• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Aktivitas Fisik Dan Frekuensi Fast Food Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja Di Smp N 5 Karanganyar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan Aktivitas Fisik Dan Frekuensi Fast Food Dengan Kejadian Overweight Pada Remaja Di Smp N 5 Karanganyar."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

39 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum SMP Negeri 5 Karanganyar

SMP Negeri 5 Karanganyar merupakan salah satu sekolah

menengah pertama negeri yang terletak di kota Karanganyar. Letaknya

di tengah pusat kota Karanganyar. Kegiatan kesehatan yang terdapat di

SMP N 5 Karanganyar adalah UKS yang berfungsi untuk penanganan

pertama ketika siswa-siswi mengalami gangguan kesehatan ketika di

sekolah. Ekstrakurikuler yang dapat diikuti di sekolah ini antara lain

pramuka, voli, sepak bola, TIK, dan musik.

SMP N 5 Karanganyar memiliki kantin yang menjual beragam

makanan kecil, gorengan, dan minuman. Siswa-siswi di sekolah ini,

masih jarang mendapatkan edukasi tentang pentingnya makanan sehat

sehingga dapat ditemukan kejadian overweight di sekolah ini. Selain itu, banyak pedagang yang menjual beragam jajanan di depan sekolah

ketika pulang sekolah. Faktor lainnya adalah di depan sekolah ini

terdapat taman kota yang sering mengadakan acara festival makanan,

busana dan berbagai macam barang di pagi hari sampai siang hari.

B. Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Menurut Usia

Responden pada penelitian ini adalah remaja di SMP Negeri 5

(2)

ini adalah usia 13 tahun sampai 15 tahun. Karakteristik responden

menurut umur dapat dilihat pada Tabel.5.

Tabel. 5

Distribusi Responden Menurut Usia

Umur

Overweight Normal TOTAL

N % N % N %

13 Tahun 6 66.7 4 33.3 10 100

14 Tahun 23 57.5 17 42.5 40 100

15 Tahun 11 36.7 19 63.3 30 100

JUMLAH 40 40 80

Tabel 5 menunjukkan bahwa data distribusi responden menurut

usia ada dalam rentang 13-15 tahun. Persentase tertinggi pada

kelompok overweight adalah usia 14 tahun yaitu 57.5%. Presentase terendah pada kelompok overweight adalah usia 13 tahun yaitu sebanyak 66.7%.

2. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Penelitian ini distribusi karakteristik responden menurut jenis

kelamin dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Karakteristik

responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel.6.

Tabel. 6

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Overweight Normal TOTAL

N % N % N %

Laki-Laki 17 44.7 21 53.3 38 100

Perempuan 23 54.8 19 45.2 42 100

JUMLAH 40 40 80

Tabel. 6 menunjukkan karakteristik responden menurut jenis

kelamin. Berdasarkan Tabel 6 sebagian besar remaja perempuan lebih

tinggi untuk mengalami kejadian overweight dibandingkan dengan remaja laki-laki yaitu dengan presentase 54.8% pada remaja perempuan

(3)

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang menentukan

kebutuhan gizi seseorang. Jenis kelamin dapat mempengaruhi

komposisi tubuh, remaja perempuan lebih banyak menyimpan lemak

dan remaja laki-laki lebih banyak penambahan jaringan tubuh dan masa

otot sehingga remaja perempuan mempuyai persen lemak tubuh

kira-kira dua kali lipat dibandingkan laki-laki yang menyebabkan remaja

perempuan lebih berisiko untuk mengalami overweight (Putri, 2004).

Remaja laki-laki yang mempunyai masa otot lebih banyak memiliki

resiko overweight lebih rendah, karena otot secara metabolik lebih aktif dari pada lemak sehingga kebutuhan energi lebih tinggi pada orang

yang mempunyai massa otot lebih banyak (Almatsier, 2004).

Berdasarkan Tabel 6 distribusi menurut jenis kelamin menunjukkan hasil

yang sama dengan teori tersebut bahwa responden overweight lebih banyak pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

3. Karakteristik Responden Menurut IMT/U

Penelitian ini distribusi karakteristik responden menurut IMT/U

terdiri dari remaja dengan status gizi normal dan overweight . Karakteristik responden menurut IMT/U dapat dilihat pada Tabel.7

Tabel. 7

Distribusi Responden Menurut IMT/U

Status Gizi Frekuensi Presentase %

Normal 40 50

Overweight 40 50

TOTAL 80 100

Berdasarkan hasil penelitian di SMP N 5 Karanganyar diperoleh

(4)

yang tidak overweight (normal) sebanyak 40 siswa. Hasil pengambilan data penelitian tidak ditemukan kejadian non overweight selain normal.

C. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik pada penelitian ini dilakukan dengan cara

wawancara dan pengisian kuesioner aktivitas fisik yang dilakukan

selama 30 hari dengan cara responden membawa pulang kuesioner lalu

menuliskan kegiatan apa saja yang dilakukan selama 1 hari dan berapa

durasi untuk setiap kegiatannya. Hasil data aktivitas fisik dapat dilihat

pada Tabel. 8

Tabel. 8

Distribusi Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik

Overweight Normal TOTAL

N % N % N %

Ringan 32 76.2 10 23.8 42 100

Sedang 8 21.1 30 78.9 38 100

JUMLAH 40 40 80

Tabel 8 menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan

aktivitas fisik. Berdasarkan hasil dari tabel tersebut sebagian besar

responden yang memiliki kategori aktivitas fisik ringan lebih tinggi

mengalami kejadian overweight yaitu sebesar 76.2% sedangkan responden dengan aktivitas fisik sedang yang mengalami overweight

sebanyak 21.1%.

Hasil penelitian ini berdasarkan recall aktivitas fisik pada kelompok siswa dengan aktivitas fisik ringan yang mengalami overweight menunjukkan sebagian besar siswa lebih senang untuk melakukan

(5)

teman, ngobrol dengan teman, dan makan di ruang kelas. Aktivitas fisik

yang dilakukan siswa pada saat di rumah atau pulang sekolah, antara

lain: menyapu, mencuci piring dan baju, menonton tv, main game/ handphone, mengobrol dengan keluarga, makan, tidur, sholat dan bersepeda atau olahraga dengan teman. Kegiatan-kegiatan tersebut

sama seperti siswa dengan aktivitas fisik sedang yang mengalami

overweight bahkan sama dengan yang dilakukan oleh remaja dengan status gizi normal, hanya saja yang membedakan adalah durasi dan

frekuensi untuk setiap beraktivitas.

Aktivitas fisik yang sering dilakukan remaja overweight ketika libur atau waktu luang adalah bermain game, bermain handphone dan

menonton tv yang berdurasi > 4 jam. Remaja dengan status gizi normal

sebagian besar lebih memilih untuk melakukan olahraga seperti

mengikuti pertandingan bola, latihan bola, bersepeda, ataupun joging

bersama teman. Aktifitas fisik secara teratur yang dilakukan paling

sedikit 30 menit/hari. Manfaat yang diperoleh ketika melakukan banyak

aktivitas fisik akan jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang hanya

melakukan aktivitas sedikit (Indrawagita, 2009).

Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar

metabolisme untuk bergerak oleh karena itu banyaknya energi yang

dibutuhkan tergantung pada seberapa banyak otot yang bergerak,

seberapa lama otot bergerak dan seberapa berat pekerjaan yang

dilakukan (WHO, 2013). Aktivitas fisik tinggi yang dilakukan oleh tubuh

maka banyak juga energi yang dikeluarkan, sebaliknya jika aktivitas fisik

(6)

(WHO, 2011). Melakukan aktivitas fisik perlu memperhatikan 4 aspek

yaitu tipe, frekuensi, durasi dan intensitas aktivitas fisik. Olahraga yang

efektif dilakukan secara teratur minimum 30 menit/hari (Rimbawan,

2004).

Faktor terjadinya overweight selain dari kurangnya melakukan aktivitas fisik, hal itu disebabkan karena konsumsi makanan yang

melebihi kebutuhan normal tubuh manusia. Pola makan yang tinggi

kalori dan lemak, menyebabkan terjadinya penimbunan energi dalam

bentuk lemak di dalam tubuh, apabila tidak disertai dengan kurangnya

aktivitas fisik misal dengan berolahraga. Pola hidup yang seperti itu, jika

dibiarkan terus-menerus dan menjadi kebiasaan yang terpola, maka

akan terakumulasi dalam tubuh dan akhirnya menjadi overweight

bahkan obesitas (Novitasari, 2005).

D. Frekuensi Fast Food

Fast food merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya overweight pada remaja karena makanan ini merupakan makanan yang memiliki tinggi energi dan tinggi lemak. Frekuensi fast food pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu sering jika ≥ 3x/minggu dan jarang apabila < 3x/minggu. Distribusi frekuensi fast food

(7)

Tabel. 9

Distribusi Frekuensi Fast Food

Frekuensi Fast Food

Overweight Normal TOTAL

N % N % N %

Sering 31 60.8 20 39.2 51 100

Jarang 9 31.0 20 69.0 29 100

JUMLAH 40 40 80

Tabel.9 menunjukkan distribusi frekuensi fast food responden. Berdasarkan hasil pada Tabel.9 menunjukkan bahwa responden dengan

frekuensi fast food kategori sering lebih tinggi mengalami overweight

yaitu sebesar 60.8% dan pada responden yang memiliki kategori

frekuensi fast food jarang lebih tinggi untuk memiliki status gizi normal yaitu sebesar 69,0%.

Berdasarkan dari form frekuensi fast food, penelitian ini memperoleh hasil bahwa jenis fast food yang paling sering dikonsumsi responden berdasarkan hasil penelitian adalah mie instan, mie goreng,

mie ayam, cilok, dan gorengan dengan rata-rata frekuensi konsumsi

makanan tersebut 3-4 kali/minggu.

Pola makan remaja sering kali tidak menentu yang merupakan

resiko terjadinya masalah nutrisi. Kebiasaan pola makan remaja saat ini

seperti makan camilan, melewatkan waktu makan terutama sarapan

pagi, waktu makan tidak teratur, sering makan fast food, dan jarang mengkonsumsi sayur ataupun buah. Hal tersebut dapat mengakibatkan

asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan gizi

seimbang akibatnya dapat menyebabkan gizi kurang atau gizi lebih

(8)

Fast food dapat menyebabkan terjadinya overweight karena fast food tersebut mengandung tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat (Zulfa, 2011). Energi berlebih akan disimpan dalam bentuk glikogen

dalam jaringan otot dan juga dalam bentuk lemak yang akan disimpan

dalam jaringan-jaringan adipose seperti perut, bagian bawah kulit

(Nazari, 2011).

E. Analisis Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight pada Remaja

Analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian

overweight dianalisa menggunakan tabulasi silang dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian overweight dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel. 10

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight Aktivitas

fisik

Overweight Normal TOTAL p* OR (CI)

N % N % N %

Ringan 32 76.2 10 23.8 42 100 0.001 0.073

Sedang 8 21.1 30 78.9 38 100

(0.029-0.239)

JUMLAH 40 40 80

*uji Chi – Square

(9)

overweight 0.073 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki aktivitas fisik sedang.

Aktivitas fisik memiliki peranan terhadap kejadian overweight

seiring dengan berkembangnya teknologi pada saat ini yang menjadikan

gaya hidup santai karena semua serba mudah sehingga tubuh sedikit

bergerak untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Rimbawan, 2004).

Ketika orang beraktivitas, otot memerlukan energi di luar metabolisme

untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan

tambahan energi untuk menghantarkan oksigen dan zat-zat gizi

keseluruh tubuh serta digunakan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari

tubuh. Berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa

berat dari pekerjaan yang dilakukan akan mempengaruhi jumlah energi

yang dibutuhkan (Almatsier, 2009)

Seseorang yang memiliki aktivitas fisik rendah, berkaitan dengan

penambahan berat badan, karena hal tersebut merupakan indikasi

penurunan pembakaran lemak di dalam tubuh, maka kelebihan asupan

lemak maupun pembakaran lemak yang rendah adalah dua faktor yang

mendorong bertambahnya berat tubuh (Rimbawan, 2004). Simpanan

lemak endogen di jaringan adipose dan di jaringan otot dalam bentuk

trigliserida (Mora , 2000).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kairupan (2012)

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

(10)

Manado, seluruh respondennya memiliki aktivitas fisik yang tergolong

ringan dan sebagian besar responden memiliki status gizi overweight

yaitu sebesar (39%), oleh karena itu ada hubungan antara aktivitas fisik

dengan status gizi (IMT/U) pelajar di SMP Frater Don Bosco Manado.

Hasil penelitian Hanifah et al, (2011) yang dilakukan di SMP Full Day Surabaya yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat

aktivitas fisik dengan kejadian overweight.

Hasil penelitian yang menguatkan bahwa aktivitas fisik merupakan

salah satu faktor penyebab terjadinya overweight adalah penelitian Meirlyn,(2012) di SMP N 1 Manado menyatakan sebagian besar siswa

SMP N 1 Manado yang overweight memiliki aktivitas fisik ringan (total MET 577,56 MET/minggu) dan siswa tidak overweight sebagian besar memiliki aktivitas fisik sedang (total MET 785,62 MET/minggu) dan hasil

penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat aktivitas

fisik dengan kejadian overweight pada remaja. Hasil penelitian Arifatul, (2006) yang dilakukan di SMP Theresiana I Yayasan Bernadus

Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik

(11)

F. Analisis Hubungan Antara Frekuensi Fast Food dengan Kejadian

Overweight pada Remaja

Analisis hubungan antara frekuensi fast food dengan kejadian

overweight dengan menggunakan tabulasi silang dengan uji statistik

Chi-Square. Hasil analisis hubungan antara frekuensi fast food dengan kejadian overweight dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel. 11

Hubungan Antara Frekuensi Fast Food dengan Kejadian Overweight

Frekuensi

Fast Food

Overweight Normal TOTAL p* OR (CI)

N % N % N %

Sering 31 60.8 20 39.2 51 100 0.010 3.444

Jarang 9 31.0 20 69.0 29 100

(1.310-9.058)

JUMLAH 40 40 80

*uji Chi – Square

Berdasarkan uji statistik Chi-square pada Tabel 11 menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi fast food dengan kejadian

overweight pada remaja di SMP Negeri 5 Karanganyar (p-value=0,010). Berdasarkan Tabel 11 nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3.444 (1.310-9.058), hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi fast food dalam kategori sering memiliki peluang 3.444 kali lebih tinggi menjadi overweight dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi fast food dalam kategori jarang. Tabel 11 nilai OR > 1 (CI 95% = 1.310-9.058), hal ini menunjukkan bahwa frekuensi fast food

merupakan faktor resiko terjadinya overweight.

Sebagian besar fast food merupakan makanan yang mengandung tinggi energi dan tinggi lemak namun sedikit akan kandungan vitamin

ataupun mineral. Konsumsi karbohidrat yang melebihi kebutuhan

(12)

dalam bentuk glikogen dan lemak. Glikogen akan disimpan di hati dan

otot. Lemak akan disimpan disekitar perut, ginjal dan bawah kulit.

Kelebihan asupan karbohidrat dapat menyebabkan overweight

(Kharismawati, 2010).

Kandungan lemak yang tinggi pada fast food apabila dikonsumsi secara berlebih, didalam tubuh kelebihan lemak tersebut dikirim

kejaringan adiposa untuk disimpan sampai dibutuhkan sebagai energi.

Kelebihan asupan lemak dari makanan dapat dengan mudah

menambah berat badan. Kandungan fast food yang seperti itulah yang menjadikannya sebagai salah satu faktor terjadinya overweight pada remaja, karena kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi kemudian

dikonsumsi secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan aktivitas

yang cukup (Emirfan, 2011).

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Risnaningsih, (2008) terhadap siswa putri di SMP Negeri

1 Comal Pemalang sebanyak 75 siswa menyatakan bahwa semakin

tinggi kebiasaan konsumsi fast food maka risiko mengalami overweight

semakin tinggi pula dan penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan

antara konsumsi fast food dengan kejadian overweight pada remaja. Penelitian yang dilakukan Buntu, (2008) di SMP Frater Makasar

menyatakan bahwa frekuensi fast food yang tinggi akan memberi kontribusi terhadap peningkatan resiko kejadian overweight pada remaja sehingga hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan antara

(13)

Hasil Penelitian Badjeber, dkk (2009) di Manado memperoleh hasil

bahwa anak yang mengkonsumsi fast food lebih dari 3 kali per minggu memiliki risiko 3,28 kali lebih besar untuk overweight dibandingkan dengan anak yang jarang atau 1-2 kali per minggu mengkonsumsi fast food. Penelitian Suryaputra (2012), yang dilakukan di Surabaya memperoleh hasil bahwa siswa overweight lebih sering mengkonsumsi

fast food dibandingkan dengan siswa yang normal. Penelitian yang dilakukan Lilis (2011), di Cirebon menyatakan bahwa siswa yang

overweight memiliki asupan fast food yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang normal.

G. Internalisasi Nilai-nilai Islam

Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan semua

aspek kehidupan manusia termasuk dalam hal makanan dan minuman.

Islam memandang bahwa makanan dan minuman sebagai faktor yang

sangat penting dalam kehidupan, karena memiliki pengaruh besar

terhadap kesehatan jasmani maupun rohani. Makanan dan minuman

harus bersifat halal dan thayyib, yang dimaksud dengan halal ialah tidak

ada larangan syar’i untuk menikmatinya, baik karena sifat benda yang

dimakan atau cara mendapatkannya dan memenuhi standar halal

makanan yang disebut dalam Al-Qur’an maupun Hadist, sementara

yang dimaksud dengan tayyib ialah kualitas kandungan gizi serta tidak

berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Secara

(14)

dan minuman yang halal dan thayyib, seperti dalam beberapa Ayat

dibawah ini :

1. QS. Al Baqarah : 168

ّ دع ْ كل هّنإ ن طْيّشلا ا طخ ا عبّتت ا بّيط ااح ضْرأا يف ّمم ا ك س ّنلا ّيأ

Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah : 168)

2. QS. Al Baqarah: 173

حمكْي ع تْيمْل مّدلا ْحل ماريزْنخْل م ّ هأ برْيغل ّ نمفّرطْضارْيغ بغا د ع مْثإ ْي عّنإ ّ لار غميحر مّنإمّر

Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,

darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS. Al Baqarah: 173)

Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 173 Allah telah menjelaskan

makanan yang diharamkan. Mengkonsumsi fast food menjadi haram apabila didalam makanan tersebut mengandung bahan-bahan yang

diharamkan untuk dikonsumsi seperti yang telah disebutkan dalam

Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 173 yaitu bangkai, darah, daging babi dan

produk olahannya, dan binatang yang ketika disembelih disebut (nama)

(15)

3. QS. Al-A’raf : 31

بّيّطلا هد بع جر ْخأىتّلا ل نيز ّرح ْنم ْلق نيفرْسمْلا ّ حيا هّنإا فرْستا ا برْشا دجْسم ك ا ّلك دنع ْكتنيزينب مداء ا

ن م ْعي ْ ل يأْا لّص ن لذك م ي ْلا ْ ي صل خ يْنّدلا ة يحْلايفا نماء نيذّ ل يه ْزّرلا ْلق نم

Artinya: ” Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap

memasuki masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berlebih-lebihan”. (QS.Al-A’raf:31)

Al-Quran Surah Al-A’raf ayat 31 Allah memerintahkan kepada

umat manusia untuk memanfaatkan rizki yang telah Allah anugerahkan,

salah satunya dengan makan dan minum, dan semua yang telah Allah

halalkan untuk manusia tanpa berlebih-lebihan karena Allah tidak

menyukai orang-orang yang berlebihan. Fast food yang dijamin kehalalannya atau yang telah mendapat sertifikat atau label halal

diperbolehkan untuk dikonsumsi tetapi tanpa berlebih-lebihan yang pada

akhirnya dapat menimbulkan suatu karena Allah tidak menyukai suatu

yang berlebih-lebihan seperti yang telah dijelaskan dalam Al.Quran

Surah Al-A’raf ayat 31.

H. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya meneliti tentang aktivitas fisik dan frekuensi

Gambar

Tabel. 5 Distribusi Responden Menurut Usia
Tabel. 8 Distribusi Aktivitas Fisik
Tabel. 11

Referensi

Dokumen terkait

melakukan manajemen laba pada periode dua tahun menjelang IPO dan tidak terdapat

Berdasarkan paparan di atas, maka perusahaan sebagai wadah yang memiliki peranan penting dalam kegiatan lingkup perusahaan, perusahaan harus mampu mengelola waktu dengan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif, yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

Beneficiary ' s financial cond.iti.on as of' the date of such con.finltations :tnd agreement, エ。ォゥョセ@ into account the recolD!D.e:1dations of the manage.u.ent

1. Kualitas tempat tumbuh mindi muda dari sisi sifat tanah lebih baik dibanding dua tegakan lainnya yaitu agroforestri mindi tua dan tegakan pinus. Desa Selaawi mempunyai

Analisis mekanika struktur untuk mencari gaya-gaya dalam yang terjadi pada portal struktur gedung menggunakan program “ SAP 2000” 8 nonlinear. Perhitungan matematis agar

Selama proses elektrolisis potensial sel teoritis yang diperlukan tidak mengalami penurunan, nilai potensial sel teoritis yang diperlukan untuk pembentukan klorat hanya

Penelitan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan wanita usia lanjut mengenai antibiotika dengan metode seminar.. Penelitian dilakukan di