• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

“PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI TINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011” (Study Kasus PT. Kontak Perkasa Future)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

RAHMAT ARI SEPTIAWAN 090200421

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA (Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI TINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011 (Study Kasus PT. Kontak Perkasa Future)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

Rahmat Ari Septiawan 090200421

Mengetahui:

Ketua Departemen Hukum Perdata

NIP. 19660303198508100 Dr.H.Hasim Purba, SH.M.Hum

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof.Dr.Tan Kamello, SH.MS

NIP. 196204211988031004 NIP. 195303121983031002

Ramli Siregar SH, M.Hum

(3)

KATA PENGANTAR

Ucapan Puji dan syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT Tuhan Yang

Maha Esa yang telah melimpahkan Iman dan ilmu pengetahuan yang luas yang

diberikan kepada manusia untuk kesejahteraan, penerang jalan hidup dan sebagai

langkah menuju peradaban yang abadi. Salawat serta salam kemuliaan kepada

Rasulullah Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis dalam

penyelesaian studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan untuk

memperoleh gelar

sarjana Hukum. Skripsi ini berjudul PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan, pengetahuan,

wawasan, serta bahan literatur yang penulis dapatkan. Oleh karena itu penulis

menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk

semakin menambah wawasan dan ilmu penulis.

Pada dasarnya penulisan skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja peneliti sendiri,

(4)

do’a, kritik dan saran serta semangat yang begitu besar, sehingga dalam penulisan

skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan bahagia penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini maupun kepada semua pihak yang menjadi bagian penting selama penulis

menjalankan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara (USU), yaitu

:

Yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. .Syahril Pasaribu, DTMH., MSc (CTM)., SpA(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara,. atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan bagi

penulis untuk menyelesaikan pendidikan Kenotariatan di Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. DR. Runtung, SH, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum USU Medan.

3. Prof. DR. Budiman Ginting, SH, M.Hum. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum USU.

4. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM. Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum

USU.

5. Bapak M. Husni, SH, M.Hum. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

USU.

6. Bapak Dr.Hasim Purba,SH,M.Hum. Selaku Ketua Dapertemen Perdata Fakultas

(5)

7. Ibu Sinta Uli, SH,M.Hum. Selaku ketua Dapertemen Perdata dagang Fakultas

Hukum USU.

8. Ibu Rabiatul Syahriah, SH.Mhum selaku sekretaris Dapertemen Perdata Fakultas

Hukum USU

9. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS. Selaku Dosen Pembimbing I dalam

penulisan skripsi ini yang penuh kesabaran membimbing penulis baik dalam studi

maupun dalam penulisan skripsi ini.

10.Bapak Ramli Siregar SH, M.Hum Selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan

skripsi ini yang penuh kesabaran membimbing penulis baik dalam studi maupun

dalam penulisan skripsi ini.

11. Para Guru Besar Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik dan memberikan dorongan kepada penulis yang tidak

bisa sebutkan satu persatu.

12.Abang-abang dan Kakak-Kakak karyawan tata usaha Fakultas Hukum USU yang

telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari penulis masuk

kuliah sampai penulis menyelesaikan Skipsi ini.

13.Manager beserta staf PT. Kontak Perkasa Future yang telah banyak membantu

penulis dalam memberikan data sehingga Skripsi ini selesai.

Yang Tercinta :

(6)

mengarungi bahtera kehidupan hingga mencapai gelar akademik ini. yang tanpa

bosan terus mengucurkan kasih sayangnya, harapannya, materi dan segalanya.

kakanda Nasrul Hadi, ST,.MT/Nani Fety Wulandari SE , Indra Juni Putra

SP/Yoan Immanolisa Shaptieni SH, M.Kn, Andrizal SE/Bunga Agustine Rizki

SE, Gusni Arif S.Si /Dindy Oktaviani, SE, Deski Ariato SH,.Mkn/Herli Novia

Amd.Keb, Nurhayani Amd.Keb yang telah menjadi bagian dari hidup penulis.

2. Kepada Rekan-rekan pengurus, adinda-adinda, kakanda-kakanda

teman-teman seperjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas

Hukum Universitas Sumatra Utara yang telah memberi motivasi dan pengalaman

berorganisasi bagi penulis di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, rekan-rekan lainnya seperti :

M.Dipo Syahputra Lubis (Ketua Umum HMI Komisariat Fakultas Hukum USU

Periode 2012-2013), Septya Maulid Siregar (Sekretaris Umum HMI Komisariat

Fakultas Hukum USU periode 2012-2013), M Akbar Siregar, Dhirgan Afriyanda

Segara, Sari Ramadani Lubis, Amanda Nandatama, Rabithah Khairul, Anggia

Putri Rambe, Muhammad Angga Putra, Tiesa Saleh, Hamdan, Rasoki Pardomuan

Lubis, Fadhlillah, Mutiara Parwita, Rahma Sari, Hary Azhar Ananda, M Fairuz

Zein Hasibuan, dan rekan-rekan lain yang tidak dapat penulis sebutkan

satupersatu, yang telah membantu penulis baik dengan motivasi maupun canda

(7)

3. Kepada teman-teman GLC_Projection : IPDA.Yudhi Anugrah Putra, Wisman

Goklas, Jhonatan Gery Boy, Jigoro Lumbanraja, Alvonso manihuruk SH,

Maulana Zulfadli, Dina krisyanti Rupang, Leonardi siringo-ringo, Rivai Sihaloho,

Ichan Abdillah, yang selalu setia menemani dalam suka maupun duka.

4. Kepada teman-teman Ikatan Pelajar Mahasiswa Rokan Hulu-Medan

(IPMAROHU-MEDAN) Delfi Ardiansyah ST, Opiye Putra Daulay, Rian, Tami,

Ikhsan, Pindo lubis, Al muzafri STp.

5. Kepada teman-teman Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Angkatan

2009.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

semua pihak, semoga Allah SWT meridhoi kita semua. Dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan hukum di negara Indonesia. Yakin

Usaha Sampai.

Alhamdulillah Hirobbil Alamin…

Medan, Oktober 2013 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI BERDASARKAN

KONTRAK BERJANGKA DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011

(STUDY KASUS PT.KONTAK PERKASA FUTURES PEKANBARU)

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 19

(9)

1. Dasar Hukum Pialang berjangka... 24

2. Kaidah dan Asas Hukum ... 31

a. Kidah Hukum ... 31

b. Asas Hukum ... 46

B. Kegiatan Usaha Pialang Berjangka ... 51

C. Hak dan Kewajiban Perusahaan Pialang Berjangka 58 1. Hak-Hak Perusahaan Pialang ... 58

2. Kewajiban Perusahaan Pialang ... 59

D. Hubungan Perusahaan Pialang dengan Nasabah... 66

E. Izin Wakil Pialang Berjangka ... 68

BAB III TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA A. Sejarah Perdagangan Berjangka ... 70

B. Perdagangan Berjangka di Indonesia ... 74

1. Hukum Positif Pada Perdagangan Berjangka ... 76

C. Bentuk-Bentuk Perdagangan Berjangka di Indonesia 78 1. Alur perdagangan multilateral……… 80

2. Alur perdagangan bilateral………….. ... 80

D. Manfaat Perdagangan Berjangka ... 85

(10)

1. Analisis Fundamental ... 91

2. Analisis Teknikal ... 94

BAB IV PERATURAN PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DI BIDANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

A. Perlindungan Bagi Calon Nasabah Dalam Tahap Pra Transaksi

Perdagangan Berjangka ... 101

B. Perlindungan Bagi Nasabah Dalam Tahap Pelaksanaan Transaksi

Perdagangan Berjangka ... 106

C. Perlindungan Bagi Nasabah Dalam Tahap Pasca Transaksi Perdagangan

Berjangka. ... 109

D. Jaminan Yang Dibeikan Oleh Perusahaan Pialang Kepada

Nasabah/Investor Dalam Kaitannya Perlindungan Hukum Konsumen

... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Keimpulan ... 121

B. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA

(11)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011. Oleh :

Rahmat Ari Septiawan 090200421

Skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan berjangka komoditi,untuk mengetahui peranan dari perusahaan pialang dalam menyelenggarakan transaksi perdagangan berjangka komoditi dan untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan perusahaan pialang dalam hal ini adalah PT..Kontak Perkasa Future dan nasabah/investor; dan untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi perdagangan berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam, dan khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.

(12)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011. Oleh :

Rahmat Ari Septiawan 090200421

Skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan berjangka komoditi,untuk mengetahui peranan dari perusahaan pialang dalam menyelenggarakan transaksi perdagangan berjangka komoditi dan untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan perusahaan pialang dalam hal ini adalah PT..Kontak Perkasa Future dan nasabah/investor; dan untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi perdagangan berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam, dan khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.

(13)

BAB I

`PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana

investor mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan (profit) yang besar,

dengan adanya potensi keuntungan ini perdagangan berjangka yang merupakan jenis

investasi yang tergolong baru di Indonesia, menarik minat masyarakat. Besarnya

animo masyarakat terhadap industri perdagangan berjangka secara langsung maupun

tidak langsung menyebabkan munculnya banyak perusahaan pialang berjangka,

sayangnya tidak semua perusahaan pialang berjangka yang muncul memiliki izin

usaha dari Bappebti, oleh sebab itu maka diperlukan suatu perlindungan hukum bagi

nasabah perusahaan pialang di dalam perdagangan berjangka komoditi.

Krisis ekonomi dan keuangan mereposisikan urgensi akan bursa berjangka

Indonesia yang sudah sangat telat di banding Negara lain yang telah memulai

perdagangan sejak abad lalu. Akibat kendala di atas maka sosialisasi akan perlunya

pasar perlunya pasar berjangka menjadi terabaikan

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 Jo Undang-Undang

(14)

“Perdagangan berjangka komoditi yang selanjutnya di sebut perdagangan berjangka

adalah segala sesuau yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan

margin dan dengan penyelasaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak

derivatif syariah, / kontrak derivatif lainnya.”

Kontarak berjangka komoditi adalah suatu komitmen tetap untuk

menyerahkan atau menerima sejumlah komoditi tertentu dengan kualitas yang telah

ditetapkan sepanjang masa sebelum jatuh tempo dan harga di bentuk melalui lelang

terbuka terus menerus di bursa berjangka.1

Globalisasi daan liberisasi komoditi mengharuskan Pemerintah

mengantisipasi fluktusai harga komoditi, Indonesia harus mendesain struktur

manejemen resiko yang khusus untuk mengakomodasi tidak hanya resiko harga tetapi

juga termasuk resiko lainnya yang berasosiasi dengan komoditi. Masyarakat harus

memanfaatkan semua alternative yang tersedia bagi pengelolaan resiko termasuk

segala bentuk perlindungan asuransi yang mencakup fluktuasi harga, asuransi

tanaman, kondisi iklim dan penggunaan instrument keuangan

Contohnya, petani padi, untuk

mengamankan panennya dari fluktuasi harga yang masih 3 (tiga) bulan lagi padi itu

dipanen, si petani ini mencari pembeli untuk hasil panennya yang akan diserahkan 3

bulan kemudian dengan perjanjian diawal mengenai harga dan waktu penyerahan

yang kemudian didaftarkan ke Lembaga Kliring Berjangaka. Yang diatas itulah

pengertian perdagangan berjangka secara garis besarnya

1

(15)

Kebutuhan penggunaan pasar berjangka semakin besar dalam menghadapi

pasar bebas dan globalisasi. Atas dasar tersebut, pemerintah kemudian menerbitkan

peraturan mengenai perdagangan berjangka pada tahun 1997, terbitlah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

(BAPPEBTI) sekarang telah di rubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2011 yang memberikan pengaturan dan regulasi secara garis besar dan mengenai

perdagangan berjangka di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 juga mengatur mengenai pihak-pihak

yang terkait dalam perdagangan berjangka, antara lain badan pengawas perdagangan

berjangka komoditi (BAPPEBTI) yang merupakan pengawas tertinggi, bursa

berjangka merupakan sebagai pihak yang menyelanggarakan dan menyedikan sitem

dan/atau sarana untuk kegiatan perdagangan berjangka, lembaga kliring berjangka

sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan/atau sarana

untuk kegiatan pelaksanaan kliring dan menjamin transaksi pedagangan berjangka,

pialang berjangka sebagai pihak yang bertransaksi untuk kepentingan nasabah, dan

pedagang berjangka sebagai pihak yang melakukan transaksi untuk rekeningnya

sendiri.

Untuk bursa berjangka Indonesia saat ini mempunyai 2 (dua ) bursa

berjangka, yaitu PT. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan PT. bursa komoditi dan

derivative Indonesia (BKDI). Untuk lembaga kliring berjangka saat ini ada 2 (dua)

(16)

Indentrust Secuirity Internasional (ISI). Perdagangan berjangka komoditi berbeda

dengan perdagangan di pasar modal. Pada dasar nya pasar berjangka adalah pasar

primer, karna harga di tentukan oleh komoditi yang kontraknya di perjual belikan di

bursa sedangkan pasar modal adalah pasar sekunder, karena harga nya bergantung

pada kinerja perusahaan (go public) yang saham nya di perjual belikan.

Perbedaan lain dapat dilihat dari tujuan nya. Pasar modal di selenggarankan

dengan tujuan mobilisasi dana suatu perusahan dengan menjual saham perusahaan ,

sedangkan perdagangan berjangka di selenggarakan dengan tujuan untuk pengalihan

resiko dari fluktuasi harga. Dari segi bentuk perdagangan nya, dalam pasar modal

yang terjadi adalah perdagangan secara fisik dimana jual beli saham secara fisik,

sehingga terjadi serah terima saham secara fisik dengan kewajiban membayar 100%

dari transaksi, sedangkan perdagangan berjangka yang di perdagangkan adalah janji

atau kesepakatan untuk menyerahkan atau menerima suatu barang tertentu di

kemudian hari, penjual dan pembeli dalam pasar berjangka wajib menyerahkan

sejumlah dana, sekitar 5-10 % dari nilai komoditi yang di transaksi sebagai margin2

Adapun transaksi kontrak berjangka dapat terjadi baik di dalam maupun di

luar bursa. Kontrak berjangka yang ditransaksikan di dalam bursa diatur dengan

Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2001 tentang komoditi yang dapat dijadikan

Subjek Kontrak Berjangka, sementara untuk kontrak berjangka yang ditransaksikan

di luar bursa diatur dalam Peraturan Kepala BAPPEBTI Nomor

.

2

(17)

72/BAPPEBTI/Per/9/2009 tentang kontrak derivatif yang diperdagangkan dalam

sistem perdagangan alternatif. perdagangan berjangka menawarkan banyak

kesempatan bagi investor dengan modal dan adanya resiko. speculator berjangka

yang berinvestasi di komoditi berjangka sama hal nya dengan mereka yang

berinvestasi pada saham, obligasi dan property yaitu mengambil keuntungan dengan

mengambil resiko tentunya dengan ekspetsi mendapatkan keuntungan dari

pergerakan harga.

Sebagai suatu sarana lindung nilai, perdagangan berjangka memiliki ciri high

risk high return. Kemungkinan nasabah untuk mendapatkan keuntungan dari

transaksi kontrak berjangka sama besarnya dengan kemungkinan kerugian. Nasabah

dapat menderita kehilangan seluruh dana yang telah disetorkan. Kegunaan pasar

berjangka sama dengan seabad yang lalu : yaitu menyediakan mekanisme yang

efisien dan efektif untuk menajemen resiko harga bagi produsen dan konsumen

komoditi dengan melindungi resiko nya yang di ambil alih oleh spekulan. Jelas tanpa

adanya spekulan pasar akan kurang bergairah, dan bursa akan hidup jika banyak

locals, yaitu perdagangan berjangka yang mengmbil resiko dari produsen dan

pengguna komoditi dengan maksud untuk mendapat kan keuntungan yang berarti,

dengan menganalisa pasar dengan cermat, speculator menginvestasikan modalnya

atas resiko yang ada untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 beserta peraturan pelaksanaannya

(18)

lain prosedur pemberian izin bagi pialang berjangka, pengaturan mengenai prinsip

Know Your Customer, kewajiban menyetorkan dana ke rekening terpisah,

pengelolaan rekening terpisah, mekanisme penyaluran amanat, serta sanksi apabila

terjadi pelanggaran terhadap peraturan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 beserta peraturan pelaksanaannya

juga telah memberikan pengaturan mengenai perlindungan terhadap nasabah, antara

lain prosedur pemberian izin bagi pialang berjangka, pengaturan mengenai prinsip

Know Your Customer, kewajiban menyetorkan dana ke rekening terpisah,

pengelolaan rekening terpisah, mekanisme penyaluran amanat, serta sanksi apabila

terjadi pelanggaran terhadap peraturan.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 juga mengatur mengenai

penyelesaian apabila terjadi perselisihan perdata di antara para pihak dalam

perdagangan berjangka. Semua ketentuan ini bertujuan untuk memberikan

perlindungan kepada nasabah. Walaupun peraturan perundang-undangan di bidang

perdagangan berjangka memberikan aturan sedemikian rupa sebagai upaya

memberikan perlindungan bagi nasabah, dalam prakteknya banyak nasabah yang

merasa tidak puas atau dirugikan dalam transaksi.

Menyikapi hal tersebut dia atas, maka pada kesempatan ini penulis ingin

(19)

melakukan transaksi perdagangan berjangka komoditi pada perusahaan pialang

berjangka, kedalam skripsi yang berjudul

“Perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi berdasarkan kontrak berjangka di tinjau dari undang-undang nomor 10 tahun 2011 tentang bappebti (study kasus pt.kontak perkasa futures pekanbaru)”

B. Perumusan Permasalahan

1. Bagaimanakah peran serta perusahaan pialang berjangka dalam transaksi

dan perjanjian perdagangan berjangka komoditi?

2. Mengapa diperlukan perlindungan hukum bagi nasabah dalam perdagangan

berjangka komoditi?

3. Bagaimanakah aturan-aturan di bidang perdagangan berjangka yang berlaku

saat ini dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Selain itu berdasarkan

permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan yang hendak dicapai oleh

(20)

1. Untuk mengetahui peranan dari perusahaan pialang PT..Kontak Perkasa

Future dalam menyelenggarakan transaksi dan perjanjian di bidang

perdagangan berjangka komoditi

2. Untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan

pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan PT.

Kontak Perkasa Future dan nasabah/investor; dan

3. Untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi perdagangan

berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam, dan

khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini yakni:

1. Secara Teoretis

Dapat mengetahui peraturan hukum apa yang dipakai perusahaan pialauntuk

tercapainya perlindungan hukum bagi nasabah/investor dalam transaksi

perdagangan berjangka komoditi di Indonesia saat ini.

2. Secara Praktis

Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut

mengenai dasar perlindungan hukum dalam transaksi perdagangan berjangka

(21)

D. Keaslian Penulisan

Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan

Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Uu No 10 Tahun 2011 Perubahan Atas Uu No 32

Tahun 1997 tentang Bappebti, yang diangakat menjadi judul skripsi ini merupakan

hasil karya penulis sendiri dan belum pernah di tulis sebelumnya di lingkungan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

Dilihat dari permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini,

Maka dapat dikatakan penulisan skripsi ini merupakan karya asli dengan melihat

dasar-dasar yang telah ada baik melalui literature-literatur yang di peroleh dari

perpustakaan, dari media masa , baik media cetak, maupun media elektronik, yang

dituangkan dalam skripsi ini serta ditambah lagi dengan riset ke lapangan.

Apabila ternyata suatu saat nanti terdapat judul dan permasalahan yang sama dengan

skripsi ini dibuat,maka akan di pertanggung jawabkan sepenuhnya.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, yang menjadi dasar penelitian adalah teori pasar bebas

yang dikemukakan oleh Adam Smith3

3

Adam Smith dalam bukunya An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth of

Memasuki era pasar bebas, banyak tantangan

dan persaingan yang harus dihadapi oleh dunia usaha, termasuk di dalamnya industri

(22)

perdagangan berjangka. Kondisi yang demikian pada satu pihak member manfaat

bagi konsumen (dalam hal ini nasabah di perdagangan Berjangka) karena dengan

adanya pasar bebas maka kebebasan konsumen (dalam hal ini nasabah di bidang

perdagangan Berjangka) untuk memilih produk dan jasa dari suatu perusahaan

pialang Berjangka semakin terbuka. Di sisi lain, kondisi tersebut dapat

mengakibatkan kedudukan pelaku usaha (dalam hal ini Pialang Berjangka) dan

konsumen (nasabah) menjadi tidak seimbang. Nasabah berada pada posisi yang

lemah dan menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraih keuntungan yang

sebesar-besarnya oleh pelaku usaha (Pialang Berjangka). Faktor utama yang menjadi

kelemahan konsumen (nasabah) adalah tingkat kesadaran nasabah akan hak-haknya

masih sangat rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu mekanisme perlindungan

kepada nasabah.

Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 2011 tentang perdagangan berjangka

komoditi menyebutkan bahwa :

“Perdagangan berjangka komoditi yang selanjutnya di sebut perdagangan berjangka adalah segala sesuau yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan margin dan dengan penyelasaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah, / kontrak derivatif lainnya.”. 4

“Komoditi adalah semua barang, jasa, hak dan kepentingan lainnya, dan setiap derivatif dari Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.5

“Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut Bappebti adalah lembaga pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan, dan pengawasan Perdagangan Berjangka”.6

4

Undang-Undang nomor 10 tahun 2011 Pasal 1 angka 1

5

(23)

“Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.7

“Kontrak Berjangka adalah suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual Komoditi dengan penyelesaian kemudian sebagaimana ditetapkan di dalam kontrak yang diperdagangkan di Bursa Berjangka”.8

“Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Lembaga Kliring Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Perdagangan Berjangka”.9

“Anggota Bursa Berjangka adalah Pihak yang mempunyai hak untuk menggunakan sistem dan/atau sarana Bursa Berjangka dan hak untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya sesuai dengan peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka”.10

“Anggota Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Anggota Kliring Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang mendapat hak untuk menggunakansistem dan/atau sarana Lembaga Kliring Berjangka dan mendapat hak dari Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kliring dan mendapatkan penjaminan dalam rangka penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.11

“Pialang Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai Margin untuk menjamin transaksi tersebut”.12

“Pedagang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang selanjutnya disebut Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak

(24)

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok usahanya.”13

“Nasabah adalah Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola oleh Pialang Berjangka”14

“Dana Kompensasi adalah dana yang digunakan untuk membayar ganti rugi kepada Nasabah yang bukan Anggota Bursa Berjangka karena cedera janji dan/atau kesalahan yang dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka dalam kedudukannya sebagai Pialang Berjangka”.15

“Margin adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh Nasabah pada Pialang Berjangka, Pialang Berjangka pada Anggota Kliring Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring Berjangka untuk menjamin pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.16

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka metode penelitian yang digunakan

antara lain :

1. Spesifikasi penelitian

Dalam menyusun skripsi ini digunakan penelitian yuridis normatif, yaitu suatu

bentuk penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik pelaksanaan hukum positif, yang

menyangkut dengan permasalahan yang diselidiki. Dalam penelitian ini tidak hanya

dilakukan pengolahan data dan penyusunannya, tetepi yang lebih penting adalah

(25)

analisis dan interpretasi atas data yang telah didapat tersebut agar diketahui

maksudnya. Dalam pelaksanaannya penelitian ini merupakan suatu penelitian

lapangan, sehingga dengan penelitian ini diharapkan mampu menyelesaikan

permasalahan-permasalahan mengenai perlindungan hukum bagi nasabah perusahaan

pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi di PT. kontak perkasa future yang

sedang penulis teliti.

Penelitian normatif17 adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan

meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Berdasarkan tujuan yang hendak

dicapai pada penelitian ini, maka metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian

ini adalah metode pendekatan yuridis empiris.18

17

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS), 2012, Hal 13-14

Pendekatan yuridis digunakan untuk

menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan yang memuat ketentuan

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perlindungan hukum nasabah

perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi di tinjau dari

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 (study kasus pada PT.Kontak Perkasa Futures,

Cabang pekanbaru), sedangkan pendekatan empiris dipergunakan bukan semata-mata

sebagai suatu seperangkat aturan perundang-undangan yang bersifat normatif, akan

tetapi hukum dilihat sebagai perilaku masyarakat, selalu berinteraksi dan

berhubungan dengan aspek kemasyarakatan, seperti politik, ekonomi, social dan

budaya.

18

(26)

Berbagai temuan lapangan yang bersifat individual akan dijadikan bahan utama

dalam mengungkapkan permasalahan yang di teliti dengan berpegang pada ketentuan

yang normatif.

2. Sumber dan jenis data

Data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini terdiri dari data sekunder dan

data prime.

a. Data sekunder19

Data sekunder adalah data yang didapat dari penelitian kepustakaan dengan

cara study dokumen atau tulisan yang telah dipublikasikan oleh penulisnya,

dibedakan menjadi :

1) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat secara yuridis dan

terdiri dari :

a). Norma atau kaidah dasar yaitu Undang –Undang dasar 1945

b). Peraturan dasar

(1) batang tubuh UUD 1945

(2) ketetapan MPR.

c). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (burgerlijk wetboek)

d). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka

Komoditi.

19

(27)

e). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka

Komoditi.

f). Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

g). Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Perdagangan Berjangka Komoditi

h). Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2001 tentang Komoditi yang Dapat

Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka

i). Peraturan Kepala Bappebti Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 dan Nomor

64/BAPPEBTI/Per/9/2009 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang

Berjangka

j). Bahan hukum yang tidak dikodefikasikan

Yang dimaksud dengan kodefikasi adalah pembukuan jenis-jenis hukum

tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap.20

k). Yurissprudensi

Yang dimaksud dengan yurisprudensi ialah keputussan hakim terdahulu

yang sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian

mengenai masalah yang sama.21

2). Bahan Hukum Sekunder

20

C. S. T. kansil,” Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN. Balai Pusataka, Jakarta, 1982, hal. 70

21

(28)

Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami bahan hukum primer

seperti :

a). Buku-buku hasil karya para serjana.

b). Hasil-hasil penelitian

c). Berbagai hasil pertemuan ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan

yang dibahas

b. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari narasumber yang

dianggap mengetahui segala informasi yang diperlukan dalam penelitian, yang

berupa pengalaman praktik dan pendapat subyek penelitian tentang segala sesuatu

yang berkaitan dengan perlindungan hukum nasabah perusahaan pilang terhadap

perdagangan berjangka komoditi (study kasus PT. Kontak Perkasa Future cabang

Pekanbaru).

c. Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan informasi tentang

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari :

a). Kamus Hukum

b). Kamus-kamus lainnya yang menyangkut penelitian ini.

3. Alat Pengumpulan Daata

(29)

a. Wawancara

Wawancara (interview) adalah situasi peran antara pribadi bertatap

muka (face to face), untuk seseorang yang dirancang untuk memperoleh

jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang

responden22

Wawancara ini, responden yang diwawancarai adalah Syahyuda

Ningsih sebagai wakil pialang berjangka PT.Kontak Perkasa Future cabang

Pekanbaru dengan Nomor SK 558/BAPPEBTI/SI/10/2011 dari Bapebbti yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Dari hasil wawancara ini

diharapkan dapat memberikan gambaran dalam praktik tentang perlindungan

hukum nasabah perusahan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi

ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 TAHUN 2011 tentang Perdagangan

Berjangka Komodit (study kasus PT.Kontak Perkasa Future).

. Metode wawancara dianggap sebagai metode yang paling efektif

dalam pengumpulan data primer dilapangan, karene interviewer dapat

bertatap muka langsung dengan responden untuk menyatakan fakta-fakta

yangada dan pendapat (opinion ) maupun persepsi dari responden.

b. Studi Kepustakaan

Dipergunakan untuk mendapatkan landasan-landasan teoritis berupa

pendapat-pendapat atau tulisan-tulisan para ahli atau pihak-pihak lain yang

22

(30)

berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik dalam bentuk

ketentuan-ketentuan formal maupun melalui data naskah resmi yang ada.

c. Pengamatan atau observasi

Adapun tujuan utama daripada pengamatan atau observasi, adalah antara lain :

a) Mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau

sekelompok manusia, sebagaimana terjadi didalam kenyataannya. Hal ini

memungkinkan peneliti untuk memahami perilaku yang diamati dalam

prosesnya.

b) Mendapatkan deskripsi yang relative lengkap mengenai kehidupan social

atau salah satu aspeknya.

c) Mengadakan eksplorasi (penjelajahan)

Dari sudut prosedurnya, maka dibedakan antara pengamatan terlibat

(“participant observation”), dengan pengamatan tidak terlibat (“non

participant observation”)23

4. Analisis Data

.

Analisis dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan interpretasi secara logis,

sistematis, dan konsisten sesuai dengan teknik yang dipakai dalam pengumpulan data

dan sifat data yang diperoleh. Dalam menganalisis data menganalisis data penelitian

ini dipergunakan system primer dan data sekunder yang telah disusun secara

sistematis kemudian di analisa secara kualitatif dengan menggunakan metode

deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan

23

(31)

membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan

berbaggai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga

memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan penelitian yang di rumuskan. Dari hasil

penelitian tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal

yang bersifat umum menuju ke hal yang bersifat khusus, yang merupakan jawabab

atas permasalahan yang ada dalam penelitian ini.24

G.Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus

diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka

diperlukan suatu sestematika penulisan yang teratur yang penulis bagi dalam

bab per bab, dimana masing-masing bab ini saling berkaitan antara satu sama lain.

Adapun yang menjadi sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V (lima) Bab

diamana terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

tinjauan kepustakaan, metode penulisan, keaslian penulisan,dan sistematika

penulisan.

24

(32)

BAB II PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG

DALAM TRANSAKSI DAN PERJANJIAN PERDAGANGAN

BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA

Meliputi pengertian perusahaan pialang berjangka, dasar hukum pialang

berjangka, kaidah an asas hukum, kegiatan usaha pialang berjangka, hak

dan kewajiban perusahaan pialang berjangka, hubungan perusahaan

pialang dengan nasabah, izin wakil pialang berjangka yang diberikan

oleh bappebti

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN

BERJANGKA

Meliputi sejarah perdangan berjangka, perdagangan berjangka di

indonesia, hukum positif pada perdagangan berjangka,manfaat

perdagangan berjangka, resiko perdagangan berjangka

BAB IV PERATURAN PERLINDUNGAN NASABAH DI BIDANG

PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Meliputi perlindungan bagi calon nasabah dalam tahap pra transaksi

perdagangan berjangka, perlindungan bagi nasabah dalam tahap

pelaksanaan transaksi perdagangan berjangka, perlindungan bagi

nasabah dalam tahap pasca transaksi perdagangan berjangka, jaminan

(33)

kaitannya perlindungan hukum konsumen, permasalahan penerapan

aturan perlindungan nasabah dalam berdagangan berjangka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Meliputi Kesimpulan dan Saran serta di ikuti dengan Daftar Pustaka dan

(34)

BAB II

PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA

A. Pengertian Perusahaan Pialang

Perusahaan Pialang atau juga disebut Broker Aggota Bursa (AB), adalah

pihak yang membantu investor untuk melakukan pembelian atau penjualan efek di

bursa.25

Perusahaan Pialang melakukan suatu transaksi yaitu membeli dan menjual

(menawarkan) efek di lantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor.

Dengan demikian, Perusahaan Pialang hanya akan melakukan pembelian atau

penjualan jika sudah mnendapat perintah dari Investor.

Harga dan besarnya volume juga ditentukan oleh Investor. Jadi perusahaan pialang

tidak bisa menetapkan harga atau jumlah yang akan dibeli / jual sekehendak hatinya.

Namun ada juga perusahaan pialang yang melakukan pembelian atau penjualan atas

nama perusahaan pialang itu sendiri.26

25

Sawidji Widoatmodjo, Cara Cepat Memulai Investasi Saham, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2004), hal.6

26

(35)

Jadi dapat disimpulkan perusahaan pialang yang selanjutnya disebut Pilang berjangka

adalah badan usaha yang melakukan kegiatan sebagai perantara jual beli kontrak

berjangka untuk dan atas perintah/amanat dari pihak ketiga (nasabah) dan berhak

menarik uang jaminan (margin) atas setiap transaksi tersebut sesuai dengan

peraturan.27

Pialang berjangka merupakan professional utama dalam kegiatan transaksi

perdagangan berjangka ini, pialang berjangka adalah satu-satunya profesioanal yang

boleh menerima amanat (order) dari nasabah dan diteruskan untuk ditransaksikan

dipasar berjangka. Pialang berjangka mewakili nasabahnya dalam semua urusan yang

berhubungan dengan bursa berjangka dan lembaga kliring berjangka.

Kegiatan usaha sebagai pialang berjangka hanya dapat dilakukan oleh anggota

bursa berjangka yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memporoleh izin

usaha pialang berjangka dari Bappebti, serta memiliki integritas keuangan serta

integritas pribadi yang baik, reputasi bisnis yang baik dan memiliki kacakapan dan

profesi dan adanya wakil pialang berjangka.

Untuk melindungi nasabahnya, pialang berjangka wajib mengetahui keadaan

kemampuan nasabahnya, baik dari segi keuangan (financial),, pengetahuan nasabah

mengenai perdaganagan berjangka dan juga menjamin nasabahnya untuk tidak

melakukan tindakan yang bertentangan dagan peraturan yang berlaku.

Dalam melaksanakan kegiatannya ,pialang berjangka ini wajib menunjuk wakil

pialang berjangka sebagai tenaga profesioanal yang telah lulus ujian yang di

27

(36)

selenggarakan oleh Bappebti dan semua kegiatan yang berhubungan dengan nasabah

dilakukan oleh wakil pialang berjangka.

Wakil pialang berjangka adalah orang perseorangan yang berdasarkan kesepakatan,

melaksanakan sebagian fungsi pialang berjangka, dalam melaksanakan tugas nya,

wakil pialang berjangka harus mendapatkan izin dari bappebti.28

1. Dasar Hukum Pialang Berjangka

Semua operasi yang berhubungan dengan industri berjangka dan pegawainya

secara ketat diatur dan dilisensi oleh Bappebti, lembaga pemerintah yang berada di

bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Badan ini sama dengan Bapepam

yang mengawai pasar modal. Bappebti dapat berbagi kekuasaannya dengan asosiasi

berjangka. Fungsi utama asosiasi berjangka adalah untuk memastikan melalui

self-regulation standar perilaku yang tinggi dan profesionalisme serta tanggungjawab

keuangan atas nama individu dan organisasi yang menjadi anggotanya seperti :

pialang, IB, CTA, pool operator, AP, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan

tanggungjawab keuangan, asosiasi melakukan audit berkala dari catatan keuangan

dan lainnya dari anggotanya, memonitori praktek penjualan, dan menyediakan

mekanisme arbitrase bagi sengketa yang berhubungan dengan transaksi berjangka

antar anggota asosiasi dengan publik yang berinvestasi.29

28 ibid

(37)

Setiap orang yang mengirimkan dananya untuk berinvestasi di perusahaan pialang

harus tahu status perusahaan yang akan di lakukan untuk investasi / bisnis. Apakah

perusahaan tersebut memiliki legitimasi dan terdaftar sebagai pialang dan memiliki

lisensi Bappebti. Untuk mencek apakah perusahaan pialang dan individu yang

bekerja perusahaan tersebut dapat dipercaya, maka dapat langsung menanyakan ke

Bappebti, Bursa, dan Asosiasi.30

Perusahaan PT. Kontak Perkasa Futures misalnya, dalam hal ini terdaftar dan juga

penasihat memiliki lisensi dari Bappebti, serta anggota Bursa dan Lembaga Kliring.

Seperti yang kita lihat bahwa untuk menanamkan investasi, seorang Nasabah /

Investor harus memilih perusahaan yang baik untuk di jadikan lahan investasi. Seperti

di Jakarta misalnya hampir disetiap gedung di segitiga emas terdapat minimal satu

perusahaan futures. Perusahaan tersebut ada yang resmi dan ada yang tidak resmi.

Perusahaan yang resmi akan selalu tercatat dalam pengawasan Bappebti. Untuk itu

harus berhati-hati jika mendapatkan penawaran untuk melakukan forex trading dari

perusahaan futures namun perusahaan tersebut tidak terdaftar di Bappebti.

Cara untuk melakukan pengecekan apakah sebuah perusahaan futures merupakan

anggota Bappebti atau bukan adalah dengan mengunjungi website nya ataupun di

alamat Graha Mandiri, Jalan Imam Bonjol No. 61, 4 th Fl Indonesia. 10310

(38)

Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan, guna menjamin bahwa perusahaan pialang

yang kita pilih benar-benar bertanggung jawab, dan menjadi tempat yang aman untuk

melakukan kegiatan investasi yakni sebagai berikut :

1. Siapa pemegang saham utama perusahaan pialang tersebut.

2. Berapa lama perusahaan pialang tersebut telah beroperasi.

3. Berapa banyak tenaga profesional yang telah memiliki ijin dari Bapebti

4. Berapa besar komisi yang dibebankan kepada nasabah/Investor.

5. Apakah perusahaan pialang itu memiliki bagian riset? Mintalah contoh laporan

risetnya.

6. Bagaimanakah format laporan bulanan kepada Investor? mintalah contohnya.

7. Berapa besar asuransi yang ditutup oleh perusahaan pialang tersebut untuk

melindungi rekening investor, jika terjadi kebangkrutan

8. . Apakah perusahaan pialang itu anggota KPEI (Kliring Penjamin Efek

Indonesia).

9. Apakah perusahaan Pialang itu anggota bursa? Kalau tidak, pada perusahaan

pialang manakah ordernya diteruskan.

10.Apakah perusahaan pialang tersebut menyimpan saham Investor / Nasabah dalam

(39)

11.Dapatlah ditunjukan kepada Anda, contoh order yang sudah dikonfirmasi yang

menjamin order telah dilaksanakan sesuai prioritas harga dan waktu31

Selain itu dapat juga kita ketahui bahwa tidak semua perusahaan pialang sama karena

yang komisinya ( Commision fee) murah ada juga yang mahal, ada yang

pelayanannya lengkap, tetapi ada juga pelayanannya tidak lengkap (misalnya tidak

menyediakan analisis dan penasihat investasi). Perusahaan yang memberikan

pelayanan yang lengkap biasanya komisinya mahal.

Tidak semua saham dapat dijadikan agunan kredit bank. Hanya yang terdaftar

dan yang diperjualbelikan dipasar modal yang memenuhi syarat. Ketentuan ini

bertujuan membatasi terjadinya spekulasi dan persekongkolan antara debitur dengan

komite kredit (loan committee) untuk menerima saham yang belum dikenal kekuatan

nilainya.

Syarat pendaftaran ditinjau dari segi hukum, sangat realistis dan objektif. Syarat ini

merupakan pendorong ke arah pembinaan pengembangan perusahaan yang

benar-benar ditanggung organisasi, permodalan dan menejemennya. Hanya perusahaan

yang berkualitas yang berani menempatkan prospectusnya secara terbuka untuk

memperoleh pendaftaran32

31

Sawidji Widoatmodjo,. Op. Cit,. hal 7

32

(40)

Selain hal diatas, sangat disarankan untuk setiap investor menjalankan investasinya

pada pialang yang memiliki izin resmi dari pemerintah.

Daftar Pialang-pialang Berjangka yang memiliki azin resmi dari pemerintah dapat

dilihat pada

Ciri-ciri pialang illegal adalah :

a. Tidak terdaftar di BBJ.

b. Tidak terdaftar di Bappebti.

c. Tidak terdaftar di KBI.

d. Tidak mempunyai Ijin transaksi luar negeri

1). Bursa Berjangka di Jakarta

Fungsi utama BBJ adalah menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan

bertransaksi Kontrak Berjangka. Harga ditentukan melalui metode elektronis, melalui

interaksi antara permintaan dan penawaran dalam sistem perdagangan. Berikut detail

tentang BBJ33

a). Didirikan pada tanggal 21 November 2000.

b). Menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak

Berjangka atau pasar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli semua jenis

perdagangan berjangka di Indonesia.

33

(41)

c). Menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak

Berjangka atau pasar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli semua jenis

perdagangan index, komoditi dan forex.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau Bappebti dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka

Komoditi merupakan salah satu unit eselon I berada di bawah naungan Departemen

Perindustrian dan Perdagangan berikut detail dengan Babeppti :

a) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan

Berjangka Komoditi, Berjangka serta pasar fisik dan jasa.

b) Situs resmi : http://www.Bappebti.go.id.

c) Perusahaan terdaftar di http://www.bappebti.go.id/data/perusahaanpialang.asp

d) Unit eselon I berada di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

e) Bertugas melaksanakan pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan

perdagangan.34

Secara praktis Bappebti berfungsi sebagai pengawas keamanan bertransaksi dalam

semua perdagangan berjangka di Indonesia, termasuk di dalamnya Forex Trading.

Secara aktif Bappebti mengeluarkan berbagai regulasi dan peraturan dengan tujuan

34

(42)

menjaga keamanan investor dalam bertransaksi di bidang perdagangan komoditi

berjangka.

2). PT. Kliring Berjangka Indonesia (KBI) adalah suatu perusahaan negara

(BUMN) yang telah mendapat izin usaha dari Bappebti untuk melakukan

penyelesaian dan penjaminan transaksi perdagangan berjangka di bursa berjangka.

Berikut detail tentang KBI35

a) Didirikan pada tanggal 25 Agustus tahun 1984 :

b) Salah satu otoritas pada Industri Berjangka dan Derivatif di Indonesia yang saat ini

dimiliki secara penuh oleh Pemerintah Republik Indonesia.

c) Berfungsi untuk mendukung kegiatan perdagangan secara teratur, wajar, aman dan

efisien.

d) Dari sisi investor, keberadaan KBI menjamin bahwa setiap dana yang

diinvestasikan melalui pialang tidak disalah gunakan untuk kegiatan perusahaan

pialang secara pribadi dengan menunjuk Bank Penyimpan untuk Segregated

Account dari pialang untuk menampung dana Nasabah.

3). Definisi Segregated Account : Rekening terpisah dari Perusahaan Pialang yang

menampung dana nasabah sehingga jika Pialang mengalami insolvency, dana

Nasabah dapat diamankan. Seperated bank account to hold customer funds so that if

35

(43)

a brokerage house becomes insolvent, the customers' funds will be readily

recognizable and will not be tied up in litigation period of times.36

2. Kaidah dan Asas Hukum Kegiatan Pialang Berjangka

a. Kaidah Hukum

Kaidah-kaidah hukum perdata umumnya termuat dalam kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Di samping itu, tentu saja juga

kaidah-kaidah hukum perdata adat, yang tidak tertulis, tetapi ditunjuk oleh

pengadilan-pengadilan dalam perkara-perkara tertentu.

Kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah hukum antra pelaku

usaha penyedia barang dan/atau penyelenggara jasa dengan konsumennya

masing-masing termuat dalam:

1. KUH Perdata, terutama dalam Buku kedua, ketiga, dan keempat;

2. KUHD, Buku kesatu dan Buku kedua;

3. Berbagai peraturan perundang-undangan lain yang memuat kaidah-kaidah

hukum bersifat perdata tentang subjek-subjek hukum, hubungan hukum dan

36

(44)

masalah antara penyedia barang atau penyelenggara jasa tertentu dan

konsumen.37

Beberapa hal yang dinilai penting dalam hubungan konsumen dan penyedia barang

dan/atau penyelenggara jasa (pelaku usaha) antara lain sebagai berikut.

1) Hal-Hal yang Berkaitan dengan Informasi

Bagi konsumen, informasi tentang barang dan/atau jasa merupakan kebutuhan

pokok, sebelum ia menggunakan sumber dananya untuk mengadakan transaksi

konsumen tentang barang/jasa tersebut. Dengan transaksi konsumen dimaksudkan

diadakannya hubungan hukum (jual beli, beli-sewa, sewa-menyewa,

pinjam-meminjan, dan sebagainya) tentang produk konsumen dengan pelaku usaha itu.

Informasi-informasi tersebut meliputi tentang ketersediaan barang atau jasa yang

dibutuhkan masyarakat konsumen/nasabah, tentang kualitas produk, keamanannya,

harga, tentang berbagai persyaratan dan/atau cara memperolehnya tentang jaminan

atau garansi produk, persediaan suku cadang, tersedianya pelayanan jasa purna jual,

dan lain-lain yang berkaitan dengan itu.

Informasi dari kalangan pemerintah dapat diserap dari berbagai penjelasan, siaran,

keterangan, penyusun peraturan perundang-undangan secara umum dalam rangka

deregulasi, dan/atau tindakan pemerintah pada umumnya atau tentang suatu produk

37

(45)

konsumen. Dari sudut penyusunan suatu perundang-undangan terlihat informasi itu

termuat sebagai suatu keharusan.

Dalam perdagangan berjangka komoditi perusaahan pialang berjangka

mempunyai peraturan kepala bappebti untuk memberikan informasi kepada

nasaabahnya yaitu Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka

Komoditi Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan

Berjangka Komoditi Nomor 63/Bappebti/Per/9/2008 Tentang Ketentuan Teknis

Perilaku Pialang Berjangka. Ketentuan Pasal 5 ayat (2) diubah sehingga Pasal 5

berbunyi sebagai berikut38

(1) Pialang Berjangka bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pegawai Pialang Berjangka atau pihak yang terkait dengan Pialang Berjangka tersebut dalam

:

melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka.

(2) Dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka, Pialang Berjangka wajib: a. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang tata cara

penerimaan Nasabah yang disetujui oleh Bappebti;

b. Membentuk unit yang berfungsi untuk menyelenggarakan pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka kepada calon Nasabah;

c. Membuat materi pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka yang paling sedikit meliputi:

1) Peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka; 2) Pengetahuan tentang komoditi dan Kontrak Berjangka;

3) Pengetahuan tentang mekanisme transaksi dan risiko di bidang Perdagangan Berjangka;

4. Hak-hak dan kewajiban Nasabah; dan 5. Sarana penyelesaian perselisihan perdata.

d. Menjelaskan mengenai pengertian dan fungsi Rekening Terpisah (Segregated Account);

e. Menjelaskan bahwa dana Nasabah harus ditransfer atau disetorkan ke Rekening Terpisah (Segregated Account);

38

(46)

f. Menjelaskan biaya-biaya yang akan dikenakan kepada Nasabah;

g. Menyediakan sarana simulasi transaksi Perdagangan Berjangka bagi calon Nasabah;

h. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang pelaksanaan transaksi yang ditetapkan oleh Pialang Berjangka dan telah disetujui Bappebti;

i. Menyediakan ruangan perdagangan (dealing room) yang terpisah dengan ruangan penyelesaian (settlement room);

j. Menyediakan sarana untuk transaksi secara langsung maupun tidak langsung; k. Merekam dan mencatat penerimaan amanat dari Nasabah dalam Kartu Amanat

dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.15.;

l. Mengkonfirmasikan kepada Nasabah tentang transaksi yang telah dilaksanakan dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.16., dalam hal penyampaian transaksi dilakukan secara tidak langsung oleh Nasabah;

m. Menyampaikan Laporan Transaksi Harian (Daily Statement) kepada Nasabah; n. Menjelaskan alternatif penyelesaian perselisihan perdata khususnya mengenai

sengketa keuangan;

o. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang penanganan pengaduan Nasabah oleh Pialang Berjangka dan telah disetujui Bappebti; dan

p. Membentuk unit yang berfungsi untuk memberikan pelayanan pengaduan Nasabah dan mengawasi kepatuhan terhadap peraturan.

Diantara berbagai informasi tentang barang atau jasa konsumen yang

diperlukan konsumen, tampaknya yang paling berpengaruh pada saat ini adalah

informasi yang bersumber dalam bentuk iklan atau label, tanpa mengurangi pengaruh

dari berbagai bentuk informasi pengusaha lainnya.

2) Tentang Iklan

Iklan adalah bentuk informasi yang umumnya bersifat sukarela sekalipun

(47)

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (pasal 9, 10, 12, 13, 17, dan pasal

20)39

KUH perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dan/atau KUHD (Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang), keduanya diummumkan pada tanggal 30 april

1847 dalam staatblad No.23 dengan segala tambahan dan/atau membuat

kaidah-kaidah tentang periklanan.

Satu-satunya ketentuan termuat dalam KUH Perdata yang tampaknya digunakan

adalah ketentuan tentang perbuatan atau melawan hukum (Pasal 1365 KUH Perdata),

yaitu sepanjang iklan tertentu menimbulkan kerugian pada pihak lain. Adapun dalam

undang-undang kepailitan, terlepas untuk siapa perundang-undangan itu berlaku,

khususnya menyangkut perilaku pengumuman iklan keputusan pengadilan tentang

pernyataan pailit dan segala akibat-akibatnya dari seseorang atau badan usaha (pasal

13 jis, pasal 16, 105, 163 c dan keseterusnya)40

Menurut ketentuuan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, Pasal 9 ayat (1) berbunyi :

“pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, meng-iklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar dan/atau seolah-olah dan seterusnya”.

39

Az. Nasution, hukum perlindungan konsumen suatu pengantar, (Jakarta: diadit media, 2001), hal 55-57

(48)

Sayangnya dalam undang-undang ini tidak dicantumkan apa yang dimaksud dengan

iklan, yang terdapat dalam perundang-undang ini hanyalah berbagai larangan dan

suruhan berkaitan dengan periklanannya saja.41

Dari hal-hal tersebut diatas tentang kedudukan periklanan ini dalam masyarakat

usaha, setidaknya terdapat dua batasan iklan, yang satunya ditetapkan oleh

Dapertemen Kesehatan dan yang lainnya oleh Sistem Penyiaran Nasional. Tentu saja

tidak terlepas mana yang baik dan mana yang tepat.

Dapertemen kesehatan (Peraturan Mentri kesehatan Nomor 329 tahun 1976,

Pasal 1 Butir 13) menetapkan sebagai berikut :

“iklan adalah suatu usaha dengan cara apapun untuk meningkatkan penjualan,

baik secara langsung maupun tidak langsung.”

Adapun sistem penyiaran nasional (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002

Tentang Penyiaran) pasal 1 butir (5) merumuskan siaran iklan adalah :

“siaran informasi yang berbentuk komersial dan layanan masyarakat tentang

tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan

atau yanpa imbalan kepeada lembaga penyiaran yang bersangkutan.

Menurut peraturan kepala badan pengawas perdagangan berjangka komoditi

nomor : 83/BAPPEBTI/per/06/2010 Tentang, tata cara pelaksanaan kegiatan promosi

(49)

atau iklan, pelatihan dan pertemuan di bidang perdagangan berjangka komoditi42

Pasal 1 ayat (1)

,

yaitu

menyebutkan bahwa : “ Promosi atau iklan adalah setiap pernyataan, penjelasan, atau uraian mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perdagangan berhangka yang disampaikan kepada masyarakat baik secara lisan maupun tertulis, melalui media cetak, media elektronik, pertemuan resmi maupun tidak resmi.”

Pasal 3

menyenyebutkan bahwa pialang berjangka atau pengelola sentra dana bejangka dalam melakukan kegiatan promosi atau ikalan, pelatihan, dan pertemuan dilararang untuk :

1) Menggunakan cara tidak jujur atau menipu, yang tidak sesuai dengan fakta atau secara sengaja menghilangkan fakta sehingga menyesatkan masyarakat;

2) Menggunakan cara pemaksaan;

3) Membuat pernyataaan bahwwa perdagagan berjangka merupakan sarana investasi yang tepat bagi semua orang antara lain hanya boleh mengemukakan keuntungan tanpa mengemukakan kemungkinan terjadinya kerugian

4) Membuat pernyataan yang dapat memperdaya masyarakat anatara lain dengan menyembunyikan atau menghilangkan materi atau fakta, atau hanya menyampaikan laporan keuntungan perdagangan yang diperoleh dimasa lampau tanpa menjelaskan bahwa hal itu bukan cerminan keberhasilan di masa dating, atau menyampaikan data kinerja masa lalu dan laporan keuangan termasuk tingkat mengembalian investasi yang tidak berdasarkan perhitungan yang akurat sesuai peraturan yang berlaku.

Sudah jelas bahwa didalam perdagangan berjangka komoditi juga mengatur

tentang segala bentuk iklan dalam kegiatan tersebut dan tata cara pelaksanaannya.

42

(50)

Mengenai perilaku periklanan yang lengkap diatur dalam pasal 17 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, adalah sebagai berikut :

1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang:

a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa;

b. Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;

c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa;

d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa; e. Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang

atau persetujuan yang bersangkutan,

f. Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenaiperiklanan.

2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah melanggar ketentuan pada ayat (1).

Selanjutnya, berkaitan dengan tanggung jawab pelaku usaha perikalanan ini diatur

dalam pasal 20, sebagai berikut.

Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang di produksi dan segala

akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Berkaitan dengan pelaku periklanan itu

yang dilararang dan tentang tanggung jawabnya itu, suatu hal yang perlu

dipertanyakan, siapakah pelaku usaha perikalanan itu? Dari sudut perikalan menurut

Az. Nasution terdapat tiga jenis pelaku usaha, yaitu43

a. Pengiklan, yaitu perusahaan yang memesan iklan untuk mempromosikan,

memasarkan, dan/atau menawarkan produk yang mereka edarkan.

43

(51)

b. Perusahaan iklan, adalah perusahaan/biro yang bidang usahanya adalah

mendesain atau membuat iklan untuk para pemesannya

c. Media, media elektronik atau non elektronik atau bentuk media lain, yang

menyiarkan atau menayangkan iklan-iklan tersebut.

3) Hal-hal yang berkitan dengan perikatan

Dalam KUH Perdata Buku ke III, tentang perikatan (van verbintenissen), termuat

ketentuan-ketentuan tentang subjek-subjek hukum dari perikatan, syarat-syarat

perikatan, tentang resiko jenis-jenis perikatan tertentu, syarat-syarat pembatalannya,

dan beragai bentuk perikatan yang dapat diadakan (pasal 1233).

Selanjutnya Pasal 1234 menyebutkan jenis-jenis perjanjian (prestasi) yang dapat

diadakan terdiri atas memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat

sesuatu.44

Perikatan yang terjadi karna undang-undang, dapat timbul karna undang-undang, baik

karna undang-undang maupun sebagai akibat perbuatan seseorang, perbuatan itu

dapat berupa perbuatan yang diperbolehkan (halal) atau perbuatan yang melanggar

hukum (pasal 1352,1353, dan seterusnya).

Dalam perikatan yang timbul karna perjanjian, tidak dipenuhi atau

dilanggarnya butir-butir perjanjian itu, setelah di penuhinya syarat tertentu, dapat

44

(52)

mengakibatka cedera janji (wanprestatie). Perbuatan cedera janji memberikan pada

pihak yang di cederai janji untuk menggugat ganti rugi berupa biaya, kerugian, dan

bunga (pasal 1236 dalam hal perjanjian memberikan sesuatu, pasal 1239, dan Pasal

1242 dalam hal perjanjian atau tidak berbuat sesuatu, pasal 1243,1244,1246), dan

seterusnya.

Kerugian-kerugian itu selain dari biaya yang sungguh-sungguh telah

dikeluarkan, kerugian kerugian yang dialami, juga termasuk keuntungan

(winstderving) yang diharapkan yang tidak diterima karna perbuatan ingkar janji

tertentu.

Perikatan juga dapat terjadi tanpa adanya perjanjian. Antara lain, yang terpenting

terlihat pada perikatan karna terjadinya perbuatan atau kealpaan yang melanggar atau

melawan hukum (selanjutnya disebut PMH)45

Apabila seseorang dirugikan karna karna perbuatan seseorang lain, sedang antara

mereka tidak terdapat sesuatu perjanjian (hubungan hukum suatu perjanjian), maka

berdasarkan undang-undang dapat juga timbul atau terjadi hubungan hukum antara

orang tersebut dan orang yang menimbulkan kerugian itu.

Pasal 1365 KUH perdata berbunyi :

“Setiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.

45

(53)

Unsur-unsur perbuatan Melawan Hukum46

1) Unsur pelanggran atas hak-hak orang lain. :

Yang dimaksudkan adalah hak-hak subjektif orang lain. Kedalamnya termasuk

hak-jak kebendaan dan lain-lain hak yang bersifat mutlak ( seperti hak milik,

oktroi, dan hak merek), hak-hak pribadi perseorangan (persoonlijk-rechten)

seperti hak-hak atas integritas (harga diri), kehormatan dan nama baik seseorang.

2) Unsur bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku

Yang dimaksud adalah kewajiban hukum yang diletakkan perundang-undangan

dalam arti materil, ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, baik bersifat perdata

maupun public (misalnya perbuatan pelanggaran atau kejahatan seperti termuat

dalam KUHP)

3) Unsur bertentangan dengan kehati-hatian yang hidup atau harus diindahkan dalam

kehidupan masyarakat.

Sejak tahun 1919, unsur ini tampaknya merupakan unsur yang terpenting dalam

penetuan tolok ukur perbuatan melawan hukum. Ia menunjuk pada kebiasaan tidak

tertulis, yang dapat digunakan dalam dengan berdiri sendiri, baik secara terlepas dari

atau secara bersama-sama unsur-unsur lainnya. Pada pokoknya orang haruslah

memperhatikan perilaku yang dianggap patut (behoorlijk) dalam masyarakat

46

(54)

dikaitkan dengan kepentingan perorangan satu sama lain. Mengenai penerapannya

harus dilihat kasus per kasus.

Perjanjian antara perusahaan Pialang Berjangka dengan nasabah tidak diatur

dalam KUH Perdata, tetapi dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam pasal

1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, maka

perjanjian antara perusahaan Berjangka dengan nasabah dapat saja terjadi Perjanjian

antara perusahaan Pialang Berjangka dengan nasabah tidak diatur dalam KUH

Perdata, tetapi dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 ayat (1)

KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, maka perjanjian

antara perusahaan Berjangka dengan nasabah dapat saja terjadi47

Perjanjian antara perusahaan pialang berjangka dengan nasabah / investor

dalam transaksi perdagangan berjangka komoditi harus berlandaskan pada Pasal

1320 KUH Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian bahwa48

Syarat sahnya perjanjian ada empat yaitu :

:

1. Sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu pendapat; 3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

47

Dikutip dari http://www.bappebti.go.id. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013

48

(55)

Syarat 1 dan 2 dinamakan syarat subyektif karena mengenai subyek yang

melakukan perjanjian, sedangkan dua syarat terakhir dinamakan syarat obyektif

karena mengenai obyek dari perjanjian tersebut. Apabila salah satu syarat subyektif

tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan atas permintaan salah satu

pihak. Sedangkan jika salah satu syarat obyektif tidak terpenuhi maka perjanjian

tersebut batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu

perjanjian dan tidak pernah ada perikatan.49

Dalam Pasal 1320 KUH Perdata sebenarnya tidak mempermasalahkan media yang

digunakan dalam transaksi. Dengan kata lain Pasal 1320 KUH Perdata tidak

mensyaratkan bentuk dan jenis media yang digunakan dalam bertransaksi. Oleh

karena itu, dapat saja dilakukan secara langsung maupun secara elektronik. Demikian

pula asal kebebasan berkontrak yang dianut KUH Perdata, para pihak dapat dengan

bebas menentukan dan membuat suatu perjanjian dalam bertransaksi yang dilakukan

dengan itikad baik. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata.

Jadi apapun bentuk dan media dari kesepakatan tersebut, tetap berlaku dan mengikat

para pihak karena perikatan tersebut merupakan Undang-undang bagi yang

membuatnya.

Dari perjanjian sebagaimana disebut diatas, Perjanjian antara Perusahaan

Pialang Berjangka dengan Nasabah / Investor dalam transaksi perdagangan berjangka

adalah dibuat dalam formulir-formulir yang telah dibakukan secara rinci dan cermat.

49

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan para pelaku perdagangan Berjangka.76
Gambar 3.1 Alur Perdagangan Multilateral93
Gambar 3.2 Alur Perdagangan Bilateral94
Tabel 3.1 hubungan harga, volume dan open interest127

Referensi

Dokumen terkait

Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian penulis yang berjudul “AnalisisPencapaian Kinerja Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) di Kabupaten

Hasil penelitian menunjukkan bahwa putaran poros maksimal yang dihasilkan oleh turbin angin vertikal darrieus tipe-H yang diteliti berada pada sudut pitch 45° dan

Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana perancangan dan pembuatan program aplikasi simpan pinjam koperasi yang dapat membantu dalam pengolahan

Setelah LVC dan setting kV dilakukan maka langkah selanjutnya yaitu dilakukan pemanasan filament untuk menghasilkan electron, rankaian ini berfungsi ketika tombol

menjumlahkan semua probabilitas potensi bahaya yang diidentifikasi pada komponen bendungan.. Untuk mengetahui nilai risiko ini dapat diterima secara sosial, maka

Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS adalah proses mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam

Pada tahun 2001, Widayati melakukan penelitian yang sejenis dengan judul ”Refleksi Fonem Vokal Bahasa Melayu Purba dalam bahasa Melayu Asahan”, disimpulkan bahwa fonem-fonem

Dalam sudut pandang teori pembelajaran kecemasan pada anak mungkin dapat berasal dari rasa takut akan penolakan dan kegagalan yang terbawa dalam berbagai