PERBEDAAN HUMAN CAPITAL SKILL DAN PRESTASI
BELAJAR MAHASISWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DAN INTELIGENSI
Oleh:
DWI ATMOKO
106070002229
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PERBEDAAN HUMAN CAPITAL SKILL DAN PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN INTELIGENSI
Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh: Dwi Atmoko 10607002229
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PERBEDAAN
HUMAN CAPITAL SKILL
DAN
PRESTASI BELAJAR MAHASISWA BERDASARKAN
JENIS KELAMIN DAN INTELIGENSI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh
Dwi Atmoko
NIM: 106070002229
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Yunita Faela Nisa, M. Psi
NIP: 19770608 200501 2003
Pembimbing II
Mulia Sari Dewi, M.Si, Psi
NIP: 19780502 200801 2026
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1431 H/2010 M
Motto
“Tiada kekayaan lebih utama daripada akal, tiada
kepapanan lebih menyedihkan daripada kebodohan, tiada
warisan lebih baik daripada pendidikan, dan tiada pembantu
lebih baik daripada musyawarah”.
(Muhammad Al Baqir)
Pendidikan bukanlah sesuatu yang diperoleh seseorang,
Tapi pendidikan adalah sebuah proses seumur hidup
(Gloria Steinem)
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Desember 2010
C) Dwi Atmoko
D) Perbedaan human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi.
E) XIII + 62 Halaman ( belum termasuk lampiran)
Human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampialn teknis praktis), merupakan konsep baru diajukan oleh Cote dan Levin (2000) dalam pengukuran prestasi belajar. Konsep ini diterjemahkan sebagai modal utama untuk berkembang. Pada penelitian ini, dilakukan uji beda antara human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) dengan prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) dan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling sebanyak 116 mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta amgkatan 2007. Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik statistik uji-t pada taraf signifikansi 0,05.
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan ketrampilan teknis praktis) dan prestasi belajar. Peneliti membedakan berdasarkan jenis kelamin. Diketahui bahwa untuk jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dalam memperoleh skor human capital skill, sedangkan untuk jenis kelamin perempuan lebih tinggi dalam pencapaian skor prestasi belajarnya. Sedangkan uji beda untuk variabel human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan inteligensi, didapati hasil bahwa tidak ada perbedaan signifikan human capital skill dan prestasi belajar berdasakan inteligensi mahasiswa
Berdasarkan tabel hasil tabu silang inteligensi dengan prestasi belajar dapat dilihat mahasiswa yang memiliki kategori dibawah rata-rata pada skor inteligensi memperoleh 3 kategorisasi sedang dan 14 kategorisasi tinggi pada perolehan prestasi belajar. Mahasiswa yang memiliki kategorisasi rata-rata pada skor inteligensi memperoleh 8 kategorisasi sedang, 9 dan 58 kategorisasi tinggi pada perolehan prestasi belajarnya. Mahasiswa yang memiliki kategorisasi diatas rata-rata pada skor inteligensi memperoleh 2 kategorisasi sedang dan 18 pada kategorisasi tinggi pada perolehan skor prestasi belajarnya. Sedangkan mahasiswa yang memiliki skor inteligensi pada kategorisasi superior memperoleh 1
v
kategorisasi rendah, dan 12 kategorisasi tinggi pada skor perolehan prestasi belajarnya.
Dari hasil penelitian ini didapati human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang) yang dimiliki mahasiswa psikologi khususnya angkatan 2007 mayoritas dalam rentangan sedang. Menurut Cote dan Levin, (2000) ini merupakan modal utama bagi seseorang untuk dapat survive didalam kehidupan setelah lulus nanti. Oleh karena itu peneliti menganjurkan kepada pihak Fakultas Psikologi UIN untuk mengadakan seminar atau pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan mahasiswa agar ketika lulus nanti mampu bersaing dengan lulusan Universitas lain yang jauh lebih berkualitas.
Sebagai saran teroritis, tentang pengukuran prestasi belajar hendaknya peneliti menyusun tes prestasi yang didasarkan pada perencanaan yang teliti, cara penulisan item yang telah mengikuti kaidah-kaidah yang standar guna meningkatkan efektivitas daya ukur item dan evaluasi yang kontinyu akan dapat menghasilkan tes prestasi yang mampu mencerminkan hasil capai para siswa dalam belajar. Untuk pengukuran variabel human capital skill hendaknya menggunakan alat ukur dengan aspek-aspek yang telah dijabarkan pada penelitian sebelumnya namun dengan memodifikasinya kembali. Hal ini semata-mata bertujuan agar validitas maupun reliabilitas alat ukur tetap terjaga dari bias budaya ataupun rentang waktu pada penelitian-penelitian sebelumnya.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim
Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena berkat segala limpahan keanugrehan dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.
2. Yunita Faela Nisa, M.Psi dan Mulya Sari, M.Psi yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mendapatkan banyak masukan dari beliau-beliau tersebut, serta terimakasih banyak atas wawasan dan waktu yang telah diberikan.
3. Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si dan Solicha, M.Si, Rena Latifa, M.Psi selaku pembimbing informal dan Liany Luzfinda, M.Psi pembimbing akademik 4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. 5. Seluruh responden yang telah bersedia memberikan waktunya untuk mengisi
skala.
6. Keluarga terindah. Mama dan bapak yang telah mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya demi kelangsungan pendidikan anak-anaknya. Kakakku Dianah Manfaati beserta suami, beserta kedua ponakan tercinta Amanda dan Yasmin yang selalu memberikan hiburan pada peneliti ketika berada dirumah. 7. Kedua sahabat intelektualku, Adiyo Roebianto (beserta keluarga) dan Amirul
Mu’minin yang tak henti memberi dukungan praktis maupun teoritis bagi peneliti. Realisasi mimpi-mimpi kita semakin dekat, Sorbone menunggu kita.
vii
8. Keluarga besar angkatan 2006, khususnya ‘uncommon bhe-s’, Ami, Hanny, Dara, Dhani, Amal, Hanny I, Fahria, Icha, Dina dll. Serta teman-teman mentor akademis yang telah menyempatkan waktunya untuk brainstorming bersama penulis.
9. Sahabat-sahabat diskusi Vila Consulting; Fajar, Adam, Obi, Iqbal, Dimas, Eza and the last but not least Ade Andesra yang selalu memberi inspirasi dengan konsep “the power of do nothing”. Sahabat-sahabat invisible; Fahmi Cebsa, Syamsul, Supadi, Haikel.
10.Sahabat-sahabat PMII khusunya komisariat Psikologi, Iswahyudi, Luqmansyah, Gartika N.E, dan crew “persahabatan” (Rajib, Eda, Deniel).
11.Adik-adik kelas angkatan 2007, 2008, 2009, dan 2010 yang senantiasa memberikan dukungan moril. Especially buat ‘sipit’ yang memberikan inspirasi baru dan membantu input data.
12.Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mba Rini.
13.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yag berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, 8 Desember 2010
ix
DAFTAR ISI
Cover
Pengesahan Oleh Panitia Ujian ... i
Lembar Pengesahan Pembimbing... ii
Motto... iii
Abstrak ... iv
Kata Pengantar ... vi
Pernyataan Bukan Plagiat……….viii
Daftar Isi ...ix
Daftar Tabel ... xii
Daftar Bagan ...xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... .1
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah... .7
1.2.1 Pembatasan masalah ... .7
1.2.2 Perumusan masalah... .8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... .8
1.3.1 Tujuan penelitian ... .8
1.3.2 Manfaat penelitian ... .9
1.3.2.1Manfaat teoritis ... .9
1.3.2.2Manfaat praktis ... .9
1.4 Sistematika Penulisan ... .9
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11
2.1 Prestasi Belajar... 11
2.1.1 Pengertian prestasi belajar ... 11
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ... 13
x
2.2 Human Capital Skill... 18
2.2.1 Pengertian human capital skill……….18
2.2.2 Keterampilan memotivasi diri... 19
2.2.3 Keterampilan mengelola diri... 20
2.2.4 Ketrampilan teknis praktis...21
2.2.5 Cara mengukur human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang)………...22
2.3. Kerangka Berfikir ... 24
2.4 Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN... 26
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 26
3.2 Populasi dan Sampel... 26
3.2.1 Populasi ... 26
3.2.2 Sampel ... 27
3.3 Variabel penelitian... 27
3.3.1 Identifikasi variabel ... 27
3.3.2 Definisi konseptual variabel ... 28
3.3.3 Definisi operasional variabel ... 29
3.4 Pengumpulan Data ... 30
3.4.1 Teknik pengumpulan data ... 30
3.4.2 Instrumen Penelitian……….31
3.5 Uji Instrumen ... 35
3.5.1 Uji validitas... 35
3.5.2 Uji reliabilitas ... 35
3.6 Prosedur Penelitian ... 37
3.6.1 Persiapan uji coba alat ukur... 37
3.6.2 Persiapan pengambilan data ... 38
3.8.3 Pelaksanaan pengambilan data ... 39
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian... 40
4.2 Analisis Deskriptif ... 41
4.2.1 Kategorisasi skor human capital skill... 41
4.2.2 Kategorisasi skor prestasi belajar………49
4.2.3 Kategorisasi skor inteligensi………...51
4.3 Hasil Uji Hipotesis ... 56
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN... 57
5.1 Kesimpulan ... 57
5.2 Diskusi ... 57
5.3 Saran ... 61
5.3.1 Saran Teoritis... 62
5.3.2 Saran Praktis... 62
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Cara mengukur Human Capital Skill... 22
Tabel 3.1 Blue print skala Human Capital Skill (HCS)... 31
Tabel 3.2 Norma Pen-skoran ... 33
Tabel 3.3 Kaidah reliabilitas Guilford ... 36
Tabel 4.1 Jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin... 40
Tabel 4.2 Persebaran skor keterampilan memotivasi diri ... 41
Tabel 4.3 Persebaran skor keterampilan mengelola diri ... 41
Tabel 4.4 Persebaran skor keterampilan teknis praktis... 42
Tabel 4.5 Persebaran skor human capital skill... 42
Tabel 4.6 Kategorisasi keterampilan memotivasi diri ... 44
Tabel 4.7 Kategorisasi keterampilan mengelola diri ... 46
Tabel 4.8 Kategorisasi keterampilan teknis praktis ... 47
Tabel 4.9 Kategorisasi human capital skill... 48
Tabel 4.10 Kategorisasi skor prestasi belajar ... 49
Tabel 4.11 Kategori responden pada variable prestasi belajar... 50
Tabel 4.12 Kategorisasi skor inteligensi ... 51
Tabel 4.13 Uji beda human capital skill berdasarkan jenis kelamin ... 62
Tabel 4.14 Uji beda prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin ...………53
Table 4.15 Tabu silang human capital skill dengan prestasi belajar………..54
Tabel 4.16 Uji beda human capital skill berdasarkan inteligensi………...54
Tabel 4.17 Uji beda prestasi belajar berdasarkan inteligensi………...55
Tabel 4.18 Uji beda prestasi belajar berdasarkan inteligensi………..56
xiii
DAFTAR BAGAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Salah satu faktor penting dalam kehidupan masyarakat, yang sejak dahulu
hingga saat ini dan akan terus menerus penting hingga masa yang akan datang
adalah pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang pertama dan paling utama
dalam segi kehidupan, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, baik secara
tertulis maupun tidak, karena setiap proses pendidikan merupakan langkah
menuju pendewasaan intelektual seseorang. Dalam pengertian yang sempit,
pendidikan berarti perbuatan atau proses untuk memperoleh pengetahuan.
Sedangkan dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai
sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah yang sesuai dengan kebutuhan
(Syah, 2000).
Pendidikan ditetapkan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional
(sisdiknas) tahun 2003 sebagai usaha dasar yang terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Fokus utama dunia pendidikan adalah manusia. Dalam hal ini adalah
peserta didik karena dengan adanya pendidikan peserta didik di dorong untuk
terlibat dalam proses merubah kehidupannya kearah yang lebih baik,
mengembangkan kepercayaan diri sendiri, mengembangkan rasa ingin tahu, serta
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya, sehingga
dapat berfungsi untuk peningkatan kualitas hidup pribadi dan masyarakat
(Purwanto, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA (Programme
International Student Assesment) yang melakukan penelitian di 57 negara
termasuk Indonesia. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan menurunnya
prestasi belajar di Indonesia. Hasil study tersebut menunjukkan bahwa: (1)
Prestasi Indonesia dalam sains berada pada peringkat 50 dari 57 negara. Peringkat
beberapa Negara di Asia berada diatas Indonesia, bahkan Thailand berada
diperingkat 46; (2) Prestasi Indonesia dalam matematika berada pada peringkat 50
dari 57 negara, sedangkan Thailand berada diperingkat 44; (3) Dalam kemampuan
membaca, siswa Indonesia berada pada peringkat 48 dari 56 Negara, dan Thailand
berada diatas Indonesia, yaitu pada peringkat ke 44 (dalam Basuki, 2009).
Realita yang terjadi di atas tentu menjadi cambuk bagi dunia pendidikan
Indonesia saat ini. Menurut peneliti hal ini salah satunya disebabkan oleh kualitas
SDM sebagai pelaku pendidikan yaitu siswa di Indonesia yang kurang mampu
bersaing dengan Negara lain dalam mencapai prestasi yang diinginkan, sehingga
pelaku pembelajaran yang dalam hal ini adalah siswa atau mahasiswa tidak
mampu menunjukkan kualitas prestasi belajar yang sesuai yang diharapkan
bersama. Padahal kita ketahui bersama, bahwasanya prestasi belajar merupakan
cerminan atas keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Artinya jika
prestasi belajar tersebut buruk maka dapat diartikan pula hasil pembelajaran yang
telah dilakukan juga kurang atau bahkan tidak berhasil.
Saat ini parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
pendidikan adalah prestasi belajar. Adapun Winkel (1996) mengatakan bahwa
prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang
siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Dalam kaitannya pada penelitian ini parameter keberhasilan yang hendak di ukur
ialah prestasi belajar pada jenjang pendidikan tinggi.
Ramsden, (1992) menyatakan keberhasilan belajar di perguruan tinggi
ketika seorang mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan sebuah materi,
serta mampu mengimplementasikan pengetahuan yang telah didapat selama
proses belajar mengajar berlangsung. Harackiewicz dan kawan-kawan (2002)
menyatakan bahwa pada intinya sukses tidaknya pembelajaran di perguruan tinggi
dapat dilihat dari dua hal. Pertama adalah kemampuan mahasiswa dalam
memahami materi yang tercermin dalam Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Hal
yang kedua adalah berkembangnya minat terhadap disiplin ilmu yang dipilih.
Dengan adanya minat yang besar untuk memperdalam materi, mahasiswa akan
terlibat secara mendalam pada tugas-tugas perkuliahan yang harus diselesaikan.
Jika mahasiswa dapat memperoleh IPK yang tinggi dan minatnya bertambah
terhadap materi-materi yang diberikan dalam perkuliahan, pembelajaran dapat
dikatakan berhasil.
Dalam pembelajaran di perguruan tinggi, prestasi belajar di tiap semester
biasanya di ukur hanya melalui skor IPK. Sebenarnya hasil pembelajaran berupa
perubahan pola pikir, minat, pemahaman terhadap materi dan proses kognitif serta
metakognitif yang dialami mahasiswa dapat terukur melalui nilai IPK jika dosen
dapat memberikan nilai evaluasi yang tepat. Itupun membutuhkan kerjasama yang
baik dengan mahasiswa, dimana mahasiswa pun harus mampu untuk fair dalam
mencapai sebuah keberhasilan belajar. Dalam artian tak ada bentuk kecurangan
atau ketidakjujuran ketika penilaian prestasi belajar sedang berlangsung.
Purwanti (2006) dan S. Pandia (2006) dalam penelitiannya mengajukan
konsep human capital skill dari Cote dan Levine (2000) sebagai pelengkap dalam
penilaian prestasi belajar. Di dalamnya mencakup keterampilan memotivasi diri,
keterampilan mengelola diri dan keterampilan teknis praktis. Konsep tersebut
dianggap dapat mengantar mahasiswa menguasai seperangkat kemampuan dan
sikap. Kemampuannya adalah kemampuan menerapkan, mengembangkan dan
menciptakan ilmu, sedangkan sikapnya antara lain obyektif. Jujur, kritis, dan
memiliki rasa ingin tahu.
Menurut (S. Pandia dan Purwanti, 2008), keterampilan memotivasi diri
dapat disamakan dengan motivasi intrinsik yang merupakan tantangan yang
didasarkan pada minat pribadi, dan bertujuan untuk mengasah kemampuan yang
dimiliki (Wollfolk, 1994). Keterampilan ini terdiri dari kemampuan untuk
melakukan suatu aktivitas tanpa kebutuhan akan insentif atau hukuman,
kemampuan memilih aktifitas karena minat pribadi dan bukan karena pengaruh
dari luar, dan kemampuan untuk menentukan sendiri aktivitas yang akan di
lakukan (self determined).
Keterampilan mengelola diri merupakan keterampilan untuk mengelola
berbagai kapasitas diri untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Keterampilan
yang harus dikelola tersebut terdiri dari kemampuan berkomunikasi secara lisan
dan tulisan, kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dan keterampilan
memimpin.
Sedangkan keterampilan teknis praktis merupakan keterampilan praktis
atau aplikatif sebagai perwujudan motivasi intrinsik, yang terdiri dari perilaku
yang penuh inisiatif, inovatif, kreatif, kemampuan mengambil keputusan,
kemampuan memecahkan masalah, dan bekerja secara mandiri, kemampuan
berorganisasi dan membuat perencanaan serta kemampuan menguasai
prinsip-prinsip matematis, tugas-tugas kuantitatif dan penyelesaian tugas-tugas teknis.
Keterampilan-keterampilan di atas dinyatakan sebagai modal dasar bagi
para lulusan universitas dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, baik
secara langsung yaitu keterampilan teknis, maupun secara tak langsung yaitu
ketrampilan memotivasi diri dan keterampilan mengelola diri. Keterampilan
memotivasi diri dan keterampilan mengelola diri sebenarnya merupakan hasil
yang paling penting dari pembelajaran di perguruan tinggi, karena terkait dengan
kontribusi terhadap kemampuan beradaptasi dalam berbagai perubahan dunia
yang serba cepat (S. Pandia dan Purwanti, 2008).
Dengan memiliki keterampilan teknis praktis yang baik, para lulusan
perguruan tinggi nantinya akan dapat dengan mudah memasuki dunia kerja dan
menyesuaikan diri dengan dunia kerja yang tentunya berbeda dengan dunia
kampus. Dengan memiliki keterampilan memotivasi diri yang tinggi mahasiswa di
harapkan dapat memilih keterampilan yang akan di kembangkan dan memilih cara
yang tepat untuk mengembangkan ketrampilan tersebut.
Sedangkan dengan memiliki keterampilan mengelola diri yang baik
mereka dapat membuat berbagai pilihan yang terkait dengan pengembangan diri.
Nilai IPK tetap menjadi penting dalam pengukuran prestasi belajar perguruan
tinggi karena secara umum nilai IPK mencerminkan hal-hal yang telah dicapai
mahasiswa selama proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Untuk
memperoleh pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi, nilai IPK-lah yang
pertama kali dilihat.
Pengukuran prestasi belajar selalu berkaitan erat dengan inteligensi
mahasiswa. Seperti yang dikemukakan oleh Syah (2004) bahwasanya inteligensi
merupakan faktor esensial dalam memprediksi prestasi belajar. Seseorang yang
memiliki IQ tinggi umumnya lebih mudah belajar dan hasilnya cenderung baik.
Sebaliknya seseorang dengan IQ rendah umumnya lebih sulit untuk belajar,
sehingga prestasinya pun cenderung rendah.
Tak hanya masalah inteligensi, fenomena yang terjadi saat ini adalah
dimana skor prestasi belajar perempuan lebih tinggi dari pada skor prestasi belajar
laki-laki (Berk dalam Woolfolk, 2004) menjadi beberapa perdebatan dibeberapa
penelitian. Beberapa hasil penelitian pun menunjukkan perbedaan antara skor
prestasi belajar perempuan dan skor prestasi belajar laki-laki
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik meneliti perbedaan human
capital skill (yang mencakup keterampilan memotivasi diri, keterampilan
mengelola diri dan keterampilan teknis praktis) dan prestasi belajar mahasiswa
berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai
berikut :
1. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah skor Indeks Prestasi
mahasiswa.
2. Human capital skill merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang
dalam menunjukkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya sebagai pribadi yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal
tersebut didapati melalui proses pendidikan (Gary S. Becker, 1964).
Pengukuran human capital skill dalam penelitian ini, menggunakan teori
yang telah dikemukakan oleh (Cote dan Levin, 2000) yang terdiri dari
keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan
keterampilan teknis praktis.
3. Subjek pada penelitian adalah mahasiswa angkatan 2007 Fakultas
Psikologi UIN Jakarta. Dengan asumsi, mahasiswa angkatan 2007 telah
mendapatkan hampir seluruh bobot SKS yang telah ditetapkan oleh
Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
1. 2. 2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan human capital skill berdasarkan jenis kelamin?
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin?
3. Apakah ada perbedaan human capital skill berdasarkan inteligensi?
4. Apakah ada perbedaan prestasi belajar berdasarkan inteligensi?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui perbedaan human capital skill berdasarkan jenis
kelamin mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
2. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
3. Untuk mengetahui perbedaan human capital skill berdasarkan inteligensi
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
4. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar berdasarkan inteligensi
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
1.3.2 Manfaat penilitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat manambah pengetahuan dan rasa ingin tahu mahasiswa
khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi dalam pengembangan teori Psikologi
serta mengembangkan banyak penelitian agar dapat mengimplementasikan
didalam kehidupan sehari-hari.
1.3.2.2 Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana baru dalam
pengukuran prestasi belajar, dengan mengajukan human capital skill sebagai
pelengkap keberhasilan belajar yang optimal.
1.4Sistematika Penulisan
BAB 1 : Pendahuluan
Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan
masalah dan sistematika penulisan.
BAB 2 : Kajian Teori
Dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta
hipotesis penelitian.
10
BAB 3 : Metode Penelitian
Dalam bab ini meliputi, subyek penelitian, variable penelitian,
instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis
data.
BAB 4 : Hasil Penelitian
Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil
penelitian meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap
data.
BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi
penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini
11
BAB 2
KAJIAN TEORI
Berikut ini akan diuraikan berbagai literature yang terkait dengan variabel
penelitian, yaitu, pengukuran prestasi belajar di perguruan tinggi dan human capital
skill (yang terdiri dari keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan
keterampilan teknis praktis).
2.1 Prestasi Belajar
2.1.1 Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar menurut Chaplin (2002) merupakan satu tingkat khusus
perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru,
lewat tes-tes yang dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut.
Sumadi Suryabrata (2005) berpendapat bahwa prestasi belajar sebagai
hasil dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka)
yang khusus diberikan untuk proses evaluasi, misalnya rapor, hasil ini dibagikan
kepada mahasiswa pada akhir semester setelah pelaksanaan ujian akhir.
Dalam bidang pendidikan, siswa dikatakan memiliki prestasi baik bila
menjadi juara kelas ataupun memperoleh nilai yang baik. Pengertian prestasi
belajar didalam kamus balai pustaka nasional, (2001) yaitu penguasaan
pengetahuan dan keterampilan terhadap mata kuliah yang diberikan melalui hasil
12
Menurut Ahmadi (1991) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan dalam tingkah laku individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan
dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Dengan demikian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut: belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Gagne (dalam Syah, 2004) menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu
situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Sedangkan
Morgan (dalam Syah, 2004) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman.
Dengan demikian, dari pengertian prestasi belajar yang peneliti kutip dari
beberapa sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar itu adalah
skor pencapaian hasil tes atau ujian yang diperoleh siswa, dimana tes atau ujian
sebagai pengukuran kemampuan serta pemahaman belajar siswa atas
pembelajaran yang telah dilakukan (Umar, 2010, personal communication). Atau
singkatnya, prestasi belajar lebih berkaitan dengan pengukuran pencapaian hasil
13
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam (Syah, 2004). Akan tetapi berdasarkan latar
belakang penelitian, penulis hanya menjabarkan dua macam faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar, yakni:
1) Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek,
yakni:
1. Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) meliputi kondisi umum
jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siwa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai
pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah
cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau
tidak berbekas.
2. Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) banyak faktor yang
termasuk psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas perolehan pembelajaran siswa. Faktor-faktor rohaniah
siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah:
a. Inteligensi
Reber (dalam Syah, 2004) Inteligensi pada umumnya dapat
14
rangsangan atau menyesuaikankan diri dengan lingkungan
dengan cara yang tepat Jadi, inteligensi sebenarnya bukan
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas
organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, peran otak dalam
hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol
daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak
merupakan ”menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas
manusia (Syah, 2004)
Inteligensi terdiri dari keahlian memecahkan masalah dan
kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman
kehidupan sehari-hari. Minat terhadap intelegensi sering kali
difokuskan pada perbedaan dan penilaian individual (Santrock,
2009).
Inteligensi adalah sebuah kemampuan dasar yang
mempengaruhi kinerja disemua tugas yang berorientasi
kognitif, mulai dari soal matematika, sampai menulis puisi atau
menyelesaikan teka-teki (Woolfolk, 2009)
b. Bakat
Menurut Freeman 1963 (Shaleh, 2004) bakat adalah sifat-sifat
yang memberi petunjuk akan adanya kemampuan yang dimiliki
seseorang, yang dengan melalui latihan-latihan dapat direalisasi
15
bidang-bidang khusus, misalnya dalam bidang bahasa, seni
musik, dan bidang teknik. Sedangkan Chaplin, 1972 & Reber,
1988 (dalam Syah, 2004) Secara umum, bakat (aptitude) adalah
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang Dengan demikian,
sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Sehubungan dengan
hal di atas, bakat akan mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi
belajar bidang-bidang studi tertentu.
c. Minat
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut
Reber 1988 (dalam Syah, 2004) minat tidak termasuk istilah
populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang
banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan
perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun
terlepas dari masalah tersebut, minat seperti yang dipahami dan
dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu.
Sedangkan minat secara sederhana dapat diartikan sebagai
suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan
16
objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang
(Shaleh, 2004)
d. Motivasi
Motivasi adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu
yang lain ( cara untuk mencapai tujuan). Motivasi terbagi
menjadi dua bagian, yang pertama motivasi ekstrinsik sering
dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan
hukuman. Misalnya murid mungkin belajar keras menghadapi
ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Sedangkan motivasi
intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu
demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid
mungkin belajar menghadapi ujian karena ia senang pada mata
pelajaran yang diujikan itu (Santrock, 2009).
2) Faktor eksternal
Faktor ekternal siswa juga terdiri dari dua macam:
1. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang.
Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat
dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan
mahasiswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak
17
sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat
memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan
hasil yang dicapai oleh seorang mahasiswa (Syah, 2004)
Sebagai anggota masyarakat, mahasiswa tidak bisa lepas dari ikatan
sosial. Sistem sosial tersebut mengingat perilaku siswa untuk tunduk
pada norma-norma sosial, susila, dan hukum yang berlaku dalam
masyarakat. Demikian juga halnya dengan di perguruan tinggi,
peraturan dan tata tertib yang harus mahasiswa taati (Djamarah, 2002).
2. Lingkungan non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang
digunakan mahasiswa (Syah, 2004)
Selain itu polusi seperti pencemaran udara dapat mengganggu
pernafasan siswa, oleh karena itu keadaan suhu dan kelembaban udara
berpengaruh terhadap siswa disekolah, pembangunan gedung sekolah
yang tidak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas dan pabrik menimbulkan
kegaduhan suasana kelas. Kemudian sarana dan fasilitas mempunyai
arti penting dalam pendidikan, gedung sekolah misalnya sebagai
18
di sekolah (Djamarah, 2002). Faktor-faktor tersebut dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar mahasiswa.
2.1.3 Cara mengukur prestasi belajar
Dalam pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk
ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian
masuk perguran tinggi (Azwar, 2002). Dari penjelasan tersebut dapat diartikan
bahwa kita dapat mengukur prestasi belajar mahasiswa dari hasil atau nilai
ulangan-ulangan harian dan berbagai macam jenis tes yang diadakan oleh pihak
perguruan tinggi yang bersangkutan. Prestasi belajar yaitu, hasil yang dicapai oleh
seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport
(Purwanto, 1992). Dalam penelitian ini penulis mengukur prestasi belajar
mahasiswa dengan cara melihat nilai yang didapatkan mahasiswa setelah
mengikuti Ujian Akhir Semester yang tertuang dalam IP (indeks prestasi)
mahasiswa yang diperoleh dengan membagi jumlah nilai keseluruhan dengan
bobot sks yang telah dicapai.
2. 2 Human Capital Skill
Human capital skill merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang
dalam menunjukkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya
sebagai pribadi yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal tersebut didapati melalui
19
Human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang) terdiri dari
keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan
tekhnis (Cote dan Levin, 2000). Berikut ini akan dijelaskan masing-masing
keterampilan tersebut.
2.2.1Keterampilan memotivasi diri
Keterampilan ini dapat disamakan dengan motivasi intrinsik yang
merupakan tantangan yang didasarkan pada minat pribadi dan bertujuan untuk
mengasah kemampuan yang dimiliki (Woolfolk, 2004). Pengertian lain setelah
menyimpulkan dari Cote dan Levin (2000), Purwanti dan S.Pandia (2008) yaitu
keterampilan untuk mengasah (mengembangkan), berusaha untuk selalu
mengupayakan perbaikan diri berdasarkan minat pribadi. Adapun ciri-ciri individu
dengan motivasi intrinsik diantaranya:
a. Tidak membutuhkan insentif atau ancaman hukuman karena aktivitas itu
sendiri merupakan insentif.
b. Aktivitas tertentu dipilih karena minat pribadi dan bukan karena pengaruh
dari luar (internal of locus causality)
c. Individu yang bersangkutan bebas menetukan aktivitas yang dipilih (
self-determined)
Adapun ciri lain yang disimpulkan dari Cote dan Levin (2000) yaitu, memiliki
motivasi untuk menyelesaikan masalah, merencanakan masa depan, tidak
20
2.2.2 Keterampilan mengelola diri
Keterampilan ini merupakan keterampilan untuk mengelola berbagai
kapasitas diri untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Keterampilan yang
harus dikelola menurut Woolfolk (2004) adalah setiap tujuan atau sasaran hidup
individu yang terjadi setelah individu menyelesaikan pendidikan (post education).
Keterampilan mengelola diri merupakan keterampilan untuk membuat
tujuan dan perencanaan berdasarkan kapasitasnya secara efektif. ( Cote & Levin
(1997), Woolfolk (2004), Purwanti dan S Pandia (2008). Cote dan Levin (2000)
menambahkan kemampuan untuk bekerja secara mandiri sebagai salah satu
kriteria mengelola diri, dan mengajukan ketrampilan teknis praktis sebagai hal-hal
yang harus dikelola diantaranya ketrampilan administrasi, kreatif dan penuh
inovasi, mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan, mampu
menyesuaikan diri terhadap perubahan serta memiliki kemampuan memimpin
(good leadership).
Adapun ciri-ciri individu yang memiliki keterampilan mengelola diri
menurut Woolfolk (2004), Purwanti dan S. Pandia (2008), yaitu;
a. Dapat membuat perencanaan dan penetapan tujuan
b. Dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan
c. Dapat memberi penguatan pada diri sendiri (self-reinforcing) bila ada
kemajuan.
21
e. Mampu membentuk beliefe, pemikiran dan pemahaman yang dijadikan
pedoman untuk memahami situasi rill
f. Mampu dan berani menunjukkan keunikan pribadi.
2.2.3 Keterampilan teknis praktis
S. Pandia dan Purwanti (2008) menganalogikan keterampilan teknis
praktis yang diajukan oleh Cote dan Levin dengan istilah pengetahuan prosedural
(procedural knowledge) yang di ajukan oleh Matlin (2003) dan merupakan
komponen perilaku (selain keterampilan dan sikap).
Menurut Matlin (2003) pengetahuan prosedural adalah pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu. Dengan demikian bila dikaitkan dengan
dua keterampilan di atas, (memotivasi dan mengelola diri), maka keterampilan
teknis praktis adalah keterampilan praktis atau aplikatif untuk berkembang ke arah
yang lebih baik dan keterampilan praktis atau aplikatif sebagai perwujudan
motivasi intrinsik (Pandia dan Purwanti, 2008)
Keterampilan teknis merupakan keterampilan praktis atau aplikatif .
Keterampilan tersebut meliputi: keterampilan berkomunikasi secara lisan dan
tulisan, keterampilan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, keterampilan
memimpin dan berorganisasi, mampu mengambil keputusan, memecahkan
masalah, menguasai prinsip-prinsip matematis, dapat menyelesaikan persoalan
teknik dan tugas-tugas kuantitatif, dan tingkah laku yang penuh inisiatif, inovatif
22
Investasi modal manusia akan memberikan sumbangan baik kepada
mahasiswa maupun kondisi ekonomi. Semakin tinggi ketrampilan teknis yang
bersifat tak tampak perwujudannya (intangible non technical skill) semakin
penting bagi pendidikan tinggi demi tercapainya tujuan, karena
ketrampilan-ketrampilan tersebut berkontribusi bagi terbentuknya kemampuan untuk terus
menerus beradaptasi sepanjang hidup dalam dunia yang perubahannya sangat
tinggi (Lochart, 1978 dalam Cote dan Levin, 2000).
Cote dan Levin (2000), mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki
keterampilan teknis praktis, yaitu;
a. Dapat berkomunikasi lisan dan tulisan
b. Dapat memimpin dan berorganisasi
c. Dapat mengambil keputusan dengan mengorganisasi materi yang beragam.
d. Mampu memecahkan masalah
e. Memiliki tingkah laku penuh inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif.
2.2.4Cara mengukur human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang)
Human capital skill diukur berdasarkan sebaran item dengan beberapa
[image:35.595.110.513.248.544.2]indikator-indikator yang telah diungkapkan pada penelitian sebelumnya. Pada
tabel 2.1 dibawah ini dijabarkan tentang beberapa pernyataan yang mewakili
berbagai indikator dari variabel dan sub-variabel yang diangkat menjadi
23
[image:36.595.108.516.144.653.2]Tabel 2.1
KETERAMPILAN CIRI-CIRI
MEMOTIVASI DIRI 1.Dapat memilih tugas sesuai minat
dan kemampuan terutama pada saat ada beberapa alternatif dan dilakukan di waktu luang.
2. Mau berusaha, khusunya pada tugas atau materi atau aktivitas yang sulit
3. Dapat bertahan dan tekun, khususnya saat menghadapi rintangan 4. Berkeinginan mengembangkan diri (selalu ingin tahu dan terbuka
5. Menjalani pembelajaran dengan perasaan senang.
6. Memiliki harapan tentang kesuksesan dan kegagalan
Mengelola Diri 1.Dapat membuat perencanaan dan
penetapan tujuan.
2. Dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan atau proses belajar
3. Mampu bekerja secara mandiri
4. Mampu membentuk belief,
pemikiran dan pemahaman yang dijadikan pedoman untuk memahami situasi riil.
5. Mampu dan berani menunjukkan keunikan pribadi
TEKNIS PRAKTIS 1.Dapat berkomunikasi lisan dan
tulisan, dapat memimpin dan berorganisasi
2. Mampu mengambil keputusan mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki ide yang variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah
24
2.3Kerangka Berpikir
Dalam pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk
ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian
masuk perguran tinggi (Azwar, 2002). Dari penjelasan tersebut dapat diartikan
bahwa kita dapat mengukur prestasi belajar mahasiswa dari hasil atau nilai
ulangan-ulangan harian dan berbagai macam jenis tes yang diadakan oleh pihak
atau lembaga pendidikan yang bersangkutan. Dalam pembelajaran di perguruan
tinggi, prestasi belajar di tiap semester biasanya di ukur hanya melalui skor IP
(indeks prestasi).
Purwanti (2006) dan Sembiring Pandia (2006) dalam penelitiannya
mengajukan konsep human capital skill dari Cote dan Levine (2000) sebagai
pelengkap dalam penilaian prestasi belajar. Human capital skill terdiri dari
beberapa item indikator yang reliabel dalam pengukurannya, yaitu: keterampilan
memotivasi diri (self-motivation skill), keterampilan mengelola diri
(self-management skill), dan keterampilan tehknik praktis (technical skill). Ini
merupakan bagian dari prestasi akademis yang dapat diukur dengan sederhana dan
reliable berdasarkan gambaran laporan setiap individu (self- report).(cf. Fallows,
dalam Cote dan Levin, 2000)
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat perbedaan skor berdasarkan jenis
kelamin dan intelegensi terhadap perolehan skor prestasi belajar yang diukur dari
25
Human capital skill
Inteligensi Jenis Kelamin
Inteligensi Jenis Kelamin
Prestasi Belajar (IP)
Keterangan : Tanda panah tidak berarti menunjukkan pengaruh, tapi hanya menjadi symbol yang menunjukkan bahwa variabel tersebut dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi.
2.4 Hipotesis Penelitian
• H1 : Ada perbedaan signifikan human capital skill berdasarkan jenis
kelamin mahasiswa.
• H2 : Ada perbedaan signifikan prestasi belajar berdasarkan jenis
kelamin mahasiswa.
• H3 : Ada perbedaan signifikan human capital skill berdasarkan
inteligensi mahasiswa.
• H4 : Ada perbedaan signifikan prestasi belajar berdasarkan inteligensi
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari beberapa subbab.
Meliputi subjek penelitian, variabel penelitian, instrument penelitian, prosedur
penelitian dan teknik analisis data yang digunakan .
3.1Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Azwar
(2005) penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal yang
diolah dengan metode statistika. Metode yang digunakan yaitu metode deskripstif
komparatif, karena pada penelitian ini berupaya untuk melihat adanya perbedaan
human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Sebuah populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta
ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 1988). Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2007 UIN Jakarta.
3.2.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi
angkatan 2007. Jumlah subjek penelitian sesuai dengan jumlah mahasiswa
Fakultas Psikologi angkatan 2007 yaitu sebanyak 172 mahasiswa. Namun
pada kenyataannya terdapat beberapa mahasiswa yang mengundurkan diri dan
ketika peneliti melakukan pengambilan data, ada beberapa mahasiswa yang
tidak hadir dalam perkuliahan. Sehingga subjek penelitian yang didapat
sebanyak 116 mahasiswa. Jumlah subjek penelitian ini dianggap memenuhi
syarat penelitian, karena menurut Guilford dan Fruchter (1978), jumlah
sampel minimal dalam melakukan penelitian yang baik adalah sebanyak 30
orang agar hasilnya dapat dianalisis secara statistik dengan menggunakan
distribusi normal. Oleh karena itu jika jumlah sampel yang diharapkan tidak
terpenuhi, maka jumlah minimal setidaknya harus tercapai.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan teknik total sampling atau sampel jenuh yaitu
pengambilan sampel dimana seluruh anggota populasi dijadikan sampel.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Nazir,
1999). Jadi variabel adalah objek penelitian yang menjadi perhatian suatu penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) variabel, yaitu:
Independent Variable (IV): 1. Human capital skill
2. Jenis Kelamin
3. Inteligensi
Dependent Variable (DV): Prestasi belajar
3.3.1 Definisi Konseptual
Definisi Konseptual merupakan suatu definisi dalam bentuk yang
abstrak yang mengacu pada ide-ide lain atau konsep lain-yang bisa saja
abstrak-untuk menjelaskan konsep pertama tersebut (M. Idrus, 2007).
a. Prestasi belajar merupakan sesuatu yang diperoleh berupa kesan-kesan
akibat adanya perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 1994)
b. Human capital skill merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang
dalam menunjukkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya sebagai pribadi yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal
tersebut didapati melalui proses pendidikan (Gary S. Becker, 1964).
Human capital skill terdiri dari keterampilan memotivasi diri,
keterampilan mengelola diri, dan keterampilan tekhnis (Cote dan Levin,
2000).
3.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur
yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit analisis ke dalam
kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel (M. Idrus, 2007).
a. Prestasi belajar dalam penelitian ini penulis mengukur prestasi belajar dengan
melihat skor IP (Indeks Prestasi) mahasiswa. Skor IP diperoleh dengan
membagi jumlah nilai keseluruhan dengan jumlah sks yang ditempuh.
b. Human capital skill diungkap melalui sebaran item pada skala human capital
skill (HCS), dengan beberap sub-variabel yang memiliki beberapa indikator,
yaitu: a). Keterampilan memotivasi diri diungkap melalui sebaran item
dengan beberapa indikator, yaitu dapat memilih tugas sesuai minat dan
kemampuan terutama pada saat ada beberapa alternatif dan dilakukan di
waktu luang, mau berusaha (khusunya pada tugas atau materi atau aktivitas
yang sulit), dapat bertahan dan tekun, khususnya saat menhadapi rintangan,
berkeinginan mengembangkan diri (selalu ingin tahu dan terbuka), menjalani
pembelajaran dengan perasaan senang, memiliki harapan tentang kesuksesan
dan kegagalan. b). Keterampilan mengelola diri diungkap melalui sebaran
item dengan beberapa indicator, yaitu; dapat membuat perencanaan dan
penetapan tujuan, dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan atau proses
belajar, mampu bekerja secara mandiri, mampu membentuk belief, pemikiran
dan pemahaman yang dijadikan pedoman untuk memahami situasi riil,
mampu dan berani menunjukkan keunikan pribadi. c). Keterampilan teknis
praktis diungkap melalui sebaran item dengan beberapa indikator, yaitu; dapat
berkomunikasi lisan dan tulisan, dapat memimpin dan berorganisasi, mampu
mengambil keputusan mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki
ide yang variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah, memiliki
tingkah laku penuh inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif menyelesaikan
tugas keteknikan.
3.4. Pengumpulan Data
3.4.1. Teknik pengumpulan data
Data dalam penelitian ini diambil melalui skala. Skala adalah daftar
pernyataan yang akan mengungkap performansi yang menjadi karakter tipikal
pada subjek yang akan diteliti, yang akan dimunculkan dalam bentuk
respon-respon terhadap situasi yang dihadapi (Azwar, 2005).
Ada pun jenis skala yang digunakan adalah skala model Likert. Skala
model Likert adalah metode penskalaan pernyataan individu yang
menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentu nilai skalanya (Azwar,
2005).
Subyek diberikan empat pilihan dalam berespon, yaitu: Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
3.4.2. Instrumen Penelitian
a. Skala Human Capital Skill, diterjemahkan sebagai keterampilan utama
untuk berkembang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi yang telah
dikemukakan oleh Cote dan Levin (1997, 2000) yang kemudian diadopsi
dan dimodifikasi oleh Purwanti (2006), Sembiring Pandia (2006) dan
Solicha (2008). Adapun dimensi-dimensi human capital skill yaitu;
1.Keterampilan memotivasi diri:a. dapat memilih tugas sesuai minat dan
kemampuan terutama saat ada beberapa alternatif dan dilakukan di
waktu luang, b. mau berusaha khususnya pada tugas-tugas atau
materi dan aktivitas yang sulit, c. dapat bertahan dan tekun,
khusunya saat menghadapi rintangan, d. berkeinginan
mengembangkan diri (selalu ingin tahu dan terbuka), e. menjalani
pembelajaran dengan perasaan senang, f. memiliki harapan tentang
kesuksesan dan kegagalan.
2.Keterampilan mengelola diri: a. dapat membuat perencanaan dan
penetapan tujuan, b. dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan
atau proses belajar, c. mampu bekerja secara mandiri, d. mampu
membentuk beliefe pemikiran dan pemahaman yang dijadikan
pedoman untuk memahami situasi rill, e. mampu dan berani
menunjukkan keunikan pribadi.
3.Keterampilan teknis praktis: a. dapat berkomunikasi lisan dan tulisan,
dapat memimpin dan berorganisasi, b. mampu mengambil
keputusan, mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki
ide variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah, c.
memiliki tingkah laku penuh inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif.
[image:45.612.112.532.124.706.2]Tabel 3.1
Blue Print Skala Human Capital Skill Adaptasi dari Cote & Levin (2000)
No Domain Indikator Item
1 Dimensi keterampilan
memotivasi diri
a. Dapat memilih tugas sesuai
minat, terutama pada saat ada beberapa alternative dan dilakukan pada waktu luang
1*
b. Dapat memilih tugas sesuai
kemampuan, terutama pada saat ada beberapa alternative dan dilakukan pada waktu luang
7*, 26*
c. Mau berusaha pada tugas atau
aktifitas yang sulit
4*
d. Dapat bertahan dan tekun
dalam menghadapi rintangan
10*,13*, 16*
e. Berkeinginan mengembangkan
diri (selalu ingin tahu dan terbuka)
20*
f. Menjalani pembelajaran
dengan perasaan senang
25*
g. Memiliki harapan tentang
kesuksesan dan kegagalan
24*
2. Dimensi keterampilan
mengelola diri
a. Dapat membuat perencanaan
dan penetapan tujuan
2*, 5, 11, 14*
b. Dapat memonitor dan
mengevaluasi kemajuan atau proses belajar
8*, 17*
c. Mampu bekerja mandiri 21*
d. Mampu membentuk belief
pemikiran dan pemahaman yang dijadikan pedoman untuk memahami situasi rill
23*
e. Mampu dan berani
menunjukkan keunikan pribadi 22*
3. Dimensi keterampilan
teknis praktis
a. Dapat berkomunikasi secara
lisan
3*
b. Dapat berkomunikasi secara
tulisan
6*
c. Dapat memimpin dan
berorganisasi
19*
d. Mampu mengambil keputusan,
mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki ide variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah
9*,12*, 18*
e. Memiliki tingkah laku penuh
inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif.
15*
*item valid
Skala human capital skill ini merupakan skala model Likert dengan metode
summated ratings. Menurut Azwar (2008) metode summated rattings yaitu
pernyataan-pernyataan yang menempatkan individu pada suatu situasi yang
menggambarkan dirinya, dengan memilih salah satu dari empat alternatif jawaban
yang disediakan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS).
Penulis menggunakan skala sikap model Likert karena memiliki kelebihan-kelebihan
sebagai berikut:
1. Metodenya sederhana
2. Waktu membuatnya singkat
3. Informasi tentang jawaban subjek dapat lebih jelas dan tetap
4. Sikap yang ditampilkan subjek mudah diinterpretasikan, hanya dengan
melihat jumlah skor total subjek, sikap positif atau menyetujui
terhadap objek sikap akan terlihat dalam jumlah keseluruhan yang
tinggi, sedangkan sikap yang negatif atau tidak menyetujui objek sikap
akan rendah.
Skor yang digunakan untuk setiap kategori ada penelitian ini berdasarkan pada norma
berikut:
Tabel 3.2
Skala Skor item
Sangat setuju 4
Setuju 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
3.5. Uji Instrumen
Data yang diperoleh dari pelaksanaan uji coba kemudian diolah secara statistik
dengan menggunakan program SPSS 11.5 untuk mengetahui reliabilitas dan validitas
pada masing masing alat ukur. Pengukuran uji validitas ini menggunakan rumus
[image:47.612.112.526.109.554.2]Pearson product moment dan pengukuran reliabilitas menggunakan teknik Cronbach
Alpha. Suatu penelitian yang reliabel, hasil yang diperoleh akan tetap sama apabila
diukur pada waktu yang berbeda. Suatu konstruk variabel dikatakan reliabel bila
memiliki nilai Cronbach alpha mendekati satu.
3.5.1 Uji validitas
Validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti
sebenarnya yang diukur (Sevilla dkk, 2006). Uji validitas digunakan untuk
mengetahui kelayakan butir–butir dalam suatu daftar pernyataan dalam
mendefinisikan suatu variabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan
antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang
diteliti, item yang valid memiliki nilai validitas diatas 0,3. Validitas suatu butir
pernyataan dapat dilihat pada hasil penghitungan SPSS 11.5 for Windows. Pada skala
human capital skill dari 25 item terdapat 2 item yang tidak valid.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang
ditunjukkan oleh instrumenn pengukuran (Sevilla dkk, 2006). Uji reliabilitas
(keajegan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam
menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk–konstruk pernyataan yang merupakan
dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner. Selanjutnya hasil
penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas dari item tersebut, maka digunakan
rumus Alpha Cronbach dan perhitungan dengan menggunakan SPSS 11.5 for
Windows.
________________
²
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σ b ² : jumlah varians butir
σ 1 ² : varians total
Tinggi atau rendahnya reliabilitas yang dihasilkan dilihat dari kaidah
reliabilitas Guilford dan pendapat Azwar (2008) yang menyatakan bahwa semakin
tinggi koefisien reliabilitas yang mendekati 1,00 berarti semakin baik, begitu juga
sebaliknya. Hal tersebut terlihat di bawah ini:
Tabel 3.3
Kaidah Reliabilitas Guilford
KOEFISIEN KRITERIA
> 0,90 Sangat Reliabel
0,70 – 0,89 Reliabel
0,49 – 0,69 Cukup Reliabel
0,20 – 0,39 Tidak Reliabel
Reliabilitas untuk skala human capital skill adalah 0,866 yang berarti reliabel.
3.6. Prosedur Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, karena data
tersebut belum tersedia dan harus dicari terlebih dahulu. Untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data tersebut maka dilakukan penelitian lapangan dengan instrumen
penelitian berupa skala. Adapun tahapan pengumpulan datanya adalah sebagai
berikut :
3.6.1 Persiapan uji coba alat ukur
Uji coba alat ukur dilakukan pada hari Rabu 20 Oktober 2010 dengan
Mahasiswa ekstensi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki
karakteristik yang telah ditentukan. Langkah-langkah dalam mempersiapkan alat ukur
untuk diuji coba, yaitu:
a. Menyusun skala human capital skill dengan melihat dari beberapa
penelitian sebelumnya sesuai dengan karakteristik subjek penelitian.
b. Menyusun alat ukur yang akan disebarkan kepada responden penelitian.
Penyusunan terdiri dari pengaturan tampilan huruf dan halaman kuesioner
dan skala, penulisan pengantar dan petunjuk pengisian
c. Memperbanyak jumlah skala untuk uji coba dan mempersiapkan peralatan
yang akan digunakan.
3.6.2 Persiapan pengambilan data
Ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum pengambilan
data, yaitu :
a. Mengatur tampilan skala dengan merekonstruksi kalimat pada item-item
yang tidak valid untuk kembali digunakan.
b. Meminta nilai semester 6 dan data jumlah mahasiswa Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2007 di bagian informasi akademik
Fakultas.
d. Memperbanyak jumlah alat ukur untuk pengambilan data dan
mempersiapkan peralatan yang akan digunakan
38
3.6.3 Pelaksanaan pengambilan data
Pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2010
dengan cara mendatangi setiap kelas secara bergantian dan memberikan
kuesioner kepada responden.
3.5. Analisis Data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, peneliti menggunakan teknik
statistik Uji-t, untuk melihat perbedaan human capital skill dan prestasi belajar
berdarkan jenis kelamin. Sedangkan untuk melihat perbedaan human capital skill dan
prestasi belajar berdasarkan inteligensi menggunakan teknik statistik chi-square..
40
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Bab berikut ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data
meliputi gambaran umum responden, analisis deskriptif, kategorisasi, dan hasil
uji hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Subjek
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 116 mahasiswa psikologi
UIN Jakarta angkatan 2007. Pada tabel 4.1 berikut ini digambarkan subjek
[image:53.595.105.514.221.555.2]penelitian berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.1
Jumlah Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Subjek Jenis Kelamin Persentase
23 Laki-laki 18,96%
93 Perempuan 81,04%
Total 116 100%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian dari subjek penelitian
didominasi oleh perempuan. Jumlah subjek perempuan sebanyak 81,04%
sedangkan jumlah subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18,96%
41
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Kategorisasi skor human capital skill
Berikut ini diuraikan penggolongan kategorik dan penyebaran skor human
capital skill (yang terdiri dari keterampilan memotivasi diri, keterampilan
mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) responden. Adapun acuan yang
dijadikan peneliti untuk membagi kategori tersebut adalah melalui rentang skor.
[image:54.595.110.511.285.625.2]Perolehan rentang skor tersebut didapatkan melalui perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Variabel keterampilan memotivasi diri
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
MOTIVASI 116 23.00 35.00 28.4655 2.64224
Valid N (listwise) 116
Dari hasil di atas dapat dilihat mean perolehan berdasarkan data penelitian
[image:54.595.131.504.572.641.2]sebesar 28.46 dan standar deviasi 2.64.
Tabel 4.3
Variabel keterampilan mengelola diri
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
MANAGEMENT 116 16.00 28.00 21.7672 2.33818
Valid N (listwise) 116
Dari hasil diatas dapat dilihat mean perolehan berdasarkan data penelitian
42
Tabel 4.4
Variabel keterampilan teknis praktis
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
teknis praktis 116 17.00 28.00 21.5431 2.25887
Valid N (listwise) 116
Dari hasil diatas dapat dilihat mean perolehan berdasarkan data penelitian
[image:55.595.108.517.150.535.2]sebesar 21.54 dan standar deviasi 2.25.
Tabel 4.5
Human capital skill
(keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri dan keterampilan teknis praktis)
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation HUMAN CAPITAL
SKILL 116 54.00 92.00 71.9310 6.71238
Valid N (listwise) 116
Diketahui jumlah item untuk skala human capital skill 23 item. Didalam
skala tersebut terdiri dari tiga variabel penelitian, yaitu keterampilan memotivasi
diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis. Adapun jumlah
item keterampilan memotivasi diri sebanyak 9 item, keterampilan mengelola diri
sebanyak 7 item, dan keterampilan teknis praktis sebanyak 7 item. Peneliti
membagi pengkategorian untuk ketiga variabel tersebut menjadi tiga kategori
yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mendapatkan acuan dalam pengkategorian
43
Jumlah item untuk keterampilan memotivasi diri 9 item. Penskoran
diberikan rentang 1-4, sehingga skor terendah didapatkan 9 dan skor tertinggi 36,
dengan jarak rentang skor pengurangan dari keduanya sebesar 27. Untuk item
keterampilan mengelola diri sebanyak 7 item, dengan rentang pemberian skor 1-4
sehingga skor terendah didapatkan 7 dan skor tertinggi 28, dengan jarak rentang
skor pengurangan dari keduanya sebesar 21. Sama halnya untuk keterampilan
teknis praktis yang berjumlah 7 item didapat skor terendah 7 dan skor tertinggi 28,
dengan jarak rentang skor pengurangan dari keduanya sebesar 21.
Jumlah item keseluruhan untuk skala human capital skill (yang terdiri dari
keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan
teknis praktis) 23 item. Penskoran diberikan dari rentang 1-4, sehingga skor
terendah didapatkan 23 dan skor tertinggi 92, dengan jarak rentang skor yaitu
pengurangan dari keduanya sebesar 69. Peneliti membagi kategori menjadi tiga
bagian yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mendapatkan skor dari
masing-masing kategori peneliti mencari terlebih dahulu standar deviasi dan mean teoritis
dari ketiga variabel tersebut.
Untuk mengetahui skor human capital skill (keterampilan memotivasi diri,
keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) yang diperoleh
responden tersebut tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor skala human
capital skill setelah diketahui nilai mean dan SD pada tabel 4.5 di atas. Berikut ini
persebaran skor human capital skill :
Namun sebelumnya peneliti membuat kategorik responden untuk
44
(keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan
teknis praktis). Adapun rumus yang digunakan untuk mendapatkan rentangan
yang sama yaitu :
(Nilai maximum – Nilai minimum)
3
Keterangan : 3 merupakan kategori tinggi, sedang, rendah.
Pada variabel keterampilan memotivasi diri memiliki nilai maximum yaitu
35 dan nilai minimum 23. Dengan rumus diatas maka dapat dihitung rentangan
kategori, yaitu :
(35 – 23) / 3 = 4
Dengan demikian rentangan skor pada variabel keterampilan memotivasi
diri sebesar 4.
[image:57.595.104.519.598.733.2]Berikut ini Tabel 4.6 diuraikan kategori skor keterampilan memotivasi diri.
Tabel 4.6
Kategori responden pada variabel keterampilan memotivasi diri
Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase
Rendah
Sedang
Tinggi
23 – 26
27 - 30
31 – 35
52
46
18
44.83 %
39.65 %
15.52 %
45
Berdasarkan penggolongan kategorik di atas dapat ditemukan subjek dengan
keterampilan memotivasi diri rendah sebanyak 52 subjek (44.83 %). Diketahui
pula jumlah subjek dengan keterampilan memotivasi diri tingkat sedang sebanyak
46 subjek (39.65 %). Sedangkan subjek dengan keterampilan memotivasi diri
pada kategori tingg