• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PEMBUNUHAN DENGAN MUTILASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PEMBUNUHAN DENGAN MUTILASI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH ANDERIA SAKTI

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)

Nama Mahasiswa : Anderia Sakti No. Pokok Mahasiswa : 0912011293 Bagian : Hukum Pidana Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H. Diah Gustiniati, S.H., M.H. NIP 196109121986031003 NIP 196208171987032003

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

(3)

1. TIM PENGUJI

Ketua : Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Diah Gustiniati, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Tri Andrisman, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

(4)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai

dengan kesanggupannya.

(Q.S. Al-Baqarah :286)

Tidak ada yang tidak bisa di dunia ini sebelum

berusaha dan mencobanya

(5)

Kupersembahkan Skripsi ini untuk :

Kedua orang tuaku tercinta Ibunda Yutimah dan

Ayahanda Darhan Muis yang begitu sangat kusayangi dan

kucintai, berkat didikan, bimbimbingan, doa, dan pengorbanan

serta kasih sayang mereka dalam membesarkanku sehingga aku

bisa menjadi orang yang berhasil .

Kedua ayuk-ayukku Dini Tri Sakti,Yurnalisakti dan

adikku Ridho Syaputra Darmansyah yang tumbuh bersama

dalam suatu ikatan keluarga yang selalu memberikan motivasi,

dukungan, semangat dan doa membuatku semakin yakin

bahwa merekalah yang akan membantu disaat susah maupun

senang.

Seluruh keluarga besar yang selalu memotivasi, doa, dan

perhatiannya sehingga aku lebih yakin menjalani hidup.

(6)

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang pada tanggal 31 Agustus 1991. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Darhan Muis dan Yutimah. Jenjang pendidikan penulis dimulai pada Taman Kanak-Kanak Al-Fajar dan diselesaikan pada tahun 1996. Sekolah Dasar Al-Azhar 2 Bandarlampung dan diselesaikan pada tahun 2003. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SLTP N 21 Bandarlampung pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas diselesaikan di SMA Perintis 2 Bandarlampung pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pada tahun 2012, penulis mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) di Gunung Agung, Tulang Bawang Barat. Kegiatan ini merupakan magang yang dilaksanakan dari tanggal 3 Juli sampai 10 Agustus 2012.

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ Analisis Kriminologis Terhadap Kejahatan Pembunuhan

Dengan Mutilasi “. Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

meraih gelar sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil, bimbingan, dan saran serta doa dari berbagai pihak, maka izinkan penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H., Selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik. 3. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., pembahas utama yang telah banyak

membantu dalam perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H., selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk dalam perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik. 5. Ibu Rini Fatonah, S.H.,M.H., selaku pembahas dua yang telah banyak

(8)

ini.

7. Bapak Bripka Riyadi dan Bripka Edwar Rasyid di Polres Lampung Tengah serta Ibu Diah Utaminingsih dosen psikolog Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai responden penelitian ini.

8. Bapak Faizal, S.H., di Polda Lampung yang telah memberi arahan guna mempermudah penelitian di Polres Lampung Tengah.

9. Seluruh dosen Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis, serta kepada seluruh staff administrasi FH Unila yang telah banyak membantu.

10.Terimakasih untuk kak Kiki yang udah banyak membantu dalam proses

pembuatan skripsi ini dan a’ Yoni atas dukungannya.

11.Couragy Augustansa yang telah memberikan banyak motivasi, dukungan, semangat, doa, serta bimbingannya walaupun berada jauh tetap selalu memberikan dukungannya.

(9)

duluan terimakasih dukungannya.

14.Sahabat-sahabatku dari SMA Beben,Irda,Marissa. Terimakasih atas dukungan kalian semangat dan doanya.

15.Mbakku Rateh yang telah banyak mengajarkan hal-hal yang positif dari masa organisasi sampai saat ini dan dukungannya. Serta Jimmy Feriaji yang banyak membantu dan memberikan dukungan.

16.Teman serta saudara-saudaraku semasa KKN di Marga Jaya Gegek,Aldis,Tian,Risky,Yasir,Gilang,Arti,Ginting yang selalu memberikan warna dalam 40hari bersama kalian.

17.Teman-teman BEM 09 Azam,Suntan,Nca dari awal bim sampai masuk ke

BEM dan adik-adik BEM 2010

Tiara,Nurul,Inggit,Leo,Alan,Yepri,Aristo,Ovia,Jimmy terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang didapat selama menjadi anggota BEM. 18.Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Hukum, khususnya angkatan 2009

(10)

kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung 8 April 2013 Penulis,

(11)

1.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kehidupan masyarakat di zaman era reformasi ini sangat berpengaruh bagi masyarakat, khususnya terpengaruh oleh budaya-budaya yang modernisasi. Kemajuan taraf hidup masyarakat di era zaman sekarang sangat didukung oleh sarana-sarana seperti transportasi, komunikasi, informasi, dan juga tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun dibalik semua itu ada pengaruhnya pada aspek kehidupan masyarakat, terjadinya perubahan sosial dan sikap perilaku pada pola kehidupan di masyarakatnya.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga memiliki dampak positif dan negatif, namun dampak negatif lah yang sangat mempengaruhi di kehidupan masyarakat. Perubahan sosial dan pola pikir yang meningkat untuk melakukan tindak kejahatan dan pelanggaran yang kadang kala tidak sesuai dengan akal sehat manusia itu sendiri. Salah satu contohnya tindak kejahatan pembunuhan, tindak kejahatan pembunuhan yang sangat sadis yang sering kita dengar saat ini ialah pembunuhan dengan melakukan mutilasi.

(12)

mutilasi ini juga biasanya dilakukan oleh orang normal yang melakukan pembunuhan dengan disertai tindakan memisahkan tubuh korban dengan kesadaran dan latar belakang emosinya. Mutilasi dalam pengertiannya ialah termasuk dalam pembunuhan berencana, yang sebelumnya pelaku merencanakan terlebih dahulu dan memotong-motong tubuh korban sehingga menghilangkan jejak perbuatannya.1 Di Indonesia sendiri tidak ada peraturan yang secara khusus mengatur kejahatan tentang mutilasi ini. Pengaturan mutilasi pun disamakan dengan pengaturan tindak pidana terhadap nyawa pada umumnya, yaitu dengan berpedoman pada Pasal 338 dan 340 KUHP.

Hal ini juga menjadi pertanyaan bagi kita bahwa bagaimana hukum positif Indonesia memandang dan mengatur tentang mutilasi. Bahkan sering kali kita mendengar dilakukan oleh mereka yang tergolong masih berusia muda.

Seperti contoh kasus yang akan dijelaskan oleh penulis yaitu tentang kasus terjadinya pembunuhan mutilasi di Bandar Jaya Lampung Tengah, tepat nya di Hotel Indah Permai. Pada tahun 2008 lalu telah terjadi pembunuhan mutilasi di hotel tersebut yang sampai detik ini sang pelaku belum juga tertangkap. Bedasarkan keterangan saksi atau pemilik hotel tersebut pembunuhan itu terjadi karena alasan kecemburuan pelaku terhadap korban karna sang korban yang tidak lain adalah mantan pacar pelaku yang lebih memilih orang lain untuk menjadi kekasih sang korban. Dari hal itulah pelaku tidak terima atas perbuatan sang korban, lalu pelaku membunuh mantan kekasihnya itu dan kekasih sang korban

1

(13)

dengan cara memotong-motong bagian tubuh korban yang tepat nya dibunuh di Hotel Indah Permai.

Kondisi demikian sangatlah menarik bagi penulis untuk menganalisa pembunuhan yang disertai oleh memotong-motong tubuh korban atau mutilasi. Banyak hal yang dianggap sebagai faktor pemicunya pelaku untuk membunuh korban dengan melakukan memotong-motong korbannya, salah satu alasan dari pemicu pelaku melakukannya ialah untuk menghilangkan jejak pembunuhan serta mempersulit proses penyelidikan dan penyidikan yang akan dilakukan oleh polisi.

Secara garis besar pembunuhan yang disertai oleh mutilasi atau dengan memotong-motong bagian tubuh korban adalah perbuatan yang memenuhi pasal-pasal dalam KUHP Buku II yang disertai dengan perbuatan memotong-motong tubuh korban hingga menjadi beberapa bagian. Dengan demikian yang dimaksudkan dengan mutilasi adalah suatu cara untuk melakukan tindak pidana dan bukan merupakan sifat dari suatu tindak pidana.

Dilihat dari sisi sebelah mata, kejahatan pembunuhan mutilasi itu selalu tertuju oleh perbuatan pelakunya yang dilihat sangat keji. Namun tidaklah objektif kalau hanya memperhatikan pelaku kejahatan pembunuhan mutilasi tanpa melihat faktor-faktor lain yang mendorong timbulnya kejahatan.

(14)

Sementara itu, kejahatan yang makin beragam jenisnya dan makin kejam menyebabkan masyarakat dipaksa meningkatkan kewaspadaan di mana pun ia berada. Sistem keamanan di perkantoran, pusat perbelanjaan, dan di rumah-rumah makin ditingkatkan. Namun, terkadang bukan rasa aman yang dicapai, tetapi justru ketidaknyamanan serta rasa takut yang amat mengganggu. Apalagi, terkadang kejahatan muncul tanpa bisa diduga, bahkan di lokasi yang selama ini dianggap aman, seperti di gedung pengadilan atau di lingkungan paling dekat, yaitu di sekitar rumah sendiri. Pelakunya pun bisa jadi adalah orang-orang yang selama ini kita kenal baik.

Pengetahuan tentang faktor-faktor kriminologi dalam masyarakat yang bersangkutan adalah sangat penting, biasanya faktor-faktor yang sering terjadi dikalangan masyarakat yang melakukan pembunuhan itu dikarenakan faktor tayangan televisi, faktor pribadi, lingkungan dan tekanan ekonomi, kecerdasan emosional,dan tingkat pendidikan yang rendah yang biasa menjadi faktor tindak kejahatan itu terutama tindak kejahatan pembunuhan yang biasa terjadi dalam kehidupan masyarakat.2

Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kejahatan. Akan menampakan peranannya dalam upaya pencegahan ataupun penanggulangan kejahatan, yang akan ditempuh dengan berbagai cara yaitu dengan penerapan hukum pidana, pencegahan tanpa pidana, dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media masa.

2

(15)

Dihubungkan dengan hal tersebut, dalam UUD 1945 terdapat pernyataan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Prinsip pernyataan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum untuk menciptakan ketentraman dalam masyarakat dan kepastian hukum. Dilain pihak dengan meningkatnya kejahatan baik secara kuantitas maupun kualitas, maka perlu dicari cara yang tepat dalam upaya penanggulangannya ataupun pengurangannya. Berangkat dari hal inilah maka penulisan skripsi ini diberi judul Analisis Kriminologis Terhadap Kejahatan Pembunuhan dengan Mutilasi.

B.Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahn yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah :

a. Apakah faktor–faktor penyebab kejahatan pembunuhan mutilasi? b. Bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan pembunuhan mutilasi? c. Apakah faktor-faktor penghambat upaya penanggulangan kejahatan

pembunuhan mutilasi ?

2. Ruang Lingkup

(16)

penanggulangan kejahatan terhadap pembunuhan dengan mutilasi. Sedangkan lokasi penelitian adalah wilayah hukum Kepolisian Resor Lampung Tengah.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasar rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penulisan ini

adalah :

1. Untuk mengetahui faktor–faktor penyebab kejahatan pembunuhan mutilasi 2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan kejahatan pembunuhan mutilasi 3. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat kejahatan pembunuhan mutilasi

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis, kegunaan penulisan ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan ilmu pengetahuan hukum serta mencakup masalah hukum, khususnya hukum pidana dari aspek teori.

b. Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan bahan acuan bagi masyarakat umum dan para penegak hukum dalam usaha pencegahan dan penanggulangan kejahatan masalah pembunuhan yang disertai dengan mutilasi

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis

(17)

mengadakan indikasi-indikasi terhadap indikasi-indikasi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.3

Dalam masalah kejahatan maka teori yang bertujuan mengenai faktor penyebab timbulnya (faktor etiologi) secara umum dibagi tiga, yaitu :4

a. Teori yang menggunakan pendekatan psikologi

Yaitu pendekatan yang digunakan kriminologi dalam menjelaskan sebab musabab atau sumber kejahatan berdasarkan masalah-masalah kepribadian dan tekanan-tekanan kejiwaan yang dapat mendorong seseorang melakukan kejahatan.

b. Teori yang menggunakan pendekatan Biologis

Yaitu pendekatan yang digunakan dalam kriminologi untuk menjelaskan sebab musabab atau sumber kejahatan berdasarkan fakta-fakta dari proses biologis.

c. Teori yang menggunakan pendekatan sosiologis

Yaitu pendekatan yang digunakan kriminologi dalam menjelaskan faktor-faktor sebab musabab dan sumber timbulnya kejahatan berdasarkan interaksi sosial, proses-proses sosial, struktur-struktur sosial dalam masyarakat termasuk unsur-unsur kebudayaan.

Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini, penulis mencoba

mengadakan pendekatan dengan teori psikologis atau teori kejiwaan, yaitu yang mempelajari Konsep-konsep kepribadian dan tekanan kejiwaan seseorang. Upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan berbagai cara :5

(18)

1. Penerapan hukum pidana (Criminal Law Application)

2. Pencegahan tanpa pidana (Prevention Without Punishment)

3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa ( Influencing Views Of Society On Crime and Punishment )

Pada butir (1), menitikberatkan pada upaya represif (penindakan/pemberantasan) sesudah kejahatan terjadi, dilakukan dengan menggunakan sarana penal, yaitu dengan cara melakukan penindakan terhadap pelaku kejahatan pembunuhan mutilasi berdasarkan undang-undang yang berlaku. Sedangkan pada butir (2 & 3), menitikberatkan pada upaya preventif (pencegahan/penangkalan) sebelum kejahatan terjadi, dilakukan dengan menggunakan sarana non-penal.

Selain itu juga dilakukan melalui sarana non penal, seperti preventif dari masyarakat untuk tidak menjadi korban kejahatan, penerangan-penerangan melalui media cetak dan elektronik sebagai sarana informasi lainnya, meningkatkan norma,keimanan dan ketakwaan serta memperkuat norma-norma agama.

Menurut Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi upaya penegakkan hukum, lima faktor tersebut adalah :6

1. Faktor hukumnya sendiri, yang dalam tulisan ini dibatasi pada faktor undang- undang saja.

6 Soerjono Soekanto,

(19)

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan antara konsep–konsep khusus yang merupakan kumpulan dalam arti–arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin atau yang akan diteliti.7

Adapun pengertian dasar dari istilah yang ingin atau yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah :

a. Analisis adalah cara menganalisa atau mengkaji secara rinci permasalahan. Analisis juga dapat diartikan sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan lain sebagainya). 8

b. Kriminologis adalah ilmu yang mempelajari fenomena–fenomena dan metode–metode atau pengupasan mengenai kejahatan secara umum antara lain dari aspek psikologis, gejala sosial, seba–sebab kejahatan, akibat–akibat yang ditimbulkan dan upaya penanggulangannya.9

Analisis Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1988.Kamus Besar Bahasa Indonesia.hlm 22

9

(20)

c. Faktor–faktor penyebab adalah sesuatu hal yang ikut menyebabkan terjadinya sesuatu.10

d. Penanggulangan adalah proses, cara, atau perbuatan menanggulangi.11

e. Upaya adalah usaha, akal, ikhtiar guna mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya.12

f. Kejahatan adalah semua perbuatan yang tidak saja bertentangan dengan undang-undang tetapi juga bertentangan dengan kesadaran hukum.13

g. Pembunuhan adalah tindakan menghilangkan nyawa orang lain yang mempunyai akibat berupa meninggalnya orang lain tersebut.14

h. Mutilasi adalah potongan- potongan dari bagian tubuh manusia korban kejahatan. 15

E. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh dalam memahami penulisan skripsi ini, maka secara keseluruhan sistematik penulisannya disusun sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

(21)

Pada bab ini, diuraikan tentang tinjauan mengenai pengertian kriminologi, pengertian kejahatan pembunuhan, pengertian mutilasi, faktor terjadinya pembunuhan mutilasi, upaya penanggulangan dan faktor penghambat upaya penanggulangan mutilasi. Serta tindak pidana yang dijatuhkan. III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini, berisikan tentang urutan yang akan dilakukan penulis dalam melakukan penelitian untuk dapat menjawab permasalahan yang ada dalam skripsi ini agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Urutan dalam bab metodologi ini ialah pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sampel, dan pengolahan data, serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, yang Penulis uraikan adalah mengenai kriteria bukti permulaan yang cukup untuk melakasanakan penyelidikan dan penyidik pada suatu tindak pidana.

V. PENUTUP

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kriminologi

Secara etimologi kriminologi berasal dari kata crime dan logos, crime berarti kejahatan dan logos berarti ilmu pengetahuan, sehingga menurut defenisi normatif, kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan. Namun dari definisi normatif ini kita masih belum mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan kriminologi, oleh karena itu akan dikemukakan beberapa pendapat sarjana mengenai kriminologi yaitu antara lain :1

1. W.A. Bonger :

Menurut W.A. Bonger kata kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menyelidiki gejala-gejala kejahatan yang seluas-luasnya.

2. Donald Taft :

Namun berbedanya pengertian kriminologi menurut Donald Taft ialah dimaksudkan kriminologi adalah suatu study tentang pencegahan timbulnya suatu kejahatan tentang perlakuan penghukuman terhadap penjahat.

1

(23)

3. Muljianto :

Lain hal menurut Muljianto kedua-duanya pengertian diatas dimaksukkan kedalam pengertian ini , yaitu kriminologi merupakan ilmu pengetahuan tentang kejahatan dan kelakuan jelek serta tentang orang yang tersangkut pada kejahatan dan kelakuan jelek tersebut.

4. W.N.E. Noach :

Baik menurut W.N.E. Noach disini juga dijelaskan Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala kejahatan dan tingkah laku yang tidak senonoh, sebab–musabab yang berhubungan dengan kejahatan.

5. Paul Moedikdc Moelyono :

Termasuk menurut Paul Moedikdc Moelyono menjelaskan kriminologi adalah ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu yang membahas sebagian masalah manusia.

6. Thorsten Sellin :

Dari hal demikian berbeda menurut pendapat Thorsten Sellin yang mengutarakan kriminologi adalah untuk menggambarkan tentang ilmu yang mempelajari tentang penjahat dan cara penanggulanganya.

7. Edwin Sutherland :

(24)

Berdasarkan ensiklopedia kriminologi diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Adapun tugas kriminologi dalam mempelajari kejahatan adalah sebagai berikut :2

a. Apa yang dirumuskan sebagai kejahatan dan fenomenanya yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat, kejahatan apa dan siapa penjahatnya merupakan bahan penelitian kriminologi.

b. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab timbulnya atau dilakukannya kejahatan.

Dari definisi-definisi diatas dapat kita lihat adanya perbedaan pendapat dari para sarjana tersebut, hal ini dikarenakan adanya perbedaan pandangan dan latar belakang pengetahuan dari para sarjana itu sendiri, namun yang dapat kita garis bawahi ialah perbedaan itu pada prinsipnya mengandung arti yang sama, oleh karena itu dapat diambil penjelasan yang umum mengenai pengertian kriminologi yaitu : suatu ilmu pengetahuan ilmu yang mempelajari gejala kejahatan seluas-luasnya, pengertian seluas-luasnya mengandung arti seluruh kejahatan dan hal-hal yang berhubungan dengan kejahatan, hal yang berhubung dengan kejahatan ialah sebab timbulnya dan lenyapnya kejahatan, akibat yang ditimbulkan, reaksi masyarakat, serta pribadi penjahat.

Pengertian kriminologi secara luas adalah ilmu yang mempelajari penologi dan metode-metode yang berkaitan dengan kejahatan dan masalah prevensi kejahatan dengan tindakan-tindakan yang bersifat non punitif.3

2 Soerjono Dirjosisworo.1984.Ruang Lingkup Kriminologi.Armico.Bandung.hlm.11

3

(25)

Selanjutnya Herman Manmheim menjelaskan bahwa arti penting pengertian kriminologi sedikitnya mencakup :4

a. Akan meluruskan atau paling sedikit mengurangi kepercayaan yang salah terutama yang mencakup sebab-musabab kejahatan serta mencari berbagai cara yang usang dalam pembinaan narapidana yang baik.

b. Dalam sisi positifnya suatu penelitian dapat bermanfaat untuk meningkatkan pembinaan pelanggaran hukum, dan lebih jauh mengganti cara yang usang dalam pembinaan pelanggar hukum.

c. Karena hasil penelitian kriminologi lambat laun memberi hasil, terutama melalui kelompok kontrol dan penelitian ekologis yang menyediakan bahan keterangan, yang sebenarnya wilayah tempat tinggal dalam hubungannya dengan kejahatan.

B.Pengertian Kejahatan Pembunuhan

Pembunuhan dikategorikan dalam pengertian kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen bet leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Kepentingan hukum yang dilindungi dan yang merupakan objek kejahatan ini adalah nyawa (leven) manusia.5

Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat dibedakan atau dikelompokan atas 2 dasar, yaitu :

1. Atas dasar unsur kesalahannya 2. Atas dasar objeknya (nyawa)

Kejahatan terhadap nyawa atas dasar unsur kesalahannya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :

a. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (dolus misdrijven), adalah kejahatan yang termuat dalam Bab XIX KUHP, Pasal 338 s/d 350.

4 Soedjono Dirdjosisworo.

Op.cit.hlm.156

5

(26)

b. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan tidak dengan sengaja (culpose misdrijven), dimuat dalam Bab XXI KUHP (khusus Pasal 359).

Sedangkan kejahatan terhadap nyawa atas dasar objeknya (kepentingan hukum yang dilindungi), dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

a. Kejahatan terhadap nyawa orang pada umumnya, dimuat dalam Pasal 338,339,340,344,345 KUHP.

b. Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan, dimuat dalam Pasal 341,342, dan 343 KUHP.

c. Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan ibu (janin), dimuat dalam Pasal 346,347,348, dan 349 KUHP.

Kejahatan terhadap nyawa atau pembunuhan adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Kepentingan hukum yang dilindungi dan yang merupakan objek kejahatan ini adalah nyawa (leven) manusia termuat dalam Pasal 338 KUHP yang rumusannya adalah :

“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana

karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”.

Apabila rumusan tersebut dirinci unsur-unsurnya, maka terdiri dari :6 a. Unsur objekif

1. Perbuatan menghilangkan nyawa 2. Objeknya nyawa orang lain

6

(27)

b. Unsur subjektif : dengan sengaja dalam unsur objektif perbuatan menghilangkan nyawa orang lain terdapat 3 syarat yang harus dipenuhi yaitu :

1. Adanya wujud perbuatan

2. Adanya suatu kematian (orang lain)

3. Adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara perbuatan dengan akibat kematian (orang lain).

Rumusan Pasal 338 KUHP dengan menyebutkan unsur tingkah laku sebagai menghilangkan nyawa orang lain menunjukkan bahwa kejahatan pembunuhan adalah suatu tindak pidana materiil. Yang dimaksudkan dengan tindak pidana materiil adalah suatu tindak pidana yang melarang menimbulkan akibat tertentu (akibat yang dilarang/ constitutief gevolg).

Untuk dapat terjadi atau timbulnya tindak pidana materiil secara sempurna tidak semata-mata digantungkan pada selesainya perbuatan melainkan apakah dari wujud perbuatan itu telah menimbulkan akibat yang terlarang ataukah belum/tidak. Apabila karenanya (misalnya membacok) belum menimbulkan akibat hilangnya nyawa orang lain, kejadian ini dinilai baru merupakan percobaan pembunuhan, dan belum atau bukan pembunuhan secara sempurna.

C. Pengertian Mutilasi

(28)

dilakukannya mutilasi. Misalnya di Cina ada kebudayaan mengikat kaki seorang anak perempuan. Ikatan tersebut tidak boleh dilepaskan hingga ia tua, dengan demikian kakinya akan tetap kecil. Kaki kecil di Cina melambangkan kecantikan. Dalam kebudayaan Islam, mutilasi diberlakukan bagi mereka yang terbukti mencuri, biasanya disebut amputasi.

Kriminologi Universitas Indonesia Adrianus Meliala misalnya, menggunakan istilah mutilasi untuk menggambarkan potongan-potongan tubuh korban kejahatan. Para psikolog tidak seragam untuk menggambarkan perilaku mutilasi. Umumnya mengategorikan kejahatan mutilasi berdasarkan sifatnya sebagai psikopat. “Mereka adalah orang -orang yang tidak memiliki suara hati, mereka melakukan apa saja yang

mereka inginkan”, tulisannya.

Fenomena mutilasi kontemporer ini bisa dideteksi dari berbagai sudut pandang Kriminologi Universitas Indonesia, Erlangga Masiana berpendapat naiknya grafik

mutilasi ada korelasi dengan keadaan “masyarakat sakit” oleh sebab ekonomi dan

sosial. Kemudian pengaruh tayangan televisi atau diistilahkan referensi dari luar perilaku.

Maria Etty berpendapat senada. Ia melihat aspek “masyarakat sakit”dilihat dari hasil survei Kesehatan Rumah Tangga di 11 kota Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, 1995. Survei menemukan 185 dari 1.000 penduduk menunjukkan gejala-gejala gangguan jiwa. Sedangkan survei Departemen Kesehatan dengan sampel Modul Survei Sosial Ekonomi Nasional, 1995, pada 65.664 rumah tangga menunjukkan prevalensi gangguan jiwa 264/ 1000 anggota rumah tangga.

Zulriska Iskandar pakar psikologi sosial Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung melihat sisi moralitas, Ia membidik akar naiknya pelaku mutilasi berkaitan dengan lunturnya nilai–nilai sosial, selain faktor psikologis dari pelaku.

“Dari aspek psikologi sosial, bisa dikatakan ada penurunan nilai moralitas pada

(29)

Persoalan subtansial sebenarnya bukan sebab seseorang melakukan mutilasi. Reaksi masyarakat yang cenderung memandang kasus-kasus mutilasi sebagai kejahatan biasa, itu indikasi yang memprihatikan. Kriminolgi Adrianus Meliala

pernah mengingatkan, “justru ketika mutilasi dianggap biasa karena sering terjadi

di masyarakat, itu baru luar.

Dalam uraian tentang “penjahat marginal”, ia menyatakan berkumpulnya macam–

macam kebudayaan di kota–kota besar dan dalam masyarakat modern sekarang ini menimbulkan banyak konflik, disebabkan oleh kontradiksi–kontradiksi dalam segala hal. Maka usaha penyesuain diri dalam masyarakat modern yang serba kompleks itu menjadi semakin sulit saja. Ditambah makin longsornya norma– norma susila dan sanksi–sanksi sosial oleh bertemunya maca macam budaya semua itu memudahkan penerapan tingkah laku rasionalisasi, yaitu membuat rasional tingkah laku yang tidak rasional, dan pembenaran pola hidup kriminal.

Dalam situasi semacam itu, Kartini Kartono berkata, „‟Batas antara kejahatan dan

usaha-usaha legal itu menjadi samar-samar sekali. Banyak orang tidak tahu lagi mana susila benar dan mana yang jahat salah”. Alasannya, “penjahat-penjahat dan kejahatan itu sendiri kini merasa memiliki hak hak hidup dan menuntut pengakuan eksistensinya dari masyarakat luas”.

D. Faktor-Faktor Penyebab Kejahatan

(30)

mencari sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan maka ada beberapa teori yang dapat digunakan, yaitu :7

1. Teori yang mencari sebab kejahatan dari aspek fisik (Biologi Kriminal)

Usaha mencari sebab-sebab kejahatan dari ciri-ciri biologis dipelopori oleh ahli-ahli frenologi, seperti Gall dan Spuzheim yang mencoba mencari hubungan antara bentuk tengkorak kepala dengan tingkah laku manusia. Ajaran ini berdasarkan pendapat aristoteles yang menyatakan bahwa otak merupakan organ dari akal.

Cesare Lombroso, seorang dokter ahli Kedokteran Kehakiman merupakan tokoh penting dari teori ini, mengemukakan ajarannya sebagai berikut :

a. Penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat.

b. Bakat jahat tersebut diperoleh karena kelahiran atau diperoleh dari nenek moyang (borne criminal).

c. Bakat jahat tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri biologis tertentu, seperti muka yang tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek dan lain lain

d. Bahwa bakat jahat tersebut tidak dapat diubah, artinya bakat jahat tersebut tidak dapat dipengaruhi.

Menurut Lombroso, manusia pertama adalah penjahat semenjak lahirnya, ia menyatakan bahwa laki-laki adalah pembunuh, pencuri dan pemerkosa, sedangkan wanita adalah pelacur. Karena peranan sejarah yang sifatnya tidak selektif dan korektif, maka kemudian mereka kehilangan sifat biadabnya dan

7

(31)

memperoleh sifat beradab, sehingga masyarakat modern adalah masyarakat yang tidak jahat tetapi ada penjahat.

Menurut Dugdale, kejahatan merupakan sifat bawaan yang diwariskan melalui gen-gen. Dalam bukunya Dugdale (dan penganut teori lain) menulusur riwayat/sejarah keluarga melalui beberapa generasi. Dugdale sendiri mempelajari kehidupan lebih dari seribu anggota satu keluarga yang disebutnya jukes. Ketertarikannya kepada keluarga itu dimulai pada saat dia menemukan enam orang yang saling berhubungan/keterkaitan di satu penjara di New York. Mengikuti satu cabang keluarga itu, keturunan dari ada jukes,

yang dia sebut sebagai “mother of criminals”. Dugdale mendapati si antara

seribuan anggota keluaraga itu 280 orang fakir miskin, 60 orang mencuri,7 orang pembunuh, 40 orang penjahat lain, 40 oramg penderita penyakit kelamin, 50 orang pelacur.

2. Teori yang mencari sebab kejahatan dari faktor psikologis dan psikiatris (psikologi kriminal)

Psikologi kriminal adalah mempelajari ciri-ciri dari para pelaku kejahatan

yang “sehat”, artinya sehat dalam pengertian psikologi. Mengingat konsep

tentang jiwa yang sehat sangat sulit dirumuskan dan kalaupun ada maka perumusannya sangat luas, sehingga dalam penulisan ini akan mengemukakan bentuk-bentuk gangguan mental, khususnya yang sering muncul pada kasus-kasus kejahatan antara lain :8

A. Psikoses, psikoses dapat dibedakan antara lain psikoses organis dan psikoses fungsional

1. Psikoses organis, bentuk-bentuk psikoses organis antara lain :

a. Kelumpuhan umum dari otak yang ditandai dengan kemerosotan yang terus menurus dari seluruh kepribadian pada tingkat permulaan, maka perbuatan kejahatan seperti pencurian, pemalsuan dan penipuan, dilkukan secara terang-terangan dan penuh ketololan.

b. Traumatic psikoses yang diakibatkan oleh luka pada otak yang disebabkan dari kecelakaan (geger otak). Penderita mudah gugup dan cenderung untuk melakukan kejahatan.

8

(32)

c. Encephalis lethargica, umumnya penderita nya adalah anak-anak seringkali melakukan tindakan-tindakan antisosial dan pelanggaran seks.

d. Senile dementia, penderitanya pada umumnya pria yang sudah lanjut usia dengan kemunduran pada kemampuan fisik dan mental, gangguan emosional dan kehilangan kontrol terhadap orang lain, menimbulkan tindak kekerasan atau pelanggaran seksual terhadap anak-anak

e. Puerperal insanity, penderitanya adalah wanita yang sedang hamil atau beberapa saat setelah melahirkan, yang diakibatkan karna kekhawatiran yang luar biasa disebabkan karena kelahiran anak yang tidak dikehendaki, tekanan ekonomi dan kelelahan fisik. Kejahatan yang dilakukan berupa aborsi, pembunuhan bayi atau pencurian. f. Epilepsi, merupakan salah satu bentuk psikoses yang sangat terkenal,

akan tetapi juga salah satu bentuk psikoses yang sukar dipahami. Bentuk gangguan ini sangat bermacam-macam.

g. Psikoses yang diakibatkan dari alkohol, dari pandangan psikiatri dan kriminologi dapat dibedakan tiga tipe pengguna alkohol :

1. Tipe normal, mereka menggunakan alkohol kadang – kadang saja, pengguna alkohol di sini dapat mengganggu kemampuan fisik dan mental yang kadang – kadang dapat menghasilkan kejahatan, kekerasan, pelanggaran seks, pembakaran atau balas dendam. 2. Peminum pathologist, terjadi pada orang – orang mentalnya tidak

stabil, dan sebagainya. Orang macam ini akan menjadi garang meskipun hanya alkohol dalam jumlah sangat sedikit.

3. Alkoholis yang kronis yang dapat mengakibatkan menjadi kurang waras dengan halusinasi.

2. Psikotes Fungsional, bentuk psikotes fungsional yang utama adalah : a. Paranoia, penderitanya antara lain diliputi oleh khayalan (delusi),

merasa hebat, merasa dikejar-kejar.

b. Manic-depressive psikotes, penderitanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dari kegembiraan ke kesedihan. Keadaan yang demikian bisa berlangsung berhari-hari bahkan berminggu-minggu atau lebih lama lagi. Kejahatan yang biasa dilakukan misalnya kejahatan kekerasan, bunuh diri, pencurian kecil-kecilan, penipuan dan pemabukan.

c. Schizoprenia, sering dianggap sebagai bentuk psikotes fungsional yang paling banyak dan penting. Pada penderitanya ada kepribadian yang terpecah, melarikan diri dari kenyataan hidup dengan fantasi, delusi, dan halusinasi. Tidak bisa memahami lingkungannya kadang-kadang merasa ada orang yang menghinoptisnya dirinya.

(33)

akan dibicarakan beberapa bentuk neuroses yang sering muncul di pengadilan.

1. Anxiety Neuroses dan Phobia, keadaannya ditandai kekuatan yang tidak wajar dan berlebih-lebihan terhadap adanya tanda bahaya dari sesuatu atau pada sesuatu yang tidak ada sama sekali, jika dihubungkan dengan objek atau ideologi tertentu disebut phobia, misalnya : takut pada kegelapan (nycotophobia), takut terhadap wanita (gynophobia), takut terhadap tempat yang tinggi (aerophobia), takut terhadap orang banyak (ocklophobia) dan takut kesunyian/berada sendirian (monophobia)

2. Histeria, terdapat disosiasi antara dirinya dengan lingkungannya dalam berbagai bentuk, pada umumnya sangat egosentris, emosional dan suka bohong. Pada umumnya penderita histeria adalah wanita.

3. Obsesional dan Compulsive Neuroses, penderitanya memiliki keinginan atau ide-ide yang tidak rasional dan tidak dapat ditahan. Sering dikatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya ketakutan untuk melakukan keinginan-keinginan (seksual) yang ditekan disebabkan adanya ketakutan untuk melakukan keinginan tersebut (karena adanya norma-norma atau akibat-akibat tertentu). Bentuk obsesional dan Compulsive Neuroses antara lain Ideptomania, discomania, fetishisme, exhisbitionist, pyromania.

(34)

Objek utama sosiologi kriminal adalah mempelajari hubungan antara masyarakat dengan anggotanya, antara kelompok baik karena hubungan tempat maupun etnis dengan anggotanya, antara kelompok dengan kelompok, sepanjang hubungan tersebut dapat menimbulkan kejahatan. Disamping itu juga dipelajari tentang umur dan seks, hanya saja berbeda dengan biologi kriminal maka disini yang dipelajari adalah hubungan seks dan umur dengan peranan sosialnya yang dapat menghasilkan kejahatan.

Manheim membedakan teori-teori sosiologi kriminal ke dalam :9

a. Teori-teori yang berorientasi pada kelas sosial, yaitu teori-teori yang mencari sebab kejahatan dari ciri-ciri kelas sosial, perbedaan kelas sosial secara konflik diantara kelas-kelas sosial yang ada. Termasuk dalam teori ini adalah teori anomie dan teori-teori sub budaya delinkuen.

Yang termasuk dalam teori yang berorientasi pada kelas sosial adalah : 1. Teori anomie, merupakan teori kelas sosial yang utama dan biasanya

ditandai dengan ditinggalkannya keadaan lama dan menginjak ke keadaan baru sehingga terjadi suatu kebingungan yaitu :

a. Kala ia berhadapan dengan suatu keadaan baru atau perbuatan atau yang belum pernah ia alami.

b. Dikala ia berhadapan dengan situasi yang baru, ketika ia harus menyesuaikan diri dengan cara yang baru pula.

2. Teori sub budaya delinkuen, teori ini mencoba mencari sebab-sebab kenakalan remaja dari perbedaan kelas diantara anak-anak yang diperolehnya dari keluarganya. A.K Cohen dari tokoh ini membedakan tiga bentuk sub kultur delinkuen yaitu :

a. Criminal Sub Culture, yaitu suatu bentuk gang yang terutama melakukan pencurian, pemerasan dan bentuk kejahatan lain dengan tujuan memperoleh uang.

b. Conflict sub culture, yaitu suatu bentuk gang yang mencari status dengan menggunakan kekerasan.

c. Retreatist sub culture, yaitu suatu bentuk gang dengan ciri-ciri penarikan diri dari tujuan dan peranan yang konvesional dan karenanya mencari pelarian dengan menggunakan narkotika. Ketiga pola sub culture delinkuen tersebut tidak hanya menunjukkan adanya perbedaan dalam gaya hidup diantara anggotanya akan tetapi juga karena adanya

9

(35)

masalah-masalah yang berbeda bagi kepentingan kontrol sosial dan pencegahannya. Mereka timbul dari proses-proses yang berbeda dari struktur sosial, seperti perbedaan dalam kepercayaan (beliefs), nilai-nilai dan aturan-aturan tingkah laku bagi anggota-anggotanya. Akan tetapi ketiganya adalah serupa dalam hal norma-norma tandingan yang menyebabkan tingkah anggotanya melarikan dari norma yang berlaku pada masyarakat yang lebih luas. Dalam teorinya tersebut Cloward dan Ohlin menyatakan bahwa timbulnya kenakalan remaja lebih ditentukan oleh perbedaan-perbedaan kelas yang dapat menimbulkan hambatan-hambatan bagi anggotanya, misalnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan sehingga mengakibatkan terbatasnya kesempatan bagi anggotanya untuk mencapai aspirasinya.

b. Teori-teori yang tidak berorientasi pada kelas sosial yaitu teori-teori yang membahas sebab-sebab kejahatan tidak dari kelas sosial tetapi dari aspek yang lain seperti lingkungan, kependudukan, kemiskinan, dan sebagainya. Termasuk dalam teori ini adalah teori-teori ekologis, teori konflik kebudayaan, teori faktor ekonomi, dan differential association.

Yang termasuk teori yang tidak berorientasi pada kelas sosial adalah :

1. Teori ekologis, yaitu teori-teori yang mencoba dan mencari sebab-sebab kejahatan dari aspek-aspek tertentu baik dari lingkungan manusia maupun sosial seperti :

a. Kepadatan penduduk b. Mobilitas penduduk

(36)

2. Teori konflik kebudayaan, teori ini diajukan oleh T. Sellin. Menurut T. Sellin semua konflik kebudayaan (culture conflict) adalah konflik dalam nilai sosial, kepentingan norma-norma.

Tingkat konflik tersebut dapat berbeda-beda, konflik antara norma-norma dari aturan kultural yang berbeda dapat terjadi antara lain :

a. Bertemunya dua budaya besar

b. Budaya besar menguasai budaya kecil

c. Apabila anggota dari suatu budaya pindah ke budaya lain.

3. Teori-teori faktor ekonomi, pandangan bahwa kehidupan ekonomi merupakan hal yang fundamental bagi seluruh struktur sosial dan kultural dan karenanya menentukan semua urusan dalam struktur tersebut, merupakan pandangan yang sejak dulu hingga kini masih diterima

Faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang besar dalam timbulnya kejahatan dengan menambahkan apa yang disebutnya Subyektive Nahrungschwerung (pengangguran) sebagai hal yang menentukan. Mengenai hubungan antara faktor ekonomi dan kejahatan agaknya perlu diperhatikan beberapa hal :

a. Teknik studi, dalam mempelajari faktor ekonomi dilakukan dengan cara antara lain :10

1. Menguji keadaan ekonomi dari kelompok pelnggar dengan membandingkan kedudukan ekonomi yang bukan pelanggar sebagai kontrol (control group)

10

(37)

2. Dengan menyusun indeks ekonomi yang didasarkan pada kondisi ekonomi di suatu negara atau daerah dan membandingkan fluktuasinya dengan kejahatan.

3. Melalui studi kasus yaitu dengan menggambarkan pengaruh kondisi ekonomi dari individu yang bersangkutan terhadap prilaku kejahatannya.

b. Batasan dan pengaruh dari kemiskinan dan kemakmuran, dengan munculnya konsep baru yang melihat kemiskinan sebagai konsep dinamis dan relatif yang menggantikan konsep lama yakni kemiskinan sebagai konsep absolut dan statis, yang berarti ukuran kemiskinan berbeda menurut tempat dan waktu. Hal ini disebabkan karena orang hidup dalam tekanan-tekanan yang kompleks dan berubah-ubah, sehingga karenanya ia juga harus menanggapinya baik terhadap kebutuhan akan barang-barang dan jasa dan aspek tindakan-tindakan yang lain.

E. Upaya Penanggulangan Kejahatan

1. Upaya Penanggulangan Kejahatan dengan Menggunakan Hukum Pidana (Penal)

(38)

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatab dan pemidanaan lewat media massa (Influencing views of society on crime and punishment / mass media).11

Dalam pembagian Barda Nawawi Arif yang dikutip dibuku G.P. Hoefnagels diatas, upaya penanggulangan kejahatan melalui upaya penal lebih menitikberatkan kepada sifat represif (penindasan/pemberantasan/penumpasan) sesudah kejahatan terjadi.

Penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana merupakan cara yang paling tua, setua peradaban manusia itu sendiri disebut sebagai older philosophy of crime control.12 tiga alasan mengenai perlunya pidana dalam hukum pidana adapun intinya adalah sebagai berikut :

1. Perlu tidaknya hukum pidana tidak terletak pada persoalan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, tetapi terletak pada persoalan seberapa jauh untuk mencapai tujuan itu boleh menggunakan paksaan , persoalan bukan terletak pada hasil yang akan tercapai tetapi dalam pertimbangan antara dari hasil itu dan nilai dari batas-batas kebebasan pribadi masing-masing.

2. Ada usaha-usaha perbaikan atau perawatan yang tidak mempunyai arti sama sekali bagi yang terhukum ; dan disamping itu harus tetap ada suatu reaksi atas pelanggaran-pelanggaran norma yang telah dilakukannya itu tidaklah dapat dibiarkan begitu saja.

11

Barda Nawawi Arif1.1998.Beberapa Aspek Kebijakan Penegakkan dan Pengembangan Hukum Pidana.Jakarta.hlm.52

12

(39)

3. Hukum pidana bukan semata-mata ditunjukkan kepada pejabat, tetapi juga untuk mempengaruhi orang yang tidak jahat yaitu warga masyarakat yang menaati norma-norma pada masyarakat.13

Politik kriminil menurut Muladi dan Barda Nawawi Arif yang dikutip dibuku Marc Ancel adalah pengaturan atau penyusunan secara rasional usaha-usaha pengendalian kejahatan oleh masyarakat. Tujuan akhir dari kebijakan kriminil adalah perlindungan masyarakat untuk mencapai tujuan utama yang sering disebut dengan berbagai istilah misalnya kebahagian warga masyarakat ; kehidupan kulutural yang sehat dan menyegarkan; kesejahteraan masyarakat; mencapai kesimbangan.14

2. Upaya Penanggulangan Kejahatan dengan Sarana Non-Penal

Upaya penanggulangan kejahatan melalui upaya non-penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi. Upaya penanggulangan lebih bersifat pencegahan terhadap terjadinya kejahatan, sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor anatara lain adalah berpusat pada masalah atau kondisi-kondisi sosial secara lansung maupun tidak lansung dapat menimbulkan kejahatan. Dengan demikian, dilihat dari sudut politik kriminil secara makro dan global, maka upaya-upaya non-penal menduduki posisi kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminil.

Usaha-usaha non-penal misalnya penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka mengembangkan tanggung jawab sosial masyarakat; penggarapan

13 Ibid.

hlm 147

14 Ibid.

(40)

kesehatan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral, agama; peningkatan usaha-usaha kesejahteraan anak dan remaja; kegiatan patroli dan pengawasan lainnya secara kontinyu oleh polisi dan aparat keamanan lainnya. Upaya-upaya non-penal itu adalah memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu. Dengan demikian, dilihat dari sudut kriminal, keseluruhan kegiatan preventif melalui upaya non-penal itu sebenarnya mempunyai kedudukan yang sangat strategis, memegang polisi kunci yang harus diintesifkan dan diefektifkan. Kegagalan dalam menggarap posisi strategis ini justru akan berakibat sangat fatal bagi usaha penanggulangan kejahatan. Oleh karena itu suatu kebijakan kriminil harus dapat mengintegrasikan dan mengharmonisasikan seluruh kegiatan preventif yang non-penal itu ke dala suatu sistem kegiatan negara yang teratur dan terpadu.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Upaya dalam penanggulangan kejahatan ada beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya ialah sebagai berikut :15

1. Faktor Undang-Undang

Undang-undang dalam arti material adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah yang sah. Mengenai berlakunya Undang-undang tersebut, terdapat beberapa asas yang tujuannya adalah agar Undang-undang tersebut mempunyai dampak yang positif. Asas-asas tersebut antara lain :

a. Undang-undang tidak berlaku surut.

15 Soerjono Soekanto,

(41)

b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.

c. Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan Undang-undang yang bersifat umum, apabila pembuatannya sama.

d. Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan Undang-undang yang berlaku terdahulu.

e. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.

2. Faktor Penegak Hukum

Negara hukum hanya dikonstruksikan sebagai bangunan hukum perlu diajadikan lebih lengkap dan utuh, dalam hal perlu dijadikannya memiliki struktur politik pula. Hukum hanya merupakan sebuah teks mati jika tidak ada lembaga yang menegakkannya, oleh karena itu dibentuklah penegak hukum yang bertugaslan untuk menerapkan hukum. Dalam pelakasanaanya hukum dapat dipaksakan daya berlakunya oleh aparatur negara untuk menciptakan masyarakat yang damai, tertib, dan adil terhadap perilaku manusia. Hukum menuntut manusia terikat pada norma-norma hukum yang berlaku dalam masyarakat negara.

3. Faktor Sarana dan Fasilitas Dalam Penegakkan Hukum

(42)

4. Faktor Masyarakat

Upaya pembangunan tatanan hukum paling tidak didasarkan atas tiga alasan, pertama sebagai pelayan bagi masyarakat, karena hukum itu tidak berada pada kevakuman, maka hukum harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang dilayaninya juga senantiasa berkembang. Kedua, sebagai alat pendorong kemajuan masyarakat. Ketiga, karena secara realistis di Indonesia saat ini fungsi hukum tidak bekerja efektif, sering dimanipulasi bahkan jadi alat bagi penimbunan kekuasaan. Masyarakat merupakan poin penting dari penanggulangan kejahatan tindak pidana pembunuhan. Hukum mengikat bukan karena negara menghendakinya, melaikan karena merupakan perumusan dari kesadaran hukum masyarakat.

Selanjutnya beliau berpendapat bahwa kesadaran hukum yang dimaksud berpangkal pada perasaan hukum setiap individu yaitu perasaan bagaimana seharusnya hukum itu. Hal ini sesuai dengan pendapat Stammler yang menyatakan bahwa law clearly is volition sehingga penerapan hukum terindikasi dari kemauan masyarakat untuk melaksanakannya. Dapat dikatakan budaya hukum akan mempengaruhi penolakan dan penerimaan masyarakat terhadap suaru peraruran hukum. Hal ini penting diperhatikan karena suatu peraturan hukum tanpa dukumgan dari masyarakat dapat berakibat tidak berwibawanya peraturan hukum tersebut.

5. Faktor Kebudayaan

(43)

mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari. Pasangan nilai yang berperan dalam hukum adalah :

a. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman.

b. Nilai jasmani/kebendaan dari nilai rohani/keakhlakan.

(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan masalah

Dalam membahas permasalahan skripsi ini, penulis melakukan pedekatan yuridis empiris yang didukung dengan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengadakan penelitian lapangan terhadap fakta-fakta yang ada hubungapnnya dengan faktor penyebab terjadinya pembunuhan mutilasi dan upaya penanggulangannya. Sedangkan pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku bacaan serta literatur yang menunjang dan ada hubungannya dengan pembunuhan mutilasi dan upaya penanggulannya.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melihat pendapat responden tentang faktor penyebab terjadinya pembunuhan mutilasi dan upaya penanggulangannya.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang terdiri dari :

(45)

c. Bahan hukum tersier : Majalah, Koran, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bahan Bacaan dan Karangan -Karangan Ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.1 Dalam hubungannya dengan penelitian untuk penulisan skripsi ini yang dijadikan populasi adalah anggota Kepolisian Resor Lampung Tengah yang menangani pembunuhan mutilasi, akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung, dan Dosen Psikolog Kejiwaan.

Sampel adalah sejumlah objek yang jumlahnya kurang dari populasi serta mempunyai persamaan sifat dengan populasi.2 Sehubungan dengan penelitian yang penulis lakukan maka dalam menentukan sampel dari populasi yang akan diteliti menggunakan metode purposive sampling. Yaitu suatu metode pengambilan anggota sampel berdasarkan atas pertimbangan maksud dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini sampel yang di ambil sebanyak empat orang, dengan rincian sebagai berikut :

1. Anggota Kepolisian Resor Lampung Tengah : 2 Orang 2. Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung : 1 Orang

3. Dosen Psikolog Kejiwaan : 1 Orang +

Jumlah : 4 Orang

1

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi.1978.Metode Penelitian Survai.Pustaka LP3ES. HLM. 152

2

(46)

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Dalam prosedur pengumpulan data penulis melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Untuk memperoleh data primer, dilakukan dengan cara wawancara atau interview secara terarah.

b. Untuk memperoleh data sekunder, dilakukan melalui serangkaian kegiatan studi keputusan dengan cara membaca, mencatat dan mengutip peraturan perundang-undangan, buku-buku ilmiah dokumen dan tulisan ilmiah maupun informasi lain yang berhubungan dengan penelitian.

2. Prosedur pengolahan data, dalam pelaksanaan pengolahan data yang telat diperoleh penulis melakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Editing, yaitu memeriksa kembali mengenai kelenkapan, kejelasan dan kebenaran data yang diterima serta revelansinya bagi penelitian.

b. Tabulasi, yaitu melakukan pencatatan data secara sistensis dan kosisten kedalam bentuk tabel.

c. Sistematisasi data, yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai dengan jenis dan pokok bahasan dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut.

E. Analisis Data

(47)

V. PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis yuridis kriminologis terhadap pelaku pembunuhan mutilasi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Faktor-faktor penyebab pelaku melakukan pembunuhan mutilasi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu biologi kriminal yang berhubungan dengan sikap batin yang jahat, faktor psikologi kriminal yaitu faktor kejiwaan dan faktor sosiologi kriminal yang dikaitkan dengan faktor lingkungan dan pergaulan. Namun faktor utama dari penyebab pembunuhan mutilasi adalah faktor psikologi yaitu faktor kejiwaan dimana pelaku yang terganggu keadaan kejiwaaannya ingin mendapat perasaan puas dalam melakukan pembunuhan. 2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kejahatan pembunuhan

mutilasi antara lain meliputi bidang hukum, aparat penegak hukum dan masyarakat itu sendiri dimana upaya tersebut dapat digolongkan menjadi : a. Upaya penal yaitu bersifat penghukuman yang ditunjukkan untuk

(48)

b. Upaya non-penal yaitu upaya yang bersifat pencegahan sebelum kejahatan itu terjadi. Usaha-usaha non-penal misalnya; penyuluhan hukum, Peningkatan kualitas sumber daya manusia serta peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat sehingga tidak ada lagi kejahatan yang dilakukan karena latar belakang faktor ekonomi.

3. Faktor penghambat upaya penanggulangan kejahatan pembunuhan mutilasi antara lain adalah :

a. Faktor penegak hukum yaitu sangat kurang cepat dalam penyidikan kasus pembunuhan terutama pembunuhan mutilasi. Terkendala pula dalam hal penyidikan seperti pelakunya terlebih dahulu melarikan diri.

b. Faktor sarana dan fasilitas yaitu bisa dikatakan sulitnya melakukan penyidikan dikarenakan tempat kejadian perkara (TKP) nya telah rusak, dan sangat minim masyarakat yang mau dimintai menjadi saksi.

c. Faktor kesadaran hukum dan kepatuhan hukum masyarakt yaitu keterlibatan masyarakat yang didorong persoalan ekonomi dan rendahnya rasa kepedulian masyarakat dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

B.Saran

(49)
(50)

Buku :

Abdulsyani 1987. Sosiologi Kriminalitas. Remaja Karya. Bandung. Atmasasmita, Romli. 1994. Bunga Rampai Kriminologi. Rajawali. Jakarta. Bonger, W.A. 1982. Pengantar '1'entang Kriminologi. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Chazawi, Adam]. 2001. Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. Armico. Bandung. Dirdjosisworo, Soedjono. 1976. Penanggulangan Kejahatan. Alumni.

Bandung.

... 1985. Bunga Rampai Kriminologi. Armico. Bandung. %,Dirdjosisworo, Soedjono. 1984. Ruang Lingkup Kriminologi. Armico. Bandung.

Hadikusuma, Hilman. 2005. Bahasa Hukum Indonesia. Alumni. Bandung. Husin, Sanusi. 1991. Penuntun Praktis Penulisan Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Laminating, P.A.F. 1997. Delik - Delik Khusus Kejahatan Terhadap Kepentingan Negara. Sinar Baru. Jakarta

Kusumah, Mulyana. W. 1990. Analisis Kriminologi Terhadap Kejahatan - Kejahatan Kekerasan. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Muladi dan Arif, Barda Nawawi. 1996. Teori - Teori dan Kebijakan Pidana. Alumni. Bandung.

Sahetapi, J.F. 1983. Kejahatan Kekerasan Suatu Pendekatan Interdisipliner. Sinar Jaya. Surabaya.

(51)

Singarimbun, Masri clan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survey. LP3Es. Jakarta.

Soerhatono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Alumni. Bandung.

Soekanto, Soerjono. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Bumi Aksara. Jakarta.

Simanjuntak, B. 1981. Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Tarisyo. Bandung.

Soekanto, B. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia. Jakarta.

... 1981. Kriminologi Suatu Penganiar. Ghalia Indonesia. Jakarta. Susanto, LS. 1995. Kriminologi Fakultas Hukum. Universitas Diponegoro.

Kitab Undang-Undang :

Mere, Gories. 1999. Kamus Kepolisian. C'~ramedia. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka menyambut HUT GSRI Taman Sari ke-65, Gereja akan mengadakan Kebersamaan pada hari Senin, 17 Agustus 2015 , tempat : Kebun Wisata Pasir Mukti, Citeurep , dengan biaya

0 : Tidak paham (jika siswa telah diarahkan oleh guru namun tidak dapat melakukan instruksi dengan benar atau bahkan tidak menuruti instruksi yang diberikan). Kerja sama

Trimitra Sejati Pratama dapat meningkatkan proses pelayanan dengan menyediakan alat-alat perminyakan yang sesuai dengan requirement dari pelanggan sehingga dapat

Maka dari itu pengembangan terhadap peningkatan kapasitas terminal penumpang Bandara Internasional Adi Soemarmo diharapkan menjadi alternatif bagi pengelola bandara(PT.. Latar

Usaha jasa sablon dalam masyarakat yang mengedepankan kualitas produk  yang mengedepankan kualitas produk  dan pelayanan yang baik demi memperoleh kepercayaan dari masyarakat

Tatalaksana lanjutan pada pasien neonatus perempuan dengan malforasi anorektal tanpa fistel sama dengan pasien neonatus laki-laki; apabila ada keadaan penyulit yang

Hasil penelitian tentang kepuasan nasabah BRI menunjukkan bahwa faktor-faktor yang terdiri dari variabel pelayanan, harga, produk, promosi dan lokasi secara simultan

penampang stratigrafi dari singkapan batuan di permukaan dapat menjadi informasi awal ada tidaknya potensi airtanah pada daerah penelitian berdasarkan jenis