• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT TATAARTA SWADAYA DI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT TATAARTA SWADAYA DI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT TATAARTA SWADAYA DI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

Oleh Dian Purnama Sari

Persaingan dalam industri perbankan kini semakin tajam, terlebih didorong oleh perkembangan pengetahuan masyarakat yang semakin selektif dalam memilih bank, yaitu bank yang dapat memberikan layanan keuangan berkualitas bagi bisnis dan pribadinya. Salah satu pilar agar industri perbankan mampu bertahan dalam tatanan ekonomi global di mana intensitas persaingan antarbank semakin tinggi adalah perbankan mempunyai kinerja yang baik. Penilaian kinerja sangatlah penting bagi semua perusahaan, termasuk perusahaan perbankan. Melalui penilaian kinerja, perusahaan dapat mengetahui apakah kinerja dan operasional perusahaan tersebut buruk atau tidak. Jika dinilai buruk maka diharapkan perusahaan dapat memperbaikinya. Jika kinerjanya sudah baik, diharapkan perusahaan dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerja dan operasionalnya agar lebih baik. Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut: Nilai ROA Bank Perkreditan Rakyat Tataarta Swadaya menunjukkan bahwa nilai ROA masih berada pada kriteria kondisi baik yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar 1,5%. Nilai BOPO Bank Perkreditan Rakyat Tataarta Swadaya menunjukkan bahwa rasio BOPO Bank Perkreditan Rakyat Tataarta Swadaya berada pada kriteria kondisi baik yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu dibawah 92%. Nilai LDR Bank Perkreditan Rakyat Tataarta Swadaya menunjukkan bahwa rasio LDR bank Syariah Mandiri berada di bawah kriteria yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 85-110%.

Saran yang diajukan rasio rentabilitas (ROA) Bank Perkreditan Rakyat Tataarta Swadaya dapat ditingkatkan kualitasnya. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih memperhatikanm pengelolaan assetnya . Usahakan setiap asset yang tersebut menghasilkan Laba, sehinggga kinerja keuangan pada analisis ROA dapat ditingkatkan. Rasio (BOPO) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan mengoptimalkan pendapatan operasional dalam pembentukan laba bersih sehingga kinerja keuangan pada analisis rasio NPM dapat ditingkatkan. Rasio Likuiditas (LDR) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan menekan kenaikan dana yang disalurkan bank melalui pembiayaan atau kredit yang diberikan kepada nasabah. Sehingga kinerja keuangan pada analisis rasio LDR dapat ditingkatkan.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari Tiga bersaudara, dilahirkan di Tebing Tinggi 22 Februari 1985 dari Pasangan Bapak Derwan Akhmad dan Ibu Syarifah. Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah Taman Kanak-Kanak Fatayat NU ( 1990 ), SDN Teladan Rawa Laut ( 1997 ), SMP Negeri 4 Bandar Lampung ( 2000 ), SMAN 1 Kalianda ( 2003 ).

(7)

PERSEMBAHAN

Karena usaha, kemauan, kerja keras, semangat dan CINTA, skripsi ini kuselesaikan....

Maka dengan CINTA pula skripsi ini kupersembahkan kepada :

Kedua Orang Tuaku yang kusayangi, papa dan mama mertuaku

Terima kasih yang tak terhingga atas doa yang selalu menyertaiku.

Suamiku serta anakku dan calon anakku yang selalu memberikan semangat dan mengiringi dalam setiap detik hidupku.

Terima kasih telah mengiringi kelulusanku dengan doa,cinta dan keikhlasan.

Sahabat-sahabatku...

Terima kasih atas spirit yang telah diberikan.

Dan...

(8)

MOTO

Untuk mewujudkan mimpi, jangan dulu membayangkan sukses besar yang mungkin

diraih. Tapi jauh lebih penting menyusun tuk membuaat sukses-sekses yang kecil

Sesuatu yang dapat dibayangkan pasti dapat diraih. Sesuatu yang bisa diimpikan

(9)

SANWACANA

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi syarat dan kewajiban pada ujian Komprehensif Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi untuk mendapatkan gelar Strata 1 ( S1 ) dalam Ilmu Ekonomi Manajemen.

Penulis Menyadari bahwa isi skripsi ini belumlah dapat memuaskan pembaca.Walaupun demikian, tak kurang harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi diri penulis dan kita semua.

Selanjutnya mengingat banyaknya bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ekonomi, Bapak Prof. Satria Bangsawan, S.E., M.Sc

2. Ketua Jurusan Manajemen Ibu Hj Aida Sari, S.E., M.Si

3. Ibu Roslina, S.E., M.Si. selaku pembimbing akademik.

4. Penguji Utama, Bapak Iban Sofyan, S.E., M.M. Terima Kasih atas masukannya.

5. Dosen Pembimbing 1, Bapak Syatibi CH. Terima kasih atas saran dan bimbingannya

hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Dosen Pembimbing 2, Bapak Rinaldi Bursan, S.E., M.Si. Atas saran, bimbingan, masukan dan waktunya, hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih atas segala bantuannya, bapak dosen yang luar biasa.

7. Suamiku serta anakku Radithya Raka Buana, terima kasih pengertiannya atas waktu yang tersita.

8. Teman- teman kantorku, bapak Maryoto, Mas heri, Mas Junet, Mbak Hesti, Faris, Tia

Dimas dan Dede. Terimakasih atas support dan waktu yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(10)

serta semua teman seperjuangan penulis yang tidak dapat disebutkan. Tetap berjuang, jangan menyerah dan selalu optimis.

10.Teman-teman penulis di konversi jurusan Manajemen Non Reguler. Semangat, jangan

pernah putus asa.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 14 Oktober 2014 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Kerangka Pemikiran ... 7

1.6. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi Bank ... 12

2.2. Laporan Keuangan Bank ... 16

2.3. Analisis Rasio Keungan Perbankan ... 21

2.4 Kredit………...

(12)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Obyek Penelitian ... 29

3.2. Metode Penelitian ... 29

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 29

3.4. Model Analisis Data ... 30

3.5. Pengujian Asumsi Klasik ... 31

IV. HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Perhitungan ROA ... 35

4.2. Hasil Perhitungan BOPO ... 36

4.3. Kinerja Bank Perkkreditan Rakyat Tataarta Swadaya ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 41

5.2. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Kinerja Keuangan BPR Tataarta Swadaya Tahun 2012 ... 3

Tabel 4.1 Perhitungan ROA ...35

Tabel 4.2 Perhitungan BOPO ...36

Tabel 4.3 Perhitungan LDR ...38

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Persaingan dalam industri perbankan kini semakin tajam, terlebih didorong oleh

perkembangan pengetahuan masyarakat yang semakin selektif dalam memilih

bank, yaitu bank yang dapat memberikan layanan keuangan berkualitas bagi

bisnis dan pribadinya. Bank terbaik adalah bank yang dapat memenuhi segala

kebutuhan finansial nasabahnya. Sementara itu, kondisi perbankan nasional

sendiri mengalami pasang surut di dalam sejarah perkembangannya.

Setelah krisis ekonomi 1997-1998, industri perbankan mengalami perubahan

dalam jumlah bank. Jika pada 1998 jumlah bank umum mencapai 208 bank, maka

pada Nopember 2007, jumlah bank umum turun menjadi 130 bank, yang terdiri

dari 5 bank persero, 26 bank pembangunan daerah, 35 bank umum swasta

nasional devisa, 36 bank umum swasta non devisa, 17 bank campuran, dan 11

bank asing. Penurunan jumlah bank disebabkan adanya pencabutan ijin usaha dan

merger bank (InfoBank No. 347 Edisi Pebruari 2008).

Pada masa krisis ekonomi tahun 1997, sektor perbankan merupakan salah satu

(16)

2 mengalami masa-masa sulit di mana banyak bank yang mengalami kemunduran

kinerja akibat terus terjadinya krisis kepercayaan dari masyarakat.

Seiring waktu berjalan dan dengan didorong oleh kemajuan ekonomi maka sektor

perbankan perlahan-lahan bangkit kembali. Bank pemerintah dan swasta saling

bersaing dalam hal pelayanan dan pemenuhan kewajiban kepada nasabahnya.

Melalui

proses restrukturisasi perbankan pada tahun 1999, maka banyak bank yang

melakukan program restrukturisasi operasional, merger atau akuisisi sehingga

kinerja

perbankan Indonesia mulai membaik. Indikator utama yang bisa dilihat adalah

dari pertumbuhan asset perbankan yang terus meningkat. Beberapa indikator

lainnya juga terus membaik, misalnya laba bersih meningkat, dana meningkat,

ekspansi kredit meningkat dan tingkat kredit bermasalah menurun.

Salah satu pilar agar industri perbankan mampu bertahan dalam tatanan ekonomi

global di mana intensitas persaingan antarbank semakin tinggi adalah perbankan

mempunyai kinerja yang baik. Penilaian kinerja sangatlah penting bagi semua

perusahaan, termasuk perusahaan perbankan. Melalui penilaian kinerja,

perusahaan dapat mengetahui apakah kinerja dan operasional perusahaan tersebut

buruk atau tidak. Jika dinilai buruk maka diharapkan perusahaan dapat

memperbaikinya. Jika kinerjanya sudah baik, diharapkan perusahaan dapat

(17)

3 Salah satu dimensi pokok kinerja perbankan adalah kinerja keuangan. Kinerja

keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan

termasuk

perbankan di manapun, karena kinerja keuangan tersebut merupakan cerminan

dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber

dayanya.

Tabel I.1 berikut menjelaskan bahwa bererapa rasio keuangan utama BPR

Tataarta Swadaya..

Tabel I.1. Kinerja Keuangan BPR Tataarta Swadaya Tahun 2012

Kinerja Keuangan BPR Tataarta Swadaya

Jika memperhatikan Tabel 1.1 terlihat kinerja keuangan beberapa rasio cenderug

fluktuatif. Hal ini perlu diperhatikan pihak BPR agar dapat memberikan layanan

(18)

4 Salah satu masalah ekonomi penting yang dihadapi bangsa Indonesia dalam

beberapa tahun terakhir adalah kelebihan likuiditas dalam perekonomian. Akibat

ekses likuiditas tersebut, maka penempatan dana di Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), umumnya semakin bertambah. Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank

Indonesia (BI), total SBI per 17 Januari 2011 mengalami peningkatan dari kisaran

Rp 200 triliun tahun lalu menjadi Rp 312,79 triliun tahun ini. Proporsinya,

kepemilikan asing yang mencapai Rp 28,94 triliun atau sekitar 9,25 persen dari

total keseluruhan.

Masalah ini terbilang cukup serius mengingat dampak utama yang

ditimbulkannya antara lain minimnya kucuran dana bagi sektor riil akibat uang

hanya berputar di pasar keuangan dan rentannya perekonomian dalam negeri

terhadap isu-isu eksternal. Sebagai contoh, gejolak yang memukul pasar saham

domestik pada tahun 1997. Belum lagi biaya yang tidak sedikit yang harus

dikeluarkan bank sentral.

Menurut Direktur Biro Riset InfoBank, Supriyanto, yang membuat kinerja

keuangan perbankan menurun adalah penurunan suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI). Selama ini, ekses likuiditas perbankan lebih banyak ditanamkan

ke SBI sehingga penurunan suku bunga SBI akan memukul balik pendapatan

bunga perbankan. Belum adanya perubahan paradigma menjadi bank leads the

development. Ini mencerminkan belum adanya keberanian kalangan perbankan

mengambil risiko dan rendahnya analisis bisnis terhadap potensi berkembangnya

(19)

5 Sementara menurut Edijoelianto (2007) masih rendahnya Rasio LDR (Loan to

Deposit Ratio) bank swasta nasional dibanding bank BUMN, akibat trauma

dengan kejadian penutupan dan tidak solvabelnya bank-bank devisa pasca pakto

1988 sehingga berakibat dibekukan izin operasional bank devisa tersebut. Sejak

terimbas krisis finansial pada pertengahan tahun 1997, perbankan memang

terkesan trauma. Bank lebih senang menanamkan dananya dalam instrumen yang

aman, seperti Surat

Utang Negara (SUN), atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Adapun perkembangan kredit bermasalah bank selama tahun 2011 secara nasional

mengalami penurunan dibanding Desember 2010 yakni dari 6,07% menjadi

5,17% (Info Bank No. 346, Januari 2012). Walaupun mengalami penurunan, hal

ini masih tetap menunjukkan bahwa perbankan nasional masih dihinggapi kredit

bermasalah yang cukup tinggi karena berada sedikit di atas batas maksimal yang

ditentukan oleh Bank Indonesia yakni 5%.

Ekonom Bisnis Indonesia, Rokhim (2007) mengungkapkan bahwa kinerja

perbankan dari sisi tuntutan regulasi dan kinerja keuangan periode 2011

menunjukkan hasil baik, namun kinerja tersebut belum mencerminkan kinerja

yang seharusnya dicapai. Karenanya perlu dilakukan penilaian atas tingkat

efisiensi bank untuk melihat apakah bank telah menjalankan usahanya dengan

maksimal atau meminimalkan penggunaan sumber dayanya untuk menghasilkan

(20)

6 Perbankan nasional mampu mencetak Net Interest Margin tinggi, tetapi tidak

efisien

dalam menjalankan usahanya. Ketidakefisienan tercermin dari rasio beban

operasional (OE/OI) sebesar 73,90% sehingga ditengarai menjadi kendala

penurunan

suku bunga kredit (InfoBank No. 343, Oktober 2012). Besarnya laba perbankan

yang dicapai bukan karena kerja keras pengelola bank, tetapi lebih banyak

dipengaruhi kebijakan penurunan suku bunga oleh BI, subsidi keuangan negara

dan ketidakadilan pengelola bank dalam menetapkan suku bunga kredit. Ini

terlihat ketika suku bunga SBI turun, net interest margin justru meningkat. Ini

berarti suku bunga kredit yang seharusnya sudah turun secara signifikan dibiarkan

tinggi oleh perbankan. Banking Efficiency Award Bisnis Indonesia 2011

melakukan penilaian per kategori bank, diantaranya Bank BUMN (5 bank) dengan

nilai rata-rata 0,801; Bank BPD (26 bank) dengan nilai rata-rata 0,727; Bank

Swasta Nasional (71 bank) dengan nilai rata-rata 0,679; Bank Devisa (35 bank)

dengan nilai rata-rata 0,732. Bank non Devisa (36 bank) dengan nilai rata-rata

0,628; Bank campuran (17 bank) dengan nilai rata-rata 0,750.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah kinerja keuangan yang diukur dari Return on Assets (ROA),

(21)

7 (OE/OI), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Profit Margin (NPM)

mempengaruhi laba BPR Tataarta Swadaya?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

Kinerja keuangan Bank Perkreditan Rakyat Tataarta Swadaya yang diukur

dari Return on Assets (ROA), Operations Expenses/Operations Income

(OE/OI), Loan to Deposit Ratio (LDR).

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Untuk kalangan perbankan sebagai pertimbangan atas kekuatan ataupun

kelemahan yang terdapat dalam kinerja keuangan BPR Tataarta Swadaya.

2. Untuk memberikan wawasan tambahan bagi peneliti dalam melatih diri

berfikir secara ilmiah di bidang Manajemen Keuangan khususnya yang

berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan.

I.5. Kerangka Pemikiran

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, bank merupakan badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

(22)

8

1. Bank Devisa, merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar

negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,

misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque,

pembukaan dan pembayaran Letter of Credit (L/C) dan transaksi luar

negeri lainnya.

2. Bank Non Devisa, merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk

melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat

melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa, di mana transaksi yang

dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara (Kasmir, 2002).

Sumber dana bank terbagi atas tiga yakni dari para pemilik, dari cadangan (laba

yang ditahan, laba tahun lalu, laba tahun berjalan, cadangan revaluasi aktiva tetap,

penyisihan penghapusan aktiva produktif), sumber dana pihak ketiga (giro,

deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan rekening kreditur umum), antarbank

pasiva (inter bank call money market, surat berharga pasar uang, pembiayaan

bersama likuiditas dari bank indonesia, credit line dari koresponden bank),

sumber pembelanjaan intensif dan pasar modal (Muljono, 1996).

Zulverdi et.al (2006) menyatakan bahwa: As intermediary institutions, banks

collect fund from surplus spending units with a certain cost and distribute it to

deficit spending units by imposing a certain interestrate as bank.s earning.

Solomon (1983) dalam Jones and Verhoef (2006) juga menyatakan bahwa:

banking functions can be divided into two categories as financial intermediaries

(23)

9 Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada periode

tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana

yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan

profitabilitas bank Mengukur kinerja keuangan bank dapat menggunakan hasil

perhitungan rasio keuangan perbankan. Rasio-rasio keuangan tersebut sebagai

berikut (Riyadi, 2006):

1. Rasio Profitabilitas.

2. Cost Efficiency Ratio menunjukkan tingkat efisiensi kinerja suatu bank.

3. Net Interest Margin.

4. Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) atau OE/OI.

5. Government Bond Trading (GBTR).

6. Rasio Perbaikan Asset yang terdiri dari Non Performing Loan Gross dan

Non Performing Loan Net.

7. Rasio Kehati-hatian.

8. Loan to Deposit Ratio.

Penelitian ini menggunakan ada dua jenis rasio keuangan yang dipergunakan,

yaitu rasio rentabilitas dan rasio likuiditas. Analisis rasio rentabilitas adalah alat

untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang

dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bagian dari rasio rentabilitas adalah

pengembalian aset, pengembalian ekuitas, marjin bunga bersih, dan biaya

(24)

10 Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio

(LDR). Angka standar rasio LDR yang disepakati adalah antara 85% sampai

dengan 110%. Jika lebih rendah dari 85%, maka bank tersebut dinilai memiliki

dana yang menganggur yang besar, sedangkan lebih besar dari 110%, maka risiko

likuiditas yang akan dihadapi sangat besar (Manurung dkk., 2004). Dari uraian

tersebut, kerangka piker dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Model Penelitian

Laporan Keuangan

Bank Perkreditan Tataarta Swadaya

(25)

11 I.6. Hipotesis

Dari rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran maka hipotesis

penelitian adalah sebagai berikut:

(26)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsi Bank

Pengertian bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang

perbankan adalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak. Rose (2002) menyatakan bahwa: Bank is a financial intermediary

accepting deposits and granting loans; offers the widest menu of services of any

financial institution. Sedangkan Mishkin (2003) menyatakan bahwa: Banks are

financial institutions that accept deposits and make loans.

Sinkey, JR (2002) menyatakan bahwa: the traditional banking function deals with

two processes or contract: (1) gathering deposits (the first process) and (2)

making loans (the second process). Menurut uraian di atas tersebut, jelaslah

bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Financial intermediation

merupakan suatu aktivitas penting dalam perekonomian, karena ia menimbulkan

(27)

13 mengelola dana. Selanjutnya, hal ini akan membantu mendorong perekonomian

menjadi lebih efisien dan dinamis.

Hal ini dipertegas Tangkilisan (2003) bahwa: perbankan nasional Indonesia

berfungsi sebagai financial intermediary dengan kegiatan usaha pokok

menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dan

masyarakat dan unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari

penabung ke peminjam.

Pada umumnya ada beberapa pilihan utama bank dalam menempatkan dananya

untuk memperoleh pendapatan, yaitu sebagai berikut:

a. Kredit yang dipilih karena return yang lebih baik, meningkatkan

profitabilitas, dan meningkatkan prospek usaha nasabah.

b. Pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang merupakan alternative

penempatan dana yang aman, berisiko rendah, berjangka pendek dengan

tingkat suku bunga yang cukup tinggi.

c. Pembelian obligasi pemerintah dipilih karena memiliki tingkat suku bunga

myang relatif tinggi jadi tingkat keuntungannya cukup baik dan risikonya

rendah.

Bank menanam dana terutama dalam bentuk pemberian kredit dan surat berharga.

Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dijelaskan bahwa yang

dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

(28)

14 meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Penanaman dana dalam surat berharga yang lazim oleh perbankan adalah dalam

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)

(Widjanarto, 1997). Pengertian SBI menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor:

4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI

adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

2. Berjangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan paling lama 12

(dua belas) bulan yang dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung dari

tanggal penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh waktu.

3. Penerbitan dan perdagangan dilakukan dengan sistem diskonto.

4. Diterbitkan tanpa warkat (scripless) dan dapat dipindahtangankan

(negotiable).

Pola pembelian Sertifikat Bank Indonesia, yaitu:

1. Pembelian melalui pasar perdana (langsung ke BI).

2. Pembelian melalui pasar sekunder, yaitu kegiatan SBI di luar pasar

perdana.

3. Pembelian melalui broker, baik untuk transaksi SBI di pasar perdana

maupun pasar sekunder, juga transaksi secara outright

(29)

15 Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, jenis bank dapat

dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum

adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum. Bank umum dilihat

dari segi status dibagi dalam dua macam:

1. Bank Umum Devisa, artinya yang ruang lingkup gerak operasionalnya

sampai ke luar negeri. Seperti bank tersebut dapat membuka letter of

credit (LC), layanan transfer ke luar negeri, membuka tabungan dalam

mata uang asing, dan lain-lain.

2. Bank Umum Non Devisa, artinya ruang lingkup gerak operasionalnya di

dalam negeri saja (Kasmir, 2002).

Suatu bank mempunyai status sebagai bank devisa jika bank tersebut memperoleh

surat penunjukan dari Bank Indonesia (BI) untuk melakukan usaha perbankan

dalam valuta asing seperti yang dikemukakan oleh Kasmir di atas, sedangkan

suatu bank dikatakan bank non devisa jika belum memperoleh surat penunjukan

dari BI untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing.

Menurut peraturan Bank Indonesia, syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum

suatu bank umum swasta nasional dapat diberikan izin untuk menjadi bank devisa,

antara lain:

1. Bahwa bank yang bersangkutan telah bekerja untuk suatu jangka waktu

tertentu.

(30)

16

3. Bahwa bank yang bersangkutan mempunyai kemampuan finansial,

perlengkapan materil dan tenaga teknis yang diperlukan.

Hal ini memperjelas bahwa bank devisa memiliki ruang lingkup yang lebih luas

serta kinerja yang lebih baik dibandingkan bank non devisa.

2.2 Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu

perusahaan baik informasi mengenai jumlah dan jenis aktiva, kewajiban serta

modal, yang tergambar dalam neraca, juga memberikan gambaran hasil usaha

perusahaan dalam suatu periode tertentu yang dikeluarkan dalam laporan laba rugi

dan arus kas suatu perusahaan yang tergambar dalam laporan arus kas. Horne

(2005) menyatakan bahwa: laporan keuangan melaksanakan beberapa fungsi,

yakni neraca meringkas aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik suatu perusahaan

pada suatu periode, sementara laporan laba rugi meringkas pendapatan dan biaya

perusahaan selama suatu periode waktu tertentu.

Menurut Brigham (2004): the annual report presents four basic financial

statements-the balance sheet, the income statement, the statement of retained

earnings and the statement of cash flows.

Laporan keuangan yang disajikan oleh bank umum untuk dipublikasikan kepada

masyarakat, berpedoman pada peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI tanggal 13

Desember 2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan surat edaran

(31)

17 Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta laporan tertentu

yang disampaikan kepada Bank Indonesia.

Tujuan laporan keuangan suatu bank sebagai berikut:

a. Untuk memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva,

kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu.

b. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari

pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan

dalam periode tertentu.

c. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam

suatu periode (Kasmir, 2002).

Laporan keuangan bank umum terdiri dari:

1. Neraca, yang berisikan pos-pos aktiva dan pasiva neraca bank.

2. Perhitungan laba rugi dan saldo laba.

3. Komitmen dan kontijensi.

4. Perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum.

5. Kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya.

6. Transaksi valuta asing dan derivatif.

7. Perhitungan Rasio Keuangan, meliputi:

a. Permodalan, yang terdiri dari capital adequacy ratio (CAR) dan

(32)

18 b. Aktiva produktif, yang terdiri dari aktiva produktif bermasalah,

Non performing loan (NPL), PPAP terhadap aktiva produktif dan

pemenuhan PPAP.

c. Rentabilitas, yang terdiri dari return on asset (ROA), return on

equity (ROE), net interest margin (NIM) dan beban operasional

termasuk beban bunga dan beban PPAP serta beban penyisihan

aktiva lain-lain dibagi pendapatan operasional termasuk

pendapatan bunga (BOPO).

d. Likuiditas yakni Loan Deposit Ratio (LDR).

e. Kepatuhan, meliputi kepatuhan terhadap persentase pelanggaran

Batas maksimum pemberian kredit (BMPK), persentase

pelampauan BMPK, giro wajib minimum (GWM) rupiah dan

Posisi devisa neto (PDN).

8. Pembelian kredit dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional/BPPN (jika

ada), meliputi pokok kredit, nilai pembukuan kredit, jumlah

PPAP/pendapatan ditangguhkan, PPAP yang dibentuk dan pendapatan

bunga (Riyadi, 2006).

2.3. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan yang dapat dibuat terdapat beberapa . Menurut

Martono (2005): analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis

tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat

(33)

19 1. Perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan

rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang

sama.

2. Perbandingan eksternal dan sumber-sumber rasio industri, yaitu

membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis

atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama.

Ada beberapa teknik analisis laporan keuangan tersebut meliputi:

a. Analisis Horisontal

Analisis horisontal mencoba melihat perkembangan berbagai perkiraan

yang ada dalam neraca dan laporan rugi laba dari tahun ke tahun, sehingga

akan nampak adanya turun naik yang membentuk suatu trend.

b. Analisis Vertikal

Dalam analisis vertikal, perkiraan penting dibuat sebagai nilai dasar,

misalnya total aktiva diangap 100% dan yang lainnya mengikuti.

Demikian pula untuk hutang dan modal sendiri masing-masing dianggap

100%.

c. Analisis Rasio

Dalam analisis rasio mencoba membandingkan berbagai perkiraan dalam

kategori yang berbeda, yakni antara perkiraan yang satu dengan perkiraan

yang lainnya, baik antara perkiraan dalam laporan rugi laba sendiri

maupun antara neraca dan laporan rugi laba.

d. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana.

(34)

20 Laporan keuangan proforma adalah suatu laporan keuangan yang disusun atas

dasar rasio-rasio keuangan pada masa lalu yang sifatnya sebagai proyeksi dari

neraca dan laporan rugi laba (Tangkilisan, 2003).

Penilaian kinerja keuangan berbeda dengan penilaian barang baik berwujud

maupun tidak berwujud. Dalam penilaian asset, cukup memeriksa obyek asset

secara fisik, kondisi ekonomi, dan fungsionalnya yang bersifat statis. Sedangkan

penilaian kinerja keuangan, yang dinilai adalah data keuangan yang diperoleh dari

laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan kinerja keuangan adalah kemampuan dalam menghasilkan

dari penjualan, kemampuan dalam mengembalikan modal usaha serta kemampuan

hutangnya yang digunakan untuk membelanjai aktiva. Kinerja perbankan

merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam aspek keuangan,

pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana dalam suatu periode yang

biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.

Manfaat penilaian kinerja keuangan adalah:

1. Memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pengelolaan hutang

termasuk mengenai keadaan keuangan secara keseluruhan.

2. Mengidentifikasi lebih awal masalah keuangan yang timbul sebelum

terlambat.

3. Memberikan gambaran nyata, mengenai kelebihan dan kekurangan

(35)

21 2.4 Analisis Rasio Keuangan Perbankan

Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan rasio

keuangan suatu perusahaan dalam beberapa periode yang berbeda sehingga dapat

diketahui baik buruknya kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Dengan

menganalisis rasio keuangan bank, maka akan dapat dinilai kinerja setiap bank,

apakah telah bekerja secara efisien dan bagaimana tingkat kesehatan bank yang

bersangkutan.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005): ada dua jenis rasio keuangan yang

bisa digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio neraca

yang terdiri dari rasio likuiditas serta rasio leverage, dan rasio laporan laba rugi

yang terdiri dari rasio cakupan (coverage), rasio efisiensi (rasio aktivitas) serta

rasio profitabilitas.

Analisis rasio yang digunakan untuk menganalisis kinerja bank terdiri dari analisis

rasio likuiditas, analisis rasio rentabilitas dan analisis rasio solvabilitas. Analisis

rasio likuiditas terdiri dari cash ratio, reserve requirement, loan to deposit ratio,

loan to asset ratio dan net call money to current ratio. Analisis rasio rentabilitas

terdiri dari return on assets (ROA), return on equity (ROE), rasio biaya

operasional (BOPO) dan net profit margin (NPM). Analisis rasio solvabilitas

terdiri dari capital adequacy ratio (CAR), debt to equity ratio dan long term debt

(36)

22 Riyadi (2006) juga menyatakan bahwa: rasio keuangan perbankan yang sering

diumumkan dalam neraca publikasi biasanya meliputi rasio permodalan yaitu

capital

adequacy ratio (CAR); aktiva produktif yaitu aktiva produktif bermasalah, non

performing loan (NPL), PPAP terhadap aktiva produktif dan pemenuhan PPAP;

rasio

rentabilitas yaitu return on assets (ROA), return on equity (ROE), net interest

margin

(NIM), beban operasional termasuk beban bunga dan beban PPAP serta beban

penyisihan aktiva lain-lain dibagi pendapatan operasional termasuk pendapatan

bunga

(BOPO); rasio likuiditas yaitu cash ratio dan loan to deposit ratio (LDR).

2.4.1. Rasio Likuiditas

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi

kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta

dapat

memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadi penangguhan. Dalam

penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan loan to deposit ratio (LDR)

dalam mengukur likuiditas bank.

Menurut Margaretha (2007): Loan to deposit ratio menyatakan seberapa jauh

kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan

(37)

23 likuiditasnya. Muljono (1996) juga mengatakan bahwa: LDR menunjukkan

kemampuan suatu bank di dalam menyediakan dana kepada para debiturnya

dengan dana yang dimiliki oleh bank yang dapat dikumpulkan dari masyarakat.

Semakin tinggi rasio memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang

diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Menurut surat edaran

BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 menetapkan bahwa batas aman dari loan

to deposit ratio suatu bank antara 75% dan 85%. Maksimal LDR yang

diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%.

LDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah Kredit yang Diberikan

LDR = --- Total dana pihak ketiga+ Kredit Likuiditas Bank Indonesia +Modal inti

2.4.2. Rasio Rentabilitas

Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan suatu bank di dalam

menghasilkan keuntungan baik berasal dari kegiatan operasional bank yang

bersangkutan maupun dari hasil-hasil non operasionalnya.

Margaretha (2007) menyatakan bahwa: analisis rasio rentabilitas bank adalah alat

untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang

dicapai oleh bank yang bersangkutan. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini

menggunakan empat rasio rentabilitas untuk dianalisis yaitu Return on Assets

(38)

24 2.4.3. Return on Assets

Rose (2002) menyatakan bahwa: ROA is primarily an indicator of managerial

efficiency; it indicates how capably the management of the bank has been

converting

the institution.s assets into net earnings. Menurut Li et.al (2001): ROA measures

how well bank resources (financial and real) are being used to generate net

income. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

memperoleh laba secara keseluruhan. Bank Indonesia menetapkan ROA yang

baik nilainya lebih dari 2% agar sebuah bank dapat dikatakan sehat.

ROA diformulasikan secara matematis sebagai berikut:

Laba sebelum pajak

ROA x 100%

(39)

25 2.4.4. Return on Equity (ROE)

Rose (2002) menyatakan bahwa: ROE is a measure of the rate of return flowing to

the bank.s shareholders. It approximates the net benefit that the stockholders have

received from investing their capital in the bank. Li et.al (2000) juga menyatakan

bahwa: ROE measures earnings on the book value of shareholder equity. ROE is

the most important return measures for banks because it reflects how well the

bank has perfomed in all return categories and indicates whether the bank can

compete for private capital in a market economy. Hal ini dipertegas oleh Sinkey

(2002) yang juga menyatakan bahwa: ROE measures profitability from the

shareholder.s perspective.

ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan

calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih

yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti

terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan

tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. Return on Equity yang

baik menurut surat edaran Bank Indonesia tahun 2004 adalah di atas 12,5%.

ROE diformulasikan secara matematis sebagai berikut:

Laba setelah pajak

ROE x 100%

(40)

26 2.4.5. Operations Expenses/Operations Income (OE/OI)

Margaretha (2007) menyatakan bahwa: rasio biaya operasional adalah

perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Riyadi (2006)

menyatakan bahwa: BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional

dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti

semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam

menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.

Besarnya rasio OE/OI atau BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di

Indonesia adalah sebesar 93,52%, ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan

oleh Bank Indonesia. Rasio OE/OI diformulasikan secara matematis sebagai

berikut:

Operating Expense

OE/OI x 100%

Operating Income

2.4.6. Net Profit Margin (NPM)

NPM adalah rasio untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh bank dari

pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Margaretha (2007),

menyatakan bahwa: Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat

keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang

(41)

27 NPM yang baik menurut surat edaran Bank Indonesia tahun 2004 adalah di atas

2%. NPM diformulasikan secara matematis sebagai berikut:

Pendapatan bunga bersih

NPM x 100%

Total Aktiva Produktif

2.5. Kredit

Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14 Tahun 1967 bab 1 Pasal 1, 2

merumuskan pengertian kredit sebagai berikut: Kredit adalah penyediaan uang

atau yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara

bank dengan lain pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan. Selanjutnya

pengertian kredit tersebut disempurnakan lagi dalam Undang- Undang No. 10

Tahun 1998 tentang Perbankan, yakni kredit adalah penyediaan uang atau tagihan

yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu

(42)

28 Rivai (2007) menyatakan bahwa kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka

pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga

debitur yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA). Kredit yang

diberikan dalam pos neraca adalah semua kredit yang diberikan oleh bank, baik

yang diberikan kepada bank lain di dalam negeri, maupun di luar negeri dan

semua realisasi kredit dalam rupiah dan valuta asing yang diberikan kepada pihak

(43)

29 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian

Penelitian dilakukan di BPR Tataarta Swadaya di Bandar Lampung.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Berdasarkan

permasalahan yang diteliti, penelitian ini digolongkan kepada bentuk penelitian

kausal asimetris, yakni penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Sifat penelitian ini adalah

deskriptif eksplanatori.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

tersebut bersumber dari laporan keuangan dan laporan rugi laba BPR Tataarta

Swadaya di Bandar Lampung. Data yang digunakan merupakan gabungan data

antar perusahaan properti (cross section) dan data antar waktu (time series), yang

(44)

30 3.5 Model Analisis Data

Model analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis

Regresi Linier Berganda menjawab model penelitian I. Sebelum melakukan

estimasi yang tidak bias dengan analisis regresi, perlu dilakukan uji BLUE, yaitu

pengujian antar variabel bebas supaya tidak terjadi multikolinieritas,

heteroskedastisitas, normalitas, dan autokorelasi. Bentuk model yang digunakan

adalah :

Analisis data dilakukan dengan bantuan Statistical Package for Social Sciences

(SPSS) versi 18 dengan menggunakan tingkat kepercayaan (convidence interval)

(45)

31 Pengujian Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Sminov,

dimana jika angka signifikansi yang ditunjukkan dalam tabel lebih kecil dari alpha

5% maka dikatakan data tidak memenuhi asumsi normalitas, sedangkan

sebaliknya, jika angka signifikan di dalam tabel lebih besar dari alpha 5% maka

data sudah memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005).

2. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah ada ditemukan korelasi di

antara variabel bebas (independent variabel). Jika terjadi korelasi maka terdapat

problem multikolonieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di

antara variabel bebasnya. Gejala ini dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan

nilai variance inflation factor (VIF). Nilai Tolerance rendah sama dengan nilai

VIF tinggi (VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff atau batas yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama

dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang

masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai Tolerance = 0,10 sama dengan tingkat

(46)

32 3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varians dari residual tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi

apakah ada atau tidak gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

Grafik Plot, dan Uji Park. Park mengemukakan metode bahwa varians (s2)

merupakan fungsi dari variabel-variabel bebas. Uji ini dilakukan dengan

menguadratkankan nilai residual (U2i) dari model kemudian kuadrat nilai residual

dilogaritmakan (LnU2i). Kemudian nilai logaritma dari kuadrat residual

dimasukkan sebagai variabel terikat dalam persamaan regresi yang baru. Jika

angka signifikansi t yang diperoleh dari persamaan regresi yang baru lebih besar

dari alpha 5%, maka dikatakan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam data

model. Sebaliknya, jika angka signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari alpha

5%, maka dapat dikatakan terdapat heteroskedastisitas dalam data model

(Ghozali, 2005).

4.Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi atau kondisi

yang berurutan diantara gangguan atau disturbance yang masuk ke dalam fungsi

(47)

33 dengan uji Durbin Watson atau uji d. Nilai d memiliki batas 0 sampai dengan 4,

dan juga memiliki batas bawah dL dan juga batas atas dU.

Pedoman pengambilan keputusan untuk nilai d menurut Ghozali (2005) adalah

sebagai berikut:

a. Apabila d < dL atau d > (4 – dL) berarti terdapat autokorelasi

b. Apabila d terletak antara dU dan (4 – dU) berarti tidak terdapat

autokorelasi

c. Apabila nilai d terletak antara dL dan dU (dL < d < dU) atau antara (4 –

dU) dan (4 – dL) maka uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan

yang pasti (No Decision). Pada nilai ini tidak dapat disimpulkan apakah

terdapat autokorelasi atau tidak terdapat autokorelasi.

5. Uji Linearitas Model

Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan dalam

penelitian sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik (Ghozali, 2005). Salah

satu uji yang dipergunakan untuk linearitas adalah uji Lagrange Multiplier yang

dilakukan dengan menghubungkan nilai residual model dengan nilai kuadrat

variabel bebas ke dalam persamaan regresi yang baru. Nilai R2 baru yang

diperoleh dikalikan dengan n jumlah pengamatan (observasi) untuk mendapatkan

c2 hitung. Jika c2 hitung lebih kecil dari c2 tabel, maka dapat dikatakan

(48)

34 3.7. Pengujian Hipotesis

1. Uji Serempak (Uji F)

Uji signifikansi serempak atau Uji F ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan

menyeluruh dari variabel bebas yaitu B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7 untuk dapat

atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel terikat Y. Uji F

juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas memiliki

koefisien regresi sama dengan nol.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, dengan

ketentuan jika nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel atau signifikansi Fhitung

lebih kecil dari alpha 5% maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan

bahwa variabel bebas (independent variable) dalam model mempengaruhi

variabel terikat (dependent variable). Demikian pula sebaliknya apabila Fhitung

lebih kecil dari Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya bahwa variabel

(49)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis data yang mengacu pada masalah dan tujuan

penelitian, maka dapat dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Nilai ROA Bank Perkreditan Rakyat Tataarta Swadaya menunjukkan bahwa nilai ROA

masih berada pada kriteria kondisi baik yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar

1,5%.

2. Nilai BOPO Bank Perkreditan Rakyat Tataarta Swadaya menunjukkan bahwa rasio

BOPO Bank Perkreditan Rakyat Tataarta Swadaya berada pada kriteria kondisi baik

yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu dibawah 92%.

3. Nilai LDR Bank Perkreditan Rakyat Tataarta Swadaya menunjukkan bahwa rasio LDR

bank Syariah Mandiri berada di bawah kriteria yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia

yaitu 85-110%.

5.2 Saran

Dari hasil kesimpulan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Rasio Rentabilitas (ROA) Bank Perkreditan Rakyat Tataarta Swadaya dapat

(50)

42

memperhatikanm pengelolaan assetnya . Usahakan setiap asset yang tersebut

menghasilkan Laba, sehinggga kinerja keuangan pada analisis ROA dapat ditingkatkan.

2. Rasio (BOPO) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan mengoptimalkan pendapatan

operasional dalam pembentukan laba bersih sehingga kinerja keuangan pada analisis

rasio NPM dapat ditingkatkan.

3. Rasio Likuiditas (LDR) dapat ditingkatkan kualitasnya dengan menekan kenaikan dana

yang disalurkan bank melalui pembiayaan atau kredit yang diberikan kepada nasabah.

(51)

43 DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, Njo. 2001. Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik

Terhadap Harga Saham Properti di BEJ, Jurnal Akuntansi dan

Keuangan, Universitas Kristen Petra Vol.5 No.2: 123-131.

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia, Penerbit Mediasoft Indonesia.

Anoraga, Pandji; Pakarti, Piji. 2006. Pengantar Pasar Modal, Penerbit Rineka Cipta Indonesia, Cetakan kelima, Edisi Revisi.

Asnawi, Said Kelana; Wijaya, Chandra. 2005. Riset Keuangan,

Pengujian-pengujian Empiris, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Indonesia.

Bisnis Properti, Vol.3: 100-103 No.41. Edisi Februari 2007. Menunggu Saat Bunga Luruh, Penerbit PT Panangian Media Properti, Indonesia.

Bodie, Zvi; Kane,Alex and Marcus, Alan J. 2005. Investment, Sixth Edition, McGraw Hill, International Edition.

Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. 2001. Manajeman Keuangan,

Terjemahan Dodo Suharto & Herman Wibowo, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Indonesia.

Brigham, Eugene F; Gapenski, Louis C. 1994. Financial Management Theory and Practice, Florida: Dryden Press.

Chen, Nai-fu; Roll, Ricard R; Ross, Stepen A. 1996. Economic Forces and The Stock Market, Journal of Business, 59: 383-403.

Crabb, Peter R. 2003. Finance and Investment using The Wall Street Journal,

McGraw-Hill, New York.

Darmadji, Tjiptono; Fakhruddin, Hendy M. 2001. Pasar Modal Indonesia,

Pendekatan Tanya Jawab, Penerbit Salemba Empat, Indonesia.

Dwi, K.S. 2003. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham, Jurnal

Ilmiah Akuntansi, Vol.5, No.2 : 57-65.

Elton, Edwin J and Gruber, Martin J. 1995. Modern Portfolio Theory and Investment Analysis, Fifth Edition, John Wiley & Sons.

(52)

44

Francis, Jack C. 1988. Management of Investment, Second Edition,

International Editions Financial Series, Singapore: McGraw Hill.

Fuller, Russel J and Farrell, James L. Jr. 1987. Modern Investment and Security Analysis, International Editions Financial Series, Singapore: McGraw Hill.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gitman, Lawrence J. 2003. Principles of Managerial Finance, Tenth Edition, International Edition Financial Series, Boston: Addison-Wesley.

Helfert, E. A. 1991. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh, Penerbit Erlangga, Indonesia.

Higgins, Robert C. 1990. Analysis For Financial Management, Illionis: Richard D Irwin, Inc.

Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Securitas, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Penerbit BPFE UGM,

Yogyakarta.

Jones, Charles P. 2004. Investments, Analysis and Management, Ninth Edition,

John Wiley & Sons, Inc., Printed in the United States of America.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Penerbit Erlanggga, Indonesia.

Limbong, Albed Eko. 2006. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan (tidak dipublikasikan).

Lufti, Muslich. 2003. Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Efisiensi Pasar Dalam Menentukan Nilai Pasar Saham Perusahaan Industri Manufaktur Terbuka di BEJ. Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya (tidak dipublikasikan).

Munawir, S. 1998. Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Murtanto dan Harkivent. 2000. Analisis Pengaruh Informasi Laba, Media

(53)

45 Nasution, Annio Indah Lestari. 2006. Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan (tidak dipublikasikan).

Natarsyah, Syahib. 2000. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham (Kasus Industri Varang

Konsumsi yang Go Publik di Pasar Modal Indonesia), Jurnal Ekonomi

dan Bisnis Indonesia, volume 15/3.

Simanungkalit, Panagian & Associates, Property Market 2006 Overview And 2007 Outlook, Jurnal Properti, Thirteen Edition, January 2007, Penerbit Pusat Study Properti Indonesia (PSPI), Indonesia.

Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan, Catakan kelima, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Indonesia.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.

Takarini, N and Ekawati, E. 2000. Analisis Rasio Keuangan Dalam

Memprediksi Perubahan Laba di Pasar Modal Indonesia, Ventura, Vol.6, No.3 : 253-270.

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Cetakan Pertama, Maret 2001, Penerbit BPFE Yogyakarta.

Tuasikal, Askam. 2002. Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Memprediksi Return Saham, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.5, No.3 : 365-378.

Gambar

Tabel I.1. Kinerja Keuangan BPR Tataarta Swadaya Tahun 2012
Gambar 1. Model Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

 Digunakan untuk mencatat pengakuan beban perjalanan dinas dalam rangka kegiatan rapat, seminar, dan sejenisnya yang dilaksanakan di luar

Kesimpulan dari data survey mengenai perancangan buku fotografi fashion batik Sumber Jambe khas Jember bahwa kurang adanya ketertarikan masyarakat Jember dan sekitar

Ini berarti penerima tunjangan beban kerja bukan hanya diberikan pada mereka yang bekerja lembur atau khusus tenaga medis melainkan semua pegawai RSUD.. Selain

Berdasarkan hasil penelitian humas kampar memanfaatkan youtube untuk menyebarluaskan informasi yang sifatnya keagamaan, pemilu, dan juga tanggap bencana, yang

Kondisi ketenagakerjaan di Riau tahun 2011-2015 mengalami fluktuatif seperti meningkatnya jumlah angkatan kerja mencapai 16,15% dan meningkatnya jumlah pengangguran

Jenis penelitian ini yaitu diskriptif kuantitatif. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan. Teknik pengumpulan data menggunakan studi lapangan, yaitu dengn amengabil

Berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan salah satu pengusaha bordir bulan November 2014 yang bernama Ibuk Perwati, (pendiri tempat usaha Bordir Permai Desa Aur

Hasil akhir dari penelitian ini adalah pembuatan sebuah program media interaktif yang terdiri dari cara untuk memahami soal sampai adanya permainan yang dapat menarik anak agar