BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013
(Skripsi)
Oleh
Citra Abdi Negari
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013
Oleh
Citra Abdi Negari
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh penerapan moving class
terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegarraan kelas X di SMK Negeri 5 Bandar lampung T.P. 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif bersifat kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara penerapan moving class terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas X di SMK Negeri 5 Bandar lampung T.P. 2012/2013. Ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menggunakan rumus Chi Kuadrat, sehingga untuk penerapan moving class
terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran PKn diperoleh koefisien kontingensi C = 0,62 dan koefisien kontingensi maksimum = 0,812. Berdasarkan perhitungan tersebut maka koefisien kontingensi C = 0,62, berada pada kategori Kuat. Hal ini menunjukkan bahwa Penerapan Moving Class
Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X Di SMK Negeri 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013 memiliki tingkat keeratan pengaruh yang kuat. Oleh sebab itu kepada guru diharapkan dapat meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuannya dalam menyajikan pelajaran sehingga siswa mudah untuk memahami pelajaran dan kepada sekolah diharapkan dapat melengkapi fasilitas dan sarana sekolah yang menunjang kegiatan pembelajaran sehingga penerapan moving class dapat diterapakan dengan maksimal.
PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013
Oleh
CITRA ABDI NEGARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P.2012/2013
Nama Mahasiswa : Citra Abdi Negari
Nomor Pokok Mahasiswa : 0913032034
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Berchah Pitoewas, M.H. Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. NIP 19611214 199303 1 001 NIP 19870602 200812 2 001
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Pendidikan IPS Pendidikan PKn
Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Berchah Pitoewas, M.H. ...
Sekretaris : Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah :
Nama : Citra Abdi Negari
NPM : 0913032034
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/KIP Unila
Alamat : Jl. Pulau Bacan No. 01 Kedamaian, T.Karang Timur Bandar Lampung
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, April 2013
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Citra Abdi Negari, dilahirkan di Bandar
Lampung pada 24 Oktober 1990 yang merupakan putri ke-2
dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Suryoto dan Ibu
Mastura.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:
1. Taman Kanak-Kanak Pratama yang diselesaikan pada tahun 1996
2. Sekolah Dasar Negeri 1 Kampung Sawah Lama yang diselesaikan pada tahun
2002.
3. SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005.
4. SMA Negeri 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur
PERSEMBAHAN
Kedua orangtuaku tercinta Almarhum Ayahanda
Suryoto dan Ibunda Mastura yang selama ini telah
memberikan doa, cinta, kasih sayang, dukungan tiada
henti dan selalu memberikan yang terbaik untuk ku
serta menanti keberhasilanku.
Kakakku Indah Tutur Wincari yang dengan cinta dan
kasih sayangnya selalu mendukung dan
mendoakan keberhasilanku.
Dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan
semangat dan perhatian .
MOTTO
Ketahuilah bersama kesabaran ada kemenangan bersama
Kesusahan ada jalan keluar dan bersama kesulitan ada
kemudahan
(H.R.Tarmidzi)
Ketika kehidupan memaksamu untuk memilih maka pilihlah
sesuai kata hatimu dengan begitu kau akan ikhlas menerima
kemungkinan buruk yang terjadi
(Citra Abdi Negari)
SANWACANA
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Moving Class Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X Di SMK Negeri 5 Bandar Lampung T.P.2012/2013”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang
baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas
dari bimbingan dosen Pembimbing I Bpk. Drs. Berchah Pitoewas, M.H. dan dosen
Pembimbing II Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. dan bantuan serta petunjuk
dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas
5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus selaku
Pembahas I, terima kasih atas masukan, saran dan kritikannya.
7. Bapak M.Mona Adha, S.Pd., M.Pd. selaku Pembahas II, terimakasih atas
masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn Universitas Lampung.
9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.
10.Bapak Drs. Komar Ranudipura selaku Kepala SMK Negeri 5 Bandar
Lampung yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang
diberikan kepada penulis.
11.Ibu Coni Puspita Sari, S.Pd. selaku guru mata pelajaran PKn di SMK
Negeri 5 Bandar Lampung yang telah memberikan bantuannya kepada
penulis selama penulis mengadakan penelitian
12.Bapak dan Ibu guru, staf tata usaha serta siswa SMK Negeri 5 Bandar
Lampung yang telah membantu penulis selama penelitian.
13.Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Almarhum Bapak Suryoto
dan Ibu Mastura terimakasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, do’a,
motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Dan
untuk Kakakku Indah Tutur Wincari terimakasih atas do’a, dukungan,
bantuan dan setia mendengar keluh kesahku Agus Firdaus,
15.Sahabat-sahabatku di Civic Education 09 (TOP10) Evi Novia Ikasari,
Heni Lestiawati, Ajeng Angelia D, Yuafiyaka, Kartika Sari S, Yunia
Rahma Utami, Novita Barla, Septilia dan Tri Suci Bintari. Terimakasih
untuk kebersamaan canda dan tawa.
16.Teman-teman seperjuangan masa bimbingan Adit, Novita, Eta, Reni, Cici,
Muly, Tina, Om Jon, Bli ketut, Nyi ayu, Aya, Alan, Menik, Vina, Edwin.
17.Teman-teman PKn angkatan 2009 genap ganjil semuanya tanpa terkecuali
untuk kekompakan dalam suka maupun duka semoga kita semua sukses !
18.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan
akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan
baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa
yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, April 2013 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12
1. Tujuan Penelitian ... 12
2. Kegunaan Penelitian ... 13
1.5 Pembelajaran Efektif ... 26
C. Variabel Penelitian,dan Rencana Pengukuran Variabel ... 48
1. Variabel Penelitian ... 48
1.1. Variabel Bebas ... 48
1.2. Variabel Terikat ... 49
2. Rencana Pengukuran Variabel ... 49
D. Defini Konseptual dan Definisi Operasioanl ... 49
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-Langkah Penelitian ... 60
1. Persispan Pengajuan Judul ... 60
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 68
1. Sejarah Singkat SMK Negeri 5 Bandar Lampung ... 68
3. Situasi dan Kondisi SMK N 5 Bandar Lampung ... 70
b. Efektivitas Pembelajaran ... 92
1) Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 92
2. Variabel Y Efektivitas Pembelajaran ... 119
DAFTAR TABEL
4.2 Hasil Skor Uji coba angket kepada 10 siswa SMK Negeri 5 Bandar Lampung di Luar Responden untuk Item Genap Y ... 65
4.3 Distribusi Antara Item Ganjil X dengan Item Genap Y ... 66
4.4 Distribusi Skor Angket Indikator Perpindahan Kelas ... 73
4.5 Distribusi Skor Angket Indikator Perpindahan Kelas ... 75
4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Perpindahan Kelas ... 76
4.7 Distribusi Skor Angket Indikator Keterampilan Guru Menyajikan Pelajaran . 78 4.8 Distribusi Skor Angket Indikator Keterampilan Guru Menyajikan Pelajaran . 80 4.9 Distribusi Frekuensi Indikator Keterampilan Guru Menyajikan Pelajaran ... 81
4.10 Distribusi Skor Angket Indikator Ketersediaan Fasilitas dan Sumber Belajar 83 4.11 Distribusi Skor Angket Indikator Ketersediaan Fasilitas dan Sumber Belajar . 85 4.12 Distribusi Frekuensi Indikator Ketersediaan Fasilitas dan Sumber Belajar ... 87
4.13 Distribusi Hasil Angket Penerapan Moving Class ... 89
4.14 Distribusi Frekuensi Penerapan Moving Class ... 90
4.15 Distribusi Skor Angket Indikator Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 92
4.16 Distribusi Skor Angket Indikator Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 94
4.17 Distribusi Frekuensi Indikator Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 96
4.18 Distribusi Skor Angket Indikator Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran ... 97
4.19 Distribusi Skor Angket Indikator Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran ... 99
4.20 Distribusi Frekuensi Indikator Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran ... 101
4.21 Distribusi Skor Angket Indikator Pemanfaatan Fasilitas dan Sumber Belajar 102 4.22 Distribusi Skor Angket Indikator Pemanfaatan Fasilitas dan Sumber Belajar 104 4.23 Distribusi Frekuensi Indikator Pemanfaatan Fasilitas dan Sumber Belajar ... 105
4.24 Distribusi Hasil Angket Efektivitas Pembelajaran ... 108
4.25 Distribusi Frekuensi Efektivitas Pembelajaran ... 109
4.26 Daftar Distribusi Kontigensi Mengenai Pengaruh Penerapan Moving Class Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata pelajaran PKn Kelas X di SMK N 5 Bandar Lampung ... 112
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan wahana dalam upaya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat menjadikan diri seseorang
untuk memiliki kompetensi yang nanti nya mampu bersaing dengan kehidupan
global demi tercapainya pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan
memiliki posisi yang sangat penting dalam mewujudkan hal tersebut dengan
sistem yang relevan dengan pembangunan dan kualitas yang tinggi baik dari
segi proses dan hasilnya.
Mengingat begitu pentingnya pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia maka pemerintah terus melakukan pembaharuan
terutama dalam bidang kurikulum atau pun dalam sistem pembelajaran yang
diterapkan di sekolah dimana sekolah yang kita diketahui sebagai pendidikan
formal.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang didalamnya terjadi proses
belajar mengajar untuk menghasilkan manusia yang cerdas, terampil, dan
beradab. Oleh karena itu setiap sekolah akan mengupayakan segala sistem
yang digunakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan
masing-masing sekolah untuk menerapkan suatu sistem pembelajaran yang mampu
membuat peserta didik bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Sumber daya manusia yang diharapkan dihasilkan oleh sekolah adalah
peningkatan kompetensi kecerdasan secara terpadu, baik kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, maupun kecerdasan spiritual. Guna
mewujudkan harapan tersebut, maka proses pembelajaran di sekolah harus
dirancang sedemikian rupa sehingga kondusif bagi telaksananya pembelajaran
yang efektif dan efisien.
Sekolah hendaknya selalu melakukan berbagai inovasi pembelajaran untuk
mendasari dan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Pembelajaran
yang dilakukan guru hendaknya dapat memberikan situasi dimana peserta didik
dapat secara optimal mengembangkan kompetensi dirinya sesuai
perkembangan umur dan intelektual masing-masing peserta didik.
Proses belajar yang berlangsung diharapkan dapat memberikan perubahan pada
diri peserta didik baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik nya.
Proses belajar yang baik adalah proses belajar dimana peserta didik ikut terlibat
dalam kegiatan pembelajaran dan posisi guru sebagai fasilitator. Untuk
mengupayakan hal tersebut maka sistem belajar konvensional dirasa tidak
cukup efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran seperti yang diharapakan.
Berdasarkan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pemerintah telah menetapkan kebijakan tentang
pendidikan yaitu sekolah formal standar, sekolah formal mandiri dan sekolah
bertaraf internasional. Pasal 11 dan pasal 16 ayat 2 dan ayat 3 Peraturan
Pemerintah tersebut menyebutkan bahwa dengan diberlakukannya Standar
Nasional Pendidikan, maka Pemerintah memiliki kepentingan untuk
memetakan sekolah menjadi sekolah yang sudah atau hampir memenuhi
Standar Nasional Pendidikan dan sekolah yang belum memenuhi Standar
Nasional Pendidikan.
Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengkategorikan sekolah yang telah
memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan digolongkan
ke dalam kategori sekolah formal mandiri, dan sekolah yang belum memenuhi
Standar Nasional Pendidikan digolongkan ke dalam kategori sekolah formal
standar. Penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa kategori sekolah
formal standar dan mandiri didasarkan pada terpenuhinya delapan Standar
Nasional Pendidikan (standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan).
Pemerintah telah menetapkan bahwa satuan pendidikan wajib menyesuaikan
diri dengan ketentuan tersebut paling lambat 7 (tujuh) tahun sejak
diterbitkannya Peraturan Pemerintah tersebut. Hal tersebut berarti bahwa
paling lambat pada tahun 2013 semua sekolah jalur pendidikan formal
sudah/hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang berarti berada pada
Berdasar pada rambu-rambu yang telah ditetapkan, maka perlu disusun suatu
acuan dasar dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, salah satunya adalah
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan sistem kelas berpindah (moving class).
Sistem pembelajaran moving class atau kelas berpindah merupakan suatu sistem pembelajaran dimana setiap mata pelajaran memiliki ruang kelas yang
berbeda-beda. Jadi dalam sistem ini peserta didik yang mendatangi guru bukan
guru yang mendatangi peserta didik. Setiap jam pelajaran berganti maka
peserta didik bergerak mendatangi ruang kelas mata pelajaran selanjutnya
sehingga peserta didik selalu merasa segar untuk menerima pelajaran.
Perpindahan kelas diberi waktu < 5 menit untuk berpindah dan siap mengikuti
pelajaran selanjutnya. Kelas yang yang dijadikan ruang belajar sekaligus
digunakan sebagai ruang labolatorium pelajaran sehingga membutuhkan
sarana dan prasarana yang menunjang agar pembelajaran dapat diterima
dengan mudah oleh peserta didik. Posisi tempat duduk dapat diatur atau
dibentuk sedemikian rupa agar proses pembelajaran terasa nyaman dan
kondusif.
Moving class dapat disamakan dengan pembelajaran aktif, dimana segala bentuk pembelajarannya memungkinkan para peserta didik berperan secara
aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antar
peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru. Pembelajaran ini
sangat efektif dalam memberikan suasana pembelajaran yang interaktif,
ilmu dan pengetahuan baru, serta menggunakannya untuk kepentingan diri
sendiri maupun lingkungannya.
Manfaat penerapan pembelajaran moving class ini, dimaksudkan agar memperoleh waktu belajar yang optimal, memupuk kedisiplinan peserta didik,
dan kemandirian pada diri peserta didik, memastikan peserta didik berada pada
lingkungan yang aman dari pengaruh-pengaruh buruk yang ada dilingkungan
sekolah.
Namun, pada kenyataannya seperti yang terjadi di SMK N 5 Bandar Lampung
moving class dijadikan sasaran empuk dan menjadi peluang besar bagi peserta didik yang malas untuk bolos dan tidak mengikuti pelajaran. Selain itu masih
ada peserta didik yang terlambat sampai di kelas yang tidak sesuai dengan
aturan sekolah dengan berbagai macam alasan.
Penerapan moving class menuntut seorang guru untuk memiliki keterampilan dalam pengelolaan kelas dan penyampaian materi. Keterampilan guru dalam
mengelola kelas memililiki pengaruh yang sangat besar untuk membuat peserta
didik lebih termotivasi mengikuti pembelajaran. Namun, tidak semua guru
dapat melakukan ini dengan baik alhasil masih ada sebagian peserta didik yang
tidak bersemangat untuk mengikuti pelajaran.
Kurangnya semangat yang terjadi pada diri peserta didik dan kurangnya
keterampilan guru dalam mengelola kelas dan menyajikan pelajaran hal ini
yang akan berakibat pada rendah nya hasil belajar peserta didik di kelas yang
dapat dilihat dari hasil ujiannya yaitu berupa nilai yang dicapai pada ulangan
Tabel 1.1 Nilai Uji KD 1 Mata Pelajaran PKn Peserta didik Kelas X Semester 1 SMK N 5 B.Lampung T.P. 2012/2013
Kelas
Sumber : Data primer guru PKn SMK N 5 Bandar Lampung
X TKR = Kelas X jurusan Teknik Kendaraan Ringan
X TSM = Kelas X jurusan Teknik Sepeda Motor
X TKRD = Kelas X jurusan Teknik Kendaraan Ringan Daihatsu
X TKRP = Kelas X jurusan Teknik Kendaraan Ringan Perempuan
X TKA = Kelas X jurusan Teknik Komputer Animasi
X TKM1 = Kelas X jurusan Teknik Komputer Multi Media 1
X TKM2 = Kelas X jurusan Teknik Komputer Multi Media 2
> 70 = Peserta didik yang mendapat nilai lebih dari sama dengan 70
< 70 = Peserta didik yang mendapat nilai kurang dari 70
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas maka dapat diketahui bahwa nilai uji KD 1
peserta didik kelas X jurusan kria kayu1 yang mencapai KKM yaitu hanya 9
(31,03%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 20 (68,97%) peserta
didik. Di kelas kria kayu2 peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 8
(30,76%) dan sisanya 18 (69,24%) peserta didik belum mencapai KKM. Kelas
kria tekstil1 peserta didik yang mencapai KKM sudah lebih banyak yang
mencapai KKM yaitu 19 (55,88%) sedangkan yang belum mencapai ada 15
(44,12%). Di kelas kria tekstil2 peserta didik yang mencapai KKM yaitu
berjumlah 16 (44,44%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 20
(55,56%). Di kelas kria logam1 peserta didik yang mencapai KKM berjumlah
14 (43,75%) dan yang belum mencapai berjumlah 18 (56,25%). Kelas kria
logam2 peserta didik yang belum mencapai KKM berjumlah 12 (36,36%)
sedangkan yang belum mencapai berjumlah 21 (63,64%). Kelas teknik
kendaraan ringan peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 15 (38,46%)
dan yang belum mencapai KKM berjumlah 24 peserta didik atau 61,54%.
(38,46%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 19 peserta didik atau
59,4%. Kelas teknik kendaraan ringan daihatsu jumlah peserta didik yang
mencapai KKM yaitu 13 atau 56,52% dan jumlah yang belum mencapai KKM
yaitu 10 atau 43,48%. Kelas teknik kendaraan ringan perempuan jumlah
peserta didik yang mencapai KKM yaitu 10 (37,03%) sedangkan jumlah yang
belum mencapai KKM yaitu 17 (62,97%). Kelas teknik komputer animasi
jumlah peserta didik yang mencapai KKM lebih banyak yaitu 19 (57,57%)
sedangakan yang belum mencapai ada 14 (42,43%). Kelas teknik komputer
multimedia1 jumlah peserta didik yang mencapai KKM yaitu 20 (58,82%) dan
yang belum mencapai KKM berjumlah 14 (41,28%). Kelas teknik komputer
multimedia2 jumlah peserta didik yang menacapai KKM yaitu 16 (44,4%) dan
yang belum mencapai KKM berjumlah 20 (55,6%).
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik kelas X SMK N
5 Bandar Lampung alasan yang membuat mereka tidak bersemangat untuk
masuk kelas dan mengikuti pelajaran yaitu terutama pada jam pelajaran yang
terletak mendekati jam akhir pada siang hari sehingga peserta didik merasa
ngantuk dan tidak bersemangat ditambah lagi mereka harus melakukan moving class.
Belajar merupakan penyampaian informasi kepada peserta didik. Sebab, pada
dasarnya belajar membutuhkan keterlibatan mental sekaligus tindakan. Pada
saat aktif belajar, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Ia
mempelajari gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang ia
pelajari. Belajar juga akan lebih efektif jika dilaksanakan dalam suasana yang
Hasil observasi menunjukkan bahwa peserta didik belum mampu untuk
mengoptimalkan kemampuannya untuk lebih kritis dan berani dalam
melakukan pembelajaran aktif seperti menyampaikan pendapat, memberikan
solusi dan menerapakan ilmu yang telah didapatnya.
Poses pembelajaran akan berhasil jika ada kerjasama yang baik antara guru dan
peserta didik. Sebagai seorang peserta didik maka wajib mengikuti pelajaran
yang disuguhkan oleh seorang guru dan sebagai seorang guru harus mampu
membuat peserta didik bersemangat dan aktif dalam mengikuti pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi di SMK N 5 Bandar Lampung metode
pembelajaran yang digunakan sebagian guru masih sebatas metode ceramah
dan tanya jawab selain itu guru hanya memanfaatkan informasi dari buku cetak
dan tidak menggunakan media dalam menyampaikan materi pelajaran. Seorang
guru di tuntut untuk kreatif dan terampil dalam menyajikan pelajaran melalui
berbagai media dan model pembelajaran yang bertujuan agar apa yang di
pelajari dapat dipahami peserta didik sehingga dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Hasil wawancara dengan salah satu guru PKn di SMK N 5 Bandar Lampung
mengatakan bahwa masih ada sebagian peserta didik yang terlambat sampai di
kelas bahkan ada peserta didik yang membolos tidak mengikuti pelajaran.
Waktu yang diberikan untuk berpindah dari satu kelas ke kelas berikutnya
yaitu < 5 menit tetapi sebagian peserta didik belum menggunakan waktu sebaik
mungkin untuk pindah. Peserta didik belum mempunyai kesadaran dan
diberikan untuk berpindah kelas. Media pembelajaran belum memadai
sepenuhnya contohnya seperti LCD dimana pemakaiannya harus bergantian.
Media dan sarana pembelajaran harus tersedia di dalam kelas apabila tidak
tersedia maka yang terjadi peserta didik hanya pindah kelas saja. Selain itu,
karena peserta didik tidak memilki kelas yang tetap maka sulit untuk
menentukan jadwal piket sehingga kebersihan kelas kurang terjaga yang akan
menimbulkan suasana kelas yang kurang nyaman.
Penerapan sistem moving class menaruh harapan besar bagi sekolah untuk meningkatakan proses pembelajaran yang ideal, meningkatkan kualitas
pendidikan sekolah , menghasilkan output yang memiliki potensi yang tinggi
dan menyandang gelar sebagai Sekolah Kategori Mandiri (SKM). Oleh karena
untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan kerjasama yang baik antara
peserta didik, guru, kepala sekolah beserta jajarannya dan juga seluruh warga
sekolah yang bertugas dengan cara meminimalisir masalah-masalah yang ada .
Apabila tidak ada kerjasama antara pihak-pihak tersebut maka tujuan akan jauh
dari harapan.
Pembelajaran yang efektif dapat dicapai melalui penerapan moving class
apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan,
peserta merasa senang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan,
sarana/fasilitas memadai, materi dan metode yang digunakan sesuai, guru
Upaya sekolah untuk melaksanakan sistem pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam
pembentukan diri warganegara yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai serta perilaku nyata dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Maka penelitian ini masuk kedalam wilayah kajian pendidikan
kewarganegaraan.
Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul : “Pengaruh penerapan moving class terhadap efektivitas
pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X di
SMK N 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti
mengidentifikasikan masalah-masalah yang timbul sebagai berikut :
1. Penerapan moving class yang belum berjalan dengan maksimal
2. Perpindahan kelas menjadi peluang besar peserta didik untuk bolos dan
tidak mengikuti pelajaran.
3. Hasil belajar yang kurang memuaskan/tidak sesuai dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah.
4. Sebagian peserta didik terlambat tiba di kelas pada saat pergantian jam
pelajaran.
6. Kreativitas dalam aplikasi teknologi pembelajaran masih kurang
digunakan sebagaian guru.
7. Kurangnya kemampuan peserta didik untuk menjadi pengkaji yang aktif
dalam proses pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah penelitian ini dibatasi
pada kajian “Pengaruh Penerapan Moving Class Terhadap Efektivitas
Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X Di
SMK N 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, dalam
penelitian ini maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “ Apakah ada
pengaruh yang signifikan penerapan moving class terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X di
SMK N 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013 ?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis dalam penelitian ini adalah menerapkan konsep, teori,.
prinsip, prosedur ilmu pendidikan khususnya PKn, pada kajian
Pendidikan Kewarganegaraan karena penerapan moving class merupakan
salah satu upaya sekolah dalam melakukan pembaharuan terhadap sistem
pembelajaran konvensional dan dalam pembentukan diri warga negara
yang memiliki pengetahuan, sikap dan nilai serta perilaku nyata dalam
kehidupan sekolah dan masyarakat.
2. Kegunaan Praktis
Kegunaan secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat :
1. Bagi guru penelitian ini berguna untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran di dalam kelas agar tercapainya tujuan pembelajaran
dengan maksimal dan memberikan masukan kepada guru untuk dapat
mengoptimalkan kemampuan nya dalam pengelolaan kelas dan
memperbaiki proses pembelajaran.
2. Bagi peserta didik penelitian ini berguna untuk mendorong peserta
didik untuk lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
demi tercapainya efektivitas pembelajaran dengan maksimal.
3. Bagi sekolah penelitian ini berguna untuk menginformasikan kepada
sekolah untuk melengakapi sarana dan prasarana yang menunjang
kegiatan pembelajaran baik secara fisik dan non fisik agar penerapan
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini mencakup Ilmu Pendidikan
Kewarganegaraan dalam wilayah kajian Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik
kelas X di SMK N 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah penerapan moving class dan efektivitas pembelajaran di SMK N 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.
4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian ini di SMK N 5 Bandar Lampung.
5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya
surat izin penelitian pendahuluan pada tanggal 10 Desember 2012 sampai
dengan dikeluarkan surat keterangan telah melakukan penelitian pada
tanggal 22 Februari 2013.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Tinjauan Tentang Efektivitas Pembelajaran 1.1 Definisi Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang telah dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai
kaitan yang erat dengan efisiensi.
“Efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil,
berhasil guna, ada efeknya, pengaruhnya, akibatnya, atau kesannya”
(Depdiknas 2002).
Wina Sanjaya (2010) mengungkapkan “prinsip efektivitas berkenaan
dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar”. Sedangkan menurut Warsita
(2008:51) “efektivitas lebih menekankan pada perbandingan antara
Said (Erik 2009:9) mengungkapkan bahwa :
Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Mahmudi (2005: 92) mengungkapkan “Efektivitas merupakan hubungan
antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan)
output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi,
program atau kegiatan”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas efektivitas adalah tingkat
keberhasilan yang didapat antara rencana dan hasil yang telah diperoleh
dengan berusaha untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan melalui aktivitas tertentu baik secara fisik
maupun non fisik dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan
dan jumlah personil yang ditentukan untuk memperoleh hasil yang
maksimal baik secara kuantitatif mapun kualitatif dan dengan melihat
perbandingan antara rencana dan hasil yang dicapai.
1.2 Ukuran Efektivitas
Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana
yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun,
jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat
sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang
Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985:53) dalam bukunya
“Efektivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:
1. Pencapaian Tujuan
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus
dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian
tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti
pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam
arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor,
yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkrit.
2. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus
dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi
menyangkut proses sosialisasi.
3. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses
pengadaan dan pengisian tenaga kerja.
Gibson dalam Tangkilisan (2005:65) mengatakan hal yang berbeda
bahwa efektivitas organisasi dapat pula diukur melalui :
1.Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
3.Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap
4.Perencanaan yang matang
5.Penyusunan program yang tepat
6.Tersedianya sarana dan prasarana
7.Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
1.3 Definisi Pembelajaran
Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja kapan saja dan oleh siapa saja.
Pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran di sekolah yang pada
dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang dilakukan
baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam
interaksi edukatif guna mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Kokom Komalasari (2012:3) mengungkapkan bahwa :
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pemebelajaran secara efektif dan efisien.
Lebih lanjut Kokom komalasari (2012:3-4) mengungkapkan
pembelajaran dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang
sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejulah alat peraga,
pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan pembelajaran
Kedua, pembelajaran dipandang sebgai suatu proses maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar. Rangakaian tersebut meliputi :
a. Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan,
semester, dan penyusunan persiapan mengajar.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persipan
pembelajaran yang telah dibuat.
c. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya dapat berupa
envichmen (pengayaan) dan remedial teaching bagi yang berkesulitan
belajar.
Menurut Yusuf Hadi Miarso (2004:545) yang dikutip oleh Yamin
Martinis (2012) mengungkapkan bahwa :
Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain, usaha tersebut dapat dilakukan oleh orang atau kelompok orang yang memilki kemampuan atau kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan dapat pula dikatakan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik atau orang dewasa lainnya untuk membuat pebelajar dapat belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses usaha yang disengaja untuk membelajarkan siswa
dengan terlebih dahulu merencanakan, melaksanakan dan melakukan
evaluasi secara sistematis agar terjadi perubahan yang relatif menetap
mengembangkan sumber belajar yang diperlukan guna mencapai hasil
belajar yang maksimal.
Syaiful Sagala (2009: 61) , mengungkapkan pembelajaran adalah :
Membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Menurut Corey dalam Sagala (2009: 61) adalah sebagai berikut: “Suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran hendaknya
menjadikan kondisi lingkungan belajar yang memungkinkan siswa untuk
ikut serta dalam proses pembelajaran dalam kondisi tertentu dan
memberikan respon atas kondisi tersebut , pembelajaran merupakan
subset khusus pendidikan. Hal ini dapat terjadi apabila lingkungan
belajar dapat dikelola dengan sebaik mungkin sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Tercantum didalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa
pembelajaran ialah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
Berdasarkan pada uraian di atas maka pembelajaran pada hakikat nya
adalah suatu proses yang disengaja untuk membuat diri pembelajar atau
siswa untuk ikut serta dalam proses belajar agar terjadi perubahan pada
diri pembelajar dari aspek kognitif, afektif dan psikomotriknya dimana
dalam proses tersebut terjadi interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar yang telah
dikondisikan guna mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal.
1.4 Efektivitas Pembelajaran
Suatu pengajaran yang baik adalah apabila proses pembelajaran itu
menggunakan waktu cukup sekaligus dapat memberikan hasil
(pencapaian tujuan instruksional) secara lebih tepat dan cermat serta
optimal. Waktu pengajaran yang sudah ditentukan instruksionalnya
diharapkan dapat memberikan sesuatu yang berharga dan berhasil guna
bagi peserta didik. (Ahmad Rohani, 2010:33)
Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat
atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga
berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil
yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat
daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan
pengguna/client.
Efektivitas merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Pembelajaran
pembelajaran dengan sasaran atau tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Efektivitas adalah bagaimana seseorang berhasil mendapatkan
dan memanfaatkan metode belajar untuk memperoleh hasil yang baik.
Chong dan Maginson (Slameto, 2003: 81) mengartikan “Efektifitas
merupakan kesesuaian antara siswa dengan hasil belajar”.
Berdasarkan pada uraian di atas dapat dikatakan bahwa efektivitas
pembelajaran adalah proses yang harus di lalui siswa untuk mencapai
hasil belajar, efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan
komponen yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran
dapat dicapai apabila rancangan pada persiapan, implementasi, dan
evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta sesuai dengan fungsinya
masing-masing.
Steers (dalam Muhibbin Syach, 2003: 27) dalam ranah kajian perilaku
organisasi mengemukakan tiga pendekatan dalam memahami efektivitas.
Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain pendekatan tujuan (the goal optimization approach), pendekatan sistem (sistem theory approach), dan pendekatan kepuasan partisipasi (participant satisfaction model).
1. Pendekatan Tujuan. Suatu organisasi berlangsung dalam upaya
mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, dalam pendekatan ini
efektivitas dipandang sebagai goal attainment/goal optimization atau
2. Pendekatan Sistem. Pendekatan ini memandang efektivitas sebagai
kemampuan organisasi dalam mendayagunakan segenap potensi
lingkungan serta memfungsikan semua unsur yang terlibat. Efektivitas
diukur dengan meninjau sejauh mana berfungsinya unsur-unsur dalam
sistem untuk mencapai tujuan.
3. Pendekatan Kepuasan Partisipasi. Dalam pendekatan ini, individu
partisipan ditempatkan sebagai acuan utama dalam menilai efektivitas.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa keberadaan organisasi
ditentukan oleh kualitas partisipasi kerja individu. Selain itu, motif
individu dalam suatu organisasi merupakan faktor yang sangat
menentukan kualitas partisipasi. Sehingga, kepuasan individu menjadi
hal yang penting dalam mengukurefektivitas organisasi.
Berdasar pada tinjauan teori di atas dapat dinyatakan bahwa efektivitas
pembelajaran adalah suatu program pembelajaran berkenaan dengan
masalah pencapaian tujuan pembelajaran, fungsi dari unsur-unsur
pembelajaran, serta tingkat kepuasan dari individu-individu yang terlibat
dalam pembelajaran untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah
ditetapkan.
1.4.1 Ciri Efektivitas Pembelajaran
Menurut Harry Firman (1987:24) dalam Arif Harianto (2012:7)
keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri
a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan.
b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan
siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan
instruksional.
c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar
mengajar.
Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang
digambarkan di atas, keefektifan program pembelajaran tidak
hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan
harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.
Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah
mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi
pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon,
kerjasama, partisipasi aktif, waktu serta teknik pemecahan
masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana
penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan
bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar
mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran
1.4.2 Pencapaian Efektivitas Pembelajaran
Beberapa aspek yang menjadi orientasi ke arah pencapaian
efektivitas pembelajaran dalam perspektif guru dipaparkan oleh
Djam’an Satori, et al. (2003:44-52) dikutip oleh Dharma
Andinandra Noor (2012) sebagai berikut :.
1. Apresiasi guru terhadap pengembangan kurikulum dan
Implikasinya. Guru dituntut mempunyai kemampuan dalam
pengembangan kurikulum secara dinamik sesuai dengan
potensi sekolah dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip di
bawah ini. (a) Keseimbangan etika, logika, estetika, dan
kinestika. (b) Kesamaan memperoleh kesempatan bagi semua
siswa.(c) Kesiapan menghadapi abad pengetahuan dan
tantangan teknologi informasi. (d) Pengembangan
keterampilan hidup. (e) Berpusat pada anak sebagai
pembangun pengetahuan. (f) Penilaian berkelanjutan dan
komprehensif.
2. Kreativitas guru dalam aplikasi teknologi pembelajaran. Guru
dituntut mempunyai pemahaman konsep teoretis dan praktis
berkenaan dengan desain, pengembangan, pemakaian,
manajemen, dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan
sumber belajar. Pembelajaran yang memiliki efektivitas tinggi
ditunjukkan oleh sifatnya yang menekankan pada
pemberdayaan peserta didik. Pembelajaran bukan sekadar
pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan,
akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa
yang diajarkan sehingga tertanam dalam jiwa anak dan
berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Bahkan
pembelajaran lebih menekankan pada peserta didik agar mau
belajar bagaimana cara belajar yang produktif.
Selain faktor guru, keberhasilan proses pembelajaran banyak
bertumpu pada sikap dan cara belajar siswa, baik perorangan
maupun kelompok. Selain itu, tersedianya sumber belajar dengan
memanfaatkan media pembelajaran secara tepat merupakan faktor
pendorong dan pemelihara kegiatan belajar siswa yang produktif,
efektif, dan efisien. Memelihara suasana pembelajaran yang
dinamis dan menyenangkan merupakan kondisi esensial dalam
proses pembelajaran. Dalam hal ini, perlu ditanamkan persepsi
positif pada setiap diri siswa, bahwa kegiatan pembelajaran
merupakan peluang bagi mereka untuk menggali potensi diri
sehingga mampu menguasai kompetensi yang diperlukan untuk
kehidupannya kelak.
1.5 Pembelajaran Efektif
Menurut Miarso (dalam Bambang Warsita, 2008: 287), “Pembelajaran
yang efektif adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta
mengandung dua indikator, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa
yang dilakukan guru.
Menurut Dick dan Reiser (dalam Bambang Warsita, 2008: 288),
“pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan
sikap serta yang membuat peserta didik senang”. Jadi ketika siswa
senang dalam belajar, mereka akan mudah menerima ilmu yang
diberikan oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran yang
efektif adalah suatu pembelajaran yang mampu membuat siswa untuk
ikut serta dalam kegiatan pembelajaran , membuat siswa merasa senang
mengikuti kegiatan pembelajaran dan mampu menghantarkan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Ada pun ciri-ciri yang dapat dilihat apabila suatu pembelajaran dikatakan
efektif diungkapkan oleh Eggen dan Kauchak (dalam Bambang
Triwarsita, 2008: 289) yaitu :
1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya
melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep
generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi
3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada
pengkajian.
4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan
kepada peserta didik dalam menganalisis informasi.
5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan
keterampilan berpikir.
6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai
dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.
Memperhatikan ciri dari pembelajaran yang efektif di atas, maka guru
harus membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat
siswa merasa nyaman dalam belajar
Sudjarwo dan Basrowi (2008:173) menyampaikan bahwa ciri
pembelajaran efektif dapat dilihat dari dua aspek pembaharuan penting,
yaitu :
1. Pembaharuan dalam pendekatan pembelajaran, yaang menyangkut
esensi, materi dan metode pembelajaran. Ini terjadi karena temuan
konsep baru yang berkembang mengenai otak dan kecerdasan, serta
dipicu oleh dinamika perubahan multidimensional dan lingkungan
hidup dan kehidupan yang menuntut komitmen dan kemampuan yang
makin tinggi dari sumber daya manusia.
2. Pemanfaatan tekhnologi informasi/komunikasi yang sudah
berkembang demikian canggih untuk menunjang tercapainya
Berdasarkan pada pendapat di atas pembelajaran efektif terlihat dari dua
aspek yaitu dari segi pendekatan pembelajaran yang mencakup materi
dan metode yang digunakan dan pemanfaatan tekhnologi
informasi/komunikasi yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran
dan dapat pula sebagai sumber pengetahuan.
2. Tinjauan Tentang Moving Class
2.1 Definisi Moving Class
Moving class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class. Moving berarti pindah. Class dapat diartikan sebagai kelas atau tempat belajar.
Jadi moving class adalah pergerakan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan pelajarannya.
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Konsep moving class
mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk
memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan pelajaran yang
dipelajarinya. Dengan moving class, pada saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju ruang kelas lain
sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi
guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat
menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu. (Tercantum dalam Juknis
Menurut Ronny Preslysia (2007) dalam http://indonesianschcol.org
mengungkapkan bahwa :
Sistem pembelajaran moving class (kelas berpindah) merupakan sistem belajar mengajar bercirikan siswa yang mendatangi guru di kelas, bukan sebaliknya dimana setiap kali subjek pelajaran diganti maka siswa akan meninggalkan kelas dan mendatangi kelas lainnya sesuai dengan bidang studi yang dijadwalkan sehingga seluruh bidang studi memiliki kelas tersendiri dengan segala kelengkapannya.
Menurut Khaerudin (2009) dalam http://www.alkausar.org sistem moving class yaitu :
Siswa berpindah dari satu kelas ke kelas yang lainnya sesuai bidang studi yang dipelajarinya. Tiap-tiap ruang kelas maupun laboratorium yang digunakan dilengkapi dengan sarana yang lengkap. Tujuannya agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan memudahkan siswa dalam belajar menggunakan sarana penunjang mata pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa moving class
adalah sutau sistem belajar mengajar dimana setiap pergantian pelajaran
siswa yang bergerak ke ruang kelas sesuai mata pelajaran yang
dijadwalkan, siswa bergerak mendatangi guru menuju ruang kelas bukan
sebaliknya guru yang mendatangi siswa dan setiap mata pelajaran
memilki ruang kelas masing-masing disertai sarana yang menunjang
sehingga memudahkan siswa untuk melakukan proses pembelajaran dan
konsep moving class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat
2.2 Alasan dan Tujuan Penerapan Moving Class
Alasan penerapan moving class yang dilaksanakan oleh SMK N 5 Bandar Lampung adalah karena “SMK N 5 Bandar Lampung banyak memilki
ruangan kelas sehingga mencoba untuk menerapkan sistem moving
class”. (Waka kurikulum SMK N 5 Bandar Lampung)
Adapun tujuan penerapan moving class disampaikan oleh Hery John Setiawan (2010) dalam
(http://esdikimia.wordpress.com/ssn/panduan-moving-class/comment-page-1/#comment-893) yaitu :
1) Memfasilitasi siswa yang memiliki beraneka macam gaya belajar
baik visual, auditori, dan khususnya kinestetik untuk
mengembangkan dirinya.
2) Menyediakan sumber belajar, alat peraga, dan sarana belajar yang
sesuai dengan karakter mata pelajaran.
3) Melatih kemandirian, kerjasama, dan kepedulian sosial siswa.
Karena dalam moving class mereka akan bertemu dengan siswa lain bahkan dari jenjang yang berbeda setiap ada perpindahan kelas atau
pergantian mata pelajaran.
4) Merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan siswa
(multiple intelegent)
5) Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran:
a) Proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena setiap ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi
karakteristik mata pelajaran. Jadi setiap siswa yang akan masuk
suatu ruang/laboratorium mata pelajaran sudah dikondisikan
pemikirannya pada mata pelajaran tersebut.
b) Pendamping mata pelajaran dapat mengkondisikan
ruang/laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan setiap pertemuan
tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain.
6) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu pembelajaran.
Pendamping mata pelajaran (guru) tetap berada di
ruang/laboratorium mata pelajarannya, sehingga waktu mengajar
tidak terganggu dengan hal-hal lain.
7) Meningkatkan disiplin siswa dan pendamping (guru)
a) Pendamping (guru) akan dituntut datang tepat waktu, karena
kunci setiap ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing
pendamping mata pelajaran (guru).
b) Siswa ditekankan oleh setiap pendamping mata pelajaran untuk
masuk tepat waktu pada pada saat pelajarannya.
8) Meningkatkan keterampilan pendamping (guru) dalam
memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan
dalam kehidupan siswa sehari-hari
9) Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab,
mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata
pelajaran.
Moving class juga dapat berdampak buruk bagi siswa, misalnya siswa akan tiba di kelas terlambat disesuaikan dengan alasan yang sangat riil
apabila itu juga dilakukan oleh pendamping (guru) sendiri.
2.3 Kelemahan dan Kelebihan Moving Class
Kelemahan dari sistem pembelajaran moving class disampaikan oleh Purwanto(2008)
http://purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/moving-class/yaitu :
1) Perpindahan dari satu kelas ke kelas lain mengurangi waktu belajar.
2) Perubahan jadwal mempengaruhi kelancaran pelaksanaan
pembelajaran.
3) Ketidakhadiran guru menyebabkan kesulitan penanganan kelas
4) Siswa tidak memiliki ruang privasi untuk menempatkan benda-benda
atau barang milik kelas, misalnya piala atau piagam yang diraih dalam
perlombaan antar kelas. Karena prinsip moving kelas tidak mengenal
kelas permanen.
5) Tanggung jawab terhadap kebersihan dan penataan kelas sering
mengalami benturan, karena banyaknya kelas yang menggunakan
ruang tersebut pada hari yang sama.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan moving class : 1) Menekankan agar guru lebih disiplin.
2) Menjaga agar jadwal tidak berubah-ubah.
4) Mengupayakan sendiri media-media yang dapat diusahakan oleh guru
dan sekolah (misal : bahan ajar, alat peraga, bahan praktikum dan
lain-lain).
5) Menentukan hari untuk kegiatan kebersihan yang dilakukan secara
bergotong-royong.
Rony Preslysia (2007) dalam http://indonesianschcol.org
mengungkapkan kelebihan sistem pembelajaran moving class adalah : 1) Guru memiliki ruang mengajar sendiri yang memungkinkan untuk
melakukan penataan sesuai karakteristik mata pelajaran.
2) Guru memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber belajar
dan media pembelajaran yang dimiliki karena penggunaannya tidak
terikat oleh keterbatasan sirkulasi.
3) Guru berperan secara aktif dalam mengontrol prilaku peserta didik
dalam belajar.
4) Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik lebih obyektif dan
optimal.
5) Siswa memiliki waktu bergerak setiap perpindahan kelas sehingga
mengurangi kejenuhan dan segar untuk menerima pelajaran.
3. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan 3.1 Definisi Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata
tingkat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi karena mata pelajaran ini
memilki kedudukan yang sangat penting untuk diberikan kepada siswa.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi
agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga
negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945. (KBK 2004)
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan oleh Cogan dalam Dasim
Budimasyah (2008:5) sebagai “……..the fundational course work in
school designed to prepare young citizens for an active role in their
communities in their adult lives”, maksudnya adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersipakan warga
negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam
masyarakat.
Menurut Carter Van Good dalam Sri wuryan (2008:2), Civics itu
diartikan “The elements of political science or that branch of political
science dealing withthe rights and duties of citizens”. Berdasarkan
definisi tersebut civics merupakan bagian atau elemen dari ilmu politik
atau cabang dari ilmu politik yang berisi tentang hak dan kewajiban
Tercantum di dalam Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 menegaskan bahwa
PKn merupakan “usaha untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara
warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara
agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, bisa dinyatakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran dasar di
sekolah yang merupakan cabang dari ilmu politik yang berisi tentang
hak dan kewajiban warga negara dengan ruang lingkup seluruh kegiatan
sekolah yang dapat berupa kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan di
dalam dan di luar kelas, diskusi dan organisasi kegiatan siswa yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga negara muda dapat berperan aktif
dalam masyrakat dan menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara.
Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi di jelaskan
bahwa :
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Sementara menurut Nu’man Somantri dalam (Komala Nurmalina dan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu di proses guna melatih siswa berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan pengertian Pendidikan Kewarganegaraan yang dikemukakan
di atas dapat dicermati bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
tujuan yaitu memfokuskan pada pembentukan diri warga negara yang
mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warganegara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter,
melatih siswa berpikir kritis,analitis, bersikap dan bertindak demokratis
sebagaimana telah diamanatkan dan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
3.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan pendidikan kewarganegaraan haruslah berdasar, mengacu dan
sesuai pada tujuan pendidikan nasional sebagaimana telah tertuang
didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yaitu :
Menurut Muhamad Erwin (2012) dalam buku nya Pendidikan
Kewarganegaraan RI mengungkapkan bahwa tujuan Pendidikan
Kewarganegraan adalah “untuk membentuk manusia indonesia yang
seutuhnya yang religius, berkemanusiaan dan berkeadaban, yang
nasionalis, yang demokratis, yang adil, sebagai manusia indonesia yang
cerdas dan bertanggungjawab”.
Sementara itu menurut National Council for the Social Studies/NCSS
dalam (Wuryan dan Syaifullah, 2008:76) menjelaskan tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai berikut:
a. Pengetahuan dan keterampilan guna membantu memecahkan masalah
dewasa ini;
b. Kesadaran terhadap pengaruh sains dan teknologi pada peradaban
serta manfaatnya untuk memperbaiki nilai kehidupan;
c. Kesiapan guna kehidupan ekonomi yang efektif;
d. Kemampuan untuk menyusun berbagai pertimbangan terhadap
nilai-nilai untuk kehidupan yang efektif dalam dunia yang selalu
mengalami perubahan;
e. Menyadari bahwa kita hidup dalam dunia yang terus berkembang
yang membutuhkan kesediaan untuk menerima fakta baru, gagasan
baru, serta tata cara hidup yang baru;
f. Peran serta dalam proses pembuatan keputusan melalui pernyataan
pendapat kepada wakil-wakil rakyat, para pakar, dan spesialis;
g. Keyakinan terhadap kebebasan individu serta persamaan hak bagi
h. Kebanggaan terhadap prestasi bangsa, penghargaan terhadap
sumbangan yang diberikan bangsa lain serta dukungan untuk
perdamaian dan kerjasama;
i. Menggunakan seni yang kreatif untuk mensensitifkan dirinya sendiri
terhadap pengalaman manusia yang universal serta pada keunikan
individu;
j. Mengasihani serta peka terhadap kebutuhan, perasaan, dan cita-cita
umat manusia lainnya;
k. Pengembangan prinsip-prinsip demokrasi serta pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Sementara itu dalam Depdiknas (2006:271) dijelaskan pula tentang
tujuan dan fokus mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan , yaitu :
Bidang studi PKn juga merupakan bidang studi yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Tercantum di dalam Standar Isi Pendidikan Kewarganegaran bahwa
tujuan pendidikan kewarganegaraan yaitu :
a. Beripikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara