• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan human capital skill dan prestasi belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan human capital skill dan prestasi belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HUMAN CAPITAL SKILL DAN PRESTASI

BELAJAR MAHASISWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN

DAN INTELIGENSI

Oleh:

DWI ATMOKO

106070002229

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PERBEDAAN HUMAN CAPITAL SKILL DAN PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN INTELIGENSI

Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh: Dwi Atmoko 10607002229

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PERBEDAAN

HUMAN CAPITAL SKILL

DAN

PRESTASI BELAJAR MAHASISWA BERDASARKAN

JENIS KELAMIN DAN INTELIGENSI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh

Dwi Atmoko

NIM: 106070002229

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I

Yunita Faela Nisa, M. Psi

NIP: 19770608 200501 2003

Pembimbing II

Mulia Sari Dewi, M.Si, Psi

NIP: 19780502 200801 2026

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1431 H/2010 M

(4)

Motto

“Tiada kekayaan lebih utama daripada akal, tiada

kepapanan lebih menyedihkan daripada kebodohan, tiada

warisan lebih baik daripada pendidikan, dan tiada pembantu

lebih baik daripada musyawarah”.

(Muhammad Al Baqir)

Pendidikan bukanlah sesuatu yang diperoleh seseorang,

Tapi pendidikan adalah sebuah proses seumur hidup

(Gloria Steinem)

(5)

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Desember 2010

C) Dwi Atmoko

D) Perbedaan human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi.

E) XIII + 62 Halaman ( belum termasuk lampiran)

Human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampialn teknis praktis), merupakan konsep baru diajukan oleh Cote dan Levin (2000) dalam pengukuran prestasi belajar. Konsep ini diterjemahkan sebagai modal utama untuk berkembang. Pada penelitian ini, dilakukan uji beda antara human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) dengan prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) dan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling sebanyak 116 mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta amgkatan 2007. Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik statistik uji-t pada taraf signifikansi 0,05.

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan ketrampilan teknis praktis) dan prestasi belajar. Peneliti membedakan berdasarkan jenis kelamin. Diketahui bahwa untuk jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dalam memperoleh skor human capital skill, sedangkan untuk jenis kelamin perempuan lebih tinggi dalam pencapaian skor prestasi belajarnya. Sedangkan uji beda untuk variabel human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan inteligensi, didapati hasil bahwa tidak ada perbedaan signifikan human capital skill dan prestasi belajar berdasakan inteligensi mahasiswa

Berdasarkan tabel hasil tabu silang inteligensi dengan prestasi belajar dapat dilihat mahasiswa yang memiliki kategori dibawah rata-rata pada skor inteligensi memperoleh 3 kategorisasi sedang dan 14 kategorisasi tinggi pada perolehan prestasi belajar. Mahasiswa yang memiliki kategorisasi rata-rata pada skor inteligensi memperoleh 8 kategorisasi sedang, 9 dan 58 kategorisasi tinggi pada perolehan prestasi belajarnya. Mahasiswa yang memiliki kategorisasi diatas rata-rata pada skor inteligensi memperoleh 2 kategorisasi sedang dan 18 pada kategorisasi tinggi pada perolehan skor prestasi belajarnya. Sedangkan mahasiswa yang memiliki skor inteligensi pada kategorisasi superior memperoleh 1

(6)

v

kategorisasi rendah, dan 12 kategorisasi tinggi pada skor perolehan prestasi belajarnya.

Dari hasil penelitian ini didapati human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang) yang dimiliki mahasiswa psikologi khususnya angkatan 2007 mayoritas dalam rentangan sedang. Menurut Cote dan Levin, (2000) ini merupakan modal utama bagi seseorang untuk dapat survive didalam kehidupan setelah lulus nanti. Oleh karena itu peneliti menganjurkan kepada pihak Fakultas Psikologi UIN untuk mengadakan seminar atau pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan mahasiswa agar ketika lulus nanti mampu bersaing dengan lulusan Universitas lain yang jauh lebih berkualitas.

Sebagai saran teroritis, tentang pengukuran prestasi belajar hendaknya peneliti menyusun tes prestasi yang didasarkan pada perencanaan yang teliti, cara penulisan item yang telah mengikuti kaidah-kaidah yang standar guna meningkatkan efektivitas daya ukur item dan evaluasi yang kontinyu akan dapat menghasilkan tes prestasi yang mampu mencerminkan hasil capai para siswa dalam belajar. Untuk pengukuran variabel human capital skill hendaknya menggunakan alat ukur dengan aspek-aspek yang telah dijabarkan pada penelitian sebelumnya namun dengan memodifikasinya kembali. Hal ini semata-mata bertujuan agar validitas maupun reliabilitas alat ukur tetap terjaga dari bias budaya ataupun rentang waktu pada penelitian-penelitian sebelumnya.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahiim

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena berkat segala limpahan keanugrehan dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.

2. Yunita Faela Nisa, M.Psi dan Mulya Sari, M.Psi yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mendapatkan banyak masukan dari beliau-beliau tersebut, serta terimakasih banyak atas wawasan dan waktu yang telah diberikan.

3. Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si dan Solicha, M.Si, Rena Latifa, M.Psi selaku pembimbing informal dan Liany Luzfinda, M.Psi pembimbing akademik 4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. 5. Seluruh responden yang telah bersedia memberikan waktunya untuk mengisi

skala.

6. Keluarga terindah. Mama dan bapak yang telah mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya demi kelangsungan pendidikan anak-anaknya. Kakakku Dianah Manfaati beserta suami, beserta kedua ponakan tercinta Amanda dan Yasmin yang selalu memberikan hiburan pada peneliti ketika berada dirumah. 7. Kedua sahabat intelektualku, Adiyo Roebianto (beserta keluarga) dan Amirul

Mu’minin yang tak henti memberi dukungan praktis maupun teoritis bagi peneliti. Realisasi mimpi-mimpi kita semakin dekat, Sorbone menunggu kita.

(8)

vii

8. Keluarga besar angkatan 2006, khususnya ‘uncommon bhe-s’, Ami, Hanny, Dara, Dhani, Amal, Hanny I, Fahria, Icha, Dina dll. Serta teman-teman mentor akademis yang telah menyempatkan waktunya untuk brainstorming bersama penulis.

9. Sahabat-sahabat diskusi Vila Consulting; Fajar, Adam, Obi, Iqbal, Dimas, Eza and the last but not least Ade Andesra yang selalu memberi inspirasi dengan konsep “the power of do nothing”. Sahabat-sahabat invisible; Fahmi Cebsa, Syamsul, Supadi, Haikel.

10.Sahabat-sahabat PMII khusunya komisariat Psikologi, Iswahyudi, Luqmansyah, Gartika N.E, dan crew “persahabatan” (Rajib, Eda, Deniel).

11.Adik-adik kelas angkatan 2007, 2008, 2009, dan 2010 yang senantiasa memberikan dukungan moril. Especially buat ‘sipit’ yang memberikan inspirasi baru dan membantu input data.

12.Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mba Rini.

13.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yag berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.

Jakarta, 8 Desember 2010

(9)

ix

DAFTAR ISI

Cover

Pengesahan Oleh Panitia Ujian ... i

Lembar Pengesahan Pembimbing... ii

Motto... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... vi

Pernyataan Bukan Plagiat……….viii

Daftar Isi ...ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Bagan ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... .1

1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah... .7

1.2.1 Pembatasan masalah ... .7

1.2.2 Perumusan masalah... .8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .8

1.3.1 Tujuan penelitian ... .8

1.3.2 Manfaat penelitian ... .9

1.3.2.1Manfaat teoritis ... .9

1.3.2.2Manfaat praktis ... .9

1.4 Sistematika Penulisan ... .9

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11

2.1 Prestasi Belajar... 11

2.1.1 Pengertian prestasi belajar ... 11

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ... 13

(10)

x

2.2 Human Capital Skill... 18

2.2.1 Pengertian human capital skill……….18

2.2.2 Keterampilan memotivasi diri... 19

2.2.3 Keterampilan mengelola diri... 20

2.2.4 Ketrampilan teknis praktis...21

2.2.5 Cara mengukur human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang)………...22

2.3. Kerangka Berfikir ... 24

2.4 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 26

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 26

3.2 Populasi dan Sampel... 26

3.2.1 Populasi ... 26

3.2.2 Sampel ... 27

3.3 Variabel penelitian... 27

3.3.1 Identifikasi variabel ... 27

3.3.2 Definisi konseptual variabel ... 28

3.3.3 Definisi operasional variabel ... 29

3.4 Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Teknik pengumpulan data ... 30

3.4.2 Instrumen Penelitian……….31

3.5 Uji Instrumen ... 35

3.5.1 Uji validitas... 35

3.5.2 Uji reliabilitas ... 35

3.6 Prosedur Penelitian ... 37

3.6.1 Persiapan uji coba alat ukur... 37

3.6.2 Persiapan pengambilan data ... 38

3.8.3 Pelaksanaan pengambilan data ... 39

(11)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian... 40

4.2 Analisis Deskriptif ... 41

4.2.1 Kategorisasi skor human capital skill... 41

4.2.2 Kategorisasi skor prestasi belajar………49

4.2.3 Kategorisasi skor inteligensi………...51

4.3 Hasil Uji Hipotesis ... 56

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN... 57

5.1 Kesimpulan ... 57

5.2 Diskusi ... 57

5.3 Saran ... 61

5.3.1 Saran Teoritis... 62

5.3.2 Saran Praktis... 62

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Cara mengukur Human Capital Skill... 22

Tabel 3.1 Blue print skala Human Capital Skill (HCS)... 31

Tabel 3.2 Norma Pen-skoran ... 33

Tabel 3.3 Kaidah reliabilitas Guilford ... 36

Tabel 4.1 Jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin... 40

Tabel 4.2 Persebaran skor keterampilan memotivasi diri ... 41

Tabel 4.3 Persebaran skor keterampilan mengelola diri ... 41

Tabel 4.4 Persebaran skor keterampilan teknis praktis... 42

Tabel 4.5 Persebaran skor human capital skill... 42

Tabel 4.6 Kategorisasi keterampilan memotivasi diri ... 44

Tabel 4.7 Kategorisasi keterampilan mengelola diri ... 46

Tabel 4.8 Kategorisasi keterampilan teknis praktis ... 47

Tabel 4.9 Kategorisasi human capital skill... 48

Tabel 4.10 Kategorisasi skor prestasi belajar ... 49

Tabel 4.11 Kategori responden pada variable prestasi belajar... 50

Tabel 4.12 Kategorisasi skor inteligensi ... 51

Tabel 4.13 Uji beda human capital skill berdasarkan jenis kelamin ... 62

Tabel 4.14 Uji beda prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin ...………53

Table 4.15 Tabu silang human capital skill dengan prestasi belajar………..54

Tabel 4.16 Uji beda human capital skill berdasarkan inteligensi………...54

Tabel 4.17 Uji beda prestasi belajar berdasarkan inteligensi………...55

Tabel 4.18 Uji beda prestasi belajar berdasarkan inteligensi………..56

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu faktor penting dalam kehidupan masyarakat, yang sejak dahulu

hingga saat ini dan akan terus menerus penting hingga masa yang akan datang

adalah pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang pertama dan paling utama

dalam segi kehidupan, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, baik secara

tertulis maupun tidak, karena setiap proses pendidikan merupakan langkah

menuju pendewasaan intelektual seseorang. Dalam pengertian yang sempit,

pendidikan berarti perbuatan atau proses untuk memperoleh pengetahuan.

Sedangkan dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai

sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah yang sesuai dengan kebutuhan

(Syah, 2000).

Pendidikan ditetapkan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional

(sisdiknas) tahun 2003 sebagai usaha dasar yang terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Fokus utama dunia pendidikan adalah manusia. Dalam hal ini adalah

peserta didik karena dengan adanya pendidikan peserta didik di dorong untuk

(15)

terlibat dalam proses merubah kehidupannya kearah yang lebih baik,

mengembangkan kepercayaan diri sendiri, mengembangkan rasa ingin tahu, serta

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya, sehingga

dapat berfungsi untuk peningkatan kualitas hidup pribadi dan masyarakat

(Purwanto, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA (Programme

International Student Assesment) yang melakukan penelitian di 57 negara

termasuk Indonesia. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan menurunnya

prestasi belajar di Indonesia. Hasil study tersebut menunjukkan bahwa: (1)

Prestasi Indonesia dalam sains berada pada peringkat 50 dari 57 negara. Peringkat

beberapa Negara di Asia berada diatas Indonesia, bahkan Thailand berada

diperingkat 46; (2) Prestasi Indonesia dalam matematika berada pada peringkat 50

dari 57 negara, sedangkan Thailand berada diperingkat 44; (3) Dalam kemampuan

membaca, siswa Indonesia berada pada peringkat 48 dari 56 Negara, dan Thailand

berada diatas Indonesia, yaitu pada peringkat ke 44 (dalam Basuki, 2009).

Realita yang terjadi di atas tentu menjadi cambuk bagi dunia pendidikan

Indonesia saat ini. Menurut peneliti hal ini salah satunya disebabkan oleh kualitas

SDM sebagai pelaku pendidikan yaitu siswa di Indonesia yang kurang mampu

bersaing dengan Negara lain dalam mencapai prestasi yang diinginkan, sehingga

pelaku pembelajaran yang dalam hal ini adalah siswa atau mahasiswa tidak

mampu menunjukkan kualitas prestasi belajar yang sesuai yang diharapkan

bersama. Padahal kita ketahui bersama, bahwasanya prestasi belajar merupakan

cerminan atas keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Artinya jika

(16)

prestasi belajar tersebut buruk maka dapat diartikan pula hasil pembelajaran yang

telah dilakukan juga kurang atau bahkan tidak berhasil.

Saat ini parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan

pendidikan adalah prestasi belajar. Adapun Winkel (1996) mengatakan bahwa

prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang

siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Dalam kaitannya pada penelitian ini parameter keberhasilan yang hendak di ukur

ialah prestasi belajar pada jenjang pendidikan tinggi.

Ramsden, (1992) menyatakan keberhasilan belajar di perguruan tinggi

ketika seorang mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan sebuah materi,

serta mampu mengimplementasikan pengetahuan yang telah didapat selama

proses belajar mengajar berlangsung. Harackiewicz dan kawan-kawan (2002)

menyatakan bahwa pada intinya sukses tidaknya pembelajaran di perguruan tinggi

dapat dilihat dari dua hal. Pertama adalah kemampuan mahasiswa dalam

memahami materi yang tercermin dalam Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Hal

yang kedua adalah berkembangnya minat terhadap disiplin ilmu yang dipilih.

Dengan adanya minat yang besar untuk memperdalam materi, mahasiswa akan

terlibat secara mendalam pada tugas-tugas perkuliahan yang harus diselesaikan.

Jika mahasiswa dapat memperoleh IPK yang tinggi dan minatnya bertambah

terhadap materi-materi yang diberikan dalam perkuliahan, pembelajaran dapat

dikatakan berhasil.

(17)

Dalam pembelajaran di perguruan tinggi, prestasi belajar di tiap semester

biasanya di ukur hanya melalui skor IPK. Sebenarnya hasil pembelajaran berupa

perubahan pola pikir, minat, pemahaman terhadap materi dan proses kognitif serta

metakognitif yang dialami mahasiswa dapat terukur melalui nilai IPK jika dosen

dapat memberikan nilai evaluasi yang tepat. Itupun membutuhkan kerjasama yang

baik dengan mahasiswa, dimana mahasiswa pun harus mampu untuk fair dalam

mencapai sebuah keberhasilan belajar. Dalam artian tak ada bentuk kecurangan

atau ketidakjujuran ketika penilaian prestasi belajar sedang berlangsung.

Purwanti (2006) dan S. Pandia (2006) dalam penelitiannya mengajukan

konsep human capital skill dari Cote dan Levine (2000) sebagai pelengkap dalam

penilaian prestasi belajar. Di dalamnya mencakup keterampilan memotivasi diri,

keterampilan mengelola diri dan keterampilan teknis praktis. Konsep tersebut

dianggap dapat mengantar mahasiswa menguasai seperangkat kemampuan dan

sikap. Kemampuannya adalah kemampuan menerapkan, mengembangkan dan

menciptakan ilmu, sedangkan sikapnya antara lain obyektif. Jujur, kritis, dan

memiliki rasa ingin tahu.

Menurut (S. Pandia dan Purwanti, 2008), keterampilan memotivasi diri

dapat disamakan dengan motivasi intrinsik yang merupakan tantangan yang

didasarkan pada minat pribadi, dan bertujuan untuk mengasah kemampuan yang

dimiliki (Wollfolk, 1994). Keterampilan ini terdiri dari kemampuan untuk

melakukan suatu aktivitas tanpa kebutuhan akan insentif atau hukuman,

kemampuan memilih aktifitas karena minat pribadi dan bukan karena pengaruh

(18)

dari luar, dan kemampuan untuk menentukan sendiri aktivitas yang akan di

lakukan (self determined).

Keterampilan mengelola diri merupakan keterampilan untuk mengelola

berbagai kapasitas diri untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Keterampilan

yang harus dikelola tersebut terdiri dari kemampuan berkomunikasi secara lisan

dan tulisan, kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dan keterampilan

memimpin.

Sedangkan keterampilan teknis praktis merupakan keterampilan praktis

atau aplikatif sebagai perwujudan motivasi intrinsik, yang terdiri dari perilaku

yang penuh inisiatif, inovatif, kreatif, kemampuan mengambil keputusan,

kemampuan memecahkan masalah, dan bekerja secara mandiri, kemampuan

berorganisasi dan membuat perencanaan serta kemampuan menguasai

prinsip-prinsip matematis, tugas-tugas kuantitatif dan penyelesaian tugas-tugas teknis.

Keterampilan-keterampilan di atas dinyatakan sebagai modal dasar bagi

para lulusan universitas dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, baik

secara langsung yaitu keterampilan teknis, maupun secara tak langsung yaitu

ketrampilan memotivasi diri dan keterampilan mengelola diri. Keterampilan

memotivasi diri dan keterampilan mengelola diri sebenarnya merupakan hasil

yang paling penting dari pembelajaran di perguruan tinggi, karena terkait dengan

kontribusi terhadap kemampuan beradaptasi dalam berbagai perubahan dunia

yang serba cepat (S. Pandia dan Purwanti, 2008).

(19)

Dengan memiliki keterampilan teknis praktis yang baik, para lulusan

perguruan tinggi nantinya akan dapat dengan mudah memasuki dunia kerja dan

menyesuaikan diri dengan dunia kerja yang tentunya berbeda dengan dunia

kampus. Dengan memiliki keterampilan memotivasi diri yang tinggi mahasiswa di

harapkan dapat memilih keterampilan yang akan di kembangkan dan memilih cara

yang tepat untuk mengembangkan ketrampilan tersebut.

Sedangkan dengan memiliki keterampilan mengelola diri yang baik

mereka dapat membuat berbagai pilihan yang terkait dengan pengembangan diri.

Nilai IPK tetap menjadi penting dalam pengukuran prestasi belajar perguruan

tinggi karena secara umum nilai IPK mencerminkan hal-hal yang telah dicapai

mahasiswa selama proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Untuk

memperoleh pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi, nilai IPK-lah yang

pertama kali dilihat.

Pengukuran prestasi belajar selalu berkaitan erat dengan inteligensi

mahasiswa. Seperti yang dikemukakan oleh Syah (2004) bahwasanya inteligensi

merupakan faktor esensial dalam memprediksi prestasi belajar. Seseorang yang

memiliki IQ tinggi umumnya lebih mudah belajar dan hasilnya cenderung baik.

Sebaliknya seseorang dengan IQ rendah umumnya lebih sulit untuk belajar,

sehingga prestasinya pun cenderung rendah.

Tak hanya masalah inteligensi, fenomena yang terjadi saat ini adalah

dimana skor prestasi belajar perempuan lebih tinggi dari pada skor prestasi belajar

laki-laki (Berk dalam Woolfolk, 2004) menjadi beberapa perdebatan dibeberapa

(20)

penelitian. Beberapa hasil penelitian pun menunjukkan perbedaan antara skor

prestasi belajar perempuan dan skor prestasi belajar laki-laki

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik meneliti perbedaan human

capital skill (yang mencakup keterampilan memotivasi diri, keterampilan

mengelola diri dan keterampilan teknis praktis) dan prestasi belajar mahasiswa

berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan masalah

Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai

berikut :

1. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah skor Indeks Prestasi

mahasiswa.

2. Human capital skill merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang

dalam menunjukkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang

dimilikinya sebagai pribadi yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal

tersebut didapati melalui proses pendidikan (Gary S. Becker, 1964).

Pengukuran human capital skill dalam penelitian ini, menggunakan teori

yang telah dikemukakan oleh (Cote dan Levin, 2000) yang terdiri dari

keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan

keterampilan teknis praktis.

3. Subjek pada penelitian adalah mahasiswa angkatan 2007 Fakultas

Psikologi UIN Jakarta. Dengan asumsi, mahasiswa angkatan 2007 telah

(21)

mendapatkan hampir seluruh bobot SKS yang telah ditetapkan oleh

Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

1. 2. 2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka perumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan human capital skill berdasarkan jenis kelamin?

2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin?

3. Apakah ada perbedaan human capital skill berdasarkan inteligensi?

4. Apakah ada perbedaan prestasi belajar berdasarkan inteligensi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui perbedaan human capital skill berdasarkan jenis

kelamin mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

2. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin

mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

3. Untuk mengetahui perbedaan human capital skill berdasarkan inteligensi

mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

4. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar berdasarkan inteligensi

mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

(22)

1.3.2 Manfaat penilitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat manambah pengetahuan dan rasa ingin tahu mahasiswa

khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi dalam pengembangan teori Psikologi

serta mengembangkan banyak penelitian agar dapat mengimplementasikan

didalam kehidupan sehari-hari.

1.3.2.2 Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana baru dalam

pengukuran prestasi belajar, dengan mengajukan human capital skill sebagai

pelengkap keberhasilan belajar yang optimal.

1.4Sistematika Penulisan

BAB 1 : Pendahuluan

Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan

masalah dan sistematika penulisan.

BAB 2 : Kajian Teori

Dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan

dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta

hipotesis penelitian.

(23)

10

BAB 3 : Metode Penelitian

Dalam bab ini meliputi, subyek penelitian, variable penelitian,

instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis

data.

BAB 4 : Hasil Penelitian

Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil

penelitian meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap

data.

BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi

penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini

(24)

11

BAB 2

KAJIAN TEORI

Berikut ini akan diuraikan berbagai literature yang terkait dengan variabel

penelitian, yaitu, pengukuran prestasi belajar di perguruan tinggi dan human capital

skill (yang terdiri dari keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan

keterampilan teknis praktis).

2.1 Prestasi Belajar

2.1.1 Pengertian prestasi belajar

Prestasi belajar menurut Chaplin (2002) merupakan satu tingkat khusus

perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru,

lewat tes-tes yang dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut.

Sumadi Suryabrata (2005) berpendapat bahwa prestasi belajar sebagai

hasil dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka)

yang khusus diberikan untuk proses evaluasi, misalnya rapor, hasil ini dibagikan

kepada mahasiswa pada akhir semester setelah pelaksanaan ujian akhir.

Dalam bidang pendidikan, siswa dikatakan memiliki prestasi baik bila

menjadi juara kelas ataupun memperoleh nilai yang baik. Pengertian prestasi

belajar didalam kamus balai pustaka nasional, (2001) yaitu penguasaan

pengetahuan dan keterampilan terhadap mata kuliah yang diberikan melalui hasil

(25)

12

Menurut Ahmadi (1991) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan dalam tingkah laku individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan

dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Dengan demikian belajar dapat

didefinisikan sebagai berikut: belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Gagne (dalam Syah, 2004) menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu

situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa

sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia

mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Sedangkan

Morgan (dalam Syah, 2004) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang

relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan

atau pengalaman.

Dengan demikian, dari pengertian prestasi belajar yang peneliti kutip dari

beberapa sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar itu adalah

skor pencapaian hasil tes atau ujian yang diperoleh siswa, dimana tes atau ujian

sebagai pengukuran kemampuan serta pemahaman belajar siswa atas

pembelajaran yang telah dilakukan (Umar, 2010, personal communication). Atau

singkatnya, prestasi belajar lebih berkaitan dengan pengukuran pencapaian hasil

(26)

13

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

dibedakan menjadi tiga macam (Syah, 2004). Akan tetapi berdasarkan latar

belakang penelitian, penulis hanya menjabarkan dua macam faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar, yakni:

1) Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek,

yakni:

1. Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) meliputi kondisi umum

jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat

kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siwa dalam mengikuti

pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai

pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah

cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau

tidak berbekas.

2. Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) banyak faktor yang

termasuk psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan

kualitas perolehan pembelajaran siswa. Faktor-faktor rohaniah

siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah:

a. Inteligensi

Reber (dalam Syah, 2004) Inteligensi pada umumnya dapat

(27)

14

rangsangan atau menyesuaikankan diri dengan lingkungan

dengan cara yang tepat Jadi, inteligensi sebenarnya bukan

persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas

organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, peran otak dalam

hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol

daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak

merupakan ”menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas

manusia (Syah, 2004)

Inteligensi terdiri dari keahlian memecahkan masalah dan

kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman

kehidupan sehari-hari. Minat terhadap intelegensi sering kali

difokuskan pada perbedaan dan penilaian individual (Santrock,

2009).

Inteligensi adalah sebuah kemampuan dasar yang

mempengaruhi kinerja disemua tugas yang berorientasi

kognitif, mulai dari soal matematika, sampai menulis puisi atau

menyelesaikan teka-teki (Woolfolk, 2009)

b. Bakat

Menurut Freeman 1963 (Shaleh, 2004) bakat adalah sifat-sifat

yang memberi petunjuk akan adanya kemampuan yang dimiliki

seseorang, yang dengan melalui latihan-latihan dapat direalisasi

(28)

15

bidang-bidang khusus, misalnya dalam bidang bahasa, seni

musik, dan bidang teknik. Sedangkan Chaplin, 1972 & Reber,

1988 (dalam Syah, 2004) Secara umum, bakat (aptitude) adalah

kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang Dengan demikian,

sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti

berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu

sesuai dengan kapasitas masing-masing. Sehubungan dengan

hal di atas, bakat akan mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi

belajar bidang-bidang studi tertentu.

c. Minat

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut

Reber 1988 (dalam Syah, 2004) minat tidak termasuk istilah

populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang

banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan

perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun

terlepas dari masalah tersebut, minat seperti yang dipahami dan

dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas

pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu.

Sedangkan minat secara sederhana dapat diartikan sebagai

suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan

(29)

16

objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang

(Shaleh, 2004)

d. Motivasi

Motivasi adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu

yang lain ( cara untuk mencapai tujuan). Motivasi terbagi

menjadi dua bagian, yang pertama motivasi ekstrinsik sering

dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan

hukuman. Misalnya murid mungkin belajar keras menghadapi

ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Sedangkan motivasi

intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu

demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid

mungkin belajar menghadapi ujian karena ia senang pada mata

pelajaran yang diujikan itu (Santrock, 2009).

2) Faktor eksternal

Faktor ekternal siswa juga terdiri dari dua macam:

1. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,

teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang.

Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat

dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan

mahasiswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak

(30)

17

sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan

keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat

memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan

hasil yang dicapai oleh seorang mahasiswa (Syah, 2004)

Sebagai anggota masyarakat, mahasiswa tidak bisa lepas dari ikatan

sosial. Sistem sosial tersebut mengingat perilaku siswa untuk tunduk

pada norma-norma sosial, susila, dan hukum yang berlaku dalam

masyarakat. Demikian juga halnya dengan di perguruan tinggi,

peraturan dan tata tertib yang harus mahasiswa taati (Djamarah, 2002).

2. Lingkungan non-sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan

letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang

digunakan mahasiswa (Syah, 2004)

Selain itu polusi seperti pencemaran udara dapat mengganggu

pernafasan siswa, oleh karena itu keadaan suhu dan kelembaban udara

berpengaruh terhadap siswa disekolah, pembangunan gedung sekolah

yang tidak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas dan pabrik menimbulkan

kegaduhan suasana kelas. Kemudian sarana dan fasilitas mempunyai

arti penting dalam pendidikan, gedung sekolah misalnya sebagai

(31)

18

di sekolah (Djamarah, 2002). Faktor-faktor tersebut dipandang turut

menentukan tingkat keberhasilan belajar mahasiswa.

2.1.3 Cara mengukur prestasi belajar

Dalam pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk

ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian

masuk perguran tinggi (Azwar, 2002). Dari penjelasan tersebut dapat diartikan

bahwa kita dapat mengukur prestasi belajar mahasiswa dari hasil atau nilai

ulangan-ulangan harian dan berbagai macam jenis tes yang diadakan oleh pihak

perguruan tinggi yang bersangkutan. Prestasi belajar yaitu, hasil yang dicapai oleh

seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport

(Purwanto, 1992). Dalam penelitian ini penulis mengukur prestasi belajar

mahasiswa dengan cara melihat nilai yang didapatkan mahasiswa setelah

mengikuti Ujian Akhir Semester yang tertuang dalam IP (indeks prestasi)

mahasiswa yang diperoleh dengan membagi jumlah nilai keseluruhan dengan

bobot sks yang telah dicapai.

2. 2 Human Capital Skill

Human capital skill merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang

dalam menunjukkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya

sebagai pribadi yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal tersebut didapati melalui

(32)

19

Human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang) terdiri dari

keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan

tekhnis (Cote dan Levin, 2000). Berikut ini akan dijelaskan masing-masing

keterampilan tersebut.

2.2.1Keterampilan memotivasi diri

Keterampilan ini dapat disamakan dengan motivasi intrinsik yang

merupakan tantangan yang didasarkan pada minat pribadi dan bertujuan untuk

mengasah kemampuan yang dimiliki (Woolfolk, 2004). Pengertian lain setelah

menyimpulkan dari Cote dan Levin (2000), Purwanti dan S.Pandia (2008) yaitu

keterampilan untuk mengasah (mengembangkan), berusaha untuk selalu

mengupayakan perbaikan diri berdasarkan minat pribadi. Adapun ciri-ciri individu

dengan motivasi intrinsik diantaranya:

a. Tidak membutuhkan insentif atau ancaman hukuman karena aktivitas itu

sendiri merupakan insentif.

b. Aktivitas tertentu dipilih karena minat pribadi dan bukan karena pengaruh

dari luar (internal of locus causality)

c. Individu yang bersangkutan bebas menetukan aktivitas yang dipilih (

self-determined)

Adapun ciri lain yang disimpulkan dari Cote dan Levin (2000) yaitu, memiliki

motivasi untuk menyelesaikan masalah, merencanakan masa depan, tidak

(33)

20

2.2.2 Keterampilan mengelola diri

Keterampilan ini merupakan keterampilan untuk mengelola berbagai

kapasitas diri untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Keterampilan yang

harus dikelola menurut Woolfolk (2004) adalah setiap tujuan atau sasaran hidup

individu yang terjadi setelah individu menyelesaikan pendidikan (post education).

Keterampilan mengelola diri merupakan keterampilan untuk membuat

tujuan dan perencanaan berdasarkan kapasitasnya secara efektif. ( Cote & Levin

(1997), Woolfolk (2004), Purwanti dan S Pandia (2008). Cote dan Levin (2000)

menambahkan kemampuan untuk bekerja secara mandiri sebagai salah satu

kriteria mengelola diri, dan mengajukan ketrampilan teknis praktis sebagai hal-hal

yang harus dikelola diantaranya ketrampilan administrasi, kreatif dan penuh

inovasi, mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan, mampu

menyesuaikan diri terhadap perubahan serta memiliki kemampuan memimpin

(good leadership).

Adapun ciri-ciri individu yang memiliki keterampilan mengelola diri

menurut Woolfolk (2004), Purwanti dan S. Pandia (2008), yaitu;

a. Dapat membuat perencanaan dan penetapan tujuan

b. Dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan

c. Dapat memberi penguatan pada diri sendiri (self-reinforcing) bila ada

kemajuan.

(34)

21

e. Mampu membentuk beliefe, pemikiran dan pemahaman yang dijadikan

pedoman untuk memahami situasi rill

f. Mampu dan berani menunjukkan keunikan pribadi.

2.2.3 Keterampilan teknis praktis

S. Pandia dan Purwanti (2008) menganalogikan keterampilan teknis

praktis yang diajukan oleh Cote dan Levin dengan istilah pengetahuan prosedural

(procedural knowledge) yang di ajukan oleh Matlin (2003) dan merupakan

komponen perilaku (selain keterampilan dan sikap).

Menurut Matlin (2003) pengetahuan prosedural adalah pengetahuan

tentang bagaimana melakukan sesuatu. Dengan demikian bila dikaitkan dengan

dua keterampilan di atas, (memotivasi dan mengelola diri), maka keterampilan

teknis praktis adalah keterampilan praktis atau aplikatif untuk berkembang ke arah

yang lebih baik dan keterampilan praktis atau aplikatif sebagai perwujudan

motivasi intrinsik (Pandia dan Purwanti, 2008)

Keterampilan teknis merupakan keterampilan praktis atau aplikatif .

Keterampilan tersebut meliputi: keterampilan berkomunikasi secara lisan dan

tulisan, keterampilan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, keterampilan

memimpin dan berorganisasi, mampu mengambil keputusan, memecahkan

masalah, menguasai prinsip-prinsip matematis, dapat menyelesaikan persoalan

teknik dan tugas-tugas kuantitatif, dan tingkah laku yang penuh inisiatif, inovatif

(35)

22

Investasi modal manusia akan memberikan sumbangan baik kepada

mahasiswa maupun kondisi ekonomi. Semakin tinggi ketrampilan teknis yang

bersifat tak tampak perwujudannya (intangible non technical skill) semakin

penting bagi pendidikan tinggi demi tercapainya tujuan, karena

ketrampilan-ketrampilan tersebut berkontribusi bagi terbentuknya kemampuan untuk terus

menerus beradaptasi sepanjang hidup dalam dunia yang perubahannya sangat

tinggi (Lochart, 1978 dalam Cote dan Levin, 2000).

Cote dan Levin (2000), mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki

keterampilan teknis praktis, yaitu;

a. Dapat berkomunikasi lisan dan tulisan

b. Dapat memimpin dan berorganisasi

c. Dapat mengambil keputusan dengan mengorganisasi materi yang beragam.

d. Mampu memecahkan masalah

e. Memiliki tingkah laku penuh inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif.

2.2.4Cara mengukur human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang)

Human capital skill diukur berdasarkan sebaran item dengan beberapa

[image:35.595.110.513.248.544.2]

indikator-indikator yang telah diungkapkan pada penelitian sebelumnya. Pada

tabel 2.1 dibawah ini dijabarkan tentang beberapa pernyataan yang mewakili

berbagai indikator dari variabel dan sub-variabel yang diangkat menjadi

(36)

23

[image:36.595.108.516.144.653.2]

Tabel 2.1

KETERAMPILAN CIRI-CIRI

MEMOTIVASI DIRI 1.Dapat memilih tugas sesuai minat

dan kemampuan terutama pada saat ada beberapa alternatif dan dilakukan di waktu luang.

2. Mau berusaha, khusunya pada tugas atau materi atau aktivitas yang sulit

3. Dapat bertahan dan tekun, khususnya saat menghadapi rintangan 4. Berkeinginan mengembangkan diri (selalu ingin tahu dan terbuka

5. Menjalani pembelajaran dengan perasaan senang.

6. Memiliki harapan tentang kesuksesan dan kegagalan

Mengelola Diri 1.Dapat membuat perencanaan dan

penetapan tujuan.

2. Dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan atau proses belajar

3. Mampu bekerja secara mandiri

4. Mampu membentuk belief,

pemikiran dan pemahaman yang dijadikan pedoman untuk memahami situasi riil.

5. Mampu dan berani menunjukkan keunikan pribadi

TEKNIS PRAKTIS 1.Dapat berkomunikasi lisan dan

tulisan, dapat memimpin dan berorganisasi

2. Mampu mengambil keputusan mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki ide yang variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah

(37)

24

2.3Kerangka Berpikir

Dalam pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk

ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian

masuk perguran tinggi (Azwar, 2002). Dari penjelasan tersebut dapat diartikan

bahwa kita dapat mengukur prestasi belajar mahasiswa dari hasil atau nilai

ulangan-ulangan harian dan berbagai macam jenis tes yang diadakan oleh pihak

atau lembaga pendidikan yang bersangkutan. Dalam pembelajaran di perguruan

tinggi, prestasi belajar di tiap semester biasanya di ukur hanya melalui skor IP

(indeks prestasi).

Purwanti (2006) dan Sembiring Pandia (2006) dalam penelitiannya

mengajukan konsep human capital skill dari Cote dan Levine (2000) sebagai

pelengkap dalam penilaian prestasi belajar. Human capital skill terdiri dari

beberapa item indikator yang reliabel dalam pengukurannya, yaitu: keterampilan

memotivasi diri (self-motivation skill), keterampilan mengelola diri

(self-management skill), dan keterampilan tehknik praktis (technical skill). Ini

merupakan bagian dari prestasi akademis yang dapat diukur dengan sederhana dan

reliable berdasarkan gambaran laporan setiap individu (self- report).(cf. Fallows,

dalam Cote dan Levin, 2000)

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat perbedaan skor berdasarkan jenis

kelamin dan intelegensi terhadap perolehan skor prestasi belajar yang diukur dari

(38)

25

Human capital skill

Inteligensi Jenis Kelamin

Inteligensi Jenis Kelamin

Prestasi Belajar (IP)

Keterangan : Tanda panah tidak berarti menunjukkan pengaruh, tapi hanya menjadi symbol yang menunjukkan bahwa variabel tersebut dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi.

2.4 Hipotesis Penelitian

• H1 : Ada perbedaan signifikan human capital skill berdasarkan jenis

kelamin mahasiswa.

• H2 : Ada perbedaan signifikan prestasi belajar berdasarkan jenis

kelamin mahasiswa.

• H3 : Ada perbedaan signifikan human capital skill berdasarkan

inteligensi mahasiswa.

• H4 : Ada perbedaan signifikan prestasi belajar berdasarkan inteligensi

(39)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari beberapa subbab.

Meliputi subjek penelitian, variabel penelitian, instrument penelitian, prosedur

penelitian dan teknik analisis data yang digunakan .

3.1Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Azwar

(2005) penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal yang

diolah dengan metode statistika. Metode yang digunakan yaitu metode deskripstif

komparatif, karena pada penelitian ini berupaya untuk melihat adanya perbedaan

human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Sebuah populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta

ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 1988). Populasi dalam penelitian ini

adalah mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2007 UIN Jakarta.

(40)

3.2.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi

angkatan 2007. Jumlah subjek penelitian sesuai dengan jumlah mahasiswa

Fakultas Psikologi angkatan 2007 yaitu sebanyak 172 mahasiswa. Namun

pada kenyataannya terdapat beberapa mahasiswa yang mengundurkan diri dan

ketika peneliti melakukan pengambilan data, ada beberapa mahasiswa yang

tidak hadir dalam perkuliahan. Sehingga subjek penelitian yang didapat

sebanyak 116 mahasiswa. Jumlah subjek penelitian ini dianggap memenuhi

syarat penelitian, karena menurut Guilford dan Fruchter (1978), jumlah

sampel minimal dalam melakukan penelitian yang baik adalah sebanyak 30

orang agar hasilnya dapat dianalisis secara statistik dengan menggunakan

distribusi normal. Oleh karena itu jika jumlah sampel yang diharapkan tidak

terpenuhi, maka jumlah minimal setidaknya harus tercapai.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

dengan menggunakan teknik total sampling atau sampel jenuh yaitu

pengambilan sampel dimana seluruh anggota populasi dijadikan sampel.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Nazir,

1999). Jadi variabel adalah objek penelitian yang menjadi perhatian suatu penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) variabel, yaitu:

(41)

Independent Variable (IV): 1. Human capital skill

2. Jenis Kelamin

3. Inteligensi

Dependent Variable (DV): Prestasi belajar

3.3.1 Definisi Konseptual

Definisi Konseptual merupakan suatu definisi dalam bentuk yang

abstrak yang mengacu pada ide-ide lain atau konsep lain-yang bisa saja

abstrak-untuk menjelaskan konsep pertama tersebut (M. Idrus, 2007).

a. Prestasi belajar merupakan sesuatu yang diperoleh berupa kesan-kesan

akibat adanya perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas

belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 1994)

b. Human capital skill merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang

dalam menunjukkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang

dimilikinya sebagai pribadi yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal

tersebut didapati melalui proses pendidikan (Gary S. Becker, 1964).

Human capital skill terdiri dari keterampilan memotivasi diri,

keterampilan mengelola diri, dan keterampilan tekhnis (Cote dan Levin,

2000).

(42)

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur

yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit analisis ke dalam

kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel (M. Idrus, 2007).

a. Prestasi belajar dalam penelitian ini penulis mengukur prestasi belajar dengan

melihat skor IP (Indeks Prestasi) mahasiswa. Skor IP diperoleh dengan

membagi jumlah nilai keseluruhan dengan jumlah sks yang ditempuh.

b. Human capital skill diungkap melalui sebaran item pada skala human capital

skill (HCS), dengan beberap sub-variabel yang memiliki beberapa indikator,

yaitu: a). Keterampilan memotivasi diri diungkap melalui sebaran item

dengan beberapa indikator, yaitu dapat memilih tugas sesuai minat dan

kemampuan terutama pada saat ada beberapa alternatif dan dilakukan di

waktu luang, mau berusaha (khusunya pada tugas atau materi atau aktivitas

yang sulit), dapat bertahan dan tekun, khususnya saat menhadapi rintangan,

berkeinginan mengembangkan diri (selalu ingin tahu dan terbuka), menjalani

pembelajaran dengan perasaan senang, memiliki harapan tentang kesuksesan

dan kegagalan. b). Keterampilan mengelola diri diungkap melalui sebaran

item dengan beberapa indicator, yaitu; dapat membuat perencanaan dan

penetapan tujuan, dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan atau proses

belajar, mampu bekerja secara mandiri, mampu membentuk belief, pemikiran

dan pemahaman yang dijadikan pedoman untuk memahami situasi riil,

(43)

mampu dan berani menunjukkan keunikan pribadi. c). Keterampilan teknis

praktis diungkap melalui sebaran item dengan beberapa indikator, yaitu; dapat

berkomunikasi lisan dan tulisan, dapat memimpin dan berorganisasi, mampu

mengambil keputusan mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki

ide yang variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah, memiliki

tingkah laku penuh inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif menyelesaikan

tugas keteknikan.

3.4. Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik pengumpulan data

Data dalam penelitian ini diambil melalui skala. Skala adalah daftar

pernyataan yang akan mengungkap performansi yang menjadi karakter tipikal

pada subjek yang akan diteliti, yang akan dimunculkan dalam bentuk

respon-respon terhadap situasi yang dihadapi (Azwar, 2005).

Ada pun jenis skala yang digunakan adalah skala model Likert. Skala

model Likert adalah metode penskalaan pernyataan individu yang

menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentu nilai skalanya (Azwar,

2005).

Subyek diberikan empat pilihan dalam berespon, yaitu: Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

(44)

3.4.2. Instrumen Penelitian

a. Skala Human Capital Skill, diterjemahkan sebagai keterampilan utama

untuk berkembang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi yang telah

dikemukakan oleh Cote dan Levin (1997, 2000) yang kemudian diadopsi

dan dimodifikasi oleh Purwanti (2006), Sembiring Pandia (2006) dan

Solicha (2008). Adapun dimensi-dimensi human capital skill yaitu;

1.Keterampilan memotivasi diri:a. dapat memilih tugas sesuai minat dan

kemampuan terutama saat ada beberapa alternatif dan dilakukan di

waktu luang, b. mau berusaha khususnya pada tugas-tugas atau

materi dan aktivitas yang sulit, c. dapat bertahan dan tekun,

khusunya saat menghadapi rintangan, d. berkeinginan

mengembangkan diri (selalu ingin tahu dan terbuka), e. menjalani

pembelajaran dengan perasaan senang, f. memiliki harapan tentang

kesuksesan dan kegagalan.

2.Keterampilan mengelola diri: a. dapat membuat perencanaan dan

penetapan tujuan, b. dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan

atau proses belajar, c. mampu bekerja secara mandiri, d. mampu

membentuk beliefe pemikiran dan pemahaman yang dijadikan

pedoman untuk memahami situasi rill, e. mampu dan berani

menunjukkan keunikan pribadi.

(45)

3.Keterampilan teknis praktis: a. dapat berkomunikasi lisan dan tulisan,

dapat memimpin dan berorganisasi, b. mampu mengambil

keputusan, mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki

ide variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah, c.

memiliki tingkah laku penuh inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif.

[image:45.612.112.532.124.706.2]

Tabel 3.1

Blue Print Skala Human Capital Skill Adaptasi dari Cote & Levin (2000)

No Domain Indikator Item

1 Dimensi keterampilan

memotivasi diri

a. Dapat memilih tugas sesuai

minat, terutama pada saat ada beberapa alternative dan dilakukan pada waktu luang

1*

b. Dapat memilih tugas sesuai

kemampuan, terutama pada saat ada beberapa alternative dan dilakukan pada waktu luang

7*, 26*

c. Mau berusaha pada tugas atau

aktifitas yang sulit

4*

d. Dapat bertahan dan tekun

dalam menghadapi rintangan

10*,13*, 16*

e. Berkeinginan mengembangkan

diri (selalu ingin tahu dan terbuka)

20*

f. Menjalani pembelajaran

dengan perasaan senang

25*

g. Memiliki harapan tentang

kesuksesan dan kegagalan

24*

2. Dimensi keterampilan

mengelola diri

a. Dapat membuat perencanaan

dan penetapan tujuan

2*, 5, 11, 14*

b. Dapat memonitor dan

mengevaluasi kemajuan atau proses belajar

8*, 17*

(46)

c. Mampu bekerja mandiri 21*

d. Mampu membentuk belief

pemikiran dan pemahaman yang dijadikan pedoman untuk memahami situasi rill

23*

e. Mampu dan berani

menunjukkan keunikan pribadi 22*

3. Dimensi keterampilan

teknis praktis

a. Dapat berkomunikasi secara

lisan

3*

b. Dapat berkomunikasi secara

tulisan

6*

c. Dapat memimpin dan

berorganisasi

19*

d. Mampu mengambil keputusan,

mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki ide variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah

9*,12*, 18*

e. Memiliki tingkah laku penuh

inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif.

15*

*item valid

Skala human capital skill ini merupakan skala model Likert dengan metode

summated ratings. Menurut Azwar (2008) metode summated rattings yaitu

pernyataan-pernyataan yang menempatkan individu pada suatu situasi yang

menggambarkan dirinya, dengan memilih salah satu dari empat alternatif jawaban

yang disediakan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat

tidak setuju (STS).

Penulis menggunakan skala sikap model Likert karena memiliki kelebihan-kelebihan

sebagai berikut:

(47)

1. Metodenya sederhana

2. Waktu membuatnya singkat

3. Informasi tentang jawaban subjek dapat lebih jelas dan tetap

4. Sikap yang ditampilkan subjek mudah diinterpretasikan, hanya dengan

melihat jumlah skor total subjek, sikap positif atau menyetujui

terhadap objek sikap akan terlihat dalam jumlah keseluruhan yang

tinggi, sedangkan sikap yang negatif atau tidak menyetujui objek sikap

akan rendah.

Skor yang digunakan untuk setiap kategori ada penelitian ini berdasarkan pada norma

berikut:

Tabel 3.2

Skala Skor item

Sangat setuju 4

Setuju 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

3.5. Uji Instrumen

Data yang diperoleh dari pelaksanaan uji coba kemudian diolah secara statistik

dengan menggunakan program SPSS 11.5 untuk mengetahui reliabilitas dan validitas

pada masing masing alat ukur. Pengukuran uji validitas ini menggunakan rumus

[image:47.612.112.526.109.554.2]
(48)

Pearson product moment dan pengukuran reliabilitas menggunakan teknik Cronbach

Alpha. Suatu penelitian yang reliabel, hasil yang diperoleh akan tetap sama apabila

diukur pada waktu yang berbeda. Suatu konstruk variabel dikatakan reliabel bila

memiliki nilai Cronbach alpha mendekati satu.

3.5.1 Uji validitas

Validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti

sebenarnya yang diukur (Sevilla dkk, 2006). Uji validitas digunakan untuk

mengetahui kelayakan butir–butir dalam suatu daftar pernyataan dalam

mendefinisikan suatu variabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan

antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang

diteliti, item yang valid memiliki nilai validitas diatas 0,3. Validitas suatu butir

pernyataan dapat dilihat pada hasil penghitungan SPSS 11.5 for Windows. Pada skala

human capital skill dari 25 item terdapat 2 item yang tidak valid.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang

ditunjukkan oleh instrumenn pengukuran (Sevilla dkk, 2006). Uji reliabilitas

(keajegan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam

menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk–konstruk pernyataan yang merupakan

dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner. Selanjutnya hasil

penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

(49)

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas dari item tersebut, maka digunakan

rumus Alpha Cronbach dan perhitungan dengan menggunakan SPSS 11.5 for

Windows.

________________

²

Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σ b ² : jumlah varians butir

σ 1 ² : varians total

Tinggi atau rendahnya reliabilitas yang dihasilkan dilihat dari kaidah

reliabilitas Guilford dan pendapat Azwar (2008) yang menyatakan bahwa semakin

tinggi koefisien reliabilitas yang mendekati 1,00 berarti semakin baik, begitu juga

sebaliknya. Hal tersebut terlihat di bawah ini:

(50)
[image:50.612.110.521.130.551.2]

Tabel 3.3

Kaidah Reliabilitas Guilford

KOEFISIEN KRITERIA

> 0,90 Sangat Reliabel

0,70 – 0,89 Reliabel

0,49 – 0,69 Cukup Reliabel

0,20 – 0,39 Tidak Reliabel

Reliabilitas untuk skala human capital skill adalah 0,866 yang berarti reliabel.

3.6. Prosedur Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, karena data

tersebut belum tersedia dan harus dicari terlebih dahulu. Untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data tersebut maka dilakukan penelitian lapangan dengan instrumen

penelitian berupa skala. Adapun tahapan pengumpulan datanya adalah sebagai

berikut :

3.6.1 Persiapan uji coba alat ukur

Uji coba alat ukur dilakukan pada hari Rabu 20 Oktober 2010 dengan

Mahasiswa ekstensi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki

(51)

karakteristik yang telah ditentukan. Langkah-langkah dalam mempersiapkan alat ukur

untuk diuji coba, yaitu:

a. Menyusun skala human capital skill dengan melihat dari beberapa

penelitian sebelumnya sesuai dengan karakteristik subjek penelitian.

b. Menyusun alat ukur yang akan disebarkan kepada responden penelitian.

Penyusunan terdiri dari pengaturan tampilan huruf dan halaman kuesioner

dan skala, penulisan pengantar dan petunjuk pengisian

c. Memperbanyak jumlah skala untuk uji coba dan mempersiapkan peralatan

yang akan digunakan.

3.6.2 Persiapan pengambilan data

Ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum pengambilan

data, yaitu :

a. Mengatur tampilan skala dengan merekonstruksi kalimat pada item-item

yang tidak valid untuk kembali digunakan.

b. Meminta nilai semester 6 dan data jumlah mahasiswa Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2007 di bagian informasi akademik

Fakultas.

d. Memperbanyak jumlah alat ukur untuk pengambilan data dan

mempersiapkan peralatan yang akan digunakan

(52)

38

3.6.3 Pelaksanaan pengambilan data

Pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2010

dengan cara mendatangi setiap kelas secara bergantian dan memberikan

kuesioner kepada responden.

3.5. Analisis Data

Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, peneliti menggunakan teknik

statistik Uji-t, untuk melihat perbedaan human capital skill dan prestasi belajar

berdarkan jenis kelamin. Sedangkan untuk melihat perbedaan human capital skill dan

prestasi belajar berdasarkan inteligensi menggunakan teknik statistik chi-square..

(53)

40

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Bab berikut ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data

meliputi gambaran umum responden, analisis deskriptif, kategorisasi, dan hasil

uji hipotesis.

4.1 Gambaran Umum Subjek

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 116 mahasiswa psikologi

UIN Jakarta angkatan 2007. Pada tabel 4.1 berikut ini digambarkan subjek

[image:53.595.105.514.221.555.2]

penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.1

Jumlah Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Subjek Jenis Kelamin Persentase

23 Laki-laki 18,96%

93 Perempuan 81,04%

Total 116 100%

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian dari subjek penelitian

didominasi oleh perempuan. Jumlah subjek perempuan sebanyak 81,04%

sedangkan jumlah subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18,96%

(54)

41

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Kategorisasi skor human capital skill

Berikut ini diuraikan penggolongan kategorik dan penyebaran skor human

capital skill (yang terdiri dari keterampilan memotivasi diri, keterampilan

mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) responden. Adapun acuan yang

dijadikan peneliti untuk membagi kategori tersebut adalah melalui rentang skor.

[image:54.595.110.511.285.625.2]

Perolehan rentang skor tersebut didapatkan melalui perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.2

Variabel keterampilan memotivasi diri

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

MOTIVASI 116 23.00 35.00 28.4655 2.64224

Valid N (listwise) 116

Dari hasil di atas dapat dilihat mean perolehan berdasarkan data penelitian

[image:54.595.131.504.572.641.2]

sebesar 28.46 dan standar deviasi 2.64.

Tabel 4.3

Variabel keterampilan mengelola diri

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

MANAGEMENT 116 16.00 28.00 21.7672 2.33818

Valid N (listwise) 116

Dari hasil diatas dapat dilihat mean perolehan berdasarkan data penelitian

(55)

42

Tabel 4.4

Variabel keterampilan teknis praktis

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

teknis praktis 116 17.00 28.00 21.5431 2.25887

Valid N (listwise) 116

Dari hasil diatas dapat dilihat mean perolehan berdasarkan data penelitian

[image:55.595.108.517.150.535.2]

sebesar 21.54 dan standar deviasi 2.25.

Tabel 4.5

Human capital skill

(keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri dan keterampilan teknis praktis)

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation HUMAN CAPITAL

SKILL 116 54.00 92.00 71.9310 6.71238

Valid N (listwise) 116

Diketahui jumlah item untuk skala human capital skill 23 item. Didalam

skala tersebut terdiri dari tiga variabel penelitian, yaitu keterampilan memotivasi

diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis. Adapun jumlah

item keterampilan memotivasi diri sebanyak 9 item, keterampilan mengelola diri

sebanyak 7 item, dan keterampilan teknis praktis sebanyak 7 item. Peneliti

membagi pengkategorian untuk ketiga variabel tersebut menjadi tiga kategori

yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mendapatkan acuan dalam pengkategorian

(56)

43

Jumlah item untuk keterampilan memotivasi diri 9 item. Penskoran

diberikan rentang 1-4, sehingga skor terendah didapatkan 9 dan skor tertinggi 36,

dengan jarak rentang skor pengurangan dari keduanya sebesar 27. Untuk item

keterampilan mengelola diri sebanyak 7 item, dengan rentang pemberian skor 1-4

sehingga skor terendah didapatkan 7 dan skor tertinggi 28, dengan jarak rentang

skor pengurangan dari keduanya sebesar 21. Sama halnya untuk keterampilan

teknis praktis yang berjumlah 7 item didapat skor terendah 7 dan skor tertinggi 28,

dengan jarak rentang skor pengurangan dari keduanya sebesar 21.

Jumlah item keseluruhan untuk skala human capital skill (yang terdiri dari

keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan

teknis praktis) 23 item. Penskoran diberikan dari rentang 1-4, sehingga skor

terendah didapatkan 23 dan skor tertinggi 92, dengan jarak rentang skor yaitu

pengurangan dari keduanya sebesar 69. Peneliti membagi kategori menjadi tiga

bagian yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mendapatkan skor dari

masing-masing kategori peneliti mencari terlebih dahulu standar deviasi dan mean teoritis

dari ketiga variabel tersebut.

Untuk mengetahui skor human capital skill (keterampilan memotivasi diri,

keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) yang diperoleh

responden tersebut tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor skala human

capital skill setelah diketahui nilai mean dan SD pada tabel 4.5 di atas. Berikut ini

persebaran skor human capital skill :

Namun sebelumnya peneliti membuat kategorik responden untuk

(57)

44

(keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan

teknis praktis). Adapun rumus yang digunakan untuk mendapatkan rentangan

yang sama yaitu :

(Nilai maximum – Nilai minimum)

3

Keterangan : 3 merupakan kategori tinggi, sedang, rendah.

Pada variabel keterampilan memotivasi diri memiliki nilai maximum yaitu

35 dan nilai minimum 23. Dengan rumus diatas maka dapat dihitung rentangan

kategori, yaitu :

(35 – 23) / 3 = 4

Dengan demikian rentangan skor pada variabel keterampilan memotivasi

diri sebesar 4.

[image:57.595.104.519.598.733.2]

Berikut ini Tabel 4.6 diuraikan kategori skor keterampilan memotivasi diri.

Tabel 4.6

Kategori responden pada variabel keterampilan memotivasi diri

Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase

Rendah

Sedang

Tinggi

23 – 26

27 - 30

31 – 35

52

46

18

44.83 %

39.65 %

15.52 %

(58)

45

Berdasarkan penggolongan kategorik di atas dapat ditemukan subjek dengan

keterampilan memotivasi diri rendah sebanyak 52 subjek (44.83 %). Diketahui

pula jumlah subjek dengan keterampilan memotivasi diri tingkat sedang sebanyak

46 subjek (39.65 %). Sedangkan subjek dengan keterampilan memotivasi diri

pada kategori tingg

Gambar

tabel 2.1 dibawah ini dijabarkan tentang beberapa pernyataan yang mewakili
KETERAMPILAN Tabel 2.1 CIRI-CIRI
Blue Print Skala Tabel 3.1 Human Capital Skill Adaptasi dari Cote & Levin (2000)
Skala Tabel 3.2 Skor item
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran B – 6 Kisi-Kisi Angket Respon Dosen Pengampu Mata Kuliah Kimia Bahan Alam Terhadap Buku Suplemen Kimia Bahan Alam Berbasis Local Content Pada Tanaman

Amalan interaksi lisan yang digunakan oleh guru semasa permulaan dalam P&P Bahasa Melayu bagi elemen pendekatan pengajaran pula didapati bahawa item pendekatan berfokus

Krisis moral yang melanda Indonesia diduga menimbulkan krisi social, ekonomi budaya, politik dan hukum, hal ini melanda semua lapisan masyarakat. Krisis moral juga

Pengujian boraks dan formalin dilanjutkan pada penetapan kadar atau analisa kuantitatif, hal ini bertujuan apabila terdapat faktor kesalahan dalam analisa kualitatif dimana

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Panti Werdha Sinta Rangkang dengan menggunakan metode: ceramah, dialog dan diskusi serta

Dalam sub bab ini akan dijelaskan landasan teori yang mendukung penelitian ini, landasan teori tersebut meliputi definisi dari bank konvensional dan produk tabungan serta

memiliki tingkat pengungkapan CSR yang lebih tinggi daripada industri low-profile , dan terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara

Другим рeчимa, крeдитнa aктивнoст бaнaкa изрaжaвa и мeри сe у брojним пoкaзaтeљимa, aли нajчeшћe у фoрми стoпe нeпeрфoрмaнсних крeдитa у