• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Sain Pada Anak Tunarungu : penelitian deskriptif di SMPLB wilayah Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Sain Pada Anak Tunarungu : penelitian deskriptif di SMPLB wilayah Jakarta Selatan"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

peセHiGust AKAA.N UTPIMA UINSVAHID JAKARTA

Oleh:

NURROSYIDAH

NIM: 101016120930

PROGRAM STUm PENDIDIY...AN B!OLOGI

.JURUSAN I>ENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

ャセGakultas

ILMU TARBrYAH DAN KEGURUAN

(2)

セェ。ョャZQ : Nur Rosyielah

ic::npaL'Tanggal [,ahir: I: Fcbruari 19RI

,-\L.mElI :.11. Seruni No.14 Rt 09/03 Salcko Birna NTB.

I. Skrrpsi ini mcrup8kan hasil karya asli saya yang e1iajllkan llntllk memenuhi salah satu pcrsyantanmel11pel'olc11 gelar strata 1eli UIN SyarifHieiayatllllah Jakarta.

2. Semlla sl:l11ber yanl; saya gunakan elalam penlliisan ini telah saya cantumkan sesuai elengan kclentllan yang berlakll eli UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(3)

Skripsi

Diajukan kepaela Fakultas IImu Tarbiyah clan Keguruan untuk Memenuhi Persyal'atan Menlperoleh

Gelar Sa:jana Penelielikan (S.PcI)

Oleh

NilI'Hosvidah 101016120930

Pembil1ll ing II,

r

l3aiq 1·lana Suセ M.Sc. Fen

,

iJ Il1bing I,

/

c;

Nel:y. trtaty, :-1.SI.

]·ROGHA\·] STUD! PENDID]KAN BlOLOG]

JUI,US,\N PENDWIKAN ILiVIU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS lLMU TAHBlYAH DAN KEGtJHUAN

(4)

This resenrch is df'scribe c>/about science study o/child deqf in SM,'LE

0/

part of 13 with it is p0pulation is student SMPLE ofpart of 13 class I residing in region of South Jakarta. Sample reached to be taken away from by 3 SMPLB as ュオ」Lセャ 26 studtnts, To Imow the method

0/

science study used by a observation method, interview addressed to science teacher and all students SMPLB ofpart of 13, and ,,'ocumentation study. Technique analyse the dalo used by descriptive qualitative. Result cf research i'ldicate that the study flctivity at child deaf basically the is same as the lhings of normal child of goudness of methud of study and also its study source. It is difference lay in by the existence of method addition leal'll ,vhichisadapter!for by condition ofphysical ofchild deqf. The mentioned have tu principlJ at three principles, that is: principle of face to face, principle of optimum residual hearing, and demonstration principle. In research in the following is lmown that third SMPLB becoming research place use the method learn and source learn same with used in common SMP, Method leal'll, that is: discourse mcthoa, questiOi, and answer pwthod, demoT1Sti"ate method, observatioi1 ュセエィッ、L and method of duty gift. However, method learn this combined with the use r!f alphabet of is determined finger and hand, Source leam used, that is: common book ')MP, dral1 kinds (jf plant and animal, object photo, genuines,I' object which is taken away pam by 2IJvironrnent of about school, and /i'om student self Common constraint/clced by teacher in teaching science to child deqf explain the science iiems which is a lot of using foreign ',1!ords to everyday ofchild deaf Therefore, mean the words have to be made moderate beforelu.md. Constraint which is often faced by student deal in learning science items is vo('abulw)' limitation, difJicult intel;')ret the word havine,: the character of abstrac and also adequate have not physic appliance, Result learn the good enough students by SKKEM is6point.
(5)

Pcnclitian ini mendeskripsikan tentang pembelajaran sains pada anak tunarungu eli SMPLB bagian B dengan populasinya aelalah siswa-siswi SMPLB bagian B kelas I yang beraela di wilayah Jakarta Selatan. Sampel terjangkau diambil dari 3 SMPLB sebanyak 26 siowa. Unt1Jk mengetahui metode pembelajaran sains digunakan metode observasi, wawancara yang dit'lju);an kcpada guru sains dan selm."l siswa SMPLB bagian B, dan studi dokumentasi. Tekmk anal isis elata yang digulakan seldah elefkriptif kualitatif. Basil penelitian menun.iuldcan bahwa kegia:an pembelajararJ pada anak ttmarungu pada dasarnya sama seperti halnya paela anak normal baik metode pembelajaran maupun sumber pembelajarannya. Perbedaannya terletak pada adanya penambahan metode belajar yang disesuaikan dengan kondisi fisik anak tunarungu. Hal tersebut hams berpedoman pada tiga prinsip, yaitu: prinsip keterarahwajahal1, prinsip keterarahsuaraan, dan prinsip keperagaan. Dalam penelitian berikut ini diketahui bahwa ketiga SMPLB yang menjadi tempat peneiitian menggunakan metoele belojar dan sumber belajar yang sama dengan yang digunakan di SMP umum. Metode belajarnya, yaitu: metode ceramah, mct0dc !.anya j awab, metoele demonstrasi, metodc observasi, elan metode pemberian tlIE"as. Akan tctapi, metode be1<\jar ini dikombinasikan dengan ーLセョァァオョ。。ョ abjad tangan rlanja:-i yang sudah ditentukan. Sumber belajar yang eligunakan, yaitu: buku SlViP umum, gambar macam-maca111 tU111buhan elan hewan, foto benda-bertda, benda··benda asH yang diambil dari lingkungan sekitar sekolah, clan dari eliri siswa. Kendala yang umum elihaelapi ole1o guru dalam mengajarkan sains kepacla anak tunamngu ialah menjelaskan materi sains yang l:lanyak menggun?kan kata-kata asing ke clalam bahasa schari-har: hnak tunarungu. Oleh karena itel, ll1akna kata hams disederhanakan terlebih dalmlu. Kend"la yang sering ::lihadapi oleh siswa tunarungu c1alam mempelajari materi sains ialah kc,erbatas8n kOS8 kata. sulit mcng'lrtikan kata yang bersifat abstrak serta ketidak sediaatl aht peraga yang 111emaclai. Hasil belajar siswa-siswi cukup baik dcngan SKKBM ([otcll1dar Kompetensi Kegiatan Belajar Mengajar) aelalah 6.

(6)

Alhamdulillahi rabbi! 'alamin, segala puji bagi Allah swt., shalawat dan

salam tcrcurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhanunad saw., karena berkat rahmat dan kanmia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,

waJaupun dalan1 proses penyusunan skripsi ini ada banyak kendala yang penulis

Iwdapi yang hams、ゥセ・イゥュ。 dengan kelapangan hati.

Skripsi ini diberi judul "Pembelajaran Sains pada Anak Tunarungu (Penelitian Deskriptif di SMPLB Wilayah Jakarta Selatan)". Alasan penu/is

mengambil judul tersebut karena penulis ingin mendapa:l;an gambarBl1

pembelajaran sains yang エ・セゥ。、ゥ di SMPLB bagian B (Khustw untuk Anak

Tunmungu), bagaimana suasana proses belajar mengajard.i kelas, apa saja metode

pe:nbeJajaran yang digtmakan oleh guru mengingat keterbatasan fisik yang

dimiliki oleh anak-anak tunarungu, sumber pembelajaran yang dipakai serta

kendala-kendala yang dihadapi baik oleh gtuU mauptu1 oleh para siswa tunarungu.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang tumt membantu

penulis. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima k31sih kepada pihak-pihak

tersebut, yaitll:

I. Bapak Prof.Dr. Dede Rosyada, MA, iセ・ォ。ョ I-al-ultas llmll Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Bapak Jr. H. Mahmud M. Siregar, M.Si, Ketua JUJUsan PendiJikan IlIl111 Pengctahuan Alam (IPA).

3. Ilm Netty Hartaty, M.Si, Pembimbing ISkrir..si yang dengan sabal" membantu dalam mcnyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Baiq Hann Susanti, M.Sc., Sckrctaris Jurusan Pendidiknn Ilm\!

Pengetahuan Alam

erp

A) sekaligus Pembimbing

n

Skripsi yang seialu mcmbcrikan motivasi agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
(7)

ャャョエセャォ

8. 3apak Daliman, S.Pd, guru bidllilg studi IPA (guru kelas) yang menlbimbing

penu lis pada saat penelitian.

9. Bapak Rarnbat, S.Pd, gWll bidang studi IPA (guru kelas) yang membimbing

pcnulis pada saat penelitian.

10. Ibu Surnarni (Ibu Nani),guru bidarg studi IPA (gmu kelas) yang membimbing

ー・ョオャゥセ pada saat penelitian.

11. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikall Biologi.

Serta parCl dosen di Jurusan Pendidikan Ihuu Pengetahllan Alam (IPA). Terima

kasih banyak atas segala bantuan yang telah diberikan.

] 2. Papa dan Mama yang dengan ikhlas hati memberikan ba11tuan baik kebutuhan

moril maupun kebutuhan materiil kepada ananda. 1erima kasih banyak atas

do'a yang tak pLtus-putusnya untuk ananda. Ka&aK..kakaldm, kak Ida, kak

Man1ay, kak Nur. Adik-adikku, Didin, Fifin, Ririn. Terima kasih atas segala

dukw1gan yang telah diberikan.

13. Teman-temanku di Salsabila Girls. Tcri1l1a kasih atas dukungan yang telah

diberikan.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Semoga

mcndapat balasaI' setimpal di sisi Allah swt. Amin.

A.khir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat sehingga membe"ikan

pcmahaman bam teniang pcmhelajll1'an sains khusus untuk anale tunatllngu dan

untuk pcndidikan anak luar biasa pada ·umunmya.

Wassalamu 'alaikU/11

wr.wh.

Jakarta, 12 Junl 200S

(8)

xiv

Lcmbar PCinyatasn ii

Lcmbar Persetujuan Pernbirnbing iii

I,cnlbar Pengesahan " ,.. iv

Abstraclion

v

Abstr:lk vi

Kata Pcngantal VII

Dallal' lsi IX

Daltar Tabel . xii

DanaI' Gambar XIII

Dallal Lampil·an ..

BAB I PE:NDAHULUAl'1

A. LataI' Belakang Masalah .

B. Identifibs; Masalah 7

c...

pBュセI。エ。ウ。ョ Masalah 8

D. Perumusan M1salah 8

E. Man faat Penelitian 8

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN .KERANGKA PIKUl

A Deskripsi tcorelis 10

I. Pengertian Pem':Jelajaran 10

2. Tlinurur,gll II

a. Pengertian Tlillarungli I1

b. Faktor-faktor Pcnycbab TlI1:arllngli 13

セN Ciri-eiri Khas Allak Tlinarllngli 19

d. Klasifikasi Anak Tunarungu 24

3. Pcngctahllan Sains 27

a. Pengertian Sains

n

b. Maearn-rnaearn Pcndckatan Pembelajaran Sains 28

,

.

(9)

Pembelajaran Sains SMPLB 33

5. Hasil Penelitian yang Relevan 34

B. Kerangka Plkir 36

.BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Pencl itian .

S, Waktu elan Tel11pat Penelitian , , ..

C. Populasi elan Sam pel , ..

D. Metode Pcnclitian , " , , , , , , ,

L. Jnstrul11en Penelitian , ..

J. Instrul11en Pengul11pulan Data .

2. Kisi-kisi 1nstrul11en Wawancara ..

F. Tahap-tahap Pcnelitian , ,.. , .

J. Tahap pra-Iapangan .

2. Tahap Kel:ja Lapangan , .

G. Teknik Analisis Data , , , , .

I. P;'oses Pencatatan Data .

2. Proses Analisis Data ..

BAB IV HASIL PEMBAHASAN

1\, lIasil Ohscl"lasi p・ョセゥゥエゥ。ョN Deskripsi elan Analisis Data ..

I, Hasil Ohscrvqsi Penclitian , , , ..

a Ilasil Ohscl'vasiPcncliliun til SMPLil Sunti RUl11u , , ",

b. Hasi: Obscrvasi Pcnclitiun eli SMPLB Persihpan B-C .. c. I-lasH Observa,;j Penelitian eli SMPLB Sana Dharma .

(10)

c. Hasi! wawancara dengan Guru clan Siswa SMPLB Sana Dharma 54 2. Deskripsi dan Analisis Data... 55 a. Dcskripsi Jan Ana!isis Data SMPLB Santi Rama 55 b. Dcskripsi clan AnaJisis Data SMPLB Persiapan B-C 59 c. Deskripsi dan Analisis Data SMPLB Sana Dharma 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kcsimpulan 69

B. Saran 70

DAFTAR PUSTAKA 71

(11)
(12)
(13)

2. Lampiran2 Basil Observasi Penclitian di SMPLB Persiapan B-C 79 3. Lampiran 3 Basil o「ウセイカ。ウゥ Penelitian di SMPLB SauaDharma ""'''''''''''''''''''' 85 4. Lampiran 4 Pcdornan w。キ。イNセ。イ。 Guru SMPLB Santi Rama 91 :i. I.ampbn 5 PecJoman \VawRncara Siswa-siswi SMPLB Santi Rama 951 6 Lampiran 6 Pedoman Wawancara Guru SMPLB Pcrsiapan B-C 98 7. Lunpil'an 7 PcdOl1'l8n Wawancara Siswa-siswi SMPLB Persiapan B-C 101

8. Lampiran 8PcdomatJ Wawancara Guru SMPLB Sana Dharma 105

lJ. Lampiran 9 Pedoman '#aw:1ncara Siswa-siswi "'v1PU3 Sana Dharma 108 10.Larnpiran 10RPP Sains Biclogi SMPLB Santi Rarna I10

II. Lampii'an 11 RPP Sains Biologi SMPLB Persiapan B-C I 20

12. Lampiran 12 RPP S'lins Bi010gi SMPLB Sana Dharma 125 13. Lampiran 13 DaftarNilai Suins Biologi SMPLB Santi Rama 134 14. Lampiran 14 Daftar0Jilai Sains Diologi SMPLB Persiapan B-C 135

(14)

ケエ[ャセ|

jセGセ

.

,

HセUG・jQOQセヲャャALエA「QャIG。

da/am pen"iptaan

/angil

dan

bumi,

dan

si/ib

「」セァ。ョエゥャAケ。

ma/am dan .I'iartg terdapal tanda-fand:! bagi

ッイ。ャセァMoョャQQァ
(15)

Allah SWT menciptakan manusia ,,,bagai ITakhluk yang mulia, ,'ang

memiliki fitrah suci dengan desain kejiwaan yang sempurna, memiliki rasa keadilan,

serta rasa keagamaan. Pada diri manusia terkumpJI potensi-potensi baik yang positif

maupun yang negatif. la memiliki akal, hati dan hawa nafsu. Scsuai dcngan

keduciukannya y?ng mLlia itu, Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk fisik

yang bagus dan seimbang. Sebagaimmn Allah bcrfirman:

Artinya: "8esunggul1,1ya Ka'ni telah menciptalrall "',Jnusia itu dalam bentuk yallg ,iebaik-baiknya". (12.8 AI-Tin: 4) f

Walaupun dalam keadaan yaniJ, sebaik-baiknya, manusia tetap banyak mengalurr. i kckurangan dan keterbatasan dalam ;;egi kemampuan. Karena berbagai

hal yang t;dak dapflt dihindari, manusia dapat mcmiliki kekurangan dari scgi fisik di antaranya yang tergolong tunarungu. Faktor inilah yang mendorong kel1id,lpan masyarakat untuk membentuk tata-hubungan yang saling bantu-membantu,

tolong-mennlong atas kekurdngan dan keterbatasan terscbnt.

pセイエッャッョァ。ョ dan bantuan ini tidak hanya diberikan untuk anak normal saja, anak yang mengalami ketunaan Icbih membutuhkan bantuan. Salah satu upaya itu

adalah dengan memberikan pClldidikan dan bimbingan y:mg sesuai dcngan ketunaan yang disandangllya.

Scema sepintas anak tl:narungu sama dengan anak normal. Mereka iidak

l11enampakkan eaeat pad a anggota tubuh sepcrti halnya anak tUllanctra atau

1 Dc.pnrtcl11,;m Agamn Rl, AI-Qur 'an dall Tmjemalmya, (Jakarta: Departcmcn Agam;:, Rt),

(16)

LUlladaksa, Banl kitn ketahui atau menyadari sesOiang tunarungu apabila kita

mengadJkan komunikasi.

Kehilangan pendengaran dapat sedemikian rupa sehingga indera pendengaran

tidak d"pat berfungsi sebagaimana mestiny'l. Akibat yang paling parah adalah

ketiddkInalnpuan anak tunarungu untuk berkoll1unikasi antar sesama seGura wajar.

lvIab diperlukan pelayanan pendidikan khusus (pLB; Pendidikan Luar Biasa) bagi

anak f.unarungu, karena anak tunarungu memiliki hak dan kewajiban yang sarna

sebagai warga negara sesuai dengan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila.

Tunarungu atau tuli merupakan gangguan pendengaran yang biasanya terjadi

sejak awnl kelahiran salnpai 、・キ。ウ_セ・ョケ。ャャ、。ョァ tunarungu dapat InengaLuni

gangguan ・ュッSゥッョ。ャセ kehilangan kemampuan untuk berkembang, bahkan

keterbelakangan mental. Selain itu, penyandang tunarungu juga sering disertai dengan

gangguEm Dlcara atau tunawicara sehingga mcnjadi bisu-tuli. 010h sebat itu,

kOll1unikasi clengan pcnyanclang bisu-tuli menggunakan !Jahasa isyarat.. 2 Padn

umumnya, komdnikasi tersebut dilakukan 111elalui bahasa isyarat dengan standa:'

American Sign Language (ASL) yang biasanya menggunakan American

Nngerspelled Alphabet. Metode ini terdiri dari 22 bentuk gerakan tangan yang

mengg"mbarkan hunrf-huruf dan angka-angka dari aifabet Amerika. Metode

Americm, FingeJ:\l.Je//ed Alphabet sangat efE :,tif Ul1\ul- biOrko'11lII1ikasi, baik antara

penyandang tunanlI1gu dan sesamanya maupun penyandang tunarungu dan seseorang

yang berpel1clengaran normal. Metode ini juga cenTHlnfaat agar penyandang

tunarllngu berlatih membaca gerakan bibir. Selain American Fingerspelhd Alphabet,

kOll1unikasi mclalui bahasa isyarat juga dapat lY,enggul1akan metode lain, mlsalny?,

pcnggunaan metode tangan dan jari untuk menggambarkan sebuah benda, sifat,

tcrnpat, dan waktu. :;

Ahell,] Syukur

tel.

nL], editor: Stllrlita let ell.], E'nsik/ojicdi [/mllfll IIJ/{I/k Pc!cy'ar, }iJid 10,

Cetakanperlc1l1Hl,(Jilkarta: PT.lchtiar Baru van Boeve, 2005), ha1.89

(17)

PaclR Un'UI',lnya, anak tunarungu ban yak I1Jcngalami ,1lasalah yang kompleks ynng berlatar bclakang pacla ketunaarl yang clisandangllya, cli samping masih

bany'aknya pandangan orang tua tcrhadap anak tunarungu yang tic:ak berharao banyak anaknya yang I11cnyandang ketunarunguan itu sukses, atau mercka yang bersikap apmis (tidak aeuh) bahkan overーイッャ・セイゥカ・L Sikap-sikap yang del11ikian akan Inenghal11bat proses sosialisasi anak tunarungu untuk berintegrasi aktif di

masyarakat.

Mas,.Iah lain yang l11uneul akibat I;etunarunguan, yakni yang berkaitan clengan masalah kejiwaan. Pacla cliri anal'. tunarungu seringkali dihinggapi perasaan

keguneangan akibat keterbatasan yang dimilikinya. Anak tunarungu beranggapan bahwa dirinya tidak berguna lagi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain dan bersikap apatis (tidak aeuh) dalam menatap masa depan,

Keeaeatan pada did seseorang merupakan hambatan dan gangguan di dalam berkreativitas bagi penyandangnya. Hal tersebut clapat menghal11bat perluasan

pengalal11an, gangguan emC'si, dan perkel11bangan intelegensinya. Karena itu, anak tunarungu l1Iembutuhkan bantuan yang lebih dibandingkan dengan anak yang normal. Salah satu bentuk dari bantuan tersebut adalah berupa pel11berian pendidikan clan bil11bingan yang lavak bagi anak tunarungu karena setiap manusia punya hak yang sam a dalam bdajar, menerima bimbingan dan pengajaran, Sesuai de,lgan Finnan Allah clalam surat An-Nur: 61 sebagai berikut:

Artinya: "Tidak ade halangan hagi orang bUla, lidak (pula) bagi orang pincang, lidak (pub) bagi orang saki!, don lidok (jJula) bagi dirimu se,/diri mal((111 (bersama-sama dengal1l11ereka) ... " 4

(18)

Pendidikan luar biasa (1'1.13) bertujuan membantu anak c1idik yang menyandang kelainan fisik atau mental atau kelaillan perilaku agar mampu

mengcmbangkan sikap, pengelahllan, dan keterampilan scbagai pribaui mallpun anggcta masyarakat supaya mercka dapat memiliki kehidupan lahir dan batin yang

layak.

Pada awal abad kc··I6, mulai dibuka sekolah khusus untuk anak tunarungu cli Ita!:a dan Sllanyol. Kemudian pada abaci ke-I8, mulai menyebar ke beberapa Negara, sepccti: Ingl5ris, Peraneis, dan Jermpn. Saru sctelah abad kc'·19, bcbcrapa ncgara lain Il1C'11buka selwlah khusus untuk anak tunanll1gu termasuk di Indonesia. Sekolah

khusus tunarungl: dapat membantu penyandangnya agar potensi yang dimiliki dapat berkembcng seeara baik.5

Lanc1asan hukum positif mengenai pendidikan lum biasa telah banyak dibuat

baik seeara nasional mhupun intcrnasional. Di Indonesia khususnya, jelas"jelas

lcrsurnt dalam uセd 1945 pasal 31 yang berbunyi: "Tiap-tiap warga negara berhak mem,Jeroleh pengajaran". 6 Selain itu, Pi' No.72 Tahun 2001 tentang Pclaksanaan

Pendidikan luar Biasa.7

Landas:l!I hukulli seperti yang dikcll1ukakan olch Dil:jen Pcmbinaan Sekolah Luar l3iasa adabh sebagai berikut:I). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 20(]3 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2). Bab IV pasal 5 ayat 2, 3 dan 4

Derta bab VI pasal 32 ayat I, 2 dan 3 mcnyatakan bahwa warga negara yang mcmiliki k"lain&n tisik, "mosional, mental, intelektual, dan/atau sOsial berhak memperoleh layanan pendiJikan khuslls. 3). CJnclanr,-unclang No. 22 tahun 1999 dan Peraturan Pel11crin!ah No. 25 !alllin 2000 tentang Pemel'intahan Daerah dan Pembagian Kcwcqangan pオセ。エ dan Propinsi, mengatakan bahwa Pengelolaan Pendic!jkan Luar

Biasa acla pada Dinas Pcndidikan Propinsi. 4). Kepmencliknas No. 031/0/2002

5Grolier Elfcyclopedia of Know/edge,Copyright by Gralier lncoq)orated, USAj Intemational

.r-:di1ioll,Gralier International, 2002, hA2

6UUD RI t945, pasal 31,HィエエーZOOキキキNューイNァッN[、O[ョ、・セNIL (Akses: 27 Me; 2007,19:56 pm), h.6

(19)

tanggal 18 Maret 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depdiknas pasal 125 bahwa

Direktorat PenrJidikan Luar Biasa mempunyai tugas melaksanakan perumusfln

kebijakan, pember!an bimbingan dan evaluasi di bidang pendidikan luar biasa 8

Di rlalam Undang-Undang nomoI' 4 tahun 2001 tenlang Penyandang Caeat,

Bab IV pada Pasal II dan 12 memuat t"ntang ;Jendidikan bagi Penyandang CHeat

adalah 3ebagai berikut: Pasal 11 berbunyi: "Se/iap penyandang caca/ mempunyai

kesumaan kesempa/an un/uk mendapa/kan pendidikan pada sa/uan, jalur, jenis, dan

jenjang pendidilran sesuai dengan jenis dan derajat ke('acatannya" ; Pasal 12

berbunyi: "&tiap lembaga pendidikan memberikon kesempatan dan perlokuan yan,s

sama kepada penyandang caca! sebagai peser/a didik pada satuan, jalur, jenis, dan

jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan del'ajat kecacatan serlO

kemampuannya".9

Oleh karena itu pemberdayaan para penyandang caeat merupakan salah salll

lugas pembangunan bidang kesejahteraan 30sirl. Keeacman yang di sandangnya baik

fislk (tubuh) dan atau mental merupakan pennasalahan kesejahteraan sosial yang

dapal mcngl1al1lbalmcrcka dalam npaya pcmcnuhan kcbutuhlln hidup schad-had.

b・イセャ。ウ。イォ。ョ pcnjelasan atas UURI No.4 Tahun 200 I tentang Penyandang

Ca..:at pacla Pasal 5, menurut jenis keeacatannya, pcnyandllng caeat dikelompokkan

atas tiga jeni3, yaitu penyandang cacat fisik, penyanclang caeat mental dan

pcnyandang caeat ganda, (tisik dan meotal). Penjelasan dar! ketiga jenis keeaeatan

tersebul adalah: eacat fbik adalah keeaeatan yang mengakibatkan gangguan pada

fungsi tubuh, antam lain gcrak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuCln

bieara; e,leat n',cnlal adalah kclainan mental dan/atau tinE;Kah laku, baik caeat bawaan

8 Ohjcn I)emb;naan Sekolah Luar Biasa, Informasi Pendidikan Anak Tunanmgu, ChUTE www.dpJiJ!hz.o.ii.(Akses:Jum·at. 12 Januari 2007, (1/1212007,12:35 pm)), h.3

9 Keputus?n Presiden Rl, LJU No,41200I tenf,angp・ョケ。ョ、。ョァcセィZZ。エ telianggal Jakarta, 2,)

(20)

rnaupun akibat dari penyakit; eaeat ganda (fisik dan mental) adalah keadaan

I d . . 1 I I' 10

s<.:seor:mg yang menyanc ang uaJenls ceeacatan seea Igus.

Dari Intiga jenis kelompok penyandang eaeat tersebut, penyandang eaeat fisik

memiliki potcnsi yanr paling besar sebagai Gumber daya manusia untuk berperan

dalam proses pembang,unar. seperti di berbagai lapangan kelja di sektor fOlmal

maupun informal.

Berdasarkan beberapa uraian Peraturan Pemerintah tersebut diatas dapat

disimpulkan behwa penanganan pelmasalahan sosial penyandang eaeat fisik maupun

mental menjadi tanggung jawab bersama anlara pemerintah dan masyarakat termasuk

kduarga.

Dalar.l proses belajar mengajar peranan guru adalah sebagai penerima,

[engeloia, instruktur dan mediator dalam penyampaian pelajaran kepada siswa

dengan menggunakan metode tertentu dan media pendukung yang menunjang

keberhasJlan oelajar llIenpajar

Guru dalam kapasitasnya sebagai pendidik berkewajiban rr:embantu siswa

nleneapai program pendidikan yang diberikan di dalam lembaga pendidikan. Hal ini

berarti bahwa guru daiam proses pembelajaran harus dapat rnelihat kc'ndisi belajar

siswa baik kondisi internal maupun kondisi eksternal, sifat dari materi yang akan

diajarkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sumbet-sIltnber :rung ada.

Untuk dapat menarik minat belajar siswa terhadap mata pelajran saifts, gUnt

harus dapat menyajikan materi seeal'a monarik dan tidak membuatjenuh siswa. Untuk

itu guru dituntut hams (Iapat menerapkan pendekatan pengajaran sesuai dengan

berbagai kondisi yang ada, sehingga memungkinkan proses pembe1ajaran Clapal

tereapai sesuai dengan tujuannya.

Pendekatan dalam belajar l1lengajar pada dasarnya adaiah melakukan proses

belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami

untuk mempelOleh pemahaman. Pendekatan ini mem!lUnyai peran yang sangat

(21)

pcnling dalam ュセョ・ョャオォZQョ berhasil-lidaknya belajar yang diinginkan. J J Oleh karena

itu. guru harus me'1getahui berbagai pendekalan peJ1Jbelajaran dalam mengajarkan pclaj8rHn sains agHr proses belajar J11cngajar scsuai dpngan yang diharapkan. Begitll juga dcngan pendckalan pemhelajaran sains unluk anak tunarungu.

Kctunarllnguan yang bcrdamJlak kcpada kemiskinan bahasa dan hambatan dalam bcrkomuuikasi, dianggap menyuJitkan orang lain termasuk dalam layanan

ーセョ、ゥ、ゥォ。ョ Hal iili dapat dibllktikan terutama di Indonesia, hingga kini layanan pcndidikan bagi anak tllnarllngll sebagian besar bersifat segrega':if, yaitu pe1ajanan pcndidikan bagi anak-anak dengan kebuluhan khusus yang terpisah dari satuan

pcndiclib'n pada ul11umnya.

Unluk ilu pcrlu c1ikembangkan satu model kurikulum bagi anak dengan

gangguan pendengaran yang bcrbasiskan Kompetensi Berbahasa dan Kornunikasi untuk J1Jcnujuォ・セ。ォ。ー。ョ hidup.

Berdasackan pcnnasalahan di atas, maim perlulah kiranya dilakJkan penclitian lebih lanjul tcntang J1Jodel pembelajaran sains pacla anak tunarungu dalam scbuah karya tu lis.

B. Iclcntifilmsi lVlasalah

Berdasarkan latar bclakang yang telah c1iuraikan di atas, l11f'ka clap'll c1iident;likasikan beberapa masal8l1 berilm\:

a. Metotlc pembelajaran apa yang c1itcl'apkan pada siswa tunarungu khususnya pada mala pelajaran sains cliSMPLB?

b. Apakah tcrclapat kendala yang dihadapi oleh guru datam mcnjelaskan sains

k"pada siowa lunaJ'ungu?

c. Apakah tel'dapal kendala yang dihadapi olch siswa tunarungu dalam

t,1cmpcln,lnri snins?

d. Bagaimana metocle pembclajaran sa ins yang sesuai untuk anak tunarungu agar

potensinya dapat dioptimalkan?

II A, Tabl'uni Rusyanj Atang Kusc1inal' dan Zainal Arifinj Pendekatan dalam Proses Be/ajar

(22)

C. Pcmh"tllsan MlIslilah

Agar tidak エ・セェ。、ゥ salah persepsi dan kesimpangsiuran dalam pcnelitian ini,

maim peneliti mcmbata3i permasalahan pcnelitian "Pcmbelajaran Sains pada Anak

Tunarungu" (Pada Konsep Keanekaragaman Makhluk I-lidup di SMI'LB wilayah Jakarta Selatan) pada batas-batas berikut ini, yaitu:

I. Pembelajaran sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mata pelajaran sains biologi pada konsep "Keanekaragaman Makhluk Hidup" di kelas 1

cemester 2.

2. Anak tunarungu yang diteliti adalul yang kemampuan mendengarnya tergolong Moderate Losses (40 sampai 60 dB); yaitu gangguan kemampuan pendengaran paela tingkat seelang. Paela t:ngkat ini mereka hanls mendengar percakapan elcngan suara keras, matanya selalu menatap mimik muka elan

bibil' pembicara. Gangguan pcndengaran tingkat ini bisa belajar bicara dan

bahasa elengan menggunakan sisa kemampuan pendengarannya.

3. Penelitian ini elilakukan pada siswa tunarungu kelas I SMPLB eli wilayah

.Iakl1rta Selatan, yaitu: SMPLB bagian B Santi Rama, SMPLB bagian B l'ersiapan B-C, elan SMPLB bagian B Sana Dharma.

D. PerUIJ111,an Masalal!

Dalam kaitannya elengan berbagai hal eli atas, maka permasalahan ini d.lr.m elirumuskan sebagai berikut: "Bagaimana moelel pembelajaran sains untuk siswa tun3l1lngli Hセゥ SIVlPLB?"

F Manfaat I'enelitian

Manfaat yall1; akan dihasilkan pada penelitian ini adalah:

1. Secara tcoretik, penclitian Inl eliharapkan elapat dipakai scbagai pcng0mh11lgan ilmu rJcngctahuan c1alam biwmg illl'lupenelidikan luar biasa. 2. Secara praktis, pcnelitian ini eliharapkan dapat bennanfaal unluk berbagai

(23)

n. Bagi guru, orang tua dan siswa: dapat dijadikan bah an masukkan oagi

ァセイオL orang tua maupun bagi siswa metode pembelajaran sains yang

sesuai untuk anak tuna rungu.

(24)
(25)

Dalam k'oseluruhan proses pcndiJikan di seko I:\h, kegiatan bclajar mcrupakan kegiatan yang paling pokok, Ini berarti ,Je.rhasil <iclaknYh pencapaian tnjuan oendiclikan banyak bergantung kepacla bagaimana proses belajar yang clialami oleh murid sebagai anak clidik,

Mcnurut llltikel clalam Wikipcclia, belajar aclalah perubahan yang relative

pcrmancn clalam pcriLlku alau p'ltensi pcrilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang clipcrkuat. 12

Mcnurut Slamcto, dalam Syaiful Bahri Djamarah, bclajar adalah suatu usaha

yang dilakukan individu untuk mcmperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bani

sceara kcsclurul.an scbagai hasil pcngalaman individu it'l sendiri dalam illte"aksi

1 I' IJ

( cngan 1112-KUJ1cnllnya,

MC<1lI;'ut Degong, seperti dikutip oleh Siti Fatimah S, Pembela,iman didefinisikan scbag"i upaya untuk membelajerkan ウゥウキセN Definisi ini terkandung

makna adanya kegiatan ャャQセュアゥィL ll1enetapkan dan mellg,ell1bangkall Il1ctode/stratcgi yang optimhl untuk mcncapai hasil pembelajaran yang dihampkan, Dibandingkan denL:an mcngajar kata pembclajaran Icbih dinamis karena mengandung unsur aktivi:as/suatu keghtw dan proscs atau intcraksi antarapendidik dan pcscrta didik, 14

Kata punbclajaran mengandung rna:ma yang lebil, luas bila dibandingkan dengan meng<tjar. Dalam mengajar terkesan menggurui; pendidik menj9di sentral

12Wikipcdia. Artikcl dari (11,1,,:lli,d, wi1!n.cdia,org/wiki/Bel'!ill£). (Akscs:7/812008, 5: 141'1n)

oJ SY;lifu! Bahri Dja:narah,Psilwlogi Belqjar, Cctakan pertama, Hj。ォセ|ャゥョ[ Rincka Cipta, RHPRIセ

11,13

(26)

(tcache/' orientaf), scdangkan pcserta c1iclik mcnjacli pasif dan mcnerima, mencatat

apa yang ditrrangkan 01eh penciidik.ls

2.. Tunarungu

a. I'cngcrh31l TUllarllugu

!stilah tur.arungu didefinisikan se';ara berbecla-becla tergantung pada kanteks

yang dipakai. Dalam istilah ilmu pengetahuan dan kedokteran, tunarungu

didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki karaktcristik fisik yang sensitive

c1engkn suara. Sedangkan dalam istilah Ilmum, tunarungu c1idefinisikan sebagai

tingkat kchilm:gan kcmampuan mcnclengar sescorang. 16

Istilah anak tunarungu c1i masyarakat acla yang menycbutnya anak bisu-tuli

clan ada ju;:;a yang menyebutnya tuna wicara. Di dalam lapangal1 penclid:kan luar

biasa c1igunakan sebutan anak tllnarllngll, dengan alasan bahwa setiap anak yang

lcrganggu pcnclcngarunnya (tuli clan kllrang pendengaran) pasti terganggu bicara dan

lXlhasanya. Namun, tidak setiap anak yang bisli (terganggu bicaranya) dan terganggu

pula pendengarannya. Bcgitupun istilah tuli hanya merupakan sebagian dari anak

tunarungu. Jadi istilah tuli mcngandung <.Irti yang scmpit. S"dangl<an istilah tunarlJngu

meneakup mereka yang terganggu pendengaran baik tergolong tuli ataupun kurar,g

pendengaran. 17

Dalano Kamus Besar Bahasa Indonesia, tunllrunguterdiri dad dua kata, yai,u

tuna dan runga. TUlia berarti luka, rusal<, kurang, dan tidak memiliki. Sedangkan

I'Imgu berart.i tidak dapat mendengar atau tulL 18

Menurut Connix, seperti dikut.ip aleh Totok BintOfo mengemukakan bahwa:

anak tunarungu iaiah anak yang kehilangan seluruh anu sebagian pendengarannya

sehingga tidak mau kurang mampu berkomunikasi secara verbal. Dan walaupun telnh

I: [bid.

I{, Wikipedia, Deafness, Artikcl diperoleh dari Omn;LLery.wikipedia.org/wiki/DeaO, (Akses:

Ilf21/200?, 17:l.1 pm), h.I

17Rusli Ibrahim. Psikologi Pendidikan Jasmani dan OJahraga PLB, (Jakarta: Depdiknus,

200S), h.3t

18 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas, Kamus

(27)

clibantu cleng<ln aIat bantu menclengar, mereka tetap membutuhkan pelayanan pencliclikan khusus. Bcrclasarkan batasan tersebut, anak tunarungu clijaclikan clua goIongan, yaitu goIongan kurang clengar clan tuIi. 19

Hallahan, seperti clikutip oIeh Rohana AIcly, memberikan clefinisi sebagai berikut:

a. Hearing Impairment, aciaIah istiIah umum yang berarti kekurangan kemampuHn sesellrang lIntuk menclengar. Kemungkinanl.ya ュ・ョGセhォャャー kehiIangan

penclengaran seclang sampai tuli.

b. Yang climaksucl clengan kurang penclengaran aciaIah orang yang memiliki seclikit

sisa kcmampuan mcnclengar clan clapat clikembangbn dengan membaea ujaran, mcmbaca bibir, terapi bicara atau dcngan aIat bantu clengar. 20

Andreas Dwidjuslll1larto clcngemukakan bahwa sescorang yang ticlak atau

!<urang mal1lpu mcndengar suma clikatakan tunarung'J. Ketunarunguan clibedakan

menjacli dua katcgori yaitu tuIi (deaf) dan kurang clcngar (low of hearing). TuIi acl81ah Ill"rckn yang inclera pcndengarannya mcngalal1li kerusakan daIam taraf berat schingga pecclengaran tidak berfungsi Iagi. Seclangkan kurr:l1g dengar adalah me,'eka yang incler& pendengarannya mengaIam i kerusakan tetapi masih clapst berfungsi untuk mendcngar, baik dcngan l1Jaupun tanpa meggunakan aIat bantu clengar(hearing

i) 21

aie s .

Sclain itu, 1\1ufti Salim menyil1lpuIkan bahwa anak tunarungu aclalah anak

yang l1lengalaml kekurangan atau kchiIangan kem:Jl1'Ipuan mencicllgar yang discb'lbkan oIeh kerusakan atau ticlak berfungsinya scbagian atau seluruh aIat

penclengnran ウ・ィゥャセァ「。 ia mcngaIami hambatan daIam perkembangan bahasanya. [a

\0 Tctok Bintoro) Pengaruh Tingkat KetunarunguiJl1 fel'hadap Kemamp/lan Komunikasi Siswa iiltloruJlgu Kelas/)-5eliSDLB eli f)K! Jakarta, Laporan Pcnelitiatl, (Jakarta: Lembaga Pcn01itian UN\

26April 2001\h,7

20 Rohana Aldy, Komunikasi Tofal sebagoi Pemmjang Kemampuan Berbahasa Anak Jimorungu Kelns6SLB B;Laporan Pcnclitiall, (Jakal'ta:Lcmbaga PcnelitianUNl, 12 Juni 2003), h. 9

21 T, Sutjihat; SomantrL Psikologi Anak Lua;" J3iasa, Cet8kan ke·l, (Banclung: Refjk8

(28)

mcmcrlukan bimbingan dan pcndidikan khusus untuk mcnchpai kchidupan lailir batin

yang Jayak. 22

Emon Sastrawinata, scpcrti dikutip olch Mugiarsih CH. Widodo, berpendapat

bahwa secara medis, ketunarunguan berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan

mendengar yang disebabkan oleh kerusaken atau tidak berfungsinya sebagian atau

selumh alat pendcngaran. Sedangkan seeara pedagogis ketunarunguan ialah

kekurangan atau kehiJangan kemampuan dengar yang mengakibatkan hambatan

daJam perkembangan sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus. 23

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu

adalah mereka yang mengalami kurang yendengaran alau tidak berfungsi seeara

normal yang didapat ウセェ。ォ lahir atau didapat clalam kehidupannya kemuclian (setelah

dewasa), sehingga clapal menghambat perkembangan bahasa clan biearanya. Mereka

dapat belajr.r bahasa clan bicara untuk イゥャエセャQj。、ゥ manusia yang lebih baik dari keadaan

sebeJumnya jika mereka memperoJeh pendiclikan ォィオウオセ dan seeara

berkesinambungan dengan metode sena peraJatan tertentu.

b. Faktor-faktorPCiIlyebabTllnarulIglI

Mellurut Brown, seperti dikutip Soecljadi, yang penulis kutip dalam Totok

J3intoro, din mengemukakan adanya empat faktM penyebab terjadinya

ketunarunguan, yakni:

a. }'latel'l1al Rubella, pada waktu ibu mengandung muda tel'kena penyakit cacar

yanf, bel'dampak padajanin sehingga pendengal'al1 Hセ。jッョI bayl rnel1jadi rusak

b. Scbab tmun-temUl'un(hereditas), yang dittl.ljukkan d mgan adanya fakta bahwa di

daJam keluarga ada kerusakan pendengal'all karena keturunan.

c. Adanya komplikasi pada saat daJam kandungml dan I elahiran prematur.

22 Ibid.h. 93-94

セQ Mugiarsih CH. Widodo, p・Lセ「・、。。ョ Media Komunikasi Total dan Oral terhadap

Kelcl'ompi/an Nlembaca dan Menu/is Si,\'lva di Ke/as J セIGlb Baglan Tunarungu, Tesis Sm:jana

(29)

d. Meningitis, ac,; sem8cam bakteri yang dapat merusak sensitivitas alat dcngar bag ian dalzm tclinga. 24

Sebab-scbab kclainan pendengaran dapat tCljadi karena 3 faktor, yakni: s·,bclum anak dilahirkan (masa prenatal). saat anak dilahirkan (masa neo-nata!), dan scsudah dnak dilah irkan (n'asapost-natal).

a. Scbclur,] anak dilahirkan

I. Faktor !ccturunan (hereditas). Anak l11engalami kunng pcndengaranftuli scjak

dilahirkan karena ada diantara angguta kcluarga, terutama ayah dan ibu yang mCDdcrita kurang pcnd\)ngaran. Hal ini discbabkan karena koklea (rllmah

siput) tidal< bcrkcml'ang secaI'a normal sehingga tel:jadi kelainan pada corti

(selaput-selaput). Tuli ini discbuttuli genetis.

2. Caear air, eampak (Rubella, German Measles). Pada saat ibu sedang mcngandung, ia mcnderita eampak atau eaear air sehingga anak yang dilahirkan mcndcrita tuli mutisma (tidak dapat bicara sceal'a lisan). Selain itu, dapat mcnyebabkan kerusakan pada koklea yang berakibat teljadi tuli

perceptij- kcrusakan tclinga bagian dalam, sehingga serabut-serabut saraf tidak dapat berfungsi normal.

3. Toxaemia (keraeunan darah). Pada saat ibu sedang mengandung, ia menderita I:eraclinan darah. Akibatnya plasenta mcnjadi rusak. 25

4. Penggunaan pil kina dalam jumlah bcsar. Ibu yang ingin mcnggugurkan

kandungannya dengan jalan minum pil kina dalam jumlah besar, tetapi ternyata kandungannya tidak gugur. Hal ini menyebabkan kerusakan kc klea

pndajanin.

5. Keiahiran prematllr. Bayi-bayi yang dilahirkan prematur berat badannya di

bawah normal, jarillgan-jaringan tllbllhllya lel11ah dan 11111dah trrserang ul1o:tia

(kekurat;gan oksigen). Hal ini dapat mCl'llsak inti koklea dan b?sal ganglia.

,.\ Totok Blnloro,01'."';1.,h.l 0

25Tim Pcnyusun Depdiknas,Pedoman PI'(1kfis Penyelenggaraan Selwlah Lual' Biasa 13agian

(30)

6. Anak m'mgalami kelainan organ pcnclengar1:1 ウャセェ。ォ lahir. Dapat berupa:

NicJ'Otis (liang telinga) scmpit sehingga anak Tengalami ketulian koncluksi

areu anak ticlak mempunyai membrana tympani (genclang telinga), membrana

terlalu tebal clan membrana mengkerut. 26

b, Saat anak dilahirkan

J. Rhesus ib:.J clan <lnak tidak sama, sci-sci darah ibu akan membentuk antibodi

yang justru merusak sci darah merah anak. Akibatnya anak menderita anemia

(kurang darah merah) clan sakit kuning (jaundice), setelah lahir anak dapat

mengalami kelainan penelengaran.

2. Bayi yang lahir prematur, nlempllnyai gejala-gejala yang sama clengan bayi

yang Rh-nya tidak sejenis elengan RI: ibllnya, yaitu menderita anemia dan

k'b k . 27

menga I at all anOXIa.

c, Seslldah anak elila:lirkan

l. Anaie menderita infeksi, misalnya il1!eksi measles (campak). Anak dapat

menelerita tuli percepl!( Virus ini dapat menyeratlg eairan koklea. Demikian

juga kalall anak terkenasypilissejak lahir, karena tertular dari orang tuanya,

2. Meningitis (Peradangan selapllt otak). Biasanya terjacli kelainan pacla pusat

saraf pemJengaran

3. Tuli percept!!yang bersifat keturllnan. Biasanya tuli perceptifsuka:- clilihat,

melr.erlukan observasi y'lng memakan waktu lama.

4. Menelerita Drilis media, anak terkena peraelangan eli ruang genelang telinga.

Akil'.atnya tel:iaeli penyumbatan pacla rongga telings, bagian tengah. Akibatn)la

terjadi pembesaran adonaid, sinusitis clan tmjadinya alergi pada saat

pernapasan. Hal ini sangat berbahaya karena dapat merusak kel:ia selaput

lendir yang clap.lt mengakibatkan ketulian.

2(,Ibid, h.24

(31)

5. Terjadi iilfeksi pada alat-aiat pernapasan. Infeksi pada alat-alat pernapasan,

misalnya pernbesarantonsil adenoiddapat menyebabkan tuli lwnduktif. Media

penghalltar suara tidak berfungsi normal. 28

Di atas telah dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang faktor yang

menyebabkan anak-anak menjadi penyandang tunarungu. Menurut Ketua Harian

Yayasan Santi Rama, Tina Hanafiah dalam Barian Kompas mengemukakan bahwa

faktor penycbab terbesar gangguan itu al.i:liah virusrubelladantoksoplasma.29

Carnpak Jerman atau rubela ialah penyakit menular yang disebabkan olch

virus dan ditandai oleh demam, bercak-bel'cak di kulit, danpembesarall kelenjar getah

bening. Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak dall dapat menyempai penyakit

campak.

Satu-satunya efek yang ditakutkan dari penyakit ini adalah efek teratogenik

yakni kemampuannya menimbulkan caeat pada janin yang dikandung ibu yang

mendel'ita rubela. Cacat bawaan akibat I'IJbela ini seringエ・セゥ。、ゥN Anak dapat menderita

penyakil jantung kekemhan lensa mata, gangguan pi?mentasi retina, tuli, dan eacat

mental. 30

Sedangkan toksoplasma adalah suatu penyakit akibat Toxoplasma gondii,

yang hidup berparasit pada kucing dan binatang sejel!i"nya (Felidae). Pat'asit ini

ditcmukan di seluruh dunia, terutama di daerah tl'opika, tennasuk Indonesia.

Diperizirakan 2-63 % uang Indo'lesia tCl'jangkit paras it ini, sedangkan pel'sentasc

[lacia kucing adalah 35-72,7 persen, paca anjing 75,6 pel'sen, pada babi 11-36 persen,

pada kambing 11-61 persell, dan pada temak lainnya kurang dari 10 pel'sen.

Pen)'akit ini ditularkan bila orang memakan dagillg s.etengah matang yang

ュセョァ。ョ、オョァ kista parasit ini, atau hidangan yang teI'cemar tinja kueing y3ng

meugandu1B ookista. Penularan juga dapat tetjadi melalui tangan yang tercemar

" :bid., h.26

2'lK)mpas CybcrMedia, Rube/a, Penyebab Te,l'besar Anak Tunanmg1l,

(Iillp..Jewww.kumpas.com. Kamis, 21 September 2000, (8/26/2006 I:! 5 PM), h. I

)0 jセョウゥォャGjー・、ゥ Nasio"al Indonesia, Jilid 4, Edisi revisi, Cetakan ォ・セ I0, (Jakarta: Cipta Adi

(32)

IJcrkebur, atau memeg.ang daging mentah, misalnya tangan tukang masak, jagal, atau \Jenjual daeing. Infeksi yang terjadi setelah kelahiran menyebabkan toksoplamosis

yang biasany.l tidak disc.'tai gcjala, atau disertai gejala ringan, seperti pembesaran kelenjar limfe, demam, dan sakil kepalr. I'enyakil yang berat, misalnya radang otak,

dapal di,jul11pai pada Olang yang menderita kekurangan kekebalan.

Ibu hamil yang terkena infeksi penyakit ini dapat menularkannya kepada janin, sehingga sekilar 30 persen di anlaranya akan lahir dengan menc!<,rita

toksoplasmosis kongenital. Penyakit ini dapat menimbulkan keguguran, lahir mati, lahir prematur, lahir eukup bulan dengan g"iala ringan sampai berat, atau lahir caeat fisik, dan eacat mental.31

Adapul1 Tokso,?lasma Gondii ialah suatu jenis hewan bersel satu, termasuk

kelas Sporozoa, yBng menyebabkan penyakit toksoplasmosis. Hidupnya di dinding u,us kecil kucing dan binatang sekerabatnya (Felidae) seperti harimau, macan tutul,

dan kucing butan, yang menjadi hospes tetapnya. Parasit ini tersebar luas di seluruh dunia. pada manusia mLupun pada hewan. Jasad renik ini menyebabkan masalah

kesehatan karena dapat menyebabkan kelahiran bayi caca! mental maupun fisik.. jika parasit ini menginleksi ibu yang sedang hamil.

Manusia terinfeksi bila memakan daging setengah rnatang (sate, steak) yang

mengandung kista, atau bila ookista tertelan, misalnya sewllktu memakan sayman mentah atau hidangan yang terkontaminasi ookistflmelalui lalat atan iipas. Faktor If> '.n yang m0mudahkan penularan antara lain kebiasaan tidak mencuei tangan setclnh berkubun, bermain di (anah, alau setelah memegang kucing. 8ila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi paras it ini, ada kemungkinan janinnya tertulari, sehingga menyebabkan keguguran, bayi lahir mati, atau bayi lahir dengan

{ohoplasmosis K"l1gcl1ital. Bayi yang lahir dengan penyakit ini dapat lahir prema1l.lr. atau cukup bulan dengan caeat bawaan misalnya kejang, lumpub, Impala besar

,I

Ensiklopedi .'Vasianal Indonesia Jilid 16, Edisi revis·. Cetakan ke-IO, (Jakarta: PT. Cipta
(33)

lhidrocefalus), kepala kedl Hュゥォイッウセイ。ャオウIL radang retina mata (korioretinitis), buta,

dan keterbelakangan mental, maupull fisik.

Seorang ibu ha.lya mempunyai kemungkinan sekali saja melahirkan anak

dengpn toksuplasmosis kon[;enilal kar"na pada ibu yang sudah kebal, parasit ini

tidak dapflt melalui plasenta IfIgi. 32

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan luli 2007 yang

penulis lutip dari sebuah artikel Wikipedia ditetapkan ada 9 faktor penyebab

ketunarungt:an, yailu:

I) Faktor kelainan genetis

2) Faktor kongenital

3) Fal,tor infeksi

4) F3ktor traull1atik

5) Fakior keraclinan

6) Faktor usia

7) Faktor keeelakaan

8) Faktor penyakit

9) Faktor kelainan temporer pnda telinga. 3J

Pada kaous tertentll, anak tllnarllngll dapat mende;1gar MIUra mereka scndiri

baik seear:, kesf;lluruhan maupun sebagian. Hal ini tergantung pacta penyf;lbab

ketunarunguannya. Apabila penyebabnya karena infeksi, maka kelainan tersebllt

dapat disembllhkan dengan eara pemberian antibiotiktertentu. Antibiotik ini dapat

mcmbantu mel1yembuhkan il1feksi yang teljadi pada telinga.

Tindakan pembedahan juga dapat mengatasi ke:tunarunguan dengan cara

melakukan pembedahan pada organ bagian dalam telinga, seperti: t!lIang telinga

bagian dalam atau gel1lJang telinga. 34

" Ibid,h. 412-413

H Wikipcdia,Op,cit,h.2-3

(34)

c. Cil'i-ciri KhasAnak Tnnal'llllgn

1. Segi Fisik

Walaupun secant tisik anak tunarungu hampir sam a dengan anak normal pada umumnya, namun mer-e!ca mempunyai ciri-ciri khas antara lain sebagai berikut:

I. Sifat・ァッセ[・ョエイゥウ yang lebih menonjol 2. Mempunyai perasaan takut akan hidup

3. Sikap ketergantungan pada orang lain akibat diliinggapi perasaan khawatir 4. Perhatian sukar dialihkan bila mereka melakukan sesuatu yang mereka

senarigi

5. KenllSkinan dalsl11 fantasi

6. Umumnya memiliki sifat palos, seclerhana tanpa banyak masalah

7. S:fat lekas marahltersinggung

8. Kurang mempunyai konsep ten tang relasi

9. Berada (jalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa. 35

2. Segi Intelegensi

Pada llmllmnya intelegensi anak (unarungu secm'a potensial sama dengml anak

normal, エセH。ーゥ secara n.lIlgsional rel'kembangannya c1ipengaruhi oleh tingkat

kcmampuan bcrbahasanya, kcterbatasan inforl11asi, dan kiranya daya abstraksi anak.

Akiba( ketunarunguannya menghambat proses pencapaian pengetahuan yang lehih luas. Dp.ngan del"ikian perkel11bangan intelegensi seem'a fungsional terhambat. PCl'kembangan kognitif anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh perkcmbangan bahasa, sehingga hambatan nada bahasa akan l11enghambat perkel11bangan intelegensi

111ak tunarungu. 36

セ[ェ」ョオイオエ Diljcn PCl11binaan Sckolail Luar Biasa.. kemampuan kognisi anak

lunarungu aclalah sebagai bcrikut:

,15Rusli !brahim,Op.cil" h.37

(35)

I. Kenwmpllan verbal (verbal IQ) anak tllnarllngll Icbih I'endah dibandingkan kemampllan verbal anak mendengar. Nnmllnpeljormance IQ anak tllnarungll sam a dengan anak mcndengar.

2. Daya ingat jangka pendek anak tllnarllngll lebih rendah daripada anak

mendengar teratama pada informasi yang bersii'at sllksesif/berurlltan. Namlln pada ini'ormasi serempak antara anale tllnarungll dan anak mendengar tidak ada perbedaan.

3 Daya ingat jangk.l panjang hamptr tak ada perbedaan, walallplln prestasi akhir biasanya tetap lebih rendah. 37

Di samping itu, ada beberapa pertimbangan dan masalah tingkat intelegensi anak tunarllngu ini, antma lain: 1)alat lIkur yang digllnakan lebih dominan mengllkllr keeerdasan anale yang bersifat non verbal; 2) tes verbal biasanya berhubungan erat

dcngan kcmampuan belqjar bcrsifat _abclcmi" scdangkan tes nonverbal kurang bergllna; 3) hasil yang tendah munglein diperoleh anak tt1narungu dalam tes tertentu, schingga dipcrkirakan bllkan menggambarlean hasil seslinggllhnya; 4) masalah d:tlam mcnginterpretasikan skor tes; hasil tes intelegensi yang dicapai dengan pmstasi

akadem!s, Izemllngkinan mereka menggllnakan proses p,ikologis yang berbeJa

dengan anak nor,11al, karena bahasa yang dimilileinya.

i'vlenlll'lIt hasil penelitian yang dillngkaplean A. Setiawan (1987) bahwa intclegensi anak tllnarllngll dengan penyebaran anglea sebagai berileut: 1)Near geniuc'

2,7% dan 5,4%; 2) VeJ:V superIor 13% dan 15,2%; 3) Normal/overage 32,2% dan 35,8%; 4) Dull 13%; 5) Borderline 15,2%dal' 11,2% Feeble minded 12,4%dan 7%. Dari hasil penelitian tersebllt dapat clisimplilkan bahwa allale tllnarungu tidale berbeda dalal11 intelegensinya dengan anale norl11allainnya.

Menurut hasil tcs non verbal bahwa anale tunarungu l11engalal11i kelambatan

pcrkcmhangan intelektllal. I-Ial ini clapat kita alumi clalam leegiatan yang mcnllnlllt

kCl11al11pllan abstraksi, eara bcrfikir manllsiawi, dimana keclua hal tcrsdlllt

(36)

memerlllkan lIngkapan LJahasa lisan. Kelambatan lain yaitu dalam hal pemahaman dan kcslliitan LJe:ajar dalam bahasa (.11Jcech reading, oral speechdan membaca). 38

l(erend&han ting:,al inlelegensi anak tunarllngll bukan berasal dari hambatan intelektualnya yang rendah melainkan seeal'a umUI11 karc na intelegensinya tidak I11cnc1apat kesel11patan untuk berkembapg. Pemberian bimbingan yang teratur lerlllal11a dalam kccakapan bcrba:lasa akan c1apat l11el11bantll perkembangan intelcgensi anak tunarungu. Ticlak semua aspck intelegensi anak tunarllngll terha:nbat. Aspck intc:cgensi yang tcrhal11bat pcrkembangannya ialah yang bersifat verbal, Inisalnya l11erlimliSkan pengertian, l11enghubllngkan, l11enarik kesil11pulan, clan

meramalkan セH・ェ。、ゥ。ョN

Aspek intelegr,nsi yang bersu!nber cia!i penglihatan clan yang berupa motorik

tidak ban yak I11cngalallli hambatan tctapi jllstru bcrkel11bang lebih ccpat. Cruickshank

yang c1ikutip oleh Yukc R. Sircgar m:ngel11ukakan bahwa anak-anak tunarungu

scring mcmperlihatkan ketcrlal11batan cia lam belajar dan kadang-kadang tampak terbelakang. Keaclaan ini tidak hanya c1isebabkan oleh c1elajat gangguan penclengaran yang c1ialal11i anak tetapi juga tergantung pada potensi kecerclasan yang dimiliki,

rangsangan mcntal, scrta dorongan dad lingkungap luar yang mel11bcrikan kesempatan bagi anak lIntuk mengembangkan kecerclasan ini. 39 Oalam hal i.ni peran

kduarga sangat pcnting bagi pcrkcmbangan bahasa dan mentalnya karcna keluarganya l11erupakan lingkungan pertama yang c1ikenal olel1 anak tunarungu. Schingga I1Ilp.k tunarunf'J dapat bcraclaptasi dcngan lingkungan luar atau masyarakat c1engsll bailc

3. Segi cmosi clan Sosial

Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan clan tulisan seringkali

mcnycbabkan anak tll,wrullgu menafsirkan scsuatll secara ncgatif atdu salah clan ini sel"ing melljadi tekanall bagi emosinya. Tekanan pada cm0;inya itu c1Bpnt

(37)

tunarungu bila ditegur oleh orang yang tidak dikenalnya akan tampak resah dan

I· I 40

ge Isa 1.

Manu.;ia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan kebersamaan dengan

orang lain. Demikian pula anak tunarungu, ia tidak terlepas dari kebutuhan tersebut.

Akan tetapi !<arena mereka memiliki kelainan dalarn :segi fisik, biasanya akan

ュセャQケ・「。「ォ。ョ suatu kelainan dalarn penyesuaian diri terhadap lingkungan. Pada

lllmmtnya lir'g:(lJngan Illelihat Illereka sebagai individu yang mellliliki kekurangan

elan menilainya sebagai seseorang yang kurang berkarya. Dengan penili\iill1

lingkung['.n yang elemikian, anak tunarungu akan rnel'asa benar-benar kurang

berhcrga. Dengan penilaian dari lingkungan yang dClrl1ikian jUg,I memberikan

pengaruh yang benar-benar besar terhadap perkembangan fungsi sosialnya. Dengan

aJanya hambatar. dalam perkembangan sosial ini mengakibatkan pula pert.ambahan

miniwnya penguasaan bahasa dan keeenclerungan menyencliri serta memiliki sifat

egosentris.4J

4. Segi Bahas3 clan Bieam

Perkembrmgan bahasa clan bieara berkaitan erat c1engan I.etajaman

pendengara>1. Akibat terbatasnya ket<\jalllan pendengaran, anak tunarungu tidak

l1lampu mendengat c1engan baik. Dengan demil;ian paela anak tunarungu tidak tedadi

pluses peniruan suam, proses peniruannya hi\nya terbatas pada peniruan visual.

Selanjut:nya (blam perkembangan bieam Jan bahasa, anak tunarungu ll1emerlukan

pe.nbinaan seeara kbusus dan intensil' sewai dengai:1 kemampuan clan taral'

ketunarunguannya.42

40Ibid, h.98

'I Ibid,h.98-99

(38)

Unl:uk berbieara. seseorang membutuhkan koordinasi beberapa bagian otak, sepelti motor korteks dan serebelum, untuk menggerakkan lidah dan bibir serta angular girus untuk mengubah kata l11enjadi bentuk bunyi. 43 Apabila teljadi

kerusakan pada bagian-bagian otak tersebut yang berfungsi untuk persepsi

pengorganisasian dan pemahaman bunyi, l1Iaka hal ini akan mengakibatkan kesuFtan besar dalam berkomunikasi.

Perl(el11bangan kemampuan bahasa dan komunikasi anak tunarungu terutama yang tergolong tunarungll total tentll tidak mungkin untuk sampai pada penguasaan

b8hasa melaiui penclen[larannya, mela;nkan hanls mclalui penglihatannya dan

I11cmanfaatkan sisa pcndengarannya. Oleh sebab ilU, komunikasi bagi anak tllna,ungu mcmpergllnakan segala aspek yang ada pada dirinya.

Adapun berbagai media komunikasi yang dapat digunal:an sebagai berikut: a. Bagi anak tunarungu yang mampll bieara, tetap menggunakan bicara sebagai

media dan membaea ujaran sebagai sarana penerimaan dari pihak anak

lunarllngll.

b. Menggunakan media 'ulisan dan membaca sebq;ai. saran a penerimaannya. c. tvle'lggllnukan isyarat sebagai media. 44

Secara umum. pendekatan komunikasi pp.da a111k tunarungu ada 3 kategori,

yaitu:

a, Komu!1i1<asi OrallAudilOly, meliputi: kemampuan berbicara, kemampllan

mcmbaca gcrakan bibir, clan menclengarkan dcngan mCl11akai alat bantu

pendcngaran.

b. Komunikasi manual, melipllti: kcmampuan mcnggunakan bahasa isyarat dan

gerakan jari.

'13 Abdul Syukul', [elal],Op,cit,,It,90

(39)

c. Komunikasi Total, meliputi: kemampuan oral dan manual, yaitu: kcmanlpuan

berblcnra, keman1jJuan mcmbaca gen'tkan bibir, kcmampuan mcnggunakan

bahasa isyarat dan gerakan jari serta penggunaan alat bantu pendengaran. 45

Pada dasarnya kClnampuan berhicara anak tunarungu mcmang mcmbutuhkan

ketelat'cnan dari oranG tua untuk tems mengaJaknya berbicara dan jangan dibiasakan

menggunakan lnhasa isyarat. Mereka harus dididik menggunakan metode percakapan

untuk mengcmbangkan keterampilan berbr,hasa reseptif dan ekspresif Mereka barus

dilatih untuk l11emahami bahasa ujaran, bahasa tulis, dan kel11ampuan berbicara, serta

menulis.

d. Klasilil<asiAnal<Tunanlllgu

Banyak para ahli yang mengklasifikasikan mak tunanmgu, baik itu

berdasarkan be rat ringannya, taraf kemampuan mendengar dengan tes audiometris,

tingkat kerusakallnya, tempat kerusakannya, faktar penyebabnya ataupUI1 waktu

kejadiannya.

Charles WTdf"rd dan James M. Swrey menge),ompokkan anak tunarungu

menjadi 5 kelompok berdasarkan berat ringannya, yaitu:

]) Mild lッウウ・Nセ (20 to 30 dB); yaitu gangguan pendengaran pad a taraf ringan,

anak kelompok ini masih bisa belajar bicara dengan menggunakan sisa

pcndengaranny,l dengan cara··cara yang dilakukan oleh anak yang l11emiliki

kel11ampuan pendengaran normal. Kell1al11puan pendengaran mereka ber.. da

dalam batas normal dan setengah mendengar.

2) Marginal Losses (30 to 40 dB); yaitu anak yang kehilangan kemamlluan

pendengaran yang biasanya mengalami kesulitan dalam mendengnrkull

pen;a.kapan padajarak bebempa langkah dari pembicara, tetapi mereka masdl

mampu :11empelajnri b,cara clan bahasa melalui pendengnrannya

45 13ATUD,COllllJlunication Appl'Oaches ClIrrenl(v in U.'ie in The Education (IDeajChildren

(J/ld YOI/llg People ill The UK, H}ャゥAjIZOOキLLGwN「。エqN」lMqN{ァjャャゥNGェャQ、」ZLセO。イエゥ」ィセZャエャ。」ijANッNァNjhゥャャIL (Akses:

(40)

3) Moderate Losses (40 to 60 dB); yaitu ganggcIan kemampuan pendengaran tingkat scdang. Pada tingkat ini mereka mendengar percakapan harus keras suaranya, dan matanya sclalu menatap mimik l11uka dan bibir pembicara. Gan:;guan pe'1dcngaran tingkat ini bisa bclajar bicara dan bahasa de,lgan I11cllgglll:akan sisa kCl11al11puan pendcllgarannya.

4) Severe Losses (60 to 75 dB); yaitu gangguan kcmampuan pendengaran pada taraf berat, dimana I11creka harus mc:npelajari bicara dan bahasa dengan aptara setengah mendengar dan tuli (deaf).

5) Profound Losses (Greater than 75 dB); yaitu gangguan kemampuan

pendengaran yang sangat berat. Anak ini sudah tidak bisa lagi menggunakan

kemampuan pendengarannya untuk belajar bicara dan bahasa, walaupun dengan ,URra yang kcras. 46

Andreas Dwidjosumarto mengklasifikasikan tl.lnarungu ini berdasarkan tarali\ya yang dapat diketahl.li dengan tcs audiol11ctris.

I) Tingkat 1: l<ehilangan kCl11ampuan mcndengar antara 35 sampai 54 dB, pender ita hunya mCl11crlukan latihan bcrbicara dan bantuan mcndengar seeal'a

khusLls;

2) tゥョァォ。セ II: Kehilangan kemali1puan l11endengar antara 55 sampai 69 dB, penderitanya kadang-kadang l11emerlukan penel11patan sekolah secara khusus dalam kebiasaan sehari-hari mcmcrlukan latihan bcrbieara, dan hantuan

latihan berbahasa sccara khusus;

3) Tingkat III: Kehilangan kemampuan mendengar antm'a 70 sampai 89 dB; dan 4) Tingkat IV: Kehilangan kemampual1 mc:ndcngar 90 dB ke atas.

5) Pendcritfl dar! tingkat I dan II dikatakan mengalflltli ketulian.

6) Pcndcrila dar. kalcgor! III dan IV, pada hakikatl\ya memcrlukan pcIayanan :)cndidikall khusus.,17

. (, RusH Ibrahim,01'.cit. ,h.32,33

(41)

Dil:jen Pembinaen Sekolah Luar Biasa menggolongkan ke dalam 5 kelompok berdasarkan tingkat ォ・イオウ。ォセョOォ・ィゥャ。ョァ。ョ kemampuan mendengar percakapan/bicara

118

ordng, yartu:

I) Sangat ringan 27 - 40 dB

2) Ringan 41 - 55 dB

3) Sedang 56 - 70 dB

4) Berat71 - 90 dB

5) Ekstrim 91 clB ke atas dikatakan tulL

Mcnllrut Dirjen Pembinaan Se!(olah LUal Biasa ketunarunguan dapat dibedakan bcrdasarkdn tcnlp"t teI:jaciinya kerusakan, yc./tu: 49

I) Kelllsakan paela bag ian tdinga luar elan tengah, schingga menghambat bunyi-bunyiau yang akan masuk ke dalam telinga clisebut tuli kondukti

r.

2) Kerusakan telinga bag ian dalam dan hubungan ke saraL otak yang menyebabkan tuli sensoris

Dari penjclasan eli atas, dapatlah cliketahui IXlhwa ketunarunguan dapal diklasifikasikan 1,1enurut berat rlngannya penclengaran, tingkat kerusakan

p,;ndellgaran, waktu rusaknya pcnclengaran dan tempat tel:jaclinya kerusakan cli

lclinga, Dari 'nasing masing tingkat kctunarunguan, bagl incliviclu pcnyanclangnya

memilik: kcn',ampuan yang bcrbecla untuk memahami percakapan,

DCl,gan mengetahui klasifikasi tersebut, orang tua dan para pencliclik lainnya akan leI,ih muclah membimbing, mengarahkan clan memberibn upaya..upaya

pcncrangall kCP?dU anak tunarungu secant tepat sesuai dengan taraf

kclunarungual1nya sehingga anak lunarungu clapat tumbuh berkcmbang clenga,) baik

clun Icp"l.

.lilDiI:ienPembinaanSekolah LuarBiasa, Op.cif.,h.2

(42)

3.Pengetahllan Sains

a. Pengcrti:m Sains

Ilmu Pengetahuan Alm'1 OPA) atau Sains dalam kata Yunani yaitu Scien/ia

yang berarti "Saya tahu", kata Science bermii ilmu pengetahuan yang melipllti

Na/ural Science danSocial Science. Menurut H. W. Fowler yang dikutip Ali Hamzah, llmu Pengetahuan Alam adalah pengetnhuan sistematis dan dirumuskan yang berhubuligan dengan gejala kebendaan dan didasarkan terutam3 atas pengamatan dan deduktif 50

Sains sebagai ilmu pengetahuan alam (Na/ural science) meliputi pengetahuan

Biologi, Fisika, dan Kimia. Pengetahuan tentang makhluk hidup dan segal a proses kehidupannya akan dipelajari dalam Biologi. Segala sesualu yang mempunyai mang

dan massa, serta gerak dan energi dipelajnri dalal11 Fisika. Adaput1 dalam Kimia akan

mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan materi, yaitu atom, moJekul dan senyawa, serta perubahannya. 51

Berdasarkan pengerlian eli atas clapal disimpulkan bahwa belajar IPA/Sa,n:i berm!i belaj&r untuk lebih mengcnal kehidupan nya,a di lingkungan meJaJui pcngamatan dan ュ・ュ・セ。ィォ。ョ masalah yang dihadapi c1aiam kehiclupan sehari-'lari.

Kebanyakan guru mengajarkan IPA/Sains khususnya bi ologi c1engan

mencrangkan clan menyuruh siowa l11embaca. Semua pengetahllan diperJakukan sam3 sepcrli mengajarkan pcngetahuan sosia!. Paclahal pengetahuan biologi harus dialami dan dibangun oleh siswa sendiri secm'a langsung, tidak dapat ditransfer dari orang lain terl11asuk guru. Peran guru hanya sebagai pe111t imbing clan fasilitator belajar.

Guru 、。ー。セ I11cl11banlu siswa l11engarahkan kCj:.ada pCl1I:ual11an ill11U secm'a tcpat.

50 Tim Pencliti MIPA FITK UIN JK1', Ana/isis Pengell1Longan Pembelqjaran /l1atematika

dUI' IPiI di SelwfufJ Nfadrusah Iblidaiyah,Studi Kasuseli M\ KccanJatan Parllng Bogor, (Jakarta: PITK

UIN JK1', Jurnal p」ョ・ャゥエゥセエョ Pendidikan Agama dan Keagamaan 1 Edukasi Vol. 2 NL.4, Oktabar

-Dcscmbcr 2004, h. 91, sepcrti yang dikutip dari Jurnal Metamorfosa (lurnal Pendidikan IPA) daIa:l1 tuJisan "!Jengefahur1}] Biohlgi Anak Autis dan Si/wpnya terhadap Lingkungan, oloh Yayah Zakiah dan

Ahmad Sofyan.Centerfor Science Education(CSE) Jurusan PencJidikanlI'A FITKUrNJakarta. !l.S3

5) ,'\'ains Biologl' IIntukSlv!? ke/as I Semester /IYusa,' Be,.dasarkan KuriktlluJI1 2004, Editor:

/\nclrian Rustal11an dan 1',!uryalli Rustal11an, Jilid IA, Eelisi ke-2, Cetakan kc-2, (Bandullg: Grafindo

(43)

b. Me.cam-macam p・ョ、セォイNエ。ョ Pembelajaran Sains

I).Pendek{'(an EnquilJ! Discovery Learning

Menurm pendekatan ini, ォセァゥ。エXョ 'Jelajar mengajar banyak berpusat pada

rescrta d;dik. Peranan guru lebih sebagai pembimbing atau pemimpin clan fasilitator belaja!·. Llengan ckmikian peserta c1iclik lebih Janyak Inelakukan kegiatan sencliri atnu c1alam ben,uk keiompok-kelompok keeil memecahkan su.atu pennasalahan tertentu

dengan bimbingan dan pengarahan guru.

Penckkatan ini Iebih banyak ditujtikan untuk melatih keterampilan berpikir

siswa. Metode yang biasanya digunakan oleh guru aclalah eksperimen yang digabung dengan c1iskusi, lugas/resitasi, kel:ja kelomp0k, problem solvingdan sebagainya.52

a). Metode eksperimen (pereobaan)

ryjdode c.ksperimen aclalah eara penyajian pelajaran, c1imana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan mcmbuktikan sencliri sesuatu yang c1ipelajari.

Dnlam proses belajai' mengajar dengan mctoclc eksrcrimcn ini siswa diben

kescmpatan untuk mcngalami scncliri atau mel&kukan scnclil'i, mcngikuti suatu prtJses,

mcngamati !,uatll ob.ick, mcnganalisis, I11Cl11bllktikan dan I11cnarik kcsil11plllan scndiri

5)

I11cngenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.

b). Mctocle c1iskusi

Metode c1iskusi aclalah cam penyajian pelajal'an, dim ana siswa-siswa ctihadapkan kepada suatu l11asalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat r'l'Oblel1Jatis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

Di dalam metode diskusi, tel:iadi interaksi antara dua atau lebih incliviclu ya.ng t.erlibat, saling tukar l11enukar pengalal11an, inforl11asi, clan l11emecahkan masalah.54

52 Dcpdikni1s, Kurikulum Pendidikan LlIo,. bゥ。セG。Z Pedoman Kegiafan Be/ajar Menr;(iiar,

(Jakarta: Depdiknas, 2006), h.25

5) Syaiful Bahri Djamaraht Aswan Zain, Strategi BelqjCl.'· Mengajar, Edisi I'evisi, Ceta'\:an

ketiya, (Jakarta: Rincka Cipta, 2006), h.84

(44)

c). Mctode tugas/resitasi

m・エッ、セ rcsitasi/penugasan adalah metode l'Nセョケ。ェゥ。ョ bahan dimana guru mcmberikhn tugas tertentu agar siswa mclakukan keg.atan belajar. Tugas tersebut dapat dilakubn di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratoruim, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau dimana saja.55

d). Metode kerja kelr)mpok

Dalam Il1etodc kcrja kelo111pok ada tugas yang hal'll" diselesaikan bcrsama sehingga pcrlu dilakl.lkan pembagian kGlja. 56

c). Metoncproblem solving(pemccahan masalah)

Metodc problem solvi,1g (pemeeahan masalah) merupakan suatu metode

bcrpikir, schab C:alam lJroblem ,wiving dapat mcnggunaka.1 metode-mctode laimya yang dimdl,u dcngan meneari data sampai ォ・セ。、。 menarik kesimpulan. 57

f). Mctode denlonstrasi

Metode demunstrasi adalah cara pcnyajian pelajarun dengan mcragakan atau 111c111pcrtunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajad, b,dk sebenarnya ataupun tiruan, yang sering diser!ri dengan ーセQQゥ・ャ。ウ。ョ

lisan Dengan metode de111onstrasi, proses peneri111aan siswa terhadap pelajaran akan lcbih bcrkesan ウ・ᄋセ。イ。 111cndalal11, sehingg,; I11cl11bentuk pengertian dengan baik dan scmpurna, Juga SiSW'l dapat mcngal11ati dan mcmperllatikan apa yang dipcrlihatkan

1 I . b I 58

sc 2lma pc aJuran cr angsung.

Dari uraian di atas tentang berbagai metode belajar dengan pcndekatan

EnquiJ} Discovery Learning dapat ditarik kesil11pulan bahwa tujuan dari pendekatan ini aclalah agbr siswa lebih aktif dalam kegia'.an belajal' mcngajar, berusaha untuk Illcnggali scndiri informasi serta Illerangsang daya likir siswa tcrhadap materi yang

cliberikan.

55Ibid, h. 85

56 JJ, Hasibuan, Moedjiol1u, Proses Be/ajar Mengajar, Cetakan ke3epuluh, (Bandung:

Rcmaja rッウ、。ャセ。イセャ。L 2004), 11.24

57Syaiful Bahl'i Djal11ul'ah, Aswan Zain, Op,ct't.,h. 91

(45)

2). p・ョ、セォ。エ。ョ Exposit01Y Learning

Menurut pendekhcan ini keghtan beJajar mengajar banyak berpusat pada guru. Keterlibatan siswa biasanya terbatas pada mendengarkan, meneatat, mengamati. atau sesekali meng1\iukan dan/atau menjawab pertanyaan. Di sini guru yang aktif dan peserta didik ecnderung pasif. Pendekatan ini dapat dipilih oleh guru kaJau mel11ang bahan/materi pelajaran benar-bena!' hanya bersifat informatif/penjeJasan dan tujuan

yang ingin dieapai hanya kognitiftarafrel'r'ah. AGカセ・エッ、・ yang sering digunakan ada'ah

ceramah dan tanya jawab. 59 a). Metode eerr,mah

Metode ceramah aclalah suatu metode di daJam pcndidikan dan ー・ョァ。セ。イ。ョ

dimana can, menyampaikan pengertian-pengertian materi prngajaran kepada sis\Va

dilaksanakan dengan lisan oleh guru di dalam kelas. Hubungan anlara guru deng',lll peserta diclik banyak menggunakan bahasa lisan. PeraMn guru dan siswa berbeda

seeara jeJas, yaitu guru terutama dalam l11enuturkan dan l11enerangkan secara 。ォエゥエセ

seelangkan siswa 111endengarkan dan mengikuti seeara eermat serta membuat eatatan lentang pokok persoalan yang diterangkan olel guru. (.1I

b). Metode tanya jawab

Metocle tanya jawab adalah eara penyajian pelajeh'an elalam bentuk pertanyaan yang harels dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pule clari siswa

kepada GUl'U. 61

Dari uraian eli alas tentang metoele belajar elengan pendekatan Expositol))

Learning dapal clitarik kesimpulan bahwa lujuan dari pendekatan itli adalah agar siswa dapal m'Cmpcroleh penjelasan mater! peJajaran sepenuhnya dalam waktu yang

sillbkal dan elapal l11enyatakan kcmbali ketika guru mengajukan pertanyaan.

5 d・ー、ゥォョ。セセL Op.cit.,h.24-25

60 Abu Ahmadi, Joko Tri Prasctya, Strafegi 13e/qjar kfengajar: Untuk F'akultas Tal'biyah

Komponen MKDK, Cf'takan kcdua, (BandLlng: Pustaka Setia, 2005), h.S3

(46)

3). Pendekatan Mastel)' Learning(belajar tuntas)

Pcn'Jckatan l'"fastel:v Leami/lg adalah suatu pendckatan yang berorientasi kcpada taraf pcnguasaan (masteIJI) siswa tcrhadap materi yang disajikan oleh guru. rVlcnurut Canol, seperti yang dikutip ッャセィ A. Tabrani Rusyan, dkk., taraf penguasaan siswa tzrhadap materi dapat dipengaruhi oleh faktor kematnpuan (intelektual, bakut) siswa, kualitas pengajaran (the quality of instruction), taraJ ketnampuan siswa untuk memahami pelajaran itu (the student'.I' ability to understand the instruction), serta

CaktOl' motivasi siswa (student'.I'motivation/o leam).62

4). Pendckatan Jiumamstic Education

Penclekatan Jiuimanistic Education adalah suatu pendckatan yang dilakukan

oleh guru dengan tidilk membuN jarak yang tcrlalu taj111' dengan siswa. Hendaknya

guru mcnempatkan diri bcrdampingan dcugan siswa sebagai siswa senior yang sclalu

siap mcnjadi orang sumbcr (resource person). TaraI' akhir darf proses belajar mengajar ialah aktualisasi diri (selfaCfl.,alization).63

Bcrdasarkan ura:111 di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan humanistic education adalah pendckatan yang dilakukan guru dcngan harapan siswa dapat mCll1unculkan sikap ll1engaktualisasikan diri scoptill1al mungkin. Biasanya hal ini dapat dilihat pada mata pelljjaran praktck dimana siswa perIu didampingi oleh guru schingga siswa dapat bcrtanya langsung kepada guru mengenai hal-hal yang beillm

c1imengcrti untuk kcmudian elipl'aktekan.

4.Pembela.jaran Sa ills eliSMPLH

Buku PedOma!l Stanelar Kompctensi dan ](oillpetcnsi Dasar SMPLB-B Clunanll1gu) ul1tuk Sell111a Mata Pclajaran, Dcpdiknas, Direktorat Jcndcral

Manajcmcn Pcndidikan Dasar dan Mcncngah, Direktorat Pcmbinaan SL13, 2006 mCIl111at LataI' f"clakang Pcmbclajaran Sains SMPLl3, Tujuan Pcmbclajaran Sains

SMPLB, Ruang Lingkup Pcmbelqjaran Sains SMPL13, Standar Kompetensi dan Kompetel1si Dasar Pcmbelajaran Sains SMPLB.

(47)

a. Latar Belakfwg Pel11belajaran Sains SMPLB

Sains c1iperlukan c1alam kehiclupan sebari-bari untuk memenubi kebutuban manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat c1iiclentifikasi. Oi tingkat SMPLB elibarapkan aela penekanan pel11belajaran Salirgtcmas (Sains, lingkungan, lcknologi eI,'n m<lsyarakat) yang eliarahkan pada pengalaman belajar untuk meraneang dan mcmbuat suatu karya melalui pencrapan konsep IPA clan kon-;petensi pekClja ilmiah sccara bijaksana.

hmbclajarau sains scbaiknya eliIakukan seem·a inkuiri ilmiah (scientific

il1qui!)') untuk menumbuhkan kcmampuan berpikir, 「・ォ・セェ。 , clan bersikap iImiah

s

Gambar

gambar.Guru dan
Gambar eli buku.
gambar binatang liar!

Referensi

Dokumen terkait

RSUD menjamin seluruh sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dibutuhkan dalam pelayanan yang diberikan kepada pasien rawat jalan, rawat inap, dan rawat gawat darurat sesuai

Negeri 10 Medan yang berminat untuk berwirausaha lebih rendah daripada yang. tidak

Adapun upaya yang sudah di jalankan antara lain: melakukan monitoring dan evaluasi kepada seluruh unit bagian yang melakukan pelayanan walaupun frekuensinya masih jarang,

Oleh karena itu menurut Mahkamah, ketentuan mengenai suatu rumah sakit yang bersifat nirlaba harus berbentuk badan hukum yang khusus didirikan untuk usaha

(2) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau kepala daerah yang membawahi Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mempertimbangkan

ANALISIS STRUKTUR SINGLE PHASE SISTEM La0.8Ba0.2Znx(FeMn)(1-x)/2O3 UNTUK APLIKASI PENYERAPAN GELOMBANG

Berdasarkan uji korelasi Spearman (table 4,13) diperoleh bahwa dokter berperan dalam ketersediaan RKE di RSUD Kota Tangerang  Dari hasil tersebut berarti 23,43% peranan

[r]