SKRIPSI
ANALISIS DAMPAK SOSIAL DAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS PENGGALIAN TAMBANG EMAS DI KEC. BATANG TORU
KAB. TAPANULI SELATAN
OLEH
Yusuf Azhari 100501152
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat dan dampak sosial yang dirasakan masyarakat akibat adanya kawasan ekonomi khusus penggalian tambang emas di Kec. Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan serta untuk mengetahui hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan persepsi masyarakat terhadap adanya kawasan ekonomi khusus penambangan emas di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder dengan metode pengumpulan data melalui observasi, kuesioner, dan sttudi kepustakaan yang ditujukan kepada 60 responden dengan fokus penelitian adalah masyarakat Desa Aek Pining di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis crosstab (tabulasi silang) dan analisis deskriptif untuk masing-masing permasalahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi KEK Batang Toru bagus untuk dijadikan sebagai pusat kegiatan ekonomi sehingga masa depan Kawasan Ekonomi Khusus penggalian tambang emas Batang Toru baik dan akan berkembang. Pengaruh kawasan ekonomi khusus penggalian tambang emas batang toru terhadap dampak sosial yang dirasakan masyarakat berupa penyediaan beberapa fasilitas sosial, penggunaan tenaga kerja lokal, peningkatan pendapatan masyarakat. Namun, selama ada KEK penggalian tambang emas, kenyamanan mereka sedikit terganggu tetapi tidak menjadi masalah yang besar. Berdasarkan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya pendapatan tidak ada hubungan dengan persepsi masyarakat sedangkan pendidikan memiliki hubungan dengan persepsi masyarakat.
ABSTRACT
This research aims to determine the perception of society and sosial effect which is felt by society from the impact of mining gold special economic zone in Batang Toru sub-district, Tapanuli Selatan regency and to determine the correlation of economic social factors with the society perception against mining gold special economic zone in Batang Toru sub-district, Tapanuli Selatan regency.
This research uses primary data and secondary data with the collection methods of data through observation, questionnaires, and library research addressed to 60 respondents with the research focus is Aek Pining’s society in Batang Toru sub-district, Tapanuli Selatan regency. The analysis technique was used in this research was crosstab analysis (cross tabulation) and descriptive analysis for each issue.
The results of this research indicated that Batang Toru special economic zone potency is good for being as economic activity central so in future Batang Toru mining gold special economic zone will good and maturate. The impact of Batang Toru mining gold special economic zone to the social effect which is felt by society have the shape of the provision of social facility, the use of local labor, and the enhancment of society income. However, since mining gold social economic zone, their comfort was slightly disturbed but it was not be the big problem. Based on the economic social factors which is affect it, the income does not correlate with society perception whereas the education have a correlation with society perception.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Dengan mengucap rasa syukur yang tak terhingga atas nikmat, karunia dan rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan syarat untuk menempuh ujian Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Dampak Sosial Dan Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian Tambang Emas Di Kec. Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan”. Dalam tulisan ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik berupa dorongan semangat dan sumbangan pikiran. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis terutama kepada:
1. Secara khusus, skripsi ini penulis persembahkan buat kedua orang tua tercinta H. Masri dan Hj. Emsi Arnida, kakak Desy Efriani kedua adik penulis Henny Wahyuni dan Muhammad Tarmizi.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec. selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si. selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Drs. Hasan Basri Tarmizi, S.U. dan Drs. Rahmad Sumanjaya Hasibuan, M.Si. selaku dosen pembanding yang telah memberikan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Seluruh teman-teman serta pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya sangat membangun sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan di lain kesempatan.
Semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Medan, Desember 2014
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pertambangan ... 8
2.2 Peran Pertambangan ... 10
2.2.1 Peran Pertambangan dalam Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan ... 11
2.2.2 Peran Pertambangan dalam Pembangunan Sosial ... 13
2.3 Sosial Ekonomi ... 17
2.4 Kawasan Ekonomi Khusus ... 18
2.5 Penelitian Terdahulu ... 22
2.6 Kerangka Konseptual ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25
3.2 Lokasi Penelitian ... 25
3.3 Batasan Operasional ... 25
3.4 Definisi Operasional ... 26
3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 26
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
3.7 Jenis dan Sumber Data ... 27
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ... 30 4.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 30 4.1.2 Gambaran Umum Responden ... 32
4.1.2.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 33 4.1.2.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ... 33 4.1.2.3 Komposisi Responden Berdasarkan Lama
Bermukim ... 34 4.1.2.4 Komposisi Responden Berdasarkan
Pendapatan ... 35 4.1.2.5 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ... 35 4.2 Pembahasan ... 36
4.2.1 Persepsi Masyarakat Tentang Penambangan Emas di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli
Selatan ... 36 4.2.2 Pengaruh Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian
Tambang Emas Batang Toru terhadap Dampak
Sosial yang dirasakan Masyarakat ... 44 4.2.3 Hubungan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Dengan
Persepsi Masyarakat ... 47 4.2.3.1Pendidikan – Persepsi Masyarakat ... 47 4.2.3.2Pendapatan – Persepsi Masyarakat ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (2010-2012) ... 3 4.1 Luas Wilayah Menurut Desa / Kelurahan (km2) ... 31
4.2 Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32
4.3 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok
Umur ... 33 4.4 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34 4.5 Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim ... 34 4.6 Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan ... 35 4.7 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ... 36 4.8 Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Tentang Masa Depan Kawasan Ekonomi Khusus
Penggalian Tambang Emas Batang Toru ... 36 4.9 Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Tentang Peran KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru Dalam Penyediaan Sarana Dan Prasarana
Ekonomi Dan Sosial Bagi Masyarakat ... 37 4.10 Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Tentang Dampak Pengembangan KEK Batang Toru
Terhadap Taraf Hidup Masyarakat ... 38 4.11 Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Tentang Potensi Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian Tambang Emas Batang Toru Sebagai Pusat Kegiatan
Ekonomi ... 39 4.12 Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Tentang Peran Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian Tambang Emas Batang Toru Dalam Pembangunan
Daerah-Daerah Sekitarnya ... 39 4.13 Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Tentang Dampak Pengembangan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru Terhadap Dunia
Ketenagakerjaan ... 41 4.14 Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Penggalian Tambang Emas Batang Toru ... 42
4.15 Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Tentang Dampak Pengembangan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru Terhadap Lingkungan ... 43
4.16 Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Tentang KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru Akan Melahirkan Kesadaran Sosial Masyarakat Dan Memotivasi Masyarakat Dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat ... 44
4.17 Komposisi Responden Berdasarkan Pendapat Masyarakat Tentang Pendapat Masyarakat Tentang Penyediaan Fasilitas Sosial oleh Perusahaan Tambang ... 45
4.18 Komposisi Responden Berdasarkan Pendapat Masyarakat Tentang Pendapat Masyarakat Tentang Penyerapan Tenaga Kerja Lokal Oleh Perusahaan Tambang ... 45
4.19 Komposisi Responden Berdasarkan Dampak Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian Tambang Emas terhadap Pendapatan Masyarakat ... 46
4.20 Komposisi Responden Berdasarkan Pendapat Masyarakat Tentang Keamanan dan Kenyamanan Masyarakat ... 47
4.21 Crosstab Pendidikan – Persepsi Masyarakat 1-5 ... 48
4.22 Crosstab Pendidikan – Persepsi Masyarakat 6-10 ... 50
4.23 Chi-Square Pendidikan – Persepsi Masyarakat ... 52
4.24 Crosstab Pendapatan – Persepsi Masyarakat 1-5 ... 53
4.25 Crosstab Pendapatan – Persepsi Masyarakat 6-10 ... 55
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat dan dampak sosial yang dirasakan masyarakat akibat adanya kawasan ekonomi khusus penggalian tambang emas di Kec. Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan serta untuk mengetahui hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan persepsi masyarakat terhadap adanya kawasan ekonomi khusus penambangan emas di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder dengan metode pengumpulan data melalui observasi, kuesioner, dan sttudi kepustakaan yang ditujukan kepada 60 responden dengan fokus penelitian adalah masyarakat Desa Aek Pining di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis crosstab (tabulasi silang) dan analisis deskriptif untuk masing-masing permasalahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi KEK Batang Toru bagus untuk dijadikan sebagai pusat kegiatan ekonomi sehingga masa depan Kawasan Ekonomi Khusus penggalian tambang emas Batang Toru baik dan akan berkembang. Pengaruh kawasan ekonomi khusus penggalian tambang emas batang toru terhadap dampak sosial yang dirasakan masyarakat berupa penyediaan beberapa fasilitas sosial, penggunaan tenaga kerja lokal, peningkatan pendapatan masyarakat. Namun, selama ada KEK penggalian tambang emas, kenyamanan mereka sedikit terganggu tetapi tidak menjadi masalah yang besar. Berdasarkan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya pendapatan tidak ada hubungan dengan persepsi masyarakat sedangkan pendidikan memiliki hubungan dengan persepsi masyarakat.
ABSTRACT
This research aims to determine the perception of society and sosial effect which is felt by society from the impact of mining gold special economic zone in Batang Toru sub-district, Tapanuli Selatan regency and to determine the correlation of economic social factors with the society perception against mining gold special economic zone in Batang Toru sub-district, Tapanuli Selatan regency.
This research uses primary data and secondary data with the collection methods of data through observation, questionnaires, and library research addressed to 60 respondents with the research focus is Aek Pining’s society in Batang Toru sub-district, Tapanuli Selatan regency. The analysis technique was used in this research was crosstab analysis (cross tabulation) and descriptive analysis for each issue.
The results of this research indicated that Batang Toru special economic zone potency is good for being as economic activity central so in future Batang Toru mining gold special economic zone will good and maturate. The impact of Batang Toru mining gold special economic zone to the social effect which is felt by society have the shape of the provision of social facility, the use of local labor, and the enhancment of society income. However, since mining gold social economic zone, their comfort was slightly disturbed but it was not be the big problem. Based on the economic social factors which is affect it, the income does not correlate with society perception whereas the education have a correlation with society perception.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sumatera Utara merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang
dianugrahi kekayaan alam yang berlimpah. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus
merupakan salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia melalui selat Malaka. Pertumbuhan ekonomi juga terjadi di beberapa sektor potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan
peternakan. Selain itu juga, salah satu sektor yang mendukung laju pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor pertambangan.
Usaha Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang (Pasal 1 butir 6 Undang-Undang No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara).
Berdasarkan Survey 2006 mencatat bahwa terdapat 27 jenis barang tambang nonlogam (golongan C), 15 jenis barang tambang logam dan enam jenis minyak, gas
(migas) dan energi. Barang tambang nonlogam antara lain batu gamping, dolomite, pasir kuarsa, belerang, kaolin, diatomea dan bentonit. Sedangkan barang tambang
dan energi antara lain minyak bumi, gas alam dan panas bumi. Saat ini telah dilakukan eksploitasi terhadap minyak bumi di Sumatera Utara, dengan hasil
produksi pada 2006 mencapai 21.000 barel minyak bumi.
Pertambangan merupakan sektor yang sangat menjanjikan dan memiliki nilai
potensial yang tinggi terutama dalam meningkatkan perekonomian daerah sekitar kawasan pertambangan. Batubara, minyak bumi, emas dan perak adalah bahan galian yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia. Bahan tambang tersebut termasuk
kategori yang tidak dapat diperbaharui (non renewable).
Salah satu sektor pertambangan di Sumatera Utara yang akan dibahas pada
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (2010-2012)
No Lapangan Usaha
/ Industrial Origin 2010 r)
2011 *) 2012 **)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN / Agriculture 1 417
397,10
1 678 388,58
1 923 300,40
2. PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN /Mining and
Quarrying 9 617,71 11 869,97 13 524,99
3. INDUSTRI PENGOLAHAN /
Manufacturing 857 604,53 918 600,92 993 264,62
4. LISTRIK, GAS & AIR
BERSIH /
Electricity, Gas and Water
Supply 3 016,13 3 381,14 3 617,11
5. BANGUNAN / Construction 103 727,31 117 233,00 130 738,70
6. PERDAGANGAN, HOTEL &
RESTORAN / Trade, Hotel &
Restaurant 412 347,06 458 853,81 495 008,33
7. PENGANGKUTAN DAN
KOMUNIKASI /Transportation &Communication
82 435,76 91 317,52 103 415,90
8. KEUANGAN, PERSEWAAN
& JASA PERUSAHAAN
/ Financial, Building Rental &
Corporate Services 16 865,40 18 210,04 20 017,57
9. JASA – JASA
/ Services 242 169,66 275 475,17 323 141,19
PDRB ADHB 3 145
180,65
3 573 330,15
4 006 028,82 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun
PDRB Perkapita (Juta Rupiah) 11,87 13,42 14,94
Catatan : r) Angka revisi / Revised figures *) Angka sementara / Temporary figures **) Angka Sangat Sementara/ Very Preliminary Figures
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab.Tapanuli Selatan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tapanuli Selatan diatas dapat dilihat
perkembangan sektor pertambangan dari tahun 2010-2012 yang mengalami peningkatan. Hal ini menjadi kontribusi juga bagi pertumbuhan ekonomi Sumatera
Utara. Walaupun sektor pertambangan tidak menjadi sektor utama tetapi sektor ini membawa dampak yang positif terhadap perekonomian seiring dengan peningkatannya dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu, masyarakat juga harus mendukung dan berterima kasih dengan kehadiran perusahaan tambang emas yang ada di daerah tersebut. Hal ini,
juga sekaligus akan mendatangkan keuntungan yang cukup besar bagi masyarakat, karena perusahaan tambang emas yang dikelola atau negara asing itu, juga mempekerjakan putra-putri Batang Toru. Dengan komitmen menjaga kelestarian
lingkungan hidup dan keselamatan kerja karyawan, Tambang Emas Martabe akan tumbuh dan berkembang bersama-sama masyarakat.
Sesuai dengan Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “ Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Sehingga berdasarkan pasal tersebut,
Dalam melakukan proses pertambangan, para pelaku usaha juga harus mengikuti beberapa peraturan pelaksana dalam kegiatan pertambangan khususnya
antara lain Undang-Undang No.11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tetang Pengelolaaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup.
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah No.2 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba, yang telah diubah dengan
Peraturan pemerintah No. 26 tahun 2012 dikelompokkan atas pertambangan mineral dan pertambangan batubara (antara lain bitumen padat, batuan aspal, batubara dan gambut). Pertambangan mineral digolongkan atas :
a. Pertambangan mineral radioaktif b. Pertambangan mineral logam
c. Pertambangan mineral bukan logam, dan d. Pertambangan batuan
Meskipun terdapat banyak peraturan tetapi tetap saja kegiatan pertambangan selalu menimbulkan kontroversi. Perusahaan yang melaksanakan proyek
pertambangan pasti diuntungkan dengan hasil yang didapat namun berbeda dengan masyarakat. Di satu sisi, masyarakat diuntungkan dengan peningkatan kesejahteraan
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui dampak sosial yang dirasakan masyarakat akibat adanya pertambangan emas tersebut. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk mendalami dan menganalisanya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Sosial Dan Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian
Tambang Emas Di Kec. Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan”. 1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka beberapa
masalah dapat dirumusakan sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kawasan ekonomi khusus penggalian
tambang emas di Kec. Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan?
2. Bagaimana dampak sosial yang dirasakan masyarakat akibat adanya kawasan ekonomi khusus penggalian tambang emas di Kec. Batang Toru Kab. Tapanuli
Selatan?
3. Bagaimana hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan persepsi masyarakat
terhadap adanya kawasan ekonomi khusus penambangan emas di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
2. Untuk mengetahui dampak sosial yang dirasakan masyarakat akibat adanya kawasan ekonomi khusus penggalian tambang emas di Kec.
Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan.
3. Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan persepsi
masyarakat terhadap adanya kawasan ekonomi khusus penambangan emas di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
b. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi pemerintah hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam
melakukan pengembangan kawasan ekonomi khusus penggalian tambang emas di Kec. Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan ke arah yang lebih baik. 2. Bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dengan topik yang
sama penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan pendukung penelitian.
3. Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran sebagai bentuk kontribusi terhadap pengembangan dunia pendidikan.
4. Bagi penulis sendiri penelitian ini merupakan wadah tempat menuangkan ide-ide kreatif penulis serta menjadi media untuk ikut berpartisipasi dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pertambangan
Menurut UU Minerba No.4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pascatambang. Kegiatan penyelidikan umum sampai dengan pascatambang ini disebut sebagai usaha pertambangan.
Sedangkan pengertian pertambangan menurut Noor(2006), pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri mineral, proses untuk
mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral dari batuan terhadap mineral
pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-mineral yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi lingkungan. Industri pertambangan sebagai industri hulu
yang menghasilkan sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan oleh umat manusia diseluruh dunia (Sulto, 2011).
A, golongan B, maupun golongan C. Izin usaha pertambangan merupakan izin untuk melakukan usaha pertambangan.
Ada banyak jenis sumberdaya alam bahan tambang yang terdapat di bumi Indonesia. Dari sekian jenis bahan tambang yang ada itu di bagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
1) bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal, antrasit, batu bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair, bitumen padat, gas
alam, lilin bumi, radium, thorium, uranium, dan bahan-bahan galian radio aktif lainnya (antara lain kobalt, nikel dan timah);
2) bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin, bauksit, besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik, rhutenium, seng, tembaga, timbal, titan/titanium, vanadium, wolfram, dan
bahan-bahan logam langka lainnya (antara lain barit, belerang, berrilium, fluorspar, brom, koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa, yodium, dan zirkom); dan
3) bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu kerikil. Bahan ini merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Pertambangan merupakan sumberdaya alam yang termasuk ke dalam kelompok stok, dimana sumberdaya alam ini dianggap memiliki cadangan yang
sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) atau terhabiskan (exhaustible) (Fauzi, 2004).
Emas merupakan salah satu sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Emas digunakan sebagai
sebagai keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi di
emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika.
Dewasa ini perusahaan-perusahaan emas menyerbu pelosok bumi dituntun
oleh pemandu yang kuat yaitu menuntaskan kemiskinan dunia, beranggapan bahwa perusahaan-perusahaan tambang multinasional akan membawa investasi, mendorong pembangunan jalan, sekolah dan
pekerjaan, ke negara-negara yang tidak memiliki banyak modal selain sumber daya alam mereka.
Namun, paradigma baru tentang indutri pertambangan harus sesuai dengan konsep pertambangan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Dengan konsep ini, pertambangan sumber daya alam terutama yang tidak dapat diperbaharui
seperti emas harus benar-benar dilakukan secara efektif dan efisien.
2.2 Peran Pertambangan
2.2.1 Peran Pertambangan dalam Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian
ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1996). Dari
pengertian tersebut, diharapkan bahwa sebuah kegiatan yang berlangsung dapat meningkatkan pendapatan riil masyarakat dalam jangka panjang.
Konsep pembangunan berkelanjutan pertama kali dipopulerkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pad tahun 1987 yang diadopsi sebagai tujuan resmi PBB. Mereka mendefinisikan istilah pengembangan ialah memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Sejak tahun 1987, banyak upaya telah dilakukan untuk lebih jelas mendefinisikan pembangunan berkelanjutan, sehingga perdebatan tumbuh atas
bagaimana menerjemahkan konsep ini.
Secara umum, para ekonom telah mendekati pembangunan berkelanjutan
dengan mengartikan keberlanjutan terkait erat dengan konsep ekonomi pendapatan. Perhatian khusus telah dibayarkan kepada pendekatan ini karena menawarkan wawasan praktis bagaimana mengukur kemajuan menuju tujuan. Pendekatan ini
didasarkan pada definisi ekonomi pendapatan, yang dijelaskan oleh Hicks pada tahun 1946 sebagai jumlah maksimum individu dapat mengkonsumsi selama periode dan
dihasilkan). Oleh karena itu pemeliharaan modal adalah kunci untuk keberlanjutan. Konsep pendapatan dan modal telah demikian menjadi dasar dari yang definisi yang
lebih rinci tentang keberlanjutan telah muncul. Menurut definisi ini, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang menjamin tidak menurunkan kekayaan
nasional per kapita dengan mengganti atau melestarikan sumber-sumber kekayaan itu yaitu; saham, manusia, modal sosial dan alami.
Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan,
fungsi pengelolaan mineral dan batubara berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara adalah:
a) Menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing.
b) Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup.
c) Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai
sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri.
d) Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing di tingkat.
e) Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
f) Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara.
Proses pembangunan tidak hanya terjadi di bidang ekonomi saja tetapi juga di bidang sosial. Edi Suharto (2010) mengartikan pembangunan sosial sebagai
pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari
kebutuhan fisik sampai sosial.
Menurut Midgley, pembangunan sosial memiliki tiga strategi besar yaitu: 1. Pembangunan sosial oleh individu, dikenal juga sebagai
mana ideologi tersebut menekankan pada pentingnya kebebasan individu dalam
memilih. Pendekatan individualis atau perusahaan memang saat ini tidak populer dalam pembangunan sosial. Pendekatan ini dipromosikan melalui peningkatan fungsi sosial individu dan hubungan antarpribadi. Dalam strategi ini,
individu-individu dalam masyarakat secara memberdayakan masyarakat.
2. Pembangunan sosial oleh
kemampuan yang saling terkait untuk memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi, masalah sosial mereka teratasi, dan kesempatan untuk maju tersedia.
3. Pembangunan sosial oleh pemerintah dikenal pula sebagai Pendekatan statis didasari oleh
menekankan pada pentingnya kolektivitas. Kumpulan ini dibangun dari asosiasi masyarakat yang memiliki sumber daya secara kolektif dan membagi wewenang
untuk membuat keputusan. Melalui strategi tersebut, pembangunan sosial dilakukan oleh samping adanya
tanggung jawab untuk memastikan apakah diimplementasikan dan apakah kebijakan sosial dan ekonomi diselaraskan.
Didalam suatu kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam aspek yang dapat mempengaruhi pola kehidupan sehingga membentuk kondisi sosial yang berbeda antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Untuk memahami mengenai
kondisi sosial, terlebih dahulu kita harus tahu apa pengertian sosial itu sendiri, dimulai dari pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu
masyarakat.
Menurut Soekanto (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk yaitu asosiatif dan disosiatif. Interaksi asosiatif akan diuraikan sebagai berikut:
1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, merupakan bentuk interaksi sosial yang menguatkan ikatan sosial, jadi bersifat mendekatkan atau positif yang mengarah
kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
b. Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
c. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara
intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
d. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur- unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur- unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari
kebudayaan itu sendiri.
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, merupakan bentuk interaksi yang merusak
ikatan sosial, bersifat menjauhkan atau negatif dan yang mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
a. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau
kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak
lawannya.
baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan
golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
c. Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah
yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut. Kegiatan usaha pertambangan adalah suatu kegiatan besar yang berada ditengah
masyarakat, dimana tentunya kegiatan ini akan berinteraksi dengan masyarakat setempat dimana lokasi pertambangan itu berada. Keterlibatan masyarakat sangat penting oleh karena banyak aspek yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan
pertambangan, mulai dari pemerataan ekonomi hingga mempertimbangan kelestarian lingkungan serta dampak yang mungkin akan dirasakan oleh masyarakat.
Adanya pertambangan diharapkan dapat menciptakan manfaat bagi masyarakat terutama dalam peningkatan kesejahteraan melalui penciptaan lapangan kerja ataupun pemberian berbagai jenis bantuan oleh perusahaan pertambangan itu.
2.3 Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pada dasarnya lingkungan hidup bila dipandang sebagai suatu sistem
(sosio sistem), dan lingkungan hidup binaan (tekno sistem) (Fandeli, 1992). Kebijakan atau intervensi proyek menyebabkan proses perubahan sosial. Dalam
keputusan pemerintah No.14 Menteri Lingkungan Hidup 1994 tentang ”penetapan dampak penting” terhadap aspek sosial ekonomi yaitu:
1. Aspek sosial
a. Pranata sosial/lembaga-lembaga yang tumbuh dikalangan masyarakat, adatistiadat dan kebiasaan yang berlaku.
b. Proses sosial/kerjasama, akumulasi konflik di kalangan masyarakat. c. Akulturasi, asimilasai dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.
d. Kelompok-kelompok dan organisai sosial. e. Pelapisan sosial di kalangan masyarakat.
f. Perubahan sosial yang berlangsung di kalangan masyarakat.
g. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan pekerjaan. 2. Aspek ekonomi
a. Kesempatan bekerja dan berusaha
b. Pola perubahan dan penguasaan lahan dari sumber daya alam. c. Tingkat pendapatan.
d. Sarana dan prasarana infrastruktur. e. Pola pemanfaatan sumber daya alam.
sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Menurut Gillin dalam Hooguelt (1995),
perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi
komposisi dalam masyarakat.
2.4 Kawasan Ekonomi Khusus
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus
yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
Pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan Nasional oleh badan usaha, pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi.
Pembentukan KEK diharapkan akan mampu meningkatkan investasi atau usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi, yang berdampak pada peningkatan lapangan pekerjaan dan penurunan tingkat kemiskinan. Secara nasional, tujuan yang
ingin dicapai meliputi pemerataan ekonomi, terutama dari sudut pandang pendapatan, dan daya saing produk nasional. Sesuai dengan konsep pembentukan kawasan
pembiayaan serta dukungan infrastruktur yang sesuai dengan tata ruang wilayah. KEK dengan demikian menjadi sangat penting dalam peningkatan investasi asing di
Indonesia. Masalah tersebut merupakan hal penting dalam artikel ini, yang bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan pada kawasan ekonomi yang ada dan
melakukan analisis dampak pembentukan KEK terhadap pertumbuhan investasi, perdagangan dan tenaga kerja (Muna, 2013).
Program KEK dapat membawa dampak positif dalam berbagai hal antara lain:
a) Dengan adanya KEK diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan baru dalam jumlah besar, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi jumlah
pengangguran.
b) Dengan terserapnya angkatan kerja di masyarakat, akan meningkatkan income perkapita masyarakat, hal ini akan meningkatkan daya beli masyarakat.
c) Dengan meningkatnya daya beli masyarakat maka kegiatan sektor ekonomi riel lainnya berupa perdagangan barang dan jasa mengalami kemajuan.
d) Selain itu dengan adanya KEK yang akan menjadi tempat beroperasinya berbagai industri dan perdagangan, maka diharapkan akan dapat menampung hasil produksi pertanian, perkebunan, perikanan, kerajinan masyarakat sekitar
(hinterland) untuk diolah sebagai bahan baku bagi industri yang ada di KEK. e) Dengan adanya pasar penampungan hasil-hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
f) Dengan berkembangnya kegiatan KEK, diharapkan akan mendorong perkembangan industri jasa pendukung lainnya yang menjadi usaha masyarakat
sekitar, misalnya jasa angkutan, jasa pelayanan penginapan, jasa hiburan, perhotelan dan lain-lain.
Beberapa multiflier effect positif tersebut di atas diharapkan menjadi paket
substansi dari visi dan missi pelaksana program KEK di Indonesia, sehingga KEK benar-benar dapat menjadi salah satu solusi alternatif pengentasan perekonomian
Indonesia yang masih tetap terpuruk sejak dilanda krisis moneter tahun 1997 (Purba, 2010). Tentunya program KEK juga mengandung berbagai kelemahan yang dapat menjadi ancaman bagi negara penerima KEK termasuk seperti Indonesia. Berbagai
aspek yang rentan berbenturan dengan program KEK perlu mendapat perhatian serius, seperti aspek hukum, aspek sosial budaya, aspek politik termasuk aspek
pertahanan dan keamanan, jadi dengan demikian masalah KEK tidak tepat apabila kita hanya tinjau dari perspektif keuntungan ekonomi belaka, tapi berbagai aspek tersebut di atas juga harus mendapat telaahan secara proporsional.
a. Aspek Hukum, dari aspek hukum, program KEK mutlak harus mendapat kajian, karena bagaimanapun program KEK tidak terlepas dari landasan hukum yang
akan menjadi dasar aturan main (rule of game) seluruh aktivitas KEK sebagai kegiatan ekonomi khusus tidak mungkin terlepas dari hukum.
b. Aspek Sosial Budaya, Negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara
industrialisasi, dan negara kesejateraan. Pada tingkat pertama yang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integrasi politik untuk menciptakan
persatuan dan kesatuan nasinonal. Tingkat kedua, perjuangan untuk pembangunan ekonomi dan modernisasi politik, akhirnya dalam tingkat ketiga, tugas negara
yang utama adalah melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan kesalahan pada tahap sebelumnya, dengan menekankan kesejahteraan masyarakat.
c. Aspek Politik dan Keamanan, Pengaruh (influence) program KEK juga tidak tertutup akan berimbas pada aspek politik dan keamanan. Dengan adanya
perubahan dan perbauran budaya lokal dan budaya asing, apabila tidak dicermati secara benar dan bijaksana, dapat menimbulkan konflik horizontal yang mengganggu stabilitas politik dan keamanan. Perubahan nilai dan perilaku
sebagian warga masyarakat kearah materialistis dan sekuleristik (biasanya terimplikasi dalam bentuk kehidupan pergaulan bebas, hura-hura, minuman keras,
narkoba dan lain-lain) tentunya akan mendapat perlawanan atau penolakan (resistensi) dari kelompok masyarakat yang tetap komit dan berpegang teguh pada ajaran agama, adat istiadat sebagai pedoman hidupnya.
Rahmawaty (2013) melakukan penelitian tentang Dampak Pertambangan Emas Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tulabolo Timur
Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan sosial masyarakat dari sebelum adanya pertambangan
sampai sudah adanya pertambangan sangat terlihat jelas dari aspek ekonominya yang sudah meningkat, yang dulunya masyarakat hanya bermata pencaharian sebagai petani maka sekarang mereka sudah mempunyai profesi lain sebagai penambang,
hasil dari pertambangan ini sangat memuaskan karena dari harga jual emas yang terbilang sangat tinggi, sehingga sebagian masyarakat sudah bisa membuat
rumah-rumah permanen. Pola hidup masyarakat yang juga sudah agak berubah karena faktor budaya dari luar yang masuk disebabkan banyak masyarakat dari daerah lain yang juga mencari nafkah di pertambangan ini.
Jurnal penelitian yang ditulis oleh Yenli Musfita Nike (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Aktivitas Tambang Emas bagi Kesejahteraan
Masyarakat di Jorong Subarang Ombak Kanagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan secara
bersama-sama terhadap kesejahteraan masyarakat penambang emas di Jorong Subarang Ombak Kanagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung.
dilaksanakan dengan metode deskriptif, pada tingkat persepsi menggunakan skala Likert dan untuk melihat hubungan sosio-ekonomi terhadap persepsi masyarakat
setempat tentang pembukaan pertambangan emas di Kawasan Hutan Batang Toru dengan menggunakan korelasi Spearman Rank. Jumlah sampel sebanyak 80 KK.
Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner, wawancara, observasi dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang pertambangan dan hutan.
Masyarakat juga memandang positif keberadaan pertambangan di Kecamatan Batang Toru karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi
pengangguran meskipun hal tersebut baru dirasakan sebagian masyarakat. 2.6 Kerangka Konseptual
Dari landasan teori yang telah disusun diatas maka, langkah selanjutnya adalah
menyusun kerangka konseptual.
Potensi tambang emas di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan
sangat potensial. Tambang emas ini dikelola oleh perusahaan Hong Kong (G-Resources Group Limited) yang bekerjasama dengan kontraktor asal Australia yaitu
Leighton. Dalam perkembangannya, sejak izin diberikan kepada tambang emas
Martabe G-Resources Group Ltd pada April 1997, kerusakan hutan di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, cukup luas. Tambang emas ini memiliki
luas 163.900 hektar, namun 30 persen hutan di kawasan tambang sudah hancur.
kini telah menjadi lahan penambangan. Seharusnya adanya tambang emas ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukan menjadi ketakutan
bagi masyarakat.
[image:36.612.111.489.261.406.2]Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan pada
gambar berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Faktor Sosio-Ekonomi
• Tingkat Pendidikan • Pendapatan
Persepsi Masyarakat
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi empiris untuk memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut: 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini digunakan
sebagai proses pemecahan masalah dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada saat penelitian berlangsung.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan survei. Pendekatan survei ini menggunakan instrumen kuisioner (quesionnaire) yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu (Sinulingga, 2011).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara. Penentuan lokasi penelitian dilakukan
karena lokasi ini tepat berada di kawasan pertambangan emas Martabe.
3.3 Batasan Operasional
Penelitian yang dilakukan penulis terbatas pada faktor-faktor sebagai berikut: 1. Faktor sosial dan ekonomi meliputi: tingkat pendapatan rata-rata masyarakat
setiap bulan dan tingkat pendidikan.
a. Keberadaan lokasi pertambangan emas
b. Dampak sosial yang ditimbulkan oleh penambangan emas tersebut
3.4 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang menjadi objek penelitian dapat
didefinisikan sebagai berikut:
1. Persepsi adalah pemahaman atau pandangan seseorang yang timbul dari pengalaman yang telah dialaminya baik yang dilakukan sendiri maupun yang
dilakukan oleh orang lain dan memberikan kesan pada dirinya. Persepsi yang akan dilihat disini adalah persepsi masyarakat terhadap keberadaan lokasi
pertambangan emas dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh penambangan emas tersebut.
2. Faktor sosial dan ekonomi merupakan faktor yang mendukung atau
menghambat lingkungan sosial dan ekonomi masyarakat. Disini penulis mengangkat variabel tingkat pendapatan rata-rata masyarakat setiap bulan
dan tingkat pendidikan sebagai faktor penentu sosial ekonomi 3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Skala ini digunakan
untuk mengukur persepsi sekelompok orang tentang fenomena sosial yang terjadi. Skala ini juga digunakan untuk menguji tingkat kesetujuan (degree of agreeness)
responden terhadap suatu pernyataan (Sinulingga, 2011). Dalam penelitian ini, tingkat kesetujuan dibagi atas empat tingkatan yaitu:
B. Setuju
C. Kurang setuju
D. Tidak setuju
Pada penelitian ini responden diminta untuk memilih salah satu dari sejumlah
kategori jawaban yang tersedia. 3.6 Populasi dan Sampel Data
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini merupakan seluruh masyarakat yang
tinggal dan menetap di sekitar wilayah Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan menetapkan
secara sengaja lokasi penelitian dan responden yang diteliti. Sesuai dengan judul penelitian, fokus penelitian adalah masyarakat Desa Aek Pining di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Responden yang dijadikan sampel berjumlah 60
orang responden.
3.7 Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat atau dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari sumbernya. Untuk memperoleh data primer, peneliti
wajib mengumpulkannya secara langsung. Cara yang bisa digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu observasi, wawancara serta penyebaran
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), buku literatur, internet, jurnal, serta bacaan lain yang berhubungan dengan
penelitian yang digunakan sebagai data penunjang.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan mengamati secara cermat kondisi yang ada di wilayah penelitian sehingga data yang diperoleh dapat melengkapi teknik yang
lain. 2. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang dibuat dan akan
diajukan kepada responden guna untuk mendapatkan tujuan penelitian yang dimaksud.
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber guna melengkapi data yang ada.
3.9 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Analisis Deskriptif
penelitian ini dimana data kualitatif didukung oleh pengelolaan data kuantitatif. Untuk melihat persepsi masyarakat tentang penambangan emas di Kecamatan
Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan dan untuk melihat dampak sosial yang terjadi akibat adanya penambangan ini maka dilakukan tabulasi terhadap hasil
jawaban responden pada kuisioner. 2. Analisis Crosstab (Tabulasi Silang)
Analisis crosstab dilakukan untuk melihat dilakukan untuk melihat apakah
terdapat hubungan deskriptif antara dua variabel atau lebih didalam data yang diperoleh (Malhotra, 2004). Analisis crosstab akan dilakukan dengan bantuan
software SPSS dengan membandingkan hasil dari nilai chi-square hitung dengan
nilai chi-square tabel dengan ketentuan jika chi-square hitung lebih kecil dari chi-square tabel maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antar variabel dan
jika chi-square hitung lebih besar dari chi-square tabel maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antar variabel. Analisis ini digunakan untuk melihat
hubungan faktor-faktor sosial ekonomi dengan persepsi masyarakat terhadap adanya kawasan ekonomi khusus penambangan emas di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan seperti:
• Hubungan antara pendapatan dengan persepsi masyarakat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
4.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian
Kecamatan Batang Toru merupakan salah satu dari 14 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas wilayah 281,77 km2. Secara
geografis, kecamatan ini terletak diantara 01o23’18’’ - 01o42’09’’ LU dan 99o11’29’’ BT dengan batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah timur dengan Kecamatan Sipirok dan Kecamatan Marancar
2. Sebelah barat dengan Kecamatan Angkola Barat dan Kabupaten Tapanuli Tengah 3. Sebelah utara dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Tengah
4. Sebelah selatan dengan Kecamatan Angkola Barat
Kecamatan Batang Toru memiliki 23 desa/kelurahan. Untuk lebih jelasnya
Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Desa / Kelurahan (km2) No. Desa/Kelurahan Luas Wilayah
(km2)
Kepadatan (Jiwa/km2)
1. Hapesong Lama 7,15 143,07
2. Per. Hapesong 40,00 28,55
3. Padang Lancat 16,30 101,04
4. Sianggunan 6,10 146,72
5. Huta Baru 12,50 48,56
6. Sipenggeng 9,15 99,13
7. Hapesong Baru 10,15 272,32
8. Sigala-Gala 5,29 101,32
9. Kel. Perk. Batang Toru 44,15 27,05
10. Telo 5,35 101,31
11. Wek III Batang Toru 4,15 213,98
12. Kel. Wek II 3,50 426,57
13. Kel. Wek I 4,00 321,00
14. Wek IV Batang Toru 4,15 337,35
15. Napa 8,35 207,43
16. Kel. Aek Pining 9,10 308,24
17. Sumuran 10,15 141,18
18. Batu Hula 7,35 102,59
19. Huta Godang 10,10 192,18
20. Garoga 9,95 76,28
21. Batu Horing 26,59 78,26
22. Aek Ngadol Nauli 14,25 70,59
23. Sisipa 13,63 54,07
Jumlah 281,77 104,76
Sumber : Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2013
Berdasarkan data jumlah penduduk Kecamatan Batang Toru diketahui bahwa penduduk yang terbanyak terdapat di Kelurahan Aek Pining sebanyak 2.805 jiwa dan
di Hapesong Baru sebanyak 2.764 jiwa. Sedangkan penduduk yang paling sedikit jumlahnya terdapat di Sigala-Gala sebanyak 536 dan di Telo sebanyak 542. Untuk
Tabel 4.2
Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Desa/Kelurahan Rumah Tangga Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah Penduduk
1. Hapesong Lama 258 532 491 1.023
2. Per. Hapesong 291 578 564 1.142
3. Padang Lancat 377 765 882 1.647
4. Sianggunan 203 437 458 895
5. Huta Baru 151 306 301 607
6. Sipenggeng 224 464 443 907
7. Hapesong Baru 630 1.381 1.383 2.764
8. Sigala-Gala 138 278 258 536
9. Kel. Perk. Batang Toru
315 649 555 1.204
10. Telo 130 263 279 542
11. Wek III Batang Toru 199 435 453 888
12. Kel. Wek II 341 748 745 1.493
13. Kel. Wek I 291 641 643 1.284
14. Wek IV Batang Toru 195 709 691 1.400
15. Napa 381 870 862 1.732
16. Kel. Aek Pining 656 1.379 1.426 2.805
17. Sumuran 342 682 751 1.433
18. Batu Hula 159 376 378 754
19. Huta Godang 420 949 992 1.941
20. Garoga 172 364 395 759
21. Batu Horing 363 1.037 981 2.081
22. Aek Ngadol Nauli 221 471 535 1.006
23. Sisipa 184 357 380 737
Jumlah 6.741 14.671 14.846 29.517
Sumber : Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2013
4.1.2 Gambaran Umum Responden
Keseluruhan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
60 orang dari masyarakat yang menetap di sekitar tambang emas tepatnya di Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru. Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini
4.1.2.1Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa
[image:45.612.112.527.290.426.2]sebanyak 53,3% dari jumlah responden, umur responden berada pada umur 21 hingga 30 tahun yang berjumlah sebanyak 32 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
No. Umur (tahun) Jumlah Persen (%)
1. <21 2 3,3
2. 21-30 32 53,3
3. 31-40 15 25,0
4. 41-50 6 10,0
5. >50 5 8,3
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
4.1.2.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil tabulasi kuisioner berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa 60% dari jumlah responden keseluruhan atau sebanyak 36 orang merupakan laki-laki.
[image:45.612.111.530.292.425.2]Tabel 4.4
Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)
1. Perempuan 24 40,0
2. Laki-laki 36 60,0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
4.1.2.3 Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim
Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa sebanyak lebih dari 50% responden yang bermukim di Kecamatan Batang Toru telah tinggal selama kurang dari 10 tahun sampai 30 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim No. Lama Bermukim (tahun) Jumlah Persen (%)
1. <10 26 43,3
2. 11-20 2 3,3
3. 21-30 16 26,7
4. 31-40 7 11,7
5. 41-50 7 11,7
6. >50 2 3,3
Total 60 100,0
[image:46.612.115.528.429.582.2]4.1.2.4 Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan
Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa
sebanyak lebih dari 60% responden yang bermukim di Kecamatan Batang Toru yang memiliki pendapatan < Rp. 2.000.000. Sedangkan sebanyak 16 orang responden
memiliki pendapatan Rp. 2.000.000 – Rp. 4.000.000, sebanyak 6 orang responden memiliki pendapatan Rp. 4.000.000 – Rp. 6.000.000, dan sisanya sebanyak 2 orang responden memiliki pendapatan Rp. 6.000.000 – Rp. 10.000.000 Untuk lebih
[image:47.612.106.541.373.509.2]jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6
Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan
No. Pendapatan (per bulan) Jumlah Persen (%)
1. < Rp. 2.000.000 36 60,0
2. Rp. 2.000.000 – Rp. 4.000.000 16 26,7 3. Rp. 4.000.000 – Rp. 6.000.000 6 10,0
4. Rp. 6.000.000 – Rp. 8.000.000 1 1,7
5. Rp. 8.000.000 – Rp. 10.000.000 1 1,7
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
4.1.2.5 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dari hasil tabulasi kuisioner berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan yang dominan menjadi responden adalah tamat SMA atau sederajat sebanyak 34 orang atau sekitar 56,7%, sementara yang paling sedikit adalah tamat SMP atau sederajat sebanyak 1 orang atau sekitar 1,7%. Untuk lebih jelasnya
Tabel 4.7
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Lama Bermukim (tahun) Jumlah Persen (%)
1. Tamat SMP atau sederajat 1 1,7
2. Tamat SMA atau sederajat 34 56,7
3. Sarjana Muda atau D3 4 6,7
4. Sarjana S1 atau lebih tinggi 21 35,0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
4.2 Pembahasan
4.2.1 Persepsi Masyarakat Tentang Penambangan Emas di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa masa depan Kawasan Ekonomi Khusus penggalian tambang emas Batang Toru baik dan
akan berkembang dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 41 orang atau sekitar 68,3 % dari jumlah responden. Sedangkan yang menjawab sangat baik
Tabel 4.8
Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Tentang Masa Depan Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian Tambang Emas Batang Toru
No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen (%) 1. Sangat baik dan akan
berkembang pesat 19 31,7
2. Baik dan akan berkembang 41 68,3 3. Kurang baik dan susah
untuk berkembang 0 0
4. Tidak baik dan tidak akan
berkembang 0 0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa peran kawasan ekonomi khusus penggalian tambang emas Batang Toru akan
membantu menyediakan sarana dan prasarana ekonomi dan sosial bagi masyarakat dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 37 orang atau sekitar 61,7% dari jumlah responden. Sedangkan yang menjawab penggalian Tambang Emas
Tabel 4.9
Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Tentang Peran KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru Dalam Penyediaan Sarana
Dan Prasarana Ekonomi Dan Sosial Bagi Masyarakat No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen (%)
1.
Keberadaan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru akan menyediakan seluruh sarana dan prasarana ekonomi dan sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat.
23 38,3
2.
Keberadaan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru akan membantu penyediaan sarana dan prasarana ekonomi dan sosial bagi masyarakat.
37 61,7
3.
Keberadaan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru akan membawa sedikit perubahan dalam ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi dan sosial di lingkungan masyarakat.
0 0
4.
Keberadaan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru tidak mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi.
0 0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa dampak pengembangan KEK Batang Toru terhadap taraf hidup masyarakat menguntungkan dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 33 orang
atau sekitar 55% dari jumlah responden. Sedangkan yang menjawab dampak pengembangan KEK Batang Toru sangat menguntungkan dalam peningkatan taraf
Tabel 4.10
Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Tentang Dampak Pengembangan KEK Batang Toru Terhadap Taraf Hidup Masyarakat No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen (%)
1. Sangat menguntungkan 27 45,0
2. Menguntungkan 33 55,0
3. Tidak berpengaruh 0 0
4. Merugikan 0 0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa
potensi KEK Batang Toru bagus untuk dijadikan sebagai pusat kegiatan ekonomi dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 38 orang atau sekitar 63,3% dari jumlah responden. Sedangkan yang menjawab potensi KEK Batang Toru sangat
Tabel 4.11
Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Tentang Potensi Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian Tambang Emas Batang Toru Sebagai
Pusat Kegiatan Ekonomi
No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen (%) 1. Sangat bagus untuk dijadikan
pusat kegiatan ekonomi. 22 36,7
2. Bagus untuk dijadikan pusat
kegiatan ekonomi. 38 63,3
3. Kurang bagus untuk dijadikan
pusat kegiatan ekonomi. 0 0
4. Tidak bagus untuk dijadikan
pusat kegiatan ekonomi. 0 0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa
KEK penggalian tambang emas Batang Toru sedikit meningkatkan perekonomian daerah-daerah seikitarnya dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 41 orang atau sekitar 68,3% dari jumlah responden. Sedangkan yang menjawab KEK
Penggalian Tambang Emas Batang Toru tidak akan mempengaruhi pembangunan daerah-daerah sekitarnya hanya dijawab oleh 12 orang atau sekitar 20,0% dan KEK
Tabel 4.12
Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Tentang Peran Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian Tambang Emas Batang Toru Dalam
Pembangunan Daerah-Daerah Sekitarnya
No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen (%)
1.
KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru akan merangsang pertumbuhan daerah-daerah sekitarnya.
7 11,7
2.
KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru sedikit meningkatkan perekonomian daerah-daerah sekitarnya.
41 68,3
3.
KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru tidak akan mempengaruhi pembangunan daerah-daerah sekitarnya.
12 20,0
4.
KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru akan mengakibatkan kerugian bagi daerah-daerah sekitarnya.
0 0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa dampak pengembangan KEK penggalian tambang emas Batang Toru akan menambah
lapangan kerja sehingga jumlah pengangguran berkurang dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 45 orang atau sekitar 75,0% dari jumlah
sisanya sebanyak 6 orang responden atau sekitar 10,0% menjawab bahwa dampak pengembangan KEK tidak akan mempengaruhi dunia ketenagakerjaan.
Tabel 4.13
Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Tentang Dampak Pengembangan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru Terhadap
Dunia Ketenagakerjaan
No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen (%)
1.
Memperluas lapangan kerja, sehingga masalah
pengangguran dapat diatasi.
9 15,0
2.
Menambah lapangan kerja, sehingga jumlah
pengangguran berkurang.
45 75,0
3.
Keberadaan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru tidak akan mempengaruhi dunia ketenagakerjaan.
6 10,0
4.
Keberadaan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru berpengaruh buruk terhadap dunia ketenagakerjaan (misalnya menyebabkan eksploitasi buruh).
0 0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa masyarakat Batang Toru setuju jika masyarakat pendatang yang bekerja di KEK
penggalian tambang emas Batang Toru dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 41 orang atau sekitar 68,3% dari jumlah responden. Banyak responden menjawab setuju sebab masyarakat daerah setempat memiliki pendidikan hanya
memiliki pengetahuan yang lebih luas dan memiliki skill yang lebih dibandingkan masyarakat sekitar.
Sedangkan yang menjawab masyarakat Batang Toru kurang setuju jika masyarakat pendatang yang bekerja di KEK penggalian tambang emas Batang Toru
hanya dijawab oleh 10 orang atau sekitar 16,7% dan sisanya sebanyak 9 orang responden atau sekitar 15,0% menjawab bahwa masyarakat Batang Toru sangat setuju jika masyarakat pendatang yang bekerja di KEK penggalian tambang emas
Batang Toru.
Tabel 4.14
Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Tentang Masyarakat Pendatang Yang Bekerja Di KEK Penggalian Tambang Emas
Batang Toru
No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen (%)
1. Sangat setuju 9 15,0
2. Setuju 41 68,3
3. Kurang setuju 10 16,7
4. Tidak setuju 0 0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa perusahaan tambang emas Batang Toru akan mendukung pelestarian lingkungan
dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 38 orang atau sekitar 63,3% dari jumlah responden. Sedangkan yang menjawab perusahaan tambang emas akan
berada di lokasi tersebut memberikan bantuan kepada masyarakat jika limbah dari tambang emas tersebut mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat.
Tabel 4.15
Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Tentang Dampak Pengembangan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru Terhadap
Lingkungan
No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen (%)
1.
Keberadaan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru akan memperbaiki kualitas lingkungan (pelestarian alam dan peningkatan sumber daya alam)
22 36,7
2.
Keberadaan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru akan mendukung pelestarian lingkungan.
38 63,3
3.
Keberadaan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru tidak akan mempengaruhi lingkungan.
0 0
4.
Keberadaan KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru akan menyebabkan kerusakan alam
0 0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel 4.16 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa
masyarakat setuju penggalian tambang emas Batang Toru akan melahirkan kesadaran sosial masyarakat dan motivasi masyarakat dalam peningkatan pendapatan
Tabel 4.16
Komposisi Responden Berdasarkan Persepsi Masyarakat Tentang KEK Penggalian Tambang Emas Batang Toru Akan Melahirkan Kesadaran
Sosial Masyarakat Dan Memotivasi Masyarakat Dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat
No. Persepsi Masyarakat Jumlah Persen (%)
1. Sangat setuju 27 45,0
2. Setuju 33 55,0
3. Kurang setuju 0 0
4. Tidak setuju 0 0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
4.2.2 Pengaruh Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian Tambang Emas Batang Toru terhadap Dampak Sosial yang dirasakan Masyarakat
Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa
perusahaan tambang emas Batang Toru menyediakan beberapa fasilitas sosial dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 38 orang atau sekitar 63,3% dari
Tabel 4.17
Komposisi Responden Berdasarkan Pendapat Masyarakat Tentang Penyediaan Fasilitas Sosial oleh Perusahaan Tambang
No. Pendapat Masyarakat Jumlah Persen (%) 1. Perusahaan Tambang menyediakan banyak
fasilitas sosial. 22 36,7
2. Perusahaan Tambang menyediakan beberapa
fasilitas sosial. 38 63,3
3. Perusahaan Tambang menyediakan sedikit
fasilitas sosial. 0 0
4. Perusahaan Tambang tidak menyediakan
fasilitas sosial. 0 0
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel 4.18 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa tenaga kerja yang bekerja di perusahaan tambang hampir setengahnya merupakan tenaga kerja lokal dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 48 orang
[image:58.612.122.520.507.663.2]atau sekitar 80% dari jumlah responden.
Tabel 4.18
Komposisi Responden Berdasarkan Pendapat Masyarakat Tentang Penyerapan Tenaga Kerja Lokal Oleh Perusahaan Tambang
No. Pendapat Masyarakat Jumlah Persen (%)
1. Hampir semua karyawan Perusahaan Tambang
merupakan tenaga kerja lokal. 0 0
2. Hampir setengah dari karyawan Perusahaan
Tambang merupakan tenaga kerja lokal. 48 80,0 3. Sedikit dari karyawan Perusahaan Tambang
yang merupakan tenaga kerja lokal. 12 20,0 4. Hampir tidak ada karyawan Perusahaan
Tambang yang merupakan tenaga kerja lokal. 0 0
Total 60 100,0
Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa para responden berpendapat bahwa selama ada KEK penggalian tambang emas, pendapatan masyarakat bertambah
dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 46 orang atau sekitar 76,7