• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Tentang Manfaat Konsumsi Teh Hijau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Tentang Manfaat Konsumsi Teh Hijau"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Jhananie A/P Selladurai

Tempat/ tanggal lahir : Seremban, Negeri Sembilan/ 02 Feb 1992 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Dr. Mansur, Gg.Sehat No.8, Medan Nomor Telepon : +6283198742695

Orang tua : Selladurai A/L Veluppillai / Alli A/P Nadarajan Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah (SPM) – 2009

: Nirwana College – 2010

: Fakultas Kedokteran USU - sekarang

Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia Indonesia Cawangan Medan. (PKPMI- CM)

(2)

HEALTH RESEARCH ETHICAL COMMITTEE

Of North Sumatera

c/o MEDICAL SCHOOL, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. Mansyur No. 5 Medan, 20155 – INDONESIA

Tel: +62-61-8211045; 8210555 Fax: +62-61-8216264, E-mail: komet_fkusu@yahoo.com

FORMULIR ISIAN OLEH PENELITI

Nama lengkap anda :

jhanhsjdjhajdjhhdssadadf Alamat (harap ditulis dengan lengkap) :

Telp/Fax/HP/E-mail/lain-lain :

Alamat lain yang dapat dihubungi :

Telp/Fax/HP/E-mail/lain-lain :

Nama Institusi Anda (tulis beserta alamatnya) :

Judul Penelitian :

DAFTAR PERTANYAAN :

1. Subyek yang digunakan pada penelitian Anda :

penderita Non Penderita Hewan

2. Jumlah Subyek yang digunakan dalam penelitian Anda : 100 (orang/ekor/lain-lain)*

3. Keterangan Mahasiswa Stambuk 2010-2012 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1

2

3

4

5

6

(3)
(4)

5. Rangkaian usulan penelitian mencakup objektif penelitian manfaat/relevansi dari hasil penelitian disertai alasan/motivasi dilakukannya penelitian dan resiko yang mungkin timbul disertai cara penyelesaian masalahnya (ditulis dengan bahasa yang dapat dimengerti secara umum).

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang manfaat konsumsi teh hijau dan untuk melihat sejauh mana tingkat pengetahaun mahasiswa terhadap manfaat konsumsi teh hijau. Manfaat penelitian adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat kepada mahasiswa dan masyarakat tentang manfaat konsumsi teh hijau.

6. Apakah masalah etik menurut Anda dapat terjadi pada penelitian Anda ini : Masalah etik yang timbul adalah apabila responden dipaksa oleh peneliti untuk mengikuti penelitian ini.

7. Jika subjeknya manusia, apakah percobaan terhadap hewan sudah pernah dilakukan?. Jika tidak , sebutkan alasan mengapa langsung dilakukan terhadapa manusia ( berikan argumentasi anda secara jelas dan mudah dimengerti).

Sebelumnya belum pernah dilakukan percobaan terhadap hewan,karena pada penelitian ini perlu dilakukan wawancara(kuesioner) dengan manusia untuk mendapatkan data mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa konsumsi teh hijau maka penelitian ini tidak cocok jika dilakukan pada hewan coba.

8. Prosedur pelaksanaan penelitian atau percobaan(frekwensi, interval, dan jumlah total segala tindakan invasif yang dilakukan, dosis dan cara penggunaan obat, isotop, radiasi atau tindakan lainnya)sebutkan!

Hanya dilakukan wawancara dengan instrument kuesioner dan tingkat pengetahuan diukur dengan menurut Arikunto (2006).

9. Bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan cara yang digunakan guna pencegahannya (disebutkan jenis bahayanya). Tidak ada.

10. Pengalaman terdahulu sebelum atau sesudah penelitian dari tindakan yang akan dilakukan (baik sendiri ataupun perorangan)

Tidak ada.

11. Jika penelitian dilaksanakan pada orang sakit, sebutkan apa kegunaan bagi si sakit, dan bagaimana pula kompensasi yang diberikan jika terjadi kerugian pada jiwanya.

Tidak ada berlaku kerugian pada jiwa mahasiswa.

(5)

Dengan menggunakan absen kuliah,dipilih terdahulu 100 orang mahasiswa secara acak.Kemudian secara random,kuesionernya diberikan kepada mahasiswa untuk diisi.

13.Apa hak dan kewajiban yang bisa Anda berikan sebagai jaminan dan imbalan bagi

objek tersebut?. Jika terdapat ganti rugi, sebutkan pula berapa jumlah yang diberikan!

Hak objek penelitian,berhak menolak untuk menjadi responden

penelitian.Kewajiban responden harus mengikuti prosedur penelitian dari awal sampai akhir.

14. Sejauh mana hubungan antara subjek manusia yang diteliti dengan peneliti? (ceklist yang benar) :

a. hubungan dokter – pasien b. Hubungan guru – murid

c. Hubungan majikan - anak buah d. Mitra

e. Keluarga f. Lain-lain

15. Jelaskan cara pencatatan selama penelitian termasuk efek samping dan komplikasinya bila ada!

Pencatatan penelitian ini berdasarkan hasil kuesioner yang didapat dari wawancara dengan responden,yaitu hasil ukur tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006). Maka tidak ada efek samping dan komplikasi.

16. Jelaskan cara memberitahu dan mengajak subjek (lampiran contoh surat persetujuan penderita)! Bila memberitahukan dan kesediannya secara lisan, tulisan atau karena sesuatu hal penderita tidak dapat diminta pernyataan ataupun persetujuannya, beri pula alasan untuk itu.

Setelah membaca dan memahami isi penelitian,responden diminta untuk mengisi data identitas dan menandatangani lembar persetujuan sebagai bukti bersedia menjadi responden penelitian. Pada penelitian ini saya akan menentukan tingkat pengetahuan mahasiswa menurut Arikunto (2006).

17. Apakah subjek diansuransikan? (pilih salah satu) a. Ya

(6)

Medan, 11 Juli 2013,

Mengetahui, Menyatakan :

Dosen Pemimbing Peneliti Utama

(dr.Rusdiana, M.Kes ) (Jhananie A/P Selladurai)

(7)

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera bagi kita semua,

Saya, Jhananie A/P Selladurai, mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul

“Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran tentang Manfaat Konsumsi

Teh Hijau”. Sebagaimana kita tahu bahawa konsumsi teh hijau sangat bermanfaat untuk kesehatan berdasarkan banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap daun teh hijau. Penelitian saya ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang manfaat konsumsi teh hijau.

Penelitian saya ini menggunakan lembaran pertanyaan pilihan jawaban yang sudah saya sediakan. Saya mengharapkan kerjasama dari Saudara/i untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai dengan pertanyaan yang ada. Dengan menjawab pertanyaaan tersebut kita akan mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran tentang manfaat konsumsi teh hijau. Setelah pengisian lembaran pertanyaan Saudara/i nantinya akan mendapat penjelasan mengenai sejauh manan tingkat pengetahuan mahasiswa tentang konsumsi teh hijau. Jawaban yang Saudara/i berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas Saudara/I tetap dirahasiakan dan tidak akan dituliskan atau disebarkan. Bila terjadi sesuatu atau ada yang ingin Saudara/i tanyakan dapat menemui atau menghubungi saya di :

(8)

Keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Partisipasi Saudara/i bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudara/i berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudara/i, Saya ucapkan terima kasih.

Medan, 11 Juli 2013,

(9)

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

NO BIAYA COST

1 Printing dan fotocopy termasuk jilid & jilid senyawa Rp 75,000.00

2 Transport untuk pergi jumpa dosen dan ke lokasi penilitian Rp 80,000.00

3 Biaya untuk kuesioner Rp 50,000.00

4 Alat tulis(sebgai cenderamata bagi responden)

TOTAL

Rp 80,000.00

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

Tes Realibility

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0

Excludeda 0 .0

Total 25 100.0

.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.846 20

Item Statistic

Mean Std.

Deviation N

p1 .68 .476 25

p2 .56 .507 25

p3 .56 .507 25

p4 .48 .510 25

p5 .72 .458 25

p6 .36 .490 25

p7 .56 .507 25

p8 .72 .458 25

p9 .80 .408 25

p10 .48 .510 25

p11 .44 .507 25

p12 .76 .436 25

p13 .68 .476 25

p14 .80 .408 25

p15 .68 .476 25

p16 .60 .500 25

p17 .36 .490 25

p18 .44 .507 25

p19 .60 .500 25

(17)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

12.08 23.327 4.830 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

p1 11.40 20.667 .562 .834

p2 11.52 20.843 .481 .837

p3 11.52 20.927 .462 .838

p4 11.60 21.083 .424 .840

p5 11.36 21.157 .465 .838

p6 11.72 21.127 .435 .839

p7 11.52 20.593 .539 .834

p8 11.36 21.407 .403 .840

p9 11.28 21.710 .381 .841

p10 11.60 21.500 .331 .844

p11 11.64 21.407 .355 .843

p12 11.32 21.310 .454 .838

p13 11.40 20.917 .501 .836

p14 11.28 21.877 .336 .843

p15 11.40 21.500 .362 .842

p16 11.48 21.260 .394 .841

p17 11.72 21.377 .377 .842

p18 11.64 21.157 .411 .840

p19 11.48 21.260 .394 .841

(18)

FREQUENCIES

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 31 31.0 31.0 31.0

perempuan 69 69.0 69.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

kategori skoring

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 18 18.0 18.0 18.0

sedang 63 63.0 63.0 81.0

kurang 19 19.0 19.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 18 18.0 18.0 18.0

benar 82 82.0 82.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(19)

Pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 6 6.0 6.0 6.0

benar 94 94.0 94.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

benar 76 76.0 76.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 47 47.0 47.0 47.0

benar 53 53.0 53.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 67 67.0 67.0 67.0

benar 33 33.0 33.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 19 19.0 19.0 19.0

benar 81 81.0 81.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 13 13.0 13.0 13.0

benar 87 87.0 87.0 100.0

(20)

Pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 14 14.0 14.0 14.0

benar 86 86.0 86.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 24 24.0 24.0 24.0

benar 76 76.0 76.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 24 24.0 24.0 24.0

benar 76 76.0 76.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 21 21.0 21.0 21.0

benar 79 79.0 79.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 19 19.0 19.0 19.0

benar 81 81.0 81.0 100.0

(21)

Pertanyaan 13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 42 42.0 42.0 42.0

benar 58 58.0 58.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 23 23.0 23.0 23.0

benar 77 77.0 77.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 21 21.0 21.0 21.0

benar 79 79.0 79.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 50 50.0 50.0 50.0

benar 50 50.0 50.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 47 47.0 47.0 47.0

benar 53 53.0 53.0 100.0

(22)

Pertanyaan 18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 39 39.0 39.0 39.0

benar 61 61.0 61.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 39 39.0 39.0 39.0

benar 61 61.0 61.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pertanyaan 20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid salah 43 43.0 43.0 43.0

benar 57 57.0 57.0 100.0

(23)

jenis kelamin responden * kategori skoring Crosstabulation

kategori setambuk * kategori skoring Crosstabulation

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2006. Presedur Penelitian Suatu Penedekatan Praktik, Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.

Cabrera, C., 2006. Beneficial Effects of Green Tea-A Review.Journal of the

American College of Nutrition. 25 (2): 79-99.

Chaowei, F., 2013. Tea Consumption and Health Beneficences of Green Tea Drinking- A Community-based Cross-sectional Study in Urban Chinese Men.

British Journal of Medicine & Medical Research:1407-1417.

Dewi, F., 2009. Persepsi Terhadap Konsumsi Kopi dan Teh Mahasiswa TPB- IPB Tahun Ajaran 2007-2008. Jurnal Gizi dan Pangan, 4(1): 20-28

Dulloo, A.G., 2000. Green tea and thermogenesis: interactions between catechinpolyphenols, caffeine and sympathetic activity. Internal Journal

Obese Relation Metabolic Disorder. (24): 252-258.

Dullo, A.G., 1999. Efficacy of a green tea extract rich in catechin polyphenols and caffeine in increasing 24-h energy expenditure and fat oxidation in humans. The American Journal of Clinical Nutrition. 70 (6): 1040-1045.

Ehrlich, S.R., 2011. Green Tea. Available:http://www.umm.edu/altmed/articles- /green-tea-000255.htm. Last accessed 2 June 2013.

Haralambos, Holborn, 2004. Sociology: Themes and Perspectives Sixth Edition. Harper Collins Publisher, London.

Kavanagh, K.T., 2001. Green tea extracts decrease carcinogen-induced mammary tumor burden in rats and rate of breast cancer cell proliferation in culture. J Cell Biochem 2001. 82 (3): 387-398.

Kao, Y.H., 2006.Tea, obesity, and diabetes. Molecular nutrition and food

research. 50 (2): 188-210.

(25)

Martono, N., Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Jenderal Soedirman Purwokert Available at: [ http://nanang-martono.blog.unsoed.ac.id/files/2010/09/Perbe daan-Gender-dalam-Prestasi-Akademik-Mahasiswa-Unsoed.pdf ]

McKay, D.L., Blumberg, J.B., 2002. The role of tea in human health: An update. J Am Coll Nutr 21:1–13.

Moyers, S.B., 2004. Green tea polyphenols and cancer chemoprevention: multiple mechanisms and endpoints for phase II trials.Nutrition Review. 62 (5): 204-211.

Mowafy, A.M., Salem, H.A., Gayar, M.M., Mesery, M.E., Azab, M.F., 2011 Evaluation of renal protective effects of green tea (EGCG). Nat Prod Res; 25(8) : 850-6.

Nagao, T., Hase, T., Tokimitsu, I., 2007. A Green Tea Extract High in Catechins Reduces Body Fat and Cardiovascular Risks in Humans. Obesity (2007) 15: 1473–1483.Diunduh:Januari 17 2011http://www.nature.com/oby/journal- /v15/n6/full/oby2007176a.html.

Rusliana, 2003. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009. 4 (1): 20-28 (Diakses

tanggal 8 Desember 2013)

http://www.damandiri.or.id/file/rosidaadamunpadbab1.pdf

Sabu, M.C., 2002. Anti-diabetic activity of green tea polyphenols and their role in reducing oxidative stress in experimental diabetes. Journal of Ethnopharmacology. 83 (1-2): 109-116.

Setyamidjaja, D., 2000. Teh, Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.

Singh, D., 2001. Cutaneous photoprotection from ultraviolet injury by green tea polyphenols. Journal of the American Academy of Dermatology . 44 (3): 425-432.

Soanes, C., 2001. Oxford Dictionary of Current English, 3rd ed. Oxford: Oxford

(26)

Ullah, M.R., 1991. Tea. Di dalam Fox PF (ed.). Food Enzymology Volume 2. London and New York: Elvisier Applied Science: 163-177.

Velayutham, P., Babu, A., Liu, D., 2008. Green Tea Catechins and Cardiovascular Health: An Update. Curr Med Chem. 15 (18) : 1840–1850 . Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2748751/pdf/nihms-

145237.pdf. Accesed October 11th , 2010.

Weinreb, O., 2004. Neurological mechanisms of green tea polyphenols in Alzheimer's and Parkinson's diseases. J Nutr Biochem. 15 (9): 506-516.

Weber, J.M., 2003. Inhibition of adenovirus infection and adenain by green tea catechins. Antiviral Res. 58 (2): 167-173.

Yee, Y.K., 2002. Chinese tea consumption and lower risk of Helicobacter infection. Journal of Gastroenterology and Hepatology. 17 (5): 552-555.

(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menilai tingkat pengetahuan mahasiswa tentang manfaat mengonsumsi teh hijau, dengan menggunakan data kuesioner yang akan diberikan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara . Dalam kuesioner tersebut dilihat :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Mahasiswa yang

mengonsumsi + pengetahuan baik

Mahasiswa yang mengonsumsi +

pengetahuan kurang

Mahasiswa yang tidak mongkonsumsi + pengetahuan baik

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Konsumsi Teh Hijau Terhadap Kesehatan

Mahasiswa yang tidak mengonsumsi +

pengetahuan kurang Mahasiswa yang

mengonsumsi + pengetahuan

sedang

Mahasiswa yang tidak mengonsumsi

(28)

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Menunjukkan Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Skala

1. Mahasiswa FK merupakan mahasiswa -

angkatan 2010-2012 yang bersedia sebagai sampel pada penelitian ini.

2. Teh hijau merupakan tanaman teh (Camellia sinensis) - yang termasuk dalam genus Camelli, family

Theaceae sebagai minuman yang dipercaya

dapat menyegarkan dan berkhasiat kesehatan bagi tubuh.

3. Tingkat pengetahuan adalah pengetahuan mahasiswa Ordinal FK angkatan 2010-2012 tentang manfaat mengonsumsi

teh hijau. Cara ukur: wawancara, alat ukur: kuesioner, dengan 20 pertanyaan.

 Mahasiswa menjawab benar diberi skor 1  Mahasiswa yang menjawab dengan salah

diberi skor 0

Hasil ukur:menggunakan tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006) :

a. Baik, bila jawaban responden benar 76-100% dari total nilai angket pengetahuan.

b. Sedang, bila jawaban responden benar 56-75% dari total nilai angket pengetahuan.

(29)
(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian studi potong lintang (Cross Sectional Study) yang digunakan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran tentang manfaat mengkonsumsi teh hijau.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakn akan berlangsung dari Juli 2013 sehingga Desember 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 hingga 2012.

4.3.2. Sample

I. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode acak sederhana (simple random sampling). (Notoatmodjo,2006)

(31)

Tabel 4.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteris inklusi Kriteria eksklusi a. 1). Mahasiswa FK, USU angkatan

2010-2012.

1) Yang tidak bersedia untuk mengikuti penelitian ini.

2) Yang tidak menghadiri kuliah.

III. Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan proporsi suatu populasi dengan rumus :

n = Zα2PQ d2

n = Besar sampel minimum

Z� = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α = 0,05 (1,96)

P = 0.50

Q = (1-P); jadi bila P = 0.5 maka Q = 1-0.5 = 0.5

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang dinginkan adalah 10 %.

Maka, besar sampel yang diinginkan adalah: n = 1.96 2 × 0.5 × (1- 0.5)

(0,10)2

= 96.04 ( dibulatkan menjadi 100 orang ) = 100 orang

(32)

Mahasiswa Angkatan 2010 : 420 Mahasiswa Angkatan 2011 : 520 Mahasiswa Angkatan 2012 : 540

Jumlah total mahasiswa angkatan Fk 2010-2012 : 1480

Dengan tingkat ketepatan relative sebasar 10% dan jumlah populasi sebesar angkatan 1480 orang, maka jumlah sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus

tersebut sebanyak 100 orang. Untuk tiga stambuk, peneliti membagi sampel yaitu :

Angkatan 2010 : 420 × 100 = 28 1480

Angkatan 2011 : 520× 100 = 35 1480

Angkatan 2012 : 540× 100 = 37 1480 ___________

100

4.4. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan angket berupa kuesioner yang berisi 20 pertanyaan dan dibagikan kepada responden untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang manfaat

mengkonsumsi teh hijau bagi kesehatan.

4.4.1. Data Primer

(33)

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak universitas yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2010-2012.

4.4.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah angket yang berupa kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan. Pertanyaan dibuat berdasarkan veriabel-variabel yang akan diukur pada kerangka konsep penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Pengisisan kuesioner oleh mahasiswa akan dilakukan secara langsung, sambil diperhatikan peneliti untuk memastikan tidak ada kecurangan yang berlaku.

4.4.4. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan

reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi ‘’product moment dan uji

Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS 17. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 25 orang. Setelah uji validitas dilakukan hanya pada soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang akan diuji reliabilitasnya. Hasi uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2.

(34)

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

_______________________________________________________________ Variable Nomor Nomor Status Alpha Status

Pertanyaan Pearson Correlation

__________________________________________________________________ Pengetahuan 1 0.562 Valid 0.846 Reliable

2 0.481 Valid Reliable

3 0.462 Valid Reliable

4 0.424 Valid Reliable

5 0.465 Valid Reliable

6 0.435 Valid Reliable

7 0.539 Valid Reliable

8 0.403 Valid Reliable

9 0.381 Valid Reliable

10 0.331 Valid Reliable

11 0.355 Valid Reliable

12 0.454 Valid Reliable

13 0.501 Valid Reliable

14 0.336 Valid Reliable

15 0.362 Valid Relaible

16 0.394 Valid Relaible

17 0.377 Valid Reliable

18 0.411 Valid Reliable

19 0.394 Valid Reliable

20 0.472 Valid Reliable

(35)

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS.

Tahap-tahap pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada

kuesioner

2. Coding, yaitu memberikan kode-kodeuntuk memudahkan proses pengolahan data. 3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan computer.

(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskrispsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Indonesia. Fakultas ini merupakan salah satu Fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara, Medan. Fakultas Kedokteran USU dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan.

Fakultas ini menerima mahasiswa baru sebanyak 400 lebih setiap tahunya. Studi praklinik dimulai dari semester satu hingga semester tujuh. Dilanjutkan dengan studi klinik yang dilakukan di luar kampus pada semester delapan hingga semester dua belas. Pada fase praklinik, mahasiswa juga akan mengikuti praktikum, skill lab, dan juga tutorial. Mahasiswa akan mempelajari 16 blok utama sebelum memasuki fase klinik. Pada semester pertama mahasiswa sudah mempelajari tentang kandungan molekul-molekul pada kafein sewaktu menjalani praktikum farmakologi.

5.1.2. Deskriptif Karateristik Responden

(37)

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki- Laki 31 31

Perempuan 69 69 Total 100 100

Berdasarkan jenis kelaminnya, ada sebanyak 69 responden (69%) perempuan dan 31 responden (31%) laki-laki.

Data lengkap mengenai distribusi karakteristik responden berdasarkan stambuk dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Karakterisktik Responden Berdasarkan Stambuk

Stambuk Jumlah (n) Persentase (%)

2010 28 28

2011 2012

35 37

35 37

Total 100 100

Berdasarkan stambuk, kelompok terbesar adalah stambuk 2012 yaitu sebanyak 37 responden (37%), 35 responden (35%) dari stambuk 2011, dan terendah adalah dari stambuk 2011 yaitu sebanyak 28 responden (28%).

5.1.3. Tingkat Pengetahuan

(38)

Tabel 5.3. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, Medan

Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 18 18

Sedang Kurang

63 19

63 19

Total 100 100

Tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan terbanyak pada katergori sedang yaitu sebanyak 63 responden (63%), diikuti kategori kurang sebanyak 19 responden (19%), dan kategori baik sebanyak 18 responden (18%).

Data lengkap mengenai distribusi jawaban responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

No. Pertanyaan

Jawaban Responden Benar Salah

n % n %

1 Apakah teh hijau berkhasiat dan bermanfaat untuk kesehatan?

82 82 18 18

2 Apakah teh hijau merupakan teh herba? 76 76 24 24 3 Teh memiliki antioksidan yang paling tinggi 53 53 47 47 4 Untuk membawa keluar antioksidan dalam teh,

berapa lama anda harus mencelupkan teh tersebut?

33 33 67 67

5 Teh mana yang memiliki antioksidan yang paling rendah?

81 81 19 19

6 Menurut anda,apakah teh hijau dapat mencegah penyakit?

(39)

No. Pertanyaan

Jawaban Responden Benar Salah

n % n %

7 Apakah mengonsumsi teh hijau secara rutin dapat mengurangi risiko kanker?

87 87 13 13

8 Apakah teh hijau dapat digunakan untuk mengontrol kadar gula darah?

86 86 14 14

9 Menurut anda, apakah teh hijau

sangat bermanfaat untuk kesehatan mulut?

76 76 24 24

10 Apakah zat-zat aktif yang terkandung di dalam teh hijau berperan sebagai antiinflamasi?

76 76 24 24

Manakah di antara minuman di bawah ini akan menurunkan berat badan?

Apakah menkonsumsi teh hijau dapat

mencegah penyakit Alzheimer dan Parkinson? Apakah efek teh hijau terdapat tekanan darah? Apakah teh hijau bisa mengurangi risiko penyakit jantung?

Apakah manfaat mengonsumsi teh hijau untuk kulit? Apakah mengonsumsi teh hijau dapat

mencegah gastritis?

Bagaimanakah konsumsi teh hijau pada penderita gagal ginjal ?

Risiko konsumsi teh hijau harus diwaspadai oleh? Apakah golongan anak-anak digalakan

(40)

Berdasarkan tabel di atas, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah nomor 6 yaitu sebesar 94 responden (94%), sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 4 yaitu sebesar 67 responden (67%).

Data lengkap distribusi hasil pengetahuan tentang konsumsi teh hijau berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

Laki-laki 5 27,8 16 25,4 10 52,6 31 31

Perempuan 13 72,2 47 74.6 9 47,4 69 69

Total 18 100 63 100 19 100 100 100

n = orang % = persentase

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 5 orang (16,1%) dan responden perempuan yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 13 orang (18,8%). Responden perempuan paling banyak pada kategori tingkat pengetahuan sedang yaitu sebesar 47 responden (68,1%), sedangkan laki-laki sebanyak 14 responden (45,2%). Seterusnya sebanyak 9 responden perempuan (13,0%) dikategorikan pada tingkat pengetahuan kurang dan laki-laki sebanyak 12 responden (38,7%).

(41)

Tabel 5.6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Stambuk

Stambuk

Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

2010 6 33,3 20 31,7 2 10,5 28 28

2011 2012

4 8

22,2 44,4

25 18

39,7 28,6

6 11

31,6 57,9

35 37

35 37

Total 18 100 63 100 19 100 100 100

n = orang % = persentase

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden dari stambuk 2010 yang memiliki pengetahuan baik tentang teh hijau sebanyak 6 responden (33,3%), diikuti responden dari stambuk 2011 adalah sebanyak 4 responden (22,2%), dan sebanyak 8 responden dari stambuk 2012 (44,4%). Pada kategori tingkat pengetahuan sedang, responden paling banyak adalah dari stambuk 2011 yaitu sebesar 25 responden (39,7%), diikuti responden dari stambuk 2001 sebanyak 20 responden (31,7%) dan stambuk 2012 adalah sebanyak 18 responden (28,6%). Seterusnya kategori tingkat pengetahuan kurang baik. Jumlah responden dari stambuk 2012 yang terbanyak yaitu sebanyak 11 responden (57,9%), stambuk 2011 sebanyak 6 responden (31,6%), dan 2 responden (10,5%) dari stambuk 2010.

(42)

Tabel 5.7 Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa yang Mengonsumsi Teh Hijau

Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 7 22,58

Sedang Kurang

20 4

64,52 12,90

Total 31 100

Tabel di atas menunjukan bahwa mahasiswa yang mengonsumsi teh hijau dengan tingkat pengetahuan sedang adalah sebanyak 20 responden (64,52%), tingkat pengetahuan baik terdiri dari 7 responden (22.58%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden (12,90%). Hal ini menunjukan paling banyak mahasiswa yang mengonsumsi teh hijau dengan tingkat pengetahuan sedang adalah (64,52%).

Tabel 5.8 Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa yang Tidak Mengonsumsi Teh Hijau

Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 11 15,94

Sedang Kurang

41 17

59,42 24,64

Total 69 100

(43)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2010, 2011, dan 2012 di Fakultas Kedoktera Universitas Sumatera Utara, Medan tentang manfaat mengonsumsi teh hijau. Penelitian ini dimulai pada September 2013. Jumlah responden yang mendapat kuesioner sebanyak 100 orang.

Menurut Soanes (2001), pengetahuan merupakan informasi dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman atau pendidikan. Pengetahuan merupakan jumlah dari segala yang diketahui. Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan responden tentang manfaat mengonsumsi teh hijau dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Rata- rata hasil tingkat pengetahuan mahasiwa Fakultas Kedokteran mengenai manfaat mengonsumsi teh hijau (tabel 5.3) berada pada kategori sedang. Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa responden kurang terlibat dan juga kurang aktif dalam mencari informasi mengenai manfaat konsumsi teh hijau. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan (Dewi F, 2009), Persepsi Terhadap Konsumsi Kopi dan Teh Mahasiswa TPB-IPB Tahun Ajaran 2007-2008, di mana responden laki-laki dan responden perempuan memiliki pengetahuan mengenai kafein pada kategori sedang.

Berdasarkan tabel 5.1 (distribusi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin), dapat disimpulkan bahwa jumlah responden perempuan (69%) lebih mendominasi daripada laki-laki (31%). Hal ini karena jumlah responden perempuan dalam setiap stambuk lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Dari hasil penelitian berdasarkan stambuk pada tabel 5.2, kelompok terbesar adalah responden dari stambuk 2012 yaitu 37 responden (37%), 35 responden dari stambuk 2011(35%), dan 28 responden dari stambuk 2011(28%). Hal ini disebabkan karena jumlah mahasiswa yang diterima Fakultas Kedokteran USU setiap tahunnya selalu meningkat.

(44)

bahwa responden mengetahui secara dasar dan luaran mengenai daun teh hijau, di mana manfaat tumbuhan ini dapat mencegah berbagai penyakit. Daun teh hijau mengandung antioksidan seperti polifenol yang dapat melawan atau menetralisir radikal bebas dan antioksidan yang dapat mengurangi atau membantu mencegah beberapa kerusakan yang ditimbulkan oleh senyawa dalam tubuh (National Cancer

Institut). Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan nomor 4

yaitu sebesar 67 responden (67%). Hal ini disebabkan banyaknya responden yang beranggapan bahwa antioksidan dalam teh dapat dikeluarkan dengan penyajian selama 2-3 menit, tapi sebenarnya, penyajian teh selama 3-5 menit adalah cara untuk mendapatkan hasil maksimal antioksidan dari teh hijau. Maka, pengetahuan mengenai durasi penyajian teh merupakan proses yang penting. Tiga sampai lima menit adalah waktu yang disarankan untuk memaksimalkan hasil. (Laura J. Martin, MD on April 22, 2011, WebMD.)

(45)

bermaksud terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap konsumsi kafein dengan jenis kelamin di mana menunjukkan kecenderungan skor rata-rata pengetahuan tentang kafein responden perempuan lebih tinggi dibanding responden lelaki. Selain itu, terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh (Martono N, 2010), Perbedaan Gender dalam Prestasi Belajar Mahasiswa UNSOED, telah membuktikan prestasi akademik mahasiswa perempuan memiliki prestasi akademik lebih tinggi daripada mahasiswa laki-laki. Mitsos dan Browne (dalam Haralambos dan Horlborn, 2004)

menjelaskan bahwa terdapat bukti yang dapat menjelaskan bahwa perempuan memiliki tingkat prestasi belajar yang lebih baik daripada laki-laki. Hal ini karena, menurut mereka perempuan lebih suka membaca daripada laki-laki dan mereka juga mengatakan bahwa secara singkat dan umum ketika laki-laki menyukai sepak bola, permainan olahraga atau game dalam komputer dan menarik diri dari aktivitas

“perempuan”, perempuan lebih suka membaca atau berdiam diri.

Jika dilihat dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah responden dari stambuk 2010 yang memiliki pengetahuan baik dan sedang dengan nilai 33,3% dan 31,7%. Sedangkan responden dari stambuk 2011, mereka kebanyakan memiliki pengetahuan sedang dan kurang dengan nilai 39,7% dan 31,6%. Responden dari stambuk 2012 pula, rata-rata memiliki pengetahuan yang baik dan kurang dengan nilai 44,4% dan 57,9%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kesenioritasan mahasiswa mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang teh hijau. Stambuk 2010 yang merupakan stambuk senior di FK USU memiliki tingkat pengetahuan tertinggi tentang teh hijau.

(46)
(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Secara umum, tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang mengonsumsi dan tidak mengonsumsi tentang manfaat mengonsumsi teh hijau adalah :

− 63 % penegtahuan sedang − 1 % pengetahuan kurang

− 1 % pengetahuan baik } n = 100

Rata-rata, tingkat pengetahuan mahasiwa Fakultas Kedokteran USU mengenai manfaat mengonsumsi teh hijau berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 63%, hal ini karena pajanan mengenai informasi teh hijau adalah kurang walaupun banyak penelitian dari aspek eksperimental telah dilakukan pada tumbuhan daun teh hijau ini.

2) Tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang mengonsumsi teh hijau tentang manfaat menkonsumsi teh hijau (31 responden), 22,58% baik, 64,52% sedang, dan 12,90% kurang.

(48)

6.2 Saran

1. Bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, sebaiknya mencari informasi lebih banyak tentang manfaat konsumsi teh hijau melalui jurnal, artikel sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat menjadi dasar penemuan dalam mencegah penyakit berbahaya, seperti penyakit kanker.

2. Bagi pemberi pelayanan kesehatan, disarankan dapat menyusun strategi promosi kesehatan yang lebih informatif mengenai teh hijau khususnya pada orang dewasa .

3. Bagi para dokter, disarankan dapat memberi pengetahauan kepada pasien tentang manfaat konsumsi teh hijau supaya pasien tidak seringkali bergantung pada obat-obatan yang tidak jelas.

4. Bagi petugas kesehatan maupun puskesmas setempat, disarankan dapat memberikan informasi mengenai kebaikan konsumsi teh hijau.

5. Bagi peneliti, penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memperluas penelitian yang dilakukan terhadap teh hijau atau pengobatan herbal dalam mengurangi dan mencegah berbagai penyakit.

6. Peneliti juga menyarankan agar penelitian berikutnya dapat menggali lebih dalam mengenai manfaat konsumsi teh hijau untuk kesehatan.

7. Bagi masyarakat, disarankan dapat membudayakan teh hijau sebagai minuman sehari-hari.

(49)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang man penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penlihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo,2007)

Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai meningat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

(50)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunann hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

5. Sintesa (Syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk meletakan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melalukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

(51)

2.2. Teh Hijau 2.2.1. Definisi

Negara pertama yang menanam teh adalah India dan Cina. Teh dibuat dari daun tanaman teh Camellia sinensis yang dipetik dan mengalami proses pemanasan untuk mencegah oksidasi atau bisa diartikan minuman yang dihasilkan dari seduhan daun teh tersebut. Tanaman teh tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan sepanjang tahun tidak kurang dari 1500 mm. Tanaman ini memerlukan kelembapan tinggi dan temperature udara antara 13-29,5˚C (Sutejo, 1972). Teh termasuk minuman segar yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan diyakini memiliki khasiat kesehatan bagi tubuh. Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa komponen-komponen dalam teh tradisional ini memiliki kegunaan penting di bidang kesehatan. (American Journal of Clinical Nutrition).

Teh digolongkan ke dalam: Kingdom : Plantae

Diviso : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dicotiledonaea Ordo : Guttiferales Famili : Tehaceae Genus : Camelia

Spesies : Camelia sinensis

(52)

Tahap pengolahan teh hijau terdiri dari pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi kering, serta pengemasan.

Tabel 1 menunjukkan jenis-jenis teh dan cara pemprosesannya

2.2.2 Komposisi Teh Hijau

(53)

Karena besar pentingnya kehadiran mineral dalam teh, banyak penelitian telah dilakukan untuk menentukan kadarnya dalam daun teh hijau. Misalnya, Costa LM (2002) diamati besar variasi kandungan mineral (Al, Ca, Mg dan Mn) dalam warna hijau teh dari asal yang berbeda. Shu WS (2003) mengamati variasi besar di antara varietas teh yang berbeda dalam mengumpulkan fluoride dan aluminium.

Polifenol merupakan kelompok yang paling menarik dari komponen daun teh hijau, dan karena itu, teh hijau dapat dianggap sebagai sumber polifenol, khususnya flavonoid. Flavonoid adalah turunan fenol yang disintesis dalam jumlah besar (0.5-1.5%) dan bervariasi (lebih dari 4000 diidentifikasi), dan didistribusikan secara luas di antara tanaman lainnya. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) baru-baru ini menerbitkan sebuah database untuk kandungan flavonoid pada makanan. Flavonoid utama yang ada dalam teh hijau meliputi katekin (flavan-3-ols). Keempat catechin utama (-) - epigallocatechin-3-gallate (EGCG), yang mewakili sekitar 59% dari total katekin, (-)-epigallocatechin (EGC) (kurang lebih 19%); (-)-Epicatechin-3-gallate (ECG) (kurang lebih 13,6%); dan epikatekin (EC) (kurang lebih 6,4%). Teh hijau juga mengandung asam galat (GA) dan asam fenolat lain seperti asam klorogenat dan asam caffeic, dan flavonol seperti kaempferol, myricetin dan

quercetin. Manfaat yang berbeda pada teh hijau dapat diperoleh dari keunikan

(54)

(EGCG) terkaya dengan katekin dalam teh hijau. EGCG adalah komponen polifenol pada teh hijau yang paling banyak dipelajari dan merupakan zat yang paling aktif. (Mukhtar and Ahmad,2000). Teh hijau turut mengandung alkaloids, termasuk kafeine, theobromine, dan theophylline. Mereka memberikan efek stimulan pada teh hijau. L-theanine, komponen asam amino yang ditemukan pada teh hijau, telah diteliti untuk efeknya sebagai penenang sistem saraf.(UMM,alt,Med article)

(55)
(56)

2.2.3. Teh Hijau dan Kesehatan Manusia

Teh hijau telah dianggap sebagai obat dan minuman sehat sejak zaman kuno. Obat tradisional Cina telah merekomendasikan tanaman ini untuk sakit kepala, nyeri tubuh dan sakit, pencernaan, depresi, detoksifikasi, sebagai penambah tenaga, dan secara umum, untuk memperpanjang hidup. Daun teh hijau mengandung tiga komponen utama yang bertindak atas kesehatan manusia yaitu basis xanthic (kafein dan teofilin), minyak esensial, dan senyawa polifenol. Kafein bertindak terutama pada sistem saraf pusat, merangsang keterjagaan, meningkatkan konsentrai dan menambah semangat (Chapman & Hall 1994). Beberapa dari efek yang disebabkan oleh kafein dipengaruhi oleh teofilin dalam kandungan teh. Teofilin menginduksi aktivitas psikoaktif, juga memiliki sedikit efek inotropik dan vasodilator, dan banyak efek diuretik lebih tinggi dari kafein. Namun, efek yang paling menarik dapat dilihat pada sistem pernapasan. Teofilin menyebabkan relaksasi non-spesifik pada stimulasi otot polos bronkus. Teh hijau adalah jenis teh dengan persentase yang lebih tinggi minyak esensial (Chapman &Hall, 1994). Namun, teh hijau lebih mendapat perhatian terutama kandungan polifenolnya sebagai antioksidan. Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa ekstrak GTP (Green Tea Polyphenol) memiliki sifat antimutagenik, antidiabetes, antibakteri, anti-inflamasi, dan hipokolesterolemik. Efek menguntungkan pada penyakit mulut seperti perlindungan terhadap karies gigi, periodontal penyakit, dan tanggalnya gigi (yang secara signifikan dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan seseorang) juga telah dijelaskan (Wu CD,2002). Di antara semua GTP, catechin, dan asam galat, dianggap menjadi pemain utama dalam manfaatnnya pada kesehatan manusia. Berikut rinciannya :

a. Kegiatan antioksidan.

(57)

Mereka juga berfungsi sebagai antioksidan secara tidak langsung melalui penghambatan faktor redoxsensitive transcription, penghambatan enzim

'pro-oksidan’, seperti yang diinduksi oleh nitrat oksida sintase, lipoxygenases, cyclooxygenases dan xantin oksidase, dan induksi enzim antioksidan, seperti

glutathione-S-transferase dan superoksida dismutase. Kapasitas antioksidan GTP

telah dinilai oleh beberapa metode. Misalnya, Cao et al(1996) menggunakan kapasitas penyerapan radikal oksigen (Oxygen Resorption Assay Capacity) menemukan bahwa teh hijau memiliki aktivitas antioksidan yang jauh lebih tinggi terhadap radikal peroxyl dibandingkan sayuran seperti bawang putih, kangkung, bayam dan kecambah brussels. Saffari dan Sadrzadeh (2004) meneliti kapasitas antioksidan EGCG menggunakan membran eritrosit terikat. ATPase sebagai model, dan hasilnya menunjukkan bahwa EGCG adalah antioksidan kuat yang mampu melindungi ATPase membrane bound eritrosit terhadap stres oksidatif. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa EGCG dapat bertindak secara in vitro sebagai antioksidan dengan menghambat radikal proxyl dan peroksidasi lipid (ZhangMH 2004). Namun, kapasitas antioksidan katekin ditentukan secara in vitro tergantung pada jenis tes yang digunakan dan tidak mencerminkan faktor-faktor seperti bioavailabilitas dan metabolisme. Fakta bahwa catechin dengan cepat dan ekstensif dimetabolisme menekankan pentingnya menunjukkan aktivitas antioksidan secara in

vivo untuk mewakili dampak fisiologis konsumsi teh hijau. Frei dan Higdon (2003)

(58)

konsumsi ulang teh hijau dan encapsulated ekstrak teh hijau selama satu sampai empat minggu telah menunjukkan pengurangan status oksidatif. Erba et al.(2005) menunjukkan kemampuan teh hijau yang dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang, meningkatkan keseluruhan status antioksidan dan melindungi tubuh terhadap kerusakan oksidatif.

b. Potensi Antimutagenik dan antikarsinogenik

(59)

hipoklorit dan peroksinitrit yang diproduksi oleh neutrophil dan makrofag. Reaktor inflamasi ini bereaksi dengan residu tirosin oksidan fenolik pada protein untuk membentuk chloro dan nitrotyrosine. Selain itu, besar mekanisme aktivitas antikanker dari teh hijau pada hewan adalah dengan menghambat interaksi dengan DNA karsinogen yang menyebabkan mutasi sel. Namun demikian, kerja teh hijau serta mekanisme yang mendasarinya harus ditinjau dan peran GTP, yang dikendalilkan komponen bioaktif dan kafein, harus dievaluasi secara kritis. EGCG dari teh hijau terutama memberikan efek penghambatan pertumbuhan pada sel kanker (Int J Oncol,2004). EGCG menjanjikan antikanker yang potensial karena sifat antioksidan, antimutagenik, dan kemopreventifnya (Br J Cancer, 2004). Rosengren(2003) menunjukkan bahwa katekin teh hijau mengurangi proliferasi sel kanker payudara secara in vitro dan menurunkan pertumbuhan tumor payudara pada tikus. Selanjutnya, studi in vitro telah menunjukkan bahwa kombinasi EGCG dan

tamoxifen bersinergis memberi efek sitotoksik pada sel-sel kanker payudara. Menurut

(60)
(61)
(62)
(63)

c. Efek Anti-hipertensi Dan Risiko Penyakit Kardiovaskular

(64)

lipid adalah dengan mengganggu solubilisasi misel kolesterol dalam saluran pencernaan, yang kemudian pada gilirannya menurunkan penyerapan kolesterol. Yokozawa et al. (2002) melaporkan bahwa kerja GTP efektif menghambat LDL-kolesterol oksidasi dan peningkatan aktivitas antioksidan

serum. Selanjutnya, GTP meningkatkan kadar HDL, yang menyebabkan peningkatan

dosage-dependent dari indeks aterogenik. Dengan demikian, GTP mungkin berperan

sebagai antiatherosklerotik berdasarkan sifat antioksidan dan peningkatan tingkat HDLnya. Teh hijau memiliki manfaat dalam aktivitas oksida nitrat yang disebabkan oleh gangguan endothelium yang berkontribusi terhadap patogenesis aterosklerosis dalam sirkulasi coroner yang telah dikaitkan dengan kejadian penyakit kardiovaskuler di masa depan. Selanjutnya, disfungsi endotel ini dikaitkan dengan peningkatan stres oksidatif dan dapat diturunkan dengan intervensi antioksidan. Kemungkinan variasi antara studi yang berbeda mungkin juga disebabkan karena ketidaktahuan, faktor sosial ekonomi, dan gaya hidup yang terkait dengan minum teh hijau (yaitu, perbedaan geografis, kelas sosial, indeks massa tubuh, gaya hidup sehat, prevalensi merokok yang tinggi, asupan lemak yang tinggi, asupan alcohol dan kopi).

d. Kesehatan Mulut

(65)

bersama dengan diet kariogenik juga secara signifikan mengurangi total celah lesi karies (Wu CD 2002). Temuan terbaru dari Okamoto et al.(2004) menunjukkan bahwa katekin teh hijau mungkin memiliki potensi dalam mengurangi

periodontalbreakdown’ yang dihasilkan dari aktivitas proteinase dalam Porphyromonas gingivalis. Selain itu, teh hijau ‘decoctions’ menghambat α-amilase dalam air liur manusia yang mengurangi pelepasan maltosa sebesar 70% dan efektif menurunkan potensi kariogenik dari makanan yang mengandungi kanji (McKay DL,2002). Demikian pula, Zhang dan Kashket (1998) melaporkan bahwa ekstrak teh hijau menghambat amilase dan dapat mengurangi potensi kariogenik pada makanan yang mengandung kanji seperti kerupuk dan kue karena mereka dapat mengurangi

kecenderungan jenis makanan tersebut sebagai sumber ‘slow release’ fermentasi

karbohidrat. Sangat mungkin bahwa kariogenik dapat dikurangi dengan kehadiran simultan teh hijau dalam diet. Selain dari kandungan polifenol dalam teh hijau, baik yang berwarna hijau atau hitam, merupakan sumber alami fluoride dan penghantar yang efektif fluoride dalam rongga mulut. Menurut Simpson et al (2001), setelah membersihkan mulut dengan teh, sekitar 34% fluoride dipertahankan dan menunjukkan kemampuan yang kuat untuk berinteraksi dengan jaringan mulut dan integumen permukaannya. Kandungan fluoride mungkin memiliki dampak yang menguntungkan pada karies dan dapat pula mencegah kehilangan gigi dan kanker mulut (Sugimoto A,2004). Meskipun demikian, data menunjukkan bahwa ekstrak GTP mungkin bertanggungjawab terhadap kesehatan mulut dan juga telah dibuktikan GTP sebagai fluoride berkontribusi terhadap potensi antikariogenik (Makimura M,1991) dengan menghambat pertumbuhan bakteri mulut seperti Escherichia coli,

Streptococcus salivarius, dan Streptococcus mutans. Beberapa studi telah

(66)

e. Perlindungan Sinar Ultraviolet

Epidemiologi, uji klinis dan studi biologi telah menunjukkan bahwa sinar matahari (UV) adalah karsinogen lengkap dan paparan berulang dapat menyebabkan perkembangan berbagai gangguan kulit, termasuk melanoma dan kanker kulit non-melanoma. EGCG dianggap agen utama pelindung terhadap beberapa jenis radiasi, karena dapat mencegah penyakit kulit, dan masalah kanker akibat photoaging (Singh D,2001). Tampaknya sisa katekin juga mendukung proses ini. Katiyar (2003) menunjukkan bahwa pengobatan topikal atau konsumsi oral GTP menghambat karsinogen kimia terhadap kulit akibat radiasi UV karsinogenesis pada hewan di laboratorium yang berbeda. Pengobatan topikal GTP atau ECCG dan konsumsi oral GTP mencegah respon inflamasi akibat UVB, imunosupresi, dan stres oksidatif, yang merupakan biomarker dari beberapa kondisi penyakit kulit. Fakta ini dikaitkan dengan penghambatan infiltrasi inflamasi akibat UVB oleh leukosit. Penelitian in

vitro dan in vivo pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa GTP adalah

photoprotective di alam, dan dapat digunakan sebagai agen farmakologis untuk

pencegahan paparan UVB yang menyebabkan gangguan kulit, termasuk kanker kulit.

f. Pengendalian Berat Badan

Obesitas telah meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan dalam beberapa tahun terakhir dan sekarang menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Masalah yang berlaku dalam asupan makanan fungsional dalam mengontrol berat badan telah difokuskan pada bahan-bahan tanaman yang mampu menghambat sistem

sympathoadrenal (Dullo AG,1999). Efek dari konsumsi jangka panjang katekin telah

(67)

menunjukkan secara signifikan dapat menghampat aktivitas lipase lambung, dan dalam tingkat yang lebih rendah juga lipase pankreas. Dengan demikian, lipolisis dari trigliserida rantai panjang berkurang sebanyak 37% (Juhel C,2000). Studi in vitro juga telah menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau meningkatkan proses emulsifikasi lemak, yang terjadi sebelum enzim berkerja, dan sangat diperlukan untuk penyerapan lipid di usus (Chantre P,2002). Teh hijau juga menunjukkan pengaruh terhadap aktivitas lemak dalam menghambat sintase asam (Tian WX,2004). Selain itu, teh hijau mungkin memiliki sifat thermogenik tidak hanya disebabkan oleh kandungan kafein, tetapi juga memberi efek yang sama seperti kafein dan catechin. EGCG dapat bertindak atas tingkat AMPc dengan meningkatkan pengeluaran energi (Juhel C,2000). Dulloo et al.(1999) menggunakan ekstrak teh hijau yang kaya dengan katekin dan kafein, menyimpulkan bahwa teh hijau memiliki sifat termogenik dan mempromosikan oksidasi lemak melampaui dari yang dijelaskan oleh kandungan kafein, di mana ekstrak teh hijau mungkin memainkan peran dalam mengendalikan berat tubuh melalui aktivasi simpatik thermogenesis, oksidasi lemak, atau keduanya. Dulloo et al.(1999) menunjukkan bahwa adanya sifat termogenik teh hijau karena terdapat interaksi antara kadar katekin yang tinggi dan kehadiran kafein dengan noradrenalin simpatik, karena polifenol diketahui mampu menghambat

katekol-o-metil-transferase (enzim yang mendegradasi noradrenalin), dan penghambatan kafein

(68)

berkisar antara 25 dan 29,9 kg/m2, hanya jika mereka tidak alergi (sensitiveness) terhadap basis xantic (Kovacs EM,2004)

g. Toleransi Glukosa dan Insulin Sensitivitas

Pengamatan epidemiologi dan penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa teh hijau memiliki efek terhadap toleransi glukosa dan sensitivitas insulin. Anderson dan Polansky(2002) melaporkan bahwa teh hijau meningkatkan aktivitas insulin dan senyawa aktif dominan adalah EGCG. Penulis yang sama menunjukkan bahwa penambahan teh lemon tidak mempengaruhi aktivitas insulin-potentiating, tapi penambahan 50g per cangkir susu menurunkan aktivitas potential insulin sekitar 90%. Wu et al.(2004) meneliti pengaruh suplementasi teh hijau pada toleransi glukosa dan sensitivitas insulin pada tikus. Tikus dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok control, yang diberi makan dengan standar chow dan air suling deionisasi, sementara yang lain diberi makan dengan diet yang sama, tapi dengan teh hijau bukan air (0,5 g bubuk teh hijau lyophilized yang dilarutkan dalam 100 mL air suling deionisasi). Setelah 12 minggu pemberian suplemen teh hijau, kelompok ini memiliki tingkat glukosa plasma puasa, insulin, trigliserida, dan asam lemak bebas yang lebih rendah dari tikus kontrol. Selain itu, GTP secara signifikan meningkatkan insulin yang dirangsang penyerapan glukosa oleh sel basal dan adiposa (McKay DL,2002). Beberapa penyelidikan juga menunjukkan bahwa EGCG tidak hanya mengatur tingkat glukosa dalam darah, tetapi juga dapat merehabilitasi kerusakan beta-sel, yang bertanggung jawab untuk memproduksi insulin (Wu CH,2003).

h. Efek lainnya

(69)

Mengenai efek antivirusnya, teh hijau dikenal dapat mencegah tanaman tembakau dari serangan 'virus mosaik'. Investigasi baru telah mengkonfirmasi bahwa katekin sangat menghambat pertumbuhan dan reproduksi virus mosaik[3]. Pengaruh teh hijau menghambat virus influenza, terutama pada tahap awal, serta terhadap Herpes

simplex virus juga telah dibuktikan (Yam TS,1997). Selanjutnya, Weber et.al(2003)

(70)

antara konsumsi teh hijau dengan risiko pembentukan batu ginjal (Ishizuk H,2003) .Selain itu, ekstrak teh hijau memperlambat perkembangan kerabunan lensa mata pada tikus dan katarak yang disebabkan oleh Selenite(Thiagarajan G,2001). Gupta et al(2002) melaporkan bahwa tindakan teh hijau dengan mempertahankan efek antioksidan pada lensa. Skrzydlewska et al.(2002) menunjukkan efek menguntungkan dari teh hijau pada keracunan alkohol. Selain sebagai makanan fungsional (Ferrari CKB,2003), teh hijau juga memiliki kegunaan dalam sediaan farmasi, pembuatan pasta gigi dan kosmetik (Arburjai T,2003). Aktivitas antioksidan teh hijau membuatnya menjadi produk yang alami, efisien, dan bebas pengawet. Gagal ginjal juga merupakan kondisi dimana teh hijau telah terbukti memiliki efek perlindungan. Penurunan fungsi ginjal adalah karena efek penuaan dan gagal ginjal adalah penyebab sering fatal. Studi di Mansoura Universitas di Egyp telah menjelajahi kemungkinan untuk melindungi fungsi ginjal dari kegagalan mengancam kehidupan adalah dengan sering mengonsumsi teh hijau. Mereka menemukan hewan dengan gagal ginjal ketika diobati dengan 50mg/kg EGCG ditampilkan secara signifikan laju filtrasi glomerulus pulih dalam masa 7 hari. Hasilnya adalah malondialdehid dan sitokin inflamasi berkurang dan berlaku peningkatkan gluthationes (level antioksidan) dibandingkan dengan resveratrol dan quercetin.

2.2.4 Nilai Gizi Teh Hijau

(71)
(72)

2.2.5. Efek Berbahaya Konsumsi Teh berlebihan

(73)

ganguan tidur, muntah, diare, iritasi, denyut jantung tidak teratur, tremor, mulas, pusing, telinga berdenging, kejang, dan kebingungan (Bruneton J,2001). Teh hijau tampaknya mengurangi penyerapan zat besi dari makanan. Konsumsi teh hijau dengan dosis yang sangat tinggi dapat berakibat fatal. Dosis fatal kafein dalam teh hijau diperkirakan 10-14 gram (150-200 mg per kilogram). Tabel 4 mencakup data tentang kandungan kafein dalam jumlah minuman yang dikonsumsi. Kandungan kafein dalam teh hijau dapat bervariasi sesuai dengan jenis teh dan bentuk sediaan umumnya. Konsumsi teh hijau tidak dianjurkan pada orang yang sensitive terhadap

xanthic. Umumnya, teh kantong menghasilkan persentase kafein yang lebih tinggi

dari daun teh (Willson kC,1999). Efek negative Teofilin mirip dengan kafein, tetapi hal ini hanya terjadi dengan asupan yang tinggi.

(74)

kafein dapat menyebabkan peningkatan irama jantung dan ini meningkatkan risiko keguguran serta efek negatif lainnya. (Brineton J,2001). Selain itu, hal ini juga penting untuk mengendalikan konsumsi seiring teh hijau dan beberapa obat, karena efek diuretik kafein. Beberapa penelitian mengungkapkan kapasitas daun teh dapat mengakumulasi tingkat tinggi aluminium. Aspek ini penting bagi pasien menderita gagal ginjal kronis karena aluminium dapat diakumulasikan oleh tubuh, sehingga memuci ke penyakit saraf. Demikian, asupan makanan perlu di kontrol dengan jumlah tinggi logam ini ( Costa LM,2002). Menurut beberapa penulis, asupan makanan Al tidak boleh melebihi 6 mg / hari untuk menghindari tingkat yang berpotensi beracun(Massey RC,1991). Demikian juga, katekin dalam teh hijau mungkin memiliki afinitas untuk besi, dan infus teh hijau dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dari bioavailabilitas besi dari diet. (Hamdaoui MH,2003) Pediatrik : Teh hijau belum diteliti pada anak-anak, sehingga tidak direkomendasikan untuk penggunaan pediatrik.

(75)

2.7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Konsumsi Teh Hijau

Gambar

Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Konsumsi Teh Hijau  Terhadap Kesehatan
Tabel 3.1 Menunjukkan Definisi Operasional Penelitian No                    Variabel                                                                            Skala
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

KISI-KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER { UTS}.. Jenjang madrasah : mi

memasuki m:rsa puma tugas trnL l Oktober 2Ol7 s/d 1 Mei 2018 oleh Bank. fateng Cabang Wonogiri dengan

Pada hari ini Minggu tanggal 30 bulan September tahun 2012, pukul 13.00 WIB bertempat di Kantor Wilayah Kementerian Provinsi Agama DKI Jakarta, Pokja Pengadaan

[r]

Kel il ing Danau Unit Layanan Pengadaan (ULP) di l ingkungan Kant or Wil ayah Kement erian Agama Provinsi Jambi menet apkan sebagai pemenang pel el angan paket pekerj aan t ersebut

[r]

Pada hari ini Minggu tanggal 30 bulan September tahun 2012, pukul 13.00 WIB bertempat di Kantor Wilayah Kementerian Provinsi Agama DKI Jakarta, Pokja Pengadaan

[r]