1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rifki Febi Nur Fadillah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : 7 Februari 1987
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Anak ke : Pertama dari dua bersaudara
Orang Tua
Ayah : Drs. Musahir, M.Pd
Ibu : Nurjanis
Alamat : Jalan Talas 2 Rt. O2/01 Nomor 62 Pondok Cabe Ilir, Pamulang,
Tangerang Selatan Kode Pos 15418
Telepon : 085697091929
Pendidikan Formal :
1. TK Aisiyah 56 Kampung Utan, Cempaka Putih, Ciputat, Tangerang 2. SD Negeri 1 Kampung Utan, Cempaka Putih, Ciputat Tangerang 3. MTs Negeri 3 Jakarta Selatan
4. SMU Negeri 47 Jakarta Selatan
2
ABSTRACT
This study aimed to compare the stock performance of Islamic and conventional. Results from this study provides new evidence about risk and return performance of the Jakarta Islamic Index (JII) and LQ45. An Islamic stock market index such as the JII own shares according to Islamic law, and thus has a filtering process is more rigorous than conventional stocks, LQ45. The results of this study, provide evidence of statistically significant differences in the level of risk and Risk Adjusted Performance between Islamic and conventional stock index during 2008-2009. The analysis used in this research is Autoregresive Vector (VAR) Researchers also apply Granger causality tests and Johansen cointegration test to examine the relationship of short-term and long term between the two index. In addition to short-term relationship that is significant at a two-way causality, the long-term balance to indicate that the two indexes move together the views of the VAR model estimation results with the Vector Error Correction Model (VECM). This indicates that the motion on LQ45 give a good indication of the JII by moving towards the same in the short and long term.
3
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja saham syariah dan konvensional. Hasil dari penelitian ini memberikan bukti baru mengenai risiko dan kinerja pengembalian Jakarta Islamic Index (JII) dan LQ45. Sebuah pasar indeks saham Islam seperti JII memiliki saham menurut hukum Islam, dan tentunya memiliki proses penyaringan lebih ketat daripada saham konvensional, LQ45. Hasil penelitian ini, memberikan bukti perbedaan statistik signifikan pada resiko dan tingkat Risk Adjusted Performance antara indeks saham syariah dan konvensional selama 2008-2009. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Autoregresive (VAR) Peneliti juga menerapkan uji kausalitas Granger dan uji kointegrasi Johansen untuk memeriksa hubungan jangka pendek dan jangka panjang diantara kedua indeks tersebut. Selain hubungan jangka pendek yang signifikan pada kausalitas dua arah, keseimbangan jangka panjang mengindikasikan bahwa kedua indeks bergerak bersama-sama yang dilihat dari hasil estimasi model VAR dengan Vector Error Correction Model (VECM). Hal ini menunjukkan bahwa gerakan pada LQ45 memberikan indikasi yang baik terhadap JII dengan bergerak kearah yang sama dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Kata kunci : Kinerja Saham Syariah dan Konvensional, Risk Adjusted Performance, Uji Kausalitas Granger, Uji Konintegrasi Johansen, Vector Autoregresive (VAR), Vector Error Correction Model
4
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur bagi ALLAH SWT Tuhan
seru sekalian alam. Shalawat serta salam tercurah kepada pembimbing umat
manusia baginda Nabi serta Rasul, Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya. Atas rahmat dan ridho ALLAH SWT, penulis akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Perbandingan Keseimbangan
Risiko dan Pengembalian (risk-return tradeoff) Saham antara Jakarta Islamic
Index dengan LQ45 di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi S-1 pada jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti
telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik.
Peneliti juga memiliki keterbatasan kemampuan dalam proses penulisan skripsi
ini, oleh karena itu peneliti menyadari bahwa dengan adanya bimbingan,
dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak,
maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, peneliti
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua peneliti, Ayah Drs. Musahir M.Pd. Ibu Nurjanis yang
selalu mendo’akan yang terbaik bagi putri-putrinya dan selalu mendukung
5
2. Adik peneliti Fida Mufida dan Anharul Juhdi yang selalu mendo’akan dan
memberi semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM, selaku Pudek. Akademik, Dosen
Metodelogi Penelitian, Seminar Manajemen Keuangan dan Pembimbing I
yang selalu memberi motivasi dan solusi dalam penelitian ini.
4. Ibu Drs. Titi Dewi Warninda, SE, M.Si, selaku Dosen Manajemen
Keuangan, Penganggaran Perusahaan, Manajemen keuangan Internasional
dan Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya, selalu
memberi motivasi serta solusi dalam penelitian ini.
5. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB, selaku Kepala Jurusan Manajemen
yang telah memberikan nasihat dan motivasi kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini
6. Ibu Leis Suzanawaty , SE, M.Si, selaku Wakil Ketua Jurusan Manajemen
yang telah memberikan nasihat, pelajaran hidup dalam berproses untuk
selalu berlaku jujur dan motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial yang selalu memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Civitas Akademika FEIS yang telah memberikan
ilmunya yang tidak ternilai, atas motivasi dan bantuan dalam
6
9. Keluarga besar dari Ayah dan Ibu yang telah memberikan motivasi serta
bantuan baik moril maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan
studi di FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10.Teman-teman Mahasiswa Manajemen khususnya Manajemen A Angkatan
2005 Maharis Syahna Saputra, Bramantio Cahyadi, Elvira Hasanah,
Ristiandi, Imam Akbar, Restu Puspita Rini, Arif Fadilah, Ahmad Fauzi,
Mashari, Afian Doni, Aang Hanafie, M.Ilham, Budi Santoso, Farah Zesa,
Fitri Rahmayuni, Fira Rahma, Muhibbah, Martina Nova dan yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
11.Mahasiswa Akuntansi 2005, Aziz Indrawan, Didi Rohadi dan yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
12.Mahasiswa Ekonomi angkatan 2003-2009 Reguler dan Non-Reguler
Nadya Ismaya Hardi, M.Fikri Yulianto, Ahmad Kurniawan, Ayip Tayana,
Miranti, Emil dan yang tidak bisa disebutkan satu pesatu.
13.Teman-teman KMF KALACITRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Arip
Marzuki, M.Luthfi Rahman, Nadya Kharima, Asry Rahmita, Jauharoh
Alawiyah, Emma Noor Habiebbah, Christyanto Hadiwijaya, Novita Intan
Sari, Elisha Prima Agustin, Kikim, M. Vicky Al-Utsmany, Panji
Prianggoro, Hilma Ayudya, Liga Pujianti, M.Iqbal, Nur Dinni Tylova,
Angga Rizal, Wifqy Angga Widya, Kak Dwi Setianingsih, Kak Rani dan
7
14.Teman-teman Fotografi Indonesia, Danur Priyambodo, Radian Joezar,
Reza Khaisa, Om Don Hasman, Mas Feri Latief dan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
15.Teman-teman Unit Kegiatan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Apriansyah Rahman, Afif Waldy, Erza, Edi Hardian dan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
16.Guru dan teman-teman SDN Kp.Utan I, MTS N 3 dan SMA N 47 Jakarta
Bapak Eko Sarwono, Bapak Ruhimat Sanusi, Bapak Badrun Fuadi, Alm.
Bapak Maikon, Ibu Zakiyah, Riski Lustiono, Intania Sari Pratiwi,
Muhammad Reza Avesena, Laura Riyanti, Ellam P. Wardhana, Dwidjo
Feby, Indriani, Annisa Amaia, Annyssa Rahayu, Fitri, M. Ahsanul Umam
dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Jika terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, di tengah keterbatasan
penulis sebagai makhluk ciptaan-Nya. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Semoga ALLAH SWT selalu membimbing dan
menyertai langkah kita, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, Juni 2010
8
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup i
Abstact ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Grafik xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal Syariah 14
1. Pengertian Pasar Modal 14 2. Pasar Modal Syariah Indonesia 20
3. Indeks 27
4. Resiko dan Tingkat Pengembalian (Risk-Return Tradeoff) 31
B. Penelitian Terdahulu 34
C. Kerangka Pemikiran 39
D. Hipotesis 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 42
1. Deskripsi Data 42
9
B. Metode Penentuan Sampel 43 C. Metode Pengumpulan Data 45
D. Metode Analisa Data 45
1. Deskriptif Statistik 45
2. Analisis VAR 49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Indeks Pasar Modal Indonesia 56 B. Perkembangan Pasar Modal Indonesia 59
C. Statistik Deskriptif 62
1. Perbandingan Deskriptif Statistik 62 2. Risk Adjusted Performance 65 D. Uji Stasionaritas Data 66
E. Uji Kointegrasi 73
F. Vector Error Cointegration Model (VECM) 75 G. Analisis Dalam Model VAR 77
H. Interpretasi 87
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan 89
B. Implikasi 90
Daftar Pustaka xiv
10
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Tahapan Penyaringan Saham Syariah 26
2.2 Perbandingan Indeks Syariah 27
4.1 Deskriptif Statistik 63
4.2 Risk Adjusted Performance dan Beta dari JII dan LQ45 65
4.3 Uji ADF untuk JII dengan Konstanta Pada
Tingkat Level 67
4.4 Uji ADF untuk LQ45 dengan Konstanta
Pada Level 68
4.5 Uji ADF untuk JII dengan Konstanta pada
Tingkat 1st Difference 70 4.6 Uji ADF untuk JII dengan Konstanta pada
Tingkat 1st Difference 71 4.7 The Johansen and Juselius Cointegration Test 73
4.8 Vector Error Correction Estimates 75
4.9 The Impulse Responses 78
4.10 Variance Decomposition 81
4.11 Granger Causality Test 84
11
DAFTAR GRAFIK
Nomor Keterangan Halaman
4.1 Deskriptif Statistik 64
4.2 The Impulse Responses 80
4.3 Variance Decomposition 83
12
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Beta dan Imbal Hasil yang diharapkan 30
2.2 Risiko 32
2.3 Kerangka Pemikiran 40
13
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1. Daftar Saham Perusahaan Tercatat
Yang Masuk Dalam Penghitungan Indeks LQ45
Periode 2008-2009 91
2. Daftar Saham Perusahaan Tercatat
Yang Masuk Dalam Penghitungan Indeks JII
Periode 2008-2009 93
3. Return Investment JII 2008 95
4. Return Investment JII 2009 96
5. Return Investment LQ45 2008 97
6. Return Investment LQ45 2009 98
7. Ri, Mean dan Standar Deviasi JII 2008-2009 99
8. Ri, Mean dan Standar Deviasi LQ45 2008-2009 100
9. Rm, Mean dan Standar Deviasi IHSG 2008-2009 101
10. Sertifikat Bank Indonesia Periode 2008-2009 102
11. Beta Saham JII 103
12. Beta Saham LQ45 104
13. Uji Augmented Dicky-Fuller 105
14. The Johansen and Juselius Cointegration Test 125
15. Vector Error Correction Estimates 137
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian
dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar
modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat
posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi saraf finansial
dunia, dunia ekonomi modern. Bahkan, perekonomian modern tidak akan
mungkin eksis tanpa adanya pasar modal yang terorganisir dengan baik. Setiap
hari terjadi transaksi triliunan rupiah melalui institusi ini. Sebagaimana institusi
modern, pasar modal tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan kesalahan. Salah
satunya adalah tindakan spekulasi. Pada umumnya proses-proses transaksi bisnis
yang terjadi dikendalikan oleh para spekulan. Mereka selalu memperhatikan
perubahan pasar, membuat berbagai analisis dan perhitungan, serta mengambil
tindakan spekulasi di dalam pembelian maupun penjualan saham. Aktivitas inilah
yang membuat pasar tetap aktif. Tetapi, aktivitas ini tidak selamanya
menguntungkan, terutama ketika menimbulkan depresi yang luar biasa.
Dalam penelitian kinerja saham syariah dan konvensional oleh Muhamed
Albaity dan Rubi Ahmad (2008 : 40) pada bursa Malaysia, dalam mengukur
kinerja KLSI terhadap KLCI menggunakan pengukuran risiko dan pengembalian
yang disesuaikan yang menujukkan apakah terdapat hubungan jangka panjang
15
diukur dengan mean dan standar deviasi, masing-masing mengindikasikan bahwa
KLSI memiliki kinerja yang lebih rendah dibandingkan dengan KLCI. KLCI
mencakup 100 efek dari kapitalisasi pasar yang besar, sementara, KLSI meliputi
826 surat berharga. 68% dari KLCI termasuk dalam KLSI. Ukuran dan imbal
hasil positif terkait. Oleh karena itu, investor yang memilih efek sesuai islami
tidak substansial lebih buruk daripada mereka yang memilih non-islami untuk
saham keluhan. Fleksibilitas dari kriteria penyaringan untuk KLSI dibandingkan
dengan DJIMI bisa saja menjadi salah satu faktor dalam hasil kami yang
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara return harian KLSI dan
KLCI selama periode April 1999 sampai Desember 2005. Karena itu, tidak ada
salahnya bagi investor berinvestasi di indeks islami.
Risiko dan imbal hasil yang disesuaikan selama empat pengukuran
menunjukkan bahwa KLCI memiliki keuntungan yang lebih tinggi dan beta yang
lebih tinggi. Untuk KLSI, kebalikannya. Hal ini menunjukkan imbal hasil dan
beta yang rendah mengikuti teori di bidang keuangan di mana semakin tinggi
risiko aset akan menghasilkan hasil yang lebih tinggi dan sebaliknya. KLSI
mungkin memiliki risiko yang lebih rendah dan kembali dalam jangka pendek.
Namun, investasi tersebut juga menghasilkan penghargaan lain. Orang Islam
berusaha untuk berinvestasi di aset yang mendapatkan hasil yang menarik serta
ketenangan pikiran. Motivasi di balik investasi dalam saham Islam sangat berbeda
dari investasi konvensional. Hasil unit root menunjukkan bahwa kedua seri
memiliki akar masalah unit. Hal ini menunjukkan bahwa kedua seri mengikuti
16
untuk menjadi stasioner pada perbedaan pertama. Selanjutnya, uji kointegrasi
menunjukkan bahwa kedua seri tersebut cointegrated yaitu, mereka memiliki hubungan jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa pasar dalam hal seri ini
tidak efisien. inefisiensi timbul dari kenyataan bahwa kesalahan satu seri dapat
digunakan untuk memprediksi pergerakan yang lain. Selain itu, menunjukkan
bahwa kriteria penyeleksian tidak mempengaruhi perilaku temporal KLSI
sehubungan dengan gerakan untuk pasangannya. Dengan kata lain, yang
menjatuhkan dan penyertaan efek sepanjang jalan tidak akan mempengaruhi KLSI
menyimpang dari pergerakan KLCI.
Selain itu, kausalitas jangka pendek, yang diukur dengan pengujian
Granger bivariat, menunjuk ke kausalitasan dua arah antara indeks. Ini berarti
bahwa dalam jangka pendek baik harga bergerak ke arah yang sama dan mereka
cenderung saling menyebabkan satu sama lain. Orang mungkin berpendapat
bahwa kausalitas dari KLSI untuk KLCI bersifat palsu karena KLSI yang
terhitung indeks baru. Hasil VECM menunjukkan bahwa dalam hal hubungan
antara KLCI dan KLSI istilah kesalahan yang signifikan dalam satu model.
Koreksi kesalahan menunjukkan penyesuaian KLCI ke setiap penyimpangan dari
kesetimbangan. Dengan kata lain, perlahan-lahan untuk menyesuaikan KLCI
deviasi dari ekuilibrium jangka panjang. Selain itu, kausalitas Granger, diukur
oleh signifikansi keseluruhan model, F-nilai, menegaskan kausalitas bivariat
bidirectional. Itu adalah istilah koreksi kesalahan mengukur hubungan jangka panjang menunjukkan bahwa KLCI adalah menyesuaikan diri dengan ekuilibrium
17
signifikan dalam kedua kasus yang menyatakan hasil awal dari uji Granger
kausalitas pasangan-bijaksana.Variance Decomposition menunjukkan bahwa lebih
dari 40 hari, KLSI memiliki efek pada KLCI namun tidak sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa KLSI mendominasi KLCI dan mempengaruhinya. Di sisi
lain, dorongan tanggapan untuk waktu yang sama mengkonfirmasi hasil
dekomposisi varians mendukung pengaruh KLSI pada KLCI tetapi tidak
sebaliknya. Secara keseluruhan, hasil-hasil empiris dari penelitian tersebut tidak
memberikan bukti perbedaan signifikan dalam kinerja dan pergerakan kedua
indeks saham pasar yaitu KLSI dan KLCI. Kedua indeks tampaknya berperilaku
dalam cara yang sama baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Ada beberapa prinsip dasar untuk membangun sistem pasar modal yang
sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan untuk implementasinya, memang
dibutuhkan proses diskursus yang panjang. Prinsip tersebut, antara lain, tidak
diperkenankannya penjualan dan pembelian secara langsung. Saat ini, jika
seseorang ataupun sebuah perusahaan ingin menjual atau membeli saham, dia
akan menggunakan jasa broker atau pialang. Kemudian broker tersebut akan menghubungi jobbers dan menyampaikan maksud untuk bertransaksi, baik dalam pembelian maupun penjualan saham. Kemudian para jobber ini menawarkan 2 rate harga, yaitu rate harga yang akan dibelinya yang biasanya lebih rendah dan
rate harga yang akan dijualnya yang biasanya lebih tinggi. Selanjutnya para
18
dengan harapan akan dapat menjualnya kembali kepada pihak yang memerlukan.
Hal ini akan membuka pintu spekulasi. Para spekulan mengetahui bahwa mereka
dapat membeli saham yang menguntungkan dari pasar karena para jobber ini
mampu menyediakan ready stock. Begitu pula bila saham tersebut ternyata kurang menguntungkan, mereka secara cepat dapat pula melepasnya. Implikasi
selanjutnya adalah perubahan harga hanya ditentukan oleh kekuatan pasar, dimana
tidak ada perubahan yang berarti dari nilai intrinsik saham. (Irfan Syauqi Beik,
2003 : 7)
Dalam ajaran Islam, aturan pasar modal harus dibuat sedemikian rupa
untuk menjadikan tindakan spekulasi sebagai sebuah bisnis yang tidak menarik.
Untuk itu, prosedur pembelian/penjualan saham secara langsung tidak
diperkenankan. Prosedurnya, setiap perusahaan yang memiliki kuota saham
tertentu memberikan otoritas kepada agen di lantai bursa, untuk membuat deal
atas sahamnya. Tugas agen ini adalah mempertemukan perusahaan tersebut
dengan calon investor, dan bukan membeli atau menjualnya secara langsung.
Saham-saham tersebut dijual ataupun dibeli jika memang tersedia. Jika banyak
pihak yang menginginkan saham tertentu, maka mereka terlebih dahulu harus
terdaftar sebagai applicant, dan saham tersebut kemudian dijual/dibeli dengan prinsip first-come-first-served (siapa datang dulu dia dilayani ) (Irfan Syauqi Beik, 2003 : 8)
Saat ini, harga saham ditentukan oleh kekuatan supply dan demand. Sedangkan dalam aturan Islam, penentuan harga saham berbeda dengan
19
dari joint stock company, maka terlihat bahwa aset sama dengan modal saham ditambah dengan kewajiban. Aset tersebut merupakan representasi dari modal,
dimana kewajiban diasumsikan sama dengan nol. Sehingga, sertifikat sahamnya
memiliki nilai tertentu, dimana nilainya akan sama dengan nilai asetnya. Setiap
harga saham yang di atas atau di bawah nilai asetnya, tidak menunjukkan kondisi
sesungguhnya. Tetapi kekuatan pasar mampu membuat harga saham tersebut
berada di atas/di bawah nilai asetnya. Dalam pandangan Islam, untuk mencegah
terjadinya distorsi ini, harga saham harus sesuai dengan nilai intrinsiknya. Adapun
formula perhitungannya adalah: harga saham sama dengan modal saham +
keuntungan - kerugian + akumulasi keuntungan - akumulasi kerugian, yang
kesemuanya dibagi dengan jumlah saham (Muhammad Akram, Issues in Islamic Economics). Formula ini akan memberikan nilai sebenarnya dari sertifikat saham, dan akan lebih menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Tidak ada seorang
pun yang diperbolehkan untuk membeli atau menjual pada berbagai level harga
kecuali berdasarkan regulasi harga yang telah ditetapkan. (Irfan Syauqi Beik,
2003 : 9)
Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring
dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index. (JII). Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih
besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah
20
syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi
bersumber dari nilai epistemologi Islam.
Salah satu institusi keuangan syariah yang saat ini sedang berkembang
adalah pasar modal syariah, yang pertumbuhannnya tidak lepas dari
perkembangan indeks keuangan syariah. Pasar modal syariah ini ada salah satunya
adalah karena besarnya dana yang dimiliki oleh umat Islam atau pelaku pasar
muslim yang ada di bursa-bursa seluruh dunia. Menurut Irfan Syauqi Beik (2006 :
15) dalam riset Bank Negeri Malaysia (Bank Sentral Malaysia), pada tahun 2005,
dana yang dimiliki oleh umat Islam mencapai angka sekitar 1,3 Trilyun Dolar AS.
Sedangkan dana yang terhimpun di pasar keuangan Islam di seluruh dunia
diperkirakan mencapai 230 milliar Dolar AS dengan pertumbuhan 12-15%
pertahun. Sehingga masih ada dana-dana berlebih dariumat Islam yang terdapat di pasar modal konvensional.
Menurut Todi Kurniawan (2008 : 1), Islamisasi pasar modal yang telah
diperjuangkan oleh beberapa kalangan akhir-akhir ini, telah memainkan beberapa
peran penting yang mengubah topography dari sector keuangan. Hal ini telah
menjadi sumber utama dari pertumbuhan pasar modal syariah, dimana
produk-peroduk dan pelayanan pasar modal telah diperhatikan untuk diubah menjadi
produk-produk dan pelayanan pasar modal syariah. Indeks Islam atau indeks
syariah telah mengambil tempat pada proses Islamisasi pasar modal dan menjadi
awal dari pengembangan pasar modal syariah. Beberapa indeks besar Islam dunia
seperti Dow Jones Islamic Market Index (DJMI), RHB Syariah Index, Kuala
21
komunitas muslim yang memiliki komitmen dengan prinsip-prinsip Islam dalam
menjalankan dan memanajemen investasi mereka. Karena indeks-indeks tersebut
diciptakan dengan beberapa batasan-batasan untuk produk-produk investasi yang
sesuai syariah. Bahkan Non Muslim pun ikut masuk berinvestasi di Indeks Islam
ini walaupun ada batasan-batasannya.
Di Indonesia dalam rangka membangun pasar modal syariah. PT. Bursa
Efek Indonesia (BEI) brsama dengan PT. Danareksa Investment Management
(DIM) telah meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah islam,
yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham
yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam. Jakarta Islamic
Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui
indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk
mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Pada juni tahun 2006,
Karim Business Consulting juga meluncurkan indeks saham syariah bernama
Karim Regional Islamic Market Index. Kegiatan operasional instrumen investasi
syariah di Indonesia di tangani oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
sebagai regulator dan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia yang
mengawasi kegiatan emiten maupun pelaku pasar modal agar tidak menyimpang
dari prinsip syariah.
Dalam www.islamiconomics.wordpress.com. Khusus di pasar saham, dari
awal 2008 hingga tanggal 24 Desember 2008, IHSG turun sekitar 51 persen dari
22
persen dari 599,82 menjadi 265,34, sementara indeks JII turun sekitar 56 persen
dari 493,01 menjadi 215,97. JII turun terendah, setelah selama 2007 meningkat
tajam akibat kenaikan saham sektor komoditi hingga pertengahan 2008.
Investasi keuangan syariah harus disertai dengan kegiatan sektor riil atau
transaksi yang mendasari (underlying transaction). Untuk itu, penciptaan instrumen investasi syariah dalam pasar modal adalah dari sekuritasi aset/proyek
(asset securitisation) yang merupakan bukti penyertaan, sekuritasi utang (debt securitisation) atau penerbitan surat utang yang timbul atas transaksi jual beli (al dayn) atau merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan, sekuritasi modal (equity securitisation), merupakan emisi surat berharga oleh perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal syariah dalam bentuk saham.
Menurut Harahap (2001 : 18), adapun instrumen pasar modal yang sesuai
dengan syariah dalam pasar perdana adalah muqaradah/mudharabah funds, saham biasa (common stock), muqaradah/mudharabah Bonds. Karena instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan di pasar perdana, maka prinsip dasar pasar
perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, tidak
boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn), dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi akan diterima pemodal (shohibul maal), tidak boleh memberikan jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari waktu
Menurut Harahap (2001 : 18), untuk pasar sekunder ada beberapa
tambahan dari prinsip dasar pasar perdana, yaitu tidak boleh membeli efek
23
yang diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden tidak boleh diperjual
belikan, tidak boleh melakukan suatu transaksi murabahah dengan menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrument pasar modal yang jelas
diharamkan syariah adalah preferred stock (saham istimewa), forward contract,
option.
Penlitian yang dilakukan oleh Hinsa Siahaan (2007 : 15) tentang Analisa
Risiko Dan Pengembalian Satu Saham Dan Analisa Portofolio Dua Saham. Pada
dasarnya, proses investasi di pasar keuangan (di pasar uang dan pasar modal)
adalah meliputi; tahapan menentukan tujuan investasi (set investment policy), tahapan penilaian sekuritas secara individual (perform security analysis), tahapan membentuk portfolio (construct a portfolio), tahapan merivisi portfolio, dan tahapan penilaian kinerja portofolio (Evaluate the performance of the portfolio). Apa yang dipaparkan dalam tulisan ini adalah lebih banyak menyangkut tahapan
kedua tentang bagaimana menyeleksi saham-saham dengan membandingkan
tingkat pengembaliannya dengan risiko kemungkinan pengembalian yang
diharapkan tidak menjadi kenyataan. Selain membahas cara menghitung risiko
dan pengembalian saham secara individual, tulisan ini juga membahas selintas
tentang tahap ketiga tentang bagaimana cara menggabungkan atau
mengkombinasikan dua aktiva (dua saham) menurut teori Markowitz, bagaimana
pengaruhnya terhadap risiko dan pengembalian setelah digabungkan dengan
24
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka peneliti dapat merumuskan
masalah yang menjadi titik perhatian penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan keseimbangan risiko dan pengembalian
(risk-return tradeoff) investasi yang antara Jakarta Islamic Index dan LQ45 pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Apakah terdapat apakah terdapat hubungan jangka panjang diantara
Jakarta Islamic Index dengan LQ45.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menganalisis perbedaan keseimbangan risiko dan pengembalian
(risk-return tradeoff) saham dari indeks saham syariah dan konvensional yaitu Jakarta Islamic Index dan LQ45 pada Bursa Efek
Indonesia (BEI).
b. Untuk menganalisis hubungan jangka panjang diantara Jakarta Islamic
25
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Bagi Akademisi atau Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar,
mahasiswa dan akademisi lainnya yang ingin tahu lebih lanjut tentang
perkembangan pasar modal syariah di Indonesia.
b. Manfaat Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para pelaku pasar
modal syariah khususnya bagi investor dalam negeri maupun luar
negeri untuk mempermudah dalam pemilihan investasi pada saham
yang sesuai dengan syariah.
c. Manfaat Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada Pemerintah khususnya Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam
mengeluarkan kebijakan – kebijakan untuk mendorong perkembangan
pasar modal syariah khususnya bagi perusahaan – perusahaan yang
termasuk dalam Jakarta Islamic Index (JII).
d. Manfaat Bagi Investor
Mengenai manfaat yang akan investor dapatkan dari
investasinya di pasar modal syariah dan seberapa besar ‘biaya’ yang
harus dikeluarkan ketika investor beralih dari pasar modal
26
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan investor adalah
investor yang memakai logika atas keputusan berinvestasi di pasar
modal syariah,bukan investor yang paham bahwa pasar modal syariah
adalah sesuai dengan ketentuan agama dan dapat berbuah berkah
dunia akhirat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal Syariah
1. Pengertian Pasar Modal Syariah
Dalam
sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah
dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang
dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.
Menurut Agustianto (2008). Dalam Islam investasi merupakan
kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta
yang dimiliki menjadi produktif dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain.
Al-Quran dengan tegas melarang aktivitas penimbunan (iktinaz) terhadap harta yang dimiliki (Q.S 9:33). Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW
bersabda,”Ketahuilah, siapa yang memelihara anak yatim, sedangkan anak yatim
itu memiliki harta, maka hendaklah ia menginvestasikannya (membisniskannya),
janganlah ia membiarkan harta itu didiamkan, sehingga harta itu terus berkurang
27
harus diciptakan suatu sarana untuk berinvestasi. Banyak pilihan orang untuk
menanamkan modalnya dalam bentuk investasi. Salah satu bentuk investasi
adalah menanamkan hartanya di pasar modal. Pasar modal pada dasarnya
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau surat-surat berharga
jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang maupun
modal sendiri. Institusi pasar modal syariah merupakan salah satu
pengejawantahan dari seruan Allah tentang investasi tersebut.
Pasar modal merupakan salah satu pilar penting dalam perekonomian
dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar
modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat
posisi keuangannya. Menurut Irfan Syauqi Beik (2007). Secara faktual, pasar
modal telah menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi modern. Bahkan, perekonomian modern tidak akan mungkin eksis
tanpa adanya pasar modal yang terorganisir dengan baik. Setiap hari terjadi
transaksi triliunan rupiah melalui institusi ini. Menurut Metwally (1995, 177)
fungsi dari keberadaan pasar modal syariah :
1) Memungkinkan bagi masyarakat berpartispasi dalam kegiatan bisnis
dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.
2) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas
3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
28
4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada
harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional
5) Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
29
Sedangkan karakteristik yang diperlukan dalam membentuk pasar modal syariah
(Metwally, 1995, 178-179) adalah sebagai berikut :
1) Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek
2) Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat
diperjualbelikan melalui pialang.
3) Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di
Bursa efek diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan
(account) keuntungan dan kerugian serta neraca keuntungan kepada
komite manajemen bursa efek, dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan
4) Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap
perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali
5) Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST
6) Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST
7) Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang
terlibat dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah
8) Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu
periode perdagangan setelah menentukan HST
9) Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode
perdagangan, dan dengan harga HST
Menurut Iggi H Akhsien (2000 : 1), dalam Islam, syariah dikenal sebagai
hukum Allah yang mengatur muamalah dan ibadah, dimana tujuan paling
dasarnya adalah memajukan kesejahteraan manusia yang terletak pada jaminan
30
ekonomi, termasuk di dalamnya system keuangan dan instrumentasinya, tidak
pula luput dari syariah. Islamic Finance adalah Sharia Based Finance, keuangan yang secara logis menggunakan prinsip,prosedur, asumsi sekaligus instrumentasi
dan aplikasi dari nilai epistomologi (sumber pengetahuan) Islam. Epistomologi
Islam yang utama adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Islamic Equity Fund berbeda dengan fund konvensional dalam operasionalnya, dan yang paling tampak adalah proses screening dalam mengkonstruksi portfolio. Filterisasi menurut prinsip syariah akan mengeluarkan
aktivitas haram seperti riba, gharar (ketidakpastian, spekulasi), minuman keras,
judi, daging babi, rokok dan seterusnya.
Islamic Equity Fund pertama kali di luncurkan pada tahun 1995.yang pertama adalah National Commercial Bank di Saudi Arabia, dengan bantuan
Wellington. Management company of Boston Massachussets, berdasakan syariah.
Equity Investment didasarkan pada system bagi hasil atau mudharaba (profitsharing-loss) dimana imbal hasil (return) secara teoritis merefleksikan profitabilitasnya baik dalam bentuk capital gain dari harga saham yang meningkat maupun dalam bentuk dividen, alih-alih membayarkan bunga kepada pemilik
modal Equity funds adalah bentuk yang ideal sejalan dengan prinsip Islamic Finance yang sangat mendorong alokasi produktif sumber daya ekonomi, partisipasi modal, dan pembagian risiko. Dengan prinsip bagi hasil ini, Islam lebih
mendorong surplus unit muslim untuk menjadi investor daripada menjadi kreditor.
Dengan demikian, investor berhadapan dengan risiko atau ketidakpastian, berbeda
31
Menurut Iggi H Akhsien (2000 : 3), Islamic Equity Funds adalah juga
intermediaries yang membantu unit surplus melakukan penempatan investasi.
Islamic Equity Funds ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang peduli dengan isu public dan keadilan sosial, yang juga menginginkan
memperoleh earning dari sumber yang bersih serta dapat dipertanggung jawabkan secara religius.
Menurut Iggi H Akhsien (2000 : 62), secara umum bursa efek dalam
ekonomi Islam harus melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut12 :
1) Memungkinkan para penabung berpartisipasi penuh pada pemilikan
kegiatan bisnis, dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan
risikonya.
2) Memungkinkan para pemegang saham mendapatkan likuiditas dengan
menjual sahamnya sesuai dengan aturan bursa efek.
3) Memungkinkan kegiatan bisnis dari meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan bisnisnya.
4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada
harga saham yang merupakan ciri umum pasar modal non islami
5) Memungkinkan investasi pada ekonomi ini ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
Menurut Adiwarman Karim (2008). Perbedaan fundamental antara shariah
atau Islamic index dan index-index yang lain adalah seluruh saham-saham yang
yang tergabung dalam index ini harus sesuai dengan syariah atau yang lebih
32
mengambil kesimpulan bahwa hubungan nya ada pada saham screening.
Screening ini diperlukan untuk menentukan apakah saham-saham tersebut bisa
disebut dengan saham “halal”. Untuk menyeleksi suatu saham apakah saham
tersebut bisa dikategorikan sebagai saham syariah, bisa dilakukan dengan 2
pendekatan. Pendekatan pertama bisa kita kategorikan sebagai pendekatan jual
beli. Kita bisa mengambil pendekatan ini dengan asumsi bahwa saham adalah
asset dan dalam jual beli ada pertukaran asset ini dengan uang. Atau kita juga bisa
mengasumsikan dan juga bisa kita kategorikan sebagai sebagai sebuah kerja sama
yang memakai prinsip bagi hasil (profit-loss sharing).
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan yang berdasarkan ciri dasar
sebuah aktivitas keuangan atau produksi. Dengan menggunakan pendekatan
produksi ini, sebuah saham bisa diklaim sebagai saham yang halal ketika produksi
dari barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan bebas dari element-element
yang haram yang secara explicit disebut di dalam Al-Quran seperti riba, Judi,
Minuman yang memabukkan, zina, babi dan semua turunanturunannya. Sehingga
semua perusahaan yang menjalankan bisnisnya dan berhubunga dengan
aktivitasaktivitas yang disebutkan diatas tidak akan pernah bisa dikategorikan
sebagai perusahaan yang memiliki saham syariah. Akan tetapi pendekatan diatas
adalah pendekatan yang sangat dasar dan sangat fundamental. Dan hal ini belum
cukup untuk menseleksi saham saham syariah ini. Ada metode-metode lain yang
ditambahkan untuk melengkapi apakah saham tersebut bisa dikategorikan sebagai
33
2. Pasar Modal Syariah Indonesia
a) Sejarah Pasar Modal Syariah Indonesia
Dalam Syari’ah News (2007 : 8), Pasar Modal yang berdasarkan
pada ekonomi syariah mulai berkembang pesat dalam tujuh (7) tahun
terakhir. Dimulai ketika manjemen Danareksa Securities menerbitkan
Islamic Equity Funds (Reksadana Syariah) pada tahun 1997. Tiga tahun kemudian, Bursa Efek Indonesia (BEI) menerbitkan Jakarta Islamic Index
(JII), yang terdiri dari perusahaan public yang mengelola perusahaan yang
tidak melanggar syariah. Pada akhir tahun 2002, Indosat menunjuk AAA
Securities sebagai underwriter, menerbitkan obligasi syariah berdasarkan mudharabah, yang diikuti Berlian Laju Tanker Inc., Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan berbagai perusahaan lain.
b) Instrumen Pasar Modal Syariah di Indonesia
1) Obligasi Syariah
Menurut Iggi H. Akhsien (2000 : 37). Obligasi syariah berbeda
dengan obligasi konvensional. Semenjak ada pendapat bahwa bunga
adalah riba, maka instrumen-instrumen yang punya komponen bunga
keluar dari investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang
dinamakan obligasi syariah.
Jika merujuk kepada Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No :
32/DSN-MUI/IX/2002, “Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten
34
membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi
hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo”.
Tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Untuk
menerbitkan Obligasi Syariah, beberapa persyaratan berikut yang harus
dipenuhi.
1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi Fatwa No :
20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis
kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah Islam di
antaranya adalah : (i) usaha perjudian dan permainan yang
tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; (ii) usaha
lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk
perbankan dan asuransi konvensional; (iii) usaha yang
memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makan
dan minuman haram; (iv) usaha yang memproduksi,
mendistribusi, dan atau menyediakan barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
2. Peringkat Investasi : (i) memiliki fundamental usaha yang
kuat; (ii) memiliki fundamental keuangan yang kuat; (iii)
memiliki citra yang baik bagi publik
3. Keuangan tambahan jika termasuk dalam komponen Jakarta
35
2) Saham Syariah
PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT. Danareksa
Investment Management (DIM) telah meluncurkan indeks saham yang
dibuat berdasarkan syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta
Islamic Index terdiri atas tiga puluh jenis saham yang dipilih dari
saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Jakarta Islamic Index
dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui
indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk
menembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.
Dalam
saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas
Syariah PT. Danareksa Investment Management. Sedangkan untuk
menetapkan saham-saham yang akan masuk dalam perhitungan JII
dilakukan dengan urutan seleksi sebagai berikut :
1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3
bulan (kecuali termasuk dalam sepuluh (10) kapitalisasi besar).
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva
maksimal sebesar 90%
3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan
36
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas
rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan enam bulan sekali dengan
penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap
tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan
dimonitoring secara terus menerus berdasarkan data-data public yang
tersedia.
Menurut Adiwarman Karim (2006 : 58), perhitungan JII dilakukan
oleh Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode perhitungan
indeks yang telah ditetapkan Bursa Efek Indonesia, yaitu dengan bobot
kapitalisasi pasar (market cap weight). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) akibat berubahnya data emiten yang disebabkan oleh aksi korporasi. JII menggunakan tanggal
awal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal sebesar 100.
Adiwarman Karim dari Karim Business Consulting pada bulan Mei
2006 mengumumkan akan menerbitkan Karim Index di tiga Negara,
dengan tahapan penyaringan yang lebih baik dibandingkan JII dan terdiri
dari lima puluh saham.
Menurut Adiwarman Karim (2006 : 58), pada periode Juni 2008
sampai dengan Desember 2008, Daftar perusahaan yang termasuk dalam
Jakarta Islamic Index adalah sebagai berikut :
1. BUMI Bumi Resources Tbk (tetap)
37
3. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk (tetap)
4. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (tetap)
5. ELTY Bakrieland Development Tbk (tetap)
6. UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk (masuk)
7. INCO International Nickel Indonesia Tbk (tetap)
8. TINS Timah Tbk (tetap)
9. ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk (masuk)
10.UNTR United Tractors Tbk (tetap)
11.AALI Astra Agro Lestari Tbk (tetap)
12.SGRO Sampoerna Agro Tbk (masuk)
13.LSIP PP London Sumatera Tbk (masuk)
14.TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (tetap)
15.ELSA Elnusa Tbk (masuk)
16.KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk (tetap)
17.SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk (tetap)
18.LPKR Lippo Karawaci Tbk (masuk)
19.CTRA Ciputra Development Tbk (tetap)
20.MNCN Media Nusantara Citra Tbk (masuk)
21.KLBF Kalbe Farma Tbk (tetap)
22.CTRP Ciputra Property Tbk (masuk)
23.WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk (masuk)
24.UNVR Unilever Indonesia Tbk (tetap)
38
26.BKSL Sentul City Tbk (masuk)
27.INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (tetap)
28.ASRI Alam Sutera Realty Tbk (masuk)
29.BMTR Global Mediacom Tbk (tetap)
30.TOTL Total Bangun Persada Tbk (masuk)
3) Pasar Modal Syariah di Negara Lain
Menurut Adiwarman Karim (2006 : 58), Indonesia masih jauh
tertinggal dari sisi volume, baik reksadana syariah maupun obligasi
syariah dibanndingkan dengan Negara tetangga Malaysia. Malaysia saat
ini menguasai 62% dari seluruh obligasi syariah yang diterbitkan di dunia,
sedangkan Indonesia baru 1%.
Sementara itu di sisi saham syariah dimana indeks syariah
dijadikan sebagai tolak ukur investasi berbasis syariah terjadi pula
peningkatan di level global. Saat ini bursa global juga mulai diramaikan
dengan penerbitan index syariah. Pada Februari 2006, (SGX) bekerja sama
dengan FTSE Group dan Lembaga Riset Yasir meluncurkan indeks saham
syariah yang bernama FTSE Global Islamic Index. Indeks syariah milik
SGX tersebut dirancang menggunakan standar keuangan internasional.
Selain itu, di Malaysia, Dow Jones bekerja sama dengan RHB Islamic
Malaysia menyusun indeks syariah di Kuala Lumpur.
Menurut Adiwarman Karim (2006 : 58). Dari sisi penyaringan
saham syariah, Indonesia yang memiliki JII sebagai indeks saham syariah
39
Dan ini, jika dibandingkan dengan indeks syariah di Negara lain, akhirnya
mengakibatkan JII kurang bersaing. Dua tahap yang tidak dijalankan oleh
JII diawal terbentuknya disebabkan oleh kondisi ekonomi dan pasar modal
[image:39.595.97.530.273.529.2]Indonesia yang saat itu tidak memungkinkan.
Tabel 2.1 Tahapan Penyaringan Saham Syariah
Proses Penyaringan Saham Syariah Secara Umum
Tahap I (Prinsip Syariah) Tahap II (Rasio Keuangan Dan
Indikator Pasar)
Tahap III
(lainnya)
Industri Non Syariah
1. Makanan dan minuman haram
2. Produk berbahaya
3. Judi
4. Lembaga keuangan konvensional
5. Hiburan
Rasio Keuangan
1. Likuiditas Asset (17-49%)
2. Pemasukan dengan bunga (5-15%)
3. Rasio hutang atas modal (30-33%)
4. Indikator Pasar
Citra
Perusahaan
40
Tabel 2.2 Perbandingan Indeks Syariah
3. Indeks
a) Konsep Kerja Indeks
Pada dasarnya, kinerja indeks sama dengan kinerja portfolio, yang
dapat dilihat dari dua hal : risiko dan imbal hasil atau return. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah bahwa portfolio, ada diversifikasi yang
bisa dilakukan dan tidak pada indeks.
b)Konsep Perhitungan Kinerja Indeks
Dalam penelitian ini akan menggunakan CAPM, dimana saat ini
masih menjadi standar perhitungan bagi imbal hasil dan risiko yang
dihadapi.
Perbandingan Antar Indeks Syariah
Indeks Syariah Tahap I Tahap II Tahap III
1. Jakarta Islamic Index (JII) Ya Tidak Tidak
2. Securities Commision
(Malaysia)
Ya Ya Ya
3. Dow Jones Islamic Index Ya Ya Tidak
4. FTSE Global Islamic Index Ya Ya Tidak
5. Karim Regional Islamic
Market Index
41 E(Ri) = Rf + β [E(Rm) – E(Rf)
Diamana E(Ri) adalah expected return dari asset dan dalam penelitian ini berarti indeks i = JII atau LQ45, Rf adalah Risk free rate
yang diukur dari SBI dan Rm adalah expected return dari pasar yang diukur dari IHSG.
Menurut Douglas R Emery (2004 : 299), β (beta) adalah ukuran
linear dari beberapa banyak asset individu berkontribusi kepada standar
deviasi pasar (resiko sistematis). Menurut Douglas R Emery (2004 : 300),
beta juga mengindikasikan seberapa sensitif imbal hasil portfolio pasar.
Menurut Aswath Damodaran (1996 : 33), CAPM dibangun dengan
premis bahwa varians dalam imbal hasil adalah alat pengukuran yang tepat
bagi risiko, tapi hanya varians yang tidak terdiversifikasi yang dihitung.
Model CAPM mengukur varians yang tidak terdiversifikasi itu
menggunakan estimasi beta dan berhubungan dengan imbal hasil yang
diharapka. Implikasi umum dari CAPM :
1. Semua investor akan mengalokasikan kekayaan mereka
lewat dua asset-asset yang tanpa risiko dan portfolio pasar
dari semua asset yang beresiko, didasarkan pada nilai pasar
mereka.
2. Risiko dari semua asset akan diukur dengan seberapa
banyak risiko yang bertambah dalam portfolio pasar, dan
42
menggunakan kovarians antara imbal hasil asset dan imbal
hasil pasar. Kovarians ini dapat distandarisasi dengan
membagi varians pasar dengan beta asset. Ross et al. (2003
: 285)
Yang jika dalam penelitian ini :
β = Cov[Ri,Rm]
Var[Rm]
Di mana βI = Beta saham
Cov = Covarian
Var = Varians
Ri = Return saham (JII dan LQ45) Rm = Return Pasar (IHSG)
3. Imbal hasil dari asset secara linear berhubungan dengan
beta, semakin besar beta, maka semakin besar imbal hasil
yang diharapkan.
Menurut Aswath Damodaran (1996 : 33), hubungan antara
Beta dan Imbal hasil yang diharapkan digambarkan
digambarkan dalam gambar 3-1. Jika CAPM benar, semua
asset harus ada di Security Market Line (SML), di mana menyediakan imbala hasil yang diharapkan untuk setiap
beta yang ada. Gradient dari SML adalah nilai dari imbal
43
Gambar 2.1
Beta dan Imbal hasil yang diharapkan : Security Market Line
Security Market Line
Rf
Beta
(Sumber: Ross, et al. 2003)
Menurut Aswath Damodaran (1996 : 33), model CAPM ini
juga mempunyai banyak kelemahan dan sudah hampir tiga
dekade menjadi perdebatan. Roll,pada tahun 1977,
menyarankan bahwa sejak portfolio pasar tidak akan pernah
bisa diobservasi,maka CAPM tidak akan pernah bisa di
terapkan, sehingga semua tes yang ada di CAPM dilakukan
44
4. Resiko dan Tingkat Pengembalian (Risk – Return Tradeoff)
a) Pendekatan Risiko
Menurut Jogiyanto (2008 : 214) hanya menghitung return saja suatu
investasi tidaklah cukup. Risiko menurut Emery (2004 : 303), Risiko secara
sederhana adalah terjadinya sesuatu yang tidak kita harapkan atau tidak
teradinya sesuatu yang kita harapkan. Ada dua jenis risiko yang umumnya kita
ketahui :
1. Risiko Sistematis. Ini adalah risiko yang ada dalam setiap investasi yang
kita lakukan dan besarnya adalah tetap. Disebut juga sebagai risiko yang
tidak terdiversifikasi.
2. Risiko Tidak Sistematis. Ini adalah risiko yang ada dalam tiap investasi
namun memiliki besar risiko yang berbeda-beda untuk setiap asset.
Disebut juga sebagai risiko yang dapat didiversifikasi, karena semakin
banyak diversifikasi jenis investasi dan investasi dalam portfolio kita,
45
Gambar 2-2
Risiko
Risiko Tidak Sistematis
Risiko
Sistematis
Jumlah Risiko Sistimatis
(Sumber: Ross, et al. 2003:274)
Menurut Bodie (1999 : 685), metode penyesuaian menggunakan
criteria mean-varians dikembangkan secara simultan dengan Capital Asset Pricing Models (CAPM). Jack Treynor (1966) termasuk ilmuwan yang sangat cepat mengaplikasikan CAPM untuk memberi rating dari kinerja manajer.
dalam CAPM, varians adalah pengukur risiko.
Menurut Bodie (1999 : 686), Treynor Index menunjukkan hubungan
46
Dimana :
Ri : Return dari Index Harga Saham (JII atau LQ45)
Rm : Return Pasar dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
βi : beta dari Index Harga Saham (JII atau LQ45)
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan portfolio adalah indeks.
b) Pendekatan Imbal Hasil
Imbal hasil adalah keuntungan atau selisih positif yang didapat dari
perbandingan harga saat ini dengan sebelumnya.
Imbal hasil secara sederhana dapat dihitung dengan dua cara :
1. Diskrit
2. Kontinu
Di mana : Pt+1 adalah harga pada waktu t + 1, Pt adalah harga pada waktu t dan ln
adalah logaritma natural.
Pada penelitian ini akan digunakan cara kontinu karena akan memberikan
47
B. Penelitian Terdahulu
Sesuai dengan tema dalam penelitian ini, maka pasar modal syariah akan
lebih difokuskan dalam perbandingan antara indeks syariah dan indeks
konvensional dalam hal kinerja risiko dan imbal hasil. Harus diakui belum banyak
penelitian yang dilakukan tentang hal ini. Penelitian yang pernah dilakukan adalah
sebagai berikut :
Hakim dan Rashidian (2002 : 10) melihat risiko dan imbal hasil dari
indeks syariah dengan melihat hubungan antara DJIMI, Wilshire 5000 dan
TIBILLS 3 bulanan periode Desember 1999 sampai dengan April 2002. DJIMI
adalah indeks syariah di Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh Dow Jones dan
Wilshire 5000 adalah kumpulan dari 5000 perusahaan terbesar di Amerika
Serikat. DJIMI adalah bagian dari Wilshire 5000. Sekitar 75% saham di Wilshire
5000 tidak memenuhi kriteria syariah. Hakim dan Rashidian menggunakan
Statistik Deskriptif, Unit Root Test, Cointegration Test, Causality Test dan
VECM. Hasilnya adalah Indeks syariah memiliki karakteristik risiko dan imbal
hasil yang unik, yaitu indeks syariah kurang terdiversifikasi dari pada Wilshire
5000 namun memiliki imbal hasil yang lebih kecil dan disiko yang lebih kecil
pula dibandingkan Wilshire 5000.
Penelitian dengan obyek pasar modal syariah dilakukan oleh Aruzzi dan
Bandi (2003). Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
variable tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi dapat
48 Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) secara bersama-sama ataupun secara parsial pada periode pengamatan yang diambil dalam penelitian
tersebut. Adapun obyek yang diteliti adalah saham perusahaan yang termasuk ke
dalam JII dalam periode Januari 2008– Desember 2009. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara bersama-sama maupun parsial variabel-variabel
tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Koefisien determinasi
adalah sebesar 7,1% ini berarti variabel-variabel tingkat suku bunga, rasio
profitabilitas dan beta akuntansi hanya dapat menjelaskan beta saham syariah
sebesar 7,1%, sedangkan 92,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
Hinsa Siahaan (Maret 2007 : 1), Setiap investasi selalu membandingkan
besarnya risiko dengan pengembalian yang diharapkan. Investasi disebut juga
sebagai the trade off between Risk and return. Hampir semua investor tidak suka dengan risiko, kalau boleh menghindarinya. Untuk mengharapkan agar investor
bersedia mengambil risiko tinggi, maka kepada mereka harus ditawarkan tingkat
pengembalian yang tinggi. Dengan kata lain apabila seorang investor
menghendaki tingkat pengembalian yang lebih tinggi, dia harus berani atau
bersedia mengambil risiko yang lebih tinggi. High risk high return.
Hinsa Siahaan (Maret 2007: 15). Pada dasarnya , proses investasi di pasar
keuangan (di pasar uang dan pasar modal) adalah meliputi; tahapan menentukan
tujuan investasi (set investment policy), tahapan penilaian sekuritas secara
49
portfolio), tahapan merivisi portfolio, dan tahapan penilaian kinerja portofolio
(Evaluate the performance of the portfolio).
Di Malaysia, Ahmad, Z dan Haslindar Ibrahim (2002 : 33) menunjukkan
tetang penelitian perbandingan Islamic Index dengan KLSE Composite Index
(KLCI). Hasilnya, Islamic Index lebih baik dari KLCI tersebut.
Hakim dan Rashidian (2002 : 5) juga menggunakan Rasio Sharpe dan
hasilnya, DJIMI memiliki Rasio Sharpe yang lebih rendah dibandingkan dengan
Wilshire 5000, ini menggambarkan DJIMI memiliki risiko per unit imbal hasil
yang lebih kecil dari pada Wilshire 5000. Dan dalam pasar modal US, tidak ada
hubungan jangka panjang yang stabil antara DJIMI dan Wilshire 5000.
Kesimpulan lain yang ada dari penelitian ini adalah seleksi yang ada pada DJIMI
tidak mempengaruhi kinerja dari indeks dan tidak mengakibatkan investasi pada
DJIMI kehilangan imbal hasil jika dibandingkan dengan Wilshire 5000. DJIMI
dan Wilshire 5000 sama-sama kompettif.
Albaity, M dan Rubi Ahmad (2008 : 41) menganalisa imbal hasil dari
saham Islamic di Malaysia. Penelitiannya menggunakan Unit Root Test, Correlation dan Cointergration Test, Granger Causality, dan Vector Error Correction Model. Data yang diambil sebagai sample observasi adalah Saham gabungan (KLCI), Indeks Syariah (KLSI) dan TBills 3 bulanan Malaysia. Periode
data dari April 1999 sampai dengan Desember 2003. Hasilnya adalah TBills
memiliki return tertinggi, lalu diikuti oleh KLSI dan KLCI. Diketahui pula adanya
: (1) hubungan jangka panjang antara KLCI dan KLSI, (2) KLSI ternyata
50
mempunyai hubungan timbale balik dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Tbills tidak mempengaruhi dalam jangka panjang.
Rulindo, R dan Todi Kurniawan (2006 : 46) meneliti tentang hubungan
risiko dan imbal hasil dari IHSG dan JII, juga melihat hubungan dan pengaruh
dari TBills (suku bunga Bank Indonesia) dalam IHSG dan JII dan melihat pula
pengaruh yang ada antara mereka. Data dari Januati 2001 sampai dengan
Desember 2004. Variable yang digunakan adalah IHSG, JII dan TBills tiga
bulanan. Analisa menggunakan Deskriptif Statistik, Unit Root Test,
Cointegration, dan Granger Causality. Hasil yang ada adalah terlihat perbedaan
antara IHSG dan JII. Di mana JII memiliki imbal hasil yang lebih besar
dibandingkan dengan IHSG. Dalam hubungan jangka panjang, tidak terjadi
hubungan antara TBills,IHSG dan JII, satu sama lain saling mandiri. Ini cukup
menarik karena dalam penelitian-penelitian sebelumnya, ditemukan minimal
adanya satu hubungan antara variable yang ada. Dan dapat disimpulkan bahwa
pasar yang terjadi adalah pasar yang efisien karena harga informasi yang ada
tercermin langsung dalam harganya. Dengan hasil ini, investor dapat pindah dari
IHSG ke JII tanpa perlu khawatir mengenai tingkat suku bunga.
Dalam jangka pendek TBills mempengaruhi IHSG dan JII secara
langsung. Ini memperlihatkan sebuah ide pada kita bahwa investor yang ada
dalam IHSG dan JII termasuk investor yang bermain aman, memiliki
kecenderungan pada tingkat bunga bebas resiko. Secara prilaku, investor yang
berinvestasi dalam JII lebih termotivasi pada keuntungan jangka pendek, bukan
51
cukup penting adalah adanya seleksi secara syariah tidak mempengaruhi kinerja
dari JII.
Hakim dan Rashidian (2004) membandingkan dua indeks, yaitu Dow Jones Sustainibility Index (DJSI) dan Dow Jones Islamic Market Index (DJIMI). ‘Keranjang’ besar dari DJSI dan DJMI adalah Dow Jones World Index (DJW).
DJSI sering disebut sebagai Green Index karena berbasiskan moral dalam penyaringannya. Jadi untuk dapat masuk dalam DJSI harus dilihat apakah
memiliki keberpihakan pada nilai-nilai moral yang dianut secara umum. Indeks ini
memiliki lebih dari tiga ratus saham DJSI. Hampir sama dengan DJIMI, hanya
saja DJIMI memiliki criteria syariah, dimana ada seleksi yang sesuai dengan
prinsip Islam dalam memasukkan saham-saham ke dalam indeks ini. DJIMI
diluncurkan pada Februari 1999. Data yang digunakan adalah data mingguan,
periode data adalah Januari 2000 sampai dengan Agustus 2004, dengan total 243
minggu. Dengan menggunakan dasar Capital Asset Pricing Model dalam teori, Deskriptif Statistik, metode Ordinary Least Square (OLS) dan Generalized Method of Momments (GMM) ditemukan bahwa adanya seleksi tidak mengakibatkan kinerja dari DJIMI berkurang, walaupun secara kinerja dengan
menggunakan Rasio Treynor nilai DJSI jauh lebih baik dari DJIMI. Secara imbal
hasil memang DJIMI memiliki imbal hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan
DJSI, namun DJIMI juga memiliki risiko (dari standar deviasi) yang lebih kecil
dibandingkan DJSI.
Hasil penelitian lainnya adalah DJIMI terkena tekanan risiko dua kali lipat
52
terhadap fliktuasi dalam risiko sistematis dibandingkan dengan Dow Jones World
Index, artinya jika kita mengacu pada DJIMI maka kita tidak akan mendapatkan
tekanan risiko lagi dibandingkan ketika kita mengacu pada DJW. Hakim dan
Rashdian dalam penelitian ini menggunakan conditional CAPM dan menguji validitas dari conditional CAPM ini. Hasilnya adalah DJIMI conditional CAPM berlaku dengan terpenuhinya syarat garis potong adalah pada risk free rate, beta tunggal berlaku dan hubungan antara nilai DJIMI dapat dijelaskan secara linier
oleh CAPM. Hasil yag sedikit berbeda ditunjukkan pada DJSI, dimana beta
tunggal DJSI tetap ada namun DJSI tidak memiliki garis potong pada risk free rate, dan hubungan antara nilai DJSI tidak dapat dijelaskan secara linie oleh CAPM, DJSI jauh lebih rumit dibandingkan dengan DJIMI.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran akan menjelaskan alur pengolahan data untuk
mengukur keseimbangan risiko dan pengembalian sehingga dapat memberikan
gambaran mengenai perbandingan keseimbangan antara JII dengan LQ45. Dalam
53
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Resiko dan Imbal Hasil bulanan Saham Syariah Jakarta Islamic
Indeks (JII)
Periode Januari 2008 – Desember
Resiko dan Imbal Hasil bulanan Saham Konvensional LQ45 Periode Januari 2008 – Desember
2009
Keseimbangan Risiko dan Pengembalian Saham
Deskriptif
1. Risk Adjusted Performance 2. Analisis VAR :
1. Unit Root
2. Cointegration Test
3. VECM
Granger Causality
The Impulse Responses
54
D. Hipotesis
Dalam melakukan analisis terlebih dahulu harus ditentukan hipotesis yang
digunakan. Hipotesis yaitu dugaan mengenai suatu hal atu masalah. Hipotesis
biasanya disajikan dalam bentuk pernyataan atau dilambangkan dengan angka.
Hipotesis untuk penelitian ini yaitu :
• H0 : “terdapat perbedaan rata-rata kinerja antara saham berbasis syariah
dengan saham berbasis konvensional”
• Ha : “terdapat hubungan jangka panjang antara indeks berbasis syariah
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Jakarta Islamic
Index, Indeks LQ45, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Suku
Bunga Bank Indonesia. Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks syariah
yang terdiri dari saham tiga puluh perusahaan dari perusahaan-perusahaan
yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Agar tercatat dalam JII, ada
kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh perusahaan, seperti yang sudah
dijelaskan dalam Bab II penelitian ini. Indeks LQ45 merupakan sekelompok
saham pilihan yang memenuhi kriteria tertentu, seperti total transaksi dan
frekuensi transaksi. Ada 45 saham rangking tertinggi yang masuk kriteria
LQ45.
Indeks Harga Saham Gabungan adalah indikator dari pergerakan
semua saham yang ada dalam Bursa Efek Indonesia. Suku Bunga Bank
Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga harian.
Periode data sebanyak 698 hari, data harian indeks dari tanggal 4 Januari
56
2. Pemilihan Periode
Periode yang ada dari tahun 2008 sampai 2009. periode ini dipilih
karena JII sebagai variable utama yang akan di lihat dalam penelitian ini
baru diterbitkan pada tahun 2000. Sedangkan pada tahun 2000, kondisi
ekonomi Indonesia belum begitu stabil, terbukti dari sisi penyaringan JII
yang tidak menggunakan rasio keuangan karena kondisi yang tidak
memungkinkan. Tahun 2008 adalah tahun dimana kondisi Indonesia sudah
mulai membaik, walau belum pulih dan JII sudah cukup baik sebagai
sebuah indeks sehingga diharapkan akan memberi validitas hasil yang
memuaskan. Data dua tahun digunakan karena mencukupi sebagai sample
data.
B. Metode Penentuan Sampel
Teknik yang dilakukan dalam pengambilan sampel ini adalah
purposive sampling yang berdasarkan judgement sampling. Purposive sampling adalah teknik pemilihan sampel secara tidak acak dan didasarkan pada tujuan tertentu (Indrianto dan Supomo, 1999). Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis perbedaan keseimbangan risiko dan
pengembalian (risk-return tradeoff) saham yang kompetitif dari indeks saham syariah dan konvensional pada Jakarta Islamic Index dengan LQ45
dan menganalisis pengaruh secara langsung dan tidak langsung unsur
57
Bapepam. Oleh karena itu, maka sampel yang digunakan adalah dari indeks
saham syariah dan konvensional pada Jakarta Islamic Index dengan LQ45
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal tersebut sesuai dengan
teknik purpose sampling metode judgement sampling.
Sampel penelitian ini diambil dari perusahaan yang tercatat dalam
indeks saham JII dan LQ45 pada BEI. Dari 30 saham yang terdaftar dalam
JII dan 45 saham pada LQ45 periode Januari 2008 sampai Desember 2009,
hanya 16 saham yang terpilih sebagai sampel penelitian. Oleh karena saham
yang tercatat di BEI dimungkinkan terjadi perubahan disetiap periodenya,
maka sampel penelitian ini diambil dengan kinerja :
1. 30 saham yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama Januari 2008 sampai dengan
Desember 2009.
2. 45 saham yang terdaftar dalam LQ45 pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama Januari 2008 sampai dengan Desember 2009.
3. 16 saham yang selalu ada (tetap) serta terdaftar dalam Jakarta
Islamic Index (JII) dan LQ45 pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
58
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan