LISNAWATI
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Jl.Dipatiukur No. 112-116 Bandung 40132
e-mail : lisna896@yahoo.co.id
ABSTRACT
There are many factor that influenced the stock price of a company. Earning per share and inflation is the significance factor. The problem that happen on banking company is when the earning per share and inflation is growing, the stock price of company is down.
The purpose of this study was to determine how much influence the Earning Per Share to Stock Price in Banking BUMN companies listed on the Indonesia Stock Exchange on period 2007-2014.
The method used in this study is descriptive and verification analysis. The test statistic used in multiple regression. The population in this research is Banking BUMN companies listed on the Indonesia Stock Exchange on period 2007-2014 in 4 quantity company.
The technique to assemble sample is saturated sampling because it used all population to determine the sample. Based on this sampling technique it has 32 sample for fiancial report.
The results of hypothesis testing in this study indicate that (1) changes in Earning Per Share has significant influence and is positive on Stock Price in Banking BUMN companies listed on the Indonesia Stock Exchange, (2) changes have the Inflation is negative influence and not significant on Stock Price in the Banking BUMN companies listed on the Indonesia Stock Exchange.
Keywords: Earning Per Share, Inflation, Stock Price
I. PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual
saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan digunakan sebagai
tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan. Irham Fahmi (2012:55). Pasar modal
mempunyai beberapa daya tarik, diantaranya adalah pasar modal dapat menjadi alternatif
penghimpunan dana selain sistem perbankan dan memungkinkan para pemodal mempunyai
(Tandelilin,2001:5). Suad Husnan (2005:10) mengemukakan investor yang akan membeli saham
perusahaan membutuhkan informasi dari laporan keuangan berupa dividen, laba per lembar saham,
dan harga saham, karena pada dasarnya tujuan dari pemegang saham adalah untuk memperoleh
keuntungan berupa dividen dan capital gain.
Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro suatu negara serta kondisi ekonomi global.
Eduardus (2010:341). Earning per share adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya,semakin tinggi kemampuan perusahaan
untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar
keberhasilan usaha yang dilkakukannya. Menurut Kasmir (2010:116). Earning Per Share (EPS)
dan harga saham juga dipengaruhi oleh banyak faktor Salah satu faktor yang mempengaruhinya
yakni tingkat inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga
produk-produk keseluruhan terjadi penurunan daya beli uang. Menurut Tandelilin (2012:324).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pengidentifikasian masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah:
dan Inflasi terhadap Harga Saham dengan menggunakan data yang diperoleh dan uji empiris, guna
memecahkan masalah.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan (Sugiono,
2013:282). Jadi penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengukur tentang pengaruh
Earning Per Share dan Inflasi terhadap Harga Saham adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengkaji dan menganalisis seberapa besar Pengaruh Earning Per share terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2) Untuk mengkaji dan menganalisis seberapa besar Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka
2.1.1
Pengertian Earning Per Share (EPS)Menurut Irham Fahmi (2012:96) menyatakan bahwa:
“Earning Per Share merupakan bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para
pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki”.
Cara menghitung Earning Per Share (EPS) Menurut Tandelilin (2012:375):
terjadi penurunan daya beli uang”.
Inflasi ini dihitung dengan menggunakan pendekatan indeks harga konsumen (IHK). IHK
merupakan indikator yang digunakan oleh pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia. Badan
Pusat Statistik selaku badan pemerintah yang bertugas mengeluarkan laporan IHK tiap bulannya.
Indeks Harga Konsumen (IHK) dihitung menggunakan rumus:
100
IHKt = Indeks Harga Konsumen periode t.
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen periode t-1
*) Sumber : Bank Indonesia
2.1.3 Pengertian Harga Saham
Menurut Eduardus (2010:341) Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor
terhadap faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro suatu negara
Dalam perdagangan saham, Earning Per Share sangat berpengaruh terhadap harga saham. Semakin tinggi EPS maka akan semakin mahal suatu saham dan sebaliknya.
2.2.2 Pengaruh Inflasi Terhadap Harga Saham
Menurut Samsul (2006:201) Inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar.
Sementara inflasi yang rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi yang sangat lamban
dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban.
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011 : 64) dikatakan bahwa:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan”.
Berdasarkan identifikasi dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya,maka
terdapat hipotesis penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:
H
1 : Earnings Per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham.
H2 : Inflasi berpengaruh terhadap harga saham.
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya
Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Earnings Per Share
(X1)
earning per share adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilkakukannya. Menurut Kasmir (2010:116)
��� =Jumlah rata − rata lembar saham beredar Laba bersih setelah bunga dan pajak
*) Menurut Tandelilin (2012:375)
IHKt = Indeks Harga Konsumen periode t. IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen periode t-1 *) Sumber : Bank Indonesia
Rasio
Harga saham (Y)
“Harga saham merupakan
cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor
earning, aliran kas, dan tingkat
return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro suatu negara serta kondisi ekonomi
global.”
Menurut Eduardus (2010:341)
Harga saham yang digunakan merupakan harga saham penutupan (closing price)
Jogiyanto (2003:108)
Model thitung ttabel Sig. Keterangan Kesimpulan
X1→ Y 5,562 2,045 0,000 0,05 Ho ditolak Signifikan
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai thitung = 5,562 > 2,045 (ttabel). Secara visual, nilai thitung dan ttabel akan tampak seperti berikut:
Gambar4.5
Kurva Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham
Pada gambar kurva pengujian hipotesis parsial di atas, dapat dilihat bahwa nilai
thitung = 5,562 berada didaerah penolakan Ho (thitung > ttabel) sehingga sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis adalah menolak Ho dan menerima Ha yang menunjukan bahwa secara
parsial earning per share berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Tabel 4 . 2 Uji t (Parsial) Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham
Model thitung ttabel Sig. Keterangan Kesimpulan
X2→ Y -0,416 -2,045 0,681 0,05 Ho diterima Tidak Signifikan
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Daerah penolakan Ho
thitung 5,562 Daerah Penerimaan Ho
0 Daerah penolakan
Ho
Gambar 4 . 1
Kurva Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham
Pada gambar kurva pengujian hipotesis parsial di atas, dapat dilihat bahwa nilai thitung =
-0,416 berada didaerah penerimaan Ho (-thitung > -ttabel) sehingga sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis adalah menerima Ho dan menolak Ha yang menunjukan bahwa secara
parsial inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Earning per share berpengaruh terhadap harga saham. Earning Per Share (EPS) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia cenderung mengalami
peningkatan, disebabkan perusahaan perbankan memiliki pertumbuhan laba bersih saham Daerah
penolakan Ho
thitung -0,416
Daerah Penerimaan Ho
0 Daerah
penolakan Ho
beberapa periode, disebabkan terjadinya peristiwa penting yang mempengaruhi stabilitas
perekonomian Indonesia seperti krisis global dan krisis Eropa yang menyebabkan
peningkatan pada harga komoditi internasional, pangan dan energi dunia. Harga saham
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tertentu
cenderung mengalami peningkatan, disebabkan kinerja perusahaan yang baik, serta
perubahan-perubahan positif yang terjadi baik di bidang politik, ekonomi, moneter,
sehingga investor tertarik membeli atau menyimpan dananya dalam bentuk saham.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan yang telah dikemukakan dalam penelitian
ini, penulis memberikan saran dengan harapan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi pihak
yang terkait :
1) Bagi Investor yang ingin melakukan investasi saham, sebaiknya terlebih dahulu melihat
kinerja perusahaan yang bisa dilihat dari laporan keuangan tahunan berupa dividen, laba
per lembar saham, dan harga saham. Keadaan ekonomi negara juga perlu diperhatikan
seperti suku bunga dan inflasi. Investor harus mengetahui waktu yang tepat untuk
berinvestasi saham, sehingga investor akan mendapatkan keuntungan dari investasinya
tersebut. Serta memperhatikan faktor fundamental yang mencerminkan kinerja perusahaan
yang dapat dilihat melalui laporan keuangan dan faktor lain berupa kondisi pasar di bursa.
Serta perubahan-perubahan yang terjadi baik di bidang politik, ekonomi, moneter, dan
2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan periode yang lebih
panjang, tempat penelitian yang berbeda dan jumlah populasi atau sampel yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin Hendy M. 2012. Pasar Modal di Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta Salemba Empat.
Gujarati, Damodar. N., 2003, Ekonomtrika Dasar, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Irham. 2011. Manajemen Teori, Kasus dan Solusi. Bandung :ALFABETA. Irham Fahmi. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta
Jogiyanto, S.H.2003. Teori Portofolio dan Analisa Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Karim, Adiwarman. 2010. Bank Islam: analisis fiqih dan keuangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Kasmir, 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan ke-2. Jakarta:Kencana. Samsul, Mohamad, 2006, Pasar Modal & Manajemen Portofolio, Erlangga: Jakarta
Sawidji Widoatmodjo. 2008. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Edisi Revisi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Suad Husnan,. 2001. Dasar-Dasar TeoriPortofolio Dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta : AMP YPKN.
Suad Husnan. (2005) Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Tandelilin, Eduardus, 2010, Portofolio dan Investasi teori dan aplikasi, Edisi Pertama, KANISIUS, Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2012. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
iv
There are many factor that influenced the stock price of a company. Earning per share and inflation is the significance factor. The problem that happen on banking company is when the earning per share and inflation is growing, the stock price of company is down.
The purpose of this study was to determine how much influence the Earning Per Share to Stock Price in Banking BUMN companies listed on the Indonesia Stock Exchange on period 2007-2014.
The method used in this study is descriptive and verification analysis. The test statistic used in multiple regression. The population in this research is Banking BUMN companies listed on the Indonesia Stock Exchange on period 2007-2014 in 4 quantity company.
The technique to assemble sample is saturated sampling because it used all population to determine the sample. Based on this sampling technique it has 32 sample for fiancial report.
The results of hypothesis testing in this study indicate that (1) changes in Earning Per Share has significant influence and is positive on Stock Price in Banking BUMN companies listed on the Indonesia Stock Exchange, (2) changes have the Inflation is negative influence and not significant on Stock Price in the Banking BUMN companies listed on the Indonesia Stock Exchange.
iii
Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2014)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham suatu perusahaan. Laba bersih per lembar saham dan inflasi menjadi faktor yang mempengaruhinya. Masalah yang terjadi pada Perusahaan Perbankan adalah disaat
Earning Per Share dan Inflasi naik, harga saham perusahaan justru mengalami penurunan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Earning Per Share
dan Inflasi terhadap Harga saham pada perusahaan Perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2014.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Uji statistik yang digunakan dalam analisis regresi linier berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2014 sebanyak 4 perusahaan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh karena menggunakan semua populasi dalam penentuan sampelnya. Berdasarkan teknik
sampling tersebut diperoleh sampel sebanyak 32 laporan keuangan.
Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa (1) perubahan Earning Per Share berpengaruh signifikan dan positif terhadap Harga Sahampada perusahaan Perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (2) perubahan Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan Perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
14
HIPOTESIS
2.1.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Earnings Per share
2.1.1.1.Pengertian Earnings Per share
Pengertian Earning per Share menurut Irham Fahmi (2012:96) menyatakan bahwa bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham
dari setiap lembar saham yang dimiliki.
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:154), earning per share
merupakan:
Rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Makin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena makin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham.
Sedangkan Earning Per Share (EPS) Menurut Kasmir (2010:116) mengatakan bahwa:
Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa Earning Ser Share
(EPS) sebuah ukuran atas keuntungan perlembar saham dengan rasio tertentu yang
mana didistribusikan kepada para pemegang saham.
2.1.1.2.Kegunaan Earning Per Share (EPS)
Bagi para investor informasi EPS dapat menggambarkan prospek earning
perusahaan di masa depan (Tandelilin,2010:365). Laba Per lembar saham juga
dapat digunakan sebagai suatu ukuran secara luas dalam penaksiran nilai saham
biasa oleh manajemen maupun pemegang saham selain itu EPS juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi kinerja operasi dan profitabilitas suatu perusahaan
(Wild,2008:472).
2.1.1.3.Faktor yang mempengaruhi Earning Per Share (EPS)
Adapun faktor – faktor yang dapat mempengaruhi Earning Per share adalah 1) Penggunaan hutang
Menurut Brigham dan Houston yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar
Yulianto (2009 : 19) bahwa “Perubahan dalam penggunaan hutang akan
mengakibatkan perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena itu, juga
mengakibatkan perubahan harga saham”. Dari penjelasan tersebut terlihat
bahwa perubahan penggunaan hutang, merupakan faktor yang
2) Laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Menurut Sutrisno (2009 : 255) “Dalam memilih alternatif sumber dananya
tersebut, perlu diketahui pada tingkat profit sebelum bunga dan pajak
(EBIT=Earning Before Interest and Tax) apabila dibelanjai dengan modal
sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang sama”.
Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa laba bersih sebelum bunga
dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya laba per lembar
saham.
2.1.1.4.Faktor-faktor Penyebab Kenaikan dan Penurunan Earning Per Share (EPS)
Menurut Brigham dan Houston (2009:23), faktor-faktor penyebab kenaikan
dan penurunan Earning Per Share (EPS) adalah :
Faktor penyebab kenaikan Earning Per Share (EPS) :
1) Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
2) Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
3) Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
4) Persentase kenaikan laba bersih lebih besar dari pada persentase kenaikan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5) Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar
Penurunan Earning Per Share (EPS) dapat disebabkan karena : 1) Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik
2) Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
3) Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
4) Persentase penurunan laba bersih lebih besar dari pada persentase
penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5) Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar
dari pada persentase kenaikan laba bersih.
2.1.1.5.Perhitungan Earning Per share
Earning Per Share atau pendapatan perlembar saham adalah pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham
yang dimiliki. Besarnya laba per lembar saham (EPS) suatu perusahaan bisa
diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan (Fahmi, 2012:96). Menurut
Tandelilin (2012:375) Earning Per Share dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
��� = Jumlah rata − rata lembar saham beredar Laba bersih setelah bunga dan pajak
Disamping rumus tersebut diatas, Menurut Darmadji & Fakhrudin (2012
:154), Earning Per Share (EPS) juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa earning per share dapat diketahui dengan membandingkan jumlah laba bersih dengan jumlah rata-rata
perlembar saham yang beredar di pasar.
2.1.2. Inflasi
2.1.2.1.Pengertian Inflasi
Menurut Tandelilin (2012:324), inflasi merupakan kecenderungan
terjadinya peningkatan harga produk-produk keseluruhan terjadi penurunan daya
beli uang. Karim (2010:135), Inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa
secara umum selama satu periode tertentu. Sedangkan menurut Irham (2011:67),
pengertian inflasi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan
kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami
pelemahan.
Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa Inflasi merupakan
penurunan daya beli uang yang menyebabkan naiknya harga barang dan jasa pada
periode tertentu yang menyebabkan melemahnya mata uang.
2.1.2.2. Macam-macam Inflasi
Macam-macam inflasi menurut Irham (2011:68) :
A. Berdasarkan area timbulnya:
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Terjadi karena faktor situasi dan kondisi yang terjadi di dalamnegeri,
seperti karena kebijakan pemerintah yang mengeluarkan deregulasi
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).
Disebutkan oleh faktor situasi dan kondisi yang terjadi diluar
negeri,seperti terjadinya goncangan ekonomi di Amerika serikat yang
berpengaruh pada naiknya berbagai barang yang berasal dari sana.
B. Berdasarkan Penyebab dari inflasi:
1. Structural Inflation (inflasi struktural)
Inflasi yang ditimbulkan oleh bertambahnya volume uang tetapi karena
pergeseran struktur ekonomi, yaitu pergerakan faktor-faktor produksi
dari sektor non-industri ke sektor industri.
2. Cost Push Inflation (inflasi desakan biaya)
Inflasi ini timbul disebabkan oleh kebijakan perusahaan yang menaikan
harga barang dagangannya karena implikasi dari kenaikan biaya
internal seperti kenaikan upah buruh, suku bunga, atau juga karena
mengharapkan memperoleh laba yang tinggi.
3. Demand Full Inflation (desakan permintaan)
Inflasi yang timbul karena didorong oleh biaya atau inflasi lain, seperti
faktor kenaikan pendapatan masyarakat atau juga disebabkan oleh
ketakutan terhadap kenaikan harga yang terus-menerus sehingga
masyarakat memborong barang. inflasi seperti itu juga disebut dengan
inflasi yang timbul karena dorongan permintaan.
C. Berdasarkan skala penilaian inflasi:
1. Inflasi ringan (<10% pertahun)
3. Inflasi berat (30-100% pertahun)
4. Hiperinflasi(>100% pertahun)
2.1.2.3. Sebab-Sebab Terjadinya Inflasi
Menurut Sadono Sukirno (2004:14) di negara industri pada umumnya
bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut:
1) Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan
perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa. Keinginan
untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan mendorong para
konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya,
para pengusaha akan mencoba menahan barangnya dan hanya menjual
kepada pembelipembeli yang bersedia membayar pada harga yang lebih
tinggi. Kedua kecenderungan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga.
2) Pekerja-pekerja di berbagai kegiatan ekonomi yang menuntut kenaikan
upah. Apabila para pengusaha mulai menghadapi kesukaran dalam mencari
tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-pekerja yang ada
akan mendorong untuk menuntut kenaikan upah. Apabila tuntutan kenaikan
upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari
berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan
biaya produksi tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikan
harga-harga barang mereka. Selain hal yang telah dikemukakan diatas,
kondisi yang memungkinkan terjadinya inflasi, yaitu terjadi kelebihan
moneter,inflasi terjadi karena adanya kelebihan jumlah uang yang beredar.
Hal ini menyebabkan masyarakat akan.
2.1.2.4 Tingkatan Inflasi
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:385-386), Seperti halnya
penyakit, inflasi menunjukan berbagai tingkat kepelikan. Penting untuk
mengklasifikasikannya ke dalam tiga kategori : Inflasi Rendah, Inflasi yang
Melambung, dan Hiperinflasi.
1. Inflasi Rendah
Inflasi Rendah dicirikan oleh harga naik perlahan-lahan dan dapat
diramalkan. Kita dapat mendefinisikannya sebagai tingkat inflasi tahunan
dengan digit tunggal. Ketika harga relatif stabil, “orang-orang mempercayai
uang” karena uang mempertahankan nilainya dari bulan ke bulan dan dari
tahun ke tahun.
2. Inflasi Melambung
Inflasi dalam cakupan digit ganda atau trple misalnya 20, 100, atau 200
persen per tahun disebut “Inflasi yang Melambung”. Ketika inflasi yang
melambung menjadi berakar, distorsi ekonomi serius timbul. Umumnya,
kebanyakan kontrak diindekskan ke “Indeks Harga” atau ke mata uang asing
seperti Dollar. Pada kondisi ini, uang kehilangan nilainya dengan cepat,
sehingga orang-orang hanya memegang jumlah uang yang sangat minim
yang dibutuhkan untuk transaksi sehari-hari. Pasar finansial bertambah
membeli rumah, dan tidak akan meminjamkan uang dangan suku bunga
nominal yang rendah.
3. Hiperinflasi
Ketika ekonomi nampak selamat dari inflasi yang melambung, ketegangan
ketiga dan yang mematikan mengambil alih ketika kanker hiperinflasi.
Penelitian-peneliatian menemukan beberapa keistimewaan umum pada
hiperinflasi. Pertama, stok uang nyata (diukur dengan stok uang dibagi oleh
tingkat harga) menurun dengan drastis. Kedua, harga relatif menjadi sangat
tidak stabil, dibawah kondisi yang normal, upah nyata seseorang bergerak
hanya satu persen atau kurang dari bulan ke bulan, namun dalam kondisi
hiperinflasi berubah dengan rata-rata sepertiga (ke atas atau ke bawah)
setiap bulannya.
2.1.2.4. Perhitungan Inflasi
Menurut Tandelilin (2012:324), inflasi merupakan kecenderungan
terjadinya peningkatan harga produk-produk keseluruhan terjadi penurunan daya
beli uang.
Inflasi ini dihitung dengan menggunakan pendekatan indeks harga
konsumen (IHK). IHK merupakan indikator yang digunakan oleh pemerintah untuk
mengukur inflasi di Indonesia. Badan Pusat Statistik selaku badan pemerintah yang
bertugas mengeluarkan laporan IHK tiap bulannya. Indeks Harga Konsumen (IHK)
100
IHKt = Indeks Harga Konsumen periode t.
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen periode t-1 *) Sumber : Bank Indonesia
2.1.2.5. Dampak Inflasi
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam
perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa
dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengganguran menunjukan
bahwa inflasi dapat menurunkan tingkat pngganguran, atau inflasi dapat dijadikan
salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian negara, dan lain sebagainya.
Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negative maupun positif dari
inflasi adalah sebagai berikut:
1) Bila harga barang secara umum naik terus menerus maka masyarakat akan
panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada
masyarakat yang berkelebihan uang memborong barang sementara yang
kekurangan uang tidak bisa membeli barang, akibatnya negara rentan
terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkan.
2) Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutupnya atau bankrupt, atau rendahnya investasi yang tersedia.
3) Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga dipasaran,
sehingga harga akan terus naik.
4) Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya pemupukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyaraktnya dekat dengan sumber
produksi dan yang masyaraktanya banyak uang.
5) Bila inflasi berkepanjangan maka produsen banyak yang bangkrut karena
produknya relatif akan semakin mahalsemakin mahal sehingga tidak ada
yang mampu membeli.
6) Jurang antara kemiskinan dan kekeayaan masyarakat akan semakin nyata
yang mengarah pada sentiment dan kecemburuan ekonomi yang
dapatberakhir pada penjarahan dan perampasan.
7) Dampak positif dari inflasi adalah bagaimana perusahaan barang-barang
mewah ( High end) yang mana barangnya lebih laku pada saat barangnya semakin tinggi ( masalah prestise)
8) Masyarakat akan semakin relatif dalam mengkonsumsi, produksi, akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan.
9) Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negri
10)Tingkat pengganguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk meakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.
2.1.2.6. Cara Mengatasi Inflasi
Mewujudkan inflasi nol persen “Zero Inflation” secara terus menerus dalam
perekonomian yang berkembang adalah sukar untuk dicapai, oleh sebab itu dalam
jangka panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada
pada tingkat yang sangat rendah.
Menurut Sadono Sukirno (2004:345), dalam mengatasai masalah inflasi
terdapat dua kebijakan, yaitu Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal.
1) Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara
untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menahan inflasi, dan mendorong
usaha pembangunan nasional. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan
suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal
(pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga
stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan
harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Kebijakan moneter dapat dilakukan oleh pemerintah dan Bank
a) Kebijakan moneter langsung yaitu pemerintah langsung campur
tangan dalam hal peredaran uang atau kredit perbankan.
b) Kebijakan moneter tidak langsung dilakukan oleh Bank Sentral
dengan cara mempengaruhi kemampuan bank-bank umum dalam
memberikan kredit.
2) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan
(berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan
moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara
mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama
kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan
komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi
variabel-variabel berikut:
a) Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
b) Pola persebaran sumber daya
c) Distribusi pendapatan
Dengan kebijaksanaan fiskalnya, pemerintah dapat mengusahakan
terhindarnya perekonomian dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan
seperti keadaan dimana banyak pengangguran, inflasi, neraca pembayaran
2.1.3. Saham
Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling
populer. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham ada
dua macam, yaitu saham biasa dan saham preferen (Martalena dan Maya Malinda,
2011 : 12).
Menurut Salim (2010:223) difinisi saham adalah bentuk penyertaan modal
dalam sebuah perusahaan. Ketika kita memiliki saham sebuah perusahaan maka
bisa dikatakan kita memiliki perusahaan tersebut sebesar persentase tertentu sesuai
dengan jumlah lembar saham yang kita miliki.
Sedangkan menurut Athanasius (2012 : 14), saham adalah surat berharga
yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu
perusahaan. Saham terdiri dari 2 jenis yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham
biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan yang menanggung resiko dan
mendapatkan keuntungan dari perolehan dividen yang lebih besar apabila kondisi
perusahaan baik dibandingkan pemegang saham preferen. Sedangkan saham
preferen mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran dividen dibanding saham
biasa. Pemegang saham preferen ini memperoleh hal untuk memperoleh dividen
yang tetap setiap tahunnya.
Berdasarkan pengertian diatas, saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang
surat berharga tersebut. Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan,
sehingga para pemegang saham berhak menentukan arah kebijaksanaan perusahaan
lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham juga berhak
memperoleh dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang
saham pun turut menanggung risiko sebesar saham yang dimiliki apabila
perusahaan tersebut bangkrut.
2.1.3.1. Jenis-Jenis Saham
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:6-7) jenis-jenis saham
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Jenis saham dilihat dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim
dibedakan menjadi:
a) Saham biasa: saham yang menampatkan pemiliknya paling
yuniorterhadap pembagian dividen, hak atas kekayaan perusahaan
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b) Saham preferen: saham yang memiliki karakteristik gabungan
antaraobligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan
tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan
hasilseperti yang dikehendaki investor. Saham preferen dipandang
sebagaisurat berharga dengan pendapatan tetap.
2) Jenis saham dilihat dari segi cara peralihannya dibedakan menjadi:
a) Saham atas unjuk: pada saham tersebut tidak tertulis nama
pemiliknyaagar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor
dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam
rapatumum pemegang saham.
b) Saham atas nama: merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapanama
pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3) Jenis saham dilihat dari segi kinerja perdagangan dibedakan menjadi:
a) Blue-Chip Stock: saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki
pendapatanyang stabil dan konsisten dalam mebayar dividen.
b) Income Stock: saham dari suatu emitmen yang memiliki kemampuan
membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan
pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan
pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen
tunai. Emiten ini tidak suka menelan laba dantidak mementingkan
potensi pertumbuhan harga saham.
c) Growth Stock: saham-saham dari emiten yang memilki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stocks yaitu
saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namunmemiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari
daerahdan kurang populer di kalangan emiten.
mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang,
meskipun belum pasti.
e) Counter Cyclical Stock: saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi
ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu
memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten
dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten ini
biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan
masyarakat seperti rokok dan consumer goods.
2.1.3.2. Harga saham
Harga saham merupakan nilai pasar dari selembar saham sebuah perusahaan
atau emiten pada waktu tertentu. Harga saham terbentuk dari interaksi kinerja
perusahaan dengan situasi pasar yang terjadi di pasar sekunder.
Menurut Eduardus (2010:341) pengertian harga saham adalah sebagai
berikut :
Harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro suatu negara serta kondisi ekonomi global.
Menurut Wira(2011:7) pengertian harga saham adalah sebagai berikut:
tinggi akan memberikan return bagi para investor berupa capital gain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap citra perusahaan.
Sedangkan Pengertian harga saham menurut Darmadji & Fakhrudin
(2012:102) adalah:
Harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham bisa berubah naik atau pun turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Ia dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena tergantung dengan permintaan dan penawaran antara pembeli saham dengan penjual saham.
Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan
aliran kas dari investor dengan tujuan mendapatkan return investor yang dapat berubah sesuai dengan harga permintaan dan penawaran.
2.1.3.3. Penilaian Harga Saham
Menurut Darmadji dan Fakhrudi (2012 :102) “Harga saham merupakan
harga yang tejadi di bursa pada waktu tertentu . Harga saham bisa berubah naik atau
pun turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Ia dapat berubah dalam
hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal tersebut
dimungkinkan karena tergantung dengan permintaan dan penawaran antara pembeli
saham dengan penjual saham.”
Menurut Darmadji dan Fakhrudi (2012 :102), selembar saham mempunyai
1) Harga Nominal
Harga nominal merupakan nilai yang tertera pada lembaran surat saham
yang besarnya ditentukan dalam Anggaran Dasar Perusahaan. Harga
nominal sebagian besar merupakan harga dugaan yang rendah, yang secara
arbitrer dikenakan atas saham perusahaan. Harga ini berguna untuk
menentukan harga “saham biasa yang dikeluarkan”. Besarnya harga
nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya
ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2) Harga Perdana
Harga ini merupakan harga yang dicatat pada bursa efek. Harga saham pada
pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa harga saham emiten itu
akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
3) Harga Pasar
Harga ini merupakan harga yang ditetapkan di bursa efek bagi saham
perusahaan publik atau estimasi harga untuk perusahaan yang tidak
memiliki saham. Dalam bursa saham, angka ini berubah setiap hari sebagai
respon terhadap hasil aktual atau yang diantisipasi dan sentimen pasar
secara keseluruhan atau sektoral sebagaimana tercermin dalam indeks bursa
saham. Hal itu juga menunjukkan bahwa tujuan utama manajemen adalah
menjamin harga sebaik mungkin dalam kondisi apapun.
Menurut Irham Fahmi (2012:87) ada beberapa kondisi dan situasi yang
a) Kondisi mikro dan makro ekonomi;
b) Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan
usaha), seperti membuka kantor cabang (branch office), kantor cabang pembantu (sub branch office) baik yang dibuka di domestic maupun luar
negeri;
c) Pergantian direksi secara tiba-tiba;
d) Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tidnk pidana
dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan;
e) Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya
f) Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh
dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat;
g) Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal
jual beli saham.
Untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan
dasar yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal menurut Darmadji &
Fakhrudin (2012:149) adalah sebagai berikut:
1) Analisis Fundamental, merupakan salah satu cara untuk melakukan
penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator
yang terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu
perusahaan hingga berbagai indikator keuangan dan manajemen
yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi
nilai suatu saham. Beberapa data atau indicator yang umum digunakan,
antara lain: pendapatan laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau
pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit margin),
dan data-data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja
perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang.
2) Analisis Teknikal, merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
penilaian saham, dimana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi
saham berbasis pada data-data statitsitk yang dihasilkan dari aktivitas
perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi. Dengan
berbagai grafik yang ada serta pola-pola grafik yang terbentuk, analisis
teknikal mencoba memprediksi arah pergerakan harga saham ke depan.
Analisis teknikal atau sering disebut chartist percaya bahwa perkembangan atau kinerja saham dan pasar di masa lalu merupakan cerminan kinerja ke
depan. Dengan perkataan lain, mereka percaya “sejarah akan berulang
kembali”.
Tetapi menurut Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2003:65) menyatakan
bahwa analisis fundamental mengandung kelemahan diantaranya :
1) Informasi dan analisis yang digunakan mempunyai kemungkinan tidak
tepat;
2) Estimasi nilai bisa salah karena harapan atau ekspansi dimana yang akan
datang tidak bisa dibuktikan pada saat sekarang dengan kata lain
3) Pasar yang mempunyai kemungkinan tidak memperbaiki kesalahan dan
akibatnya tidak mencapai nilai yang ditaksirkan;
4) Pertumbuhan tidak memberikan arti yang sama setiap saat.
Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value)
suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini
(current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Menurut Suad Husnan
(2001:288) pedoman tersebut yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1) Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued
(harganya terlalu rendah), dan karenanya seharusnya dibeli atau ditahan
apabila saham tersebut dimiliki.
2) Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued
(harganya terlalu mahal), dan karenanya harus dijual.
3) Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar
harganya dan berada dalam kondisi seimbang.
2.1.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham
Harga saham perusahaan go public selalu berfluktuasi naik dan turun, dan
hal inilah yang menjadi daya tarik para investor melakukan investasi, karena
disamping dividen yang diperoleh, juga dimungkinkan untuk memperoleh capital
gain dari fluktuasi tersebut. Banyak investor yang bingung dan panik, karena fluktuasi harga saham dalam hitungan hari atau jam dapat turun drastis, walaupun
Beberapa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi fluktuasi harga saham
suatu perusahaan, antara lain (Mangasa Simatupang, 2010:71) :
1. Perkiraan performa perusahaan
Pada intinya investasi yang sering dilakukan pada investor terhadap
saham-saham perusahaan go public adalah membeli prospek perusahaan, prospek perusahaan tersebut dapat berubah setiap saat, tergantung dari banyak
faktor. Adapun faktor-faktor perkiraan perubahan performa perusahaan
yang dominan mempengaruhi harga saham di bursa yang meliputi perkiraan
tingkat laba.
2. Kebijakan korporasi yang dilakukan perusahaan
Kebijakan korporasi akan mengubah komposisi jumlah saham dan akan
sangat berpengaruh mendorong timbulnya perubahan harga saham
perusahaan. Contoh kebijakan korporasi antara lain right issue (penawaran terbatas), stock split (pemecahan saham), pembagian saham bonus, merger,
akuisisi, divestasi dan investasi.
3. Kebijakan pemerintah
Setiap adanya rencana kebijakan pemerintah baik yang bersifat wacana
ataupun resmi seperti pajak perseroan, ekspor-impor, perijinan, penanganan
limbah industri, dan lingkungan hidup serta kebijakan lainnya, akan
berpengaruh sangat besar terhadap harga saham perusahaan go public baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kondisi ekonomi yang tidak stabil, seperti tingginya tingkat inflasi,
pangangguran yang tinggi, menurunnya aktivitas ekonomi, fluktuasi nilai
mata uang, tingkat suku bunga perbankan serta tidak stabilnya keadaan
politik dan keamanan suatu negara dipastikan juga akan berpengaruh
langsung terhadap pergerakan transaksi perdagangan saham di bursa efek.
Indonesia sebagai negara berkembang yang ekonominya masih rentan dan
sensitif terhadap pengaruh yang datangnya dari luar negeri, dan dalam
negeri terkait dengan isu-isu politik dan keamanan.
5. Rumor dan sentimen pasar
Rumor dan sentimen pasar terhadap saham perusahaan yang
diperdagangkan di bursa efek adalah sesuatu hal yang lumrah, misalnya
pemberitaan adanya penyelewengan keuangan yang dilakukan direksi,
penggelapan pajak dan perdagangan yang dilakukan orang dalam (insider trading) dan lain-lain. Semua rumor dan sentiment tersebut dapat muncul
kapan saja kepada setiap perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di
bursa efek dapat bepengaruh sangat besar terhadap merosotnya harga saham
perusahaan, atau sebaliknya meningkatnya harga saham secara tajam dalam
waktu seketika.
Faktor-faktor tersebut paling dominan mempengaruhi harga saham
perusahaan go public, dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham. Investor dapat secara cermat memilih saham yang akan
2.1.4. Kerangka Pemikiran
2.1.4.1. Pengaruh Earnings Per share terhadap harga saham
Widoatmodjo (2008:102) Dalam perdagangan saham, Earning Per Share
sangat berpengaruh terhadap harga saham. Semakin tinggi EPS maka akan semakin
mahal suatu saham dan sebaliknya.
Kasmir (2012:207) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai EPS, maka
semakin besar keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham sehingga
berpengaruh terhadap harga saham.
Stice dan Skousen (2005:647), terdapat hubungan yang signifikan antara
perubahan earning dan perubahan saham. Apabila EPS tinggi, investor menganggap
perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, karena
investor percaya bahwa nilai suatu saham akan bergantung pada kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba setiap lembar saham. Apabila EPS yang
dihasilkan sesuai dengan harapan investor, maka keinginan investor untuk
menanamkan modalnya juga meningkat dan akan meningkatkan harga saham
seiring dengan tingginya permintaan akan saham.
Husnan (2001: 317) menyatakan tingkat profitabilitas akan mempengaruhi tingkat harga saham. Hal tersebut dikarenakan apabila perusahaan mampu
meningkatkan laba untuk tiap lembar sahamnya, maka investor menganggap bahwa
perusahaan mampu memberikan dividen per lembar saham yang besar pula. Hal ini
akan menambah tingkat kepercayaan investor terhadap emiten. Kepercayaan
emiten. Permintaan saham emiten yang meningkat, mengakibatkan harga saham
juga akan meningkat.
Ni Putu Nova Eka Yanti dan I Ketut Suryanawa (2013) dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Earnings Per Share terhadap harga saham dengan
dividend Per Sharesebagai variabel moderasi” menyimpulkan bahwa Earning Per
Share dengan harga Saham memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Penelitian tersebut sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Putu
Dina Aristya Dewi dan I.G.N.A. Surya (2013), Ellen Rusliati dan Galih Prasetyo
(2011) yang menyebutkan bahwa EPS berpengaruh signifikan positif bagi harga
saham.
Sedangkan menurut Muhammad Hanif and Zulfiqar Ali Shah (2011) dalam
penelitiannya Capital Assets Pricing on KSE-Pakistan and Fundamental Values: An
Analysis of FCF and EPS menyatakan bahwa Free cash flow discouting model and
equity and to document the impact of free cash flows to equity (FCFE) amd earning
per share on stock price. Earning Per Share (EPS) displayed a strong positif
relationship with market price. Yang artinya, earning per share berpengaruh positif
terhadap harga saham.
Berdasarkan teori diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa apabila
semakin tinggi EPS maka harga saham akan mengalami kenaikan yang akan
meningkatkan harga saham.
2.1.4.2. Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang
produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga
cenderung mengalami kenaikan. Inflasi dapat meningkatkan pendapatan dan biaya
perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari permintaan harga
yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun
maka perlahan-lahan kinerja perusahaan juga ikut menurun. Akibatnya minat
investor terhadap saham perusahaan tersebut kurang disukai dan jika minat investor
turun maka harga saham juga berimbas akan turun juga Tandelilin ( 2012:343).
Tajul Khalwaty(2000; 283)menyatakan tentang pengaruh inflasi terhadap
harga saham bahwa inflasi tidak hanya terjadi sebagai akibat dari fenomena
ekonomi, tetapi juga merupakan akibat dari fenomena politik. Keguncangan politik
suatu negara akan mempengaruhi harga saham.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara
inflasi terhadap harga saham di mana hubungan ini berkorelasi negatif. Jika
semakin tinggi tingkat inflasi yang terjadi maka harga saham suatu perusahaan akan
turun, begitu juga sebaliknya, jika tingkat inflasi semakin rendah, maka harga
saham suatu perusahaan akan naik.
Samsul (2006:201) Inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di
pasar. Sementara inflasi yang rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi yang
sangat lamban dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban.
Yulia Efni (2009) menyatakan bahwa Inflasi mempunyai pengaruh negatif
terhadap harga saham. Apabila inflasi naik maka harga saham akan mengalami
penurunan, dan apabila inflasi mengalami penurunan maka harga saham akan
Kenaikan tingkat inflasi akan menyebabkan penurunan daya beli uang. Di
samping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang
diperoleh investor dari investasinya. Besarnya pengaruh inflasi juga berpengaruh
terhadap harga saham, ini dikarenakan inflasi bagi ekonomi suatu negara sangat
krusial. Hubungan yang berlawanan antara tingkat inflasi dengan harga saham
terjadi karena ketika ada kenaikan tingkat inflasi akan mendorong investor untuk
menanamkan modalnya dalam bentuk tabungan dan deposito serta meninggalkan
jenis investasi dalam bentuk saham yang dipandang oleh investor beresiko tinggi.
Dampak dari pengalihan investasi ini akan berpengaruh pada melemahnya
permintaan saham sehingga pada gilirannya harga sahampun akan menurun. Hal ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kewal (2012) yang menyatakan
bahwa inflasi berpengaruh terhadap harga saham.
Menurut Daferighe Emmanuel E dan Aje Samuel (2009) dalam
penelitiannya The Impact of Real Gross Domestoc Product, Inflation and Interest
Rates on Stock Prices of Quoted Companiesin Nigeria bahwa Secara simultan Inflasi mempengaruhi harga saham di perusahaan di Nigeria periode 1997-2006.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas maka dapat di rumuskan
paradigma pada gambar sebagai berikut:
Earnings Per Share
(X1)
- Irham Fahmi (2012:96
- Darmadji dan Fakhrudin (2012:154)
2.1.5. Hipotesis
Setelah adanya kerangka pemikiran maka diperlukan pengujian hipotesis
untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:110) mengatakan bahwa pengertian
hipotesis penelitian adalah :
“Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul”.
Menurut Sugiyono (2011 : 64) mengatakan bahwa pengertian hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pernyataan”.
Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara
yang diungkapkan dalam pernyataan yang dapat diuji dan merupakan jawaban
sementara dari rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya.
-Tandelilin(2012:343) -Samsul(2006:201) -Tajul Khalwaty (2000; 283)
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis mencoba
merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian
sebagai berikut:
H
1 : Earnings Per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham.
44
3.1 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:2), Metode penelitian adalah:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis”.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian
yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka) dengan
menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan
antara variable yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan
memperjelas gambaran mengenai objek yang di teliti.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2010:147) adalah sebagai
berikut:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Sedangkan menurut Juliansyah Noor (2012:34) menyatakan bahwa metode
deskriptif merupakan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa metode deskriptif merupakan
gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi di saat sekarang kemudian ditarik
kesimpulannya.
Menurut Arikunto (2010:4), menjelaskan bahwa metode verifikatif pada
dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis melalui pengumpulan data
di lapangan.
Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008:45) dalam Umi
Narimawati dkk. (2010:29) menyatakan bahwa:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan ditempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan metode penelitian verifikatif
digunakan untuk menguji kebenaran teori dan hipotesis yang telah dikemukakan
para ahli mengenai keterkaitan antara earning per share, Inflasi dan harga saham.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Adapun pengertian
pengertian penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2010:130) menyatakan bahwa:
”Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X1
(Earning Per Share) X2 (Inflasi) terhadap Y (Harga Saham). Verifikatif berarti
3.2 Operasionalisasi Variabel
Menurut Sugiyono (2010:58) pengertian operasional variabel adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
Adapun pengertian variabel penelitian menurut Sugiyono (2010:38) adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, atau objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan konsep, indikator,
ukuran serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga
pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar, adapun
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Variabel Bebas/Independen (X1 dan X2)
Dalam hal ini variabel bebas akan berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti adalah variabel X1 adalah Earning Per Share dan X2 adalah Inflasi.Dalam operasionalisasinya variabel ini semua variabel ini di ukur
oleh rasio.
2) Variabel Tidak Bebas/Dependen (Y)
Dalam hal ini variabel yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
Operasionalisasi variabel dalam penelitian tentang pengaruh Earning Per Share dan Inflasi terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia akan dijelaskan dalam tabel 3.1
Tabel 3 . 1 Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Earnings Per Share
(X1)
earning per share adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilkakukannya. Menurut Kasmir (2010:116)
��� =Jumlah rata − rata lembar saham beredar Laba bersih setelah bunga dan pajak
*) Menurut Tandelilin (2012:375)
IHKt = Indeks Harga Konsumen periode t. IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen periode t-1 *) Sumber : Bank Indonesia
Rasio
Harga saham (Y)
“Harga saham merupakan
cerminan dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor
earning, aliran kas, dan tingkat
return yang disyaratkan investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro suatu negara serta kondisi ekonomi
global.”
Menurut Eduardus (2010:341)
Harga saham yang digunakan merupakan harga saham penutupan (closing price)
Jogiyanto (2003:108)
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data
Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mempelajari literatur atau
dokumen yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan yang diteliti.
Adapun menurut Sugiyono (2012: 193), “sumber sekunder merupakan sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen.”
Data sekunder berupa bukti, catatan maupun dokumen yang telah tersusun
dengan rapi dalam arsip yang dipublikasikan.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Pada tahap ini, penulis berusaha untuk memperoleh berbagai informasi
sebanyak-banyaknya untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan untuk
mengolah data dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan
mengkaji literatur-literatur berupa buku, jurnal, makalah maupun
penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2) Penelitian Lapangan (Field Research)
Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang diperoleh dengan cara
dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat data yang
yang dimiliki perusahaan yang terkait dengan laporan keuangan
perusahaan, Earning per Share, Inflasi, Harga Saham serta
informasi-informasi lain yang diperlukan.
3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta waktu penelitia 3.4.1 Populasi
Populasi penelitian merupakan sekumpulan objek yang ditentukan melalui
suatu kriteria tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek tersebut bisa
termasuk orang, dokumen atau catatan yang di pandang sebagai objek penelitian.
Menurut Margono (2010:118),”Populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”. Sedangkan
menurut Sukmadinata (2011:250) mengemukakan bahwa populasi adalah
“Kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita”.
Menurut Sugiyono (2012:115) pengertian populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa populasi bukan sekedar
jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.
Populasi yang diambil oleh penulis adalah laporan keuangan Perusahaan
Perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 4
2007-2014,sehingga dalam penelitian ini terdapat populasi sebanyak 32 laporan
keuangan. Serta data Inflasi yang diambil dari Bank Indonesia melalui website
(http://bi.co.id/) periode 2007-2014.
Tabel 3 . 2 Populasi Penelitian
Laporan Keuangan Perbankan (BUMN) yang Terdaftar di BEI
No Kode Emiten Nama Laporan Keuangan Bank
1 BBNI Laporan Keuangan Bank Negara
Indonesia (persero) Tbk
2 BBRI Laporan Keuangan Bank Rakyat
Indonesia (persero) Tbk
3 BBTN Laporan Keuangan Bank Tabungan
Negara (persero) Tbk
4 BMRI Laporan Keuangan Bank Mandiri
(persero) Tbk
3.4.2 Penarikan Sample
Pengertian Sampel menurut Sugiyono (2012:116) adalah “bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
“Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling
jenuh karena menggunakan semua populasi dalam penentuan sampelnya”.
“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi sebagai sampel”.
Jumlah Sampel yang dianjurkan dalam suatu penelitian menurut Hair et al
(2006:196), diungkapkan bahwa: In addition to its role in determining statistical power, sample size also affect the generalizability of the result by the ratio of observation to the independent variabels. A general rule is that the ratio should be
never fall bellow 1:15, meaning that five observations are made for each independent variable in the variate.
Berdasarkan teori tersebut, jumlah Sampel minimal dalam penelitian ini
adalah 15x2 Variabel Independent yaitu 30 buah Sampel.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan keuangan 4
Perusahaan Perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2007-2014 yang berjumlah 32 laporan keuangan. Serta data Inflasi yang diambil
dari Bank Indonesia melalui website (http://bi.co.id/) periode 2007-2014.
Dengan demikian sampel yang diambil oleh penulis adalah berupa laporan
keuangan tahunan dari tahun 2007-2014 sebanyak 32 laporan keuangan.
3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Perbankan (BUMN) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2014. Untuk memperoleh data dan
informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan
penelitian yang terkait dengan data laporan keuangan perusahaan Perbankan