• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Pemakai Terhadap Penggunaan Perpustakaan Di Lingkungan Mahasiswa Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Pemakai Terhadap Penggunaan Perpustakaan Di Lingkungan Mahasiswa Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN PEMAKAI TERHADAP PENGGUNAAN

PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN MAHASISWA YAYASAN

PROF.DR.H. KADIRUN YAHYA UNIVERSITAS PANCA BUDI MEDAN

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi

Oleh :

AIDINA FITRIA

040709017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Fitria, Aidina, 2008, Pengaruh Pendidikan Pemakai Terhadap Penggunaan

Perpustakaan Di Lingkungan Mahasiswa YAYASAN PROF.DR.H. KADIRUN YAHYA UNIVERSITAS PANCA BUDI MEDAN. Medan : Departemen Studi Ilmu perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Panca Budi Medan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan pemakai terhadap penggunaan perpustakaan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Perpustakaan Panca Budi Medan, penulis serta bagi peneliti lain.

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Panca Budi yang terdiri dari Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, dan Fakultas Agama Islam yang terdaftar sebagai anggota perpustakaan Panca Budi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 150 orang. Penentuan banyaknya sampel adalah berpedoman pada tabel krejcie dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dapat diketahui banyaknya sampel adalah 108 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah menggunakan metode propotionate stratified random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, angket, dan studi kepustakaan. Pengukuran variabel yang digunakan adalah skala likert.

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan pendekatan koefisien korelasi dan pengujian reliabilitas instrumen dengan uji Cronbach Alpha. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan pemakai terhadap penggunaan perpustakaan di lingkungan mahasiswa Yayasan PROF.DR.H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan digunakan teknik analisisi regresi linier sederhana sedangkan untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 15.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan pemakai berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan perpustakaan di lingkungan mahasiswa Yayasan PROF.DR.H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan. Koefisien determinasi (R Square) hasil regresi adalah sebesar 0,813, hal ini menunjukkan bahwa 81,3 % penggunaan perpustakaan dipengaruhi oleh pendidikan pemakai, sedangkan 18,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terungkap pada penelitian ini.

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Masalah... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Hipotesis... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 6

2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 6

2.2 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 7

2.2.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 7

2.2.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 7

2.3 Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 8

2.3.1 Jenis Koleksi Perpustakaan ... 9

2.4 Ketersediaan Koleksi ... 11

2.5 Pengguna Perpustakaan ... 12

2.6 Pendidikan Pemakai ... 13

2.6.1 Fungsi dan Tujuan Pendidikan Pemakai ... 14

2.6.1.1 Fungsi Pendidikan Pemakai ... 14

2.6.1.2 Tujuan Pendidikan Pemakai ... 16

2.6.2 Manfaat Pendidikan Pemakai ... 17

2.6.3 Metode Pendidikan Pemakai... 17

2.6.4 Waktu dan Lokasi Program Pendidikan Pemakai ... 22

2.6.4.1 Waktu Program Pendidikan Pemakai ... 22

(4)

2.6.5 Dampak Penerapan Pendidikan Pemakai ... 23

2.7 Pemanfaatan Perpustakaan oleh Pemakai ... 24

2.7.1 Pemanfaatan Fasilitas Penelusuran ... 25

2.7.2 Pemanfaatan Ruang Baca... 26

2.7.3 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan... 28

2.8 Peran Pustakawan dalam Pendidikan Pemakai... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 32

3.1 Lokasi Penelitian... 32

3.2 Populasi dan Sampel... 32

3.2.1 Populasi... 32

3.2.2 Sampel... 32

3.3 Defenisi Operasional Variabel... 34

3.4 Instrumen Penelitian ... 34

3.4.1 Angket ... 35

3.4.2 Kisi-kisi Angket ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 36

3.7 Skala Pengukuran Variabel ... 36

3.8 Analisis Data ... 37

3.9 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 37

3.9.1 Pengujian Validitas Instrumen ... 38

3.9.1.1 Pendidikan Pemakai (Variabel X) ... 38

3.9.1.2 Penggunaan Perpustakaan (Variabel Y) ... 39

3.9.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 40

3.9.2.1 Pendidikan Pemakai (Variabel X) ... 40

3.9.2.2 Penggunaan Perpustakaan (Variabel Y) ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Karakteristik Responden ... 42

4.1.1 Jenis Fakultas Responden ... 42

(5)

4.2.1 Tanggapan Responden Terhadap Pendidikan Pemakai ... 43

4.2.1.1 Tujuan Pendidikan Pemakai ... 43

4.2.1.2 Metode Pendidikan Pemakai ... 44

4.2.1.3 Manfaat Pendidikan Pemakai ... 46

4.2.1.4 Peran pustakawan ... 47

4.2.1.5 Program Pendidikan Pemakai ... 48

4.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Perpustakaan ... 50

4.2.2.1 Ketersediaan Koleksi Perpustakaan ... 50

4.2.2.2 Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan ... 51

4.2.2.3 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan ... 51

4.2.2.4 Pemanfaatan Sarana penelusuran ... 54

4.2.2.5 Pemanfaatan Ruang Baca ... 55

4.3 Analisis Statistik ... 57

4.3.1 Analisis Regresi Linier ... 57

4.3.2 Pengujian Hipotesis ... 58

4.3.3 Pengujian Determinan (R2) ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel – 1 : Penentuan Sampel Penelitian ………....33

Tabel – 2 : Kisi-kisi Angket ………...………...35

Tabel – 3 : Uji Validitas Pendidikan Pemakai ………38

Tabel – 4 : Uji Validitas Penggunaan Perpustakaan ………...39

Tabel – 5 : Uji Reliabilitas Pendidikan Pemakai ...………40

Tabel – 6 : Uji Realibilitas Penggunaan Perpustakaan ...41

Tabel – 7 : Distribusi Jenis Fakultas ...42

Tabel – 8 : Distribusi Meningkatkan Ketrampilan Temu Balik Informasi …….43

Tabel – 9 : Distribusi Memudahkan Dalam Menemukan Informasi …………...44

Tabel – 10 : Distribusi Orientasi Dan Tuturial Perpustakaan ...45

Tabel – 11 : Distribusi Mengetahui Pelayanan Dan Fasilitas …...45

Tabel – 12 : Distribusi Mencari Informasi Secara Cepat Dan Tepat ………46

Tabel – 13 : Distribusi Membantu Kebutuhan Informasi ……….47

Tabel – 14 : Distribusi Putakawan Bersikap Professional ………....47

Tabel – 15 : Distribusi Pustakawan Berkomunikasi Secara Jelas ……….48

Tabel – 16 : Distribusi Jadwal Program Pendidikan Pemakai ………..49

Tabel – 17 : Distribusi Lokasi Program Pendidikan Pemakai ………..49

Tabel – 18 : Distribusi Jumlah Dan Jenis Koleksi ………50

Tabel – 19 : Distribusi Koleksi Dapat Dengan Mudah Ditelusuri ………51

Tabel – 20 : Distribusi Dapat Meminjam Dokumen Yang Dibutuhkan ………...52

Tabel – 21 : Distribusi Tidak Kesulitan Menggunakan Layanan Dan Fasilitas ...52

Tabel – 22 : Distribusi Layanan Sirkulasi ……….53

Tabel – 23 : Distribusi Frekwensi Kunjungan ………..53

Tabel – 24 : Distribusi Sarana Penelusuran Katalog ...54

Tabel – 25 : Distribusi Memperoleh Informasi Yang Relevan ……....………….55

Tabel – 26 : Distribusi Membutuhkan Ruang Baca ………..56

Tabel – 27 : Distribusi Kenyamanan Ruang Baca ………56

Tabel – 28 : Hasil Uji Statistik Koefesien Regresi ...57

(7)

ABSTRAK

Fitria, Aidina, 2008, Pengaruh Pendidikan Pemakai Terhadap Penggunaan

Perpustakaan Di Lingkungan Mahasiswa YAYASAN PROF.DR.H. KADIRUN YAHYA UNIVERSITAS PANCA BUDI MEDAN. Medan : Departemen Studi Ilmu perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Panca Budi Medan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan pemakai terhadap penggunaan perpustakaan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Perpustakaan Panca Budi Medan, penulis serta bagi peneliti lain.

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Panca Budi yang terdiri dari Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, dan Fakultas Agama Islam yang terdaftar sebagai anggota perpustakaan Panca Budi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 150 orang. Penentuan banyaknya sampel adalah berpedoman pada tabel krejcie dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dapat diketahui banyaknya sampel adalah 108 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah menggunakan metode propotionate stratified random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, angket, dan studi kepustakaan. Pengukuran variabel yang digunakan adalah skala likert.

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan pendekatan koefisien korelasi dan pengujian reliabilitas instrumen dengan uji Cronbach Alpha. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan pemakai terhadap penggunaan perpustakaan di lingkungan mahasiswa Yayasan PROF.DR.H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan digunakan teknik analisisi regresi linier sederhana sedangkan untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 15.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan pemakai berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan perpustakaan di lingkungan mahasiswa Yayasan PROF.DR.H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan. Koefisien determinasi (R Square) hasil regresi adalah sebesar 0,813, hal ini menunjukkan bahwa 81,3 % penggunaan perpustakaan dipengaruhi oleh pendidikan pemakai, sedangkan 18,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terungkap pada penelitian ini.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mengiringi laju perkembangan teknologi dewasa ini sangat diperlukan pembaharuan-pembaharuan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan manusia. Pembaharuan tentunya merupakan pembangunan ke arah perbaikan menuju hari esok yang lebih cerah. Pembaharuan dalam hal pola pikir (mind set) merupakan hal terpenting pada konsep sistem pembaharuan kehidupan manusia yang lebih potensial untuk dapat berpartisipasi dalam laju perkembangan teknologi.

Ilmu pengetahuan merupakan suatu dasar yang mutlak dalam melaksanakan pembangunan tersebut. Dalam kaitan ini setiap individu menyadari sepenuhnya bahwa untuk meningkatkan ilmu pengetahuan haruslah melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Penguasaan ilmu pegetahuan saat ini juga telah menjadi salah satu pilar yang berfungsi menopang setiap individu dari kerasnya perputaran globalisasi dunia. Hal ini sesuai dengan pernyataan UNESCO (1996) yang menetapkan 4 (empat) pilar pendidikan yang harus diperhatikan yaitu :

1. Belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (learning to know) 2. Belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do)

3. Belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together)

4. Belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning to be).

Usaha untuk perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan telah berkembang dan banyak mengalami kemajuan. Untuk tercapainya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan, pemerintah berusaha melengkapi sarana yang dibutuhkan, diantaranya adalah sarana penunjang seperti perpustakaan. Idealnya, proses pendidikan terdiri atas :

1. Raw Input, yaitu merupakan Peserta Didik.

2. Instrumental Input, yaitu terdiri dari Gedung, Perpustakaan, Pedoman Akademik, Dosen, Kurikulum, Metode dan lain-lain (Artawan, 2002 : 1).

(9)

perpustakaan sendiri juga harus dapat menyelenggarakan aktivitas pendidikan di dalam kegiatan operasionalnya. Aktivitas pendidikan itu tidak lain adalah penyelenggaraan pendidikan pemakai.

Perpustakaan sebagai jantungnya dunia pendidikan, merupakan gudang ilmu pengetahuan yang siap membantu setiap orang yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan. Pakdesofa (2008 : 1) menyatakan bahwa :

Perpustakaan merupakan pusat terkumpulnya berbagai informasi dan ilmu pengetahuan baik yang berupa buku maupun bahan rekaman lainnya yang diorganisasikan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pemakai perpustakaan. Pentingnya perpustakaan diorganisasikan dengan baik agar memudahkan pemakai dalam menemukan informasi yang dibutuhkannya, karena bahan-bahan yang ada di perpustakaan itu sebenarnya adalah himpunan ilmu pengetahuan yang diperoleh umat manusia dari masa ke masa.

Agar koleksi perpustakaan yang disediakan oleh perpustakaan dapat dipergunakan oleh pemakainya secara tepat guna, perpustakaan harus selalu berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Disamping itu, perpustakaan juga harus berusaha memberi semacam pendidikan bagi pemakainya tentang bagaimana cara yang baik dalam mempergunakan fasilitas yang tersedia di perpustakaan.

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, (1976 : 37) menyatakan bahwa :

Sarana perpustakaan perguruan tinggi belum dianggap sempurna sampai perpustakaan itu dapat mempunyai staf baik laki-laki maupun perempuan yang bertugas, tidak untuk memelihara buku, tidak untuk mengkatalog buku, tetapi memberikan bimbingan/pendidikan bagaimana cara menggunakan perpustakaan tersebut secara efektif.

Dari uraian di atas jelas bahwa melaksanakan pendidikan/bimbingan pemakai merupakan tugas perpustakaan untuk melakukannya. Dalam hal ini perpustakaan memberikan pelayanan pendidikan pemakai dalam upaya bagaimana cara menemukan informasi yang dibutuhkannya dengan mudah dan cepat.

(10)

Sehingga untuk memanfaatkan penggunaan koleksi perpustakaan tersebut, maka Perpustakaan Universitas Panca Budi memberikan layanan pendidikan pamakai kepada pengguna perpustakaan.

Pendidikan pemakai merupakan usaha untuk memberikan petunjuk dalam menggunakan atau mencari informasi yang dibutuhkan pemakai. Pendidikan pemakai di Perpustakaan Universitas Panca Budi melibatkan seluruh staf perpustakaan dalam usaha untuk memperbaiki penggunaan perpustakaan bagi setiap pengguna perpustakaan. Dengan proses pemberian petunjuk tentang teknik-teknik yang paling efesien dan efektif untuk menggunakan perpustakaan. Tujuan Perpustakaan Universitas Panca Budi memberikan program pendidikan pemakai adalah untuk membantu pengguna perpustakaan agar dapat memanfaatkan semua sarana layanan perpustakaan dengan mudah.

Pendidikan pemakai diberikan satu kali dalam setahun yaitu pada orientasi mahasiswa baru dengan cara memperkenalkan secara umum tentang keadaan Perpustakaaan Universitas Panca Budi kepada pengguna perpustakaan. Adapun materi pendidikan pemakai yang diberikan pada Perpustakan Universitas Panca Budi kepada pengguna perpustakaan yaitu :

1. Kata sambutan dari kepala perpustakaan 2. Perkenalan dengan staf perpustakaan 3. Fungsi dan tujuan perpustakaan

4. Dikenalkan secara umum tentang tata letak gedung, ruangan , bagian-bagian di perpustakaan serta tata koleksi.

5. Diinformasikan tentang tata tertib, hak dan kewajiban pengguna. 6. Cara-cara menggunakan katalog.

7. Memahami Prosedur peminjaman, pengembalian serta perpanjangan. 8. Mengenalkan macam-macan layanan dan fasilitas yang ada.

(11)

pendidikan yang berjalan dengan semestinya, yaitu adanya hubungan yang saling membutuhkan antara pihak yang membutuhkan informasi dengan penyedia informasi. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Wahidah (1997 : 19) sebagai berikut :

Keberadaan perpustakaan di tengah mahasiswa adalah merupakan hal yang sangat penting. Karena perpustakaan dengan mahasiswa berkaitan erat dimana perpustakaan dengan berbagai koleksi bukunya adalah merupakan sasaran mahasiswa dari hari ke hari.

Jadi keterkaitan tersebut yaitu karena pengguna setiap waktu belajarnya akan secara pasti membutuhkan informasi untuk dapat mendukung kegiatan belajarnya di perguruan tinggi. Dengan demikian, perpustakaan merupakan jawaban yang tepat akan kebutuhan informasi mahasiswa.

Penyelenggaraan pendidikan pemakai pada Perpustakaan Universitas Panca Budi secara teoritis pasti memiliki pengaruh terhadap pengguna pada umumnya. Namun demikian, seberapa jauh pengaruh itu berdampak terhadap kegiatan dan minat pengguna dalam memanfaatkan perpustakaan dengan baik masih menjadi tanda tanya dan Perpustakaan Panca Budi masih mengalami kendala yaitu kurangnya ketrampilan staf perpustakaan dalam memberikan pendidikan atau bimbingan kepada pengguna dalam memilih sumber informasi yang dibutuhkan pengguna. Sehingga banyak pengguna sering mengalami kesulitan dalam mencari koleksi perpustakaan dan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh Perpustakaan Panca Budi.

Sehubungan dengan hal ini maka penulis merasa perlu untuk meneliti dan mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh pendidikan pemakai terhadap penggunaan perpustakaan di lingkungan mahasiswa Universitas Panca Budi. Dengan demikian, judul dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Pendidikan

Pemakai Terhadap Penggunaan Perpustakaan di Lingkungan Mahasiswa

Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan”.

1.2Rumusan Masalah

(12)

penggunaan perpustakaan di lingkungan mahasiswa PROF.DR.H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan.”

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan pemakai terhadap penggunaan perpustakaan di lingkungan mahasiswa PROF.DR.H. Kadirun Yahya Panca Budi Medan dan cara pelaksanaannya.

1.4Manfaat Penelitian

Suatu penelitian diharapkan memberikan kemajuan bagi ilmu pengetahuan, disamping itu juga dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca yang membaca hasil penelitian tersebut.

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pemahaman penulis tentang pendidikan pemakai.

2. Bagi Perpustakaan Panca Budi, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan pemakai terhadap penggunaan perpustakaan.

3. Bagi Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian pada topik yang sama.

1.5Hipotesis

(13)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pada dasarnya keberadaan perpustakaan perguruan tinggi sangat mendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, karena dengan adanya perpustakaan setiap sivitas akademika dapat mencari dan memperoleh informasi pengetahuan yang dibutuhkannya. Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi seperti perpustakaan universitas, perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi, dan lain-lain.

Menurut Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994 : 3) perpustakaan perguruan tinggi adalah :

Suatu unit pelaksanaan teknis perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain, turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya.

Selain pengertian di atas masih ada pendapat lain tentang perpustakaan perguruan tinggi oleh Sulistyo-Basuki (1993 : 51), yang menyatakan bahwa :

Perpusatakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahnnya, maupun lembaga yang berafilasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya. Tujuan perguruan tinggi di Indonesia dikenal dengan nama Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat) maka perpustakaan perguruan tinggi pun bertujuan membantu melaksanakan ketiga darma perguruan tinggi.

(14)

2.2 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.2.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Sebagai bagian integral dari suatu perguruan tinggi, perpustakaan perguruan tinggi haruslah mempunyai tujuan, dan tujuan perpustakaan perguruan tinggi hendaknya sejalan dengan tujuan lembaga induknya.

Menurut Sulistyo-Basuki (1993 : 52), tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah :

1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa seiring pula mencakup tenaga administrasi perguruan tinggi.

2. Menyediakan bahan pustaka rujukan ( referensi ) pada semua tingkatan akademis artinya dari mulai mahasiswa tahun pertama hingga mahasiswa program pasca sarjana dan pengajar.

3. Menyediakan ruang belajar untuk pemakai perpustakaan.

4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.

5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak hanya terbatas pada lingkungan perguruan tinggi tetapi juga lembaga industri lokal.

Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1979 : 1-2) menyatakan bahwa :

Tujuan diselenggarakannya Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah untuk mendukung, mempelancar serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program kegiatan perguruan tinggi melalui pelayanan informasi yang meliputi lima aspek yaitu :

a. Pengumpulan informasi b. Pelestarian informasi c. Pengolahan informasi d. Pemanfaatan informasi e. Penyebarluasan informasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk mendukung terlaksananya semua fungsi perguruan tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

2.2.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

(15)

tinggi juga memiliki fungsi. Menurut Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (1979 : 3) fungsi perpustakaan perguruan tinggi dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu :

a. Fungsi perpustakaan perguruan tinggi ditinjau dari segi proses pelayanan :

1. Sebagai pusat pengumpulan informasi 2. Sebagai pusat pelestarian informasi 3. Sebagai pusat pengolahan informasi 4. Sebagai pusat pemanfaatan informasi 5. Sebagai pusat penyebarluasan informasi

b. Ditinjau dari segi program kegiatan perguruan tinggi yang didukung sesuai dengan perannya, perpustakaan perguruan tinggi mempunyai tiga macam fungsi, yaitu :

1. Sebagai pusat pelayanan informasi untuk program pendidikan dan pengajaran.

2. Sebagai pusat pelayanan informasi untuk program penelitian. 3. Sebagai pusat pelayanan informasi untuk program pengabdian

kepada masyarakat

c. Ditinjau dari segi pelaksanaannya, pada setiap fungsi perpustakaan perguruan tinggi tersebut di atas dapat dibedakan dua macam sifat fungsi, yaitu :

1. Fungsi yang bersifat akademis-edukatif 2. Fungsi yang bersifat administrasi teknis

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat merumuskan bahwa perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai sarana kegiatan belajar mengajar, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2.3 Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Berdasarkan pendapat Soeatminah, (1992 : 8) “Koleksi adalah bahan pustaka berupa buku, non buku ataupun manuskrip yang dihimpun perpustakaan”. Dalam kamus istilah perpustakaan dan dokumentasi (Magetsari, 1992 : 109) disebutkan bahwa “koleksi adalah sejumlah buku atau bahan lain yang mengenai satu objek atau merupakan satu jenis yang dihimpun oleh seseorang atau badan”.

Sementara itu menurut pendapat Sumardji (1992 : 22) “koleksi adalah kumpulan atau sekelompok bahan pustaka yang berisi karya-karya mengenai informasi tertentu yang disusun secara sistematis”.

(16)

manuskrip yang dikumpulkan, diolah, disimpan dan dikelola oleh sebuah perpustakaan, untuk disajikan kepada masyarakat pengguna dalam memenuhi kebutuhan informasi.

Untuk itu perpustakaan perlu menyediakan koleksi yang lengkap dan memadai sesuai dengan kebutuhan pengguna agar koleksi tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pengguna perpustakaan.

Sutarno (2003 : 20) menyatakan bahwa :

Pendorong bagi bangkitnya minat baca ialah kemampuan membaca, dan pendorong bagi berseminya budaya baca adalah kebiasaan membaca, sedangkan kebiasaan membaca terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, memadai, baik jenis, jumlah, maupun mutunya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan minat baca, dapat dipengaruhi dari tingkat pemanfaatan koleksi suatu perpustakaan, maka pihak perpustakaan hendaknya lebih memperhatikan lagi koleksi/bahan bacaan yang dimilikinya, baik dari jenis, jumlah, maupun mutunya.

2.3.1 Jenis Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan merupakan aset berharga yang harus tetap dijaga seutuh mungkin. Hal ini penting agar koleksi tersebut dapat dipergunakan secara berkesinambungan antara satu pengguna dengan pengguna lainnya di perpustakaan. Jenis koleksi perpustakaan berbeda-beda antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya. Namun pada umumnya koleksi dalam bentuk tercetak khususnya buku lebih populer di kalangan pengguna perpustakaan. Oleh sebab itu penjelasan mengenai koleksi perpustakaan juga merupakan aspek yang penting dalam kaitannya terhadap penyelenggaraan pendidikan pemakai agar pengguna mengetahui berbagai koleksi yang tersedia di perpustakaan.

Rompas (1985 : 10) menyatakan mengenai koleksi di perpustakaan sebagai berikut :

(17)

Barang rekaman yang dimaksud terdiri dari kaset, mikrofilm, slide, piringan hitam, dan lain-lain.

Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (1979 : 38-39) menyebutkan bahwa yang termasuk komponen koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut :

1. Buku teks, baik untuk mahasiswa maupun untuk dosen, baik yang diwajibkan maupun yang dianjurkan untuk mata kuliah tertentu.

2. Buku referens, termasuk buku referensi umum, referensi bidang studi khusus, alat-alat bibliografi seperti indeks, abstrak, laporan tahunan, kamus, ensiklopedia, katalog, buku pegangan dan lain-lain.

3. Pengembangan ilmu, yang melengkapi dan memperkaya pengetahuan pemakai selain dari bidang studi dasar.

4. Penerbitan berkala seperti majalah, surat kabar dan lain-lain.

5. Penerbitan perguruan tinggi yaitu penerbitan yang diterbitkan oleh perguruan tinggi, baik perguruan tinggi dimana perpustakaan tersebut bernaung maupun penerbitan perguruan tinggi lainnya.

6. Penerbitan pemerintah yaitu penerbitan resmi baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut kebutuhan perguruan tinggi yang bersangkutan.

7. Koleksi khusus, yang berhubungan dengan minat khusus perpustakaan, seperti koleksi tentang kebudayaan daerah tertentu, subjek tertentu dan sebagainya.

8. Koleksi bukan buku yaitu berupa koleksi audio visual seperti film, tape, kaset, piringan hitam, video tape dan sejenisnya.

Sementara itu Yuyu Yulia, dkk (1993 : 3-4), yang menyatakan kategori koleksi perpustakaan sebagai berikut :

1. Karya cetak, seperti buku dan terbitan berseri.

2. Karya noncetak, seperti rekaman suara, gambar hidup dan rekaman video, bahan grafika, dan bahan kartografi.

3. Bentuk mikro seperti mikrofilm, mikrofis, dan micropaque.

4. Karya dalam bentuk elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa perpustakaan memiliki berbagai macam jenis koleksi perpustakaan, baik berbentuk cetak maupun digital dan audio visual.

(18)

Collection should satisfy all curricular needs of both graduate and undergraduate students and enable the faculty to keep abreast of new developments in their fields of interest.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa penyediaan koleksi perpustakaan harus memperhatikan kebutuhuan pengguna. Pengadaan yang tidak relevan biasanya hanya menjadikan koleksi perpustakaan sebagai pajangan dan pelengkap saja. Namun sebaliknya, adanya kesesuaian koleksi yang disediakan perpustakaan dengan kebutuhan pengguna akan menjadikan perpustakaan sebagai jantung sebuah perguruan tinggi dimana mahasiswa merasa aman. Hal ini disebabkan karena ketika mereka mengalami kendala informasi saat kuliah, maka perpustakaan selalu dapat menjadi jawaban bagi kesulitan mereka.

2.4 Ketersediaan Koleksi Perpustakaan

Ketersediaan koleksi adalah suatu kebutuhan pokok yang ada di perpustakaan perguruan tinggi karena disitulah informasi itu didapatkan. Untuk memberikan pelayanan informasi yang maksimal kepada penggunanya, perpustakaan berusaha untuk menyediakan koleksi sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Adapun pengertian ketersediaan koleksi perpustakaan menurut Sutarno (2006 : 85) adalah :

Ketersediaan koleksi perpustakaan adalah adanya sejumlah koleksi atau bahan pustaka yang dimiliki oleh suatu perpustakaan dan cukup memadai jumlah koleksinya dan koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan tersebut.

Selanjutnya Sutarno (2006 : 104) menyatakan ketersediaan koleksi mencakup :

1. Ketersediaan koleksi bahan pustaka seperti informasi, ilmu pengetahuan teknologi dan budaya selalu terjadi setiap informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang di butuhkan para pengguna perpustakaan, dan selalu terjadi setiap saat (explosion of information). 2. Setiap perpustakaan harus efektif untuk menghimpun, mengoleksi, dan

menyajikan koleksi ahan pustaka untuk dilayankan kepada para pemakai, sesuai dengan kebutuhan pengguna.

(19)

Ketersediaan koleksi perpustakaan seharusnya berusaha untuk mengembangkan dan menambah koleksi bahan pustaka sesuai dengan kemampuan perpustakaan dan kebutuhan pemakainya. Menurut Siregar (2004 : 112) yang menyatakan bahwa ketersediaan koleksi adalah :

Pengorganisasian koleksi yang tersedia akan memberikan kemudahan kepada pengguna dan staf perpustakaan, dan bertujuan agar koleksi tetap sesuai dengan kebutuhan masyarakat, pemakai dan jumlah bahan pustaka selalu mencukupi.

Berdasarkan pendapat di atas apabila koleksi perpustakaan tidak berkembang dan bertambah, maka masyarakat pemakai tidak dapat terlayani dengan baik.

2.5 Pengguna Perpustakaan

Menurut Christianzen dalam Sulistyo-Basuki (1991 : 7) bahwa “Istilah pengguna perpustakaan mengacu pada seseorang yang menggunakan koleksi perpustakaan ini dapat digolongkan menjadi klien dan non klien”.

Sementara itu Lupiyoadi (2001 : 135) menyatakan bahwa “pelanggan/pengguna adalah seorang yang secara kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya mendapatkan suatu pelayanan jasa”.

Sulistyo-Basuki (1991 : 8) menguraikan bahwa “pengguna dapat dibedakan sebagai pengguna yang aktif dan yang tidak aktif”. Dalam istilah yang lebih luas pengguna dapat dikatakan sebagai orang yang berhubungan dengan perpustakaan, baik langsung maupun tidak langsung dalam rangka mencari informasi yang dibutuhkan.

Selanjutnya Sulistyo-Basuki (2004 : 399-400) juga mengkategorikan pemakai informasi ilmiah menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Ilmuwan (peneliti), yang bergerak dalam penelitian dasar dan eksperimental dalam ilmu-ilmu dasar.

2. Insinyur (engineers, rekayasawan, spesialis praktis), bergerak dalam bidang disain eksperimental, proyeksi dan aktivitas operasional dalam berbagai bidang teknologi dan industri.

(20)

Dengan demikian, berdasarkan penjelasan definisi di atas dapat dirumuskan bahwa pengguna perpustakaan adalah seseorang yang datang ke perpustakaan karena membutuhkan informasi dengan cara menggunakan jasa perpustakaan. Adanya pengguna perpustakaan datang ke perpustakaan karena didorong oleh kebutuhan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan ataupun memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

2.6 Pendidikan Pemakai

Semakin berkembangnya metode pendidikan di perguruan tinggi, kebutuhan akan perpustakaan semakin dirasakan. Tetapi dengan semakin cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan, jumlah dan macam koleksi juga semakin bertambah, sehingga pemakai perpustakaan terutama mahasiswa, makin binggung dalam usahanya menemukan informasi. Dengan demikian mereka tidak dapat memanfaatkan perpustakaan semaksimal mungkin. Namun di lain pihak, keberadaan suatu perpustakaan sebagai pusat pendidikan dan bahkan tempat pendidikan seumur hidup (Lifelong Learning) sudah terpatri di hati pengguna. Davies (1973 : 39) menyatakan “learning how to use library is a basic component of ... (any) instructional programs”. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa

belajar bagaimana memanfaatkan perpustakaan menjadi hal yang sangat mendasar dalam kaitannya terhadap kebutuhan informasi.

Dalam hal inilah perpustakaan diharapkan untuk meningkatkan jasa informasinya secara aktif. Salah satu langkah yang tepat untuk menanggulangi hal tersebut adalah menyelenggarakan suatu program pendidikan pemakai pada perpustakaan. Secara umum istilah pendidikan pemakai dalam konteks Ilmu Perpustakaan adalah memiliki pengertian yang sama dengan istilah bimbingan pemakai, pendidikan pengguna atau User Education.

Definisi pendidikan pemakai menurut Soedibyo (1987 : 121) adalah sebagai berikut :

(21)

Menurut Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (1979 : 19) “Pendidikan pemakai adalah usaha bimbingan atau petunjuk kepada pemakai tentang cara pemanfaatan koleksi bahan pustaka yang disediakan secara efektif dan efesien.”

Jadi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan pemakai adalah serangkaian kegiatan yang berisi aktivitas belajar mengenai pengenalan dan tata cara memanfaatkan perpustakaan kepada pengguna maupun calon pengguna di perpustakaan.

Pada dasarnya materi yang diterapkan dalam pendidikan pemakai pada perpustakaan relatif sama antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya. Secara umum Darmono (2001 : 23) menyebutkan beberapa materi bimbingan pemanfaatan perpustakaan antara lain adalah :

1. Pengenalan terhadap denah perpustakaan 2. Peraturan perpustakaan

3. Alat penelusuran informasi

4. Pengenalan terhadap bagian-bagian layanan perpustakaan 5. Pengenalan terhadap penempatan koleksi

6. Pengenalan terhadap ruang baca.

Melalui beberapa materi pendidikan pemakai di atas maka dapat diketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan pemakai pada perpustakaan, harus mampu menginformasikan aspek-aspek penting yang berkaitan dan dimiliki oleh perpustakaan kepada pengguna perpustakaan, dengan harapan melalui pendidikan pemakai maka pengguna perpustakaan tidak akan merasa asing dan lebih cepat beradaptasi terhadap tatanan sistem opersional perpustakaan.

(22)

2.6.1 Fungsi dan Tujuan Pendidikan Pemakai

2.6.1.1 Fungsi Pendidikan Pemakai

Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendidikan merupakan proses yang paling efektif untuk mentransformasikan informasi dari satu individu kepada individu lainnya. Wikipedia (2007 : 1) menjelaskan makna pendidikan sebagai berikut :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.

Pada pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa yang paling penting dalam proses pendidikan adalah pemberian pengetahuan mengenai teknik dan metode kepada individu lain yang belum mengetahuinya. Dengan demikian dalam konteks perpustakaan, pengetahuan yang perlu diberikan adalah mengenai tata cara penggunaan dan pemanfaatan perpustakaan dengan segala fasilitas yang dimilikinya.

Berbicara mengenai pendidikan khususnya dalam aspek pemanfaatan perpustakaan tentu saja harus diiringi dengan keberadaan fungsinya. Fungsi suatu metode pendidikan harus sudah sejak dini dipersiapkan (dipelajari) sehingga peserta didik, dalam hal ini pengguna perpustakaan dapat menyadari fungsi pendidikan yang diperolehnya tersebut. Sutarno (2006 : 95-96) menjelaskan bahwa fungsi dilakukannya bimbingan pemakai bagi perpustakaan maupun pengguna perpustakaan yaitu agar :

1. Pemakai perpustakaan dapat mengenal dan memahami serta menggunakan sistem yang diberlakukan di perpustakaan tersebut.

2. Pemakai perpustakaan dapat menggunakan sarana temu informasi yang tersedia seperti kode/nomor klasifikasi, kartu katalog dan penunjuk yang lain.

3. Pemakai perpustakaan dapat dengan cepat dan tepat menemukan apa yang diperlukan, tanpa banyak membuang waktu, tidak menemui kesulitan atau hambatan.

(23)

5. Perpustakaan dapat mengembangkan citra perpustakaan sebagai bagian dari lembaga pendidikan.

Jadi, dengan demikian pendidikan memiliki fungsi yang tak kalah pentingnya dengan fungsi perpustakaan itu sendiri. Hal ini berarti pendidikan pemakai memiliki peran yang besar dalam mendukung perpustakaan yang ingin dimanfaatkan oleh masyarakat penggunanya secara lebih fungsional.

2.6.1.2 Tujuan Pendidikan Pemakai

Pendidikan pemakai juga memiliki tujuan yang ditetapkan secara objektif. Dalam hal ini, perpustakaan harus dapat mengidentifikasi berbagai sasaran yang ingin dicapai didasarkan atas prioritas pada porsinya masing-masing. Oleh sebab itu, penerapan pendidikan pemakai pada perpustakaan harus diiringi dengan berbagai target yang ingin dicapai.

Secara umum tujuan diadakannya pendidikan pemakai tercantum dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004 : 95) sebagai berikut :

1. Meningkatkan keterampilan pengguna agar mampu memanfaatkan kemudahan dan sumber daya perpustakaan secara mandiri.

2. Membekali pengguna dengan teknik yang memadai dan sesuai untuk menemukan informasi dalam subjek tertentu.

3. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya dan layanan perpustakaan. 4. Mempromosikan layanan perpustakaan.

5. Menyiapkan pengguna agar dapat mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi.

Sementara itu Darmono (2001 : 32) menjelaskan “bahwa pemanfaatan perpustakaan berkenaan erat dengan adanya proses bimbingan pemanfaatan perpustakaan. Bimbingan pemanfaatan perpustakaan merupakan salah satu bentuk layanan perpustakaan yang sering dilakukan oleh berbagai jenis perpustakaan”.

Sulistyo-Basuki (2004 : 392) menyatakan bahwa tujuan pendidikan pemakai adalah sebagai berikut :

(24)

mampu menghadapi ketidaksamaan informasi yang disediakan oleh sumber yang berlainan dan mengasimilasi, mengumpulkan, menyajikan dan menerapkan informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa tujuan diadakannya pendidikan pemakai pada perpustakaan terutama untuk meningkatkan minat dan keterampilan pengguna sehingga dengan demikian pengguna perpustakaan akan menyadari arti penting memanfaatkan perpustakaan dengan lebih secara lebih maksimal, yang artinya pengguna diharapkan memiliki sifat kritis terhadap segala informasi yang diserap serta mampu menilai secara objektif informasi tersebut sehingga dapat lebih selektif menerapkan jenis informasi ke dalam kehidupannya.

2.6.2 Manfaat Pendidikan Pemakai

Pendidikan pemakai yang diberikan oleh perpustakaan pasti memiliki manfaat bagi pengguna perpustakaan. Ada beberapa manfaat pendidikan pemakai yang mendukung tercapainya fungsi dan tujuan pendidikan pemakai. Menurut Ratnaningsih (1994 : 2) pemberian pendidikan pemakai sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak yaitu :

1. Dari Segi Pengguna, dengan diperolehnya bekal tehnik dan strategi pemanfaatan perpustakaan maka menambah rasa percaya diri dalam penemuan koleksi/informasi yang dibutuhkan, serta mampu memilih informasi yang spesifik bagi dirinya dengan cepat dan tepat.

2. Bagi Perpustakaan, kegiatan pendidikan pemakai dapat meningkatkan citra perpustakaan dan pustakawannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat pendidikan pemakai adalah untuk memudahkan pengguna dalam mencari dan menelusur informasi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat.

2.6.3 Metode Pendidikan Pemakai

(25)

adalah cara penyelesaian masalah penggunaan fasilitas perpustakaan secara sistematis.

Kosterman (1978 : 269) menyarankan bahwa suatu metode pengajaran harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dapat mengkomunikasikan tujuan-tujuan yang telah dibuat.

2. Dapat membuat peserta didik tertarik untuk memperhatikan dan memotivasi mereka untuk perhatian penuh terhadap apa yang sedang diajarkan.

3. Dapat mendorong peserta didik untuk ambil bagian dengan menolongnya mempersiapkan pelajaran-pelajaran.

4. Dapat ditindaklanjuti.

5. Dapat memberikan umpan balik untuk menguji efektivitas metode tersebut melalui indikator-indikator yang jelas.

Sementara itu Hills dalam Fjallbrant (1978 : 33) menyebutkan ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode dan media pengajaran untuk pendidikan pemakai perpustakaan ini, antara lain:

1. Motivation

Pengajaran harus memberikan suatu motivasi yang tinggi, misalnya ketika pengguna ingin menemukan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan atau pelajaran tertentu.

2. Activity

Kerja aktif dalam pembelajaran pemecahan masalah akan kelihatan lebih efektif daripada hanya sekedar menyebutkan atau menjelaskan suatu rangkaian pekerjaan.

3. Understanding

Pendidikan pemakai akan lebih efektif jika pengguna memahami apa dan kenapa mereka mengerjakan hal demikian, jika hal ini merupakan permasalahan yang baru dapat dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.

4. Feedback

Umpan balik atau informasi perkembangan yang dibuat harus tersedia bagi para pengguna.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran dalam pendidikan pemakai selayaknya memperhatikan berbagai aspek dan dampak, baik terhadap pengguna maupun perpustakaan sendiri.

(26)

Definisi tentang orientasi perpustakaan dan tutorioal pemanfaatan perpustakaan dijelaskan sebagai berikut :

1. Orientasi perpustakaan ialah pendidikan pengguna untuk memperkenalkan perpustakaan secara umum kepada sivitas akademikan.

2. Tutorial perpustakaan adalah mendidik pengguna agar dapat menggunakan perpustakaan serta sumber-sumber informasi yang tersedia di perpustakaan dan di tempat lain, termasuk keterampilan dalam memanfaatkan berbagai media informasi sesuai dengan perkembangan teknologi (Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman, 2004 : 95 & 97).

Sementara itu Rice (1981 : 3) menguraikan beberapa jenjang atau tingkatan dalam proses pendidikan pemakai di perpustakaan sebagai berikut :

1. Orientasi Perpustakaan.

Materi yang diajarkan berupa pengenalan terhadap perpustakaan secara umum, biasanya diberikan ketika siswa/mahasiswa baru memasuki suatu lembaga pendidikan bersangkutan, materinya antara lain :

 Pengenalan Gedung Perpustakaan.

 Pengenalan Katalog dan Alat Penelusuran lainnya.

 Pengenalan beberapa sumber bacaan termasuk bahan-bahan rujukan dasar.

Tujuan yang ingin dicapai :

 Mengenal fasilitas-fasilitas fisik gedung perpustakaan itu sendiri.

 Mengenal bagian-bagian layanan dan staf dari tiap bagian secara tepat.

 Mengenal layanan-layanan khusus seperti penelusuran melalui komputer, layanan peminjaman, dll.

 Mengenal kebijakan-kebijakan perpustakaan seperti prosedur menjadi anggota, jam-jam layanan perpustakaan, dll.

 Mengenal pengorganisasian koleksi dengan tujuan untuk mengurangi kebingungan pemakai dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan.

 Termotivasi untuk datang kembali dan menggunakan sumber-sumber yang ada di perpustakaan.

 Terjalinnya komunikasi yang akrab antara pemakai dengan pustakawan.

2. Pengajaran Perpustakaan.

Materi yang diajarkan merupakan penjelasan lebih dalam lagi mengenai bahan-bahan perpustakaan secara spesifik, materinya antara lain :

 Teknik penggunaan indeks, katalog, bahan-bahan rujukan, dan alat-alat bibliografi.

(27)

 Melaksanakan teknik-teknik penelusuran informasi dalam sebuah tugas penelitian atau pembuatan karya ilmiah lainnya. Tujuan yang ingin dicapai :

 Dapat menggunakan pedoman pembaca untuk mencari bahan-bahan artikel.

 Dapat menemukan buku-buku yang berhubungan dengan subyek khusus melalui katalog.

 Dapat menggunakan bentuk mikro dan alat-alat baca lainnya secara tepat.

 Dapat menggunakan alat rujukan khusus seperti Ensiklopedi Britanica dan Who’s Who.

 Menemukan koleksi visual dan dapat menggunakannya.

 Mengetahui sumber-sumber yang tersedia di perpustakaan lain dan dapat melakukan permintaan peminjaman.

 Melakukan suatu penelusuran dalam layanan pengindeksan seperti pada Pusat Informasi Sumber Pendidikan dan dapat menemukan dan menggunakan hasil-hasil sitasi.

3. Pengajaran Bibliografi

Materi yang diajarkan lebih condong sebagai langkah persiapan mengadakan atau sebagai dasar penelitian dalam rangka menyusun karya akhir. Pada level ketiga ini bisa ditawarkan melalui kuliah formal sebagai bagian dari perkuliahan, baik ada nilai kreditnya atau tidak. Materi yang ingin dicapai antar lain :

 Informasi dan pengorganisasiannya.

 Tajuk subyek, “Vocabulary Control” dalam penelitian, dan definisi suatu topik penelitian.

 Macam-macam sumber untuk penelitian.

 Membuat kerangka teknik dan perencanaan suatu karya penelitian.

 Teknik-teknik membuat catatan dalam penelitian.

 Gaya, catatan kaki, rujukan dan sumber bahan bacaan.

 Strategi penelitian, kesempurnaan dalam penelitian, dan pemakaian yang tepat layanan koleksi yang diberikan perpustakaan.

 Membuat/menulis karya ilmiah

Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan dalam pendidikan pemakai , untuk keperluan penelitian kali ini peneliti membatasi hanya pada topik orientasi perpustakaan. Teknik-teknik tersebut antara lain: Ceramah atau Kuliah Umum di Kelas, Wisata Perpustakaan, Penggunaan Audio Visual, Permainan dan Tugas Mandiri, Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet.

1. Ceramah atau Kuliah Umum di Kelas

(28)

kurang lebih antara 15-30 orang. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam metode ini para peserta diberikan beberapa tugas terstruktur dan latihan yang memungkinkan mereka mampu menggunakan perpustakaan secara mandiri. Pelaksanaan metode ini selayaknya dapat dilakukan dengan metode wisata perpustakaan, agar peserta lebih memahami dan akrab dengan dunia perpustakaan yang sebenarnya. 2 Wisata Perpustakaan

Beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam memandu wisata perpustakaan, antara lain :

o Menciptakan suasana yang bersahabat dan informal serta terbuka untuk beberapa pertanyaan.

o Usahakan berbicara tidak terlalu cepat dan sensitif terhadap kebingungan yang dialami pemakai.

o Gunakan sarana pembantu untuk memperjelas sesuatu yang didiskusikan, misal: penggunaan katalog

o Buatlah para peserta berperan aktif untuk mencoba menggunakan fasilitas yang ada.

o Waktu yang digunakan tidak terlalu lama, maksimal 45 menit. o Sediakan buku panduan yang dapat membantu mereka selama

mengikuti wisata perpustakaan tersebut. 3. Penggunaan Audio Visual

Teknik ini biasanya dilakukan untuk wisata mandiri perindividual (perorangan), di antaranya adalah penggunaan kaset, televisi, slide, dll. Pemakai perpustakaan dapat menjelajahi perpustakaan dengan mendengarkan instruksi yang direkam dalam kaset. Mereka dapat mematikan dan mengulang kaset tersebut sesuai dengan kemampuannya dalam memahami instruksi yang terdapat dalam kaset. Orientasi perpustakaan dapat juga dilakukan melalui penggunaan televisi, para peserta dapat menyaksikan dan memperoleh penjelasan mengenai berbagai hal, seperti: fasillitas perpustakaan, pelayanan perpustakaan, dan fungsinya masing-masing.

Slide dapat digunakan dalam menerangkan lokasi, fasilitas dan pelayanan perpustakaan dengan memberikan keterangan-keterangan yang diberikan oleh pemandu atau rekaman suara.

4. Permainan dan Tugas Mandiri

Metode ini merupakan salah satu cara yang cukup efektif dalam mengajarkan bagaimana cara menemukan informasi yang dibutuhkan. Biasanya lebih sesuai diterapkan untuk pemakai perpustakaan usia anak Sekolah Dasar dan Menengah. Permainan sangat berguna dalam meningkatkan kemampuan anak sehingga mereka lebih dapat menikmati penggunaan perpustakaan. Biasanya metode ini dilakukan di tingkat lebih tinggi untuk menghilangkan kejenuhan yang mungkin ada ketika proses pembelajaran dengan metode lain berlangsung. 5. Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet

(29)

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan bahwa berbagai jenis metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan pemakai di perpustakaan harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pengguna perpustakaan itu sendiri.

2.6.4 Waktu dan Lokasi Program Pendidikan Pemakai

2.6.4.1 Waktu Program Pendidikan Pemakai

Program pendidikan pemakai yang diadakan oleh perpustakaan juga perlu memperhatikan waktu yang tepat untuk pelaksanaanya. Hal ini dirasa penting karena pengguna perpustakaan (anggota perpustakaan) juga memiliki ketersediaan waktu yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, pelaksanaan program pendidikan pemakai sebaiknya dapat dilaksanakan dengan waktu yang tidak terlalu lama namun sarat dengan informasi penting mengenai pemanfaatan perpustakaan.

Darmono (2001 : 168-169) menyatakan bahwa :

Bimbingan perpustakaan biasanya dilakukan oleh pustakawan atau petugas perpustakaan. Waktu yang diberikan sangat bervariasi, tergantung dari jenis perpustakaannya. Untuk perpustakaan besar dengan koleksi dan jenis layanan yang sangat banyak maka waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama bila dibandingkan dengan perpustakaan yang relatif kecil.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan pemakai pada perpustakaan sangat tergantung dari besarnya gedung dan banyaknya jenis layanan yang diberikan. Oleh sebab itu, untuk perpustakaan perguruan tinggi sebaiknya waktu untuk program pendidikan pemakai lebih baik diadakan pada saat setelah penerimaan mahasiswa baru.

2.6.4.2 Lokasi Program Pendidikan Pemakai

(30)

Soedibyo (1987 : 108-109) memberikan batasan pengaturan lokasi perpustakaan sebagai berikut :

1. Perpustakaan itu terletak dalam arus lalu lintas manusia, tetapi tidak dijadikan lalu lintas manusia.

2. Perpustakaan itu terletak di suatu tempat yang tanahnya memungkinkan dilakukannya perluasan pada masa yang akan datang, sesuai dengan perkembangan perpustakaan serta instansi penaungannya.

3. Perpustakaan itu mudah dicapai oleh pemakai, sehingga mereka tidak membuang-buang waktu secara sia-sia.

4. Perpustakaan itu mempunyai hubungan yang fungsional dengan gedung-gedung lainnya dalam keseluruhan kompleks itu.

Hal senada juga dinyatakan oleh Sulistyo-Basuki (1993 : 307) yang menyebutkan bahwa perpustakaan universitas hendakya terletak di tengah-tengah universitas sehingga terjangkau oleh semua pihak.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa inti dari lokasi perpustakaan, dimana juga biasanya dipakai untuk pelaksanaan program pendidikan pemakai, harus mempertimbangkan jarak bagi semua pihak, yaitu anggota perpustakaan. Oleh sebab itu jika lokasi perpustakaan sudah memenuhi kriteria tersebut maka pendidikan pemakai juga akan berjalan lancar.

2.6.5 Dampak Penerapan Pendidikan Pemakai

Dengan diterapkannya pendidikan pemakai pada perpustakaan diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan di kalangan pengguna perpustakan. Hak (2007) mengutarakan beberapa dampak yang diharapkan dari adanya pendidikan pemakai yaitu sebagai berikut :

1. Pengetahuan, misalnya: dari yang tadinya tidak tahu penggunaan susunan klasifikasi untuk pengelolaan buku-buku atau koleksi lainnya menjadi tahu makna dan manfaatnya, sehingga dapat menggunakan katalog untuk penemuan kembali buku-buku yang dibutuhkan.

2. Sikap, misalnya: dari yang tadinya bersikap perpustakaan hanya sebagai tempat penyimpanan buku menjadi perpustakaan sebagai tempat untuk mencari informasi (sumber belajar), sehingga selalu datang ke perpustakaan untuk memenuhi segala kebutuhan informasinya baik itu yang berhubungan langsung dengan perkuliahannya maupun untuk keperluan informasi lainnya.

(31)

dengan susunan klasifikasi atau “call number” buku di rak atau sarana perpustakaan lainnya.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa terdapat indikasi dengan adanya pendidikan pemakai dampak positif memberikan kemungkinan yang lebih besar. Namun demikian, faktor yang juga perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan pengaruh yang dapat ditimbulkan adalah faktor pendidikan (proses dan aktivitasnya) dan pengguna perpustakaan (peserta didik) itu sendiri.

2.7 Pemanfaatan Perpustakaan oleh Pemakai

Keberhasilan suatu perpustakaan pada dasarnya dinilai dari banyaknya pemakai maupun pengunjung yang memanfaatkan jasa perpustakaan. Hal ini terkadang menimbulkan pertanyaan mengapa masih ada perpustakaan yang memiliki jumlah kunjungan yang minim atau bahkan tidak pernah termanfaatkan oleh pengguna sama sekali.

Perpustakaan selayaknya telah mengantisipasi hal ini jauh hari sebelumnya dan jika perlu seluruh metode penarik minat pengguna telah dipersiapkan (dipelajari) terlebih dahulu sebelum gedung perpustakaan dibentuk. Namun pada akhirnya, proses memperkenalkan fasilitas perpustakaanlah yang menjadi senjata paling ampuh untuk meningkatkan pemanfaatan dan kunjungan perpustakaan oleh pemakai, di samping juga kesesuaian jumlah dan jenis koleksi juga merupakan faktor pendukung.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustaka (2001 : 711) dijelaskan bahwa “pemanfaatan terambil dari kata dasar manfaat yang artinya guna, faedah”. Selanjutnya penambahan imbuhan pe-an pada kata tersebut memiliki arti proses, cara, perbuatan manfaat. Dengan demikian pemanfaatan dapat diartikan sebagai suatu cara atau proses dalam memanfaatkan suatu benda atau obyek.

(32)

yang demikian senantiasa mengikuti peristiwa dan perkembangan mutakhir karena menguasai sumber informasi dan ilmu pengetahuan, sehingga masyarakat pengguna tersebut mempunyai pandangan dan wawasan yang luas, bersikap mandiri, percaya diri dan dapat mengikuti kemajuan zaman.

Apabila pemanfaatan perpustakaan belum digunakan secara optimal, maka perlu diadakan pembinaan terhadap pemakai perpustakaan. Menurut Sutarno (2003 : 102), pembinaan masyarakat pemakai perpustakaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Mengadakan bimbingan pemakai perpustakaan, yaitu menuntun, mengarahkan, memberikan penjelasan tentang cara-cara menggunakan kartu katalog, menelusur sumber informasi dan menggunakan pedoman perpustakaan yang lain.

2. Memberikan pendidikan pemakai, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh petugas layanan mengenai seluk-beluk perpustakaan, manfaat perpustakaan, cara menjadi anggota, persyaratan keanggotaan, tata tertib, jenis layanan, kegunaan sistem katalogisasi dan klasifikasi, partisipasi masyarakat di dalam perpustakaan. Semua itu dilakukan dalam rangka memberikan pengetahuan dan keterampilan pemakai dalam memanfaatkan perpustakaan, secara cepat dan tepat tanpa mengalami banyak kesulitan.

3. Melakukan sosialisasi, publikasi dan promosi perpustakaan

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum pendidikan pemakai memiliki pengaruh yang signifikan kepada pengguna untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang tersedia, karena melalui pendidikan pemakailah pengguna mengetahui berbagai aktifitas, pelayanan serta manfaat yang akan diperoleh kelak apabila memanfaatkan perpustakaan dengan tepat. Dengan demikian dapat dilihat bahwa adanya hubungan yang jelas antara penerapan pendidikan pemakai dengan tingkat pemanfaatan fasilitas dan pelayanan perpustakaan oleh pemakai.

Pemanfaatan Fasilitas Penelusuran

(33)

mempromosikan keadaan koleksi yang dimilikinya kepada pengguna melalui katalog.

Menurut Sulistyo-Basuki (1992 : 107), “katalog adalah himpunan rujukan atas berkas yang teratur untuk mencatat pustaka atau koleksi”. Selain pendapat di atas Gates dalam Hasugian (2001 : 2) memberikan defenisi katalog yaitu :

Katalog perpustakaan adalah suatu daftar yang sistematis dari buku dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan, dengan informasi deskriptif mengenai pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk fisik, subjek, ciri khas bahan dan tempatnya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Taylor dalam Hasugian (2001 : 2) menyatakan bahwa :

Katalog pepustakaan adalah susunan yang sistematis dari seperangkat cantuman bibliografis yang mempresentasikan kumpulan dari suatu koleksi tertentu. Koleksi tersebut terdiri dari berbagai jenis bahan, seperti buku, terbitan berkala, peta, rekaman suara, gambar, notasi musik, dan sebagainya.

Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa katalog perpustakaan adalah daftar seluruh koleksi perpustakaan yang tersusun secara sistematis dimana mempresentasikan inti-inti isi koleksi yang tersedia di perpustakaan.

Dengan demikian pemanfaatan fasilitas penelusuran adalah menggunakan katalog perpustakaan secara cepat dan tepat untuk menemubalik informasi yang dibutuhkan pengguna.

2.7.2 Pemanfaatan Ruang Baca

Ruang baca merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan jasa perpustakaan. Ruang baca adalah sektor yang paling banyak dimanfaatkan oleh pengguna pada umumnya. Melalui ruang baca, maka pengguna perpustakaan dapat dengan nyaman membaca koleksi yang dipinjam.

Menurut Buku Pedoman Perlengkapan Perpustakaan Khusus (1992 : 8) bahwa ruang baca dapat dibagi empat yaitu :

1. Ruang Baca Berkala

(34)

Ruang ini khusus tempat belajar/membaca serius. Penempatannya agak jauh dari pusat keramaian di perpustakaan dekat dengan koleksi referensi dan koleksi teks.

3. Ruang Baca Buku

Di ruangan ini untuk pengunjung yang membaca koleksi buku teks. 4. Ruangan Pemakaian Media Pandang Dengar

Di ruangan ini disediakan khusus untuk menonton atau mendengar bahan-bahan pandang dengar (Audio-Visual).

Sementara itu menurut Martoatmojo (1993 : 14-15) bahwa layanan ruang baca dapat dibagi 7 menurut jenis dan kondisinya yaitu :

1. Layanan ruang baca buku rujukan

Buku rujukan adalah buku perpustakaan yang sangat penting karena dari buku-buku ini berbagai pertanyaan dapat dijawab. Dalam ruangan ini, biasanya ada petugas atau pustakawan rujukan yang siap sedia memberikan bantuan. Jawaban pertanyaan rujukan tidak semuanya diperoleh dari buku, tetapi dapat juga dari pengalaman petugas perpustakaan.

2. Layanan ruang baca berupa meja baca perorangan

Layanan ini sebenarnya sekedar perluasan dari fasilitas ruang baca. Maksudnya, untuk memberikan kenyamanan bagi mereka yang menghendaki ketenangan khusus. Dengan fasilitas ini seolah pembaca memiliki ruangan khusus di perpustakaan yang tidak boleh diganggu orang lain. Ia juga merasa bahwa dirinya tidak mau mengganggu orang lain. Suasana nyaman dapat meningkatkan semangat belajar atau membaca di perpustakaan.

3. Layanan ruang baca berupa meja baca kelompok

Ruang baca jenis ini terdapat di berbagai perpustakaan. Ada kelemahan dan keunggulan meja baca jenis ini. Kelemahannya ialah saling mengganggu di antara para pembaca. Keunggulannya, pertama, menghemat ruang dan fasilitas perpustakaan, karena adanya ruang baru itu. Kedua, diantara para pembaca dapat saling berhubungan. Ketiga, karena melihat teman sebangkunya membaca, ia sendiri mungkin akan berbuat demikian.

4. Fasilitas untuk ruang baca yang baik

Ruang baca hendaknya dilengkapi berbagai fasilitas untuk menunjang kenyamanan. Pemasangan AC atau jendela yang luas, dapat memperlancar sirkulasi udara. Penerangan harus memadai. Sinar yang baik adalah sinar alami. Dianjurkan, pepustakaan memiliki pengontrol sinar pada setiap jendela, misalnya dengan krey (blind fold).

5. Perluasan dari ruang baca berupa ruang untuk diskusi

Ruang ini dapat digunakan oleh sekelompok pembaca yang memiliki minat yang sama untuk membahas sesuatu.

6. Ruang baca berupa ruang kerja bagi pembaca perpustakaan

(35)

7. Ruang santai

Ruang ini dapat digunakan oleh pembaca yang telah lelah membaca agar segar kembali.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada berbagai jenis ruang baca sesuai dengan jenis dan penempatan koleksi perpustakaan yang dimiliki oleh suatu perpustakaan. Namun demikian, penyediaan ruang baca untuk dimanfaatkan pengguna harus selalu disesuaikan dengan tingkat kuantitas jumlah pengguna yang terdaftar sebagai anggota di perpustakaan.

2.7.3 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan

Pemanfaatan layanan yang dimaksud dalam konteks penelitian ini yaitu keseluruhan jenis layanan yang disediakan oleh perpustakaan, baik layanan yang langsung atau tidak langsung yang ditujukan untuk mempermudah pengguna untuk menemukan informasi yang dibutuhkan.

Pemanfaatan layanan perpustakaan dapat dilakukan oleh pengguna apabila pengguna tersebut mengetahui cara memanfaatkannya serta mengetahui manfaat dari setiap layanan tersebut. Akan tetapi adakalanya pengguna tidak memanfaatkan layanan perpustakaan dengan alasan tidak lengkapnya fasilitas untuk memanfaatkannya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bermanfaat atau tidaknya suatu layanan tergantung dari upaya perpustakaan yang bersangkutan untuk memperkenalkan kepada penggunanya tentang cara penggunaan dan manfaat dari masing-masing layanan tersebut.

Kegiatan pelayanan perpustakaan menurut Muchydin (1980 : 1) adalah : Kegiatan pelayanan perpustakaan merupakan suatu sub unit kerja di perpustakaan yang mempunyai tugas pokok untuk memberikan pelayanan bimbingan informasi dan pengarahan berikut pengadaannya untuk menelusur dan mempelajari informasi yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan.

(36)

1. Kelompok kegiatan kerja pelayanan teknis, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk melaksanakan pelayanan informasi dalam program pelayanan teknis, yang terdiri atas kegiatan kerja pengadaan, investarisasi, klasifikasi, katalogisasi, dan pemeliharaan koleksi.

2. Kelompok kegiatan kerja pelayanan pemakai, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk melaksanakan pelayanan informasi dalam program pelayanan pemakai, yang terdiri atas kegiatan kerja sirkulasi koleksi, pelayanan referens, pendidikan pemakai, dan penyebarluasan informasi.

3. Kelompok kegiatan kerja pelayanan administrasi, yaitu kegiatan-kegiatan kerja yang dilaksanakan untuk mendukung secara administratif kelancaran seluruh kelompok kegiatan kerja di perpustakaan perguruan tinggi, kelompok kegiatan meliputi kegiatan-kegiatan administrasi ketatausahaan, administrasi kerumahtanggaan, dan administrasi kepegawaian.

4. kelompok kegiatan kerja pengelolaan, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk menyelaraskan semua kelompok kegiatan kerja sehingga berjalan harmonis dan terpadu.

Pengguna yang dapat memanfaatkan pelayanan perpustakaan dengan baik, diharapkan dapat memperoleh manfaat yang maksimal. Untuk itu pendidikan pengguna merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan berbagai layanan perpustakaan ini.

2.8 Peran Pustakawan dalam Pendidikan Pemakai

Dalam Kamus Besar Indonesia Kontemporer (Salim, 2002 : 1132) disebutkan bahwa istilah peran memiliki arti “bagian dari tugas utama yang harus dilakukan”.

Definisi pustakawan menurut Harahap (1998 : 1) adalah :

Seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.

(37)

Menurut Lancaster dalam Pakdesofa (2008 : 1) pustakawan harus mampu memberikan hal-hal sebagai berikut :

Pustakawan harus mengajari ilmuwan bagaimana mencari informasi dari sebuah pangkalan data. Ilmuwan bisa memilih informasi yang diperlukan sesuai minatnya. Pustakawan juga harus bisa memberi informasi yang berasal dari siaran. radio, televisi, faksimili, dan dari berbagai sumber informasi lainnya. Pustakawan harus berprestasi yang pasti agar memperoleh pengakuan dari masyarakat dan menjadi lahan yang basah.

Pustakawan memiliki peran yang paling besar dalam proses penerapan pendidikan pemakai pada perpustakaan. Hal ini disebabkan karena pustakawanlah yang memang seharusnya benar-benar mengetahui segala seluk beluk fasilitas dan aktivitas jasa yang ada di perpustakaan. Oleh sebab itu, para pustakawan diharapkan harus benar-benar profesional dalam mengajarkan materi ketika pendidikan pemakai dijalankan.

Kegiatan kerja profesional pustakawan yang harus dilakukan pada layanan pendidikan pengguna menurut Soedibyo (1987 : 121) adalah :

1. Membuat perencanaan penyampaian bahan, metode, teknik dan sasaran usaha bimbingan pemakai.

2. Menetapkan tingkat dan sistem penyampaian bimbingan yang sesuai. 3. Menetapkan dan mengatur waktu pemberian bimbingan dan

pendidikan kepada pengguna.

4. Melaksanakan usaha pendidikan baik secara individu maupun secara kelompok.

Dalam rangka menyelenggarakan pendidikan pemakai pada perpustakaan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pustakawan dan staf perpustakaan, yaitu sebagai berikut :

1. Petugas perpustakaan harus menciptakan lingkungan yang memungkinkan pengguna untuk memanfaatkan sumber daya dan fasilitas perpustakaan secara optimal.

2. Materi dan metode pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.

3. Petugas perlu melibatkan dosen, jurusan dan fakultas.

4. Pendidikan dilakukan baik secara terprogram maupun sewaktu-waktu. (Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman, 2004 : 95).

(38)
(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode survei yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Singarimbun (1989 : 3) menyatakan bahwa “Penelitian survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”. Penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut Nazir (1999 : 64) “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena”.

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Panca Budi, yang beralamat di Jalan Jend. Gatot Subroto KM. 4,5 Medan.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2006 : 72) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Panca Budi yang terdiri dari Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, dan Fakultas Agama Islam yang terdaftar sebagai anggota perpustakaan Panca Budi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 150 orang.

3.2.2 Sampel

(40)

menentukan sampel penulis menggunakan tabel Krejcie. Berdasarkan tabel

Krejcie pada tingkat kesalahan 5% (α = 0.05) dapat diketahui banyaknya sampel

adalah sebanyak 108 orang.

Teknik pengambilan sampel adalah berpedoman pada teknik probability sampling dengan menggunakan teknik propotionate stratified random sampling.

Menurut Sugiyono (2006 : 74) “Probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Sedangkan peneliti menetapkan teknik pengambilan sampel berdasarkan propotionate stratified random sampling karena populasi penelitian adalah

berstrata. Sugiyono (2006 : 75) menyatakan “propotionate stratified random sampling digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen

dan berstrata secara proporsional”.

Menentukan besarnya sampel berdasarkan strata secara proposional adalah sebagai berikut :

Tabel – 1 : Penentuan Sampel Penelitian

No Fakultas Sub Populasi Sampel

1 Hukum 37

(41)

3.3 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diukur yaitu Pendidikan Pemakai (X) sebagai variabel bebas/independent variable dan Penggunaan Perpustakaan (Y) sebagai variabel terikat/dependent variable. Untuk lebih jelas defenisi dari setiap variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Pendidikan Pemakai (X)

Pendidikan Pemakai adalah program pelatihan bagi pemakai perpustakaan dalam memanfaatkan perpustakaan. Indikator dari variabel ini adalah :

a. Tujuan pendidikan pemakai b. Metode pendidikan pemakai

c. Manfaat perpustakaan oleh pemakai d. Peran pustakawan

e. Program pendidikan pemakai

2. Variabel Penggunaan Perpustakaan (Y)

Pengunaan Perpustakaan adalah pengaruh yang terjadi kepada pemakai perpustakaan dalam memanfaatkan perpustakaan. Adapun indikator dari variabel ini adalah :

a. Ketersediaan koleksi perpustakaan b. Pemanfaatan koleksi perpustakaan c. Pemanfaatan layanan perpustakaan d. Pemanfaatan sarana penelusuran e. Pemanfaatan ruang baca

3.4 Instrumen Penelitian

Pada hakekatnya alat pengumpulan data dalam suatu penelitian terdiri dari beberapa macam, hal itu erat hubungannya dengan sifat penelitian yang dilakukan. Menurut Sugiyono (2006 : 97) Instrumen Penelitian adalah “suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

(42)

3.4.1 Angket

Menurut Sugiyono (2006 : 135) “Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya ”.

Pada penelitian ini angket disusun dalam bentuk pernyataan serta menggunakan pengukuran skala Likert dimana setiap pernyataan akan berpedoman pada kisi-kisi angket.

3.4.2 Kisi-kisi Angket

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan pemakai terhadap penggunaan perpustakaan maka ditentukan indikator dari masing-masing variabel.

Tabel – 2 : Kisi-kisi Angket

Variabel Indikator Nomor Item

Angket

Jumlah

(X) Pendidikan

Pemakai

• Tujuan Pendidikan Pemakai

• Metode Pendidikan Pemakai

• Manfaat Pendidikan Pemakai

• Peran Pustakawan

• Program Pendidikan Pemakai

1,2

• Ketersediaan Koleksi Perpustakaan

• Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan

• Pemanfaatan Layanan Perpustakaan

• Pemanfaatan Sarana Penelusuran

• Pemanfaatan Ruang Baca

Gambar

Tabel – 1 : Penentuan Sampel Penelitian
Tabel – 2 : Kisi-kisi Angket
Tabel – 4 : Uji Validitas Penggunaan Perpustakaan
Tabel – 5 : Uji Reliabilitas Pendidikan Pemakai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ruang Istirahat Staff Semi-Publik Pulang dari kantor Area Parkir (Mobil /.

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang dapat dijadikan pengembangan modal sosial ( social capital ). Proses pendidikan harus dapat menyiapkan anak didik yang dapat

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengetahuan tentang kegawatdaruratan trauma pada anggota Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga), mengidentifikasi sikap anggota

saya, dengan cara menjawab dengan jujur apa yang saya tanya kepada

Dapat kita pahami bahwa membentuk bangsa yang unggul merupakan usaha sadar dan terencana bagi seorang pendidik, peranan orang tua sebagai pendidikan dan model penerapan

Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017...36 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Harian Lepas (PHL). Berdasarkan Perasaan Lelah di

Teknik pembuatan roti dengan sistem Sponge and Dough ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sistem Straigh Dough, antara lain lebih

Dalam konteks pembelajaran sejarah sosial, pembelajaran reflektif tidak sekedar mengaitkan realitas sejarah dengan kehidupan mahasiswa di masa kini, tapi juga untuk memahami aspek