• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian teh celup sariwangi : studi kasus pada masyarakat kota Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian teh celup sariwangi : studi kasus pada masyarakat kota Bekasi"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN TEH CELUP SARIWANGI

(Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Herdi Jayakusumah NIM.104081002465

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

SURAT PENYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Herdi Jayakusumah NIM : 104081002465 Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Ciputat, 9 Oktober 2010

(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN TEH CELUP SARIWANGI

(STUDI KASUS PADA MASYARAKAT KOTA BEKASI)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

HERDI JAYAKUSUMAH NIM: 104081002465 Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Suhendra, S.Ag, MM

NIP. 194906021978031001 NIP. 197112062003121001

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

Hari ini Kamis Tanggal 20 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Herdi Jayakusumah NIM: 104081002465 dengan judul skripsi Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi)". Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 Mei 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Suhendra, S.Ag, MM Leis Suzanawatiy SE, M.Si Ketua Sekretaris

(5)

Hari ini Selasa Tanggal 15 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian Sidang Skripsi atas nama Herdi Jayakusumah NIM: 104081002465 dengan judul skripsi Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi)". Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 15 Maret 2011 Tim Penguji Skripsi

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr.Yahya Hamja, MM Suhendra, MM NIP. 194906021978031001 NIP. 19711206200312100

Ketua Sekretaris

Prof.Dr.Abduk Hamid, MS Leis Suzanawaty, SE, M.Si NIP. 195706171985031002 NIP. 197208092005012004

Penguji Ahli

(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Herdi Jayakusumah

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Desember 1985 3. Tinggal di : Bekasi

4. Alamat : Jalan Guntur Raya No.CC4, RT/RW.004/019, Bekasi Selatan, Kota Bekasi.

5. Telephone : 021-8849648

II. PENDIDIKAN

1. SD : SD Al-Husna Bekasi

2. SMP : SMP Negeri 1 Bekasi 3. SMA : SMA Negeri 2 Bekasi 4. S1 : UIN Syarif Hidyatullah

III. PENGALAMAN ORGANISASI Intra Kampus

1. Humas BEM FEIS (2005-2006) 2. Wakil Ketua BEM FEIS (2006-2007) 3. Anggota KPU UIN (2007)

4. Anggota DPM UIN (2007-2008)

5. Ketua Kongres Mahasiswa Universitas (KMU) UIN (2007-2008)

Ekstra Kampus

1. Anggota KMPPB Banten (2006-2008) 2. Ketua FL2MI Jakarta (2007-2008)

(7)

ii IV. PENGALAMAN KERJA

1. Magang di Bagian Humas & KSI BAPEPAM & LK (2007) 2. Direktur Advokasi LASKIP (2009-Sekarang)

V. LATAR BELAKANG ORANG TUA

1. Ayah : Agus Hermawan

2. Tempat & Tanggal Lahir : Garut, 4 Juni 1953 3. Pendidikan Terakhir : FE UNPAD

4. Pekerjaan : Pensiunan PNS Depkeu

1. Ibu : Etty Suhartati

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Februari 1959 3. Pendidikan Terakhir : STAN

(8)

iii ABSTRACT

The title of this Skripsi is “Analyzing The Factors that Influence Consumers In Purchase Decision of Sariwangi Tea (Study case of people in Bekasi City)”. The Program of Bachelor Degree in the Marketing Management Departemen in the Faculty of Economy and Business in the State Islamic University Jakarta.

This research aims to analyze factors that influence consumers in making decision to buy the Sariwangi tea through a study case of people in Bekasi City. This research uses primary data with 115 respondent. There are 28 variables. The data were processed using factor analysis, 27 variables can be analyzed further. A variable excluded because its MSA value less than 0,5. Data from respondents is processed by SPSS 12.0 For Wondows.

The result of this research shows that the result of 27 variables analyzed with the model of factor analysis that influences the consumers in making decision to buy Sariwangi Tea includes eight factors below: psychological factor with eigen value 5,058, product factor with eigen value 3.218, social factor with eigen value 2.200, distribution factor with eigen value 1.653, price factor with eigen value 1.359, promotion factor with eigen value 1.292, individual factor with eigen value 1.216, service factor with eigen value 1.128.

(9)

iv ABSTRAK

Judul skripsi “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi). Strata satu (S1), Jurusan Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan dalam pembelian teh celup Sariwangi, studi kasus pada masyarakat Kota Bekasi. Data yang digunakan adalah data primer. Sample yang diteliti sebanyak 115 responden. Jumlah variabel yang diteliti adalah 28 variabel. Data yang diolah dengan menggunakan analisis faktor sebanyak 27 variabel yang bisa dianalisa lebih lanjut. Sisanya 1 variabel dikeluarkan karena nilai MSAnya kurang dari 0,5. Data yang diperoleh dari responden diolah dengan menggunakan SPSS 12.0 For Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dari 27 variabel yang dianalisa dengan model analisis faktor yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian teh celup Sariwangi. Faktor-faktor tersebut terdiri dari 8 faktor yaitu Faktor Psikologis dengan eigen value 5.058, Faktor Produk dengan eigen value 3.218, Faktor Sosial dengan eigen value 2.200, Faktor Distribusi dengan eigen value 1.653, Faktor Harga dengan eigen value 1.359, Faktor Promosi dengan eigen value 1.292, Faktor Individu dengan eigen value 1.216, Faktor Pelayanan dengan eigen value 1.128.

(10)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan kasih-Nya kita dapat terus mengarungi samudera kehidupan ini dengan nikmat islam, nikmat iman, nikmat sehat, dan nikmat beramal. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada tauladan kita Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian The Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Masyarakat Kota Bekasi). Saya sangat berterima kasih kepada orang-orang yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, terutama:

1. Bapak Prof.Dr.Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.

2. Bapak Prof.Dr.Ahmad Rodoni, MM, selaku Pudek Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.

3. Bapak Dr.Yahya Hamja, MM selaku Pembimbing I saya dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Suhendra, MM selaku Pembimbing II saya dalam penulisan skripsi ini dan selaku Kajur Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta

5. Ibu Leis Suzanawaty, SE, M.Si, selaku Sekjur Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta

6. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE, MAB

7. Kedua orang tua saya Bapak Agus Hermawan dan Ibu Etty Suhartati. 8. Adik saya Herlani Wijayani, S.Psi, M.Psi

Ciputat, Maret 2011

(11)

vi DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup ………i

Abstract ………..…iii

Abstrak ………..….…iv

Kata Pengantar ………...………v

Daftar isi ……… vi

Daftar Tabel ………...viii

Daftar Gambar………x

Daftar Lampiran ……….xi

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian ………1

B. Perumusan Masalah ………....4

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………..4

Bab II Tinjauan Pustaka A. Pengertian Pemasaran ……….6

B. Konsep-Konsep Pemasaran ………7

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen …………...8

D. Tahap-Tahap Keputusan Pembelian ………..…....19

E. Penelitian Terdahulu ………..………22

F. Kerangka Pemikiran ………..……….25

G. Hipotesis………..…………28

Bab III Metode Penelitian A. Ruang Lingkup Penelitian ………29

B. Metode Penentuan Sampel ……….…………..29

C. Metode Pengumpulan Data ………..30

D. Metode Analisis Data ………...32

(12)

vii Bab IV Penemuan Dan Pembahasan

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………40

1. Sejarah Perusahaan……….40

2. Sejarah Minuman Teh………47

3. Gambaran Umum Kota Bekasi………...54

B. Pembahasan Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas………56

C. Pembahasan Hasil Kuisioner………60

D. Pembahasan Analisis Faktor……….88

1. Menentukan Variabel Yang Telah Ditentukan………88

2. Menguji Variabel yang Telah Ditentukan………...89

3. Melakukan Factoring dan Rotasi………....93

4. Interprestasi Atas Faktor Yang Terbentuk………112

BabV Kesimpulan Dan Implikasi A. Kesimpulan ……….115

B. Implikasi………..…117

Daftar Pustaka ……….120

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

4.1 Hasil Uji Reliabilitas 57

4.2 Hasil Uji Validitas 58

4.3 Proporsi Responden Berdasar Jenis Kelamin 60 4.4 Proporsi Responden Berdasar Usia 60 4.5 Proporsi Responden Minum Teh Setiap Hari 61 4.6 Proporsi Responden Minum Teh Sariwangi 62

4.7 Citarasa Produk Teh Sariwangi 63

4.8 Aroma Produk Teh Sariwangi 64

4.9 Rasa Khas Teh Sariwangi 65

4.10 Warna Teh Sariwangi 66

4.11 Tingkat Kekentalan Teh Sariwangi 67 4.12 Harga Sebagai Pertimbangan Dalam Pembelian

Teh Sariwangi 67

4.13 Kesesuaian Harga Produk Teh Sariwangi Terhadap Manfaat

Produknya 68

4.14 Persaingan Harga Produk Teh Sariwangi 69 4.15 Harga Produk Teh Sariwangi Meyakinkan 70

4.16 Iklan Produk Teh Sariwangi 71

4.17 Promosi Penjualan Produk Teh Sariwangi 72 4.18 Pemasaran Langsung Produk Teh Sariwangi 73 4.19 Kemudahan Dalam Mendapatkan Produk Teh Sariwangi 74 4.20 Pelayanan Yang Diberikan Penjual Kepada Konsumen 75 4.21 Lokasi tempat Konsumen Membeli Produk Teh Sariwangi 76 4.22 Kebiasaan Konsumen Dalam mengkonsumsi Produk

Teh Sariwangi 77

4.23 Usia Dalam mengkonsumsi Produk Teh Sariwangi 78 4.24 Jenis Pekerjaan Konsumen dalam Mengkonsumsi Produk

(14)

ix

4.25 Tingkat Pendidikan Konsumen Produk Teh Sariwangi 80 4.26 Tingkat Penghasilan Konsumen Produk Teh Sariwangi 81 4.27 Gaya Hidup Konsumen Produk Teh Sariwangi 82 4.28 Ajakan Keluarga Dalam Mengkonsumsi Produk

Teh Sariwangi 83

4.29 Ajakan Rekan Kerja Dalam Mengkonsumsi Produk

Teh Sariwangi 83

4.30 Ajakan Rekan Sekomunitas Dalam Mengkonsumsi

Produk Teh Sariwangi 84

4.31 Keyakinan Responden Dalam Mengkonsumsi

Produk Teh Sariwangi 85

4.32 Dorongan Responden Dalam Mengkonsumsi Produk

Teh Sariwangi 86

4.33 Persepsi Responden Dalam Mengkonsumsi Produk

Teh Sariwangi 87

4.34 Pengalaman Responden Dalam Mengkonsumsi Produk

Teh Sariwangi 88

4.35 KMO and Bartlett's Test 89

4.36 KMO and Bartlett's Test 91

4.37 Communalities 94

4.38 Total Variance Explained 99

4.39 Componen Matriks 101

4.40 Rotated Componen Matriks 104

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal

2.1 Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler 9

2.2 Model Perilaku Konsumen 15

2.3 Proses Keputusan Pembelian 19

2.4 Kerangka Pemikiran 26

3.1 Model Skala Likert 31

(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Hal

I Uji validitas 122

II Uji Reliabilitas 122

III Deskriptif Statistik Responden 123

IV Analisis Faktor 130

V Kuesioner Penelitian 136

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya sumberdaya alam dan mempunyai ketersediaan lahan yang luas untuk menunjang kegiatan pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan bahan pangan penduduk Indonesia. Adanya pembangunan pertanian berarti telah memberikan sumbangan yang besar dalam pembangunan nasional, baik langsung maupun tidak langsung. Selain itu pembangunan pertanian akan mendukung upaya dalam pemenuhan kebutuhan pangan yang ditunjang oleh adanya peranan industri pengolahan pangan sehingga akan dapat menyediakan kebutuhan pangan baik dalam bentuk makanan maupun minuman (Husodo, 2004).

Indonesia sebagai negara agraris yang kaya akan sumber daya alam memiliki potensi pertanian dan perkebunan, salah satu hasil perkebunan yang ada di Indonesia adalah produk teh, dari data yang di publikasikan oleh ATI (Asosiasi Teh Indonesia) dalam situs ANTARA tingkat produksi teh Indonesia tahun 2009 mencapai 120.000 ton per tahun atau memenuhi sekitar 5,8 persen kebutuhan dunia dengan luas kebun 148.000 hektar, teh menyumbangkan devisa 110 juta dollar per tahun. Tingkat konsumsi teh dunia yang semakin meningkat merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh

(18)

2 (http://www.antaranews.com/berita/1266686222/produk-teh-indonesia-siap-hadapi-cafta).

Teh adalah adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan. Dalam penelitian ini, agar dapat mempersempit sebuah permasalahan mengenai konsumen yang selalu mengkonsumsi teh celup, maka perlulah dipilih sebuah produk yang dijadikan obyek dalam penelitian ini. Dari sekian banyak produk dan merek dipasar lokal, maka peneliti mengambil produk teh celup Sariwangi sebagai obyek dalam penelitian ini, dengan pertimbangan bahwa teh celup Sariwangi pada Tahun 2006 & 2007 Sariwangi memperoleh ICSA Award yang diselenggarakan oleh majalah SWA dan Frontier. Tahun 2006 Sariwangi memperoleh penghargaan Packaging Consumer Branding Award (kategory “emas”) yang diadakan oleh majalah SWA, majalah Mix, Landor, dm Associates, dan Imago School of Modern Advertising.

(19)

3 pandang. Faktor yang paling dominan dalam penelitian ini adalah faktor ketersediaan, harga, dan diskon.

Dalam penelitian lainnya Susana (2000), dengan judul, " Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi perilaku Konsumen Dalam Membeli Film Kamera Merek Fuji Di Kotamadya Surabaya", menyimpulkan bahwa konsumen dalam membeli film kamera merek Fuji dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, mutu, harga, merek, pelayanan, lokasi penjualan, negara pembuat, promosi, dan situasi pembelian. Semua faktor tersebut berpengaruh secara positif, dan faktor yang paling dominan adalah faktor promosi.

Penelitian yang dilakukan oleh Rastini (2001), yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan menginap di hotel berbintang tiga yang mengemukakan ada sepuluh faktor yang mempengaruhi yaitu lingkungan, personal traits, kondisi fisik, sosial dan referensi, produk, promosi, budaya, harga, individu, dan proses.

Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat terlihat bahwa sangat banyak faktor yang mempengaruhi atau melatar belakangi sebuah perilaku konsumen dalam mengambil sebuah keputusan pembelian terhadap suatu produk baik itu berupa produk berwujud atau yang tidak berwujud (Jasa).

(20)

4 masalah tersebut maka saya mengambil sebuah judul untuk penelitian saya dengan judul "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN TEH CELUP SARIWANGI (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT KOTA BEKASI)".

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan diatas maka perumusan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk teh celup Sariwangi di Kota Bekasi.

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(21)

5 2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis: sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi.

b. Manfaat praktis

1) Masyarakat, sebagai acuan bagi masyarakat dalam mengetahui sebuah produk yang baik.

(22)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam sebuah dunia bisnis. Pemasaran banyak memiliki arti atau definisi yang berbeda-beda, namun akan bermuara pada sebuah kesepakatan tentang arti pemasaran itu sendiri. Pemasaran itu sendiri berasal dari kata "Pasar", yang memiliki arti merupakan sesuatu yang abstrak, bukan sesuatu yang memungkinkan terjadinya transaksi, tapi pada intinya pasar itu sendiri merupakan tempat bertemunya kekuatan permintaan dan penawaran.

Pemasaran menurut beberapa ahli dikemukakan sebagai berikut, menurut Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat dalam Philip Kotler (2007:6), pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.

(23)

7 B. Konsep-Konsep Pemasaran

Dalam konsep pemasaran terbagi menjadi beberapa konsep yang menjelaskan berbagai filosofi di dalam ilmu pemasaran. Konsep pemasaran tersebut terdiri dari: konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran masyarakat.

Konsep produksi menegaskan bahwa konsumen akan memilih produk yang tersedia diana-mana dan murah (Philip Kotler, 2007:18). Dalam konsep ini menjelaskan bahwa konsumen sangat menyukai sebuah produk yang mudah di dapat dan harganya relatif murah.

Konsep produk menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan ciri yang paling bermutu, berprestasi, atau inovatif (Philip Kotler, 2007:18). Hal yang dapat diambil dari konsep ini adalah menyatakan bahwa konsumen sangat respons terhadap produk yang menawarkan sebuah ciri yang lebih unggul dibandingkan dari pesaingnya.

Konsep penjualan memberikan penjelasan bahwa para konsumen dan bisnis, jika ditinggalkan sendiri biasanya tidak akan membeli cukup banyak produk-produk organisasi Oleh karena itu, organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif (Philip Kotler, 2007:18). Dalam konsep ini konsumen berpandangan bahwa konsumen akan membeli banyak produk bila produsen mengimbanginya dengan usaha penjualan dan usaha promosi yang gencar.

(24)

8 efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih (Philip Kotler, 2007:19). Konsep pemasaran ini bersandar pada empat pilar, yaitu: pasar sasaran, kebutuhan konsumen, pemasaran terpadu, dan profitabilitas.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Pengertian perilaku konsumen menurut para. ahli sangatlah berbeda-beda, salah satunya menurut Kotler (2007:213), yang menjelaskan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Studi konsumen memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk atau jasa, menetapkan harga, merencanakan saluran, menyusun pesan, dan mengembangkan kegiatan pemasaran lain. Oleh sebab itulah memahami perilaku konsumen dan mengenal kebutuhan dan keinginan mereka sangatlah tidak pernah sederhana.

(25)

9 Berikut ini adalah sebuah gambar yang menggambarkan model perilaku konsumen yang menjelaskan proses terjadinya pengambilan keputusan oleh konsumen untuk membeli:

Gambar 2. 1

Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler

Sumber : Philip Kotler, 2007 – 226

(26)

10 1. Produk (Product), yaitu produk apa yang secara tepat diminati oleh konsumen,

baik secara kualitas dan kuantitasnya.

2. Harga (Price), merupakan seberapa besar harga sebagai pengorbanan konsumen dalam memperoleh manfaat yang diinginkan.

3. Distribusi (Place), bagaimana pendistribusian barang sehingga produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan mudah.

4. Promosi (Promotion), yaitu pesan-pesan yang dikomunikasikan sehingga keunggulan produk dapat sampai kepada konsumen.

Rangsangan marketing tersebut, dalam hal ini dilengkapi dengan adanya rangsangan-rangsangan lain-lain, yang meliputi:

1. Ekonomi (Economic), dalam hal ini adalah daya beli yang tersedia dalam suatu perekonomian yang bergantung pada pendapatan pada tingkat dan distribusi yang berbeda-beda.

2. Tehnologi (Technology), dalam ini menjelaskan bahwa dapat membentuk hidup manusia serta dapat memberi dampak positif atau negatif dalam kehidupannya.

3. Politik dan hukum (Political), menjelaskan bahwa keadaan politik dan hukum sangat mempengaruhi stabilitas dan situasi yang sangat berpengaruh pada keputusan pembelian.

(27)

11 Terdapat karakteristik pembeli, dimana mendorong konsumen untuk melakukan proses pengambilan keputusan membeli barang sehingga konsumen mendapatkan manfaat dari pemilihan produk yang dibeli. Karakteristik pembeli tadi juga dapat disebut sebagai faktor-faktor yang memepengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian. Faktor-faktor tersebut secara lebih jelas, dapat diterangkan sebagai berikut:

1. Faktor budaya, dalam faktor ini terbagi-bagi lagi budaya itu sendiri menjadi beberapa sub variabel, penjelasan mengenai sub-sub bagian tersebut adalah berikut ini:

a. Budaya, merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Meliputi kumpulan berbagai nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku, kebiasaan.

b. Sub-budaya, masing-masing dari budaya terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil lagi. Dimana memberikan memberikan ciri lebih banyak dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub budaya meliputi: kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis.

(28)

12 2. Faktor Sosial, Merupakan faktor yang timbul dari lingkungan sosial konsumen

tersebut. faktor-faktor sosial meliputi, sebagai berikut:

a. Kelompok acuan, merupakan sebuah kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang, yang meliputi: rekan kerja, teman dekat, teman sekomunitas, kelompok keagamaan, dan sebagainya.

b. Keluarga, merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam mayarakat. Disebabkan keluarga merupakan kumpulan orang-orang terdekat konsumen tersebut.

c. Peran dan status, peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Sedangkan status adalah kedudukan seseorang dalam sebuah lingkungan.

3. Faktor individu, Perilaku pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karateristik tersebut meliputi sebagai berikut:

a. Usia dan tahap siklus hidup, perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh usia konsumen tersebut, dan juga kebutuhan juga dipengaruhi oleh usia konsumen. Semakin tua makan kebutuhan akan semakin besar. Sedangkan tahap siklus hidup merupakan pembagian dari periode hidupnya.

(29)

13 penghasilan, semakin besar penghasilan maka akan semakin besar pula kebutuhan.

c. Gaya hidup, merupakan pola hidup seseorang yang di ekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup juga menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkunganya.

d. Kepribadian dan konsep diri, kepribadian merupakan karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkunganya. 4. Faktor psikologis, Dalam perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa

bagian psikologis seorang manusia, rneliputi:

a. Motivasi atau dorongan, merupakan dorongan dari diri sendiri untuk melakukan sebuah aktivitas. Dalam hal ini adalah dorongan untuk melakukan pembelian.

b. Persepsi, merupakan proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.

c. Pembelajaran, meliputi perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang yang didasarkan pada pengalaman.

(30)
(31)
[image:31.595.112.520.164.595.2]

15 Gambar 2.2

Model Perilaku Konsumen Menurut Ristiyanti dan John Ihalauw Pengaruh Internal : 1. Kebutuhan dan motivasi 2. Kepribadian 3. Psikografis 4. Persepsi 5. Pembelajaran 6. Sikap Konsumen 1. Kebutuhan atribut produk. 2. Sikap 3. Persepsi 4. Gaya hidup

Pengaruh Eksternal : 1. Keluarga 2. Kelas sosial 3. Budaya dan

sub budaya 4. Kelompok

acuan 5. komuniikasi

pemasaran

Sumber : Ristiyanti dan John Ihalauw, 2005 : 14 Mencari dan mengevaluasi Menentukan alternatif-alternatif Menentukan pilihan dan memutuskan membeli Membeli Prilaku pasca membeli Desonansi pasca membeli Puas atau tidak

(32)

16 Melihat dari model tersebut, maka dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian adalah terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari: kebutuhan dan motivasi, kepribadian, psikografis, persepsi, pembelajaran, sikap. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari: keluarga, kelas sosial, budaya dan sub budaya, kelompok acuan, dan komunikasi pemasaran.

1. Faktor atau pengaruh internal yang meliputi beberapa item tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kebutuhan dan motivasi, kebutuhan adalah esensi dari konsep pemasaran modern. Dalam hal ini kebutuhan meliputi; kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosialisasi, dan kebutuhan aktualisasi. Sedangkan motivasi daya dorong untuk berperilaku dan perilaku itu mengarah kepada tujuan tertentu.

b. Kepribadian, merupakan esensi yang mencerminkan perbedaan individu. Kepribadian bersifat konsisten dan bertahan dalam waktu yang lama. Serta kepribadian itu dapat berinteraksi dengan situasi. c. Psikografis, menurut Mowen didalam Ristiyanti dan John Ihalauw,

(33)

17 dan opinions (pendapat). Dari sini maka dapat disimpulkan bahwa psikografis dapat menggambarkan gaya hidup seseorang konsumen. d. Persepsi, merupakan proses di mana sensasi yang diterima oleh

seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan diinterpretasikan. e. Pembelajaran, merupakan perubahap perilaku yang relatif tetap, yang

terjadi sebagai akibat dari pengalaman. Pembelajaran dapat disebut pula dari sebuah akibat pengalaman dalam sebuah kejadian.

f. Sikap, merupakan langkap yang bersifat permanen yang mempengaruhi perilaku seseorang konsumen dalam bertindak.

2. Sedangkan faktor atau pengaruh eksternal pada kosnumen yang menyebabkan konsumen membeli sebuah produk, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Keluarga, sangat mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi sebuah produk. Dalam artian individu-individu yang ada didalamnya adalah sebagai referensi konsumen untuk mengetahui sebuah produk. b. Kelas sosial, merupakan pembagian masyarakat berdasarkan kriteria

tertentu. Keias sosial dengan kriteria ternetu dapat dilihat melalui tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat penghasilan. Adapun dalam penerapanya sebuah kelas sosial sangat pembagiannya sangatlah berbeda-beda berdasarkan sudut pandang yang dianut oleh masyarakat tersebut.

(34)

18 tertentu ( Ristiyanti dan John Ihalauw, 2005:184). Budaya meliputi; kebiasaan masyarakat, keyakinan, dan nilai-nilai adat.

d. Kelompok acuan, kelompok acuan dapat diartikan sebagai dua atau lebih orang yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan tertentu baik bersifat pribadi dan tujuan bersama. Kelompok acuan dalam kaitannya konsumen membeli sebuah produk meliputi: keluarga dan sanak keluarga, teman dekat, kelompok sosial formal atau rekan sekomunitas, kelompok kerja atau rekan kerja, kelompok belanja. e. Komunikasi pemasaran, pada dasarnya adalah praktik yang dilakukan

untuk memberikan atau sating bertukar informasi. Komunikasi pemasaran dapat dilakukan melalui pemasaran langsung, periklanan, promosi penjualan, dan sebagainya.

(35)

19 D. Tahap-Tahap Keputusan Pembelian

[image:35.595.114.512.254.542.2]

Menurut Kotler, 2000:190, untuk sampai pada tahap pembelian, terdapat langkah-langkah dalam proses pembelian dengan suatu. tahapan. Proses pengambilan keputusan meliputi serangkaian tahapan meliputi: identifikasi kebutuhan, pencarian alternatif, evaluasi alternatif, perilaku pembelian, dan perilaku puma beli. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. 3

Proses Keputusan Pembelian

Sumber: Phillip kotler, 2000:193

1. Identifikasi masalah: merupakan proses dimana pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan yang timbul dari ransangan internal atau rangsangan eksternal.

2. Pencarian informasi: konsumen yang tertarik terhadap sebuah produk akan mencari informasi mengenai produk tersebut.

3. Evaluasi alternatif: sesudah mendapatkan informasi mengenai produk tersebut, maka dibuatlah evaluasi untuk memilih satu atau beberapa alternatif

4. Keputusan membeli: sesudah mengevaluasi sebuah produk dan melihat secara jelas produk tersebut, maka konsumen membuat keputusan untuk membeli sebuah produk.

5. Evaluasi purnabeli: Setelah melakukan pembelian terhadap sebuah produk, konsumen merasakan sebuah tingkat kepuasan atau tingkat ketidakpuasan. Identifikasi

Masalah

Pencarian alternatif

Evaluasi Alternatif

Keputusan membeli

(36)

20 Sesudah melalui serangkaian tahapan dalam melakukan proses pembelian, maka selanjutnya melakukan sebuah keputusan pembelian bagi konsumen dalam model diatas, dijelaskan konsumen terdapat lima keputusan pembelian pada konsumen, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemilihan produk, maksudnya menjelaskan bahwa konsumen dapat melakukan pemilihan produk sekehendak mereka.

2. Pemilihan merek, konsumen bebas memilih merek yang mereka anggap cocok untuk dikonsumsi.

3. Pemilihan saluran distribusi, konsumen dapat memilih mereka menggunakan jasa saluran distribusi yang mereka anggap cocok.

4. Pemilihan waktu pembelian, konsumen dapat memilih waktu yang mereka anggap tepat dalam melakukan pembelian.

5. Pemilihan jumlah pembelian, konsumen bebas berkehendak untuk menentukan jumlah barang yang akan mereka beli.

Dalam pengambilan keputusan konsumen sangatlah berbeda-beda. Bergantung pada jenis keputusan pembelian tersebut. Maka dalam perilaku saat melakukan pembelian terbagi dalam beberap jenis, yaitu:

(37)

21 2. Perilaku pembelian pengurang ketidakyamanan, keterlibatan konsumen dalam jenis perilaku pembelian ini sangat terlibat. Dalam pembelian ini konsumen banyak mempertimbangkan harga dan tidak peka terhadap merek serta kualitas sehingga langsung dengan cepat membelinya, sesudah itu terjadilah disonansi (ketidaknyamanan) sesudah merasakan produk tersebut.

3. Perilaku pembelian karena kebiasaan, dalam jenis pembelian ini terjadi karena konsumen membeli karena telah terbiasa membeli sebuah produk, bukan akibat kesetiaan terhadap sebuah merek.

(38)

22 keragaman konsumen, produsen perlu merevisi beberapa hal mekanisme pasar harga dan sebagainya. (Prahalad dan Ramaswarmy, 2009:24). Apabila hal tersebut dilaksanakan akan terjacli perubahan pads perusahaan tersebut dalam peningkatan penjualan produknya.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Ritawati Tedjakusuma, Sri hartini, dan Muryani, dengan judul penelitian "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Air Mineral Di Kotamadya Surabaya". Dengan hasil penelitian menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumennya adalah: faktor pendidikan, faktor penghasilan, faktor harga, faktor kualitas, faktor distribusi, faktor promosi. Dengan mengunakan alat analisis regresi berganda, menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut berpengaruh secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian air mineral dengan nilai F hitung = 34,677> Ftabel= 2,14. serta dengan koefisien korelasi R sebesar 0,7203 dan koefisien determinasi ganda (R squared) sebesar 0,5188. sedangkan faktor yang dominan dalam penelitian ini adalah faktor harga.

(39)

23 dinamakan responsiveness, faktor 4 dinamakan reliability, faktor 5 dinamakan assurance, faktor 6 dinamakan emphaty. Dimana penggunaan analisis faktor pada penelitian ini adalah untuk melihat 5 dimensi kualitas pelayanan pada institusi pendidikandan penerapanya pada institusi pendidikan tinggi. 5 faktor dimensi kualitas pelayanan terbagi menjadi 20 variabel dari tabel total variance explained, terbentuk 6 faktor. Sesudah itu 6 faktor itu berguna untuk melihat bentuk (performance) kualitas pelayanan pada institusi perguruan tinggi tersebut.

(40)
(41)

25 G. Kerangka Pemikiran

(42)
[image:42.595.80.546.171.756.2]

26 Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian teh Celup Sariwangi

Faktor Produk  Cita rasa produk teh Celup Sariwangi yang khas.

 Aroma teh celup Sariwangi yang khas.

 Warna air teh celup Sariwangi.

Faktor Harga  Kesesuaian antar harga terhadap manfaat produk teh.

 Harga adalah sebagai pertimbangan akhir konsumen.

Faktor Promosi  Iklan pada produk teh Celup Sariwangi.

 Promosi penjualan pada produk teh Celup Sariwangi.

 Pemasaran langsung teh Celup Sariwangi. Faktor Distribusi  Kemudahan dalam memperoleh the Celup

Sariwangi dipasaran.

 Pelayanan penjual, ketika konsumen membeli teh Celup Sariwangi.

 Lokasi atau tempat konsumen membeli teh Celup Sariwangi.

Faktor Budaya  Kebiasaan konsumen dalam minum teh. Faktor Indvidu  Usia responden yang mengkonsumsi teh.

 Jenis profesi konsumen yang mengkonsumsi teh.

 Tingkat pendidikan konsumen teh Celup Sariwangi.

 Tingkat penghasilan konsumen teh.

 Minum teh sebagai gaya hidup.

Faktor Sosial  Keluarga sebagai referensi dalam membeli produk.

 Rekan sekerja sebagai referensi dalam membeli produk.

 Rekan sekomunitas sebagai referensi dalam membeli produk.

Faktor Psikologis  Keyakinan diri dalam minum teh. Dorongan diri dalam minum teh.

 Persepsi dalam minum teh.

(43)

27 Keterangan:

1. Faktor produk, dalam penelitian ini obyek penelitiannya adalah para konsumen yang mengkonsumsi teh, khususnya teh celup Sariwangi. Untuk menilai tersebut berdasarkan penelitian Wahyudiawan, Ljang Sumarwan, Hartoyo (2002:60), menyatakan bahwa agar dapat meneliti orang-orang yang mengkonsumsi minuman, caranya dengan melihat atribut produk minuman itu sendiri. Atribut produk minuman terdiri dari; citarasa, aroma, dan warna. Berdasarkan penelitian tersebut maka penelitian ini faktor produk variabelnya terdiri dari: citarasa, aroma, dan warna.

2. Faktor harga dalam penelitian ini terdiri dari variabel kesesuaian harga dengan manfaat produk, dan harga sebagai pertimbangan akhir. Hal itu sesuai dengan penelitian Ritawati Tedjakusuma, Hartini, dan Sri Mulyani (2003:45).

3. Faktor promosi, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu: Iklan, promosi penjualan, dan pemasaran langsung..

4. Faktor distribusi, dalam penelitian ini variabelnya terdiri dari: kemudahan dalam mendapatkan produk, pelayanan penjual, dan lokasi. Pemilihan variabel tersebut, berdasarkan penelitian dari Ritawati Tedjakusuma, Hartini, dan Sri mulyani (2003:56).

(44)

28 6. Faktor Individu, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu: usia, profesi, penghasilan, pendidikan, dan gaya hidup. Pengambilan variabel-variabel tersebut berdasarkan buku Philip Kotler (2000:191). 7. Faktor Sosial, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu:

keluarga, rekan kerja, teman dekat, dan rekan sekomunitas. Hal ini berdasarkan pada buku Philip kotler (2000:189), dan juga berdasarkan pada buku Ristiyanti dan John Ihalauw (2004:35).

8. Faktor Psikologis, dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu: keyakinan, dorongan (motivasi), persepsi, dan pengalaman. Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan pada buku hilip Kotler (2000:196).

H. Hipotesis

(45)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Bekasi. Hal yang melatar belakangi diambilnya masyarakat Kota Bekasi, disebabkan luas daerah kota tersebut cukup memadai untuk dilaksanakan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian teh celup Sariwangi di Kota Bekasi.

B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Santoso dan Tjiptono didalam M. Hariwijaya (2008:35), menjelaskan bahwa; populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang, membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus, dalam hal ini populasi yang diteliti terdefinisikan dengan jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Bekasi.

2. Sampel

(46)

30 pengambilan sampel untuk sebuah penelitian dapat digunakan kuesioner, untuk memperoleh tanggapan dari konsumen yang masuk dalam sampel yang diteliti. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental sampling, yaitu metode sampel dengan melakukan pengumpulan data melalui siapa saja yang ditemuinya tidak peduli apakah responden yang dihubungi memiliki keterkaitan dengan penelitianya ataupun tidak (Abdul Hamid, 2007:30). untuk menjadi responden, dalam hal ini adalah masyarakat yang mengkonsumsi teh celup. dalam penelitian ini sampel yang ditetapkan sebanyak 145 responden yang dianggap sudah mewakili.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode dalam mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder dan data primer. Sumber data primer berasal dari masyarakat yang mengkonsumsi teh dengan menggunakan questionnaire.

(47)

31 memperoleh data dari responden dengan mengutarakan atau mengajukan beberapa pertanyaan tertulis kepada masyarakat. Questionnaire yang akan diajukan kepada responden berupa sekumpulan pertanyaan tertutup, dikarenakan jawaban telah tersediakan.

2. Data sekunder, merupakan data yang sudah tersedia sehingga peneliti tinggal mencari dan mengumpulkan data tersebut ( Jonathan sarwono, 2006:11), data tersebut dapat diperoleh dari sumber bacaan yang bisa di dapat dari; buku, internet, jurnal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan media massa.

[image:47.595.108.516.209.657.2]

Dalam mengetahui pendapat responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah diajukan. Maka digunakanlah kuesioner sebagai alas pengumpulan data merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang berguna untuk memperoleh informasi dari responden. Dalam hal ini, maka digunakan pendekatan Skala Likert dengan menggunakan 4 kategori, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Model Skala Likert

Sangat Setuju Setuju Ragu Tidak Setuju Sangat tidak Setuju

(SS) (S) R (TS) (STS)

5 4 3 2 1

(48)

32 D. Metode Analisis Data

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas berasal dari kata Validity, yang berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008:172). Suatu skala dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini tehnik yang digunakan adalah korelasi product moment dari pearson yaitu:

) ( )( ( ) )( ( 2 2 2 2 y y N x x N y x xy N rxy            Dimana:

X = pertanyaan nomor tertentu Y = Skor total

N = Jumlah responden

Uji hipotesis untuk validitas tiap butir pertanyaan suatu angket adalah sebagai berikut:

Ho = Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktornya HI = Skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktornya.

Dengan tingkat signifikan 5 %, dengan Rhasil < Rtable = maka Ho. tidak ditolak, sedangkan jika Rhasil, ≥ Rtable = maka H1, butir pertanyaan valid.

(49)

33 pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya (Jonathan Sarwono, 2006:218). Reliabilitas dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas Alpha, yaitu: :

Rn =

2 2 o 1

1 o

b k

k

 

Dimana:

Rn = Relatif instrumen K = banyaknya pertanyaan ∑ σb2

= jumlah varians σ2

= varians total

Dalam penelitian ini menggunakan model analisis, yaitu analisis faktor, analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang diperkirakan menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian teh celup Sariwangi.

2. Analisis Faktor

(50)

34 Kegunaan utama analisis faktor ialah melakukan pengurangan data atau dengan kata lain melakukan peringkasan sejumlah variabel yang akan menjadi kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdepedensi beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut faktor. Sehingga ditemukan variabel-variabel atau faktor-faktor yang dominan atau penting untuk dianalisis lebih lanjut (Jonathan Sarwono, 2006:202). Persamaan atau rumus analisis faktor adalah sebagai berikut: X1 = Ai1 F1 + Ai2F2 + A13F3 + Ai4 F4 + ... + ViUi

Dimana:

Fi = variabel terstandar ke-I

Ail = koefisien regresi dari variabel ke I pada common faktor I Vi = koefisien regresi terstandar dari variabel I pada faktor unik ke I F = Common faktor

Ui = variabel unik untuk variabel ke I M = jumlah common faktor

Secara jelas common faktor dapat diformulasikan sebagai berikut: Fi = WiX1 + Wi2X2 + Wi3 X3+ …..+ Wik Xk

Dimana:

Fi = faktor ke I estimasi

WI = bobot faktor atau skor koefisien faktor X K = jumlah variabel

(51)

35 a. Besar korelasi atau korelasi antar independet variabel harus cukup

kuat.

b. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel yang lain.

c. Pengujian sebuah matriks korelasi diukur dengan besaran Barlett Test Of Spericity atau dengan Measure Sampling Adequacy (MSA).

Setelah sampel didapat dan uji asumsi terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses analisis faktor. Proses tersebut meliputi:

a. Menguji variabel apa saja yang akan dianalisis.

b. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, menggunakan Bartlett Test of Sphericity dan MSA.

c. Melakukan proses inti analisis faktor, yakni factoring, atau menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya.

d. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu.

e. Interpretasi atau faktor yang telah terbentuk, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.

(52)

36 Tahap pertama dalam analisis faktor adalah dengan menilai mana saja variabel yang dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, dan kemudian pada variabel-variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian.

Logika pengujian adalah jika sebuah variabel memang mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk sebuah faktor, variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain. Sebaliknya, variabel dengan korelasi yang lemah dengan variabel yang lain, akan cenderung tidak akan mengelompok dalam faktor tertentu.

Uji KMO dan Bartlett Test, memiliki beberapa hal yaitu angka KMO haruslah berada diatas 0,5 dan signifikan harus berada dibawah 0,05. sedangkan pada uji MSA angkanya haruslah berada pada 0 sampai 1, dengan kriteria:

a. MSA= 1, Variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain.

b. MSA > 0,5, Variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. c. MSA < 0,5, Variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih

lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

(53)

37 E. Operasional Variabel

[image:53.595.114.542.271.753.2]

Operasional variabel penelitian merupakan batasan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian, dengan maksud menhindari kemungkinan adanya makna ganda, sekaligus mendefinisikan variabel-variabel sampai dengan kemungkinan pengukuran dan cara pengukurannya (Abdul Hamid, 2007:32). Jadi, operasional variabel merupakan penjabaran atau penjelasan mengenai variabel-variabel yang ada, dan juga merupakan penjelasan-penjelasan mengenai variabel-variabel yang menjadi kajian dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yang berjumlah 27 variabel.

Gambar 3.2 Operasional variabel No Variabel Sub

variabel

Indikator Skala

1 Faktor-faktor yang

mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian teh Celup

Sariwangi

Produk  Cita rasa produk teh Celup Sariwangi yang khas.

 Aroma teh celup Sariwangi yang khas.

 Warna air teh celup Sariwangi.

Ordinal

Harga  Kesesuaian antar harga terhadap manfaat produk teh.

 Harga adalah sebagai pertimbangan akhir konsumen.

Ordinal

Promosi  Iklan pada produk teh Celup Sariwangi.

(54)

38 No Variabel Sub

variabel

Indikator Skala

 Promosi penjualan pada produk teh Celup Sariwangi.

 Pemasaran langsung teh Celup Sariwangi. Distribusi  Kemudahan dalam

memperoleh teh Celup Sariwangi dipasaran.

 Pelayanan penjual, ketika konsumen membeli teh Celup Sariwangi.

 Lokasi atau tempat konsumen membeli teh Celup Sariwangi.

Ordinal

Budaya  Kebiasaan konsumen dalam minum teh.

Ordinal

Individu  Usia responden yang mengkonsumsi teh.

 Jenis profesi konsumen yang mengkonsumsi teh.

 Tingkat pendidikan konsumen teh Celup Sariwangi.

 Tingkat penghasilan konsumen teh.

 Minum teh sebagai gaya hidup.

Ordinal

Sosial  Keluarga sebagai referensi dalam membeli produk.

 Rekan sekerja sebagai referensi dalam membeli produk.

 Rekan sekomunitas sebagai referensi dalam membeli produk.

Ordinal

Psikologis  Keyakinan diri dalam minum teh.

 Dorongan diri dalam minum teh.

 Persepsi dalam minum

(55)

39 No Variabel Sub

variabel

Indikator Skala

teh.

(56)

40 BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan PT.Unilever Indonesia

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

(57)

41 Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.

Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.

Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik.

Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000.

(58)

42 Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al.

Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia Lever kepada Technopia Singapore Pte. Ltd.

(59)

43 sama dengan metoda pengelompokan saham (pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004.

Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan industri minuman sari buah melalui pengalihan merek “Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan

Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008.

Berikut adalah perjalanan dari PT.Unilever Indonesia dari awal mulai usaha:

1920-30 Import oleh van den Bergh, Jurgen and Brothers

1933 Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV Lever – Angke, Jakarta 1936 Produksi margarin dan minyak oleh Pabrik van den Bergh NV –

Angke, Jakarta

1941 Pabrik komestik – Colibri NV, Surabaya

1942-46 Kendali oleh unilever dihentikan (Perang Dunia II) 1965-66 Di bawah kendali pemerintah

(60)

44 1981 Go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta

1982 Pembangunan pabrik Ellida Gibbs di Rungkut, Surabaya

1988 Pemindahan Pabrik Sabun Mandi dari Colibri ke Pabrik Rungkut, Surabaya

1990 Terjun di bisnis teh 1992 Membuka pabrik es krim

1995 Pembangunan pabrik deterjen dan makanan di Cikarang, Bekasi 1996-98 Penggabungan instalasi produksi – Cikarang, Rungkut

1999 Deterjen Cair NSD – Cikarang 2000 Terjun ke bisnis kecap

2001 Membuka pabrik teh – Cikarang

2002 Membuka pusat distribusi sentral Jakarta 2003 Terjun ke bisnis obat nyamuk bakar 2004 Terjun ke bisnis makanan ringan

(61)

45 Misi Unilever adalah peningkatan vitalitas hidup, memenuhi kebutuhan akan nutrisi, kesehatan dan perawatan pribadi sehari-hari dengan produk-produk yang membuat para pemakainya merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan.

Jalinan yang mengakar dalam budaya dan pasar setempat di seluruh dunia telah menghasilkan hubungan yang kuat dengan para pelanggan dan merupakan dasar yang sangat berguna untuk pertumbuhan Unilever di masa mendatang. Unilever akan membawa kekayaan ilmu pengetahuan dan keahlian internasional Unilever untuk dapat melayani konsumen setempat - multinasional multilokal sesungguhnya dengan sebaik-baiknya.

Keberhasilan jangka panjang Unilever memerlukan komitmen terhadap standar pelaksanaan dan produktivitas bermutu tinggi, terhadap kerjasama yang harus dilakukan secara efektif, dan terhadap keinginan untuk menerima gagasan baru dan belajar secara terus menerus.

Unilever juga yakin bahwa untuk mencapai keberhasilan diperlukan standar etika usaha pada masing-masing orang yang bekerja bersama Unilever, masyarakat yang berinteraksi dengan Unilever serta lingkungan tempat Unilever melakukan kegiatan usaha.

(62)

46 Berikut ini adalah jabaran dari misi Unilever Indonesia:

 Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi

kebutuhan dan aspirasi konsumen

 Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan

komunitas.

 Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.  Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang

tinggi.

 Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan

dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.

 Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada

masyarakat dan lingkungan hidup.

(63)

47 2. Sejarah Minuman

Sejarah minuman teh penulis dapatkan melalui sebuah situs www.food-info.net, situs www.food-info.net merupakan sebuah situs yang berisi informasi seputar makanan dan gizi yang dikelola secara resmi oleh Universitas Wageningen Belanda.

Bangsa Cina telah minum teh selama 5.000 tahun. Asal mula teh pada awalnya masih merupakan legenda . Legenda yang paling terkenal adalah cerita tentang Kaisar Shen Nung (diucapkan „Shay-Nung').

Penemuan teh olehnya belum ditempatkan secara tepat dalam sejarah, yaitu pada tahun 2737 sebelum masehi.

Selama ribuan tahun, bangsa Cina meminum teh untuk kesehatan dan kenikmatan. Tidak seorangpun tahu apa yang menyebabkan mereka tertarik dengan daun hijau serta mengkilap dari Camellia sinensis , tetapi legenda popular dapat memberi pengetahuan kepada kita.

Pada suatu hari, ketika Kaisar Shen Nung akan minum air mendidih, beberapa daun dari pohon yang menjuntai tertiup angin dan jatuh di panci berisi air mendidih tersebut. Sang Kaisar ingin tahu dan memutuskan untuk mencicipi air rebusan yang tidak menyerupai minuman tersebut. Kaisar menemukan air rebusan itu sedap dan menyegarkan tubuh.

(64)

48 mengunyah beberapa daun yang tumbuh didekatnya, yang dengan serta-merta menyegarkannya kembali.

India saat ini merupakan penghasil teh terbesar di dunia, tetapi tidak ada catatan sejarah mengenai minum teh di India sebelum abad kesembilan belas. Eksperimen dari Bodhidharma mengunyah teh tidak pernah disebarkan kepada masyarakat umum pada saat itu.

Mitologi lain dari Jepang mengenai biarawan yang bertapa, Bodhidharma, menjelaskan bagaimana ia membuang kelopak matanya yang berat ke tanah karena merasa frustasi tidak mampu untuk tetap terjaga. Pohon teh tumbuh dimana ia membuang kelopak matanya. Dedaunan dari pohon yang baru tumbuh ini secara ajaib menyembuhkan kepenatannya.

Teh bukan asli dari Jepang, maka mitologi ini tidak memberikan penjelasan untuk keberadaanya secara mendadak di Jepang. Realitanya kurang beragam: di awal abad kesembilan, seorang biarawan dari Jepang yang pulang dari pengembaraan, bernama Dengyo Daishi membawa biji tanaman teh dari Cina.

Metode pembuatan teh dengan panci terbuka yang diperkenalkan oleh Kaisar Shen Nung terbukti setelah sekian lama waktu berjalan. Hal tersebut membutuhkan waktu 4.000 tahun sebelum metode pembuatan teh yang kita kenal sekarang dikembangkan.

(65)

49 tradisional dari China yang menggunakan penutup menjadi teko teh yang sempurna.

„Teh' dengan segala variasinya di dunia dalam pengejaan dan

pengucapan berasal dari sumber tunggal. „ Te ', berarti „teh' dalam dialek Cina Amoy. Bahasa Cina nasional dari kata teh, „ cha ', juga menghasilkan beberapa turunan kata lain di dunia.

Teh masuk ke Eropa pada awal abad ketujuhbelas. Dibandingkan kelebihan teh dalam hal pengobatan, bangsa Eropa lebih memilih aroma kopi. Hanya diantara beberapa golongan kecil dari kaum bangsawan, yang mempopulerkan teh.

Pada awal abad ketujuh belas pedagang dari bangsa Belanda dan Portugis pertama kali memperkenalkan teh ke Eropa. Pedagang Portugis mengirimkan dengan kapal dari pelabuhan Cina, Macau, sedangkan pedagang Belanda membawanya dari Indonesia ke Eropa.

Minuman baru yang datang bersamaan dengan muatan sutera dan rempah-rempah ini tidak mengalami sukses dalam sekejap.

Bangsa Eropa mencicipi teh, tetapi mereka lebih memilih aroma kopi. Sedangkan pedagang Inggris menunggu hingga tahun 1652 sebelum akhirnya mulai memperdagangkan teh.

(66)

50 Ketika penggemar teh di Rusia meningkat, barisan unta yang membawa teh semakin memanjang.

Pada akhir abad kedelapan belas, beberapa ribu kereta yang ditarik unta, kira-kira 200-300 kereta pada satu saat menyeberangi perbatasan Cina.

Jalur kereta api lintas Siberia menggantikan kereta yang ditarik unta, tetapi perjalanan romantik tersebut menyisakan ingatan yang popular atas campuran lembut teh hitam Cina yang terkenal sebagai Karavan Rusia.

Pada abad ketujuhbelas di Eropa, tak satupun yang menolong penjualan teh selain pelanggan dari keluarga kerajaan.

Acara minum teh menjadi istimewa pada tahun 1662, ketika Raja Charles II dari Inggris menikah dengan Catherine dari Braganza, seorang putri berkebangsaan Portugis dan seorang penggemar teh. Catherine mengawali tradisi minum teh dalam istana, dengan menggunakan mangkuk dan teko teh transparan buatan Cina – dan segera para anggota istana lain mengikuti caranya.

Pada saat itu harga teh dinilai mahal, namun sekarang sudah menjadi umum. Seketika teh menjadi mode dan eksklusif. Menurut sudut pandang kaum bangsawan, hal tersebut merupakan sesuatu yang menarik.

(67)

51 semangat: secangkir air mendidih, atau bir yang cukup kuat untuk membunuh bakteri.

Di Inggris dan beberapa negara, dimana bir adalah minuman yang umum untuk sarapan, teh menjadi altenatif lain yang disambut baik. Pada akhirnya teh menjadi pemuas dahaga yang hangat dan menyegarkan, penuh rasa, dan aman untuk diminum.

Pada abad kedelapan belas di keluarga kaya, minum teh merupakan acara dalam perayaan besar.

Daun teh yang bernilai tinggi seringkali disimpan dalam kotak penyimpanan yang berkunci, dimana hanya ada satu kunci.

Sekali atau dua kali dalam seminggu, nyonya rumah akan membuka kuncinya dan menghidangkan teh untuk suguhan dalam keluarga, atau untuk memberi kesan pada tamu istimewa.

Teh disajikan dengan porselin yang memiliki mutu baik, yang menandakan tingkat kekayaan, selain untuk menambah arti dari perayaan. Hal ini juga merupakan kesempatan bagi para wanita untuk memamerkan kulit mereka yang pucat dan struktur tulang yang lembut dibandingkan porselin Cina. Dua atribut ini merupakan tolok ukur kemurnian seorang wanita pada saat itu.

(68)

52 yang menerangi jalan setapak, musik, tarian, kembang api, dan makanan enak ditemani dengan secangkir teh yang nikmat.

Kebun teh tidak hanya tempat yang menyenangkan, tetapi juga merupakan tempat untuk pertemuan sosial. Di tempat eksotis ini, keluarga kerajaan dan rakyat biasa dapat berjalan bersama.

Konsumsi teh meningkat secara dramatis selama awal abad kesembilan belas. Mode dan penurunan harga membangun pasar yang sulit dipenuhi oleh para pemasok barang. Untuk menerobos monopoli dari Cina, perdagangan teh beralih ke India untuk mengisi kesenjangan.

Ketika konsumsi teh meningkat pada awal abad kesembilan belas, Perusahaan India Timur mencari sumber persediaan baru. Sejak bangsa Cina memonopoli penamanan teh, solusinya adalah dengan menanam teh dimana-mana.

Percobaan pertama dengan bibit teh dari Cina dikelola di Assam, timur laut India. Tetapi eksperimen ini tidak berhasil, meskipun bibit yang sama tumbuh dengan baik di Darjeeling, India bagian utara.

(69)

53 Sampai pada tahun 1826, teh selalu dijual secara lepas. Hal ini mengundang niat jahat pengusaha toko untuk mengganti aroma teh dengan bahan tambahan. Pada tahun 1826, John Horniman mengembangkan (pre-sealed )pra penutup, kemasan teh dengan penutup dari timah, dimana hal ini tidak segera menyenangkan para penjual. Mereka lebih memilih untuk meningkatkan keuntungan dengan kebiasaan yang sudah ada. Horniman kemudian mencoba cara lain untuk memasarkannya. Dia menambahkan pesan kesehatan pada kemasan teh dan menjualnya ke apoteker dan ahli obat. Orang-orang ini dan pelanggannya jauh lebih bisa menerima pendekatan ini.

Keberadaan teh celup berasal dari kejadian yang tidak disengaja. Seorang pengimpor teh dari New York bernama Thomas Sullivan mengirimkan contoh teh kepada para pelanggannya dalam kantung sutera kecil. Para pelanggan ini menyukai cara yang mudah ini, kemudian selanjutnya menghendaki semua teh untuk mereka dikemas dalam kantung.

Setelah 5.000 tahun, konsumsi dan produksi teh terus meningkat. Di dunia, secara kasar tiga juta ton teh dipanen setiap tahunnya.

(70)

54 3. Gambaran Umum Kota Bekasi

Gambaran umum tentang Kota Bekasi penulis dapatkan melalui situs resmi Pemerintah Daerah Kota Bekasi. Pada perkembangannya kini sesuai dengan Perda No. 4 tahun 2004, Kota Bekasi mempunyai 12 kecamatan, yang terdiri dari 56 kelurahan, yaitu : Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Selatan, Kecamatan Bekasi Timur, Kecamatan Bekasi Utara, Kecamatan Pondok Gede, Kecamatan Jatiasih, Kecamatan Bantar Gebang, kecamatan Jatisampurna, Kecamatan Medan Satria, kecamatan Rawalumbu, kecamatan Mustika Jaya dan kecamatan Pondok Melati.

Selain menjadi wilayah pemukiman, Kota Bekasi juga berkembang sebagai Kota perdagangan, jasa dan industri. Untuk menunjang perkembangannya, Pemkot Bekasi telah mengembangkan Satuan Pelayanan Satu Atap (SPSA) yang mendapatkan Citra Pelayanan Publik Tingkat Nasional. Pemkot Bekasi terus mengembangkan fasilitas-fasilitas yang mendukung aktifitas masyarakat, seperti pasar tradisional dan modern, perumahan, tempat ibadah, sarana pendidikan dan kesehatan.

(71)

55 Jakarta Cikampek setelah dibangunnya jalan tol Cipularang, yang menghubungkan secara cepat antara Bandung dengan Jakarta. Saat ini juga telah mulai dijalankan pengembangan jalan tol JORR (Jakarta Out Ring Road) yang menghubungkan tol Jagorawi dengan Cikunir.

Sektor industri dan perdagangan merupakan sektor yang diunggulkan, ini sesuai dengan Visi Kota Bekasi, yaitu unggul dalam jasa dan perdagangan, kini berkembang sangat pesat. Selain itu, banyak juga industri kecil yang berkembang dan telah dapat membuka pasar internasional. Perdagangan ikan hias yang ada di Kota Bekasi saat ini merupakan komoditi terbesar di Asia Tenggara. Dieksport ke berbagai negara Australia, Belanda dan Selandia Baru. Sektor industri besar juga telah menetapkan Kota Bekasi sebagai kawasan perindustrian yang dapat memberikan keuntungan bagi pengusaha lokal maupun internasional.

(72)

56 B. Pembahasan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam melakukan penyebaran kuesioner kepada responden, maka saya menyebarkan sebanyak 145 buah kepada responden. Dalam hal ini saya membagi dua sampel yang saya tentukan bahwa dari 145 buah kuesioner yang saya sebar dan bagi kepada 145 buah responden, 30 buah untuk uji validitas dan reliabilitas atau dengan kata lain untuk tryout sebanyak 30 buah responden, sedangkan sisanya sebanyak 115 untuk mengolah data dengan Analisis Faktor.

(73)

57 Correlation, dengan merujuk pada nilai r tabel, pada tabel korelasi product moment sebagai acuan untuk melihat valid atau tidaknya suatu instrument.

[image:73.595.110.512.258.535.2]

Hasil uji validitas dan reliabilitas setelah menyebarkan kuesioner sebanyak 30 orang menyatakan bahwa reliabilitas berada pada angka 0,888 hal itu terlihat pada tabel dibawah ini bahwa nilai Cronbach Alpha berada pada angka 0,888 dan 2

Gambar

Gambar 2.2
Gambar 2. 3
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Model Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kedudukan surat elektronik dalam bentuk informasi elektronik dan atau dokumen elektronik sebagai salah satu jenis alat bukti dalam pembuktian perkara pidana

(2) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

The cost of land under development consists of the cost of land for development, direct and indirect real estate development costs and capitalized borrowing

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa LKS yang telah dikembangkan memiliki beberapa kelebihan yaitu: (a) LKS yang dikembangkan adalah LKS eksperimen

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga