Rendahnya pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadi resistensi antibiotik. Penelitan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan wanita usia lanjut mengenai antibiotika dengan metode seminar.
Penelitian dilakukan di Kelurahan Terban, Yogyakarta, menggunakan metode eksperimental semu dengan pendekatan time series. Sebanyak 33 responden wanita berusia diatas 50 tahun yang masuk dalam kriteria inklusi terlibat dalam penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Data dianalisis menggunakan Uji Wilcoxon dengan p<0,05 dinyatakan signifikan
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden pre-intervention dengan metode seminar masuk kategori tinggi (75,75%), sikap masuk kategori sedang (63,63%), tindakan masuk kategori sedang (54,54%). Pengetahuan meningkat 24,25% pada pada pre-post I menjadi 100% ,
pre-post II menurun 15,15% menjadi 84,84%, pre-post III meningkat 3,03% menjadi 87,87%.
Sikap meningkat 36,37% pada pada pre-post I menjadi 100%, pre-post II menurun 9,09% menjadi 90,91%, post III teta 90,91%. Tindakan meningkat 45,45% menjadi 100% pada
pre-post I, pada pre-pre-post II menurun 18,19% menjadi 81,81%, dan pada pre-pre-post III menurun
12,12% menjadi 69,69%.
Kesimpulan penelitian adalah terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan secara signifikan pada pre-post I, pre-post II, dan pre-post III.
Lack of knowledge, attitude, and action of people cause the possibility of antibiotic resistance increase. This research is aimed to increase knowledge, attitude, and action of the elderly woman concering antibiotic by seminar method.
This research was done in Terban Village, Yogyakarta, using quasi-experimental by time series approach. 33 women as respondents in this research wich were over 50 years old included in the criteria of inclusion. Sampling was done in purposive sampling. The instrument used was questionnaire. Data analysed using Wilcoxon with p<0,05 which was significant.
The result of this research showing that knowledge of the pre-intervention’s respondents with seminar method is included in the high category (75,75%), the attitude is included in the medium category (63,63%), action is included in the medium category (54,54%). The knowledge is increasing from 24,25% in the first pre-post and become 100%, the second pre-post decreasing 15,15% and become 84,84%, and third pre-post increasing 3,03% and become 87,87%. The attitude is increasing from 36,37% in the first pre-post and become 100%, the second pre-post decreasing 9,01% and become 90,91%, and third pre-post persistent 90,91%. The action is increasing from 45,45% in the first pre-post and become 100%, the second pre-post decreasing 18,19% and become 81,81%, and third pre-post decreasing 12,12% and become 69,69%
The conclusion of this research is that there is an increase in knowledge, attitude and actions significantly in the first, second, and the third pre-post.
i
PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN WANITA USIA LANJUT PADA KELOMPOK PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN
KELUARGA (PKK), KELURAHAN TERBAN, YOGYAKARTA TENTANG ANTIBIOTIKA DENGAN METODE SEMINAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Dirk Victor Umbu Laiya Peku Jawang NIM : 118114053
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang
(Amsal 23:8)
Walk on walk on, with hope in your heart
And You’ll Never Walk Alone
You’ll Never Walk Alone
(Liverpool FC Song)
Karya ini kupersembahakan kepada :
Tuhan Yesus Kristus
Bapa Umbu dengan Mama Lidia
Kakak Carla, adik Joshua, dan adik Putri beserta keluarga lainnya
Sisca, Ipang, Adi, Brian, Orry,Opy,Yanzher
Teman-teman Angkatan 2011
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iiii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
INTISARI ... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
ix
2. Keaslian Penelitian ... 4
3. Manfaat Penelitian ... 5
B. Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan Umum ... 6
2. Tujuan Khusus ... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 8
A. Antibiotika ... 8
B. Seminar ... 10
C. Usia Lanjut ... 11
D. Pengetahuan ... 12
E. Sikap ... 14
F. Tindakan ... 18
G. Landasan Teori ... 20
H. Hipotesis ... 21
BAB III METODE PENELITIAN... 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22
B. Variabel Penelitian ... 23
x
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
E. Instrumen Penelitian... 25
F. Subyek Penelitian ... 27
G. Tata Cara Penelitian ... 28
1. Analisis Situasi ... 28
2. Perijinan ... 28
3. Penyusunan kuesioner ... 28
4. Validasi Instrumen ... 28
5. Uji pemahaman bahasa ... 29
6. Uji realibilitas instrumen ... 29
7. Rekrutmen ... 29
8. Penyebaran kuesioner ... 30
9. Pengumpulan data ... 30
10. Manajemen data ... 30
H. Analisis Hasil ... 31
I. Kuesioner Siap Pakai ... 33
J. Pelaksanaan Intervensi Seminar ... 33
xi
seminar ... 34
L. Kelemahan Penelitian... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Karakteristik Demografi Responden ... 35
B. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai Antibiotika sebelum dilakukan intervensi ... 38
C. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mengenai Antibiotika setelah dilakukan intervensi ... 42
D. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Sebelum dan Sesudah diberi Intervensi Seminar ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
LAMPIRAN ... 61
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan Aspek
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ... 26
Tabel II. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Aspek Pengetahuan ... 26
Tabel III. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Aspek Sikap dan Tindakan ... 27
Tabel IV. Hasil Uji Normalitas ... 32
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perbandingn Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Pengetahuan Antibiotika Pre-intervensi ... 39
Gambar 2. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Sikap Antibiotika
Pre-intervens ... 40
Gambar 3. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Tindakan Antibiotika Pre-intervensi ... 41
Gambar 4. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Pengetahuan, Sikap, Tindakan dengan Kategori Tinggi pada Pre, Post 1, Post 2,
Post 3…. ... 49
Gambar 5. Peningkatan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Pengetahuan dengan Katogori Tinggi, Sedang, Rendah pada Pre dan Post intervensi Seminar ... 51
Gambar 6. Peningkatan Jumlah Responden Berdasarkan Aspek Sikap dengan Katogori Tinggi, Sedang, Rendah Pada Pre dan Post intervensi Seminar
…. ... 53
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Bappeda ... 62
Lampiran 2. Kuesioner uji validitas konten I aspek pengetahuan no1-10 ... 63
Lampiran 3. Kuesioner uji validitas kontenI aspek pengetahuan no 11-20 ... 64
Lampiran 4. Kuesioner uji validitas konten I aspek sikap no 1-11 ... 65
Lampiran 5. Kuesioner uji validitas konten I aspek tindakan no 1-10 ... 66
Lampiran 6. Kuesione uji validitas konten I aspek tindakan no 11-18 ... 67
Lampiran 7. Kuesioner uji validitas konten II aspek pengetahuan no 1- 20 ... 68
Lampiran 8. Kuesioner uji validitas konten II aspek sikap no 1-10 ... 69
Lampiran 9. Kuesioner uji validitas konten II aspek tindakan no 1-9 ... 70
Lampiran 10 Kuesioner uji validitas konten II aspek tindakan no.10 ... 71
Lampiran 11. Kuesioner uji pemahaman bahasa aspek pengetahuan no 1-20... 72
Lampiran 12. Kuesioner uji pemahaman bahasa aspek sikap no 1-10 ... 74
Lampiran 13. Kuesioner uji pemahaman bahasa aspek tindakan no 1-10 ... 75
Lampiran 14. Formulir pengisian data pribadi ... 76
Lampiran 15. Kuesioner penelitian aspek pengetahuan no 1-20 ... 77
Lampiran 16. Kuesioner penelitian aspek sikap no 1-10 ... 79
Lampiran 17. Kuesioner penelitian aspek tindakan no 1-10 ... 80
Lampiran 18. Surat persetujuan mengikuti penelitian ... 81
Lampiran 19. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk data aspek pengetahuan, ... 82
Lampiran 20. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk data aspek sikap ... 83
xv
Lampiran 22. Hasil uji Wilcoxon data aspek pengetahuan ... 85
Lampiran 23. Hasil uji Wilcoxon data aspek sikap ... 86
Lampiran 24. Hasil uji Wilcoxon data aspek indakan ... 87
Lampiran 25. Hasil uji korelasi Point Biserial aitem uji realibilitas aspek pengetahuan ... 88
Lampiran 26. Hasil uji realibilitas aspek pengetahuan menggunakan metode Cronbach Alpha dengan bantuan software R ... 89
Lampiran 27. Hasil uji korelasi Pearson’s aitem uji realibilitas aspek sikap ... 90
Lampiran 28. Hasil uji realibilitas aspek sikap menggunakan metode Cronbach
Alpha dengan bantuan software R ... 91
Lampiran 29. Hasil uji korelasi Pearson’s aitem uji realibilitas aspek tindakan ... 92
Lampiran 30. Hasil uji realibilitas aspek tindakan menggunakan metode Cronbach
xvi
INTISARI
Rendahnya pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadi resistensi antibiotik. Penelitan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan wanita usia lanjut mengenai antibiotika dengan metode seminar.
Penelitian dilakukan di Kelurahan Terban, Yogyakarta, menggunakan metode eksperimental semu dengan pendekatan time series. Sebanyak 33 responden wanita berusia diatas 50 tahun yang masuk dalam kriteria inklusi terlibat dalam penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Data dianalisis menggunakan Uji
Wilcoxon dengan p<0,05 dinyatakan signifikan
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden pre-intervention dengan metode seminar masuk kategori tinggi (75,75%), sikap masuk kategori sedang (63,63%), tindakan masuk kategori sedang (54,54%). Pengetahuan meningkat 24,25% pada pada pre-post I menjadi 100% , pre-post II menurun 15,15% menjadi 84,84%, pre-post III meningkat 3,03% menjadi 87,87%. Sikap meningkat 36,37% pada pada pre-post I menjadi 100%, pre-post II menurun 9,09% menjadi 90,91%,
pre-post III teta 90,91%. Tindakan meningkat 45,45% menjadi 100% pada pre-post I,
pada pre-post II menurun 18,19% menjadi 81,81%, dan pada pre-post III menurun 12,12% menjadi 69,69%.
Kesimpulan penelitian adalah terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan secara signifikan pada pre-post I, pre-post II, dan pre-post III.
xvii
ABSTRACT
Lack of knowledge, attitude, and action of people cause the possibility of antibiotic resistance increase. This research is aimed to increase knowledge, attitude, and action of the elderly woman concering antibiotic by seminar method.
This research was done in Terban Village, Yogyakarta, using quasi-experimental by time series approach. 33 women as respondents in this research wich were over 50 years old included in the criteria of inclusion. Sampling was done in purposive sampling. The instrument used was questionnaire. Data analysed using Wilcoxon with p<0,05 which was significant.
The result of this research showing that knowledge of the
pre-intervention’s respondents with seminar method is included in the high category
(75,75%), the attitude is included in the medium category (63,63%), action is included in the medium category (54,54%). The knowledge is increasing from 24,25% in the first pre-post and become 100%, the second pre-post decreasing 15,15% and become 84,84%, and third pre-post increasing 3,03% and become 87,87%. The attitude is increasing from 36,37% in the first pre-post and become 100%, the second pre-post decreasing 9,01% and become 90,91%, and third pre-post persistent 90,91%. The action is increasing from 45,45% in the first pre-post and become 100%, the second pre-post decreasing 18,19% and become 81,81%, and third pre-post decreasing 12,12% and become 69,69%
The conclusion of this research is that there is an increase in knowledge, attitude and actions significantly in the first, second, and the third pre-post.
1
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang
Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri (BPOM, 2008). Antibiotika hanya digunakan untuk
menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, dan penggunaan obat yang
tidak rasional akanmembuat bakteri tersebut akan resisten terhadap antibiotika.
Resistensi terhadap antibiotika merupakan masalah kesehatan di Indonesia termasuk
dunia. Walaupun resistensi antibiotika bukan penyebab kematian nomor satu di
Indonesia, tapi hal ini tidak dapat diabaikan. Maka dari itu semua pihak yang terkait
harus bekerja sama menghadapi masalah resistensi antibiotika dan infeksi ini (Risca,
2011).
Lebih dari 50 persen obat-obatan diresepkan, diberikan atau dijual tidak
semestinya.Akibatnya lebih dari 50 persen pasien gagal mengkonsumsi obat secara
tepat. Padahal, penggunaan obat berlebih, kurang atau tidak tepat akan berdampak
buruk pada manusia dan menyia-nyiakan sumber daya. Penggunaan antibiotika yang
rasional harus didukung dengan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang antibiotika
yang benar dan tepat. Karena dampak dari rendahnya pengetahuan antibiotika, akan
memberikan kerugian yang sangat besar bagi kehidupan. Akan banyak penyakit yang
tidak dapat disembuhkan akibat adanya resistensi sedangkan untuk mendapatkan obat
baru dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu
terkait peningkatan pengetahuan terhadap antibiotika kepada masyarakat (Depkes,
2010).
Hasil RISKESDAS (2013) menemukan sebanyak 35,2% rumah tangga di
Indonesia menyimpan obat yang digunakan untuk pengobatan sendiri yaitu jenis-jenis
obat keras, obat bebas, antibiotika dan obat-obat lain yang tidak teridentifikasi, 86%
rumah tangga menyimpan antibiotika tanpa resep dan untuk daerah Yogyakarta
90,2% rumah tangga menyimpan antibiotika tanpa resep
Menurut (Depkes RI, 2009), usia lanjut dibagi menjadi sebagai berikut:
penduduk pra usia lanjut dan usia lanjut. Penduduk pra usia lanjut adalah penduduk
yang berumur 45-59 tahun, sedangkan penduduk usia lanjut adalah yang berumur
lebih dari 60 tahun. Pada kelompok umur pra usia lanjut dan usia lanjut, Provinsi
Daerah Istemewa Yogyakarta memiliki pendudukperempuan pra usia lanjut dan usia
lanjut terbanyak yaitu pada usia 45-59 (18,40%), 60-69 tahun (7,12 %), usia 70-79
tahun (4,50%), dan usia 80 ke atas (2,69%) dan untuk kota Yogyakarta angka harapan
hidup untuk perempuan adalah 76,31 tahun. Data kependudukan Kelurahan Terban,
wanita dengan usia 50-70 tahun berjumlah 976 jiwa dari 9069 jumlah penduduk. Ini
menunjukan angka harapan hidup di Yogyakarta cukup tinggi dan perlu dilakukan
pemberdayaan yang efektif dan efisien demi kesejahteraan hidup yang baik.
Salah satu metode edukasi yang digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat adalah metode seminar. Menurut
(Kusmayadi, 2006) metode seminar adalah tempat pertukaran ide, ilmu atau
merupakan komunikasi dua arah atau timbal balik. Suatu metode seminar berhasil
jika pendengar mengerti apa yang disampaikan oleh penyaji materi sehingga ilmu
yang didapatkan dapat diambil manfaat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
dimana ilmu yang disampaikan oleh penyaji kepada penerima tidak dilupakan begitu
saja.
Berdasarkakan hal di atas, peneliti tertarik meneliti pengaruh metode
seminar terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap antibiotika
pada masyarakat khususnya wanita usia lanjut. Penilitian ini dilaksanakan pada
kelurahan Terban Yogyakarta, berdasarkan tingkat umur dan jenis kelamin.
1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dirumuskan beberapa
permasalahan penelitian sebagai berikut ini.
a. Seperti apakah karakteristik demografi responden berdasarkan faktor usia,
jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan ?
b. Seperti apakah pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat khususnya wanita
usia lanjut pada kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
kelurahan Terban Yogyakarta mengenai antibiotika sebelum dilakukan
intervensi seminar?
c. Seperti apakah pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat khususnya wanita
usia lanjut pada kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
kelurahan Terban Yogyakarta mengenai antibiotika sesudah dilakukan
d. Apakah terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan sesudah
diberikan intervensi seminar mengenai antibiotika pada wanita usia lanjut
pada kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) kelurahan
Terban Yogyakarta ?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penulusuran studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian
peningkatan, sikap, dan tindakan tentang antibiotika dengan metode seminar belum
pernah ada yang dilakukan.
Yang sudah pernah dilakukan seperti :
a. “Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat
mengenai Antibiotika di Kecamatan Umbul Harjo Kota Yogyakarta Tahun
2011” yang dilakukan oleh Mahendra Agil Kusuma, pada tahun 2012.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terletak pada subjek yang diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian,
tempat dan waktu penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat
pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai
antibiotika di Kecamatan Umbul Harjo kota Yogyakarta.
b. “Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat
mengenai Antibiotika di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta Tahun
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada
subjek yang diteliti, metode penelitian dan waktu penelitian. Hasil penelitian
menunjukan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika di Kecamatan Gondokusuman
kota Yogyakarta.
c. “Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat
mengenai Antibiotika di Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta Tahun
2011” yang dilakukan oleh Sisilia Rani Thoma, pada tahun 2012. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada
subjek yang diteliti, metode penelitian, tempat dan waktu penelitian. Hasil
penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai antibiotika di Kecamatan Mergangsan kota
Yogyakarta.
3. Manfaat penilitian a. Manfaat teoretis.
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi pengaruh metode
seminar terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan antibiotika
pada kaum wanita usia lanjut di kelurahan Terban Yogyakarta. Informasi ini
b. Manfaat praktis
1) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat memberikan
pengetahuanatau informasi mengenai penggunaan antibiotika untuk
mengurangi dan mencegah terjadinya resistensi.
2) Bagi Dinas Kesehatan, hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber
informasi atau acuan mengenai keefektifan metode seminar pada
wanita usia lanjut di kelurahan Terban tentang antibiotika, sehingga
penggunaan antibiotika yang tidak rasional menurun.
3) Bagi akademis, hasil penelitian ini digunakan sebagai acuan atau
sumber informasi dalam pengembangan model edukasi dan
pengembangan penelitian sehubungan dengan peningkatan kemampuan
akademis dalam mentransfer ilmu terhadap peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang antibiotika.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mensurvei dan mengevaluasi tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan wanita usia lanjut pada kelompok Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), kelurahan Terban Yogyakarta tentang
antibiotika dengan metode seminar.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik demografi masyarakat khususnya wanita usia
lanjut pada kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang
terdapat di kelurahan Terban.
b. Mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan wanita usia lanjut pada
kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) kelurahan
Terban mengenai antibiotika sebelum dilakukan intervensi.
c. Mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan wanita usialanjut pada
kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) kelurahan
Terban mengenai antibiotika sesudah dilakukan intervensi.
d. Membandingkan perubahan nilai pada aspek pengetahuan, sikap dan
tindakan wanita usia lanjut pada kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) kelurahan Terban mengenai antibiotika sebelum dan
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A. Antibiotika 1. Pengertian umum antibiotika
Antibiotika adalah zat atau senyawa yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang dapat membunuh dan menghambat mikroorganisme
(bakteri) lainnya (BPOM, 2008). Antibiotika termasuk golongan antiinfeksi yang
bersal dari kuman, baik semisintesis (sebagian dari kuman) maupun sintesis
(seluruhnya direkayasa). Golongan-golongan antibiotika adalah sebagai berikut :
betalaktam, makroloid, tetrasiklin, kuinolon, aminoglikosid,kloramfenikol, dan
antibiotika lainnya. Golongan antibiotika yang bukan berasal dari bakteri adalah
Sulfa, obat tuberkolosa, obat amuba, obat cacing, obat lepra, obat virus, obat
kanker, obat malaria, dan lainnya (Katzung, Masters, Trevor, 2012).
2. Penggunaan rasional antibiotika
Antibiotika yang tidak dihabiskan atau sisa dari pengobatan penyakit
yang sebelumnya tidak boleh digunakan kembali untuk mengobati penyakit yang
dianggap mirip atau bahkan berbeda tanpa persetujuan dari dokter. Penggunaan
antibiotika dengan resep dokter ini bertujuan untuk mencapai outcome terapi
yang optimal, dan menurunkan resiko terjadinya resistensi antibiotika (American
Prinsip penggunaan antibiotika harus rasional yakni 4T + 1H yakni
Tepat pasien, Tepat obat, Tepat indikasi, Tepat dosis, dan Hindari efek samping
dalam kasus ini adalah keamanan dalam pemakaian (Risca,2011).
3. Bahaya pemakaian antibiotika secara sembarangan (Irasional)
Bahaya pemakaian antibiotika secara tidak rasional akan menyebabkan
resistensi kuman, mudahnya terjadi efek samping, toksisitas, superinfeksi, dan
tidak tercapai manfaat optimal yang mengakibatkan pemborosan biaya karena
terus mengganti antibiotika. Dalam praktik sering kali dijumpai pemakaian
antibiotika tidak pada tempatnya (irasional) karena : kepercayaan atau pemikiran
yang keliru mengenai manfaat antibiotika dan kurang informasi mengenai
manfaat antibiotika (Risca, 2011).
Efek penggunaan antibiotika tidak rasional yang paling dominan adalah
terjadinya resistensi. Resistensi merupakan suatu proses tidak terhambatnya
pertumbuhan bakteri pada pemberian antibiotika dengan dosis normal maupun
dengan konsentrasi kadar hambat minimalnya (Tripathi, 2008). Menurut
(American Academy of Family Physicians, 2009), pencegahan resistensi bakteri
terhadap antibiotika dapat dilakukan dengan cara mematuhi petunjuk dokter,
salah satunya dengan menggunakan antibiotika pada rentang terapi dan cara
B. Seminar 1. Pengertian umum
Seminar adalah pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah
di bawah pimpinan ahli (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Seminar juga
merupakan suatu pertemuan untuk membahas suatu masalah tertentu dengan prasaran
dan tanggapan melalui suatu diskusi untuk mendapatkan suatu keputusan bersama
mengenai masalah tersebut. Masalah yang dibahas dalam seminar mempuyai ruang
lingkup terbatas. Tujuannya adalah untuk mendapatkan jalan keluar dari suatu
masalah (Kusmayadi, 2006).
2. Seminar yang efektif
Seminar yang efektif adalah seminar yang memberi manfaat bagi penyaji dan
pendengarnya, dimana dalam seminar tersebut terjadi pemberian materi dan
tanggapan berupa pertanyaan dari penerima secara berbalasan. Hal ini terjadi jika
peserta seminar mendengarkan dan mengerti apa yang disajikan. Oleh karena itu,
komunikasi akan sangat berpengaruh pada topik ilmiah penyajian dan teknik
penyajian (Kusmayadi, 2006). Menjadi pembicara/motivator dalam seminar bertugas
menyampaikan pemikiran, analisis, solusi permasalahan yang menjadi topik seminar.
Sebelum dimulainya seminar, pembicara harus mempersiapkan materi presentasi
yang menarik dan tidak membosankan demi kesuksesan dalam presentasi nanti.
3. Keunggulan dan kelemahan seminar
Keunggulan metode seminar yaitu penggunaan waktu yang efisien, tidak
terlalu banyak melibatkan alat bantu pengajaran, mudah dilaksanakan, mudah
menerangkan bahan pelajaran/materi berjumlah besar (Djamarah, 2002; Depkes,
2009). Kelemahan metode seminar adalah membuat peserta pasif dan bila terlalu
lama bisa membosankan, sukar mengontrol sejauh mana bahan ajar sudah dipahami
peserta serta peserta didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan
yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya (Djamarah, 2002).
C. Usia Lanjut
Semua makhluk hidup pasti menjadi tua seiring berjalannnya waktu, dimana
proses kehidupan ini dimulai dari kelahiran, remaja, dewasa, dan usia lanjut atau
menjadi tua. Menjadi tua adalah perubahan biologis manusia secara terus-menerus
yang dialami oleh manusia pada semua tingkatan umur, dimana usia lanjut adalah
bagian akhir dari tahap penuaan tersebut. Masa usia lanjut adalah suatu kepastian
yang bersifat mutlak. Pendekatan yang sering digunakan untuk mengidentifikasi
kapan seseorang dikatakan tua ada dua, yaitu pendekatan biologis dan pendekatan
kronologis, dimana pendekatan biologis adalah usia yang didasarkan pada kapasitas
fisik/biologis seseorang sedangkan pedekatan kronologis adalah usia seseorang
didasarkan pada hitungan umur seseorang (Suardiman, 2011).
Klasifikasi usia lanjut adalah sebagai berikut : Pra usia lanjut (prasenilis)
berusia 60 tahun atau lebih, usia lanjut risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70
tahun atau lebih atau sesorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan, usia lanjut potensial adalah usia lanjut yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa, usia lanjut tidak
potensial adalah yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain. Karakteristik usia lanjut adalah terjadi penurunan fungsi
kognitif, penurunan fungsi kesehatan, serta penurunan fungsi memori dan gejala lupa
atau pikun (Maryam, 2008).
D. Pengetahuan 1. Pengertian umum pengetahuan
Pengetahuan merupakan sikap mental seseorang dalam hubungan dengan objek
tertentu yang disadarinya sebagai ada atau terjadi.Dalam hal pengetahuan objek yang
disadari itu memang ada sebagaimana adanya (Notoadmodjo, 2010).
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi apabila ia mendapatkan informasi
yang baik dari berbagai media misalnya TV, surat kabar atau radio maka hal itu akan
dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hendra, 2008).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Beberapa hal yang dapat memengaruhi pengetahuan sesorang, antara lain :
a. Umur
Semakin muda usia sesorang semakin sedikit pengalaman yang dimiliki
yang didapat semakin banyak. Oleh karena itu, sangat penting bila umur dapat
dikaitkan dengan pengetahuan sesorang.
Sarwono (2008) menyatakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah
satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan
bertambahnya umur sesorang maka berpengaruh pada bertambah pengetahuan yang
diperoleh.
b. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan sesorang maka ia akan mudah menyesuaikan dengan
hal yang baru tersebut, sehingga semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi
tingkat pengetahuannya (Widiawaty, 2009).
c. Lama bekerja
Lama bekerja berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, dengan
pendidikan yang lebih tinggi maka pengalamannya akan semakin luas, sedangkan
semakin tua umur seseorang maka pengalaman semakin banyak. Informasi yang
diberikan untuk meningkatkan pengetahuan sesorang yang kemudian akan menjadi
dasar bagi orang tersebut melakukan sesuatu hal dalam hidupnya untuk berbagai
tujuan (Notoatmodjo, 2003).
d. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan sesorang, meskipun
sesorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi apabila ia mendapatkan informasi
yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan
3. Tingkatan pengetahuan
Seseorang dikatakan memiliki pegetahuan, jika dia mampu memberi respon
secara tertulis maupun lisan dengan memberikan tanggapan atau jawaban terkait
dengan pertanyaan yang diajukan. Menurut Budiman dan Riyanto (2013)
pengetahuan diukur dengan menentukan tingkatan sebagai berikut :
a. Bobot I, individu tahu dan paham.
b. Bobot II, individu dapat tahu, memahami hingga mengaplikasikan serta
menganalisisnya.
c. Bobot III, individu dapat tahu, memahami hingga mengaplikasikannya,
menganalisisnya hingga melakukan sintesis dan evaluasi.
4. Pengukuran pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013), Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari
subyek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan
rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.
Hasil pengukuran pengetahuan dikategorikan menjadi 3, yaitu apabila skor
76-100% dikatakan baik/tinggi, apabila skor 56-75% dikatakan sedang dan skor <56%
dikatakan buruk/rendah (Arikunto, 2006).
E. Sikap 1. Pengertian sikap
Sikap adalah kesadaran individu untuk menentukan tingkah laku nyata dan
objek, mungkin benda, orang, peristiwa, pemandangan, norma, nilai, lembaga, dan
sebagainya. Sikap bisa digolongkan dalam dua jenis, sikap yang orientasinya
memihak atau mendukung (favourable) atau sikap yang berorientasi sebaliknya
(infavourable). Sikap ini akan sangat mempengaruhi kesiapan individu untuk
memberikan respon terhadap suatu objek (Budiman dan Riyanto, 2013).
2. Tingkatan sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban ketika ditanya kemudian mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.Karena dengan adanya usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan (terlepas dari
pelajaran itu benar atau salah) berarti bahwa seseorang (subjek) menerima ide
tersebut.
c. Menghargai (responding)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang penting, media masa, institusi atau lembaga
pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam invidu.
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi berkaitan dengan objek psikologis akan menghasilkan
tanggapan dan penghayatan. Tanggapan adalah salah satu dasar terbentuknya sikap.
Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan emosional dengan demikian situasi tersebut akan menjadi
penghayatan akan pengalaman yang membekas dalam ingatan (Azwar, 2007).
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Secara umum, seseorang cenderung mempunyai sikap yang searah dengan
sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini disebabkan oleh keinginan
untuk berafiliasi dan menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
(Azwar, 2007).
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan menanamkan pengaruh sikap sesorang dalam menghadapi
masalah.Kebudayaan mewarnai sikap sesorang dalam masyarakat, sebab kebudayaan
telah memberikan corak pengalaman kepada individu-individu anggota masyarakat
d. Media massa
Meskipun pengaruh media massa tidak sebesar pengaruh interaksi individual
secara langsung, namun media massa juga memiliki peranan yang cukup besar dalam
proses pembentukan dan perubahan sikap (Azwar, 2007).
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama merupakan suatu sistem yang
berpengaruh terhadap pembentukan sikap karena keduanya memiliki dasar pengertian
dan konsep moral dalam dalam diri individu (Azwar, 2007).
f. Faktor emosional
Ada kalanya suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego (Azwar, 2007).
4. Pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan informan terhadap
suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan
hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Pernyataan sikap disajikan
dalam bentuk positif dan negatif dengan skala Likert (Method of Summateds
Ratting), (Budiman dan Riyanto, 2013).
Menurut Arikunto (2006) hasil pengukuran sikap dikategorikan menjadi 3,
yaitu apabila skor 76-100% dikatakan baik/tinggi, apabila skor 56-75% dikatakan
F. Tindakan 1. Pengertian tindakan
Tindakan adalah kecenderungan-kecenderungan tindak seseorang, baik positif
maupun negatif terhadap objek sikap (Soedarsono, 2007). Tindakan juga merupakan
mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon
untuk mewujudkan suatu aksi (Wawan dan Dewi, 2011).
2. Tingkatan tindakan
Tindakan terdapat beberapa tingkatan yaitu pada bagian pertama adalah
presepsi (perception) dimana mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil. Bagian kedua adalah respon terpimpin (guide
response) yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh. Pada bagian ketiga adalah mekanisme (mechanism) apabila seseorang
telah melakukan dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan. Pada bagian keempat adalah adopsi (adoption) merupakan suatu praktek
atau tindakan nyata yang sudah berkembang dengan baik (Fitriani, 2011).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan
Terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi tindakan sesorang yaitu faktor
predisposisi, faktor pemungkin dan faktor pendukung. Faktor predisosisi yaitu
sesuatu hal yang terwujud dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan variasi
demografi seperti umur dan jenis kelamin. Faktor pemungkin merupakan faktor yang
prasarana. Faktor pendukung adalah faktor yang meliputi sikap dan perilaku orang
penting di masyarakat (Green dan Keuter, 2000).
4. Pengukuran tindakan
Pengukuran tindakan dapat dilakukan melalui 2 metode yaitu langsung dan
tidak langsung. Metode langsung adalah peneliti langsung mengamati atau
mengobservasi perilaku subyek yang diteliti. Untuk melakukan metode langsung
dapat dilakukan dengan mengingat kembali melalui orang ketiga yang dekat dengan
subyek dan melalui indikator. Metode tidak langsung adalah peneliti tidak secara
langsung mengamati perilaku orang yang diteliti yakni dengan wawancara atau
penyebaran kuesioner terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa
waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Arikunto (2006) hasil pengukuran tindakan dikategorikan menjadi 3,
yaitu apabila skor 76-100% dikatakan baik/tinggi, apabila skor 56-75% dikatakan
sedang, apabila skor <56% dikatakan buruk/rendah.
Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan pada usia lanjut ditandai dengan
kemunduran-kemunduran kognitif yakni mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan
baik, ingatan pada masa muda lebih baik daripada kepada hal-hal yang baru terjadi,
orientasi umum dan pendapat terhadap waktu dan ruang atau tempat mundur, karena
daya ingat sudah mundur dan juga karena penglihatan sudah mundur. Meskipun telah
lebih rendah, dan tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru. Tetapi untuk
masalah kesehatan, wanita usia lanjut lebih bersikap aktif untuk menjaga kesehatan
dengan cara sering membaca artikel kesehatan dan selalu bertindak dengan cara
menjaga pola makan, sering berolah raga, mengikuti terapi kesehatan alternatif dan
beristirahat yang cukup ini didasari atas kesadaran kaum wanita usia lanjut akan
hidup sehat, seorang yang berusia lanjut juga sangat senang jika dirinya bisa mandiri
tanpa harus dikasihani orang lain (Suardiman, 2011).
G. Landasan Teori
Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional akan
menyebabkan resistensi terhadap antibiotika sehingga akan sangat merugikan. Agar
penggunaan antibiotika rasional maka dibutuhkan sebuah metode untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap antibiotika sehingga
penggunaan rasional pada antibiotika dapat dicapai. Agar peningkatan pengetahuan,
sikap, dan tindakan dapat dicapai maka diperlukan suatu edukasi (Risca, 2011).
Metode edukasi yang dipakai adalah metode seminar. Berdasarkan penelitian
Astuti (2009) metode seminar efektif diterapkan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang penyakit rabies, dan meningkatkan pengetahuan responden dalam memilih
obat.Berdasarkan penelitian tersebut, metode seminar digunakan dalam penelitian ini
H. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan pengetahuan, sikap
dan tindakan wanita usia lanjut mengenai antibiotika pada kelompok Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kelurahan Terban Yogyakarta tentang antibiotika
22
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental) karena
peneliti memberikan perlakuan atau intervensi pada responden penelitian. Desain ini
tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang
sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Disebut eksperimental semu
karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki rancangan-rancangan eksperimen
sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi
tidak dapat atau sulit dilakukan (Notoadmodjo, 2012).
Rancangan penelitian ini adalah rancangan rangkaian waktu (Time Series
Design). Rancangan ini seperti rancangan pre test--post test, rancangan ini
mempunyai keuntungan dengan melakukan observasi (pengukuran berulang-ulang)
sebelum dan sesudah perlakuan (Notoadmodjo, 2012). Pada penelitian ini,
pengambilan data akan dilakukan sebanyak 4 kali dengan rincian sebagai berikut :
Pre test dilakukan sekali sebelum pemberian intervensi, kemudian post test dilakukan
sebanyak 3 kali pengambilan data yakni sesaat setelah selesai pemberian intervensi, 1
bulan setelah pemberian intervensi, dan 2 bulan sesudah pemberian intervensi.
Dengan menggunakan serangkaian observasi (test) diharapakan validitasnya lebih
B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
Pelaksanaan seminar
2. Variabel tergantung
Pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat tentang antibiotika.
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali: usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan
mengenai antibiotika yang didapat secara formal maupun non formal yakni
seperti pernah bersekolah di sekolah menengah farmasi, seminar, penyuluhan,
kursus dan sebagainya.
b. Variabel pengacau tak terkendali: informasi mengenai antibiotika yang sudah
didapat sebelumnya baik dari iklan kesehatan, dokter dan tenaga kesehatan.
C. Definisi Operasional
1. Responden adalah wanita usia lanjut dengan rentang umur di atas 50 tahun pada
kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kelurahan Terban
Yogyakarta.
2. Tingkat pengetahuan responden mengenai antibiotika dibagi dalam tiga tingkatan
yaitu baik, sedang dan rendah. Kuisioner pre intervensi dan post intervensi terdiri
dari 20 aitem pertanyaan. Tingkat pengetahuan dinyatakan tinggi jika mampu
menjawab pertanyaan sebanyak 76-100% dari setiap kriteria pengetahuan,
kriteria pengetahuan, dikatakan rendah jika mampu menjawab pertanyaan
sebanyak <56% dari setiap kriteria pengetahuan.
3. Tingkat sikap responden mengenai antibiotika dibagi dalam tiga tingkatan yaitu
baik, sedang dan rendah. Kuisioner pre intervensi dan post intervensi terdiri dari
10 aitem pernyataan. Tingkat sikap dinyatakan tinggi jika mampu menjawab
pertanyaan sebanyak 76-100% dari setiap kriteria sikap, dikatakan sedang jika
mampu menjawab pertanyaan sebanyak 56-75% dari setiap kriteria sikap,
dikatakan rendah jika mampu menjawab pertanyaan sebanyak <56% dari setiap
kriteria sikap.
4. Tingkat tindakan responden mengenai antibiotika dibagi dalam tiga tingkatan
yaitu baik, sedang dan rendah. Kuisioner pre intervensi dan post intervensi terdiri
dari 10 aitem pernyataan. Tingkat tindakan dinyatakan tinggi jika mampu
menjawab pertanyaan sebanyak 76-100% dari setiap kriteria tindakan, dikatakan
sedang jika mampu menjawab pertanyaan sebanyak 56-75% dari setiap kriteria
tindakan, dikatakan rendah jika mampu menjawab pertanyaan sebanyak <56%
dari setiap kriteria tindakan.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di pada kelompok Pembinaan Kesejahteraan
keluarga (PKK) Kelurahan Terban.Penelitian ini berlangsung pada bulan
Januari-Maret 2015 dengan pembicara seminar adalah Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt (dosen
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner yang sudah
divalidasi dimana pada lembar kuisioner yang berisi 40 daftar pertanyaan mengenai
Definisi antibiotika, cara penggunaan antibiotika, tempat memperoleh antibiotika,
resitensi antibiotika, motivasi belajar terhadap antibiotika, pemilihan penggunaan
yang tepat, penggunaan antibiotika, upaya pencegahan resistensi antibiotika.
Pertanyaan pada kuesioner ini terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Pertanyaan mengenai fakta
Bagian ini berisi mengenai fakta-fakta data demografi responden yang ada
pada saat pengisian kuesioner. Bagian ini diantaranya terdiri dari nama, umur,
jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, nomor telepon, rukun tetangga (RT)
/ kampung/dusun/ desa tempat tinggal responden.
2. Pertanyaan informatif
Pertanyaan informatif digunakan untuk mencari tahu informasi atau
pengetahuan reponden mengenai antibiotika. Pertanyaan informatif kuesioner
pada penelitian ini berjumlah 40 soal yang mewakili beberapa pernyataan,
Tabel I. Pernyataan Favorable dan Unfovorable pada pokok bahasan Aspek Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan
Masing-masing tanggapan pada setiap aitem diberi skor jenis jawaban untuk
dapat dihitung dengan uji statistika yang sesuai. Skoring tanggapan forced choice
pada aitem pernyataan pengetahuan dibedakan dari tanggapan skala Likert pada aspek
sikap dan tindakan. Adapun ketentuan pemberian skor disajikan pada Tabel II dan III.
Tabel II. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Aspek Pengetahuan Tanggapan Pernyataan Aspek Pengetahuan Skor
Benar 1
Salah 0
Aspek Pokok Bahasan Nomor Pernyataan
Favorable Unfavorable
Pengetahuan Definisi 3 1 dan 2
Cara penggunaan 5,6,16 4,9,11 Aturan Penggunaan
Resistensi antibiotika 7 dan 19 18
Tabel III. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Aspek Sikap dan Tindakan
Pertanyaan favorable merupakan pernyataan yang bersifat mendukung atau
mengatakan hal-hal positif tentang obyek. Sebaliknya, pernyataan unfavorable berisi
pernyataan yang bersifat tidak mendukung atau mengatakan hal-hal negative terhadap
obyek.
F. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan adalah masyarakat kelurahan Terban, Kota
Yogyakarta yakni kaum wanita usia lanjut dengan tingkat pendidikan minimal SD,
bisa membaca dan menulis yang masuk dalam kelompok Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) kelurahan Terban. Kriteria eksklusi subyek meliputi :
masyarakat yang sedang menempuh pendidikan yang berkaitan dengan ilmu
kesehatan (Sekolah Menengah Farmasi, dokter, dokter gigi, dokter hewan, perawat,
ahli gizi, apoteker, analis kesehatan, dan bidan), serta masyarakat yang telah
memperoleh informasi mengenai antibiotika dari pendidikan non formal (penyuluhan,
G. Tata Cara Penelitian 1. Analisis situasi
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai
kemungkinan diadakannya penelitian.
2. Perijinan
Proses perijinan dimulai dengan memasukan permohoan ijin dan proposal
penelitian ke kantor Walikota kota Yogyakarta, Kemudian surat ijin yang telah
dikeluarkan oleh Kantor Walikota diteruskan ke kelurahan Terban.
3. Penyusunan kuesioner
Pembuatan kuesioner dilakukan dengan membuat 40 pernyataan dengan
rincian sebagai berikut bisa dilihat pada tabel I.
4. Validasi instrumen
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (Content
Validity).Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap
isi tes dengan analisis rasional atau melalui Professional Judgement. Dalam
peneletian ini ahli yang dimaksud adalah apoteker sehingga nilai yang akan diukur
tidak keluar dari batasan tujuan.
Validitas isi yang dicapai oleh tes tergantung pada penilaian subjektif
individual.Hal ini dikarenakan validitas isi tidak memerlukan perhitungan statistik
namun menggunakan analisis rasional. Validitas ini didasarkan pada penilaian ahli
5. Uji pemahaman bahasa
Uji bahasa kuesioner dilakukan dengan mengujikan kuesioner yang sudah
dibuat kepada 30 orang dengan kriteria inklusi yang di tetapkan yaitu, pendidikan
terakhir minimal SD, jenis kelamin wanita, usia lanjut, dan tidak bekerja pada
bidang kesehatan, namun uji pembahsan ini tidak boleh dilakukan di lokasi
penelitian. Proses pengujian bahasa ini dilakukan di Desa Paingan, Maguwoharjo,
Depok, Sleman. Uji pemahaman bahasa ini dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman responden terhadap maksud atau tujuan pernyataan yang dibuat
oleh peneliti, hasil uji pemahaman bahasa diketahui bahwa bahasa yang digunakan
dalam kuesioner tersebut dapat dimengerti oleh responden.
6. Uji reliabilitas instrumen
Pengukuran realibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
koefisian alpha (α) dari Cronbach alpha and pearson likert (sikap dan tindakan)
didapatkan hasil dan point biserial (pengetahuan). Dari hasil pengukuran didapatkan
hasil untuk aspek pengetahuan α=0,78, kemudian untuk aspek sikap α=0.75
sedangkan untuk aspek tindakan didapatkan hasil α=0.67. Suatu variabel dikatakan
reliabel jika jika memberi nilai koefisien Cronbach Alpha>0,60 sehingga dapat
disimpulkan instrument penelitian ini cukup reliabel untuk digunakan (Budiman dan
Riyanto, 2013).
7. Rekrutmen
Pada penelitian ini rekrutmen responden dilakukan dengan metode non
pengujian instrumen sebaiknya melibatkan 30-40 responden (Effendi dan Tukiran,
2012). Atau minimal 50 orang (Supratiknya, 2014).
8. Penyebaran kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara memberi kuesioner sebelum
pemberian seminar (pre intervensi) dan setelah pemberian seminar (post intervensi)
kepada responden. Pada pengambilan data ditentukan besar sampel sebanyak 50
orang untuk mengantisipasi kemungkinan responden yang tidak memenuhi kriteria
inklusi. Dari 50 responden yang diundang yang ikut dalam penelitian ini sebanyak 35
orang, dan 33 responden memenuhi kriteria inklusi.
9. Pengumpulan data
Kuesioner untuk pre intervensi dikumpulkan pada pertemuan pertama
sebelum dilakukan intervensi atau seminar, kemudian pemberian post intervensi
sesaat setelah selesai pemberian intervensi, 1 bulan setelah diberi intervensi, dan 2
bulan setelah diberi intervensi. Peneliti akan langsung mendatangi responden ke
rumah masing-masing atau mengumpulkan di balai pertemuan desa untuk mengisi
kuesioner post test.
10. Manajemen data
Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan proses
manajemen data yaitu :
a. Editing
Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban dari responden
dikembalikan responden,tidak semua digunakan dalam analisis data. Hanya kuesioner
yang telah terisi lengkap dan kesioner dengan responden yang memenuhi kriteria
inklusi.
b. Processing
Pada tahap ini pengolahan data dilakukan dengan cara memasukkan angka
dari setiap aitem pernyataan yang dijawab oleh responden, kemudian dilakukan
pengelompokkan aitem pernyataan. Pengelompokkan aitem pernyataan dalam
kuesioner berdasarkan pada variabel-variabel yang akan diteliti. Setelah itu dilakukan
pemindahan isi data dari kuesioner ke program komputer.
c. Perhitungan data
Data yang sudah dimasukkan ke program komputer excel dan microsoft
word dan R dicek atau diperiksa kembali kebenaranny H. Analisis Hasil
a. Scoring
Setelah responden menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti, peneliti melakukan pengkodean data dengan cara scoring yaitu dengan
memberikan skor pada jawaban. Bisa dilihat pada tabel II dan tabel III.
b. Uji normalitas data
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahuai apakah data yang diambil
sudah terdistribusi normal atau tidak. Terdistribusi normal adalah bahwa data akan
mengikuti bentuk distribusi normal dimana datanya memusat pada nilai rata-rata dan
normal dengan profil data semacam ini maka data tersebut dapat mewakili populasi.
Jika data tidak berdistribusi tidak normal, maka dignakan statistik non-parametrik.
Pada penilitian ini uji normalitas data yang dipakai adalah Uji Shapiro-Wilk.
Dalam uji normalitas hipotesis null-nya (H0) adalah “data yang terdistribusi normal”
dan hipotesis alternatifnya (H1) adalah “data yang tidak terdistribusi normal”.
Penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan 95% sehingga jika nilai p (p-value)
kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sedangkan jika nilai p (p-value)
tidak kurang dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Uji normalitas data pada
penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel IV. Hasil uji normalitas
menunjukan bahwa variable tersebut memiliki nilai signifikasi ρ < 0,05 (data tidak
terdistribusi normal) kecuali pada hasil pre intervensi pengetahuan, post intervensi 3
pada bagian sikap, post intervensi 2 dan 3 pada bagian tindakan dengan nilai
c. Uji hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan menggunakan uji T-berpasangan jika data
terdistribusi normal. Apabila data tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji
Wilcoxon (Dahlan, 2013). Pada penelitian ini uji Hipotesis dilakukan menggunakan
uji Wilcoxon dengan menggunakan program R 3.1.2. Nilai p-value menentukan hasil
pengujian yang dilakukan bermakna atau tidak. Hasil dikatakan signifikan jika nilai
p-value<0,05.
I. Kuesioner Siap Pakai
Kuesioner siap pakai merupakan kuesioner utuh yang tersusun atas domain
pengetahuan, sikap dan tindakan yang telah valid secara konten dan reliabel. Pada
kuesioner siap pakai ini juga telah disusun untuk dapat langsung diberikan kepada
responden penelitian. Selain berisi aitem-aitem masing-masing domain, terdapat pula
judul penelitian, petunjuk pengerjaan kuesioner, serta data diri responden demi
mendukung kesiapan kuesioner ini sebagai alat ukur siap pakai.
J. Pelaksanaan Intervensi Seminar
Intervensi seminar dilakukan kepada wanita lansia dengan rentang usia >50
tahun. Dalam pelaksanaan peserta yang masuk dalam kriteria inklusisebanyak 33
orang. Kegiatan seminar dimulai dengan memperkenalkan maksud dari penelitian
yang dilakukan, kemudian peneliti membagikan kuesioner pre intervensidan meminta
tertera pada kuesioner, kemudian mengembalikan kuesioner yang telah diisi kepada
fasilitator.
Setelah kuesioner dikembalikan, narasumber mulai menjelaskan tentang
antibiotika kepada responden yang diakhiri dengan forum diskusi antara narasumber
dan responden, dimana dalam forum diskusi tersebut responden diberi kesempatan
untuk bertanya tentang hal yang tidak dimengerti mengenai antibiotika. Setelah
selesai diskusi, fasilitator membagikan kuesioner post intervensi kepada responden
untuk diisi, kemudian responden mengembalikan kuesiner yang telah diisi kepada
fasilitator.
K. Pengambilan Data Post Intervensi Bulan Pertama dan Kedua Setelah Intervensi Seminar
Post intervensi bulan pertama dan kedua setelah diberi intervensi seminar
dilakukan untuk melihat apakah terdapat perubahan tingkat pengetahuan dari
responden setelah dilakukan intervensi seminar. Post intervensibulan pertama dan
bulan kedua sesudah dilakukan intervensi seminar dilakukan dengan cara peneliti
mengundang responden untuk mengisi kuesioner di balai Masyarakat Terban(Master)
kelurahan Terban.
L. Kelemahan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan waktu pengamatan yang kurang panjang
sehingga tidak dapat melihat berapa lama tingkat pengetahuan dengan kategori tinggi
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian beserta pembahasan mengenai peningkatan pengetahuan,
sikap dan tindakan akan diulas pada bab ini. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk
resume sehingga fokus pada pembahasan sajian data. Data hasil penelitian yang lebih
rinci ditampilkan pada bagian lampiran dari laporan penelitian ini.
A. Karakterisitik Demografi Responden 1. Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan
mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat
seseorang salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita
simpulkan bahwa bertambahnya umur sesorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang
usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang (Maryam, 2008).
Pada penelitian ini usia yang dipilih adalahusia lanjut. Menurut (Depkes RI,
2009) usia lanjut adalah orang dengan umur diatas 50 tahun. Pada penelitian ini
jumlah responden yang hadir berjumlah 33 orang, dengan rentang umur 50–59 tahun
2. Pekerjaan
Menurut Wawan dan Dewi (2011), lama bekerja berkaitan dengan umur dan
pendidikan individu. Dengan pendidikan yang lebih tinggi, maka pengalamannya
semakin luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan
semakin banyak.Untuk pekerjaan responden, peneliti memberi kriteria untuk
responden. Responden yang boleh mengikuti penelitian ini adalah responden yang
tidak bekerja pada bidang kesehatan (dinas kesehatan), sebagai tenaga kesehatan
(dokter, dokter hewan, apoteker, perawat, tenaga kefarmasian, bidan, mantri dan
sebagainya) dan tenaga pengajar yang mengajar tentang kesehatan (guru atau dosen
kesehatan). Hal ini dilakukan untuk menghindari hasil bias pada penelitian, karena
responden yang bekerja pada bidang kesehatan telah mengetahui antibiotika.
Dari 33 responden yang mengikuti penelitian ini didapatkan jenis pekerjaan
sebagai berikut : yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 2 orang
(6,061%), swasta 3 orang (9,091%), wirausaha 5 orang (15,15%), dan ibu rumah
tangga 23 orang (69,69 %).
3. Pendidikan
Tingkat pendidikan responden yang ditentukan oleh peneliti adalah responden
yang memiliki tingkat pendidikan terakhir minimal Sekolah Dasar (SD). Responden
dengan tingkat pendidikan akhir Perguruan Tinggi jurusan kesehatan serta Sekolah
Hal ini ditentukan untuk menghindari kebiasan dari hasil penelitian ini karena
responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir Perguruan Tinggi jurusan
kesehatan telah mengetahui antibiotika. Tingkat pendidikan responden yang dipilih
oleh peneliti terdiri dari 4 tingkatan yaitu : SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah
Menengah Pertama), dan PT (Perguruan Tinggi). Sejatinya semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya (Wawan dan
Dewi,2011).
Dari data yang dihimpun, dapat dilihat bahwa jumlah responden dengan
pendidikan terakhir SD sebesar 9,09%, SMP sebesar 15,15%, SMA sebesar 51,51%,
dan responden dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi berjumlah 24,24%.
Tabel V. Gambaran Karakteristik Responden Kelurahan Terban
B. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Responden Tentang Antibiotika Sebelum Dilakukan Intervensi Seminar
Pada bagian ini akan dibahas profil pengetahuan, sikap dan tindakan wanita
usia lanjut sebelum dilakukan intervensi seminar (pre-intervensi). Penelitian ini
diikuti sebanyak 33 responden yang masuk dalam kriteria inklusi. Para responden
akan mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kuesioner tersebut dibagi dalam 3
aspek, yakni bagian pengetahuan, sikap, dan tindakan responden terhadap
antibiotika.Tingkat Pengetahuan responden terhadap 3 aspek tersebut dibagi dalam 3
kategori yaitu kategori “tinggi” (76-100%) “sedang” (55-75%), “rendah” (<55%),
presentase tingkat pengetahuan ini berdasarkan kemampuan responden menjawab
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner dengan benar.
1. Aspek Pengetahuan
Aitem pertanyaan pengetahuan yang diujikan dalam kuesioner bagian ini
adalah sebanyak 20 pertanyaan. Pokok bahasan pada aspek pengetahuan ini adalah
definisi antibiotika, cara penggunaan antibiotika, aturan penggunaan antibiotika, cara
memperoleh antibiotika, tempat memperoleh antibiotika, dan resistensi antibiotika
(kuesioner terlampir). Setelah diujikan kepada responden didapatkan hasil sebagai
Gambar 1. Perbandingan jumlah responden berdasarkan aspek pengetahuan antibiotika pre-intervensi
Reponden yang masuk dalam kategori pengetahuan tinggi adalah sebanyak
75,75% (25 orang), responden dengan kategori sedang adalah sebanyak 21,21% (7
orang), sedangkan untuk responden dengan tingkat pengetahuan rendah didapatkan
sebanyak 3,03% (1 orang). Berdasarakan hasil ini ada 25 orang yang harus
dipertahankan tingkat pengetahuan, sedangkan yang perlu ditingkatkan
pengetahuannya dari segi aspek pengetahuan yakni sebanyak 8 orang.
2. Aspek Sikap
Aspek sikap diukur menggunakan kuesioner dengan jumlah soal sebanyak 10
nomor (kuesioner terlampir), aspek sikap ini meliputi motivasi belajar responden
terhadap antibiotika dan pemilihan penggunaan antibiotika yang tepat oleh
responden. Setelah diukur hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 63,63%
(21 orang) masuk dalam kategori responden dengan tingkat pengetahuan yang tinggi,
kemudian untuk responden dengan tingkat pengetahuan yang sedang sebanyak 75,75%
21,21%
3,03%
Tinggi
Sedang
36,36% (12 orang), dan responden yang tingkat pengetahuannya rendah sebanyak
0%.
Dari hasil ini jumlah responden yang perlu ditingkatkan sikapnya sebanyak 12
orang. Selain itu hasil ini juga menunjukan bahwa sikap pada mayoritas responden
wanita usia lanjutberada pada tingkat yang tinggi.
Gambar 2. Perbandingan jumlah responden berdasarkan aspek sikap antibiotika pre-intervensi
3. Aspek Tindakan
Untuk mengetahui tindakan responden, responden harus mengisi kuesioner
bagian tindakan sebanyak 10 nomor (kuesioner terlampir), Pokok bahasan pada aspek
ini meliputi penggunaan antibiotika, dan upaya pencegahan resistensi antibiotika.
Berdasarkan tinggi, sedang dan rendahnya tingkat pengetahuan pada aspek tindakan, 63,63%
36,36%
0%
responden terbanyak adalah responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi
yaitu 54,54% (18 orang), reponden dengan pengetahuan sedang sebanyak 45,45%
(15orang) dan yang pengetahuaannya rendah sebanyak 0% , sehingga pada aspek ini
ada 15 orang yang harus ditingkatkan tindakannya.
Gambar 3. Perbandingan jumlah responden berdasarkan aspek tindakan antibiotika pre-intervensi
Dari ketiga aspek yang sudah diukur dapat dikatakan tingkat pengetahuan,
sikap dan tindakan mayoritas responden wanita usia lanjut pada kelompok
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kelurahan Terban sebelum dilakukan
intervensi cukup tinggi, dengan rincian sebagai berikut: Jumlah responden yang
masuk dalam kategori tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 75,75% (25 orang)
untuk aspek pengetahuan, 63,63% (21 orang) untuk aspek sikap, dan 54,54% (18
untuk) aspek tindakan. Kemudian untuk responden yangsedang sebanyak 21,21% (7
orang) untuk aspek pengetahuan, 36,36% (12 orang) untuk aspek sikap, dan untuk 54,54%
45,45%
0%