• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas/Apotek Di Apotek Buhamala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas/Apotek Di Apotek Buhamala"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

FARMASI KOMUNITAS/APOTEK

DI

APOTEK BUHAMALA

DISUSUN OLEH :

A.RUDI HARTONO, S.Farm

073202001

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

(2)

Lembar Pengesahan

Laporan Praktek Kerja Profesi Apotek Swasta

di

Apotek Buhamala Medan

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan

Disusun oleh:

A.RUDI HARTONO, S. Farm 073202001

Apotek Buhamala Medan Pembimbing,

Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si, Apt. NIP 130 810 736

(Apoteker Pengelola Apotek)

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi (PKP) Apoteker di apotek Buhamala Medan. Laporan ini ditulis berdasarkan teori dan hasil pengamatan selama melakukan PKP di apotek Buhamala.

Selama melaksanakan PKP ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, arahan dan masukan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., sebagai pembimbing dan sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) di apotek Buhamala yang telah memberikan fasilitas, bimbingan, arahan dan dukungan kepada penulis selama melaksanakan PKP hingga penyusunan laporan ini.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Drs. Wiryanto, MS, Apt. Sebagai Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan.

4. Seluruh pegawai apotek Buamala atas bantuan dan kerjasama yang diberikan selama PKP di apotek Buhamala.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan di bidang Farmasi, khususnya pengetahuan perapotekan.

Medan, Maret 2008

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

RINGKASAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. TINJAUAN UMUM APOTEK ... 3

2.1. Peranan Apotek ... 3

2.2. Peranan Apoteker Pengelola Apotek... 4

2.3. Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek... 6

2.4. Manajemen Apotek ... 9

2.4.1. Perencanaan (planning)... 9

2.4.2. Pengorganisasian (organizing)... 9

2.4.3. Kepemimpinan (actuating)... 10

2.4.4. Pengawasan (controlling) ... 10

2.5. Pendirian Apotek ... 10

2.5.1. Studi Kelayakan ... 10

2.5.2. Penyusunan Anggaran... 14

2.6. Pengelolaan Obat dan Pengendalian Perbekalan Farmasi... 15

(5)

2.6.2. Penyimpanan dan Penataan... 17

2.6.3. Penjualan dan Pelayanan... 18

2.6.4 Administrasi... 19

2.7. Perpajakan ... 20

2.7.1. Pajak Penghasilan (PPh pasal 21)... 21

2.7.2. Pajak Penghasilan Badan (PPh pasal 25)... 22

2.7.3. Pajak Pertambahan Nilai (PPn) ... 22

BAB III. TINJAUAN KHUSUS APOTEK BUHAMALA ... 23

3.1. Letak ... 23

3.2. Struktur Organisasi dan Personalia ... 23

3.3. Pembelian ... 23

3.3.1. Perencanaan Pembelian ... 23

3.3.2. Pelaksanaan Pembelian ... 24

3.3.3. Pemantauan Hasil Pembelian ... 24

3.4. Penyimpanan ... 25

3.5. Penjualan ... 25

3.5.1. Pelayanan Resep ... 26

3.5.2. Pelayanan Penjualan Bebas ... 26

3.6. Administrasi ... 27

3.7. Perpajakan ... 28

BAB IV. PEMBAHASAN ... 29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

(6)

5.2. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Formulir Surat Pesanan... 35

Lampiran 2. Formulir Surat Pesanan Narkotika ... 36

Lampiran 3 Formulir Surat Pesanan Psikotropika ... 37

Lampiran 4. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika ... 38

Lampiran 5. Laporan Penggunaan Bahan Baku Narkotik ... 39

Lampiran 6. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropika ... 40

Lampiran 7. Laporan Khusus Penggunaan Petidin dan Morfin ... 41

(8)

RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) farmasi komunitas di

apotek Buhamala Medan. PKP ini dilaksanakan dalam upaya memberikan perbekalan,

keterampilan dan keahlian kepada calon apoteker dengan melihat secara langsung

pengelolaan suatu apotek serta melihat peran dan tugas Apoteker Pengelola Apotek

(APA) dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek. PKP dilaksanakan pada

tanggal 26 November 2007 – 7 Februari 2008 dengan jumlah jam efektif 225 jam.

Kegiatan PKP di apotek Buhamala Medan meliputi: melihat dan mempelajari sistem

penyusunan obat di apotek, mempelajari item obat yang ada di apotek beserta

indikasinya, pendataan perbekalan farmasi dan masa kadaluarsa obat di apotek, tata

cara penerimaan barang dari PBF dan pencatatan ke dalam buku pembelian. Selain itu

juga ikut berperan dalam pelayanan swamedikasi dan informasi obat ke pada pasien

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus

diwujudkan. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai visi Indonesia Sehat

2010, salah satu visinya adalah memjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang

bermutu. Untuk itu diperlukan perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan termasuk

di dalamnya pelayanan kefarmasian.

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, yang

dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian

mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat adalah

apotek, dimana mereka yang berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia

adalah apoteker.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang pelayanan kefarmasian di apotek, dinyatakan

bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengacu pada pelayanan

kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula

hanya berfokus kepada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan

yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari

(10)

Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan

interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah

melaksanakan pemberian informasi mengenai obat, konseling pasien serta monitoring

penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi

dengan baik.

Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien di apotek,

seorang Apoteker tidak hanya dituntut dari segi teknis kefarmasian saja, tetapi

juga harus memiliki keahlian manajemen karena mengelola sebuah apotek sama

halnya dengan mengelola sebuah perusahaan. APA dituntut pengetahuannya

untuk dapat menguasai produk yang dijual dan teknis pelayanan kefarmasian serta

harus dapat merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil

kinerja operasional. Apoteker Pengelola Apotek (APA) mempunyai tanggung

jawab untuk menyeimbangkan dua fungsi tersebut demi terpeliharanya martabat

dan tradisi luhur profesi farmasi.

Dengan demikian, calon Apoteker perlu dibekali ketrampilan dan keahlian

dalam mengelola apotek melalui Praktek Kerja Profesi di apotek swasta agar

calon Apoteker dapat mengetahui dan melihat secara langsung pengelolaan suatu

apotek serta melihat peran dan tugas Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam

melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek, sehingga kelak mampu melaksanakan

tugas dan fungsi sebagai apoteker pengelola apotek yang profesional sesuai dengan

kode etik serta undang-undang yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan di

(11)

BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Peranan Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan

kosmetika. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang

diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

Tugas dan fungsi apotek menurut PP No. 25 tahun 1980, meliputi:

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker.

2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan termasuk; pembuatan,

pengolahan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat.

3. Sarana penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan kepada

masyarakat.

Pengelolaan apotek menurut Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 meliputi:

1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.

2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi

lainnya.

(12)

a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi diberikan baik

kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat.

b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya

dan atau suatu obat dan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi

tersebut di atas wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat.

Sebuah apotek mempunyai fungsi sosial sebagai tempat pengabdian dan

pengembangan jasa pelayanan, pendistribusian obat dan perbekalan farmasi, selain itu

apotek juga memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu apotek memperoleh

laba untuk meningkatkan mutu pelayanan dan untuk menjaga kelangsungan usahanya.

2.2 Peranan Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/ SK/IX/2004,

apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah

mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan peruandang-undangan yang berlaku dan

berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi surat izin

apotek (SIA). Izin apotek berlaku seterusnya selama apoteker pengelola apotek yang

bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan sebagai seorang Apoteker. Apoteker

Pengelola Apotek harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan:

1. Ijazah apoteker telah terdaftar di Departemen Kesehatan.

2. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagi Apoteker.

3. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan (SIK).

4. Sehat fisik dan mental untuk melaksanakan tugas sebagai Apoteker.

(13)

Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan

menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat,

kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan,

kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang

karier, dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan

pengetahuan.

Apotek mempunyai fungsi utama dalam pelayanan obat atas dasar resep dan

yang berhubungan dengan itu, serta pelayanan obat tanpa resep yang biasa dipakai di

rumah. Dalam pelayanan obat ini apoteker harus berorientasi pada pasien/penderita,

bagaimana obat yang diinginkan pasien tersebut dapat menyembuhkan penyakitnya

serta ada tidaknya efek samping yang merugikan.

Tanggung jawab tugas apoteker di apotek ialah:

1. Tanggung jawab atas obat dengan resep.

Apoteker mampu menjelaskan tentang obat kepada pasien, sebab apoteker

mengetahui:

a. Bagaimana obat tersebut digunakan.

b. Reaksi samping obat yang mungkin ada.

c. Stabilitas obat dalam bermacam-macam kondisi.

d. Toksisitas obat dan dosisnya.

e. Cara dan rute pemakaian obat.

2. Tanggung jawab apoteker untuk memberi informasi pada masyarakat dalam

(14)

Apoteker mempunyai tanggung jawab penuh dalam menghadapi kasus self

medication atau mengobati sendiri dan pemakaian obat tanpa resep. Apoteker

menentukan apakah self medication dari penderita itu dapat diberi obatnya atau

perlu pergi konsultasi ke dokter atau tidak. Pengobatan dengan non resep jelas akan

makin bertambah.

Terhadap pelayanan resep, sebaiknya ada motto: ”Setiap resep yang masuk,

keluarnya harus obat.” Artinya, yaitu bila ada pasien membawa resep dokter ke apotek,

diusahakan agar pasien itu jadi membeli obatnya di apotek tersebut. Jangan sampai

hanya menanyakan harganya, lalu pergi ke apotek lain. Apabila terpaksa sampai

demikian, haruslah dicatat alasan-alasannya. Apakah dikarenakan si pasien kurang

mampu, kurang uangnya, atau karena kita tidak mengerti/tidak dapat membaca

resepnya, apakah pelayanan kita kurang ramah, kurang luwes, dan sebagainya.

Sebagai seorang pengelola, apoteker bertugas mencari tambahan langganan

baru, membina langganan lama, meningkatkan pelayanan dengan pembinaan

karyawan, turut membantu mencairkan piutang-piutang lama, mencari sumber

pembelian yang lebih murah dengan jangka waktu kredit yang lebih lama, dan

sebagainya.

2.3 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek

Perubahan tata cara dalam mengurus Surat Izin Apotek ini ditetapkan oleh

Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek. Dengan demikian, maka tata cara mengurus izin apotek

menjadi lebih sederhana lagi yaitu:

(15)

• Yang berhak memperoleh izin : Apoteker

Ketentuan pemberian izin apotek adalah sebagai berikut :

1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam)

hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis

kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat

terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.

3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM

selambat-lambatnya 6 (enam) hari setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat.

4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3)

tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan

siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi.

5. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil

pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan dimaksud

ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan

surat izin.

6. Dalam hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 hari

(16)

7. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6),

Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum

dipenuhi selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal

surat penundaan.

Untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker atau Apoteker yang

bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap

dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya

yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

Prosedur dan administrasi pemberian izin apotek:

Apoteker mengajukan surat permohonan SIA kepada Kepala Dinas

Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten/Kota setempat, dengan lampiran:

• Fotokopi SP

• Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)

• Fotokopi denah bangunan dan keterangan kondisi bangunan

• Surat keterangan status bangunan (hak milik atau sewa)

• Daftar tenaga kesehatan (Asisten Apoteker)

• Daftar alat perlengkapan apotek (alat pengolahan/peracikan, alat

perlengkapan farmasi/ lemari, dan buku-buku standard)

• Surat pernyataan tidak bekerja di perusahaan farmasi lain atau

tidak menjadi APA di apotek lain

• Surat izin atasan (untuk pegawai negeri dan ABRI)

(17)

• Surat keterangan PSA tidak terlibat pelanggaran peraturan

perundang-undangan di bidang obat

Apotek kemudian akan diberikan Surat Izin Apotek (SIA) yang

merupakan izin untuk penyelenggaraan apotek di suatu tempat tertentu.

2.4 Manajemen Apotek

Manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang

dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dengan menggunakan bantuan orang lain.

Fungsi-fungsi manajemen adalah:

2.4.1 Perencanaan (planning)

Sebelum menjalankan suatu usaha sebaiknya dibuat suatu perencanaan,

baik itu rencana jangka pendek maupun jangka panjang. Tanpa perencanaan yang

baik tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan ini mencakup

pemilihan lokasi, studi kelayakan, perhitungan sumber modal dan waktu Return of

Investment (ROI), serta rencana anggaran belanja.

2.4.2 Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah fungsi yang mempersatukan sumber-sumber daya

pokok dengan sistem yang teratur dan mengatur orang-orang dalam suatu pola

yang harmonis sehingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan.

Kemampuan mengorganisir meliputi pembagian aktivitas-aktivitas pada

setiap karyawan, penentuan tugas tiap-tiap kelompok, pemilihan orang-orang

(18)

jawab pengkoordinasian macam-macam aktivitas, hubungan-hubungan dan

tanggung jawab manusia-manusianya secara sadar

2.4.3 Kepemimpinan (actuating)

Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakkan pelaksanaan tindakan-

tindakan bawahannya agar mereka bekerja atas kesadaran sendiri tanpa merasa

dipaksa. Dalam hal ini diperlukan bakat kepemimpinan dan kewibawaan sehingga

dapat mengaktifkan semua karyawan untuk bekerja sesuai dengan bidangnya.

2.4.4 Pengawasan (controlling)

Semua fungsi diatas tidak akan berjalan secara efektif tanpa adanya

pengawasan Pengawasan adalah proses pengamatan, penelitian, penilaian dari

pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi yang sedang atau sudah berjalan untuk

dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi utama dari pengawasan

adalah memastikan apakah semua sudah berjalan dengan memuaskan sesuai

dengan arah tujuan.

2.5 Pendirian Apotek

2.5.1 Studi Kelayakan

Studi kelayakan merupakan suatu kajian sebagai bagian dari perencanaan yang

dilakukan secara menyeluruh mengenai suatu usaha dalam proses pengambilan

keputusan yang mengandung resiko yang belum jelas. Melalui studi kelayakan,

berbagai hal yang diperkirakan dapat menyebabkan kegagalan sehingga diharapkan

dapat diantisipasi sedini mungkin.

(19)

Studi kelayakan dalam pendirian apotek meliputi:

A. Survey dan pemilihan lokasi

Penentuan lokasi apotek merupakan pertimbangan awal yang paling penting

dan paling menentukan bagi kelangsungan hidup apotek. Untuk hidup

berkesinambungan, suatu apotek setidaknya memiliki langganan yang tetap. Oleh

karena itu pemilihan lokasi harus benar-benar diperhitungkan sebelum apotek berdiri.

Dengan kata lain, lokasi apotek harus strategis sehingga menjadi pilihan konsumen.

Beberapa keadaan yang penting untuk dipertimbangkan dalam memenuhi

kriteria lokasi yang baik antara lain terjaminnya keamanan, dekat dengan pemukiman

penduduk, ramai, mudah terjangkau, adanya tempat pelayanan kesehatan lainnya

seperti rumah sakit, praktek dokter, Puskesmas, klinik dan daerah perbelanjaan serta

keadaan-keadaan lain yang menurut pertimbangan dipandang mempunyai nilai tambah.

Dengan lokasi yang demikian diharapkan apotek sebagai tempat usaha dan terus

bertahan dan meningkatkan pelayanannya.

B. Analisis Keuangan

Analisis keuangan diperlukan untuk mengetahui untung rugi suatu usaha,

mengukur liquiditas apotek dan mengukur efektifitas penggunaan dana. Beberapa yang

hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat analisis keuangan:

1. Modal minimal.

Modal minimal adalah modal minimum yang diperlukan untuk mendirikan

apotek serta melengkapi sarana dan prasarana sebagai syarat utnuk memperoleh izin

apotek dan mampu melayani masyarakat dengan baik.

(20)

- Pengadaan aktiva/harta tetap yaitu harta yang relatif tidak dapat diuangkan

untuk jangka waktu kurang dari setahun

- Pengadaan aktiva/harta lancar yaitu harta yang relatif mudah diuangkan dalam

jangka waktu kurang dari setahun.

- Biaya awal yaitu pengeluaran yang dapat digolongkan sebagai biaya yang

dikeluarkan pada awal pendirian apotek.

- Kas yaitu uang kontan berupa uang tunai ataupun di bank dalam bentuk

rekening yang sewaktu-waktu dapat digunakan.

2. Sumber modal

Kesulitan modal merupakan masalah yang sangat sering dijumpai bagi seorang

apoteker sewaktu akan mendirikan apotek sendiri. Untuk itu, seorang apoteker harus

mempunyai keberanian dan mau bekerja keras untuk mengusahakan modal dari

berbagai sumber.

Modal untuk mendirikan apotek dapat berasal dari modal sendiri atau kredit.

Modal sendiri merupakan modal yang tidak mempunyai jangka waktu pengembalian,

misalnya modal milik apoteker sendiri atau modal milik keluarga. Sedangkan modal

kredit adalah modal pinjaman dari pemberi kredit (kreditur). Sumber-sumber modal

kredit antara lain adalah bank, teman sejawat, PBF yang pada umumnya berupa

perbekalan farmasi yang bersifat fast moving.

Berdasarkan pada penggunaannya, modal dapat dibagi atas:

a. Modal tetap (aktiva tetap), yaitu modal yang keadaannya relatif tetap misalnya

(21)

b. Modal lancar (aktiva lancar), yaitu modal yang sewaktu-waktu dapat berubah

misalnya uang tunai (kas/bank), piutang, perbekalan kesehatan/barang

dagangan.

3. Analisis Impas

Analisis impas adalah suatu cara yang digunakan untuk mempelajari hubungan

antara penjualan, biaya dan laba atau keuntungan. Apotek dikatakan mencapai titik

impas apabila di dalam laporan perhitungan rugi-laba pada periode tertentu, apotek

tersebut tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian. Dari analisis titik

impas, pengelola apotek dapat mengetahui pada volume (jumlah) penjualan berapakah

apotek yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh keuntungan

(laba).

Analisis titik impas tentunya dapat dipakai untuk mengetahui pada volume

penjualan berapa apotek dapat memperoleh laba atau menderita kerugian tertentu. Titik

impas dihitung sebagai volume penjualan dimana total pendapatan menyamai total

biaya.

Rumus umum yang digunakan untuk menentukan titik impas adalah sebagai

(22)

BV = Biaya variabel, yaitu biaya yang besarnya tergantung pada jumlah

barang yang terjual. Untuk apotek, BV adalah nilai pembelian dari

barang yang terjual.

Penjualan = Nilai penjualan dari barang yang terjual (Nilai penjualan adalah

penjumlahan dari nilai pembelian dengan margin keuntungan).

HPP = Harga pokok penjualan, yaitu nilai pembelian dari barang yang terjual

pada kurun waktu tertentu, merupakan hasil perhitungan harga pokok

dari persediaan awal + pembelian barang pada kurun waktu tertentu –

persediaan akhir.

Omzet = Nilai penjualan dari barang yang terjual pada kurun waktu tertentu.

Setelah mendapatkan nilai titik impas, kita akan mengetahui posisi kita dalam

suatu usaha atau sasaran (target) yang akan dicapai. Untuk menjaga kelangsungan

hidup apotek, target yang direncanakan harus tercapai. Pencapaian target ditentukan

oleh kebijakan apoteker dalam melakukan upaya-upaya pengelolaan apotek. Upaya

yang dilakukan dapat berupa manajemen personil, pengadaan perbekalan farmasi

sesuai kebutuhan pasar, menekan biaya pengeluaran seminimal mungkin, memberikan

pelayanan yang baik sehingga meningkatkan volume penjualan.

2.5.2 Penyusunan Anggaran

Fungsi manajemen untuk apoteker di apotek antara lain adalah melakukan

kegiatan perencanaan dan pengawasan. Penyusunan anggaran adalah suatu proses yang

membantu apoteker dalam melaksanakan kedua fungsi tersebut. Anggaran

(23)

istilah-istilah keuangan. Anggaran menunjukkan pendapatan dan belanja yang diharapkan

dapat dipenuhi oleh apotek. Anggaran memberikan suatu pedoman yang dapat

dibandingkan dengan penyelenggaraan sesungguhnya. Hal ini dapat memberikan cara

kepada apoteker dalam mengontrol pengoperasian apotek. Jadi, pada awal kegiatan

penganggaran termasuk dalam fungsi perencanaan dan pada saat pelaksanaan

merupakan fungsi pengawasan.

Anggaran merupakan petunjuk/indikator paling akurat dari tujuan apotek

karena anggaran juga menunjukkan pengeluaran apotek yang terencana. Misalnya

sebuah apotek dapat menyatakan bahwa salah satu tujuan utamanya adalah

memberikan konsultasi/penyuluhan yang bersifat pribadi kepada semua pembeli obat

dan resep. Untuk memenuhi tujuan ini, apotek harus mempunyai sumber daya manusia

yang cukup agar apoteker dapat memberikan pelayanan tersebut. Bila anggaran tidak

menunjukkan pengeluaran terencana untuk pengadaan personil, maka pemberian

konsultasi/penyuluhan kepada pasien secara pribadi bukanlah salah satu tujuan apotek.

2.6 Pengelolaan Obat dan Pengendalian Perbekalan Farmasi

Yang dimaksud pengelolaan adalah segala pekerjaan yang mengarah kepada

terjaminnya ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya dengan kualitas yang

benar, termasuk sistem pengendalian keuangan serta sumber daya manusia.

Pengendalian persediaan sangat penting baik untuk apotek besar maupun kecil.

Persediaan obat merupakan harta paling besar dari sebuah apotek. Karena begitu besar

jumlah yang diinvestasikan dalam persediaan, pengendalian persediaan obat yang tepat

memiliki pengaruh yang kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi

(24)

Pengendalian persediaan obat sangat penting sebab apotek harus mempunyai stok

yang benar agar dapat melayani pasiennya dengan baik. Apotek harus mempunyai

produk yang dibutuhkan pasien/konsumen dalam jumlah yang dibutuhkan konsumen.

Bila pada sebuah apotek umum tidak tersedia obat yang dibutuhkan pasiennya pada

waktu mereka memerlukan, apotek akan kehilangan penjualan. Bila hal ini sering

terjadi, apotek akan kehilangan konsumen. Oleh karena itu, pengendalian persediaan

yang efektif adalah mengoptimalkan 2 tujuan yaitu memperkecil total investasi pada

persediaan obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi permintaan

konsumen.

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku meliputi:

perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai

sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out).

2.6.1 Pembelian

Pada perencanaan pembelian perlu diperhatikan: pola penyakit yang ada di

sekitar, kemampuan ekonomi masyarakat, budaya masyarakat. Secara umum, komoditi

di apotek dapat berupa obat, bahan obat dan alat kesehatan yang pengadaannya

dilakukan sewaktu pembelian. Pembelian perbekalan farmasi didasarkan atas

kebutuhan penjualan melalui resep dan penjualan bebas. Pembelian harus direncanakan

dengan baik untuk mencegah terjadinya kekosongan ataupun penumpukan barang

(25)

2.6.2 Penyimpanan dan Penataan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 yang perlu diperhatikan pada penyimpanan:

1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal

pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus

dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah

baru, sekurang-kurangnya memuat nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

2. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin

kestabilan bahan.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan di dalam penyimpanan dan gudang

yaitu:

1. Masalah keamanan dan bahaya kebakaran merupakan resiko terbesar dari

penyimpanan. Apalagi barang-barang farmasi sebagian adalah mudah terbakar.

2. Pergunakan tenaga manusia seefektif mungkin, jangan berlebih jumlah

karyawannya sehingga banyak waktu menganggur yang merupakan biaya.

Demikian juga sebaliknya, kekurangan tenaga akan menimbulkan antrian di

apotek. Jadi harus dijaga keseimbangan jumlah karyawan dan pembagian kerja

yang sesuai.

3. Pergunakan ruangan yang tersedia seefisien mungkin baik dari segi besarnya

ruangan dan pembagian ruangan.

4. Memelihara gudang dan peralatannya dengan sebaik mungkin.

5. Menciptakan suatu sistem yang lebih efektif untuk lebih memperlancar arus barang.

(26)

Out/FIFO) dan obat dengan tanggal kadaluarsa lebih dekat harus dikeluarkan lebih

dulu walaupun obat tersebut datangnya belakangan (metode First Expired First

Out/FEFO).

Penataan dilakukan dengan memperhatikan efektivitas dan efisiensi

pelayanan, pembagian farmakologis dan urutan abjad. Keterbatasan seringkali

bisa disiasati dengan optimalisasi penggunaan ruang yang ada serta

menyederhanakan alur pelayanan.

2.6.3 Penjualan dan Pelayanan

Penjualan perbekalan farmasi dapat berupa pelayanan resep, penjualan obat

bebas, obat bebas terbatas, kosmetik dan alat kesehatan. Harga jual obat merupakan

faktor yang mempengaruhi pelayanan kefarmasian di apotek. Pelayanan harga obat

yang wajar bagi kemampuan masyarakat sekitar apotek perlu dipertimbangkan

sehingga masyarakat dapat memperoleh obat dengan harga yang terjangkau dengan

kualitas yang terjamin.

Harga jual obat di apotek harus mempertimbangkan faktor jual obat terutama

dari apotek sekitarnya. Bila sebuah apotek tidak memiliki kelebihan khusus dibanding

apotek sekitarnya, misalnya lokasi yang lebih nyaman, perbekalan farmasi yang lebih

lengkap, lebih banyak jumlah dan pilihannya atau pelayanan yang lebih baik, tentunya

apotek tidak dapat menetapkan harga tinggi. Apotek yang mempunyai kelebihan

khusus dapat menetapkan harga yang lebih tinggi hanya bila apotek dapat meyakinkan

konsumennya akan kelebihan tersebut.

Persepsi pasien/konsumen didasarkan pada kesan yang dimiliki sebuah apotek.

(27)

tersebut. Faktor lain yang cukup mempengaruhi kesan sebuah apotek mencakup luas

dan lokasi apotek, kualitas dan keanekaragaman barang dagangan non resep yang dijual

(alat kesehatan, kosmetik) dan kualitas pelayanan yang ditawarkan.

Pelayanan apotek ditentukan oleh produktivitas karyawan dan pelayanan

profesi seorang apoteker di apotek. Biaya pelayanan profesional (professional fee)

adalah nilai yang telah ditentukan yang ditambahkan pada biaya obat untuk

menentukan harga resep obat. Sistem biaya pelayanan profesional memberi perhatian

pada aspek profesional dari pelayanan apotek. Apoteker melakukan fungsi profesional

yang sama pada setiap resep yang dilayani tanpa mempedulikan biaya obat. Apakah itu

produk mahal atau murah, apoteker harus menjalankan proses yang sama dalam

menyeleksi obat yang sesuai, meracik dan memberi label secara benar, memberi

konseling pada pasien dan memeriksa interaksi obat. Karena besarnya usaha dan

keahlian yang sama untuk setiap resep obat, jumlah yang dikenakan untuk usaha dan

keahlian harus sama.

Selain itu keadaan tempat yang mendukung penjualan dari suatu apotek, seperti

kemudahan parkir, keamanan, kenyamanan ruang tunggu dan faktor lain, dapat

memberikan nilai tambah bagi apotek sehingga apotek tersebut menjadi pilihan para

konsumen yang membutuhkan obat.

2.6.4 Administrasi

Administrasi merupakan proses pencatatan seluruh kegiatan teknis yang

dilakukan oleh suatu perusahaan, seperti juga sistem usaha lain kegiatan

pengendalian operasional di apotek harus dilakukan secara cermat demi

(28)

diperlukan dalam pengelolaan suatu apotek untuk memperoleh sumber informasi

yang dapat dipercaya dalam rangka pengambilan keputusan oleh apoteker

pengelola apotek. Oleh sebab itu, diperlukan strategi khusus yang terencana

dengan mantap sehingga proses pengelolaan bisa berjalan dengan baik.

Administrasi yang dilakukan di apotek meliputi:

1. Administrasi pembukuan yaitu pencatatan seluruh informasi mengenai

arus uang dan barang meliputi buku kas, bank, pembelian penjualan dan

lain-lain

2. Administrasi pelaporan yaitu pencatatan seluruh kegiatan yang mencakup

obat-obat narkotika dan psikotropika.

2.7 Perpajakan

Apotek sebagai tempat usaha, sudah pasti harus membayar pajak. Pajak adalah

suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan sebagian dari kekayaannya

atau penghasilannya (hasil pendapatan) kepada negara menurut peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk kepentingan

masyarakat.

Jenis-jenis pajak di apotek antara lain :

1. Pajak yang dipungut oleh daerah yaitu :

• Pajak Reklame/Iklan (papan nama apotek)

• SKITU (Surat Keterangan Izin Tempat Usaha)

2. Pajak yang dipungut oleh negara (pemerintah pusat) yaitu :

• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

(29)

• Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2.7.1 Pajak Penghasilan (PPh pasal 21)

Pajak penghasilan adalah pajak atas gaji, upah, honorarium, imbalan jasa dan

kenikmatan lain yang dibayarkan kepada orang pribadi, terhutang kepada pemberi kerja

(majikan, bendaharawan pemerintah dan perusahaan) sehubungan dengan pekerjaan,

jabatan dan hubungan kerja lainnya yang dilakukan di Indonesia. Besarnya Penghasilan

Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk wajib pajak orang pribadi berdasarkan Peraturan

Direktur Jenderal Pajak No. Kep-139/PJ./2005 mengenai Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak pasal 21 tahun 2005 adalah sebagai berikut:

a. Rp 12.000.000,00 untuk Wajib Pajak.

b. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.

c. Rp 12.000.000,00 tambahan untuk seorang isteri, yang diberikan apabila ada

penghasilan isteri yang digabung dengan penghasilan suami.

d. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga

semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan

sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga

Sedangkan penghasilan kena pajak didasarkan pada tarif pajak penghasilan

menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. Kep-139/PJ./2005 mengenai Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak pasal 17 UU PPh dapat dilihat

(30)

Tabel 1. Penghasilan kena pajak didasarkan kepada tarif pajak penghasilan.

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 25.000.000,00 5%

Rp 25.000.000,00 s/d Rp 50.000.000,00 10%

Rp 50.000.000,00 s/d Rp 100.000.000,00

Rp 100.000.000,00 s/d Rp 200.000.000,00

Di atas Rp 200.000.000,00

15%

25%

35%

2.7.2 Pajak Penghasilan Badan (PPh pasal 25)

Pajak penghasilan badan pasal 25 adalah pajak yang dipungut dari perusahaan

atas laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Penentuan besar pajak ini didasarkan

pada penghasilan bersih.

2.7.3 Pajak Pertambahan Nilai (PPn)

Menurut Undang-Undang PPn tahun 1984 bahwa tarif pajak secara umum

adalah 10% untuk semua Barang Kena Pajak (BKP). PPn yang harus disetor ke kas

negara oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) merupakan selisih dari pajak masukan

dengan pajak keluaran.

Jika pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran maka selisih

merupakan kelebihan pajak yang terhutang dalam masa berikutnya atau dapat diminta

kembali. Tetapi apabila pajak keluaran lebih besar daripada pajak masukan maka

selisihnya merupakan pajak yang harus disetor ke kas negara selambat-selambatnya

(31)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS APOTEK BUHAMALA

3.1Letak

Apotek Buhamala berlokasi di jalan Sei Mencirim No. 8 B Medan. Lokasi

apotek Buhamala tergolong strategis karena merupakan daerah dekat pusat

perbelanjaan, pemukiman penduduk dan di tepi jalan sehingga mudah dijangkau

dan dilalui oleh kendaran umum, tersedia tempat parkir yang luas dan juga

terdapat beberapa tempat praktek dokter di sekitarnya.

3.2 Struktur Organisasi dan Personalia

Apotek Buhamala dikelola oleh Apoteker Pengelola Apotek yang

membawahi 3 orang yaitu 1 orang asisten apoteker, 1 orang kasir/penjualan

bagian depan dan 1 orang bagian administrasi merangkap bagian pembelian.

Struktur organisasi apotek dapat dilihat pada gambar 1.

APA

Asisten Apoteker Administrasi Kasir

Gambar 1. Struktur Apotek Buhamala

3.3 Pembelian

3.3.1 Perencanaan Pembelian

Perencanaan pembelian di apotek Buhamala dilakukan sesuai dengan

(32)

habis atau stok yang sedikit dapat dilihat pada buku penjualan dan pada kotak

tempat penyimpanan obat dan kemudian dicatat ke dalam buku barang

kosong/pesanan. Jumlah barang yang akan dibeli disesuaikan dengan sifat barang,

fast moving atau slow moving.

3.3.2 Pelaksanaan Pembelian

Pembelian di apotek Buhamala dilakukan setiap pagi hari kecuali hari

libur. Khusus untuk pembelian narkotik, pemesanan dilakukan langsung ke PBF

Kimia Farma Medan dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotik rangkap 5

yang ditanda tangani Apoteker Pengelola Apotek yaitu satu lembar pesanan untuk

satu item pesanan narkotika dan untuk pembelian psikotropika digunakan Surat

Pesanan Psikotropika.

3.3.3 Pemantauan Hasil Pembelian

Barang yang telah dipesan oleh petugas apotek akan diantar siang atau

sore harinya. Petugas penerima barang (Asisten Apoteker) melakukan

pemantauan hasil pembelian sebagai berikut :

Memeriksa faktur yang diterima terhadap kelengkapan barang yang sudah

dipesan dan diparaf.

Memeriksa barang yang diterima secara fisik seperti jumlah, ukuran, jenis,

registrasi, label, tanggal daluarsa dan bentuk barang, apakah sesuai atau

tidak.

Mencatat dan membukukan setiap penerimaan barang setiap harinya.

Apoteker Pengelola Apotek melakukan pemeriksaan ulang hasil

(33)

Memeriksa faktur-faktur yang diterima terhadap kelengkapan barang yang

sudah dipesan serta kebenaran harga atau diskon yang disepakati.

Membuat catatan untuk diberitahukan kepada pemasok besok paginya jika

ada harga atau diskon harga barang yang tidak sesuai dengan perjanjian

dan meminta segera dikoreksi.

Meminta penjelasan dari pemasok bila ada barang yang tidak dikirim atau

bila perlu membatalkan agar bisa dipesan dari pemasok lain.

3.4 Penyimpanan

Apotek Buhamala tidak mempunyai gudang khusus untuk penyimpanan

barang. Stok barang dalam jumlah yang banyak disimpan dalam rak-rak lemari

tertentu. Penyusunan barang di Apotek Buhamala dilakukan berdasarkan bentuk

sediaan, indikasi disusun secara alfabetis dan menggunakan sistem FIFO (First In

First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat-obat di ruang peracikan

ditempatkan pada kotak-kotak yang mencantumkan nama obat dan harga obat.

Obat-obatan golongan narkotika disimpan dalam lemari khusus narkotika

yang terpisah dari obat-obat lain dan terkunci. Obat-obat psikotropika disimpan

dalam lemari tersendiri sedangkan obat-obat seperti suppositoria disimpan dalam

lemari pendingin.

3.5 Penjualan

Pelayanan penjualan di Apotek Buhamala meliputi pelayanan resep,

pelayanan obat bebas, kosmetika, alat-alat kesehatan, suplemen makanan, dan

(34)

3.5.1 Pelayanan Resep

Pelayanan resep dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Apoteker menerima resep dari pasien dan memeriksa apakah obat-obat

yang tertulis pada resep ada atau tidak.

2. Apabila obat-obat yang tertulis pada resep ada, kemudian ditetapkan harga

obat-obat pada resep dan harga tersebut diinformasikan kepada pasien.

3. Apabila pasien setuju dengan harga obat yang diberikan, maka obat

disediakan/diracik, diberi etiket, diperiksa apakah obat dan etiket yang

diberi telah sesuai dengan resep, lalu obat tersebut dikemas.

4. Apoteker menyerahkan obat kepada pasien disertai dengan pemberian

informasi yang diperlukan.

5. Pasien membayar harga resep.

6. Resep asli disimpan dan diarsipkan .

7. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika harus diperhatikan

kelengkapannya. Resep tersebut disimpan secara terpisah untuk

memudahkan pelaporannya.

3.5.2 Pelayanan Penjualan Bebas dan Swamedikasi

Pelayanan penjualan bebas dilakukan sebagai berikut :

1. Petugas penjualan menerima permintaan barang dari pasien dan

menginformasikan harga.

2. Jika pasien datang dengan keluhan menderita penyakit maka Apoteker

(35)

3. Bila harga sesuai maka barang diserahkan dan pasien membayarnya.

3.6Administrasi

Pengelolaan administrasi di apotek harus dilakukan dengan baik dan benar

sehingga apabila suatu saat diperlukan, dokumen tersebut dapat ditunjukkan

sebagai bahan pengawasan, pertanggung jawaban dan sebagai bahan pembantu

bagi Apoteker Pengelola Apotek dalam pengambilan keputusan.

Petugas administrasi melaksanakan pencatatan :

1. Administrasi pembukuan arus uang dan arus barang terdiri dari :

Buku pembelian, mencatat semua barang yang diterima dari

pemasok

Buku penjualan, mencatat omzet penjualan barang baik dari resep

maupun dari penjualan bebas

Buku pesanan barang, mencatat barang yang diperlukan untuk

dipesan kepada pemasok.

2. Administrasi pelaporan yaitu pelaporan narkotika dan psikotropika.

Untuk obat-obatan golongan narkotika, pelaporan dilakukan sekali sebulan

paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Sedangkan untuk obat

psikotropika dilakukan 2 kali setahun. Laporan-laporan tersebut ditanda

(36)

3.7 Perpajakan

Apotek Buhamala mempunyai kewajiban membayar Pajak Penghasilan (PPh)

pasal 21 yaitu pajak atas gaji/upah/honorarium, imbalan jasa dan kenikmatan lain yang

dibayarkan kepada orang pribadi, terhitung oleh pemberi pajak sehubungan dengan

pekerjaan, jabatan dan hubungan kerja lainnya yang dilakukan di Indonesia. Sistem

pemungutan pajak PPh pasal 21 yang meliputi menghitung, memotong, membayar dan

(37)

BAB IV

PEMBAHASAN

Penentuan lokasi apotek merupakan pertimbangan utama yang paling penting

dan paling menentukan bagi kelangsungan hidup apotek. Untuk dapat hidup

berkesinambungan, suatu apotek harus mudah dijangkau oleh masyarakat dan

setidaknya memiliki langganan yang tetap. Oleh karena itu pemilihan lokasi harus

benar-benar diperhitungkan sebelum mendirikan apotek. Dengan kata lain, lokasi

apotek harus strategis sehingga menjadi pilihan konsumen.

Apotek Buhamala terletak pada tempat yang strategis karena berlokasi

dekat dengan pusat perbelanjaan, dekat dengan pemukiman penduduk, berada di

pinggir jalan dan mudah dicapai. Selain itu juga tersedia tempat parkir yang luas

dan aman sehingga juga bisa dimanfaatkan oleh pasien dari tempat lain yang

lewat di daerah tersebut.

Apoteker berperan sebagai pemimpin apotek yang harus menerapkan

manajemen dalam mengelola apotek agar kegiatan yang dilaksanakan berjalan secara

efektif dan efisien. Oleh karena itu, keberadaan seorang apoteker dengan segala

kemampuan yang dimilikinya selaku pengelola apotek merupakan kunci utama

keberhasilan suatu apotek. Sebagai seorang pemimpin apotek, apoteker harus

menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan apotek baik sebagai sarana profesi

maupun sarana ekonomi.

Pemberian informasi obat pada pasien merupakan salah satu tugas seorang

apoteker di apotek. Dalam pemberian informasi, apoteker sebaiknya menggunakan

(38)

ini berguna agar pasien mendapat kepuasan dan kepercayaan sehingga dapat lebih

cepat sembuh. Disamping itu juga, hal ini akan berpengaruh pada peningkatan omzet

karena pasien merasakan pelayanan yang memuaskan sehingga ia akan kembali lagi ke

apotek yang sama.

Keberadaan apoteker di dalam apotek sangatlah penting, karena apotekerlah

yang paling mengetahui segala sesuatu tentang obat. Jadi jika apoteker selalu berada di

apotek, pasien akan lebih mudah menanyakan segala sesuatu mengenai obat yang

berhubungan dengan penyakit. Bisa dikatakan bahwa keberhasilan dari suatu apotek

sangatlah bergantung kepada keberadaan seorang apoteker dan bagaimana apoteker

tersebut menggunakan kemampuan yang telah dipelajari dan dimilikinya di apotek.

Secara umum, pelayanan di Apotek Buhamala cukup baik. Hal ini dapat

dilihat dari kecepatan pelayanan dan keramahan oleh para karyawannya. Selain

itu Apoteker Pengelola Apotek selalu berada di apotek sehingga pasien dapat

bertanya dan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai obat. Namun

demikian, untuk meningkatkan kualitas pelayanan, juga dilakukan pengelolaan

sumber daya manusia di apotek melalui pelatihan, pengarahan, pemberian

informasi dan pengawasan oleh APA (Apoteker Pengelola Apotek). Setiap

pegawai didorong dan diberi peluang untuk mengembangkan pengetahuannya.

Seorang asisten apoteker dilatih agar selain memiliki pengetahuan dalam

pembuatan, peracikan, pengadaan, penyimpanan, penyerahan dan informasi obat

pada pasien, namun juga dapat mengerjakan pekerjaan administrasi dan

(39)

Selain itu, dapat dilihat bahwa semakin banyak masyarakat yang datang ke

apotek dengan keluhan-keluhan kesehatan yang dialaminya dan pengobatannya, atau

mengenai obat-obat dalam resep yang diterimanya dari dokter. Hal ini merupakan salah

satu nilai tambah yang ada di apotek tersebut, dimana selain manajemennya yang baik,

pelayanan swamedikasi juga dapat berjalan dengan baik, sehingga menumbuhkan

kepercayaan masyarakat terhadap peran seorang apoteker dalam apotek tersebut. Di

samping itu juga dapat menambah kepercayaan diri dan kepuasaan tersendiri bagi

apoteker untuk dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi peningkatan kesehatan

masyarakat.

Melihat peran apoteker di apotek yang dilaksanakan dengan baik, masyarakat

ataupun pemilik sarana apotek yang bukan apoteker tidak akan menganggap bahwa

apoteker hanyalah suatu simbol saja di dalam apotek, melainkan mengakui bahwa

apoteker mempunyai peran yang sangat penting selain dalam pelayanan kesehatan juga

dalam hal memajukan apotek. Oleh karena itu, dapat membangkitkan semangat dan

kesadaran kalangan apoteker akan pentingnya keberadaannya dalam apotek sebagai

penanggung jawab, dan senantiasa membenahi diri agar dapat mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan, guna mengangkat derajat profesi apoteker menjadi

(40)

BAB V

KESIMPULANDANSARAN

5.1 Kesimpulan

1. Apotek Buhamala terletak pada lokasi yang strategis karena berada di dekat

pusat perbelanjaan, dipinggir jalan sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.

2. Apotek Buhamala dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA)

yang sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang aktif dalam

pelayanan kefarmasian.

3. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab penuh terhadap segala sesuatu

yang berkaitan dengan pengelolaan apotek dan informasi obat.

4. Pelayanan yang dilakukan di Apotek Buhamala mencakup pelayanan resep,

penjualan obat bebas dan pelayanan swamedikasi.

5. Pelaksanaan KIE (komunikasi, Informasi dan Edukasi) di apotek Buhamala

telah dilakukan tetapi masih perlu ditingkatkan untuk masa yang akan datang.

6. Sistem perbekalan farmasi disusun berdasarkan bentuk sediaan dan

indikasi, diurutkan berdasarkan abjad dan disimpan dengan prinsip First

(41)

5.2 Saran

1. Sebaiknya disediakan Papan Informasi Obat (PIO) yang berguna bagi pasien

untuk mengetahui informasi mengenai sediaan obat, cara penggunaan obat dan

berita terbaru mengenai obat-obatan sehingga menambah daya tarik apotek

bagi pasien.

2. Sebaiknya dilakukan pemantauan yang lebih intensif terhadap tanggal

kadaluarsa sediaan farmasi yang ada di apotek untuk menghindari kesalahan

pemberian obat dan kerugian apotek

3. Sebaiknya jumlah item obat terus ditingkatkan sehingga dapat melayani semua

resep yang masuk ke apotek.

4. Disarankan kepada apotek Buhamala untuk buka lebih awal/pagi dan tutup

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (2000). Prinsip dan Dasar Manajemen: Pemasaran Umum dan Farmasi. Cetakan pertama. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Anief, M. (2001). Manajemen Farmasi. Cetakan ketiga. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Djuanda, Adhi., dkk. (2006). MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 2006/2007. PT. InfoMaster. Jakarta.

Depkes RI Peraturan MenKes No. 1332/Menkes/Per/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Depkes RI Peraturan MenKes No. 1027/Menkes/Per/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Apotek.

Hartono, Hdw. (2003). Manajemen Apotik. Depot Informasi Obat. Jakarta.

Mycek, M., dkk. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi kedua. Widya Medika. Jakarta.

Persero Kimia Farma. (1990). Panduan Pelayanan Informasi Obat. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Jakarta

Purwanto, S.L, dkk.(2002). Data Obat di Indonesia Edisi 10. Grafidian Medipress. Jakarta.

Rusjdi, M. (2004). PPh. PT Gramedia. Jakarta

Seto, S. (2001). Manajemen Apoteker. Airlangga University Press. Surabaya.

Tjay, T.H dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek

Sampingnya. Edisi Kelima. Cetakan ke dua. Penerbit PT. Elex Media

Komputindo. Jakarta.

Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 tanggal 17 September 1992 tentang Kesehatan.

(43)

Lampiran 1. Formulir Surat Pesanan

A P O T I K B U H A M A L A

Jl. Sei Mencirim No.8 D Telp.4146058

No. SIA : 442/8694/VIII/O5 – Apoteker : Dra. Tuty Roida Pardede. SIK : 297/S.U

Surat Pesanan Kepada

No. Yth. ………...

………...

Medan

Dengan hormat,

Bersama ini kami memesan obat sebagai berikut

No N a m a O b a t Satuan Jumlah Obat K e t e r a n g a n

Demikian dan terima kasih atas perhatian Saudara.

Medan, 20

(Dra. Tuty Roida Pardede)

(44)

Lampiran 2. Formulir Surat Pesanan Narkotika

Rayon : Model N. 9.

No. S.P. : Lembar ke 1/2/3/4/5

SURAT PESANAN NARKOTIKA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………. Jabatan : ………..

Alamat rumah : ……….. Mengajukan pemesanan narkotika kepada :

Nama distributor : ……….. Alamat dan No. telp : ………..

Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk keperluan

Apotek ………..

lembaga

……….., ………… 20…..

Pemesan

(45)

Lampiran 3 Formulir Surat Pesanan Psikotropika

Nomor :

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jabatan : Alamat rumah :

Mengajukan permohonan kepada :

Nama perusahaan :

Alamat :

Jenis psikotropika sebagai berikut : 1.

2.

Untuk keperluan :

Medan, …………. 20……

Gambar

Tabel 1. Penghasilan kena pajak didasarkan kepada tarif pajak penghasilan.
Gambar 1. Struktur Apotek Buhamala

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji korelasi bivariat antara variabel bebas tingkat stres dan variabel terikat nilai SDLR dengan metode Spearman diperoleh nilai signifikansi

Hal ini terlihat bahwa t hitung t tabel yaitu 2,62 2,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode

Hasil penelitian menunjukkan stratifikasi sosial terdiri atas: (a) ukuran kekayaan, barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas;

aliran sungai (Metode F.J. Mock) dari tahun 1999 sampai dengan 2013 pada Pos AWLR Belencong diperoleh besarnya debit yang dihasilkan oleh Model Mock lebih kecil

Hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap penggunaan prinsip kesantunan berbahasa dalam kegiatan jual-beli di Pasar Mandalika, dapat disimpulkan

dengan judul ” Faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Napza (Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif) oleh warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan kelas

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 6 Pringgabaya mulai dari tanggal 22 Mei sampai tanggal 31 Mei 2017, penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, Penelitian Tindakan Kelas

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa SDN 12 Ampenan Tahun Pelajaran 2016/2017 dan