TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
(Penelitian Quasi Eksperimen di SMKN 2 Tangerang Selatan)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
IDA FAUZIAH SYAM
(1110017000106)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi berjudul Pengaruh Metode Accelerated Learning Terhadap
Kernampuan Pemahaman Konsep N{atematis Sisrva disusun oleh Ida Fauziah
Syam,
NIM
i110017000106, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas IlmuTarbiyah
dan
KegumanUIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.Jakarta, Desember 2014
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Otons Suhvanto. NI.Si
NrP.19681104 199903
I
Finola Marta Putri. M. Pd NIP.
Skripsi berjudul
"PengaruhMetode
AcceleratedLearning
Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep l\Iatematis Siswa" diajukan kepada FakultasIlmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 8 Januari 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang Pendidikan matematika.
Jakarta, Januari 2015
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Jurusan)
Dr. Kadir.'M.Pd
NrP. 19670812 tgg402
I
001 Sekertaris ( Sekertaris Jurusan)Abdul Muin. M.Pd
NIP. 19751201 200604 1 003 Penguji I
Dr. Lia Kurniawati. M.Pd NrP. 19760s21 200801 2 008
Penguji II
Firdausi. S.si.
M.Pd
.1|,..:.A1.:.*8!5. INIP. 19690629 200s0t 1 003
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
t1
k:
hrv-t
u
lotT lot;
l3-0t
- Nis
il;,,L
1 1 10017000105
Pendidikan Matematika
Jalan. Swadharma Utara 6 no.
Pesanggrahan, Jakarta Selatan
NIM
Jurusan
Alamat 16 Rt/Rw 002101Ulujami
12250.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Metode Acceleruted Learning Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
1.
2.
Nama
NIP
Dosen Jurusan
Nama
NIP
Dosen Jurusan
Otong Suhyanto, M.Si
19681 104 199903
I
001Pendidikan Matematika
Finola Marta Putri, M. Pd
Pendidikan Matematika
Demikian surat pemyataan
ini
saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karyasendiri.
2015
Jakarta, Januari
Yang Menyata
i
Ida Fauziah Syam (1110017000106), “Pengaruh Metode Accelerated Learning terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis; (1) kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajarkan dengan metode Accelerated Learning; (2) kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran konvensional; (3) perbandingan antara kemampuan pemahaman konsep siswa yang diajarkan menggunakan metode Accelerated Learning dengan siswa yang diajarkan menggunakan metode konvensional. Penelitian dilakukan di kelas X Akuntansi SMK Negeri 2 Tangerang Selatan tahun ajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan penelitian post-test only control design. Subjek penelitian ini adalah 82 siswa yang terdiri dari 41 siswa untuk masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data setelah perlakuan dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan metode accelerated learning lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan metode konvensional. Kemampuan pemahaman konsep fungsi dan persamaan kuadrat siswa yang diajar dengan metode Accelerated Learning pada indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebesar 40,85, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup sebesar 60,37, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu sebesar 57,93, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah sebesar 62,20, sedangkan untuk kelas kontrol indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebesar 39,02, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup sebesar 50,81, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu sebesar 51,83, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah sebesar 29,88. Dengan demikian, kemampuan pemahaman konsep fungsi dan persamaan kuadrat siswa yang diajarkan dengan metode Accelerated Learning ternyata lebih baik daripada yang diajarkan dengan metode konvensional.
Kata kunci: metode accelerated learning, kemampuan pemahaman konsep
ii
Thesis Department of Mathematics Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, December 2014.
The purposes of this research are to analize; (1) the conceptual understanding ability of mathematics of student who taught with Accelerated Learning method; (2) the conceptual understanding ability of mathematics of student who taught with conventional method; (3) the comparison between student who taught with Accelerated Learning method and student who taught with conventional method. The research conducted at 10th Accounting class SMK Negeri 2 Tangerang Selatan for academic year 2014/2015. The method that used in this research is quasi experimental method with randomized post-test only control design. Subject for this research are 82 students consist of 41 students for each class of experimental group and control group. To determine sample used cluster random sampling technique.The data collection after treatment conducted with test of the conceptual understanding ability of mathematics of student. Result of the research revealed that the conceptual understanding ability of mathematics of student who is taught with Accelerated Learning method is higher than student who is taught with conventional method. The conceptual understanding ability of quadratic equations and functions who are taught with Accelerated Learning method had indicator presenting concepts in various forms of mathematical representation amounting to 40,85, develop the necessary and sufficient conditons of a concept amounting to 60,37, use, utilize, and choosing a particular procedure amounting to 57,93, apply the concept or algorithm to solving problem amounting to 62,20, as for the grade control has indicator presenting concepts in various forms of mathematical representation amounting to 39,02, develop the necessary and sufficient conditons of a concept amounting to 50,81, use, utilize, and choosing a particular procedure amounting to 51,83, apply the concept or algorithm to solving problem amounting to 29,88. Thus,the conceptual understanding ability of quadratic equations and functions of student who taught with Accelerated Learningmethod is better than of student who taught with conventional method.
iii
KATA PENGANTAR
ﻳﺤﺭﻟﺍﻦ ﺤﺭﻟﺍﷲﺍ ﺳﺑ
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, kesabaran, arahan, waktu, nasihat, dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Finola Marta Putri, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, nasihat, dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
iv
8. Bapak H. Ambiar, M.Pd., kepala SMKN 2 Tangerang Selatan, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut.
9. Ibu Fitri Trisna Murti, S.Pd., selaku guru pamong yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.
10.Siswa dan siswi SMKN 2 Tangerang Selatan tahun ajaran 2014/2015, khususnya kelas X Akuntansi 1 dan X Akuntansi 2 yang telah bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.
11.Keluarga besar tercinta, terutama kedua orang tua Udin Syamsudin dan Diah Undariah, kakak-kakaku Teh Evin, Asep, A Malik juga keponakan tercinta Obam dan Olan yang selalu memberikan kasih sayang, do’a, dukungan, dan semangat kepada penulis.
12.Sahabat seperjuangan selama perkuliahan, Dedew, Fani, Zahra, Fatur, Dije, Heni, Mae, Devi, Anis yang sudah memberi semangat, nasihat, dan bantuan kepada penulis selama kuliah maupun selama penyusunan skripsi ini. Semangat kawan, together we can.
13.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan ’10, Sparta, Wasabi, dan terutama Cuspid. Terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya selama ini baik langsung maupun tidak langsung.
14.Kakak kelas angkatan ’09 maupun ’08, dan adik kelas angkatan ‘11 yang sudah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
15.Sahabat tersayang, Annisa Aulia, Compi, Qurot, Ines dan sahabat sixth generation yang selalu memberi semangat dan do’a kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Sukses kawan.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT
v
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih belum mendekati sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat dibutuhkan demi kesempurnaan penulis dimasa datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khusunya dan bagi pembaca sekalian pada umumnya.
Jakarta, Januari 2015
vi
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 6
C.Pembatasan Masalah ... 7
D.Perumusan Masalah... 7
E. Tujuan Penelitian... 8
F. Manfaat Penelitian... 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 9
A.Deskripsi Teoritis ... 9
1. Pemahaman Konsep Matematis ... 9
a. Pengertian Matematika ... 9
b. Pengertian Pemahaman Konsep Matematis ... 11
c. Indikator Pemahaman Matematis ... 13
2. Metode Accelerated Learning ... 15
a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 15
b. Pengertian Metode Accelerated Learning ... 16
c. Langkah-langkah Metode Accelerated Learning ... 18
B.Hasil Penelitian yang Relevan ... 20
C.Kerangka Berpikir ... 21
D.Hipotesis Penelitian ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23
vii
C.Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 24
D.Teknik Pengumpulan Data ... 25
E. Instrumen Penelitian ... 25
F. Analisis Instrumen... 27
1. Validitas Instrumen ... 27
2. Reliabilitas Instrumen ... 28
3. Tingkat Kesukaran... 29
4. Daya Pembeda ... 30
G.Teknik Analisis Data ... 31
1. Uji Prasyarat ... 30
a. Uji Normalitas ... 32
b. Uji Homogenitas Varians ... 32
2. Uji Hipotesis Penelitian ... 33
H. Hipotesis Statistik ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Hasil Penelitian ... 35
1. Deskripsi Data ... 35
a. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 36
b. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 40
2. Analisis Data ... 35
a. Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 44
b. Uji Homogenitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 45
c. Hasil Pengujian Hipotesis ... 45
B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 47
viii
Syarat Perlu dan Syarat Cukup Suatu Konsep ... 56
c. Kemampuan Pemahaman Konsep Indikator Menggunakan, Memanfaatkan dan Memilih Prosedur atau Operasi Tertentu 58 d. Kemampuan Pemahaman Konsep Indikator Mengaplikasikan Konsep atau Algoritma Pemecahan Masalah ... 60
C.Keterbatasan Penelitian ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
A.Kesimpulan... 65
B.Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA
ix
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis ... 26
Tabel 3.2 Klasifikasi Taraf Kesukaran ... 29
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda ... 30
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Daya Pembeda, dan Taraf Kesukaran ... 31
Tabel 4.1 Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen ... 36
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 37
Tabel 4.3 Deskripsi Data Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 38
Tabel 4.4 Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas Kontrol ... 40
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 41
Tabel 4.6 Deskripsi Data Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 42
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 45
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 45
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji-t ... 46
Tabel 4.10 Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 50
x
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas
Eksperimen ... 38 Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Rata-rata Indikator Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas
Eksperimen ... 39 Gambar 4.3 Grafik Histogram dan Poligon Frekuensi Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 42 Gambar 4.4 Diagram Batang Nilai Rata-rata Indikator Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 43 Gambar 4.5 Kurva Uji Hipotesis Statistik ... 46 Gambar 4.6 Aktivitas Siswa Saat Proses Pembelajaran dengan Metode
Accelerated Learning ... 48 Gambar 4.7 Aktivitas Siswa Saat Proses Pembelajaran dengan Metode
Pembelajaran Konvensional ... 49 Gambar 4.8 Kurva Perbandingan Nilai Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ... 51 Gambar 4.9 Perbandingan Rata-rata Skor Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol Berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep ... 53 Gambar 4.10 Jawaban Soal Posttest Nomor 1 (a) Siswa Kelas Eksperimen
dan (b) Kelas Kontrol ... 55 Gambar 4.11 Jawaban Soal Posttest Nomor 4 (a) Siswa Kelas Eksperimen
dan (b) Kelas Kontrol ... 57 Gambar 4.12 Jawaban Soal Posttest Nomor 3 (a) Siswa Kelas Eksperimen
dan (b) Kelas Kontrol ... 59 Gambar 4.13 Jawaban Soal Posttest Nomor 6 (a) Siswa Kelas Eksperimen
xi
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Tahap Pra Penelitian ... 69
Lampiran 2 Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Tahap Pra Penelitian ... 70
Lampiran 3 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Tahap Pra Penelitian ... 71
Lampiran 4 Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Tahap Pra Penelitian ... 73
Lampiran 5 RPP Kelas Eksperimen ... 75
Lampiran 6 RPP Kelas Kontrol ... 104
Lampiran 7 LKS Kelas Eksperimen ... 126
Lampiran 8 LKS Kelas Kontrol ... 150
Lampiran 9 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 167
Lampiran 10 Soal Uji Coba Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 169
Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 171
Lampiran 12 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 176
Lampiran 13 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 177
Lampiran 14 Perhitungan Uji Validitas ... 178
Lampiran 15 Validitas Instrumen Tes ... 179
Lampiran 16 Perhitungan Uji Realibilitas ... 182
Lampiran 17 Reliabilitas Instrumen Tes ... 183
Lampiran 18 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran ... 186
Lampiran 19 Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 187
xii
Eksperimen ... 196
Lampiran 24 Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Kontrol 197 Lampiran 25 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen 198 Lampiran 26 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ... 200
Lampiran 27 Perhitungan Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 202
Lampiran 28 Perhitungan Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 203
Lampiran 29 Perhitungan Varians per Indikator... 204
Lampiran 30 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 205
Lampiran 31 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 207
Lampiran 32 Perhitungan Uji Homogenitas ... 209
Lampiran 33 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ... 210
Lampiran 34 Hasil Wawancara Pra Penelitian ... 212
Lampiran 35 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Momen ... 214
Lampiran 36 Tabel Luas Kurva Di Bawah Normal ... 215
Lampiran 37 Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ... 216
Lampiran 38 Tabel Nilai Kritis Distribusi F ... 218
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan teknologi semakin pesat terjadi pada zaman ini, begitu pula pertumbuhan dan perkembangan pendidikan. Sekarang ini, pendidikan dianggap sangat penting untuk semua lapisan masyarakat sehingga Pemerintah pun mulai memperhatikan kualitas pendidikan di Indonesia, karena sebuah negara dapat mencapai sebuah kemajuan jika kualitas pendidikannya baik.
Untuk memperoleh kualitas pendidikan yang baik perlu adanya perencanaan yang berhubungan dengan tujuan nasional pendidikan Indonesia. Berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencetak generasi bangsa yang beriman dan bertakwa, berbudi luhur, cerdas dan kreatif.1 Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melalui seperangkat kurikulum yang menunjang untuk diberikan kepada peserta didik.
Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika. Matematika adalah salah satu bidang studi yang memiliki peranan yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan. Matematika berfungsi sebagai alat, pola pikir, dan ilmu dengan sifat masih elementer merupakan konsep matematika yang esensial sebagai prasyarat konsep matematika lanjut.2
Pada pembelajaran matematika, siswa tidak hanya diajarkan untuk menghafal rumus-rumus, akan tetapi siswa juga harus dapat memahami konsep matematika dalam setiap materi dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan. Sehingga siswa terampil atau mempunyai kemampuan dalam memahami suatu konsep dalam matematika. Oleh karena itu, pentingnya
1
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. (Jakarta: RajaGrafindo, 2014), h. 1
2
bidang studi matematika dalam satuan pendidikan menengah pertama dan menengah atas diberikan lebih dari 5 jam seminggunya dan relatif besar dibanding mata pelajaran lain.
Seiring berjalannya waktu, dalam pembelajaran matematika terdapat permasalahan-permasalahan yang menyebabkan pembelajaran matematika di sekolah tidak efektif dan prestasi belajar matematika siswa kurang optimal. Salah satu lembaga yang meneliti tentang prestasi matematika siswa berskala internasional yaitu TIMSS (Trends International Mathematics and Science Study).
Hasil penelitian dari TIMSS tahun 2011 menunjukkan bahwa di antara 58 negara peserta TIMSS, Indonesia berada pada urutan ke-38 dengan skor rata-rata kemampuan matematis sebesar 386. Aspek yang dinilai yaitu pengetahuan dengan skor 378, penerapan dengan skor 384, dan penalaran dengan skor 388.3 Skor tersebut di bawah skor rata-rata yang telah ditetapkan oleh TIMSS yaitu 500. Skor rata-rata kemampuan matematis Indonesia adalah 399, pada aspek pengetahuan mengalami penurunan sebesar 19 poin dari penilaian TIMSS tahun 2007 sebesar 397.4 Hal ini menunjukkan bahwa prestasi matematika di Indonesia menurun.
Hasil TIMSS yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktornya adalah metode pembelajaran yang membiasakan siswa hanya menerima informasi saja, sehingga siswa kurang mengembangkan kemampuannya dalam matematika, terutama pada pemahaman konsep matematis.
Pada saat peneliti melakukan Praktik Profesi Keguruan Terpadu, banyak siswa yang masih menganggap pelajaran matematika sulit untuk dipahami, karena dalam proses pembelajaran siswa kurang termotivasi untuk memahami suatu konsep khususnya dalam matematika, siswa hanya
3
Ina V.S. Mullis, et.al., TIMSS 2011 International Results in Mathematics, (Amsterdam: TIMSS & PIRLS International Study Center, 2012), p.150.
4
menghafal rumus-rumus dalam mengerjakan soal, jarang diajak untuk menganalisa dan memahami konsep dari suatu materi. Akibatnya berdampak pada hasil belajar siswa yang tidak maksimal.
Peneliti juga melakukan pra-penelitian di kelas X Akuntansi SMK Negeri 2 Tangerang Selatan. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada yang memenuhi standar ketuntasan yang telah ditetapkan, yaitu 78, yang dilakukan guru biasanya melakukan remedial. Rincian skor rata-rata untuk masing-masing indikator pemahaman konsep matematis yang ingin peneliti capai yaitu, pada indikator menyajikan berbagai bentuk representasi matematik dengan skor 39,02, indikator mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dengan skor 21,34, indikator menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu dengan skor 75, dan indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah dengan skor 18,29.
Berdasarkan hasil pra-penelitian yang telah dipaparkan, terlihat bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa masih tergolong rendah. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebabnya adalah siswa hanya menghafal rumus tanpa mengetahui dan memahami konsepnya.
Salah satu tujuan dari pembelajaran matematika yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika.5 Pada kenyataanya, masih banyak siswa yang hanya mengetahui rumus-rumus tanpa
memahami konsep dari suatu materi, dan itu sering membuat siswa tidak yakin kapan atau bagaimana rumus-rumus tersebut digunakan. Oleh karena itu, memahami konsep dari suatu materi akan lebih mudah bagi siswa dalam penggunaannya.
Kemampuan memahami suatu konsep sangat penting karena belajar dengan pemahaman membuat pembelajaran selanjutnya lebih mudah dipahami.6 Oleh sebab itu siswa diharapkan mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran dan memahami konsep dalam suatu materi. Jika konsep itu tidak dipahami maka akan berpengaruh pada penggunaanya dalam menyelesaikan suatu persoalan matematika dan juga dalam kehidupan . Untuk itu, peran guru sangat penting dalam menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Sehingga, nantinya siswa tidak lagi menganggap bahwa matematika sulit untuk dipahami.
Beberapa Indikator terkait kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 yaitu:7
1) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 2) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep;
3) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu;
4) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil pra penelitian, terlihat bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada indikator di atas masih tergolong
5
Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Isi Untuk Satuan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMK/MAK, (Jakarta: BSNP, 2006), h. 118.
6
National Council of Teachers of Mathematics, Principles and Standards for School Mathematics, (Drive, Reston, VA: The National Council of Teachers of Mathematics, 2000), p. 20.
7
rendah. Salah satu penyebabnya yaitu metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru, maka diperlukan metode belajar yang dapat memenuhi ketercapaian pemahaman konsep matematis siswa pada proses pembelajaran. Pembelajaran yang inovatif pun mulai berkembang sesuai perkembangan zaman. Banyak metode-metode pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli untuk menciptakan suasana belajar yang aktif melalui pendekatan student centered salah satu metodenya yaitu metode accelarated learning.
Metode accelareted learning dibagi menjadi enam langkah dasar. Keenam langkah itu dapat diingat dengan mudah dengan menggunakan singkatan M-A-S-T-E-R yaitu (1) Motivating your mind (memotivasi pikiran), siswa harus rileks, percaya diri dan harus termotivasi. Jika siswa stres, maka siswa tidak dapat belajar dengan baik. (2) Acquiring the information (memperoleh informasi), dengan diberikan informasi atau gambaran umum tentang materi yang akan dipelajari, siswa akan mengambil, memperoleh, dan menyerap fakta-fakta dasar materi yang dipelajari. (3) Searching out the meaning (menyelidiki makna), siswa dalam diskusi kelompok menyelidiki manfaat dari suatu informasi dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. (4) Triggering the memory (memicu memory), siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan. (5) Exhibition what you know (memamerkan apa yang anda ketahui), siswa mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan kepada siswa lainnya. (6) Reflecting how you’ve learned (merefleksikan bagaimana anda belajar), siswa dan guru merefleksikan apa yang telah dipelajari dan proses pembelajaran yang telah dilakukan.8
Langkah-langkah metode accelerated learning dan kaitannya dengan indikator pemahaman konsep yaitu:
1) Motivating your mind, siswa diajak untuk memotivasi pikirannya agar siswa termotivasi dan fokus dalam mempelajari materi yang akan dipelajari.
8
2) Acquiring the information, siswa diberikan informasi atau gambaran umum tentang materi yang akan dipelajari, dalam langkah ini siswa dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk.
3) Searching out the meaning, dengan diskusi kelompok siswa mencari tahu makna dan manfaat dari informasi yang telah diberikan sebelumnya. Pada langkah ini siswa dapat memilih prosedur dan operasi tertentu dan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
4) Triggering the memory, siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan yang memicu memori siswa agar materi yang telah dipelajari tidak cepat terlupakan sehingga siswa dapat mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
5) Exhibition what you know, dalam langkah ini siswa dapat mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan kepada siswa lain. 6) Reflecting on how you’ve learned, dalam langkah ini siswa dan guru
tidak hanya merefleksikan materi yang telah dipelajari tetapi merefleksikan bagaimana pembelajaran berlangsung agar pertemuan selanjutnya dapat berjalan lebih baik lagi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka metode accelerated learning diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis dan siswa dapat menguasai matematika dengan lebih baik, oleh karena itu peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode
Accelerated Learning terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Masih banyak siswa yang menganggap matematika sulit dipahami
3. Pemahaman konsep matematis siswa yang masih rendah
4. Metode Accelerated Learning dapat mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka diperlukan pembatasan masalah, adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode accelerated learning.
2. Kemampuan yang akan dilihat adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, dengan indikator sebagai berikut:
a. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; b. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep;
c. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu;
d. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. 3. Pokok Bahasan yang akan diteliti adalah fungsi dan persamaan kuadrat.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi serta pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan menggunakan metode accelerated learning ?
2. Bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji dan meganalisis pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode accelerated learning.
2. Mengkaji dan meganalisis pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran konvensional
3. Membandingkan pemahaman konsep matematis siswa yang diajar menggunakan metode accelerated learning dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran konvensional
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Dapat memberi masukan kepada guru bahwa metode accelerated learning dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
2. Bagi siswa
Dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis dengan metode accelerated learning.
3. Bagi pembaca
9
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Pemahaman Konsep Matematika
a. Pengertian Matematika
Kata matematika dalam berbagai bahasa, dikenal dengan kata mathematics (Bahasa Inggris); mathematik (Bahasa Jerman); mathematique (Bahasa Perancis); matematico (Bahasa Italia); matematiceski (Bahasa Rusia); dan mathematic (Bahasa Belanda).1 Semua ungkapan matematika tersebut mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari dan asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu.
Menurut James dan James, matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya.2 Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasi. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami konsep selanjutnya.3
Matematika sebagai ratu ilmu artinya matematika sebagai alat dan matematika sebagai pelayan ilmu lain yang berarti banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika. Matematika juga dapat melayani ilmu-ilmu lain, karena rumus, aksioma dan model pembuktiannya yang dapat membantu
1
Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), cet. 2, h. 7.4.
2
Erna Suwaningsih, dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006), Cet. 1, h. 4.
3
ilmu-ilmu tersebut.4 Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada transaksi jual beli, menghitung luas daerah, menghitung laju kecepatan kendaraan dan lain sebagainya.
Menurut Lerner, matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.5 Oleh sebab itu, matematika dipelajari mulai dari tingkat SD sampai SLTA bahkan di perguruan tinggi. Pentingnya matematika dalam segala aspek kehidupan sehari-hari membuat matematika ada dalam setiap tingkat pendidikan.
Menurut Cockroft, matematika perlu diajarkan kepada siswa karena, digunakan dalam segi kehidupan, diperlukan dalam berbagai bidang studi, sebagai sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, serta memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.6 Berdasarkan alasan yang dikemukakan oleh Cockroft terlihat bahwa matematika sangat penting dan perlu diajarkan kepada siswa.
Pelajaran matematika diajarkan dari hal yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Pada tingkat dasar, siswa belum bisa diajak pada suatu yang abstrak. Oleh karena itu, matematika pada tingkat dasar diajarkan dengan mengenalkan sesuatu yang konkret ,misalkan dalam operasi penjumlahan, siswa diberikan contoh yang konkret seperti dua buah apel ditambah tiga buah apel menjadi lima buah apel, dan itu memudahkan siswa dalam memahami
4
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: RajaGrafindo, 2014), h. 51.
5
Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar (Teori, Diagnosis, dan Remediasinya), (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hh. 202-203
6
konsep penjumlahan. Pada tingkat menengah pertama ataupun menengah atas siswa sudah bisa diajak mengenai konsep yang mulai abstrak dan diikuti dengan yang konkret.
Berdasarkan uraian di atas, definisi matematika tidak dapat diartikan secara mudah dan menyeluruh, karena banyaknya fungsi terkait dengan matematika itu sendiri ataupun dengan bidang lainnya, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan berpikir logis, sistematis dan dalam prosesnya menggunakan bahasa simbolis untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
b. Pengertian Pemahaman Konsep Matematis
Pentingnya pemahaman konsep terlihat pada tujuan pertama pembelajaran matematika dalam Permendiknas no. 22 tahun 2006 yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.7 Hal ini sangat penting bagi siswa, karena belajar harus mengerti makna, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga siswa dapat memahami suatu persoalan.
Salah satu faktor psikologis belajar adalah pemahaman atau comprehension, yang dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran dan memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya, tanpa itu skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna, sehingga belajar pada tahap pemahaman adalah belajar bermakna.8
Berdasarkan teori Gestalt dalam pembelajaran yang bermakna, menyatakan bahwa kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses
7
Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Isi Untuk Satuan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMK/MAK, (Jakarta: BSNP, 2006), h. 118.
8
pembelajaran. Content yang dipelajari siswa hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya di masa yang akan datang.9 Pemahaman tidak sekedar tahu tetapi dikehendaki agar siswa dapat menghubungkan bahan-bahan yang dipelajari kedalam suatu konsep atau pengertian secara menyeluruh.
Konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.10 Konsep adalah suatu gugusan atau sekelompok fakta yang memiliki makna yang terkait dengan mengelompokkan sesuatu menjadi kategori. 11
Rosser menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Orang mengalami stimulus-stimulus yang berbeda, membentuk konsep sesuai pengelompokan stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Konsep-konsep itu adalah abstraksi-abstraksi berdasarkan pengalaman, karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang sama persis, maka konsep-konsep yang dibentuk orang mungkin berbeda.12
Konsepsi awal yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran secara formal, seringkali tidak cocok dengan konsepsi yang disampaikan oleh guru. Terjadilah miskonsepsi, untuk membentuk struktur kognitif yang baru maka siswa harus belajar. Karena siswa mempelajari konsep melalui: (1) Definisi, (2) Observasi, (3) Mendengar, (4) Melihat, (5) memegang, (6) mendiskusikan, (7)
9
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2010), cet. 6, h. 137.
10
Mulyono Abdurrahman., loc. cit. 11
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 2, h. 145.
12
memikirkan macam-macam konsep dan bukan konsep, maka dari itu siswa memerlukan suatu pemahaman dalam memaknai suatu konsep. 13
Berdasarkan definisi pemahaman dan konsep secara terpisah dapat dikatakan bahwa setiap pemahaman dari suatu konsep diperlukan suatu kemampuan untuk menghubungkan konsep satu dengan konsep lainnya, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam memahami, mengidentifikasi dan menyimpulkan suatu konsep matematika yang telah dibangun oleh pengetahuannya sendiri serta dapat mengaplikasikannya dalam berbagai bentuk persoalan matematika.
c. Indikator Pemahaman Konsep Matematis
Menurut Suhendra dkk, seseorang dikatakan memahami suatu konsep matematika apabila ia telah mampu melakukan beberapa hal, yaitu:14
1) Menemukan (kembali) suatu konsep yang sebelumnya belum diketahui berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui dan dipahami sebelumnya.
2) Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara dan kalimat sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan ide atau gagasan konsep tersebut.
3) Mengidentifikasi hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan cara-cara yang tepat.
4) Memberikan contoh (dan bukan contoh) atau ilustrasi yang berkaitan dengan suatu konsep.
Menurut Kilpatrick, Swafford dan Findel, terdapat lima kompetensi matematika yang salah satunya adalah pemahaman konsep (conseptual understanding) yang meliputi pemahaman konsep, operasi
13
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, op. cit., h. 260.
14
dan relasi. 15 Menurutnya, indikator utama yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yaitu kemampuan siswa dalam menyajikan penyelesaian matematika dengan cara yang berbeda dan dapat mengetahui bagaimana perbedaan penyajian tersebut dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda.16
Pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/PP/2004, indikator yang menunjukkan pemahaman konsep antara lain adalah:17
1) Menyatakan ulang sebuah konsep;
2) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya;
3) Memberi contoh dan noncontoh dari konsep;
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; 6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu;
7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Berdasarkan beberapa indikator yang telah dikemukakan di atas, maka indikator pemahaman konsep yang diambil dalam penelitian ini yaitu:
1) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. Contoh : Diberikan himpunan A = {1, 2, 3, 5, 7, 8} dan himpunan B = {2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 14}. Relasi yang menghubungkan
himpunan A dengan anggota himpunan B adalah “ setengah dari”.
Nyatakan relasi dalam bentuk diagram panah, himpunan pasangan berurutan dan diagram cartesius!
15
Ibid., h. 9.6. 16
Jeremy Kilpatrick, Jane Swafford and Bradford Findell, Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics (Washington DC: National Academy Press, 2001), p. 119.
17
Sri Wardani, “Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk
Siswa akan menyajikan konsep relasi dalam tiga bentuk representasi matematis.
2) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. Contoh : Carilah diskriminan dari dan tentukan jenis akar persamaan kuadrat tersebut.
Siswa akan mencari syarat perlu yaitu diskriminan, dan menentukan syarat cukup dari diskriminan tersebut yaitu jenis dari akar-akar persamaan kuadrat.
3) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
Contoh : Carilah akar-akar persamaan kuadrat dari persamaan
Siswa akan menyelesaikan persamaan kuadrat tersebut dengan mencari akar-akarnya menggunakan faktorisasi, kuadrat sempurna atau rumus abc.
4) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Contoh : Kuadrat suatu bilangan dikurangi dua kali bilangan itu sama dengan .
a. Buatlah model matematika dari permasalahan tersebut b. Tentukan bilangan-bilangan tersebut
Siswa akan membuat model matematika dari permasalahan tersebut dan menyelesaikannya sesuai konsep akar-akar persamaan kuadrat.
2. Metode Accelerated Learning
a. Pengertian Metode Pembelajaran
memberi contoh, dan latihan suatu materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu.18
Pada pengertian lain, metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.
Beberapa contoh metode pembelajaran konvensional antara lain yaitu metode ceramah, metode tanya jawab dan metode pemberian tugas.19 Sebagai guru matematika kita memerlukan metode mengajar agar mengajar sebagai proses memberi perlakuan kepada siswa lebih terarah, dan tidak sembarangan atau asal mengajar saja, keteraturan itu diperlukan agar tujuan belajar secara efektif dapat tercapai.
b. Pengertian Metode Accelerated Learning
Prinsip-prinsip dasar accelerated learning yang paling berhasil dijalankan adalah sebagai berikut:20
1) Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh, yang berarti belajar tidak hanya menggunakan otak tetapi juga melibatkan seluruh tubuh/ pikiran dengan segala emosi, indra, dan syarafnya.
2) Belajar adalah berkreasi, bukan mengonsumsi, bermakna bahwa pembelajaran terjadi ketika siswa memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. 3) Kerja sama membantu proses belajar, yang berarti kerja sama di
antara siswa dapat mempercepat proses pembelajaran dan suatu
18
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, op. cit., h. 257. 19
Suyono dan Hariyanto, op. cit., h. 19. 20
kelompok belajar selalu lebih baik hasilnya daripada beberapa individu yang belajar sendiri-sendiri.
4) Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan, yang berarti belajar bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara linear, melainkan menyerap banyak hal sekaligus. 5) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan
umpan balik), belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. 6) Emosi positif sangat membantu pembelajaran, perasaan
menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang.
7) Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Sistem saraf manusia lebih merupakan prosesor citra daripada kata. Gambar konkret jauh lebih mudah ditangkap dan disimpan daripada abstraksi verbal. Menerjemahkan abstraksi verbal menjadi berbagai jenis gambar konkret akan membuat abstraksi verbal itu bisa lebih cepat dipelajari dan lebih mudah diingat.
Metode accelerated learning di sini adalah cara mempercepat pemahaman siswa tentang suatu konsep dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut untuk aktif dalam setiap proses pembelajaran, dengan mengalami sendiri dan terlibat langsung dalam proses belajar maka belajar matematika akan lebih efektif dan konsep makin lama makin jelas. Peran guru disini sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap pokok bahasan yang diajarkan. Fasilitator menyediakan bimbingan serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa untuk sampai pada kesimpulannya sendiri.
[image:33.595.121.516.115.633.2]tanpa stres, subjek pelajaran relevan, mengeksplorasi pelajaran yang sedang dipelajari, dan menantang otak untuk jauh berpikir ke depan.21
Beberapa asumsi pokok pada metode accelerated learning yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan pembelajaran yaitu ligkungan belajar yang positif, keterlibatan pembelajar sepenuhnya, kerja sama diantara pembelajar, variasi yang cocok untuk semua gaya belajar dan belajar kontekstual.22
Berdasarkan uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode accelerated learning adalah cara untuk mempercepat pemahaman dan pengetahuan siswa dalam proses pembelajaran yang melibatkan seluruh tubuh, kerja sama dan dalam konteks yang nyata.
c. Langkah-langkah Metode Accelerated Learning
Metode accelerated learning dibagi menjadi enam langkah dasar. Keenam langkah itu dapat diingat dengan mudah menggunakan singkatan M-A-S-T-E-R, langkah tersebut adalah sebagai berikut:23 1) Motivating your Mind
Pada langkah ini siswa harus rileks, percaya diri dan harus termotivasi, jika stres siswa tidak dapat belajar dengan baik, karena motivasi merupakan salah satu unsur penting yang berperan dalam proses pembelajaran. Menurut Von Glasersfeld kesinambungan motivasi belajar secara kuat bergantung kepada kepercayaan siswa terhadap potensi belajarnya sendiri.24
2) Acquiring the information
Pada langkah ini guru dalam pembelajaran harus memberikan informasi atau gambaran umum tentang materi yang akan dipelajari kepada siswa. Siswa secara individual perlu
21
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, Accelarated Learning for the 21st Century, Terj. Dedy Ahimsa, (Bandung: Nuansa 2002), cet. 3. h. 93.
22
Dave Meier, op. cit., hh. 33-34. 23
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, op. cit., hh. 94-97. 24
melihat, mendengar atau melibatkan diri secara fisik dalam proses belajar.
3) Searching out the meaning
Pada langkah ini, informasi yang diberikan dapat mengubah fakta menjadi makna. Setiap jenis kecerdasan adalah sumber daya yang bisa siswa terapkan ketika mengeksplorasi dan menginterpretasikan fakta-fakta dari subjek pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ausubel bahwa pembelajaran berdasarkan hafalan tidak banyak membantu siswa di dalam memperoleh pengetahuan, pembelajaran oleh guru harus sedemikian rupa sehingga membangun pemahaman dalam struktur kognitifnya dan pembelajaran harus bermakna bagi siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan.25
4) Triggering the memory
Pada tahap ini diberikan pertanyaan-pertanyaan yang memicu tentang materi yang telah didapat, agar materi yang didapat akan lebih lama tersimpan di otak siswa dengan jangka waktu yang lama.
5) Exhibition what you know
Pada langkah ini siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan materi yang sudah bisa mereka tangkap selama proses diskusi kepada siswa lainnya. Mempresentasikan hasil yang didapat bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang suatu materi, dan mengajak siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya di depan siswa lainnya serta pemahamn tentang suatu materi pun dapat tersimpan lebih lama. 6) Reflecting on how you’ve learned
Pada tahap terakhir ini siswa bersama guru tidak hanya merefleksikan materi yang telah dipelajari, tetapi juga
25
merefleksikan proses pembelajaran agar kedepannya dapat lebih baik.
Metode accelerated learning juga mengajak siswa menggunakan kemampuan visual, auditori, dan kinestetik dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan informasi yang didapat, tetapi juga terlibat aktif dalam proses belajar.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh metode accelerated learnig terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, terlebih dahulu peneliti melakukan kajian terhadap penelitian yang relevan, yaitu :
1. Mega Zenita Mufatir (2013) dengan judul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Metode Accelerated Learning terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa”, menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan menerapkan metode Accelerated Learning lebih baik daripada peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan metode ekspositori.26
2. Qomaruddin (2010) dengan judul “Penerapan Metode Accelerated
Learning Konsep MASTER dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Fisika Siswa kelas VIII MTs Wahid Hasyim”, menyimpulkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas siswa, dan adanya peningkatan hasil belajar dalam mata pelajaran
26
fisika dengan metode pembelajaran ini. Hasil belajar siswa meningkat dengan rata-rata 80,24%.27
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan berpikir logis, sistematis dan dalam prosesnya menggunakan bahasa simbolis untuk menyelesaikan berbagai bentuk permasalahan. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika adalah pemahaman konsep. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang mengharapkan agar siswa memiliki kemampuan yang salah satunya yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Definisi pemahaman konsep itu sendiri adalah kemampuan siswa dalam memahami, mengidentifikasi dan menyimpulkan suatu konsep matematika yang telah dibangun oleh pengetahuannya sendiri serta dapat mengaplikasikannya dalam berbagai bentuk persoalan dalam matematika.
Kemampuan yang diukur dalam pemahaman konsep adalah menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. Dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis tersebut diperlukan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator.
Metode accelerated learning adalah salah satu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, pada proses pembelajarannya siswa diajak untuk ikut terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Metode accelerated learning terdiri dari enam langkah yaitu motivating your mind (memotivasi pikiran),
27
acquiring the information (memberikan informasi), searching out the meaning (mencari tahu makna), triggering the memory (memicu memori), exhibition what you know (mempresentasikan apa yang diketahui) dan reflecting on how you’ve learned (merefleksikan apa yang telah dipelajari).
Dengan menggunakan metode accelerated learning, siswa mencari tahu makna dari suatu informasi dan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang memicu memorinya tentang materi yang telah dipelajari, kemudian mengungkapkan gagasan dan pemikirannya sehingga membantu siswa dalam memahami, mengidentifikasi, menyimpulkan dan mengaplikasikan konsep konsep matematika. Dengan demikian pembelajaran dengan metode accelerated learning diduga dapat berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah “Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajarkan
23
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMKN 2 Tangerang Selatan, Jalan Pondok Aren Raya No. 52 Pondok Aren, Tangerang Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015, yaitu pada bulan Oktober sampai dengan November 2014.
B. Metode dan Desain Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah metode accelerated learning, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode ini tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Posttest Only Control Design artinya terdapat dua kelas yang masing-masing dipilih secara acak dengan tes hanya di akhir perlakuan. Pelaksanaanya diperlukan dua kelas yaitu, kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan metode accelerated learning dan kelas kontrol yang tidak diajar dengan menggunakan metode accelerated learning. Setelah diberikan perlakuan, pada akhir pertemuan diberikan tes untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis antara kedua kelompok. Model desainnya adalah sebagai berikut.2
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), cet. 6, h. 114.
2
Keterangan:
R : Dua Kelas yang masing-masing dipilih secara acak X : Perlakuan dengan metode accelerated learning O1 : Posttest kelas eksperimen
O2 : Posttest kelas kontrol
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.3 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 2 Tangerang Selatan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.4 Peneliti menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik ini mengambil secara acak 2 kelas dari 3 kelas yang ada. Kemudian dari 2 kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Maka sampel yang terpilih dalam penelitian ini adalah kelas X-Akuntansi 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-Akuntansi 2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah masing-masing kelas adalah 41 siswa.
3
Ibid., h. 117
4
Ibid., h. 118
R X O1
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang diperlukan adalah skor tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dalam belajar matematika. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes, yaitu tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Tes kemampuan pemahaman konsep matematis diberikan kepada kelas eksperimen yaitu kelas X-Akuntansi 1 yang dalam proses pembelajarannya diterapkan metode accelerated learning dan kelas kontrol yaitu kelas X-Akuntansi 2 diterapkan model pembelajaran konvensional. Tes kemampuan pemahaman konsep matematis berbentuk soal uraian yang terdiri dari 11 butir soal dengan pokok bahasan Fungsi dan Persamaan Kuadrat.
E. Instrumen Penelitian
Adapun indikator yang akan diukur melalui tes uraian tersebut dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Tes
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Indikator Pembelajaran Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep No. Butir Soal Jumlah Butir Soal
Menyajikan suatu relasi dalam bentuk diagram panah, himpunan pasangan berurutan dan diagram cartesius
Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematik
1
1
Mengembangkan syarat sebuah fungsi
dari suatu relasi Mengembangkan
syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
2c, 4a, 4b, dan 4c
4 Mengembangkan syarat diskriminan
pada jenis akar-akar persamaan kuadrat.
Menentukan daerah asal dan daerah
kawan dari suatu relasi Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
2a,2b, 3 dan 5
4 Menyajikan suatu relasi atau fungsi
dalam bentuk diagram panah
Menggunakan faktorisasi dalam mencari akar-akar persamaan kuadrat. Menggunakan bentuk kuadrat sempurna dalam mencari akar-akar persamaan kuadrat.
Menggunakan rumus abc dalam mencari akar-akar persamaan kuadrat. Memanfaatkan akar-akar persamaan kuadrat lain untuk persamaan kuadrat baru
Mengaplikasikan konsep persamaan kuadrat dalam permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan persamaan kuadrat
Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
6, 7 2
Mengaplikasikan konsep yang berkaitan dengan permasalahan akar-akar persamaan kuadrat
F. Analisis instrumen
Instrumen terlebih dahulu diuji cobakan sebelum digunakan sehingga didapatkan instrumen yang baik. Uji coba dilakukan untuk memperoleh validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas instrumen.
1. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas ini menggunakan rumus product moment yaitu:5
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
= Angka indeks korelasi “r” product moment
= Jumlah Responden X = Skor butir soal Y = Skor total
XY = Skor butir soal x skor total
Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria sebagai berikut. 6
0,81 - 1,00 = sangat tinggi 0,61 – 0,80 = tinggi
0,41 – 0,60 = cukup 0,21 – 0,40 = rendah 0,00 – 0,20 = sangat rendah
Selain dengan kriteria koefisien korelasi di atas dapat pula membandingkan r hitung dengan tabel r product moment. Setelah diperoleh
5
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo, 2014), cet. 25, h. 206.
6
harga , dilakukan pengujian validitas dengan membandingkan harga
dan product moment, dengan terlebih dahulu menetapkan derajat
kebebasan dengan rumus db = n-2. Setelah diperoleh derajat kebebasannya, maka dapat dicari harga product moment pada taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujiannya adalah jika , maka soal tersebut valid dan jika , maka soal tersebut tidak valid.
Soal berbentuk uraian yang diujicobakan pada siswa kelas XI-Akuntansi 3 yang berjumlah 39 siswa dengan materi Fungsi dan Persamaan Kuadrat, 11 butir soal tersebut dilakukan uji validitas. Berdasarkan perhitungan validitas dari 11 butir soal diperoleh 10 butir soal tersebut valid yaitu soal no 1, 2, 3, 4, 5 dan 7 (lampiran 15). Sedangkan soal no 6 tidak valid, karena soal no 6 mewakili indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah, maka dilakukan perbaikan pada redaksi soal no 6 dan digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
2. Realibilitas Instrumen
Menurut Nunnaly, Alen dan Ayen, dan Anastasi menyatakan bahwa realibilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya.7 Untuk mengukur realibilitas pada penelitian ini digunakan koefisien alpha ( ) dengan persamaannya sebagai berikut:8
∑
Keterangan:
= realibilitas yang dicari
7
E. Mulyasa, Analisis, Validitas, Realibilitas dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 4, h. 89
8
∑ = jumlah varian dari skor tiap-tiap item = varian total
Menurut Nunnaly, Kaplan dan Saccuzo, koefisisen realibilitas 0,7 sampai 0,8 cukup tinggi untuk suatu penelitian dasar maka, nilai = 0,729 dapat diartikan bahwa instrumen tes yang digunakan memiliki derajat realibilitas cukup tinggi (lampiran 16)
3. Tingkat Kesukaran
Cara yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dalam penelitian ini adalah proporsi menjawab benar. Proporsi menjawab benar yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya. Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan proporsi menjawab benar adalah:9
∑
Keterangan:
= proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran
∑ = banyak peserta tes yang menjawab benar = skor maksimum
= jumlah peserta tes
[image:45.612.118.525.117.683.2]Klasifikasi tingkat kesukaran:10
Tabel 3.2
Klasifikasi tingkat kesukaran
Angka Klasifikasi
0,00 < P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
9
E. Mulyasa, op. cit., h. 12. 10
Pengukuran tingkat kesukaran butir soal ini menunjukkan 1 butir soal termasuk dalam kategori mudah, 6 butir soal termasuk kategori sedang, dan 4 butir soal termasuk kategori sukar (lampiran 19).
4. Daya Pembeda
Indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta yang berkemampuan rendah adalah indeks daya pembeda.11 Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Perhitungan daya pembeda pada penelitian ini adalah daya pembeda untuk tes uraian yaitu:12
∑ ∑
Keterangan:
= indeks daya pembeda
∑ = total skor pada kelompok atas
∑ = total skor pada kelompok bawah = skor maksimum
[image:46.612.122.528.206.620.2]= jumlah peserta tes kelompok atas = jumlah peserta tes kelompok bawah Klasifikasi daya pembeda :13
Tabel 3.3
Kriteria Daya Pembeda
Angka Klasifikasi
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali
11
E. Mulyasa, op.cit., h. 23.
12
Ibid., h. 42. 13
Dalam perhitungan uji daya pembeda butir soal yang valid diperoleh 6 butir soal dengan kriteria jelek, 3 butir soal dengan kriteria cukup, dan 2 butir soal dengan kriteria baik (lampiran 21). Berikut rekapitulasi hasil uji validitas, daya pembeda dan taraf kesukaran.
Tabel 3.4
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas, Daya Pembeda, dan Taraf Kesukaran
No.
Item Validitas Daya Pembeda
Taraf
Kesukaran Kesimpulan
1. Valid Jelek Sedang Dipakai
2a. Valid Cukup Sedang Dipakai
2b. Valid Baik Mudah Dipakai
2c Valid Baik Sedang Dipakai
3 Valid Jelek Sukar Dipakai
4a. Valid Jelek Sedang Dipakai
4b. Valid Cukup Sedang Dipakai
4c. Valid Cukup Sedang Dipakai
5 Valid Jelek Sukar Dipakai
6 Tidak Valid Jelek Sukar Dipakai
7 Valid Jelek Sukar Dipakai
Berdasarkan tabel rekapitulasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua instrumen tes kemampuan pemahaman konsep matematis dapat dipakai untuk menguji kemampuan pemamhaman konsep matematis siswa yang diteliti.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan rumus chi square sebagai berikut:14
∑
Keterangan:
: frekuensi observasi : frekuensi ekspektasi
Untuk mencari dengan derajat bebas = k – 3, dimana k banyaknya kelas dan taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikan
.
Hipotesis yang digunakan:
H0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1: Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
Adapun kriteria pengujian:
Jika , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika , maka H1 diterima dan H0 ditolak
Kesimpulannya:
: Sampel berasal dari populasi berdistribusi : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji Fisher sebagai berikut:15
14
Dengan, dan
Menghitung dengan rumus:
Adapun Hipotesis Statistiknya:
H0 :
H1 :
Tentukan kriterian pengujian H0 , yaitu:
Jika , maka H0 diterima dan H1