• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

27

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script

Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa 1Anik Nur Laily, 2Ari Indriani, 3Novi Mayasari

1,2,3 Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP PGRI Bojonegoro email: aniknurlaily88@gmail.com

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagian besar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sumberrejo mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe script terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimental Research). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 288 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas VII-A dengan jumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-B dengan jumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah teknik Cluster Random Sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, metode dokumentasi, dan metode tes. Instrumen penelitian yang digunakan adalah soal tes kemampuan komunikasi matematis siswa. Teknik analisis data atau pengujian hipotesis menggunakan teknik statistik dengan uji t dan dilakukan analisis uji prasyarat dengan uji Lilliefors untuk uji normalitas, uji Bartlett untuk uji homogenitas serta uji t untuk uji keseimbangan. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan kemampuan komunikasi matematis siswa selama diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe script didapat thitung = 3,275 > ttabel = 2,297

sehingga thitung DK maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe script terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2018/2019.

Kata kunci: Script, Kemampuan Komunikasi Matematis

Abstract

The problem in this research is that most VII grade students of Sumberrejo 1 Junior High School have mathematical communication skills are still low. This research aims to determine the effect of cooperative learning type script on

students’ mathematical communication skills on the subject quadrilateral of class VII at Sumberrejo 1 Junior High School Bojonegoro in the academic year 2018/2019. The type of research used is quasi-experimental research (Quasi Experimental Research). The population in this research were all students of class VII of Sumberrejo 1 Junior High School Bojonegoro in 2018/2019 academic year totaling 288 students. The sample of this research was VII-A class with 32 students as the experimental class and VII-B class with 32 students as the control class. The sampling technique of this research is the Cluster Random Sampling technique. Data collection methods used were interview methods, documentation methods, and test methods. The research

(2)

28

skills. Data analysis techniques or hypothesis testing using statistical techniques with t test for balance test. Based on the results of data analysis and discussion, it can be concluded that the mathematical communication skills of students as long as the script type cooperative learning model is obtained thitung = 3,275 >

ttabel = 2,297 so that the thitung DK so H0 is rejected, meaning that there is the

influence of the cooperative learning model on the mathematical communication skills of students on the subject discussion of quadrilateral class VII at Sumberrejo 1 Junior High School Bojonegoro in 2018/2019 academic year.

Keywords: Script, Mathematical Communication Ability

A. Pendahuluan

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal. Belajar matematika adalah suatu syarat yang cukup untuk melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya, karena dengan belajar matematika kita akan bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Indriani (2016) menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa matematika memiliki manfaat untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir sehingga perlu untuk di pelajari.

Kemampuan komunikasi matematis menurut Mahmudi dalam Supandi (2017) adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide dan pemahaman matematika secara lisan dan tulisan menggunakan bilangan, simbol, gambar, grafik, diagram atau kata-kata. Menurut Sumarmo dalam Asnawati (2017) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis meliputi kemampuan

1. Menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau model matematik.

2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan.

3. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

4. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis.

5. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika

dalam bahasa sendiri.

Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kenyataannya jarang mendapat perhatian. Salah satu kesenjangan yang ada yaitu, diketahui bahwa tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab soal dengan benar tanpa meminta alasan dari jawaban siswa, ataupun meminta siswa untuk mengkomunikasikan pemikiran, ide, dan gagasannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cai, Lane, dan Jakabcsin dalam Sugianto (2014) yang

(3)

29

mengatakan bahwa mengejutkan bagi siswa ketika mereka diminta untuk memberikan pertimbangan atau penjelasan atas jawabannya dalam belajar matematika. Hal ini terjadi sebagai akibat karena sangat jarangnya siswa dituntut untuk menyediakan penjelasan dalam pelajaran matematika, sehingga sangat asing bagi mereka untuk berbicara tentang matematika.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Haris Bagus Maulana, S.Pd. salah satu guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1 Sumberrejo, diketahui bahwa : (1) 40% siswa menyukai pelajaran matematika dan 60% siswa tidak menyukai pelajaran matematika karena disebabkan adanya faktor malas, dan merasa kesulitan pada mata pelajaran matematika. (2) Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan pembelajaran, dan ketika berdiskusi yang bekerja hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih, sedangkan anggota yang lainnya hanya menerima saja. Hal ini dikarenakan kemampuan komunikasi antar anggota belum dapat berjalan, sehingga siswa yang pintar lebih memilih menyelesaikan soal tanpa menjelaskan dengan anggota kelompoknya. (3) Masih banyak siswa jika ditunjuk untuk menyelesaikan soal di papan tulis, soal tersebut dapat terselesaikan dengan baik dan benar namun jika diminta untuk menjelaskan kepada temannya, 25% siswa berani menjelaskan dan 75% siswa tidak berani menjelaskan, jadi kemampuan komunikasi antarsiswa dan siswa dengan guru masih kurang. (4) Guru di sekolah masih sering menggunakan model pembelajaran langsung. (5) Rata-rata nilai yang didapat siswa pada materi segiempat adalah 60-70 yaitu masih di bawah KKM. KKM pada mata pelajaran matematika kelas VII adalah 70.

Kemampuan komunikasi matematis sangat penting dimiliki oleh setiap siswa dengan beberapa alasan mendasar, yaitu :

1. Kemampuan komunikasi matematis menjadi kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi.

2. Kemampuan komunikasi matematis sebagai modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematika.

3. Kemampuan komunikasi matematis sebagai wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, berbagai pikiran (Susanto, 2013).

Berdasarakan paparan di atas, guru maupun peneliti memiliki tantangan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Menurut Mayasari (2016) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa itu sendiri, sehingga peneliti ingin menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat mengapresiasi dan mengakomodasi perbedaan individual siswa. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran yang bersifat kooperatif yang dianggap lebih terstruktur, lebih preskriptif kepada guru tentang teknik kelas, lebih mengajarkan kepada siswa tentang bagaimana bekerja dalam

(4)

30

satu kelompok (Oxford dalam Meilani, 2016). Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe, salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe script. Model pembelajaran kooperatif tipe script adalah terjadi suatu kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk berkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-cara yang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sosial (Shoimin, 2016).

Model pembelajaran kooperatif tipe script adalah suatu cara bekerjasama dalam membuat naskah tulisan tangan dengan berpasangan dan bergantian secara lisan dalam mengintisarikan materi-materi yang dipelajari (Dansereau dalam Meilani, 2016). Menurut Shoimin (2016) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe script adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

2. Guru membagikan wacana/materi kepada masing-masing siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

4. Sesuai kesepakatan, siswa yang menjadi pembicara membacakan

ringkasan atau prosedur pemecahan masalah selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasan dan pemecahan masalahnya. Sementara pendengar (a) menyimak/mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang tepat; (b) mambantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya serta lakukan seperti di atas.

6. Guru bersama siswa membuat kesimpulan.

Model pembelajaran kooperatif tipe script ini dapat diterapkan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa, karena setiap siswa nantinya dibagi berpasang-pasangan dan masing-masing dari mereka bergantian secara lisan mengintisarikan materi yang telah diberikan oleh guru, dan pasangan lainnya mengoreksi pernyataan yang diungkapkan oleh temannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktarina

(2016) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script

terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII Di SMP

Negeri 1 Tanjung Lubuk”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada

pengaruh model pembelajaran cooperative script terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Tanjung Lubuk.

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini adalah apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe script terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2018/2019. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model

(5)

31

pembelajaran kooperatif tipe script terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2018/2019.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental research). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sumberrejo pada semester genap tahun ajaran 2018/2019. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VII semester II SMP Negeri 1 Sumberrejo tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 288 siswa. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas VII-A sebanyak 32 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-B sebanyak 32 siswa sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, metode dokumentasi, dan metode tes. Intrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes kemampuan komunikasi matematis yang terdiri dari 5 soal uraian. Instrumen tersebut, sebelumnya harus memenuhi syarat-syarat butir instrumen, untuk mengetahui bahwa tes yang disusun telah memenuhi syarat maka dilakukan uji validitas isi oleh tiga validator, uji validitas konsistensi internal, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya pembeda. Teknik analisis data yang digunakan uji normalitas menggunakan metode Lilliefors, uji homogenitas menggunakan uji Bartlett, dan pengujian hipotesis kemampuan komunikasi matematis menggunakan uji t.

C. Hasil dan Pembahasan

Sebelum penelitian, telah dilakukan pengujian untuk mengetahui kondisi awal kelas sampel berupa uji normalitas, uji homogenitas, dan uji keseimbangan dengan menggunakan data nilai ulangan akhir semester ganjil. Penelitian dilaksanakan pada kelas eksperimen sebanyak 32 siswa dan kelas kontrol sebanyak 32 siswa. Setelah Peneliti memberikan perlakuan ke kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe script dan kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung, peneliti kemudian mengadakan evaluasi dengan menggunakan soal berjumlah 5 soal uraian untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. Sebelum soal tes diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, soal tes tersebut harus memenuhi syarat-syarat butir instrumen, untuk mengetahui bahwa soal tes yang disusun telah memenuhi syarat maka dilakukan uji validitas isi oleh tiga validator, uji validitas konsistensi internal, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran, dan uji daya pembeda.

Hasil dari evaluasi dianalisis, adapun hasilnya sebagai berikut: 1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Dengan menggunakan metode Liliefors

(6)

32

dengan taraf signifikansi α = 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat

pada Tabel 1.2 sebagai berikut.

Tabel 1.2 Hasil Analisis Uji Normalitas Kemampuan Komunikasi Matematis

Kelas Lhitung L0,05;n Keputusan uji Kesimpulan

Eksperimen 0,147 0,157 H0 diterima Normal

Kontrol 0,156 0,157 H0 diterima Normal

Ukuran sampel pada kedua kelompok adalah n = 32 dengan

tingkat signifikan yang digunakan yaitu α = 5%. Harga Lhitungdiperoleh

dari hasil penghitungan L = Maks │F(zi) - S(zi)│. Daerah kritis yaitu

DK = {L│L>Lα;n}, berdasarkan tabel nilai kritis uji Lilliefors diperoleh harga L0,05;32 = 0,157. Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal apabila Lhitung tidak berada di daerah kritis (LhitungDK).

Berdasarkan keputusan uji tersebut, untuk masing-masing sampel nilai dari Lhitung < Ltabel sehingga H0 diterima, ini menunjukkan bahwa

masing-masing sampel berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang homogen atau mempunyai variansi yang sama. Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Bartlett dengan taraf signifikansi α = 0,05. Hasil uji homogenitas

dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut.

Tabel 1.3 Hasil Analisis Uji Homogenitas Kemampuan Komunikasi Matematis

Kelas 𝝌𝟐hitung 𝝌𝟐0,05;k - 1 Keputusan uji Kesimpulan

Eksperimen dan

Kontrol 0,063 3,841 H0 diterima Homogen

Tingkat signifikan yaitu α = 5 % dan banyaknya sampel yaitu

k = 2. Daerah kritis yang digunakan yaitu DK = {χ²hitung|χ²hitung >χ²α; k-1},

berdasarkan tabel nilai χ² didapatkan bahwa χ²0,05;1 = 3,841. Nilai 2

hitung

adalah 0,063 maka 2 hitung

tidak berada di daerah kritis ( 2 hitung

∉ DK).

Berdasarkan keputusan uji tersebut, harga dari 2 hitung

< 2

tabel

 sehingga

dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen. 3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus

uji t. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat hasil analisis uji hipotesis data kemampuan komunikasi matematis siswa pada Tabel 1.4 yaitu sebagai berikut.

(7)

33

Tabel 1.4 Hasil Analisis Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi Matematis

Kelas thitung t0,025;n1+n2-2 Keputusan uji Kesimpulan

Eksperimen dan Kontrol

3,275 2,297 H0 ditolak Ada pengaruh

Berdasarkan keputusan uji dengan tingkat signifikansi

α = 0,05 didapat thitung= 3,275 sedangkan t0,025;62 = 2,297 dengan

DK = {thitung ∣ thitung < -2,297 atau thitung > 2,297}, maka H0 ditolak. Dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe script terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2018/2019.

4. Rata-rata Siswa Mencapai Indikator Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis (Post Test) Pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol. Kemampuan komunikasi matematis siswa dikatakan tercapai apabila dapat memenuhi kriteria atau indikator yang telah ditetapkan. Indikator kemampuan komunikasi matematis yang dikemukakan oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (dalam Susanto, 2013), adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkan secara visual.

2) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi

ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya.

3) Kemampuan menggunakan istilah, notasi matematika dan

struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan dan model situasi.

Indikator untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa pada penelitian ini, adalah sebagai berikut: (1) Menyatakan permasalahan sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. (2) Memahami, mendemonstrasikan, dan menjelaskan ide matematika dari suatu permasalahan secara tulisan, gambar/grafik, dan aljabar. (3) Menyusun argumen dan merumuskan definisi. (4) Menyatakan dan mengilustrasikan permasalahan ke dalam bentuk gambar atau grafik. (5) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.

Berikut adalah Tabel 1.5 Rata-rata siswa mencapai indikator tes kemampuan komunikasi matematis (post test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(8)

34

Tabel 1.5 Rata-rata Siswa Mencapai Indikator Tes Kemampuan Komunikasi Matematis (Post Test) Pada Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol No

Soal Skor Soal Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Rata-rata Skor

Post Test

Tiap Soal Kelas Eksperimen

Rata-rata Skor Post Test

Tiap Soal Kelas Kontrol

1 9 - Memahami, mendemonstrasikan, dan menjelaskan ide matematika dari suatu gambar/grafik.

82 70

2 2 - Menyatakan permasalahan sehari-hari

dalam bahasa atau simbol matematika. 81 71 9 - Menjelakan ide matematika secara

aljabar.

3 2 - Menyatakan dan mengilustrasikan permasalahan ke dalam bentuk gambar atau grafik.

60 54

8 - Memahami dan menjelaskan ide matematika dari suatu gambar/grafik. 4 5 - Menyusun argumen dan merumuskan

definisi 86 82

5 5 - Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.

97 95

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata post test tiap soal pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe script, lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini berarti bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas kontrol. Hal tersebut disebabkan karena siswa pada kelas kontrol tidak terbiasa menemukan sendiri penyelesaian dari permasalahan, sehingga saat mengerjakan soal post test siswa mengalami kesulitan, dan dalam proses pembelajaran pada kelas kontrol beberapa siswa terlihat gaduh serta kurang memperhatikan penjelasan dari peneliti sehingga beberapa siswa tersebut tidak dapat menyelesaikan soal post test dengan tepat, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe script terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2018/2019.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Oktarina (2016) yaitu adanya perbedaan perolehan nilai siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, diperoleh rata-rata post test siswa 79 dengan nilai tertinggi 98 dan nilai terendah 63, sedangkan pada kelas kontrol, diperoleh rata-rata post test 63 dengan nilai tertinggi 82 dan nilai terendah 41. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model cooperative script

(9)

35

lebih tinggi dan berpengaruh dari pada rata-rata komunikasi matematis yang diajarakan secara konvensional. Adapun menurut Marlina (2013) yang mengatakan penerapan strategi pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan komunikasi matematis pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya indikator komunikasi matematis siswa yaitu sebagai berikut: 1) kemampuan lisan sebelum tindakan 17,24% dan setelah tindakan mengalami peningkatan sebesar 65,51%, 2) kemampuan dalam menulis sebelum tindakan 24,13% setelah tindakan meningkat sebesar 72,41%, 3) kemampuan dalam menggambar sebelum tindakan 20,68% setelah tindakan meningkat sebesar 68,98%, 4) kemampuan dalam menjelaskan konsep-konsep sebelum tindakan 10,34% dan setelah tindakan meningkat 58,62%.

D. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe script terhadap kemampuan

komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2018/2019 diperoleh thitungDK yaituthitung = 3,275 dengan DK = {thitung│thitung < -2,297 atau thitung >

2,297}, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya ada pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe script terhadap kemampuan

komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan segiempat kelas VII SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2018/2019.

E. Daftar Pustaka

Asnawati, Sri. (2017). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments. Jurnal Euclid. 3(2): 561- 567.

Indriani, Ari. 2016. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Kelas V Terhadap Prestasi Belajar Matematika Di SD Negeri Bejirejo Kecamatan

Kunduran Kabupaten Blora. Jurnal Ilmiah Pendidikan

Matematika, 4(2): 134-139.

Marlina, Fitria. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika melalui Strategi Pembelajaran Cooperative Script pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Tahun 2011/2012. Skripsi diterbitkan. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMS.

Mayasari, Novi. 2016. Penerapan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk Meningkatkan Minat dan Partisipasi

Belajar Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,

(10)

36

Meilani, Rima dan Nani Sutarni. 2016. Penerapan Model Pembelajaran

Cooperative Script untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal

Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1): 186-197.

Oktarina, Dewi. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Tanjung Lubuk. Skripsi diterbitkan. Palembang: UIN Raden Fatah Palembang.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pemebelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Sugianto, Dian A, dan Mara B.H. 2014. Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw dan STAD Ditinjau dari Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMA. Jurnal Didaktik Matematika, 1(1): 114-128.

Supandi, Dani NR, dan Widya K. (2017). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Tertulis Matematis Melalui Strategi Think-Talk-Write. Jurnal Kependidikan 1(2): 227-239.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan pembelajaran: Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Gambar

Tabel 1.5 Rata-rata Siswa Mencapai Indikator Tes Kemampuan  Komunikasi Matematis (Post Test) Pada Kelas Eksperimen dan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar, ilmu fisika dapat dipelajari lewat 3 jalan, yaitu pertama, dengan meng- gunakan konsep atau teori fisika yang akhirnya melahirkan fisika teori. Kedua, dengan

Sehingga kita akan mengerti tentang betapa pentingnya hari kemerdekaan ini bila dilakukan dengan bersama-sama dan semangat perjuangan yang didapatkan pada kemerdekaan

Tahap penyusutan arsip dinamis (tahap kematian) atau pemindahan ke tempat arsip statis (reinkarnasi). Undang-Undang nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan menyatakan bahwa

Memperoleh pengetahuan tentang model pembelajaran inkuiri dan pengetahuan tentang penggunaan KIT IPA serta penerapan KIT IPA dalam pembelajaran berbasis inkuiri,

Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Peningkatan dan Percepatan Pembangunan Lampung Utara, antara lain dilaksanakan dengan Peran normatif, peran

Namun, berhubung syarat untuk mendeteksi penyakit itu cukup banyak, maka yang akan dibahas pada tugas akhir ini hanya salah satu gejalanya saja yaitu Hematuria yang

Ayat 3: “Dalam hal isi perjanjian kerja bersama bertentang an dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2), maka ketentuan

Pada paper ini, sesuai dengan judul kami akan membahas proses pengolahan kacang merah menjadi tepung dan apa saja yang terjadi pada vitamin B1 atau thiamin