pada pria).
2.2. Pengertian Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang terikat dalam
perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun, dan
secara operasional termasuk pula pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang
dari 15 tahun dan telah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid.1
Berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan
kontrasepsi adalah pasangan usia subur (PUS) yang aktif melakukan hubungan seks
dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki
kehamilan.19
PUS yang menggunakan alat kontrasepsi disebut peserta/akseptor KB. Peserta
KB adalah PUS yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi.
Sedangkan peserta KB aktif adalah peserta KB yang sedang menggunakan salah satu
metode kontrasepsi secara terus-menerus tanpa diselingi kehamilan. Adapula yang
kontrasepsi dan atau PUS yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah
melahirkan/keguguran.2
2.3. Pengertian Keluarga Berencana
Menurut WHO (World Health Organization) keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.20
Keluarga berencana tidak hanya berarti membatasi jumlah anak, misalnya
hanya sampai dua anak saja. Keluarga berencana berarti mengatur waktu kelahiran,
perbedaan umur antara anak-anak, mendidik anak, dan peningkatan kebahagiaan
suami-istri.21
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Keluarga Berencana
didefenisikan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta mesyarakat,
melalui pendewasaan umur perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. 21
Secara umum KB dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,
keluarga yang matang maka kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat
diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan
dengan aborsi.22
Dalam pengertian sempitnya (secara khusus) keluarga berencana dalam
kehidupan sehari-hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya
pembuahan atau mencegah pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari
wanita sekitar persetubuhan.22
2.4. Sejarah dan Perkembangan Keluarga Berencana
Masalah keluarga berencana dapat disoroti oleh etika individual, etika sosial,
dan etika seksual.21 Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam
dan luar negeri. Pada awal abad ke-19, di Inggris, upaya keluarga berencana
mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah
kesehatan ibu. Maria Stopes (1880-1950) menganjurkan pengaturan kehamilan di
kalangan kaum buruh di Inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger
(1883-1966) yang dengan Program Birth Control-nya merupakan pelopor Keluarga
Berencana Modern.23
Pada 1917 didirikan National Birth Control League dan pada November 1921
diadakan American National Birth Control Conference I. Salah satu hasil konferensi
tersebut adalah pendirian American Birth Control League dengan Margareth Sanger
sebagai ketuanya. Pada tahun 1948, Margareth Sanger ikut mempelopori
pembentukan International Committee on Planned Paranthood yang dalam
Parenthood Federation (IPPF). Sejak saat itu berdirilah perkumpulan – perkumpulan
Keluarga Berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 23
Pelopor KB di Indonesia adalah Dr. Sulianti Saroso pada tahun 1952 yang
menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi
sangat tinggi. Pada tanggal 23 Desember 1957 Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) diresmikan oleh dr. R. Soeharto sebagai ketua. Beliau
memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui 3 macam usaha yaitu
mengatur kehamilan/menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan, dan memberi
nasehat perkawinan. 20
Pada Februari 1967 telah dilaksanakan Kongres pertama PKBI yang
mengharapkan agar program KB dicanangkan sebagai program pemerintah. Pada
November 1968 berdirilah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang
diawasi dan dibimbing oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan
kristalisasi dan kesungguhan pemerintah dalam kebijaksanaan. Tahun 1970
pengelolaan program KB dikelola oleh suatu badan independent, yaitu Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menggantikan LKBN, yang
pertanggungjawabannya langsung kepada Presiden RI.23
Program KB di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut
tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional, dan dampaknya
terhadap pencegahan kelahiran. Sejak Pelita III dampak demografis dari Program KB
memperhatikan target penurunan tingkat kelahiran kasar, yaitu dengan menetapkan
gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat
untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera.23
Tahap selanjutnya program KB menjadi Gerakan KB yang ditujukan terutama
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manumur dilandasi oleh Undang-Undang
No.10 tahun 1992 tentang kependudukan dan keluarga sejahtera. Ini berarti bahwa
tahapan yang akan dilaksanakan merupakan tahap pembinaan yang semakin teknis
dalam mewujudkan keluarga sejahtera dan berkualitas. 20
Pada tanggal 29 Juni 1994 Presiden Soeharto mencanangkan gerakan
pembangunan keluarga sejahtera yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas
dan ketahanan masing-masing keluarga. Pelayanan yang diberikan dan strategi yang
digunakan selalu berupaya memuaskan pelanggan sehingga sekarang program KB
bukan semata-mata kepentingan pemerintah melainkan sudah menjadi kebutuhan
masyarakat. Masyarakat dan calon akseptor sudah lebih memahami keuntungan dan
manfaat penggunaan kontrasepsi. Sistem pelayanan yang diterapkan sekarang adalah
sistem cafeteria dimana masyarakat sudah mampu memilih sendiri cara kontrasepsi
apa yang terbaik dan cocok untuknya. Petugas kesehatan memberikan KIE (Keluarga
Informasi Edukasi) atau konseling dan pengambil keputusan adalah pasangan suami
2.5. Tujuan Keluarga Berencana20
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan :
1) Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan
laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan
menurunkan angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi
2,0 per wanita pada tahun 2015. Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan
akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta
banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan
pangan dibandingkan jumlah penduduk.
2) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak
pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta
menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
3) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih
dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan
untuk tercapainya keluarga bahagia.
4) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan
menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan
berkualitas.
2.6. Sasaran Keluarga Berencana 2.6.1. Sasaran Langsung
Adapun sasaran langsung dari Program KB adalah Pasangan Umur Subur
(PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berumur antara 15 – 49 tahun, karena
kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan
setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara
bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga memberikan efek langsung
penurunan fertilisasi.20
2.6.2. Sasaran Tidak Langsung20
1) Kelompok remaja umur 15 – 19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan
target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan
kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah
berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih berupaya
promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan serta kejadian aborsi.
2) Organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah maupun
swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan dapat
2.7. Manfaat KB 2.7.1. Manfaat Umum24
a. Untuk Istri
Ada beberapa manfaat ber-KB bagi istri diantaranya istri lebih sehat, lebih
cantik, lebih awet muda, lebih mesra dengan suami, lebih mempunyai waktu untuk
mendidik, mengasuh, dan memberikan perhatian pada anak, serta memperkecil jam
kerja produktif karena hamil atau melahirkan.
b. Untuk Suami
Sedangkan manfaat ber-KB bagi suami dapat membuat beban keluarga
menjadi lebih ringan (beban pikiran, tanggung jawab, biaya), hubungan suami istri
selalu terpenuhi, serta dapat memperhatikan dan mendidik anak menjadi lebih baik.
c. Untuk Anak
Manfaat bagi anak yang orang tuanya ber-KB dapat memperoleh perhatian
dan kasih sayang dari orang tua yang cukup, dan kesempatan pendidikan yang lebih
baik serta kesehatannya.
d. Untuk Keluarga
Bagi keluarga sendiri manfaat KB diantaranya dapat memperkecil biaya
santunan untuk melahirkan, bisa menabung, banyak waktu luang, bekerja lebih baik
karena tidak banyak masalah, pendapatan bisa diatur untuk mencukupi kebutuhan
2.7.2. Manfaat Khusus24
a. Untuk yang berumur dibawah 30 tahun dapat menciptakan keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera.
b. Untuk yang berumur diatas 30 tahun (jumlah anak lebih dari 4) menyelamatkan
dari kematian karena resiko melahirkan.
Perencanaan keluarga yang baik akan mencegah bahaya yang berkaitan
dengan kehamilan sebagai berikut :25
1) Terlalu muda. Wanita dibawah umur 17 tahun lebih sering mengalami kematian
persalinan dan tubuh belum cukup matang untuk melahirkan. Bayi-bayi mereka
lebih sering meninggal sebelum mencapai umur 1 tahun.
2) Terlalu tua. Wanita umur subur yang sudah tua akan mengalami bahaya, terutama
bila mereka mempunyai masalah kesehatan lain atau sudah terlalu banyak
melahirkan.
3) Terlalu dekat. Tubuh wanita memerlukan waktu untuk memulihkan tenaga dan
kekuatan diantara kehamilan.
4) Terlalu banyak. Seorang wanita dengan anak lebih dari 4 akan lebih sering
2.8. Indikator Keluarga Berencana
Indikator KB yang umum dipakai adalah :26
1) Pernah Pakai KB (Ever Users) yaitu PUS yang pernah memakai alat/cara KB.
2) Angka Prevalensi Kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) yaitu angka
yang menunjukkan berapa banyaknya PUS yang sedang memakai kontrasepsi
pada saat pencacahan dibandingkan dengan seluruh PUS.
3) Kontraseptif Mix yaitu banyaknya PUS yang memakai alat/cara KB tertentu per
100 pasangan umur subur (PUS).
2.9. Metode Kontrasepsi
Metode kontrasepsi adalah suatu cara yang digunakan untuk
mencegah/menghindari terjadinya kehamilan. Tidak ada satupun metode kontrasepsi
yang aman dan efektif bagi semua klien, kerena masing-masing mempunyai
kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien.3
Faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu metode kontrasepsi adalah
efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan
kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal
tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama
bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan
efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan.3
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki
mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi
.dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap).22
Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan umur subur secara
rasional berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti berikut ini :
Masa Menunda Kesuburan/Kehamilan27
Sebaiknya istri menunda kehamilan pertama sampai berumur 20 tahun.
1) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah kembalinya kesuburan yang
tinggi/reversibilitas yang tinggi. Artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin
hampir 100%. Hak ini penting karena pada masa ini akseptor belum mempunyai
anak. Selain itu efektivitasnya juga tinggi. Artinya tingkat terjadinya kegagalan
pada pemakaian alat kontrasepsi kecil. Hal ini penting karena kegagalan
penggunaan alat kontrasepsi dapat menyebabkan kegagalan program dan akan
menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi.
2) Kontrasepsi yang cocok berdasarkan prioritas urutan kontrasepsi yang disarankan
adalah Pil KB, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) , Cara sederhana,
Implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit), dan Suntikan .
3) Alasan : umur dibawah 20 tahun adalah umur sebaiknya tidak mempunyai anak
dulu karena berbagai alasan dan secara psikologis masih belum matang. Prioritas
penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda masih
sering bersenggama (frekuensi tinggi), sehingga tingkat kegagalan tinggi.
Penggunaan AKDR bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini merupakan
pilihan terakhir, terlebih bagi calon peserta dengan kontraindikasi terhadap pil
oral.
Masa Mengatur Kesuburan/ Menjarangkan Kelahiran3
Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah umur antara 20 – 35 tahun.
1) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah efektivitas dan reversibilitas cukup
tinggi karena akseptor masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 3–4
tahun sesuai dengan jarak kelahiran yang direncanakan, dan tidak menghambat
produksi ASI, karena ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi sampai umur
2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.
2) Keluarga perlu mengadakan konsultasi ke tenaga kesehatan dalam memilih
metode kontrasepsi yang paling sesuai dengan kondisi suami istri. Prioritas urutan
penggunaan alat kontrasepsi yang disarankan menurut kondisi dan kebaikannya.
Pada umur 20 tahun disarankan menggunakan AKDR, Suntikan KB, Pil Mini KB,
Pil KB, Implant, dan cara sederhana. Sedangkan pada umur 35 tahun urutan
prioritas kontrasepsi adalah AKDR, Suntikan KB, Pil Mini KB, Pil KB, Implant,
cara sederhana, dan kontap.
3) Alasan : umur antara 20 – 35 tahun merupakan umur yang terbaik untuk
mengandung dan melahirkan. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan
kehamilan cukup tinggi, namun disini tidak/kurang berbahaya karena yang
bersangkutan berada pada umur mengandung dan melahirkan yang baik.
Masa Mengakhiri Kesuburan/ Tidak Hamil Lagi3,21
Pada umumnya setelah keluarga mempunyai 2 anak dan umur istri telah
melebihi 35 tahun sebaiknya tidak hamil lagi.
1) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan berupa efektivitas sangat tinggi. Kegagalan
menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi dan akseptor tidak
mengharapkan punya anak lagi. Dapat dipakai untuk jangka panjang, dan
sebaiknya tidak dapat menambah kemungkinan terjadinya kelainan/penyakit.
2) Kontrasepsi yang cocok, urutan kontrasepsi yang disarankan antara lain
KONTAP, AKDR, Implant, Suntik KB, cara sederhana, dan Pil KB.
3) Hal ini dikarenakan ibu-ibu dengan umur diatas 35 tahun dianjurkan untuk tidak
hamil/tidak punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya. Pilihan
utama adalah kontrasepsi mantap. Susuk KB dan AKDR merupakan pilihan
berikutnya apabila belum bersedia menggunakan kontap. Dalam kondisi darurat,
maka kontap cocok dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan susuk KB,
AKDR maupun suntikan dalam arti mengakhiri kesuburan. Pil kurang dianjurkan
karena umur ibu yang relatif tua mempunyai kemungkinan meningkatkan
penyakit-penyakit yang sudah ada, kegagalan pemakaian tinggi, dan banyaknya
efek samping dan kontraindikasi pemakaian estrogen pada umur yang relatif
Ada beberapa pandangan yang membedakan jenis-jenis metode kontrasepsi
sehingga para pengguna dan tenaga kesehatan dapat mengetahui kontrasepsi secara
baik. Pengelompokan lain, adalah :
1) Cara alamiah, meliput i metode senggama terputus dan metode kalender.
2) Cara sederhana, terdiri dari penggunaan kondom, jelly, diafragma, spermisida.
3) Alat kontrasepsi hormonal, yakni: pil, suntikan dan implant.
4) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD) yang
dikenal dalam beberapa jenis desain, seperti spiral (lippes loop), Cu T, Cu 7,
multiload.
5) Kontrasepsi mantap, yakni tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk laki-laki.
Sering juga digunakan pengelompokan menjadi metode kontrasepsi
sederhana, metode kontrasepsi efektif, dan metode kontrasepsi mantap.20
2.10. Pembagian Metode Kontrasepsi 2.10.1. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana meliputi kondom, Coitus Interuptus, KB Alami
(metode kalender, suhu basal, dan lender serviks), diafragma, dan kontrasepsi
kimiawi/spermicide (tablet vagina, kream dan jelly, aerosol/busa, dan tissu
vagina/intravag). Pada metode kontrasepsi sederhana akan dijelaskan mengenai
a. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis
sebagai tempat penampungan cairan sperma yang dikeluarkan pria pada saat
senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Bentuknya ada 2 macam, yaitu polos
dan berputing. 20
Kondom cukup efektif bila digunakan secara tepat dan benar secara konsisten
pada setiap kali berhubungan seksual. Secara ilmiah angka kegagalan kondom yaitu 2
– 12 per 100 perempuan per tahun.3 Tingkat keberhasilannya (efektifitas) 80 – 95%.24
a.1. Jenis/tipe Kondom20
1) Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk silinder
bulat, umumnya panjang 15 – 20 cm, tebal 0,03 – 0,08 mm, garis tengah sekitar
3,0 – 3,5 cm, dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan dipangkal
yang terbuka bertepi bulat. Namun untuk sekarang telah tersedia dalam ukuran
yang lebih besar atau lebih kecil dari standard.
2) Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, telah diperkenalkan variasi
kondom yang berpelumas, mengandung spermatiside, berwarna, memiliki rasa,
dan beraroma.
3) Tersedia kondom anti alergi, yang terbuat dari karet lateks dengan rendah residu
dan tidak dipralubrikasi.
4) Kondom yang lebih tebal dan melebihi standard, dipasarkan terutama untuk
hubungan intim per-anus pada pria homoseks untuk memberikan perlindungan
tambahan terhadap penularan HIV/AIDS. Standard kondom dilihat dari
a.2. Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan
cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi wanita. Selain itu,
Kondom satu-satunya alat kontrasepsi yang mencegah penularan mikroorganisme
(IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan ke pasangan yang lain.20
a.3. Keuntungan
Keuntungan menggunakan kondom diantaranya murah, mudah didapat dan
dapat dibeli secara umum, tidak ada persyaratan untuk berkonsultasi dengan tenaga
kesehatan/tidak perlu resep dokter, tidak memerlukan pengawasan khusus dari tenaga
kesehatan, mudah cara pemakaiannya dan dapat dipakai sendiri, serta tidak
mengurangi kenikmatan bersenggama. 20
a.4. Kekurangan
Kekurangan dari penggunaan kondom diantaranya kurang praktis karena
harus dipakai setiap kali akan melakukan hubungan seksual, harus selalu ada
persediaan, sedikit mengganggu, selalu harus memakai kondom yang baru,
kadang-kadang ada yang tidak tahan (alergi) terhadap karetnya, tingkat kegagalan cukup
tinggi, dan dapat sobek bila memasukkannya tergesa-gesa.20
a.5. Indikasi
Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan seksual dan belum
a.6. Kontraindikasi
Kondom tidak menunjukkan adanya kontraindikasi medis yang mutlak.
Kontraindikasinya bila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima kondom,
Malformasi penis, salah satu dari pasangan alergi terhadap karet lateks, dan pasangan
yang tingkat pendidikannya rendah.3
a.7. Efek Samping
Kecewa karena gagal/bocor dan alergi namun jarang terjadi. Hal ini dapat
diatasi dengan mengganti kondom berkualitas yang lebih baik jika bocor, anjurkan
cara pemakaian yang benar, dan ganti metode kontrasepsi yang lain.3
2.10.2. Metode Kontrasepsi Efektif
Metode Kontrasepsi Efektif adalah metode yang dalam penggunaannya
mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian tinggi serta angka
kegagalan rendah bila dibandingkan dengan metode kontrasepsi sederhana. Metode
ini terdiri dari pil KB, suntik KB, AKBK, dan AKDR.20
a. Pil KB
Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau
tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron atau
yang hanya terdiri dari hormon progesterone saja. Efektifitas pemakaian pil sangat
tinggi tetapi ini tergantung pada disiplin pemakai. Kegagalan teoritis lebih dari
0,35%, tetapi dalam praktek berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, 3-10% untuk mini
a.1. Jenis Pil KB20
1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
3) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
a.2. Jenis Tablet Menurut Dosis20
1) Tablet dosis tinggi (High Dose) : Berisi 50 mcg
High Dose adalah tablet yang mengandung estrogen 50-150mcg dan progesteron
1-10 mg. Yang termasuk jenis ini adalah Tablet KB Noriday (dari Population
Council) dan Tablet KB Ovostat (PT Organon).
2) Pil dosis rendah (Low Dose) : Berisi 30 mcg
Low Dose adalah pil yang mengandung 30-50 mcg estrogen dan kurang dari 1 mg
progesteron. Yang termasuk jenis ini adalah Pil KB Microgynon 30 (PT Schering)
atau kimia farma Lisensi Schering dan Pil KB Marvelon (PT Organon).
3) Pil Mini
Pil Mini adalah pil yang mengandung hormon progesteron kurang dari 1 mg.
a.3. Jumlah Tablet
Jumlah tablet pada setiap strip bervariasi, yaitu 28 tablet dan 21 tablet. Pada
strip yang berisi 28 tablet terdiri dari 21 tablet yang mengandung hormon estrogen
dan progesteron, serta 7 tablet yang mengandung vitamin. Pada strip yang berisi 21
tablet, kesemuanya mengandung hormon estrogen dan progesteron.20
a.4. Cara Kerja Pil Kontrasepsi24
1) Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur.
2) Mengendalikan lendir mulut rahim menjadi lebih kental sehingga sperma sukar
dapat masuk ke dalam rahim.
3) Menipiskan lapisan endometrium.
a.5. Keuntungan
Keuntungan penggunaan pil KB adalah reversibilitasnya tinggi, mudah
menggunakannya, mengurangi rasa sakit pada waktu menstruasi, mencegah anemia
defisiensi zat besi, mengurangi kemungkinan infeksi panggul dan kehamilan ektopik,
mengurangi resiko kanker ovarium, cocok sekali digunakan untuk menunda
kehamilan pertama dari PUS muda, tidak mempengaruhi produksi ASI pada pil yang
mengandung progesteron antara lain exluton/mini pil, dan tidak mengganggu
hubungan seksual.3
a.6. Kekurangan
Disamping keuntungan yang ada, pil mempunyai beberapa kekurangan
antara lain memerlukan disiplin dari pemakai, harga pil relatif lebih mahal, dapat
mengurangi ASI pada pil yang mengandung estrogen, dapat meningkatkan resiko
berhenti haid, mual, dapat meningkatkan tekanan darah, dan tidak dianjurkan pada
wanita yang berumur diatas 30 tahun karena akan mempengaruhi keseimbangan
metabolisme tubuh.24
a.7. Indikasi
Indikasi penggunaan pil adalah siklus haid tidak teratur, umur subur, telah
mempunyai anak atau yang belum mempunyai anak, anemia karena haid yang
berlebihan, nyeri haid yang hebat, wanita yang menginginkan kontrasepsi oral dengan
keefektifan yang tinggi, riwayat hamil ektopik dan riwayat keluarga yang menderita
kanker ovarium.3
a.8. Kontraindikasi
Adapun kontraindikasi pil adalah menyusui kecuali pil mini, pernah sakit
jantung, tumor/keganasan, kelainan jantung, varises dan darah tinggi/hipertensi (>
160/90 mmHg), perdarahan pervagina, migraine, penyakit Hepatitis, wanita yang
berumur > 40 tahun, dan perokok berat (> 15 batang per hari) yang berumur > 35
tahun.28
a.9. Efek Samping
Adapun efek samping yang dirasakan berupa perdarahan pervagina/Spotting,
tekanan darah meningkat, perubahan berat badan, kloasmatromboemboli, air susu
berkurang, rambut rontok, varises, perubahan libido, depresi, pusing dan sakit
b. Suntikan KB20
Terdapat dua jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di
Indonesia adalah :
1) Yang hanya mengandung hormon progesteron yaitu Depo Provero 150 mg, Depo
Progestin 150 mg, Depo Geston 150 mg, dan Noristerat 200 mg.
2) Yang mengandung 25 mg Medroxy progesteron acetat dan 5 mg estradiol
cypionate yaitu Cyclofem.
Efektifitas suntik KB sangat tinggi, kegagalan kurang dari 1%.
b.1. Cara Kerja Suntik KB20
1) Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.
2) Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga menghambat spermatozoa (sel mani)
masuk ke dalam rahim.
3) Menipiskan endometrium sehingga tidak siap untuk kehamilan.
4) Kecepatan transport ovum melalui tuba berubah.
b.2. Keuntungan
Keuntungan penggunaan suntik KB adalah praktis, efektif dan aman, jangka
panjang, tidak mempengaruhi ASI, cocok digunakan untuk ibu menyusui, dapat
menurunkan kemungkinan anemia, resiko terhadap kesehatan kecil, tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak diperlukan pemeriksaan dalam, efek
samping sangat kecil, dan klien tidak perlu menyimpan obat suntik.28
b.3. Kekurangan
Beberapa kekurangan pada KB suntik adalah sering menimbulkan
amenorea, ketidakpraktisannya, karena harus melalui suntikan sehingga
kemungkinan tertular penyakit lain seperti Hepatitis B dan HIV ada, dan gangguan
perdarahan.28
b.4. Indikasi
KB suntik cocok dipergunakan pada ibu-ibu yang baru saja bersalin dan
menyusukan anak, ibu-ibu yang sudah cukup mempunyai anak, dan tidak dianjurkan
untuk ibu-ibu yang belum mempunyai anak atau baru mempunyai 1 anak.28
b.5. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemakaian KB suntik antara lain tersangka hamil, perdarahan
akibat kelainan ginekologi yang tidak diketahui penyebabnya, adanya tanda-tanda
tumor/keganasan, dan adanya riwayat penyakit jantung, hati, tekanan darah tinggi,
kencing manis (penyakit metabolisme), paru berat.28
b.6. Efek Samping
Adapun efek samping yang dirasakan akseptor KB suntik adalah gangguan
haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan libido, perubahan berat badan, sakit
kepala, hematoma, serta infeksi dan abses (karena jarum suntik yang tidak bersih dari
hama/ steril.20
c. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK/IMPLANT)
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau Implant adalah alat kontrasepsi
yang disusupkan di bawah kulit. Preparat yang terdapat saat ini adalah implant
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pemasangan implant terdapat
peningkatan kadar Levonorgestrel (LNG) pada darah tepi dengan cepat, mencapai 3,0
– 4,5 nmol/L setelah 24 jam, suatu kadar progestin yang mampu menekan ovulasi.
Angka kegagalan kumulatif dalam tahun pertama kurang dari 1 per 100 wanita dan
tetap rendah sampai 5 tahun, yakni kira-kira 3 per 100 wanita.20
c.1. Jenis20
1) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun.
2) Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,
dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun . Keuntungan utama dari Jadena ada;lah
pemasangannya lebih mudah dibandingkan Norplant.
c.2. Cara Kerja28
1) Membuat lendir serviks lebih kental sehingga mengganggu penetrasi spermatozoa
untuk masuk lebih dalam lagi.
2) Mengganggu motilitas tuba sehingga transport sperma mau pun telur terganggu.
3) Mengganggu kapasitasi spermatozoa sehingga kemampuan membuahi menurun.
4) Mengganggu pemasakan endometrium sehingga mengganggu implantasi telur
5) Mengganggu keseimbangan hormon estrogen, progesterone, dan gonadotropin,
sehingga menghambat ovulasi.
c.3. Keuntungan
Keuntungan pemakaian implant adalah tidak menekan produksi ASI/ tidak
mengganggu laktasi, praktis, efektif, tidak ada faktor lupa, masa pakai jangka panjang
(5 tahun), membantu mencegah anemia, khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera
setelah pengangkatan implant (reversibilitasnya tinggi), pemasangannya relatif
mudah, keefektifannya yang sangat tinggi (one year pregnancy rate-nya 0,2 – 0,5 per
100 wanita) sehingga continuation rate-nya tinggi, dengan cepat dapat menekan
ovulasi, tidak mengganggu hubungan seks, dan tidak memberikan efek samping
estrogen.28
c.4. Kekurangan
Kerugiannya adalah implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas
kesehatan yang terlatih, lebih mahal dari pada pil KB atau suntikan dan cara KB
jangka pendek lainnya, sering mengubah pola haid, wanita tidak dapat menghentikan
pemakaiannya sendiri, beberapa wanita mungkin enggan menggunakan cara yang
belum dikenalnya, susuk mungkin dapat terlihat dibawah kulit.3
c.5. Indikasi
Implant diberikan kepada wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi
untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau
menggunakan AKDR, dan wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB
c.6. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemakaian implant adalah hamil atau disangka hamil,
penderita penyakit hati, penyakit jantung (kelainan kardiovaskuler), kelainan haid,
darah tinggi, diabetes melitus, perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui
sebabnya, tumor/keganasan, kanker payudara, kelainan jiwa (psikosis, neurosis),
varikosis, dan riwayat kehamilan ektopik.29
c.7. Waktu Pemasangan dan Pengangkatan/Ekstraksi
Waktu yang paling baik untuk pemasangan Norplant adalah sewaktu haid
berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid sehingga adanya kehamilan dapat
disingkirkan. Keenam kapsul yang masing-masing mengandung 36 mg levonorgestrel
ditanamkan pada lengan kiri atas (atau lengan kanan atas akseptor yang kidal) lebih
kurang 6 – 10 cm dari lipatan siku.28
Pengangkatan implant dilakukan atas indikasi merupakan permintaan
akseptor (umpama ingin hamil lagi), timbulnya efek samping yang sangat
mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa, sudah habis masa
pakainya, dan terjadi kehamilan.28
c.8. Efek Samping
Adapun efek samping yang dirasakan pada penggunaan kontrasepsi Implant
dapat berupa gangguan haid (amenorrhea dan methrorhagie), depresi, keputihan,
mual-mual, anoreksi, sakit kepala, jerawat, perubahan libido, perubahan berat badan,