GAMBARAN TINGKAT KEBERHASILAN PERSALINAN
PERVAGINAM PADA IBU-IBU HAMIL DENGAN RIWAYAT
SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM
MALIK, MEDAN
TAHUN 2007 - 2009
Oleh:
MALARVILLI BALASUBRAMANIAM
NIM: 070100378
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN TINGKAT KEBERHASILAN PERSALINAN
PERVAGINAM PADA IBU-IBU HAMIL DENGAN RIWAYAT
SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM
MALIK, MEDAN
TAHUN 2007 - 2009
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
MALARVILLI BALASUBRAMANIAM
NIM: 070100378
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : GAMBARAN TINGKAT KEBERHASILAN PERSALINAN PERVAGINAM PADA
IBU-IBU HAMIL DENGAN RIWAYAT SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT
UMUM HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN 2007-2009
Nama : Malarvilli Balasubramaniam
Nim : 070100378
Pembimbing Penguji I
( dr.Erjan Fikri Sp B, Sp BA) ( dr. T.Ibnu Alferally, SpPA)
Medan, 13 Disember 2010
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
……….
(Prof.Dr.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)
ABSTRAK
Pendahuluan: Seksio sesarea adalah suatu tindakan bertujuan mengeluarkan janin melalui suatu jalan yang dibuat pada dinding perut dan uterus. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu sehubungan dengan
adanya bahaya atau komplikasi yang akan terjadi bila persalinan dilakukan
pervaginam.
Metode: Bertujuan melihat angka keberhasilan persalinan pervaginam pada ibu- ibu hamil dengan riwayat seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik, Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif
dengan pendekatan cross sectional. Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling. Data penderita yang menjalani persalinan pervaginam dengan riwayat seksio sesarea dikumpulkan dari rekam medis pasien yang dirawat di Rumah
Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan, tahun 2007 – 2009.
Hasil: Jumlah tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik tahun 2007 – 2009 adalah sebanyak 204 kasus, dengan jumlah melakukan
persalinan pervaginam sebanyak 18 orang (8,8%), kelompok usia yang menjalani
persalinan pervaginam terbanyak adalah 31-39 tahun (10 orang), sebanyak 13
anak yang dilahirkan adalah anak kedua. Indikasi sebelumnya yang tertinggi
adalah makrosomia. Paritas ibu yang tertinggi adalah 1-3 sebanyak 11 orang.
Diskusi: Didapati persalinan pervaginam pada ibu-ibu hamil dengan riwayat seksio sesarea adalah tertinggi dengan indikasi makrosomia. Hasil ini dapat
dijadikan sebagai dukungan pada masa depan agar lebih banyak ibu dapat
melakukan persalinan pervaginam dengan riwayat seksio sesarea.
ABSTRACT
Background: Sectio ceasarean is a surgical procedure in which incisions are made through a woman's abdomen and uterus to deliver her baby. This procedure is made in order to safe both mother and child from any complication that may lead to death through vaginal birth.
Methodology: To describe the demography of vaginal birth after ceasarean on patients and the indications of sectio ceasarea. This is a descriptive retrospective research with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using total sampling. Patient information was obtained medical records held at Haji Adam Malik General Hospital, Medan.
Results: From 2007 – 2009, there were 204 cases of sectio ceasarean performed
in Haji Adam Malik General Hospital, Medan, 18 (8,8%) were vaginal birth and the most of the cases were re-Sectio ceasarean 86 cases (91,2%).Highest distribution were 10 cases with age group between 31-39 years undergone vaginal birth. Second child was the highest among all, 13 neonatus were succesfully undergone vaginal birth after ceasarean. Maternal parity was the highest among mother's with 1-3 parity, 11 cases.
Conclusions:It seems that only fetal body weight had significant influed in the succes of vaginal birth after previous ceasarean section history. Any how, in future this results may be helpful for mother's to reconsider vaginal birth after ceasarean.
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan
dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr.
Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah
diberikan.
2. dr. Erjan Fikri, SpB, SpBA. selaku dosen pembimbing, yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis
selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
4. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah membesarkan
dengan penuh kasih sayang, dan tiada bosan-bosannya mendoakan
serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
pendidikan.
5. Seluruh teman-teman penulis yang ikut membantu penulis dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Untuk seluruh bantuan baik moril atau materi yang diberikan kepada
penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis
ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.
November 2010
Penulis,
Malarvilli Balasubramaniam
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN....i
ABSTRAK...ii
ABSTRACT...iii
KATA PENGANTAR...iv
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...vi
DAFTAR GAMBAR...vii
DAFTAR LAMPIRAN...viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah...3
1.3 Tujuan Penelitian...3
1.4 Manfaat Penelitian...4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1Fisiologi persalinan normal...5
2.2Hubungan Fetus dan Jalan Lahir...5
2.4Fase – fase persalinan nomal... 7
2.5.Mekanisme Persalinan Normal... 8
2.6 Seksio Caesar... 9
2.6.1 Definisi... 9
2.6.2 Etiologi...9
2.7 Indikasi Seksio Caesar...9
2.8 Teknik Seksio Sesarea ...10
2.9 Komplikasi………..12
2.10 Nasehat post seksio sesarea………..………13
2.11 Persalinan percobaan (Trial of labor) ………..13
2.12 . Protokol Persalinan Pervaginam Dengan Parut Uterus…..14
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 18
3.2 Defenisi Operasional... 18
3.3 Cara Ukur ... 19
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ... 20
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 20
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 20
4.4 Metode Pengumpulan Data... 21
6. Pengolahan dan Analisis Data... 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 22
5.1 Hasil Penelitian ...22
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...22
5.1.2.Proporsi Persalinan Pervaginam Dengan Seksio Sesarea. 22 5.1.3 Distribusi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio Sesarea Berdasarkan Kelompok umur……… 23
5.1.4 Distribusi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio Sesarea Berdasarkan Paritas... 24
5.1.5 Distribusi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio Sesarea Berdasarkan Anak Keberapa …... 25
5.2 Pembahasan... 27
5.2.1. Proporsi Persalinan Pervaginam Dengan Seksio Sesarea……... 27
5.2.2. Distribusi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio
Sesarea Berdasarkan Kelompok Umur ………27
5.2.3 Distribusi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio
Sesarea Berdasarkan Paritas ……… 28
5.2.4 Distribusi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio
Sesarea Berdasarkan Anak Keberapa ... 28
5.2.5 Distribusi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio Sesarea
Berdasarkan Indikasi Medis …... 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...
6.1 Kesimpulan ... 30
6.2 Saran... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
5.1. Proporsi Persalinan Pervaginam Dengan Seksio Sesarea …………22
5.2. Distribusi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio Sesarea
Berdasarkan Kelompok Umur………23
5.3. Distribusi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio Sesarea
Berdasarkan Paritas………24
5.4. Distribusi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio Sesarea
Berdasarkan Anak Keberapa...25
5.5. Distribusi Ibu Bersalin Dengan Pervaginam dengan Riwayat Seksio
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang
Kesehatan
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Data Induk
ABSTRAK
Pendahuluan: Seksio sesarea adalah suatu tindakan bertujuan mengeluarkan janin melalui suatu jalan yang dibuat pada dinding perut dan uterus. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu sehubungan dengan
adanya bahaya atau komplikasi yang akan terjadi bila persalinan dilakukan
pervaginam.
Metode: Bertujuan melihat angka keberhasilan persalinan pervaginam pada ibu- ibu hamil dengan riwayat seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik, Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif
dengan pendekatan cross sectional. Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling. Data penderita yang menjalani persalinan pervaginam dengan riwayat seksio sesarea dikumpulkan dari rekam medis pasien yang dirawat di Rumah
Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan, tahun 2007 – 2009.
Hasil: Jumlah tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik tahun 2007 – 2009 adalah sebanyak 204 kasus, dengan jumlah melakukan
persalinan pervaginam sebanyak 18 orang (8,8%), kelompok usia yang menjalani
persalinan pervaginam terbanyak adalah 31-39 tahun (10 orang), sebanyak 13
anak yang dilahirkan adalah anak kedua. Indikasi sebelumnya yang tertinggi
adalah makrosomia. Paritas ibu yang tertinggi adalah 1-3 sebanyak 11 orang.
Diskusi: Didapati persalinan pervaginam pada ibu-ibu hamil dengan riwayat seksio sesarea adalah tertinggi dengan indikasi makrosomia. Hasil ini dapat
dijadikan sebagai dukungan pada masa depan agar lebih banyak ibu dapat
melakukan persalinan pervaginam dengan riwayat seksio sesarea.
ABSTRACT
Background: Sectio ceasarean is a surgical procedure in which incisions are made through a woman's abdomen and uterus to deliver her baby. This procedure is made in order to safe both mother and child from any complication that may lead to death through vaginal birth.
Methodology: To describe the demography of vaginal birth after ceasarean on patients and the indications of sectio ceasarea. This is a descriptive retrospective research with a Cross Sectional Approach and the sample withdrawal is done by using total sampling. Patient information was obtained medical records held at Haji Adam Malik General Hospital, Medan.
Results: From 2007 – 2009, there were 204 cases of sectio ceasarean performed
in Haji Adam Malik General Hospital, Medan, 18 (8,8%) were vaginal birth and the most of the cases were re-Sectio ceasarean 86 cases (91,2%).Highest distribution were 10 cases with age group between 31-39 years undergone vaginal birth. Second child was the highest among all, 13 neonatus were succesfully undergone vaginal birth after ceasarean. Maternal parity was the highest among mother's with 1-3 parity, 11 cases.
Conclusions:It seems that only fetal body weight had significant influed in the succes of vaginal birth after previous ceasarean section history. Any how, in future this results may be helpful for mother's to reconsider vaginal birth after ceasarean.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seksio sesarea merupakan salah satu tindakan operasi yang tertua dan
terpenting dalam bidang obstetri. Operasi ini bertujuan mengeluarkan janin
melalui suatu jalan yang dibuat pada dinding perut dan uterus. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu sehubungan dengan
adanya bahaya atau komplikasi yang akan terjadi bila persalinan dilakukan
pervaginam. Kemajuan di bidang kedokteran yang demikian pesat dan semakin
baiknya kualitas ahli obstetri menjadikan seksio sesarea lebih aman dan
penggunaannya makin meluas. Perkembangan ini akhirnya meningkatkan
frekuansi seksio sesarea yang pada gilirannya juga meningkatkan angka bekas
seksio ceasar (Hendler, I., Bujould, E., 2004).
Pada awal abad ke dua puluh suatu diktum “ once a cesarean always a caesarean” bahwa sekali seksio sesarea maka persalinan berikutnya juga dengan cara seksio sesarea. Pengamatan ini mulanya ditemukan secara kebetulan pada
pasien-pasien dengan riwayat seksio sesarea yang datang sudah dalam persalinan,
yang tadinya direncanakan untuk dilakukan seksio sesarea ulang. Namun ternyata
dapat dilahirkan pervaginam sebelum operasi dikerjakan. Kenyataan ini juga
menunjukkan bahwa jika ruptura uteri terjadi pada bekas luka seksio sesarea
segmen bawah rahim, maka bahayanya yang timbul tidak sehebat jika terjadi
pada irisan vertikal (seksio sesarea klasik).Pada era akhir abad ke-20 jika tidak
ada indikasi yang berulang maka persalinan pada bekas seksio sesarea satu kali
tidak lagi harus dikelola dengan seksio sesarea elektif. Perubahan kebijakan ini
dipicu oleh keinginan untuk menentukan tingginya angka seksio sesarea yang
cenderung terus meningkat pada abad 1990-an (Wall, E., Roberts, R.,
Di Amerika Syarikat indikasi dilakukannya seksio sesarea pada multipara
terbanyak adalah riwayat seksio sesarea sebelumnya, pada hal bukti medis pada
waktu itu menunjukkan bahwa lebih dari 70% wanita hamil dangan riwayat
seksio sesarea dapat melahirkan pervaginam. Dengan demikian dapat dipahami
akan pentingnya mengetahui faktor-faktor yang mungkin berpengaruh dan dapat
dijadikan sebagai determinan keberhasilan partus pervaginam pasca seksio
sesarea sehingga aplikasinya dapat diterapkan (Wall, E., Roberts, R., Deutchman,
M., Hueston, W., 2005).
Penelitian menunjukkan percobaan melahirkan normal memiliki tingkat
kesuksesan hampir mencapai 75% kasus, dan kematian saat melahirkan lebih
rendah bagi perempuan yang mencoba untuk bersalin normal, pada akhirnya
mereka berhasil melahirkan secara normal atau kembali melalui opeasi sesarea.
Namun, bagi calon ibu yang mengalami kegagalan ketika mencoba melahirkan
dengan normal dan kemudian menjalani operasi sesarea, mengalami
kemungkinan adanya komplikasi atau risiko sakit lebih besar daripada mereka
yang menjalani VBAC(vaginal birth after caesarea) (Wall, E., Roberts, R., Deutchman, M., Hueston, W., 2005).
Suatu penelitian yang dilakukan pada tahun 2004, di Rumah Sakit Dr.
Sardjito Yogyakarta tentang 275 ibu-ibu yang melahirkan anak dengan
riwayat seksio sesarea sebelumnya menunjukan 40%, yaitu 110 ibu hamil
keberhasilan melahirkan pervaginam dan 60%, yaitu 165 ibu tidak berhasil
melahirkan pervaginam dan dilakukan sectio sesarea. Sedang menurut The American College of Obstericians and Gynecologists (1999) hanya ditemukan 0,5% kasus rupture uteri. Kematian ibu tidak ada. Jelas tampak
apabila kriteria tertentu ditaati, persalinan pervaginam pada ibu yang pernah
menjalani section sesarea biasa dilaksanakan. Pemantauan denyut jantung
janin secara elekronik dianjurkan selama inpartu. Kamar operasi beserta
petugasnya harus dapat disiapkan dengan segera. Trial of labor tidak boleh dipaksakan terlampau lama bila tidak terjadi kemajuan yang baik dalam
penting bagi ibu dan bayi. Pilihan ini mungkin menjadi dilema karena di satu
sisi memberikan keuntungan untuk ibu namun bisa memberikan risiko pada
bayi, dan bisa jadi sebaliknya. Namun, keputusan tetaplah ada di tangan calon
ibu, dan para dokter tetap harus memberikan pilihan dan menjelaskan semua
keuntungan dan risikonya (Haji, P., 2004).
Dengan semakin meningkat angka seksio sesarea yang diperkirakan
sudah mencapai peratus yang tinggi dan kecenderungan ini juga terjadi di
Indonesia khususnya di kota-kota besar. Dari sekilas uraian dapatlah
diperkirakan bahwa upaya persalinan pervaginam pada ibu dengan riwayat
seksio sesarea sebelumnya tentunya juga sudah dilaksanakan oleh ahli-ahli
kebidanan Indonesia (Haji, P., 2004).
1.2. Rumusan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan
persalinan pervaginam pada ibu-ibu hamil dengan riwayat seksio sesarea
sebelumnya di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan dari
tahun 2007-2009.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui angka keberhasilan persalinan pervaginam pada ibu- ibu
hamil dengan riwayat seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kelompok umur ibu-ibu hamil yang paling banyak melakukan persalinan pervaginam dengan riwayat seksio
sesarea.
2. Untuk mengetahui paritas ibu-ibu hamil yang paling banyak melakukan persalinan pervaginam dengan riwayat seksio sesarea. 3. Untuk mengetahui anak yang keberapa yang paling banyak
dilakukan persalinan pervaginam dengan riwayat seksio sesarea.
4. Untuk mengetahui indikasi yang paling banyak dilakukan kelahiran
secara seksio sesarea.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Memberikan informasi mengenai proporsi keberhasilan melahirkan
pervaginam pada ibu-ibu dengan riwayat seksio sesarea
sebelumnya.
2. Memberikan informasi kepada kebijakan kesehatan tentang
indikasi riwayat seksio sesarea sebelumnya dengan keberhasilan
persalinan pervaginam.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan data yang
mendukung penelitian lain di masa akan datang tentang prevalensi kelahiran
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi persalinan normal
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
Partus immaturitas adalah kurang dari 28 minggu dan lebih dari 20 minggu
dengan berat janin antara 1000-1500 gram. Gravida adalah seorang wanita yang
sedang hamil. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.
Para adalah wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Nullipara
adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang hidup untuk
pertama kali. Multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan anak yang
hidup untuk beberapa kali. (Wiknjosastro H., 2005)
2.2 Hubungan Fetus dan Jalan Lahir
Hubungan antara bagian-bagian badan fetus satu sama lain. Biasanya fetus
maksimal (kepala), punggung membungkuk, kedua tangan bersilang di depan
dada dan kedua tungkai bersilang di depan perut . Letak atau lie adalah hubungan antara sumbu fetus dengan sumbu jalan lahir. Letak memanjang / longitudinal
adalah sumbu fetus searah / sejajar sumbu jalan lahir. Letak melintang / tranversal
adalah sumbu fetus tegak lurus terhadap sumbu jalan lahir dan letak oblik adalah
sumbu fetus dalam sudut tertentu dengan sumbu jalan lahir (Wiknjosastro H.,
2005).
Presentasi juga memainkan peranan yang penting yaitu bagian tubuh fetus
yang terdapat di bagian terbawah jalan lahir . Selalunya terdapat tiga jenis yaitu
letak lintang atau oblik dan dapat presentasi bahu atau punggung, letak
memanjang dan dapat presentasi kepala atau sungsang ,presentasi kepala dan
kemungkinan presentasi belakang kepala, puncak kepala, dahi atau muka.
Terdapat tiga presantasi bokong yaitu presentasi bokong sempurna (complete breech), presentasi bokong murni (Frank breech), presentasi kaki (footling breech/incomplete breech ( Wiknjosastro H., 2005).
7. 2.3 Faktor penting dalam persalinan
8. Faktor penting yang memegang peranan dalam persalinan.
1. Power.
Yaitu faktor kekuatan ibu yang mempengaruhi dalam persalinan.
i. His
ii. Kontraksi otot dinding perut.
iii. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengedan.
iv. Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum.
2. Passage.
Yaitu : keadaan jalan lahir.
i. Jalan lahir lunak.
3. Passenger.
Yaitu faktor yang ada pada janin dan plasenta.
Faktor penunjang yang turut berperan pada persalinan :
1. Penolong
2. Peralatan
3. Faktor khusus
Selain kedua faktor tersebut di atas ditambah lagi dengan satu faktor khusus,
sebagai contoh antara lain :
i. Jarak kehamilan < 2 tahun
ii. Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun
iii. Penyakit ibu
iv. Perdarahan antepartum
v. Infertilitas
vi. Grandemulti( Manuaba, 1998)
2.4 Fase – fase persalinan nomal
Terdapat empat kala dalam persalinan normal, pertama adalah kala I yaitu
dimulai dengan waktu serviks membuka karena his, kontraksi uterus teratur,
makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran
lendir darah dan berakhir setelah pembukaan serviks lengkap yaitu bibir portio
tidak dapat diraba. Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada akhir kala I.
Terdapat fase laten berlansung selama 8 jam dan fase aktif selama 6 jam.
Peristiwa yang penting dalam kala ini adalah keluar lendir darah (bloody show) dengan lepasnya mucous plug, terbukanya vaskular pembuluh darah serviks, pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus. Ostium uteri
Kala II berlangsung selama 2 jam, dimulai dengan pembukaan serviks
dengan lengkap dan berakhir dengan saat bayi telah lahir lengkap. Sebelumnya
his menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat. Kadang kala, selaput
ketuban mungkin juga pecah spontan pada awal Kala II. Pada kala ini, ibu
selalunya rasanya ingin mengedan makin kuat sehingga perineum meregang dan
anusnya membuka. Bagian terbawah janin turun hingga dasar panggul.
Sedangkan kepala dilahirkan lebih dahulu, dengan suboksiput di bawah simfisis,
selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan janin. ( Manuaba, 1998)
Kala III dimulai pada saat bayi lahir dengan lengkap dan berakhir
dengan lahirnya plasenta . Ini ditandai dengan perdarahan baru atau kadang kala
dari tidak disertai perdarahan. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah
keras, fundus setinggi pusat, plasenta lepas 5-15 menit setelah bayi lahir.
(Manuaba, 1998)
Kala IV dimulai dengan observasi selama 2 jam post partum. Terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan seperti vital sign ibu dalam batas normal, apakah kontraksi uterus baik, pastikan bahwa perdarahan per vaginam kurang
dari 500 cc, plasenta dan selaput ketuban sudah lahir lengkap , pastikan kandung
kemih harus kosong dan jika terdapat luka-luka di perineum harus dirawat segera.
( Manuaba, 1998)
2.5 Mekanisme Persalinan Normal
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada
presentasi kepala ini ditemukan 58% ubun-ubun kecil terletak d kiri depan, 23%
di kanan depan, 11% di kanan belakang, dan 8% di kiri belakang. Kedaan ini
mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon
sigmoid dan rektum. Seperti telah dijelaskan terdahulu 3 faktor penting yang
memegang peranan pada persalinan, ialah kekuatan- kekuatan yang ada pada ibu
seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan, keadaan jalan lahir dan janinnya
His adalah salah satu kuatan pada ibu, seperti telah dijelaskan yang
menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi
kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam
rongga panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam
keadaan sinklitimus, ialah bila arah sumbu janin tegak lurus dengan bidang pintu
atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitimus, yaitu arah
sumbu kepala janin miring dengan pintu atas panggul. ( Wiknjosastro H., 2005)
Sampai di dasar atas panggul kepala janin berada dalam keadaan fleksi
maksimum. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis dan tekanan
intrauterine disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi.
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil di bawah
simfisis, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap
his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi
makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his
bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tanpa bregma, dahi, muka dan
akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang
disebut putaran paksi luar ( Wiknjosastro H., 2005)
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam
terjadi, untuk menyesuaikan gerakan kepala dengan punggung anak. Bahu
melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Selanjutnya dilahirkan bahu
depan terlebih dahulu baru kemudain bahu belakang. Demikian pula dilahirkan
prokanter depan baru kemudian prokanter belakang. Kemudian bayi lahir
seluruhnya. Apabila bayi telah lahir, segera jalan napas dibersihkan. Tali pusat
dijepit di antara dua cunam pada jarak 5 dan 10cm. Kemudian, digunting di antara
kedua cunam tersebut dan diikat. Tunggul tali pusat diberi antiseptika. Umumnya
bila telah lahir lengkap, bayi segera akan menarik napas dan menangis
2.6.1 Pengertian
Seksio sesareaadalah satu persalinan buatan yang dilakukan dalam usaha
untuk mengeluarkan janin melalui suatu sayatan dibuat pada dinding perut dan
uterus (Dickinson, J.E., 1996).
2.6.2 Etiologi
Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu
sehubungnya dengan adanya bahaya atau komplikasi yang akan terjadi bila
persalinan dilakukan pervaginam (Dickinson, J.E., 1996).
2.7 Indikasi Seksio Sesarea
Indikasi bagi ibu adalah seperti :
i. Panggul sempit absolut
ii. Plasenta previa
iii. Pernah seksio sesarea
iv. Inkoordinate uterine action
v. Preeklapmsia dan hipertensi
vi. Intra uterine rupture (Kasdu Dini, 2003).
Indikasi bagi anak adalah seperti :
i. Kelainan letak dan bentuk janin
ii. Makrosomia
iii. Fetal distress/gawat janin (Kasdu Dini, 2003).
2.8.1.Seksio Sesarea klasik
Setelah dinding perut dan peritoneum parietal terbuka pada garis tengah
dipasang beberapa kain kasa panjang antara dinding perut dan dinding uterus
untuk mencegah masuknya air ketuban dan darah ke rongga perut. Dibuat insisi
pada bagian tengah korpus uteri sepanjang 10-12cm dengan ujung bawah di atas
batas plika vesiko uterine. Dibuat lubang kecil pada kantung ketuban untuk
menghisap air ketuban sebanyak mungkin, lubang ini kemudian dilebarkan dan
janin dilahirkan dengan tarikan pada kakinya. Setelah anak lahir, korpus uteri
dapat dikeluarkan dari rongga perut untuk memudahkan tindakan selanjutnya.
Diberi suntikan 10 satuan oksitosin dalam dinding uterus atau intravena untuk
mengusahakan kontraksi yang baik dan plasenta serta selaput ketuban dikeluarkan
secara manual. Jahitan otot uterus dilakukan dalam dua lapisan. Lapisan pertama
terdiri atas jahitan simpul dengan catgut. Jahitan ini memegang otot uterus. Lapisan kedua terdiri atas jahitan menerus sehingga luka pada miometrium
tertutup rapi. Akhirnya luka peritoneum pada plika vesiko uterine ditutup dengan
jahitan catgut halus sehingga menutup bekas luka pada miometrium dan, setelah diamati bahwa uterus berkontraksi baik, dinding perut ditutup dengan cara biasa.
(Wiknjosastro H., 2005)
2.8.2 Seksio Sesarea transperitonealis profunda.
Daur kateter dipasang dan wanita berbaring dalam letak trendelenburg
ringan. Diinsisi pada dinding perut pada garis tengah dari simfisis sampai
beberapa sentimeter di bawah pusat. Setelah peritoneum dibuka, dipasang
spekulum perut, dan lapangan operasi dipisahkan dari rongga perut dengan satu
kain kasa panjang atau lebih. Peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah
dipegang dengan pinset, plika vesiko uterine dibuka dan insisi ini diteruskan
melintang jauh ke lateral, kemudian kandung kencing dengan peritoneum di
biasanya menipis, diadakan insisi melintang selebar 10cm dengan ujung kanan
dan kiri agak melengkung ke tasa untuk menghindari terbukanya cabang-cabang
arteri uterine. Di tengah-tengah, insisi diteruskan sampai dinding uterus terbuka
dan ketuban tampak, kemudian luka yang terakhir ini dilebarkan dengan gunting
berujung tumpul mengikuti sayatan yang sudah dibuat terlebih dahulu. Ketuban
dipecahkan dan air ketuban yang keluar dihisap. Spekulum perut diangkat dan
tangan dimasukkan ke dalam uterus di belakang kepala janin dan memegang
kepala dari belakang dengan jari-jari tangan penolong, diusahakan lahirnya kepala
melalui lubang insisi. Sesudah kepala janin, badan terus dilahirkan muka dan
mulut dibersihkan, tali pusat dipotong dan bayi diserahkan kepada penolong untuk
dibersihkan (Wiknjosastro H., 2005).
Sekarang diberi suntikan 10 satuan oksitosin dalam dinding uterus atau
intravena untuk mengusahakan kontraksi yang baik. Pinggir luka insisi dipegang
dengan beberapa cunam ovum, dan plasenta serta selaput ketuban dikeluarkan
secara manual. Jahitan otot uterus dilakukan dalam dua lapisan. Lapisan pertama
terdiri atas jahitan simpul dengan catgut. Jahitan ini memegang otot uterus.
Lapisan kedua terdiri atas jahitan menerus sehingga luka pada miometrium
tertutup rapi. Akhirnya luka peritoneum pada plika vesiko uterine ditutup dengan
jahitan catgut halus sehingga menutup bekas luka pada miometrium dan, setelah diamati bahwa uterus berkontraksi baik, dinding perut ditutup dengan cara biasa.
(Wiknjosastro H., 2005)
2.9 Komplikasi :
i. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga
kemungkinan hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk
melakukan operasi berbahaya yang tidak diperlukan. Kalau jalan lahir ibu
mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk sesarea extraperitoneal
ii. Kalau dokter bedahnya tidak berpengalaman, kalau keadaannya tidak
menguntungkan bagi pembedahan, atau kalau tidak tersedia tenaga asisten
yang memadai.
iii. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptura uteri. Hal ini banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik
(Kasdu Dini, 2003).
2.10 Nasehat post seksio sesarea :
i. Sebaiknya bersalin lagi setelah 18 bulan
ii. Melakukan ante natal yang baik pada kehamilan berikutnya
Persalinan yang akan datang dilakukan di Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas
yang cukup. Persalinan berikut tergantung kepada indikasi seksio sesarea
terdahulu, persalinan berikutnya dapat secara pervaginam jika, pertimbangan
opini dokter bedah sebelumnya, satu kali bekas parut operasi SC segmen bawah,
anak kembar dan janin dengan presentasi bokong (Kasdu Dini, 2003).
2.11 Persalinan percobaan (Trial of labor) setelah sebelumnya pernah
dilakukan seksio sesarea.
Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada
wanita dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya
pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi,
letak muka atau kelainan letak lainnya. Persalinan percobaan dimulai pada
permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa
persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau setelah anak lahir
secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik (Kaufmann,E.I.,2006).
Prasyarat
6. Bekas insisi tunggal yang melintang dan pada bagian servikal bawah
uterus (low cervical transverse uterine incision) 7. Indikasi untuk prosedur pertama bukan disproporsi
8. Harapan akan kelahiran dan persalinan yang mudah (Kaufmann,E.I.,2006).
Pedoman penatalaksaan Trial of Labor
1. Harus ada staf dokter tersedia.
2. Darah harus tersedia dan sudah dilakukan cross-matching.
3. Ada monitoring fetal dan maternal baik secara elektronik maupun personal
4. Trial of labor dilakukan terus sampai terjadi kelahiran pervaginam atau dikerjakannya seksio sesarea.
5. Indikasi utama seksio sesarea adalah macetnya kemajuan persalinan,
gawat janin, dan adanya kecurigaan rupture cicatrix dalam uterus.
6. Oksitosin dapat digunakan untuk membantu persalinan pada kasus-kasus
terpilih.
7. Eksplorasi manual jaringan cicatrix dalam uterus harus dilakukan setelah
kelahiran selesai (Kaufmann,E.I.,2006).
2.12 Protokol persalinan pervaginam dengan parut uterus :
Menurut ALARM (Advanced in Labour and Risk Management) International :
1. Identifikasi pasien apakah memenuhi syarat untuk dilakukan pertolongan
persalinan pervaginan.
2. Menjelaskan dengan cermat mengenai rencana pertolongan persalinan dengan diakhiri penandatanganan persetujuan pasien/keluarga informed consent.
3. Persiapkan pemantauan ibu dan janin dalam persalinan secara
terus-menerus(Alarm International., 2003).
( continuous electronic monitoring ).
4. Dipersiapkan sarana operasi segera untuk menghadapi kegagalan VBAC (vaginal birth after caesarean) (Alarm International., 2003).
Pemilihan pasien ;
1. Kenali jenis operasi terdahulu
2. Bila mungkin mengenal kondisi operasi terdahulu dari laporan operasinya
(adakah kesulitan atau komplikasinya)
3. Dianjurkan VBAC dilakukan hanya pada uterus dengan luka parut dari sayatan transversal Segmen Bawah Rahim (SBR) (Alarm International,
2003).
Kontra indikasi VBAC(vaginal birth after caesarean):
1. Luka parut uterus jenis klasik
2. Jenis luka T terbalik atau jenis parut yang tidak diketahui
3. Luka parut pada otot rahim diluar SBR
4. Bekas uterus ruptur
5. Kontra indikasi relatif misal, panggul sempit relatif
8. Presentasi bokong (Alarm International., 2003).
Pertolongan persalinan dilakukan sesuai dengan standar prosedur tetap yang
dibuat sesuai dengan kondisi sarana pelayanan persalinan setempat (Alarm
International., 2003).
Perlu mendapat perhatian ;
1. Observasi perjalanan persalinan dengan baik, kondisi ibu dan
kesejahteraan janin terpantau.
2. Bila perlu memberikan analgesia
3. Ingat kemungkinan terjadi uterus rupture (Alarm International., 2003).
Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara
spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik. (Alarm International., 2003).
Kita menghentikan presalianan percobaan kalau:
i) Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya
ii) Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik
iii) Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis
iv) Setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban, kepala dalam 2 jam tidak
masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat
v) Forcepe gagal
vi) Percobaan dilakukan tidak lebih daripada 8 jam bermulanya kala II.
(Alarm International., 2003) .
Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan seksio sesarea. Kalau seksio
sesarea dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada
(Alarm International., 2003).
Regular antenatal supervision
Lower segment scar Classical scar
At 38 weeks
At 36 weeks
Elective C.S. Vaginal delivary Elective C.S. at 38 weeks
• Previous two C.S. * Equipped surroundings
• Recurrent indication *Proper supervision
• Complicating factors *To note the behavior of the scar
• Progress unsatisfactory Labour progressing smoothly
• Scar tenderness appears
Prophylactic forceps or venousee in 2nd stage C.S.
Exploration of the scar after expulsion of the placenta(controversial)
Scheme of management of post Caesarea Pregnancy
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kajian teoritas yang telah dikemukan di atas, maka dapat
disusun kerangka konsep penelitian seperti gambar dibawah ini :
Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Previous seksio sesarea adalah ibu-ibu yang pernah menjalani prosedur pembedahan untuk melahirkan janin
Previous
S k i
Kelahiran pervaginam
sebelumnya. Melakukan pengambilan sampel total seterusnya
meneliti dan menganalisa data dari rekam medis untuk melakukan
penilaian.
3.2.2. Kelahiran pervaginam adalah proses persalinan normal atau
alamiah. Melakukan pengambilan sampel total seterusnya meneliti
dan menganalisa data dari rekam medis untuk melakukan
penilaian.
3.2.3 Seksio sesarea adalah satu persalinan buatan yang dilakukan untuk
mengeluarkan janin. Melakukan pengambilan sampel total
seterusnya meneliti dan menganalisa data dari rekam medis untuk
melakukan penilaian.
3.3. Cara Ukur
Meneliti dan menganalisa data dari Rekam Medis (data sekunder) dari
bagian rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
3.4. Alat Ukur
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross sectional yang akan menilai sebesar mana populasi ibu-ibu melakukan percobaan pervaginam dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya.
Deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi
serta distribusi penyakit disuatu daerah berdasarkan variabel orang, tempat dan
waktu. Cross sectional adalah melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
tindakan terhadap ibu-ibu dengan riwayat seksio sesarea sebelumnya.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik,
Medan karena rumah sakit ini mempunyai angka kejadian tindakan seksio sesarea
lebih banyak berbanding rumah sakit lain. Selain itu, lokasi ini juga telah dipilih
karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum yang biasanya menjadi
rujukan para peneliti di kota medan ini.
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah telah pembuatan proposal yaitu
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh pasien dengan riwayat sektio sesarea
sebelumnya dari tahun 2007 sehingga tahun 2009 di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik, Medan. Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling.
Total sampling adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden/sampel. Data-data dikumpul diambil dari
rekam medis.
.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin
pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Setelah itu data pasien diambil dari
rekam medis dimana data yang digunakan adalah mengenai seksio sesarae
dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dari tahun 2007
hingga 2009.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dilakukan dengan menganalisa data pasien yang diambil dari
rekam medis di RSUP H.Adam Malik. Analisa data ini telah dilakukan dengan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah
sakit milik pemerintah. Rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama
Pemerintah Daerah Prov. Sumatera Utara. Rumah Sakit ini terletak di lahan yang
luas di pinggiran kota Medan Indonesia. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes no.
547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai
dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.
5.1.2. Proporsi Persalinan Dengan Seksio Sesarea
Berikut ini dapat diketahui distribusi proporsi ibu bersalin dengan seksio
sesarea dan secara pervaginam dengan riwayat sektio sesarea berdasarkan dari
tahun2007-2008 di bagian Obstetrik di RSUP. H. Adam Malik.
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Ibu Bersalin dengan Riwayat Seksio Sesarea Berdasarkan Tahun di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009
Re-Seksio
sesarea
186 91,2
Pervaginam 18 8,8
Total 204 100
Pada tabel 5.1. di atas dapat dilihat bahwa jumlah ibu bersalin dengan
seksio sesarea di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2007-2009 adalah sebanyak
204. Proposi ibu melahirkan secara Re- Seksio sesare adalah 186 orang (91,2 %)
dan proposi ibu melahirkan secara pervaginm adalah 18 orang (8,8%).
5.1.3. Sosiodemografi
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Dengan Riwayat Seksio Sesarea Melakukan Persalinan Pervaginam Berdasarkan Kelompok Umur Di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009
No Sosiodemografi n %
Dari tabel 5.3. dapat dilihat distribusi ibu bersalin dengan pervaginam dengan
dilihat bahwa kelompok umur yang terbanyak melahirkan melalui pervaginam
adalah 31-39tahun yaitu sebanyak 10 orang (56%) diikuti dengan kelompok umur
20-30 tahun yaitu sebanyak 4 orang (22 %) dan kelompok umur 40> tahun yaitu
sebanyak 4 orang (22%).
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio Sesarea Berdasarkan Anak Keberapa Di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009
Dari tabel 5.3. dapat diketahui bahwa berdasarkan , anak ke berapa tinggi adalah
anak ke-2 sebanyak 13 orang (72 %) diikuti dengan anak ke-3 dan anak ke- 4
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesarea Sekarang Berdasarkan Indikasi Medis Di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009
No. Sesksio Sesarea Atas Indikasi Medis n %
Riwayat SS indikasi sekarang
Total 186 100
Berdasarkan tabel 5.5. dapat diketahui indikasi seksio sesarea atas indikasi
medis. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa indikasi seksio sesarea pada saat
ini, yang tertinggi adalah karena panggul sempit yaitu sebanyak 57 orang (31%),
diukuti dengan makrosomia sebanyak 32 orang (17,2%), prentasi bokong
sebanyak 17 orang ( 9,1%), pre-eklamsi dan hipertensi sebanyak 16 orang (
8,6%), letak sunsang sebanyak 14 orang (7,5%), letak lintang 13 orang ( 7 %),
gamelli,fetal distress dan partus tak maju sebanyak 12 orang (6,5%), presentasi
dahi, placenta previa dan infeksi adalah sebanyak 3 orang (1,6%).
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio Sesarea Sebelumnya Berdasarkan Indikasi Medis Di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009
No. Sesksio Sesarea Atas Indikasi Medis n (%)
1 Riwayat SS Sebelumnya Atas Indikasi
Total 18 100
Berdasarkan indikasi persalinan secara pervaginam pada riwayat seksio sesarea
sebelumnya adalah berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa, yang tertinggi
adalah kerana makrosomia sebanyak 6 orang (33,3 %), diikuti dengan tidak
diketahui indikasinya, post date dan tidak ada indikasinya ,yaitu sebanyak 3 orang
(16,7 %), dan yang terendah yaitu pre-eklampsi sebanyak 1 orang (5,6%)
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Dengan Pervaginam dengan riwayat Seksio sesarea Berdasarkan Paritas Di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009
No Mediko Obstetri n %
1. Paritas
a. 1-3
b. 4
c. 5>
11
3
4
61,1
16,7
22,2
Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa berdasarkan faktor mediko obstetri, jumlah
paritas yang tertinggi adalah dengan 1-3 paritas sebanyak 11 orang (61,1% )
diikuti dengan paritas 4 orang sebanyak 3 orang (16,7 %) dan paritas lebih dari 5
adalah sebanyak 4 orang (22,2 %).
5.2.Pembahasan
5.2.1 Distribusi Proporsi Ibu Bersalin dengan Riwayat Seksio Sesarea Berdasarkan Tahun di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009
Jumlah kasus dengan riwayat persalinan seksio sesarea dari 2007-2009
adalah 186 orang (91,2 %) dan persalinan secara pervaginam adalah 18 orang
(8,8 %). Walaupun angka keberhasilan masih rendah dengan penelitian yang
dilakukan di rumah sakit lain, Rumah Sakit Adam Malik adalah pusat rujukan di
Medan sehingga kasus yang datang adalah kasus rujukan yang sangat mungkin
sudah dilakukan upaya persalinan pervaginam sebelumnya dan tidak berhasil
sehingga harus dilakukan seksio sesarea kembali.
5.2.2 Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Dengan Riwayat Seksio Sesarea Berdasarkan Kelompok Umur Di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009
Umur rata-rata dari seluruh ibu bersalin dengan seksio sesarea di RSUP. H.
Adam Malik tahun 2007 dan 2009 adalah dalam kelompok umur 21-39tahun atau
Bila berada di bawah umur 20 tahun organ-organ reproduksi belum
berfungsi sempurna secara keseluruhan dan ini berisiko untuk terjadi untuk
komplikasi ketika kehamilan dan persalinan. Selain itu, kekuatan otot-otot
perineum dan oto-otot perut belum bekerja secara optimal maka resiko terjadi
komplikasi adalah tinggi. Menurut Depkes RI, kehamilan yang terjadi diatas 35
tahun dianggap sangat berbahaya sebab alat reproduksi maupun fisik sudah jauh
menurun.
Kehamilan dan persalinan yang terjadi pada kelompok umur yang
digolongkan beresiko seperti yang telah dijelaskan diatas akan menimbulkan
banyak penyulit. Ibu dengan umur yang lebih tinggi mempunyai resiko yang lebih
tinggi terjadinya komplikasi berbanding ibu hamil berumur 21-39 tahun. Bahaya
yang dapat ditemukan pada saat persalinan seperti adanya gangguan his atau
kekuatan mengedan, kala I yang lama, kala II yang lama yang lama sehingga
memerlukan tindakan operatif kebidanan.
5.2.3 Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio Sesarea Berdasarkan Anak Keberapa Di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009.
Secara teori persalinan pertama sekali biasanya mempunyai resiko untuk
seksio sesarea yang relative tinggi, akan tetapi resiko ini akan menurun pada
paritas kedua dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya. Ini
terbukti dengan anak kedua mempunyai angka kebehasilan lebih tinggi pada
persalinan pervaginam dan anak ke empat dan kelima menunjukan kemungkinan
5.2.4 Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Dengan Seksio Sesarea Sekarang Berdasarkan Indikasi Medis Di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009
Indikasi seksio sesarea pada saat ini, yang tertinggi adalah karena panggul
sempit yaitu sebanyak 57 orang (23,3%). Panggul sempit mempunyai pengaruh
yang besar pada kehamilan maupun persalinan yang mengakibatkan berbagai
komplikasi yang jika tidak ditangani bisa menyebabkan gawat janin, tindakan
seksio sesarea harus dilakukan apabila upaya untuk melahirkan melalui
pervaginam tidak berjaya. Maka ibu dengan indikasi panggul sempit harus
dilakukan seksio sesarea pada kehamilan yang seterusnya.
5.2.5 Distribusi Proporsi Ibu Bersalin Pervaginam Dengan Riwayat Seksio Sesarea Sebelumnya Berdasarkan Indikasi Medis Di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009.
Berdasarkan hasil dari tabel diperoleh adalah atas indikasi makrosomia
yang mempunyai nilai yang tertinggi. Jadi pada kehamilan yang seterusnya
mungkin janin normal dan dapat terjadi persalinan pervaginam. Harus
diperhatikan juga usaha dilakukan percobaan persalinan pervaginam harus
dilakukan di Rumah Sakit yang sudah dilengkapi dengan fasilitas yang dapat
dilakukan operasi seksio sesarea pada keadaan darurat kerana kegagalan dan
5.2.6 DistribusiDistribusi Proporsi Ibu Bersalin Dengan Pervaginam dengan riwayat Seksio sesarea Berdasarkan Paritas Di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2007-2009.
Paritas sangat berpengaruh dalam reproduksi. Kecendrungan ibu berparitas
rendah lebih baik dari berparitas tinggi. Hal ini disebabkan fungsi reproduksi
mulai menurun. Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman jika ditinjau dari
sudut komplikasi.
Secara teori diketahui pada ibu dengan pirimipara, karena pengalaman
melahirkan belum pernah, maka kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi
cukup besar baik pada kekuatan his, jalan lahir dan kondisi janin. Persalinan
pertama sekali biasanya mempunyai resiko untuk seksio sesarea yang relative
tinggi, akan tetapi resiko ini akan menurun pada paritas kedua dan akan
meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya. Resiko untuk terjadinya
persalinan seksio sesarea pada primigravida dua kali lebih besar daripada
multigravida. Wanita pirimipara dari semua sudut lebih beresiko terjadinya
komplikasi kehamilan dan dalam persalinan serta lebih tinggi angka seksio
sesarea. Wanita dengan nullipara mempunyai resiko lebih besar untuk persalinan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1. Jumlah ibu bersalin dengan riwayat seksio sesarea di RSUP. H. Adam
Malik pada tahun 2007-2009 adalah sebanyak 204. Dalam tiga tahun ini
proposi kelahiran dengan seksio sesarea adalah 186 orang yaitu (91,2%) dan
secara pervaginam adalah 18 orang yaitu (8,8%).
6.1.2. Distribusi proporsi terbanyak ibu bersalin dengan riwayat seksio sesarea
berdasarkan sosiodemografi menurut umur 21-30 tahun adalah (42,6%)
6.1.3. Distribusi proporsi terbanyak ibu bersalin dengan pervaginam dengan
riwayat seksio sesarae berdasarkan kelompok umur yang tertinggi adalah 31-39
tahun (56%).
6.1.4Distribusi proporsi terbanyak ibu bersalin dengan seksio sesarea sekarang
adalah atas indikasi medis panggu l sempit (31%)
19.2.2 Distribusi proporsi terbanyak ibu bersalin pervaginam dengan riwayat seksio sesarea berdasarkan anak keberapa adalah anak ke dua.(72%)
6.1.6 Distribusi proporsi terbanyak ibu bersalin secara pervaginam dengan
riwayat seksio sesarea sebelumnya adalah dengan indikasi makrosomia (35%)
6.1.7 Distribusi proporsi terbanyak ibu bersalin dengan pervaginam dengan
6.2. Saran
6.2.1. Perlunya pihak puskesmas melakukan pengawasan ‘antenatal care’ yang baik terhadap ibu hamil untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi
untuk mengelakkan ibu hamil tersebut berisiko melahirkan melalui seksio
sesarea.
6.2.2. Perlunya pihak rumah sakit melakukan penyuluhan berulang kali kepada
ibu hamil supaya kehamilan mereka terkontrol. Agar lebih banyak ibu dapat
melakukan persalinan pervaginam tanpa sebarang komplikasi dan ini
merupakan salah satu cara alamiah yang terbaik. Tindakan cara bersalin
secara seksio sesarea dapat dihindari pada keadaan yang dapat dielakkan.
6.2.3. Pihak rumah sakit disarankan agar pencatatan status pasien pada rekam
medis dilakukan dengan lebih teratur dan lengkap untuk memudahkan peneliti
DAFTAR PUSTAKA
Alarm International., 2003. A Program to Reduce Maternal Mortality and Morbidity, 2nd edition. Canada.
Arulkumaran S., Sivanesaratnam V., Chatterjee A., and Kumar P., 2004.
Essentials of Obstetrics. India : Jaypee Brothers.
Arulkumaran, S., Ingemarsson, I., Ratnam, S.S., 1998. Oxytocin augmentation in dysfuctional labour after previous cesarean section. Br J Obstet Gynaecol: 939-941.
Baker, P.N., Obstetrics by ten teachers. India : Hodder Arnold, 2006. ISBN 0-
34081667-8.
Barclay, D.L.,1997 Caesarean hysterectomy. Obstet Gynecol 835:120
Dickinson, J.E., 1996. Previous caesarean section in High Risk Pregency
Management Options. London : WB. Saunders Company Ltd: 207-216.
Dutt, D.C., 2004. Text Book Of Obstetrics. 5th ed. Calcutta: New Central Book Agency (P) LTD: 348-352.
F. Gary Cunningham et.al, Williams Obstetrics, Edisi 22. McGraw-Hill Professional.
Haji, P., 2004. Analisis faktor risiko kegagalan persalinan pervaginam pada ibu-ibu hamil dengan riwayat seksio Caesarea kehamilan sebelumnya.Yogyakarta.
Hendler, I., Bujould, E., 2004. Effect of Prior Vaginal Delivery or Prior VaginalBirth After Cesarean Delivery on Obstetrics Outcome in Women Undergoing Trial of Labor. The American College of Obstet Gynecol: Lippincott Williams & Wilkins: 273-277.
Kaufmann, E.I., 2006. Persalinan Normal Setelah Operasi Caesar (Vaginal Birth After Cesarean). PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana, Untuk Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I Edisi 2. EGC, Jakarta.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid II Edisi 2. EGC, Jakarta.
Nestor, N.D., M.D., Hunters, D.J.S, Taylor, D.W., 1998. Trial of labor after
previous cesarean section: Prognostic indicators of outcome:142-460.
Notoatmodjo, Soedkidjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Ramadhani, 2005. Karakteristik Ibu Bersalin dengan Seksio Sesarea di
RSUKisaran Tahun 2000-2004.
Sudigdo Sastroasmoro et al, 2008. Dasar-dasar Methodologi Penelitian Klinis,
Edisi ke-3. Sagung Seto.
Wall, E., Roberts, R., Deutchman, M., Hueston, W., 2005. Trial of Labor After
Cesarean (TOLAC): Atwood LA, Ireland B: American Academy of FamilyPhysicians.
Wiknjosastro H., 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiriharjo, Jakarta: 180-870.
WHO et al., 2000. Maternal Mortality in 2000. Department of Reproductive
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Malarvilli Balasubramaniam
Tempat / tanggal lahir : Pulau Pinang / 23 Maret 1986
Agama : Hindu
Alamat : Jalan Dr.Mansur, Gang Sehat, No.26 Medan,
20155- Indonesia.
Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah(SPM)-2003
South Australian Matriculation- 2004
SMA Kelas III-2006/2007
Fakultas Kedokteran USU- sekarang
Riwayat Organisasi : 1. Ahli PKPMI
GAMBARAN TINGKAT KEBERHASILAN PERSALINAN
PERVAGINAM PADA IBU-IBU DENGAN RIWAYAT SEKSIO
SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK,
MEDAN
TAHUN 2007 - 2009
Lampiran
Jumlah kelahiran seksio secara pervaginam dan sesarea
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid seksio sesarea 186 91.2 91.2 91.2
pervaginam 18 8.8 8.8 100.0
Total 204 100.0 100.0
Distribusi kelahiran secara pervaginam berdasarkan Kelompok umur Crosstabulation
Count
Distribusi kelahiran secara pervaginam berdasarkan Anak ke berapa Crosstabulation
Distribusi kelahiran secara pervaginam berdasarkan Anak ke berapa Crosstabulation
Count
Anak ke berapa
T
1 2 3 4 5 6
kelahiran secara seksio sesarea 52 66 37 24 5 2
pervaginam 0 13 2 2 1 0
Total 52 79 39 26 6 2
Distribusi kelahiran secara pervaginam berdasarkan Paritas Crosstabulation
Count
Paritas
.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00
kelahiran secara seksio sesarea 52 62 42 25 3 2
pervaginam 0 0 2 9 3 0
Total 52 62 44 34 6 2
Distribusi kelahiran secara pervaginam berdasarkan Indikasi sebelumnya Cr
Count
INDsblmnya
panggul sempit tdak diketahui makrosomia - fetal distress post da kelahiran
secara
seksio sesarea 43 30 5 92 2 4
pervaginam 0 3 9 0 2 3