DASAR HUKUM
• UU No. 1 Tahun 2015 jo UU No. 8 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-undang
• UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana/ KUHAP
PEMILIHAN
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang selanjutnya disebut
Pemilihan adalah pelaksanaan
kedaulatan rakyat di Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memilih Gubernur, Bupati, dan Walikota secara langsung dan demokratis.
TINDAK PIDANA PEMILIHAN
•
Tindak pidana pemilihan adalah salah satu
bentuk dari pelanggaran pemilihan.
•
Pengertian pelanggaran pemilihan bisa ditemukan
pada Pasal 1 Angka 35 Perbawaslu No. 11 Tahun
2014 jo. Perbawaslu No. 02 Tahun 2015:
• Pelanggaran Pemilu (pemilihan) adalah tindakan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait Pemilu.
Catatan: Kata Pemilu dalam Perbawaslu No. 02 tahun 2015 juga mencakup
KLASIFIKASI PELANGGARAN
PELANGGARAN PEMILIHAN
Pelanggaran
Kode Etik Tindak PidanaPemilihan
Pelanggaran
Administrasi Sengketa Pemilihan
TINDAK PIDANA PEMILIHAN
• Tindak Pidana Pemilu (pemilihan) adalah tindak pidana pelanggaran dan/atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 2015 jo UU No. 8 Tahun 2015 (Pasal 1 angka 37 Perbawaslu No. 11 Tahun 2014 jo Perbawaslu No. 02 Tahun 2015).
PENGGOLONGAN TINDAK PIDANA
NO KLASIFIKASI PASAL
1 Keterangan tidak sebenarnya.
Pasal 177, Pasal 84, Pasal 185
2 Menghilangkan hak orang lain.
Pasal 178 (1), Pasal 180 (1), Pasal 180 (2)
3 Pembuatan/ penggunaan surat palsu.
Pasal 179, Pasal 181, Pasal 184, Pasal 186 (1)
4 Penggunaan kekerasan. Pasal 182, Pasal 183, Pasal 195
5 Pelanggaran aturan pelaksana kampanye.
Pasal 187 (1), Pasal 187 (2), Pasal 187 (3), Pasal 187 (4)
6 Pelanggaran aturan dana kampanye.
NO KLASIFIKASI PASAL
7 Pelibatan Aparatur/Pejabat Negara.
Pasal 188, Pasal 189, Pasal 190
8 Pengunduran diri/penarikan calon.
Pasal 191 (1), Pasal 191 (2)
9 Tidak membuat atau
menandatangani dokumen tertentu.
Pasal 193 (2), Pasal 193 (4)
10 Tidak melakukan suatu hal tertentu.
Pasal 193 (3), Pasal 193 (4), Pasal 193 (5), Pasal 193 (6), Pasal 197 (2), Pasal 198.
11 Tidak menetapkan suatu hal tertentu.
Pasal 186 (2), Pasal 193 (1), Pasal 197 (1)
SENTRA GAKKUMDU
•
Untuk
menyamakan
pemahaman
dan
pola
penanganan tindak pidana
Pemilihan, Bawaslu Provinsi,
dan/atau Panwas Kabupaten
/Kota,
Kepolisian
Daerah
dan/atau Kepolisian Resor,
dan
Kejaksaan
Tinggi
dan/atau Kejaksaan Negeri
membentuk
sentra
penegakan hukum terpadu.
LAPORAN/ TEMUAN
TINDAK PIDANA
PENYIDIK POLRI KEJAKSAAN
PN PUTUS PERMOHONAN BANDING BANDING EKSEKUSI KEJAKSAAN PENGAWAS PEMILIHAN
7 hr Max
5 hr
14 hr
3 hr 3 hr
5 hr
ALUR PENYELESAIAN TINDAK PIDANA
7 hr 3 hr 3 hr 7 hr 3 hr 3 hr Catatan:
Hari = hari kerja
Putusan banding bersifat final & mengikat
PELAPORAN
No. Tindakan Maksimal waktu
(hari kerja)
Subyek Hukum
1 Penyampaian laporan 7 (tujuh) hari sejak ditemukan pelanggaran
1. Pemilih 2. Pemantau
Pemilihan
3. Peserta Pemilihan 2 Pengkajian kebenaran laporan 3 (tiga) hari sejak laporan
diterima
Pengawas Pemilihan
3 Permintaan keterangan tambahan
+ 2 (dua) hari dari poin no. 2
Pengawas Pemilihan
4 Meneruskan laporan ke polisi 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak diputuskan kebenaran
laporan
DUGAAN TINDAK PIDANA
Dugaan dapat berasal dari :
•
Temuan Pengawas Pemilihan
Pengawas pemilihan antara lain adalah Bawaslu
Provinsi, Panwas Kabupaten/Kota, Panwas Kecamatan,
PPL, dan Pengawas TPS (pasal 134 ayat (1) UU No. 1
tahun 2015 jo UU No. 08 Tahun 2015)
•
Laporan Pelanggaran Pemilihan
dapat disampaikan oleh:
a. Pemilih;
b. Pemantau Pemilihan; atau
LAPORAN PELANGGARAN
•
Laporan pelanggaran Pemilihan disampaikan
secara tertulis yang memuat paling sedikit:
a. nama dan alamat pelapor;
b. pihak terlapor;
c. waktu dan tempat kejadian perkara; dan
d. uraian kejadian.
KEWENANGAN DALAM BERACARA
• Dalam tindak pidana pemilihan kewenangan penyidikan dan penuntutan mengikuti aturan hukum acara dalam KUHAP, di mana Penyidik adalah Penyidik POLRI dan Penuntut Umum adalah Jaksa pada Kejaksaan Republik Indonesia.
• Kewenangan mengadili pada tingkat pertama juga tetap pada PN, namun UU mengamanatkan keberadaan Majelis Khusus yang ditetapkan secara khusus berdasarkan Keputusan Ketua MA untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana Pemilihan.
PENYIDIKAN
&
PRA-PENUNTUTAN
No. Tindakan Maksimal waktu
(hari kerja)
Instansi
1 Maksimal penyidikan sejak laporan diterima sampai dilimpah ke penuntut umum
14 (empat belas) hari
2 Petunjuk penuntut umum apabila berkas belum lengkap
3 (tiga) hari
3 Pengembalian berkas oleh penyidik setelah mengikuti petunjuk penuntut umum
3 (tiga) hari
4 Pelimpahan berkas dari penuntut umum kepada pengadilan
PENUNTUTAN &
UPAYA HUKUM
No. Tindakan Maksimal waktu
(hari kerja)
Instansi
1 Sidang s/d putus 7 (tujuh) hari sejak berkas dilimpah
2 Penyelesaian Putusan Pengadilan yang dapat mempengaruhi perolehan suara peserta Pemilihan
5 (lima) hari sebelum KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota
menetapkan hasil Pemilihan
BANDING
(upaya hukum terakhir dalam tindak pidana pemilihan) 1 Mengajukan permohonan banding 3 (tiga) hari setelah putusan
dibacakan / TDW
2 Limpah Berkas Banding dari PN ke PT
3 (tiga) hari sejak permohonan banding diterima
PELAKSANAAN PUTUSAN
No Tindakan Maksimal waktu
(hari kerja)
Instansi
1 Penyampaian putusan kepada penuntut umum
3 (tiga) hari setelah putusan dibacakan