• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013

(Skripsi)

Oleh

Citra Abdi Negari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013

Oleh

Citra Abdi Negari

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh penerapan moving class

terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegarraan kelas X di SMK Negeri 5 Bandar lampung T.P. 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif bersifat kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara penerapan moving class terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas X di SMK Negeri 5 Bandar lampung T.P. 2012/2013. Ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang menggunakan rumus Chi Kuadrat, sehingga untuk penerapan moving class

terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran PKn diperoleh koefisien kontingensi C = 0,62 dan koefisien kontingensi maksimum = 0,812. Berdasarkan perhitungan tersebut maka koefisien kontingensi C = 0,62, berada pada kategori Kuat. Hal ini menunjukkan bahwa Penerapan Moving Class

Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X Di SMK Negeri 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013 memiliki tingkat keeratan pengaruh yang kuat. Oleh sebab itu kepada guru diharapkan dapat meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuannya dalam menyajikan pelajaran sehingga siswa mudah untuk memahami pelajaran dan kepada sekolah diharapkan dapat melengkapi fasilitas dan sarana sekolah yang menunjang kegiatan pembelajaran sehingga penerapan moving class dapat diterapakan dengan maksimal.

(3)

PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P. 2012/2013

Oleh

CITRA ABDI NEGARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MOVING CLASS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN KELAS X DI SMK NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG T.P.2012/2013

Nama Mahasiswa : Citra Abdi Negari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0913032034

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Berchah Pitoewas, M.H. Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. NIP 19611214 199303 1 001 NIP 19870602 200812 2 001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Pendidikan IPS Pendidikan PKn

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si.

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Berchah Pitoewas, M.H. ...

Sekretaris : Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Holilulloh, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003

(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah :

Nama : Citra Abdi Negari

NPM : 0913032034

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/KIP Unila

Alamat : Jl. Pulau Bacan No. 01 Kedamaian, T.Karang Timur Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Citra Abdi Negari, dilahirkan di Bandar

Lampung pada 24 Oktober 1990 yang merupakan putri ke-2

dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Suryoto dan Ibu

Mastura.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. Taman Kanak-Kanak Pratama yang diselesaikan pada tahun 1996

2. Sekolah Dasar Negeri 1 Kampung Sawah Lama yang diselesaikan pada tahun

2002.

3. SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005.

4. SMA Negeri 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur

(8)

PERSEMBAHAN

Kedua orangtuaku tercinta Almarhum Ayahanda

Suryoto dan Ibunda Mastura yang selama ini telah

memberikan doa, cinta, kasih sayang, dukungan tiada

henti dan selalu memberikan yang terbaik untuk ku

serta menanti keberhasilanku.

Kakakku Indah Tutur Wincari yang dengan cinta dan

kasih sayangnya selalu mendukung dan

mendoakan keberhasilanku.

Dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan

semangat dan perhatian .

(9)

MOTTO

Ketahuilah bersama kesabaran ada kemenangan bersama

Kesusahan ada jalan keluar dan bersama kesulitan ada

kemudahan

(H.R.Tarmidzi)

Ketika kehidupan memaksamu untuk memilih maka pilihlah

sesuai kata hatimu dengan begitu kau akan ikhlas menerima

kemungkinan buruk yang terjadi

(Citra Abdi Negari)

(10)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan Moving Class Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X Di SMK Negeri 5 Bandar Lampung T.P.2012/2013. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang

baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas

dari bimbingan dosen Pembimbing I Bpk. Drs. Berchah Pitoewas, M.H. dan dosen

Pembimbing II Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. dan bantuan serta petunjuk

dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas

(11)

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus selaku

Pembahas I, terima kasih atas masukan, saran dan kritikannya.

7. Bapak M.Mona Adha, S.Pd., M.Pd. selaku Pembahas II, terimakasih atas

masukan, saran dan kritikannya kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

10.Bapak Drs. Komar Ranudipura selaku Kepala SMK Negeri 5 Bandar

Lampung yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang

diberikan kepada penulis.

11.Ibu Coni Puspita Sari, S.Pd. selaku guru mata pelajaran PKn di SMK

Negeri 5 Bandar Lampung yang telah memberikan bantuannya kepada

penulis selama penulis mengadakan penelitian

12.Bapak dan Ibu guru, staf tata usaha serta siswa SMK Negeri 5 Bandar

Lampung yang telah membantu penulis selama penelitian.

13.Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Almarhum Bapak Suryoto

dan Ibu Mastura terimakasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, do’a,

motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Dan

untuk Kakakku Indah Tutur Wincari terimakasih atas do’a, dukungan,

(12)

bantuan dan setia mendengar keluh kesahku Agus Firdaus,

15.Sahabat-sahabatku di Civic Education 09 (TOP10) Evi Novia Ikasari,

Heni Lestiawati, Ajeng Angelia D, Yuafiyaka, Kartika Sari S, Yunia

Rahma Utami, Novita Barla, Septilia dan Tri Suci Bintari. Terimakasih

untuk kebersamaan canda dan tawa.

16.Teman-teman seperjuangan masa bimbingan Adit, Novita, Eta, Reni, Cici,

Muly, Tina, Om Jon, Bli ketut, Nyi ayu, Aya, Alan, Menik, Vina, Edwin.

17.Teman-teman PKn angkatan 2009 genap ganjil semuanya tanpa terkecuali

untuk kekompakan dalam suka maupun duka semoga kita semua sukses !

18.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan

akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan

baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa

yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12

1. Tujuan Penelitian ... 12

2. Kegunaan Penelitian ... 13

(14)

1.5 Pembelajaran Efektif ... 26

C. Variabel Penelitian,dan Rencana Pengukuran Variabel ... 48

1. Variabel Penelitian ... 48

1.1. Variabel Bebas ... 48

1.2. Variabel Terikat ... 49

2. Rencana Pengukuran Variabel ... 49

D. Defini Konseptual dan Definisi Operasioanl ... 49

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-Langkah Penelitian ... 60

1. Persispan Pengajuan Judul ... 60

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 68

1. Sejarah Singkat SMK Negeri 5 Bandar Lampung ... 68

(15)

3. Situasi dan Kondisi SMK N 5 Bandar Lampung ... 70

b. Efektivitas Pembelajaran ... 92

1) Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 92

2. Variabel Y Efektivitas Pembelajaran ... 119

(16)

DAFTAR TABEL

4.2 Hasil Skor Uji coba angket kepada 10 siswa SMK Negeri 5 Bandar Lampung di Luar Responden untuk Item Genap Y ... 65

4.3 Distribusi Antara Item Ganjil X dengan Item Genap Y ... 66

4.4 Distribusi Skor Angket Indikator Perpindahan Kelas ... 73

4.5 Distribusi Skor Angket Indikator Perpindahan Kelas ... 75

4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Perpindahan Kelas ... 76

4.7 Distribusi Skor Angket Indikator Keterampilan Guru Menyajikan Pelajaran . 78 4.8 Distribusi Skor Angket Indikator Keterampilan Guru Menyajikan Pelajaran . 80 4.9 Distribusi Frekuensi Indikator Keterampilan Guru Menyajikan Pelajaran ... 81

4.10 Distribusi Skor Angket Indikator Ketersediaan Fasilitas dan Sumber Belajar 83 4.11 Distribusi Skor Angket Indikator Ketersediaan Fasilitas dan Sumber Belajar . 85 4.12 Distribusi Frekuensi Indikator Ketersediaan Fasilitas dan Sumber Belajar ... 87

4.13 Distribusi Hasil Angket Penerapan Moving Class ... 89

4.14 Distribusi Frekuensi Penerapan Moving Class ... 90

4.15 Distribusi Skor Angket Indikator Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 92

4.16 Distribusi Skor Angket Indikator Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 94

4.17 Distribusi Frekuensi Indikator Penguasaan Konsep (Hasil Belajar) ... 96

4.18 Distribusi Skor Angket Indikator Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran ... 97

4.19 Distribusi Skor Angket Indikator Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran ... 99

4.20 Distribusi Frekuensi Indikator Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran ... 101

4.21 Distribusi Skor Angket Indikator Pemanfaatan Fasilitas dan Sumber Belajar 102 4.22 Distribusi Skor Angket Indikator Pemanfaatan Fasilitas dan Sumber Belajar 104 4.23 Distribusi Frekuensi Indikator Pemanfaatan Fasilitas dan Sumber Belajar ... 105

4.24 Distribusi Hasil Angket Efektivitas Pembelajaran ... 108

4.25 Distribusi Frekuensi Efektivitas Pembelajaran ... 109

4.26 Daftar Distribusi Kontigensi Mengenai Pengaruh Penerapan Moving Class Terhadap Efektivitas Pembelajaran Pada Mata pelajaran PKn Kelas X di SMK N 5 Bandar Lampung ... 112

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan wahana dalam upaya meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat menjadikan diri seseorang

untuk memiliki kompetensi yang nanti nya mampu bersaing dengan kehidupan

global demi tercapainya pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan

memiliki posisi yang sangat penting dalam mewujudkan hal tersebut dengan

sistem yang relevan dengan pembangunan dan kualitas yang tinggi baik dari

segi proses dan hasilnya.

Mengingat begitu pentingnya pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas

sumber daya manusia maka pemerintah terus melakukan pembaharuan

terutama dalam bidang kurikulum atau pun dalam sistem pembelajaran yang

diterapkan di sekolah dimana sekolah yang kita diketahui sebagai pendidikan

formal.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang didalamnya terjadi proses

belajar mengajar untuk menghasilkan manusia yang cerdas, terampil, dan

beradab. Oleh karena itu setiap sekolah akan mengupayakan segala sistem

yang digunakan agar proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan

(19)

masing-masing sekolah untuk menerapkan suatu sistem pembelajaran yang mampu

membuat peserta didik bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran.

Sumber daya manusia yang diharapkan dihasilkan oleh sekolah adalah

peningkatan kompetensi kecerdasan secara terpadu, baik kecerdasan

intelektual, kecerdasan emosional, maupun kecerdasan spiritual. Guna

mewujudkan harapan tersebut, maka proses pembelajaran di sekolah harus

dirancang sedemikian rupa sehingga kondusif bagi telaksananya pembelajaran

yang efektif dan efisien.

Sekolah hendaknya selalu melakukan berbagai inovasi pembelajaran untuk

mendasari dan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Pembelajaran

yang dilakukan guru hendaknya dapat memberikan situasi dimana peserta didik

dapat secara optimal mengembangkan kompetensi dirinya sesuai

perkembangan umur dan intelektual masing-masing peserta didik.

Proses belajar yang berlangsung diharapkan dapat memberikan perubahan pada

diri peserta didik baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik nya.

Proses belajar yang baik adalah proses belajar dimana peserta didik ikut terlibat

dalam kegiatan pembelajaran dan posisi guru sebagai fasilitator. Untuk

mengupayakan hal tersebut maka sistem belajar konvensional dirasa tidak

cukup efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran seperti yang diharapakan.

Berdasarkan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan pemerintah telah menetapkan kebijakan tentang

(20)

pendidikan yaitu sekolah formal standar, sekolah formal mandiri dan sekolah

bertaraf internasional. Pasal 11 dan pasal 16 ayat 2 dan ayat 3 Peraturan

Pemerintah tersebut menyebutkan bahwa dengan diberlakukannya Standar

Nasional Pendidikan, maka Pemerintah memiliki kepentingan untuk

memetakan sekolah menjadi sekolah yang sudah atau hampir memenuhi

Standar Nasional Pendidikan dan sekolah yang belum memenuhi Standar

Nasional Pendidikan.

Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengkategorikan sekolah yang telah

memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan digolongkan

ke dalam kategori sekolah formal mandiri, dan sekolah yang belum memenuhi

Standar Nasional Pendidikan digolongkan ke dalam kategori sekolah formal

standar. Penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa kategori sekolah

formal standar dan mandiri didasarkan pada terpenuhinya delapan Standar

Nasional Pendidikan (standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,

standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan).

Pemerintah telah menetapkan bahwa satuan pendidikan wajib menyesuaikan

diri dengan ketentuan tersebut paling lambat 7 (tujuh) tahun sejak

diterbitkannya Peraturan Pemerintah tersebut. Hal tersebut berarti bahwa

paling lambat pada tahun 2013 semua sekolah jalur pendidikan formal

sudah/hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang berarti berada pada

(21)

Berdasar pada rambu-rambu yang telah ditetapkan, maka perlu disusun suatu

acuan dasar dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, salah satunya adalah

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan sistem kelas berpindah (moving class).

Sistem pembelajaran moving class atau kelas berpindah merupakan suatu sistem pembelajaran dimana setiap mata pelajaran memiliki ruang kelas yang

berbeda-beda. Jadi dalam sistem ini peserta didik yang mendatangi guru bukan

guru yang mendatangi peserta didik. Setiap jam pelajaran berganti maka

peserta didik bergerak mendatangi ruang kelas mata pelajaran selanjutnya

sehingga peserta didik selalu merasa segar untuk menerima pelajaran.

Perpindahan kelas diberi waktu < 5 menit untuk berpindah dan siap mengikuti

pelajaran selanjutnya. Kelas yang yang dijadikan ruang belajar sekaligus

digunakan sebagai ruang labolatorium pelajaran sehingga membutuhkan

sarana dan prasarana yang menunjang agar pembelajaran dapat diterima

dengan mudah oleh peserta didik. Posisi tempat duduk dapat diatur atau

dibentuk sedemikian rupa agar proses pembelajaran terasa nyaman dan

kondusif.

Moving class dapat disamakan dengan pembelajaran aktif, dimana segala bentuk pembelajarannya memungkinkan para peserta didik berperan secara

aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antar

peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru. Pembelajaran ini

sangat efektif dalam memberikan suasana pembelajaran yang interaktif,

(22)

ilmu dan pengetahuan baru, serta menggunakannya untuk kepentingan diri

sendiri maupun lingkungannya.

Manfaat penerapan pembelajaran moving class ini, dimaksudkan agar memperoleh waktu belajar yang optimal, memupuk kedisiplinan peserta didik,

dan kemandirian pada diri peserta didik, memastikan peserta didik berada pada

lingkungan yang aman dari pengaruh-pengaruh buruk yang ada dilingkungan

sekolah.

Namun, pada kenyataannya seperti yang terjadi di SMK N 5 Bandar Lampung

moving class dijadikan sasaran empuk dan menjadi peluang besar bagi peserta didik yang malas untuk bolos dan tidak mengikuti pelajaran. Selain itu masih

ada peserta didik yang terlambat sampai di kelas yang tidak sesuai dengan

aturan sekolah dengan berbagai macam alasan.

Penerapan moving class menuntut seorang guru untuk memiliki keterampilan dalam pengelolaan kelas dan penyampaian materi. Keterampilan guru dalam

mengelola kelas memililiki pengaruh yang sangat besar untuk membuat peserta

didik lebih termotivasi mengikuti pembelajaran. Namun, tidak semua guru

dapat melakukan ini dengan baik alhasil masih ada sebagian peserta didik yang

tidak bersemangat untuk mengikuti pelajaran.

Kurangnya semangat yang terjadi pada diri peserta didik dan kurangnya

keterampilan guru dalam mengelola kelas dan menyajikan pelajaran hal ini

yang akan berakibat pada rendah nya hasil belajar peserta didik di kelas yang

dapat dilihat dari hasil ujiannya yaitu berupa nilai yang dicapai pada ulangan

(23)

Tabel 1.1 Nilai Uji KD 1 Mata Pelajaran PKn Peserta didik Kelas X Semester 1 SMK N 5 B.Lampung T.P. 2012/2013

Kelas

Sumber : Data primer guru PKn SMK N 5 Bandar Lampung

(24)

X TKR = Kelas X jurusan Teknik Kendaraan Ringan

X TSM = Kelas X jurusan Teknik Sepeda Motor

X TKRD = Kelas X jurusan Teknik Kendaraan Ringan Daihatsu

X TKRP = Kelas X jurusan Teknik Kendaraan Ringan Perempuan

X TKA = Kelas X jurusan Teknik Komputer Animasi

X TKM1 = Kelas X jurusan Teknik Komputer Multi Media 1

X TKM2 = Kelas X jurusan Teknik Komputer Multi Media 2

> 70 = Peserta didik yang mendapat nilai lebih dari sama dengan 70

< 70 = Peserta didik yang mendapat nilai kurang dari 70

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas maka dapat diketahui bahwa nilai uji KD 1

peserta didik kelas X jurusan kria kayu1 yang mencapai KKM yaitu hanya 9

(31,03%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 20 (68,97%) peserta

didik. Di kelas kria kayu2 peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 8

(30,76%) dan sisanya 18 (69,24%) peserta didik belum mencapai KKM. Kelas

kria tekstil1 peserta didik yang mencapai KKM sudah lebih banyak yang

mencapai KKM yaitu 19 (55,88%) sedangkan yang belum mencapai ada 15

(44,12%). Di kelas kria tekstil2 peserta didik yang mencapai KKM yaitu

berjumlah 16 (44,44%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 20

(55,56%). Di kelas kria logam1 peserta didik yang mencapai KKM berjumlah

14 (43,75%) dan yang belum mencapai berjumlah 18 (56,25%). Kelas kria

logam2 peserta didik yang belum mencapai KKM berjumlah 12 (36,36%)

sedangkan yang belum mencapai berjumlah 21 (63,64%). Kelas teknik

kendaraan ringan peserta didik yang mencapai KKM berjumlah 15 (38,46%)

dan yang belum mencapai KKM berjumlah 24 peserta didik atau 61,54%.

(25)

(38,46%) dan yang belum mencapai KKM berjumlah 19 peserta didik atau

59,4%. Kelas teknik kendaraan ringan daihatsu jumlah peserta didik yang

mencapai KKM yaitu 13 atau 56,52% dan jumlah yang belum mencapai KKM

yaitu 10 atau 43,48%. Kelas teknik kendaraan ringan perempuan jumlah

peserta didik yang mencapai KKM yaitu 10 (37,03%) sedangkan jumlah yang

belum mencapai KKM yaitu 17 (62,97%). Kelas teknik komputer animasi

jumlah peserta didik yang mencapai KKM lebih banyak yaitu 19 (57,57%)

sedangakan yang belum mencapai ada 14 (42,43%). Kelas teknik komputer

multimedia1 jumlah peserta didik yang mencapai KKM yaitu 20 (58,82%) dan

yang belum mencapai KKM berjumlah 14 (41,28%). Kelas teknik komputer

multimedia2 jumlah peserta didik yang menacapai KKM yaitu 16 (44,4%) dan

yang belum mencapai KKM berjumlah 20 (55,6%).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik kelas X SMK N

5 Bandar Lampung alasan yang membuat mereka tidak bersemangat untuk

masuk kelas dan mengikuti pelajaran yaitu terutama pada jam pelajaran yang

terletak mendekati jam akhir pada siang hari sehingga peserta didik merasa

ngantuk dan tidak bersemangat ditambah lagi mereka harus melakukan moving class.

Belajar merupakan penyampaian informasi kepada peserta didik. Sebab, pada

dasarnya belajar membutuhkan keterlibatan mental sekaligus tindakan. Pada

saat aktif belajar, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Ia

mempelajari gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang ia

pelajari. Belajar juga akan lebih efektif jika dilaksanakan dalam suasana yang

(26)

Hasil observasi menunjukkan bahwa peserta didik belum mampu untuk

mengoptimalkan kemampuannya untuk lebih kritis dan berani dalam

melakukan pembelajaran aktif seperti menyampaikan pendapat, memberikan

solusi dan menerapakan ilmu yang telah didapatnya.

Poses pembelajaran akan berhasil jika ada kerjasama yang baik antara guru dan

peserta didik. Sebagai seorang peserta didik maka wajib mengikuti pelajaran

yang disuguhkan oleh seorang guru dan sebagai seorang guru harus mampu

membuat peserta didik bersemangat dan aktif dalam mengikuti pelajaran.

Berdasarkan hasil observasi di SMK N 5 Bandar Lampung metode

pembelajaran yang digunakan sebagian guru masih sebatas metode ceramah

dan tanya jawab selain itu guru hanya memanfaatkan informasi dari buku cetak

dan tidak menggunakan media dalam menyampaikan materi pelajaran. Seorang

guru di tuntut untuk kreatif dan terampil dalam menyajikan pelajaran melalui

berbagai media dan model pembelajaran yang bertujuan agar apa yang di

pelajari dapat dipahami peserta didik sehingga dapat diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Hasil wawancara dengan salah satu guru PKn di SMK N 5 Bandar Lampung

mengatakan bahwa masih ada sebagian peserta didik yang terlambat sampai di

kelas bahkan ada peserta didik yang membolos tidak mengikuti pelajaran.

Waktu yang diberikan untuk berpindah dari satu kelas ke kelas berikutnya

yaitu < 5 menit tetapi sebagian peserta didik belum menggunakan waktu sebaik

mungkin untuk pindah. Peserta didik belum mempunyai kesadaran dan

(27)

diberikan untuk berpindah kelas. Media pembelajaran belum memadai

sepenuhnya contohnya seperti LCD dimana pemakaiannya harus bergantian.

Media dan sarana pembelajaran harus tersedia di dalam kelas apabila tidak

tersedia maka yang terjadi peserta didik hanya pindah kelas saja. Selain itu,

karena peserta didik tidak memilki kelas yang tetap maka sulit untuk

menentukan jadwal piket sehingga kebersihan kelas kurang terjaga yang akan

menimbulkan suasana kelas yang kurang nyaman.

Penerapan sistem moving class menaruh harapan besar bagi sekolah untuk meningkatakan proses pembelajaran yang ideal, meningkatkan kualitas

pendidikan sekolah , menghasilkan output yang memiliki potensi yang tinggi

dan menyandang gelar sebagai Sekolah Kategori Mandiri (SKM). Oleh karena

untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan kerjasama yang baik antara

peserta didik, guru, kepala sekolah beserta jajarannya dan juga seluruh warga

sekolah yang bertugas dengan cara meminimalisir masalah-masalah yang ada .

Apabila tidak ada kerjasama antara pihak-pihak tersebut maka tujuan akan jauh

dari harapan.

Pembelajaran yang efektif dapat dicapai melalui penerapan moving class

apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan,

peserta merasa senang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan,

sarana/fasilitas memadai, materi dan metode yang digunakan sesuai, guru

(28)

Upaya sekolah untuk melaksanakan sistem pembelajaran yang efektif dan

menyenangkan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam

pembentukan diri warganegara yang memiliki pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai serta perilaku nyata dalam kehidupan masyarakat dan negara.

Maka penelitian ini masuk kedalam wilayah kajian pendidikan

kewarganegaraan.

Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul : “Pengaruh penerapan moving class terhadap efektivitas

pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X di

SMK N 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti

mengidentifikasikan masalah-masalah yang timbul sebagai berikut :

1. Penerapan moving class yang belum berjalan dengan maksimal

2. Perpindahan kelas menjadi peluang besar peserta didik untuk bolos dan

tidak mengikuti pelajaran.

3. Hasil belajar yang kurang memuaskan/tidak sesuai dengan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah.

4. Sebagian peserta didik terlambat tiba di kelas pada saat pergantian jam

pelajaran.

(29)

6. Kreativitas dalam aplikasi teknologi pembelajaran masih kurang

digunakan sebagaian guru.

7. Kurangnya kemampuan peserta didik untuk menjadi pengkaji yang aktif

dalam proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka masalah penelitian ini dibatasi

pada kajian “Pengaruh Penerapan Moving Class Terhadap Efektivitas

Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X Di

SMK N 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, dalam

penelitian ini maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “ Apakah ada

pengaruh yang signifikan penerapan moving class terhadap efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X di

SMK N 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013 ?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(30)

2. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dalam penelitian ini adalah menerapkan konsep, teori,.

prinsip, prosedur ilmu pendidikan khususnya PKn, pada kajian

Pendidikan Kewarganegaraan karena penerapan moving class merupakan

salah satu upaya sekolah dalam melakukan pembaharuan terhadap sistem

pembelajaran konvensional dan dalam pembentukan diri warga negara

yang memiliki pengetahuan, sikap dan nilai serta perilaku nyata dalam

kehidupan sekolah dan masyarakat.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat :

1. Bagi guru penelitian ini berguna untuk mengoptimalkan proses

pembelajaran di dalam kelas agar tercapainya tujuan pembelajaran

dengan maksimal dan memberikan masukan kepada guru untuk dapat

mengoptimalkan kemampuan nya dalam pengelolaan kelas dan

memperbaiki proses pembelajaran.

2. Bagi peserta didik penelitian ini berguna untuk mendorong peserta

didik untuk lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

demi tercapainya efektivitas pembelajaran dengan maksimal.

3. Bagi sekolah penelitian ini berguna untuk menginformasikan kepada

sekolah untuk melengakapi sarana dan prasarana yang menunjang

kegiatan pembelajaran baik secara fisik dan non fisik agar penerapan

(31)

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini mencakup Ilmu Pendidikan

Kewarganegaraan dalam wilayah kajian Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik

kelas X di SMK N 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penerapan moving class dan efektivitas pembelajaran di SMK N 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian ini di SMK N 5 Bandar Lampung.

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya

surat izin penelitian pendahuluan pada tanggal 10 Desember 2012 sampai

dengan dikeluarkan surat keterangan telah melakukan penelitian pada

tanggal 22 Februari 2013.

(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Tinjauan Tentang Efektivitas Pembelajaran 1.1 Definisi Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian

dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan

dengan hasil yang telah dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai

sudut pandang dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai

kaitan yang erat dengan efisiensi.

“Efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil,

berhasil guna, ada efeknya, pengaruhnya, akibatnya, atau kesannya”

(Depdiknas 2002).

Wina Sanjaya (2010) mengungkapkan “prinsip efektivitas berkenaan

dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat

dicapai dalam kegiatan belajar mengajar”. Sedangkan menurut Warsita

(2008:51) “efektivitas lebih menekankan pada perbandingan antara

(33)

Said (Erik 2009:9) mengungkapkan bahwa :

Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Mahmudi (2005: 92) mengungkapkan “Efektivitas merupakan hubungan

antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan)

output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi,

program atau kegiatan”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas efektivitas adalah tingkat

keberhasilan yang didapat antara rencana dan hasil yang telah diperoleh

dengan berusaha untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sesuai dengan

kebutuhan yang diperlukan melalui aktivitas tertentu baik secara fisik

maupun non fisik dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan

dan jumlah personil yang ditentukan untuk memperoleh hasil yang

maksimal baik secara kuantitatif mapun kualitatif dan dengan melihat

perbandingan antara rencana dan hasil yang dicapai.

1.2 Ukuran Efektivitas

Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana

yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun,

jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat

sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang

(34)

Duncan yang dikutip Richard M. Steers (1985:53) dalam bukunya

Efektivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan

Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus

dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian

tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti

pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam

arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor,

yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkrit.

2. Integrasi

Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu

organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus

dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi

menyangkut proses sosialisasi.

3. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses

pengadaan dan pengisian tenaga kerja.

Gibson dalam Tangkilisan (2005:65) mengatakan hal yang berbeda

bahwa efektivitas organisasi dapat pula diukur melalui :

1.Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

(35)

3.Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap

4.Perencanaan yang matang

5.Penyusunan program yang tepat

6.Tersedianya sarana dan prasarana

7.Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

1.3 Definisi Pembelajaran

Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja kapan saja dan oleh siapa saja.

Pembelajaran dalam hal ini adalah pembelajaran di sekolah yang pada

dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang dilakukan

baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam

interaksi edukatif guna mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

Kokom Komalasari (2012:3) mengungkapkan bahwa :

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pemebelajaran secara efektif dan efisien.

Lebih lanjut Kokom komalasari (2012:3-4) mengungkapkan

pembelajaran dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang

sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejulah alat peraga,

pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan pembelajaran

(36)

Kedua, pembelajaran dipandang sebgai suatu proses maka pembelajaran

merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat

siswa belajar. Rangakaian tersebut meliputi :

a. Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan,

semester, dan penyusunan persiapan mengajar.

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persipan

pembelajaran yang telah dibuat.

c. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya dapat berupa

envichmen (pengayaan) dan remedial teaching bagi yang berkesulitan

belajar.

Menurut Yusuf Hadi Miarso (2004:545) yang dikutip oleh Yamin

Martinis (2012) mengungkapkan bahwa :

Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain, usaha tersebut dapat dilakukan oleh orang atau kelompok orang yang memilki kemampuan atau kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan dapat pula dikatakan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik atau orang dewasa lainnya untuk membuat pebelajar dapat belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran

adalah suatu proses usaha yang disengaja untuk membelajarkan siswa

dengan terlebih dahulu merencanakan, melaksanakan dan melakukan

evaluasi secara sistematis agar terjadi perubahan yang relatif menetap

(37)

mengembangkan sumber belajar yang diperlukan guna mencapai hasil

belajar yang maksimal.

Syaiful Sagala (2009: 61) , mengungkapkan pembelajaran adalah :

Membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Menurut Corey dalam Sagala (2009: 61) adalah sebagai berikut: “Suatu

proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk

memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,

pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”.

Pendapat di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran hendaknya

menjadikan kondisi lingkungan belajar yang memungkinkan siswa untuk

ikut serta dalam proses pembelajaran dalam kondisi tertentu dan

memberikan respon atas kondisi tersebut , pembelajaran merupakan

subset khusus pendidikan. Hal ini dapat terjadi apabila lingkungan

belajar dapat dikelola dengan sebaik mungkin sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Tercantum didalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa

pembelajaran ialah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

(38)

Berdasarkan pada uraian di atas maka pembelajaran pada hakikat nya

adalah suatu proses yang disengaja untuk membuat diri pembelajar atau

siswa untuk ikut serta dalam proses belajar agar terjadi perubahan pada

diri pembelajar dari aspek kognitif, afektif dan psikomotriknya dimana

dalam proses tersebut terjadi interaksi antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar yang telah

dikondisikan guna mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal.

1.4 Efektivitas Pembelajaran

Suatu pengajaran yang baik adalah apabila proses pembelajaran itu

menggunakan waktu cukup sekaligus dapat memberikan hasil

(pencapaian tujuan instruksional) secara lebih tepat dan cermat serta

optimal. Waktu pengajaran yang sudah ditentukan instruksionalnya

diharapkan dapat memberikan sesuatu yang berharga dan berhasil guna

bagi peserta didik. (Ahmad Rohani, 2010:33)

Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga

berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil

yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat

daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan

pengguna/client.

Efektivitas merupakan faktor penting dalam pembelajaran. Pembelajaran

(39)

pembelajaran dengan sasaran atau tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai. Efektivitas adalah bagaimana seseorang berhasil mendapatkan

dan memanfaatkan metode belajar untuk memperoleh hasil yang baik.

Chong dan Maginson (Slameto, 2003: 81) mengartikan “Efektifitas

merupakan kesesuaian antara siswa dengan hasil belajar”.

Berdasarkan pada uraian di atas dapat dikatakan bahwa efektivitas

pembelajaran adalah proses yang harus di lalui siswa untuk mencapai

hasil belajar, efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan

komponen yang terdapat pada sistem pembelajaran berfungsi sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Efektivitas pembelajaran

dapat dicapai apabila rancangan pada persiapan, implementasi, dan

evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta sesuai dengan fungsinya

masing-masing.

Steers (dalam Muhibbin Syach, 2003: 27) dalam ranah kajian perilaku

organisasi mengemukakan tiga pendekatan dalam memahami efektivitas.

Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain pendekatan tujuan (the goal optimization approach), pendekatan sistem (sistem theory approach), dan pendekatan kepuasan partisipasi (participant satisfaction model).

1. Pendekatan Tujuan. Suatu organisasi berlangsung dalam upaya

mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, dalam pendekatan ini

efektivitas dipandang sebagai goal attainment/goal optimization atau

(40)

2. Pendekatan Sistem. Pendekatan ini memandang efektivitas sebagai

kemampuan organisasi dalam mendayagunakan segenap potensi

lingkungan serta memfungsikan semua unsur yang terlibat. Efektivitas

diukur dengan meninjau sejauh mana berfungsinya unsur-unsur dalam

sistem untuk mencapai tujuan.

3. Pendekatan Kepuasan Partisipasi. Dalam pendekatan ini, individu

partisipan ditempatkan sebagai acuan utama dalam menilai efektivitas.

Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa keberadaan organisasi

ditentukan oleh kualitas partisipasi kerja individu. Selain itu, motif

individu dalam suatu organisasi merupakan faktor yang sangat

menentukan kualitas partisipasi. Sehingga, kepuasan individu menjadi

hal yang penting dalam mengukurefektivitas organisasi.

Berdasar pada tinjauan teori di atas dapat dinyatakan bahwa efektivitas

pembelajaran adalah suatu program pembelajaran berkenaan dengan

masalah pencapaian tujuan pembelajaran, fungsi dari unsur-unsur

pembelajaran, serta tingkat kepuasan dari individu-individu yang terlibat

dalam pembelajaran untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah

ditetapkan.

1.4.1 Ciri Efektivitas Pembelajaran

Menurut Harry Firman (1987:24) dalam Arif Harianto (2012:7)

keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri

(41)

a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan

instruksional yang telah ditetapkan.

b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan

siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan

instruksional.

c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar

mengajar.

Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang

digambarkan di atas, keefektifan program pembelajaran tidak

hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan

harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.

Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah

mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi

pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon,

kerjasama, partisipasi aktif, waktu serta teknik pemecahan

masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada

saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana

penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan

bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar

mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran

(42)

1.4.2 Pencapaian Efektivitas Pembelajaran

Beberapa aspek yang menjadi orientasi ke arah pencapaian

efektivitas pembelajaran dalam perspektif guru dipaparkan oleh

Djam’an Satori, et al. (2003:44-52) dikutip oleh Dharma

Andinandra Noor (2012) sebagai berikut :.

1. Apresiasi guru terhadap pengembangan kurikulum dan

Implikasinya. Guru dituntut mempunyai kemampuan dalam

pengembangan kurikulum secara dinamik sesuai dengan

potensi sekolah dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip di

bawah ini. (a) Keseimbangan etika, logika, estetika, dan

kinestika. (b) Kesamaan memperoleh kesempatan bagi semua

siswa.(c) Kesiapan menghadapi abad pengetahuan dan

tantangan teknologi informasi. (d) Pengembangan

keterampilan hidup. (e) Berpusat pada anak sebagai

pembangun pengetahuan. (f) Penilaian berkelanjutan dan

komprehensif.

2. Kreativitas guru dalam aplikasi teknologi pembelajaran. Guru

dituntut mempunyai pemahaman konsep teoretis dan praktis

berkenaan dengan desain, pengembangan, pemakaian,

manajemen, dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan

sumber belajar. Pembelajaran yang memiliki efektivitas tinggi

ditunjukkan oleh sifatnya yang menekankan pada

pemberdayaan peserta didik. Pembelajaran bukan sekadar

(43)

pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan,

akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa

yang diajarkan sehingga tertanam dalam jiwa anak dan

berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta dipraktikkan

dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik. Bahkan

pembelajaran lebih menekankan pada peserta didik agar mau

belajar bagaimana cara belajar yang produktif.

Selain faktor guru, keberhasilan proses pembelajaran banyak

bertumpu pada sikap dan cara belajar siswa, baik perorangan

maupun kelompok. Selain itu, tersedianya sumber belajar dengan

memanfaatkan media pembelajaran secara tepat merupakan faktor

pendorong dan pemelihara kegiatan belajar siswa yang produktif,

efektif, dan efisien. Memelihara suasana pembelajaran yang

dinamis dan menyenangkan merupakan kondisi esensial dalam

proses pembelajaran. Dalam hal ini, perlu ditanamkan persepsi

positif pada setiap diri siswa, bahwa kegiatan pembelajaran

merupakan peluang bagi mereka untuk menggali potensi diri

sehingga mampu menguasai kompetensi yang diperlukan untuk

kehidupannya kelak.

1.5 Pembelajaran Efektif

Menurut Miarso (dalam Bambang Warsita, 2008: 287), “Pembelajaran

yang efektif adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta

(44)

mengandung dua indikator, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa

yang dilakukan guru.

Menurut Dick dan Reiser (dalam Bambang Warsita, 2008: 288),

“pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan

peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan

sikap serta yang membuat peserta didik senang”. Jadi ketika siswa

senang dalam belajar, mereka akan mudah menerima ilmu yang

diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran yang

efektif adalah suatu pembelajaran yang mampu membuat siswa untuk

ikut serta dalam kegiatan pembelajaran , membuat siswa merasa senang

mengikuti kegiatan pembelajaran dan mampu menghantarkan siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ada pun ciri-ciri yang dapat dilihat apabila suatu pembelajaran dikatakan

efektif diungkapkan oleh Eggen dan Kauchak (dalam Bambang

Triwarsita, 2008: 289) yaitu :

1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya

melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan

kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep

generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi

(45)

3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada

pengkajian.

4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan

kepada peserta didik dalam menganalisis informasi.

5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan

keterampilan berpikir.

6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai

dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.

Memperhatikan ciri dari pembelajaran yang efektif di atas, maka guru

harus membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat

siswa merasa nyaman dalam belajar

Sudjarwo dan Basrowi (2008:173) menyampaikan bahwa ciri

pembelajaran efektif dapat dilihat dari dua aspek pembaharuan penting,

yaitu :

1. Pembaharuan dalam pendekatan pembelajaran, yaang menyangkut

esensi, materi dan metode pembelajaran. Ini terjadi karena temuan

konsep baru yang berkembang mengenai otak dan kecerdasan, serta

dipicu oleh dinamika perubahan multidimensional dan lingkungan

hidup dan kehidupan yang menuntut komitmen dan kemampuan yang

makin tinggi dari sumber daya manusia.

2. Pemanfaatan tekhnologi informasi/komunikasi yang sudah

berkembang demikian canggih untuk menunjang tercapainya

(46)

Berdasarkan pada pendapat di atas pembelajaran efektif terlihat dari dua

aspek yaitu dari segi pendekatan pembelajaran yang mencakup materi

dan metode yang digunakan dan pemanfaatan tekhnologi

informasi/komunikasi yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran

dan dapat pula sebagai sumber pengetahuan.

2. Tinjauan Tentang Moving Class

2.1 Definisi Moving Class

Moving class terdiri dari dua kata, yaitu moving dan class. Moving berarti pindah. Class dapat diartikan sebagai kelas atau tempat belajar.

Jadi moving class adalah pergerakan dari satu kelas ke kelas yang lain sesuai dengan pelajarannya.

Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Konsep moving class

mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk

memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan pelajaran yang

dipelajarinya. Dengan moving class, pada saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju ruang kelas lain

sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi

guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat

menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu. (Tercantum dalam Juknis

(47)

Menurut Ronny Preslysia (2007) dalam http://indonesianschcol.org

mengungkapkan bahwa :

Sistem pembelajaran moving class (kelas berpindah) merupakan sistem belajar mengajar bercirikan siswa yang mendatangi guru di kelas, bukan sebaliknya dimana setiap kali subjek pelajaran diganti maka siswa akan meninggalkan kelas dan mendatangi kelas lainnya sesuai dengan bidang studi yang dijadwalkan sehingga seluruh bidang studi memiliki kelas tersendiri dengan segala kelengkapannya.

Menurut Khaerudin (2009) dalam http://www.alkausar.org sistem moving class yaitu :

Siswa berpindah dari satu kelas ke kelas yang lainnya sesuai bidang studi yang dipelajarinya. Tiap-tiap ruang kelas maupun laboratorium yang digunakan dilengkapi dengan sarana yang lengkap. Tujuannya agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan memudahkan siswa dalam belajar menggunakan sarana penunjang mata pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa moving class

adalah sutau sistem belajar mengajar dimana setiap pergantian pelajaran

siswa yang bergerak ke ruang kelas sesuai mata pelajaran yang

dijadwalkan, siswa bergerak mendatangi guru menuju ruang kelas bukan

sebaliknya guru yang mendatangi siswa dan setiap mata pelajaran

memilki ruang kelas masing-masing disertai sarana yang menunjang

sehingga memudahkan siswa untuk melakukan proses pembelajaran dan

konsep moving class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat

(48)

2.2 Alasan dan Tujuan Penerapan Moving Class

Alasan penerapan moving class yang dilaksanakan oleh SMK N 5 Bandar Lampung adalah karena “SMK N 5 Bandar Lampung banyak memilki

ruangan kelas sehingga mencoba untuk menerapkan sistem moving

class”. (Waka kurikulum SMK N 5 Bandar Lampung)

Adapun tujuan penerapan moving class disampaikan oleh Hery John Setiawan (2010) dalam

(http://esdikimia.wordpress.com/ssn/panduan-moving-class/comment-page-1/#comment-893) yaitu :

1) Memfasilitasi siswa yang memiliki beraneka macam gaya belajar

baik visual, auditori, dan khususnya kinestetik untuk

mengembangkan dirinya.

2) Menyediakan sumber belajar, alat peraga, dan sarana belajar yang

sesuai dengan karakter mata pelajaran.

3) Melatih kemandirian, kerjasama, dan kepedulian sosial siswa.

Karena dalam moving class mereka akan bertemu dengan siswa lain bahkan dari jenjang yang berbeda setiap ada perpindahan kelas atau

pergantian mata pelajaran.

4) Merangsang seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan siswa

(multiple intelegent)

5) Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran:

a) Proses pembelajaran melalui moving class akan lebih bermakna karena setiap ruang/laboratorium mata pelajaran dilengkapi

(49)

karakteristik mata pelajaran. Jadi setiap siswa yang akan masuk

suatu ruang/laboratorium mata pelajaran sudah dikondisikan

pemikirannya pada mata pelajaran tersebut.

b) Pendamping mata pelajaran dapat mengkondisikan

ruang/laboratoriumnya sesuai dengan kebutuhan setiap pertemuan

tanpa harus terganggu oleh mata pelajaran lain.

6) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu pembelajaran.

Pendamping mata pelajaran (guru) tetap berada di

ruang/laboratorium mata pelajarannya, sehingga waktu mengajar

tidak terganggu dengan hal-hal lain.

7) Meningkatkan disiplin siswa dan pendamping (guru)

a) Pendamping (guru) akan dituntut datang tepat waktu, karena

kunci setiap ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing

pendamping mata pelajaran (guru).

b) Siswa ditekankan oleh setiap pendamping mata pelajaran untuk

masuk tepat waktu pada pada saat pelajarannya.

8) Meningkatkan keterampilan pendamping (guru) dalam

memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan

dalam kehidupan siswa sehari-hari

9) Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab,

mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata

pelajaran.

(50)

Moving class juga dapat berdampak buruk bagi siswa, misalnya siswa akan tiba di kelas terlambat disesuaikan dengan alasan yang sangat riil

apabila itu juga dilakukan oleh pendamping (guru) sendiri.

2.3 Kelemahan dan Kelebihan Moving Class

Kelemahan dari sistem pembelajaran moving class disampaikan oleh Purwanto(2008)

http://purwanto65.wordpress.com/2008/07/21/moving-class/yaitu :

1) Perpindahan dari satu kelas ke kelas lain mengurangi waktu belajar.

2) Perubahan jadwal mempengaruhi kelancaran pelaksanaan

pembelajaran.

3) Ketidakhadiran guru menyebabkan kesulitan penanganan kelas

4) Siswa tidak memiliki ruang privasi untuk menempatkan benda-benda

atau barang milik kelas, misalnya piala atau piagam yang diraih dalam

perlombaan antar kelas. Karena prinsip moving kelas tidak mengenal

kelas permanen.

5) Tanggung jawab terhadap kebersihan dan penataan kelas sering

mengalami benturan, karena banyaknya kelas yang menggunakan

ruang tersebut pada hari yang sama.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan moving class : 1) Menekankan agar guru lebih disiplin.

2) Menjaga agar jadwal tidak berubah-ubah.

(51)

4) Mengupayakan sendiri media-media yang dapat diusahakan oleh guru

dan sekolah (misal : bahan ajar, alat peraga, bahan praktikum dan

lain-lain).

5) Menentukan hari untuk kegiatan kebersihan yang dilakukan secara

bergotong-royong.

Rony Preslysia (2007) dalam http://indonesianschcol.org

mengungkapkan kelebihan sistem pembelajaran moving class adalah : 1) Guru memiliki ruang mengajar sendiri yang memungkinkan untuk

melakukan penataan sesuai karakteristik mata pelajaran.

2) Guru memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber-sumber belajar

dan media pembelajaran yang dimiliki karena penggunaannya tidak

terikat oleh keterbatasan sirkulasi.

3) Guru berperan secara aktif dalam mengontrol prilaku peserta didik

dalam belajar.

4) Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik lebih obyektif dan

optimal.

5) Siswa memiliki waktu bergerak setiap perpindahan kelas sehingga

mengurangi kejenuhan dan segar untuk menerima pelajaran.

3. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan 3.1 Definisi Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata

(52)

tingkat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi karena mata pelajaran ini

memilki kedudukan yang sangat penting untuk diberikan kepada siswa.

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi

agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga

negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh

Pancasila dan UUD 1945. (KBK 2004)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan oleh Cogan dalam Dasim

Budimasyah (2008:5) sebagai “……..the fundational course work in

school designed to prepare young citizens for an active role in their

communities in their adult lives”, maksudnya adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersipakan warga

negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam

masyarakat.

Menurut Carter Van Good dalam Sri wuryan (2008:2), Civics itu

diartikan “The elements of political science or that branch of political

science dealing withthe rights and duties of citizens”. Berdasarkan

definisi tersebut civics merupakan bagian atau elemen dari ilmu politik

atau cabang dari ilmu politik yang berisi tentang hak dan kewajiban

(53)

Tercantum di dalam Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 menegaskan bahwa

PKn merupakan “usaha untuk membekali peserta didik dengan

pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara

warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara

agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan

negara”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, bisa dinyatakan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran dasar di

sekolah yang merupakan cabang dari ilmu politik yang berisi tentang

hak dan kewajiban warga negara dengan ruang lingkup seluruh kegiatan

sekolah yang dapat berupa kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan di

dalam dan di luar kelas, diskusi dan organisasi kegiatan siswa yang

bertujuan untuk mempersiapkan warga negara muda dapat berperan aktif

dalam masyrakat dan menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh

bangsa dan negara.

Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi di jelaskan

bahwa :

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Sementara menurut Nu’man Somantri dalam (Komala Nurmalina dan

(54)

Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu di proses guna melatih siswa berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan pengertian Pendidikan Kewarganegaraan yang dikemukakan

di atas dapat dicermati bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki

tujuan yaitu memfokuskan pada pembentukan diri warga negara yang

mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

menjadi warganegara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter,

melatih siswa berpikir kritis,analitis, bersikap dan bertindak demokratis

sebagaimana telah diamanatkan dan berdasarkan Pancasila dan UUD

1945.

3.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan pendidikan kewarganegaraan haruslah berdasar, mengacu dan

sesuai pada tujuan pendidikan nasional sebagaimana telah tertuang

didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yaitu :

(55)

Menurut Muhamad Erwin (2012) dalam buku nya Pendidikan

Kewarganegaraan RI mengungkapkan bahwa tujuan Pendidikan

Kewarganegraan adalah “untuk membentuk manusia indonesia yang

seutuhnya yang religius, berkemanusiaan dan berkeadaban, yang

nasionalis, yang demokratis, yang adil, sebagai manusia indonesia yang

cerdas dan bertanggungjawab”.

Sementara itu menurut National Council for the Social Studies/NCSS

dalam (Wuryan dan Syaifullah, 2008:76) menjelaskan tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan sebagai berikut:

a. Pengetahuan dan keterampilan guna membantu memecahkan masalah

dewasa ini;

b. Kesadaran terhadap pengaruh sains dan teknologi pada peradaban

serta manfaatnya untuk memperbaiki nilai kehidupan;

c. Kesiapan guna kehidupan ekonomi yang efektif;

d. Kemampuan untuk menyusun berbagai pertimbangan terhadap

nilai-nilai untuk kehidupan yang efektif dalam dunia yang selalu

mengalami perubahan;

e. Menyadari bahwa kita hidup dalam dunia yang terus berkembang

yang membutuhkan kesediaan untuk menerima fakta baru, gagasan

baru, serta tata cara hidup yang baru;

f. Peran serta dalam proses pembuatan keputusan melalui pernyataan

pendapat kepada wakil-wakil rakyat, para pakar, dan spesialis;

g. Keyakinan terhadap kebebasan individu serta persamaan hak bagi

(56)

h. Kebanggaan terhadap prestasi bangsa, penghargaan terhadap

sumbangan yang diberikan bangsa lain serta dukungan untuk

perdamaian dan kerjasama;

i. Menggunakan seni yang kreatif untuk mensensitifkan dirinya sendiri

terhadap pengalaman manusia yang universal serta pada keunikan

individu;

j. Mengasihani serta peka terhadap kebutuhan, perasaan, dan cita-cita

umat manusia lainnya;

k. Pengembangan prinsip-prinsip demokrasi serta pelaksanaannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Sementara itu dalam Depdiknas (2006:271) dijelaskan pula tentang

tujuan dan fokus mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan , yaitu :

Bidang studi PKn juga merupakan bidang studi yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Tercantum di dalam Standar Isi Pendidikan Kewarganegaran bahwa

tujuan pendidikan kewarganegaraan yaitu :

a. Beripikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Gambar

Tabel 1.1  Nilai Uji KD 1 Mata Pelajaran PKn Peserta didik Kelas X Semester 1 SMK N 5 B.Lampung T.P
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Data Jumlah Siswa Kelas X Semester Genap di SMK Negeri 5                            Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang bisa digunakan dalam menentukan kelayakan pemberian kredit adalah dengan menggunakan metode fuzzy Tsukamoto dengan menggunakan variabel yang

Tahun Pelajaran ……… Bulan Januari s.d Maret 2016 Melaksanakan tugas mengajar dengan beban kerja sebanyak ……… Jam Tatap Muka (JTM) yang terdiri

autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi”.Berdasarkan pernyataan tersebut telah jelas bahwa melalui pemecahan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA PENGRAJIN PERABOT RUMAH TANGGA DI TOKO MULIA RATTAN, JALAN GATOT

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perilaku tidak aman pada pekerja pengrajin perabot rumah tangga (yang berbahan dasar rotan) di Toko Mulia Rattan,

Terdapat pengaruh yang signifikan pada pembelajaran dengan model problem based learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pesawat sederhana.. Terdapat

Nilai Kepadatan Populasi (ind/m 2 ), Kepadatan Relatif (%), Frekuensi Kehadiran(%) Makrozoobentos pada setiap Stasiun Penelitian di Perairan Estuari Suaka Margasatwa Karang

Penulis menganalisa penelitian ini dengan menggunakan 2 metode, yang pertama adalah Chi Kuadrat ( Chi Square ) yaitu suatu metode mengenai perbandingan antara frekuesi observasi