• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Perilaku Anak Jalanan di Rumah Singgah Charity Of Children Education”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Perilaku Anak Jalanan di Rumah Singgah Charity Of Children Education”."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

RUMAH SINGGAH CHARITY OF CHILDREN

EDUCATION

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Fitri Handayani

1110011000023

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Jurusan/Fakultas : PAI/Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul : Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Terhadap Perilaku Anak Jalanan di Rumah Singgah Charity Of Children Education

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peranan Pendidikan Agama Islam pada perilaku anak jalana, dan untuk mengetahui Pelaksanan Pembelajaran Agama Islam di rumah singgah Charity Of Children Education. Adapun dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan metode obsevasi, interview, Angket dan dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis, penulis menggunakan teknik analis diskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau wawancara secara lisan dari orang yang terlibat dalam Charity Of Children Education tersebut serta prilaku yang di amati, sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggabarkan secara menyeluruh.

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peranan pendidikan Agama Islam di CCE (Charity Of Children Education) masih kurang berperan terhadap perilaku terpuji anak jalanan, karena hanya sebagian anak jalanan yang menganggap Pendidikan Agama Islam itu penting. Sebagian anak jalanan masih mementingkan pekerjaan mereka di bandingkan dengan pendidikan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor baik yang berasal dari anak jalanan itu sendiri, keluarga, dan guru/pembina anak jalan. Anak jalanan mengerti pentingnya pendidikan, tapi sebagian dari mereka berfikir bahwa pendidikan itu pada ujungnya untuk menghasilkan uang, dan ketika mereka berfikir bahwa menghasilkan uang itu bisa dilakukan tanpa melalui pendidikan, maka kemudian mereka akan menomorduakan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari sikap dan perilaku anak jalanan sehari-hari sebagian anak jalanan mulai melaksanakan tentang apa yang mereka dapat kan dalam pembinaan seperti, berkata sopan santun kepada guru, orang tua, dan orang lain. Sedangkan Pelaksanaaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Charity Of Children Education masih kurang terlaksana, karena waktu yang sangat terbatas, yaitu hanya dua kali pertemuan dalam satu minggu sehingga akan sulit untuk melakukan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Dengan demikian peranan pembelajaran pendidikan Agama Islam masih kurang berperan terhadap perilaku terpuji anak jalanan dan pelaksanan pembelajaran pendidikan Agama Islam masih belum terlaksana dengan baik karena waktu yang sangat terbatas.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah dengan segenap jiwa dan raga penulis panjatkan puji syukur

kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya

sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjul

"Peranan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Perilaku Anak

Jalanan di Rumah Singgah

Charity Of Children Education

.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil membimbing dan menuntun umat-Nya kejalan

yang benar dan di ridhoi Allah SWT, begitu pula bagi segenap keluarga, para sahabat

serta orang-orang yang meneladani dan mengikutinya.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak dapat terlepas dari uluran tangan

berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

yang terhormat :

1. Bapak Jony dan Ibu Unah yang teramat aku sayangi, selaku orang tua yang telah

membesarkan, membimbing, mendidik, membiayai dan mendoakan dalam setiap

langkah aku dengan ketulusan hati serta kasih sayang yang tiada terbatas demi

terselesainya skripsi ini. Dengan tulus dan sabar serta selalu mendoakan

kesuksesan sehingga menjadikan hidupku lebih bermakna. Sungguh sangat

terimakasih untuk segala-galanya. Skripsi ini aku persembahkan untuk kalian.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan

pelayanan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di kampus UIN Jakarta.

(7)

5. Ibu Siti Khadijah, M.A sekaligus pembimbing yang telah tulus ikhlas dan penuh

kesabaran memberikan bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis sehingga

terselesaikannya skripsi ini. Sangat terimakasih.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang budiman, yang telah banyak membantu dan mengukir

penulis dengan ilmu selama menyelesaikan studi di UIN Jakarta.

7. Bapak Asep Roby Sulaiman, selaku pengurus Charity Of Chilfren Education

tempat penulis meneliti hasil dari skripsi ini. Serta Pembina-pembina yang telah

membantu kelancaran penulis dalam meneliti.

8. Nenek Maeni, selaku nenekku yang selalu mendoakan.Terimakasih atas doanya.

9. Yuli Yani, selaku kakak sepupu aku satunya dan adik Sepupu aku

satu-satunya Trisna Sanubari yang selalu mendoakan dan memberisemangat. Aku

sayang kalian.

10.Azwar Fikri, salah satu sahabat terdekataku yang paling spesial yang telah

menyemangati, membantu baik materil maupun spiritual selama belakangan ini.

Sehingga dapat terselesainya studiku dan sampai pada tugas akhir skripsi ini.

Terimakasih sayang.

11.Sahabat-sahabat terdekatku Reni Anggraeni, Eva Fauziyah, Nur Fauziah, Debi

Utami Rizky, Widya Rafika, Maesaroh, Nur Fitriana, yang mengisi hari-hariku

selama dikampus ini dan selalu member semangat serta nasihat selama empat

tahun lebih ini. Sungguh terimakasih buat kalian.

12.Sahabat seperjuangan PAI lainnya yang telah banyak membantu penulis baik

materiil maupun spiritual demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

Terimakasih banyak.

13.Semua pihak yang ikut membantu dan memberikan sumbangan pikiran dalam

(8)

masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang budiman

sangat penulis harapkan demi mendapatkan hasil yang lebih baik di masa yang akan

datang. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya. Sekaligus dapat menambah khazanah pengetahuan untuk

(9)

v LEMBAR PERNYATAAN PENULIS

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI………...v

BAB I: PENDAHULUAN A. LatarBelakang ……… 1

B. IdentifikasiMasalah ……… 5

C. PembatasanMasalah ………... 5

D. PerumusanMasalah ……… 5

E. TujuandanManfaatPenelitian ... 6

BAB II: KAJIAN TEORI A. AnakJalanan ……….……….… 7

B. PengertianPembelajaran………. 12

C. Pendidikan Agama Islam……… 13

D. PengertianPrilaku………... 17

E. KerangkaBerfikir……… 18

F. HasilPenelitian yang Relevan………. 19

(10)

vi

BAB IV: HASIL PENELITIAN

A. ObjekPenelitian ……….……….. 32

B. PenyajiandanAnalisis Data ………...37

C. Analisa Data ………. 42

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ………..… 51

B. Saran ………..….. 51

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu hal yang mempunyai tujuan

sebagaimana dijelaskan pula dalam Undang-undang Nomer 20 tahun 2003,

Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 tentang dasar, fungsi dan tujuan

pendidikan yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangakan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

perkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.1

Menurut Zakiah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar

dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani, ajaran Agama Islam, dibarengi dengan

tuntunan untuk menghormati penganut Agama lain dalam hubungannya

dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa.2

Pendidikan Agama Islam (PAI) pada saat ini masih berhadapan dengan

kritik-kritik internal. Di katakan bahwa PAI kurang mempunyai relevansi

terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi

konteks sosial budaya dan bersifat statis akonsteksual, dan lepas dari sejarah

sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai

yang hidup dalam keseharian.3 Hal yang seperti ini sangat disayangkan sekali, karena Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang sangat

1

Redaksi Sinar Grafika, UU Sisdiknas 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 5.

2

Zakiah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, ( Jakarta: Ruhama, 1995), cet. 2, h. 65.

3

(12)

penting untuk membangun moral dan akhlak para siswa guna meningkatkan

keimanan kepada Allah SWT dan meneladani sifat Nabi Muhammad SAW

dan menjadi bekal di kehidupan sehari-hari.

Akibat situasi krisis ekonomi dan urbanisasi di kota besar, salah satu

masalah sosial yang membutuhkan pemecahan segera adalah perkembangan

jumlah anak jalanan yang belakangan ini makin mencemaskan.4

Sebagaimana diketahui, tujuan utama pembangunan masyarakat adalah

peningkatan taraf hidup. Dengan demikian, kondisi yang menunjukan adanya

taraf hidup yang rendah merupakan sasaran usaha-usaha perbaikan dalam

rangka pembangunan masyarakat tersebut. Kondisi kemiskinan dengan

berbagai dimensi dan implikasinya, merupakan salah satu bentuk masalah

sosial yang menuntut pemecahan.5

Anak jalanan merupakan sekelompok anak yang menghabiskan

waktunya dijalanan. Umumnya mereka berasal dari keluarga yang

pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan

berkembang dengan latar kehidupan di jalanan dan akrab dengan kemiskinan,

penganiayaan dan hilang kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan

membuatnya berperilaku negatif.

Hidup sebagai anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang

menyenagkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena

adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena

yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah

anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional

yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus berkelut dengan

dunia jalanan yang keras dan cenderung perpengaruh negatif bagi

perkembangan dan pembentukan kepribadiannya.

Dalam UU RI Nomor 23 Tahun 2002, BAB 1 pasal 1 ditegaskan bahwa

anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang

4

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2003), cet. 1, h. 182.

5

(13)

masih dalam kandungan. Perlindungan anak adalah segala kegiatan yang

menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.6

Oleh karena itu, keharmonisan antara bapak dan ibu mempunyai

pengaruh besar terhadap tingkah laku anak. Sekian banyak penyakit moral,

egois, anarkis, dan hilangnya rasa percaya diri, sombong, munafik, dan tidak

bertanggung jawab adalah sumber dan berawal dari suasana kehidupan

keluarga. Sekolahan dan masyarakat tidak mampu meluruskannya. Ada

memang penyakit tersebut yang disebabkan oleh pengaruh teman-temannya

(salah pergaulan), tapi dapat kembali baik karena memiliki latar belakang

keluarga yang baik dan moral yang baik yang sudah tertanam sejak kecil.7 Adapun faktor-faktor yang menyebabkan anak turun kejalanan adalah

ketidak harmonisan didalam keluarga yang menimbulkan perceraian, dan

absennya orang tua karena meninggal dunia maupun tidak bisa menjalankan

fungsinya, serta konflik hubungan orang tua dengan anak akibat kekerasan

dalam keluarga yang mengakibatkan anak berinisiatif untuk memilih hidup

dijalanan, dan biasanya mereka bertingkah laku yang tidak sesuai dengan

ajaran Agama Islam.

Setelah anak memilih keluar dari rumah, mereka akan mencari teman

bermain dan bergaul untuk mengisi kekosongan. Sekiranya teman itu jahat

dan berpengaruh buruk, tidak mustahil ia akan terbawa dan tertulari. Dan

kemungkinan penyimpangan dan penyelewengan yang dibuat akan semakin

menjadi-jadi dan akhirnya akan menjadi bencana bagi masyarakat dan

Negaranya.8

6

Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN Malang Pres, 2008), cet. 1, h. 302.

7

Abudin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadist, (Ciputat : UIN Jakarta Pres, 2005), cet. 1, h. 236.

8

(14)

Masalah sikap dan tingkah laku merupakan masalah yang penting yang di

dalamnya akan mencerminkan sikap dari tingkah laku seseorang beragama.

Karena masalah ini penting dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam

kehidupan anak jalanan.karena biasanya mereka kurang kontrol dari orang tua

mereka yang mengakibatkan mereka bertingkah laku yang tidak sesuai

dengan norma masyarakat dan ajaran Agama Islam.

Selama ini upaya yang dapat dilakukan untuk menangani anak-anak

jalanan biasanya adalah dengan mengeluarkan mereka dari jalanan,

memasukan mereka ketempat singgah, tempat-tempat pelatihan dan

sejenisnya dengan harapan diberikan bekal pendidikan dan keterampilan

tertentu.

Islam mengajarkan kita untuk menjaga dan mendidik keluarga dan

anak-anak kita kepada kebaikan. Sebagai firman Allah:

























































“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap

apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6).

Masih kurangnya minat belajar anak jalanan untuk melakukan

pembelajaran Agama Islam, karena banyaknya aktifitas yang dilakukan serta

terbatasnya waktu mereka untuk melakukan pembelajaran Agama Islam. Oleh

karena itu rasa tanggung jawab pendidik terutama dalam pendidikan Agama

Islam, cara alternatif yang dirasa cukup efektif bagi anak jalanan adalah

(15)

Menurut pengamatan yang saya lakukan di CCE sebagian anak jalanan

kurang memiliki kesadaran bahwa Pendidikan Agama Islam sangat berperan

besar dalam kehidupan sehari-hari, karena banyak anak jalanan yang memilih

bekerja daripada mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian

penulis tertarik melakukan penelitian

Peranan Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Terhadap Perilaku Anak Jalanan Di

Rumah Singgah

Charity Of Children Education

(CCE)

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, berikut akan dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Masih kurangnya minat belajar anak jalanan terhadap Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam.

2. Terbatasnya waktu untuk melakukan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam.

3. Tidak semua anak jalanan mempunyai kesadaran bahwa pembelajaran

Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan terhadap kehidupan mereka.

C.

Pembatasan Masalah

Atas dasar identifikasi masalah diatas, maka agar penelitian dapat teararah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi

pada:

1. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam membentuk

perilaku terpuji anak jalanan.

2. Peranan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rumah Singgah dalam

membentuk perilaku terpuji anak jalanan.

D.

Perumusan Masalah

(16)

1. Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rumah

Singgah dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan?

2. Bagaimana peranan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Rumah

Singgah dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan?

E.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.

Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan di Rumah

Singgah .

b) Untuk mengetahui Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan di Rumah Singgah .

2.

Manfaat Penelitian

a) Mengetahui bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan di

Rumah Singgah.

b) Mengetahui bagaimana Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dalam membentuk perilaku terpuji anak jalanan di Rumah

(17)

7

A.

Anak Jalanan

1. Pengertian Anak Jalanan

Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, teralienasi

dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif

dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, bahkan

sangat tidak bersahabat. Sebagai bagian dari pekerja anak, anak jalanan

sendiri sebenarnya bukanlah kelompok yang homogeny. Mereka cukup

beragam, dan dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya, hubungannya

dengan orang tua atau orang dewasa terdekat, waktu dan jenis

kegiatannya dijalanan, serta jenis kelaminnya (Farid, 1998). Berdasarkan

hasil kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam

tiga kelompok (Surbakti dkk.(eds.) 1997).Pertama, Children On The

Street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai

pekerja anak di jalan, namun masih mempuyai hubungan yang kuat

dengan orang tua mereka. Kedua, Children Of The Sreet, yakni anak-anak

yang berartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi.

Ketiga, Children From Families Of The Street, yakni anak-anak yang

berasal dari keluarga yang hidup dijalanan.

Anak jalanan adalah anak yang belum dewasa (secara fisik dan

psikis) dan sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari

nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

Umumnya anak jalanan besar dari keluarga yang pekerjaannya berat dan

ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar

(18)

hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan berperilaku

negatif.1

2. Ciri-ciri Anak Jalanan

Ciri-ciri anak jalanan adalah:

a. Usia berkisar antara 6-18 tahun.

b. Intensitas hubungan dengan keluarga (masih berhubungan teratur setiap

harinya, dan hubungan dengan keluarga kurang misalnya seminggu

sekali, dan sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga).

c. Waktu yang dihabiskan di jalanan rata-rata lebih dari 4 jam sehari.

d. Tempat anak jalanan sering dijumpai di pasar, terminal bus, stasiun kereta

api, taman-taman kota, perempatan jalan raya, pusat pembelajaan,

kendaraan umum, dan pembungan sampah.

e. Aktifitas anak jalanan diantaranya: menyemir sepatu, pedagang asongan,

pemulung, pengamen, ojek payung, pengelap mobil, kuli, pengemis,

pekerja seks, joki three in one dan sebagainya.2

Persoalan anak dalam kehidupan manusia ini memang benar-benar

memerlukan perhatian sepenuhnya dari pihak keluaranya terutama pihak

orang tua. Tidak hanya dari orang tua saja akan tetapi dari pihak

masyarakat dan lingkungan sekitar tidak kurang pentingnya, sebab kita

mengetahui bahwa masa yang akan datang itu terletak pula pada generasi

baru, atau dengan kata lain baik atau buruknya masa yang akan datang itu

bergantung pula pada keadaan anak muda pada saat sekarang ini.3

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Anak Jalanan

Kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang

berasal dari kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng.

Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung,

1

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h.185-189.

2Ibid

,h.190.

3

(19)

yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi

seseorang. Hal itu dilakukan karena terdapat ciri-ciri yang khas yang

hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang

baik, ataupun yang kurang baik.4

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dapat

dikelompokan dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal:

1.Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu

sendiri.Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau

bawaan. Faktor genetik maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan

sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang

dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau

kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Oleh karena itu, sering kali

mendengar istilah “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”.

Misalnya, sifat mudah marah yang dimiliki seseorang ayah bukan tidak

mungkin akan menurun juga pada anaknya.

Faktor internal yang dimaksud pada anak jalanan ini adalah seperti

contohnya jika orang tua anak jalanan berasal dari pemulung maka

anaknya pun akan memulung, karena kurangnya motivasi orang tua

terhadap anaknya sehingga anak jalanan tersebut ikut terjun seperti

orang tuannya.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut.

Faktor Eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari

lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni

keluarga,teman, tetangga,sampai dengan pengaruhdari berbagai media

audiovisual seperti TV dan DVD, atau media cetak seperti koran,

majalah, dan lain sebagainya. Lingkungan keluarga tempat seseorang

anak tumbuh dan berkembang akan sangat berpengaruh terhadap

4

(20)

kepribadian seorang anak. Terutama dari cara para orang tua mendidik

dan membesarkan anaknya.5

Kepribadian itu berkembang dan mengalami

perubahan-perubahan,tetapi di dalam perkembangan itu semakin terbentuklah

pola-pola yang tetap dan khas, sehingga mempengaruhi ciri-ciri yang unik

bagi individu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

dan pembentukan kepribadian itu dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a) Faktor Biologis

Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau yang

sering disebut dengan faktor fisiologis. Keadaan fisik, baik yang

berasal dari keturunan yang merupakan pembawaan yang dibawa

sejak lahir itu melainkan peranan yang penting pada kepribadian

seseorang, tidak ada yang mengingkarinya. Namun demikian itu

hanya merupakan salah satu faktor saja. Kita mengetahui bahwa

dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian selanjutnya

faktor-faktor yang lain terutama faktor lingkungan dan pendidikan

yang tidak dapat kita abaikan.

b) Faktor Sosial

Faktor sosial disini yakni manusia-manusia lain di sekitar individu

yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.Termasuk kedalam

faktor sosial ini juga tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan,

bahasa, suasana keluarga dan sebagainya berlaku dalam masyarakat.

c) Faktor Kebudayaan

Kita mengetahui bahwa kebudayan itu tumbuh dan berkembang di

dalam masyarakat.Kita dapat mengenal bahwa kebudayaan tiap daerah

atau negara berlainan.Perkembangan dan pembentukan kepribadian

pada diri masing-masing anak atau orang tidak dapat dipisahkan dari

masyarakat dimana anak itu dibesarkan.

Perbedaan antara faktor bioligis dan psikologis pada tingkah laku

manusia adalah bahwa pada faktor biologis memandang bahwa

5

(21)

manusia itu sebagai organisme yang murni dan sederhana, sedangkan

pada faktor psikologis memandang manusia itu sebagai organisme

yang mempunyai intelegensi.6

4. Pemberdayaan Anak Jalanan

Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi

cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan

mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga

yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan

bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan

yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang

lain yang menjadi perhatiannya.7

Pemberdayaan memiliki arti harfiah membuat (seseorang)

berdaya. Istilah ini lain untuk pemberdayaan adalah penguatan

(Emporwerment). Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan,

dalam arti mendorong orang untuk menampilkan dan merasakan

hak-hak asasinya. Di dalam pemberdayaan terkandung unsur pengakuan

dan penguatan posisi seseorang melalui penegasan terhadap hak dan

kewajiban yang dimiliki dalam seluruh tatanan kehidupan. Di dalam

proses pemberdayaan diusahakan agar orang berani menyuarakan dan

memperjuangkan ketidak seimbangan hak dan kewajiban.

Pemberdayaan mengutamakan usaha sendiri dari orang yang

diberdayakan untuk meraih keberdayaannya. Oleh karena itu

pemberdayaan sangat jauh dari konotasi ketergantungan.

5. Penyebab Kenakalan Anak Jalanan

Secara fenomenologis tampak bahwa gejala kenakalan timbul

dalam masa pubertas/pancaroba, dimana jiwa dalam keadaan labil,

sehingga mudah tersesat oleh lingkungan. Seseorang anak tiba-tiba

6

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h.160.

7

(22)

menjadi nakal, tetapi menjadi nakal karena beberapa saat setelah

dibentuk oleh lingkungannya termasuk kesempatan diluar kontrol

yaitu:

1) Lingkungan keluarga yang pecah, kurang perhatian, kurang kasih

sayang, karena masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri

(termasuk mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari).

2) Situasi yang menjenuhkan dan membosankan, padahal tempat-tempat

tersebut mestinya dapat merupakan faktor penting untuk mencegah

kenakalan bagi anak-anak (termasuk lingkungan yang kurang rekreatif).

3) Lingkungan masyarakat yang tidak/kurang menentu bagi prospek

kehidupan masa mendatang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi,

korupsi, manipulasi, gosip, isu-isu negative, perbedaan terlalu

mencolok antara si kaya dan si miskin dan sebagainya.8

B.

Pengertian Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, sebagai akibat

dari pengalaman dan latihan.9 Proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses

berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan

memahami sesuatu yang dipelajari.

Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya

interaksi antara stimulus dan respon. Sesorang dianggap telah belajar

sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan

kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam

kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil

interaksi antara stimulus dan respon. menurut teori ini yang terpenting

adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output

yang berupa respon.

8

Koestoer Partowisastro, Dinamika Psikologi Sosial, (Jakarta : Erlangga,v1983), cet.1, h.93.

9

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Proses Pendidikan,

(23)

Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk

membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan

memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.10 Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajran merupakan aktivitas yang

paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapain tujuan pendidikan

banyak tergantung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap

pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara itu mengajar. Dari

berbagai definisi yang dikemukan oleh pakar-pakar secara umum

pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam

perilaku sebagai hasil intraksi anatara dirinya. Secara lengkap, pengertian

pembelajaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

“pembelajaran adalah proses yang dilakuklan oleh individu untuk

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungan.”

C.

Pendidikan Agama Islam

1) Pengertian Agama Islam

Menurut Zakiah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah upaya

sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenai,

memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran Agama Islam, di

barengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut Agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan antara umat beragama hingga

terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.11

Menurut Endang Saifuddin Anshari Pendidikan Agama Islam

adalah proses bimbingan (Pimpinan, tuntutan, usulan) oleh obyek didik

terhadap perkembangan jiwa (Pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan

sebagainya), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan tertentu, dengan

10

Dimyati Dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 157.

11

(24)

metode tertentu , materi dan dengan alat perlengkapan yang ada kearah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran

Agama Islam.12

Menurut M.Yusuf Al-Qardhawi Pendidikan Agama Islam adalah

Pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan

jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu, Pendidikan

Agama Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik keadaan damai

maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat

dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.13

Menurut Basyiruddin Usman “Pendidikan Agama diartikan sebagai

suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis

dengan menanamkan akidah keimanan, amaliah dan budi pekerti atau

akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang takwa kepada Allah

SWT”.14

Sedangkan Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,

Departemen Agama Republik Indonesia yang dikutip Allisuf Sabri

merumuskan pengertian Pendidikan Agama Islam yaitu “ usaha sadar

untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan

mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran

dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama

lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam

masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.15

Pendidikan Agama Islam Adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

serta mengimani ajaran Agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk

menghormati penganut Agama lain dalam hubungannya dengan

12

Endang Saifuddin Anshari,Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam, (Jakarta: Usaha Interprise 1976), h. 85.

13

M.Yusuf Al-Qardhawi, Pendidikan Agama Islam Dan Madrasah Hasan Al-Banna,terj.Bustami A.Gani dan Zainal Abidin Ahmad,(Jakarta: Bulan Bintang,1980), h.157.

14

Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,2002), h. 4.

15

(25)

kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa.16

Menurut Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa Pendidikan

Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju

bentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).17

Berdasarkan dari beberapa definisi yang telah diungkapkan diatas

maka pendidikan Agama Islam merupakanusaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini,

memahami,dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, atau pelatihanyang telah ditentukan untuk mencapai tujuan

yang telah di tetapkan.

2) Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan

suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir bila

tujuannya sudah dicapai. Kalau tujuan itu bukan tujuan akhir, kegiatan

berikutnya akan langsung dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya

dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir. Menutut Ramayulis (200)

“Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, penghayatan dan pengalaman peserta didik

tentang agama islam sehingga menjadi muslim yang beriman dan

bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.18

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membimbing umat

manusia agar menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah yakni

melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya

dengan penuh kesadaran dan ketulusan ini.Untuk itu rumusan tujuan

16

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi( Konsep dalam Implementasi Kurikulum 2004), Remaja Rosda Karya, Bandung: 204, h.130.

17

Ahmad D.Marinda, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung :

Al-Ma’arif,1962),h.23.

18

(26)

pendidikan Agama Islam yang berbunyi membentuk manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Allah SWT adalah merupakan tujuan

yang bersifat fundamental.19

Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan

peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim

yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara.20 Menurut M. Arifin dalam bukunya Ilmu pendidikan Islam

mengemukakan “bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah

terciptanya manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan

takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengaruhnya

dalam masyarakat”.21

Alisuf Sabri dalam bukunya pengantar ilmu pendidikan

menjelaskan “Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang

agama islam menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,

masyarakat, berbangsa dan bernegara”.22

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan

Agama Islam adalah merealisasikan manusia muslim yang beriman dan

bertakwa serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan diri

kepada Allah dan selalu mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi

larangan-Nya.

19

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qu’an, (Jakarta:UIN Jakarta pres,

2005), cet.1, h. 167-173.

20

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2012), cet. V, h. 78.

21

M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1996) cet.ke-4,h.15.

22

(27)

D.

Pengertian Perilaku

Perilaku adalah segala tindakan yang dilakukan oleh suatu organism.Berbagai respon terhadap stimuli, motorik atau glandular,

dipandang sebagai jenis perilaku.23 Dalam kamus bahasa Indonesia perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap

rangsangan atau lingkungan.24 Dengan kata lain, perilaku merupakan hasil dari stimulus atau berupa respon yang ada pada diri manusia terhadap

lingkungan disekitarnya, yang mana respon yang dapat dikenali dalam

bentuk tindakan yang dapat diamati oleh panca indra.

Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan

irasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri

psikoseksual tertentu pada masa enam tahunpertama dalam kehidupannya.

Pandangan ini menunjukan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia

pada dasarnya adalah deterministik.Sekalipun demikian, menurut Gerald

Corey yang mengutif perkataan Kovel, bahwa dengan tertumpuh pada

dialektika antara sadar dan tidak sadar, determinisme yang telah

dinyatakan pada aliran Freud luluh.Lebih jauh, Kovel menyatakan bahwa

jalan pikiran itu adalah ditentukan,tetapi tidak linier.Ajaran psikonalisis

menyatakan bahwa perilaku seseorang lebih rumit daripada apa yang

dibayangkan pada orang tersebut.25

Pokok utama dari pada timbulnya kenakalan anak-anak terutama

disebabkan dari pada kelalaian para orang tua.Dalam masa seperti

sekarang ini banyak orang tua lebih mengutamakan pekerjaan diluar

rumah dari pada pendidikan terhadap anak-anaknya.26

Berdasarkan uraian di atas, maka perilaku dapat diartikan sebagai

gerak gerik yang dilakukan individu maupun oleh suatu kelompok,

mengakibatkan seseorang melakukan perbuatan tersebut.

23

Kanisius, Kamus Istilah Kunci Psikologi,(Yogyakarta: Kanisius, 1989),cet.1,h.41.

24

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka,2002),h.859.

25

Ujam Jaenudin, Psikologi Kepribadian, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h.73.

26

(28)

E.

Kerangka Berpikir

Anak jalanan merupakan sebuah realita sosial yang mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia. Anak jalanan dengan berbagai karakter

yang dimiliki telah menjadi bagian dalam setiap aktifitas sehari-hari yang

secara tidak langsung mengganggu keamanan, ketertiban dan kenyamanan

orang lain serta dirinya sendiri.

Pekerjaan yang dijalani anak jalanan dapat dikelompokan kedalam

empat kategori yaitu usaha dagang, usaha jasa, pengamen dan kerja

serabutan.Pekerjaan yang dijalani anak jalanan di jalan merupakan

pekerjaan yang penuh resiko. Mereka akan mudah terserang penyakit

sehingga membutuhkan tempat tinggal, makanan, pakaian, dan tentunya

jaminan kesehatan. Terdapat kecenderungan semakin pasti jenis pekerjaan

anak jalanan maka semakin baik peranan rumah singgah dalam upaya

perlindungan anak jalanan.

Sebagian besar anak jalanan memiliki tingkat pendidikan yang rendah,

ada yang pernah sekolah namun terpaksa putus sekolah bahkan ada yang

tidak pernah mengenyam pendidikan disekolah. Anak jalanan sangat

memerlukan pendidikan dan keterampilan untuk meningkatkan

pengetahuan dan daya kreatifitasnya agar tidak tertinggal walaupun

pendidikan mereka tergolong rendah. Hal ini berarti adanya

kecenderungan semakin rendah tingkat pendidikan anak jalanan maka

semakin baik peranan perlindungan anak jalanan.

Penyebab anak-anak turun kejalan pun beragam, yaitu: pertama,

kondisi ekonomi keluarga (kemiskinan) sehingga semakin miskin kondisi

ekonomi keluarga anak jalanan maka semakin tinggi tingkat kepuasan

pemenuhan kebutuhan. Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin tentu

sangat membutuhkan sandang, pangan dan papan, jaminan kesehatan dan

pendidikan yang tidak terpenuhi dengan baik dalam keluarganya.Latak

belakang kedua, disharmonisasi keluarga (konflik dengan atau antar orang

tua).Selain membutuhkan sandang, pangan, papan, jaminan kesehatan dan

(29)

sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang lebih, dalam hal ini

dapat diberikan oleh kakak Pembina sebagai pengganti orang tua dan

sesama anak jalanan sebagai pengganti saudara.Memiliki kecenderungan

semakin tinggi konflik yang terjadi dalam keluarga anak jalanan maka

semakin tinggi tingkat kepuasan pemenuhan kebutuhan anak jalanan.

F.

Hasil Penelitian yang Relevan

Secara umum penelitian tentang anak jalanan telah mulai dilakukan di berbagai tempat. Adapun diantaranya adalah :

1. Syaifuddin Zuhri yang berjudul “Peran Keluarga Dalam Mendidik

Akhlak Anak Jalanan”. Semarang: Pendidikan Agama Islam, Fakultas

Ilmu Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

2011. Peneliti mengkaji tentang Pendidikan anak jalanan di kawasan

tugu muda semarang untuk pendidikan akhlak terhadap Allah SWT,

akhlak pribadi anak jalanan dikawasan tugu muda semarang cendrung

pasrah nemeima keadaan mereka. Pemanfaatan dan pengoptimalan

bakat yang ada pada diri mereka kurang di gali untuk bisa lebih

dikembangkan, terutama untuk anak jalanan yang masih bersekolah

mempunyai kesempatan lebih banyak menyongsong masa depan

dengan salah satunya rajin belajar. Peran keluarga masing-masing

individu dalam pendidikan akhlak anak jalanan di kawasan Tugu

Muda Semarang tidak berperan dengan baik sebagaimana mestinya.

Keluarga anak jalanan cenderung melakukan pembiaran terhadap

pendidikan akhlak anak jalanan.

2. Sanah Sanan yang berjudul “Peranan Rumah Singgah Dalam Membina

Moral Anak Jalanan Cengkareng Jakarta Barat”. Jakarta: PGMI,

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta 2012. Peneliti mengkaji tentang

Pembinaan yang diberikan dalam balam bentuk pendidikan baik

formal maupun non formal sangat membantu anak jalanan, khususnya

(30)

rutin datang bahkan menetap di rumah singgah secara intensif akan

memperoleh pelayanan, maka dengan sendirinya hal ini akan

mempercepat proses perubahan perilaku dan moral mereka. Sebaliknya

anak yang hubungannya jarang akan kurang intensif, akibatnya proses

perubahan perilaku dan moral mereka akan lama.

3. Dini Farida yang berjudul “Persepsi Anak Jalanan Mengenai Urgensi

Pendidikan Agama Islam Di Cilincing Jakarta Utara”.Jakarta :

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan,

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013. Peneliti

membahas tentang anak jalanan pada umumnya, yang membedakan

mereka, hanyalah profesi dan kegiatan yang mereka lakukan setiap

hari. Anak jalanan juga mengerti pentingnya pendidikan, tapi

kebanyakan mereka berfikir bahwa pendidikan itu pada ujungnya

untuk menghasilkan uang, jika mereka bisa menghabiskan uang tanpa

pendidikan, maka dari sanalah mereka monomer duakan pendidikan.

Persamaan skripsi diatas dengan penulis adalah sama-sama membahas

tentang akhlak, perilaku, dan moral anak jalanan sama-sama ingin

memperbaiki akhlak anak jalanan yang kurang sesuai dengan anak-anak

lain. Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam hal ini karena dari

pendidikan Agama Islam anak bisa memahami bagaimana caranya

menghargai, menghormati, dan menyayangi orang lain. Karena

sebagian anak jalanan lebih mementingkan pekerjaan mereka dari pada

pendidikan, faktor ekonomi mereka yang sangat rendah sehingga tidak

mampu untuk sekolah.

Perbedaan skripsi diatas dengan penulis adalah penulis

menggunakan metode kualitatif deskriptif sedangkan skripsi diatas

menggunakan kualitatif fenomenologis sebagai strategi penelitian yang

dilakukan untuk menjelaskan fenomena yang ada saat penelitian dengan

fokus permasalahan yang diteliti kemudian dianalisa gambaran nyata

(31)

21

Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian kualitatif atau

dengan kata lain peneliti yang bersifat nonstatistik. Jenis penelitian kualitatif ini

mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari pelaku yang dapat diamati.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan tentang Peranan Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di rumah singgah CCE(Charity Of Children Education).

Peneliti akan mengkaji proses Pembelajaran pendidikan Agama di Rumah singgah

CCE (Charity Of Children Education), yang dilakukan dengan observasi,

dokumentasi, dan wawancara.1

A.

Tempat dan Waktu

Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah CCE (Charity Of Children

Education) yang beralamat di Jl.Kebagusan 1 Gang warung RT 6 RW 1 Pasar

minggu, Jakarta selatan (belakangragunan). Adapun waktu penelitian terhitung

dari tanggal 12 November sampai 12 Desember 2014.

Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek adalah:

1. Pengurus CCE (Charity Of Children Education)

Subjek pertama yang akan dipilih adalah informasi kunci, yaitu

informasi yang dipandang sangat menguasai aspek-aspek yang akan

diteliti, dengan pertimbangan tersebut, yang dipilih sebagai informan kunci

adalah Ketua pengurus, karena beliau dianggap subjek yang paling

mengetahui dalam sistem kependidikan di rumah singgah.

2. Guru-guru di rumahsinggah CCE (Charity Of Children Education)

Subyek kedua yang akan dipilih adalah informasi pengelola, yaitu

informasi sebagai pengelola para anak jalanan yang dipandang mampu

menyampaikan aspek-aspek yang akan diteliti.

3. Anak-anak jalanan CCE (Charity Of Children Education)

1

(32)

Untuk mencari data dari para anak jalanan penelitihanya mengambil

sebagian populasi yang dipandang bisa mewakili.Sedangkan yang diambil

sebagai sampelnya adalah purposive sampling, karena besar sampling

ditentukan oleh pertimbangan informasi.2

B.

Metodologi Penelitian

Pengertian metode penelitian adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan

penelitian.Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang

dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini, ia tidak perlu

membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung

memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat

bersifat substantive atau metodologis. Asumsi substanstive berhubungan

dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan

dengan metodologi penelitian.3

Penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan

untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan

berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian

sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat dan model dari fenomena

tersebut.4

Penelitian deskriptif biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesa,

melainkan untuk mencari informasi untuk mengambil kesimpulan.

Berdasarkan proses sifat dan analisis datanya, penelitian ini bersifat

eksploratif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status

fenomena. Karena penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala nyata yang ada

dilapangan.

2

Ibid

3

Juliansyah Noor, MetodologiPenelitian, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2011), h. 254.

4

(33)

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiyah untuk

mendapatkan data dan tujuan kegunaan tertentu.5 Penelitian skripsi ini menggunakan metode dekskriptif yaitu penelitian yang bersaha

mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.

Penelitian deskriptif memutuskan perhatian pada masalah aktual sebagaimana

adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif,

peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat

perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa

tersebut.Variable yang diteliti bisa tunggal (satu variable) bisa juga lebih dari

satu variable.6

C.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan

suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah.

Pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data.7 Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1.

Observasi

Metode Observasi adalah metode yang digunakan dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap objek yang diteliti sebagaimana yang

diungkap kan Sutrisno Hadi:“Metode observasi bisa dikatakan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang diselidiki, dalamarti yang luas, observasi tidak hanya

terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun

tidak langsung”.8

5

Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 2.

6

Ibid, h. 34.

7

Maman Abdurrahman, PanduanPraktisMemahamiPenelitian, (Bandung: CV PustakaSetia, 2011) cet.1, h. 3.

8

(34)

Tindakan observasi dilakukan peneliti pada umumnya mempunyai

tujuan agar dapat mengamati dan mencatat fenomena yang muncul dalam

variable terkait sebagai akibat dari adanya kontrol dan manipulasi

variable.9

Beberapa hal yang perludi perhatikan dalam observasi yaitu

topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respons, stimulus

control (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.10

2.

Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menu mental

dari seseorang11. Studi domentasi merupakan bagian yang mendukung dalam proses mengungkapkan dan mendeskipsikan hasil penelitian.

Dalam dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-data mengenai

profil CCE (Charity Of Children Education).

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia yaitu

berbentuk surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, dan foto.

Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga member

peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di

waktu silam. Secara detail, bahan dokumenter terbagi beberapa macam,

yaitu auto bigrafi, surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,

klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data server dan flashdisk, dan

data tersimpan di website.12

9

Juliansyah.,op. cit., h. 114.

10

Ibid., h. 141.

11

Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), cet. IX, h. 329.

12

(35)

3.

Metode Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstuksikan

makna dalam suatu topik tertentu.13

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini berdasarkan

pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya

pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.14

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat

mewawancarai respondenya itu intonasi suara, kecepatan berbicara, dan

sensitivitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan non verbal. Dalam

mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu auto

anamnesis (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden)

dan aloanamnesisi (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa

tips saat melakukan wawancara yaitu mulai dengan pertanyaan sangat

mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple,

jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building report, ulang

kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol

emosi negatif.15

4.

Metode Angket (Questioner)

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang

yang akan diukur (reponden). Dengan angket ini dapat diketahui tentang

keadaan/ data diri, pengalaman dan pengetahuan sikap yang dimilikinya.

Angket yang penulis sebarkan kepada anak-anak CCE sebagai reponden

13

Ibid, h. 317.

14

Lexy J. Meleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung, PT RemajaRosdakarya, 2013), h. 186.

15

(36)

peneliti. Melalui penyebaran angket ini diharapkan akan dapat data

tentang peran pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak jalanan

di CCE yang kurang lebih berjumlah 20. Questioner adalah suatu alat

pengumpulan data atau informasi sebagai instrument pengumpulan data

dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk

menjawab secara tertulis pada responden.16

Jenis kuesioner yang dapat digunakan dalam peroses pengumpulan

data, yaitu kuesioner tertutup.

Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden sudah

dalam bentuk pilihan ganda, jadi kuesioner jenis ini responden tidak

diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat.

Contoh: penerapan skala likert

Bagaimana pendapat saudara mengenai sistem yang ada di

Charity Of Children Education ini?

1) Selalu

2) Sering

3) Kadang-kadang

4) Tidak pernah

Metode pengumpulan data melalui teknik kuesioner memiliki

kelebihan dan kekurangan seperti halnya pada metode pengumpulan data

yang lain. Kelebihan teknik kuesioner antara lain:

a. Jumlah responden dalam jumlah yang besar dalam cakupannya

cukup luas, karena kuesioner dapat dikirim melalui pos

b. Biaya yang digunakan dengan teknik ini relative murah

c. Responden tidak perlu orang yang mempunyai keahlian dan

wawasan yang luas, cukup orang yang terkait dengan permasalahan

dalam penelitian.

16

(37)

Kekurangan teknik kuesioner , antara lain:

a. Tingkat pengembalian kuesioner rendah, jika dikirim melalui pos

b. Tekhnik kuesioner hanya dapat diberikan kepada respondenyang

dapat membaca

c. Bila pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ditafsirkan oleh salah

satu seseorang responden, maka hasil penelitian tidak akurat

Petunjuk-petunjuk yang harus di ikuti saat memilih bahasa dalam

peroses pembuatan kuesioner adalah sebagai berikut:

a. Gunakan bahasa atau kata-kata yang sederhana agar mudah

dipahami responden

b. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik

c. Pertanyaan harus singkat

d. Dalam pemilihan kata-kata hindari pemilihan dalam kata-kata ganda

e. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat (maksudnya

orang-orang yang mampu merespon) jangan berasumsi mereka tau

banyak

f. Pastikan pertanyaan-pertanyaan tersebut secara tekhnis cukup

akurat sebelum menggunakannya

Adapun kisi-kisi yang ditanyakan kepada responden diantaranya:

a) Mengenai metode apa yang digunakan Pembina Charity Of

Children Education untuk membina dan mengarahkan anak-anak

jalanan

b) Problem yang dihadapi pada saat menerapkan Pendidikan Agama

Islam terhadap anak jalanan

c) Bagaima perilaku anak jalanan pada saat berlangsung

(38)

Kisi-kisi Instrument

Peranan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Perilaku

terpuji anak jalanan :

[image:38.595.145.513.175.554.2]

Tabel 3.1

Variabel Indikator Nomer

Butir Jumlah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Menanamkan moral keislaman, mematuhi

peraturan yang ada di

Charity Of Children

Education

Mengaplikasihkan

pelajaran yang telah

di dapat di Charity Of

Children Education

1,2,3,4,5 5 soal

Perilaku

Terpuji anak

jalanan Di

Charity Of

Children

Education

Sopan santun tata

krama dan

kedisiplinan .

6,7,8,9,10 5 soal

D.

Teknik Pengolahan dan Analisis

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah analisis

data. Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan upaya berlanjut,

berulang dan sistematis. Analisis data dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada

saat pengumpulan data dan setelah data terkumpul. Artinya, data dari awal

(39)

dan jika data yang diperoleh belum memadai atau masih kurang, maka dapat

segera dilengkapi.17

Dalam hal analisis data kualitatif Bogdan menyatakan bahwa analisis

data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk mencari,

menemukan dan menyusun transkrip wawancara, catatan-catatan lapangan,

dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan peneliti dengan

teknik-teknik pengumpulan data lainnya.18 Pengumpulan dan analisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling

tumpang tindih.Langkah-langkahnya biasa disebut strategi pengumpulan dan

analisis data, teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi

sebelumnya yang telah digunakan dan diperoleh.

Analisi data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi

hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut,

selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya

dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak

berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dikumpulkan

secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima,

maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.19

Untuk menganalisis data yang terkumpul, maka data itu perlu dianalisa

langkah-langkah yang penulis lakukan untuk mengelolah dan menganalisis

data adalah sebagai berikut:

1. Editing, mengedit data adalah kegiatan memeriksa data yang terkumpul.

Memeriksa angket yang telah terisi apakah telah terisi dengan sempurna

atau belum.

2. Tabulating dan Scoring, merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian

proses analisis data. Degan membuat tabulasi maka data lapangan akan

17

ZainalArifin, Penelitian Pendidikan Metodedan Paradigma Baru, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2011), Cet. I, h.171.

18

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), cet.IX, h.244.

19Ibid,

(40)

tersusun dalam suatu tabel sehingga dapat mudah dianalisa, setelah data

dibuat dalam tabel kemudian semua pertanyaan angket diberi skor nilai

setiap itemnya dengan cara jawaban yang berupa huruf akan dirubah

menjadi nilai angka.

3. Analiting dan Interprestasi,langkah selanjutnya adalah menganalisis

data, setelah data ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban

responden untuk setiap alternatif, kemudian dipersentasikan dengan

rumus :

P= Angka

F= Frekuensi yang sedang dicari

N= Number Of Cases (Jumlah responden) atau banyaknya

individu

Setelah dilakukan perhitungan, selanjutnya penulis mengkategorikan

hasil angket mengenai angket Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

anak yang berada di Charity Of Children Education berdasarkan skor

yang diperoleh, yaitu:

1) Skor 60-52 baik sekali

2) Skor 51-43 baik

3) Skor 42-34 sedanglcukup

(41)

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Objek Penelitian

1.

Latar Belakang Berdirinya CCE

(Charity Of Children

Education)

Charity Of Children Education Community (CCE Community)

merupakan komunitas yang terdiri dari mahasiswa lintas Universitats

se-JABODETABEK. Komunitas ini bertujuan untuk menghadapi segala

permasalahan dan tantangan yang ada pada negara ini terutama mengenai

pendidikan bagi anak-anak kurang mampu serta mewujudkan apa yang

dicita-citakan mereka untuk negaranya. Komunitas ini berencana mendirikan

dan mengaktifkan “School of Life” bagi anak-anak yang tidak mampu, memberikan dorongan semangat kepada mereka tentang penting kehidupan,

dan memberikan pengajaran yang baik kepada mereka.

School of Life merupakan sebuah program pembelajaran bersifat non

formal yang diberikan bagi anak-anak yang kurang mampu. Definisi

dariSchool Of Life ini sendiri adalah sebuah sarana pembelajaran yang dibuat

agar menciptakan kehidupan ditengah masyarakat yang “Mati”. Dalam hal ini

yang dimaksud adalah lingkungan dimana pendidikan sangat minim

didapatkan, yaitu dilingkungan anak-anak yang kurang mampu .

Selain mengajarkan beberapa mata pelajaran formal, dalam SOFL

(School Of Life) ini juga memberikan tentang arti pentingnya sebuah

pendidikan untuk masa depan bagi anak-anak tidak mampu. Pembelajaran

integrasi kecerdasan emosional ini diharapkan nantinya melahirkan

pemimpin-peminpin bangsa yang berkarakter, humanis, dan mencintai

bangsa beserta rakyatnya. Program kami sebagai langkah awal untuk

(42)

lapak pemulung yang terletak di Jl. Kebagusan 1 Rt 06/Rw 01, Gang Waru,

Pasar Minggu, Jakarta Selatan.1

Karena keterbatasan perekonomian, membuat sebagian besar orangtua,

warga lapak pemulung kebagusan berpendapat untuk lebih mengedepankan

mata pencaharian dari pada pendidikan untuk anaknya. Diharapkan dari

langkah awal ini kami akan dapat membuat lingkungan sekitar mengenali

konsep dari School Of Life ini sendiri mengerti betapa pentingnya sebuah

pendidikan.

2.

Visi dan Misi

a. Visi

a) Membangun generasi yang berkualitas dan mandiri.

b. Misi

a) Memberikan program pembelajaran pendidikan formal sesuai dengan

mata pelajaran di sekolah.

b) Memberikan program pembelajaran pendidikan nonformal untuk

pengembangan diri.

c) Memberikan program keterampilan untuk mereka.2

1

Hasil Observasi dan Dokumentasi di CCE (Charity Of Children Education)

(43)

3.

Struktur Kepengurusan

Ketua Pengurus

Asep Roby Sulaeman

Bendahara

Febri Dwi Rahmawati

Staf Pengajar

Syahrial Sukoco

Eka Apriana

Dian Febriani

Errica Syamara

Febri Dwi Rahmawati

Fitri Apriliani

Hadiansyah Ismawan

Sarah Khairini

Tsuwaybatul Aslamiyah

Abdul Latief Fikry

Mega Ulan Nurmaysari

Dwi Handayani

Dicky Mahsardi

Pendidikan

Wulan Sari Rahayu Sekretaris

Joni Asmara

Humas

(44)

4.

Program CCE

(Charity Of Children Education)

1) Sekolah Kehidupan

Sekolah kehidupan adalah School OF Life merupakan sebuah

program pembelajaran bersifat non formal yang diberikan bagi anak-anak

yang kurang mampu. Definisi dari School Of Life ini sendiri adalah

sebuah sarana pembelajaran yang dibuat agar menciptakan kehidupan di

tengah masyarakat yang mati. Dalam hal ini yang dimaksud adalah

lingkungan dimana pendidikan sangat minim di dapatkan, yaitu

dilingkungan anak-anak yang kurang mampu.

Selain mengajarkan beberapa pelajaran formal, dalam sekolah

kehidupan ini juga memberikan tentang arti sebuah pentingnya

pendidikan untuk masa depan bagi anak-anak tidak mampu. Pembelajaran

integrasi kecerdasan emosional ini diharapkan nantinya melahirkan

pemimpin-pemimpin bangsa yang berkarakter, humanis, dan mencintai

bangsa beserta rakyatnya. Program kami sebagai langkah awal untuk

membuat sekolah kehidupan terletak di Jl. Kebagusan 1 Rt 06/Rw 01,

Gang Waru, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Karena keterbatasan

pe

Gambar

Variabel Tabel 3.1 Indikator
1)Tabel 4.1  Apakah selalu mengikuti kegiatan mengaji di CCE?
2)Tabel 4.2  Selama ada di CCE, apakah anda mendapatkan pembelajaran
4)Tabel 4.4  Apakah kegiatan agama yang anda ikuti berdampak positif pada
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peranan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan sikap keagamaan siswa signifikan di indikatori oleh dengan perintah guru agama untuk melaksanakan shalat (95%)

oleh siswa kurang mendalam. Tidak terdapat perbedaan implikasi hasil belajar Pendidikan Agama Islam antara siswa MTsN dan siswa SMPN pada aspek perilaku hubungan

HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI PERILAKU TERPUJI TERHADAP PERILAKU SISWA KELAS VII DI SMPN 8 PALANGKA RAYA ” , adalah benar karya saya sendiri dan

Skripsi ini membahas tentang peranan supervisi pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme guru pendidikan agama islam di SMA N Se- Salatiga, yang dilatar

Setelah membaca, meneliti dan merevisi seperlunya, kami berpendapat bahwa tesis saudara Masruroh yang berjudul : “ Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukankarakter

Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan judul “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Membaca Al-Qur’an Siswa SMA Negeri 1

Dalam pengembangan PCK guru Pendidikan agama Islam PAI ditemukan kompetensi ini masih kurang dimiliki oleh guru bisa dilihat dari hasil analisis indicator satu tentang mengenal

3.2 Peranan Majelis Dikdasmen dalam dakwah Muhammadiyah khususnya dalam khususnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam Sebagai Majelis yang membidangi pendidikan berperan penting