• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas Di Apotek Pratama Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas Di Apotek Pratama Medan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

FARMASI KOMUNITAS

di

Apotek Pratama

Medan

Disusun oleh :

Janti Kosman, S.Farm. 073203044

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Lembar Pengesahan

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS

Di

Apotek Pratama

Medan

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

Disusun oleh :

Janti Kosman, S.Farm. 073202044

Apotek Pratama

Medan

Pembimbing,

Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt. SIK. 176/ SU

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(3)

RINGKASAN

Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas ini ditujukan supaya mampu

memahami permasalahan apotek dan mampu mengelola apotek secara profesional

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah profesi yang

berlaku.

Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas ini dilaksanakan di Apotek

Pratama pada tanggal 18 Desember 2007 hingga 17 Februari 2008 selama lebih

kurang 30 hari atau dapat dihitung selama lebih kurang 200 jam.

Adapun kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Profesi di Apotek

Pratama adalah pengenalan apotek, pelayanan swamedikasi, pelayanan resep,

mengetahui bagaimana cara pemesanan barang, baik obat resep, swamedikasi,

maupun narkotik. Selain itu juga mempelajari pengarsipan serta cara pengelolaan

barang di apotek serta berbagai sistem pembagian kerja ataupun pengecekan stok

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan,

kekuatan, dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan Praktik Kerja Profesi (PKP)

Apoteker di Apotek Pratama. Laporan ini ditulis berdasarkan teori dan hasil

pengamatan selama melakukan PKP di Apotek Pratama.

Selama menjalankan PKP ini penulis telah banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak berupa bimbingan, arahan dan masukan. Ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya, ingin penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Drs. Salim Usman, M.Si., Apt., sebagai Pemilik Sarana Apotek

(PSA) di Apotek Pratama yang telah memberikan fasilitas, bimbingan dan

dukungan kepada penulis selama melaksanakan PKP hingga penyusunan

laporan ini.

2. Ibu Dra. Yuanita Tanuwijaya, Apt., sebagai pembimbing dan sekaligus

Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek Pratama atas bantuan.

bimbingan dan arahan kepada penulis selama melaksanakan PKP hingga

penyusunan laporan ini.

3. Seluruh pegawai Apotek Pratama atas bantuan dan kerja sama yang

diberikan selama PKP.

4. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

(5)

5. Bapak Drs. Wiryanto,M.S.,Apt, selaku koordinator Program Pendidikan

Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat menambah ilmu pengetahuan

bidang Farmasi , khususnya pengetahuan perapotekan.

Medan, Maret 2008

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

2.2.2 Pengorganisasian (Organizing)... 4

2.2.3 Kepemimpinan (Actuating)... 4

2.2.4 Pengawasan (Controlling)... 5

2.3 Studi Kelayakan ... 5

2.5.3 Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan Pasal 25)... 13

2.5.4 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)... 13

(7)

3.1 Letak dan Bangunan... 15

3.2. Struktur Organisasi Personalia... 15

3.3 Pelaksanaan Kegiatan Apotek... 16

3.4 Pengadaan Perbekalan Farmasi... 16

3.4.1 Perencanaan Pembelian... 16

3.4.2 Pelaksanaan Pembelian ... 17

3.4.3 Penerimaan dan Pemantauan asil Pembelian ... 17

3.5 Penyimpanan dan Penataan... 18

3.6 Pelayanan ... 19

3.6.1 Pelayanan Resep Tunai ... 19

3.6.2 Pelayanan Resep Kredit ... 20

3.6.3 Pelayanan Penjualan Bebas... 21

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Formulir Surat Pesanan ... 58

2. Formulir Surat Pesanan Psikotropika... 59

3. Formulir Surat Pesanan Narkotika ... 60

4. Laporan Penggunaan Sediaan Narkotika ... 61

5. Laporan Penggunaan Bahan Baku Narkotika ... 62

6. Laporan Penggunaan Sediaan Psikotropika ... 63

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Apoteker merupakan satu-satunya profesi yang diberi wewenang untuk

mengatur, mengawasi dan melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pekerjaan kefarmasian. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang pelayanan kefarmasian di

apotek, dinyatakan bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengacu

pada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan

kefarmasian yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat sebagai

komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk

meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan

interaksi langsung dengan pasien. seorang apoteker tidak ahnya dituntut dari segi

teknis kefarmasian saja, tetapi juga harus meiliki keahlian manajemen. Apoteker

Pengelola Apotek (APA) mempunyai tanggung jawab untuk menyeimbangkan

dua fungsi tersebut demi terpeliharanya martabat dan tradisi luhur profesi farmasi.

B. Tujuan

- Untuk membekali calon Apoteker dalam hal ketrampilan dan keahlian

mengelola apotek melalui Praktek kerja Profesi di apotek swasta.

- Agar calon apoteker dapat mengetahui dan melihat secara langsung

(10)

BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek

Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat

tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat

dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan

(KepMenkes RI nomor 1027/Menkes/Sk/IX/2004).

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan

telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang

berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai

apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi

Surat Izin Apotek (SIA). Izin Apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek

yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan

pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan.

Apoteker merupakan tenaga kesehatan yang profesional yang banyak

berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai sumber informasi obat. Oleh

karena itu, informasi obat yang diberikan pada pasien haruslah informasi yang

lengkap dan mengarah pada orientasi pasien terdidik bukan pada orientasi produk.

Dalam hal sumber informasi obat, seorang apoteker harus mampu memberi

(11)

yang digunakannya dapat mengobati penyakit yang dideritanya dan merasa aman

menggunakannya. Dengan demikian peran seorang apoteker di apotek

sungguh-sungguh dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Selain memiliki fungsi sosial sebagai tempat pengabdian dan

pengembangan jasa pelayanan pendistribusian dan informasi obat dan perbekalan

farmasi, apotek juga memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu apotek

memperoleh laba untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan

usahanya. Oleh karena itu apoteker sebagai salah satu tenaga professional

kesehatan dalam mengelola apotek tidak hanya dituntut dari segi teknis

kefarmasian saja tapi juga dari segi manajemen.

2.2 Pengertian dan Fungsi Manajemen

Manajemen dapat diartikan sebagai salah satu usaha atau kegiatan yang

dilaksanakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dengan bantuan orang lain.

Prinsip-prinsip dasar manajemen dapat dipelajari tetapi hasil yang

diperoleh dalam penerapannya masih banyak tergantung pada bakat-bakat

perorangan. Manajemen yang baik akan memberikan hasil yang memuaskan

sesuai harapan.

Apoteker sebagai seorang pengelola apotek harus memiliki kemampuan

dalam 4 hal yaitu :

1. Perencanaan (Planning)

(12)

3. Kepemimpinan (Actuating)

4. Pengawasan (Controlling)

2.2.1 Perencanaan (Planning)

Sebelum menjalankan suatu usaha sebaiknya dibuat suatu perencanaan,

baik itu rencana jangka pendek maupun jangka panjang. Tanpa perencanaan yang

baik tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan ini mencakup

pemilihan lokasi, studi kelayakan, perhitungan sumber modal dan waktu Return of

Investment (ROI) serta rencana anggaran belanja.

2.2.2 Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah fungsi yang mempersatukan sumber-sumber daya

pokok dengan system yang teratur dan mengatur orang-orang dalam suatu pola

yang harmonis sehingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan.

Kemampuan mengorganisir meliputi pembagian aktivitas-aktivitas pada

setiap karyawan, penentuan tugas tiap-tiap kelompok, pemilihan orang-orang

sesuai dengan tingkat pendidikan, pendelegasian wewenang, pemberian tanggung

jawab pengkoordinasian macam-macam aktivitas.

2.2.3 Kepemimpinan (Actuating)

Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan pelaksanaan

(13)

dipaksa. Dalam hal ini diperlukan bakat kepemimpinan dan kewibawaan sehingga

dapat mengaktifkan karyawan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya.

2.2.4 Pengawasan (Controlling)

Semua fungsi diatas tidak akan berjalan secara efektif tanpa adnya

pengawasan. Pengawasan adalah proses pengamatan, penelitian, penilaian dari

pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi yang sedang atau sudah berjalan untuk

dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi utama dari pengawasan

adalah memastikan apakah semua sudah berjalan dengan memuaskan sesuai

dengan arah tujuan.

2.3 Studi Kelayakan

Studi kelayakan merupakan suatu kajian sebagai bagian dari perencanaan

yang dilakukan menyeluruh mengenai suatu usaha dalam proses pengambilan

keputusan investasi yang mengawali resiko yang belum jelas. Melalui studi

kelayakan berbagai hal yang diperkirakan dapat menyebabkan kegagalan, dapat

diantisipasi lebih awal.

Dalam mengelola suatu apotek , kegagalan dapat saja terjadi pada berbagai

tahap yaitu pada saat pendirian apotek atau pada saat apotek melakukan kegiatan.

Beberapa factor yang dapat menyebabkan kegagalan pada proses pendirian suatu

apotek antara lain : APA tidak memahami tentang bidang usaha perapotekan dan

(14)

Kegagalan suatu apotek pada saat melakukan kegiatan dapat disebabkan

minimnya masyarakat yang datang ke apotek sehingga kapasitas kerja jauh

melebihi pekerjaan yang ada sehingga kegiatan berlangsung tidak efisien. Selain

faktor di atas, dapat juga disebabkan oleh likuiditas akibat gagalnya efisiensi

penggunaan modal.

2.3.1 Survei dan Pemilihan Lokasi

Sebelum mendirikan suatu apotek, sangat penting untuk terlebih dahulu

melakukan survei dan pemilihan lokasi. Lokasi sangat mempengaruhi kemajuan

suatu usaha apotek dan merupakan pemikiran awal yang paling penting, oleh

karena itu pemilihan lokasi harus benar-benar diperhitungkan sebelum apotek

berdiri. Agar usaha apotek dapt hidup secara berkesinambungan, apotek harus

berada pada lokasi yang memungkinkan untuk memperoleh pelanggan yang terus

bertambah. Dengan kata lain, lokasi apotek harus strategis sehingga menjadi

pilihan konsumen.

Lokasi yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria diantaranya terjamin

keamanannya, ramai, mudah terjangkau, dekat dengan tempat pelayanan

kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter, klinik dan tempat pelayanan

kesehatan lainnya. Dengan lokasi yang demikian diharapkan apotek sebagai

tempat usaha akan terus menerus bertahan dan meningkatkan pelayanannya.

2.3.2 Analisis Perbelanjaan

(15)

Modal minimal adalah modal yang diperlukan untuk pengadaan sarana

dan prasarana sebagai syarat untuk diperolehnya izin apotek. Modal minimal

digunakan untuk tujuan pengadaan aktiva tetap, aktiva lancar, biaya awal yang

dibutuhkan untuk pendirian dan kas yang berupa uang kontan baik di tangan

,ataupun di bank.

b. Sumber Modal

Kesulitan modal merupakan masalah yang sering dijumpai bagi seorang

apoteker sewaktu mendirikan apotek sendiri. Untuk itu, seorang apoteker harus

mempunyai keberanian dan mau bekerja keras untuk mengusahakan modal dari

berbagai sumber.

Sumber-sumber modal yang dibutuhkan dapat diperoleh dari :

1. Modal sendiri yaitu modal yang tidak mempunyai jangka waktu

pengembalian, misalnya modal milik apoteker sendiri

2. Modal kredit yaitu modal yang diperoleh dari pemberi kredit (kreditur)

kepada penerima kredit (debitur). Dalam hal ini ada hubungan

kepercayaan antara kedua pihak bahwa dimasa mendatang debitur akan

sanggup memenuhi segala sesuatu sesuai perjanjian. Sumber-sumber

modal kredit ini antara lain adalah bank, teman sejawat, PBF yang

umumnya berupa sediaan farmasi bersifat fast moving.

Berdasarkan pada penggunaannya, modal dapat dibagi atas :

1. Modal tetap (aktiva tetap), yaitu modal yang keadaannya relatif tetap

(16)

2. Modal lancar (aktiva lancar) yaitu modal yang sewaktu-waktu dapat

berubah misalnya uang tunai (kas/bank), piutang, barang dagangan, uang

muka

2.4 Pengelolaaan Obat / Perbekalan Farmasi

Masalah pengelolaan yang dimaksud adalah segala pekerjaan yang

mengarah pada dapat dijaminnya ketersediaan obat dan perbekalan farmasi

lainnya dengan kualitas yang benar, termasuk juga system pengendalian keuangan

beserta sumber daya manusianya.

Perencanaan pengadaan obat/ perbekalan farmasi lainnya, akan dapat lebih

terarah dan efisien bila dilakukan oleh tenaga yang terlatih yang didukung oleh

wawasan-wawasan ilmu yang terkait. Dilapangan, perencanaan pengadaan perlu

didukung oleh data analisis pasar pasar antara lain jumlah penduduk, susunan

demografi, kondisi sosial ekonomi dan geografis, masalah kesehatan di

lingkungan sekitar, persepsi masyarakat terhadap kesehatan dan pola penggunaan

obat.

Pengelolaan obat/perbekalan farmasi di apotek akan mempengaruhi

kelengkapan, harga, pelayanan dan persediaan obat serta keuangan yang pada

akhirnya akan menentukan citra suatu apotek.

2.4.1 Pembelian

Secara umum komoditi di apotek dapat berupa obat, bahan obat dan alat

(17)

perbekalan farmasi didasarkan atas kebutuhan penjualan melalui resep dan

penjualan bebas. Pembelian harus direncanakan dengan baik untuk mencegah

terjadinya kekosongan ataupun penumpukan barang sehingga perputaran barang

tidak mengalami hambatan.

Dalam proses pembelian, banyak pertimbangan-pertimbangan yang

diperlukan untuk menentukan keputusan yang terbaik. Salah satu pertimbangan

tersebut tentunya adalah dari visi farmasis yakni pengadaan yang mengarah pada

terjaminnya ketersediaan obat yang tepat baik dari sisi kualitas maupun

kuantitasnya. Misalnya perlu diperhatikan keabsahan sumber, jaminan kualitas,

pelayanan purna jual, jangka waktu pelayanan dan sebagainya.

2.4.2 Penyimpanan dan penataan

Untuk kegiatan penyimpanan tentunya difokuskan pada tujuan agar tetap

terjaminnya kualitas obat sekaligus mendukung jalannyaproses pelayanan sesuai

yang ditetapkan. Jelas hal ini juga memerlukan wawasan pendukung yang

memadai serta tenaga yang cukup terlatih.

Prosedur dan administrasi penyimpanan barang persediaan diatur dengan

memperhatikan sistem First In First Out (FIFO), First Expired First Out (FEFO),

bentuk dan jenis obat.

Penataan dilakukan dengan memperhatikan point of interest, efektivitas

dan efisiensi pelayanan, pembagian farmakologis dan urutan abjad. Keterbatasan

seringkali bias disiasati dengan optimalisasi penggunaan ruang yang ada serta

(18)

2.4.3 Penjualan/ Pelayanan

Penjualan perbekalan farmasi dapat berupa pelayanan resep dan penjualan

obat bebas, kosmetik dan alat kesehatan. Dalam memberikan pelayanan kepada

konsumen ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

1. Kelengkapan obat, obat-obat yang dibutuhkan oleh konsumen hendaknya

tersedia dengan lengkap sehingga dapat melayani dan memenuhi

kebutuhan konsumen baik obat bebas, bebas terbatas maupun obat keras.

2. Harga obat merupakan faktor yang mempengaruhi pelayanan kefarmasian

di apotek. Pelayanan harga obat yang wajar bagi kemampuan masyarakat

sekitar apotek perlu dipertimbangkan sehingga masyarakat dapat

memperoleh obat dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang

terjamin.

3. Pelayanan, pelayanan yang baik dari apotek terhadap konsumen sangat

diperlukan dan keadaan tempat yang mendukung penjualan dari suatu

apotek seperti kemudahan parkir, keamanan, kenyamanan ruang tunggu

dan faktor lain yang dapat memberikan nilai tambah bagi apotek sehingga

apotek tersebut menjadi pilihan para konsumen yang membutuhkan obat.

2.4.4 Administrasi

Administrasi merupakan proses pencatatan seluruh kegiatan teknis yang

dilakukan oleh suatu perusahaan, seperti juga system usaha lain kegiatan

pengendalian operasional di apotek harus dilakukan secara cermat demi

(19)

diperlukan dalam pengelolaan suatu apotek untuk memperoleh sumber informasi

yang dapat dipercaya dalam rangka pengambilan keputusan oleh apoteker

pengelola apotek. Oleh sebab itu, diperlukan strategi khusus yang terencana

dengan mantap sehingga proses pengelolaan bias berjalan dengan baik.

Administrasi yang dilakukan di apotek meliputi :

1. Administrasi pembukuan yaitu pencatatan seluruh informasi mengenai

arus uang dan barang meliputi buku kas, bank, pembelian, penjualan dan

lain-lain

2. Administrasi pelaporan yaitu pencatatan seluruh kegiatan yang mencakup

obat-obat narkotika dan psikotropika.

Perpajakan

Pajak adalah suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan

sebagian dari kekayaannya atau penghasilannya kepada Negara menurut peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk

kepentingan masyarakat.

2.5.1 Pajak Penghasilan (PPh pasal 21)

Pajak penghasilan adalah pajak atas gaji/upah/honorarium, imbalan jasa

dan kenikmatan lain yang dibayarkan kepada orang pribadi, terhutang kepada

pemberi kerja (majikan, bendaharawan pemerintah dan perusahaan) sehubungan

dengan pekerjaan, jabatan dan hubungan kerja lainnya yang dilakukan di

(20)

Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk wajib pajak orang

pribadi berdasarkan undang-undang RI No.5 tahun 2000 dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 1. Penghasilan Tidak Kena Pajan Untuk Wajib Pajak Pribadi Pasal 7 UU RI

No.5 tahun 2000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Status Diri Wajib Pajak

Sebulan (Rp) Setahun (Rp)

TK (tidak kawin) 144.000 1.723.000

KO (kawin tanpa pajak) 216.000 2.592.000

K1 (Kawin satu anak) 288.000 3.456.000

K2 (kawin dua anak) 360.000 4.320.000

K3 (kawin tiga anak) 432.000 5.184.000

Sedangkan penghasilan kena pajak didasarkan pada tarif pajak penghasilan

menurut UU RI No. 10 tahun 2001 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Tarif Pajak Penghasilan Berdasarkan Pasal 17 UU RI No. 10 Tahun 2001

Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 25 juta 5 %

Rp. 25 juta s/d Rp. 50 juta 10 %

Rp. 50 juta s/d Rp. 100 juta 15 %

Rp. 100 juta s/d Rp.150 juta 25 %

> Rp 200 juta 35 %

(21)

Dasar pengeluaran pajak untuk PPN adalah jumlah harga jual, menurut

UU PPN 1984 bahwa tariff pajak secara umum adalah 10 % untuk semua barang

kena pajak (BKP). PPN yang harus disetor ke kas Negara oleh pengusaha kena

pajak (PKP) merupakan selisih dari pajak masukan dan pajak keluaran. Jika pajak

masukan lebih besar dari pajak keluaran maka selisih merupakan kelebihan pajak

yang terhutang dalam masa berikutnya atau dapat diminta kembali. Tetapi bila

pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan maka selisihnya merupakan pajak

yang harus disetor ke kas Negara selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya

dan dilaporkan ke kantor pelayanan pajak.

2.5.3 Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan Pasal 25)

Pajak penghasilan badan menurut pasal 25 adalah pajak yang dipungut

dari perusahaan atas laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Penentuan pajak ini

dihasilkan pada penghasilan bersih.

2.5.4 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Dasar hukum pajak bumi dan bangunan adalah undang-undang No. 20

tahun 2000. Subjek wajib pajak PBB adalah orang atau badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi,

dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Objek PBB adalah bumi dan bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan

tubuh yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan

(22)

Indonesia. Bangunan adalah konseruksi teknik yang ditanam atau diletakkan

(23)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS APOTEK

3.1 Letak dan Bangunan

Apotek Pratama didirikan pada tahun 1983 dengan No. SIA:

1305/SIA/1983 yang dikelola oleh Dra. Yuanita Tanuwijaya, Apt. sebagai

Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Drs. Salim Usman, M.Si., Apt. selaku

Pemilik Sarana Apotek (PSA).

Apotek Pratama berada di Jl. Gatot Subroto No. 236 H Medan, terletak di

daerah petokoan dan pemukiman yang ramai dengan penduduk yang cukup padat

serta mudah dijangkau oleh kendaraan umum, tersedia tempat parkir yang luas

dan dekat dengan tempat-tempat pelayanan kesehatan lain seperti praktek dokter

dan klinik.

Luas bangunan apotek ± 4 m x 22 m yang terdiri dari ruang tunggu, ruang penjualan bebas/ kasir, ruang peracikan, gudang, ruang APA, tempat pencucian

dan kamar mandi/ WC.

3.2 Struktur Organisasi Personalia

Struktur organisasi Apotek Pratama Medan dapat dilihat pada bagan

(24)

APA PSA

Administrasi Kasir Penjualan Asisten

Struktur Organisasi Apotek Pratama Medan

Apoteker Pengelola Apotek membawahi beberapa karyawan antara lain :

1. 3 Orang Asisten Apoteker

2. 1 Orang Petugas Administrasi/ Kasir

3. 2 Orang Petugas Penjualan Bebas

3.3 Pelaksaan Kegiatan Apotek

Kegiatan apotek dilakukan setiap hari kerja mulai pukul 08.30 WIB

sampai dengan pukul 22.00 WIB , diaman pengaturan tenaga kerja dibagi dua

yaitu shift pagi dan shift malam. Pada pagi dipekerjakan 2 orang karyawan dan

pada malam hari 4 orang karyawan. Waktu pergantian shift pada pukul 15.00

WIB.

3.4 Pengadaan Perbekalan Farmasi

Pengadaan perbekalan farmasi pada Apotek Pratama Medan meliputi

perencanaan pembelian, pelaksanaan pembelian, dan pemantauan hasil pembelian.

3.4.1 Perencanaan Pembelian

Perencanaan pembelian dilakukan dengan menetapkan jenis dan jumlah

(25)

legalitasnya, kondisi pembelian dan pembayaran yang diberikan, kondisi saat

barang yang telah dibeli rusak ataupun expired dan juga kecepatan pengiriman

barang.

3.4.2 Pelaksanaan Pembelian

Pelaksanaan pembelian dilakukan dengan cara berikut :

a. Pemeriksaan stok barang atau perbekalan farmasi di ruang peracikan,

ruang penjualan bebas dan gudang.

b. Menetapkan item dan jumlah barang yang akan dibeli berdasarkan sifat

barang apakah fast moving atau slow moving. Barang yang sudah

ditetapkan untuk dibeli diperiksa dan disetujui oleh APA, selanjutnya

dicatat dalam buku pesanan.

c. Pada pagi hari, buku pesanan diletakkan di bagian depan (penjualan) untuk

memudahkan salesman mengetahui kebutuhan apotek. Bila ada barang

yang tidak dapat disediakan salesman, maka apotek akan menghubungi

pemasok lain melalui telepon

Untuk pembelian narkotika, dilakukan dengan cara khusus. Pemesanan dilakukan

langsung kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma Medan dengan

menggunakan surat pesanan narkotika (Formulir N-9) rangkap 4 yang

ditandatangani oleh APA. Pemesanan dan penerimaan barang dilakukan langsung

oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA).

3.4.3 Penerimaan dan Pemantauan Hasil Pembelian

(26)

1. Petugas pembelian barang menerima barang yang diantar dari pemasok

disertai dengan surat pengantar barang (faktur) rangkap 4 dan surat

pesanan.

2. Pemeriksaan secara visual kondisi fisik dan jumlah barang dan disesuaikan

dengan surat pesanan barang, tanggal kadaluarsa obat dan kondisi

kemasan obat. Apabila sesuai petugas menandatangani faktur dan

membubuhkan stempel apotek. Satu lembar copy faktur sebagai pertinggal

untuk apotek, dan faktur asli beserta dua copy faktur lainnya dikembalikan

kepada petugas pengantar barang.

Pemantauan hasil pembelian dilaksanakan sebagai berikut :

a. Menyesuaikan barang yang diterima dengan faktur meliputi

jumlah, jenis, keadaan, kebenaran harga dan kondisi yang telah

disepakati.

b. Meminta penjelasan pemasok apabila keadaan barang tidak sesuai

dengan yang diinginkan seperti yang tertulis di dalam faktur, untuk

segera dikoreksi, ataupun bila ada kerusakan dari barang, segera

diberitahukan kepada pemasok supaya ditukar

c. Mencatat/ membukukan setiap pembelian/penerimaan barang

setiap harinya

3.5 Penyimpanan dan Penataan

Setelah dilakukan penerimaan, barang tersebut akan disimpan untuk

sementara waktu di gudang. Kemudian diperiksa bila barang di lemari bagian

(27)

disusun di lemari tersebut berdasarkan bentuk sediaan, abjad dengan

menggunakan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First

Out)

Penyimpanan perbekalan farmasi di apotek dilakukan sebagai berikut :

1. Obat bebas dan bebas terbatas disimpan di etalase penjualan bebas

berdasarkan efek farmakologinya. Misalnya kelompok obat

analgetik/antipiretik, obat batuk, vitamin, dan lain-lain.

2. Obat-obat keras disimpan di ruang peracikan yang disusun menurut bentuk

sediaan kemudian diurutkan menurut abjad

3. Barang yang fast moving yang dipesan dalam jumlah besar, sebagian

disimpan di gudang sebagai stok

4. Bahan baku obat disimpan dalam wadah tertutup rapat dan diberi label

5. Sediaan obat yang penyimpanannya di bawah suhu kamar disimpan dalam

lemari pendingin

6. Narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus.

3.6 Pelayanan

Kegiatan pelayanan di Apotek Pratama Medan dapat berupa pelayanan

resep tunai, pelayanan resep kredit, penjualan bebas, kosmetik, alat kesehatan,

suplemen kesehatan dan susu.

3.6.1 Pelayanan Resep Tunai

(28)

a. Petugas menerima resep dari pasien dan memeriksa apakah obat yang

tertulis dalam resep ada atau tidak. Jika ada, maka dihitung harga obat

dalam resep tersebut, dan diberitahukan kepada pembeli

b. Ditanya kepada pembeli apakah jadi membeli semua obat atau tidak. Jika

ya, maka resep diteruskan ke Asisten Apoteker untuk disiapkan obatnya,

diberi nomor, diracik yang perlu diracik, lalu diberi etiket, diperiksa dan

dikemas.

c. Obat diberikan ke bagian penjualan untuk diperiksa kembali kelengkapan

dan ketepatan obat yang diberi dengan yang tertulis di resep, serta

penulisan etiketnya lalu diserahkan kepada pembeli dan diberikan

informasi mengenai pemakaian obat seperlunya dan jika perlu sekalian

dijelaskan kegunaan dari masing-masing obat tersebut.

d. Pembeli membayarkan harga resep ke kasir

e. Resep asli disimpan untuk diarsipkan

3.6.2 Pelayanan Resep Kredit

Untuk pelayanan resep tunai maka pembayaran dilakukan pembeli

langsung di kasir, sedangkan untuk pelayanan resep kredit maka dibuat tanda

terima obat yang ditandatangani oleh pembeli untuk nantinya ditagih ke

debitur yang bersangkutan. Pelayanan resep kredit antara lain :

a. Konsumen menyerahkan resep beserta surat pengantar atau identitas

lainnya kepada petugas apotek

b. Resep diteruskan ke Asisten Apoteker untuk disiapkan obatnya, diracik

(29)

c. Obat diberikan kepada petugas penjualan, kemudian diserahkan kepada

pembeli dan memberikan informasi seperlunya dan dibuat tanda terima

obat

d. Resep asli diserahkan ke asisten apoteker untuk diberi harga. Dibuat copy

resep yang diberi harga dan daftar tagihan untuk penagihan ke debitur

3.6.3 Pelayanan Penjualan Bebas

Selain pelayanan resep, ada juga pelayanan penjualan bebas atau tanpa

resep dengan pembayaran langsung. Prosedur pelayanan penjualan bebas antara

lain :

a. Petugas menerima permintaan dari pembeli dan memberitahukan harganya

b. Jika harga dan barang yang akan dibeli sudah sesuai, maka petugas akan

menerima pembayaran dari pembeli serta menyerahkan barang dan

memberikan informasi yang dibutuhkan seperlunya.

3.6.4 Pelayanan Swamedikasi

Prosedur pelayanan swamedikasi di Apotek Pratama meliputi :

a. Pasien datang dan langsung berjumpa dengan apoteker

b. Pasien akan menyampaikan keluhan-keluhan yang dirasakannya yang

berhubungan dengan kesehatannya

c. Apoteker memilih cara pengobatan yang sesuai dengan keluhan pasien

tersebut, dan bila pasien sudah setuju dengan pengobatan yang diberikan,

apoteker akan segera menyediakan obatnya dan kemudian menyerahnya

(30)

3.7 Administrasi

Administrasi yang dilakukan di Apotek Pratama Medan, meliputi :

- Buku Pembelian, yaitu buku yang mencatat semua barang yang diterima

dari distributor sebagai hasil pembelian

- Buku penjualan, yaitu buku yang mencatat seluruh penjualan barang, baik

melalui resep maupun penjualan bebas

- Buku nomor resep, yaitu buku yang mencatat pemberian nomor resep dan

dilakukan secara berurutan

- Buku pesanan barang, yaitu buku yang mencatat daftar barang yang akan

dipesan

- Buku hutang dagang, yaitu buku yang mencatat pembelian secara kredit

- Buku stok, yaitu buku yang mencatat pemasukan dan pengeluaran barang

dari gudang

- Buku pencatatan OKT, yaitu buku yang mencatat pemasukan dan

pengeluaran golongan OKT (psikotropika).

- Buku pencatatan narkotika, yaitu buku yang mencatat pemasukan dan

pengeluaran obat-obat golongan narkotika

Untuk obat-obat golongan narkotika, pelaporan dilakukan sekali dalam

satu bulan, selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya. Sedangkan

untuk obat-obat psikotropika, pelaporannya dilakukan satu kali dalam

setahun. Laporan- laporan ini ditandatangani APA dan ditujukan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, dengan tembusan kepada Kepala

(31)

3.8 Perpajakan

Apotek Pratama Medan mempunyai kewajiban membayar Pajak

Penghasilan (PPh) pasal 21 yaitu pajak atas gaji/ upah/ honorarium, imbalan jasa

dan kenikmatan lain yang dibayarkan kepada orang pribadi terhitung oleh pemberi

pajak sehubungan dengan pekerjaan, jabatan dan hubungan kerja lainnya yang

dilakukan di Indonesia. Sistem pemungutan pajak PPh pasal 21 yang meliputi

menghitung, memotong, membayar dan pelaporan besarnya pajak, dilakukan

(32)

BAB IV PEMBAHASAN

Apotek merupakan tempat profesi apoteker dan sebagai tempat

melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Dalam upaya melaksanakan fungsi apotek

banyak permasalahan yang dihadapi antara lain masalah pengadaan barang,

panyimpanan, dan pelayanan kep[ada pasien. Jumlah merek obat yang semakin

bartambah banyak pun merupakan masalah yang paling sulit dalam pengelolaan

apotek. Akibatnya saat ini sulit untuk mencari apotek yang mampu menyediakan

semua obat merek dagang. Konsumen memandang bahwa apotek hanyalah

tempat dilaksanakannya jual beli obat atau mengambil obat setelah berobat dari

praktek dokter. Mereka menganggap dokterlah yang lebih mengetahui tentang

obat yang diberikannya sehingga mereka tidak pernah banyak memanfaatkan

fungsi apotek yang sebenarnya yaitu sebagai tempat untuk mendapatkan informasi

obat dengan jelas. Pandangan seperti itu akan terus berlangsung apabila kita tidak

memiliki perbaikan-perbaikan secara menyeluruh dalam pelayanan di apotek

Untuk itu perlu diadakan perbaikan dalam pelayanan kefarmasian saat ini.

Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari orientasi produk

ke orientasi pasien yang mengacu pada pelayanan kefarmasian yang semula hanya

berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang

komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya

(33)

apoteker dalam menjalankan prakteknya, harus sesuai standar yang ada untuk

menghindari terjadinya hal tersebut. Apoteker harus mampu berkomunikasi

dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung

penggunaan obat yang rasional.

Hasil pengamatan yang dilakukan di apotek pratama Medan, lokasi apotek

termasuk strategis karena terdapat praktek dokter, klinik, dan pusat perbelanjaan.

Selain itu terletak pada jalan lintas yang ramai, daerah pemukiman yang padat,

mempunyai lokasi pakir dan aman. Berdasarkan letak yang strategis dapat

memberi keuntungan yang besar antara lain jumlah resep yang masuk cukup

lumayan serta penjualan obat bebas.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada

pasien/pelanggan antara lain : cepat dalam melakukan pelayanan resep/pemberian

obat, melengkapi obat yang tersedia di apotek, memberikan informasi yang jelas

dan tepat kepada pasien, harga obat bersaing, keramahan pelayanan dari asisten

apoteker / petugas apotek, menyediakan jasa konselling, menjaga kebersihan dan

kenyamanan lingkungan apotek.

Pelayanan resep dan kelengkapan obat di apotek pratama sudah baik

walaupun kadang-kadang ditemukan obat yang tidak tersedia di apotek namun hal

ini dapat diatasi dengan membeli obat pada apotek relasinya. Kerjasama ini juga

dibutuhkan khususnya pada kondisi saat ini dimana harga obat-obatan melonjak

tinggi yang menimbulkan kesulitan bagi apotek untuk menyediakan selutuh item

(34)

Pengadaan dan penjualan obat-obatannya terkoordinir dengan baik. Dalam

pengadaan obat lebih diutamakan obat-obat yang fatmoving sehingga mencegah

penumpukan obat dan kadaluarsa. Setiap penjualan obat tercantum dalam buku

penjualan dna penataan obat dietalase dan obat-obat di ruang peracikan serta

gudang dilengkapi kartu stok.

Pembelian perbekalan farmasi di apotek Pratama dilakukan oleh apoteker

pengelola apotek dan dibantu oleh asisten apoteker melalui salesman yang datang

ke apotek ataupun langsung dipesan ke PBF. Apoteker menetapkan jumlah

pembelian dan menentukan pemasok. Khusus untuk pembelian narkotika,

pemesanan dilakukan langsung ke PBF Kimia Farma Medan dengan

menggunakan surat pemesanan narkotika yang ditandatangani oleh Apoteker

Pengelola Apotek. Untuk pembelian psikotropika menggunakan surat pemesanan

psikotropika.

Barang yang telah dipesan oleh petugas pembelian akan diantarkan ke

apotek siang atau sore harinya. Petugas penerima barang melakukan pemantauan

pembelian sebagai berikut :

1. Memeriksa faktur-faktur yang diterima terhadap kelengkapan barang yang

sudah dipesan serta kebenaran harga dan potongan harga yang disepakati

2. Segera memberitahukan kepada pemasok bila kelengkapan barang, harga

dan atau potongan harga tidak sesuai dengan perjanjian dan meminta

(35)

3. Apabila ada barang yang tidak dikirim maka diminta penjelasan dari

pemasok tersebut, bila perlu membatalkannya agar bisa dipesan dari

pemasok lain.

Di apotek Pratama, penyimpanan obat sudah cukup baik. Obat disimpan

dan disusun berdasarkan bentuk sediaan, efek farmakologi dan diurutkan

berdasarkan abjad dengan system FIFO ( First In First Out) dan FEFO ( First

Expired First Out). Obat-obat di ruang peracikan ditempatkan pada kotak-kotak

yang mencantumkan nama obat dan harga obat. Sediaan obat yang

penyimpanannya di bawah suhu kamar disimpan di dalam lemari khusus.

Penjualan / pelayanan di apotek pratama meliputi pelayanan resep, obat bebas,

kosmetika, alat-alat kesehatan, suplemen makanan dan susu.

Hubungan yang baik antar karyawan dan APA sangat menunjang kegiatan

apotek dimana karyawan bekerja dengan kesadaran yang cukup tinggi untuk

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Manajemen apotek pratama telah berjalan dengan baik sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.

2. Apoteker bertanggungjawab penuh terhadap segala sesuatu yang berkaitan

dengan kegiatan apotek terutama dalam hal pengawasan dan informasi obat.

3. Pelaksanaan konseling sudah dilaksanakan tetapi masih perlu ditingkatkan

4. Apotek pratama Medan memberikan pelayanan resep dan penjualan bebas

5. Semua unsure organisasi seperti APA dan staf Apotek Pratama bekerja sama

dengan baik danerlibat dalam semua kegiatan pelayanan kepada pasien dengan

berazaskan rasa kekeluargaan

5.2 SARAN

1. Untuk meningkatkan pelayanan informasi obat kepada pasien sebaiknya dibuat

ruangan khusus untuk melaksanakan konseling

2. Menyediakan pelayanan fasilitas pengecekan kesehatan sederhana seperti cek

Gambar

Tabel 2. Tarif Pajak Penghasilan Berdasarkan Pasal 17 UU RI No. 10 Tahun 2001

Referensi

Dokumen terkait

Di Nusa Tenggara Barat (NTB) terdapat 1 kawasan Taman Nasional yaitu Taman Nasional Gunung Rinjani dengan beragam flora dan fauna endemik kawasan Gunung Rinjani, namun

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi

Untuk mengidentifikasi perbedaan pendidikan kesehatan metode demonstrasi secara langsung dengan metode menggunakan media audio visual tentang cuci tangan terhadap

Hal ini terlihat bahwa t hitung t tabel yaitu 2,62 2,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode

aliran sungai (Metode F.J. Mock) dari tahun 1999 sampai dengan 2013 pada Pos AWLR Belencong diperoleh besarnya debit yang dihasilkan oleh Model Mock lebih kecil

Hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap penggunaan prinsip kesantunan berbahasa dalam kegiatan jual-beli di Pasar Mandalika, dapat disimpulkan

dengan judul ” Faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Napza (Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif) oleh warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan kelas

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 6 Pringgabaya mulai dari tanggal 22 Mei sampai tanggal 31 Mei 2017, penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, Penelitian Tindakan Kelas