TINDAKAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT
UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2014
SRI WAHYUNI
135102011
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2014
ABSTRAK
Sri Wahyuni
Latar Belakang : Persalinan seksio sesarea yang semakin meningkat, ini semua disebabkan beberapa alasan yang sering diungkapkan pasien mendapatkan kenyamanan pada persalinan seksio sesarea yang direncanakan dan dapat mengurangi rasa ketakutan akan persalinan yang lama serta mungkin berbahaya.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Apa faktor – faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2014.
Metodologi : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 39 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian, analisa data dalam penelitian ini adalah univariat dan bersifat deskriptif
Hasil : Hasil penelitian lebih dari setengah responden berumur <20 - 35 tahun 20 orang (51,3%), agama Islam 39 orang (100%), suku Mandailing 12 orang (30,8%), pendidikan SMA 19 orang (48,7%), pekerjaan ibu yang tidak bekerja 23 orang (59%), penghasilan perbulan < Rp 5.000.000 38 orang (97,4%), paritas sekundigravida 21 orang (53,8%). Riwayat persalinan dengan tindakan seksio 25 orang (64,1%), faktor ibu 33 orang (84,6%), gawat janin 37 orang (94,9%), kelainan plasenta 15 orang (38,5%), permintaan ibu 37 orang (94,9%).
Kesimpulan : Yang mempengaruhi ibu memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea adalah riwayat persalinan, faktor ibu, gawat janin, kelainan plasenta dan permintaan ibu. Diharapkan dokter dan bidan memberikan konseling dalam menentukan persalinan sesuai dengan medis.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan Januari – April tahun 2014”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak memperoleh
bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi DIV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak
memberikan masukan dan nasehat pada penulis.
3. Dr.dr.M.Fidel Ganis Siregar, M.ked (OG) SpoG.K selaku dosen pembimbing dalam
membantu mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Kepala Rumah Sakit Mitra Sejati yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di wilayah kerjanya.
5. Seluruh dosen dan staf program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Sumatera Utara.
6. Kedua orang tua ( H.Samsir dan Hj.Lasiyah ) yang tidak hentinya memberikan
dukungan doa, semangat, dan material kepada penulis.
7. Seluruh teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan
Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis
menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari apa yang dikatakan sempurna.
Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah nantinya.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
kita semua khususnya bagi penulis.
Medan, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR SKEMA ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1
B. Rumusan masalah ... 4
C. Tujuan penelitian ... 4
D. Manfaat penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seksio Sesares ... 6
1. Defenisi Seksio Sesarea ... 7
2. Istilah Persalinan Seksio Sesarea ... 8
3. Jenis – jenis Seksio Sesarea Abdominalis ... 8
B. Faktor – Faktor Persalinan Seksio Sesarea dengan Indikasi Medis ... 12
C. Pengambilan Keputusan ... 21
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 24
B. Defenisi Operasional ... 25
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel ... 27
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
D. Etikaa Penelitian ... 28
E. Instrumen Penelitian ... 29
F. Validitas dan Reliabilita ... 30
G. Pengumpulan Data ... 31
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 33 1. Data Demografi/ Karakteristik Ibu ... 33 2. Faktor – faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea .. 36 B. Pembahasan ... 39 1. Karakteristik Ibu ... 39 2. Faktor – faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea .. 41 3. Keterbatasan penelitian... 47 4. Implikasi institusi rumah sakit/ tenaga medis ... 48
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 49 B. Saran ... 49
DAFTER PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No JUDUL TABEL HALAMAN
5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan
karakteristik Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014 ... 34
5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Kuisioner Faktor – Faktor Pemilihan Persalinan dengan
Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum ... 35
5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Riwayat Persalinan Seksio Sesarea dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Haji
Medan Tahun 2014 ... 37
5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Ibu dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakaan Seksio Sesare
di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014 ... 37
5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gawat Janin dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea
di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014 ... 38
5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kelainan Plasenta
dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea
di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014 ... 38
5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Permintaan Ibu dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Konsep Faktor – Faktor Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio
Sesarea
DAFTAR LAMPIARAN
Lampiran 1 : Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 2 : Lembar Kuesioner
Lampiran 3 : Lembar Content Validity
Lampiran 4 : Jadwal Penelitian
Lampiran 5 : Surat izin data penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 6 : Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 7 : Master Tabel
Lampiran 8 : Hasil data Out Put Data Penelitian
Lampiran 9 : Lembar Konsultasi
TAHUN 2014
ABSTRAK
Sri Wahyuni
Latar Belakang : Persalinan seksio sesarea yang semakin meningkat, ini semua disebabkan beberapa alasan yang sering diungkapkan pasien mendapatkan kenyamanan pada persalinan seksio sesarea yang direncanakan dan dapat mengurangi rasa ketakutan akan persalinan yang lama serta mungkin berbahaya.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Apa faktor – faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2014.
Metodologi : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 39 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian, analisa data dalam penelitian ini adalah univariat dan bersifat deskriptif
Hasil : Hasil penelitian lebih dari setengah responden berumur <20 - 35 tahun 20 orang (51,3%), agama Islam 39 orang (100%), suku Mandailing 12 orang (30,8%), pendidikan SMA 19 orang (48,7%), pekerjaan ibu yang tidak bekerja 23 orang (59%), penghasilan perbulan < Rp 5.000.000 38 orang (97,4%), paritas sekundigravida 21 orang (53,8%). Riwayat persalinan dengan tindakan seksio 25 orang (64,1%), faktor ibu 33 orang (84,6%), gawat janin 37 orang (94,9%), kelainan plasenta 15 orang (38,5%), permintaan ibu 37 orang (94,9%).
Kesimpulan : Yang mempengaruhi ibu memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea adalah riwayat persalinan, faktor ibu, gawat janin, kelainan plasenta dan permintaan ibu. Diharapkan dokter dan bidan memberikan konseling dalam menentukan persalinan sesuai dengan medis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, indikator kesejahteraan suatu bangsa salah satunya diukur dari
besarnya angka kematian saat persalinan. Makin tinggi angka itu, maka makin rendah
kesejahteraan suatu bangsa. Di indonesia angka kematian ibu masih merupakan
masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat
kesehatan masyarakat, dan tingkat kesejahteraan masyarakat juga menunjukkan
kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. (Hidaya & Sujiatini, 2010)
Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 500.000 wanita hamil didunia menjadi korban proses reproduksi setiap tahun. Sebagian besar kematian ibu dan bayi
terjadi di negara berkembang termasuk indonesia. WHO memperkirakan 15.000 dari
sekitar 4,5 juta wanita melahirkan di Indonesia mengalami komplikasi yang
menyebabkan kematian.( Hidaya & Sujiatini, 2010) . Menurut penelitian Trisnantoro
L, (2011) Angka kematian Ibu (AKI) mengacu kepada jumlah kematian ibu yang
terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas.Laporan Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir memperkirakan Angka Kematian Ibu adalah 228
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Bahkan WHO, UNICEF,UNFPA, dan
Word Bank memperkirakan angka kematian ibu lebih tinggi, yaitu 420 per 100.000
kelahiran hidup (Prasetyawati, 2012). Sedangkan menurut Bensons dan Pernolls dalam
penelitian Annisa, angka kematian ibu yang menjalani persalinan seksio sesarea adalah
40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup dan memiliki risiko kematian 25 kali lebih besar
dibanding persalinan pervaginam.
Operasi seksio sesarea telah menjadi bagian kebudayaan manusia sejak zaman
untuk menyelamatkan sang bayi dan kemudian mempertahankan hidup sang ibu. Baru
pada abad ke-19, para pekerja medis mulai mempertimbangkan kemungkinan bahwa
operasi sesaria dapat digunakan untuk menyelamatkan, baik ibu maupun
bayinya.Setelah itu, operasi sesaria semakin sering dilakukan dan semakin tinggi
tingkat keberhasilannya, walaupun tetap dipandang sebagai suatu upaya terakhir.
Sehingga, operasi sesaria sudah menjadi sesuatu yang umum di masyarakat
(Chrissie,2005).
Sejak tahun 1970 hingga 2007, angka persalinan Caesar di Amerika Serikat
meningkat dari 4,5 % pada semua persalinan seksio sesarea menjadi 31,8 % (Williams,
2010). Sedangkan di indonesia di dalam penelitian Silvia Aulia (2010), angka kejadian
seksio sesarea meningkat pesat, terutama di kota – kota besar. Dalam laporan tahunan
bagian obstetric dan ginekologi, disebutkan bahwa angka kejadian persalinan seksio
sesaria di rumah sakit pendidikan tahun 2006 adalah 790-3.541 persalinan, dan pada
penelitian Gondo dan Sugiharta (2006) di RSUP Sanglah Denpasar, bahwa telah terjadi
peningkatan angka persalinan seksio sesaria dari 22,7% pada tahun 2001 menjadi
34,56% pada tahun 2006. Gondo juga melaporkan persentasi sektio seasarea dengan
indikasi medis sebesar 65,18%, dan tanpa indikasi medis sebesar 34,82%, sedangkan
Dr. Andon Hestiantoro SpoG (K) menjelaskan bahwa angka section cesarea di rumah
sakit pemerintah saat ini 11-15%, sementara di rumah sakit swasta dapat mencapai
30-40%. Angka ini merupakan bukti konkret bahwa saat ini seksio sesaria bukan lagi
hanya indikasi medis, tetapi banyak faktor bukan medis yang mempengaruhi.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya persalinan pervaginam lebih rendah
dibandingkan dengan persalinan seksio sesarea yang semakin meningkat, ini semua
disebabkan beberapa alasan yang sering diungkapkan pasien mendapatkan kenyamanan
akan persalinan yang lama serta mungkin berbahaya. Abitbol dkk, (1993) menemukan
bahwa pilihan pasien seperti ini tetap ada meskipun telah dilakukan konseling
antepartum yang ekstensif.Mereka mewawancarai wanita saat pulang dari rumah sakit
dan wanita yang dipilih untuk persalinan seksio sesarea berulang 93% dilaporkan
memuaskan. Hal ini dibandingkan dengan 53% dari seluruh wanita yang menjalani
percobaan persalinan seksio sesarea dan 80% pada wanita yang menjalani percobaan
persalinan seksio sesarea tanpa komplikasi. Ini menunjukkan bahwa operasi seksio
sesare sudah menjadi sesuatu yang umum.(Williams, 2010).
Kini tindakan operasi sudah dapat diterima masyarakat, Adapun faktor yang
menyebabkan terjadinya tindakan persalinan dengan seksio sesarea, yaitu :panggul
sempit dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir sehingga dapat menyebabkan
persalinan yang tidak maju, disproporsi cephalopelvik, kontraksi uterus yang tidak
efektif, tali pusat janin menumbung, kelainan letak janin di dalam rahim dan defleksi
kepala bayi. Indikasi tersebut mendorong keputusan kearah seksio sesarea berdasarkan
kegagalan persalinan mencapai dilatasi serviks atau turunnya janin, tanpa
mempertimbangkan penyebabnya (Harry dan William, 2010). Bahkan saat ini banyak
pasien yang sengaja meminta persalinan dengan jalan operasi, walaupun tanpa alasan
medis yang tepat. Alasan – alasan pasien meminta persalinan seksio sesarea adalah 1)
untuk menghindari tertjadinya kerusakan pada alat kelamin saat persalinan pervaginam
sehingga keharmonisan rumah tangga makin terjamin, 2) menurunkan bahaya pada
janin, 3) menghindari ketidakpastian dalam proses persalinan, 4) rasa takut dalam nyeri
persalinan, dan rasa tidak nyaman (William, 2010). Selain itu, ada juga alasan pasien
memilih persalinan seksio sesarea karena tingkat kemampuan operasi semakin tinggi
dan juga teknik anastesi (bius), serta pilihan antibiotik makin luas sehingga bahaya
pasien lebih memilih operasi seksio sesarea dari pada persalinan pervaginam. Sehingga
permintaan persalinan seksio sesarea semakin meningkat dan diperkirakan telah
meningkat 50% pada tahun ini, menyebabkan salah satu masalah terpenting dan
kontroversial yang dihadapi oleh bagian kebidanan saat ini (Williams, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor
pemilihan persalinan dengan tindakan seksiosesaria di Rumah Sakit Haji Medan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini
adalah “Apa faktor - faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria di
Rumah Sakit Haji Medan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Apa faktor – factor pemilihan
persalinan dengan tindakan seksio sesaria di Rumah Sakit Haji Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui riwayat persalinan seksio sesarea merupakan factor
pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.
b. Untuk mengetahui faktor ibu merupakan faktor pemilihan persalinan dengan
tindakan seksio sesarea.
c. Untuk mengetahui gawat janin merupakan faktor pemilihan persalinan dengan
tindakan seksio sesarea.
d. Untuk mengetahui kelainan plasenta merupakan faktor pemilihan persalinan
dengan tindakan seksio sesarea.
e. Untuk mengetahui permintaan pasien merupakan faktor pemilihan persalinan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat memberikan suatu pengetahuan dalam penyempurnaan pelaksanaan
tindakan seksio sesaria pada rumah sakit.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat memberikan bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan khususnya
kebidanan untuk penanganan ibu bersalin dengan permintaan tindakan seksio
sesaria.
3. Bagi Kebidanan
Dapat memberikan masukan bagi ilmu kebidanan tentang faktor-faktor pemilihan
persalinan dengan tindakan seksio sesaria.
4. Bagi peneliti
Dapat menambah informasi bagi peneliti kebidanan tentang faktor – faktor
pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesaria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya,
tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan,
pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba,2009).
Persalinan berlangung secara alamiah, tetapi tetap diperlukan pemantauan
khusus karena setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda,
sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan janin pada saat
persalinan.Selain itu, selama kehamilan ataupun persalinan dapat terjadi
komplikasi yang mungkin dapat terjadi karena kesalahan penolong dalam
persalinaan, baik tenaga non-kesehatan seperti dukun ataupun tenaga kesehatan
khususnya bidan (Sondakh, 2013).
Persalinan merupakan proses dramatis dari kondisi biologis dan psikologis
yang dialami oleh sebagian besar ibu hamil. Sebagian besar wanita menganggap
hal tersebut sebagai salah satu hal yang kodrat. Banyak persiapan yang dilakukan
sejak awal kehamilan dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi, serta yang
akan mendukung lancarnya proses persalinan (Sondakh, 2013). Proses persalinan
dapat terbagi menjadi dua yaitu persalinan normal (pervaginam) dan persalinan
abnormal (seksio sesarea), dalam bab ini akan membahas tentang persalinan
abnormal dengan tindakan seksio sesarea. Dimana kejadian seksio sesarea sudah
A. Seksio Sesarea
1. Defenisi Seksio Sesaria
Seksio sesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan
uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gr atau kehamilan >28 minggu
(Manuaba,2012)
Seksio sesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesaria
adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Mochtar,2012).
2. Istilah Persalinan Seksio Sesaria
Menurut Mochtar (1998) persalinan seksio sesarea memiliki beberapa istilah
yaitu:
a. Seksio Sesaria primer (Efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio
sesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya : pada panggul sempit
( CV kecil dari 8 cm).
b. Seksio Sesaria Sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal,
baru dilakukan seksio sesaria.
c. Seksio Sesaria ulang (repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesaria (previous caesarea section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesaria ulang.
d. Seksio Sesaria Histerektomi (Caesarean section hysterectomy)
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesaria,
e. Operasi Porro (Porro operation)
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya
janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya : pada
keadaan infeksi rahim yang berat.
3. Jenis – Jenis Operasi Seksio Sesaria Abdominalis
Menurut Harry dan William persalinan seksio sesaria abdominal memilki
beberapa jenis yaitu :
1 Insisi Melintang
Insisi melintang segmen bawah uterus memungkinkan kelahiran
perabdominam yang aman sekalipun dikerjakan pada saat persalinan dan rongga
rahim terinfeksi. Insisi melintang segmen bawah rahim bawah rahim merupakan
prosuder pilihan, dengan cara sebagai berikut :
a. Abdomen dibuka dan uterus disingkapkan.
b. Lipatan versicouterina periteoneum (bladder flap) yang terletak dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang,
lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung kemih
didorong ke bawah serta ditarik agar tidak menutupi lapangan pandangan.
c. Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang kecil, luka insisi
dilebarkan kesamping dengan jari-jari tangan dan berhenti didekat daerah
pembuluh darah uterus.
d. Kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksi
atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh yang lainnya dan kemudian plasenta
serta selaput ketuban.
e. Insisi melintang tersebut ditutup dengan jahitan catgut bersambung satu lapis
uterus sehingga seluruh luka insisi terbungkus dan tertutup dari rongga
peritoneum generalisata. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis.
1) Keuntungan dilakukannya Insisi Melintang yaitu :
a. Insisinya ada pada segmen bawah uterus. Namun demikian, kita harus yakin
bahwa tempat insisi ini berada pada segmen bawah yang tipis dan bukannya
pada bagian inferior dari segmen atas yang muskuler.
b. Otot tidak dipotong tetapi dipisah ke samping, cara ini mengurangi
perdarahan.
c. Insisi jarang terjadi sampai placenta.
d. Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah dirapatkan
kembali dibanding segmen atas yang tebal.
e. Keselurahan luka insisi terbungkus oleh lipatan vesicouterina sehingga mengurangi perembasan ke dalam cavum peritonei generalisata.
f. Ruptura jaringan cicatrix yang melintang kurang membahayakan jiwa ibu dan janin karena :
1. Insidensi rupture tersebut lebih rendah.
2. Kejadian ini jarang terjadi sebelum aterm. Dengan demikian pasien sudah
dalam pengamatan ketat di rumah sakit.
3. Perdarahan dari segmen bawah yang kurang mengandung pembuluh darah
itu lebih sedikit dibandingkan perdarahahan dari corpus.
4. Ruptura bekas insisi melintang yang rendah letaknya kadang – kadang saja
diikuti dengan ekspulsi janin atau dengan terpisahnya placenta, sehingga
2). Kerugian dilakukannya Insisi Melintang yaitu :
a. Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti terjadi pada kasus yang bayinya
terlalu besar, maka pembuluh darah uterus dapat terobek sehingga
menimbulkan perdarahan hebat.
b. Prosedur ini tidak dianjurkan kalau terdapat abnormalitas pada segmen
bawah, seperti fibroid atau varices yang luas.
c. Pembedahan sebelumnya atau pelekatan yang padat menghalangi pencapaian
segmen bawah akan mempersulit operasi.
d. Kalau segmen bawah belum terbentuk dengan baik, pembedahan melintang
sukar dikerjakan.
e. Kadang – kadang vesica urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang terjadi
sebelumnya sehingga vesica urinaria dapat terluka.
2Insisi Membujur
Insisi Membujur dilakukan dengan cara membuka abdomen dan
menyingkirkan uterus sama seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat
dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera
pada bayi. Adapun keuntungan dari inisisi membujur yaitu :
a. Luka insisi bisa diperlebar ke atas. Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya
besar, pembentukan segmen bawah jelek, ada malposisi janin seperti letak
lintang atau kalau ada anomaly janin seperti kehamilan kembar yang
menyatu (conjoined twins).
b. Sebagian ahli kebidanan menyukai jenis insisi ini untuk placenta previa.
Dan terdapat juga kerugian utama pada insisi membujur yang dapat terjadi
pendarahan dari tepi sayatan yang lebih banyak karena terpotongnya otot, juga
penutupan retroperitoneal yang lengkap akan hilang. Pada jenis operasi seksio
sesarea insisi membujur terdapat 3 teknik yaitu :
a) Seksio sesarea klasik
Seksio sesarea klasik memiliki indikasi bila terjadi kesukaran dalam
memisahkan kandung kemih untuk mencapai segmen bawah rahim, misalnya
karena adanya perlekatan – perlekatan akibat pembedahan seksio sesarea yang
lalu, atau adanya tumor – tumor di daerah segmen bawah rahim, keadaan janin
yang besar dalam letak lintang dan plasenta previa dengan insersi plasenta di
dinding depan segmen bawah rahim (Hanifa,2005).
b) Seksio Sesarea Extraperitoneal
Seksio sesarea extraperitonel dikerjakan untuk mengindari perlunya
histerektomi pada kasus – kasus yang mengalami infeksi luas dengan
mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal.Ada beberapa
metode seksio sesarea extraperitoneal, seperti metode Waters, Latzko, dan
Norton.
Teknik pada prosuder ini relative sulit, sering tanpa sengaja masuk ke
dalam cavum peritonei, dan insidensi cedera vesira urinaria
meningkat.Perawatan prenatal yang lebih baik, penurunan insidensi kasus
yang terlantar, dan tersedianya darah serta antibiotic telah mengurangi
perlunya.teknik extraperitoneal. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap di
simpan sebagai cadangan bagi kasus – kasus tertentu (Harry & William,2010).
c) Seksio sesarea Histerektomi
Seksio sesarea histerektomi merupakan seksio sesarea yang dilanjutkan
dengan pengeluaran uterus.Kalau mungkin histerektomi harus dikerjakan
lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih cepat, maka pembedahan subtotal
menjadi prosuder pilihan kalau terdapat pendarahan hebat dan pasiennya
shock, atau kalau pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada
kasus-kasus seperti ini, tujuan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat
mungkin.
B. Faktor – Faktor Yang menyebabkan Ibu Memilih Persalinan dengan
Tindakan Seksio Sesarea
Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalam rahim
ibunya. Jadi, apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi menurut buku
Obstetrics and Gynecology, ada empat alasan, yaitu untuk keselamatan ibu dan janin ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kotraksi, distosia
(persalinan macet) sehingga menghalang persalinan alami, dan bayi dalam
keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan tetapi jalan lahir tidak mungkin
dilalui janin.Jadi penyebab dilakukannya operasi pada persalinan memiliki
beberapa faktor yaitu:
a. Riwayat dengan persalinan seksio sesarea
Riwayat dengan persalinan seksio sesarea adalah wanita yang pernah
memiliki riwayat persalinan seksio sesarea (Williams,2013). Pada sebagian besar
Negara ada kebiasaan yang diperaktikkan akhir-akhir ini yaitu setelah prosedur
pembedahan seksio sesarea dikerjakan, maka semua kehamilan yang mendatang
harus diakhiri dengan cara yang sama. Bahaya rupture lewat tempat insisi
sebelumnya dirasakan terlalu besar. Akan tetapi, pada kondisi tertentu ternyata
bisa dilakukan trial of labor dengan kemungkinan persalinan lewat vagina. Kalau
upaya ini berhasil, baik morbiditas maternal maupun lamanya rawat tinggal akan
Adapun menurut buku Harry dan Williams syarat-syarat trial of labor
sebelumnya pernah dilakukan seksio sesarea :
1. Bekas insisi tunggal yang melintang dan pada bagian cervical bawah uterus
(low cervical transverse uterine incision).
2. Indikasi untuk prosedur pertama bukan disporporsi.
3. Indikasi akan kelahiran dan persalinan yang mudah.
Kontraindikasi untuk trial of labor sebelumnya pernah melakukan persalinan seksio sesarea :
1. Bekas insisi vertical tipe apapun.
2. Insisi yang tipenya tidak diketahui
3. Pernah seksio sesarea lebih dari satu kali
4. Saran untuk tidak melakukan trial of labor dari dokter bedah yang
melaksanakan pembedahan pertama.
5. Panggul sempit
6. Presentasi abnormal, seperti presentasi dahi, bokong atau letak lintang
7. Indikasi medis untuk segera mengakhirin kehamilan, termasuk diabetes,
toxemia gravidarum dan plasenta previa.
b. Faktor ibu
Kondisi kehamilan bisa pula sebagai penyebab dilakukannya
operasi.Misalnya : tidak ada tanda persalinan, pada hal kehamilan harus diakhiri
karena alasan janin atau ibunya, ibu menderita eklampsia atau ketuban pecah dini
dan ingin dilakukan tindakan sterilisasi. Sebalikya, usia kehamilan belum cukup
bulan (25 minggu), tetapi kehamilan harus diakhiri.
Namun, dari kondisi janin dan ibu tersebut tidak semuanya harus dilakukan
pertimbangan, yaitu : apabila persalinan pervaginam membahayakan keselamatan
ibu dan bayinya.
Menurut buku Dini Kasdu ada beberapa faktor ibu yang menyebabkan harus
dilakukan operasi seksio sesarea yaitu :
1) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki
risiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke
atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang berisiko, misalnya
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklampsia.
Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga
seringkali menyebabkan dokter memutuskan persalinan dengan operasi sesarea.
2) Tulang Panggul
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus
tidaknya proses persalinan. Tulang – Tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan “jalan” yang
harus dilalui ole janin ketika akan lahir seara alami. Bentuk tulang panggul ada
empat jenis, yaitu : panggul ginekoid, android, platipeloid dan anthropoid. Jenis panggul yang dapat membantu memudahkan kelahiran bayi adalah jenis panggul
ginekoid.Persalinan Sebelumnya dengan operasi sesarea.
3) Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya : jalan lahir yang kaku sehingga
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor atau kelainan bawaan
bisa juga terjadi karena ada mioma atau tumor.Keadaan ini menyebabkan
persalinan terhambat atau macet, yang bisa disebut distosia.
4) Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan menyebabkan kepala bayi tidak terdorong dan tidak dapat
melewati jalan lair dengan lancer. Untuk lemahnya kontraksi rahim, biasanya
dapat ditolong dengan memberikan infus oksitoksin, tetapi untuk membuat
elastisnya leher rahim sulit dilakukan intervensi. Apabila keadaan tidak
memungkinkan maka dokter biasanya akan melakukan operasi sesarea.
5) Ketuban Pecah Dini
Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam
rahim.Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat meyebabkan bayi
harus segera dilahirkan.Kondisi ini membuat air ketuban merembes keluar
sehingga tinggal sedikit atau habis. Apabila air ketuban habissama sekali, pada
hal bayi masi belum waktunya lahir, biasanya dokter akan berusaha
mengeluarkan bayi dari dalam kandungan,baik melalui kelahiran biasa maupun
operasi sesarea. Air ketubanyang peca sebelum waktunya akan membuka rahim
sehingga memudakan masuknya bakteri dari vagina. Dengan masuknya bakteri
lewat vagina, infeksi akan terjadi pada ibu hamil dan janin di dalam kandungan.
6) Rasa Takut Kesakitan
Seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa
sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha
yang semakin kuat dan “menggigit”. Hal ini terjadi karena ketika berkontraksi,
kepala bayi kea rah panggul. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau
baru akan terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan
merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk
menghilangkan itu semua mereka berpikir melahirkan dengan cara operasi.
Namun, bisa pula hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan dokter. Hal ini
bisa karena alasan secara psikologi tidak tahan melahirkan dengan sakit.
Kecemasan yang berlebihan juga akan menghambat proses persalinan alami
berlangsung.
c. Gawat Janin
Gawat janin ditunjukkan dengan adanya bradycardia berat, irregularitas
denyut jantung janin atau adanya pola deselerasi yang terlambat, kadang-kadang
menyebabkan perlunya seksio sesarea darurat.Angka seksio sesarea tinggi pada
pasien-pasien yang dimonitor.Hal ini tidak mengherankan karena indikasi utama
untuk tindakan monitoring adalah kasus-kasus dengan predisposisi hipoksia
janin.Namun demikian, gawat janin bukanlah alasan utama bagi meningkatkan
angka seksio sesarea.Permasalahan yang disertai dystocia merupakan indikasi
utama bagi persalinan per abdominam.Suatu indikasi seksio sesarea tersebut
sebagai intoleransi janin pada persalinan (fetal intolerance of labor).Keadaan ini
terlihat pada pasien-pasien yang persalinannya tidak menentu.Stimulasi dengan
oxytocin menghasilkan abnormalitas pada frekuensi denyut jantung janin.
Dikerjakan seksio sesarea dan dilahirkan bayi normal tanpa gejala kegawatan
(Harry & Williams,2010).
Adapun menurut Dini Kasdu beberapa Faktor gawat janin yang menyebabkan
1) Bayi terlalu besar
Besar bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan
bayi sulit keluar dari jalan lahir. Pertumbuhan janin yang berlebihan
(makrosomial) karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus). Keadaan
ini dalam ilmu kedokteraan disebut bayi besar objektif.Apabila dibiarkan terlalu
lama dijalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya.
2) Kelainan Letak Bayi
a) Letak sungsang
Keadaan janin sungsang apabila letak janin di dalam rahim memanjang
dengan kepala berada di bagian atas rahim, dan pantat berada dibagian bawah
rongga rahim, sedangkan yang dimaksud dengan “posisi” adalah keadaan bagian
terenda bayi. Risiko bayi lahir sungsang pada persalinan alami perkirakan 4 kali
lebih besar dibandingkan lahir dengan letak kepala yang normal.Oleh karena itu,
biasanya langkah terakhir untuk mengantisipasi hal terburuk karena persalinan
yang tertahan akibat janin sungsang adalah operasi.
b) Letak Lintang
Kelainan lain yang paling sering terjadi adala letak lintang atau miring
(oblique). Letak yang demikian menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan
arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong
pada sisi yang lain. Pada umumnya, bokong akan berada sedikit lebih tinggi
daripada kepala janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul.
Punggung, dapat berada di depan, belakang atas, maupun bawah. Kelainan letak
lintang ini hanya terjadi sebanyak 1%.Letak lintang ini biasanya ditemukan pada
Penanganan untuk kelahiran letak lintang ini juga sifatnya sangat
individual. Apabila dokter memutuskan untuk melakukan tindakan operasi,
sebelumnya ia sudah memperhitungan sejumlah factor demi keselamatan ibu
dan bayinya.
3) Ancaman gawat janin (fetal distress)
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter
memutuskan untuk segera melakukan operasi.Apalagi jika ditunjang oleh kondisi
ibu yang kurang, menguntungkan.Seperti diketahui, sebelum lahir, janin
mendapat oksigen dari ibunya melalui plasenta dan tali pusat. Apabila terjadi
gangguan pada plasenta ( akibat ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang
rahim), serta gangguan pada tali pusat (akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi)
maka jata oksigen yang disalurkan kebayi pun jadi berkurang. Akibatnya, janin
akan tercekik karena kehabisan napas. Kondisi ini bisa menyebabkan janin
mengalami kerusakn otak, bakan tidak jarang meninggal dalam rahim. Apabila
proses persalinan sulit dilakukan melalui vagina maka bedah sesarea merupakan
jalan keluar satu – satunya.
4) Bayi Kembar (Multiple Prenancy)
Kelahiran bayi kembar memiliki risiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
dari pada kelahiran satu bayi. Faktor yang dapat terjadi misalnya : Lahir
premature atau lebih cepat dari waktunya, bayi kembar bisa dapat mengalami
sungsang atau letak lintang. Oleh karena itu, pada kelahiran kembar dianjurkan
dilakukan di rumah sakit karena kemungkinan sewaktu –waktu dapat dilakukan
tindakan operasi tanpa direncanakan. Meskipun dalam keadaan tertentu, bisa saja
5) Janin Abnormal
Janin sakit atau abnormal.Misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan
hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan
dokter memutuskan dilakukan operasi.
d. Kelainan plasenta
Ada beberapa menurut Dini Kasdu kelainan plasenta yang menyebabkan
keadaan pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi
seksio sesarea, yaitu :
1) Plasenta previa
Posisi plasenta di bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan
lahir. Tentu saja, keadaan ini akan mengakibatkan kepala janin tidak bisa turun
dan masuk ke jalan lahir. Janin dengan plasenta previa, umumnya juga akan
memilih letak sungsang tau letak lintang. Keadaan ini menyulitkan janin lahir
secara alami. Kelainan plasenta ada beberapa macam : Plasenta letak rendah,
yaitu : Plasenta tidak sampai menutupi (1 -2 dari mulu rahim), plasenta previa
marginalis (ujung plasenta terletak sangat dekat dengan mulut rahim), plasenta
previa parsial (sebagian plasenta menutupi jalan lahir), plasenta previa totalis
(seluruh jalan lahir atau mulut rahim benar – benar tertutup oleh plasenta).
Tindakan persalinan pada dua jenis kelainan plasenta previa totalis, biasanya
dilakukan dengan operasi.
2) Plasenta lepas ( Solution Placenta)
Plasenta lepas (Solution Placenta) merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya.Apabila plasenta sudah lepas,
sementara janin masih lama lahir atau dalam keadaan tertentu maka operasi harus
segera lahir sebelum janin mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air
ketuban.
3) Plasenta Accreta
Plasenta accrete merupakan keadaan menempelnya plasenta diotot rahim.Faktor resiko terjadinya plsenta accrete pada ibu yang mengalami persalinan yang berulang, ibu berusia > 35 tahun dan ibu yang pernah operasi
(operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta).
4) Vasa Previa
Vasa Previa adala keadaan pembuluh darah di selaput ketuban berada di mulut rahim (osteum uteri) jika pecah dapat menimbulkan perdarahan banyak
yang membahayakan janin dan ibunya.Untuk menguraangi risiko pada ibu dan
janin maka persalinan dilakukan dengan operasi.
e. Permintaan pasien
Persalinan seksio sesarea atas permintaan ibu memiliki sejumlah konsep etika
yang telah diperdebatkan.Menurut Bewley dan Cockburn, mereka membantah bahwa konsep persalinan sesarea dengan permintaan kurang memilki
kepentingan etika dan medik. Ahli lain menyimpulkan bahwa bukti yang ada
tidak mendukung permintaan persalinan seksio sesarea yang rutin. Namun, hal
tersebut secara etis tidak mendukung keputusan obstetric untuk menyetujui
permohonan pasien untuk permintaan pelahiran sesarea.Adapun alasan ibu
meminta persalinan dengan seksio sesarea adalah untuk mengindari cedera dasar
panggul saat persalinan pervaginam, menurunkan risiko cedera janin,
menghindari ketidakpastian dan nyeri persalinan, serta rasa tidak nyaman.
Masa globalisasi dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan
C. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang paling sulit bagi setiap
manusia. Banyak ahli berpendapat bahwa tujuan koseling yang paling utama
adalah pengambilan keputusan.Dalam hal memilih persalinan juga harus sesuai
dengan pengambilan keputusan yang baik dan benar.Bukan karena hal tanpa
indikasi memilih suatu persalinan.Jadi setiap tenaga kesehatan, baik dokter, bidan
dan perawat dalam memberikan konseling harus sesuai dengan indikasi yang
jelas. Dalam akhir pertemuan konseling diharapkan klien dapat membuat dan
mengambil keputusan (Priyanto,2009).
Setiap individu secara manusiawi dapat dibedakan menjadi beberapa aspek
yang masing – masing memiliki perbedaan dalam pengambilan keputusan,
sehingga terdapat perbedaan yang tampak di antara karakter – karakter yang
tercantum dalm buku Agus Priyanto yaitu :
1. Mempertimbangkan kemauan atau hasrat – hasrat yang ada.
Hasrat – hasrat pada psikis adalah kecenderungan di dalam alam sadar yang
menimbulkan motif – motif, yakni daya – daya penggerak untuk berbuat sesuatu
demi mencapai tujuan.
2. Pengambilan keputusan.
Setelah mempertimbangkn beberapa waktu untuk menentukan motif pilihan
dan hasrat yang akan menjadi aktif, terpilih akan menjadi dasar bagi pengambil
tindakan.Beberapa sifat individu dalam pengambilan keputusan yaitu sebagai
berikut :
a. Sifat pengambilan keputusan yang tergesa – gesa.
Individu yang mempunyai karakter ini, dalam mengambil keputusan kurang
tersebut kurang memahami pentingnya keputusan dan akibat yang akan
didapatkan dari keputusan yang akan diambinya atau individu tersbut orang yang
impulsive sehingga kurang berpikir panjang sebelum mengambil keputusandan
ingin secepatnya bertindak, bahkan mungkin selalu dilanda rasa khawatir yang
berlebihan.
b. Sifat individu yang tidak dapat mengambil keputusan.
Individu yang mempunyai karakter seperti ini tidak akan kunjung
berkeputusan dan tidak mempunyai kepastian atau merasa ragu – ragu dalam
pengambilan keputusan. Individu ini sangat sulit dalam menentukan pilihan dia
ingin kedua – duanya dan tetap berusaha untuk menyatukan alternatife –
alternatife yang tidak dapat dipersatukan.
c. Sifat yang hanya mengikuti kehendak sendiri.
Orang ini cenderung tidak mau mengikuti pendapat atau keinginan orang lain.
Dia ingin membuktikan bahwa dia mampu berbuat untuk dirinya sendri.
Demikian pula dalam mengambil keputusan, dia hanya ingin menolak
berdasarkan pertimbangan motif dan hasratnya sendiri, dia hanya ingin menolak
pengaruh dari orang lain.
d. Sifat yang tidak mampu berdiri sendiri.
Individu ini cenderung menyerahkan pengambilan keputusan kepada orang
lain, dia lebih memilih mengikuti pendapat dan keputusan dari orang lain. Hal ini
dilakukan karena takut menanggung risiko dan tanggung jawab, sehingga ini
menandakan manifestasi dari kepribadian yang lemah.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep
membahas saling ketergantungan antarvariabel yang dianggap perlu untuk
melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Hidayat,
2011).
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka dapat dirumuskan
kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Faktor-Faktor Pemilihan
Persalinan dengan Timdakan
Seksio Sesarea
1. Riwayat Persalinan dengan Seksio Sesarea
2. Faktor Ibu 3. Gawat Janin 4. Kelainan Plasenta 5. Permintaan Ibu
Persalinan dengan Tindakan Seksio
B. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi
Operasional
Kusioner Nominal
2. Faktor ibu Keadaan ibu n ibu dan janin.
Wawancara - Ada bila
Kusioner Nominal
3. Gawat janin Keadaan janin
Wawancara -Ada
Wawancara - Ada bila Jawaban
Kusioner Nominal
5. Permintaan
Wawancara - Ada bila Jawaban
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Triangulasidan
dilakukan dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan menggambarkan faktor-faktor pemilihan persalinandengan tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit
Umum Haji Medan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2011).Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memilih persalinan dengan
tindakan seksio sesareasebanyak 156 dari Oktober – Desemberdi Rumah Sakit
Umum Haji Medan Tahun 2013.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini teknik sampling
yang digunakan metode Accidental sampling, Yaitu dengan mengambil sampel
yang dilakukan dengan kebetulan bertemu, apabila dijumpai ada, maka sampel
tersebut diambil dan langsung dijadikan sebagai sampel utama.
Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria inklusi :
a. Ibu yang melakukan persalinan dengan tindakan seksio sesarea di Rumah
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Medan Jl.Rumah Sakit
Haji – Medan Estate di ruangan Fitra. Alasan peneliti memilih Rumah Sakit
Umum Haji Medan sebagai tempat penelitian adalah dengan pertimbangan belum
pernah ada dilakukan penelitian yang sama di Rumah Sakit tersebut. Selain itu
karena Rumah Sakit Umum Haji Medan memiliki populasi yang banyak dengan
persalinan seksio sesarea.Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret - April
tahun 2014.
D. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti terjun langsung ke lapangan dimana
peneliti berinteraksi langsung kepada ibu. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal maka peneliti berpegang teguh pada etika penelitian dengan cara
peneliti mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian kepada Ketua
Jurusan Program Study D-IV Bidan Pendidik untuk memperoleh persetujuan
penelitian. Setelah memperoleh surat penelitian tersebut peneliti mengajukan
surat permohonan kepada pihak Rumah Sakit lalu peneliti mengajukan surat
permohonan persetujuan penelitian yang dibagikan pada setiap responden dengan
tetap menghormati hak setiap responden. Kemudian peneliti memberikan
penjelasan kepada responden bahwa maksud dan tujuan penelitian kepada setiap
responden adalah untuk memperoleh informasi tentang faktor pemilihan
persalinan dengan tindakan seksio sesarea. Setelah responden menyatakan
bersedia menjadi responden maka peneliti memberikan surat persetujuan
responden (informed concent), dan responden akan diminta untuk
menandatanganinya. Jika responden menolak atau tidak bersedia manjadi
Selanjutnya peneliti menjelaskan bahwa tidak ada efek negatif yang
mengganggu kehidupan responden dimana peneliti tetap menjaga kerahasiaan
identitas responden dengan cara tidak mencantumkan nama dan alamat partisipan
pada lembar pengumpulan data (kuesioner data demografi) dan peneliti hanya
menggunakan nama inisial sehingga semua kerahasiaan dapat terjaga dan seluruh
informasi yang diperoleh hanya akan digunakan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan sepenuhnya. Peneliti juga menghargai setiap jawaban-jawaban yang
diberikan oleh responden dan tidak menyalahkan jika tertanya pendapat dari
responden tidak sesuai.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan kusioner.
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai
langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung
(Hidayat, 2011). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara
terpimpin dilakukan berdasarkan pedoman – pedoman berupa kuesioner yang
telah direncanakan sebelumnya.Sehingga peneliti tinggal membacakan
pertanyaan- pertanyaan tersebut kepada responden.Adapun keuntungan dari
wawancara terpimpin yaitu pengumpulan data dan pengolahannya dapat berjalan
dengan cermat dan teliti, hasilnya dapat disajikan secara kualitatif dan kuantitatif.
Wawancara dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya
pertanyaan-pertanyaan yang uniform (Notoadmojo, 2010).
Cara pengisian lembar kusioner menggunakan skala dikotomi dengan
mencheeklist (√) kusioner.Data demografi kusioner terdiri dari inisial, umur,
suku, pekerjaan, pendidikan terakhir, kehamilan ke-, sumber informasi.Untuk
seksio sesarea disusun sendiri oleh peneliti berpedoman pada tinjauan pustaka.
Kusioner diisi dengan peneliti dari hasil wawancara yang dilakukan pada
responden.
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar – benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kusioner yang kita susun
tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur. Apabila kuesioner tersebut
telah memiliki validitas konstruk, berarti semua item (pertanyaan) yang ada di
dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur. Kuesioner tersebut
diberikan kepada sekelompok responden sebagai sasaran uji coba. Kemudian
kuesioner tersebut diberi skors atau nilai jawaban masing-masing sesuai dengan
system penilaian yang telah ditetapkan.(Notoadmojo, 2010).
Suatu instrumen penelitian dikatakan valid jika koefisien validitasnya 0,7
atau lebih. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan secara content validity
oleh dosen yang ahli di bidang persalinan Seksio Sesarea dengan Dr.dr.Sarma
N.Lumbanraja,SpoG (K) skor CVI (Content Validity Index) sebesar 0,772 2. Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berani menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2010) .
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan kepada 20 orang ibu yang
responden dalam penelitian, kemudian data tersebut diolah menggunakan
Program komputer untuk mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach = 0.06
G. Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan izin pelaksanaan penelitian dari
Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatra Utara dan peneliti mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan
penelitian tersebut kepada Rumah Sakit Haji Medan, kemudian setelah
mendapatkan izin peneliti melaksanakan pengumpulan data pada responden. Data
yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh
dari ibu yang memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea.Kemudian
peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dengan
menandatangani lembar persetujuan dan responden bersedia. Setelah semua
proses tersebut dilakukan maka peneliti melakukan wawancara dengan
menggunakan kuesioner. Kusioner terdiri dari 25 pernyataan di berikan kepada
responden untuk mengetahui gambaran faktor-faktor ibu memilih persalinan
denga tindakan seksio sesarea.
H.Analisa Data
Analisa data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun
menggunakan bantuan computer, tidak ada maknanya tanpa dianalisis.Tujuan
dilakukan analisa data untuk memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang
telah dirumuskan dalam tujuan penelitian dan memperoleh kesimpulan secara
umum dari penelitian, yang merupakan konstribusi dalam pengembangan ilmu
Analisa menurut Aziz dapat dilakukan setelah semua data telah terkumpul
maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap, pertama Editing peneliti melakukan pemerikasaan kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Peneliti melakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kemudian data yang akan diukur diberi Coding, peneliti memberikan kode angka terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori untuk memudahkan
kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Setelah itu
melakukan Processing, peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam table dan database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau dengan membuat tabel kategori. Tahap terakhir dilakukan
Cleaning dan entry yaitu peneliti melakukan pemeriksaan pada semua data dari
setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, dan
sebagainya. Setelah itu peneliti melakukan perbaikan atau koreksi.
Analisa data dalam penelitian ini adalah univariat dan bersifat deskriptif yang
mana untuk mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti
dan lebih mempunyai makna dan dilakukan untuk mengetahui distribusi
frekuensi persentasenya. Kemudian hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai
“Faktor-faktor pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea di RS Haji Medan
Tahun 2014
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di ruang kebidanan di rumah sakit Medan
yakni di RS.Haji Medan. Setelah dilakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor
pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea di RS Haji Medan Tahun
2014 dari 39 responden telah diperolah hasil penelitian sebagai berikut :
1. Data Demografi/ Karakteristik Ibu
Hasil penelitian terhadap karakteristik umur responden mayoritas 20 - 35
tahun berjumlah 20 orang (76,9%). Kemudian karakteristik agama responden
mayoritas Islam berjumlah 39 orang (100%). Karakteristik suku responden
mayoritas Mandailing berjumlah 12 orang (30,8%). Karakteristik pendidikan
responden mayoritas tingkat pendidikan SMA berjumlah 19 0rang (48,7%).
Kemudian karakteristik pekerjaan responden mayoritas ibu yang tidak bekerja 23
orang (59%). Kemudian karakteristik penghasilan perbulan responden mayoritas
berpenghasilan <Rp 5.000.000 yaitu berjumlah 38 orang (97,4%). Kemudian
karakteristik paritas responden ibu sekundigravida mayoritasberjumlah 21 orang
Tabel 5.1.
Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan karakteristik Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014 (n=39)
6 Penghasilan Perbulan
< Rp 5.000.000
Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000
38
a. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pertanyaan Kusioner Faktor –Faktor
Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea.
Hasil penelitian dari pernyataan kusioner yang paling banyak dijawab “YA”
oleh responden adalah pertanyaan nomor 9 dengan persentase 89,7% , dan pada
paling banyak dijawab ”TIDAK” oleh responden adalah dengan pertanyaan
nomor 17 dan nomor 18 dengan persentase 7,7%. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada pada tabel 5.7 berikut :
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden BerdasarkanKuisioner Faktor Faktor Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah
SakitUmum Haji Medan Tahun 2014 (n=39)
No Pertanyaan
Jawaban Responden
Ya Tidak f % f % 1 Apakah ibu pernah mengalami operasi seksio
sesarea sebelumnya? 17 43,6 22 56.4
2 Menurut ibu, Apakah kehamilan pertama dilakukan operasi seksio sesarea, maka pada kehamilan berikutnya ibu juga harus operasi seksio sesarea?
12 30,8 27 69,2
3 Apakah jarak kehamilan pertama ibu dengan
kehamilan kedua ibu di bawah 2 tahun? 6 15,4 33 84,6
4 Apakah ada bidan atau dokter yang menganjurkan ibu untuk melakukan operasi seksio sesarea pada kehamilan kedua ibu ini?
25 64,1 14 35,9
5 Menurut ibu, Apakah ada bahaya bagi ibu dan bayi, jika kehamilan kehamilan kedua dilakukan persalinan normal, sedangkan kehamilan pertama ibu operasi seksio sesarea?
20 51,3 19 48,7
6
Apakah persalinan ibu ini, mengalami masalah sehingga dilakukan operasi seksio sesarea, dan masalah apa yang ibu alami?
25 64,1 14 35,9
7 Apakah ibu mempunyai riwayat penyakit keturunan, seperti jantung atau asma, sehingga harus dilakukan operasi seksio sesarea?
8 20,5 31 74,5
8 Apakah ada bidan atau dokter yang mengatakan ibu tidak bisa melakukan persalinan normal, karena masalah dari ibu yang menyebabkan?
22 56,4 17 43,6
9 Menurut ibu, jika ada masalah pada ibu dalam kehamilan atau persalinan ibu harus melakukan operasi seksio sesarea?
35 89,7 4 10,3
10 Apakah ibu merasa takut untuk melakukan persalinan normal, sehingga memilih persalinan seksio sesarea?
15 38,5 24 61,5
11 Apakah ibu mengalami bahaya pada bayi ibu saat kehamilan dan persalinan, bahaya apa yang ibu alami?
21 53,8 18 46,2
12 Menurut ibu, jika janin mengalami bahaya pada
operasi seksio sesarea?
13 Apakah ada bidan atau dokter yang menganjurkan ibu untuk melakukan operasi seksio sesarea, di karenakan keadaan janin yang mengalami masalah?
23 59,0 16 41.0
14 Apakah ibu yakin, dilakukan operasi seksio
sesarea bayi ibu akan selamat? 34 87,2 5 12,8
15 Menurut ibu, operasi seksio sesarea yang ibu lakukan ini untuk meyelamatkan bayi ibu atau tidak?
35 89,7 4 10,3
16 Apakah ibu mengalami kelainan plasenta (ari-ari)
pada masa kehamilan? 5 12,8 34 87,2
17 Apakah kelainan plasenta (ari-ari) yang ibu alami
terjadi pendarahan ? 3 7,7 36 92,3
18 Apakah bidan dokter ada mengatakan ibu mengalami kelainan pada plasenta (ar-ari), sehingga dilakukan operasi seksio sesarea?
3 7,7 36 92,3
19 Menurut ibu, kelainan plasenta (ari-ari) dapat
membahaya ibu dan bayi di dalam kandungan? 13 33,3 26 66,7 20 Menurut ibu, jika mengalami kelainan plasenta
(ari-ari) pada kehamilan menganjurkan ibu untuk operasi seksio sesarea?
18 46,2 21 53,8
21 Apakah ibu menginginkan persalinan seksio
sesarea ini sendiri? 15 38,5 24 61,5
22 Menurut ibu, Apakah melakukan persalinan seksio sesarea harus dengan persetujuan bidan dan
dokter?
29 74,4 10 25,6
23 Apakah permintaan ibu ada dukungan dari
keluarga untuk dilakukan operasi seksio sesarea? 25 64,1 14 35,9 24 Apakah karena ibu takut sakit menghadapi
persalinan normal, ibu lebih memilih melakukan permintaan operasi seksio sesarea pada dokter atau bidan?
9 23,1 30 76,9
25 Apakah bidan dan dokter yang menganjurkan ibu operasi seksio sesarea tanpa ada komplikasi atau bahaya pada ibu dan bayi?
17 43,6 22 56,4
2. Faktor – Faktor Pemilihan Persalinan Dengan Tindakan Seksio Sesarea
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor pemilihan persalinan
dengan tindakan seksio sesarea ada 5 faktor yaitu riwayat persalinan dengan
tindakan seksio sesarea , faktor ibu, gawat janin, kelainan plasenta, permintaan
b. Riwayat Persalinan dengan Seksio Sesarea
Hasil penelitian dari 39 responden yang memiliki riwayat persalinan dengan
tindakan seksio sesarea mayoritas sebanyak 25 orang (64,1%). Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada pada tabel 5.2 berikut :
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi dan Persentase Riwayat Persalinan Seksio Sesarea dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea
di Rumah Sakit Umum Haji Medan (n = 39)
Riwayat Persalinan dengan Seksio
Sesarea f %
Ada 25 64,1
Tidak Ada 14 35,9
c. Faktor Ibu
Hasil penelitian dari 39 responden yang memilih faktor ibu dalam pemilihan
persalinan dengan tindakan seksio sesarea mayoritas sebanyak 33 orang (84,6%).
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Ibu dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakaan Seksio Sesare di Rumah Sakit
Umum Haji Medan (n = 39)
Faktor Ibu F %
Ada 33 84,6
Tidak Ada 6 15,4
d. Gawat Janin
Hasil penelitian dari 39 responden yang memilih gawat janin dalampemilihan
persalinan dengan tindakan seksio sesarea mayoritas sebanyak 37 orang (94,9%).
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi dan Persentase Gawat Janin dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit
Umum Haji Medan (n = 39)
Gawat Janin F %
Ada 37 94,9
Tidak Ada 2 5,1
e. Kelainan Plasenta
Hasil Penelitian dari 39 responden yang memilih kelainan plasenta dalam
pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea mayoritas sebanyak 15
orang (38,5%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada tabel 5.5 berikut :
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi dan Persentase Kelainan Plasenta dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit
Umum Haji Medan (n= 39)
Kelainan Plasenta F %
Ada 15 38,5
Tidak Ada 24 61,5
e. Permintaan Ibu
Hasil Penelitian dari 39 responden yang memilih permintaan ibu dalam
pemilihan persalinan dengan tindakan seksio sesarea mayoritas sebanyak 37
orang (94,9%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada tabel 5.6 berikut :
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi dan Persentase Permintaan Ibu dalam Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea di Rumah Sakit
Umum Haji Medan (n= 39)
No Permintaan Ibu F %
1 Ada 28 71,8
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa yang paling banyak memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah faktor gawat janin.Faktor gawat janin yaitu pada pertanyaan nomor 12 “Menurut ibu, jika janin mengalami bahaya pada kehamilan dan persalinan, ibu harus melakukan
operasi seksio sesarea?Sebanyak 31 responden menjawab “YA” pada pertanyaan tersebut. Salah satu responden menjawab “Karena pukul 02.00 wib saya terus takut, celana dalam saya basah terus, jadi saya dan suami saya pergi kebidan, bidan
bilang ketuban saya tinggal sedikit” dan pada pertanyaan nomor 13 “Apakah ada bidan atau dokter yang menganjurkan ibu untuk melakukan operasi seksio
sesarea, di karenakan keadaan janin yang mengalami masalah?Sebanyak 23
responden menjawab “YA” pada pertanyaan tersebut. Salah satu responden
menjawab “ Bidan saya bilang denyut jantung janin bayi saya agak lemah, jadi saya dianjurkan untuk operasi”.
Ini menunjukkan bahwa gawat janin sangat berpengaruh besar untuk terjadi
persalinan dengan tindakan seksio sesarea.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Ibu
pengetahuan yang diperolehnya tentang suatu masalah juga akan mengalami pertambahan. Dari hasil usia tersebut, usia ibu dalam rentang usia yang matang.
Kemudian mayoritas responden beragama Islam yaitu sebanyak 39 orang responden.Mayoritas responden dengan suku Mandailing yaitu 12 orang.Kebudayaan merupakan keseluruhan kelakuan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat (Notoatmodjo, 2005).
Sedangkan mayoritas tingkat pendidikan responden SMA yaitu berjumlah 19 orang responden. Pendidikan adalah prasyarat utama untuk membangun masyarakat berbasis pengetahuan menurut Saifuddin Anwar lembaga pendidikan mempengaruhi proses pembentukan sikap. Menurut Robert M. Gagne yang dikutip oleh Suwondo (1998), menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu untuk menerima dan menolak sesuatu. Pendidikan responden yang mayoritas tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan dalam pembentukan sikap mereka tentang tindakan sectio caesarea.
Kemudian dari hasil penelitian mayoritas responden adalah tidak bekerja. Pekerjaan merupakan salah satu alasan yang mendasari kecenderungan melahirkan dengan tindakan sectio caesareaterutama di kota besar karena para ibu banyak yang bekerja terikat dengan alasan mereka harus bekerja pada jadwal yang telah ditentukan (Bramantyo, 2003).
Kemudian dari hasil penelitian mayoritas responden adalah ibu sekundigravida.Sesuai dengan teori bahwa ibu sekundigravida memilikiriwayat dengan persalinan seksio sesarea yaitu wanita yang pernah memiliki riwayat
persalinan seksio sesarea.Pada sebagian besar Negara ada kebiasaan yang
diperaktikkan yaitu setelah prosedur pembedahan seksio sesarea dikerjakan,
maka semua kehamilan yang mendatang harus diakhiri dengan cara yang sama
(Williams,2013).
2. Faktor – Faktor Pemilihan Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea
a. Riwayat Persalinan dengan Tindakan Seksio Sesarea
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 25 orang responden menyatakan bahwa riwayat persalinan dengan tindakan seksio sesarea dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan seksio sesarea.Ini tercantum dalam kusioner yang dilakukan melalui wawancara dengan responden.Pertanyaan nomor 2 “Menurut ibu, Apakah kehamilan pertama dilakukan operasi seksio sesarea, maka pada kehamilan berikutnya ibu juga harus operasi seksio sesarea? Responden menjawab “Ya” dan memberikan alasan “ karena bidan saya bilang bisa terjadi perdarahan”
Riwayat dengan persalinan seksio sesarea adalah wanita yang pernah
memiliki riwayat persalinan seksio sesarea (Williams,2013). Bahaya rupture
lewat tempat insisi sebelumnya dirasakan terlalu besar. Akan tetapi, pada kondisi
tertentu ternyata bisa dilakukan trial of labor dengan kemungkinan persalinan
lewat vagina. Kalau upaya ini berhasil, baik morbiditas maternal maupun
lamanya rawat tinggal akan berkurang (Harry & Williams,2010).
Adapun menurut buku Harry dan Williams syarat-syarat trial of labor
1. Bekas insisi tunggal yang melintang dan pada bagian cervical bawah uterus (low cervical transverse uterine incision).
2. Indikasi untuk prosedur pertama bukan disporporsi. 3. Indikasi akan kelahiran dan persalinan yang mudah.
Tetapi banyak ibu yang berpikir takut dan cemas terjadinya rupture uteri, perdarahan dan kelainan lainnya. Ibu lebih memilih persalinan dengan tindakan seksio sesarea karena merasa aman.Sedangkan menurut didalam buku Harry & William (2010) menyatakan indikasi utama seksio sesarea adalah macetnya kemajuan persalinan, gawat janin, dan adanya kecurigaan rupture servik dalam uterus.Jelas tampak apabila sesuai denga syarat dilakukan persalinan pervaginam ibu tersebut tidak dilakukan operasi seksio sesarea.Karena dilandasi rasa cemas dan takut ibu lebih memilih operasi seksio sesarea.
Didalam Buku Harry and William 634 orang pasien yang pernah menjalani
satu kali seksio sesarea menunjukkan bahwa 83% dibiarkan menjalani trial of labor dan 17 % menjalani seksio sesarea pada kehamilan yang sekarang. Dari
mereka yang menjalani trial of labor, 60% berhasil melahirkan pervaginam sedangkan 40% melahirkan dengan seksio sesarea. Ruptura uteri ditemukan pada
4 kasus (0,5%), 3 pada kelompok trial of labordan 1pada kelompok seksio
sesarea. Kematian ibu tidak ada.Jelas tampak apabila kriteria tertentu ditaati,
persalinan pervaginam pada ibu yang pernah menjalani seksio sesarea bisa
dilaksanakan.Trial of labor tidak boleh dipaksakan terlampu lama bila mana tidak terjadi kemajuan yang baik dalam persalinan.