PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
PADA KELUARGA YANG MEMPUNYAI BALITA
DI DUSUN III DESA PANTAI GEMI
KECAMATAN STABAT
KABUPATEN LANGKAT
TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh Erni Safwan
111121016
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
PRAKATA
Bismilahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi Penelitian ini. Skripsi penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2012 dengan judul :
“Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) Pada Keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat
Tahun 2012”.
Dalam penyusunan skripsi penelitian ini penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS selaku Pudek 1 Fakultas Keperawatan USU
3. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns. M.Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta
dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
4. Ibu Siti Zahara Nst, S.Kp. MNS, selaku penguji I dan Ibu Evi Karota Bukit,
S.Kp. MNS, selaku penguji II yang telah memberikan masukan serta saran
5. Bapak Setiawan, S.Kp. MNS, PhD selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan selama saya menyelesaikan akademi di
Fakultas Keperawatan USU.
6. Bapak kepala Lingkungan III Desa paya Mabar yang telah mengijinkan
peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas.
7. Bapak Kepala Dusun III Desa Pantai Gemi yang telah bersedia memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan survey awal dan penelitian di Desa
Pantai Gemi.
8. Kepada seluruh orangtua (masyarakat) di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.
Stabat Kab. Langkat yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
9. Bapak dan ibu dosen beserta staf Fakultas Keperawatan USU yang telah
memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama penulis dalam pendidikan.
10.Teristimewa kepada ayahanda dan ibunda serta keluarga besarku yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil dan doa yang tulus untuk
penulis.
11.Adik- adik saya Khairul muammar, Rinaldi Arianto, Rizki Narahmat, dan
Nazwa Ariska Putri, terimakasih atas motivasi dan kasih sayang yang sudah
diberikan pada penulis.
12. Sahabat-sahabat saya yang selama ini menemani dikala suka dan duka,
terimakasih untuk hari-hari yang dilewati, dan teman-teman seperjuangan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi penelitian ini masih
terdapat kekurangan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena
keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi penelitian ini.
Akhir kata kepada-Nya kita berserah diri semoga skripsi penelitian
ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
keperawatan khususnya keperawatan komunitas dan pihak-pihak yang
membutuhkan.
Medan, Februaris 2013
DAFTAR ISI Halaman Judul
Halaman Pengesahan ... i
Prakata...ii
Daftar Isi...v
Daftar Tabel ... ... vii
Abstrak...viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 8
2.1.1 Definisi ... 8
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan ... 9
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 10
2.2 Sikap ... 12
2.2.1 Definisi Sikap ... 12
2.2.2 Komponen Dan Ciri-ciri Sikap ... 13
2.2.3 Fungsi Sikap ... 14
2.2.4 Tingkatan Sikap ... 15
2.2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap .... 16
2.3 Orang tua ... 17
2.3.1 Definisi Orang tua ... 17
2.3.2 Peran Orang tua dalam Keluarga ... 18
2.4 Keluarga ... 18
2.4.1 Pengertian Keluarga ... 18
2.4.2 Bentuk-bentuk Keluarga ... 19
2.4.3 Fungsi Pokok Keluarga ... 21
2.4.4 Tugas Pokok Keluarga ... 22
2.4.5 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan ... 22
2.4.6 Peran Keluarga ... 24
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ... 36
3.2 Definisi Operasional ... 37
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 40
4.2 Populasi dan sampel ... 40
4.2.1 Populasi ... 40
4.2.2 Sampel ... 40
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42
4.4 Pertimbangan Etik ... 42
4.5 Instrumen Penelitian ... 43
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 46
4.7 Pengumpulan Data ... 47
4.8 Analisa Data ... 48
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian ... 49
5.2Pembahasan ... 58
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 68
6.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Menjadi Responden 2. Surat Kesediaan Menjadi Responden 3. Instrumen Penelitian
4. Jadwal penelitian
5. Rencana Anggaran Penelitian 6. Surat izin survey awal
7. Surat Ijin Pengambilan Data 8. Surat Selesai Penelitian 9. Uji Reliabilitas
Judul : Pengetahuan dan Sikap Orang tua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat.
Peneliti : Erni Safwan
Nim : 111121016
Fakultas : Keperawatan Sumatera Utara Tahun Akademik : 2011/2012
Abstrak
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus dimulai dari rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan asset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu di jaga, di tingkatkan dan di lindungi kesehatannya. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Perilaku yang di dasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Kemudian muncul persepsi dari individu dan muncul sikap, niat, keyakinan/ kepercayaan yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi sebuah perbuatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan dan sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga khususnya ibu yang memiliki anak balita berusia 1-5 tahun di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat. Desain penelitian adalah deskriptif. Jumlah sampel 52 orang, Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memilki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan kategori baik (59,6%), 11 responden memiliki pengetahuan cukup (21,2%) dan 10 responden memiliki pengetahuan kurang (19,2%). Sedangkan sikap responden tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menunjukkan bahwa responden memiliki karakteristik sikap positif tentang PHBS yaitu 40 responden (76,9%) dan 12 responden (23,1%) memiliki karakteristik sikap negative tentang PHBS. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat adalah baik (positif). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta dapat ikut serta dalam peningkatan pengetahuan dan penerepan PHBS di masyarakat.
Title : Knowledge and Attitudes Parents About Hygiene and Healthy Behaviors (PHBS) in the Family have childrens in Dusun III Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
Researcher : Erni Safwan
Nim : 111121016
Faculty : Nursing North Sumatra
Academic Year : 2011/2012
ABSTRACT
Behavior and healthy (PHBs) should start from home, because a healthy household is a capital asset or future development that need to be on guard, on the increase and protect their health. Behavior of a person or the public's health is determined and shaped by the knowledge received. Behavior that is based on knowledge will be more lasting than behavior, fueled by knowledge. Then came the perception of individuals and emerging attitudes, intentions, beliefs / confidence to motivate and realize the desire to be an act. The purpose of this study was to determine the knowledge and attitudes About Clean and Healthy Behavior (PHBs) The family especially mothers of toddlers aged 1-5 years in the Hamlet III Kec.Stabat Kab.Langkat Gemi Beach Village. The study design was descriptive. Total sample 52 people, the sampling method used was purposive sampling. Data were collected from respondents using a questionnaire. This research was conducted in August and September. The results showed that the respondents have the knowledge about healthy behavior and good category (59.6%), 11 respondents had sufficient knowledge (21.2%) and 10 respondents had less knowledge (19.2%). While respondents attitudes about living a clean and healthy behavior (PHBs) show that respondents have a positive attitude about the characteristics of PHBs that 40 respondents (76.9%) and 12 respondents (23.1%) had a negative attitude about the characteristics of PHBs. In general it can be concluded that the knowledge and attitude of parents about healthy behavior and the family in the hamlet III Gemi Beach Village district. Stabat Kab. Langkat is good (positive). This study is expected to provide information about the behavior of living clean and healthy and able to participate in the improvement of knowledge and penerepan PHBs in the community.
Judul : Pengetahuan dan Sikap Orang tua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat.
Peneliti : Erni Safwan
Nim : 111121016
Fakultas : Keperawatan Sumatera Utara Tahun Akademik : 2011/2012
Abstrak
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus dimulai dari rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan asset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu di jaga, di tingkatkan dan di lindungi kesehatannya. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Perilaku yang di dasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Kemudian muncul persepsi dari individu dan muncul sikap, niat, keyakinan/ kepercayaan yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi sebuah perbuatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan dan sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga khususnya ibu yang memiliki anak balita berusia 1-5 tahun di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat. Desain penelitian adalah deskriptif. Jumlah sampel 52 orang, Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memilki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan kategori baik (59,6%), 11 responden memiliki pengetahuan cukup (21,2%) dan 10 responden memiliki pengetahuan kurang (19,2%). Sedangkan sikap responden tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menunjukkan bahwa responden memiliki karakteristik sikap positif tentang PHBS yaitu 40 responden (76,9%) dan 12 responden (23,1%) memiliki karakteristik sikap negative tentang PHBS. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat adalah baik (positif). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta dapat ikut serta dalam peningkatan pengetahuan dan penerepan PHBS di masyarakat.
Title : Knowledge and Attitudes Parents About Hygiene and Healthy Behaviors (PHBS) in the Family have childrens in Dusun III Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
Researcher : Erni Safwan
Nim : 111121016
Faculty : Nursing North Sumatra
Academic Year : 2011/2012
ABSTRACT
Behavior and healthy (PHBs) should start from home, because a healthy household is a capital asset or future development that need to be on guard, on the increase and protect their health. Behavior of a person or the public's health is determined and shaped by the knowledge received. Behavior that is based on knowledge will be more lasting than behavior, fueled by knowledge. Then came the perception of individuals and emerging attitudes, intentions, beliefs / confidence to motivate and realize the desire to be an act. The purpose of this study was to determine the knowledge and attitudes About Clean and Healthy Behavior (PHBs) The family especially mothers of toddlers aged 1-5 years in the Hamlet III Kec.Stabat Kab.Langkat Gemi Beach Village. The study design was descriptive. Total sample 52 people, the sampling method used was purposive sampling. Data were collected from respondents using a questionnaire. This research was conducted in August and September. The results showed that the respondents have the knowledge about healthy behavior and good category (59.6%), 11 respondents had sufficient knowledge (21.2%) and 10 respondents had less knowledge (19.2%). While respondents attitudes about living a clean and healthy behavior (PHBs) show that respondents have a positive attitude about the characteristics of PHBs that 40 respondents (76.9%) and 12 respondents (23.1%) had a negative attitude about the characteristics of PHBs. In general it can be concluded that the knowledge and attitude of parents about healthy behavior and the family in the hamlet III Gemi Beach Village district. Stabat Kab. Langkat is good (positive). This study is expected to provide information about the behavior of living clean and healthy and able to participate in the improvement of knowledge and penerepan PHBs in the community.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan
untuk mencapai Indonesia sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup
dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai
akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus di mulai dari rumah tangga,
karena rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di
masa depan yang perlu di jaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.
Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi
dan non infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu
diberdayakan untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Pembinaan PHBS di Rumah Tangga merupakan salah satu strategis untuk
menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk
hidup bersih dan sehat. Melalui upaya ini, setiap rumah tangga diberdayakan agar
tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan
masalah-ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber masyarakat (Depkes RI, 2007)
PHBS dalam tatanan rumah tangga meliputi 10 indikator, yaitu:
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi asi eksklusif,
menimbang bayi dan balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban, memberantas jentik nyamuk
di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas setiap hari, tidak
merokok didalam rumah (Depkes RI, 2007).
Cakupan indikator PHBS di indonesia bervariasi setiap indikatornya.
Hasil Survey Kesehatan Nasional (2004), pencapaian rumah tangga sehat berkisar
24,38%, masih jauh dari target minimal yaitu 65% pada tahun 2010. Cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan masih sebesar 64% sedangkan target nasional
adalah 90%. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) sangat rendah
yaitu sebesar 19%, sedangkan target nasional sebesar 80%. Jenis sumber air sehat
yang paling banyak digunakan adalah air sumur terlindung (35%), rumah tangga
yang menggunakan dan memiliki jamban hanya sebesar 27% sedangkan target
yang harus dicapai tahun 2010 adalah 85%. Untuk Asi eksklusif yang dikenal
dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) baru mencapai 30%. Ditinjau gaya hidup
sehat di masyarakat, perokok usia belia 5-9 tahun meningkat secara signifikan dari
Berdasarkan Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2007 yang diterbitkan
oleh BPS, sumber air minum yang digunakan rumah tangga dikategorikan
menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung dan tidak
terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa,
mata air terlindung, sumur terlindung dan air hujan. Sedangkan sumber air minum
tak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai
dan lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa persentase rumah tangga di Provinsi
Sumatera Utara yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 76,8%,
sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak
terlindung sebesar 23,2%. Kabupaten/Kota dengan persentase terbesar untuk
rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung adalah Kota Pematang
Siantar 97,4%, diikuti oleh Kota Medan sebesar 97,0% dan Kota Tebing Tinggi
94,4%. Persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung
paling rendah berada di Kabupaten Nias sebesar 27,6%, diikuti oleh Kabupaten
Samosir (29%) dan Kabupaten Nias Selatan (34,6%).
Data Susenas 2007, menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di
Sumatera Utara (80,7%) tingkat huniannya tidak padat (memenuhi syarat) dan
sebagian kecil lainnya (19,3%) belum memenuhi syarat. Bila dilihat berdasarkan
jenis lantainya, sebagian besar rumah tangga menempati rumah yang berlantai
bukan tanah. Persentase penggunaan lantai “bukan tanah” di Provinsi Sumatera
Utara sudah mencapai 94,5%, dimana Kota Tanjung Balai merupakan Kota
masing-masing 98,4% dan 80,8%. Bila dibandingkan menurut daerah tempat tinggal,
rumah tangga diperkotaan yang lantai rumahnya bukan dari tanah lebih banyak
dibandingkan dengan rumah tangga di perdesaan (97,3% berbanding 92,3%).
Merujuk hasil Riskesdas tahun 2007, di Provinsi Sumatera Utara perilaku
BAB di jamban proporsinya mencapai 76,2%. Sedangkan yang berperilaku cuci
tangan dengan benar sangat bervariasi menurut kabupaten/kota dengan rata-rata
14,5%. Bila dilihat perilaku BAB yang benar berdasarkan Kab/Kota yang
tertinggi, secara berurutan adalah Kota Binjai (99,6%), Pematang Siantar (98,2%)
dan Medan 96% sedangkan yang terendah secara berurutan, Kabupaten Tapanuli
Selatan (30,4%), Mandailing Natal (37,3%) dan Samosir (46,4%). Sedangkan
perilaku cuci tangan yang benar secara berurutan dari yang tertinggi adalah
Kabupaten Nias (45,8%), Nias Selatan (40%) dan Binjai 31,4% (Riskesdas,
2007).
Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut
kecamatan dan puskesmas kabupaten langkat tahun 2010 di 23 kecamatan, dengan
210 jumlah rumah tangga yang dipantau terdapat 112 yang ber-PHBS (53,33%)
(Bidang PKLM, 2010).
Penyakit yang sering muncul akibat rendahnya phbs adalah cacingan,
diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan sebagainya yang pada akhirnya akan
mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya kualitas
sumber daya manusia. Di Indonesia diare meningkat dari tahun ke tahun yang
Pada tahun 2006 terjadi lonjakan KLB diare yaitu 10.980 orang penderita dari
5.050 orang penderita pada tahun 2005 (Depkes RI, 2007). Berdasarkan laporan
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, pada tahun 2008 tingkat
kematian pada penyakit diare mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya. Tahun 2008 CFR akibat diare sebesar 4,78% dengan 10 penderita
meninggal dari 209 kasus. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu dengan
CFR 1,31% dengan 4 penderita meninggal dari 304 kasus (Subdis P2P – PL
Dinkes Prov.Sumut, 2008)
Penelitian lain yang dilakukan Habibah (2008) tentang Hubungan
Pengetahuan dengan Sikap terhadap Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
dalam Rumah Tangga di Puskesmas Sidomulyo, menunjukkan adanya hubungan
bermakna antara pengetahuan terhadap penerapan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dalam Rumah tangga, dengan nilai p value 0,033 = 0,05, maka pengetahuan
berhubungan dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah
tangga. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dengan sikap ternyata
berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Dusun III Desa Pantai
Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat tampak lingkungan yang kotor, banyak
sampah-sampah berserakan baik dihalaman rumah maupun diparit-parit dengan bau tak
sedap, ada 10 orang anak-anak yang bermain-main tanpa menggunakan sandal,
dan warga setempat masih menggunakan sungai sebagai tempat untuk MCK
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti
tentang ’’Pengetahuan dan sikap Orang tua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita di Dusun III Desa
Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat’’
1.2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah ’’Pengetahuan dan sikap Orang tua Tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita di Dusun
III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat Tahun 2012”.
1.3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Pengetahuan Orang tua Tentang Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita
di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat Tahun 2012.
b. Untuk mengetahui Sikap Orang tua Tentang Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) Pada Keluarga yang Mempunyai Anak Balita di
Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat Tahun 2012.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan informasi dan
pengetahuan dalam pengembangan pelayanan di keperawatan khususnya
1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Sebagai masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
membantu memecahkan masalah tentang PHBS bagi warga desa pantai
gemi kec.stabat kab.langkat khususnya Dusun III.
1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk melaksanakan penelitian
lebih lanjut mengenai cara meningkatkan motivasi peran orang tua dalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni Indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour)
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang yang
didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan
sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari luar sekolah. Selain itu,
pengetahuan juga dapat diperoleh dari media imformasi yaitu media cetak seperti
buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain, juga dari media elektronika seperti
televisi, radio, dan internet (Purwanto, 1996 dalam Sonny, 2001).
Rogers (1974, dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni: 1) Awareness (kesadaran), dimana orang
tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
sikap subjek sudah mulai timbul. 3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap
baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi. 4) Trial, di mana subjek tersebut mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5) Adoption, di mana
subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
yakni :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
– hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,
2007).
2.1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal
(Notoadmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:
1) Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses
masyarakat. Beberapa hasil penelitian mempengaruhi pendidikan
terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan
itu mempertinggi taraf intelegensi individu.
2) Persepsi mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang diambil.
3) Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak
yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
dengan mengeyampingkankan hal-hal yang dianggap kurang
bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi
memerlukan rangsangan dari dalam individu (biasanya timbul dari
perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas)
maupun dari luar (merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan).
Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan
pentingnya suatu perilaku dan dirasakan satu kebutuhan.
4) Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan),
juga merupakan kesadaran akan sesuatua hal yang tertangkap oleh
indra manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang
berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang
berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman
masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan
perilaku masa kini.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain;
Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan
sikap dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan, sering
dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku
normal, kebiasaan, nilai, penggunaan sumber-sumber di dalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi
keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan
mempengaruhi perilaku. (Notoadmodjo, 2003).
2.2 Sikap (attitude) 2.2.1 Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek.
Newcomb ialah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
(Notoatmodjo, 2007).
Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negative
terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten (abu ahmadi, 1999 dalam
2.2.2 Komponen Dan Ciri-Ciri Sikap
Menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3
komponen yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b.Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c.Kecenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2007).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude).
Ciri-ciri sikap sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli pada intinya sama,
yaitu :
a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari (learnability) dan
dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang
perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.
b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk
itu sehingga dapat dipelajari.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek
sikap.
d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada
sekumpulan/ banyak objek.
e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.
f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga
2.2.3 Fungsi Sikap
Menurut Sunaryo (2004), sikap memiliki 5 fungsi yakni sebagai berikut :
a. Fungsi Instrumental
Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan
menggambarkan keadaan keinginan. Sebagaimana kita maklumi
bahwa untuk mencapai suatu tujuan, diperlukan sarana yang disebut
sikap. Apabila objek sikap dapat membantu individu mencapai tujuan,
individu akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut atau
sebaliknya.
b. Fungsi Pertahanan Ego
Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri dari
kecemasan atau ancaman harga dirinya.
c. Fungsi Nilai Ekspresi
Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu. Sistem
nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang
diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.
d. Fungsi Pengetahuan
Sikap ini membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa
keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu
e. Fungsi Penyesuaian Sosial.
Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat.
Dalam hal ini, sikap yang diambil individu tersebut akan dapat
menyesuaikan dengan lingkungannya.
2.2.4 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar
atau salah, adalah berarti bahwa orang yang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atau segala sesuatu yang telah dipilihnya
2.2.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Dan Perubahan Sikap
Sebagaimana diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi
dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang
perkembangan selama hidupnya. Ada dua faktor yang mempengaruhi
pembentukan dan perubahan sikap yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
1. Faktor internal
Faktor ini berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu
menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari
luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak.
Hal-hal yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada
dalam diri individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor
penentu pembentukan sikap.
2. Faktor eksternal
Faktor ini berasal dari luar diri individu, berupa stimulus untuk
membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat
langsung, misalnya individu dengan individu, individu dengan
kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara,
seperti: alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun
2.3. Orang Tua
2.3.1. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh
dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang
menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan
pengertian orang tua di atas, tidak lepas dari pengertian keluarga, karena orang tua
merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh
keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang
dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang
memiliki tempat tinggal bersama. Keluarga merupakan suatu grup sosial primer
yang didasarkan pada ikatan perkawinan (hubungan suami-istri) dan ikatan
kekerabatan (hubungan antar generasi, orang tua- anak) sekaligus. Namun secara
dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai
anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan
berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka
2.3.2 Peran Orang Tua dalam Keluarga
Menurut Gunarsa (2001) dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada
dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu,
secara umum peran kedua individu tersebut adalah:
a. Peran ibu adalah
1. Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik
2. Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan
konsisten
3. Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak
4. Menjadi contoh dan teladan bagi anak
b. Peran ayah adalah
1. Ayah sebagai pencari nafkah
2. Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa
aman
3. Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana,
mengasihi keluarga
2.4. Keluarga
2.4.1. Pengertian Keluarga
Menurut friedman (1998) dalam Sudiharto 2007, definisi keluarga adalah
dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling
membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
menyatakan bahwa, keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Dan menurut UU
No.10 tahun 1992 menyatakan bahwa, keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anaknya (Setiadi, 2008).
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting
untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga ini lah pendidikan
kepada individu dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat
yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya
dimulai dari keluarga.
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota
keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga yang ada disekitarnya
atau masyarakat disekitarnya atau dalam konteks luas berpengaruh terhadap
Negara (Setiadi, 2008).
2.4.2 Bentuk - Bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut :
1. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang terdiri dari
suami, istri dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun
adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin)
3. Keluarga besar (Extended family)
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, nenek, kakek,
keponakan, sepupu, bibi, paman dan sebagainya.
4. Keluarga berantai (social family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu
kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda
Keluarga yang terbentuk karena percereain atau kematian pasangan
yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
7. Keluarga kohabitasi (cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak
atau tidak.
8. Keluarga inses (incest family)
Keluarga yang tidak lazim (pekawinan sedarah), misalnya anak
perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan
anak kandung laki-laki, dan ayah yang menikah dengan anak
perempuan tirinya.
9. Keluarga tradisional dan nontradisional
Keluarga yang dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga
tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional
2.4.3 Fungsi Pokok Keluarga
Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi, dan
sosial yang berbeda. Oleh karena itu, keluarga harus berfungsi menjadi perantara
bagi tuntutan-tuntutan dan harapan dari semua individu yang ada dalam unit
tersebut. Friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki 5 fungsi
dasar, yaitu:
a) Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat
melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan
rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c) Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d) Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function),
yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
2.4.4 Tugas Pokok Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing
4. Sosialisasi antar anggota keluarga
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas
8. Membangitan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendy,
1998)
2.4.5 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freeman (1981) membagi
5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Kesehatan
merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana
perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga (Suprajitno,
2004).
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka
segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan
seyogyanya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar
keluarga.
3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama
atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Setiadi, 2008).
2.4.6 Peran Keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam
situasi social tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga
adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks
keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahum 1992 pasal 5 menyebutkan “setiap
orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungan”. Dari pasal di atas jelas bahwa
kelurga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya
meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain
adalah:
1. Peran ayah: ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/ pengayom, pemberi rasa
aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota
masyarakat kelompok social tertentu.
2. Peran ibu: ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik
anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
3. Anak: anak sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan
fisik, mental, sosial dan spiritual (Setiadi, 2008).
2.5 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di Rumah Tangga 2.5.1 Pengertian PHBS
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Sedangkan PHBS dirumah tangga adalah
upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan akif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).
2.5.2 Tujuan PHBS
Tujuan pelaksanaan pembinaan PHBS dirumah tangga adalah :
a. Meningkatkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan pembinaan
PHBS di rumah tangga.
b. Meningkatkan dukungan dan peran aktif Tim penggerak PKK
(pemberdayaan kesejahteraan keluarga) dalam pembinaan PHBS di
rumah tangga.
c. Memberdayakan keluarga untuk tahu, mau dan mampu melaksanakan
2.5.3 Manfaat PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat sangat banyak bermanfaat bagi penduduk
Indonesia, yaitu:
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota
keluarga.
4. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya
yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya
investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat
meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.
5. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di bidang kesehatan.
6. Meningkatkan citra pemerintah dalam bidang kesehatan.
7. Dapat menjadikan percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.
2.5.4 Sasaran PHBS
Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga, yaitu :
a. Pasangan usia Subur
b. Ibu hamil dan ibu menyusui
c. Anak dan remaja
d. Usia lanjut
2.5.5 Indikator PHBS
Depkes RI (2007), indikator pada tatanan rumah tangga adalah sebagai
berikut:
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter dan
tenaga paramedis lainnya) karena tenaga kesehatan merupakan orang
yang sudah ahli dan berkompeten dalam membantu persalinan,
sehingga kesehatan ibu dan bayi lebih terjamin keselamatan dan
kecacatannya.
2. Memberi bayi ASI eksklusif
pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara
eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya empat bulan,
tetapi bila mungkin sampai enam bulan. Setelah bayi berumur enam
bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan
ASI dapat diberikan sampai bayi berusia dua tahun atau bahkan lebih
dari dua tahun (Roesli, 2000). Adapun manfaat pemberian ASI bagi
bayi dan ibu adalah:
1) ASI mengandung nutrisi yang optimal, baik kuantitas dan
kualitasnya
3) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
4) ASI meningkatkan jalinan kasih ibu-anak (bonding)
5) Mengurangi risiko kanker payudara (ca mamma)
6) Mengurangi risiko kanker indung telur (caa ovarium) dan kanker
rahim (ca endometrium).
7) Mengurangi resiko keropos tulang (osteoporosis).
8) Mengurangi risiko rheumatoid artritis
9) Metode KB paling aman
10) Mengurangi risiko diabetes maternal
11) Mengurangi stress dan gelisah
12) Berat badan lebih cepat kembali normal (Roesli, 2010).
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembanga bayi dan
balita dilakukan penimbangan berat badan setiap bulan di posyandu,
fasilitas pelayanan kesehatan lain, atau pos pelayanan Anak Usia Dini
(PAUD) (Depkes RI, 2009).
4. Menggunakan air bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia
akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada
kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian
besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% badan
terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk
minum, masak dan mencuci, dan sebagainya. Diantara
kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan akan air
minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk
masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2007).
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa, syarat –syarat air minum
yang sehat adalah sebagai berikut: 1) Syarat fisik, persyaratan fisik
untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak
berasa, suhu dibawah suhu udara di luarnya. Cara mengenal air yang
memenuhi persyaratan fisik ini lebih sukar. 2) Syarat bakteriologis, air
minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen)
seperti bakteri coli melebihi batas –batas yang telah ditentukan yaitu 1
coli/100 ml air serta kandungan oksigen dalam air bersih berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air
minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l.
Apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air
tersebut buruk. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air
minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l, 3)
Syarat kimia, air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada
manusia.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan
perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada
umumnya. Rendahnya perilaku cuci tangan pakai sabun dan tingginya
tingkat efektifitas perilaku cuci tangan pakai sabun dalam mencegah
penularan penyakit, maka sangat penting adanya upaya promosi
kesehatan bermaterikan peningkatan cuci tangan tersebut. Dengan
demikian dapat dipahami betapa perilaku ini harus dilakukan, antara
lain karena berbagai alasan sebagai berikut: 1) Mencuci tangan pakai
sabun dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan ratusan ribu
anak meninggal setiap tahunnya, 2) Mencuci tangan dengan air saja
tidak cukup, 3) CTPS (cuci tangan pakai sabun) adalah satu-satunya
intervensi kesehatan yang paling “cost-effective” jika dibanding
dengan hasil yang diperolehnya (Dimyati, 2011).
Waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus diperhatikan,
yaitu saat-saat sebagai berikut: 1) Sebelum makan, 2) Sebelum
menyiapkan makanan, 3) Setelah buang air besar, 4) Setelah
menceboki bayi/anak, 5) Setelah memegang unggas atau hewan.
Beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang melakukan cuci
tangan pakai sabun, yaitu antara lain : 1) Membunuh kuman penyakit
disentri,flu burung, flu babi, 3) Tangan menjadi bersih dan bebas dari
kuman.
Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut : 1) Cuci
tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
seperlunya, 2) Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela
jari dan punggung tangan, 3) Bersihkan tangan menggunakan lap
bersih (Rahmani, 2010).
6. Menggunakan jamban sehat
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi
tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus
dikelola dengan dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus
di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat (Notoadmodjo, 2007).
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa, suatu jamban yang sehat
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Tidak mengotori
permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut, 2) Tidak mengotori air
permukaan disekitarnya, 3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya, 4)
Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang-binatang lainnya, 5) Tidak menimbulkan bau, 6) Mudah digunakan dan
dipelihara, 7) Sederhana desainya, 8) Murah, 9) Dapat diterima oleh
pemakainya.
Agar persyaratan- persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu
diperhatikan antara lain: 1) Sebaiknya jamban tertutup, artinya
binatang-binatang lain, terlindungi dari pandangan orang, 2) Bangunan
jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang
kuat, dan sebagainya, 3) Bangunan jamban sebaiknya ditempatkan
pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, dan tidak
menimbulkan bau dan sebagainya, 4) Sedapat mungkin disediakan alat
pembersihkan seperti air atau kertas pembersih (Notoadmodjo, 2007).
Jamban yang paling diajurkan untuk digunakan menurut Soeparman
dan Suparmin (2001) adalah jamban leher angsa. Tipe jamban ini
terdiri dari lantai beton biasa yang dilengkapi leher angsa. Slab (leher
angsa) dapat langsung dipasang di atas lubang galian, lubang hasil
pengeboran atau tangki pembusukan. Dengan adanya sekat air pada
leher angsa, lalat tidak dapat mencapai bahan yang terdapat pada
lubang jamban, dan bau tidak dapat keluar dari lubang tersebut.
7. Memberantas jentik didalam rumah seminggu sekali.
Pemberantasan jentik didalam rumah agar rumah bebas dari
jentik nyamuk. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga
penularan penyakit dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau
dikurangi dan kemungkinan terhindar dari penyakit semakin besar
seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, chikungunya dan
kaki gajah (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani, 2009).
8. Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari.
Sayur merupakan salah satu sumberdaya yang banyak terdapat
merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayur antara lain
mengandung karoten, vitamin C, vitamin B, kalsium, zat besi dan
karbohidrat dalam bentuk selulosa dan pektin atau disebut juga serat.
Sayur umunya rendah dalam kandungan protein dan lemak tetapi
tinggi dalam kandungan besi, kalsium, vitamin C dan provitamin A,
kecuali untuk beberapa jenis sayur tertentu. Jenis sayur yang banyak
mengandung serat adalah sayur daun hijau antara lain bayam,
kangkung, daun singkong, daun katuk, dan daun melinjo (Anwar,
Marliyati, Sulaiman, 1992 dalam Setiowati, 2000).
buah merupakan salah satu sumber bahan pangan nabati yang potensial
dan banyak mengandung zat gizi terutama vitamin dan mineral. Buah
juga dikenal sebagai bahan pangan yang kaya akan vitamin E, mineral
FE dan mineral ZN yang berfungsi menangkal radikal bebas
sedangkan serat banyak berfungsi dalam memperlambat kerusakan sel
secara dini (Anwar, Marliyati, Sulaiman, 1992 dalam Setiowati, 2000).
Sayur makanan yang bersifat alkalis/basa, dinilai lebih dapat
mengimbangi daging yang bersifat asam. Peran selenium dan kromium
(yang terkandung dalam sayur) dalam ratio tertentu mampu mencegah
terbentuknya karat lemak pada dinding pembuluh darah. Sayur yang
kandungan kalsiumnya lebih banyak dari susu, lebih-lebih yang
berasal dari tumbuhan laut, dapat mengatasi masalah zat kapur.
Radikal bebas yang diperoduksi dalam tubuh manusia, yang dapat
pembuluh darah, dapat diredam reaksinya dengan zat antioksidan.
Zt-zat yang berperan sebagai antioksidan sudah ditemukan diantaranya
vitamin C, E dan selenium. Zat-zat ini terkandung dalam berbagai
macam sayur, meskipun jenisnya belum diketahui secara pasti
(Nadesul, 1994 dalam Setiowati, 2000).
Khomsan dan Nasution (1995 dalam Setiowati, 2000), pengetahuan
gizi merupakan landasan penting menentukan konsumsi pangan
keluarga. Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya di dalam
pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan
yang mencukupi kebutuhan bisa lebih terjamin.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Melakukan aktivitas fisik setiap hari dapat terhindar dari
penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi,
kencing manis dan lain-lain. Berat badan terkendali, otot menjadi
lentur dan tulang menjadi lebih kuat, bentuk tulang bagus, lebih
percaya diri, lebih bertenaga, dan bugar dan secara keseluruhan
keadaan kesehatan menjadi baik (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani,
2009).
10.Tidak merokok di dalam Rumah
Rokok ibarat pabrik kimia. Dalam satu batang rokok yang
dihisap akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya,
Monoksida (CO). Nikotin ini menyebabkan ketagihan dan merusak
jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan paru-paru dan
kanker.CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa
oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati (Depkes RI, 2007 dalam
Suriyani, 2009).
Batasan operasional penduduk umur 15 tahun ke atas yang tidak
pernah merokok dalam 1 bulan terakhir. Rumah tangga tidak merokok
adalah rumah tangga dimana tidak ada anggota rumah tangga umur 15
tahun keatas yang merokok di dalam rumah setiap hari. Berdasarkan
batasan operasional ini, maka yang dimaksud tidak merokok adalah
penduduk yang tidak merokok selama sebulan yang lalu saat dilakukan
survey. Oleh sebab itu mantan perokok adalah termasuk kategori tidak
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka konsep pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
tingkat pengetahuan dan sikap orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat
pada keluarga. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka diatas maka
kerangka konsep secara sistematis dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Skema 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan Dan Sikap Orangtua tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Keluarga.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
Keluarga meliputi:
10 indikator PHBS pada tatanan rumah
tangga :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2. Memberi ASI eksklusif.
3. Menimbang balita setiap bulan.
4. Menggunakan air bersih.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun.
6. Menggunakan jamban yang sehat.
7. Memberantas jentik didalam rumah
seminggu sekali.
8. Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Kerangka konseptual penelitian ini menggambarkan bahwa sikap orangtua tentang
perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan
orangtua. Pengetahuan orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan masukan sumber informasi dan
pengalaman. Sedangkan sikap orangtua tentang perilaku hidup bersih dan sehat
mencakup faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu daya pilih
seseorang untuk menerima atau menolak. Sedangkan faktor eksternalnya adalah
faktor diluar pribadi manusia yaitu interaksi antar manusia, kebudayaan, surat
kabar, radio, televisi dan majalah.
3.2 Definisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala
1 Pengetahuan
Orangtua
-Yaitu salah satu hasil tahu
dari orangtua tentang
perilaku hidup bersih dan
sehat pada keluarga di
Dusun III Desa Pantai
Gemi Kec.Stabat
Kab.Langkat yang
meliputi 10 indikator
PHBS yaitu :
-Persalinan di tolong oleh
tenaga kesehatan
-Memberi Asi eksklusif.
-Menimbang balita setiap
bulan
-Menggunakan air bersih
2.
Sikap
Orangtua
-Mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun
-Menggunakan jamban yang
sehat
-Memberantas jentik
didalam rumah seminggu
sekali
-Mengkonsumsi sayur dan
buah setiap hari
-Melakukan aktivitas fisik
setiap hari
-Tidak merokok didalam
rumah
-Adalah suatu reaksi atau
respon orangtua yang
disertai kecenderungan
untuk bertindak dalam
menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat
pada keluarga yang
meliputi :
-Persalinan di tolong oleh
tenaga kesehatan
-Memberi Asi eksklusif.
-Menimbang balita setiap
bulan
-Menggunakan air bersih
-Mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun
-Menggunakan jamban yang
sehat
-Memberantas jentik
didalam rumah seminggu
sekali
-Mengkonsumsi sayur dan
buah setiap hari
-Melakukan aktivitas fisik
setiap hari
-Tidak merokok di dalam
rumah
pernah
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang
bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap orang tua tentang
perilaku hidup bersih dan sehat di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat
Kab.Langkat
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah para orang tua yang memiliki anak
balita yang ada di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat yaitu
sebanyak 296 KK.
4.2.2 Sampel
Menurut Isaac dan Michael (dalam Sugiyono, 2010) salah satu cara untuk
menentukan jumlah sampel dengan menggunakan pendekatan statistik yang
tingkat kesalahannya 1%, 5%, 10%, dimana semakin besar tingkat kesalahan yang
ditoleransi maka semakin kecil jumlah sampel yang diambil. Sebaliknya semakin
kecil tingkat kesalahan yang ditoleransi, maka semakin besar mendekati populasi
balita di Dusun III Desa pantai Gemi adalah sebanyak 107 KK. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dimana
purposive sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan
menggunakan kriteria. Adapun kriteria sampel yang diambil adalah ibu yang
memiliki anak balita berusia 1-5 tahun yang berada di Dusun III Desa Pantai
Gemi Kec.Stabat Kab.Langkat dan bersedia menjadi responden.
Penentuan jumlah sampel sangat tergantung kepada biaya yang tersedia,
tenaga yang akan melaksanakan dan presesi yaitu ketepatan yang dikehendaki
dimana semakin besar sampel kemungkinan akan lebih tepat menggambarkan
populasinya tetapi ini juga sampai batas tertentu karena makin besar sampel
kemungkinan membuat kesalahan pada saat pengukuran juga akan menjadi besar.
Rumus yang digunakan untuk mencari besar sampel adalah :
Dimana : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat kesalahan yang dipilih (0,1, 0,05 atau 0,01)
n = N
= 107
107 (0,1)² + 1
= 107
2,07
= 51,69
= 52 orang
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 52 orang.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Dusun III Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab.
Langkat. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan
Agustus 2012. Peneliti memilih Desa Pantai Gemi Kec. Stabat Kab. Langkat
sebagai tempat penelitian karena di Desa tersebut masih banyak masyarakat yang
belum mengetahui tentang PHBS, ditandai dengan masih adanya warga yang
menggunakan sungai sebagai tempat untuk MCK (mandi, cuci, kakus), Dan
dengan lingkungan desa yang masih kotor. Pertimbangan lain lokasi tersebut
mudah dijangkau sehingga proses pengambilan data dan pelaksanaan penelitian
menjadi lebih efisien.
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data,
tujuan penelitian. Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik
yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu :
a) Self Determination
Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan
apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.
b) Informed Consent
Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti
memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika
responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta
menandatangani lembar persetujuan.
c) Anonimity
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing
lembar persetujuan tersebut.
d) Confidentiality
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan
kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu kuisioner data demografi responden
penghasilan responden. Bagian kedua yaitu kuisioner yang berisi tentang
pertanyaan dan pernyataan yang mengidentifikasi pengetahuan dan sikap orang
tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga. Kuisioner ini terdiri
dari 20 pertanyaan yang peneliti kembangkan dari pengetahuan dan sikap orang
tua tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada keluarga, dimana untuk
mengidentifikasi pengetahuan dan sikap masing-masing terdiri dari 10 pertanyaan.
penilaian pengetahuan dengan kriteria jawaban benar bernilai 2 dan salah
bernilai 1. dibagi 3 katagori yaitu: karakteristik pengetahuan orang tua tetang
PHBS baik, karakteristik pengetahuan orang tua tentang PHBS cukup,
karakteristik pengetahuan orang tua tentang PHBS kurang dan untuk Penilaian
sikap menggunakan skala likert, dengan jawaban selalu (SL): 4, sering (SR): 3,
kadang-kadang (KD): 2, tidak pernah (TP): 1. Total untuk skor yang terendah
adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40. dengan menggunakan rumus statistik
menurut Sudjana (2005), dengan rentang sebesar 40 dan terkecil 10. Yang dibagi
menjadi 2 katagori yaitu : karakteristik sikap orang tua tentang PHBS positif dan
karakteristik sikap orang tua tentang PHBS negatif, maka diperoleh panjang kelas
sebesar 15.
Penentuan panjang kelas untuk penilaian pengetahuan berdasarkan rumus sebagai
berikut :
Keterangan:
P : Panjang kelas
Rentang : Skor tertinggi – skor terendah
Banyak kelas : Jumlah kategoris
Berdasarkan jumlah yang diperoleh dari pengetahuan responden dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Baik, bila skor yang dikumpulkan 18-20
2. Cukup, bila skor yang dikumpulkan 14-17
3. Kurang, bila skor yang dikumpulkan 10-13
Penentuan panjang kelas untuk penilaian sikap berdasarkan rumus sebagai
berikut :
Rumus :
Keterangan: