SKRIPSI
“PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI TINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011” (Study Kasus PT. Kontak Perkasa Future)
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH :
RAHMAT ARI SEPTIAWAN 090200421
DEPARTEMEN HUKUM PERDATA (Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI TINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011 (Study Kasus PT. Kontak Perkasa Future)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
OLEH:
Rahmat Ari Septiawan 090200421
Mengetahui:
Ketua Departemen Hukum Perdata
NIP. 19660303198508100 Dr.H.Hasim Purba, SH.M.Hum
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof.Dr.Tan Kamello, SH.MS
NIP. 196204211988031004 NIP. 195303121983031002
Ramli Siregar SH, M.Hum
KATA PENGANTAR
Ucapan Puji dan syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan Iman dan ilmu pengetahuan yang luas yang
diberikan kepada manusia untuk kesejahteraan, penerang jalan hidup dan sebagai
langkah menuju peradaban yang abadi. Salawat serta salam kemuliaan kepada
Rasulullah Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis dalam
penyelesaian studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan untuk
memperoleh gelar
sarjana Hukum. Skripsi ini berjudul PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011
Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan, pengetahuan,
wawasan, serta bahan literatur yang penulis dapatkan. Oleh karena itu penulis
menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
semakin menambah wawasan dan ilmu penulis.
Pada dasarnya penulisan skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja peneliti sendiri,
do’a, kritik dan saran serta semangat yang begitu besar, sehingga dalam penulisan
skripsi ini.
Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan bahagia penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini maupun kepada semua pihak yang menjadi bagian penting selama penulis
menjalankan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara (USU), yaitu
:
Yang terhormat :
1. Prof. Dr. dr. .Syahril Pasaribu, DTMH., MSc (CTM)., SpA(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara,. atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan bagi
penulis untuk menyelesaikan pendidikan Kenotariatan di Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. DR. Runtung, SH, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum USU Medan.
3. Prof. DR. Budiman Ginting, SH, M.Hum. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum USU.
4. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM. Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum
USU.
5. Bapak M. Husni, SH, M.Hum. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
USU.
6. Bapak Dr.Hasim Purba,SH,M.Hum. Selaku Ketua Dapertemen Perdata Fakultas
7. Ibu Sinta Uli, SH,M.Hum. Selaku ketua Dapertemen Perdata dagang Fakultas
Hukum USU.
8. Ibu Rabiatul Syahriah, SH.Mhum selaku sekretaris Dapertemen Perdata Fakultas
Hukum USU
9. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS. Selaku Dosen Pembimbing I dalam
penulisan skripsi ini yang penuh kesabaran membimbing penulis baik dalam studi
maupun dalam penulisan skripsi ini.
10.Bapak Ramli Siregar SH, M.Hum Selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan
skripsi ini yang penuh kesabaran membimbing penulis baik dalam studi maupun
dalam penulisan skripsi ini.
11. Para Guru Besar Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah mendidik dan memberikan dorongan kepada penulis yang tidak
bisa sebutkan satu persatu.
12.Abang-abang dan Kakak-Kakak karyawan tata usaha Fakultas Hukum USU yang
telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari penulis masuk
kuliah sampai penulis menyelesaikan Skipsi ini.
13.Manager beserta staf PT. Kontak Perkasa Future yang telah banyak membantu
penulis dalam memberikan data sehingga Skripsi ini selesai.
Yang Tercinta :
mengarungi bahtera kehidupan hingga mencapai gelar akademik ini. yang tanpa
bosan terus mengucurkan kasih sayangnya, harapannya, materi dan segalanya.
kakanda Nasrul Hadi, ST,.MT/Nani Fety Wulandari SE , Indra Juni Putra
SP/Yoan Immanolisa Shaptieni SH, M.Kn, Andrizal SE/Bunga Agustine Rizki
SE, Gusni Arif S.Si /Dindy Oktaviani, SE, Deski Ariato SH,.Mkn/Herli Novia
Amd.Keb, Nurhayani Amd.Keb yang telah menjadi bagian dari hidup penulis.
2. Kepada Rekan-rekan pengurus, adinda-adinda, kakanda-kakanda
teman-teman seperjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas
Hukum Universitas Sumatra Utara yang telah memberi motivasi dan pengalaman
berorganisasi bagi penulis di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, rekan-rekan lainnya seperti :
M.Dipo Syahputra Lubis (Ketua Umum HMI Komisariat Fakultas Hukum USU
Periode 2012-2013), Septya Maulid Siregar (Sekretaris Umum HMI Komisariat
Fakultas Hukum USU periode 2012-2013), M Akbar Siregar, Dhirgan Afriyanda
Segara, Sari Ramadani Lubis, Amanda Nandatama, Rabithah Khairul, Anggia
Putri Rambe, Muhammad Angga Putra, Tiesa Saleh, Hamdan, Rasoki Pardomuan
Lubis, Fadhlillah, Mutiara Parwita, Rahma Sari, Hary Azhar Ananda, M Fairuz
Zein Hasibuan, dan rekan-rekan lain yang tidak dapat penulis sebutkan
satupersatu, yang telah membantu penulis baik dengan motivasi maupun canda
3. Kepada teman-teman GLC_Projection : IPDA.Yudhi Anugrah Putra, Wisman
Goklas, Jhonatan Gery Boy, Jigoro Lumbanraja, Alvonso manihuruk SH,
Maulana Zulfadli, Dina krisyanti Rupang, Leonardi siringo-ringo, Rivai Sihaloho,
Ichan Abdillah, yang selalu setia menemani dalam suka maupun duka.
4. Kepada teman-teman Ikatan Pelajar Mahasiswa Rokan Hulu-Medan
(IPMAROHU-MEDAN) Delfi Ardiansyah ST, Opiye Putra Daulay, Rian, Tami,
Ikhsan, Pindo lubis, Al muzafri STp.
5. Kepada teman-teman Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Angkatan
2009.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
semua pihak, semoga Allah SWT meridhoi kita semua. Dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan hukum di negara Indonesia. Yakin
Usaha Sampai.
Alhamdulillah Hirobbil Alamin…
Medan, Oktober 2013 Penulis
DAFTAR ISI
PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI BERDASARKAN
KONTRAK BERJANGKA DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011
(STUDY KASUS PT.KONTAK PERKASA FUTURES PEKANBARU)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan ... 7
D. Keaslian Penulisan ... 9
E. Tinjauan Pustaka ... 9
F. Metode Penelitian ... 12
G. Sistematika Penulisan ... 19
1. Dasar Hukum Pialang berjangka... 24
2. Kaidah dan Asas Hukum ... 31
a. Kidah Hukum ... 31
b. Asas Hukum ... 46
B. Kegiatan Usaha Pialang Berjangka ... 51
C. Hak dan Kewajiban Perusahaan Pialang Berjangka 58 1. Hak-Hak Perusahaan Pialang ... 58
2. Kewajiban Perusahaan Pialang ... 59
D. Hubungan Perusahaan Pialang dengan Nasabah... 66
E. Izin Wakil Pialang Berjangka ... 68
BAB III TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA A. Sejarah Perdagangan Berjangka ... 70
B. Perdagangan Berjangka di Indonesia ... 74
1. Hukum Positif Pada Perdagangan Berjangka ... 76
C. Bentuk-Bentuk Perdagangan Berjangka di Indonesia 78 1. Alur perdagangan multilateral……… 80
2. Alur perdagangan bilateral………….. ... 80
D. Manfaat Perdagangan Berjangka ... 85
1. Analisis Fundamental ... 91
2. Analisis Teknikal ... 94
BAB IV PERATURAN PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DI BIDANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
A. Perlindungan Bagi Calon Nasabah Dalam Tahap Pra Transaksi
Perdagangan Berjangka ... 101
B. Perlindungan Bagi Nasabah Dalam Tahap Pelaksanaan Transaksi
Perdagangan Berjangka ... 106
C. Perlindungan Bagi Nasabah Dalam Tahap Pasca Transaksi Perdagangan
Berjangka. ... 109
D. Jaminan Yang Dibeikan Oleh Perusahaan Pialang Kepada
Nasabah/Investor Dalam Kaitannya Perlindungan Hukum Konsumen
... 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Keimpulan ... 121
B. Saran ... 122
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011. Oleh :
Rahmat Ari Septiawan 090200421
Skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan berjangka komoditi,untuk mengetahui peranan dari perusahaan pialang dalam menyelenggarakan transaksi perdagangan berjangka komoditi dan untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan perusahaan pialang dalam hal ini adalah PT..Kontak Perkasa Future dan nasabah/investor; dan untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi perdagangan berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam, dan khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.
ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011. Oleh :
Rahmat Ari Septiawan 090200421
Skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan berjangka komoditi,untuk mengetahui peranan dari perusahaan pialang dalam menyelenggarakan transaksi perdagangan berjangka komoditi dan untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan perusahaan pialang dalam hal ini adalah PT..Kontak Perkasa Future dan nasabah/investor; dan untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi perdagangan berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam, dan khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.
BAB I
`PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana
investor mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan (profit) yang besar,
dengan adanya potensi keuntungan ini perdagangan berjangka yang merupakan jenis
investasi yang tergolong baru di Indonesia, menarik minat masyarakat. Besarnya
animo masyarakat terhadap industri perdagangan berjangka secara langsung maupun
tidak langsung menyebabkan munculnya banyak perusahaan pialang berjangka,
sayangnya tidak semua perusahaan pialang berjangka yang muncul memiliki izin
usaha dari Bappebti, oleh sebab itu maka diperlukan suatu perlindungan hukum bagi
nasabah perusahaan pialang di dalam perdagangan berjangka komoditi.
Krisis ekonomi dan keuangan mereposisikan urgensi akan bursa berjangka
Indonesia yang sudah sangat telat di banding Negara lain yang telah memulai
perdagangan sejak abad lalu. Akibat kendala di atas maka sosialisasi akan perlunya
pasar perlunya pasar berjangka menjadi terabaikan
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 Jo Undang-Undang
“Perdagangan berjangka komoditi yang selanjutnya di sebut perdagangan berjangka
adalah segala sesuau yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan
margin dan dengan penyelasaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak
derivatif syariah, / kontrak derivatif lainnya.”
Kontarak berjangka komoditi adalah suatu komitmen tetap untuk
menyerahkan atau menerima sejumlah komoditi tertentu dengan kualitas yang telah
ditetapkan sepanjang masa sebelum jatuh tempo dan harga di bentuk melalui lelang
terbuka terus menerus di bursa berjangka.1
Globalisasi daan liberisasi komoditi mengharuskan Pemerintah
mengantisipasi fluktusai harga komoditi, Indonesia harus mendesain struktur
manejemen resiko yang khusus untuk mengakomodasi tidak hanya resiko harga tetapi
juga termasuk resiko lainnya yang berasosiasi dengan komoditi. Masyarakat harus
memanfaatkan semua alternative yang tersedia bagi pengelolaan resiko termasuk
segala bentuk perlindungan asuransi yang mencakup fluktuasi harga, asuransi
tanaman, kondisi iklim dan penggunaan instrument keuangan
Contohnya, petani padi, untuk
mengamankan panennya dari fluktuasi harga yang masih 3 (tiga) bulan lagi padi itu
dipanen, si petani ini mencari pembeli untuk hasil panennya yang akan diserahkan 3
bulan kemudian dengan perjanjian diawal mengenai harga dan waktu penyerahan
yang kemudian didaftarkan ke Lembaga Kliring Berjangaka. Yang diatas itulah
pengertian perdagangan berjangka secara garis besarnya
1
Kebutuhan penggunaan pasar berjangka semakin besar dalam menghadapi
pasar bebas dan globalisasi. Atas dasar tersebut, pemerintah kemudian menerbitkan
peraturan mengenai perdagangan berjangka pada tahun 1997, terbitlah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi
(BAPPEBTI) sekarang telah di rubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2011 yang memberikan pengaturan dan regulasi secara garis besar dan mengenai
perdagangan berjangka di Indonesia.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 juga mengatur mengenai pihak-pihak
yang terkait dalam perdagangan berjangka, antara lain badan pengawas perdagangan
berjangka komoditi (BAPPEBTI) yang merupakan pengawas tertinggi, bursa
berjangka merupakan sebagai pihak yang menyelanggarakan dan menyedikan sitem
dan/atau sarana untuk kegiatan perdagangan berjangka, lembaga kliring berjangka
sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan/atau sarana
untuk kegiatan pelaksanaan kliring dan menjamin transaksi pedagangan berjangka,
pialang berjangka sebagai pihak yang bertransaksi untuk kepentingan nasabah, dan
pedagang berjangka sebagai pihak yang melakukan transaksi untuk rekeningnya
sendiri.
Untuk bursa berjangka Indonesia saat ini mempunyai 2 (dua ) bursa
berjangka, yaitu PT. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan PT. bursa komoditi dan
derivative Indonesia (BKDI). Untuk lembaga kliring berjangka saat ini ada 2 (dua)
Indentrust Secuirity Internasional (ISI). Perdagangan berjangka komoditi berbeda
dengan perdagangan di pasar modal. Pada dasar nya pasar berjangka adalah pasar
primer, karna harga di tentukan oleh komoditi yang kontraknya di perjual belikan di
bursa sedangkan pasar modal adalah pasar sekunder, karena harga nya bergantung
pada kinerja perusahaan (go public) yang saham nya di perjual belikan.
Perbedaan lain dapat dilihat dari tujuan nya. Pasar modal di selenggarankan
dengan tujuan mobilisasi dana suatu perusahan dengan menjual saham perusahaan ,
sedangkan perdagangan berjangka di selenggarakan dengan tujuan untuk pengalihan
resiko dari fluktuasi harga. Dari segi bentuk perdagangan nya, dalam pasar modal
yang terjadi adalah perdagangan secara fisik dimana jual beli saham secara fisik,
sehingga terjadi serah terima saham secara fisik dengan kewajiban membayar 100%
dari transaksi, sedangkan perdagangan berjangka yang di perdagangkan adalah janji
atau kesepakatan untuk menyerahkan atau menerima suatu barang tertentu di
kemudian hari, penjual dan pembeli dalam pasar berjangka wajib menyerahkan
sejumlah dana, sekitar 5-10 % dari nilai komoditi yang di transaksi sebagai margin2
Adapun transaksi kontrak berjangka dapat terjadi baik di dalam maupun di
luar bursa. Kontrak berjangka yang ditransaksikan di dalam bursa diatur dengan
Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2001 tentang komoditi yang dapat dijadikan
Subjek Kontrak Berjangka, sementara untuk kontrak berjangka yang ditransaksikan
di luar bursa diatur dalam Peraturan Kepala BAPPEBTI Nomor
.
2
72/BAPPEBTI/Per/9/2009 tentang kontrak derivatif yang diperdagangkan dalam
sistem perdagangan alternatif. perdagangan berjangka menawarkan banyak
kesempatan bagi investor dengan modal dan adanya resiko. speculator berjangka
yang berinvestasi di komoditi berjangka sama hal nya dengan mereka yang
berinvestasi pada saham, obligasi dan property yaitu mengambil keuntungan dengan
mengambil resiko tentunya dengan ekspetsi mendapatkan keuntungan dari
pergerakan harga.
Sebagai suatu sarana lindung nilai, perdagangan berjangka memiliki ciri high
risk high return. Kemungkinan nasabah untuk mendapatkan keuntungan dari
transaksi kontrak berjangka sama besarnya dengan kemungkinan kerugian. Nasabah
dapat menderita kehilangan seluruh dana yang telah disetorkan. Kegunaan pasar
berjangka sama dengan seabad yang lalu : yaitu menyediakan mekanisme yang
efisien dan efektif untuk menajemen resiko harga bagi produsen dan konsumen
komoditi dengan melindungi resiko nya yang di ambil alih oleh spekulan. Jelas tanpa
adanya spekulan pasar akan kurang bergairah, dan bursa akan hidup jika banyak
locals, yaitu perdagangan berjangka yang mengmbil resiko dari produsen dan
pengguna komoditi dengan maksud untuk mendapat kan keuntungan yang berarti,
dengan menganalisa pasar dengan cermat, speculator menginvestasikan modalnya
atas resiko yang ada untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 beserta peraturan pelaksanaannya
lain prosedur pemberian izin bagi pialang berjangka, pengaturan mengenai prinsip
Know Your Customer, kewajiban menyetorkan dana ke rekening terpisah,
pengelolaan rekening terpisah, mekanisme penyaluran amanat, serta sanksi apabila
terjadi pelanggaran terhadap peraturan.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 beserta peraturan pelaksanaannya
juga telah memberikan pengaturan mengenai perlindungan terhadap nasabah, antara
lain prosedur pemberian izin bagi pialang berjangka, pengaturan mengenai prinsip
Know Your Customer, kewajiban menyetorkan dana ke rekening terpisah,
pengelolaan rekening terpisah, mekanisme penyaluran amanat, serta sanksi apabila
terjadi pelanggaran terhadap peraturan.
Selain itu, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 juga mengatur mengenai
penyelesaian apabila terjadi perselisihan perdata di antara para pihak dalam
perdagangan berjangka. Semua ketentuan ini bertujuan untuk memberikan
perlindungan kepada nasabah. Walaupun peraturan perundang-undangan di bidang
perdagangan berjangka memberikan aturan sedemikian rupa sebagai upaya
memberikan perlindungan bagi nasabah, dalam prakteknya banyak nasabah yang
merasa tidak puas atau dirugikan dalam transaksi.
Menyikapi hal tersebut dia atas, maka pada kesempatan ini penulis ingin
melakukan transaksi perdagangan berjangka komoditi pada perusahaan pialang
berjangka, kedalam skripsi yang berjudul
“Perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi berdasarkan kontrak berjangka di tinjau dari undang-undang nomor 10 tahun 2011 tentang bappebti (study kasus pt.kontak perkasa futures pekanbaru)”
B. Perumusan Permasalahan
1. Bagaimanakah peran serta perusahaan pialang berjangka dalam transaksi
dan perjanjian perdagangan berjangka komoditi?
2. Mengapa diperlukan perlindungan hukum bagi nasabah dalam perdagangan
berjangka komoditi?
3. Bagaimanakah aturan-aturan di bidang perdagangan berjangka yang berlaku
saat ini dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah?
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Selain itu berdasarkan
permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan yang hendak dicapai oleh
1. Untuk mengetahui peranan dari perusahaan pialang PT..Kontak Perkasa
Future dalam menyelenggarakan transaksi dan perjanjian di bidang
perdagangan berjangka komoditi
2. Untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan
pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan PT.
Kontak Perkasa Future dan nasabah/investor; dan
3. Untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi perdagangan
berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam, dan
khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini yakni:
1. Secara Teoretis
Dapat mengetahui peraturan hukum apa yang dipakai perusahaan pialauntuk
tercapainya perlindungan hukum bagi nasabah/investor dalam transaksi
perdagangan berjangka komoditi di Indonesia saat ini.
2. Secara Praktis
Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai dasar perlindungan hukum dalam transaksi perdagangan berjangka
D. Keaslian Penulisan
Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan
Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Uu No 10 Tahun 2011 Perubahan Atas Uu No 32
Tahun 1997 tentang Bappebti, yang diangakat menjadi judul skripsi ini merupakan
hasil karya penulis sendiri dan belum pernah di tulis sebelumnya di lingkungan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
Dilihat dari permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini,
Maka dapat dikatakan penulisan skripsi ini merupakan karya asli dengan melihat
dasar-dasar yang telah ada baik melalui literature-literatur yang di peroleh dari
perpustakaan, dari media masa , baik media cetak, maupun media elektronik, yang
dituangkan dalam skripsi ini serta ditambah lagi dengan riset ke lapangan.
Apabila ternyata suatu saat nanti terdapat judul dan permasalahan yang sama dengan
skripsi ini dibuat,maka akan di pertanggung jawabkan sepenuhnya.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, yang menjadi dasar penelitian adalah teori pasar bebas
yang dikemukakan oleh Adam Smith3
3
Adam Smith dalam bukunya An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth of
Memasuki era pasar bebas, banyak tantangan
dan persaingan yang harus dihadapi oleh dunia usaha, termasuk di dalamnya industri
perdagangan berjangka. Kondisi yang demikian pada satu pihak member manfaat
bagi konsumen (dalam hal ini nasabah di perdagangan Berjangka) karena dengan
adanya pasar bebas maka kebebasan konsumen (dalam hal ini nasabah di bidang
perdagangan Berjangka) untuk memilih produk dan jasa dari suatu perusahaan
pialang Berjangka semakin terbuka. Di sisi lain, kondisi tersebut dapat
mengakibatkan kedudukan pelaku usaha (dalam hal ini Pialang Berjangka) dan
konsumen (nasabah) menjadi tidak seimbang. Nasabah berada pada posisi yang
lemah dan menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraih keuntungan yang
sebesar-besarnya oleh pelaku usaha (Pialang Berjangka). Faktor utama yang menjadi
kelemahan konsumen (nasabah) adalah tingkat kesadaran nasabah akan hak-haknya
masih sangat rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu mekanisme perlindungan
kepada nasabah.
Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 2011 tentang perdagangan berjangka
komoditi menyebutkan bahwa :
“Perdagangan berjangka komoditi yang selanjutnya di sebut perdagangan berjangka adalah segala sesuau yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan margin dan dengan penyelasaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak derivatif syariah, / kontrak derivatif lainnya.”. 4
“Komoditi adalah semua barang, jasa, hak dan kepentingan lainnya, dan setiap derivatif dari Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.5
“Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut Bappebti adalah lembaga pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan, dan pengawasan Perdagangan Berjangka”.6
4
Undang-Undang nomor 10 tahun 2011 Pasal 1 angka 1
5
“Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.7
“Kontrak Berjangka adalah suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual Komoditi dengan penyelesaian kemudian sebagaimana ditetapkan di dalam kontrak yang diperdagangkan di Bursa Berjangka”.8
“Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Lembaga Kliring Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Perdagangan Berjangka”.9
“Anggota Bursa Berjangka adalah Pihak yang mempunyai hak untuk menggunakan sistem dan/atau sarana Bursa Berjangka dan hak untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya sesuai dengan peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka”.10
“Anggota Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Anggota Kliring Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang mendapat hak untuk menggunakansistem dan/atau sarana Lembaga Kliring Berjangka dan mendapat hak dari Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kliring dan mendapatkan penjaminan dalam rangka penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.11
“Pialang Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai Margin untuk menjamin transaksi tersebut”.12
“Pedagang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang selanjutnya disebut Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok usahanya.”13
“Nasabah adalah Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola oleh Pialang Berjangka”14
“Dana Kompensasi adalah dana yang digunakan untuk membayar ganti rugi kepada Nasabah yang bukan Anggota Bursa Berjangka karena cedera janji dan/atau kesalahan yang dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka dalam kedudukannya sebagai Pialang Berjangka”.15
“Margin adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh Nasabah pada Pialang Berjangka, Pialang Berjangka pada Anggota Kliring Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring Berjangka untuk menjamin pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”.16
F. Metode Penelitian
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka metode penelitian yang digunakan
antara lain :
1. Spesifikasi penelitian
Dalam menyusun skripsi ini digunakan penelitian yuridis normatif, yaitu suatu
bentuk penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik pelaksanaan hukum positif, yang
menyangkut dengan permasalahan yang diselidiki. Dalam penelitian ini tidak hanya
dilakukan pengolahan data dan penyusunannya, tetepi yang lebih penting adalah
analisis dan interpretasi atas data yang telah didapat tersebut agar diketahui
maksudnya. Dalam pelaksanaannya penelitian ini merupakan suatu penelitian
lapangan, sehingga dengan penelitian ini diharapkan mampu menyelesaikan
permasalahan-permasalahan mengenai perlindungan hukum bagi nasabah perusahaan
pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi di PT. kontak perkasa future yang
sedang penulis teliti.
Penelitian normatif17 adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan
meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai pada penelitian ini, maka metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian
ini adalah metode pendekatan yuridis empiris.18
17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS), 2012, Hal 13-14
Pendekatan yuridis digunakan untuk
menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan yang memuat ketentuan
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perlindungan hukum nasabah
perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi di tinjau dari
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 (study kasus pada PT.Kontak Perkasa Futures,
Cabang pekanbaru), sedangkan pendekatan empiris dipergunakan bukan semata-mata
sebagai suatu seperangkat aturan perundang-undangan yang bersifat normatif, akan
tetapi hukum dilihat sebagai perilaku masyarakat, selalu berinteraksi dan
berhubungan dengan aspek kemasyarakatan, seperti politik, ekonomi, social dan
budaya.
18
Berbagai temuan lapangan yang bersifat individual akan dijadikan bahan utama
dalam mengungkapkan permasalahan yang di teliti dengan berpegang pada ketentuan
yang normatif.
2. Sumber dan jenis data
Data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini terdiri dari data sekunder dan
data prime.
a. Data sekunder19
Data sekunder adalah data yang didapat dari penelitian kepustakaan dengan
cara study dokumen atau tulisan yang telah dipublikasikan oleh penulisnya,
dibedakan menjadi :
1) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat secara yuridis dan
terdiri dari :
a). Norma atau kaidah dasar yaitu Undang –Undang dasar 1945
b). Peraturan dasar
(1) batang tubuh UUD 1945
(2) ketetapan MPR.
c). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (burgerlijk wetboek)
d). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi.
19
e). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi.
f). Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
g). Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Perdagangan Berjangka Komoditi
h). Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2001 tentang Komoditi yang Dapat
Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka
i). Peraturan Kepala Bappebti Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 dan Nomor
64/BAPPEBTI/Per/9/2009 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang
Berjangka
j). Bahan hukum yang tidak dikodefikasikan
Yang dimaksud dengan kodefikasi adalah pembukuan jenis-jenis hukum
tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap.20
k). Yurissprudensi
Yang dimaksud dengan yurisprudensi ialah keputussan hakim terdahulu
yang sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian
mengenai masalah yang sama.21
2). Bahan Hukum Sekunder
20
C. S. T. kansil,” Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN. Balai Pusataka, Jakarta, 1982, hal. 70
21
Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami bahan hukum primer
seperti :
a). Buku-buku hasil karya para serjana.
b). Hasil-hasil penelitian
c). Berbagai hasil pertemuan ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan
yang dibahas
b. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari narasumber yang
dianggap mengetahui segala informasi yang diperlukan dalam penelitian, yang
berupa pengalaman praktik dan pendapat subyek penelitian tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan perlindungan hukum nasabah perusahaan pilang terhadap
perdagangan berjangka komoditi (study kasus PT. Kontak Perkasa Future cabang
Pekanbaru).
c. Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan informasi tentang
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari :
a). Kamus Hukum
b). Kamus-kamus lainnya yang menyangkut penelitian ini.
3. Alat Pengumpulan Daata
a. Wawancara
Wawancara (interview) adalah situasi peran antara pribadi bertatap
muka (face to face), untuk seseorang yang dirancang untuk memperoleh
jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang
responden22
Wawancara ini, responden yang diwawancarai adalah Syahyuda
Ningsih sebagai wakil pialang berjangka PT.Kontak Perkasa Future cabang
Pekanbaru dengan Nomor SK 558/BAPPEBTI/SI/10/2011 dari Bapebbti yang
berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Dari hasil wawancara ini
diharapkan dapat memberikan gambaran dalam praktik tentang perlindungan
hukum nasabah perusahan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi
ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 TAHUN 2011 tentang Perdagangan
Berjangka Komodit (study kasus PT.Kontak Perkasa Future).
. Metode wawancara dianggap sebagai metode yang paling efektif
dalam pengumpulan data primer dilapangan, karene interviewer dapat
bertatap muka langsung dengan responden untuk menyatakan fakta-fakta
yangada dan pendapat (opinion ) maupun persepsi dari responden.
b. Studi Kepustakaan
Dipergunakan untuk mendapatkan landasan-landasan teoritis berupa
pendapat-pendapat atau tulisan-tulisan para ahli atau pihak-pihak lain yang
22
berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik dalam bentuk
ketentuan-ketentuan formal maupun melalui data naskah resmi yang ada.
c. Pengamatan atau observasi
Adapun tujuan utama daripada pengamatan atau observasi, adalah antara lain :
a) Mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau
sekelompok manusia, sebagaimana terjadi didalam kenyataannya. Hal ini
memungkinkan peneliti untuk memahami perilaku yang diamati dalam
prosesnya.
b) Mendapatkan deskripsi yang relative lengkap mengenai kehidupan social
atau salah satu aspeknya.
c) Mengadakan eksplorasi (penjelajahan)
Dari sudut prosedurnya, maka dibedakan antara pengamatan terlibat
(“participant observation”), dengan pengamatan tidak terlibat (“non
participant observation”)23
4. Analisis Data
.
Analisis dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan interpretasi secara logis,
sistematis, dan konsisten sesuai dengan teknik yang dipakai dalam pengumpulan data
dan sifat data yang diperoleh. Dalam menganalisis data menganalisis data penelitian
ini dipergunakan system primer dan data sekunder yang telah disusun secara
sistematis kemudian di analisa secara kualitatif dengan menggunakan metode
deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan
23
membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan
berbaggai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga
memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan penelitian yang di rumuskan. Dari hasil
penelitian tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal
yang bersifat umum menuju ke hal yang bersifat khusus, yang merupakan jawabab
atas permasalahan yang ada dalam penelitian ini.24
G.Sistematika Penulisan
Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka
diperlukan suatu sestematika penulisan yang teratur yang penulis bagi dalam
bab per bab, dimana masing-masing bab ini saling berkaitan antara satu sama lain.
Adapun yang menjadi sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V (lima) Bab
diamana terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
tinjauan kepustakaan, metode penulisan, keaslian penulisan,dan sistematika
penulisan.
24
BAB II PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG
DALAM TRANSAKSI DAN PERJANJIAN PERDAGANGAN
BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA
Meliputi pengertian perusahaan pialang berjangka, dasar hukum pialang
berjangka, kaidah an asas hukum, kegiatan usaha pialang berjangka, hak
dan kewajiban perusahaan pialang berjangka, hubungan perusahaan
pialang dengan nasabah, izin wakil pialang berjangka yang diberikan
oleh bappebti
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN
BERJANGKA
Meliputi sejarah perdangan berjangka, perdagangan berjangka di
indonesia, hukum positif pada perdagangan berjangka,manfaat
perdagangan berjangka, resiko perdagangan berjangka
BAB IV PERATURAN PERLINDUNGAN NASABAH DI BIDANG
PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
Meliputi perlindungan bagi calon nasabah dalam tahap pra transaksi
perdagangan berjangka, perlindungan bagi nasabah dalam tahap
pelaksanaan transaksi perdagangan berjangka, perlindungan bagi
nasabah dalam tahap pasca transaksi perdagangan berjangka, jaminan
kaitannya perlindungan hukum konsumen, permasalahan penerapan
aturan perlindungan nasabah dalam berdagangan berjangka
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Meliputi Kesimpulan dan Saran serta di ikuti dengan Daftar Pustaka dan
BAB II
PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA
A. Pengertian Perusahaan Pialang
Perusahaan Pialang atau juga disebut Broker Aggota Bursa (AB), adalah
pihak yang membantu investor untuk melakukan pembelian atau penjualan efek di
bursa.25
Perusahaan Pialang melakukan suatu transaksi yaitu membeli dan menjual
(menawarkan) efek di lantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor.
Dengan demikian, Perusahaan Pialang hanya akan melakukan pembelian atau
penjualan jika sudah mnendapat perintah dari Investor.
Harga dan besarnya volume juga ditentukan oleh Investor. Jadi perusahaan pialang
tidak bisa menetapkan harga atau jumlah yang akan dibeli / jual sekehendak hatinya.
Namun ada juga perusahaan pialang yang melakukan pembelian atau penjualan atas
nama perusahaan pialang itu sendiri.26
25
Sawidji Widoatmodjo, Cara Cepat Memulai Investasi Saham, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2004), hal.6
26
Jadi dapat disimpulkan perusahaan pialang yang selanjutnya disebut Pilang berjangka
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan sebagai perantara jual beli kontrak
berjangka untuk dan atas perintah/amanat dari pihak ketiga (nasabah) dan berhak
menarik uang jaminan (margin) atas setiap transaksi tersebut sesuai dengan
peraturan.27
Pialang berjangka merupakan professional utama dalam kegiatan transaksi
perdagangan berjangka ini, pialang berjangka adalah satu-satunya profesioanal yang
boleh menerima amanat (order) dari nasabah dan diteruskan untuk ditransaksikan
dipasar berjangka. Pialang berjangka mewakili nasabahnya dalam semua urusan yang
berhubungan dengan bursa berjangka dan lembaga kliring berjangka.
Kegiatan usaha sebagai pialang berjangka hanya dapat dilakukan oleh anggota
bursa berjangka yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memporoleh izin
usaha pialang berjangka dari Bappebti, serta memiliki integritas keuangan serta
integritas pribadi yang baik, reputasi bisnis yang baik dan memiliki kacakapan dan
profesi dan adanya wakil pialang berjangka.
Untuk melindungi nasabahnya, pialang berjangka wajib mengetahui keadaan
kemampuan nasabahnya, baik dari segi keuangan (financial),, pengetahuan nasabah
mengenai perdaganagan berjangka dan juga menjamin nasabahnya untuk tidak
melakukan tindakan yang bertentangan dagan peraturan yang berlaku.
Dalam melaksanakan kegiatannya ,pialang berjangka ini wajib menunjuk wakil
pialang berjangka sebagai tenaga profesioanal yang telah lulus ujian yang di
27
selenggarakan oleh Bappebti dan semua kegiatan yang berhubungan dengan nasabah
dilakukan oleh wakil pialang berjangka.
Wakil pialang berjangka adalah orang perseorangan yang berdasarkan kesepakatan,
melaksanakan sebagian fungsi pialang berjangka, dalam melaksanakan tugas nya,
wakil pialang berjangka harus mendapatkan izin dari bappebti.28
1. Dasar Hukum Pialang Berjangka
Semua operasi yang berhubungan dengan industri berjangka dan pegawainya
secara ketat diatur dan dilisensi oleh Bappebti, lembaga pemerintah yang berada di
bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Badan ini sama dengan Bapepam
yang mengawai pasar modal. Bappebti dapat berbagi kekuasaannya dengan asosiasi
berjangka. Fungsi utama asosiasi berjangka adalah untuk memastikan melalui
self-regulation standar perilaku yang tinggi dan profesionalisme serta tanggungjawab
keuangan atas nama individu dan organisasi yang menjadi anggotanya seperti :
pialang, IB, CTA, pool operator, AP, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan
tanggungjawab keuangan, asosiasi melakukan audit berkala dari catatan keuangan
dan lainnya dari anggotanya, memonitori praktek penjualan, dan menyediakan
mekanisme arbitrase bagi sengketa yang berhubungan dengan transaksi berjangka
antar anggota asosiasi dengan publik yang berinvestasi.29
28 ibid
Setiap orang yang mengirimkan dananya untuk berinvestasi di perusahaan pialang
harus tahu status perusahaan yang akan di lakukan untuk investasi / bisnis. Apakah
perusahaan tersebut memiliki legitimasi dan terdaftar sebagai pialang dan memiliki
lisensi Bappebti. Untuk mencek apakah perusahaan pialang dan individu yang
bekerja perusahaan tersebut dapat dipercaya, maka dapat langsung menanyakan ke
Bappebti, Bursa, dan Asosiasi.30
Perusahaan PT. Kontak Perkasa Futures misalnya, dalam hal ini terdaftar dan juga
penasihat memiliki lisensi dari Bappebti, serta anggota Bursa dan Lembaga Kliring.
Seperti yang kita lihat bahwa untuk menanamkan investasi, seorang Nasabah /
Investor harus memilih perusahaan yang baik untuk di jadikan lahan investasi. Seperti
di Jakarta misalnya hampir disetiap gedung di segitiga emas terdapat minimal satu
perusahaan futures. Perusahaan tersebut ada yang resmi dan ada yang tidak resmi.
Perusahaan yang resmi akan selalu tercatat dalam pengawasan Bappebti. Untuk itu
harus berhati-hati jika mendapatkan penawaran untuk melakukan forex trading dari
perusahaan futures namun perusahaan tersebut tidak terdaftar di Bappebti.
Cara untuk melakukan pengecekan apakah sebuah perusahaan futures merupakan
anggota Bappebti atau bukan adalah dengan mengunjungi website nya ataupun di
alamat Graha Mandiri, Jalan Imam Bonjol No. 61, 4 th Fl Indonesia. 10310
Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan, guna menjamin bahwa perusahaan pialang
yang kita pilih benar-benar bertanggung jawab, dan menjadi tempat yang aman untuk
melakukan kegiatan investasi yakni sebagai berikut :
1. Siapa pemegang saham utama perusahaan pialang tersebut.
2. Berapa lama perusahaan pialang tersebut telah beroperasi.
3. Berapa banyak tenaga profesional yang telah memiliki ijin dari Bapebti
4. Berapa besar komisi yang dibebankan kepada nasabah/Investor.
5. Apakah perusahaan pialang itu memiliki bagian riset? Mintalah contoh laporan
risetnya.
6. Bagaimanakah format laporan bulanan kepada Investor? mintalah contohnya.
7. Berapa besar asuransi yang ditutup oleh perusahaan pialang tersebut untuk
melindungi rekening investor, jika terjadi kebangkrutan
8. . Apakah perusahaan pialang itu anggota KPEI (Kliring Penjamin Efek
Indonesia).
9. Apakah perusahaan Pialang itu anggota bursa? Kalau tidak, pada perusahaan
pialang manakah ordernya diteruskan.
10.Apakah perusahaan pialang tersebut menyimpan saham Investor / Nasabah dalam
11.Dapatlah ditunjukan kepada Anda, contoh order yang sudah dikonfirmasi yang
menjamin order telah dilaksanakan sesuai prioritas harga dan waktu31
Selain itu dapat juga kita ketahui bahwa tidak semua perusahaan pialang sama karena
yang komisinya ( Commision fee) murah ada juga yang mahal, ada yang
pelayanannya lengkap, tetapi ada juga pelayanannya tidak lengkap (misalnya tidak
menyediakan analisis dan penasihat investasi). Perusahaan yang memberikan
pelayanan yang lengkap biasanya komisinya mahal.
Tidak semua saham dapat dijadikan agunan kredit bank. Hanya yang terdaftar
dan yang diperjualbelikan dipasar modal yang memenuhi syarat. Ketentuan ini
bertujuan membatasi terjadinya spekulasi dan persekongkolan antara debitur dengan
komite kredit (loan committee) untuk menerima saham yang belum dikenal kekuatan
nilainya.
Syarat pendaftaran ditinjau dari segi hukum, sangat realistis dan objektif. Syarat ini
merupakan pendorong ke arah pembinaan pengembangan perusahaan yang
benar-benar ditanggung organisasi, permodalan dan menejemennya. Hanya perusahaan
yang berkualitas yang berani menempatkan prospectusnya secara terbuka untuk
memperoleh pendaftaran32
31
Sawidji Widoatmodjo,. Op. Cit,. hal 7
32
Selain hal diatas, sangat disarankan untuk setiap investor menjalankan investasinya
pada pialang yang memiliki izin resmi dari pemerintah.
Daftar Pialang-pialang Berjangka yang memiliki azin resmi dari pemerintah dapat
dilihat pada
Ciri-ciri pialang illegal adalah :
a. Tidak terdaftar di BBJ.
b. Tidak terdaftar di Bappebti.
c. Tidak terdaftar di KBI.
d. Tidak mempunyai Ijin transaksi luar negeri
1). Bursa Berjangka di Jakarta
Fungsi utama BBJ adalah menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan
bertransaksi Kontrak Berjangka. Harga ditentukan melalui metode elektronis, melalui
interaksi antara permintaan dan penawaran dalam sistem perdagangan. Berikut detail
tentang BBJ33
a). Didirikan pada tanggal 21 November 2000.
b). Menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak
Berjangka atau pasar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli semua jenis
perdagangan berjangka di Indonesia.
33
c). Menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak
Berjangka atau pasar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli semua jenis
perdagangan index, komoditi dan forex.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau Bappebti dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi merupakan salah satu unit eselon I berada di bawah naungan Departemen
Perindustrian dan Perdagangan berikut detail dengan Babeppti :
a) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan
Berjangka Komoditi, Berjangka serta pasar fisik dan jasa.
b) Situs resmi : http://www.Bappebti.go.id.
c) Perusahaan terdaftar di http://www.bappebti.go.id/data/perusahaanpialang.asp
d) Unit eselon I berada di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
e) Bertugas melaksanakan pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan
perdagangan.34
Secara praktis Bappebti berfungsi sebagai pengawas keamanan bertransaksi dalam
semua perdagangan berjangka di Indonesia, termasuk di dalamnya Forex Trading.
Secara aktif Bappebti mengeluarkan berbagai regulasi dan peraturan dengan tujuan
34
menjaga keamanan investor dalam bertransaksi di bidang perdagangan komoditi
berjangka.
2). PT. Kliring Berjangka Indonesia (KBI) adalah suatu perusahaan negara
(BUMN) yang telah mendapat izin usaha dari Bappebti untuk melakukan
penyelesaian dan penjaminan transaksi perdagangan berjangka di bursa berjangka.
Berikut detail tentang KBI35
a) Didirikan pada tanggal 25 Agustus tahun 1984 :
b) Salah satu otoritas pada Industri Berjangka dan Derivatif di Indonesia yang saat ini
dimiliki secara penuh oleh Pemerintah Republik Indonesia.
c) Berfungsi untuk mendukung kegiatan perdagangan secara teratur, wajar, aman dan
efisien.
d) Dari sisi investor, keberadaan KBI menjamin bahwa setiap dana yang
diinvestasikan melalui pialang tidak disalah gunakan untuk kegiatan perusahaan
pialang secara pribadi dengan menunjuk Bank Penyimpan untuk Segregated
Account dari pialang untuk menampung dana Nasabah.
3). Definisi Segregated Account : Rekening terpisah dari Perusahaan Pialang yang
menampung dana nasabah sehingga jika Pialang mengalami insolvency, dana
Nasabah dapat diamankan. Seperated bank account to hold customer funds so that if
35
a brokerage house becomes insolvent, the customers' funds will be readily
recognizable and will not be tied up in litigation period of times.36
2. Kaidah dan Asas Hukum Kegiatan Pialang Berjangka
a. Kaidah Hukum
Kaidah-kaidah hukum perdata umumnya termuat dalam kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Di samping itu, tentu saja juga
kaidah-kaidah hukum perdata adat, yang tidak tertulis, tetapi ditunjuk oleh
pengadilan-pengadilan dalam perkara-perkara tertentu.
Kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah hukum antra pelaku
usaha penyedia barang dan/atau penyelenggara jasa dengan konsumennya
masing-masing termuat dalam:
1. KUH Perdata, terutama dalam Buku kedua, ketiga, dan keempat;
2. KUHD, Buku kesatu dan Buku kedua;
3. Berbagai peraturan perundang-undangan lain yang memuat kaidah-kaidah
hukum bersifat perdata tentang subjek-subjek hukum, hubungan hukum dan
36
masalah antara penyedia barang atau penyelenggara jasa tertentu dan
konsumen.37
Beberapa hal yang dinilai penting dalam hubungan konsumen dan penyedia barang
dan/atau penyelenggara jasa (pelaku usaha) antara lain sebagai berikut.
1) Hal-Hal yang Berkaitan dengan Informasi
Bagi konsumen, informasi tentang barang dan/atau jasa merupakan kebutuhan
pokok, sebelum ia menggunakan sumber dananya untuk mengadakan transaksi
konsumen tentang barang/jasa tersebut. Dengan transaksi konsumen dimaksudkan
diadakannya hubungan hukum (jual beli, beli-sewa, sewa-menyewa,
pinjam-meminjan, dan sebagainya) tentang produk konsumen dengan pelaku usaha itu.
Informasi-informasi tersebut meliputi tentang ketersediaan barang atau jasa yang
dibutuhkan masyarakat konsumen/nasabah, tentang kualitas produk, keamanannya,
harga, tentang berbagai persyaratan dan/atau cara memperolehnya tentang jaminan
atau garansi produk, persediaan suku cadang, tersedianya pelayanan jasa purna jual,
dan lain-lain yang berkaitan dengan itu.
Informasi dari kalangan pemerintah dapat diserap dari berbagai penjelasan, siaran,
keterangan, penyusun peraturan perundang-undangan secara umum dalam rangka
deregulasi, dan/atau tindakan pemerintah pada umumnya atau tentang suatu produk
37
konsumen. Dari sudut penyusunan suatu perundang-undangan terlihat informasi itu
termuat sebagai suatu keharusan.
Dalam perdagangan berjangka komoditi perusaahan pialang berjangka
mempunyai peraturan kepala bappebti untuk memberikan informasi kepada
nasaabahnya yaitu Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi Nomor 63/Bappebti/Per/9/2008 Tentang Ketentuan Teknis
Perilaku Pialang Berjangka. Ketentuan Pasal 5 ayat (2) diubah sehingga Pasal 5
berbunyi sebagai berikut38
(1) Pialang Berjangka bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pegawai Pialang Berjangka atau pihak yang terkait dengan Pialang Berjangka tersebut dalam
:
melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka.
(2) Dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka, Pialang Berjangka wajib: a. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang tata cara
penerimaan Nasabah yang disetujui oleh Bappebti;
b. Membentuk unit yang berfungsi untuk menyelenggarakan pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka kepada calon Nasabah;
c. Membuat materi pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka yang paling sedikit meliputi:
1) Peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka; 2) Pengetahuan tentang komoditi dan Kontrak Berjangka;
3) Pengetahuan tentang mekanisme transaksi dan risiko di bidang Perdagangan Berjangka;
4. Hak-hak dan kewajiban Nasabah; dan 5. Sarana penyelesaian perselisihan perdata.
d. Menjelaskan mengenai pengertian dan fungsi Rekening Terpisah (Segregated Account);
e. Menjelaskan bahwa dana Nasabah harus ditransfer atau disetorkan ke Rekening Terpisah (Segregated Account);
38
f. Menjelaskan biaya-biaya yang akan dikenakan kepada Nasabah;
g. Menyediakan sarana simulasi transaksi Perdagangan Berjangka bagi calon Nasabah;
h. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang pelaksanaan transaksi yang ditetapkan oleh Pialang Berjangka dan telah disetujui Bappebti;
i. Menyediakan ruangan perdagangan (dealing room) yang terpisah dengan ruangan penyelesaian (settlement room);
j. Menyediakan sarana untuk transaksi secara langsung maupun tidak langsung; k. Merekam dan mencatat penerimaan amanat dari Nasabah dalam Kartu Amanat
dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.15.;
l. Mengkonfirmasikan kepada Nasabah tentang transaksi yang telah dilaksanakan dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.16., dalam hal penyampaian transaksi dilakukan secara tidak langsung oleh Nasabah;
m. Menyampaikan Laporan Transaksi Harian (Daily Statement) kepada Nasabah; n. Menjelaskan alternatif penyelesaian perselisihan perdata khususnya mengenai
sengketa keuangan;
o. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang penanganan pengaduan Nasabah oleh Pialang Berjangka dan telah disetujui Bappebti; dan
p. Membentuk unit yang berfungsi untuk memberikan pelayanan pengaduan Nasabah dan mengawasi kepatuhan terhadap peraturan.
Diantara berbagai informasi tentang barang atau jasa konsumen yang
diperlukan konsumen, tampaknya yang paling berpengaruh pada saat ini adalah
informasi yang bersumber dalam bentuk iklan atau label, tanpa mengurangi pengaruh
dari berbagai bentuk informasi pengusaha lainnya.
2) Tentang Iklan
Iklan adalah bentuk informasi yang umumnya bersifat sukarela sekalipun
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (pasal 9, 10, 12, 13, 17, dan pasal
20)39
KUH perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dan/atau KUHD (Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang), keduanya diummumkan pada tanggal 30 april
1847 dalam staatblad No.23 dengan segala tambahan dan/atau membuat
kaidah-kaidah tentang periklanan.
Satu-satunya ketentuan termuat dalam KUH Perdata yang tampaknya digunakan
adalah ketentuan tentang perbuatan atau melawan hukum (Pasal 1365 KUH Perdata),
yaitu sepanjang iklan tertentu menimbulkan kerugian pada pihak lain. Adapun dalam
undang-undang kepailitan, terlepas untuk siapa perundang-undangan itu berlaku,
khususnya menyangkut perilaku pengumuman iklan keputusan pengadilan tentang
pernyataan pailit dan segala akibat-akibatnya dari seseorang atau badan usaha (pasal
13 jis, pasal 16, 105, 163 c dan keseterusnya)40
Menurut ketentuuan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, Pasal 9 ayat (1) berbunyi :
“pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, meng-iklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar dan/atau seolah-olah dan seterusnya”.
39
Az. Nasution, hukum perlindungan konsumen suatu pengantar, (Jakarta: diadit media, 2001), hal 55-57
Sayangnya dalam undang-undang ini tidak dicantumkan apa yang dimaksud dengan
iklan, yang terdapat dalam perundang-undang ini hanyalah berbagai larangan dan
suruhan berkaitan dengan periklanannya saja.41
Dari hal-hal tersebut diatas tentang kedudukan periklanan ini dalam masyarakat
usaha, setidaknya terdapat dua batasan iklan, yang satunya ditetapkan oleh
Dapertemen Kesehatan dan yang lainnya oleh Sistem Penyiaran Nasional. Tentu saja
tidak terlepas mana yang baik dan mana yang tepat.
Dapertemen kesehatan (Peraturan Mentri kesehatan Nomor 329 tahun 1976,
Pasal 1 Butir 13) menetapkan sebagai berikut :
“iklan adalah suatu usaha dengan cara apapun untuk meningkatkan penjualan,
baik secara langsung maupun tidak langsung.”
Adapun sistem penyiaran nasional (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002
Tentang Penyiaran) pasal 1 butir (5) merumuskan siaran iklan adalah :
“siaran informasi yang berbentuk komersial dan layanan masyarakat tentang
tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan
atau yanpa imbalan kepeada lembaga penyiaran yang bersangkutan.
Menurut peraturan kepala badan pengawas perdagangan berjangka komoditi
nomor : 83/BAPPEBTI/per/06/2010 Tentang, tata cara pelaksanaan kegiatan promosi
atau iklan, pelatihan dan pertemuan di bidang perdagangan berjangka komoditi42
Pasal 1 ayat (1)
,
yaitu
menyebutkan bahwa : “ Promosi atau iklan adalah setiap pernyataan, penjelasan, atau uraian mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perdagangan berhangka yang disampaikan kepada masyarakat baik secara lisan maupun tertulis, melalui media cetak, media elektronik, pertemuan resmi maupun tidak resmi.”
Pasal 3
menyenyebutkan bahwa pialang berjangka atau pengelola sentra dana bejangka dalam melakukan kegiatan promosi atau ikalan, pelatihan, dan pertemuan dilararang untuk :
1) Menggunakan cara tidak jujur atau menipu, yang tidak sesuai dengan fakta atau secara sengaja menghilangkan fakta sehingga menyesatkan masyarakat;
2) Menggunakan cara pemaksaan;
3) Membuat pernyataaan bahwwa perdagagan berjangka merupakan sarana investasi yang tepat bagi semua orang antara lain hanya boleh mengemukakan keuntungan tanpa mengemukakan kemungkinan terjadinya kerugian
4) Membuat pernyataan yang dapat memperdaya masyarakat anatara lain dengan menyembunyikan atau menghilangkan materi atau fakta, atau hanya menyampaikan laporan keuntungan perdagangan yang diperoleh dimasa lampau tanpa menjelaskan bahwa hal itu bukan cerminan keberhasilan di masa dating, atau menyampaikan data kinerja masa lalu dan laporan keuangan termasuk tingkat mengembalian investasi yang tidak berdasarkan perhitungan yang akurat sesuai peraturan yang berlaku.
Sudah jelas bahwa didalam perdagangan berjangka komoditi juga mengatur
tentang segala bentuk iklan dalam kegiatan tersebut dan tata cara pelaksanaannya.
42
Mengenai perilaku periklanan yang lengkap diatur dalam pasal 17 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, adalah sebagai berikut :
1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang:
a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan/atau jasa;
b. Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;
c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa;
d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa; e. Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang
atau persetujuan yang bersangkutan,
f. Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenaiperiklanan.
2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah melanggar ketentuan pada ayat (1).
Selanjutnya, berkaitan dengan tanggung jawab pelaku usaha perikalanan ini diatur
dalam pasal 20, sebagai berikut.
Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang di produksi dan segala
akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Berkaitan dengan pelaku periklanan itu
yang dilararang dan tentang tanggung jawabnya itu, suatu hal yang perlu
dipertanyakan, siapakah pelaku usaha perikalanan itu? Dari sudut perikalan menurut
Az. Nasution terdapat tiga jenis pelaku usaha, yaitu43
a. Pengiklan, yaitu perusahaan yang memesan iklan untuk mempromosikan,
memasarkan, dan/atau menawarkan produk yang mereka edarkan.
43
b. Perusahaan iklan, adalah perusahaan/biro yang bidang usahanya adalah
mendesain atau membuat iklan untuk para pemesannya
c. Media, media elektronik atau non elektronik atau bentuk media lain, yang
menyiarkan atau menayangkan iklan-iklan tersebut.
3) Hal-hal yang berkitan dengan perikatan
Dalam KUH Perdata Buku ke III, tentang perikatan (van verbintenissen), termuat
ketentuan-ketentuan tentang subjek-subjek hukum dari perikatan, syarat-syarat
perikatan, tentang resiko jenis-jenis perikatan tertentu, syarat-syarat pembatalannya,
dan beragai bentuk perikatan yang dapat diadakan (pasal 1233).
Selanjutnya Pasal 1234 menyebutkan jenis-jenis perjanjian (prestasi) yang dapat
diadakan terdiri atas memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu.44
Perikatan yang terjadi karna undang-undang, dapat timbul karna undang-undang, baik
karna undang-undang maupun sebagai akibat perbuatan seseorang, perbuatan itu
dapat berupa perbuatan yang diperbolehkan (halal) atau perbuatan yang melanggar
hukum (pasal 1352,1353, dan seterusnya).
Dalam perikatan yang timbul karna perjanjian, tidak dipenuhi atau
dilanggarnya butir-butir perjanjian itu, setelah di penuhinya syarat tertentu, dapat
44
mengakibatka cedera janji (wanprestatie). Perbuatan cedera janji memberikan pada
pihak yang di cederai janji untuk menggugat ganti rugi berupa biaya, kerugian, dan
bunga (pasal 1236 dalam hal perjanjian memberikan sesuatu, pasal 1239, dan Pasal
1242 dalam hal perjanjian atau tidak berbuat sesuatu, pasal 1243,1244,1246), dan
seterusnya.
Kerugian-kerugian itu selain dari biaya yang sungguh-sungguh telah
dikeluarkan, kerugian kerugian yang dialami, juga termasuk keuntungan
(winstderving) yang diharapkan yang tidak diterima karna perbuatan ingkar janji
tertentu.
Perikatan juga dapat terjadi tanpa adanya perjanjian. Antara lain, yang terpenting
terlihat pada perikatan karna terjadinya perbuatan atau kealpaan yang melanggar atau
melawan hukum (selanjutnya disebut PMH)45
Apabila seseorang dirugikan karna karna perbuatan seseorang lain, sedang antara
mereka tidak terdapat sesuatu perjanjian (hubungan hukum suatu perjanjian), maka
berdasarkan undang-undang dapat juga timbul atau terjadi hubungan hukum antara
orang tersebut dan orang yang menimbulkan kerugian itu.
Pasal 1365 KUH perdata berbunyi :
“Setiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.
45
Unsur-unsur perbuatan Melawan Hukum46
1) Unsur pelanggran atas hak-hak orang lain. :
Yang dimaksudkan adalah hak-hak subjektif orang lain. Kedalamnya termasuk
hak-jak kebendaan dan lain-lain hak yang bersifat mutlak ( seperti hak milik,
oktroi, dan hak merek), hak-hak pribadi perseorangan (persoonlijk-rechten)
seperti hak-hak atas integritas (harga diri), kehormatan dan nama baik seseorang.
2) Unsur bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku
Yang dimaksud adalah kewajiban hukum yang diletakkan perundang-undangan
dalam arti materil, ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, baik bersifat perdata
maupun public (misalnya perbuatan pelanggaran atau kejahatan seperti termuat
dalam KUHP)
3) Unsur bertentangan dengan kehati-hatian yang hidup atau harus diindahkan dalam
kehidupan masyarakat.
Sejak tahun 1919, unsur ini tampaknya merupakan unsur yang terpenting dalam
penetuan tolok ukur perbuatan melawan hukum. Ia menunjuk pada kebiasaan tidak
tertulis, yang dapat digunakan dalam dengan berdiri sendiri, baik secara terlepas dari
atau secara bersama-sama unsur-unsur lainnya. Pada pokoknya orang haruslah
memperhatikan perilaku yang dianggap patut (behoorlijk) dalam masyarakat
46
dikaitkan dengan kepentingan perorangan satu sama lain. Mengenai penerapannya
harus dilihat kasus per kasus.
Perjanjian antara perusahaan Pialang Berjangka dengan nasabah tidak diatur
dalam KUH Perdata, tetapi dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam pasal
1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, maka
perjanjian antara perusahaan Berjangka dengan nasabah dapat saja terjadi Perjanjian
antara perusahaan Pialang Berjangka dengan nasabah tidak diatur dalam KUH
Perdata, tetapi dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, maka perjanjian
antara perusahaan Berjangka dengan nasabah dapat saja terjadi47
Perjanjian antara perusahaan pialang berjangka dengan nasabah / investor
dalam transaksi perdagangan berjangka komoditi harus berlandaskan pada Pasal
1320 KUH Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian bahwa48
Syarat sahnya perjanjian ada empat yaitu :
:
1. Sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu pendapat; 3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
47
Dikutip dari http://www.bappebti.go.id. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013
48
Syarat 1 dan 2 dinamakan syarat subyektif karena mengenai subyek yang
melakukan perjanjian, sedangkan dua syarat terakhir dinamakan syarat obyektif
karena mengenai obyek dari perjanjian tersebut. Apabila salah satu syarat subyektif
tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan atas permintaan salah satu
pihak. Sedangkan jika salah satu syarat obyektif tidak terpenuhi maka perjanjian
tersebut batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu
perjanjian dan tidak pernah ada perikatan.49
Dalam Pasal 1320 KUH Perdata sebenarnya tidak mempermasalahkan media yang
digunakan dalam transaksi. Dengan kata lain Pasal 1320 KUH Perdata tidak
mensyaratkan bentuk dan jenis media yang digunakan dalam bertransaksi. Oleh
karena itu, dapat saja dilakukan secara langsung maupun secara elektronik. Demikian
pula asal kebebasan berkontrak yang dianut KUH Perdata, para pihak dapat dengan
bebas menentukan dan membuat suatu perjanjian dalam bertransaksi yang dilakukan
dengan itikad baik. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata.
Jadi apapun bentuk dan media dari kesepakatan tersebut, tetap berlaku dan mengikat
para pihak karena perikatan tersebut merupakan Undang-undang bagi yang
membuatnya.
Dari perjanjian sebagaimana disebut diatas, Perjanjian antara Perusahaan
Pialang Berjangka dengan Nasabah / Investor dalam transaksi perdagangan berjangka
adalah dibuat dalam formulir-formulir yang telah dibakukan secara rinci dan cermat.
49